hubungan penugasan_widi riani

63
HUBUNGAN PENGUASAAN STRUKTUR BAHASA DAN MINAT MEMBACA DENGAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN Sebuah Survei Guru SD di UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Unit Kecamatan Kebumen Usulan Penelitian Tesis ini Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Oleh Edy Sukamsi S 840908105

Upload: anifdownload

Post on 11-Jun-2015

1.645 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

HUBUNGAN PENGUASAAN STRUKTUR BAHASA DAN MINAT MEMBACA DENGAN KETERAMPILAN

MEMBACA PEMAHAMAN

Sebuah Survei Guru SD di UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Unit Kecamatan Kebumen

Usulan Penelitian Tesis ini Disusun untuk Memenuhi

Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

Oleh

Edy Sukamsi

S 840908105

PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA2009

HUBUNGAN PENGUASAAN STRUKTUR BAHASA DAN MINAT MEMBACA DENGAN KETERAMPILAN

MEMBACA PEMAHAMAN

Sebuah Survei Guru SD di UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Unit Kecamatan Kebumen

Disusun oleh

Edy Sukamsi

S 840908105

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing

Jabatan Nama Tanda tangan Tanggal

Pembimbing I Prof. Dr. Herman J. Waluyo, M.Pd.

NIP. 130692078

Pembimbing II Prof. Dr. St. Y. Slamet, M.Pd.

NIP. 131106331

Mengetahui

Ketua Program Pendidikan Bahasa Indonesia

Prof. Dr. Herman J. Waluyo, M.Pd.

NIP. 130692078

DAFTAR ISI

JUDUL....................................................................................................................i

PENGESAHAN.....................................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................1

B. Perumusan Masalah........................................................................4

C. Tujuan Penelitian............................................................................5

D. Manfaat Penelitian..........................................................................5

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

A. Kajian Teori....................................................................................7

1. Hakikat Kemampuan Membaca Pemahaman...........................7

2. Hakikat Penguasaan Struktur Bahasa.....................................13

3. Hakikat Minat Membaca........................................................15

B. Penelitian yang Relevan...............................................................20

C. Kerangka Berpikir........................................................................22

1. Hubungan antara Penguasaan Struktur Bahasa

dan Kemampuan Membaca Pemahanan.................................22

2. Hubungan antara Minat membaca dan

Kemampuan Membaca Pemahaman......................................22

3. Hubungan antara Penguasaan Struktur Bahasa dan Minat

Membaca dan Kemampuan Membaca Pemahaman...............22

D. Hipotesis Penelitian......................................................................24

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian......................................................26

1. Tempat Penelitian ...................................................................26

2. Waktu Penelitian ....................................................................26

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel........................27

1. Populasi ..................................................................................27

2. Sampel ....................................................................................27

3. Teknik Penarikan Sampel .......................................................27

C. Desain Penelitian..........................................................................28

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional..............................29

1. Variabel Penelitian .................................................................29

2. Definisi Konseptual.................................................................29

3. Definisi Operasional ...............................................................30

E. Teknik Pengumpulan Data...........................................................31

F. Instrumen Penelitian ....................................................................32

G. Validitas dan Reabilitas Instrumen ..............................................33

1. Validitas Instrumen ................................................................33

2. Reabilitas Instrumen ...............................................................34

H. Uji Normalitas .............................................................................35

I. Teknik Analisis Data ...................................................................36

J. Hipotesis Statistik.........................................................................37

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran Bahasa Indonesia meliputi empat aspek keterampilan

berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Membaca sebagai

bagian dari aspek keterampilan berbahasa, memiliki peranan yang sangat penting

bagi peningkatan kualitas kehidupan seseorang. Dengan kemampuan membaca

yang memadai, seorang akan lebih mudah merespons berbagai sumber informasi

yang disampaikan melalui media tulisan (bacaan) secara tepat dan akurat.

Dalam era globalisasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang amat pesat ini, penyampaian informasi melalui media tulisan

untuk berbagai keperluan merupakan suatu hal yang tidak dapat ditinggalkan.

Berbagai informasi seperti ilmu pengetahuan, teknologi terkini, berita, dan lain-

lain, sangat efektif disebarkan melalui media tulisan, baik dalam bentuk surat

kabar, tabloid, majalah, selebaran, internet, handphone (SMS), buku pelajaran dan

sebagainya. Untuk dapat mengakses perkembangan-perkembangan informasi itu

diperlukan kemampuan membaca. Jika sebagian informasi tersaji melalui media

elektronik seperti radio, televisi dan komputer, namun peranan media-media

tersebut tidak mengurangi pentingnya peranan membaca.

Dalam dunia pendidikan dan pengajaran, membaca merupakan kegiatan

rutin. Lado (1997 : 223) menyatakan bahwa kemampuan membaca pemahaman

merupakan kemampuan memahami dalam suatu bacaan melalui tulisan atau

bacaan. Hampir semua perolehan ilmu pengetahuan dilakukan melalui aktivitas

membaca. Bukan hanya siswa, seorang guru juga seharusnya memiliki

kemampuan membaca yang memadai. Keberhasilan mereka dalam melaksanakan

tugasakan sangat ditentukan oleh kemampuan membacanya, bahkan dalam

berbagai hal, kemampuan membaca tersebut akan mempengaruhi sudut pandang

mereka terhadap berbagai masalah yang dihadapinya. Lebih lengkap David Russel

seperti dikutip Ditjen Dikti (185 : 65-66) menyatakan bahwa kemampuan

membaca adalah kemampuan memberi respon yang tepat dan akurat terhadap

tuturan tertulis yang dibaca. Kedalamnya termasuk (1) kemampuan memberi

respon komunikatif terhadap kata-kata dan urutan kalimat yang diamati pada

permukaan bacaan. (2) kemampuan memberikan interpretatif terhadap hal-hal

yang tersimpan di sela-sela atau dibalik permukaan bacaan. Dan (3) kemampaun

memberikan respon evaluatif imajinatif terhadap keseluruhan bacaan

Berdasarkan kenyataan-kenyataan yang dikemukakan di atas dapat

disimpulkan bahwa kemampuan membaca telah menjadi kebutuhan setiap orang

dalam kehidupan modern sekarang ini, namun, perlu disadari bahwa kemampuan

membaca tidaklah diperoleh secara tiba-tiba, melainkan melalui proses

pembelajaran yang dipandu oleh guru, kemampuan membaca merupakan

kemampuan dasar yang harus dikuasai oleh guru agar mereka dapat melaksankan

tugas dengan baik. Melalui berbagai kegiatan seperti Kelompok Kerja Guru

(KKG), para guru terus berupaya meningkatkan keterampilan membaca dengan

maksud agar guru mampu memahami makna dan isi informasi yang disampaikan

melalui media tulisan dengan cepat dan tepat.

