rpp home theater complete

71
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJA RAN ( RPP ) Nama Sekolah : SMK RISTEK KIKIN Mata Pelajaran : Kompetensi Kejuruan Kelas / semester : XI(sebelas) / Genap Pertemuan ke : 1-4 Alokasi waktu : 2 x 45 menit Standar kompetensi : Melakukan install home theater Kompetensi dasar : Menjelaskan kebutuhan peralatan pembuatan home theater Indikator : Mampu menjelaskan peralatan Home Theater I. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah kegiatan pembelajaran ini siswa dapat : a. Menjelaskan peralatan Home Theater II. MATERI AJAR a. Pengertian Home Theater Home : Rumah Theater : Bioskop Home Theater merupakan kombinasi dari perancangan komponen elektronik untuk menciptakan pengalaman menonton film dalam suatu ruang theater yang mengasyikan yang ada didalam rumah. b. Keuntungan Menggunakan Home Theater : Salah satu perbedaan terbesar adalah pengalaman suara. Komponen utama kedua bioskop adalah ukuran layar film yang besar. Menonton lebih nyaman karena dapat menonton semua gambar maupun suara dengan baik. c. Elemen-Elemen Minimum Home Theater : Layar televisi yang besar (sekurang-kurangnya 27 inchi diukur secara diagonal) dengan gambar yang jelas. Sekurang-kurangnya menggunakan 4 speaker. Pemecah sinyal suara surround dan pengirimannya ke speaker.

Upload: eko-supriyadi

Post on 30-Jul-2015

742 views

Category:

Business


4 download

TRANSCRIPT

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJA RAN

( RPP )

Nama Sekolah : SMK RISTEK KIKINMata Pelajaran : Kompetensi Kejuruan                        Kelas / semester : XI(sebelas) / GenapPertemuan ke : 1-4Alokasi waktu : 2 x 45 menitStandar kompetensi : Melakukan install home theater                                Kompetensi dasar : Menjelaskan kebutuhan peralatan pembuatan home theaterIndikator : Mampu menjelaskan peralatan Home Theater

I.      TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah kegiatan pembelajaran ini siswa dapat :

a. Menjelaskan peralatan Home Theater

II.      MATERI  AJAR

a. Pengertian Home Theater

Home : Rumah

Theater : Bioskop

Home Theater merupakan kombinasi dari perancangan komponen elektronik untuk menciptakan pengalaman menonton film dalam suatu ruang theater yang mengasyikan yang ada didalam rumah.

b. Keuntungan Menggunakan Home Theater :

Salah satu perbedaan terbesar adalah pengalaman suara. Komponen utama kedua bioskop adalah ukuran layar film yang besar. Menonton lebih nyaman karena dapat menonton semua gambar maupun suara

dengan baik.

c. Elemen-Elemen Minimum Home Theater :

Layar televisi yang besar (sekurang-kurangnya 27 inchi diukur secara diagonal) dengan gambar yang jelas.

Sekurang-kurangnya menggunakan 4 speaker. Pemecah sinyal suara surround dan pengirimannya ke speaker. Peralatan player atau film broadcast dengan suara surround, terutama dengan

gambar yang jernih.

d. Kebutuhan Pembuatan Home Teater Diluar Ruangan : Layar Peraga. Tempat Meletakkan Layar. Proyektor Video. DVD Player. Amplifier Stereo Atau Penerima Stereo Dua Kanal. Dua Speaker. TV Berdiri atau Rak.

Kabel Power and Surge Suppressor. Kabel dan Pengawatan Speaker. Bioskop. Makanan.

Sistem Home Theater terdiri dari

DVD player suara surround dan speaker

e. Dasar-Dasar Suara Surround :Untuk mencapai sistem suara surround, diperlukan dua sampai tiga speaker ditempatkan : Didepan.

Kegunaannya adalah memberikan sensasi gerakan suara, dimulai dari depan dan berpindah ke belakang.

Ditengah (samping kanan dan kiri).Kegunaannya adalah ketika dimainkan semua dialog dan suara depan mempengaruhi sehingga nampak seperti berasal dari tengah layar televisi.

Dibelakang.Kegunaannya adalah untuk memenuhi variasi kegaduhan latar belakang film seperti anjing menyalak, gemericik air, suara pesawat terbang yang melayang di atas kepala.

f. Penerima Audio / Video (A/V).Berfungsi sebagai pemisah suara surround yang terletak didepan, tengah, dan belakang home theater dan mengatur masukan video seperti VCR, DVD player atau piringan satellite yang kemudian mengirimkannya ke piranti keluaran seperti televisi dan sistem suara. Penerima Audio / Video (A/V) merupakan jantung home teater.Komponen Penerima Audio / Video (A/V) berupa : Masukan audio video untuk sumber video dapat berupa DVD, DVR player. Preamplifier. Dekoder suara surround (sinyal prosesor). Power amplifier untuk setiap kanal suara. Keluaran untuk speaker dan televisi.

g. Konfigurasi Sistem Penerima Audio / Video (A/V) Pada Home Theater :

h. Format Suara Surround.Hal-hal yang perlu diketahui : Penyandi DTS menggunakan lebih sedikit tekanan dibanding penyandi Dolby. Ini

berarti bahwa suara DTS lebih jelas dan tajam. Bagaimanapun, penyandi DTS menyandi juga lebih sedikit digunakan pada

DVDS dan televisi broadcast. Kebanyakan DVD memiliki beberapa pemilih suara dolby dan juga menawarkan

aneka pilihan untuk suara DTS.

III.  METODE PEMBELAJARAN

a.       Ceramahb.       Diskusic.       Penugasan

IV. Langkah-langkah Pembelajaran

No Kegiatan Belajar Mengajar WaktuAspek Pendidikan

Karakter dan Life Skill yang dikembangkan

1. Kegiatan awal

1. Apersepsi

Berdoa bersama

Guru mengecek kehadiran siswa dan memberikan pembinaan

Guru menyampaikan indikator pembelajaran pada pertemuan hari ini

10 menit Religius

Disiplin

Ketrampilan menyimak informasi

2. Motivasi

Guru memberikan ilustrasi tentang 15 menit

keterampilan menyimak informasi

No Kegiatan Belajar Mengajar WaktuAspek Pendidikan

Karakter dan Life Skill yang dikembangkan

manfaat-manfaat yang bisa diperoleh jika mampu mengetahui peralatan pembuatan Home Theater

Guru memberikan ilustrasi tentang keunggulan-keunggulan Home Theater

percaya diri

2. Kegiatan Inti

1. Eksplorasi

Guru menyampaikan materi pengertian Home Theater

Dengan demonstrasi, guru menunjukkan peralatan yang dibutuhkan dalam pembuatan Home Theater

20 menit Ketrampilan menyimak informasi

kesungguhan

2. Elaborasi

Peserta didik memperagakan langsung fungsi peralatan dalam pembuatan Home Theater

20 menit kesungguhan

percaya diri

eksistensi diri

potensi diri

3. Konfirmasi

Guru bersama-sama peserta didik membahas persoalan-persoalan yang muncul selama proses peragaan.

15 menit Kerjasama

kesungguhan

uji diri

eksistensi diri

potensi diri

3. Penutup

Guru bersama peserta didik mengadakan refleksi pembelajaran pada pertemuan hari ini

Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya

Mengembalikan alat peraga sesusai SOP

Bertanggung jawab terhadap kebersihan dan kerapian tempat kerja

Berdoa

10 menit pengendalian diri

disiplin

tanggung jawab

religius

V. ALAT/BAHAN/SUMBER BELAJAR

a. Laptop, LCD proyektor, TV, VCD Player, Komputer, Amplifier, Mixer, Speaker

b. Program presentasi Power point

c. http://labav.blogspot.com

d. Minibook Home theater/Abd.Rahman/2012

VI. Penilaian

a. Demonstrasi

b. Tugas

Jakarta,  3 Maret 2012

Kepala Sekolah, Guru Mata pelajaran 1                Guru Mata pelajaran 2

(.......................) (.......................) (.......................)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJA RAN ( RPP )

Nama Sekolah : SMK RISTEK KIKINMata Pelajaran : Kompetensi Kejuruan                        Kelas / semester : XI(sebelas) / GenapPertemuan ke : 5-6Alokasi waktu : 8 x 45 menitStandar kompetensi : Melakukan install home theater                                 Kompetensi dasar  : Menempatkan peralatan audio menghasikan suara surround dengan

sistem 4.1, 5.1 dan 7.1Indikator  : 

Menguasai penempatan peralatan audio untuk Home Theater Menguasai system 4.1, 5.1 dan 7.1

I.      TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah kegiatan pembelajaran ini siswa dapat :a. Menempatkan peralatan audio untuk Home Theaterb. Mengetahui system 4.1, 5.1 dan 7.1 pada Home Theater

II.    MATERI  AJARa. Optimalisasi Suara Surround Dalam Ruangan (Formasi Speaker) :

Penempatan / pengaturan speaker tergantung pada bentuk ruangan, mungkin ada beberapa yang tidak dapat di install. Untuk mendapat suara surround yang lebih baik, direkomendasikan bahwa pertama putuskan posisi speaker.

b. Penempatan Speaker yang optimalContoh Penempatan / Pengaturan Speaker Yang Optimal : 1

1. Pengaturan Jarak Depan :

Contoh Penempatan / Pengaturan Speaker Yang Optimal : 22. Pengaturan Hubungan jarak speaker

dengan posisi pendegar

3. Pengaturan Standar Kuat Suara

4. Pengaturan level SURROUND

c. Suara Surround Dengan Sistem 4.1

d. Suara Surround Dengan Sistem 5.1

Pengaturan suara surround 5.1 meliputi speaker depan kiri, senter dan kanan. Ini juga memiliki speaker surround kanan dan kiri. Digital dolby, Dolby Pro Logik II dan DTS 5.1 semua akan mendukung format ini. DTS 96/24 menggunakan format kanal untuk memainkan audio pada kecepatan pencuplikan sebagaimana yang direkamkan.

e. Suara Surround Dengan Sistem 7.1

Dolby Pro Logic IIx memiliki pemisah kanal untuk speaker belakang kanan dan kiri,

lebih baik dari pemisahan satu kanal dan pengarahan ke dua speaker.

