ade firmansyah (054108019)

12
*) = Pembimbing 1 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Pakuan ANALISA SISTEM OTOMATIS HVAC (HEATING, VENTILATING, AIR CONDITIONING) PADA GEDUNG WISMA BCA PONDOK INDAH Ade Firmansyah, Didik Notosudjono *), Dede Suhendi *) Mahasiswa Teknik Elektro Universitas Pakuan Bogor, Jl. Pakuan P.O. Box 452 Bogor e-mail : [email protected] Abstrak Dengan banyaknya pembangunan gedung-gedung di Indonesia, khususnya di Jakarta, untuk kebutuhan pemakaian energi listrik juga harus meningkat. Karena hal ini dimungkinkan penggunaan peralatan MEP (Mekanikal, Elektrikal, Plumbing) pada setiap gedung yang jumlahnya sangat banyak memerlukan energi listrik yang besar, untuk pengkonsumsian energi listriik yang paling besar dari keseluruhan pemakaian energi listrik pada gedung adalah untuk sistem tata udara atau HVAC (heating, ventilating and air conditioning). Sistem HVAC (heating, ventilating and air conditioning) itu sendiri yang ada pada gedung WISMA BCA Pondok Indah dimanfaatkan untuk ruangan-ruangan yang terhubung dengan para karyawan dan nasabah, sehingga sistem HVAC (heating, ventilating and air conditioning) disini merupakan hal yang sangat penting, dan jenis peralatan sistem HVAC (heating, ventilating and air conditioning) yang digunakan berupa sistem tata udara sentral atau AC sentral dan nilai temperatur yang dijadikan standar menurut SNI (Standar Nasional Indonesia) adalah sebesar 22ºC - 25ºC. Dari hasil analisa dengan perbandingan nilai temperatur sebesar 25ºC dan 22 ºC maka konsumsi energi listrik menurun dan kapasitas pendinginan meningkat. Penggunaan BAS ( Building Automation System) sangat membantu teknisi dan hasil yang diperoleh juga sangat memuaskan. Kata Kunci : BAS, HVAC, Chiller, AHU, 1. PENDAHULUAN Semakin tinggi tingkat industri dan perusahaan suatu Negara semakin besar pula tingkat kebutuhan tenaga listrik untuk memenuhi kebutuhan energinya. Sehingga kecenderungan pemakaian listrik dimasa yang akan datang akan terus meningkat. Upaya yang diperlukan adalah melakukan penghematan penggunaannya agar biaya operasi dapat ditekan, usaha seperti ini dikenal dengan istilah konservasi energi, yang kemudian dapat diterjemahkan dalam bentuk efesiensi dan penghematan biaya operasi. Upaya-upaya penghematan lainnya bisa pula menggunakan sistem-sistem yang mendukung dan berkaitan dengan penghematan energi, salah satunya adalah sistem otomatis, atau lebih dikenal dengan Building Automation System (BAS). Mengontrol dan memonitoring energi listrik dengan menggunakan sistem BAS (Building Automation System) merupakan solusi yang baik dan efisien pada industri, perkantoran, apartemen dan semua sistem yang memiliki kontrol kelistrikan yang luas. Dengan sistem ini akan memudahkan operator dalam melakukan kontrol terhadap kinerja alat-alat listrik yang harus dimonitoring setiaap saat, dan apabila terjadi gangguan maka operator akan langsung mengetahui apa jenis permasalahan yang terjadi pada mesin atau alat listrik tersebut.

Upload: asmara-kanthi

Post on 26-Sep-2015

63 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

kjj

TRANSCRIPT

  • *) = Pembimbing 1 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Pakuan

    ANALISA SISTEM OTOMATIS HVAC (HEATING,

    VENTILATING, AIR CONDITIONING) PADA GEDUNG WISMA

    BCA PONDOK INDAH

    Ade Firmansyah, Didik Notosudjono *), Dede Suhendi *)

    Mahasiswa Teknik Elektro Universitas Pakuan Bogor, Jl. Pakuan P.O. Box 452 Bogor

    e-mail : [email protected]

    Abstrak

    Dengan banyaknya pembangunan gedung-gedung di Indonesia, khususnya di Jakarta, untuk kebutuhan

    pemakaian energi listrik juga harus meningkat. Karena hal ini dimungkinkan penggunaan peralatan

    MEP (Mekanikal, Elektrikal, Plumbing) pada setiap gedung yang jumlahnya sangat banyak

    memerlukan energi listrik yang besar, untuk pengkonsumsian energi listriik yang paling besar dari

    keseluruhan pemakaian energi listrik pada gedung adalah untuk sistem tata udara atau HVAC (heating,

    ventilating and air conditioning).

    Sistem HVAC (heating, ventilating and air conditioning) itu sendiri yang ada pada gedung WISMA

    BCA Pondok Indah dimanfaatkan untuk ruangan-ruangan yang terhubung dengan para karyawan dan

    nasabah, sehingga sistem HVAC (heating, ventilating and air conditioning) disini merupakan hal yang

    sangat penting, dan jenis peralatan sistem HVAC (heating, ventilating and air conditioning) yang

    digunakan berupa sistem tata udara sentral atau AC sentral dan nilai temperatur yang dijadikan standar

    menurut SNI (Standar Nasional Indonesia) adalah sebesar 22C - 25C.

    Dari hasil analisa dengan perbandingan nilai temperatur sebesar 25C dan 22 C maka konsumsi

    energi listrik menurun dan kapasitas pendinginan meningkat. Penggunaan BAS (Building Automation

    System) sangat membantu teknisi dan hasil yang diperoleh juga sangat memuaskan.

    Kata Kunci : BAS, HVAC, Chiller, AHU,

    1. PENDAHULUAN

    Semakin tinggi tingkat industri dan

    perusahaan suatu Negara semakin besar pula

    tingkat kebutuhan tenaga listrik untuk

    memenuhi kebutuhan energinya. Sehingga

    kecenderungan pemakaian listrik dimasa yang

    akan datang akan terus meningkat. Upaya

    yang diperlukan adalah melakukan

    penghematan penggunaannya agar biaya

    operasi dapat ditekan, usaha seperti ini dikenal

    dengan istilah konservasi energi, yang

    kemudian dapat diterjemahkan dalam bentuk

    efesiensi dan penghematan biaya operasi.

