lapkas complete

30
BAB I PENYAJIAN KASUS I. ANAMNESIS Identitas Nama : An. Egi Saskia Jenis kelamin : Perempuan Umur : 5 tahun 10 bulan Alamat : Jl. M. Sabran,Gg. Taha, No. 3, Tanjung hulu Agama : Islam Suku : Melayu Nomor RM : 546650 Tanggal Masuk RS : 8 Januari 2012, pukul 22.30 Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis kepada ibu pasien dan autoanamnesis kepada pasien pada hari Senin tanggal 9 Januari 2012 Keluhan Utama Sesak napas Riwayat Penyakit Sekarang Sejak dua hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS), pasien mengalami sesak napas, terus-menerus, terutama pada malam hari disertai batuk berdahak berwarna 1

Upload: agung

Post on 04-Sep-2015

238 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

aw

TRANSCRIPT

BAB IPENYAJIAN KASUS

I. ANAMNESISIdentitasNama: An. Egi SaskiaJenis kelamin: PerempuanUmur: 5 tahun 10 bulanAlamat: Jl. M. Sabran,Gg. Taha, No. 3, Tanjung huluAgama: IslamSuku: MelayuNomor RM: 546650Tanggal Masuk RS: 8 Januari 2012, pukul 22.30

Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis kepada ibu pasien dan autoanamnesis kepada pasien pada hari Senin tanggal 9 Januari 2012

Keluhan UtamaSesak napas

Riwayat Penyakit SekarangSejak dua hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS), pasien mengalami sesak napas, terus-menerus, terutama pada malam hari disertai batuk berdahak berwarna putih. Kemudian pada hari itu juga, pasien berobat ke mantri, diberi obat ambroxol dan salbutamol, namun sesak tidak berkurang, malah semakin terasa berat. Riwayat demam sejak 1 hari, tapi tidak terlalu tinggi. Sesak kambuh terutama pada malam hari atau jika cuaca dingin. Dalam satu bulan terakhir sesak napas kambuh hanya 1 kali. Biasanya sesak datang kurang lebih 1 kali dalam sebulan, lamanya sesak kurang lebih setengah jam, sesak hilang setelah minum obat. Sesak tidak terlalu menggangu jika kambuh. Riwayat batuk yang lama disangkal, batuk hilang timbul terutama saat cuaca dingin, riwayat berkeringat malam hari disangkal, riwayat tertelan/tersedak disangkal, riwayat hidung sering meler dan riwayat sering gatal-gatal disangkal, nafsu makan baik.OS kemudian dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Dokter Soedarso (RSDS) untuk mendapatkan pengobatan.

Riwayat Penyakit DahuluOS sudah mengalami sesak napas berulang kali sejak kecil (umur 2 tahun), sering berobat/kontrol ke Poli Paru dan Poli Anak. Sebelumnya sudah 5 kali dirawat di RSDS karena asma, terakhir pada bulan Maret 2011 selama 6 hari di Ruang Anak.

Riwayat Pertumbuhan dan PerkembanganOS selalu diperiksakan oleh ibunya setiap bulan ke Posyandu. Ibu pasien lupa kapan pasien mulai bisa mengangkat kepala, mengucapkan kata-kata (berbicara) dan lain-lain, mulai bisa berjalan kurang lebih umur 1 tahun. Pasien diberikan air susu ibu (ASI) tanpa diberikan makanan/minuman lain selama 6 bulan. ASI diberikan sampai usia 2 tahun

Riwayat PengobatanPasien biasa mendapat obat salbutamol, sirup Prome, kadang-kadang mendapat dexamethasone dan antibiotic cefadroxil

Riwayat Kehamilan IbuIbu pasien rajin memeriksakan diri dan kandungannya ke puskesmas saat mengandung pasien. Ibu pasien tidak pernah mengalami demam ataupun sakit berat lainnya selama hamil

Riwayat PersalinanPasien lahir di Klinik, cukup bulan, lahir spontan ditolong bidan. Langsung menangis. Tidak ada hal-hal yang mempersulit proses persalinan. Berat badan lahir 2700 gram.

Riwayat Penyakit KeluargaTerdapat anggota keluarga yang memiliki riwayat asma/bengek, yaitu: bapak kandung pasien, bibi pasien (kakak kandung bapak), dan nenek pasien (ibu dari bapak).

Riwayat ImunisasiIbu pasien mengatakan imunisasi sejak lahir sampai sekarang lengkap, namun tidak ingat secara pasti urutan waktu dan jenis imunisasi yang diberikan, yang bisa diingat ibunya, pasien sudah mendapatkan imunisasi DPT, polio dan campak.