III.  METODE PEMBELAJARAN

a.       Ceramahb.       Diskusic.       Penugasan

IV. Langkah-langkah Pembelajaran

No Kegiatan Belajar Mengajar WaktuAspek Pendidikan

Karakter dan Life Skill yang dikembangkan

4. Kegiatan awal

3. Apersepsi

Berdoa bersama

Guru mengecek kehadiran siswa dan memberikan pembinaan

Guru menyampaikan indikator pembelajaran pada pertemuan hari ini

8 x 10’ Religius

Disiplin

Ketrampilan menyimak informasi

4. Motivasi

Guru memberikan ilustrasi tentang manfaat-manfaat yang bisa diperoleh apabila mampu memprogram dan menguasai logika pemrograman CNC TU-2A

Guru memberikan ilustrasi tentang keunggulan-keunggulan mesin bubut CNC secara umum

10’

Keterampilan menyimak informasi

Percaya diri

No Kegiatan Belajar Mengajar WaktuAspek Pendidikan

Karakter dan Life Skill yang dikembangkan

5. Kegiatan Inti

4. Eksplorasi

Guru menyampaikan materi jenis-jenis pemrograman, titik nol benda kerja, lembar pemrograman, fungsi G 92, G 90, G 91, G 00, G 01, G 02, G 03, dan fungsi M 03, M 05, M 30

Dengan demonstrasi, guru menunjukkan titik nol benda kerja, lembar pemrograman, fungsi G 92, G 90, G 91, G 00, G 01, G 01 Tirus dan fungsi M 03, M 05, M 30

Ketrampilan menyimak informasi

Kesungguhan

Percaya Diri

Disiplin

Tanggung Jawab

5. Elaborasi

Peserta didik memperagakan langsung pemrograman dengan lembar pemrograman, penerapan fungsi G 92, G 90, G 91, G 00, G 01, G G 01 Tirus, dan fungsi M 03, M 05, M 30

e. Kesungguhan

f. Percaya diri

g. Eksistensi diri

h. Potensi diri

6. Konfirmasi

Guru bersama-sama peserta didik membahas persoalan-persoalan yang muncul selama proses peragaan.

i. Kerjasama

j. Kesungguhan

k. Uji diri

l. Eksistensi diri

m. Potensi diri

6. Penutup

Guru bersama peserta didik mengadakan refleksi pembelajaran pada pertemuan hari ini

Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya

Mengembalikan alat peraga sesusai SOP

Bertanggung jawab terhadap kebersihan dan kerapian tempat kerja

Berdoa

2 x 10’ n. Pengendalian diri

o. Disiplin

p. Tanggung jawab

q. Religius

2. Sumber Belajar

(1) Modul CNC-TU 2A (Anwar Muhaimin, S.T)

(2) Handbook CNC TU-2A (EMCO, Ltd)

(3) CD Interaktif

3. Penilaian

(1) Joob Sheet

(2) Demonstrasi

(3) Tugas

Mataram, Juli 2011Mengetahui,Kepala SMK Negeri 3 Mataram Guru Mata Pelajaran

NIP. 19660920 199003 1 015

MATERI PEMBELAJARAN

1. Jenis-jenis Pemrograman Dalam Mesin CNC Dasar

Jenis pemrograman dalam mesin CNC dasar ada dua macam yaitu - Metode pemrograman Absolut- Metode pemrograman InkrementalMetode pemrograman diperlukan untuk melaksanakan perintah jalannya pahat bubut sampai mencapai titik yang diinginkan.Titik Nol Benda KerjaTitik nol benda kerja diperlukan sebagai titik acuan/titik referensi dalam menentukaan koordinat bentuk-bentuk geometris dari benda kerja yang akan dikerjakan. Titik nol benda kerja disimbulkan dengan huruf W atau dengan gambar berikut

Gambar 3.1. Lambang titik nol benda kerja

Penentuan titik nol benda kerja dicontohkan dalam gambar berikut.

Gambar 3.2. Contoh penempatan titik nol pada sebuah benda kerja

Gambar 3.2 menunjukkan sebuah benda kerja untuk dikerjakan dengan mesin bubut. Titik nol benda kerja di tentukan di titik pusat permukaan paling luar sebelah kanan dari benda kerja.

Jenis Pemrograman AbsolutJenis pemrograman Absolut adalah metode pemrograman dimana satu titik dijadikan sebagai titik acuan (titik referensi).

Gambar 3.3. Pemrograman Absolut

Pada gambar 3.3, menentukan koordinat bentuk-bentuk geometris dari alur-alur yang akan dikerjakan pahat bubut senantiasa diukur dari titik nol benda kerja. Oleh karena itu, pemrograman Absolut merupakan pemrograman dimana pengukuran koordinat-koordinat bentuk geometris benda kerja yang akan dikerjakan oleh pahat diukur dari satu titik acuan/titik referensi. Titik nol benda kerja biasanya digunakan sebagai titik referensi.

Jenis Pemrograman InkrementalJenis pemograman Inkremental adalah jenis pemrograman dimana titik akhir dari gerakan pahat sebelumnya dijadikan sebagai titik referensi untuk gerakan pahat berikutnya.

Gambar 3.4. Pemrograman Inkremental

Pada gambar 3.4, titik akhir pahat sebelumnya senantiasa dijadikan titik acuan/referensi untuk gerakan pahat selanjutnya

2. Fungsi dan Kegunaan Fungsi GFungsi dan kegunaan dari fungsi G adalah sebagai berikut :

G 00G 01G 02

G 03

G 04G 21

G 25G 27G 33G 64G 65

G 73G 78G 81G 82G 83G 84G 85G 86G 88G 89G 90G 91G 92

G 94G 95

:::

::::::::

:::::::::::::

::

Gerakan cepat tanpa penyayatan benda kerjaGerakan penyayatan benda kerja arah lurus, melintang dan tirusGerakan penyayatan benda kerja melingkar (interpolasi melingkar) searah jarum jamGerakan penyayatan benda kerja melingkar (interpolasi melingkar) berlawanan jarum jamPerintah waktu tinggal diamPembuatan blok kosong. Perintah ini akan muncul dengan menekon tombol ~ + INPPemanggilan sub program atau program sub rutinPerintah melompat ke nomer blok program tertentuPerintah pembuatan ulir untuk satu kali gerakanPerintah mematikan motor asutan dan step motorPelayanan disket, seperti menyimpan program ke dalam disket, memanggil program yang tersimpan didisket dan menghapus programSiklus pengeboran dengan pemutusan tatalSiklus pembuatan ulirSiklus pengeboran langsungSiklus pengeboran dengan waktu tinggal diamSiklus pengeboran tetap dengan pembuangan tatalSiklus pembubutan memanjangSiklus mereamer tetapSiklus pembuatan alurSiklus pembubutan melintangSiklus pereameran dengan tinggal diamPemrograman AbsolutPemrograman InkrementalPenggeseran titik referensi atau penetapan titik awal pemrogramanPenetapan asutan dalam mm/minPenetapan asutan dalam mm/put

3. Fungsi dan Kegunaan Fungsi M

Istilah M berasal dari bahasa Inggris yaitu miscellancous yang diartikan beraneka macam. Fungsi dan kegunaan fungsi M adalah sebagai berikut :

M 00M 03M 05M 06

M 17

M 30M 99

::::

:

::

Berhenti terprogramSumbu utama berputar searah jarum jamSumbu utama berhenti berputarMenginformasikan ke mesin data-data pahat yang digunakan dalam pengerjaan benda kerja. Data-data pahat tersebut meliputi panjang pahat dan nomor pahat. M 06 diprogram untuk tujuan pergantian pahatPerintah kembali ke program utama. M 17 merupakan kombinasi dengan G25Program berakhirParameter dari G 02 dan G 03 jika memprogram radius kurang atau lebih dari 90o (satu kuadran)

4. Fungsi G 92, G 90 dan G 91

Fungsi G 92

Fungsi G 92 digunakan untuk menetapkan titik awal pemrograman. Titik awal pemrograman tidak sama dengan titik nol benda kerja. Jika titik nol benda kerja merupakan titik referensi untuk menentukan koordinat-koordinat bentuk geometri yang akan dikerjakan pahat, maka titik awal pemrograman merupakan titik dimana pertama kali pahat ditempatkan sebelum mulai menjalankan program. Kedudukan awal pahat ini perlu diinformasikan ke mesin dengan menggunakan fungsi G 92. Tidak ada aturan khusus didalam menentukan titik awal pemrograman, tetapi perlu diingat, sebelum putaran sumbu utama dihidupkan, pahat harus terlebih dahulu dijauhkan dari benda kerja/tidak menyentuh benda kerja untuk menjaga kemungkinan pahat menabrak benda kerja, sehingga penentuan titik awal pemrograman sangat dianjurkan di luar benda kerja. Dengan memasukkan fungsi G 92 ke mesin, maka program ditetapkan bersifat Absolut. Fungsi G 92 secara umum dimasukkan pada awal pemrograman (baris ke N 00), sehingga format pemrograman G 92 adalah

N 00/G 92/X....../Z......

