rumah sehat

23
All About Rumah Sehat/Munif Arifin/Dinkes Lumajang/http://www.inspeksisanitasi.blogspot.com 1 Rumah Sehat Rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan terkait erat dengan penyakit berbasis lingkungan, dimana kecenderungannya semakin meningkat akhir-akhir ini Dari sisi epidemiologis, telah terjadi pula transisi yang cukup cepat terhadap beberapa penyakit menular, seperti penyakit SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome), Flu Burung, Leptospirosis. Demikian pula dengan penyakit demam berdarah, keracunan makanan dan diare yang mulai mewabah kembali di beberapa daerah di Tanah Air dan bahkan sampai menyebabkan kematian. Penyakit-penyakit berbasis lingkungan masih merupakan penyebab utama kematian di Indonesia. Bahkan pada kelompok bayi dan balita, penyakit- penyakit berbasis lingkungan menyumbangkan lebih 80% dari penyakit yang diderita oleh bayi dan balita. Keadaan tersebut mengindikasikan masih rendahnya cakupan dan kualitas intervensi kesehatan lingkungan (Data Susenas 2001) Munculnya kembali beberapa penyakit menular sebagai akibat dari semakin besarnya tekanan bahaya kesehatan lingkungan yang berkaitan dengan cakupan air bersih dan jamban keluarga yang masih rendah, perumahan yang tidak sehat, pencemaran makanan oleh mikroba, telur cacing dan bahan kimia, penanganan sampah dan limbah yang belum memenuhi syarat kesehatan, vektor penyakit yang tidak terkendali (nyamuk, lalat, kecoa, ginjal, tikus dan lain-lain), pemaparan akibat kerja (penggunaan pestisida di bidang pertanian, industri kecil dan sektor informal lainnya), bencana alam, serta perilaku masyarakat yang belum mendukung ke arah pola hidup bersih dan sehat. Para ahli kesehatan masyarakat sangat sepakat dengan kesimpulan Bloom yang mengatakan bahwa kontribusi terbesar terhadap terciptanya peningkatan derajat kesehatan seseorang berasal dari kualitas kesehatan

Upload: kenshie-wie

Post on 12-Dec-2014

58 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ciri rumah sehat

TRANSCRIPT

Page 1: Rumah Sehat

All About Rumah Sehat/Munif Arifin/DinkesLumajang/http://www.inspeksisanitasi.blogspot.com

1

Rumah Sehat

Rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan terkait erat dengan

penyakit berbasis lingkungan, dimana kecenderungannya semakin meningkat

akhir-akhir ini Dari sisi epidemiologis, telah terjadi pula transisi yang cukup

cepat terhadap beberapa penyakit menular, seperti penyakit SARS (Severe

Acute Respiratory Syndrome), Flu Burung, Leptospirosis. Demikian pula

dengan penyakit demam berdarah, keracunan makanan dan diare yang mulai

mewabah kembali di beberapa daerah di Tanah Air dan bahkan sampai

menyebabkan kematian.

Penyakit-penyakit berbasis lingkungan masih merupakan penyebab utama

kematian di Indonesia. Bahkan pada kelompok bayi dan balita, penyakit-

penyakit berbasis lingkungan menyumbangkan lebih 80% dari penyakit yang

diderita oleh bayi dan balita. Keadaan tersebut mengindikasikan masih

rendahnya cakupan dan kualitas intervensi kesehatan lingkungan (Data

Susenas 2001)

Munculnya kembali beberapa penyakit menular sebagai akibat dari semakin

besarnya tekanan bahaya kesehatan lingkungan yang berkaitan dengan

cakupan air bersih dan jamban keluarga yang masih rendah, perumahan yang

tidak sehat, pencemaran makanan oleh mikroba, telur cacing dan bahan

kimia, penanganan sampah dan limbah yang belum memenuhi syarat

kesehatan, vektor penyakit yang tidak terkendali (nyamuk, lalat, kecoa, ginjal,

tikus dan lain-lain), pemaparan akibat kerja (penggunaan pestisida di bidang

pertanian, industri kecil dan sektor informal lainnya), bencana alam, serta

perilaku masyarakat yang belum mendukung ke arah pola hidup bersih dan

sehat.

Para ahli kesehatan masyarakat sangat sepakat dengan kesimpulan Bloom

yang mengatakan bahwa kontribusi terbesar terhadap terciptanya

peningkatan derajat kesehatan seseorang berasal dari kualitas kesehatan

Page 2: Rumah Sehat

All About Rumah Sehat/Munif Arifin/DinkesLumajang/http://www.inspeksisanitasi.blogspot.com

2

lingkungan dibandingkan faktor yang lain. Bahkan, lebih jauh menurut hasil

penelitian para ahli, ada korelasi yang sangat bermakna antara kualitas

kesehatan lingkungan dengan kejadian penyakit menular maupun penurunan

produktivitas kerja. Pendapat ini menunjukkan bahwa demikian pentingnya

peranan kesehatan lingkungan bagi manusia atau kualitas sumber daya

manusia.

Rumah sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai derajat

kesehatan yang optimum. Untuk memperoleh rumah yang sehat

ditentukan oleh tersedianya sarana sanitasi perumahan. Sanitasi rumah

adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada

pengawasan terhadap struktur fisik dimana orang menggunakannya untuk

tempat tinggal berlindung yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia.

