ade sofian

Upload: david-m-purba

Post on 01-Mar-2016

155 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

tesis

TRANSCRIPT

  • KAJIAN PRIORITAS PENANGANANJARINGAN JALAN DI KOTA SERANG

    BERDASARKAN INDEKS KINERJA JALAN

    TESIS

    Oleh:ADE SOFIAN

    NPM: 2007831001

    PROGRAM MAGISTER TEKNIK SIPILKONSENTRASI PENGELOLAAN JARINGAN JALAN

    KERJASAMAPUSAT PEMBINAAN KEAHLIAN DAN TEKNIK KONSTRUKSI

    DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUMDENGAN

    PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN

    BANDUNG2009

  • KAJIAN PRIORITAS PENANGANAN JARINGAN JALAN DI KOTASERANG BERDASARKAN INDEKS KINERJA JALAN

    ADE SOFIAN2007831001

    PERSETUJUAN TESIS

    Santoso Urip Gunawan, Ir., MT ......................................................Pembimbing

    Hartanto Soebeno, Ir., M.Sc ......................................................Penguji

    Dr. H. Dadang Mohamad, Ir., MSCE ......................................................Penguji

  • (Q.S Al-Araf: 55 - 56)

    4 Kemampuan tentang rumusan Manusia Agung(the 8th habbit, Prof. Stephen Covey, 2005)

    Secara fisik ia memiliki disiplinSecara intelektual ia memiliki visi

    Secara emosional ia memiliki semangat berkaryaSecara spiritual ia memiliki nurani yang aktif dan sensitif

    Kupersembahkan untuk yang tercinta:I s t r i k u Ratu Eva Fahriah, SSTP u t r a k u Devsa Rievky Sofiandan Putriku Farah Aqilla Sofian

  • iKAJIAN PRIORITAS PENANGANAN JARINGAN JALAN DI KOTASERANG BERDASARKAN INDEKS KINERJA JALAN

    ADE SOFIAN2007831001

    PEMBIMBING:SANTOSO URIP GUNAWAN, Ir., MT

    KERJASAMA ANTARAPROGRAM MAGISTER TEKNIK SIPIL

    KONSENTRASI PENGELOLAAN JARINGAN JALANUNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN

    DENGANPUSAT PEMBINAAN KEAHLIAN DAN TEKNIK KONSTRUKSI

    DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUMBANDUNG - 2009

    ABSTRAK

    Kajian ini bertujuan untuk menyusun prioritas penanganan jaringan jalandi Kota Serang agar kondisi kinerja jalan yang ada dapat tetap terpelihara denganbaik. Penentuan prioritas penanganan jaringan jalan ini didasari atas indekskinerja jaringan jalan. Ruas jalan yang diprioritaskan untuk ditangani adalah ruasjalan dengan indeks kinerja terendah untuk kemudian dilakukan usulan jenispenanganan ruas jalan tersebut dan estimasi kebutuhan anggarannya .

    Dengan menggunakan Analisis Multi Kriteria dalam penilaian kinerjajaringan jalan, khususnya metode proses analisis hirarki/Analytical HierarchyProcess (AHP) untuk menentukan bobot dari kriteria-kriteria penilaian kinerjajaringan jalan. Dalam metode ini digunakan lima kriteria, yaitu (1) kondisi jalandan bangunan pelengkap, (2) kondisi lalulintas, (3) kondisi jaringan, (4) aspekekonomi dan manajemen, dan (5) aspek lingkungan jalan. Berdasarkan persepsistakeholders, kriteria (1) menjadi prioritas kesatu dengan bobot 0,353, berturut-turut selanjutnya kriteria (2) 0,220, kriteria (4) 0,189, kriteria (3) 0,152, dankriteria (5) 0,086. Hasil dari indeks kinerja ruas jalan diperoleh prioritaspenanganan ruas jalan di Kota Serang adalah (1) Jalan Ustad Udzer Yahya dengannilai indeks sebesar 5,66, (2) Jalan RSU dengan nilai indeks sebesar 5,94, dan (3)Jalan Ksatria Dalam dengan nilai indeks sebesar 6,47, ketiga ruas jalan tersebutmenunjukkan indeks kinerja jalan terendah.

    Analisis penilaian kinerja jaringan jalan didasarkan pada rekapitulasiskoring variabel, bobot relatif dan prediksi kondisi jalan. Dari ketiga dasartersebut, dihasilkan bahwa penilaian urutan prioritas, usulan jenis penanganan danestimasi anggaran berdasarkan bobot relatif lebih cocok digunakan untukmenangani ruas jalan yang dipilih.

    Kata kunci: prioritas penanganan, proses analisis hirarki, indeks kinerja jalan.

  • ii

    THE STUDY PRIORITY OF HANDLING THE URBAN ROAD NETWORKIN SERANG CITY BASED ON ROAD PERFORMANCE INDEX

    ADE SOFIANSTUDENT REG: 2007831001

    ADVISOR:SANTOSO URIP GUNAWAN, Ir., MT

    JOINT OPERATION BETWEENMASTERS DEGREE IN CIVIL ENGINEERING

    MAJORING HIGHWAY NETWORKPARAHYANGAN CATHOLIC UNIVERSITY

    ANDCENTRE FOR EXPERTISE DEVELOPMENT AND CONSTRUCTION ENGINEERING

    MINISTRY OF PUBLIC WORKSBANDUNG - 2009

    ABSTRACT

    This piece of study aims to prioritise of handling the urban road networkin Serang city so that the conditions of road performance can be taken good careof properly. The determination of this priority scheme for urban road network isbased upon a performance index of the road network. The road sections prioritisedfor maintenance are the ones with the lowest performance index and then to carryon handling proposal and budget estimated that roads.

    By employing the Multi Criteria Analysis in rating road networkperformance, in particular the method featuring the analytical hierarchy process toestablish the value of the various criteria used for the evaluation of road networkperformance, this method makes use of 5 (five) criteria, namely (1) the conditionof roads and supplementary structures; (2) traffic conditions; (3) networkconditions; (4) economic and management aspects; (5) road environment aspects.Based on the stakeholders perception yields the following: criterion (1) could bea first priority with estimated 0.353, furthermore in a row criterion (2) 0.220,criterion (4) 0.189, criterion (3) 0.152, and finally criterion (5) 0.086. Theoutcome of the road performance index yields the maintenance priority of roadsin the city of Serang, which runs as follows: (1) Jalan Ustad Udzer Yahya withinindex value 5,66, (2) Jalan RSU within index value 5,94, and (3) Jalan KsatriaDalam within index value 6,47; these three roads occupy the lowest position onthe road performance index.

    Analysis in rating road network performance based upon at variablescoring recapitulation, outcome relative, and road condition predictability. Theprority series rating, handling propose, and budget estimate based on an outcomerelative be agreeable to used of handling the urban road network.

    Key phrases: priority of handling, analytical hierarchy process, road performance index.

  • iii

    PRAKATA

    Bismillahirrahmaanirrahiim.

    Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

    karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan topik

    Kajian Prioritas Penanganan Jaringan Jalan di Kota Serang Berdasarkan

    Indeks Kinerja Jalan. Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat dan bagian

    dari studi di Program Pascasarjana Magister Teknik Sipil Program Studi

    Pengelolaan Jaringan Jalan di Universitas Katolik Parahyangan Bandung.

    Beberapa pihak yang secara langsung maupun tidak langsung, baik

    secara moril maupun materil, yang telah memberikan bantuan dan dukungan yang

    sangat berharga bagi penulis atas tersusunnya tesis ini, penulis menghaturkan

    terima kasih dan penghargaan kepada:

    1. Bapak Santoso Urip Gunawan, Ir., MT, yang telah memberikan bimbingan

    selama penulisan tesis ini.

    2. Bapak Hartanto Soebeno, Ir., M.Sc., dan Bapak Dr. H. Dadang Muhammad

    Masoem, Ir., MSCE, selaku pembahas atas saran-sarannya.

    3. Bapak Aloysius Tjan, Ph.D, selaku Ketua Program Pascasarjana Magister

    Teknik Sipil beserta staf atas bantuannya.

    4. Pimpinan dan staf di Pusat Pembinaan Keahlian dan Teknik Konstruksi,

    Departemen Pekerjaan Umum, yang telah memberikan fasilitas kepada penulis

    selama mengikuti pendidikan.

    5. Bapak Bupati Serang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

    untuk mengikuti pendidikan pada Program Kerjasama antara Universitas

    Katolik Parahyangan Bandung dengan Pusat Pembinaan Keahlian dan Teknik

    Konstruksi, Departemen Pekerjaan Umum.

    6. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Serang yang

    telah memberikan dorongan dan restu untuk menempuh pendidikan ini.

    7. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas Pekerjaan Umum,

    dan Dinas Perhubungan Kota Serang beserta staf bantuannya.

  • iv

    8. Seluruh rekan-rekan Program Studi Teknik Pengelolaan Jaringan Jalan

    Angkatan 2007 dan rekan-rekan pada Badan Perencanaan Pembangunan

    Daerah Kabupaten Serang atas segala bantuan dan perjuangannya bagi penulis

    dalam penyusunan tesis ini.

    9. Semua pihak yang tak dapat disebutkan satu persatu atas segala bantuan dalam

    penyusunan tesis ini.

    Secara khusus, dengan rasa hormat dan sayang, penulis menghaturkan

    terima kasih setulus-tulusnya dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

    1. Istri tercinta Ratu Eva Fahriah, SST dan buah cinta tersayang Devsa Rievky

    Sofian serta Farah Aqilla Sofian yang telah memberikan semangat, perhatian,

    pengorbanan dan doanya yang begitu besar sebagai sumber motivasi bagi

    penulis dalam menyelesaikan pendidikan di Kota Bandung ini.

    2. Orang tua tercinta Ibunda Siti Chodijah, Ayahanda Erman Yahya dan Mimih

    Hj. Etin Sabit, atas cinta kasih dan doanya yang begitu tulus dan ikhlas yang

    selalu menyertai penulis dalam menjalani hidup ini. Tiada hal yang paling

    indah selain membuat Mamah, Bapak dan Mimih bahagia.

    3. Kakak-kakak dan adik-adik penulis yang telah memberikan dorongan,

    semangat, dan doa restunya.

    Akhirnya penulis berharap semoga hasil penelitian ini bermanfaat

    sebagai bahan pengetahuan yang berarti walaupun sangat kecil serta menjadi

    bekal yang lebih baik bagi penulis dalam pengabdian sebagai abdi masyarakat dan

    abdi aparatur pemerintah.