Sebagaimana halnya guru SD di UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan

Olahraga Unit Kecamatan Kebumen selalu berusaha meningkatkan kemampuan

membacanya melalui berbagai kegiatan seperti KKG (Kelompok Kerja Guru),

Bedah buku materi ajar, dan sebagainya.

Namun, sampai sekarang kemahiran membaca mereka masih kurang

memuaskan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Budhi Setiawan menyatakan

bahwa, permasalahan rendahnya kualitas kemampuan membaca di kalangan guru

ini disebabkan oleh beberapa hal. Mungkin (1) rendahnya minat baca; (2) tidak

cukupnya kesempatan guru untuk berlatih meningkatkan penguasaan struktur

bahasa; (3) kurang kegiatan praktik dalam meningkatkan kemampuan membaca

pemahanan; (4) kondisi perpustakaan sekolah yang kurang memadai, dan

sebagainya. Namun, diantara kemungkinan penyebab itu, dugaan peneliti,

rendahnya kemampuan membaca pemahaman mereka disebabkan oleh

penguasaan struktur bahasa dan minat membaca yang rendah. Gejala ini

menunjukkan adanya hubungan positif antara penguasaan struktur bahasa dan

minat membaca dengan kemampuan membaca pemahaman.

Untuk dapat memahami makna dan isi informasi yang ada dalam sebuah

bacaan secara tepat, cepat dan akurat, seorang dituntut untuk memilih penguasaan

struktur bahasa dan minat membaca yang tinggi.

Pemahaman terhadap pesan informasi dalam teks-teks tertulis dapat

dilakukan dengan baik apabila pembaca dapat menangkap apa yang tersirat dan

tersurat. Untuk mencapai maksud tersebut, dibutuhkan penguasaan struktur

bahasa yang baik dan minat membaca yang tinggi.

Jawaban-jawaban yang diketengahkan di atas belum teruji kebenarannya.

Oleh sebab itu, untuk memastikan ada tidaknya hubungan yang positif antara

penguasaan struktur bahasa dan minat membaca dengan kemampuan membaca

pemahaman, diperlukan penelitian ini. Agar penelitian ini lebih mendalam, maka

penelitian ini hanya akan membatasi pada :

1. Penguasaan struktur bahasa dalam kaitannya dengan kemampuan membaca

pemahaman.

2. Minat membaca dalam kaitannya dengan kemampuan membaca pemahaman.

3. Penguasaan struktur bahasa dan minat membaca dengan kemampuan

membaca pemahaman.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah diuraikan

dimuka, masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah terdapat hubungan antara penguasaan struktur bahasa dan kemampuan

membaca pemahaman?

2. Apakah terdapat hubungan antara minat membaca dan kemampuan membaca

pemahaman?

3. Apakah terdapat hubungan positif antara penguasaan struktur bahasa dan

minat membaca secara bersama-sama dengan kemampuan membaca

pemahaman?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memperoleh informasi tentang

penguasaan struktur bahasa, minat membaca guru, dan kemampuan membaca

pemahaman.

Tujuan khusus penelitian ini adalah :

1. Mengetahui ada tidaknya hubungan antara penguasaan struktur bahasa dan

kemampuan membaca pemahaman.

2. Mengetahui ada tidaknya hubungan antara minat membaca dengan

kemampuan membaca pemahaman.

3. Mengetahui ada tidaknya hubungan antara penguasaan struktur bahasa dan

minat membaca secara bersama-sama dengan kemampuan membaca

pemahaman.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu dan

teknologi serta seni budaya, khususnya di bidang pendidikan, terfokus lagi

dalam bidang pembelajaran bahasa Indonesia.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa

Memberi motivasi kepada siswa untuk dapat meningkatkan prestasi belajar

bahasa Indonesia khususnya kemampuan membaca pemahaman.

b. Bagi guru

Memberikan alternatif upaya untuk meningkatkan pelajaran bahasa

Indonesia khususnya kemampuan memabaca pemahaman.

c. Bagi Sekolah

Memberikan informasi ilmiah tentang pembelajaran bahasa Indonesia

untuk mengembangkan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolahnya.

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Hakikat Kemampuan Membaca Pemahaman

Sebelum diuraikan panjang lebar tentang hakikat kemampuan

membaca pemahaman, berikut dipaparkan beberapa pendapat pakar

tentang konsep membaca pemahaman.

Henry Guntur Tarigan (1986 : 7) menyatakan bahwa membaca

adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca

untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui

media kata-kata atau bahasa tulis.

Membaca sebagai salah satu aspek keterampilan berbahasa yang

diberikan, dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Guntur Tarigan

membuat klasifikasi mengenai membaca ini seperti tertera pada gambar

berikut ini :

Gambar 1. Klasifikasi Membaca oleh Henry Guntur Tarigan

Berkaitan dengan masalah yang dikaji, dalam penelitian ini,

paparan berikut akan lebih menitikberatkan pada membaca pemahaman.

Lebih lanjut Jazir Nurgiantoro (1971 : 90) menyatakan bahwa

membaca sesungguhnya ialah perbuatan yang dilakukan berdasarkan kerja

sama beberapa keterampilan mengamati, memahami, dan memikirkan.

Dengan demikian membaca adalah interaksi antara pembaca dan teks, oleh

karenanya diperlukan pengetahuan tentang bahasa dan topik bacaan yang

cukup.

Membaca

Membaca nyaring

Membaca dalam hati

Membaca ekstensif

Membaca intensif

Membaca telaah bahasa

Membaca telaah isi

Membaca dangkal

Membaca survei

Membaca sekilas

Membaca sastra

Membaca bahasa

Membaca gagasan

Membaca kritis

Membaca pemahaman

Membaca teliti

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa membaca

merupakan suatu proses penangkapan ide penulis yang tertuang dalam

bacaan melalui suatu aktifitas yang melibatkan penglihatan, ingatan,

pemikiran, dan pemahaman yang disampaikan penulis melalui simbol-

simbol tertulis dan media kata-kata.

Selanjutnya berbicara tentang membaca pemahaman, Lado (1967 :

223) menyatakan bahwa kemampuan membaca pemahaman merupakan

kemampuan memahami dalam suatu bacaan melalui tulisan atau bacaan.