Rumah juga merupakan salah satu bangunan tempat tinggal yang harus

memenuhi kriteria kenyamanan, keamanan dan kesehatan guna mendukung

penghuninya agar dapat bekerja dengan produktif.

A. INSTRUMEN PENILAIAN RUMAH SEHAT

Dalam menentukan kriteria dan pembobotan instruman penilaian rumah sehat

ini digunakan metode Professional Adjustment, dengan tetap mengacu pada

beberapa teori yang ada seperti Derajat Kesehatannya Blum. Namun pada

dasarnya pemberian bobot ini tetap mengacu pada asumsi dasar berupa

tingkat signifikansi suatu Komponen pada besar kecilnya peran dalam

menimbulkan masalah sanitasi serta kemungkinan peluang intervensi

perbaikan sebagai tindak lanjut pengawasan. Instrument tersebut juga sesuai

dengan Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat Depkes RI Tahun 2007.

Penentuan nilai

Nilai pada setiap parameter ditentukan sesuai jumlah kriteria yang ada,

dengan range sesuai blangko SSD1.

Page 3: Rumah Sehat

All About Rumah Sehat/Munif Arifin/DinkesLumajang/http://www.inspeksisanitasi.blogspot.com

3

Pembobotan terhadap kelompok komponen rumah, kelompok sarana sanitasi,

dan kelompok perilaku didasarkan pada teori Blum, yang diinterpetasikan

terhadap:

1. Lingkungan (45%)

2. Perilaku (35%)

3. Pelayanan Kesehatan (15%)

4. Keturunan (5%)

Dalam hal rumah sehat , prosentase pelayanan kesehatan dan keturunan

diabaikan, sedangkan untuk penilaian lingkungan dan perilaku ditentukan

sebagai berikut :

1 Bobot komponen

rumah

(25/80 x 100%)

: 31

2 Bobot sarana sanitasi

(20/80 x 100%)

: 25

3 Bobot perilaku

(35/80 x 100%)

: 44

Penentuan kriteria rumah berdasarkan pada hasil penilaian rumah yang

merupakan hasil perkalian antara nilai dengan bobot, dengan kriteria sebagai

berikut :

1. Memenuhi Syarat

2. Tidak memenuhi syarat

:

:

80 – 100% dari total skor

< 80% dari total skor

Page 4: Rumah Sehat

All About Rumah Sehat/Munif Arifin/DinkesLumajang/http://www.inspeksisanitasi.blogspot.com

4

B. KRITERIA RUMAH SEHAT

Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, disamping

kebutuhan sandang dan pangan. Rumah berfungsi sebagai tempat tinggal

serta digunakan untuk berlindung dari gangguan iklim dan makhluk hidup

lainnya. Rumah juga merupakan tempat berkumpulnya anggota keluarga

untuk menghabiskan sebagian besar waktunya. Bahkan bayi, anak-anak,

orang tua, dan orang sakit menghabiskan hampir seluruh waktunya di rumah.

Pengertian

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992, rumah

adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan

sarana pembinaan keluarga. Sedangkan yang dimaksud dengan Sehat

menurut World Health Organization (WHO) “Sehat adalah suatu keadaan

yang sempurna baik fisik, mental, maupun Sosial Budaya, bukan hanya

keadaan yang bebas dari penyakit dan kelemahan (kecacatan)”.

Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Rumah Sehat

sebagai tempat berlindung atau bernaung dan tempat untuk beristirahat

sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani maupun

sosial budaya.

Persyaratan

Secara umum rumah dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai

berikut : (Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat, Depkes RI, 2007)

1. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup,

komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah,

adanya ruangan khusus untuk istirahat (ruang tidur), bagi masing-maing

penghuni;

2. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni

rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah

tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak

berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan

Page 5: Rumah Sehat

All About Rumah Sehat/Munif Arifin/DinkesLumajang/http://www.inspeksisanitasi.blogspot.com

5

minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan

yang cukup;

3. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang

timbul karena pengaruh luar dan dalam rumah, antara lain persyaratan

garis sempadan jalan, konstruksi bangunan rumah, bahaya kebakaran

dan kecelakaan di dalam rumah;

Rumah yang sehat harus dapat mencegah atau mengurangi resiko

kecelakaanseperti terjatuh, keracunan dan kebakaran (Winslow dan APHA).

Beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam kaitan dengan hal tersebut

antara lain :

a. Membuat konstruksi rumah yang kokoh dan kuat;

b. Bahan rumah terbuat dari bahan tahan api;

c. Pertukaran udara dalam rumah baik sehingga terhindar dari bahaya racun

dan gas;

d. Lantai terbuat dari bahan yang tidak licin sehingga bahaya jatuh dan

kecelakaan mekanis dapat dihindari;

4. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan

dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang

mengganggu;

Beberapa aspek yang berkaitan dengan rumah sehat dapat dijelaskan

sebagai berikut :

A. Ventilasi

Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar ke dalam

dan pengeluaran udara kotor dari suatu ruangan tertutup secara

alamiah maupun mekanis. Tersedianya udara segar dalam rumah

atau ruangan amat dibutuhkan manusia, sehingga apabila suatu

ruangan tidak mempunyai sistem ventilasi yang baik dan over

crowded maka akan menimbulkan keadaan yang dapat merugikan

kesehatan (Gunawan et al., 1982).

