sanling rumah sehat

23
MAKALAH Hasil Survey Kamar kos Di Wisma Apik No 22 A Jalan Cempaka Sari Diajukan guna memenuhi tugas mata sanitasi lingkungan Dosen pengampu : Eram Tunggul P,S.KM,M.KES Rombel : 5 Disusun Oleh : 1. Twinda Adventina 6411411184 2. Yunita Triyana Sari 6411411224 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

Upload: yunita-triyana-sari

Post on 01-Dec-2015

145 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

MAKALAH

Hasil Survey Kamar kos

Di Wisma Apik No 22 A

Jalan Cempaka Sari

Diajukan guna memenuhi tugas mata sanitasi lingkungan

Dosen pengampu : Eram Tunggul P,S.KM,M.KES

Rombel : 5

Disusun Oleh :

1. Twinda Adventina 6411411184

2. Yunita Triyana Sari 6411411224

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2012

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah merupakan hunian yang penting bagi kehidupan setiap orang.

Rumah tidak sekedar sebagai tempat untuk melepas lelah setelah bekerja seharian,

namun didalamnya terkandung arti yang penting sebagai tempat untuk

membangun kehidupan keluarga sehat dan sejahtera. Rumah yang sehat dan layak

huni tidak harus berwujud rumah mewah dan besar namun rumah yang sederhana

dapat juga menjadi rumah yang sehat dan layak dihuni. Rumah sehat adalah

kondisi fisik, kimia, biologi didalam rumah dan perumahan sehingga

memungkinkan penghuni atau masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang

optimal.

Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area

sekitarnya yang digunakan sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga

(UU RI No. 4 Tahun 1992). Menurut WHO, rumah adalah struktur fisik atau

bangunan untuk tempat berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan

jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik demi kesehatan keluarga dan

individu. (Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001).

Bangunan rumah tempat tinggal sebaiknya selalu dijaga kebersihannya

dan memiliki pagar ( tidak harus tembok , lebih baik pagar hidup ) . Rumah atau

tempat tinggal manusia, dari zaman ke zaman mengalami perkembangan. Sejak

zaman dahulu pula manusia telah mencoba mendesain rumahnya, dengan ide

masing-masing dengan sendirinya berdasarkan kebudayaan masyarakat setempat

dan dan membangun rumah mereka dengan bahan yang berada di sekitar mereka,

namun pada abad sekarang rumah-rumah di desain dan dibuat dengan bukan

bahan setempat tetapi kadang-kadang desainnya masih mewarisi kebudayaan

generasi sebelumnya.

Rumah yang sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai derajat

kesehatan yang optimum. Untuk memperoleh rumah yang sehat ditentukan oleh

tersedianya sarana sanitasi perumahan. Sanitasi rumah adalah usaha kesehatan

masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap struktur fisik dimana

orang menggunakannya untuk tempat tinggal berlindung yang mempengaruhi

derajat kesehatan manusia. Rumah juga merupakan salah satu bangunan tempat

tinggal yang harus memenuhi kriteria kenyamanan, keamanan dan kesehatan guna

mendukung penghuninya agar dapat bekerja dengan produktif (Munif Arifin,

2009).

Rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan terkait erat dengan

penyakit berbasis lingkungan, dimana kecenderungannya semakin meningkat

akhir-akhir ini. Penyakit-penyakit berbasis lingkungan masih merupakan

penyebab utama kematian di Indonesia. Bahkan pada kelompok bayi dan balita,

penyakit-penyakit berbasis lingkungan menyumbangkan lebih 80% dari penyakit

yang diderita oleh bayi dan balita. Keadaan tersebut mengindikasikan masih

rendahnya cakupan dan kualitas intervensi kesehatan lingkungan (Munif

Arifin,2009).

Rumah yang tidak sehat merupakan penyebab dari rendahnya taraf

kesehatan jasmani dan rohani yang memudahkan terjangkitnya penyakit dan

mengurangi daya produktifitas seseorang. Rumah tidak sehat ini dapat menjadi

reservoir penyakit bagi seluruh lingkungan, jika kondisi tidak sehat bukan hanya

pada satu rumah tetapi pada kumpulan rumah ( lingkungan pemukiman ).