Contoh pemrograman G 92

Contoh 1

Gambar 3.5. Contoh pemrograman G 92

Perhatikan gambar 3.5. Memprogram dengan mesin CNC TU-2A sisi paling luar dari benda kerja pada sumbu +X sama dengan diameter dari benda kerja tersebut, dalam gambar di atas, sisi paling luar pada sumbu +X adalah 25.4 mm. Pahat ditempatkan pada sumbu X di posisi X = 35.4 mm. Harga 35.4 mm diperoleh dari 25.4 + 10 = 35.4 mm. Sehingga pahat ditempatkan sejauh 10 mm dari sisi paling luar pada sumbu +X. Pembacaan 10 mm mewakili dua sisi dari benda kerja, sehingga jarak sebenarnya dari sisi paling luar benda kerja pada

sumbu +X adalah

102 mm = 5 mm.

Bentuk pemrograman dari gambar 3.5 di atas adalah

N G X Z F H

00 92 3540 2000... .... .... ....

Contoh 2

Gambar 3.6. Contoh pemrograman G 92

Perhatikan gambar 3.6. Pahat ditempatkan pada sumbu X di posisi X = 30 mm. Harga 30 mm diperoleh dari 25.4 + 4.6 = 30 mm. Sehingga pahat ditempatkan sejauh 4.6 mm dari sisi paling luar benda kerka pada sumbu +X. Pembacaan 4.6 mm mewakili dua sisi dari benda kerja, sehingga jarak sebenarnya dari sisi

paling luar benda kerja pada sumbu +X adalah

4 .62 mm = 2.3 mm.

Bentuk pemrograman dari gambar 3.6 di atas adalah :

N G X Z F H

00 92 3000 3000... .... .... ....

Pemrograman dengan G 92, berkaitan erat dengan penempatan pahat (setting pahat) di titik nol benda kerja dan di titik awal pemrograman. Kedua hal tersebut dijelaskan sebagai berikut :

Cara Men-setting Tool Offset (Pahat Referensi) Pada Titik Nol Benda Kerja

Sebelum program dijalankan untuk membentuk benda kerja yang diinginkan, terlebih dahulu tool offset dan benda kerja di-setting untuk menentukan letak titik nol benda kerja tehadap sumbu X dan sumbu Z. Urutan men-setting tool offset pada titik nol benda kerja adalah sebagai berikut :1. Posisikan mesin pada layanan manual2. Pasang tool offset yang akan digunakan pada revolver pahat dengan cara-

cara yang sudah ditentukan. Seandainya dalam pemrograman menggunakan lebih dari satu jenis pahat, pasanglah pahat yang pertamakali digunakan sebagai pahat referensi

3. Pasang benda kerja pada chuck dengan cara-cara yang sudah ditentukan. Pastikan benda kerja terpasang dengan aman pada chuck dan simetris dengan putaran sumbu utama.

4. Putar sumbu utama dengan putaran sedang5. Men-setting sumbu Z

Gerakkan revolver pahat sampai permukaan tool offset menyentuh (menggores) per-mukaan benda kerja. Selan-jutnya tekan tombol DEL, pada monitor tertulis Z = 0

6. Men-setting sumbu X

Gerakkan revolver pahat sampai permukaan tool offset menyentuh (menggores) sisi benda kerja. Selanjutnya tekan tombol DEL, pada monitor tertulis X = 0

7. Gerakkan revolver pahat menjauhi benda kerja sampai pada posisi aman. Selanjutnya matikan putaran sumbu utama.

8. Laporkan kepada guru/instruktur untuk dilakukan pemeriksaan. Jangan melakukan pekerjaan tanpa panduan guru/instruktur terutama bagi peserta didik yang baru melakukan pertama kali

Cara Men-setting Tool Offset Pada Titik Awal Pemrograman

1. Men-setting tool offset pada titik awal pemrograman, merupakan kelanjutan dari men-setting tool offset pada titik nol benda kerja. Men-setting tool offset berhubungan dengan diameter benda kerja yang terpasang pada chuck dan berhubungan dengan pemrograman Absolut G 92. Setelah sumbu Z dan sumbu X di-setting pada titik 0, selanjutnya posisikan ujung tool offset pada sumbu X dan Z sesuai dengan titik awal pemrograman yang dikehendaki. - Misalkan, diameter benda kerja yang terpasang pada chuck 20 mm, dan

titik awal pemrograman yang dikehendaki seperti gambar di bawah ini :

Sumber : EMCO TU-2A Gambar 4.9. Titik awal pemrograman yang dikehen-dakiMaka, arahkan revolver pahat dengan menekan tombol penggerak sumbu X dan sumbu Z sampai di monitor tertayang X = 500, Z=500.

Dengan demikian bentuk pemrograman G 92-nya adalah

N 00/G 92/X 3000/Z 500

Harga X = 3000 (30 mm) diperoleh dari : benda kerja + (2xjarak ujung pahat pada sumbu X)20 + (2x5) = 30 mm

- Misalkan, diameter benda kerja yang terpasang pada chuck 25.4 mm (1 inchi), dan titik awal pemrograman yang dikehendaki seperti gambar di bawah ini :

Sumber : EMCO TU-2A Gambar 4.10. Titik awal pemrograman yang dikehen-daki

Maka, arahkan revolver pahat dengan menekan tombol penggerak sumbu X dan sumbu Z sampai di monitor tertayang X = 500, Z=500.

Dengan demikian bentuk pemrograman G 92-nya adalah

N 00/G 92/X 3540/Z 500

Harga X = 3540 (35.4 mm) diperoleh dari : benda kerja + (2xjarak ujung pahat pada sumbu X)25.4 + (2x5) = 35.4 mm

2. Laporkan kepada guru/instruktur untuk dilakukan pemeriksaan. Jangan melakukan pekerjaan tanpa panduan guru/instruktur terutama bagi peserta didik yang baru melakukan pertama kali

Fungsi G 90

Fungsi G 90 digunakan untuk menetapkan pemrograman secara Absolut. Apabila kita memprogram G 90 pada awal pemrograman, maka titik nol benda kerja akan berada pada ujung pahat dimana pahat pada saat itu berada. Pengukuran bentuk geometris benda kerja yang akan dikerjakan oleh pahat bubut harus dilakukan dari ujung pahat. Format pemrograman G 90 adalah

N...../G 90

Contoh pemrograman G 90

Gambar 3.7. Pemrograman dengan G 90

Perhatikan gambar 3.7. Jika kita memasukkan G 90 pada awal pemrograman, maka pengukuran bentuk-bentuk geometris benda kerja yang akan dikerjakan dengan pahat bubut harus dihitung secara Absolut dari titik 0. Pemrograman semacam ini akan menyulitkan dalam melakukan pengukurannya, sehinga untuk memprogram secara Absolut paling umum dan paling mudah digunakan adalah dengan pemrograman G 92. Fungsi G 90 biasanya diterapkan pada saat kita melakukan pemrograman gabungan dimana dalam satu program keuda jenis pemrograman tersebut

dipergunakan. Contoh pemrograman gabungan akan ditunjukkan pada saat membahas fungsi G 25 dan M 17.

Fungsi G 91

Fungsi G 91 digunakan untuk menetapkan pemrograman Inkremental. Jika kita menginginkan pemrograman Inkremental dari awal, maka kita tidak perlu memasukkan fungsi G 91, karena seluruh penetapan pengukuran dari awal sudah dihitung secara Inkremental secara otomatis oleh mesin tanpa kita harus memasukkan fungsi G 91, dengan kata lain kondisi awal mesin telah menetapkan pemrograman bersifat Inkremental. Sebagaimana fungsi G 90, fungsi G 91 digunakan pada saat melakukan program gabungan. Fungsi G 91 dapat dibatalkan dengan memprogram G 90, demikian juga fungsi G 90 dapat dibatalkan dengan fungsi G 91.

5. Fungsi M 03, M 05 dan M30

Fungsi M 03

Fungsi M 03 digunakan untuk memutar sumbu utama searah jarum jam. Jika kita sudah memutuskan pemrograman bersifat Absolut atau Inkremental, maka langkah selanjutnya adalah memutar sumbu utama searah jarum jam dengan perintah M 03. Format pemrograman M 03 adalah

N.../M 03

Pemrograman AbsolutJika kita menetapkan pemrograman Absolut, maka setelah pada baris program ke 00 (N00) kita masukkan G 92, selanjutnya pada N 01 diprogram M 03

N G X Z F H

00 92 3000 300001 M 03

Pemrograman InkrementalJika kita menetapkan pemrograman Inkremental, maka pada N 00 langsung kita program M 03

N G X Z F H

00 M 03

Fungsi M 05 dan M 30

Fungai M 05 digunakan untuk mematikan putaran sumbu utama, sedangkan fungsi M 30 digunakan untuk mengakiri program. Fungsi M 05 dan fungsi M 30 secara umum diprogram pada saat akhir program, tetapi pada kondisi tertentu, fungsi M 05 juga diprogram tersendiri, misalnya pada saat pergantian pahat dengan fungsi M 06 (pergantian pahat dengan fungsi M 06 akan dijelaskan terperinci pada kegiatan belajar-3).

Format pemrograman M 05 dan M 30 adalah

N.../M 05N.../M 30

Contoh pemrograman M 05 dan M 30

Secara Absolut

N G X Z F H

00 92 3000 300001 M 03.... ........ ......... M 05.... M 30

Secara Inkremental

N G X Z F H

00 M 03.... ........ ......... M 05.... M 30

6. Fungsi G 00

Fungsi G 00 digunakan untuk memerintahkan pahat bergerak cepat tanpa melakukan penyayatan benda kerja. Karena pahat tanpa memakan benda kerja, maka G 00 biasanya diperintahkan pada saat pahat berada di luar benda kerja atau tidak menyentuh benda kerja. Memprogram G 00 dengan kondisi pahat menyentuh benda kerja, akan mengakibatkan pahat menabrak benda kerja. Kemungkinan gerakan pahat jika diprogram dengan G 00 adalah1. Eretan bergerak dalam arah sumbu X2. Eretan bergerak dalam arah sumbu Z3. Eretan bergerak dalam arah sumbu X dan sumbu Z

Format pemrograman G 00 adalah

N..../G 00/X....../Z......