Page 6: Rumah Sehat

All About Rumah Sehat/Munif Arifin/DinkesLumajang/http://www.inspeksisanitasi.blogspot.com

6

Rumah yang memenuhi syarat ventilasi baik akan

mempertahankan kelembaban yang sesuai dengan temperatur

kelembaban udara (Azwar, 1990). Standart luas ventilasi rumah,

menurut Kepmenkes RI No. 829 tahun 1999, adalah minimal 10%

luas lantai. Menurut Frinck (1993) setiap ruang yang dipakai sebagai

ruang kediaman sekurang-kurangnya terdapat satu jendela lubang

ventilasi yang langsung berhubungan dengan udara luar bebas

rintangan dengan luas 10% luas lantai. Ruangan yang ventilasinya kurang

baik a kan membahayakan kesehatan khususnya saluran pernapasan.

Terdapatnya bakteri di udara disebabkan adanya debu dan uap air.

Jumlah bakteri udara akan bertambah jika penghuni ada yang

menderita penyakit saluran pernapasan, seperti TBC, Influenza, dan

ISPA.

Dalam pengertiaqn ventilasi ini dari aspek fungsi juga tercakup

jendela. Luas ventilasi atau jendela adalah luas lubang untuk proses

penyediaan udara segar dan pengeluaran udara kotor baik secara alami

atau mekanis. Ventilasi atau jendela mempunyai peran dalam rumah untuk

mengganti udara ruangan yang sudah terpakai.

Fungsi utama ventilasi dan jendela antara lain (Subbin P2P&PL

Dinkes Propinsi Jawa Timur).

1. Sebagai lubang masuk dan keluar angin sekaligus sebagai lubang

pertukaran udara atau lubang ventilasi yang tidak tetap (sering berupa

jendela atau pintu).

2. Sebagai lubang masuknya cahaya dari luar (sinar matahari).

Agar udara dalam ruangan segar persyaratan teknis ventilasi dan jendela

ini sebagai berikut :

1. Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan dan

luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum 5%

luas lantai, dengan tinggi lubang ventilasi minimal 80 cm dari langit-

langit.

2. Tinggi jendela yang dapat dibuka dan ditutup minimal 80 cm dari lantai

dan jarak dari langit-langit sampai jendela minimal 30 cm.

Page 7: Rumah Sehat

All About Rumah Sehat/Munif Arifin/DinkesLumajang/http://www.inspeksisanitasi.blogspot.com

7

3. Udara yang masuk harud udara yang bersih, tidak dicemari oleh asap

pembakaran sampah, knaolpot kendaraan, debu dan lain-lain.

4. Aliran udara diusahakan cross ventilation dengan menempatkan

lubang hawa berhadapan antara dua dinding ruangan.Aliran udara ini

diusahakan tidak terhalang oleh barang-barang seperti almari, dinding,

sekat-sekat, dan lain-lain.

5. Kelembaban udara dijaga antara 40% s/d 70%.

Untuk memperoleh ventilasi yang baik dapat dilaksanakan dengan cara :

1. Ventilasi alamiah, merupakan ventilasi yang terjadi secara alamiah,

dimana udara masuk kedalam ruangan melalui jendela, pintu, atau

lubang angin yang sengaja dibuat.

2. Ventilasi Mekanik, merupakan ventilasi buatan dengan menggunakan :

a. AC (Air Conditioner), yang berfungsi untuk menyedot udara dalam

ruang kenudian disaring dan dialirkan kembali dalam ruangan.

b. Fan (Baling-baling) yang menghasilkan udara yang dialirkan ke

depan.

c. Exhauser, merupakan baling-baling penyedot udara dari dalam dan

luar ruangan untuk proses pergantian udara yang sudah dipakai.

B. Pencahayaan

Penerangan ada dua macam, yaitu penerangan alami dan

buatan. Penerangan alami sangat penting dalam menerangi rumah

untuk mengurangi kelembaban. Penerangan alami diperoleh dengan

masuknya sinar matahari ke dalam ruangan melalui jendela, celah

maupun bagian lain dari rumah yang terbuka, selain berguna untuk

penerangan sinar ini juga mengurangi kelembaban ruangan, mengusir

nyamuk atau serangga lainnya dan membunuh kuman penyebab

penyakit tertentu, misalnya untuk membunuh bakteri adalah cahaya

pada panjang gelombang 4000 A sinar ultra violet (Azwar, 1990).

Penyakit atau gangguan saluran pernapasan dipengaruhi oleh

kondisi lingkungan yang buruk. Lingkungan yang buruk tersebut dapat

berupa kondisi fisik perumahan yang tidak mempunyai syarat seperti

Page 8: Rumah Sehat

All About Rumah Sehat/Munif Arifin/DinkesLumajang/http://www.inspeksisanitasi.blogspot.com

8

ventilasi, kepadatan penghuni, penerangan dan pencemaran udara

dalam rumah. Lingkungan perumahan sangat berpengaruh terhadap

terjadinya ISPA (Ranuh,1997).