    Bandung, Maret 2009

    Penulis,

    Ade Sofian

  • vDAFTAR ISI

    ABSTRAK .................................................................................................... i

    ABSTRACT .................................................................................................. ii

    PRAKATA .................................................................................................... iii

    DAFTAR ISI ................................................................................................. v

    DAFTAR GAMBAR .................................................................................... viii

    DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii

    DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN ..................................................... xiv

    BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1

    1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1

    1.2 Perumusan Masalah .......................................................................... 5

    1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 5

    1.4 Ruang Lingkup Studi dan Batasan Penelitian ..................................... 7

    1.5 Metodologi Penelitian ....................................................................... 8

    BAB 2 KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 11

    2.1 Sistem Transportasi .......................................................................... 11

    2.2 Pengelolaan Prasarana Jalan ............................................................. 12

    2.2.1 Sistem Jaringan Jalan 13

    2.2.2 Hirarki dan Klasifikasi Jaringan Jalan .. 15

    2.2.3 Kelas Jalan 17

    2.2.4 Aksesibilitas dan Mobilitas .. 18

    2.2.5 Kapasitas ... 19

    2.2.6 Kecepatan . 21

    2.2.7 Volume Lalulintas 22

    2.3 Penyelenggaraan Sistem Jaringan Jalan ........................................... 22

    2.4 Standar Pelayanan Minimal di Bidang Jalan .................................... 23

    2.5 Wewenang Penanganan Jaringan Jalan ............................................ 24

    2.6 Struktur Keuangan Pemerintah Daerah ............................................ 25

    2.7 Prioritas Kegiatan Penanganan Jalan ................................................ 28

  • vi

    2.7.1 Jenis dan Prioritas Penanganan Jalan 28

    2.7.2 Waktu Penanganan Pemeliharaan Jalan 29

    2.8 Metode Prediksi Markovian ............................................................. 31

    2.9 Kinerja Ruas Jalan ............................................................................ 32

    2.10 Konsep Analisis Multi Kriteria (AMK) 35

    2.10.1 Pembobotan dan Skoring .. 35

    2.10.2 Proses Analisis Hirarki . 36

    2.10.3 Pemeriksaan Konsistensi .. 40

    2.11 Uji Kecukupan Data .. 41

    2.12 Kriteria dan Variabel Penilaian Indeks Kinerja Jaringan Jalan . 42

    2.13 Pembentukan Matrik Kinerja . 43

    2.14 Proses Perhitungan Indeks Kinerja Jaringan Jalan 43

    BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI ..................................... 45

    3.1 Wilayah Administrasi Kota Serang .................................................. 45

    3.2 Kondisi Aspek Sosial dan Ekonomi ................................................. 48

    3.3 Kondisi Aspek Tata Ruang, Sumber Daya Alam dan

    Lingkungan Hidup ............................................................................ 51

    3.3.1 Tata Ruang 51

    3.3.2 Sumber Daya Alam .. 53

    3.3.3 Lingkungan Hidup 53

    3.4 Kondisi Aspek Prasarana dan Sarana Transportasi Wilayah ............ 54

    3.5 Isu Strategis ... 58

    BAB 4 DATA DAN ANALASIS KINERJA JARINGAN JALAN .............. 60

    4.1 Data Kinerja Jaringan Jalan .............................................................. 60

    4.2 Penyajian Data Sekunder .................................................................. 63

    4.3 Penyajian Data Ruas Jalan ................................................................ 64

    4.4 Kinerja Berdasarkan Standar Pelayanan Minimum (SPM) .............. 65

    4.5 Pembobotan Kriteria dan Variabel ................................................... 65

    4.6 Skoring Penilaian Kondisi Kinerja Ruas Jalan ................................. 71

    4.7 Skoring Penilaian Kinerja Jaringan Jalan oleh Responden .............. 81

    4.8 Perhitungan Indeks Kinerja Jalan (IKJ) ............................................ 85

  • vii

    4.9 Prioritas Penanganan Ruas Jalan ...................................................... 88

    4.9.1 Urutan Prioritas . 89

    4.9.2 Prioritas dan Usulan Jenis Penanganan . 89

    4.10 Estimasi Kebutuhan Anggaran .. 92

    4.11 Prediksi Kondisi Perkerasan Jalan Selama Lima Tahun ... 94

    4.12 Analisis Kinerja Ruas Jalan ... 100

    4.12.1 Penilaian Kriteria dan Variabel ............................................. 101

    4.12.2 Penilaian Prioritas, Usulan Penanganan dan Estimasi

    Anggaran Berdasarkan Rekapitulasi Skoring Variabel ......... 102

    4.12.3 Penilaian Prioritas, Usulan Penanganan dan Estimasi

    Anggaran Berdasarkan Bobot Relatif ................................... 103

    4.12.4 Penilaian Prioritas, Usulan Penanganan dan Estimasi

    Anggaran Berdasarkan Prediksi Kondisi Jalan ......... ........... 104

    BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 107

    5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 107

    5.2 Saran ................................................................................................. 108

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 109

    LAMPIRAN ................................................................................................. 111

  • viii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1.1 Ruas-ruas Jalan di Kecamatan Serang, Kota Serang .............. 3

    Gambar 1.2 Lokasi Ruas Jalan di Kota Serang yang ditinjau . 4

    Gambar 1.3 Indeks Kinerja Jaringan Jalan .. 6

    Gambar 1.4 Bagan Alir Metodologi Penelitian ... 10

    Gambar 2.1 Sistem Transportasi ................................................................ 12

    Gambar 2.2 Pembagian Fungsi Jalan .. 15

    Gambar 2.3 Struktur Pendanaan Wilayah Otonomi 26

    Gambar 2.4 Skema Mekanisme Penyusunan Anggaran . 27

    Gambar 2.5 Hubungan Antara VCR dengan Kecepatan Tempuh .. 33

    Gambar 2.6 Skala Penilaian Variabel Kinerja Jaringan Jalan . 36

    Gambar 2.7 Skema Proses Analisis Hirarki 37

    Gambar 3.1 Peta Administratif Kota Serang ............................................... 47

    Gambar 3.2 Diagram Kecelakaan di Kabupaten Serang ............................ 58

    Gambar 4.1 Ilustrasi Jumlah Responden Sesuai Kriteria dan Rangking ..... 63

    Gambar 4.2 Bobot Kriteria Berdasarkan Kelompok Stakeholders . 66

    Gambar 4.3 Bobot Relatif Kriteria Seluruh Responden .. 68

    Gambar 4.4 Pembobotan Seluruh Kriteria dan Variabel . 69

    Gambar 4.5 Hasil Pembobotan Variabel . ......................... 70

  • ix

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1 Kriteria dan Variabel Penilaian Indeks KinerjaJaringan Jalan .......................................................................... 6

    Tabel 2.1 Persyaratan Ruas Jalan Dalam Sistem Jaringan Primerdan Sekunder ... 14

    Tabel 2.2 Pengelompokkan Jalan Menurut Fungsi ................................. 16

    Tabel 2.3 Pengelompokkan Jalan Menurut Status .................................. 17

    Tabel 2.4 Hubungan Fungsi, Status dan Wewenang Pembinaan Jalan .. 17

    Tabel 2.5 Kelas Jalan Menurut Muatan Sumbu Terberat (MST) ........... 18

    Tabel 2.6 Kecepatan Rencana pada Sistem Primer BerdasarkanKelas Jalan dan Lebar Lajur .................................................... 18

    Tabel 2.7 Kecepatan Rencana pada Sistem Sekunder BerdasarkanKelas Jalan dan Lebar Lajur .................................................... 18

    Tabel 2.8 Kapasitas Dasar ...................................................................... 20

    Tabel 2.9 Penyesuaian Kapasitas untuk Pengaruh Lebar Jalur Lalulintaspada Jalan Perkotaan ............................................................... 20

    Tabel 2.10 Faktor Penyesuaian Kapasitas untuk Pemisahan Arah ........... 20

    Tabel 2.11 Faktor Penyesuaian Kapasitas untuk PengaruhHambatan Samping dan Lebar Bahu pada Jalan Perkotaan ... 21

    Tabel 2.12 Faktor Penyesuaian Kapasitas untuk Ukuran Kotapada Jalan Perkotaan ............................................................... 21

    Tabel 2.13 Daftar Konversi Satuan Mobil Penumpang (SMP) ................ 22

    Tabel 2.14 Standar Pelayanan Minimal Bidang Jalan di Indonesia .. 24

    Tabel 2.15 Penentuan Kondisi Ruas Jalan ................................................ 29

    Tabel 2.16 Standar Tingkat Pelayanan Jalan .............................................. 33

    Tabel 2.17 Skala Penilaian Antar Kriteria ................................................ 39

    Tabel 2.18 Contoh Matrik Perbandingan Berpasangan ............................. 40

    Tabel 2.19 Nilai Indeks Random ... 41

    Tabel 2.20 Kriteria, Variabel dan Indikator Penilaian Indeks KinerjaJaringan Jalan ... 42

    Tabel 2.21 Contoh Pembentukan Matrik Kinerja .. 43

    Tabel 2.22 Contoh Perhitungan Indeks Kinerja Ruas Jalan ... 44

    Tabel 3.1 Luas Daerah dan Pembagian Daerah Administrasidi Kota Serang ........................................................................ 48

    Tabel 3.2 Jarak Antar Kecamatan (dalam km) di Kota Serang .............. 48

    Tabel 3.3 Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kota Serang .................. 49

  • xTabel 3.4 PDRB Kabupaten Serang Atas Dasar Harga BerakuMenurut Lapangan Usaha (dalam jutaan rupiah) ................. 50

    Tabel 3.5 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Serang Atas Dasar HargaKonstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (dalam persen) ....... 50

    Tabel 3.6 Panjang Jalan Menurut Status, Jenis Permukaan, Kondisi danKelas Jalan di Kota Serang pada Tahun 2006-2008 ................ 56

    Tabel 3.7 Banyaknya Kecelakaan lalulintas per Bulandi Kabupaten Serang ............................................................... 58

    Tabel 4.1 Distribusi Penyebaran Kuesioner ........................................... 60

    Tabel 4.2 Perangkingan Kriteria Menurut Kelompok Responden ......... 62

    Tabel 4.3 Daftar Ruas Jalan Terpilih ...................................................... 64

    Tabel 4.4 Kondisi Ruas Jalan Terpilih pada Tahun 2008 ........................ 64

    Tabel 4.5 Hasil Analisis Kinerja Berdasarkan SPM ............................... 65

    Tabel 4.6 Bobot Kelompok Stakeholders Terhadap Kriteria ................. 66Tabel 4.7 Proses Pembobotan Kriteria Seluruh Responden ................... 67

    Tabel 4.8 Pembobotan Variabel Kinerja Jaringan Jalan ......................... 69

    Tabel 4.9 Proses Pembobotan Variabel Seluruh Responden .................. 71

    Tabel 4.10 Skoring Kondisi Perkerasan ................................................... 72

    Tabel 4.11 Penilaian Skoring Kondisi Jembatan ...................................... 73

    Tabel 4.12 Skoring Kondisi Jembatan ....................................................... 73

    Tabel 4.13 Penilaian Skoring Kondisi Hambatan Samping ..................... 73

    Tabel 4.14 Skoring Kondisi Hambatan Samping ..................................... 74

    Tabel 4.15 Penilaian Skoring Kondisi Geometrik .................................... 74

    Tabel 4.16 Skoring Kondisi Geometrik .................................................... 74

    Tabel 4.17 Penilaian Skoring Kondisi Trotoar dan Bahu Jalan ................. 75

    Tabel 4.18 Skoring Kondisi Trotoar ......................................................... 75Tabel 4.19 Skoring Kondisi Bahu Jalan ................................................... 75

    Tabel 4.20 Skoring Rata-rata Variabel Kondisi Trotoar/Bahu jalan/Pedestrian .................................................................................. 76

    Tabel 4.21 Penilaian Skoring Volume Lalulintas ..................................... 77

    Tabel 4.22 Skoring Volume Lalulintas ...................................................... 78

    Tabel 4.23 Penilaian Skoring Kondisi Kecepatan Operasi ........................ 78

    Tabel 4.24 Skoring Kondisi Kecepatan Operasi ...................................... 78

    Tabel 4.25 Penilaian Skoring Indeks Aksesibilitas dan Indeks Mobilitas .. 79

    Tabel 4.26 Skoring Indeks Aksesibilitas .................................................. 79

  • xi

    Tabel 4.27 Skoring Indeks Mobilitas ......................................................... 79

    Tabel 4.28 Penilaian Skoring Tingkat Kecelakaan ................................... 80

    Tabel 4.29 Skoring Tingkat Kecelakaan .................................................... 80

    Tabel 4.30 Realisasi Anggaran Sektor Transportasi .................................. 81

    Tabel 4.31 Skoring Alokasi Anggaran ...................................................... 81

    Tabel 4.32 Jumlah Jawaban Penilaian Variabel Oleh Responden ............ 82

    Tabel 4.33 Skoring Penilaian Variabel Oleh Responden ......................... 83

    Tabel 4.34 Rekapitulasi Skoring Variabel Ruas Jalan .............................. 84

    Tabel 4.35 Bobot Relatif Ruas Jalan ........................................................ 85

    Tabel 4.36 Matrik Kinerja Jalan di Kota Serang ...................................... 86

    Tabel 4.37 Indeks Kinerja Jalan di Kota Serang ...................................... 87

    Tabel 4.38 Perbandingan Urutan Prioritas Kinerja Ruas Jalan ................ 88

    Tabel 4.39 Urutan Prioritas Penanganan Ruas Jalan di Kota Serang ....... 89

    Tabel 4.40 Prioritas Jenis Penanganan Ruas Jalan di Kota SerangBerdasarkan Kriteria atau Variabel Pembentuknya ................ 91

    Tabel 4.41 Kebutuhan Anggaran Berdasarkan Jenis Penanganandan Jenis Konstruksinya/m2 ..................................................... 93

    Tabel 4.42 Estimasi Kebutuhan Anggaran ............................................... 93

