penanggung jawab : sofian hadinata, s.hut pimp. redaksi : m

8
Didukung oleh : Penanggung Jawab : Sofian Hadinata, S.Hut Pimp. Redaksi : M. Jamil, SE Editor : M. Indra Kurniawan Staff Redaksi : Naumi Kharithsah, Bida Sari, Cali, Ismail, Binur, Mustaqim, Luga Design : M. Jamil, SE Fotografer : Mustaqim, Binur Redaksi : Jl. Sei Bengawan No. 72 Medan Sumatera Utara - Indonesia Telp/Fax : +62 61 4156451 Website : www.orangutancentre.org E-mail : [email protected] Penerbit : Orangutan Information Centre Pelindung : Sumatran Orangutan Society Pembina : - Lucy Charlotte Wisdom - Helen Buckland - Panut Hadisiswoyo S.S. MA SUMATRAN ORANGUTAN SOCIETY - ORANGUTAN INFORMATION CENTRE ( S O S - O I C ) SUMATRAN ORANGUTAN SOCIETY - ORANGUTAN INFORMATION CENTRE ( S O S - O I C ) foto : Nick. T. U.S. FISH & WILDLIFE SERVICE P A T R I M O N IO M U N D A L W O R L D H E R IT A G E P A T RI M O IN E M O N D I A L

Upload: vanxuyen

Post on 16-Jan-2017

231 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Didukung oleh :

Penanggung Jawab : Sofian Hadinata, S.HutPimp. Redaksi : M. Jamil, SEEditor : M. Indra KurniawanStaff Redaksi : Naumi Kharithsah, Bida Sari,

Cali, Ismail, Binur, Mustaqim, Luga

Design : M. Jamil, SEFotografer : Mustaqim, Binur

Redaksi : Jl. Sei Bengawan No. 72 MedanSumatera Utara - Indonesia

Telp/Fax : +62 61 4156451Website : www.orangutancentre.orgE-mail : [email protected] : Orangutan Information CentrePelindung : Sumatran Orangutan SocietyPembina : - Lucy Charlotte Wisdom

- Helen Buckland- Panut Hadisiswoyo S.S. MA

SUMATRAN ORANGUTAN SOCIETY - ORANGUTAN INFORMATION CENTRE ( S O S - O I C )SUMATRAN ORANGUTAN SOCIETY - ORANGUTAN INFORMATION CENTRE ( S O S - O I C )

foto

: N

ick.

T.

U.S.FISH & WILDLIFE

SERVICE

PA

TRIMONIO MUNDAL

WO

RLD

HERITAGE PATRIMOIN

EM

ON

DIA

L

Rumah Pembibitan SOS-OICRumah Pembibitan SOS-OIC

Perkembangan Rehabilitasi TNGL Saat Ini

Pengetahuan mereka juga ditingkatkan dengandidirikannya sebuah wadah belajar berupa pondokuntuk memantau kegiatan pembibitan dan satwa yangterdapat di sekitar kawasan TNGL.

Balai Besar TNGL (BBTNGL) sangat mendukungprogram rehabilitasi yang sedang dilaksanakan SOS-OIC sejak Desember 2007 dan telah dikeluarkannyaMOU SOS-OIC dengan BBTNGL untuk tahun 2008-2012.

Selain itu daerah ini merupakan koridor gajah sehinggatelah dilakukan manajemen pencegahan denganmemasang kawat listrik di sepanjang sungai Betunguntuk menangani gajah yang masuk ke dusun.Masyarakat juga sadar bahwa mereka tinggal di daerahkawasan TNGL yang awalnya merupakan habitatberaneka jenis satwa termasuk gajah. Oleh karena itu,mereka menggunakan api obor untuk menghindarimasuknya gajah ke dusun mereka.

Dari sini dapat terlihat dampak negatif dari pembukaankawasan hutan untuk kawasan pemukiman apalagihutan tersebut merupakan kawasan hutan lindung.Disadari, perlu kearifan manusia untuk hidupberdampingan dengan makhluk tuhan lainnya yangberguna bagi alam demi kepentingan manusia juga.(NK)

awasan Taman Nasional Gunung Leuser(TNGL) terletak di dua propinsi NanggroeAceh Darussalam (NAD) dan SumateraUtara telah ditetapkan oleh UNESCOsebagai warisan hutan hujan tropis sumatera

dan bagian paru-paru dunia. Namun, ’warisan terakhir’tersebut terjadi kerusakan akibat pembukaan kawasanoleh pengungsi aceh menjadi pemukiman, ladangmasyarakat dan perkebunan besar dengan totalkerusakan mencapai 22.000 ha.