Dari pengertian ini dapat dikatakan bahwa Lado menekankan

adanya dua hal pokok dalam membaca pemahaman, yaitu bahasa dan

simbol grafis. Lebih lanjut Lado menyatakan bahwa hanya orang yang

telah menguasai bahasa dan simbol grafis yang dapat melakukan kegiatan

membaca pemahaman. Hal senada diungkapkan oleh Godman (1980 : 15)

yang menyatakan bahwa membaca pemahaman merupakan suatu proses

merekontruksi pesan yang terdapat dalam teks bacaan. Godman lebih

lanjut menerangkan bahwa proses rekonstruksi peran itu berlapis,

interaktif, dan didalamnya terjadi proses pembentukan dan pengujian

hipotesis. Hasil pengujian hipotesis ini menurut Godman akan dipakai oleh

pembaca sebagai kesimpulan mengenai pesan atau informasi yang

disampaikan oleh penulis.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kegiatan membaca

pemahaman terjadi apabila terdapat suatu ikatan yang aktif antara daya

pikir dan kemampuan yang diperoleh pembaca melalui pengalaman

membaca mereka. Dengan demikian yang dimaksud membaca adalah

proses pengolahan informasi secara kritis-kreatif yang dilakukan dengan

tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca

pemahaman adalah kesanggupan memahami ide atau isi pesan yang

tersurat maupun tersirat yang hendak disampaikan penulis melalui teks

bacaan atau bahasa tulis.

Pengukuran membaca pemahaman Burhan Nurgiantoro (1987 :

248) berpendapat bahwa pengukuran kegiatan membaca dapat mencakup

dua segi yaitu kemampuan dan kemauan. Kemampuan membaca lebih

berkaitan dengan aspek kognitif yang mencakup enam tingkatan sedang

faktor kemauan berkaitan dengan aspek afektif. Lebih lanjut Burhan

Nurgiantoro menyatakan bahwa wacana untuk tes membaca sebaiknya

tidak terlalu panjang. Dalam suatu tes lebih baik terdiri dari beberapa

wacana pendek dari pada sebuah wacana panjang (1987 : 248). Berbicara

masalah tes Burhan Nurgiantoro (1987 : 249) berpendapat bahwa tes esai

maupun objektif dapat dipilih, hanya saja untuk mengukur kemampuan

tingkat sintesis dan evaluasi bentuk tes esai lebih mudah disusun.

Sebagaimana halnya tes untuk mengukur kemampuan berbahasa

dan komponen bahasa yang lain, tes untuk mengetahui tingkat kemampuan

memahami isi bacaan dapat diselenggarakan dengan menggunakan

berbagai format tes yang tersedia. Tes membaca dapat disajikan dalam

bentuk tes subjektif dengan pertanyaan-pertanyaan yang dapat dijawab

melalui jawaban panjang dan lengkap sekedar jawaban-jawaban pendek.

Selain itu tes membaca dapat pula disajikan dalam salah satu bentuk tes

objektif, seperti tes melengkapi menjodohkan bentuk pilihan ganda atau

bentuk-bentuk gabungan.

Dari dua pendapat di atas mengatakan bahwa pengukuran

kemampuan membaca pemahaman dapat dilakukan melalui tes bentuk esai

maupun objektif dengan memperhatikan beberapa indikator. Adapun

tentang indikator kemampuan membaca pemahaman. David Russel seperti

dikutip Ditjen Dikti (185 : 65-66) menyatakan bahwa kemampuan

membaca adalah kemampuan memberi respon yang tepat dan akurat

terhadap tuturan tertulis yang dibaca. Kedalamnya termasuk (1)

kemampuan memberi respon komunikatif terhadap kata-kata dan urutan

kalimat yang diamati pada permukaan bacaan. (2) kemampuan

memberikan interpretatif terhadap hal-hal yang tersimpan di sela-sela atau

dibalik permukaan bacaan. Dan (3) kemampaun memberikan respon

evaluatif imajinatif terhadap keseluruhan bacaan. Kemampuan yang

pertama umumnya dikenal sebagai kemampuan membaca yang tersurat,

kemampuan yang kedua adalah kemampuan membaca yang tersirat, dan

kemampuan yang ketiga adalah kemampuan yang tersorot. Khususnya

kemampuan yang ketiga pertandanya antara lain adalah kemampuan

menilai kesahihan, kebenaran, dan kebergunaan bacaan dengan

menerapkan suatu kriteria tertentu di satu pihak dan kemampuan melihat

hubungan serta dampak bacaan terhadap suatu yang lebih luas dari pihak

lain.

Menurut Roekhan dan Martutik (1991 : 42-43), tes membaca

dimaksudkan untuk mengukur kemampuan testi dalam memahami suatu

bacaan. Untuk mengukur kemampuan memahami bacaan diperlukan

bahan tes membaca yang berupa bacaan. Tes membaca merupakan tes

bahasa yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan guru dalam

memahami suatu bacaan yang dalam bacaan itu melibatkan aspek

pemahaman bahasa dan lambang tertulis, ide atau gagasan, serta nada dan

gaya penulisan.

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih bahan

untuk tes membaca meliputi : (1) Tingkat kesulitan bacaan. Pemilihan

bacaan hendaknya tidak terlalu sulit atau terlalu mudah bagi testi. Tingkat

kesulitan bacaan sering disebabkan oleh faktor kekompleksan kosa kata

dan struktur yang ada dalam bacaan. (2) isi teks bacaan. Pemilihan bahan

bacaan sebaiknya diambil bacaan yang isinya ts terlalu asing sebab akan

menghasilkan tes membaca yang terlalu sulit. Sebaliknya tidak terlalu

mudah atau isinya terlalu umum, sebab akan menghasilkan tes yang terlalu

mudah. Pemilihan bacaan dapat didasarkan pada kondisi psikologi testi.

(3) Panjang pendeknya teks bacaan. Pemilihan teks bacaan yang dijadikan

bahan tes membaca hendaknya tidak terlalu panjang dan tidak terlalu

pendek, tetapi dapat menampung ide secara utuh. Panjang bacaan

sebaiknya berisi kurang lebih 100 kata. Dari bacaan tersebut dapat

diturunkan 5 sampai 7 butir pertanyaan. (4) bentuk model wacana. Wacana

yang dipakai sebagai bahan tes membaca dapat berbentuk prosa atau

dialog sesuai dengan jenis kemampuan membaca yang diukur. Teks

bacaan dapat diambil dari buku pelajaran, majalah surat kabar, atau jurnal.