Cahaya matahari disamping berguna untuk menerangi

ruangan, mengusir serangga (nyamuk) dan tikus, juga dapat

membunuh beberapa penyakit menular misalnya TBC, cacar,

influenza, penyakit kulit atau mata, terutama matahari langsung.

Selain itu sinar matahari yang menga ndung sinar ultra violet baik

untuk pertumbuhan tulang anak - anak (Suyono, 1985).

Rumah sebagai tempat tinggal yang memenuhi syarat kesehatan

dan kenyamanan dipengaruhi oleh 3 (tiga) aspek, yaitu pencahayaan,

penghawaan, serta suhu udara dan kelembaban dalam ruangan.

Aspek-aspek tersebut merupakan dasar atau kaidah perencanaan rumah

sehat dan nyaman.

1. Pencahayaan

2. Matahari sebagai potensi terbesar yang dapat digunakan sebagai

pencahayaan alami pada siang hari. Pencahayaan yang dimaksud

adalah penggunaan terang langit, dengan ketentuan sebagai berikut:

3. Cuaca dalam keadaan cerah dan tidak berawan,

4. Ruangan kegiatan mendapatkan cukup banyak cahaya,

5. Ruang kegiatan mendapatkan distribusi cahaya secara merata

Kualitas pencahayaan alami siang hari yang masuk ke dalam ruangan

ditentukan oleh:

a. Kegiatan yang membutuhkan daya penglihatan (mata),

b. Lamanya waktu kegiatan yang membutuhkan daya penglihatan (mata),

c. Tingkat atau gradasi kekasaran dan kehalusan jenis pekerjaan,

d. Lubang cahaya minimum sepersepuluh dari luas lantai ruangan,

e. Sinar matahari langsung dapat masuk ke ruangan minimum 1 (satu)

jam setiap hari,

f. Cahaya efektif dapat diperoleh dari jam 08.00 sampai dengan jam

16.00.

Page 9: Rumah Sehat

All About Rumah Sehat/Munif Arifin/DinkesLumajang/http://www.inspeksisanitasi.blogspot.com

9

C. Penghawaan

Kualitas udara dipengaruhi oleh adanya bahan polutan di udara.

Polutan di dalam rumah kadarnya berbeda dengan bahan polutan di

luar rumah. Peningkatan bahan polutan di dalam ruangan dapat pula

berasal dari sumber polutan di dalam ruangan seperti asap rokok, asap

dapur, pemakaian obat nyamuk bakar (Mukono, 1997).

Udara merupakan kebutuhan pokok manusia untuk bernafas sepanjang

hidupnya. Udara akan sangat berpengaruh dalam menentukan

kenyamanan pada bangunan rumah. Kenyamanan akan memberikan

kesegaran terhadap penghuni dan terciptanya rumah yang sehat, apabila

terjadi pengaliran atau pergantian udara secara kontinyu melalui ruangan-

ruangan, serta lubang-lubang pada bidang pembatas dinding atau partisi

sebagai ventilasi.

Agar diperoleh kesegaran udara dalam ruangan dengan cara penghawaan

alami, maka dapat dilakukan dengan memberikan atau mengadakan

peranginan silang (ventilasi silang) dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Lubang penghawaan m inimal 5% (lima persen) dari luas lantai

ruangan.

b. Udara yang mengalir masuk sama dengan volume udara yang

mengalir keluar ruangan.

c. Udara yang masuk tidak berasal dari asap dapur atau bau kamar

mandi/WC.

d. Khususnya untuk penghawaan ruangan dapur dan kamar mandi/WC,

yang memerlukan peralatan bantu elektrikal -mekanikal seperti blower

atau exhaust fan, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

e. Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan bangunan

f. Menghindari disekitarnya.

Page 10: Rumah Sehat

All About Rumah Sehat/Munif Arifin/DinkesLumajang/http://www.inspeksisanitasi.blogspot.com

10

g. Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan ruangan

kegiatan dalam bangunan seperti: ruangan keluarga, tidur, tamu dan

kerja.

D. Suhu dan kelembaban udara

Rumah dinyatakan sehat dan nyaman, apabila suhu udara dan

kelembaban udara ruangan sesuai dengan suhu tubuh manusia normal.

Suhu udara dan kelembaban ruangan sangat dipengaruhi oleh

penghawaan dan pencahayaan. Penghawaan yang kurang atau tidak

lancar akan menjadikan ruangan terasa pengap atau sumpek dan akan

menimbulkan kelembaban tinggi dalam ruangan. Untuk mengatur suhu

udara dan kelembaban normal untuk ruangan dan penghuni dalam

melakukan kegiatannya, perlu memperhatikan :

a. Keseimbangan penghawaan antara volume udara yang masuk dan

keluar.

b. Pencahayaan yang cukup pada ruangan dengan perabotan tidak

bergerakperabotan yang menutupi sebagian besar luas lantai ruangan.

(Pedoman Umum Rumah Sederhana Sehat)

Untuk pengukuran suhu udara dengan mempergunakan alat

Phsycrometer, yang terbagi atas :

1. Suhu Kering, merupakan suhu udara yang ditunjukkan oleh

thermometer basah dengan pembacaan suhu setelah diukur selama ±

15 menit dan umumnya berkisar antara 29°C-34°C

2. Suhu Basah, merupakan suhu yang menunjukkan bahwa udara telah

jenuh yaitu antara 25°C - 28°C.