Kini kawasan TNGL bekas perkebunan kelapa sawitPT. Putri Hijau dan PT. Rapala mulai direhabilitasidengan sistem pemberdayaan masyarakat agar mandiridan mereka merasa memiliki daerah ini yangdiharapkan bertanggung jawab terhadap kawasanTNGL secara langsung. Daerah ini rusak akibatpembukaan lahan menjadi perkebunan kelapa sawitdan kini diambil alih secara hukum untuk di rehabilitasi.Luas bekas perkebunan kelapa sawit PT. Putri Hijau44,25 ha dan PT. Rapala 306,32 ha.

Dusun Wonosari merupakan dusun yang sangat aktifuntuk membantu kegiatan rehabilitasi ini. Merekatelah telah menanam sekitar 5000 bibit terdiri dari1500 durian dan 3500 sungkai. Bibit – bibit ini telahditanam di kawasan TNGL resort Sei Betung denganluas 10 ha dan jarak tanam 5 x 5 m. Kawasan bekasPT. Putri Hijau dikelola oleh Kelompok Tani Pelindung(Ketapel) TNGL dusun Wonosari yang mempunyaitarget penanaman pohon seluas 60 ha.

Dalam kegiatan berbasis masyarakat, semua pihakdilibatkan baik bapak atau ibu serta anak-anak untukmelakukan pembibitan sebelum dilakukan penanamandi kawasan yang ingin direhabilitasi. Disini terlihatpespektif gender dalam pembagian tugas. Para ibuterlibat sangat efektif dengan mengisi polibag danperawatan bibit. Sedangkan kaum bapak lebih banyakterlibat dalam pencarian bibit dan penanaman pohon.

Kini masyarakat telah mandiri untuk melaksanakanprogram rehabilitasi kawasan TNGL. Kesadaranpentingnya menyelamatkan hutan telah tertanam didalam hati masing-masing warga dusun Wonosari.

Penanaman di bekas areal kebun sawit dalam kawasan TNGL

1PONGOwww.orangutancentre.orgNews Letter

2PONGOwww.orangutancentre.orgNews Letter

ROAD SHOW MITIGASI KONFLIK ORANGUTAN MANUSIA

Penyuluhan Mitigasi Konflik Orangutan di Dusun Pancasila(Kabupaten Langkat)

Pembagian Majalah Orangutan Kepada Anak-anak Di DesaKarya Jadi (Kabupaten Langkat)

Penyuluhan dan pelatihan penggunaan alatuntuk mengusir orangutan

Indonesia dan Malaysia menargetkan 83% produksidan 89% ekspor minyak sawit dunia ditambah lagi denganpermintaan produksi yang terus meningkat dua kali lipat ditahun 2020. Di lain sisi kegiatan ini positif demi kepentinganekonomi sedangkan di sisi lain disadari bahwa perluasanperkebunan kelapa sawit pada daerah bernilai konservasi tinggimenimbulkan tekanan tinggi terhadap lingkungan, termasukterganggunya habitat orangutan yang menyebabkan turunnyapopulasi orangutan.

Pembukaan hutan alam di Sumatera dan Kalimantanmenjadi peruntukan lain mengubah ekosistem alami hutantersebut sehingga banyak satwa tersesat seperti orangutan diperkebunan karena pemutusan daerah jelajah hewan tersebut.Hal ini menjadi masalah bagi manusia dan orangutan. Olehkarena itu, pembangunan yang berkelanjutan haruslahmempertimbangkan dampak lingkungan atau disebutpembangunan berwawasan lingkungan.

Berbagai masalah konflik orangutan dan manusiatersebut mendasari divisi Mobile Awareness Unit (MAU) SOS-OIC melaksanakan road show dengan fokus pendidikan danpenyadaran terhadap masyarakat sekitar kawasan yangdilaporkan terdapat orangutan yang terisolir. Kegiatan ini turutmerangsang masyarakat lokal berperan aktif dalam memecahkanpermasalahan lingkungan yang ada dengan pelatihan yang akandiberikan tim MAU.