Riwayat Sosial EkonomiPasien merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Pasien tinggal serumah dengan kedua orang tua dan kedua saudaranya. Ayah pasien bekerja sebagai buruh bangunan, ibu pasien adalah ibu rumah tangga. Berobat dengan menggunakan Jamkesmas. Keluarga menyangkal lingkungan di sekitar rumah berdebu, namun rumah berada di daerah pemukiman yang padat, Ayah pasien juga merokok

II. PEMERIKSAAN FISIKDilakukan pada tanggal 9 Januari 2012Keadaan umum: tampak sakit sedangKesadaran: compos mentisTanda VitalNadi :140 x/menit, irama teraturRespiration Rate:44x/menitTemperature:36,6 oC per aksila

AntropometriBerat Badan: 16 KgTinggi Badan:116 cm

Status Generalis dan Lokalis1) Kulit: sianosis (-), pucat (-), turgor baik2) Kepala: normosefali3) Mata: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik4) Telinga: otorhea (-)5) Hidung: pernapasan cuping hidung (+), rhinorea (-)6) Mulut: sianosis perioral (-).7) Tenggorokan : faring tidak hiperemis, tonsil tidak membesar, tidak ada selaput8) Leher: limfonodi coli tidak teraba, distensi vena jugularis (-)9) Paru a. Inspeksi :gerak dinding dada simetris saat inspirasi dan ekspirasi;retraksi suprasternalis (+), retraksi dinding dada (+)b. Palpasi:taktil fremitus paru kiri dan kanan simetris.c. Perkusi :sonor di kedua lapang parud. Auskultasi: ekspirasi memanjang, ronkhi (+/+) , wheezing (+/+)10) Jantunga. Inspeksi : ictus cordis terlihat di SIC V linea midclavicula sinistrab. Palpasi : ictus cordis teraba di SIC V linea midclavicula sinistrac. Perkusi : jantung dalam batas normald. Auskultasi : S1 dan S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-).11) Abdomen a. Inspeksi : dinding abdomen setinggi dinding thoraksb. Auskultasi: bising usus (+) normalc. Palpasi : turgor baik, hepar dan lien tak teraba.d. Perkusi : timpani di seluruh regio abdomen12) Punggung: tidak ditemukan kelainan.13) Ekstremitas: akral hangat, capillary refill time 1x/bulanSering

Lamanya serangan< 1 minggu> 1 mingguHampir sepanjang hari, hampir tidak ada remisi

Intensitas seranganBiasanya ringanBiasanya sedangBiasanya berat

Diantara seranganTanpa gejalaSering ada gejalaGejala Siang dan malam

Tidur dan aktifitasTidak tergangguSering tergangguSangat terganggu

Pemeriksaan fisikNormalMungkin tergangguTidak pernah normal

Obat pengendali (anti inflamasi)Tidak perluPerlu, steroidPerlu, steroid

Uji faal paru (diluar serangan)PEF/VEP1 > 80%PEF/VEP1 80-60%PEF/VEP1 < 60%, variabilitas 20-30%

Variabilitas paruVariabilitas >15%Variabilitas >30%Variabilitas >50%

Selain klasifiksi klinis diatas, menurut PNAA asma juga dapat dibedakan berdasarkan frekuensi serangan dan kebutuhan obat, yaitu asma ringan, sedang, dan berat. Berikut tabel klasifikasi asma menurut derajat serangannya:2

Tabel. klsifikasi asma menurut derajat serangan

Diagnosis bandingPada masa-masa awal kehidupan, batuk kronis dan mengi dapat terjadi pada keadaan aspirasi, tracheobronchomalacia, abnormalitas jalan napas congenital, fibrosis kistik dan displasia bronkopulmoner. Pada anak usia 3 bulan, mengi biasanya ditemukan pada keadaan infeksi, malformasi paru dan kelainan jantung dan gastrointestinal. Pada bayi dan batita, bronkiolitis yang disebabkan oleh respiratory syncitial virus merupakan penyebab mengi yang umum.pada anak yang lebih besar, mengi berulang dapat terjadi pada disfungsi pita suara. Selain itu, batuk berulang jug dapat ditemukan pada tuberculosis terutama pada daerah dengan penyebaran tinggi Tuberculosis.5