Sumber : EMCO TU-2AGambar 3.8. Gerakan pahat dengan pemrograman G 00

Pemrograman G 00 biasanya diterapkan untuk menggerakkan pahat dari titik awal pemrograman mendekati benda kerja tetapi belum menyentuh benda. G 00 juga bisa diperintahkan untuk menarik pahat keluar dari benda kerja setelah melakukan pemakanan benda kerja. Selain itu G 00 dipergunakan juga untuk memerintahkan pahat kembali ke titik awal pemrograman setelah seluruh program penyayatan benda kerja selesai dijalankan.

Contoh pemrograman G 00

Contoh 1

Gambar 3.9. Contoh pemrograman G 00

Perhatikan gambar 3.9. Pahat akan digerakkan dari

titik 0 titik 1 titik 2

Maka bentuk pemrogramannya

Secara AbsolutPerlu diingat, pemrograman Absolut, titik nol benda kerja dijadikan sebagai titik referensi untuk pengukuran-pengukuran gerakan pahat.

N G X Z F H Keterangan

00 92 3540 2000 Penetapan titik awal pemrograman

01 M 03 Sumbu utama diputar searah jarum jam

02 00 2540 2000 Pahat bergerak dari titik 0 ke titik 1

03 00 2540 500 Pahat bergerak dari titik 1 ke titik 2

....

Secara InkrementalPemrograman Inkremental, titik akhir dari pahat dijadikan sebagai titik referensi.

N G X Z F H Keterangan

00 M 03 Sumbu utama diputar searah jarum jam

01 00 -500 0 Pahat bergerak dari titik 0 ke titik 1. Gerakan ini tidak merubah posisi pahat di sumbu Z sehingga Z diprogram 0. Pahat bergerak ke arah –X sejauh 5 mm, sehingga diprogram X = -500

02 00 0 -1500 Pahat bergerak dari titik 1 ke titik 2. Gerakan ini tidak merubah posisi pahat di sumbu X sehingga X = 0. Pahat bergerak ke arah sumbu –Z sejauh 15 mm sehingga diprogram Z = -1500

Contoh 2

Gambar 3.10. Contoh pemrograman G 00

Pemrograman pada gambar 3.10 adalah gerakan pahat alur dari titik awal pemrograman (titik 1) menuju titik 2 yang merupakan titik persiapan pembuatan alur. Bentuk pemrogramannya adalah

Secara Absolut

N G X Z F H Keterangan

00 92 3000 2000 Penetapan titik awal pemrograman

01 M 03 Sumbu utama diputar searah jarum jam

02 00 3000 -1500 Pahat bergerak dari titik 1 ke titik 2

....

Secara Inkremental

N G X Z F H Keterangan

00 M 03 Sumbu utama diputar searah jarum jam

01 00 0 -3500 Pahat bergerak dari titik 1 ke titik 2. Gerakan ini tidak merubah posisi pahat di sumbu X sehingga X diprogram 0. Pahat bergerak ke arah –Z sejauh 20 + 15= 35 mm

7. Fungsi G 01

Fungsi G 01 digunakan untuk memerintahkan pahat bergerak secara interpolasi linear. Interpolasi artinya mendapatkan harga antara

Linear artinya lurus, maka interpolasi linear artinya pahat bergerak pada garis lurus dengan mendapatkan harga antara. Harga antara inilah yang membentuk garis lurus pada sudut tertentu. Kemungkinan gerakan pahat jika diprogram dengan G 01 adalah :1. Pembubutan dalam arah sumbu Z

Pembubutan dalam arah sumbu Z adalah pembubutan memanjang dengan kecepatan pemakanan (asutan) tertentu. Sudut yang dibentuk oleh gerakan pahat adalah 00 sehingga tidak terjadi interpolasi (gerakan pahat berubah pada sumbu Z tetapi tidak berubah pada sumbu X/X=0)

Sumber : EMCO TU-2AGambar 3.11. Pembubutan dalam arah sumbu Z

Format pemrograman G 01 dalam arah sumbu Z adalah :

Secara Absolut N...../G 01/X...../Z...../FSecara Inkremental N...../G 01/X 0/Z...../F

Munculnya adres F disini menyatakan bahwa memprogram gerakan pahat dengan G 01 harus diprogram juga kecepatan pemakanannya (asutannya).

Contoh pembubutan dalam arah sumbu Z

Gambar 3.12. Pembubutan dalam arah sumbu ZPerhatikan gambar 3.12. Penetapan titik awal pahat berada di titik 1, selanjutnya untuk memulai proses pembubutan memanjang pahat diperintahkan menuju titik dua dengan gerakan cepat G 00, dan terakhir pahat melakukan proses pembubutan memanjang mengurangi dari 25.4 mm menjadi 23.4 mm sepanjang 22.5 mm. Bentuk pemrogramannya adalah :

Secara Absolut

N G X Z F H Keterangan

00 92 2540 2000 Penetapan titik awal pemrograman

01 M 03 Sumbu utama diputar searah jarum jam

02 00 2540 500 Pahat bergerak dari titik 1 ke titik 2

03 01 2540 -2250 50 Pahat bergerak dari titik 2 ke titik 3

... ... .... ... ..

Secara Inkremental

N G X Z F H Keterangan

00 M 03 Sumbu utama diputar searah jarum jam

01 00 -100 -1500 Pahat bergerak dari titik 1 menuju titik 2.

02 01 0 -2750 50 Pahat bergerak dari titik 1 ke titik 2

.... .... ....

Keterangan :Perhatikan baris pemrograman 01. Nilai X diprogram –100 (-1 mm), nilai ini didapat dari 25.4 – 23.4 = 2 mm. Selisih 2 mm ini mewakili dari dua sisi benda kerja, sehingga untuk

satu sisi benda kerja pengurangannya sebesar

22 mm = 1 mm. Pada

pemro-graman Inkremental untuk proses pengurangan radius benda kerja, proses gerakan pahatnya adalah proses gerakan pengurangan satu sisi benda kerja yang sudah mewakili dua sisi benda kerja. Sehingga pada pemrograman di atas harga X = -1 mm (-100) bukan –2 mm (-200). Harga minus muncul karena pahat bergerak ke arah sumbu –X.

2. Pembubutan dalam arah sumbu XPembubutan dalam arah sumbu X adalah pembubutan melintang/pembubutan muka dengan kecepatan pemakanan (asutan) tertentu. Sudut yang dibentuk oleh gerakan pahat adalah 00 sehingga tidak terjadi interpolasi (gerakan pahat berubah pada sumbu X tetapi tidak berubah pada sumbu Z/Z=0)

Sumber : EMCO TU-2AGambar 3.13. Pembubutan dalam arah sumbu X

Format pemrograman G 01 dalam arah sumbu X adalah :

Secara Absolut N...../G 01/X...../Z...../FSecara Inkremental N...../G 01/X .../Z 0/F

Contoh pembubutan dalam arah sumbu XPembubutan dalam arah sumbu X biasanya diterapkan untuk pembubutan permukaan benda kerja (facing) dengan tujuan untuk memperhalus permukaan benda kerja. Untuk melakukan proses facing dengan menggunakan pahat kanan, kedalaman pemakaan tidak boleh diprogram terlalu dalam. Sebagaimana dianjurkan dari Instruksi Manual EMCO TU-2A, dalamnya pemotongan untuk pembubutan facing tidak boleh melebihi 0.3 mm. Jika diprogram lebih dari 0.3 mm, akan mengakibatkan hasil pembubutan facing sangat kasar.

a= 0.3 mm

Sumber : EMCO TU-2A

Gambar 3.14. Dalamnya pembubutan facing yang dianjurkan

Gambar 3.15. Pembubutan facing

Bentuk pemrograman dari gambar 3.15 di atas adalah :

Secara Absolut

N G X Z F H Keterangan

00 92 3540 2000 Penetapan titik awal pemrograman

01 M 03 Sumbu utama diputar searah jarum jam

02 00 0 500 Pahat bergerak dari titik 1 ke titik 2

03 01 0 -30 50 Pahat bergerak dari titik 2 ke titik 3

04 01 2540 -30 50 Pahat bergerak dari titik 3 ke titik 4

Secara Inkremental

N G X Z F H Keterangan

00 M 03 Sumbu utama diputar searah jarum jam

01 00 -1770 -1500 Pahat bergerak dari titik 1 menuju titik 2.

02 01 0 -530 50 Pahat bergerak dari titik 2 ke titik 3

03 01 1270 0 50 Pahat bergerak dari titik 3 ke titik 4

KeteranganPerhatikan baris N 01, pahat bergerak dari titik 1 ke titik 2. Sumbu X

diprogram -1770. Harga ini didapat dari

35402 = 1770. Ini disebabkan

karena pahat bergerak dari titik awal pemrograman menuju titik nol benda kerja ke arah sumbu –X tetapi masih berada di Z = 500 (5 mm) di luar kanan benda kerja (jarak dari titik 1 ke titik 2 = 15 mm). Pada baris N 02, pahat bergerak dari titik 2 ke titik 3. Posisi pahat di sumbu X tidak mengalami perubahan sehingga X diprogram 0, sedangkan posisi pahat di sumbu Z bergerak sejauh 5 + 0.3 = 5.3 mm ke arah –Z sehingga Z diprogram -530.

Pada baris N 03, pahat bergerak ke arah sumbu +X sejauh

25402 = 1270,

sedangkan sumbu Z tidak mengalami perubahan.

3. Pembubutan tirus (Pembubutan dalam arah sumbu X dan sumbu Z)Pada pembubutan tirus gerakan pahat berubah pada sumbu X dan sumbu Z dengan sudut gerakan tertentu. Pada pembubutan tirus terjadi interpolasi.

