skripsi apresiasi (ruang) pertunjukan jkt48 theater

85
UNIVERSITAS INDONESIA MENIKMATI (RUANG) PERTUNJUKAN : KAJIAN MENGENAI KEHADIRAN PENGALAMAN DAN APRESIASI DALAM RUANG PERTUNJUKAN SENI Kasus : JKT48 Theater di fX Sudirman, Jakarta Selatan SKRIPSI Yohanes Oktavianus Siagian 0906517994 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI ARSITEKTUR INTERIOR DEPOK JULI 2013

Upload: yohanes-siagian

Post on 28-Nov-2014

9.474 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

UNIVERSITAS INDONESIA

MENIKMATI (RUANG) PERTUNJUKAN : KAJIAN MENGENAI

KEHADIRAN PENGALAMAN DAN APRESIASI DALAM RUANG

PERTUNJUKAN SENI

Kasus : JKT48 Theater di fX Sudirman, Jakarta Selatan

SKRIPSI

Yohanes Oktavianus Siagian

0906517994

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR INTERIOR

DEPOK

JULI 2013

Page 2: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

UNIVERSITAS INDONESIA

MENIKMATI (RUANG) PERTUNJUKAN : KAJIAN

MENGENAI KEHADIRAN PENGALAMAN DAN APRESIASI

DALAM RUANG PERTUNJUKAN SENI

Kasus : JKT48 Theater di fX Sudirman, Jakarta Selatan

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Arsitektur

Yohanes Oktavianus Siagian

0906517994

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR INTERIOR

DEPOK

JULI 2013

Page 3: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

ii

Universitas Indonesia

Nama : Yohanes Oktavianus Siagian

NPM : 0906517994

Tanda Tangan :

Tanggal : 2 Juli 2013

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber baik yang

dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar

Page 4: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

iii

Universitas Indonesia

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Yohanes Oktavianus Siagian

NPM : 0906517994

Program Studi : Arsitektur Interior

Judul Skripsi : Menikmati (ruang) pertunjukan : kajian mengenai

kehadiran pengalaman dan apresiasi dalam ruang

pertunjukan seni

Kasus : JKT48 Theater

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima

sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana

Arsitektur pada Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas

Indonesia.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Dra. Sri Riswanti M.Sn. ( )

Penguji : Enira Arvanda S.T., M.Dipl. ( )

Penguji : Tony Sofian S.Sn., M.T. ( )

Ditetapkan di : Depok

Tanggal : 3 Juli 2013

Page 5: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

iv

Universitas Indonesia

KATA PENGANTAR

Puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya mulai awal lahir hingga

saat ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat

untuk mencapai gelar Sarjana Arsitektur Jurusan Arsitektur Interior pada Fakultas

Teknik Universitas Indonesia. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Ibu Dra. Sri Riswanti M.Sn. selaku dosen pembimbing saya yang telah

menyediakan waktu, tenaga dan pikirannya untuk mengarahkan saya dan

teman dalam penyusunan skripsi ini.

2. Mbak Enira Arvanda S.T., M.Dipl. dan Bapak Tony Sofian S.Sn., M.T.

selaku dosen penguji yang memberikan masukan yang berarti dalam

penulisan skripsi sehingga menjadi lebih baik

3. Bapak , Mama dan Adik yang telah memberikan dukungan baik secara

material dan moral walaupun terpisah jarak yang cukup jauh Balige-Depok.

Semoga saya bisa memenuhi harapan dan membanggakan kalian.

4. Teman satu bimbingan, Latifa, Biancha, Rara yang saling mengingatkan

dan memberi saran sembari terkadang bercanda sehingga bimbingan

menjadi ceria.

5. Babeh Aki-P yang sudah mengumpulkan para remaja putri dan membentuk

AKB48 dan berbagai sistergroupnya yang menjadi hiburan, penyemangat

serta inspirasi baik dari penampilan, musik dan lirik lagu yang ada. Diasta ,

Ghaida , Miyu serta para member JKT48 dan 48 family lainnya yang

menunjukkan bahwa kesuksesan itu bisa diperoleh lewat sebuah

perjuangan. Impian ada ditengah peluh, usaha keras itu memang tak akan

mengkhianati. Salut untuk kalian. Skripsi ini pun tentang kalian.