Penatalaksanaan1. Edukasi terhadap pasien dan keluarga2. Menghindari pajanan terhadap faktor risiko3. Tatalaksana asma jangka panjangAsma Episodik JarangAsma episodik jarang cukup diobati dengan obat pereda (reliever) seperti 2-agonis dan teofilin. Penggunaan 2-agonis untuk meredakan serangan asma biasanya digunakan dalam bentuk inhalasi. Pedoman Nasional Asma Anak tidak menganjurkan pemberian anti inflamasi sebagai obat pengendali untuk asma episodik ringan. Jika dengan pemakaian 2-agonis hirupan lebih dari 3x/minggu (tanpa menghitung penggunaan pra-aktivitas fisik) atau serangan sedang/berat muncul >1x/bulan atau pengobatan yang diberikan sudah adekuat dalam waktu 4-6 minggu, namun tidak menunjukkan respon yang baik maka tatalaksananya berpindah ke asma episodik sering.2,6,

Asma Episodik SeringJika penggunaan 2-agonis hirupan sudah lebih dari 3x perminggu (tanpa menghitung penggunaan praaktivitas fisis) atau serangan sedang/berat terjadi lebih dari sekali dalam sebulan, maka penggunaan anti-inflamasi sebagai pengendali sudah terindikasi. Tahap pertama obat pengendali pada asma episodic sering adalah pemberian steroid hirupan dosis rendah. Obat steroid hirupan yang sudah sering digunakan pada anak adalah budesonid, sehingga digunakan sebagai standar. Dosis rendah steroid hirupan adalah setara dengan 100-200 ug/hari budesonid (50-100 ug/hari flutikason) untuk anak berusia kurang dari 12 tahun, dan 200-400 ug/hari budesonid (100-200 ug/hari flutikason) untuk anak berusia di atas 12 tahun. Penilaian efek terapi dilakukan setelah 6-8 minggu, yaitu waktu yang diperlukan untuk mengendalikan inflamasinya. Jika setelah pengobatan selama 6-8 minggu dengan steroid hirupan dosis rendah tidak menunjukkan respons (masih terdapat gejala asma atau atau gangguan tidur atau aktivitas sehari-hari), maka dilanjutkan dengan tahap kedua yaitu menaikkan dosis steroid hirupan sampai dengan 400 ug/hari yang termasuk dalam tatalaksana Asma Persisten. 2,6

Asma PersistenPada penatalaksanaan asma persisten terdapat dua alternatif yaitu dengan menggunakan steroid hirupan dosis medium dengan memberikan budenoside 200-400 ug/hari budesonid (100-200 ug/hari flutikason) untuk anak berusia kurang dari 12 tahun, 400-600 ug/hari budesonid (200-300 ug/hari flutikason) untuk anak berusia di atas 12 tahun. Selain itu, dapat digunakan alternatif pengganti dengan menggunakan steroid hirupan dosis rendah ditambah dengan LABA (Long Acting -2 Agonist) atau ditambahkan Theophylline Slow Release (TSR) atau ditambahkan Anti-Leukotriene Receptor (ALTR). 2,6Apabila dosis steroid hirupan sudah mencapai >800 ug/hari namun tetap tidak mempunyai respons, maka baru digunakan steroid oral (sistemik). Jadi penggunaan kortikosteroid oral sebagai controller (pengendali) adalah jalan terakhir setelah penggunaan steroid hirupan atau alternatif di atas telah dijalankan. Langkah ini diambil hanya bila bahaya dari asmanya lebih besar daripada bahaya efek samping obat. Untuk steroid oral sebagai dosis awal dapat diberikan 1-2 mg/kgBB/hari. Dosis kemudian diturunkan sampai dosis terkecil yang diberikan selang hari pada pagi hari. Penggunaan steroid secara sistemik harus berhati-hati karena mempunyai efek samping yang cukup berat. 2,6