Sumber : EMCO TU-2AGambar 3.16. Pembubutan tirus.

Format pemrograman G 01 untuk pembubutan tirus adalahN..../G 01/X...../Z..../F....

Membubut tirus dengan mesin bubut konvensional, eretan atas terlebih dahulu harus di-setting sesuai dengan sudut ketirusannya.

Sumber : EMCO TU-2AGambar 2.17. Cara membubut tirus pada mesin bubut Konvensional

Mesin CNC tidak dilengkapi dengan eretan atas. Untuk membubut tirus pada mesin CNC, gerakan pahat harus diprogram untuk bergerak dalam arah sumbu X dan sumbu Z dengan perbandingan tertentu berdasarkan sudut ketirusan yang akan dibentuk. Pada mesin CNC TU-2A pada saat menjalankan program membuat tirus, bagian Processing Unit akan menghitung perbandingan gerakan sumbu X dan sumbu Z dan memberikan perintah kepada motor stepper. Perhitungan perbandingan X:Z inilah yang disebut interpolasi.

ContohJika sudut tirus yang dibentuk 450, maka perbandingan X:Z adalah 1:1, motor stepper akan menggerakkan sumbu X dan sumbu Z dalam perbandingan interval yang sama.

Sumber : EMCO TU-2AGambar 3.18. Gerakan pahat membentuk tirus 450

Jika X:Z = 10:30=1:3, maka sumbu Z bergerak tiga langkah sedangkan sumbu X bergerak 1 langkah

Sumber : EMCO TU-2AGambar 3.19. Gerakan pahat membentuk tirus perban-dingan X:Z=1:3

Pada gambar kerja proses pembuatan tirus, kadang-kadang tidak dicantumkan panjang dari tirus yang kan dibentuk (Z), hanya dicantumkan sudut ketirusannya saja. Harga Z dapat dihitung dengan rumus

tg =

D−d2Z

Sehingga besarnya Z dapat ditentukan : Z =

D−d2tg α

Gambar 3.20. Mencari panjang tirusSudut-sudut yang umum dipergunakan dalam membentuk tirus adalah sebegai berikut

Tabel 3.1. Sudut-sudut yang umum dipergunakan dalam membentuk tirus

tg 150 0.268300 0.577450 1600 1.732750 3.732

Contoh perhitungan dalam membuat tirus

Gambar 3.21. Contoh perhitungan tirus

Dari gambar 3.21 dapat diketahui bahwaD = 30 mmd = 20 mm

maka X =

D−d2

=30−202 = 5 mm

tg 300 =

D−d2Z

=5Z , maka Z =

5

tg300= 5

0. 577 = 8.66 mm

Bentuk pemrogramannya dari A ke B adalah :Secara Absolut

N G X Z F H

.... .... .... ....... 01 3000 -2366 50

KeteranganHarga Z = 2366 (23.66 mm) didapat dari 15 + 8.66 = 23.66 mm

Secara Inkremental

N G X Z F H

.... .... .... ....... 01 500 -866 50

Memprogram membuat tirus sebenarnya tidak seseder-hana seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.21 di atas. Berikut ini dicontohkan pemrograman membuat tirus disertai dengan pemrograman menyayat bagian-bagian lain sebelum tirus terbentuk

Gambar 3.22. Contoh pembubutan tirus 450

Perhatikan gambar 3.22. Sebelum tirus terbentuk, banyak bagian lain yang harus dibuang terlebih dahulu karena gerakan pahat tidak bisa diprogram langsung mengikuti bentuk geometris tirus yang diinginkan. Jalannya gerakan pahat membuang bagian-bagian lain tersebut digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.23. Bagian-bagian yang harus dibuang sebe-lum terbentuk tirus 450

Setelah bagian-bagian pada gambar 3.23. tersebut dihilangkan, masih akan menyisakan bagian lain yang juga memerlukan pemrograman penyayatan. Bagian yang tersisa tersebut digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.24. Bagian yang tersisa sebelum terbentuk tirus 450

Bentuk pemrograman secara lengkap untuk membentuk tirus 450 dari gambar 3.22 adalah sebagai berikut :

Gambar 3.25. Penempatan pahat awal pembentukan tirus 450

Dengan memperhatikan kembali ukuran-ukuran yang sudah ditetapkan pada gambar 3.23 dan 3.24 maka bentuk pemrogramannya adalah :Secara Absolut

N G X Z F H Keterangan

00 92 2340 200 Penetapan titik awal pemrograman

01 M 03 Sumbu utama diputar searah jarum jam

02 01 2340 -2087 50 Perhatikan gambar 3.23 dan 3.25. Pahat melakukan penyayatan lapis pertama

03 00 2340 200 0 Kembali ke posisi sebelumnya

04 00 2140 200 Persiapan penyayatan lapis kedua

05 01 2140 -1987 50 Penyayatan lapis kedua

06 00 2140 200 Kembali ke posisi semula

07 00 1940 200 Persiapan penyayatan lapis ke tiga

08 01 1940 -1887 50 Penyayatan lapis ke tiga

09 00 1940 200 Kembali ke posisi semula

10 00 1740 200 Persiapan penyayatan lapis ke empat

11 01 1740 -1787 50 Penyayatan lapis ke empat

12 00 1740 200 Kembali ke posisi semula

13 00 1540 200 Persiapan penyayatan lapis ke lima

14 01 1540 -1687 50 Penyayatan lapis ke lima

15 01 2540 -2187 50 Perhatikan gambar 3.24. Baris ini adalah gerakan pahat menghilangkan bagian-bagian tersisa

16 00 2540 200 Pahat di bawa keluar dari benda kerja

17 00 1540 200 Persiapan pembuatan tirus

18 01 1540 -1729 50 Membubut memanjang

19 01 2540 -2229 50 Membentuk tirus 450

... .... .... ....

Secara Inkremental

N G X Z F H Keterangan

00 M 0301 01 0 -2287 50 Penyayatan lapis pertama. Pahat tidak

berubah posisinya di sumbu X sehingga X = 0. Pahat bergerak ke –Z = 20,87+ 2 = 22,87 (negatif)

02 00 0 2287 Kembali ke posisi semula

03 00 -100 0 Persiapan penyayatan lapis ke dua

04 01 0 -2187 50 Penyayatan lapis kedua

05 00 0 2187 Kembali ke posisi semula

06 00 -100 0 Persiapan penyayatan lapis ke tiga

07 01 0 -2087 50 Penyayatan lapis ke tiga

08 00 0 2087 Kembali ke posisi semula

N G X Z F H Keterangan

09 00 -100 0 Persiapan penyayatan lapis ke empat

10 01 0 -1987 50 Penyayatan lapis ke empat

11 00 0 1987 Kembali ke posisi semula

12 00 -100 0 Persiapan penyayatan lapis ke lima

13 01 0 -1887 Penyayatan lapis ke lima

14 01 500 -300 50 Menghilangkan bagian yang tersisa seperti ditunjukkan gambar 3.24.

15 00 0 2387 Pahat dibawa ke luar benda kerja

16 00 -500 0 Persiapan pembuatan tirus

17 01 0 -1929 50 Membubut panjang

18 01 500 -300 50 Pembuatan tirus

... .... .... ....

8. Fungsi M 03, M 05 dan M 30

Fungsi M 03

Setelah program ditetapkan secara Absolut atau Inkremental, maka perintah program selanjutnya adalah M 03, yaitu memutar sumbu utama searah jarum jam.Apabila program secara Absolut, maka bentuk pemrogra-mannya adalah

N G X Y Z

00 92 ………. ………. ……….

01 M03

Apabila program secara Inkremental, maka pada awal pemrograman (blok N 00) langsung bisa dimasukkan M 03. Dengan hanya memasukkan M 03 pada awal program, mesin akan membaca bahwa pemrograman akan bersifat Inkremental. Bentuk pemrogramannya adalah

N G X Y Z

00 M03

dst ………. ………. ………. ……….

Fungsi M 05 dan M 30

Fungsi M05 adalah mematikan putaran sumbu utama, dan M30 adalah akhir dari program. Kedua fungsi ini ditempatkan diakhir program dan harus diprogramkan.

Bentuk pemrogramannya adalahSecara Absolut

N G X Y Z Keterangan

00 92 …… …… ……

01 03 Sumbu utama berputar searah jarum jam

…… …… …… …… ……

…… …… …… …… ……

…… M 05 Sumbu utama berhenti

…… M 30 Program berakhir

Secara Inkremental

N G X Y Z Keterangan

00 M 03 Sumbu utama berputar searah jarum jam

…… …… …… …… ……

…… …… …… …… ……

…… M 05 Sumbu utama berhenti

…… M 30 Program berakhir

BUKU KERJA PENILAIAN

1. Programlah dengan fungsi G 92 untuk posisi pahat pada gambar di bawah ini.

.N 00/G 92/X........./Z...........

Nilai Lulus = 70Nilai Yang dicapai= ..................... Tanda Pengesahan =

2. Programlah dengan fungsi G 92 untuk posisi pahat pada gambar di bawah ini.

N 00/G 92/X........./Z...........

Nilai Lulus = 70Nilai Yang dicapai= ..................... Tanda Pengesahan =

3. Programlah dengan fungsi G 92 untuk posisi pahat pada gambar di bawah ini.

N 00/G 92/X........./Z...........

Nilai Lulus = 70Nilai Yang dicapai= ..................... Tanda Pengesahan =

4. Perhatikanlah gambar di bawah ini.

Programlah dengan menggunakan fungsi G 00 gerakan pahat dari titik 1-2-3-4-1

Absolut Inkremental

N G X Z F H N G X Z F H... ... .... .... .... .... .... .... ..... .... .... ....