Roadshow ini dilaksanakan di sekitar kawasan TNGLdan areal perkebunan di Kab. Langkat dengan mengunjungimasyarakat umum di tingkat desa, pekerja perkebunan danmanajemen perkebunan. Road show telah dimulai pada bulanMaret 2008 dan masih berlangsung hingga kini. Setiap tempatyang dikunjungi akan diberikan pelatihan mencegah konflikantara manusia dan satwa khususnya Orangutan Sumatera,pemutaran film, pameran konservasi orangutan dan isu – isutentang ancaman kelangsungan hutan, serta survey di daerahyang terdapat konflik orangutan dan manusia.

Film yang ditampilkan antara lain: film oil palminvasion bercerita tentang masyarakat yang mengalami dampaknegatif akibat perluasan perkebunan sawit, dilanjutkan denganfilm orangutans and palm oil yang dibuat dalam bahasaIndonesia tentang mitigasi training yang khusus diperuntukkanpara pekerja di perkebunan dan terakhir film losing tomorrow.Semua kopi film akan dibagikan kepada peserta dan diharapkanmenjadi media penyadaran yang efektif bagi semua pihak.

Perjalanan road show ini diharapkan bermanfaat bagisemua pihak dan persepsi masyarakat berubah seiring waktukunjungan dalam menanangani permasalahan satwa liar demimendukung usaha konservasi satwa dan keanekaragaman hayatiIndonesia. (NK)

SOS-OIC bersama beberapa lembaga lingkunganlainnya melaksanakan pameran lingkungan di BukitLawang dalam rangkaian acara Jambore Konservasi TNGLpada tanggal 5 – 8 Juni 2008 yang lalu. Tak hanya pameran,tim SOS-OIC turut berpartisipasi menjadi juri dalam lombalukis anak – anak berdampingan dengan balai besar TNGLdan Yayasan Ekosistem Lestari (YEL). Kami ikutmendukung kegiatan penanaman pohon dengan pemberianbibit pohon pada acara ini.

Jambore konservasi TNGL dilaksanakan dalamrangka hari lingkungan hidup sedunia dengan rangkaianacara bersih menanam berupa kegiatan penanaman pohondan pembersihan sampah di kawasan Ekowisata BukitLawang dan sekitarnya dilanjutkan dengan lomba melukisbagi anak- anak SD serta kegiatan expo dan bazar.

Lomba lukis yang diperlombakan dibagi dalamdua kategori yaitu kategori melukis menggunakan catwarna buatan dan alami. Para peserta berjumlah 60 oranganak SD yang berasal dari 10 sekolah di sekitar kawasanbukit lawang antusias mengikuti perlombaan.

Has i lnya menggembi rakan ! Merekamenghasilkan lukisan yang artistik dengan paduan warnamenarik. Lukisan cat warna alami tak kalah dengan lukisanwarna buatan dengan menggunakan warna alami sepertiarang untuk warna hitam, kunyit untuk warna kuning,pandan untuk warna hijau dan lainnya.

3PONGOwww.orangutancentre.orgNews Letter

Pameran Jambore Konservasi TNGL

Orangutanku keluargaku

Pameran lingkungan yang berlokasi di VisitorCentre kawasan wisata Bukit Lawang turut memeriahkanjambore konservasi ini sebagai bahan informasi masyarakatluas terhadap informasi lingkungan saat ini. Pameranlembaga kami ramai dikunjungi pengunjung. Pin orangutansumatera SOS–OIC mendapat perhatian anak – anak lokal.

“Eh… ini Mina, Abu dan Sasa”, kata beberapaanak tersebut yang menyebutkan nama orangutan sumaterayang telah mereka kenal dengan baik dalam pin yangdibagikan kepada mereka. Mereka sangat mengenalorangutan sumatera yang hidup di sekitar hutan dankarantina orangutan Bukit Lawang. Keberadaan orangutantelah dianggap sebagai bagian keluarga mereka. Hal inimasih jarang ditemui di daerah yang masih menganggaporangutan sebagai hama tanaman.