2. Hakikat Penguasan Struktur Bahasa

Setiap bahasa mempunyai struktur yang khas bagi bahasa yang

bersangkutan. Saskatchewan Education Goverment of Saskatchewan

menyatakan bahwa setiap bahasa adalah unit dalam kosa kata dan kalimat-

kalimat yang disusun dan diajarkan untuk menciptakan dan

menyampaikan makna. Grammar atau tata bahasa mengacu pada analisis

bahasa secara deskriptif yang mencoba menjelaskan prinsip-prinsip

struktur bahasa dan susunan kata-kata.

Struktur mempunyai peranan penting dalam bahasa. Istilah

struktural adalah nama susunan (atau konsisten di dalamnya dari kiri

kanan, sebagai segmen-segmen (Vechaar, 1996 : 369). Struktur sering

diistilahkan dengan kata bahasa struktur tata bahasa, struktur gramatikal,

atau kaidah bahasa (Burhan Nurgiantoro, 1988 : 1984). Lewat struktur

bahasa seorang dapat memahami (reseptif) dan menyampaikan (produktif)

makna penting maka penguasaan terhadap struktur bahasa sangat

diperlukan.

Struktur bahasa menunjukkan aturan atau kaidah bahasa. Apabila

kaidah bahasa tersebut dipahami dan dikuasai oleh seseorang

memungkinkan untuk memahami pembicaraan dari pihak lain dengan

tepat, dan dapat menyampaikan ide, gagasan, perasaan, dan kemauan

kepadap pihak lain dengan tepat pula.

Terdapat berbagai pendapat cakupan struktur bahasa Verhaar

(1992 : 12) menyatakan bahwa struktur bahasa meliputi fonologi,

morfologi dan sintaksis. Selanjutnya dia menegaskan bahwa termasuk

dalam tata bahasa adalah morfologi dan sintaksis, sedangkan fonologi

tidak bermakna, tetapi berfungsi sebagai pembeda makna.

Berbeda dengan pendapat di atas, Samsuri (1992 : 44) menyatakan

bahwa struktur bahasa mencakup fonologi, morfologi dan sintaksis.

Selabjutnya ia menyatakan bahwa tata bahasa tidak lain adalah kepandaian

membuat kalimat-kalimat gramatikal, terutama bagi para murid. Pendapat

lain dinyatakan oleh Chomsky (1965 : 16) yang menyatakan bahwa

gramatika meliputi tiga komponen, yaitu komponen fonologis, komponen

sintaksis dan komponen semantis. Pendapat-pendapat tersebut menyatakan

bahwa cakupan struktur bahasa meliputi fonologi, morfologi, dan

sintaksis. Di samping itu juga semantis.

Bertolak dari pemaparan teori di atas, maka pada hakikatnya

penguasaan struktur bahasa adalah kecekapan atau kemampuan menguasai

sistem kaidah atau aturan-aturan dalam bahasa yang meliputi kaidah

morfologi, dan sintaksis (struktur kalimat), dan memahami hubungan antar

satu satuan kebahasaan, serta mengenali bagian-bagian kalimat seperti

kata, frasa, kalusa dan sebagainya. Sesuai dengan sistem bahasa yang

berlaku.

3. Hakikat Minat Membaca

Berkaitan dengan minat, berikut ini dipaparkan beberapa pendapat

para ahli tentang minat. Secara umum dapat diartikan sebagai suatu

kecenderungan yang menyebabkan seseorang berusaha untuk mencari

ataupun mencoba aktivitas-aktivitas dalam bidang tertentu.

(http://www.unika.ac.id /fakultas/psikologi/artikel/ss.i.pdf)

Lebih lengkap Bingham (1989 : 21) menjelaskan bahwa minat

adalah kencenderungan untuk ikut serta aktif dalam pengalaman-

pengalaman dan memelihara pengalaman tersebut. Minat (interest) dapat

dikatakan lawan dari keengganan (aversion) yang dirumuskan sebagai

kecenderungan untuk menjauhi terjadinya pengalaman tentang objek-

objek minat (interest) dan keengganan (aversion) sifatnya dinamik. Pada

suatu saat mungkin minat lebih kuat daripada keengganan, disebabkan

individu yang bersangkutan memusatkan perhatian kepadasalah satu objek

sehingga tidak ada kesempatan untuk memperhatikan objek lain.

Minat mempunyai karakteristik pokok yaitu melakukan kegiatan

yang dipilih sendiri dan menyenangkan sehingga dapat membentuk suatu

kebiasaan dalam diri seseorang. Minat dan motivasi memiliki hubungan

dengan segi kognitif, namun minat lebih dekat daripada perilaku

(http:www:baca.pnm.my/kajian/kajian3-bm/asp)

Minat akan selalu dipengaruhi oleh kondisi fisik, mental, emosi, dan

lingkungan sosial. Minat merupakan suatu kekuatan motivasi yang

mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu dalam kehidupannya.

Disamping itu juga dapat dijadikan prasaran seseorang untuk mencurahkan

perhatiannya terhadap sesuatu atau aktivitas lain. Hal ini sesuai dengan

pendapat Crow L.D.A. Crow (1963 : 159) bahwa “Interest may be used to

refer to motivating for wich causes an individual to give attention to a

person, a think or activity”.

Minat sama dengan perangkat mental lainnya, yang dapat dilihat

dan diukur dari respon yang dihasilkan. Minat adalah suatu keadaan

mental yang menghasilkan respons terarahkan kepada suatu situasi atau

objek tertentu yang menyenangkan dan memberi kepuasan kepadanya

(satisfies). Definisi ini menjelaskan bahwa minat berfungsi seba daya

penggerak yang mengarahkan seseorang melakukan kegiatan tertentu yang

spesifik. Motivasi adalah sumber untuk mempertahankan minat terhadap

kegiatan dan menjadikan kegiatan itu sangat menyenangkan (excitement).

Membaca adalah proses untuk memperoleh pengertian dari

kombinas beberapa huruf dan kata. Juel C. (1988 : 57) mengartikan bahwa

membaca adalah proses untuk mengenal kata dan memadukan arti kata

dalam kalimat dan struktur bacaa. Hasil akhir dari proses membaca adalah

seseorang mampu membantu intisari dari bacaan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa minat membaca berarti

keterlibatan sepenuhnya dengan suatu kegiatan membaca karena

menyadari kegiatan itu. Juga berarti minat mengandung pengertian

pemusatan perhatian dan berhubungan erat dengan dorongan, motif-motif

atau respon-respon emosional yang dapat berupa orang, benda, aktivitas

maupun sesuatu yang mempengaruhi tujuan berfikir seseorang karena hal

tersebut menyenangkan dan memberi nilai kepadanya.