6. KSK-JKT48, grup Pecinta Balenk dan teman - teman sesama fans dedek

dedek kawaii lain yang tidak bisa saya sebutkan namanya. Terima kasih atas

kebersamaan yang diberikan, saya bersyukur dapat bergabung dengan

kalian. Terima kasih juga telah bersedia mengisi kuesioner saya. Oy! Oy!

Oy!

Page 6: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

v

Universitas Indonesia

7. Sahabat terbaik saya Bima, Gusprian dan Arif yang sering melakukan hal

bersama mulai dari bermain DoTA, ngidol, sampai membuat properti

cosplay. Semoga persahabatan kita bisa berlanjut hingga kita tua nanti.

8. Arsitektur dan Arsitektur Interior 2009 untuk segala canda, tawa dan tangis

serta teriakan kepanikan saat dikejar deadline yang kita bagi bersama di

studio dan berbagai tempat lain selama 4 tahun ini. Saatnya kita menebar

dan menatap hari esok seperti lirik lagu angkatan kita.

9. Para senior dan junior Arsitektur yang membantu saya untuk belajar bahwa

dunia kampus bukan hanya tentang kuliah saja.

10. Seluruh dosen dan staf Departemen Arsitekur Fakultas Teknik Universitas

Indonesia yang telah membantu selama ini.

11. Semua orang yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu

penyusunan skripsi ini. Walaupun nama kalian tidak tertulis disini tetapi

dukungan kalian sangat berarti.

Skripsi ini mungkin belum bisa dinyatakan sebagai sebuah karya ilmiah yang baik.

Namun semoga skripsi ini bisa menginspirasi orang yang membacanya. Bagi saya

skripsi ini seperti langit mentari senja, sosoknya yang indah di akhir sebuah hari

tapi mengingatkan kita untuk bersiap lagi menghadapi tantangan lain esok hari.

Selamat membaca dan semoga terinspirasi.

Penulis

Page 7: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

vi

Universitas Indonesia

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di

bawah ini:

Nama : Yohanes Oktavianus Siagian

NPM : 0906517994

Program Studi : Arsitektur Interior

Departemen : Arsitektur

Fakultas : Teknik

Jenis karya : Skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-

Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

MENIKMATI (RUANG) PERTUNJUKAN : KAJIAN MENGENAI

KEHADIRAN PENGALAMAN DAN APRESIASI DALAM RUANG

PERTUNJUKAN SENI

Kasus : JKT48 Theater

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,

mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),

merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama

saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok

Pada tanggal : 2 Juli 2013

Yang menyatakan

( Yohanes Oktavianus Siagian )

Page 8: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

vii

Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : Yohanes Oktavianus Siagian

Program Studi : Arsitektur Interior

Judul : Menikmati (Ruang) Pertunjukan : Kajian mengenai kehadiran

pengalaman dan apresiasi dalam ruang pertunjukan seni

Arsitektur seringkali hanya dilihat dari elemen fisiknya yang terlihat yaitu

bangunan sehingga elemen ruang sebagai salah satu pembentuknya seringkali

terabaikan. Elemen ruang tidak terbatas hanya pada arsitektur juga tetapi juga

terdapat pada berbagai seni seperti seni pertunjukan. Skenografi adalah contoh

bagaimana pengaturan elemen ruang dapat menghasilkan pengalaman dalam

sebuah pertunjukan.Dalam seni pertunjukan terdapat penonton dan pelaku

pertunjukan yang menikmati pertunjukan dan juga ruangan sebagai lingkungannya.

Skripsi ini menjabarkan dan menyimpulkan bagaimana pengalaman dapat muncul

dalam sebuah pertunjukan dan bagaimana penonton sebagai sebuah grup sosial

mengapresiasinya dalam bentuk tindakan, tidak hanya pertunjukan karya seni

pertunjukan tapi juga elemen ruang didalamnya

Kata kunci : Ruang,Elemen Spasial, Seni Pertunjukan,Pengalaman, Apresiasi

ABSTRACT

Name : Yohanes Oktavianus Siagian

Study Program : Interior Architecture

Title : Experiencing performing art(‘s space) : study of the existence

and appreciation of performing art’s space

Architecture oftenly seen just by its physical element which is building so space as

one of its element was neglected. Actually, Space as element is not limited in

architecture but also in art like performing art. Scenography is a example how

setting space element can produce experience in a performance. In performing art

there are audiences and performer who not only enjoy and experiencing the show

buat also the stages and auditorium as the enviroment.