    Tabel 4.43 Kondisi Perkerasan Tahun 2007 .............................................. 94

    Tabel 4.44 Kondisi Perkerasan Tahun 2008 .............................................. 94

    Tabel 4.45 Prediksi Kondisi Jalan Ustad Udzer Yahya ......................... 97

    Tabel 4.46 Prediksi Kondisi Jalan RSU ......... 97

    Tabel 4.47 Prediksi Kondisi Jalan Ksatria Dalam . 97

    Tabel 4.48 Prediksi Kondisi Jalan Ki Mas Jong ... 97

    Tabel 4.49 Prediksi Kondisi Jalan Komp. Kejaksaan ... 98

    Tabel 4.50 Prediksi Kondisi Jalan Bhineka .. 98Tabel 4.51 Prediksi Kondisi Jalan Ki Uju . 98

    Tabel 4.52 Prediksi Kondisi Jalan Tb. Makmun . . 98

    Tabel 4.53 Prediksi Kondisi Jalan KM. Idris .... 99

    Tabel 4.54 Prediksi Kondisi Jalan Ciwaru Raya . ..... 99

    Tabel 4.55 Prediksi Kondisi Jalan KH. Jamhari ....... 99

    Tabel 4.56 Prediksi Kondisi Jalan Jayadiningrat ...... 99

    Tabel 4.57 Prediksi Kondisi Jalan Aliman . .. 100

    Tabel 4.58 Prediksi Kondisi Jalan Empat Lima . ...... 100

  • xii

    Tabel 4.59 Hasil Analisis Urutan Prioritas, Usulan Jenis Penanganan

    dan Estimasi Anggaran Berdasarkan Rekapitulasi

    Skoring Variabel .................................................................... . 103

    Tabel 4.60 Hasil Analisis Urutan Prioritas, Usulan Jenis Penanganan

    dan Estimasi Anggaran Berdasarkan Bobot Relatif ............... 104

    Tabel 4.61 Hasil Analisis Urutan Prioritas, Usulan Jenis Penanganan

    dan Estimasi Anggaran Berdasarkan Prediksi Kondisi Jalan .. 105

  • xiii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Formulir Kuesioner ................................................................. 111

    Lampiran 2 Rekapitulasi Perhitungan Bobot Antar Kriteria dan Variabel .. 118

    Lampiran 3 Perhitungan Antar Kriteria Oleh Responden ........................... 119

    Lampiran 4 Perhitungan Antar Variabel pada Kriteria 1 Oleh Responden .. 124

    Lampiran 5 Perhitungan Antar Variabel pada Kriteria 2 Oleh Responden .. 129

    Lampiran 6 Perhitungan Antar Variabel pada Kriteria 3 Oleh Responden .. 132

    Lampiran 7 Perhitungan Antar Variabel pada Kriteria 4 Oleh Responden .. 134

    Lampiran 8 Perhitungan Antar Variabel pada Kriteria 5 Oleh Responden .. 136

    Lampiran 9 Nilai Rasio Volume dan Kapasitas ......................................... 138

    Lampiran 10 Nilai Indeks Aksesibilitas dan Indeks Mobilitas .................... 139

    Lampiran 11 Tabel statistic Uji - t ................................................................ 140

    Lampiran 12 Analisa Biaya Harga Satuan Pekerjaan .................................. 141

    Lampiran 13 Estimasi Kebutuhan Anggaran ............................................... 149

  • xiv

    DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN

    %

    maks

    AHP

    AKU

    AMK

    APBD

    APBN

    BPS

    BAPPEDA

    C

    CI

    Co

    CR

    DAK

    DASK

    DAU

    DIPDA

    DISHUB

    Dishubparkominfo

    DPRD

    DPU

    DUPDA

    e

    EMP

    FCcs

    FCsf

    FCsp

    FCw

    HV

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    Persen

    Eigenvalue maksimumAnalytical Hierarchy Process

    Arah Kebijakan Umum

    Analisis Multi Kriteria

    Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

    Anggaran Pendapatan Belanja Negara

    Badan Pusat Statistik

    Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

    Kapasitas

    Consistensy Index / Indeks Konsistensi

    Kapasitas Dasar

    Consistensy Ratio / Rasio Konsistensi

    Dana Alokasi Khusus

    Dokumen Anggaran Satuan Kerja

    Dana Alokasi Umum

    Daftar Isian Proyek Daerah

    Dinas Perhubungan

    Dinas Perhubungan Pariwisata Komunikasi dan

    Infromasi

    Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

    Dinas Pekerjaan Umum

    Daftar Usulan Proyek Daerah

    Besarnya Toleransi

    Ekivalen Mobil Penumpang

    Faktor Penyesuaian Ukuran Kota

    Faktor Penyesuaian Hambatan Samping

    Faktor Penyesuaian Pemisahan Arah

    Faktor Penyesuaian Lebar Jalan

    Heavy Vehicle / Kendaraan Berat

  • xv

    IKJ

    IRI

    jaring asmara

    JAP

    JAS

    JKP

    JKS

    JLP

    JLS

    Ki

    KK

    km

    L

    LPP

    LV

    m

    MC

    mm

    MKJI

    MST

    n

    N

    otda

    p

    P1

    P2

    P3

    P4

    P5

    PAD

    PDRB

    permendagri

    Pi

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    Indeks Kineja Jalan

    International Roughness Index

    Penjaringan Aspirasi Masyarakat

    Jalan Arteri Primer

    Jalan Arteri Sekunder

    Jalan Kolektor Primer

    Jalan Kolektor Sekunder

    Jalan Lokal Primer

    Jalan Lokal Sekunder

    Bobot Relatif Kriteria (konstanta)

    Kepala Keluarga

    Kilometer

    Panjang Segmen Jalan

    Laju Pertumbuhan Penduduk

    Low Vehicle / Kendaraan Ringan

    Meter

    Motor Cycle / Sepeda MotorMilimeter

    Manual Kapasitas Jalan Indonesia

    Muatan Sumbu Terberat

    Ukuran Matrik / Jumlah Sampel Data Minimum

    Jumlah Responden

    Otonomi Daerah

    Peluang Kuesioner yang Dapat Diolah

    Kinerja Kriteria 1

    Kinerja Kriteria 2

    Kinerja Kriteria 3

    Kinerja Kriteria 4

    Kinerja Kriteria 5

    Pendapatan Asli Daerah

    Pendapatan Domestik Regional Bruto

    Peraturan Menteri Dalam Negeri

    Kinerja Ruas Jalan

  • xvi

    PKL

    PKW

    PP

    q

    Q

    RAPBD

    RASK

    RCI

    RI

    Rp.

    RSU

    RTRW

    Sij

    SMP

    SPM

    SWP

    TT

    UTM

    UU

    V

    VCR

    Vol

    Wj

    Z

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    Pusat Kegiatan Lingkungan

    Pusat Kegiatan Wilayah

    Peraturan Pemerintah

    Peluang Kuesioner yang Tidak Dapat Diolah

    Arus Lalulintas

    Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

    Rencana Anggaran Satuan Kerja

    Road Condition Index / Indeks Kondisi Jalan

    Random Index / Indeks RandomRupiah

    Rumah Sakit Umum

    Rencana Tata Ruang Wilayah

    Skoring Variabel Ruas Jalan

    Satuan Mobil Penumpang

    Standar Pelayanan Minimal

    Sistem Wilayah Pengembangan

    Waktu Tempuh Rata-rata

    Universal Transfer Mercantor

    Undang Undang

    Kecepatan Rata-rata

    Volume Capacity Ratio / Rasio Volume Kapasitas

    Volume

    Bobot Variabel

    Nilai Distribusi Normal Baku pada tertentu

  • xvii

  • BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Jalan sebagai salah satu prasarana perhubungan pada hakekatnya

    merupakan unsur penting dalam pembangunan ekonomi, perkembangan antar

    daerah yang seimbang, pemerataan hasil pembangunan dan pengembangan sosial

    budaya dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan dan dalam upaya

    memelihara persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh karena itu, jalan harus

    dikembangkan melalui serangkaian program pembangunan yang menyeluruh,

    terarah, dan terpadu serta berlangsung terus-menerus. Agar peran tersebut dapat

    dilaksanakan dengan baik dibutuhkan jaringan jalan yang mampu melayani

    kebutuhan pergerakan orang maupun barang.

    Kota sebagai titik simpul untuk distribusi, memiliki peran yang besar

    dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dalam hal ini penyediaan jasa

    transportasi harus lebih ditingkatkan untuk diandalkan sebagai pendukung

    perekonomian kota dalam memberikan pelayanannya. Pertumbuhan dan

    perkembangan pada suatu lahan akan menghasilkan bangkitan dan tarikan

    perjalanan baru. Adanya perubahan dalam permintaan perjalanan mengakibatkan

    diperlukannya sarana dan prasarana perangkutan, seperti penambahan kapasitas

    jaringan jalan, terminal, halte, dan sebagainya. Jika pertambahan permintaan ini

    tidak diantisipasi dengan ketersediaan sarana dan prasarana transportasi yang

    cukup dan disertai dengan pengaturan transportasi yang baik, maka akan

    membawa dampak negatif bagi transportasi, berupa kemacetan lalulintas dan

    dampak lingkungan (polusi) yang akan berpengaruh terhadap jaringan jalan di

    sekitar daerah tersebut. Dengan demikian adanya peningkatan pergerakan, baik

    orang maupun barang, akan berakibat pada tuntutan kinerja ataupun penyediaan

    jaringan jalan yang lebih baik.

    Seiring dengan perubahan statusnya menjadi Ibukota Propinsi,

    berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2007 tanggal 10 Agustus 2007, tentang

  • Pembentukan Kota Serang, Kota Serang menjadi pusat administrasi dan birokrasi

    bagi Propinsi Banten. Transportasi Kota Serang juga mengalami perubahan, baik

    pada fungsi jaringan jalan maupun pada manajemen lalulintas. Sistem transportasi

    yang baik merupakan salah satu kebutuhan yang penting dalam menunjang

    perkembangan dan kelancaran aktivitas sosial ekonomi penduduk pada umumnya.

    Salah satu prasarana untuk mendukung sistem transportasi kegiatan

    perkotaan adalah jaringan jalan, yang merupakan urat nadi perhubungan darat atau

    pergerakan di darat. Mobilitas perekonomian sangat bertumpu pada tingkat

    pelayanan jaringan transportasi jalan, karena lalulintas orang dan muatan barang

    sebagian besar masih diangkut melalui jaringan prasarana jalan. Penurunan

    tingkat pelayanan dan kapasitas jalan sangat mempengaruhi kelancaran

    pergerakan ekonomi dan menyebabkan biaya yang tinggi terhadap pemakai jalan.

    Oleh karena itu konstruksi perkerasan dan geometrik jaringan jalan harus

    dipertahankan agar berada dalam kondisi stabil dan baik, kuat menahan beban

    lalulintas dan cukup aman, serta berfungsi baik dalam menjaga keselamatan

    penggunanya. Untuk itu perlu dilakukan penelitian mengenai penilaian kinerja

    jaringan jalan, agar penanganan jaringan jalan tepat pada sasaran sesuai prioritas.

    Hingga saat ini Pemerintah Kota Serang maupun Kabupaten Serang

    belum pernah melakukan penilaian terhadap kinerja jaringan jalannya dan

    menerapkan prioritas penanganan hanya berdasarkan kondisi fisik perkerasannya

    saja dimana kondisi rusak berat menjadi prioritas utama. Untuk memberikan

    gambaran mengenai kinerja jaringan jalan di Kota Serang, perlu dilakukan studi

    untuk menilai kinerja jaringan jalan terpilih yaitu yang berada pada wilayah

    Kelurahan Serang dan Kelurahan Cipare, Kecamatan Serang, dikarenakan

    jaringan jalan tersebut dianggap sebagai penunjang pusat kegiatan antara

    Pemerintah Kota dan Propinsi, seperti terlihat pada Gambar 1.1 dan Gambar 1.2.

    Berdasarkan konsep indeks kinerja jaringan jalan menurut Widiantono, 2005,

    maka kinerja jaringan jalan dapat dinyatakan dengan kriteria kondisi jalan dan

    bangunan pelengkap, kondisi lalulintas, kondisi jaringan, aspek ekonomi dan

    manajemen, serta aspek lingkungan jalan. Kriteria-kriteria tersebut dijadikan dasar

    penilaian terhadap kinerja ruas jalan di Kota Serang.