... ... .... .... .... .... .... .... ..... .... .... ....

Nilai Lulus = 70Nilai Yang dicapai= ..................... Tanda Pengesahan =

5. Perhatikanlah gambar di bawah ini.

Programlah dengan menggunakan fungsi G 00 gerakan pahat dari titik 1-2-3-4-1

Absolut Inkremental

N G X Z F H N G X Z F H... ... .... .... .... .... .... .... ..... .... .... ....

... ... .... .... .... .... .... .... ..... .... .... ....

Nilai Lulus = 70Nilai Yang dicapai= ..................... Tanda Pengesahan =

6. Perhatikan gambar di bawah ini

Programlah dengan menggunakan kombinasi fungsi G 00 dan G 01 untuk gerakan pahat pembubutan memanjang pengurangan dari 25.4 mm menjadi 15.4 mm.

Absolut Inkremental

N G X Z F H N G X Z F H00

92 2540 500 00 M03

01

M03 01

02

00 2340 100 02

03

03

04

04

05

05

06

06

07

07

08

08

09

09

10

10

11

11

12

12

13

13

14

14

15

15

16

16

17

17

18

18

19

19

20

20

21

21

Nilai Lulus = 70Nilai Yang dicapai= ..................... Tanda Pengesahan =

7. Hitunglah harga Z dan X untuk gambar di bawah ini

X =

. .. .. . .. .. . .. .. ..

. .. .. .=. .. .. . .. .. . .. .

. .. .. . = .......... mm

Z =

. .. .. . .. .. . .. .. ..

. .. .. .=. .. .. . .. .. . .. .

. .. .. . = .......... mm

Nilai Lulus = 70Nilai Yang dicapai = ..................... Tanda Pengesahan =

8. Hitunglah harga Z dan X untuk gambar di bawah ini

X =

. .. .. . .. .. . .. .. ..

. .. .. .=. .. .. . .. .. . .. .

. .. .. . = .......... mm

Z =

. .. .. . .. .. . .. .. ..

. .. .. .=. .. .. . .. .. . .. .

. .. .. . = .......... mm

Nilai Lulus = 70Nilai Yang dicapai = ..................... Tanda Pengesahan =

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJA RAN

( RPP )

Nama Sekolah :

Mata Pelajaran : Mesin Bubut CNC Dasar TU-2A

Kelas / Semester : XI/I

Standar Kompetensi : Mengoperasikan Mesin Bubut CNC Dasar TU-2A

Kode Kompetensi : KK-014-15.ML-014-1

Kompetensi Dasar : Menerapkan Program dan Mengoperasikan Mesin Bubut CNC Dasar

Alokasi Waktu : 12 Jam Pelajaran

Pertemuan ke : 9 dan 10

Indikator : - Memasukkan Program ke Mesin

- Pengaturan tool offsett atau data diidentifikasi/dipastikan terhadap lembar kerja menggunakan prosedur operasi standar

- Program CNC yang dimasukkan, dipilih dan diveriifikasi sesuai dengan instruksi kerja

- Kesalahan Fungsi Mesin Diidentifikasi dan Dilaporkan- Pemeriksaan Contoh Benda Kerja Yang Diproduksi Dilakukan

Berdasarkan Operasi Standar

4. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti diklat ini, siswa dapat :

(1) Memasukkan Program ke Mesin.(2) Memeriksa Program Yang Terpasang Pada Mesin.(3) Mengatur tool offset pada mesin(4) Mengeksekusi Program.(5) Memplotter.(6) Mengoperasikan Mesin.(7) Memeriksa Kesesuaian Benda Kerja Dengan Program dan gambar kerja.

5. Materi Pembelajaran

(1) Prosedur/Cara Memasukkan Program ke Mesin.(2) Prosedur/Cara Memeriksa Program Yang Terpasang Pada Mesin.(3) Prosedur/Cara Memamsang Tool Offset(4) Prosedur/Cara Mengeksekusi Program.(5) Prosedur/Cara Memplotter.(6) Prosedur/Cara Mengoperasikan Mesin.(7) Prosedur/Cara Memeriksa Kesesuaian Benda Kerja Dengan Program dan gambar

Kerja.

6. Metodelogi Pembelajaran

CeramahDemonstrasi

Observasi

7. Langkah-langkah Pembelajaran

No Kegiatan Belajar Mengajar WaktuAspek Pendidikan

Karakter dan Life Skill yang dikembangkan

7. Kegiatan awal

5. Apersepsi

Berdoa bersama

Guru mengecek kehadiran siswa dan memberikan pembinaan

Guru menyampaikan indikator pembelajaran pada pertemuan hari ini

8 x 10’ Religius

Disiplin

Ketrampilan menyimak informasi

6. Motivasi

Guru memberikan ilustrasi tentang pentingnya keselamatan kerja dan kecermatan kerja

10’

Keterampilan menyimak informasi

Percaya diri

8. Kegiatan Inti

7. Eksplorasi

Guru menyampaikan materi prosedur memasukkan program ke mesin, prosedur memeriksa program, prosedur men-setting tool offset, prosedur mengeksekusi program, prosedur memplotter, prosedur mengoperasikan mesin, prosedur memeriksa kesesuaian benda kerja dengan program dan gambar kerja

Dengan demonstrasi, guru memperagakan memasukkan program ke mesin, memeriksa program, men-setting tool offset, mengeksekusi program, memplotter, dan mengoperasikan mesin

Ketrampilan menyimak informasi

Kesungguhan

Percaya Diri

Disiplin

Tanggung Jawab

8. Elaborasi

Peserta didik memperagakan langsung memasukkan program ke mesin, memeriksa program, men-setting tool offset, mengeksekusi program, memplotter, dan mengoperasikan mesin

a. Kesungguhan

b. Percaya diri

c. Eksistensi diri

d. Potensi diri

9. Konfirmasi

Guru bersama-sama peserta didik membahas persoalan-persoalan

e. Kerjasama

f. Kesungguhan

g. Uji diri

No Kegiatan Belajar Mengajar WaktuAspek Pendidikan

Karakter dan Life Skill yang dikembangkan

yang muncul selama proses peragaan.

h. Eksistensi diri

i. Potensi diri

9. Penutup

Guru bersama peserta didik mengadakan refleksi pembelajaran pada pertemuan hari ini

Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya

Mengembalikan alat peraga sesusai SOP

Bertanggung jawab terhadap kebersihan dan kerapian tempat kerja

Berdoa

2 x 10’ j. Pengendalian diri

k. Disiplin

l. Tanggung jawab

m.Religius

8. Sumber Belajar

(4) Modul CNC-TU 2A (Anwar Muhaimin, S.T)(5) Handbook CNC TU-2A (EMCO, Ltd)(6) CD Interaktif

9. Penilaian

(4) Joob Sheet(5) Demonstrasi(6) Tugas

Mataram, Juli 2011Mengetahui,Kepala SMK Guru Mata Pelajaran

NIP.

MATERI PEMBELAJARAN

1. Persyaratan Kerja

Persyaratan Sebelum Bekerja1. Sebelum menghidupkan mesin, lakukan pemeriksaan apakah mesin sudah

terhubung ke sumber catu daya (stabilizer).2. Posisikan saklar stabilizer poda kondisi ON (hidup)3. Putar saklar utama (kunci) pada posisi angka 1, untuk menghidupkan mesin.

4. Tekan tombol-tombol penggerak eretan mesin (sumbu X, dan sumbu Z) untuk memeriksa apakah motor penggerak tidak ada gangguan

5. Putar saklar untuk menghidupkan motor utama, untuk memeriksa apakah motor utama tidak ada gangguan

6. Lumasilah eretan-eretan mesin dengan pelumas yang dianjurkan untuk memperlancar gerakan eretan mesin

7. Pastikan bahwa tidak ada peralatan-peralatan yang menggangu yang berada disekitar mesin pada saat mesin beroperasi

Persyaratan Sesudah Bekerja1. Bersihkan tatal bekas pengerjaan benda kerja dengan mengunakan sikat

atau penyedot tatal2. Lumasilah kembali eretan-eretan mesin untuk mencegah korosi bagian-

bagian mesin3. Pastikan program yang sudah diuji coba atau dijalankan tersimpan ke dalam

disket jika sekiranya diperlukan penyimpanan4. Lakukan pelepasan benda kerja dari chuck 5. Pastikan bahwa motor utama tidak dalam keadaan teraliri arus listrik dengan

memprogram G 646. Posisikan mesin dalam layanan manual7. Putar saklar utama dalam posisi 0 (mati)8. Posisikan saklar stabilizer pada kondisi OFF9. Kembalikan peralatan-peralatan perlengkapan ke almari penyimpan

peralatan

2. Tool Offset

Tool offset secara umum dikenal sebagai pahat referensi (pahat acuan). Tool offset pada mesin CNC TU-2A biasanya digunakan pahat kanan atau pahat netral. Bentuk dari pahat kanan ditunjukkan pada gambar di bawah ini

Sumber EMCO TU-2AGambar 4.1. Pahat kanan

Pahat kanan dapat digunakan untuk berbagai jenis pengoperasian antara lain :1. Pembubutan memanjang, melintang atau menyudut sampai 900. Dalamnya

pemotongan untuk pembubutan melintang (pembubutan muka) tidak boleh diprogram melebihi a=0.3 mm. Jika diprogram lebih dari 0.3 mm akan mengakibatkan hasil pembubutannya kasar.