This Thesis ini describes dan concludes how experience is created in a performance

and how audience as the consumer appreciate not only the show but also the spatial

element within it, by their responses in action,

Keywords : Space, Spatial Element, Performing Art, Experience, Appreciation

Page 9: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

viii

Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .............................. vi ABSTRAK ........................................................................................................... vii DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii DAFTAR ISTILAH ........................................................................................... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................1

1.2 RUMUSAN MASALAH..................................................................................2

1.3 TUJUAN PENULISAN....................................................................................3

1.4 METODE PEMBAHASAN.............................................................................4

BAB 2 LANDASAN TEORI..................................................................................6

2.1 ARSITEKTUR,RUANG DAN MANUSIA.....................................................6

2.1.1 Definisi Arsitektur dan Ruang...................................................................6

2.1.2 Ruang dan Pengalaman..............................................................................9

2.2 SENI PERTUNJUKAN..................................................................................12

2.2.1 Budaya, Seni dan Seni Pertunjukan..........................................................12

2.2.2 Seni Pertunjukan sebagai event dan pengalaman......................................13

2.3 ARSITEKTUR DAN SENI PERTUNJUKAN...............................................16

2.3.1 Desain Ruang Pertunjukan........................................................................17

2.3.2 Stage dan Auditorium...............................................................................18

2.3.3 Skenografi................................................................................................23

BAB 3 STUDI KASUS : JKT48 THEATER......................................................25

3.1 POP CULTURE..............................................................................................25

3.1.1 Idol Culture...............................................................................................26

3.1.2 Chant dan Wotagei sebagai Respon Fans..................................................27

3.1.3 Lightstick..................................................................................................27

3.1.4 Fans..........................................................................................................28

Page 10: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

ix

Universitas Indonesia

3.2 IDOL GROUP AKB48 DAN JKT48............................................................29

3.3 JKT48 THEATER SEBAGAI EVENT

DAN TEMPAT PERTUNJUKAN................................................................33

3.3.1 Skenografi................................................................................................36

BAB 4 ANALISIS.................................................................................................38

4.1 LINGKUNGAN FISIK SEBAGAI PEMBENTUK PERSEPSI.......................40

4.2 LINGKUNGAN SOSIAL SEBAGAI PEMBENTUK PENGALAMAN........47

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................61

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................64

LAMPIRAN

Page 11: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

x

Universitas Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Ilustrasi pembentukan ruang menurut Locke........................................7

Gambar 2. 2 Ilustrasi pembentukan ruang menurut Levefbre...................................8

Gambar 2. 3 Ilustrasi hubungan Perceived Space,Conceived Space

dan Lived Space...................................................................................9

Gambar 2. 4 Bangunan Roman AmpiTheater..........................................................17

Gambar 2. 5 Tampilan (kiri) dan layout pentas Proscenium (kanan)......................19

Gambar 2. 6 Tampilan (kiri) dan layout pentas bentuk Arena (kanan)..................20

Gambar 2. 7 Tampilan (kiri) dan layout Thrust Stage (kanan)................................20

Gambar 2. 8 Created and found stage yang terjadi ketika

seorang pesulap jalanan melakukan pertunjukannya.........................21

Gambar 2. 9 Ilustrasi batasan aural dan visual dalam stage dan auditorium...........22

Gambar 2. 10 Perhitungan jarak untuk pengaturan kursi (atas)

dan Ilustrasi jarak pandang vertikal manusia (bawah).......................23

Gambar 3. 1 Remaja putri yang bergaya Harajuku di Jepang................................25

Gambar 3. 2 Wota biasanya sangat terobsesi dengan idolanya sampai rela

mengumpulkan berbagai merchandise yang berhubungan dengan

mereka (kiri) dan berpakaian sangat mencolok untuk menujukkan

kecintaannya pada idolanya (kanan).................................................29

Gambar 3. 3 Layout JKT48 Theater (kiri) dan tampilan depan

di JKT48 Theater (kanan).................................................................34

Gambar 3. 4 Denah JKT48 Theater (kiri) dan tampilan dalam

ruang pertunjukan di JKT48 Theater (kanan)....................................35

Gambar 4. 1 Lightstick sebagai atribut wajib saat menonton idol (kiri),

memberikan berkas cahaya yang menarik saat konser (tengah),

maupun saat melakukan wotagei (kanan).........................................28

Gambar 4. 2 Diagram pembentukan pengalaman..................................................38

Gambar 4. 3 Performer menyampaikan pertunjukan dan

menerima respon dari penonton dalam lingkungan pertunjukan......39

Gambar 4. 4 Perbandingan orientasi penonton dan performer dalam Thrust Stage,

dalam hal ini JKT48 Theater (kiri) dan Arena Stage

(kanan)..............................................................................................40

Gambar 4. 5 Figure-Ground Vase , apakah yang anda lihat?