    Upaya-upaya penghematan lainnya bisa pula

    menggunakan sistem-sistem yang mendukung

    dan berkaitan dengan penghematan energi,

    salah satunya adalah sistem otomatis, atau

    lebih dikenal dengan Building Automation

    System (BAS).

    Mengontrol dan memonitoring energi

    listrik dengan menggunakan sistem BAS

    (Building Automation System) merupakan

    solusi yang baik dan efisien pada industri,

    perkantoran, apartemen dan semua sistem

    yang memiliki kontrol kelistrikan yang luas.

    Dengan sistem ini akan memudahkan operator

    dalam melakukan kontrol terhadap kinerja

    alat-alat listrik yang harus dimonitoring

    setiaap saat, dan apabila terjadi gangguan

    maka operator akan langsung mengetahui apa

    jenis permasalahan yang terjadi pada mesin

    atau alat listrik tersebut.

  • *) = Pembimbing 2 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Pakuan

    Pada sistem building yang diterapkan

    pada gedung WISMA BCA Pondok Indah

    harus mampu memantau dan mengendalikan

    dan merecord semua fungsi instalasi listrik

    dan mekanik yang ada di dalam gedung agar

    dapat beroprasi dengan efektif dan hemat

    energi sehingga dapat menghemat biaya

    operasi. Sistem yang digunakan harus

    berbentuk module agar dimungkinkan untuk

    pengembangan tanpa harus membuang

    peralatan yang sudah ada.

    Secara umum kemampuan sistem yang

    diminta mencakup :

    Memonitoring, mengontrol dan merecord peralatan instalasi listrik penerangan daya

    dan electronic terkait (Fire Alarm).

    Memonitor, mengontrol dan merecord peralatan HVAC dan plumbing.

    Program mencatat jangka waktu operasi peralatan utama untuk agenda

    maintenance.

    Monitor pada display adalah colour graphic display untuk semua sistem MEP.

    Konsumsi pemakaian energi listrik pada

    suatu bangunan gedung umumnya adalah

    perbandingan sebagai berikut :

    55 70% untuk sistem tata udara/HVAC. 15 18% untuk sistem penerangan. 5 10% untuk alat transfortasi gedung. 2 5% untuk sistem air. s,d 2% untuk peralatan dan perlengkapan

    kantor.

    Pengkonsumsian energi yang paling besar

    dari keseluruhan pemakaian energi listrik

    suatu gedung adalah untuk sistem tata

    udara/HVAC. Sehingga salah satu cara untuk

    menghemat energi adalah mengusahakan

    beban pendinginan (cooling load) sekecil

    mungkin. Cara yang dapat dilakukan untuk

    menghemat energi yang digunakan untuk

    sistem tata udara, yaitu :

    a. Tahap perencanaan bangunan, dapat dilakukan dengan :

    Perhitungan kapasitas mesin AC yang tepat dan akurat.

    Pemilihan lokasi dengan orientasi dan lingkungan yang tepat.

    Desain arsitektural yang hemat energi.

    b. Tahap operasional, dapat dilakukan dengan :

    Penerapan sistem automatik gedung (BAS/Building Automation System).

    Maintenance yang teratur dan terjadwal untuk mesin AC.

    Untuk mengatasinya, pada jurnal ini akan

    dibahas untuk mengetahui mamfaat dan

    penerapan sistem automatik pada HVAC

    (Heating Ventilation and Air Conditioning)

    yang ada pada gedung dan juga untuk

    memudahkan teknisi melakukan kontrol

    peralatan melalui computer workstation dan

    tidak perlu harus menuju peralatan yang

    dikontrol, serta penggunaan DDC (Direct

    Digital Control) sebagai kontrol jarak jauh.

    2. TEORI

    2.1. Istilah Komputer BAS (Building

    Automatic System)

    Sistem Building atau lebih dikenal dengan

    istilah BAS (Building Automation Sistem) atau

    BMS (Building Management System) ada juga

    yang menyebut BMS (Building Monitoring

    System) dan lain-lain adalah sistem otomatisasi

    gedung yang di implementasikan untuk

    menghemat energi yang efisien dan berguna.

    Untuk penerapan sistem building pada

    gedung WISMA BCA Pondok Indah selain

    untuk menghemat pemakaian energi. tetapi

    juga untuk memudahkan para teknisi di

    gedung tersebut agar bisa lebih fleksibel,

    nyaman, effisien dan lebih aman bila pada saat

    monitoring dan melakukan ON/OFF pada

    suatu sistem kelistrikan, contohnya seperti

    pada sistem penerangan dan HVAC (Heating

    Ventilation and Air Conditioning) mealalui

    display Building Automatic System (BAS)

    yang ada pada ruang kontrol gedung.

  • *) = Pembimbing 3 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Pakuan

    Gambar 1. Contoh display kontrol dalam

    system building

    Teknologi komputer semakin lama

    semakin berkembang, istilah Building

    Automation System adalah sebuah

    pemrograman, komputerisasi, intelligent

    network dari peralatan elektronik yang

    memonitor dan mengontrol sistem mekanis

    dan sistem penerangan dalam sebuah gedung

    salah satunya pada gedung WISMA BCA

    Pondok Indah. Building Automation Systems

    (BAS) mengoptimasi start-up dan performansi

    dari peralatan HVAC dan sistem alarm. BAS

    menambah dalam jumlah besar interaksi dari

    mekanikal subsistem dalam gedung,

    meningkatkan kenyamanan pemilik, minimasi

    energi yang digunakan, dan menyediakan off-

    site kontrol gedung. BAS berbasis kontrol

    komputer untuk mengkoordinasi,

    mengorganisasi, dan mengoptimasi kontrol

    subsistem pada gedung seperti keamanan,

    kebakaran atau keselamatan, elevator, dan

    lain-lain. [17]

    2.2. Sistem Dari BAS (Building

    Automatic System)

    Controller

    Controller yang digunakan biasanya

    terdiri dari satu atau lebih PLC

    (Programmable Logic Controllers),

    dengan pemrograman tertentu. PLC dalam

    BAS digunakan untuk mengontrol

    peralatan yang biasanya digunakan dalam

    sebuah gedung. [17]

    Occupancy Sensor

    Occupancy biasanya didasarkan pada

    waktu dari skejul harian. Override switch

    atau sensor dapat digunakan untuk

    memantau occupancy pada beberapa

    daerah internal gedung. [17]

    Lighting

    Lighting dapat dinyalakan maupun

    dimatikan dengan Building Automation

    System (BAS) berdasarkan waktu harian,

    atau pengatur waktu dan sensor. Contoh

    sederhana sistem tersebut adalah

    menyalanya lampu pada suatu ruangan

    setelah setengah jam orang terakhir keluar

    dari ruangan tersebut. [17]

    Air Handler

    Air handler digunakan untuk

    mengatur keluar masuknya udara dalam

    gedung. Pengaturan ini dilakukan untuk

    menjaga agar udara tetap sesuai dengan

    kebutuhan serta kesehatan manusia yang

    ada dalam gedung tersebut. [17]

    Central Plant

    Central Plant dibutuhkan untuk

    menyuplai air-handling unit dengan air.