4. Pengobatan eksaserbasi akutTatalaksana Serangan1. Tatalaksana di rumahUntuk serangan ringan dapat digunakan obat oral golongan beta 2 agonis atau teofilin. Bila tersedia, lebih baik digunakan obat inhalasi karena onsetnya lebih cepat dan efek samping sistemiknya minimal.2 2. Tatalaksana di ruang emergencyPenderita yang datang dalam keadaan serangan langsung dinilai derajat serangannya. Tatalaksana awal adalah pemberian beta agonis secara nebulisasi. Garam fisiologis dapat ditambahkan dalam cairan nebulisasi.2a. Serangan Asma ringanPada serangan asma ringan dengan sekali nebulisasi pasien dapat menunjukkan respon yang baik. Pasien dengan derajat serangan asma ringan diobservasi 1-2 jam, jika respon tersebut bertahan pasien dapat dipulangkan dan jika setelah observasi selama 2 jam gejala timbul kembali, pasien diperlakukan sebagai serangan asma derajat sedang.7b. Serangan Asma sedangPada serangan asma sedang dengan pemberian nebulisasi dua atau tiga kali pasien hanya menunjukkan respon parsial (incomplete response) dan pasien perlu diobservasi di ruang rawat sehari. Pada serangan asma sedang diberikan kortikosteroid sistemik oral metilprednisolon dengan dosis 0,5-1 mg/kgbb/hari selama 3-5 hari.7c. Serangan Asma beratPada keadaan ini pasien harus dirawat inap dan jika pasien menunjukkan gejala dan ancaman henti napas pasien harus langsung dirawat diruang intensif. Nebulisasi dengan - agonis+antikolinergik dengan oksigen dilanjutkan tiap 1-2 jam, jika dengan 4-6 kali pemberian mulai terjadi perbaikan klinis jarak pemberian dapat diperlebar menjadi 4-6 jam. Pasien juga diberikan kortikosteroid intravena 0,5-1 mg/kg/BB/hari per bolus setiap 6-8 jam dan aminofilin intravena.7Jika terjadi perbaikan klinis nebulisasi diteruskan tiap 6 jam hingga 24 jam dan pemberian aminofilin dan kortikosteroid diganti oral, jika dalam 24 jam stabil pasien dapat dipulangkan dengan dibekali 2-agonis (hirupan atau oral) yang diberikan tiap 4-6 jam selama 1-2 hari. Selain itu, steroid oral dilanjutkan hingga pasien kontrol ke klinik rawat jalan dalam 1-2 hari untuk evalasi ulang tatalaksana.2

wheezing, apneu, sesak nafas dan batuk-batuk terutama pada malam hari atauawal pagi. Episode ini berhubungan dengan luas obstruksi saluran pernafasanyang bersifat reversibel baik secara spontan ataupun dengan terapi Definisi asma menurut WHO pada tahun 1975, yaitu keadaan kronik yangditandai oleh bronkospasme rekuren akibat penyempitan lumen saluran napassebagai respon terhadap stimulus yang tidak menyebabkan penyempitan serupapada banyak orang.Defenisi terbaru yang dikeluarkan oleh Unit Kerja Koordinasi (UKK) Respirologi IDAI pada tahun 2004 menyebutkan bahwa asma adalah mengiberulang dan/atau batuk persisten dengan karakteristik sebagai berikut; timbulsecara episodik, cenderung pada malam / dini hari (nokturnal), musiman, setelahaktifitas fisik serta terdapat riwayat asma atau atopi lain pada pasien dan/ataukeluarganya.Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran nafas yang ditandai adanya mengi episodik, batuk dan rasa sesak di dada akibat penyumbatan saluran nafas, termasuk dalam kelompok penyakit saluran pernafasan kronik.WorldHealth Organization Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran nafas yang ditandai adanya mengi episodik, batuk dan rasa sesak di dada akibat penyumbatan saluran nafas, termasuk dalam kelompok penyakit saluran pernafasan kronik.WorldHealth Organization(WHO) memperkirakan 100-150 juta penduduk dunia menderita asma. Bahkan jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah hingga mencapai 180.000 orang setiap tahun. Sumber lain menyebutkan bahwa pasien asma sudah mencapai 300 juta orang di seluruh dunia dan terus meningkat selama 20 tahun belakangan ini. Apabila tidak dicegah dan ditangani dengan baik, maka diperkirakan akan terjadi peningkatan prevalensi yang lebih tinggi lagi pada masaakan datang serta mengganggu proses tumbuh-kembang anak dan kualitas hidup pasien. (WHO) memperkirakan 100-150 juta penduduk dunia menderita asma. Bahkan jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah hingga mencapai 180.000 orang setiap tahun. Sumber lain menyebutkan bahwa pasien asma sudah mencapai 300 juta orang di seluruh dunia dan terus meningkat selama 20 tahun belakangan ini. Apabila tidak dicegah dan ditangani dengan baik, maka diperkirakan akan terjadi peningkatan prevalensi yang lebih tinggi lagi pada masaakan datang serta mengganggu proses tumbuh-kembang anak dan kualitas hidup pasien.Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran nafas yang ditandai adanya mengi episodik, batuk dan rasa sesak di dada akibat penyumbatan saluran nafas, termasuk dalam kelompok penyakit saluran pernafasan kronik.WorldHealth Organization(WHO) memperkirakan 100-150 juta penduduk dunia menderita asma. Bahkan jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah hingga mencapai 180.000 orang setiap tahun. Sumber lain menyebutkan bahwa pasien asma sudah mencapai 300 juta orang di seluruh dunia dan terus meningkat selama 20 tahun belakangan ini. Apabila tidak dicegah dan ditangani dengan baik, maka diperkirakan akan terjadi peningkatan prevalensi yang lebih tinggi lagi pada masaakan datang serta mengganggu proses tumbuh-kembang anak dan kualitas hidup pasien.