Berkaitan dengan kegiatan pengukuran minat membaca ada

beberapa aspek yang digunakan untuk mengukur tingkat minat membaca

pada guru, antara lain :

1) Kemauan

Kartini Kartono (1980 : 83) berpendapat bahwa kemauan

adalah dorongan kehendak yang terarah pada tujuan-tujuan hidup

tertentu yang dikendalikan oleh pertimbangan-pertimbangan akal budi.

Aktivitas yang disadari ini akan berpengaruh pada sikap dan

tingkah laku pada seseorang. Kemauan yang merupakan aktivitas

sadar itu akan menumbuhkan rangsangan yang kuat untuk berusaha

melakukan perintah inertenalnya berdasarkan pertimbangan yang

masuk akan agar terpenuhi kebutuhan dalam dirinya. Sebagai seorang

guru yang masih dalam proses belajar, kemauan-kemauan ini harus

selalu ditimbulkan karena aktivitas yang dilaksanakan berdasarkan

perintah internalnya akan membuahkan hasil yang lebih baik, dan

lebih mendalam. Kemauan-kemauan yang selalu dipupuk secara terus-

menerus akan membentuk sikap yang positif pada diri guru. Kemauan

guru mempunyai hubungan yang erat dengan minat yang dimiliki

guru. Minat yang telah dimiliki anak yang menjadi penyebab guru

mempunyai aktivitas. Dengan kemauan, guru dapat berinisiatif sendiri

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan hasil yang

memuaskan.

2) Kesadaran

Perbuatan atau kegiatan membaca akan berhasil apabila

seseorang menyadari akan kebutuhannya. Kesadaran akan membaca

akan mengantarkan guru untuk mencari dan bertindak untuk

memperoleh hasil yang maksimal, sehingga akan memperoleh

kepuasan dalam pemenuhan kebutuhannya. Kepuasan ini akan selalu

diulang-ulangnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Witherington yang

diterjemahkan oleh Buchory (1987 : 135) bahwa minat adalah

kesadaran seseorang, bahwa suatu objek, seseorang, suatu soal atau

suatu situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya.

Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa karena merasa ada

sesuatu yang kurang dari dirinya, maka dengan kesadaran yang tinggi

guru akan berusaha untuk membaca. Kondisi seperti ini lama

kelamaan akan menjadi kebiasaan yang mantap pada diri guru. Tanpa

disadarinya dalam diri guru akan terbentuk minat membaca pula, yang

akan memacu anak untuk meningkatkan kemampuan menulisnya.

3) Perhatian

Menurut Witherington (dalam Buchory, 1987 : 136) perhatian

adalah aktivitas yang vital dalam pendidikan. Sebab pada saat guru

terkonsentrasi, aktivitas jiwa secara maksimal bekerja. Guru akan

berusaha mengenal dan memahami objek yang diperhatikan dengan

sebaik-baiknya.

Perhatian yang timbul dalam diri guru akan menghasilkan

proses membaca yang lebih baik daripada perhatian yang ditumbuhkan

akibat rangsangan dari luar. Apabila dalam diri guru sudah ada minat,

perhatian yang dilakukan oleh guru merupakan perhatian yang spontan

keluar dari dalam diri guru sendiri. Hal ini akan lebih menguntungkan

dalam proses membaca, sesuai dengan pendapat Bimo Walgito (1980 :

69) bahwa perhatian ini erat hubungannya dengan minat individu, bila

individu telah mempunyai minat terhadap sesuatu, terhadap objek itu

biasanya timbul perhatian yang spontan secara otomatis.

Memang tidak dapat dipungkiri bahwa minat dan perhatian ada

kaitannya yang saling mendukung dan saling mengisi sebagai modal

penting dalam aktivitas membaca.

4) Perasaan Senang

Menurut Wingkel (1986 : 90) berpendapat bahwa minat adalah

kecenderungan yang terdapat dalam subjek untuk merasa tertarik pada

bidang atau hal tertentu dan rasa senang berkecimpung dalam bidang

itu.

Menurut pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa minat

merupakan motor penggerak psikis dimana minat menimbulkan rasa

senang. Dalam hal ini rasa senang merupakan sikap positif bagi

aktivitas membaca. Perasaan merupakan aktivitas psikis yang tidak

boleh diabaikan karena perasaan dalam diri akan berpengaruh pada

aktivitas membacanya. Perasaan itu akan menentukan sikap guru

dalam menanggapi objek yang dihadapinya. Perasaan senang, puas

atau gembira akan membentuk sikap dan positif sedangkan perasaan

takut, sedih dan sebagainya akan menimbulkan sikap negatif. Sikap

positif ini dapat diperkuat dengan alasan yang rasional, sehingga

mempunyai motivasi yang lebih kuat untuk selalu berada pada jalur

yang mengarah pada pencapaian tujuan. Dengan merasa senang,

motivasi intrinsik dapat berkembang. Guru mempuyai gairah dan

semangat untuk membaca, sehingga aktivitas membaca yang

dilakukan guru akan berjalan dengan lancar dan berhasil dengan

memuaskan.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang

dilakukan oleh Budhi Setiawan dari PPS IKIP Jakarta dengan Judul “Hubungan

antara Penguasaan Struktur Bahasa dan Kemampuan Penalaran dengan

Kemampuan Membaca Pemahaman”. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa S1

Jurusan PMIPA dari PIPS FKIP UNS Tahun 1997. Penelitian ini mempunyai

persamaan dengan penelitian tersebut di atas, persamaan tersebut terletak pada :

(1) variabel terikatnya yaitu kemampuan membaca pemahaman; (2) salah satu

variabel bebasnya yaitu penguasaan struktur bahasa; (3) metode penelitian yang

digunakan yaitu metode survei melalui studi korelasional; (4) teknik analisis data

dengan menggunakan teknik analisis regresi dan korelasi, baik sederhana maupun

ganda; (5) teknik pengambilan sampel yaitu cluster random sampling. Sementara

perbedaannya terletak pada : (1) salah satu variabel terikatnya; (2) hipotesis yang

diajukan; (3) tempat, waktu, data dan sumber data penelitian; (4) jumlah sampel

penelitian sebanyak 50 sampel.