Sumber : EMCO TU-2A

2. Pembubutan bentuk-bentuk miring kedalam, sudut kemiringannya tidak boleh melebihi 300. Jika melebihi 300 tidak akan sudut bebas untuk pahat

Sumber : EMCO TU-2A

3. Pembubutan radius. Dalamnya pemotongan pada awal dan akhir seperempat busur lingkaran tidak boleh lebih dari a= 0.3 mm

Sumber : EMCO TU-2A

Pahat yang digunakan dalam mesin CNC TU-2A terdiri dari berbagai macam bentuk, tergantung jenis pekerjaan yang dilakukan sehingga tidak menutup kemungkinan digunakan tool offset dari jenis pahat yang lain selain pahat kanan. Jenis dari pahat yang lain yang digunakan dalam mesin CNC TU-2A digambarkan sebagai berikut :

Pahat Netral

Contoh penggunaan pahat netral

Pahat potong Pahat alur Pahat ulir luar kanan

Pahat ulir dalam kanan

Pahat dalamPenggunaan pahat dalam

Sumber : EMCO TU-2A

Gambar 4.2. Macam-macam pahat mesin CNC TU-2A

3. Cara Memasang Tool Offset

Mesin CNC TU-2A dilengkapi dengan revolver pahat yang disebut dengan revolver pahat. Pada revolver pahat dapat dipasang 3 jenis pahat luar (antara lain, pahat kanan, pahat alur, pahat ulir luar) dan 3 jenis pahat dalam (antara lain, pahat dalam, pahat ulir dalam, pahat bor).

Sumber : EMCO TU-3A Gambar 4.3. Revolver pahat pada mesin CNC TU-2A

Sistem kerja revolver pahat adalah berputar searah jarum jam dan dapat dioperasikan baik secara manual maupun secara otomatis. Mengoperasikan revolver pahat secara otomatis (CNC) yaitu dengan memprogram M 06. Untuk memutar revolver pahat secara manual yaitu dengan menekan tombol FWD + maka revolver pahat akan berputar sesuai dengan indeksi angka yang dimasukkan tersebut. Misalnya FWD + 2, maka revolver pahat akan berputar 2 kali dari posisi semula. Ke enam tempat pahat pada revolver pahat tersebut dapat dipasang jenis pahat luar dan jenis pahat dalam secara berselang-seling.

Posisi awal revolver pahat (T 00) adalah posisi tempat pahat yang pertama kali dihadapkan dengan benda kerja.

Jika posisi awal revolver pahat (T 00) adalah pahat luar, maka :- Ditekan tombol FWD + 1 maka revolver berputar dan posisi T 00 berubah

menjadi T 01 (pahat dalam)- Ditekan tombol FWD + 1 maka revolver berputar dan posisi T 01 berubah

menjadi T 02 (pahat luar)- Ditekan tombol FWD + 1 maka revolver berputar dan posisi T 02 berubah

menjadi T 03 (pahat dalam)- Ditekan tombol FWD + 1 maka revolver berputar dan posisi T 03 berubah

menjadi T 04 (pahat luar)- Ditekan tombol FWD + 1 maka revolver berputar dan posisi T 04 berubah

menjadi T 05 (pahat dalam)

Sebaliknya, jika posisi awal revolver pahat (T 00) adalah pahat dalam, maka :- Ditekan tombol FWD + 1 maka revolver berputar dan posisi T 00 berubah

menjadi T 01 (pahat luar)- Ditekan tombol FWD + 1 maka revolver berputar dan posisi T 01 berubah

menjadi T 02 (pahat dalam)- Ditekan tombol FWD + 1 maka revolver berputar dan posisi T 02 berubah

menjadi T 03 (pahat luar)

indeksi sejumlah angka

- Ditekan tombol FWD + 1 maka revolver berputar dan posisi T 03 berubah menjadi T 04 (pahat dalam)

- Ditekan tombol FWD + 1 maka revolver berputar dan posisi T 04 berubah menjadi T 05 (pahat luar)

Cara memasang pahat kanan sebagai tool offset/pahat referensi :1. Siapkan terlebih dahulu peralatan yang diperlukan seperti perkakas optik,

kunci pengencang dan pembuka (kunci L) yang sesuai, serta kain bersih untuk membersihkan perkakas optik maupun pahat sebelum dan sesudah dilakukan pemasangan.

2. Pasang perkakas optik pada eretan mesin dan atur kesimetrisannya dengan menggunakan ujung kepala lepas sebagai pembantu. Atur ketinggian perkakas optik terhadap ujung kepala lepas sehingga ujung kepala lepas terlihat jelas didalam perkakas optik (ketinggian ideal = 100 mm).

Sumber : EMCO TU-2A

Gambar 4.4. Pemasangan perka-kas optik

Tempatkan garis persilangan sumbu X dan Z tepat diujung kepala lepas. Gambar yang terlihat pada perkakas optik merupakan kebalikan dari keadaan sebenarnya.

Sumber : EMCO TU-2A

Gambar 4.4. Kedudukan suatu titik tanpa pengamatan perkakas optik

Gambar 4.5. Kedudukan titik pada gambar 4.4 jika diamati dengan perkakas optik

Sumber : EMCO TU-2A Gambar 4.6. Posisi ujung kepala lepas diamati perkakas optik

Jika persilangan sumbu tepat diujung kepala lepas, kencangkan perkakas optik dengan kunci yang sesuai.

3. Pasanglah pahat kanan pada revolver pahat dengan membersihkannya terlebih dahulu. Aturlah ketinggian pahat setinggi kepala lepas dengan menggunakan bantuan plat (0.2, 0.5 atau 1 mm). Bagian kepala pahat yang menonjol keluar dari revolver pahat maksimal 13 mm.

Sumber : EMCO TU-2AGambar 4.6. Cara pemasangan pahat kanan pada revolver pahat

Amatilah dengan menggunakan perkakas optik kesimetrisan dari ujung pahat kanan, dengan cara mengerakkan revolver pahat mendekati perkakas optik, selanjutnya posisikan pahat kanan tepat dibawah perka-kas optik.

Sumber : EMCO TU-2A Gambar 4.7. Mengamati pahat kanan dengan perkakas optik

Posisi yang paling tepat dari pahat kanan jika diamati dengan perkakas optik seperti gambar berikut :

Sumber : EMCO TU-2A Gambar 4.8. Posisi pahat kanan jika diamati dengan perkakas optik

Jepitlah pahat tersebut pada revolver pahat dengan kunci yang sesuai

4. Jika menghendaki jenis pahat yang lain sebagai pahat referensi, cara pemasangannya pada revolver pahat dilakukan dengan cara yang sama seperti pemasangan pahat kananAdapun posisi dari jenis pahat yang lain di bawah perkakas optik ditunjukkan seperti gambar berikut :

Sumber : EMCO TU-2A Gambar 4. 9. Posisi berbagai jenis pahat di bawah perka-kas optik

5. Jika tool offset dalam keadaan retak atau rusak, lakukan pergantian terhadap pahat tersebut dengan cara sebagaimana dijelaskan pada nomor 1 sampai nomor 3. Demikian juga dengan pahat-pahat yang lain, lakukan pergantian jika terjadi keretakan atau kerusakan.

6. Laporkan kepada instruktur untuk dilakukan pemeriksaan. Jangan melakukan pemasangan tool offset tanpa panduan guru/instruktur terutama bagi peserta didik yang baru melakukan pertama kali pemasangan tool offset

7. Pastikan bahwa tool offset dan pahat lainnya dalam keadaan bersih dari tatal atau kotoran lain sebelum dan sesudah dipergunakan

8. Lepaskan pahat dari revolver pahat jika diperlukan penyimpanan untuk jangka waktu lama

4. Cara Memasang Benda Kerja Pada Chuck

Sebagaimana sudah dijelaskan pada kegiatan belajar-1, bahwa mesin CNC TU-2A mempunyai kapasitas yang terbatas. Demikian juga dengan kapasitas cekam chuck mesin juga mempunyai keterbatasan. Diamter benda kerja maksimal yang dianjurkan untuk latihan pemrograman adalah 25.4 mm (1 inchi).1. Untuk memasang benda kerja pada chuck, sediakan kunci pembuka dan

pengencang chuck yang dianjurkan untuk mesin CNC TU-2A. Pastikan chuck dalam keadaan bersih dari tatal atau kotoran lain sebelum dilakukan pemasangan benda kerja

2. Bukalah mulut chuck dengan menggunakan kunci yang sesuai3. Pasangkan benda kerja kedalam chuck tersebut, selanjutnya kencangkan

mulut chuck dengan kunci yang sesuai. Pastikan bahwa ukuran benda kerja sesuai dengan yang dianjurkan untuk mesin CNC TU-2A. Pasangkan senter kepala lepas untuk membantu kesimetrisan putaran benda kerja terhadap putaran sumbu utama.

4. Putar sumbu utama dengan terlebih dahulu memastikan kunci pengencang chuck sudah dilepas untuk mengamati kesimetrisan benda kerja terhadap putaran sumbu utama. Jika putaran benda keja belum simetris, kendorkan mulut chuck perlahan-lahan, dan putar benda kerja. Kencangkan mulut chuck kembali, kemudian putar sumbu utama untuk kembali memastikan kesimetrisan putaran benda kerja terhadap sumbu utama. Lakukan proses ini berulang-ulang sampai Anda yakin putaran benda kerja simetris terhadap sumbu utama.

5. Laporkan kepada guru/instruktur untuk dilakukan pemeriksaan. Jangan melakukan pemasangan benda kerja tanpa panduan guru/instruktur terutama bagi peserta didik yang baru melakukan pertama kali pemasangan benda kerja

5. Cara Men-setting Tool Offset Pada Titik Nol Benda Kerja

Sebelum program dijalankan untuk membentuk benda kerja yang diinginkan, terlebih dahulu tool offset dan benda kerja di-setting untuk menentukan letak titik nol benda kerja tehadap sumbu X dan sumbu Z. Urutan men-setting tool offset pada titik nol benda kerja adalah sebagai berikut :9. Posisikan mesin pada layanan manual10.Pasang tool offset yang akan digunakan pada revolver pahat dengan cara-

cara yang sudah ditentukan. Seandainya dalam pemrograman menggunakan lebih dari satu jenis pahat, pasanglah pahat yang pertamakali digunakan sebagai pahat referensi

11.Pasang benda kerja pada chuck dengan cara-cara yang sudah ditentukan. Pastikan benda kerja terpasang dengan aman pada chuck dan simetris dengan putaran sumbu utama.