Bukit lawang memang mengandalkan keunikanorangutan sumatera sebagai daya tarik ekowisatanyahingga kini walaupun pernah ditimpa musibah banjirbandang pada tahun 2004 yang lalu.

Kesan masyarakat lokal yang telah menganggaporangutan sebagai keluarga menunjukkan hewan uniktelah mendapat tempat di hati masing-masing orang untukmenyayangi dan melindunginya demi kelestarian orangutandan habitat hidupnya serta kelangsungan kehidupanmasyarakat khususnyamasyarakat disekitarobjek wisata BukitLawang. (NK)

4PONGOwww.orangutancentre.orgNews Letter

dan perannya menjagah u t a n L e u s e r .

Berbuat yang lebihnyata untuk alam, makapeserta kemah menanam150 bibit durian di sekitarkawasan Tangkahan.

D i akh i r a ca r adiumumkan pemenang tiapkategori lomba yaituLomba Cerdas CermatLingkungan Tingkat SMPJuara I SMPN 1 TanjungPura, Juara II SMPN 1Stabat, Juara III SMPN 1

Binjai, Harapan SMPN 1 Secanggang.Lomba Cipta dan Baca Puisi Lingkungan Tingkat SMP

Juara I Nadya Khairunnisa (SMPN 2 Babalan), Juara II BoyDomuse Sinaga (SMPN 1 Swt. Seberang), Juara III IntanKumalasari (SMPN 2 Babalan); Tingkat SMA/SMK Juara IImelda Novita (SMAN 2 Binjai), Juara II Mutia Yakup (SMAN1 Selesai), Juara III Sri Lestari (SMKN 1 Stabat).

Lomba Majalah Dinding Lingkungan Tingkat SMP juaraI SMPN 1 Tj. Pura, Juara II SMPN 2 Babalan, Juara III SMPN1 Bahorok; tingkat SMA/SMK juara I SMAN 1 Binjai, juaraII SMKN 1 Stabat, Juara III SMAN 1 Selesai.

Lomba Kreasi Barang Bekas Tingkat SMP Juara I SMPN1 Swt. Seberang, Juara II SMPN 1 Selesai, Juara III SMPN 3Stabat; tingkat SMA/SMK juara I SMKN 1 Stabat, juara IISMAN 1 Selesa i , Juara I I I SMAN 1 Binja i .

Peserta Jambore Kemah Konservasi Terfavorit TingkatSMP favorit I SMPN 1 Swt. Seberang, favorit II SMPN 1Bahorok, favorit III SMPN 1 Stabat; tingkat SMA/SMK favoritI SMAN 1 Selesai, favorit II SMKN 1 Stabat, favorit III SMAN1 Binjai.

Ubah Perilaku dan Cegah Pencemaran Lingkungan

Himbauan di atas merupakan tema Hari LingkunganHidup sedunia yang jatuh setiap tanggal 5 Juni. Perilaku yang berubah sangat diharapkan dari keberhasilan pendidikanlingkungan yang sedang digalakkan SOS-OIC di semua sekolahyang telah dikunjungi. Selama 2 tahun, Tim Program SekolahBerwawasan Konservasi Alam dan Lingkungan Hidup (PSBKL)telah mengunjungi 60 sekolah se-Kabupaten Langkat. KiniPSBKL terus berlanjut dengan mengundang SMP danSMA/SMK se-Kabupaten Langkat untuk mengikuti jamborekemah konservasi di kawasan ekowisata Tangkahan. Acara inidilaksanakan pada tanggal 23-25 Juni 2008 bekerjasama dengananggota klub Sahabat Orangutan (SOU), FK3LI, Flora FaunaInternasional (FFI) – CRU Tangkahan, Lembaga PariwisataTangkahan (LPT), SAR Langkat dan dukungan penuh dariDinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten Langkat.

Berbagai kegiatan dilaksanakan dalam peringatan iniseperti; lomba cerdas cermat lingkungan, cipta dan baca puisilingkungan, majalah dinding lingkungan, kreasi barang bekasdan pemilihan peserta jambore kemah terfavorit. Sebelumnyapara peserta kemah dibekali dengan pengetahuan tentang globalwarming beserta tips kecil pencegahannya dan pemutaran filmtentang kawasan ekosistem leuser.