Selanjutnya Mulyono dari PPS Universitas Sebelas Maret Surakarta

dengan judul “Kontribusi Kompetensi Kebahasaan dan Motivasi Berprestasi

Terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman”. Penelitian dilakukan pada siswa

SMA Negeri 1 Wuryantoro Tahun 2007. Penelitian ini mempunyai persamaan

dengan penelitian tersebut di atas, persamaan tersebut terletak pada : (1) variabel

terikatnya yaitu membaca pemahaman; (2) metode penelitian yang digunakan

yaitu survei melalui studi korelasional; (3) teknik analisis data dengan

menggunakan teknik analisis regresi dan korelasi baik sederhana maupun ganda;

(4) teknik pengambilan sampel yaitu cluster random sampling. Sementara

perbedaannya terletak pada : (1) variabel terikatnya; (2) hipotesis yang diajukan;

(3) tempat, waktu, dan sumber data penelitian; (4) jumlah sampel penelitian.

C. Kerangka Berpikir

1. Hubungan antara Penguasaan Struktur Bahasa dan Kemampuan

Membaca Pemahaman

Penguasaan struktur bahasa merupakan pemahaman dan penguasaan

seseorang terhadap bagian aspek-aspek bahasa, atau bagian dari pengetahuan

terhadap sistem bahasa yang bersangkutan. Oleh karena itu, jika penguasaan

seseorang terhadap struktur bahasa baik tinggi maka akan cenderung memiliki

kemampuan membaca pemahaman yang baik. Dengan demikian diduga

terdapat hubungan positif antara penguasaan struktur bahasa dengan

kemampuan membaca pemahaman.

2. Hubungan antara Minat Membaca dan Kemampuan Membaca

Pemahaman

Keberhasilan seseorang dalam meningkatkan kemampuan membaca

sangat tergantung pada minat membaca yang ada pada dirinya, karena dengan

minat membaca seseorang akan lebih mudah memahami materi bahasa

Indonesia termasuk pemahaman.

Dengan demikian diduga terdapat hubungan positif antara kemampuan

membaca pemahaman dengan minat membaca.

3. Hubungan antara Penguasaan Struktur Bahasa dan Minat Membaca

dengan Kemampuan Membaca Pemahaman

Kemampuan membaca pemahaman adalah kesanggupan dalam

memahami ide atau isi pesan yang tersurat maupun tersirat yang hendak

Penguasaan struktur Bahasa

Rendah

Tinggi

Rendah

Tinggi

Keterampilan Membaca

Pemahaman

Rendah

Tinggi

Minat Membaca

1a

3a

2a

1b 2b

3b

disampaikan penulis melalui teks bacaan atau bahasa tulis. Kemampuan

membaca pemahaman sangat dipengaruhi oleh penguasaan struktur bahasa

yang dimilikinya, berupa pemahaman terhadap sistem kaidah atau aturan-

aturan dalam bahasa serta keadaan jiwa saat mereka belajar. Diduga terdapat

hubungan positif antara penguasaan struktur bahasa dan minat membaca guru

secara bersama-sama dengan kemampuan membaca pemahaman.

Gambar 1. Kerangka berpikir

Penguasaan Struktur Bahasa

Tinggi

Rendah

Tinggi

Rendah

Minat Membaca

Tinggi

Rendah

Keterampilan Membaca

Pemahaman

3a

3b

2b

2a1a

1b

Keterangan :

1a. Penguasaan struktur bahasa tinggi bekencenderungan keterampilan

membaca pemahaman juga tinggi.

1b. Penguasaan struktur bahasa rendah berkecenderungan keterampilan

membaca pemahaman juga rendah.

2a. Minat membaca tinggi berkecenderungan keterampilan membaca

pemahaman juga tinggi.

2b. Minat membaca rendah berkecenderungan keterampilan membaca

pemahaman juga renda.

3a. Penguasaan struktur bahasa dan minat membaca secara bersama-sama

tingg berkecenderungan keterampilan membaca pemahaman juga tinggi.

3b. Penguasaan struktur bahasa dan minat membaca secara bersama-sama

rendah berkecenderungan keterampilan menulis juga rendah.

D. Hipotesis Penelitian

Dari latar belakang, kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka

hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan antara penguasaan struktur bahasa dengan kemampuan

membaca pemahaman pada guru SD UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan

Olahraga Unit Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen.

2. Terdapat hubungan antara minat membaca dengan kemampuan membaca

pemahaman pada Guru SD UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Unit

Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen

3. Terdapat hubungan antara penguasaan struktur bahasa dan minat membaca

dengan kemampuan membaca pemahaman pada Guru SD UPT Dinas

Pendidikan Pemuda dan Olahraga Unit Kecamatan Kebumen Kabupaten

Kebumen.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan di UPT Dinas

Pendidikan Pemuda dan Olahraga Unit Kecamatan Kebumen Kabupaten

Kebumen yang dilakukan pada guru kelas. Adapun lokasi penelitian adalah di

Gugus Soka Sewu, Gugus Pagerkodok, Gugus Mercubuana dan Gugus

Kalapaking.

2. Waktu Penelitian

Adapun rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian

No Jenis KegiatanTahun 2009

Mei Juni Juli Agustus Sept Okto1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Penyusunan proposal x x x x

2. Pengkajian dan penyusunan teori

x x x x

3. Penyusunan instrumen

x x x

4. Uji coba dan analisis hasil uji coba

x x x x

5. Pengumpulan data penelitian

x x

6. Pengolahan dan analisis data

x x x x

7. Penyusunan penelitian x x x

B. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan gejala atau satuan yang ingin diteliti.

Populasi penelitian ini diambil dari seluruh guru kelas SD UPT Dinas

Pendidikan Pemuda dan Olahraga Unit Kecamatan Kebumen, jumlah populasi

dalam penelitian ini sebesar 800 guru dari 82 SD/MI.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang ingin diteliti untuk

menentukan jumlah anggota sampel yaitu jika peneliti mempunyai beberapa

ratus subyek dalam populasi. Namun demikian dalam penelitian ini ditetapkan

60 guru sebagai sampel. Untuk mengambil sampel dilakukan secara random

dengan teknik undian.

3. Teknik Penarikan Sampel

Populasi target penelitian ini adalah guru kelas sekolah dasar,

sedangkan populasi terjangkau adalah guru kelas SD Negeri se UPT Dinas

Kecamatan Kebumen. Seluruhnya berjumlah 800 guru. Adapun sampel

penelitian ini dijaring dengan menggunakan proporsional random sampling.

Digunakan cara ini, karena di dalam populasi penelitian ini terdapat

kemampuan motivasi belajar dan penguasaan struktur bahasa yang beragam

sehingga memungkinkan dilaksanakannya teknik tersebut (Suharsimi, 1990:

127). Lebih lanjut untuk tujuan efisiensi sampling dilakukan dengan

menentukan sebanyak 10% dari populasi, sehingga terdapat sejumlah 80 guru

sebagai sampel.