    [17]

    Alarms and Security

    Banyak Building Automation System

    (BAS) memiliki kemampuan alarm. Jika

    sebuah alarm dideteksi, alarm tersebut

    dapat diprogram untuk memberitahukan

    seseorang. Pemberitahuan dapat dilakukan

    melalui computer, maupun suara alarm.

    Sistem sekuriti dapat disambungkan pada

    Building Automatic System (BAS). Jika

    occupancy sensor ada, maka sensor

    tersebut dapat juga digunakan sebagai

    alarm pencuri. [17]

    Topologi

    Jaringan otomatis gedung terdiri dari

    primary dan secondary bus yang terdiri

    dari Programmable Logic Controllers,

  • *) = Pembimbing 4 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Pakuan

    input/output dan sebuah user interface

    (human interface device). Primary dan

    secondary bus dapat berupa kabel fiber

    optik, ethernet, ARCNET, RS-232, RS-

    485 atau wireless network. Controller

    digunakan dengan software yang akan

    bekerja dengan standar BACnet, LanTalk,

    dan ASHRAE. Input dan output berupa

    analog dan digital (binary). Input analog

    digunakan untuk membaca pengukuran

    variabel. Input digital mengindikasikan

    apabila device menyala atau tidak. Output

    analog mengontrol kecepatan atau posisi

    dari peralatan, seperti variable frequency

    drive, sebuah I-P transducer, atau sebuah

    aktuator. Output digital digunakan untuk

    membuka dan menutup relay dan switch.

    [17]

    2.3. Gambaran Umum Sistem HVAC

    (Heating Ventilation and Air Conditioning)

    Sistem tata udara biasa disebut sistem

    pengkondisian udara atau sistem HVAC

    (heating, ventilating and air conditioning).

    Sistem HVAC (heating, ventilating and air

    conditioning) merupakan salah satu sistem

    pemanas, sirkulasi udara, dan pendingin yang

    ada pada umumnya dirangkum dalam satu

    sistem. [10]

    Tujuan dari sebuah sistem HVAC adalah

    untuk memberikan sebuah lingkungan yang

    nyaman untuk penghuninya dengan

    mengkondisikan variabel dalam udara ruangan

    yang meliputi: temperature, humidity, air

    velocity, dan cleanliness, dan menyebarkannya

    ke seluruh gedung. [10]

    Variabel variabel udara yang diatur pada sistem HVAC adalah sebagai berikut :

    1. Temperatur Secara umum berarti temperatur dry-

    bulb, dan mengindasi panas dan dingin.

    Derajat temperatur harian adalah cara

    yang digunakan untuk membantu

    mengidikasikan panas atau dingin yang

    diperlukan untuk setiap harinya.

    Kenyamanan temperatur menurut

    ASHRAE (the American Societe Of

    Heating, Refregerating, and Air

    Conditioning Engineers) adalah 21C

    (70F)29,5C (85F). Di Indonesia juga

    terdapat standar umum yang digunakan

    untuk menentukan temperatur yang

    nyaman, yang digunakan dalam suatu

    ruangan. Di Indonesia standard ini

    dikeluarkan oleh SNI (Standar Nasional

    Indonesia) yaitu temperatur sebesar 25C

    1C dengan kelembapan relative 60%

    10%. [10]

    2. Kelembapan (Humidity) Menggambarkan rasio kelembapan

    yaitu istilah yang digunakan menunjukan

    presentasi kadar uap air di udara.

    Kelembapan udara ini bergantung pada

    temperatur udara. Udara yang panas atau

    hangat mengandung uap air lebih banyak

    dari pada udara dingin. Kelembapan

    relativ/ relative humidity ratio atau

    perbandingan dari jumlah uap air di udara

    dengan jumlah uap air yang paling baik

    pada temperatur sama. Kelembapan relatif

    dimana manusia merasa nyaman adalah

    40% - 60% dari jumlah total uap air di

    udara. [10]

    3. Kecepatan Udara (Air Velocity) Berdasarkan standar dari ASHRAE

    dan SNI maka nilai air velocity adalah

    sebesar 0.15 m/s. Air flow yang terlalu

    cepat dapat menyebabkan gangguan

    thermal atau masalah body temperature

    control, saat air flow terlalu lambat dapat

    menyebabkan pencemaran, atau

    temperatur ruangan menjadi naik. [10]

    4. Kebersihan (Cleanliness) Selama ruang udara tercemar oleh

    penguapan manusia, asap rokok,

    pembakaran, atau zat-zat yang tersebar

    dari material gedung, udara harus

    dicairkan melalui ventilasi. Zat-zat yang

    diatur dalam masa cleanliness yang

    meliputi partikel yang mengapung, karbon

    monoksida, karbon dioksida, dan

    formaldehyde. [10]

    2.4. Fungsi Pada Sistem HVAC

    (Heating Ventilation and Air Conditioning)

    Pengkondisian udara merupakan salah

    satu hal yang paling penting dalam suatu

    industri atau gedung. Karena dengan sistem

    pengkondisian udara yang baik akan

    menghasilkan udara segar sehingga diperoleh

    kenyamanan yang baik bagi manusia, mesin

    maupun lingkungan yang berada dilingkungan

  • *) = Pembimbing 5 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Pakuan

    sekitar. Karena dengan tingkat kenyamanan

    yang baik akan meningkatkan kinerja dari

    manusia maupun mesin yang digunakan. [10]

    Fungsi sistem HVAC pada umumnya

    dibagi menjadi dua golongan utama, yaitu :

    1. Penataan udara untuk kenyamanan

    Mengkondisikan udara pada ruangan

    untuk memberikan kenyamanan kerja bagi

    orang yang melakukan kegiatan tertentu.