Sebuah vas atau wajah dua orang yang bertatapan ?........................41

Gambar 4. 6 Perbandingan warna objek di background hitam

dan background lain..........................................................................42

Gambar 4. 7 Perbandingan kostum dan pertunjukan di JKT48 Theater

dengan warna shading background berbeda.....................................42

Gambar 4. 8 Denah lighting JKT48 Theater...........................................................43

Gambar 4. 9 Perbandingan warna substraktif (kiri)

dan aditif (kanan) ketika dikombinasikan..........................................44

Gambar 4. 10 Perbandingan cahaya pada lagu Renai Kinshi Jourei (kanan)

dan Heart Gata Virus (kiri).............................................................44

Gambar 4. 11 Desain kostum untuk lagu Temo Demo no Namida

yang disesuaikan dengan konsep dan lirik lagu..............................45

Page 12: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

xi

Universitas Indonesia

Gambar 4. 12 Denah peletakan speaker di JKT48 Theater.....................................46

Gambar 4. 13 Perbandingan kondisi dalam JKT48 Theater

ketika pertunjukan tidak berlangsung (kiri) dan pertunjukan

berlangsung (kanan).......................................................................48

Gambar 4. 14 Data Jenis kelamin dan status hubungan fans JKT48.....................50

Gambar 4. 15 Pie Chart Apa yang disukai fans dari JKT48 (kiri)

dan alasan menonton (kanan).........................................................51

Gambar 4. 16 Pie Chart tindakan yang dilakukan oleh penonton

sambil menyaksikan pertunjukan di JKT48 Theater.......................53

Gambar 4. 17 Tampilan potongan samping stage

dan auditorium JKT48 Theater.......................................................54

Gambar 4. 18 Tiket pertunjukan JKT48 Theater memiliki nomor bingo yang akan

diundi untuk menentukan urutan masuk ke dalam ruang

pertunjukan (kiri); Dibagian depan teater inilah para penonton

dibariskan sesuai nomor bingonya untuk kemudian dilakukan

pengundian.(Kanan).......................................................................54

Gambar 4. 19 Kursi yang digunakan sebagai tempat duduk di JKT48 Theater.......55

Gambar 4. 20 Ilustrasi perbandingan ketika menonton diam

dan melakukan wotagei...................................................................56

Gambar 4. 21 Ilustrasi melihat di tempat duduk dan standing area.......................56

Gambar 4. 22 Sudut pandang vertikal (Kiri), dan sudut pandang Horizontal

saat menonton pertunjukan (kanan)................................................57

Gambar 4. 23 Ilustrasi blocking member dan jarak pandang jika ingin

melihat 1 atau beberapa member secara khusus.............................57

Gambar 4. 24 Ilustrasi seberapa tinggi kepala harus mendongak untuk bisa

melihat performer di tiap baris tempat duduk................................58

Gambar 4. 25 Tampak samping sudut peletakan Speaker di JKT48 Theater........59

Gambar 4. 26 Elemen yang menganggu kenyamanan menonton..........................59

Gambar 4. 27 Tiang pada ruang pertunjukan AKB48 Theater (kiri)

dan JKT48 Theater (kanan)............................................................60

Page 13: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

xii

Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Panca Indra sebagai sistem persepsi (Gibson, 1966)..............................10

Page 14: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

xiii

Universitas Indonesia

DAFTAR ISTILAH

Member : Panggilan singkat untuk anggota sebuah idol group

Wota : Fans yang sudah terobsesi dan tergila-gila terhadap idolanya

Encore : Teriakan untuk meminta pertunjukan tambahan

Furicopy : Tindakan meniru gerakan tangan performer yang sedang

tampil

Kecha : Gerakan menjulurkan tangan oleh fans untuk menunjukkan

dukungan ke performer,terinspirasi dari gerakan tari kecak.

Chant : Teriakan pemberi semangat kepada performer ketika sedang

tampil.