Timbulnya permasalahan kesehatan di lingkungan pemukiman pada dasarnya

disebabkan karena tingkat kemampuan ekonomi masyarakat yang rendah, karena

rumah dibangun berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya

(Notoatmojo,2003).

Untuk itu kami melakukan observasi langsung ke salah satu kamar kos

dengan mengamati kondisi bangunan,pengamatan berdasarkan syarat fisik ideal

dan bahaya yang mungkin timbul.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai

berikut :

1. Faktor apa sajakah yang perlu diperhatikan dalam membangun rumah ?

2. Apa fungsi rumah ?

3. Apa syarat rumah sehat ?

4. Apa syarat fisik rumah ideal ?

5. Apa saja yang menjadi penilaian rumah sehat ?

6. Bahaya apa sajakan yang dapat timbul pada rumah tinggal ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui faktor yang perlu diperhatikan dalam membangun rumah

2. Untuk mengetahui fungsi rumah

3. Untuk mengetahui syarat rumah sehat

4. Untuk mengetahui Syarat fisik rumah ideal

5. Untuk mengetahui penilaian rumah sehat

6. Untuk mengetahui bahaya yang dapat timbuk pada rumah tinggal

BAB II

PEMBAHASAN

A. Faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Membangun Rumah

1. Faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, biologis maupun lingkungan sosial.

Maksudnya membangun suatu rumah harus memperhatikan tempat dimana

rumah itu didirikan. Di pegunungan ataukah di tepi pantai, di desa ataukah di

kota, di daerah dingin ataukah di daerah panas, di daerah pegunungan dekat

gunung berapi (daerah gempa) atau di daerah bebas gempa dan sebagainya.

Rumah didaerah pedesaan, sudah barang tentu disesuaikan kondisi sosial budaya

pedesaaan, misalnya bahanya, bentuknya, menghadapnya, danlain sebagainya.

Rumah didaerah gempa harus dibuat dengan bahan-bahan yang ringan namun

harus kokoh, rumah didekat hutan harus dibuat sedemikian rupa sehingga aman

terhadap serangan-serangan binatang buas.

2. Tingkat kemampuan ekonomi masyarakat

Hal ini dimaksudkan rumah dibangun berdasarkan kemampuan keuangan

penghuninya, untuk itu maka bahan-bahan setempat yang murah misal bambu,

kayu atap rumbia dan sebagainya adalah merupakan bahan-bahan pokok

pembuatan rumah. Perlu dicatat bahwa mendirikan rumah adalah bukan sekadar

berdiripada saat itu saja, namun diperlukan pemeliharaan seterusnya

(Notoadmojo, 2003).

3. Teknologi yang dimiliki masyarakat

Pada dewasa ini teknologi perumahan sudah begitu maju dan modern. Akan

tetapi teknologi modern itu sangat mahal dan kadang-kadang tidak domengerti

oleh masyarakat. Rakyat pedesaan bagaimanapun sederhananya sudah

mempunyai teknologi perumahan sendiri yang dipunyai turun temurun. Dalam

rangka penerapan teknologi tepat guna maka teknologi yang sudah dipunyai

masyarakat tersebut dimodifikasi. Segi-segi yang merugikan kesehatan dikurangi

dan mempertahankan segi-segi yang sudah positif.

4. Kebijaksanaan (peraturan-peraturan) pemerintah yang menyangkut tata guna

tanah.

Untuk hal ini, bagi perumahan masyarakat pedesaan belum merupakan

problem namun di kota sudah menjadi masalah yang besar.

B. Fungsi Rumah

Fungsi rumah rumah bagi manusia yang diposkan oleh suhadi (2007) yang

dikutip dari  Azwar adalah :

1. Sebagai tempat untuk melepaskan lelah, beristirahat setelah penat melasanakan

kewajiban sehari-hari.

2. Sebagai tempat untuk bergaul dengan keluarga atau membina rasa kekeluargaan

bagi segenap anggota keluarga yang ada.

3. Sebagai tempat untuk melindungi diri dari bahaya yang datang mengancam.

4. Sebagai lambang status sosial yang dimiliki yang masih dirasakan hingga saat ini.

5. Sebagai tempat untuk meletakan atau menyimpan barang-barang berharga yang

dimiliki, yang terutama masih ditemui pada masyarakat pedesaan.