  • KEC. CIPOCOK JAYA

    KEC. TAKTAKAN

    KEC. SERANG

    U

    Gam

    bar1.1R

    uas-ruasJalandiK

    ecamatan

    Serang,Kota

    Serang(D

    PUK

    ota.Serang,2008)

  • Keterangan:

    RuasJalan

    yangditinjau

    Gam

    bar1.2LokasiR

    uasjalandiK

    otaSerang

    yangdiTinjau

  • 51.2 Perumusan Masalah

    Pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

    berikut:

    1) Kondisi fisik dan operasional jaringan jalan di Kota Serang belum terpelihara

    dengan benar.

    2) Belum adanya penerapan metode prioritas penanganan ruas jalan berdasarkan

    penilaian indeks kinerja jaringan jalan.

    1.3 Tujuan Penelitian

    Berdasarkan latar belakang dan rumusan persoalan, penelitian ini

    bertujuan untuk:

    1) Menentukan nilai indeks kinerja ruas jalan terpilih;

    2) Menentukan skala prioritas jenis penanganan ruas jalan;

    3) Menghitung nilai estimasi kebutuhan anggaran dari usulan penanganan ruas

    jalan tersebut.

    Prioritas penanganan ruas jalan dapat digunakan oleh Pemerintah Kota

    Serang agar kinerja jalan dapat terpelihara. Penentuan bobot kriteria dan bobot

    variabel dalam prioritas penanganan ruas jalan menggunakan metode Analytical

    Hierarchy Process (AHP). Metode AHP digunakan karena dapat dimanfaatkan

    untuk membantu pengambilan keputusan yang melibatkan kriteria yang majemuk

    (multi kriteria). AHP mendeskripsikan suatu pendekatan terstruktur dalam

    pengambilan keputusan sebagai suatu pilihan di antara sejumlah alternatif yang

    dianggap mampu memenuhi serangkaian tujuan.

    Untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian ini diperlukan adanya

    sejumlah kriteria yang memungkinkan dalam penilaian indeks kinerja jaringan

    jalan. Setiap kriteria penilaian indeks kinerja jaringan jalan terdapat beberapa

    variabel. Variabel-variabel ini dijadikan sebagai alternatif-alternatif dalam

    penanganan ruas jalan. Beberapa kriteria dan variabel yang digunakan dalam

    penilaian indeks kinerja ini ditunjukkan pada Tabel 1.1 dan Gambar 1.3.

  • 6Tabel 1.1 Kriteria dan Variabel Penilaian Indeks Kinerja Jaringan Jalan(Widiantono, 2005)

    No. Kriteria Variabel

    1 Kondisi Jalan dan BangunanPelengkap

    1.1 Kondisi Perkerasan1.2 Kondisi Geometrik1.3 Kondisi Jembatan1.4 Kondisi Drainase1.5 Trotoar/Bahu Jalan/Pedestrian

    2 Kondisi Lalulintas

    2.1 Volume Lalulintas2.2 Kecepatan Operasi2.3 Marka dan Rambu2.4 Hambatan Samping

    3 Kondisi Jaringan3.1 Aksesibilitas3.2 Mobilitas3.3 Tingkat Kecelakaan

    4 Aspek Ekonomi dan Manajemen4.1 Alokasi Anggaran4.2 Sistem Informasi Jaringan Jalan4.3 Tingkat Pencapaian Program

    5 Aspek Lingkungan Jalan5.1 Tingkat Kebisingan5.2 Tingkat Polusi Udara5.3 Kondisi Lansekap Jalan

    Gambar 1.3 Indeks Kinerja Jaringan Jalan (Widiantono, 2005)

    - Kondisi Perkerasan- Kondisi Geometrik- Kondisi Jembatan- Kondisi Drainase- Trotoar/Bahu Jalan/Pedestrian

    - Tingkat Kebisingan- Tingkat Polusi Udara- Kondisi Lansekap Jalan

    - Volume Lalulintas- Kecepatan Operasi- Marka dan Rambu- Hambatan Samping

    - Aksesibilitas- Mobilitas- Tingkat Kecelakaan

    - Alokasi Dana- Sistem Informasi Jaringan Jalan- Tingkat Pencapaian Program

    Kondisi Jaringan

    Aspek Ekonomi danManajemen

    Aspek LingkunganJalan

    Kondisi Lalulintas

    Kondisi Jalan danBangunan Pelengkap

    Indeks KinerjaJaringan Jalan

  • 71.4 Ruang Lingkup Studi dan Batasan Penelitian

    Bagian ini akan membahas mengenai ruang lingkup dan batasan masalah

    dari penelitian ini. Ruang lingkup materi bahasan ini adalah sebagai berikut:

    1) Melakukan tinjauan terhadap variabel-variabel kinerja jaringan jalan, melalui

    kajian literatur yang relevan dengan topik tersebut.

    2) Mengumpulkan persepsi stakeholders dari wakil perencana, pelaksana, dan

    masyarakat mengenai kriteria tingkat pelayanan jaringan jalan.

    3) Melakukan analisis terhadap data persepsi stakeholders yang telah

    dikumpulkan.

    4) Melakukan penilaian kinerja dan menentukan prioritas penanganan dari hasil

    indeks kinerja ruas jalan terendah terhadap ruas jalan terpilih di Kota Serang.

    5) Melakukan usulan jenis penanganan berdasarkan urutan prioritas penilaian

    kinerja jalan terhadap ruas jalan terpilih.

    Adapun kajian terhadap batasan masalah dari penelitian ini adalah sebagai

    berikut:

    1) Kajian hanya dibatasi pada kinerja jaringan jalan perkotaan, yang dalam

    penelitian ini dipilih daerah studi kasus di Kota Serang.

    2) Data yang digunakan semaksimal mungkin berupa data primer dan sekunder

    yang relevan dengan tujuan studi, sehingga akan memudahkan dalam aplikasi

    lebih lanjut dalam pengambilan keputusan untuk penanganan jalan perkotaan.

    3) Stakeholders yang dipilih sebagai responden untuk menilai kriteria kinerja

    jaringan jalan perkotaan dari wakil perencana adalah Badan Perencanaan dan

    Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten/Kota Serang. Wakil pelaksana

    adalah Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten/Kota Serang, Dinas

    Perhubungan Pariwisata Komunikasi dan Informatika (Dishubparkominfo)

    Kota Serang dan Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Serang. Responden

    dipilih juga dari wakil masyarakat, antara lain, Lembaga Swadaya Masyarakat

    (LSM), para praktisi dan profesional di bidang jalan.

    4) Metode Analisis Multi Kriteria (AMK), khususnya AHP, digunakan dalam

    proses penentuan bobot kriteria (weighting), sedangkan proses skoring, yang

    idealnya dilakukan oleh kelompok tenaga ahli (panel expert), dilakukan oleh

  • 8peneliti sendiri dengan alasan bahwa semua variabel-variabel kriteria adalah

    kuantitatif dan kualitatif yang skoringnya dapat dilakukan dengan

    membandingkan besaran yang ditampilkan oleh setiap alternatif.

    1.5 Metodologi Penelitian

    Seperti diperlihatkan pada bagan alir Gambar 1.4, metodologi dalam

    penelitian ini akan menggabungkan beberapa tahapan, antara lain pemilihan

    responden, pengumpulan data, analisis, dan rekomendasi sebagai masukan

    pengambilan keputusan dalam prioritas penanganan jaringan jalan perkotaan.

    Penelitian penilaian kinerja jaringan jalan dimulai dengan melakukan kajian studi

    literatur mengenai variabel-variabel kriteria terhadap kinerja jaringan jalan dan

    pengumpulan data sekunder.

    Untuk memperoleh data primer dalam penelitian mengenai persepsi

    penilaian kinerja jaringan jalan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-

    pertanyaan dalam bentuk suatu kuesioner kepada sejumlah responden. Responden

    yang dipilih untuk memberikan penilaian bobot terhadap kriteria kinerja jaringan

    jalan terdiri atas tiga golongan pihak yang terkait. Jumlah kuesioner yang

    disebarkan seluruhnya berjumlah 40 (empat puluh) buah dengan rincian 15 (lima

    belas) buah untuk wakil perencana, 15 (lima belas) buah untuk wakil pelaksana

    dan untuk wakil masyarakat sebanyak 10 (sepuluh) buah. Survei ini diperlukan

    untuk menentukan persepsi responden terhadap bobot kriteria dan variabel dalam

    penilaian kinerja jaringan jalan. Penilaian ini dijadikan dasar untuk menentukan

    prioritas penanganan ruas jalan dari hasil indeks kinerja ruas jalan sesuai

    karakteristik wilayah setempat dan melakukan usulan penanganan ruas-ruas jalan

    terpilih atas hasil penilaian tersebut.

    Teknik survei yang digunakan adalah dengan mendatangi responden dan

    para responden diminta untuk menilai kriteria kinerja jaringan jalan. Kriteria

    kinerja jaringan jalan yang dinilai oleh responden adalah kondisi jalan dan

    bangunan pelengkap, kondisi lalulintas, kondisi jaringan, aspek ekonomi dan

    manajemen, serta aspek lingkungan jalan. Formulir isian yang berisikan

    pertanyaan kuesioner disajikan pada Lampiran 1. Sedangkan survei sekunder

    dikumpulkan dari berbagai instansi yang terkait dengan penyelenggaraan jaringan

  • 9jalan seperti DPU yang berkaitan dengan data kondisi jaringan jalan dan Dishub

    yang berkaitan dengan kondisi arus lalulintas di Kota Serang. Selain itu

    dibutuhkan juga data sistem jaringan transportasi selain jalan, dampak

    pengembangan wilayah, tingkat kecelakaan, dan data sosial ekonomi lainnya dari

    BPS di Kota Serang.

    Selanjutnya dihasilkan kesimpulan dan rekomendasi/saran atas hasil

    analisis data mengenai prioritas penanganan jaringan jalan di Kota Serang.

    Perhatian utama penelitian ini dititikberatkan pada kegiatan peningkatan dan

    pemeliharaan ruas jalan dengan menggunakan metode AMK sebagai salah satu

    bentuk untuk pengambilan keputusan.

  • 10

    Gambar 1.4 Bagan Alir Metodologi Penelitian

    MULAI

    Menentukan Jenis KriteriaYang Akan Digunakan

    Menentukan Ruas Jalan TerpilihBerdasarkan Tingkat Kepentingan

    Pengumpulan Data PrimerBerupa Kuesioner dari Responden

    Pengumpulan Data Sekunderdari Instansi Terkait

    Menghitung Bobot Relatifdari masing-masing Kriteria dan Variabel

    (menggunakan program Expert Choice 11)

    Penilaian Skoring Kondisi Ruas JalanTerpilih:- Kondisi Perkerasan- Kondisi Jembatan- Kondisi Hambatan Samping- Kondisi Geometrik- Kondisi Trotoar/Bahu Jalan/Pedestrian- Volume Lalulintas- Kecepatan Operasi- Indeks Aksesibilitas- Indeks Mobilitas-Tingkat Kecelakaan- Alokasi Anggaran

    Menghitung Bobot Relatif SecaraKeseluruhan

    (BRVr x BRKr)

    Penilaian Skoring Rata-rata Variabel OlehResponden:- Kondisi Drainase- Marka dan Rambu- Sistem Informasi Jaringan Jalan- Tingkat Pencapaian Program- Kebisingan- Polusi Udara- Kondisi Lansekap Jalan

    Bobot Relatif Setiap Kriteria dari Ruas JalanTerpilih = skoring variabel / n variabel

    Rekapitulasi Skoring Variabel (18 variabel)dari Ruas Jalan Terpilih ;

    Menghasilkan Urutan Prioritas

    Matrik Kinerja Jalan(P1; P2; P3; P4; P5)

    Indeks Kinerja Jalan (IKJ) ; MenghasilkanUrutan Prioritas

    Prioritas dan Usulan Jenis PenangananBerdasarkan Kriteria / Variabel

    Pembentuknya

    Estimasi Kebutuhan Anggaran BerdasarkanJenis Penanganan dan Jenis Konstruksinya

    Analisis Kinerja Ruas Jalan TerhadapPenilaian Urutan Prioritas, Usulan Jenis

    Penanganan dan Estimasi Anggaran

    Kesimpulan dan Saran

    SELESAI

    Prediksi Kondisi Perkerasan JalanSelama Lima Tahun ; Menghasilkan Urutan

    Prioritas

  • 11

    BAB 2

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Sistem Transportasi

    Sistem transportasi terdiri atas sistem pergerakan, yang terjadi sebagai

    akibat adanya sistem kegiatan, yang didukung oleh tersedianya jaringan

    transportasi (sistem jaringan), serta dipengaruhi oleh sistem kelembagaan yang

    ada. Sistem adalah gabungan beberapa komponen atau objek yang saling

    berkaitan (Tamin, 2000). Sebagai suatu sistem, elemen-elemen transportasi yang

    terdiri atas sistem kegiatan, sistem jaringan, dan sistem pergerakan saling

    mempengaruhi. Perubahan pada salah satu sistem atau beberapa sistem akan

    mempengaruhi sistem lainnya (Kusbiantoro, 2007).