Rumah yang sehat harus mempunyai suhu yang diatur sedemikian rupa

agar suhu badan dapat dipertahankan sehingga tubuh tidak terlalu

banyak kehilangan panas atau tubuh tidak sampai kepanasan. Agar

diperoleh suhu ruangan yang yang memenuhi syarat kesehatan (18°C –

Page 11: Rumah Sehat

All About Rumah Sehat/Munif Arifin/DinkesLumajang/http://www.inspeksisanitasi.blogspot.com

11

30°C) dapat dilakukan dengan melakukan pertukaran udara setempat

(kipas angin) atau dengan udara baru (AC/Exhauser).

Kelembaban merupakan kandungan uap air udara dalam ruang

yang diukur dengan phsycrometer dan dinyatakan dengan satuan persen

(%). Kelembaban ini sangat erat hubungannya dengan ventilasi. Apabila

ventilasi kurang baik maka akan meningkatkan kelembaban yang

disebabkan oleh penguapan cairan tubuh dan uap pernafasan.

Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kelembaban dalam

rumah antara lain :

a. Rising Dump (Kelembaban yang naik dari tanah).

Kelembaban yang disebabkan oleh proses kerja osmosis atau tenaga

tarik kapiler dari bahan dinding yang mengadakan kontak dengan

tanah yang lembab yang dapat naik kedalam dinding (mencapai

ketinggian 3 – 4 meter).

b. Percolation Dump (merembes melalui dinding).

Disebabkan oleh infiltrasi hujan yang masuk kedalam dinding.

c. Root Leaks (bocor melalui atap)

Disebabkan karena atap atau genting yang tidak dapat menahan air

(air hujan dapat merembes melalui celah-celahnya)

Udara yang kurang mengandung uap air maka udara terasa kurang

nyaman dan berbau (pengab), sebaliknya jika udara mengandung banyak

uap air maka udara basah yang dihirup akan berlebihan sehingga

mengganggu fungsi paru-paru. Rumah yang lembab akan mudah

ditumbuhi oleh kuman-kuman yang dapat menyebabkan penyakit infeksi,

khususnya penyakit infeksi saluran pernafasan. Sesuai Keputusan

Menteri Kesehatan RI Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999 kelembaban

udara berkisar antara 40% -70%.

C. INDIKATOR DAN PARAMETER PENILAIAN RUMAH

Page 12: Rumah Sehat

All About Rumah Sehat/Munif Arifin/DinkesLumajang/http://www.inspeksisanitasi.blogspot.com

12

Terdapat beberapa indikator penilaian rumah sehat yaitu :

1. Komponen Rumah

2. Sarana Sanitasi

3. Perilaku Penghuni

1. Indikator penilaian komponen rumah meliputi beberapa parameter

sebagai berikut :

a. Langit-langit

b. Dinding

c. Lantai

d. Jendela kamar tidur

e. Jendela ruang keluarga

f. Ventilasi

g. Lubang asap dapur

h. Pencahayaan

i. Kandang

j. Pemanfaatan Pekarangan

k. Kepadatan penghuni.

Bahan bangunan dan kondisi rumah serta lingkungan yang tidak

memenuhi syarat kesehatan, merupakan faktor resiko dan sumber

penularan berbagai jenis penyakit. Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan

Akut (ISPA) dan tuberkulosis yang erat kaitannya dengan kondisi hygiene

bangunan perumahan, berturut-turut merupakan penyebab kematian

nomor 2 dan 3 di Indonesia (SKRT, 1995) (Pedoman Teknis Penilaian

Rumah Sehat, Depkes RI, 2007)

Ventilasi

Page 13: Rumah Sehat

All About Rumah Sehat/Munif Arifin/DinkesLumajang/http://www.inspeksisanitasi.blogspot.com

13

Agar diperoleh kesegaran udara dalam ruangan dengan cara penghawaan

alami, maka dapat dilakukan dengan memberikan atau mengadakan

peranginan silang (ventilasi silang) dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Lubang penghawaan minimal 5% (lima persen) dari luas lantai ruangan.

b. Udara yang mengalir masuk sama dengan volume udara yang mengalir

keluar ruangan.

c. Udara yang masuk tidak berasal dari asap dapur atau bau kamar

mandi/WC.

Khususnya untuk penghawaan ruangan dapur dan kamar mandi/WC, yang

memerlukan peralatan bantu elektrikal-mekanikal seperti blower atau exhaust

fan, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a. Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan bangunan

disekitarnya.

b. Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan ruangan

kegiatan dalam bangunan seperti: ruangan keluarga, tidur, tamu dan kerja.

Bagi rumah dengan kelembaban, suhu, dan penerangan alami yang

kurang baik ukuran dan letaknya, diharapkan bisa menambah genting

kaca serta memperbaiki plafon, dan membuka pintu dan jendela setiap pagi

hari.