C. Syarat Rumah Sehat

1. Menurut Winslow dan APHA

Permukiman sehat dirumuskan sebagai suatu tempat untuk tinggal secara

permanen. Berfungsi sebagai tempat untuk bermukim, beristirahat, berekreasi

(bersantai) dan sebagai tempat berlindung dari pengaruh lingkungan yang

memenuhi persyaratan fisiologis, psikologis, dan bebas dari penularan penyakit.

Rumusan yang dikeluarkan oleh American Public Health Association (APHA),

syarat rumah sehat harus memenuhi kriteria sebagai berikut

Memenuhi kebutuhan fisiologis. Antara lain, pencahayaan, penghawaan dan

ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu. 

Memenuhi kebutuhan psikologis. Antara lain, privacy yang cukup, komunikasi

yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah. 

Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni rumah,

yaitu dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan air limbah rumah

tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang berlebihan, cukup

sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran,

disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup. 

Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan, baik yang timbul

karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan

jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak

cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.

2. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.829/Menkes/SK/VII/1999

Ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal adalah sebagai berikut:

a.Bahan-bahan bangunan 

Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat yang dapat membahayakan

kesehatan, antara lain:

Debu total kurang dari 150 mg per meter persegi;

Asbestos kurang dari 0,5 serat per kubik, per 24 jam;

Timbal (Pb) kurang dari 300 mg per kg bahan;

Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya

mikroorganisme patogen.

b. Komponen dan penataan ruangan

Lantai kedap air dan mudah dibersihkan;

Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci kedap air dan

mudah dibersihkan;

Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan;

Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir;

Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya;

Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap

c. Pencahayaan 

Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat

menerangi seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux dan

tidak menyilaukan mata.

d. Kualitas udara

Suhu udara nyaman, antara 18 – 30 oC;

Kelembaban udara, antara 40 – 70 %;

Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm per 24 jam;

Pertukaran udara 5 kali 3 per menit untuk setiap penghuni;

Gas CO kurang dari 100 ppm per 8 jam;

Gas formaldehid kurang dari 120 mg per meter kubik.

e. Ventilasi

Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai.

f. Vektor penyakit

Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah.

g. Penyediaan air

Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter per orang

setiap hari;

Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air minum

menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907 tahun 2002.

h. Pembuangan Limbah

Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak

menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah; 

Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak

mencemari permukaan tanah dan air tanah.

i. Kepadatan hunian

Luas kamar tidur minimal 8 meter persegi, dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2

orang tidur.

3. Menurut Ditjen Cipta Karya, 1997

Komponen yang harus dimiliki rumah sehat adalah:

o Pondasi yang kuat guna meneruskan beban bangunan ke tanah dasar, memberi

kestabilan bangunan, dan merupakan konstruksi penghubung antara bagunan

dengan tanah; 

o Lantai kedap air dan tidak lembab, tinggi minimum 10 cm dari pekarangan dan 25

cm dari badan jalan, bahan kedap air, untuk rumah panggung dapat terbuat dari

papan atau anyaman bambu; 

o Memiliki jendela dan pintu yang berfungsi sebagai ventilasi dan masuknya sinar

matahari dengan luas minimum 10% luas lantai;

o Dinding rumah kedap air yang berfungsi untuk mendukung atau menyangga atap,

menahan angin dan air hujan, melindungi dari panas dan debu dari luar, serta

menjaga kerahasiaan (privacy) penghuninya; 

o Langit-langit untuk menahan dan menyerap panas terik matahari, minimum 2,4 m

dari lantai, bisa dari bahan papan, anyaman bambu, tripleks atau gipsum;

o Atap rumah yang berfungsi sebagai penahan panas sinar matahari serta

melindungi masuknya debu, angin dan air hujan.