BAB IIIPEMBAHASAN

Seorang anak perempuan berusia 5 tahun 10 bulan, dibawa ke RSDS karena sesak napas dan batuk berdahak. Sesak terutama pada malam hari atau saat cuaca dingin. Riwayat demam 1 hari. Riwayat asma sejak usia 2 tahun dan terdapat asma pada keluargaPada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, tampak sesak. Tanda vital takikardi, takipnea, afebris. Pernapasan cuping hidung (+), retraksi dinding dada (+), retraksi suprasternalis (+),ekspirasi memanjang, rhonki (+/+), wheezing (+/+).Daftar masalah pada pasien ini adalah sesak napas (dengan retraksi, pernapasan cuping hidung, ronki dan wheezing); demam satu hari; dan batuk berdahak. Dari daftar masalah yang dialami pasien ini dapat dipikirkan masing-masing diagnosis banding pasien. 1. Sesak napas Diagnosis banding:a. Asma bronkialAsma dipertimbangkan pada kasus ini karena:1. Sesak memberat pada suhu dingin/malam hari2. Terdapat riwayat sesak yang berulang sebelumnya.3. Terdapat keluarga yang menderita asma

b. Aspirasi korpus alienumSudah dapat disingkirkan dengan anamnesis tidak ada riwayat tersedak atau tertelan sesuatu

c. Tuberculosis ParuTuberculosis paru dapat disingkirkan karena:1. Nafsu makan pasien baik, sedangkan pada TB paru nafsu makan berkurang2. Tidak dijumpai demam subfebris yang berkepanjangan pada pasien3. Tidak ditemukan batuk kronik yang lama, pada kasus batuk hilang timbul dan batuk terutama saat cuaca dingin.d. PneumoniaPneumonia masih bisa dipikirkan pada kasus ini, tetapi jika dilihat secara keseluruhan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat disingkirkan pada kasus ini karena:1. Sesak napas pada kasus merupakan sesak napas yang berulang yang tentunya lebih dipikirkan asma daripada pneumonia2. Pada pneumonia, perkusi paru suaranya lebih pekak, sedangkan pada kasus perkusinya sonor3. Pada pneumonia suara napas melemah, sedangkan pada kasus suara napas tidak melemah.

e. BronkiolitisBronkiolitis disingkirkan pada kasus ini karena onset tertinggi pada umur kurang dari 2 tahun, sedangkan pasien ini sudah berusia hampir 6 tahun.DIAGNOSIS ATAU PENYEBAB GEJALA DAN TANDA KLINISYANG MENDASARISecara umum diagnosis banding anak yang datang dengan batuk dan atau kesulitan bernapas adalah sebagai berikut:NOSISITEMUKA1. Pneumonia- Demam- Batuk dengan napas cepat- Crackles (ronki) pada auskultasi- Pernapasan cuping hidung- Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam- Merintih (grunting)- Sianosis- Terjadi dalam beberapa hari dan semakin berat

2. Bronkiolitis - Episode pertama wheezing pada anak umur < 2 tahun- Hiperinflasi dinding dada- Ekspirasi memanjang- Kurang/tidak ada respons dengan bronko3. Gagal jantung - Peningkatan tekanan vena jugularis- Denyut apeks bergeser ke kiri- Irama derap- Bising jantung- Crackles /ronki di daerah basal paru- Pembesaran hati

4. Asma - Riwayat mengi (wheezing) berulang- Ekspirasi memanjang- Terdengar mengi - Membaik dengan pemberian bronkodilator

5. Penyakit jantung bawaan - Sulit makan atau menyusu- Sianosis- Bising jantung- Pembesaran hati

6. Difteri- Pembengkakan leher oleh karena pembesaran kelenjar limfe- Farings hiperemi- Terdapat membran putih keabu-abuan pada tonsil dan atau dinding farings- Belum mendapat vaksinasi DPT7. Aspirasi benda asing- Riwayat tersedak mendadak- Stridor atau kesulitan bernapas yang tiba-tiba.- Suara napas menurun (sebagian/menyeluruh) atau terdengar mengi