Pencahayaan

Kualitas pencahayaan alami siang hari yang masuk ke dalam ruangan

ditentukan oleh:

a. Kegiatan yang membutuhkan daya penglihatan (mata),

b. Lamanya waktu kegiatan yang membutuhkan daya penglihatan (mata),

c. Tingkat atau gradasi kekasaran dan kehalusan jenis pekerjaan,

d. Lubang cahaya minimum sepersepuluh dari luas lantai ruangan,

e. Sinar matahari langsung dapat masuk ke ruangan minimum 1 (satu) jam

setiap hari,

Page 14: Rumah Sehat

All About Rumah Sehat/Munif Arifin/DinkesLumajang/http://www.inspeksisanitasi.blogspot.com

14

f. Cahaya efektif dapat diperoleh dari jam 08.00 sampai dengan jam 16.00.

Kepadatan Penghuni

Kepadatan penghuni merupakan luas lantai dalam rumah dibagi dengan

jumlah anggota keluarga penghuni tersebut, kebutuhan ruangan untuk tempat

tinggal tergantung pada kondisi keluarga yang bersangkuta. Menurut

Kepmenkes RI (1999) luas ruangan tidur minimal 8 m2 dan tidak

dianjurkan lebih dari 2 orang. Bangunan yang sempit dan tidak sesuai

dengan jumlah penghuninya akan mempunyai dampak kurangnya oksigen

dalam ruangan sehingga daya tahan tubuh penghuninya menurun,

kemudian cepat timbulnya penyakit saluran pernafasan seperti ISPA.

Ruangan yang sempit akan membuat nafas sesak dan mudah tertular

penyakit oleh anggota keluarga yang lain.

Kepadatan hunian rumah akan meningkatkan suhu ruangan yang

disebabkan oleh pengeluaran panas badan yang akan meningkatkan

kelembaban akibat uap air dari pernapasan tersebut.Dengan demikian,

semakin banyak jumlah penghuni rumah maka semakin cepat udara

ruangan mengalami pencemaran gas atau bakteri. Dengan banyaknya

penghuni, maka kadar oksigen dalam ruangan menurun dan diikuti oleh

peningkatan CO 2 ruangan dan dampak dari peningkatan CO2 ruangan

adalah penurunan kualitas udara dalam rumah.

Kebutuhan ruang per orang dihitung berdasarkan aktivitas dasar manusia di

dalam rumah. Aktivitas seseorang tersebut meliputi aktivitas tidur, makan,

kerja, duduk, mandi, kakus, cuci dan masak serta ruang gerak lainnya. Dari

hasil kajian, kebutuhan ruang per orang adalah 9 m2 dengan perhitungan

ketinggian rata-rata langit-langit adalah 2.80 m. (Luas bangunan 3.5 m2 per

orang).

Page 15: Rumah Sehat

All About Rumah Sehat/Munif Arifin/DinkesLumajang/http://www.inspeksisanitasi.blogspot.com

15

2. Indikator penilaian Sarana Sanitasi rumah meliputi beberapa parameter

sebagai berikut :

a. Sarana air bersih

b. Jamban

c. Sarana pembuangan air limbah

d. Sarana pembuangan sampah.

Menurut laporan MDGs tahun 2007 terdapat beberapa kendala yang

menyebabkan masih tingginya jumlah orang yang belum terlayani fasilitas air

bersih dan sanitasi dasar. Di antaranya adalah cakupan pembangunan yang

sangat besar, sebaran penduduk yang tak merata dan beragamnya wilayah

Indonesia, keterbatasan sumber pendanaan. Pemerintah selama ini belum

menempatkan perbaikan fasilitas sanitasi sebagai prioritas dalam

pembangunan. Faktor lain yang juga menjadi kendala adalah kualitas dan

kuantitas sumber air baku sendiri terus menurun akibat perubahan tata guna

lahan (termasuk hutan) yang mengganggu sistem siklus air. Selain itu,

meningkatnya kepadatan dan jumlah penduduk di perkotaan akibat

urbanisasi.

Masalah kemiskinan juga ikut menjadi penyebab rendahnya kemampuan

penduduk mengakses air minum yang layak. Terakhir adalah buruknya

kemampuan manajerial operator air minum itu sendiri. Sedangkan dari sisi

sanitasi, selain masih rendahnya kesadaran penduduk tentang lingkungan,

kendala lain untuk terjadinya perbaikan adalah karena belum adanya

kebijakan komprehensif yang sifatnya lintas sektoral, rendahnya kualitas

bangunan septic tank, dan masih buruknya sistem pembuangan limbah.

(Harian Kompas, Rabu, 19 Maret 2008)

Penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat

dapat menjadi faktor resiko terhadap penyakit diare dan kecacingan. Diare

merupakan penyebab kematian nomor 4 sedangkan kecacingan dapat

mengakibatkan produktifitas kerja dan dapat menurunkan kecerdasan anak

sekolah, disamping itu masih tingginya penyakit yang dibawa vektor seperti

Page 16: Rumah Sehat

All About Rumah Sehat/Munif Arifin/DinkesLumajang/http://www.inspeksisanitasi.blogspot.com

16

DBD, malaria, pes, dan filariasis (Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat,

Depkes RI, 2007)

Menurut data Bank Pembangunan Asia tahun 2005 hanya terdapat 69 persen

penduduk perkotaan dan 46 persen penduduk pedesaan (atau rata-rata

55,43) terlayani fasilitas sanitasi yang layak. Hal ini lebih rendah bila

dibandingkan dengan dengan Singapura (100 persen), Thailand (96 persen),

Filipina (83,06 persen), Malaysia 74,70 persen) dan Myanmar (64,48 persen).