Page 15: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

1

Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Apa sebenarnya yang dimaksud dengan arsitektur, ruang dan interior ? Bagaimana

wujud dari ketiga hal tersebut di dalam kehidupan kita ? Orang awam biasanya akan

menjawab bahwa arsitektur itu adalah ilmu yg mempelajari bagaimana membangun

rumah, gedung dan lain sebagainya sedangkan interior sendiri adalah bagian dalam

dari bangunan tersebut. Pemahaman ini sangat melekat pada istilah arsitektur

sehingga bahkan orang – orang yang berkecimpung di bidang arsitektur sendiri

cenderung sulit untuk mendefinisikan apa sebenarnya itu arsitektur.

Menurut buku Architecture, Space and Order terdapat dua elemen dalam arsitektur

yaitu bentuk (form) dan ruang (space). Bentuk (form) merupakan hal yang disusun

oleh titik, garis , bidang dan volume. Biasanya ini adalah yang sering kita anggap

sebagai arsitektur karena mudah untuk dilihat keberadaannya dan lebih bersifat

konkret padahal ruang (space) sebagai elemen lain juga penting walaupun sulit

untuk ditunjukkan karena bersifat lebih abstrak. (Ching F. D., 1975)

Dalam Arsitektur juga terdapat dua istilah penting yaitu Space and Place yang

biasanya disebut sama dalam bahasa Indonesia yaitu ruang tapi sebenarnya

memiliki arti yang cukup berbeda. Dalam bukunya Space and Place : The

Perspective of Experience, (Tuan, 1977) menyebutkan bahwa pengalaman

(experience) ruang kita ditentukan oleh sensasi, persepsi dan konsepsi yang kita

rasakan ketika berada di ruang tersebut, bagaimana mengubah sebuah space

menjadi sesuatu yang lebih familiar yaitu place. Hal ini nantinya yang menentukan

bagaimana kita merasakan space maupun place dan membedakan keduanya.

Dalam kehidupan manusia, seni adalah satu media ekspresi, salah satu jenisnya

adalah seni pertunjukan. Seni pertunjukan berbeda dengan karya seni lain karena

seni pertunjukan bukanlah karya yang diam seperti halnya seni rupa dan sastra yang

berbentuk objek statis. (Willson, 1991) dalam The Theater Experience

Page 16: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

2

Universitas Indonesia

menyebutkan bahwa seni pertunjukan memberikan pengalaman dan emosi bukan

dalam sebuah objek melainkan melainkan dalam sebuah peristiwa yang bergerak

seiring jalannya waktu. Sebagai sebuah peristiwa tentunya ada berbagai elemen

yang meembentuknya, hal ini dijelaskan oleh (Riantiarno, 2011) dalam bukunya

Kitab Teater : Tanya jawab seputar seni pertunjukan yang menyebutkan bahwa ada

tiga kekuatan utama yang bersinergi dalam membentuk sebuah peristiwa teater

yaitu pekerja teater, tempat dan komunitas penikmat. Disini terlihat peranan ruang

dan arsitektur dalam seni pertunjukan.

Penyampaian pengalaman dalam sebuah seni pertunjukan tentunya harus didukung

oleh sebuah suasana ruang yang sesuai sehingga apa yang diinginkan apa tercapai

dengan baik. Akan menjadi hal yang tidak lucu jika sebuah pementasan komedi

malah dibawakan dalam sebuah dekorasi stage yang suram dan bernuansa gelap

dan sebaliknya. Ketika menikmati sebuah pertunjukan penonton tidak hanya

melihat tetapi juga ikut “masuk” ke dalam dunia yang diciptakan oleh cerita,

suasana, dari pertunjukan tersebut. Dalam dunia seni pertunjukan ada yang dikenal

dengan skenografi atau juga biasa disebut tata pentas. Skenografi adalah sebuah

cara untuk membentuk pengalaman dengan berbagai elemen seperti kostum,

dekorasi, cahaya dan lain sepertinya sama seperti dalam arsitektur.

Seni pertunjukan juga semakin berkembang karena tuntutan zaman. Pertunjukan

yang diberikan harus disesuaikan dengan keinginan para penikmatnya yang

semakin beraneka ragam. Perkembangan lifestyle yang sangat pesat memaksa seni

pertunjukan harus bisa beradaptasi agar bisa mendapatkan penonton.