    Diterapkan pada bangunan atau ruangan

    dimana manusia merupakan faktor yang

    dominan dalam peruntukan huniannya seperti

    gedung perkantoran, pertokoan, rumah sakit,

    hotel, apartemen, kereta dan lain-lain. [10]

    2. Penataan udara untuk industri

    Mengkondisikan udara dalam ruangan

    karena diperlukan oleh proses bahan peralatan

    atau barang yang ada didalamnya. Diterapkan

    pada bangunan atau ruangan dimana prosesing

    atau barang merupakan faktor yang dominan

    dalam huniannya, seperti pabrik obat-obatan,

    pengawet makanan, ruang komputer dan lain-

    lain. [10]

    2.5. Mamfaat BAS Untuk Sistem

    HVAC

    Sasaran dari pemamfaatan BAS pada

    sistem HVAC adalah untuk mencapai suatu

    tingkatan yang optimal dalam pengendalian

    sistem HVAC dengan penggunaan energi yang

    seefisien mungkin. [5]

    Yang dimaksud dengan pengendalian

    sistem HVAC dalam suatu ruangan adalah :

    Untuk mengatur sistem sedemikian rupa sehingga kondisi ruangan tetap nyaman

    bagi pengguna dan sesuai dengan

    kegunaannya.

    Mengoprasikan alat pendingin secara efisien, dengan artian bahwa penggunaan

    energi tidak berlebihan. [5]

    Secara umum sistem HVAC didisain

    untuk menangani beban puncak pendinginan

    atau pemanasan yang sebenarnya jarang

    terjadi, padahal akan lebih sering terjadi

    perubahan pada beban pendinginan. Oleh

    karena itu sistem kontrol ini pada dasarnya

    adalah pengendalian variabel dalam udara dari

    suatu ruangan agar variabel tersebut berada

    dalam batas yang diharapkan, melalui unit

    pengendali sistem yang mengintegritaskan

    komponen fan, pompa, peralatan

    heating/cooling, thermostat dan peralatan

    lainya. Proses monitoring dan optimasi

    temperatur, tekanan, kelembaban, dan laju alir

    udara adalah fungsi penting dari sistem kontrol

    bangunan yang modern. [5]

    Kita menggunakan kontrol otomatis untuk

    sistem HVAC sebagai penggganti kontrol

    yang manual. Kontrol otomatis mengeleminasi

    kebutuhan tenaga manusia yang terus menerus

    untuk melakukan monitoring dari suatu proses,

    dan hal ini juga mengurangi biaya tenaga kerja

    dan menghasilkan kinerja yang lebih baik,

    konsisten, dan dapat ditingkatkan. [5]

    Untuk pemakaian energi listrik dengan

    pemakaian dan pengoprasian mesin secara

    manual/kontinu akan mengakibatkan semua

    mesin refrigrasi bekerja 100% dan

    mengakibatkan konsumsi daya yang

    dibutuhkan sangatlah besar.

    PkWh = Pmesin X hour ............................ (2.1)

    Ptotal (manual) = PkWh X (jumlah mesin

    pendingin) ................................................ (2.2)

    Apabila menggunakan pemamfaatan

    sistim dengan BAS (Building Automation

    System) pada mesin pendingin beroprasi secara

    bergantian sesuai kebutuhan kalori, pada

    pengoprasian mesin dengan sistem BAS

    (Building Automation System) kinerja mesin

    refrigraasi adalah sebesar 80% dari pemakaian

    secara kontinu/manual, maka untuk

    penghitungannya adalah :

    Ptotal (otomatis) = PkWh X (jumlah mesin

    pendingin) X 0,8 ....................................... (2.3)

    2.6. Peralatan Utama AC Sentral

    Sesuai dengan fungsinya sistem tata udara

    sentral dapat dibagi menjadi beberapa bagian,

    yaitu :

    1. Peralatan sistem plant

  • *) = Pembimbing 6 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Pakuan

    Peralatan ini terdiri dari : Sistem

    pembangkit kalor, mesin refrigasi (chiller),

    menara pendingin dan sistem pemipaan (pipa

    air, refrigasi, pompa). Peralatan ini berfungsi

    untuk menyediakan air dingin yang diperlukan

    oleh koil/pipa pendinginan pada mesin AHU.

    Gambar 2. Skema sederhana mesin refrigrasi

    2. Peralatan sistem distribusi udara

    Perangkat ini terdiri dari : Saringan udara

    (filter), koil pendingin, kipas udara, ketiga alat

    ini dikemas menjadi satu unit pengolahan

    udara (Air Handling Unit/AHU). Peralatan ini

    bertanggung jawab terhadap pengkondisian

    udara dalam ruangan.

    Gambar 3. Skema sederhana mesin AHU

    Pada dasarnya pendingin udara (AC)

    sentral merupakan unit pendinginan udara

    yang besar. Udara yang telah didinginkan

    tersebut selanjutnya didistribusikan ke

    berbagai ruangan. Dalam pendistribusian

    udara dingin, maka dapat dibagi menjadi dua

    macam distribusi udara dingin ke dalam

    ruangan, yang pertama adalah

    menghembuskan udara dingin dari AHU (Air

    Hundling Unit) besar ke beberapa ruangan,

    sedangkan yang kedua adalah masing-masing

    ruang mempunyai AHU kecil-kecil atau

    kombinasi dari sebuah AHU dan beberapa

    FCU (Fan Coil Unit).

    Adapun perhitungan untuk mengetahui

    persentase AHU dalam menurunkan suhu

    udara adalah :

    R1 =

    ..................... (2.4)

    R2 =

    ..................... (2.5)

    E =

    x 100%... (2.6)

    Keterangan :

    R1 = Rata-rata suhu return

    R2 = Rata-rata suhu supply

    E = Efisiensi

    2.7. Intensitas Konsumsi Energi (IKE)

    Nilai pada Intensitas Energi (IKE)

    sangatlah penting untuk dijadikan sebagai

    tolak ukur seberapa potensi efisiensi energi

    listrik dalam ruangan setiap gedung, seperti

    ruangan seperti ruang tunggu, ruang office,

    ruang kontrol, dan lain-lain. Dengan

    membandingkan intensitas konsumsi

    energi dengan standar nasional, bisa untuk

    mengetahui apakah sebuah ruangan

    ataupun keseluruhan ruangan sudah

    efisien.