Kali ini pelaksanaan kemah terasa banyak sekalitantangan dimulai dari lokasi yang jauh maupun kondisi lapanganyang diguyur hujan. Kondisi ini tidak menyurutkan semangatpara siswa untuk berprestasi dalam kebersamaan. Sepertipernyataan peserta kemah terfavorit tingkat SMP, Boy DamuseSinaga, bahwa kita disini bukan untuk bersaing tetapi belajaruntuk peduli lingkungan.

Setelah berlomba, para peserta melakukan kegiatanberinteraksi langsung dengan Gajah Sumatera besertapawangnya. Keberadaan Gajah Sumatera dan pesona alamTangkahan merupakan daya tarik ekowisata ini. Mereka dapatmempelajari hal-hal yang berkaitan dengan gajah

Peserta lomba majalah dindingPeserta lomba majalah dinding

Penanaman bibit pohonPenanaman bibit pohon

Peringatan Hari Lingkungan Hidup 2008

Perlombaan cerdas cermatPerlombaan cerdas cermat

5PONGOwww.orangutancentre.orgNews Letter

Di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL)

Matanya menghadap ke depan, sehinggamemungkinkan mengukur jarak dengan tepat. Kelebihanlainnya adalah paruh yang kuat dan tajam, kaki yangcekatan dan mampu mencengkeram dengan kuat sertakemampuan terbang tanpa berisik, merupakan modaldasar bagi kemampuan berburu dalam gelapnya malam.Beberapa jenis bahkan dapat memperkirakan jarak danposisi mangsa dalam kegelapan total, hanya berdasarkanindera pendengaran dibantu oleh bulu-bulu wajahnyauntuk mengarahkan suara.

Biasanya hewan ini membuat sarang dilubang–lubang pohon atau di antara pelepah daun bangsapalem. Hewan ini berkembang biak dengan berteluratau ovipar antara satu hingga empat butir, kebanyakanberwarna putih atau putih berbercak. Terkadang teluryang dihasilkan dapat mencapai kisaran 19 butirtergantung pada ketersediaan pakannya. Burung hantumampu bertelur 2–3 kali dalam setahun.

Dalam siklus rantai makanan burung hantuberburu aneka binatang seperti, serangga, kodok, tikusdan lain-lain. Seekor burung hantu memangsa tikus2-5 ekor sehari. Oleh karena itu, keberadaan hewan inimengendalikan jumlah hewan lainnya agar seimbang.Hal ini merupakan tindakan menjaga komponenekologisnya.

Sama bermanfaatnya dengan ular dan burungelang yang memangsa tikus sebagai makanannya.Namun, predator tikus tersebut banyak diburu manusiasehingga jumlah tikus bertambah banyak. Terlebih lagitikus dikenal sebgai hewan yang berkembang biaksangat cepat. Dalam 13 bulan saja, sepasang tikus bisamelahirkan 2.408 ekor anak.

Jumlah tikus yang tidak terkendalikan selainmengganggu kenyamanan juga mengancam kesehatanmasyarakat dengan penyebaran berbagai penyakitmenular dengan angka kesakitan yang cukuptinggi.Bagaimana bila burung hantu ada di kota, pastijumlah tikus di jalanan berkurang dan kita tidak seringmelihat bangkai tikus mengotori jalan raya. (NK)

Sumber : wikipedia dan sumber lainnya

Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL)merupakan warisan dunia yang memiliki beranekaragam flora dan fauna yang menakjubkan. Mereka tidakhanya menghiasi alam leuser tetapi juga memberikanbanyak manfaat bagi kelangsungan bumi. Tahukah kamusi pengawas malam yang dianggap seram di TNGL? Iaadalah burung hantu merupakan kelompok burung buasatau pemakan daging, anggota ordo Strigiformes. Lebihsering keluar pada malam hari maka ia disebut hewanmalam atau nokturnal.

Burung hantu amat dikenal karena matanyabesar dan menghadap ke depan, tak seperti umumnyajenis burung lain yang matanya menghadap ke samping.Bersama paruh yang bengkok tajam seperti paruh dansusunan bulu di kepala yang membentuk lingkaranwajah, tampilan ‘wajah’ burung hantu inilah yangmengesankan seram. Apalagi leher burung ini demikianlentur sehingga wajahnya dapat berputar 180 derajat kebelakang.