4. Menurut Budiman Chandra (2007), persyaratan rumah sehat yang tercantum

dalam Residential Environment dari WHO (1974) antara lain :

a. Harus dapat berlindung dari hujan, panas, dingin, dan berfungsi sebagai

tempat istrahat.

b. Mempunyai tenpat-tempat untuk tidur, memasak, mandi, mencuci, kakus

dan kamar mandi.

c. Dapat melindungi bahaya kebisingan dan bebas dari pencemaran.

d. Bebas dari bahan bangunan berbahaya.

e. Terbuat dari bahan bangunan yang kokoh dan dapat melindungi

penghuninya dari gempa, keruntuhan, dan penyakit menular

5. Persyaratan rumah sehat berdasarkan pedoman teknis penilaian  rumah sehat

(Depkes RI, 2007).

a. Memenuhi kebutuhan psikologis yakni pravcy cukup komunikasi yang

sehat  antar  anggota  keluarga  dan  penghuni  rumah,

adanya ruangan khusus untuk istirahat (ruangtidur), bagi masing-maing pe

nghuni.

b. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni ru

mah dengan penyediaan airbersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tan

gga, bebas vektor  penyakit dan tikus, kepadatanhunian yang tidak berlebi

han,  cukup  sinar  matahari   pagi,  terlindungnya  makanan  dan minuman

dari  pencemaran, disamping  pencahayaan dan penghawaan yang cukup.

c. Memenuhi  persyaratan  pencegahan  terjadinya  kecelakaan  baik  yang ti

mbul karena  pengaruh luar dan dalam rumah, antara lain persyaratan

garis sempadan jalan,  konstruksi bangunan rumah,bahaya kebakaran

dan kecelakaan di dalam rumah.

6. Menurut Soedjajadi (2006), persyaatan rumah sehat harus dapat mencegah atau

mengurangi resiko kecelakaan seperti jatuh, keracunan dan kebakaran.

Persyaratan tersebut meliputi:

a. Membuat konstruksi rumah yang kokoh dan kuat.

b. Bahan rumah terbuat dari bahan tahan api.

c. Pertukaran udara dalam rumah baik sehingga terhindar dari bahaya

racun  dan gas.

d. Lantai  terbuat dari bahan yang tidak licin sehingga  bahaya jatuh dan

kecelakaan mekanis dapatdihindari.

e. Memenuhi  kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan

dan ruang   gerak   yang    cukup, terhindar          dari      kebisingan

yang mengganggu.

D. Syarat Fisik Rumah Ideal

Ventilasi : 10-20 % Luas lantai

Penerangan : ≥ 100 LUX (bisa membaca jelas )

Kepadatan rumah : R = 10 m2 / orang

KT = 4 m2 / orang

Air bersih : 60 lt / orang / hari

Jamban : Rumah = 1 unit 4-6 orang

Asr = 1 unit 10 orang

Konstruksi : Kuat, atap, dinnding,tidak bocor

Pembuangan sampah : 2-2,8 lt/orang/hari

0,3-0,5 kg/orang/hari

Air limbah : Saluran dan sumber resapan

Feces : 0,5 kg/orang/hari

Suhu : (ideal) 18-200 ,20-250 C

Kelembaban : (ideal) 40-50 %

Vektor

Lalat : Ada, maksimal 8/flygrill

Nyamuk : Ada,minim,jentik ( <5cont/100rumah )

Kecoa : Telur,ada,maksimal 2 ekor /24 jam

Tikus : Bebas dari tikus

E. Penilaian Rumah Sehat

Menurut Munif Arifin (2009), kriteria rumah sehat didasarkan pada pedoman teknis penilaian rumah sehat Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Depkes RI tahun 2007. Pedoman teknis ini disusun berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan Kesehatan Perumahan. Sedangkan pembobotan terhadap kelompok komponen rumah, kelompok sarana sanitasi, dan kelompok perilaku didasarkan pada teori Blum, yang diinterpetasikan terhadap Lingkungan (45%), Perilaku (35%), Pelayanan Kesehatan (15%), Keturunan (5%).