1.2 Rumusan Masalah

Penulis memilih untuk membatasi pembahasan dalam ruang lingkup seni

pertunjukan saja. Pembahasan akan dimulai dengan membahas sebuah studi kasus

ruang pertunjukan seni kemudian akan dibahas elemen arsitektural yang ada di

dalamnya dan kaitannya terhadap keberhasilan pertunjukan tersebut. Bagaimana

pengalaman bisa hadir dari pertunjukan, elemen arsitektural dan bagaimana

penonton bertindak sebagai bentuk apresiasi dari hal tersebut akan menjadi dasar

utama dari pembahasan.

Page 17: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

3

Universitas Indonesia

1.3 Tujuan Penulisan

Tulisan ini ditujukan kepada masyarakat umum untuk meningkatkan perhatian

mereka mengenai arsitektur, bahwa arsitektur itu tidak terbatas hanya pada elemen

bangunan yang bersifat fisik tetapi juga elemen yang abstrak. Selain itu penulis

ingin memperlihatkan bagaimana hubungan antara ruang dan perilaku manusia

didalamnya, dalam hal ini adalah penonton dalam ruangan pertunjukan seni.

Tulisan ini juga ditujukan kepada para mahasiswa arsitektur interior dan orang–

orang lain yang berkecimpung di dunia arsitektur sebagai bahan referensi tentang

bagaimana sebuah ruang dapat dinikmati oleh penggunanya untuk dapat

menghasilkan rancangan arsitektur dan interior yang tepat guna dan berfungsi baik.

Walaupun begitu seperti yang dikatakan Rasmussen dalam Experiencing

Architecture mengatakan bahwa “art should not be explained;it must be

experienced” (Rasmussen, 1959, hal. 9), maka seni pertunjukan dan arsitektur

sebagai sebuah functional art haruslah dirasakan secara langsung sebagai sebuah

referensi untuk merancang bangunan yang berkaitan dengan hal tersebut.

Page 18: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

4

Universitas Indonesia

1.4 Metode Pembahasan

LATAR BELAKANG

1. Arsitektur dapat berupa form yang konkret atau space

2. Form dan space dalam sebuah karya seni pertunjukan

3. Seni pertunjukan dan lifestyle

4. Apreasiasi manusia terhadap ruang

RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana aspek ruang dalam sebuah event seni pertunjukan muncul dan

dirasakan oleh penonton dan performer ?

2. Bagaimana proses menikmati pertunjukan dan menikmati ruang pertunjukan

terjadi dan apa kaitannya dengan aspek keruangan?

3. Apa saja faktor yang mempengaruhi proses menikmati pertunjukan dan ruang

pertunjukan ?

TUJUAN

1. Menunjukkan fenomena kehadiran ruang di dalam pertunjukan seni .

2.Membuka pemahaman mengenai pengaruh elemen ruang dalam sebuah

pertunjukan seni dan kaitannya dengan bagaimana penonton menikmati

pertunjukan.

KAJIAN TEORI

1. Ruang , Arsitektur , Persepsi, Pengalaman

2. Seni pertunjukan , Ruangan Pertunjukan, Pengalaman

3. Psikologi sosial

4. Ergonomi, Skenografi

5. Lifestyle

JKT48 Theater

Ruang pertunjukan musik dan tari dengan konsep “Idol You can Meet” yang

menekankan pada interaksi

Analisis

Kesimpulan dan saran

Studi Kasus

Page 19: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

5

Universitas Indonesia

Tulisan ini dibuat dengan metode kualitatif dan juga kuantitatif. Saya, sebagai

penulis akan mencoba berada di ruang pertunjukan untuk menonton pertunjukan

yang ada dan menempatkan diri sebagai penonton sehingga bisa merasakan

pengalaman yang diberikan kemudian memberikan laporan mengenai apa yang

saya rasakan. Selain itu penulis juga akan menyebarkan angket dan melakukan

wawancara dengan penonton lain untuk mendapatkan perbandingan dan menjaga

objektifitas penulisan. Pengukuran ruangan, analisa serta dokumentasi lain akan

digunakan untuk mendukung landasan teori yang digunakan.

1.5 Sistematika Penulisan

Tulisan ini akan dibagi menjadi lima pengelompokan tulisan yaitu Bab

Pendahuluan, Bab Landasan Teori, Bab Studi Kasus, Bab Analisis, dan Bab

Kesimpulan .