Sarana air bersih

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang

kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah

dimasak. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan

dan dapat langsung diminum.

Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna

b. Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3

mg/l, Kesadahan (maks 500 mg/l)

c. Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100

ml air)

Jamban

Angka kesakitan penyakit diare di Indonesia masih tinggi. Salah satu

penyebab tingginya angka kejadian diare adalah rendahnya cakupan

penduduk yang memanfaatkan sarana air bersih dan jamban serta PHBS

yang belum memadai. Menurut data dari 200.000 anak balita yang meninggal

karena diare setiap tahun di Asia, separuh di antaranya adalah di Indonesia.

Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat

antara lain sebagai berikut :

a. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi

b. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki

mata air atau sumur

Page 17: Rumah Sehat

All About Rumah Sehat/Munif Arifin/DinkesLumajang/http://www.inspeksisanitasi.blogspot.com

17

c. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan

d. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain

e. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar ; atau, bila memang benar-

benar diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin.

f. Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang.

g. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak

mahal.

Sarana Pembuangan Air Limbah

Buruknya kualitas sanitasi juga tercermin dari rendahnya persentase

penduduk yang terkoneksi dengan sistem pembuangan limbah (sewerage

system).

Sarana Pembuangan Sampah

Sampah merupakan sisa hasil kegiatan manusia, yang keberadaannya

banyak menimbulkan masalah apabila tidak dikelola dengan baik. Apabila

dibuang dengan cara ditumpuk saja maka akan menimbulkan bau dan gas

yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Apabila dibakar akan menimbulkan

pengotoran udara. Kebiasaan membuang sampah disungai dapat

mengakibatkan pendangkalan sehingga menimbulkan banjir. Dengan

demikian sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sumber

pencemar pada tanah, badan air dan udara.

Berdasarkan asalnya, sampah digolongkan dalam dua bagian yakni sampah

organik ( sampah basah ) dan sampah anorganik ( sampah kering ). Pada

tingkat rumah tangga dapat dihasilkan sampah domestik yang pada umumnya

terdiri dari sisa makanan, bahan dan peralatan yang sudah tidak dipakai lagi,

bahan pembungkus, kertas, plastik, dan sebagainya.

Dampak sampah terhadap kesehatan lingkungan, antara lain :

1. Dampak Terhadap Kesehatan

Page 18: Rumah Sehat

All About Rumah Sehat/Munif Arifin/DinkesLumajang/http://www.inspeksisanitasi.blogspot.com

18

Pembuangan sampah yang tidak terkontrol dengan baik merupakan

tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai

binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menimbulkan penyakit.

Potensi bahaya yang ditimbulkan, antara lain penyakit diare, kolera, tifus

yang dapat menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari

sampah dapat bercampur dengan air minum. Penyakit DBD dapat juga

meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang

memadai, demikian pula penyakit jamur ( misalnya jamur kulit ).

2. Dampak Terhadap Lingkungan.

Cairan terhadap rembesan sampah yang masuk kedalam drainase atau

sungai akan mencemari air, berbagai organisme termasuk ikan dapat mati

sehingga beberapa spesies akan lenyap dan hal ini mengakibatkan

berubahnya ekosistem perairan biologis.

3. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi.

Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat membentuk lingkungan

yang kurang menyenangkan bagi masyarakat, bau yang tidak sedap dan

pemandangan yang buruk. Hal ini dapat berpengaruh antara lain terhadap

dunia pariwisata dan investasi

Teknik pengelolaan sampah yang baik diantaranya harus memperhatikan

faktor-aktor sebagai berikut :

a. Penimbulan sampah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah adalah jumlah

penduduk dan kepadatanya, tingkat aktivitas, pola kehidupan/tingkat

sosial ekonomi, letak geografis, iklim, musim, dan kemajuan teknologi.

b. Penyimpanan sampah.

c. Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali.

d. Pengangkutan

e. Pembuangan

Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita diketahui

hubungan dan tingkat kepentingan masing-masing unsur tersebut agar dapat

Page 19: Rumah Sehat

All About Rumah Sehat/Munif Arifin/DinkesLumajang/http://www.inspeksisanitasi.blogspot.com

19

memecahkan masalah-masalah ini secara efisien. Selain itu pada tingkat

rumah tangga juga sudah harus dimulai penerapan prinsip-prinsip

pengurangan volume sampah dengan menerapkan prinsip 4 R yaitu (Reduce,

Reuse, Recycle dan Replace ).

3. Indikator penilaian Perilaku Penghuni Rumah meliputi beberapa

parameter sebagai berikut :

a. Kebiasaan mencuci tangan

b. Keberadaan vektor tikus

c. Keberadaan Jentik.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

1457/MENKES/SK/X/2003 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang

Kesehatan di Kabupaten/Kota pada jenis pelayanan Penyuluhan Perilaku

Sehat pada indikator Rumah Tangga Sehat target pencapaian sebesar 65%.