    IKE =

    ............... (2.7)

    Tabel dibawah adalah standar nasional

    konsumsi energi (IKE) untuk AC pada

    bangunan komersial, termasuk gedung

    WISMA BCA Pondok Indah.

  • *) = Pembimbing 7 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Pakuan

    Tabel 2.4. Standar Intensitas

    Konsumsi Energi Indonesia (IKE)

    3. Sistim Distribusi Pada Otomatisasi

    HVAC

    3.1. Ketentuan Teknis Peralatan BAS

    Pada peralatan sistem otomatisasi pada

    gedung atau dikenal dengan BAS (Building

    Automation System) adalah suatu sistem

    pengendalian dan pemantauan yang terpusat

    dari seluruh peralatan mekanikal dan elektrikal

    yang terdapat disuatu gedung. BAS terdiri dari

    beberapa Direct Digital Control (DDC) yang

    mempunyai input dan output baik secara

    analog ataupun digital. Input dan output

    tesebut berguna sebagai indikator untuk

    mengetahui status dari perangkat yang akan

    dikontrol.

    Untuk beberapa macam bangunan,

    Building Automatic System adalah sebuah

    solusi untuk mengatur, mengontrol dan

    mengotomatisasi perlengkapan dan fungsi dari

    gedung tersebut, termasuk Heating Ventilating

    dan Air Conditioning (HVAC).

    Untuk perencanaan instalasi dari DDC

    (Direct Digital Control) ke point digital

    menggunakan kabel tipe AWG-18, kemudian

    instalasi dari DDC (Direct Digital Control) ke

    panel daya menggunakan kabel NYM 3 x 2.5

    mm dan dari instalasi dari DDC (Direct

    Digital Control) ke peralatan yang akan di

    kontrol/dimonitor menggunakan kabel NYA 2

    x 1.5 mm (in PVC conduit). Pada instalasi

    kabel harus dimasukan dalam pipa galvanized

    steel conduit dengan ukuran yang sesuai

    dengan jumlah kabel didalamnya dimana

    ruang dalam pipa harus disisakan 40% untuk

    ventilasi.

    Gambar 1. Sistem hardware BAS pada AHU

    Building Automatic System (BAS) terdiri

    dari beberapa bagian utama, yaitu ;

    Berdasarkan gambar diatas. sistem pada

    BAS ini dibagi menjadi beberapa bagian-bagian

    utama seperti personal komputer, perangkat

    sensor-sensor pada input, tombol-tombol tekan,

    tombol tekan dengan jarak jauh sebagai

    masukan. Indikasi lokal, perangkat lokal sebagai

    keluaran dan sistem-sistem kontrol.

    1. Personal komputer.

    Pada Personal computer ini yang posisinya

    ditempatkan pada ruangan kendali atau ruangan

    kontrol pusat untuk mensupervisi keseluruhan

    sistem yang ada pada HVAC pada seluruh

    gedung, mengendalikan seluruh point-point yang

    menyimpan informasi untuk dievaluasi.

    2. Sensor-sensor.

    Pada perangkat sensor input ini terdiri dari

    beberpa sensor yang digunakan untuk

    pengontrolan sistem HVAC antara lain yaitu:

    Pressure Transmitter, Room Temperatur and

    Humidity sensor, Pipe Insertion Sensor,

    Insertion Temperature/Humidity Sensor, Flow

    Switch.

    3. Tombol-tombol tekan.

    Pada perangkat ini merupakan perangkat-

    perangkat masukan yang menerima respon

    Ruangan Dengan AC Ruangan Tanpa AC

    (kWH)/m/bulan (kWH)/m/bulan

    Sangat Efisien 4,17 - 7,92 Cukup Efisien 1,67 -2,50

    Efisien 7,92 - 12,08 Cenderung Tidak Efisien

    2,50 - 3,34

    Cukup Efisien 12,08 - 14,58 Tidak Efisien 3,34 - 4,17

    Cenderung Tidak

    Efisien

    14,58 - 19,17 Sangat Tidak

    Efisien

    4,17 - 5,75

    Tidak Efisien 19,17 - 23,75

    Sangat Tidak

    Efisien

    23,75 - 37,50

  • *) = Pembimbing 8 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Pakuan

    langsung dari operator dan berasal dari tempat.

    Masukan ini dapat berfungsi untuk mengaktifkan

    dan non-aktifkan (on/off) sistem atau perangkat

    lokal yang diatur oleh sistem ini.

    4. Tombol tekan dengan jarak jauh.

    Pada perangkat ini merupakan perangkat

    masukan yang menerima respon langsung dari

    pemakai atau user yang diberikan izin untuk

    masuk dan berasal dari jarak jauh. Masukan ini

    dapat berfungsi adalah untuk mengaktifkan dan

    menon-aktifkan (on/off) sistem atau perangkat

    lokal yang diatur oleh sistem dan juga

    melakukan perubahan-perubahan yang

    diperlukan pada sistem.

    5. Perangkat-perangkat lokal.

    Pada perangkat ini merupakan perangkat

    keluaran dari sistem yang menerima respon

    langsung dari controller dan posisinys terdapat di

    lokal site. Perangkat keluaran ini dapat berupa:

    mesin CHILLER, AHU, motor-motor listrik, dan

    perangkat-perangkat yang memebutuhkan catu

    daya sebagai penggeraknya.

    6. Indikasi lokal.

    Pada perangkat ini merupakan perangkat

    keluaran yang menerima respon langsung dari

    sistim controller dan terdapat di local site.

    Perangkat keluaran ini berfungsi sebagai indikasi

    yang menunjukan kondisi operasi terakhir

    (realtime) dari suatu perangkat yang ada pada

    gedung.

    7. Sistem kontroler BAS.

    Pada peralatan kontrol yang digunakan

    adalah satu set perangkat BAS dari Produsen

    Yamatake, antara lain terdiri dari : SCS, MIS,

    Infilex Controller, Modul-modul I/O.

    3.2. DDC (Direct Digital Control)

    DDC (Direct Digital Control) pada

    awalnya, sistem ini menggunakan cara

    konvesional yaitu dengan sistem sambungan

    menggunakan beberapa komponen seperti

    timer, relay, counter dan kontaktor. Generasi

    selanjutnya, sistem control sudah

    menggunakan microprocessor dengan bahasa

    pemograman assembler.