    Sistem kegiatan merupakan perwujudan dari ruang dengan isinya,

    terutama manusia dengan segala kegiatannya (bekerja, sekolah, belanja) yang

    dilakukan di suatu guna lahan (perkantoran, perumahan, perdagangan). Untuk

    memenuhi kebutuhannya, manusia melakukan perjalanan antar guna lahan dengan

    menggunakan sistem jaringan transportasi. Perjalanan antar guna lahan

    menimbulkan berbagai interaksi sehingga menghasilkan pergerakan lalulintas.

    Sistem jaringan merupakan sarana dan prasarana transportasi yang dapat

    mendukung terjadinya pergerakan, misalnya jaringan jalan, moda transportasi

    (mobil, kereta api, pesawat terbang), terminal, pelabuhan, dan sebagainya.

    Keseluruhan sistem tersebut juga terkait dengan sistem kelembagaan, seperti

    peraturan, perundangan, kebijakan, lembaga pemerintah dan sebagainya

    (Kusbiantoro, 2007). Selain itu, seluruh sistem tersebut terkait juga dengan sistem

    lingkungan yang terwujud dari aspek ekonomi, sosial, budaya, politik dan

    keamanan, serta teknologi. Sistem transportasi dapat ditunjukkan seperti pada

    Gambar 2.1.

  • 12

    Gambar 2.1 Sistem Transportasi (Kusbiantoro, 2007)

    2.2 Pengelolaan Prasarana Jalan

    UU Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintah Daerah, menyatakan

    bahwa efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu

    ditingkatkan. Perhatian utama pada aspek-aspek hubungan antar susunan

    pemerintahan dan antar pemerintahan daerah, potensi dan keanekaragaman

    daerah, peluang dan tantangan persaingan global dengan memberikan

    kewenangan yang seluas-luasnya kepada daerah disertai dengan pemberian hak

    dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah (otda) dalam kesatuan sistem

    penyelenggaraan pemerintahan negara. Pemerintah daerah dalam hal ini

    mempunyai kewenangan yang luas dalam penyelenggaraan sistem

    pemerintahannya, termasuk dalam penyelenggaraan bidang prasarana jalan.

    Kewenangan yang luas bagi daerah dalam penyelenggaraan bidang

    prasarana jalan, menyebabkan terjadinya perubahan dalam pengelolaan dan

    pendanaan prasarana jalan di Indonesia. Untuk jalan yang berstatus propinsi dan

    kabupaten/kota, dimana keputusan untuk mempertahankan atau meningkatkan

    kinerja dari jaringan jalan banyak ditentukan oleh daerah, diperlukan strategi

    SistemKegiatan

    SistemJaringan

    SistemPergerakan

    SistemKelembagaan :

    - Legal- Organisasi- Sumber

    DayaManusia

    - Pendanaan

    Sistem Eksternal : Ekonomi, Sosial, Politik, Budaya, Fisik, Teknologi

    Sistem Internal : Ekonomi, Sosial, Politik, Budaya, Fisik, Teknologi

    Lokal

    Regional

    Nasional / InternasionaI

  • 13

    khusus bagi daerah untuk menyusun program yang menjadi kewenangannya, agar

    jalan yang ada dapat dipelihara dan berfungsi sesuai peruntukkannya.

    2.2.1 Sistem Jaringan Jalan

    UU Nomor 38 Tahun 2004, tentang Jalan, Pasal 1 Ayat 4, menjelaskan

    bahwa jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

    termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi

    lalulintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah

    permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api,

    jalan lori, dan jalan kabel.

    Pada Pasal 7, disampaikan mengenai konsep sistem jaringan jalan di

    Indonesia. Sistem jaringan jalan didefinisikan sebagai kesatuan ruas-ruas jalan

    yang saling menghubungkan dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan

    wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya, dalam satu hubungan tata

    jenjang (hirarki). Dalam penataan jaringan jalan, agar tersusun sistem jaringan

    jalan yang baik, harus diperhatikan tata jenjang jaringan. Tata jenjang jaringan

    jalan akan mengarah pada susunan sistem pelayanan jasa angkutan jalan, yang

    kemudian menjadi sistem sirkulasi yang menghubungkan lalu lintas di jalan.

    Sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan

    jalan sekunder. Persyaratan jaringan primer dan sekunder terlihat pada Tabel 2.1.

    Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan dengan

    peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah

    di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang

    berwujud pusat-pusat kegiatan. Sistem jaringan jalan primer bersifat menerus

    yang memberikan pelayanan lalulintas tidak terputus walaupun masuk ke dalam

    kawasan perkotaan. Pusat-pusat kegiatan adalah kawasan perkotaan yang

    mempunyai jangkauan pelayanan nasional, wilayah, dan lokal.

    Jaringan jalan primer menghubungkan secara menerus kota jenjang

    kesatu, kota jenjang kedua, kota jenjang ketiga, dan kota jenjang dibawahnya

    sampai ke persil dalam satu satuan wilayah pengembangan. Jaringan jalan primer

    menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kesatu antar satuan

    wilayah pengembangan. Jaringan jalan primer tidak terputus walaupun memasuki

  • 14

    kota. Jaringan jalan primer harus menghubungkan kawasan primer. Suatu ruas

    jalan primer dapat berakhir pada suatu kawasan primer. Kawasan yang

    mempunyai fungsi primer antara lain: industri skala regional, terminal

    barang/pergudangan, pelabuhan, bandar udara, pasar induk, pusat perdagangan

    skala regional/ grosir.

    Sistem jaringan sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan

    peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan

    perkotaan. Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama

    bukan pertanian, dengan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,

    pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, serta

    kegiatan ekonomi.

    Tabel 2.1 Persyaratan Ruas Jalan Dalam Sistem Jaringan Primer dan Sekunder(Departemen PU, 2000)

    FungsiJalan

    KecepatanRencana(km/jam)

    LebarJalur

    LalulintasKapasitas

    Jalan Masuk TingkatKegiatan

    TingkatKenyamanan

    KeamananKeterangan

    JAP > 60 > 9 m

    > volumeLL rata-

    rata

    Di batasi secaraefisien

    Tidak bolehterganggukegiatanlokal, LLlokal dan LLulang alik

    2

    Jalan arteritidak bolehputuswalaupunmemasukikota

    JKP > 40 > 7 m> volumeLL rata-

    rata

    Di batasisehingga kec.Renc. dankapasitas tdkterganggu

    - 2Tidakterputuswalaupunmemasukikota

    JLP > 20 > 6 m - - - 1,5Tidakterputuswalaupunmemasukidesa

    JAS > 30> 8 m

    volumeLL rata-

    rata- - 1,5

    Tidak bolehterganggu LLlambat

    JKS > 20 > 7 m - - - 1,5 -JLS > 10 > 5 m - - - 1,0 -

    Secara teknis dapat dikatakan bahwa sistem jaringan jalan primer adalah

    sistem jaringan jalan antar kota (interurban road), sedangkan sistem jaringan jalan

    sekunder adalah sistem jaringan jalan perkotaan (urban road). Pembagian sistem

    antar kota dan dalam kota ini sangat penting untuk memudahkan dalam

    manajemen lalulintas dan penanganan jalan.

  • 15

    2.2.2 Hirarki dan Klasifikasi Jaringan Jalan

    Hirarki jalan untuk kawasan perkotaan atau jalan dalam kota mempunyai

    klasifikasi terhadap fungsi, status, kelas dan tipe jalan. Klasifikasi terhadap fungsi

    jalan adalah menyangkut tentang pelayanan umum yang ditinjau dari segi

    letak/kedudukan atau posisi dari ruas jalan tersebut terhadap kepentingan atau

    nilai ekonomi serta strategisnya dari sudut pandang pengembangan wilayah.

    Secara teknis pada dasarnya fungsi jalan adalah menyediakan akses

    keluar/masuk guna lahan (access function) dan kelancaran lalulintas (mobility

    function) dalam rangka menunjang semua kegiatan masyarakat dan pemerintah

    yang memerlukan adanya perpindahan orang, barang, dan kendaraan dari satu

    tempat ke tempat lain karena tidak semua kegiatan dapat dilakukan dalam satu

    lokasi saja. Pengelompokan fungsi jalan dilakukan dalan konteks efisiensi

    operasional dimana fungsi akses dan fungsi mobilitas dipisahkan dalam hirarki

    jalan yang akan bersinergi dalam sistem jaringan jalan. Secara skematis, fungsi

    dasar transportasi dari prasarana jalan disampaikan pada Gambar 2.2 berikut ini.

    Gambar 2.2 Pembagian Fungsi Jalan (Departemen PU, 2000)

    Menurut UU Nomor 38 Tahun 2004, tentang Jalan, Pasal 8, jalan umum

    menurut fungsinya dikelompokkan menjadi:

    1) Jalan Arteri; adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama

    dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan

    masuk dibatasi secara berdaya guna.

    Jalan Lokal Jalan Kolektor Jalan Arteri

    FungsiMobilitas

    Fung

    siA

    kses

    ibili

    tas

  • 16

    2) Jalan Kolektor; adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

    pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-

    rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.

    3) Jalan Lokal; adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat

    dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah

    jalan masuk tidak dibatasi.

    4) Jalan Lingkungan; adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

    lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah.

    Jalan lokal akan lebih banyak memberikan fungsi aksesibilitas kepada

    sejumlah ruang kegiatan yang ada disekitarnya. Jalan kolektor akan berfungsi

    sebagai pengumpul dan pendistribusi perjalanan dimana fungsi akses dan

    mobilitas merata. Sedangkan jalan arteri disediakan sebagai media pergerakan

    lalulintas yang besar dengan memaksimalkan fungsi mobilitas. Secara umum

    pengaturan fungsi tersebut disampaikan pada Tabel 2.2.