Serangga sebagai reservoir (habitat dan suvival) bibit penyakit yang

kemudian disebut sebagai vektor misalnya pinjal tikus untuk penyakit

pes/sampar, Nyamuk Anopheles sp untuk penyakit Malaria, Nyamuk Aedes

sp untuk Demam Berdarah Dengue (DBD), Nyamuk Culex sp untuk Penyakit

Kaki Gajah/Filariasis.

Penanggulangan/pencegahan dari penyakit tersebut diantaranya dengan

merancang rumah/tempat pengelolaan makanan dengan rat proff (rapat

tikus), Kelambu yang dicelupkan dengan pestisida untuk mencegah gigitan

Nyamuk Anopheles sp, Gerakan 3 M (menguras mengubur dan menutup)

tempat penampungan air untuk mencegah penyakit DBD, Penggunaan kasa

pada lubang angin di rumah atau dengan pestisida untuk mencegah penyakit

kaki gajah dan usaha-usaha sanitasi.

Binatang pengganggu yang dapat menularkan penyakit misalnya anjing dapat

menularkan penyakit rabies, kecoa dan lalat dapat menjadi perantara

Page 20: Rumah Sehat

All About Rumah Sehat/Munif Arifin/DinkesLumajang/http://www.inspeksisanitasi.blogspot.com

20

perpindahan bibit penyakit ke makanan sehingga menimbulakan diare. Tikus

dapat menyebabkan Leptospirosis dari kencing yang dikeluarkannya yang

telah terinfeksi bakteri penyebab.

Kebiasaan mencuci tangan

Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan

membersihkan tangan dan jari tangan menggunakan air dan sabun, agar

bersih sekaligus memutuskan mata rantai kuman. World Health Organization

telah mencanangkan tanggal 15 Oktober sebagai Hari Mencuci Tangan

dengan Sabun Sedunia.

Mencuci tangan dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya

pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan seringkali menjadi

agen yang membawa kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu

orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung ataupun kontak tidak

langsung (menggunakan permukaan-permukaan lain seperti handuk, gelas).

Tangan yang bersentuhan langsung dengan kotoran manusia dan binatang,

ataupun cairan tubuh lain (seperti ingus, dan makanan/minuman yang

terkontaminasi saat tidak dicuci dengan sabun dapat memindahkan bakteri,

virus, dan parasit pada orang lain yang tidak sadar bahwa dirinya sedang

ditularkan.

Beberapa fakta tetang cuci tangan pakai sabun tersebut antra lain :

1. Tangan adalah salah satu penghantar utama masuknya kuman penyakit

ke tubuh manusia. Cuci tangan dengan sabun dapat menghambat

masuknya kuman penyakit ke tubuh manusia melalui perantaraan tangan;

2. Tangan manusia yang kotor karena menyentuh feses mengandung

kurang lebih 10 juta virus dan 1 juta bakteri;

3. Kuman penyakit seperti virus dan bakteri tidak dapat terlihat secara kasat

mata sehingga sering diabaikan dan mudah masuk ke tubuh manusia;

Page 21: Rumah Sehat

All About Rumah Sehat/Munif Arifin/DinkesLumajang/http://www.inspeksisanitasi.blogspot.com

21

4. Hampir semua orang mengerti pentingnya cuci tangan pakai sabun

namun tidak membiasakan diri untuk melakukannya dengan benar pada

saat yang penting.

Berdasarkan fakta diatas maka cuci tangan pakai sabun sangat penting

khususnya pada 5 (lima) waktu penting, yaitu sebelum makan, sesudah

buang air besar, sebelum memegang bayi, sesudah menceboki anak, dan

sebelum menyiapkan makanan. Kegiatan ini menurut beberapa penelitian

akan dapat mengurangi hingga 47% angka kesakitan karena diare dan 30%

infeksi saluran atas atau ISPA.

Beberapa langkah tepat Cuci Tangan Pakai Sabun antara lain :

1. Membasuh tangan dengan air yang mengalir, kemudian cuci dan gosok

kedua tangan selama 20 detik dengan sabun sampai muncul busa. Pada

tahab ini harus dipastikan bahwa semua bagian tangan tergosok semua

(sela-sela jari, di bawah kuku dan punggung tangan.

2. Membilas tangan dengan air mengalir selama 10 detik;

3. Mengeringkan tangan dengan menggunakan kain lap yang bersih dan

kering.

Ada, tidaknya tikus di dalam rumah

Tikus dapat menyebabkan Leptospirosis dari kencing yang dikeluarkannya

yang telah terinfeksi bakteri penyebab penyakit ini. Keberadaan tikus dalam

rumah dapat dideteksi antara lain melalui jejak suara, kotoran dan sarang

tikus.

Ada, tidaknya jentik

Hasil diatas masih dibawah target sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Ri

Nomor 1457/MENKES/SK/X/2003 Tentang Standar Pelayanan Minimal

Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota pada Pelayanan pengendalian vektor,

dimana Rumah/bangunan bebas jentik nyamuk Aedes adalah >95%.

Page 22: Rumah Sehat

All About Rumah Sehat/Munif Arifin/DinkesLumajang/http://www.inspeksisanitasi.blogspot.com

22

Page 23: Rumah Sehat

All About Rumah Sehat/Munif Arifin/DinkesLumajang/http://www.inspeksisanitasi.blogspot.com

23