    Jadi, DDC (Direct Digital Control) adalah

    suatu rangkaian micro controller yang

    digunakan pada sistem kontrol dan

    pengendalian jarak jauh (remote station) dari

    pusat monitoring untuk mengontrol unit

    individual. Controller ini secara otomatis

    mengontrol operasi, operasi akan tetap terjaga

    bahkan jika bagian lain dari sistem berhenti.

    DDC (Direct Digital Control) terdiri dari

    controller dan modul I/O yang terhubung

    langsung dengan point-point dilapangan.

    Peralatan DDC (Direct Digital Control)

    controller mempunyai beberapa kemampuan

    sebagai berikut:

    a. Peralatan ini beroprasi sendiri melakukan control perintah terhadap point-point

    sesuai dengan instal program dari operator

    BAS.

    point-point tersebut adalah:

    - Analog pada input - Analog padad output - Digital pada input - Digital pada output

    b. Alarm Management bila terjadi problem. c. Menyiapkan dan mengumpulkan data.

    Dengan menggunakan DDC (Direct

    Digital Control) Controller mampu mengakses

    beberapa data, mengirimkan control perintah,

    dan mengirimkan laporan alarm secara

    langsung ke beberapa DDC (Direct Digital

    Control) Controller lainnya. Selain itu juga

    dapat mengirimkan laporan alarm kepada

    operator BAS (Building Automation System)

    tanpa tergantung pada peralatan yang lain.

    Bagian-bagian utama yang terdapat DDC

    (Direct Digital Control) Controller adalah

    Microprocessor Base dengan ukuran

    minimum 16 bits. Pada processor ini

    dilengkapi dengan plug in, power supply,

    communication controller, input dan output

    modul. Dengan adanya microprocessor ini,

    DDC (Direct Digital Control) controller dapat

    berdiri sendiri, melakukan pengontrolan dan

    penyimpanan report point terhadap peralatan

    yang dikontrol.

    Beberapa alasan penggunaan DDC

    (Direct Digital Control) dalam sistem kontrol

    adalah :

  • *) = Pembimbing 9 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Pakuan

    Penghemat komponen seperti timer, relay dan counter.

    Tidak memerlukan pekerjaan wiring kabel yang rumit.

    Dapat digunakan untuk sistem yang kompleks dan dapat dikomunikasikan

    antar DDC.

    Cara kerja pada DDC (Direct Digital Control)

    adalah sebagai berikut:

    Untuk menggunakan peralatan-peralatan

    DDC (Direct Digital Control), dengan cara

    menghubungkan sensor-sensor yang ada pada

    bagian modul input DDC dan alat alat yang akan dikontrol pada bagian modul output DDC

    tersebut. Kemudian pada programnya yang

    ada dalam DDC controller tersebut akan

    memproses data-data dari masukan input

    device DCC controller dan autputnya akan

    langsung bekerja sesuai dengan program yang

    telah dibuat dan tersimpan di dalam memori.

    Peralatan input dapat berupa sensor

    temperatur, push button dan panel control,

    limit switch atau peralatan lainnya dimana

    dapat menghasilkan suatu sinyal yang dapat

    diterima DDC kontroller. Peralatan output

    dapat berupa switch yang menggerakan lampu

    indicator, relay yang mengoprasikan valve,

    motor atau peralatan lain yang dapat digerakan

    oleh sinyal output dari DDC kontroller.

    Pada sebuah kontrol skematik adalah

    sebuah kontrol diagram dimana pada atomatic

    control device ditunjukan secara grafis.

    gambar dibawah ini menggambarkan sebuah

    typical constant air volume, air handler,

    dengan one-cooling coil dan one-heating coil

    yang dikontrol oleh direct digital controller

    (DDC). Pada beberapa tahun terakhir, DDC

    diaplikasikan untuk sebagian besar air handler

    control. Selain itu untuk schematic diagram,

    fungsi kontrol juga dijelaskan untuk

    pemahaman yang tepat.

    3.3. Peralatan Utama HVAC

    1. Motor Pompa Pendingin (CHWP)

    Pada motor pompa pendingin fungsinya

    adalah untuk mensuplai air yang akan digunkan

    oleh chiller untuk menghasilkan air dingin dan

    juga untuk mensuplai ke AHU (Air Hundling

    Unit).

    2. Chiller

    Merupakan mesin pendingin yang

    merupakan bagian penting dalam sistem HVAC

    (Heating Ventilation and Air Conditioning).

    Air yang disuplai oleh chiller ini akan

    didistribusikan ke unit-unit AHU (Air Hundling

    Unit).

    3. AHU (Air Hundling Unit)

    Yaitu merupakan alat pengolahan udara

    yang memiliki cooling (pendingin) dan heating

    (panas) yang berbentuk pipa-pipa yang dibentuk

    seperti anyaman, sehingga udara yang melewati

    pipa pada AHU (Air Hundling Unit) akan

    mengalami perpindahan kalor yang kemudian

    digunakan untuk mengkondisikan udara dalam

    plant/ruangan.

    4. Plant

    Merupakan ruangan-ruangan yang nilai

    variabel udaranya (temperatur, humidity, dan air

    velocity, diatur sesuai dengan kondisi dan

    fungsinya yang ada pada ruagan.

    4. Analisa Kerja HVAC

    4.1. Analisa Penggunaan Chiller

    Pada gedung WISMA BCA Pondok Indah

    untuk memenuhi kebutuhan pengkondisian

    udara digunakan chiller yang memiliki

    kemampuan mensuplai air dingin pada satu

    mesin chiller. Unit pendingin utama yang

    digunakan adalah 3 unit Air Cooled Water

    Chiller dimana masing-masing unit beroprasi

    sesuai dengan kapasitas kalori masing-masing

    chiller. Sehingga untuk melakukan

    pengontrolan pada chiller maka harus

    mengetahui terlebih dahulu kapasitasnya

    tersebut. Adapun perhitungan kapasitas kalori

    masing-masing chiller adalah sebagai berikut :

    Untuk ketiga chiller yang dipergunakan

    yaitu sebesar masing-masing 265 TR (Ton

    Refrigant), dimana : 1 TR = 3.024 kalori

    Maka 1 chiller akan menghasilkan sebanyak :

    265 TR x 3.024 kalori = 801,36 Kkalori

  • *) = Pembimbing 10 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Pakuan

    Maka energi untuk ketiga chiller yang

    dipakai maka akan menghasilkan sebanyak :

    768 TR x 3.024 kalori = 2322,432 Kkalori

    Penggunan kapasitas kalori yang

    disediakan oleh chiller sebagai dasar

    pengontrolan chiller merupakan cara yang

    lebih baik dibandingkan dengan penggunaan

    timer untuk pergantian operasi chiller. Hal ini

    dikarenakan pengontrolan chiller berdasarkan

    kapasitas kalori dapat menjaga agar operating

    time semua chiller sama sehingga umur chiller

    dapat lebih lama dan mengoptimalkan kerja

    chiller sesuai kebutuhan dalam ruangan.