    Tabel 2.2. Pengelompokkan Jalan Menurut Fungsi(UU No. 38 th. 2004)

    No. Fungsi Jalan Fungsi Pelayanan Jarak Kecepatan Jalan Masuk

    1 Arteri Angkutan utama Perjalanan jarak jauh Kecepatan rata-rata tinggi

    Jumlah jalan masukdibatasi secara efisien

    2 Kolektor Angkutanpengumpul/pembagi

    Perjalanan jaraksedang

    Kecepatan rata-rata sedang

    Jumlah jalan masukdibatasi

    3 Lokal Angkutan setempat Perjalanan jarakpendek

    Kecepatan rata-rata rendah

    Jumlah jalan masuktidak dibatasi

    4 Lingkungan Angkutan lingkungan Perjalanan jarakpendek

    Kecepatan rata-rata rendah

    -

    Klasifikasi terhadap status jalan adalah menyangkut institusi mana yang

    jadi pembina dari jalan tersebut yang mempunyai wewenang dari segi

    pembiayaan, pembangunan, dan pemeliharaannya. Jalan umum menurut statusnya

    dikelompokkan ke dalam jalan nasional, jalan propinsi, jalan kabupaten, jalan

    kota, dan jalan desa. Ketentuan mengenai pengelompokan jalan dimaksudkan

    untuk mewujudkan kepastian hukum penyelenggaraan jalan sesuai dengan

    kewenangan pemerintah dan pemerintah daerah. Secara umum pengelompokkan

    status jalan tersebut disampaikan pada Tabel 2.3 sedangkan hubungan dengan

    fungsi dan wewenang pembinaan jalan dapat dilihat pada Tabel 2.4

  • 17

    Tabel 2.3 Pengelompokkan Jalan Menurut Status (UU No. 38 th. 2004)No. Status Jalan Lingkup Status

    1 Nasional - Jalan arteri primer dan kolektor primer yang menghubungkan antar ibukota Propinsi- Jalan strategis Nasional- Jalan tol

    2 Propinsi - Jalan kolektor primer yang menghubungkan ibukota Propinsi dengan ibukotaKabupaten/Kota

    - Jalan kolektor primer yang menghubungkan antar ibukota Kabupaten/Kota- Jalan strategis Propinsi

    3 Kabupaten - Jalan lokal primer yang menghubungkan ibukota Kabupaten dengan ibukota Kecamatan- Jalan lokal primer yang menghubungkan antar ibukota Kecamatan- Jalan lokal primer yang menguhubungkan ibukota Kabupaten dengan PKL- Jalan lokal primer yang menghubungkan antar PKL- Jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah Kabupaten- Jalan strategis Kabupaten

    4 Kota - Jalan sekunder yang menghubungkan antar pusat pelayanan dalam Kota- Jalan sekunder yang menghubungkan antara pusat pelayanan dengan Persil- Jalan sekunder yang menghubungkan antar Persil- Jalan sekunder yang menghubungkan antar pusat permukiman di dalam Kota

    5 Desa - Jalan umum yang menghubungkan kawasan di dalam Desa dan/atau antar permukiman- Jalan lingkungan

    Tabel 2.4 Hubungan Fungsi, Status Dan Wewenang Pembinaan Jalan(UU No. 38 th. 2004)

    SistemJaringan Fungsi Status

    WewenangPembinaan

    Jalan Arteri

    KP-1Jalan Nasional (termasuk

    jalan tol)Menteri PU

    Jalan KolektorKP-2KP-3

    Jalan Provinsi PemerintahProvinsi

    Sistem Primer

    Jalan Lokal/Lingkungan Jalan Kabupaten PemerintahKabupatenSistem Sekunder Jalan Arteri

    Jalan KolektorJalan Lokal

    Jalan Lingkungan

    Jalan Kota PemerintahKota

    Keterangan:

    KP-1 = Kolektor Primer yang menghubungkan antar Ibukota PropinsiKP-1 = Kolektor Primer yang menghubungkan Ibukota Propinsi dengan Ibukota Kabupaten/KotaKP-3 = Kolektor Primer yang menghubungkan antar Ibukota Kabupaten/Kota

    2.2.3 Kelas Jalan

    Seperti yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 1993

    tentang prasarana dan lalulintas jalan, berdasarkan muatan sumbu terberat (MST),

    kelas jalan dibagi menjadi 5 (lima) kelas, yaitu kelas I, II, IIIA, IIIB dan IIIC

    seperti disajikan pada Tabel 2.5. Sedangkan menurut kecepatan rencana, khusus

  • 18

    untuk jalan di perkotaan dibedakan lagi berdasarkan sistem jaringannya, seperti

    disajikan pada Tabel 2.6 dan Tabel 2.7. Kecepatan yang dimaksud adalah

    kecepatan maksimum yang ditetapkan untuk perencanaan dimana korelasi segi-

    segi fisiknya akan mempengaruhi operasi kendaraan.

    Tabel 2.5 Kelas Jalan Menurut Muatan Sumbu Terberat (MST)(PP No. 43 th. 1993)

    Kelas Jalan MST Lebar Kendaraan Panjang Kendaraan

    I > 10,00 Ton 2,50 m 18,00 m

    II 10,00 Ton 2,50 m 18,00 m

    IIIA 8,00 Ton 2,50 m 18,00 m

    IIIB 8,00 Ton 2,50 m 12,00 m

    IIIC 8,00 Ton 2,10 m 9,00 m

    Tabel 2.6 Kecepatan Rencana pada Sistem PrimerBerdasarkan Kelas Jalan dan Lebar Lajur (PP No. 43 th.1993)

    Kecepatan Rencana (km/jam)Sistem Jaringan Kelas Jalan Lebar Lajur (m)

    Datar Bukit Pegunungan

    Arteri I, II, IIIA 3,00 3,50 70 120 60 80 40 70

    Kolektor IIIA, IIIB 3,00 3,50 60 90 50 60 30 50Sistem

    PrimerLokal III,C 3,00 3,50 40 - 70 30 50 20 30

    Tabel 2.7 Kecepatan Rencana pada Sistem SekunderBerdasarkan Kelas Jalan dan Lebar Lajur (PP No. 43 th.1993)

    Sistem Jaringan Kelas Jalan Lebar Lajur (m) Kecepatan Rencana (km/jam)

    Arteri I, II, IIIA 3,50 30 60

    Kolektor IIIA, IIIB 3,25 3,50 30 40Sistem

    SekunderLokal III,C 3,25 3,50 30 40

    2.2.4 Aksesibilitas dan Mobilitas

    Aksesibilitas dan mobilitas merupakan suatu ukuran potensial (bersifat

    abstrak) atau kesempatan untuk melakukan perjalanan dan berupa konsep yang

    menghubungkan antara sistem pengaturan tata guna lahan secara geografis dan

    populasi penduduk dengan sistem jaringan transportasi yang menghubungkannya.

    Aksesibilitas juga merupakan suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan

    mengenai cara lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain dan mudah atau

    susahnya lokasi tersebut dicapai melalui sistem jaringan transportasi (Tamim,

    2000). Pernyataan mudah atau susah merupakan hal yang sangat subjektif dan

    kualitatif. Mudah bagi seseorang belum tentu mudah bagi orang lain, begitu juga

  • 19

    dengan pernyataan susah. Oleh karena itu, diperlukan kinerja kuantitatif (terukur)

    yang dapat menyatakan aksesibilitas atau kemudahan. Ada yang menyatakan

    bahwa aksesibilitas dapat dinyatakan dengan jarak. Jika suatu tempat berdekatan

    dengan tempat lain, dikatakan aksesibilitas antara kedua tempat tersebut tinggi.

    Sebaliknya, jika kedua tempat itu berjauhan, aksesibilitas antar keduanya rendah.

    Jadi tata guna lahan yang berbeda pasti mempunyai aksesibilitas yang berbeda

    pula karena aktifitas tata guna lahan tersebut tersebar dalam ruang secara tidak

    merata (heterogen).

    2.2.5 Kapasitas

    Kapasitas jalan adalah arus lalulintas maksimum yang dapat

    dipertahankan (tetap) persatuan jam pada suatu bagian jalan dalam kondisi

    tertentu, misalnya karakteristik geometrik, lingkungan, komposisi lalulintas dan

    sebagainya, yang dapat ditentukan dalam satuan massa penumpang untuk tiap

    satuan waktu (smp/jam). Faktor-faktor yang berpengaruh dalam penentuan

    kapasitas jaringan jalan adalah karakteristik geometrik dan kondisi lalulintas.

    Untuk jalan dua-lajur dua-arah, kapasitas ditentukan untuk arus dua arah

    (kombinasi dua arah), tetapi untuk jalan dengan banyak lajur, arus dipisahkan

    perarah dan kapasitas ditentukan perlajur.

    Nilai kapasitas diamati melalui pengumpulan data lapangan selama

    memungkinkan dan juga diperkirakan dari analisis kondisi iringan lalulintas, dan

    secara teoritis dengan mengasumsikan hubungan matematik antara kerapatan,

    kecepatan dan arus lalulintas. Kapasitas dinyatakan dalam satuan mobil

    penumpang (smp). Rumus dasar untuk menentukan kapasitas jalan perkotaan dan

    jalan luar kota, disajikan pada persamaan 2.1 dan persamaan 2.2

    C = Co x FCw x FCsp x FCsf (untuk jalan perkotaan) .......................... (2.1)

    C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs (untuk jalan luar kota) ................. (2.2)

    dengan:

    C = Kapasitas (smp/jam)

    Co = Kapasitas Dasar (smp/jam), disajikan pada Tabel 2.8

  • 20

    FCw = Faktor penyesuaian lebar jalan, disajikan pada Tabel 2.9

    FCsp = Faktor penyesuaian pemisahan arah (hanya untuk jalan tak terbagi),disajikan pada Tabel 2.10

    FCsf = Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan,disajikan pada Tabel 2.11

    FCcs = Faktor penyesuaian ukuran kota, disajikan pada Tabel 2.12

    Tabel 2.8 Kapasitas Dasar (MKJI, 1997)Tipe Jalan Kapasitas Dasar (C) (smp/jam) Catatan

    Empat-lajur terbagi atau jalan satu arah 1.650 Perlajur

    Empat-lajur tak terbagi 1.500 Perlajur

    Dua-lajur tak terbagi 2.900 Total dua arah

    Tabel 2.9 Penyesuaian Kapasitas untuk Pengaruh Lebar Jalur Lalulintas padaJalan Perkotaan (MKJI, 1997)

    Lebar Jalur Lalulintas Efektif (Wc)Tipe Jalan (m) FCw

    Per lajur3,00 0,923,25 0,963,50 1,003,75 1,04

    Empat-lajur terbagi atau jalan satuarah

    4,00 1,08Per lajur

    3,00 0,913,25 0,953,50 1,003,75 1,05

    Empat-lajur tak terbagi

    4,00 1,09Total dua arah

    5,00 0,566,00 0,877,00 1,008,00 1,149,00 1,2510,00 1,29

    Dua-lajur tak terbagi

    11,00 1,34

    Tabel 2.10 Faktor Penyesuaian Kapasitas untuk Pemisahan Arah (MKJI, 1997)

    Pemisahan Arah SP %-% 50-50 55-45 60-40 65-35 70-30

    Dua-lajur 2/2 1,00 0,97 0,94 0,91 0,88FCspEmpat-lajur 4/2 1,00 0,985 0,97 0,955 0,94

  • 21

    Tabel 2.11 Faktor Penyesuaian Kapasitas untuk Pengaruh Hambatan Samping danLebar Bahu pada Jalan Perkotaan (MKJI, 1997)

    Faktor Penyesuaian untuk Hambatan Samping dan Lebar Bahu (FCsf)

    Lebar Bahu Efektif / WsTipe Jalan

    Kelas

    Hambatan

    Samping 0,5 1,0 1,5 2,0

    VL 0,96 0,98 1,01 1,03

    L 0,94 0,97 1,00 1,02

    M 0,92 0,95 0,98 1,00

    H 0,88 0,92 0,95 0,98

    4/2 D

    VH 0,84 0,88 0,92 0,96

    VL 0,96 0,99 1,01 1,03

    L 0,94 0,97 1,00 1,02

    M 0,92 0,95 0,98 1,00

    H 0,87 0,91 0,94 0,98

    4/2 UD

    VH 0,80 0,86 0,90 0,95

    VL 0,94 0,96 0,99 1,01

    L 0,92 0,94 0,97 1,00

    M 0,89 0,92 0,95 0,98

    H 0,82 0,86 0,90 0,95

    2/2 UD atau jalan

    satu arah

    VH 0,73 0,79 0,85 0,91

    Tabel 2.12 Faktor Penyesuaian Kapasitas untuk Ukuran Kota pada JalanPerkotaan (MKJI, 1997)

    Ukuran Kota (juta penduduk) Faktor Penyesuaan untuk Ukuran Kota (FCcs)

    < 0,1 0,86

    0,1 - 0,5 0,90

    0,5 - 1,0 0,94

    1,0 - 3,0 1,00

    > 3,0 1,04

    2.2.6 Kecepatan

    Kecepatan tempuh merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam

    menggambarkan kualitas dari suatu ruas jalan dalam menampung arus lalulintas.

    Kecepatan tempuh dalam suatu ruas jalan didefinisikan sebagai kecepatan rata-

    rata yang ditempuh kendaraan ringan (LV) selama melalui ruas jalan tersebut.