C. Desain Penelitian

Bertolak dari pemikiran tersebut peneliti mempunyai paradigma hubungan

antara variabel bebas dan terikat sebagai berikut :

Gambar 2. Desain Penelitian Korelasi

Keterangan :

1. Hubungan penguasaan struktur bahasa dengan keterampilan membaca

pemahaman.

2. Hubungan minat membaca dengan keterampilan membaca pemahaman.

3. Hubungan penguasaan struktur bahasa dan minat membaca dengan

keterampilan membaca pemahaman.

Penguasaan Struktur Bahasa (X1)

Minat Membaca (X2)

Keterampilan Membaca Pemahaman

1

3

2

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas yaitu (1) Penguasaan struktur

bahasa (X1) dan (2) Minat membaca (X2), dan satu variabel terikat yaitu

keterampilan membaca pemahaman. (Y).

2. Definisi Konseptual

a. Kemampuan Membaca Pemahaman

Kemampuan membaca pemahaman merupakan kemampuan

memahami arti atau makna suatu bacaan melalui tulisan atau bacaan.

Adapun unsur yang diukur dalam kemampuan membaca pemahaman

adalah : (1) Kemampuan membaca respon komunikatif terhadap kata-kata

dan urutan kalimat yang diamati pada permukaan bacaan; (2) Kemampuan

memberikan interpretetif terhadap hal-hal yang tersimpan di balik bacaan

dan (3) Kemampuan memberikan respon evaluastif-imajinatif terhadap

keseluruhan bacaan.

b. Penguasaan Struktur Bahasa

Pemahaman bacaan sangat dipengaruhi oleh penguasaan struktur

bahasa. Kemampuan menguasai struktur bahasa adalah pemahaman atau

kesanggupan untuk menggunakan pengetahuan struktur bahasa yang

dikuasai.

c. Minat Membaca

Minat merupakan keingian yang kuat dari seorang guru untuk

melakukan kegiatan membaca yang menjadi kegemarannya dan dipilih

karena kegiatan tersebut menyenangkan hatinya serta memberikan nilai

kepadanya. Indikator untuk mengukur minat adalah : 1. Situasi dan kondisi

guru membaca. (2) jumlah buku. (3) Fasilitas penunjang, dan penyediaan

waktu. (4) Variasi jenis bacaan.

3. Definisi Operasional

a. Kemampuan Membaca Pemahaman

Kemampuan membaca pemahaman adalah skor yang diperoleh

guru setelah mengikuti tes kemampuan membaca pemahaman. Skor ini

merupakan cerminan kemahiran atau kemampuan guru dalam memahami

wacana.

Aspek yang diukur meliputi: (a) pemahaman isi wacana, dan

(b) kecepatan membaca.

b. Penguasaan Struktur Bahasa

Penguasaan struktur bahasa adalah skor yang diperoleh guru

setelah guru mengikuti tes penguasaan struktur bahasa yang dilakukan

dalam penelitian. Skor ini merupakan cerminan tingkat penguasaan

struktur bahasa guru. Aspek yang diukur meliputi: (a) morfologi,

(b) sintaksis, (c) hubungan antar satu satuan kebahasaan, dan (d) bagian-

bagian kalimat.

c. Minat Membaca

Minat membaca adalah skor yang diperoleh guru setelah menjawab

atau mengerjakan angket minat membaca. Skor ini merupakan cerminan

dari gejala psikis yang menunjukkan pemusatan perhatian terhadap

aktivitas membaca.

Indikator untuk mengukur minat membaca adalah: (a) situasi dan

kondisi guru membaca, (b) jumlah buku, (c) fasilitas penunjang dan

penyediaan waktu, dan (d) variasi jenis bacaan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan

teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Tes objektif bentuk pilihan ganda

Tes ini digunakan untuk mendapatkan data tentang kemampuan

membaca pemahaman guru.

2. Tes objektif bentuk pilihan ganda

Tes ini digunakan untuk mendapatkan data tentang penguasaan

struktur bahasa guru.

3. Angket

Angket ini digunakan untuk mengetahui tinggi rendahnya minat

membaca guru, dan penskorannya menggunakan skala Likert.

F. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini terdapat tiga instrumen penelitian yang akan diteliti

yaitu :

1. Instrumen Kemampuan Membaca Pemahaman

Untuk mengetahui kemampuan membaca pemahaman digunakan tes

objektif bentuk pilihan ganda. Adapun jumlah yang dikembangkan ada 60

butir dengan 5 alternatif jawaban dan kriteria jawabannya, jika benar di nilai

satu, jika salah dinilai nol.

2. Instrumen Penguasaan Struktur Bahasa

Untuk mengetahui penguasaan struktur bahasa digunakan tes objektif

bentuk penelitian ganda. Adapun jumlah yang dikembangkan ada 60 butir

dengan 5 alternatif jawaban dan kriteria jawabannya jika benar dinilai satu,

jika salah dinilai nol.

3. Instrumen Minat Membaca

Untuk mengetahui minat membaca guru digunakan angket yang terdiri

dari item yang bersifat posotif dan negatif. Masing-masing butir pernyataan

dalam angket terdiri dari 5 alternatif jawaban.

1. Item yang bersifat positif : jawaban a mendapat skor 5, jawaban b

mendapat skor 4, jawaban c mendapat skor 3, jawaban d mendapat skor2,

jawaban e mendapat skor 1.

2. Item yang bersifat negatif : jawaban a mendapat skor 1, jawaban b

mendapat skor 2, jawaban c mendapat skor 3, jawaban d mendapat skor 4,

jawaban e mendapat skor 5.

G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

1. Validitas Instrumen

Validitas menentukan sejauh mana suatu instrumen mampu mengukur

apa yang seharusnya diukur (Moch. Nasir, 1999 : 281). Untuk menguji

validitas instrumen penguasaan struktur bahasa dan kemampuan membaca

pemahaman, peneliti menggunakan rumus Korelasi Point Biseral, sebagai

berikut :

(Djaali, Pudji Mulyono, dan Ramly, 2000 : 122)

Keterangan :

rbis (i) : Koefisien korelasi antara skor butir soal nomor 1 dengan skor total

X1 : Rata-rata skor total responden yang menjawab benar butir soal

nomor i

Xt : Rata-rata skor total semua responden

St : Standar deviasi semua responden

Pi : Porporsi jawaban benar untuk butir soal nomor i

qi : Proporsi jawaban salah untuk butir soal nomor i

Untuk menguji validitas instrumen angket minat membaca dilakukan

terhadap validitas isi dengan menggunakan rational judgement yaitu

menentukan butir-butir angket telah menggambarkan indikator-indikator

dalam variabel minat membaca atau belum uji validitas angket minat

membaca dicari dengan teknik korelasi product moment angka kasar.