    4.2. Analisa Penggunaan AHU

    Dalam sistem ini pengontrolan pada AHU

    dilakukan dengan melakukan monitoring dan

    pengontrolan pada bagian :

    1. Sistem pada AFS (Air Flow Switch) berfungsi sebagai status fan dan

    terhubung pada point-point digital input.

    2. Start/stop (on/off) yang berfungsi untuk mengkondisikan fan/kipas AHU dan

    terhubung pada digital output dan hanya

    dilakukan secara two-position kontrol saja

    (On-Off) berdasarkan pada perbedaan

    kondisi pada ruangan gedung dari nilai-

    nilai setpoint temperatur dan setpoint

    humadity.

    3. Sensor-sensor temperatur pada peralatan suplai dan return AHU hanya untuk

    monitoring saja dan juga hanya terhubung

    pada point analog input.

    4. Motorized valve yang ada pada peralatan berfungsi untuk membatasi jumlah air

    yang di supply chiller yang sehingga akan

    masuk kedalam coil AHU dan untuk

    instalasi BAS terhubung pada point-point

    analog output.

    Dalam persentase suhu udara dengan

    menggunakan AHU (Air Hundling Unit)

    pengontrolan pada pompa-pompa masukan

    dan keluaran dilakukan untuk mengetahui

    seberapa besar faktor kerja dari AHU (Air

    Hundling Unit) dalam menurunkan suhu udara

    adalah jumlah temperatur dari chiller yang

    kemudian terperatur tersebut dirubah kembali

    oleh AHU (Air Hundling Unit), temperatur

    yang dirubah kembali inilah yang disebut

    return. Pada tabel dibawah ini merupakan

    contoh tabel kontol harian pada AHU (Air

    Hundling Unit) dari tanggal 1 juli 2012 sampai

    dengan 31 juli 2012 yang mempunyai suplay

    dan return yang berbeda-beda. Sebagai contoh

    pada tanggal 1 juli 2012 temperatur supply

    16C dan kemudian dirubah kembali oleh

    mesin penukar kalor AHU (Air Hundling Unit)

    yang ada pada lantai

    satu menjadi 23C. Adapun data lainnya

    yang didapat dari kontrol harian AHU oleh

    teknisi diperlihatkan pada tabel berikut.

    Tabel 4.1. Data temperatur supply dan

    return AHU lantai 1 pada bulan juli 2012

    Tanggal Return (C) Supply (C)

    1 23 16

    2 24 15

    3 24 16

    4 24 15

    5 24 15

    6 23 16

    7 23 16

    8 23 16

    9 22 15

    10 24 16

    11 23 16

    12 22 15

    13 22 14

    14 22 14

    15 22 15

    16 22 14

    17 22 15

    18 23 14

    19 24 16

    20 23 16

    21 22 15

    22 22 15

    23 22 16

    24 24 16

    25 23 16

    26 24 16

    27 23 16

    28 23 15

    29 23 15

    30 23 15

    31 22 14

    Pada tabel 4.1. didapat bahwa untuk

    kerja AHU yang ada pada Lantai 1 memiliki

    nilai rata-rata efisiensi kerja sebesar :

  • *) = Pembimbing 11 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Pakuan

    = 22,9015,29

    15,29 x 100% = 49,78% hal ini

    berarti bahwa AHU yang ada pada lantai 1

    mampu merubah suhu udara sebesar 49,78%.

    4.3. Analisa Penggunaan Energi

    Tabel 4.2. Nilai setpoint temperatur terhadap

    pemakaian energi listrik

    Untuk nilai setpoint pada temperatur

    sebesar 22C dari pengujian yang dilakukan

    membutuhkan suhu evaporator kurang lebih

    6C yang disuplai chiller tersebut akan

    didistribusikan ke cooling coil/pipa pada AHU

    untuk mendinginkan udara pada ducting.

    Udara yang melewati AHU akan menjadi

    lebih dingin dari sebelumnya, udara tersebut

    langsung didistribusikan ke dalam ruangan.

    Sistem akan menjaga agar nilai temperatur

    ruangan sesuai dengan nilai setpoint. Pada

    suhu evaporator sebesar 6C ini daya yang

    dibutuhkan oleh satu mesin refrigrasi adalah

    sebesar 185,3 kW dan kapasitas pendinginan

    sebesar 522,4 kW. Sehingga energi yang

    dibutuhkan oleh satu mesin pada nilai setpoint

    22C adalah sebesar :

    PkWh = Pmesin pendingin X 240

    = 185,3 X 240 = 44.472 kWh

    (Keterangan : Sistem HVAC pada gedung

    BCA (Bank Central Asia) dioperasikan secara

    kontinu selama 12 jam sehari dan 30 hari

    dalam sebulan sehingga berarti 336 jam dan

    dikurang hari libur sabtu dan minggu 240 jam

    dalam sebulan). Untuk pemakaian tiga buah

    mesin refrigrasi secara kontinu (tanpa sistem

    BAS) selama satu bulan maka pemakaian

    energi sebesar :

    Pt (manual) = PkWh X 3

    = 44.472 kWh X 3 = 133.416 kWh

    Dengan penerapan sistim BAS seperti

    yang dijelaskan sebelumnya, maka

    pengoprasian mesin berdasarkan kebutuhan

    kalori dari ruangan. Sehingga ketiga mesin

    beroprasi secara bergantian sesuai kebutuhan

    kalori. Diasumsikan dari hasil pengamatan,

    pengoprasian mesin dengan sistem BAS

    adalah sebesar 80% dari pemakaian kontinu.