    Faktor yang mempengaruhi kecepatan tempuh adalah volume lalulintas,

    komposisi kendaraan, karakteristik geometrik jalan, serta faktor hambatan

    samping. Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) menggunakan kecepatan

    tempuh sebagai ukuran utama kinerja segmen jalan, karena mudah dimengerti dan

    diukur serta merupakan masukan yang penting untuk biaya pemakai jalan dalam

  • 22

    analisis ekonomi. Rumus dasar menentukan kecepatan tempuh disajikan dalam

    persamaan 2.3

    V = L / TT .................................................................................... (2.3)

    dengan:

    V = Kecepatan rata-rata LV (km/jam)

    L = Panjang segmen jalan (km)

    TT = Waktu tempuh rata-rata LV sepanjang segmen jalan (jam)

    2.2.7 Volume Lalulintas

    Volume dapat didefinisikan sebagai jumlah kendaraan yang melalui

    suatu titik (satu lajur atau total lajur) tiap satuan waktu. Jumlah kendaraan ini

    dapat dibedakan berdasarkan arah arus yaitu 2 arah, 1 arah, arus lurus dan arus

    belok serta berdasarkan jenis kendaraan, seperti kendaraan penumpang, truk,

    kendaraan komersil dan sepeda motor. Dengan berbagai jenis kendaraan, maka

    perlu dikonversikan menjadi kendaraan standar, yaitu satuan mobil penumpang

    (SMP). Tabel 2.13 menyajikan daftar konversi satuan mobil penumpang.

    Tabel 2.13 Daftar Konversi Satuan Mobil Penumpang (SMP) (MKJI, 1997)SMPNo. Jenis Kendaraan KelasKendaraan Ruas Jalan Simpang

    1 Sedan/Jeep, Oplet, Minibus, Pick-Up Ringan (LV) 1,00 1,00

    2 Bus Standar, Truk Sedang, Truk Berat Berat (HV) 1,20 1,30

    3 Sepeda Motor MC 0,25 0,40

    4 Becak, Sepeda, Gerobak UM 0,80 1,00

    2.3 Penyelenggaraan Sistem Jaringan Jalan

    Tujuan penyelenggaraan transportasi jalan menurut UU Nomor 14

    Tahun 1992, tentang Lalulintas dan Angkutan Jalan, Pasal 3, adalah mewujudkan

    lalulintas dan angkutan jalan yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur,

    nyaman dan efisien, mampu memadukan moda transportasi lainnya, menjangkau

    seluruh pelosok wilayah daratan, untuk menunjang pemerataan, pertumbuhan dan

    stabilitas sebagai pendorong, penggerak, dan penunjang pembangunan nasional

    dengan biaya yang terjangkau oleh daya beli masyarakat. Mampu memadukan

    moda transportasi lainnya adalah kemampuan moda lalulintas dan angkutan jalan

  • 23

    untuk memadukan moda transportasi perkeretaapian, laut, dan udara satu dengan

    lainnya, antara lain dengan menghubungkan dan mendinamisasikan antar terminal

    atau simpul-simpul lainnya dengan ruang kegiatan.

    Ada beberapa aspek penting sehubungan dengan tujuan penyelenggaraan

    transportasi jalan menurut UU Nomor 14 Tahun 1992, tentang Lalulintas dan

    Angkutan Jalan. Diantaranya adalah aspek pemerataan aksesibilitas ke seluruh

    wilayah, keselamatan dalam pengoperasian jaringan jalan, efektivitas jaringan

    jalan sebagai penunjang pembangunan, dan keterpaduan dengan sistem jaringan

    transportasi lainnya. Aspek pemerataan aksesibilitas adalah kemampuan

    menjangkau seluruh pelosok wilayah daratan. Lalulintas dan angkutan jalan

    memiliki kemampuan pelayanan sampai ke seluruh pelosok wilayah daratan.

    2.4 Standar Pelayanan Minimal di Bidang Jalan

    Untuk menjamin tersedianya pelayanan publik bagi masyarakat, maka

    berdasarkan Pasal 3 ayat 3 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 25 Tahun 2000,

    tentang Pembagian Kewenangan Pemerintah Pusat dan Propinsi, daerah wajib

    melaksanakan Standar Pelayanan Minimal (SPM). Jadi di setiap bidang pelayanan

    harus ditetapkan suatu standar oleh Departemen Teknis terkait yang wajib

    dilaksanakan oleh daerah. Untuk bidang jalan Departemen PU telah mengeluarkan

    SPM bidang jalan, seperti yang ada pada Tabel 2.14.

    SPM di bidang jalan ini dikembangkan dalam sudut pandang publik

    sebagai pengguna jalan, di mana ukurannya merupakan indikator umum yang

    diinginkan oleh pengguna. Basis SPM dikembangkan dari tiga keinginan dasar

    para pengguna jalan, yaitu kondisi jalan yang baik (tidak ada lubang), tidak macet

    (lancar sepanjang waktu), dan dapat digunakan sepanjang tahun (tidak banjir

    waktu musim hujan). SPM tersebut terbagi menjadi dua bidang pelayanan, yakni

    untuk jaringan jalan dan ruas jalan. Konsep untuk jaringan jalan adalah kondisi

    pelayanan prasarana jalan secara sistem untuk wilayah tertentu, sedangkan

    tinjauan untuk ruas dilakukan secara individual ruas per ruas. Dalam SPM

    jaringan jalan terdapat tiga aspek bidang pelayanan, yaitu aspek aksesibilitas,

    aspek mobilitas, dan aspek kecelakaan. SPM untuk setiap ruas jalan terdiri atas

    dua bidang, yaitu kondisi fisik dan kondisi pelayanan jalan (operasional).

  • 24

    Tabel 2.14 Standar Pelayanan Minimal Bidang Jalan di Indonesia(Departemen Kimpraswil, 2001)

    Standar PelayananKuantitasNo. Bidang Pelayanan

    Cakupan Konsumsi/ProduksiKualitas

    Keterangan

    Jaringan JalanKepadatan Penduduk

    (jiwa/km2)Indeks Aksesibilitas

    Sangat Tinggi >50.000 > 5

    Tinggi > 1.000 > 1,5Sedang > 500 > 0,5Rendah > 100 > 0,15

    A AspekAksessibilitasSeluruhJaringan

    Sangat Rendah < 100 > 0,05

    Panjang Jalan / LuasWilayah

    PDRB per kapita(juta Rp/kapita/tahun) Indeks Mobilitas

    Sangat Tinggi > 10 > 5Tinggi > 5 > 2Sedang > 2 > 1Rendah > 1 > 0,5

    B AspekMobilitasSeluruhJaringan

    Sangat Rendah < 1 >0,2

    Panjang Jalan / 1000Penduduk

    Pemakai Jalan Indeks Kecelakaan 1 Kecelakaan / 100.000km/ KendaraanKepadatan Penduduk

    (jiwa/km2)Sangat Tinggi > 5.000

    Tinggi > 1.000Sedang > 500Rendah > 100

    1.

    C AspekKecelakaanSeluruhJaringan

    Sangat Rendah < 100

    Indeks Kecelakaan 2 Kecelakaan / km /tahun

    Ruas JalanLebar JalanMinimum

    Volume Lalulintas(Kendaraan/hari) Kondisi Jalan

    2 x 7 m LHR > 20.000 Sedang; IRI < 6;RCI > 6,5

    7 m LHR > 10.000 Sedang; IRI < 6;RCI > 6,5

    6 m LHR > 8.000 Sedang; IRI < 8;RCI > 5,5

    4,5 m LHR > 3.000 Sedang; IRI < 10;RCI > 4,5

    2.

    A Kondisi Jalan

    4,5 m LHR < 3.000 Sedang; IRI < 6;RCI > 3,5FungsiJalan Pengguna Jalan

    Kecepatan TempuhMinimum

    ArteriPrimer

    Lalulintas RegionalJarak Jauh 25 km/jam

    KolektorPrimer

    Lalulintas RegionalJarak Sedang 20 km/jam

    LokalPrimer Lalulintas Lokal 20 km/jam

    ArteriSekunder

    Lalulintas KotaJarak Jauh 25 km/jam

    KolektorSekunder

    Lalulintas KotaJarak Sedang 25 km/jam

    B KondisiPelayanan

    LokalSekunder

    Lalulintas Lokal Kota 20 km/jam

    2.5 Wewenang Penanganan Jaringan Jalan

    Secara konseptual, sesuai dengan UU Nomor 38 Tahun 2004, tentang

    Jalan, jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang

    menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat

  • 25

    pelayanan dengan persil, menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan

    antarpusat permukiman yang berada di dalam kota. Secara umum wewenang

    pengaturan jalan kota, seperti yang tercantum dalam UU Nomor 38 Tahun 2004,

    tentang Jalan, meliputi merumuskan kebijakan penyelenggaraan jalan kota

    berdasarkan kebijakan nasional di bidang jalan dengan memperhatikan keserasian

    antar daerah dan antar kawasan, menyusun pedoman operasional penyelenggaraan

    jalan kota, menetapkan status jalan kota, serta menyusun perencanaan jaringan

    jalan kota.

    Wewenang pembinaan jalan kota meliputi memberikan bimbingan,

    penyuluhan, serta pendidikan dan pelatihan para aparatur penyelenggara jalan

    kota, memberikan izin, rekomendasi, dispensasi dan pertimbangan pemanfaatan

    ruang manfaat jalan, ruang milik jalan dan ruang pengawasan jalan, dan

    mengembangkan teknologi terapan di bidang jalan kota. Dalam bidang

    pembangunan jalan, wewenang pemerintah kota sesuai dengan prinsip otonomi

    daerah meliputi perencanaan teknis, pemrograman dan penganggaran, pengadaan

    lahan, serta pelaksanaan konstruksi, pengoperasian dan pemeliharaan jalan kota,

    serta pengembangan dan pengelolaan manajemen pemeliharaan jalan kota. Dalam

    bidang pengawasan jalan kota, wewenang pemerintah kota meliputi evaluasi

    kinerja penyelenggara jalan kota serta pengendalian fungsi dan manfaat hasil

    pembangunan jalan kota.

    2.6 Struktur Keuangan Pemerintah Daerah

    Sejalan dengan disahkannya UU Nomor 32 Tahun 2004, tentang

    Pemerintah Daerah, dan UU Nomor 33 Tahun 2004, tentang Perimbangan

    Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, maka terjadi penyerahan sebagian

    urusan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang berimbas pada terjadinya

    desentralisasi fiskal. Dengan adanya desentralisasi fiskal, pemerintah daerah

    diberi kewenangan untuk memanfaatkan sumber keuangan sendiri dan didukung

    dengan perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Hal ini mencerminkan

    pembagian kekuasaan di bidang pemerintahan yang lebih luas kepada daerah,

    memberikan kepastian sumber dana pemerintah daerah dalam melaksanakan

    fungsinya, serta kebebasan dalam menggunakan dana tersebut.

  • 26

    Berdasarkan ketentuan dalam perundangundangan tersebut, maka

    pendanaan untuk keperluan rutin dan pembangunan disetiap daerah bersumber

    Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, Pinjaman Daerah dan lain-

    lain penerimaan yang sah. PAD diperoleh dari hasil pajak daerah, hasil retribusi

    daerah, hasil perusahaan milik daerah, dan pengelolaan kekayaan daerah lainnya

    yang dipisahkan serta lain-lain PAD yang sah. Dana perimbangan merupakan

    bentuk transfer dana dari pemerintah pusat, yang ditujukan untuk mengurangi

    ketidakmampuan daerah dalam membiayai kebutuhan pengeluarannya dari PAD.

    Dana perimbangan terdiri atas bagian daerah (dana bagi hasil pajak dan sumber

    daya alam), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). DAU

    merupakan dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

    (APBN) yang pengalokasiannya dimaksudkan untuk menciptakan pemerataan

    kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya.

    Dalam APBN, jumlah DAU sekurang-kurangnya 25% dari Penerimaan Dalam

    Negeri dan dialokasikan ke daerah dengan persentase pembagian 10% untuk

    Propinsi dan 90% untuk Kabupaten/Kota. Struktur pendanaan daerah seperti

    terlihat pada Gambar 2.3.