Berikut ini rumus korelasi product moment angka kasar yang

dimaksudkan untuk melakukan analisis uji validitas minat membaca :

2. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas mengacu kepada sejauh mana suatu alat pengukur secara

ajeg (konsisten) mengukur apa saja yang hendak diukurnya (Muh. Nasir, 1999

: 281). Dalam hal ini untuk menghitung reliabilitas instrument penguasaan

struktur bahasa dan kemampuan membaca pemahaman, digunakan rumus K

R.20 sebagai berikut :

(Djaali, Pudji Mulyono, dan Ramly, 2000 : 145)

Keterangan :

rii : koefisien reliabilitas tes

k : jumlah soal yang valid

piqi : hasil perkalian jawaban benar dan salah

St2 : standar deviasi total

Untuk menguji realibilitas angket minat membaca dilakukan dengan

menggunakan formula Alpha Cronbach sebagai berikut :

(Djaali, Pudji Mulyono, dan Ramly, 2000 : 145)

Keterangan :

rii : koefisien reliabilitas tes

k : cacah butir

Si2 : standar deviasi butir

St2 : standar deviasi total

H. Uji Normalitas

Dalam hal ini uji persyaratan sebelum rumus-rumus di atas digunakan

untuk menganalisis data, sebelumnya data yang diperoleh perlu duji

persyaratannya. Uji persyaratan dalam penelitian ini dengan uji normalitas

masing-masing data dengan menggunakan teknik Lilliefors.

I. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data secara deskriptif digunakan untuk pemaparan atau

penyajian data. Analisis data secara deskriptif meliputi tendensi dan dan penyajian

data. Tendensi ini mencakup tendensi sentral dan penyebaran data. Sementara itu

penyajian data mencakup destribusi frekuensi, histogram/polygon atau frekuensi

nilai dan diagram pencar regresi.

Teknik analisis data secara interfensial digunakan untuk pengujian

hipotesis atau penarikan kesimpulan. Analisis data secara interensial dengan

menggunakan teknik regresi (sederhana dan ganda). Adapun model atau bentuk

persamaan garis regresi linear yang akan dicari adalah :

1. Regresi Y atas X1 dengan model Ŷ = a + b X1

2. Regresi Y atas X2 dengan model Ŷ = a + b X2

3. Regresi Y atas X1, X2 dengan model Ŷ = bo + b1 X1 + b2 X2

Untuk menghitung koefisien korelasi sederhana antara X1 dan Y serta X2

dan Y digunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut :

Keterangan :

rxy : koefisien reliabilitas tes kemampuan menulis

N : banyaknya responden

X : nilai pertama

Y : nilai kedua

XY : hasil perkalian antara nilai pertama dan kedua

Sedangkan untuk menghitung koefisien ganda antara X1 X2 dengan Y.

Peneliti menggunakan rumus sebagai berikut :

JK(reg) = a1x1y1 + a2x2y2

Keterangan :

R : koefisien determinasi untuk X1 dan X2

JK (reg) : jumlah kuadrat regresi

∑ y2 : skor total tes kemampuan menulis

J. Hipotesis Statistik

Adapun hipotesis statistik yang dikemukakan adalah :

1. H0 : = 0

H1 : > 0

Keterangan : = koefisien antara X1 dan Y

2. H0 : = 0

H1 : > 0

Keterangan : = koefisien antara X2 dan Y

3. H0 : = 0

H1 : > 0

Keterangan : = koefisien antara X1, X2 dan Y

DAFTAR PUSTAKA

Bingham, Walter V. 1989. Aptitudes and Aptitude Testing. New York : Harper and Brother.

Budhi Setiawan. 1997. Hubungan antara Penguasaan Struktur Bahasa dan Kemampuan Penalaran dengan Kemampuan Membaca Pemahaman. Tesis PPS IKIP Jakarta.

Burhan Nurgiyantoro. 1987. Penilaian dan Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta : BPFF.

Chomsky, Noam. 1965. Aspects of the Theory of Syntax. Cambridge : MIT Press.

Crow. L.D.A. Crow. 1963. An Outline of General Psychology. New Jersey. Littlefield Adams & Co.

Depdiknas. 1998. Bahasa Indonesia SD Kelas VI. Jakarta : Balai Pustaka.

Depdiknas. 2003. Dasar-Dasar Didaktik dan Penerapannya dalam Pembelajaran. Jakarta.

Djaali, Pudji Mulyono, Ramly. 2000. Penelitian dalam Pendidikan. IKIP Jakarta.

Djago Tarigan dan Henry Guntur Tarigan. 1986. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa.

Goodman, Kenneth. 1973. Psycholinguistics Nature of Reading Process. Detroit : Rinehart and Winston.

Henry Guntur Tarigan, 1994. Pengajaran Kosa Kata. Bandung : Aksara.

Henry Guntur Tarigan. 1987. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa.

Hockett, Charles F. 1958. A Course in Modern Linguistics. New York : Mac Millan.

Juel, C. 1988. Learning to Read and Write : A Longitudinal Study of 54 Children from First through Fourth Grade. Journal of Educational Psychology.

Kartini Kartono. 1980. Teori Kepribadian. Bandung : Alumni.

Lado, Robert. 1967. Language Testing. London : Longman.

Moch. Nasir. 1999. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Mulyono. 2006. Kontribusi Kompetensi Kebahasaan dan Motivasi Berprestasi Terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman. Tesis. PPS UNS Surakarta.

Ngalim Purwanto. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Pasaribu, I.L., dan B Simanjutak. 1983. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Tarsito.

Roekhan dan Martutik. 1991. Evaluasi Pengajaran Bahasa Indonesia. Malang : YA3.

Samsuri. 1992. Analisa Bahasa. Jakarta : Erlangga.

Sarwidji dan Suhita, Raheni. 1992. Pengantar Pragmatik. Surakarta : Sebelas Maret University Press.

Slameto. 1991. Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Balai Pustaka.

Verhaar, J.W.M. 1992. Pengantar Linguistik. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Winkel. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Gramedia.

Witherinton, H.C. 1987. Educational Psycology. Terjemahan M. Buchory. Bandung : Jammars.