Dalam hal rumah sehat, persentase pelayanan kesehatan dan keturunan diabaikan, sedangkan untuk penilaian lingkungan dan perilaku ditentulan sebagai berikut :

1.Bobot komponen rumah (25/80 x 100%) : 31

2.Bobot sarana sanitasi (20/80 x 100%) : 25

3.Bobot perilaku (35/80 x 100%) : 44

Penentuan kriteria rumah berdasarkan pada hasil penilaian rumah yang merupakan hasil perkalian antara nilai dengan bobot, dengan criteria sebagai berikut :

1.      Memenuhi syarat : 80 -100 % dari total skor.

2.      Tidak memenuhi syarat : < 80 % dari total skor.

Kelompok Komponen Rumah yang dijadikan dasar penilaian rumah sehat menggunakan Indikator komponen sebagai berikut :

1.      Langit-langit

2.      Dinding

3.      Lantai

4.      Jendela kamar tidur

5.      Jendela ruang keluarga

6.      Ventilasi

7.      Lubang asap dapur

8.      Pencahayaan

9.      Kandang

10.  Pemanfaatan Pekarangan

11.  Kepadatan penghuni.

Indikator sarana sanitasi yang dijadikan dasar penilaian rumah sehat menggunakan Indikator sarana sebagai berikut :

1.      Sarana air bersih

2.      Jamban

3.      Sarana pembuangan air limbah

4.      Sarana pembuangan sampah.

Indikator penilaian perilaku penghuni rumah meliputi bebrapa parameter sebagai berikut :

1.      kebiasaan mencuci tangan.

2.      keberadaan tikus.

3.      keberadaan jentik.

F. Bahaya yang Dapat Timbul dalam Rumah tinggal Bencana Alam : Tanah longsor, gempa, banjir,

tsunami,gunung meletus Kebakaran : Hubungan arus pendek , kompor meledak Terjatuh : Tangga tidak ada pegangan,pencahayaan

kurang Terpeleset : Lantai depan kamar mandi licin, Keracunan : Kontaminasi makanan, pestisida,obat-

obatan Kecelakaan : Konstruksi yang kurang kuat

G. Hasil Observasi

Dari hasil observasi kamar kos yang telah kami lakukan, kami melihat

bahwa kamar kos telah memenuhi syarat rumah sehat yaitu

Pencahayaan yang cukup

Penghawaan dan ruang gerak yang cukup

Terhindar dari kebisingan yang mengganggu

Lantai kedap air dan tidak lembab

Dinding rumah memiliki ventilasi,

Terbuat dari bahan bangunan yang kokoh

Dinding kamar kos kedap air yang berfungsi untuk mendukung atau

menyangga atap, menahan angin dan air hujan, melindungi dari panas dan

debu dari luar

Privacy yang cukup

Dokumentasi :

BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Rumah yang sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai derajat

kesehatan yang optimum. Untuk memperoleh rumah yang sehat ditentukan oleh

tersedianya sarana sanitasi perumahan. Sanitasi rumah adalah usaha kesehatan

masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap struktur fisik dimana

orang menggunakannya untuk tempat tinggal berlindung yang mempengaruhi

derajat kesehatan manusia Rumah tidak sehat ini dapat menjadi reservoir penyakit

bagi seluruh lingkungan, jika kondisi tidak sehat bukan hanya pada satu rumah

tetapi pada kumpulan rumah ( lingkungan pemukiman ). Rumah sehat adalah

kondisi fisik, kimia, biologi didalam rumah dan perumahan sehingga

memungkinkan penghuni atau masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang

optimal.

Syarat rumah sehat yaitu batas tinggi langit-langit dari lantai 2,75 m, dinding

rumah dibuat dari batu bata,batako, dilengkapi dengan sarana ventilasi untuk

pengaturan sirkulasi udara,tinggi lantai untuk rumah ±10 cm, letak lobang angin

yang baik adalah searah dengan tiupan angin.Luas lubang ventilasi tetap 5 % dari

luas lantai, cahaya yang cukup dapat diperoleh apabila luas jendela kaca minimun

20 % luas lantai.

B.SARAN

Rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan terkait erat dengan penyakit

berbasis lingkungan. Bangunan rumah tempat tinggal sebaiknya selalu dijaga

kebersihannya. Selain itu, alngkah baiknya bila rumah dibangun sesuai dengan

syarat rumah sehat agar terciptanya kondisi yang nyaman dan sehat dalam rumah.

DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 829 Menkes SK/VII/1999 Tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan

Ditjen P2MPLM, Petunjuk Tentang Perumahan dan Lingkungan Serta Penggunaan Kartu Rumah, 1995.

Dr.Rukman Kiswari.Ilmu kesehatan untuk program keahlian analis kesehatan