    Gambar 2.3 Struktur Pendanaan Wilayah Otonomi (UU No. 33 th. 2004)

    DAK merupakan dana yang berasal dari APBN, yang dialokasikan ke

    daerah untuk membantu pembiayaan kebutuhan khusus, yaitu kebutuhan yang

    tidak dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus alokasi umum dan

    kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional. Saat ini, DAK

    Minimal 25%APBN

    Dana Sektoral(DAK)

    Dana Umum(DAU)

    Dana Perimbanganlainnya

    Pendapatan AsliDaerah (PAD)

    Pinjaman Daerah

    APBDPropinsi

    DanaSektoral

    90%10%

    APBDKab & Kota

  • 27

    difokuskan untuk membiayai kegiatan sektor pendidikan, kesehatan dan

    infrastruktur. Pendanaan yang bersumber pada pinjaman daerah diutamakan untuk

    membiayai kebutuhan daerah yang berkaitan dengan penyediaan prasarana. Dana

    pinjaman daerah dapat diperoleh melalui beberapa lembaga keuangan, baik dalam

    negeri maupun luar negeri, sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Selanjutnya,

    pengalokasian dana dalam era otonomi daerah ini, lebih banyak ditentukan sendiri

    oleh daerah. DAU yang digabungkan dalam bentuk dana Anggaran Pendapatan

    dan Belanja Daerah (APBD) bersama dengan PAD dan pinjaman daerah serta

    pendapatan sah lainnya, tidak lagi berupa dana sektoral, namun berupa dana

    umum yang pengalokasiannya disesuaikan dengan prioritas daerah. Dengan

    diterbitkannya Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, tentang Pengelolaan

    Keuangan Daerah, maka terjadi perubahan yang sangat mendasar dalam bidang

    pengelolaan keuangan daerah. Perubahan-perubahan tersebut diantaranya meliputi

    istilah Daftar Usulan Proyek Daerah (DUPDA) dan Daftar Isian Proyek Daerah

    (DIPDA) menjadi Rencana Anggaran Satuan Kerja (RASK) dan Dokumen

    Anggaran Satuan Kerja (DASK). Penyusunan DASK diawali dengan penyusunan

    Arah dan Kebijakan Umum (AKU) APBD oleh Pemerintah Daerah bersama

    dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) yang didasarkan pada hasil

    penjaringan aspirasi masyarakat (Jaring Asmara) dan berpedoman pada rencana

    strategis daerah dan/atau dokumen perencanaan daerah lainnya yang ditetapkan

    oleh daerah. Skema mekanisme penyusunan anggaran disajikan pada Gambar 2.4.

    Gambar 2.4 Skema Mekanisme Penyusunan Anggaran (Permendagri, 2006)

    Pemda danDPRD

    Kepala Daerah

    Kepala SatuanKerja

    Kondisi Ekonomidan Keuangan

    Prinsip AnggaranKerja

    Renstra danKebijakan Daerah

    Arah KebijakanUmum ( AKU)

    Strategi danPrioritas Daerah

    RASK

    RAPBD

    APBD

    DASK

  • 28

    2.7 Prioritas Kegiatan Penanganan Jalan

    Prioritas kegiatan mempertahankan aset (assets preservation) merupakan

    langkah yang wajar dalam kondisi dana yang terbatas. Pilihan kedua langkah yang

    diambil jika memungkinkan penyempurnaan terhadap aset (assets enhancement),

    dan langkah selanjutnya jika dana tersedia maka dilakukan penambahan aset baru.

    Kegiatan pemeliharaan jalan yang sudah ada harus diutamakan, jika dibandingkan

    dengan pembangunan jalan baru. Bahwa kegiatan yang diprioritaskan adalah

    program penanganan jalan yang dananya harus disediakan setiap tahun sebagai

    kegiatan wajib dilakukan (mandatory action).

    Alokasi dana pada ruas jalan yang kondisinya masih baik atau jenis

    penanganan pemeliharaan rutin dalam penelitian ini menjadi prioritas. Prioritas

    selanjutnya adalah program pemeliharaan berkala/periodik, dan kemudian

    kegiatan peningkatan jalan. Jika kegiatan pembangunan jalan baru tetap

    dibutuhkan maka akan menjadi prioritas terakhir. Kegiatan pembangunan jalan

    baru, pelebaran jalan yang umumnya hanya diperlukan di kedua sisi jalan

    eksisting 1-2 meter akan lebih diprioritaskan, jika dibandingkan pembangunan

    jalan baru ataupun peningkatan MST jalan yang membutuhkan lebar penanganan

    antara 4,5 - 6 meter lebar jalan.

    2.7.1 Jenis dan Prioritas Penanganan Jalan

    Penyusunan kebutuhan penanganan jaringan jalan perkotaan secara

    umum terdapat kaidah penentuan. Untuk mencapai target 100% jalan mantap

    konstruksi, maka ruas jalan yang saat ini berada dalam kondisi baik ditangani

    dengan pemeliharaan rutin, kondisi sedang ditangani dengan pemeliharaan

    berkala, dan kondisi rusak ditangani dengan peningkatan struktur perkerasan jalan

    (restructuring). Target 100% jalan mantap layanan lalulintas, maka ruas jalan

    yang ada saat ini dalam kondisi macet ditangani dengan peningkatan kapasitas

    atau pelebaran jalan. Sedangkan untuk kebutuhan pembangunan jalan baru akan

    lebih ditentukan oleh tingkat aksesibilitas dan mobilitas wilayah bersangkutan.

    Untuk menentukan kondisi konstruksi jalan Ditjen Binamarga

    memanfaatkan parameter IRI. Penentuan kondisi jalan dan penanganannya seperti

    terlihat pada Tabel 2.15.

  • 29

    Tabel 2.15 Penentuan Kondisi Ruas Jalan (Departemen Kimpraswil, 2002)Kondisi Jalan IRI (m/km) Kebutuhan Penanganan

    Baik IRI rata-rata 4,5 Pemeliharaan RutinSedang 4,5 IRI rata-rata 8,0 Pemeliharaan BerkalaRusak 8,0 IRI rata-rata 12,0 Peningkatan JalanRusak Berat IRI rata-rata > 12,0 Peningkatan Jalan

    Untuk menyusun prioritas penanganan ruas jalan, maka ruas jalan yang

    berkinerja rendah akan diprioritaskan dahulu penanganannya daripada ruas jalan

    yang berkinerja tinggi. Penyusunan prioritas penanganan jalan ini tidak akan

    terlepas dari kondisi ruas jalan yang ada saat ini dan peranan ruas jalan tersebut.

    Persaingan alokasi dana antar ruas jalan harus dilakukan sesuai peran ruas jalan di

    wilayah tersebut. Ruas jalan yang memiliki peran lebih besar, harus mendapatkan

    prioritas lebih tinggi untuk ditangani.

    2.7.2 Waktu Penanganan Pemeliharaan Jalan

    Tujuan penanganan jalan adalah untuk menjaga kondisi fisik dan

    operasional dari jaringan jalan agar tetap dalam kondisi baik sehingga dapat

    dioperasikan atau memberikan pelayanan sebagaimana mestinya. Tingkat

    kemantapan jalan ditentukan oleh dua kriteria, yaitu mantap secara konstruksi dan

    mantap dalam layanan lalulintas. Kemantapan konstruksi terdiri atas jalan mantap

    konstruksi dan jalan tak mantap konstruksi. Jalan mantap konstruksi adalah jalan

    dengan kondisi konstruksi di dalam koridor mantap yang mana untuk

    penanganannya hanya membutuhkan pemeliharaan berkala dan bertujuan tidak

    untuk menambah nilai struktur konstruksi yang ada. Sedangkan jalan tak mantap

    konstruksi adalah jalan dengan kondisi di luar koridor mantap yang mana untuk

    penanganan minimumnya adalah pemeliharaan berkala dan penanganan

    maksimumnya berupa peningkatan jalan dengan tujuan untuk menambah nilai

    struktur konstruksi. Kemantapan layanan lalulintas jalan terdiri atas jalan mantap

    layanan dan jalan tak mantap layanan. Jalan mantap layanan adalah jalan dengan

    kondisi lalulintas di dalam koridor mantap yang mana untuk penanganannya tidak

    diperlukan penambahan lebar jalan. Sedangkan jalan tak mantap layanan adalah

    jalan dengan kondisi lalulintas di luar koridor mantap yang mana untuk

    penanganannya diperlukan penambahan lebar jalan. Frekuensi penanganan

    pemeliharaan jalan dikelompokkan dalam beberapa kategori (Tranggono, 2005)

  • 30

    berdasarkan jenis kegiatan pemeliharaan. Kategori kegiatan pemeliharaan

    menurut waktu penanganannya terdiri atas pemeliharaan rutin, periodik, dan

    darurat.

    Pemeliharaan rutin adalah pemeliharaan dengan waktu penanganan yang

    dilakukan dengan interval penanganan kurang dari 1 (satu) tahun. Pemeliharaan

    rutin ini dibedakan atas kegiatan yang direncanakan secara rutin (cylic) dan

    kegiatan yang tidak direncanakan, yang bergantung pada kejadian kerusakan

    (reactive). Pemeliharaan rutin dapat pula dikatakan pekerjaan ringan karena

    pekerjaan ini tidak membutuhkan alat berat namun pekerjaannya tersebut

    dilakukan untuk jalan yang berkondisi baik yang tersebar dalam suatu jaringan

    jalan. Jenis kegiatan dalam pekerjaan ini antara lain dapat berupa penambalan

    lapis permukaan dan pemotongan rumput.

    Pemeliharaan periodik, frekuensi pemeliharaan dilakukan periodik

    dengan interval penanganan beberapa tahun. Pemeliharaan ini dilakukan baik

    untuk menambah nilai struktural/memperbaiki nilai fungsionalnya, meliputi

    kegiatan bersifat pencegahan, pelaburan, pelapisan tambah, dan rekonstruksi

    perkerasan serta pekerjaan drainase. Pekerjaan ini dilakukan untuk jalan kondisi

    sedang.

    Pekerjaan darurat adalah frekuensi pemeliharaan yang tidak dapat

    diperkirakan sebelumnya, karena kejadian tersebut tidak dapat diperkirakan atau

    diprediksi. Pemeliharaan yang termasuk kegiatan ini adalah perbaikan sementara

    jalan yang tertutup akibat longsoran, banjir, atau bekas kecelakaan kendaraan.

    Rehabilitasi jalan merupakan kegiatan penanganan terhadap setiap

    kerusakan yang tidak diperhitungkan dalam desain, yang berakibat menurunnya

    kondisi kemantapan pada bagian/tempat tertentu dari suatu ruas jalan dengan

    kondisi pelayanan mantap. Dengan rehabilitasi, maka penurunan kondisi

    kemantapan tersebut dapat dikembalikan pada kondisi kemantapan sesuai rencana

    yang diperkirakan. Kegiatan ini dilaksanakan untuk mengatasi kerusakan-

    kerusakan pada segmen tertentu yang mengakibatkan penurunan yang tidak wajar

    pada kemampuan pelayanan jalan. Pekerjaan ini dilaksanakan bila pekerjaan

    pemeliharaan yang secara tetap dan seharusnya dilaksanakan tersebut diabaikan

    atau pemeliharaan berkala/pelapisan ulang terlalu lama ditunda sehingga keadaan

  • 31

    lapisan semakin memburuk. Yang termasuk dalam kategori ini adalah perbaikan

    terhadap kerusakan lapisan permukaan seperti lubang-lubang, dan kerusakan

    struktural seperti amblas, asalkan kerusakan tersebut kurang dari 15-20% dari

    seluruh perkerasan yang biasanya berkaitan dengan lapisan aus baru.

    Pembangunan kembali secara total biasanya diperlukan bila kerusakan struktural

    sudah tersebar luas sebagai akibat dari diabaikannya pemeliharaan, atau kekuatan

    desain yang tidak sesuai, atau karena umur yang telah terlampaui.

    Peningkatan jalan adalah suatu kegiatan untuk memperbaiki kondisi

    jalan yang kemampuannya tidak mantap atau kritis, sampai suatu kondisi

    pelayanan yang mantap sesuai dengan umur rencana yang ditetapkan. Kegiatan ini

    merupakan kegiatan penanganan jalan yang dapat meningkatkan kemampuan

    strukturnya sesuai dengan umur jalan tersebut. Pekerjaan ini untuk meningkatkan

    standar pelayanan dari jalan yang ada; baik yang berupa membuat lapisan menjadi

    lebih halus, seperti pengaspalan terhadap jalan yang belum diaspal atau

    menambah Lapisan Tipis Aspal Beton-Lataston (Hot Roller Sheet); atau

    menambah lapisan struktur lain seperti Lapis Penetrasi Maca