    Maka pemakaian energi tiga buah mesin

    refrigrasi adalah sebesar :

    Pt(otomatis) = PkWh X 3 X 0,8

    = 44.472 kWh X 3 X 0,8 = 106.732,8 kWh

    Jika perubahan nilai setpoint menjadi

    sebesar 25C maka sistem akan

    membandingkan antara nilai temperatur aktual

    di ruangan dan setpoint yang diberikan. Untuk

    suhu sebesar 25C maka suhu evaporator yang

    dibutuhkan untuk mendinginkan air dingin

    pada chiller juga mengalami kenaikan menjadi

    sebesar 9C. Peningkatan suhu evaporator ini

    menyebabkan chiller membutuhkan energi

    yang lebih sedikit untuk mendinginkan air.

    Sehingga hal ini akan mengurangi daya yang

    dibutuhkan satu mesin refregrasi menjadi

    sebesar 178,8 kW dan kapasitas pendinginan

    menjadi 571,7 kW. Sehingga energi yang

    dibutuhkan oleh satu mesin pada nilai setpoint

    25C adalah sebesar :

    PkWh = Pmesin pendingin X 240

    = 178,8 X 240 = 42.912 kWh

    Bila pemakaian tiga buah mesin refrigrasi

    secara kontinu (tanpa sistem BAS) selama satu

    bulan maka pemakaian energi sebesar :

    Pt (manual) = PkWh X 3

    = 42.912 kWh X 3 = 128.736 kWh

    Apabila penerapan sistim BAS seperti

    yang dijelaskan sebelumnya, maka

    Nilai Set

    Point

    (C)

    Temperatur

    Evaporator

    (C)

    Temperatur

    Kondensor

    (C)

    Pemakaian

    Daya Mesin

    (kW)

    Kapasitas

    Pendinginan

    (kW)

    21 5 30 188,9 500,9

    22 6 30 185,3 522,4

    23 7 30 183,7 537,9

    24 8 30 180,7 553,2

    25 9 30 178,8 571,7

  • *) = Pembimbing 12 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Pakuan

    pengoprasian mesin berdasarkan kebutuhan

    kalori dari ruangan. Sehingga ketiga mesin

    beroprasi secara bergantian sesuai kebutuhan

    kalori. Diasumsikan dari hasil pengamatan,

    Pengoprasian mesin dengan sistem BAS

    adalah sebesar 80% dari pemakaian kontinu.

    Maka pemakaian energi tiga buah mesin

    refrigrasi adalah sebesar :

    Pt (BAS) = PkWh X 3 X 0,8

    = 42.912 kWh X 3 X 0,8 = 102.988,8 kWh

    Dari hasil pengujian ini didapatkan bahwa

    dengan menaikan nilai setpoint temperatur

    ruang dari 22C menjadi 25C akan

    menyebabkan penghematan konsumsi energi

    yang dibutuhkan oleh satu mesin refrigrasi

    sebesar :

    Selisih Pt (otomatis)

    = 106.732,8 - 102.988,8 = 3.744 kWh

    Jadi penghematan/saving yang didapat

    dengan perubahan nilai setpoint tersebut

    adalah :

    Saving (persen)

    = 106.732,8 102.988,8

    106.732,8 = 3,507 5%

    Saving (Rupiah)

    = 3.744 kWh X Rp. 800/kWh = Rp. 2.955.200

    5. Kesimpulan

    1. Dengan penggunaan dan penerapan sistem otomatisasi pada gedung sangat

    membantu operator dalam melakukan

    pengontrolan, monitoring, dan mengatasi

    gangguan yang terjadi sehingga lebih

    efisien dan mudah dalam mendeteksi

    kerusakan sistem kelistrikan.

    2. Untuk menggunakan mesin AHU memiliki perbedan efisiensi yang

    dipengaruhi oleh temperatur air chiller

    dan rugi-rugi pada duckting yang

    berfungsi sebagai pendistribusian udara.

    3. Pada perubahan nilai temperatur ruangan dari setpoin 22 C menjadi 25 C akan

    menyebabkan penghematan energi

    sebesar 3.744 kWh.

    4. Untuk pemakaian tiga buah mesin refrigrasi dengan pengoprasian secara

    bergantian sesuai kebutuhan kalori, bisa

    menghemat 25.742,2 kWh.

    6. DAFTAR PUSTAKA

    [1] Yamatake. Building Management System (BMS) Savicnet-FX Basic Guide.

    Yamatake Corp. 2006

    [2] Yamatake. Instrumentation Guide Comfort Control. Yamatake Corp. 2006.

    [3] McDowall, Fundamentall Of HVAC System. SI edition. ASHRAE Learning

    Institute.

    [4] Azbil. Training BMS WISMA BCA Pondok Indah. PT. Azbil Barca Indonesia.

    [5] PT. Eltronindo Kamalasapta. Pekerjaan Instalasi Building Management System.

    Jakarta, 2012

    [6] AS Pabla, Abdul Kadir, Ir, Sistem Distribusi Daya Listrik. Jakarta, 1986.

    [7] P. Van Harten dan E. Setiawan, Ir, Instalasi Listrik Arus Kuat, Penerbit

    BINACIPTA, Bandung, 1981.

    [8] Zuhal, Dasar Teknik Tenaga Listrik, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1995.

    [9] Hasan Basri, Sistem Distribusi Daya Listrik, ISTN, 1997.

    [10] Ibnu El Hurry. Studi Sistem Automatik Pada Gedung Untuk Sistem HVAC

    (Heating System, Ventilating and Air

    Conditioning) Berbasis Direct Digital

    Controller (Studi Kasus Pada Pabrik X di Cibitung, Skripsi. Fakultas Teknik,

    Universitas Indonesia. 1999.

    [11] Senly Hidayat. Penggunaan Sistem Otomatisasi Building Untuk Penghematan

    Energi Pada Lembaga Biologi Molekuler

    Eijkman (LBME), Skripsi. Fakultas

    Teknik Elektro, Universitas Pakuan

    Bogor.

    [12] Kristoper Lisuan Palungan. Analisa Efisiensi Kebutuhan Daya Listrik Pada

    Gedung Bertingkat Bogor Trade Mall

    (BTM) Bogor, Skripsi. Fakultas Teknik

    Elektro Universitas Pakuan Bogor.

    [13] (www.energyeficientcyasia.com/) [14] (http://digilib.petra.ac.id/) [15] (www.brighthubengineering.com/hvac/). [16] (http://www.wikipedia.org/) [17] (www.ittelkom.ac.id)