8. Abses Retrofaringeal- Timbul perlahan beberapa hari dan bertambah berat- Kesulitan menelan- Demam tinggi

Wheezing atau mengi adalah jenis ronki kering yang terdengar lebih nyaring dibandingkan dengan ronki kering lainnya. Diagnosis banding untuk anak dengan wheezing/mengi adalah sebagai berikut:Asma - Riwayat wheezing berulang - Hiperinflasi dinding dada- Ekspirasi memanjang- Berespons baik terhadap bronkodilator- Onset biasanya usia >2 tahun- Terdapat keluarga dengan riwayat asma

Bronkiolitis - Episode pertama wheezing pada anak umur < 2 tahun- Hiperinflasi dinding dada- Ekspirasi memanjang- Respons kurang/tidak ada respons dengan bronkodilator

Benda asing - Riwayat tersedak atau wheezing tiba-tiba- Wheezing umumnya unilateral- Air trapping dengan hipersonor dan pergeseran mediastinum- Tanda kolaps paru

Pada pasien ini hasil pemeriksaan laboratorium dalam batas normal. Pemeriksaan darah rutin sebenarnya tidak spesifik untuk penegakan diagnosis pasien dengan asma.

Mengapa kemudian diagnosisnya menjadi Asma?Penegakan diagnosis Asma pada kasus ini yaitu (1) Sesak napas yang berulang(2) Usia pasien hampir 6 tahun sedangkan bronkiolitis onsetnya kurang dari 2 tahun(3) Terdapat riwayat keluarga yang menderita asma(4) Sesak terutama/memberat pada saat cuaca dingin(5) Pemeriksaan fisik dijumpai adanya wheezing

Pada kasus juga dijumpai adanya demam selama 1 hari yang tidak terlalu tinggi dan pada pemeriksaan paru dijumpai adanya ronki. Berdasarkan kedua hal tersebut maka bisa dipikirkan adanya infeksi respiratorik akut. Ronki juga bisa dijumpai pada pasien asma, tetapi pasien asma seharusnya tidak demam. Dengan adanya demam berarti terjadi infeksi, infeksi tersebut juga bisa memicu terjadinya serangan asma atau memperberat gejalanya.Anak ini dirawat inap dengan pertimbangan karena adanya distres pernapasan, yang memerkukan perawatan yang komprehensif dan membutuhkan fasilitas yg tersedia di Rumah Sakit. Di Rumah Sakit tersedia oksigen untuk memenuhi kebutuhan oksigen tubuh. Jika terjadi perburukan gejala yang memerlukan tindakan segera dapat segera diatasi di Rumah Sakit. Terapi yang diberikan pada pasien ini meliputi:Terapi suportif1. Intravenous Fluid Drainage (IVFD) RL 10 tpm mikroPemasangan infus pada pasien ini terutama untuk indikasi memudahkan pemberian terapi. Pada pasien tidak dijumpai tanda-tanda dehidrasi, walaupun pada asma yang berat bisa juga disertai dehidrasi.2. Oksigen per nasal 2 L/mOksigen diberikan untuk mempertahankan saturasi oksigen di jaringan tubuh.Terapi medikamentosa1. Nebulizer Combivent + 3 cc NaCl 0,9% 3 x 1Nebulizer Combivent terdiri dari ipratrium bromida dan salbutamol sulfat, keduanya merupakan bronkodilator2. Cefotaxime 4 x 400 mg ivPemberian antibiotik pada pasien ini karena terdapat tanda infeksi yaitu demam, bisa disebabkan oleh infeksi respiratorik atas3. Dexamethasone 3 x 3 mg ivPemberian kortikosteroid sistemik mempercepat perbaikan asma dan pemberiannya merupakan bagian tatalaksana serangan asma, kecuali pada serangan ringan. 4. Ambroxol Syr 2 x cth 1Ambroxol merupakan mukolitik yang dapat diberikan pada pasien asma yang mempunyai reflex batuk yang baik.5. Antrain 3 x 175 mgSaat di IGD pasien mendapatkan antrain untuk menurunkan panas, tetapi tidak diketahui berapa suhu pasien saat datang di IGD karena tidak dicatat di pemeriksaan. Setelah di ruangan suhu tubuh pasien normal sehingga tidak diperlukan lagi pemberian antrain.

8