Umumnya burung hantu berbulu burik,kecoklatan atau abu-abu dengan bercak-bercak hitamdan putih. Dipadukan dengan perilakunya yang kerapmematung dan tidak banyak bergerak, menjadikanburung ini tidak mudah kelihatan; begitu pun ketika

tidur di siang hari di bawah lindungandaun-daun.

Ekor burung hantuumumnya pendek, namun

sayapnya besar dan lebar.R e n t a n g s a y a p n y a

mencapai sekitar tiga kalipanjang tubuhnya .K e b a n y a k a n j e n i s

b u r u n gh a n t uberburu dimalam hari,m e s k isebagiannyab e r b u r u

ket ika har iremang-remang

di waktu subuhdan sore dan ada pula

beberapa yang berburu disiang hari.

Salah satu primata khas di Gunung Leuser yaitu Kedih atau sering dikenal lutung. Lutung jenisini relatif mudah ditemui di kawasan TNGL dan di hutan – hutan Aceh. Kadang – kadang mereka jugaterlihat di pinggiran hutan dan perladangan penduduk. Kedih identik dengan suara sengaunya (ngkung)yang dikeluarkan dari lubang hidung. Kehadiran mereka menambah daya tarik kawasan Taman NasionalGunung Leuser.

Mari mengenali ciri fisik kedih agar bila melihatnya anda lebih gampang mengenalinya. Kedihmemiliki warna rambut kelabu tua keperak-perakan pada bagian punggung sedangkan pada bagian dadadan perut berwarna putih. Lutung ini memiliki jambul pada kepala yang berwarna hitam, letaknya agakke belakang. Bagian pipi dan kening berwarna putih. Kaki dan tangan berwarna hitam dan ekor sisidalam berwarna putih. Panjang tubuh jantan dan betina sekitar 500 – 550 mm dan berat tubuh sekitar5,5 – 6,5 kg.

Seperti primata lainnya kedih mengkonsumsi banyak buah,biji dan daun. Dilihat dari konsumsinya,primata merupakan spesies yang berperan penting terhadap pelestarian keanekaragaman hayati di hutan.Primata bukanlah hanya sekedar penghias alam yang diciptakan Tuhan tanpa manfaat apa-apa.

Kedih sangat menjunjung hidup sosialnya dengan selalu berkelompok dan memiliki seorangjantan sebagai pimpinan kelompok. Bahkan tidur berkelompok bersamaanggota pada satu pohon atau pohon yang berdekatan. Menurut penelitian,

kedih memiliki tiga kelompok sosial kelompok yang berlainan jeniskelamin, kelompok semua jantan dan jantan tunggal/sendirian. Kelompok

yang berlainan jenis kelamin, umumnya terdiri dari satu jantan residendan beberapa betina yang biasanya disertai oleh beberapa anak-anakmereka. Baik betina maupun jantan menyebar dari kelompok asalnya,betina juga dijumpai sering berpindah – pindah.

Mereka sangat lincah bergerak menggunakan keempatanggota tubuhnya pada saat bergerak pada cabang pohon yang satu

ke pohon yang lain. Tak jarang mereka meloncat dari pohon yang satuke pohon yang lain. Oleh karena itu, mereka sepenuhnya di pohon ataudikenal dengan hewan arboreal. Umumnya mereka berjelajah sekitar 15

ha.

Suara sengau jantan (loud calls) yang sering terdengar di hutanmerupakan isyarat tanda bahaya. Setelah beberapa

penelitian, seruan keras kedih diperkirakan memilikibeberapa fungsi seperti mempertahankan pasangan,

mempertahankan sumber dan atraksi memilihpasangan. Walaupun belum

sepenuhnya benar, kedih betinamemilih pasangannnya dengankarakter suara sekaligus dapatmembedakan kedih jantanmuda dan tua. (NK)

Thomas leaf monkey

6PONGOwww.orangutancentre.orgNews Letter

7PONGOwww.orangutancentre.orgNews Letter

Bola-bolatersenyum inginmenuju bumi yanglestari, mari kitaantar merekamelalui permainanludo ini.