12.Putar sumbu utama dengan putaran sedang

13.Men-setting sumbu Z

Gerakkan revolver pahat sampai permukaan tool offset menyentuh (menggores) per-mukaan benda kerja. Selan-jutnya tekan tombol DEL, pada monitor tertulis Z = 0

14.Men-setting sumbu X

Gerakkan revolver pahat sampai permukaan tool offset menyentuh (menggores) sisi benda kerja. Selanjutnya tekan tombol DEL, pada monitor tertulis X = 0

15.Gerakkan revolver pahat menjauhi benda kerja sampai pada posisi aman. Selanjutnya matikan putaran sumbu utama.

16.Laporkan kepada guru/instruktur untuk dilakukan pemeriksaan. Jangan melakukan pekerjaan tanpa panduan guru/instruktur terutama bagi peserta didik yang baru melakukan pertama kali

6. Cara Men-setting Tool Offset Pada Titik Awal Pemrograman

3. Men-setting tool offset pada titik awal pemrograman, merupakan kelanjutan dari men-setting tool offset pada titik nol benda kerja. Men-setting tool offset berhubungan dengan diameter benda kerja yang terpasang pada chuck dan berhubungan dengan pemrograman Absolut G 92. Setelah sumbu Z dan sumbu X di-setting pada titik 0, selanjutnya posisikan ujung tool offset pada sumbu X dan Z sesuai dengan titik awal pemrograman yang dikehendaki. - Misalkan, diameter benda kerja yang terpasang pada chuck 20 mm, dan

titik awal pemrograman yang dikehendaki seperti gambar di bawah ini :

Sumber : EMCO TU-2A Gambar 4.9. Titik awal pemrograman yang dikehen-daki

Maka, arahkan revolver pahat dengan menekan tombol penggerak sumbu X dan sumbu Z sampai di monitor tertayang X = 500, Z=500.

Dengan demikian bentuk pemrograman G 92-nya adalah

N 00/G 92/X 3000/Z 500

Harga X = 3000 (30 mm) diperoleh dari : benda kerja + (2xjarak ujung pahat pada sumbu X)20 + (2x5) = 30 mm

- Misalkan, diameter benda kerja yang terpasang pada chuck 25.4 mm (1 inchi), dan titik awal pemrograman yang dikehendaki seperti gambar di bawah ini :

Sumber : EMCO TU-2A Gambar 4.10. Titik awal pemrograman yang dikehen-daki

Maka, arahkan revolver pahat dengan menekan tombol penggerak sumbu X dan sumbu Z sampai di monitor tertayang X = 500, Z=500.

Dengan demikian bentuk pemrograman G 92-nya adalah

N 00/G 92/X 3540/Z 500

Harga X = 3540 (35.4 mm) diperoleh dari : benda kerja + (2xjarak ujung pahat pada sumbu X)25.4 + (2x5) = 35.4 mm

4. Laporkan kepada guru/instruktur untuk dilakukan pemeriksaan. Jangan melakukan pekerjaan tanpa panduan guru/instruktur terutama bagi peserta didik yang baru melakukan pertama kali

LEMBAR KERJA PENILAIAN

Prosedur Menjalankan Program

1. Pahamilah bentuk geometris dan ukuran-ukuran benda kerja dengan teliti dari benda kerja yang akan dibuat yang tertera dalam gambar kerja

2. Hidupkan mesin dengan benar-benar memperhatikan persyaratan sebelum bekerja

3. Pasanglah benda kerja pada chuck sesuai dengan prosedur standar4. Lakukanlah kompensasi pahat sekiranya dalam pemrograman tersebut

memerlukan kompensasi pahat. Catatlah data-data yang diperoleh dari kompensasi tersebut sesuai dengan format standar

5. Lakukan setting tool offset (pahat referensi) terhadap benda kerja sesuai dengan prosedur standar

6. Lakukan setting tool offset (pahat referensi) pada titik awal pemrogaman sesuai dengan prosedur standar

7. Pindahkan mesin ke posisi layanan CNC untuk memasukkan program yang sudah dibuat

8. Lakukan pengujian terhadap program dengan melaksanakan dry run (melakukan uji jalan program dengan cara menekan tombol M secara terus menerus) untuk mengetahui kesalahan program. Pahamilah alarm-alarm yang kemungkinan muncul sekiranya ada kesalahan program. Ada kalanya didalam kita memprogram suatu benda kerja ataupun memasukkan data ke mesin mengalami kesalahan-kesalahan. Jika mesin telah menemukan data program yang tidak benar, maka dilayar monitor mesin akan timbul alarm. Apabila kesalahan ini tidak dibetulkan, maka mesin tidak akan mengerjakan perintah berikutnya. Alarm yang ditampilkan di layar monitor, akan membantu pemrogram untuk meminimalkan tingkat kesalahan program.Alarm yang ditampilkan disimbulkan dengan huruf A diikuti dengan angka dan tulisan dibelakangnya yang masing-masing mempunyai arti sendiri-sendiri.

A 00A 01A 02A 03A 04A 05A 06A 15A 17

:::::::::

Salah perintah fungsi G dan MSalah perintah radius M 99Harga ordinat X terlalu besarSalah harga FHarga ordinat Z terlalu besarKurang perintah M 30Jumlah putaran sumbu utama terlalu tinggiSalah harga HSalah sub program

Apabila timbul tanda alarm pada monitor, maka yang harus dilakukan adalah:- Menekan tombol INP + REV secara bersamaan- Menghapus nilai yang salah dengan cara menggerakkan kursor pada kolom

nilai yang salah, selanjutnya menekan tombol DEL- Mengetik (memasukkan) nilai yang benar, dan menekan tombol INP

9. Jalankan program dengan terlebih dahulu memastikan program sudah benar dan sesuai dengan gambar kerja yang sudah dirancang. Pastikan disekitar mesin tidak terdapat peralatan yang mengganggu jalannya mesin dan pintu pengaman mesin dalam keadaan tertutup dengan benar

10. Amatilah jalannya mesin dengan seksama, tetaplah selalu waspada terhadap kemungkinan kecelakaan kerja yang timbul dengan posisi tangan siap di dekat

tombol darurat. Walaupun mesin berjalan secara otomatis, jangan pernah meninggalkan mesin disaat mesin dalam kondisi jalan

11. Periksalah dengan cermat benda kerja setelah program selesai dijalankan. Laporkan kepada guru atau instruktur tentang hasil pemrograman

12. Terapkan persyaratan sesudah bekerja dengan baik

Tugas PemrogramanPetunjuk

1. Pahamilah kembali dengan seksama prosedur mengoperasikan mesin dan menjalankan program sebagaimana sudah dibahas pada kegiatan belajar-3 dan kegiatan belajar-4

2. Buatlah program untuk gambar kerja di bawah ini3. Pilihlah jenis pemrograman yang ingin Anda buat (Absolut atau Inkremental)4. Aplikasikan fungsi-fungsi pemrograman (fungsi G dan fungsi M) yang sudah

dipelajari pada kegiatan belajar-25. Untuk menjalankan program sesuai dengan gambar kerja di bawah ini :

- Pergunakan pahat kanan sebagai pahat referensi dan membentuk interpolasi lurus dan interpolasi melingkar

- Pergunakan pahat alur untuk membuat alur- Pergunakan pahat ulir luar untuk membuat ulir- Penempatan titik awal pemrograman X = 5 m dan Z = 5 mm- Masukkan pemrograman fungsi M 06 untuk kompensasi pahat

6. Bertanyalah kepada guru/instruktur terhadap hal-hal yang kurang dipahami

Absolut Inkremental

N G X Z F H N G X Z F H

00 92 00 M0301 M0

301

02 0203 0304 04

N G X Z F H N G X Z F H

05 0506 0607 0708 0809 0910 1011 1112 1213 1314 1415 1516 1617 1718 1819 1920 2021 2122 2223 2324 2425 2526 2627 2728 2829 2930 3031 3132 3233 3334 3435 3536 3637 3738 3839 3940 4041 4142 4243 4344 4445 4546 4647 4748 4849 4950 5051 5152 52

N G X Z F H N G X Z F H

53 5354 5455 5556 5657 5758 5859 5960 6061 6162 6263 6364 6465 6566 6667 6768 6869 6970 70

DAFTAR PERIKSA PRAKTEK

NAMA :.........................................................NIS :.........................................................KELAS :.........................................................

NO

URAIAN YA TIDAK

1 Apakah peserta didik telah memasang benda kerja pada chuck dengan benar ?

2 Apakah peserta didik telah me-setting tool offset pada benda kerja dengan benar?

3 Apakah peserta didik telah men-setting tool offset pada titik awal pemrograman dengan benar ?

4 Apakah peserta didik telah melakukan kompensasi pahat dengan benar ?

5 Apakah peserta didik telah memasukkan program ke mesin dengan benar ?

6 Apakah peserta didik telah melakukan dry run dengan benar ?

7 Apakah peserta didik telah menjalankan program dengan benar ?

8 Apakah peserta didik telah mengamati mesin dengan benar ?

9 Apakah peserta didik menjalankan persyaratan kerja dengan benar ?

10 Apakah peserta didik telah membersihkan dan mengembalikan alat ke tempat semestinya ?

Jumlah YA dan TIDAK

Persentase YA =

. .. .. . ..10 100 % = ..........%

Nilai lulus = 100 %

Nilai yang dicapai = ............% Tanda pengesahan =