Bab Pendahuluan berisi penjelasan mengenai alasan dan latar belakang penulisan

serta tujuan yang ingin dicapai . Bagaimana kurangnya pemahaman mengenai

arsitektur dan ruang dalam kehidupan sehari–hari sehingga perlu diberikan

penjelasan kepada masyarakat umum. Seni pertunjukan dan arsitektur memiliki

kesamaan yaitu memiliki dua bentuk elemen, fisik dan abstrak dan keudanya

memberikan pengalaman kepada penikmatnya. Dalam Bab Kajian Teori kemudian

hal ini dijelaskan dengan berbagai landasan teori yang mendukung baik dalam hal

arsitektur maupun seni pertunjukan dan hubungan di antara keduanya.

Selanjutnya dalam Bab Studi Kasus, penulis akan mengulas tentang sebuah ruangan

pertunjukan yang berlangsung secara rutin dan memiliki konsep pertunjukan yang

menarik yaitu JKT48 Theater . Pembahasan secara spesifik mengenai pertunjukan

tersebut baik mengenai konsep, bentuk pertunjukan, ruang yang digunakan, tipikal

penonton serta hal-hal lain yang terkait akan dilakukan. Kemudian dalam Bab

Analisis hasil yang diperoleh dalam studi kasus akan dianalisis dan dibahas dengan

teori dalam bab sebelumnya. Hasil analisis dari ketiga bab tersebut kemudian

dirangkum dalam Bab Kesimpulan.

Page 20: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

6

Universitas Indonesia

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Arsitektur,Ruang dan Manusia

2.1.1 Definisi Arsitektur dan Ruang

Apa sebenarnya yang dimaksud ketika seseorang berbicara tentang arsitektur?

Menurut KBBI online, arsitektur adalah seni dan ilmu merancang serta membuat

konstruksi bangunan, jembatan, dan sebagainya; metode dan gaya rancangan suatu

konstruksi bangunan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), 2013) Sedangkan

jika ditinjau dari etimologi awalnya sendiri arsitektur berasal dari bahasa Yunani

yaitu Architecton yang terdiri dari dua kata, archi yang berarti kepala, dan techton

yang berarti tukang maka arsitekture adalah karya kepala tukang.

(Ching F. D., 1975) dalam bukunya Form, Space and Order mengatakan bahwa

terdapat dua elemen dalam arsitektur yaitu Form dan Space. Form adalah bagian

dari arsitektur yang terdiri dari titik, garis, bidang yang memiliki karakteristik

tertentu. Form ini adalah sesuatu yang terlihat secara fisikal sehingga biasanya

dianggap sebagai arsitektur. Di sisi lain juga terdapat Space yang berbicara tentang

elemen abstrak dari arsitektur yang tidak bisa dilihat secara visual tapi tetap bisa

dirasakan. Hubungan antara form dan space dalam arsitektur dijelaskan oleh D.K

Ching bahwa “Form defining space” (Ching F. D., 1975, hal. 98)

Untuk bisa memahami mengenai arsitektur diperlukan pengertian mendalam

terlebih dahulu mengenai space seperti yang dikatakan perkataan Lefebvre bahwa

" Any definition of architecture itself requires a prior analysis and exposition of the

concepts of space .“ (Lefebvre, 1991, hal. 15). Karena bentuknya yang abstrak maka

space sulit untuk didefinisikan atau ditunjukkan sehingga sulit untuk

mengidentifkasinya. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan space dalam

konteksnya di bidang arsitektur?

Dalam bukunya Words and Building, Adrian Forty menjelaskan bagaimana awal

mula space dianggap sebagai bagian dari pembahasan mengenai arsitektur. Karena

bermula di Jerman, maka istilah yang digunakan juga menggunakan bahasa Jerman

yaitu Raum. Dalam perkembangannya istilah ini menjadi masalah karena dalam

Page 21: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

7

Universitas Indonesia

bahasa Jerman istilah ini memiliki dua arti yaitu menyatakan ruang sebagai material

enclosure dan juga konsep filosofis dimana ruang terbentuk sebagai mental image.

Dalam bahasa Inggris sendiri istilah Raum tersebut dapat diartikan dengan istilah

Space dan Room yang lebih menjelaskan perbedaan diantara keduanya sehingga

tidak ambigu, dalam bahasa Indonesia sendiri istilah ini dapat diterjemahkan

sebagai ruang dan ruangan walaupun definisi sebenarnya tidaklah sesederhana itu.

(Forty, 2000, hal. 256)

Apa itu space dan bagaimana mengetahui kehadirannya? Menurut (Locke, 1999)

dalam bukunya An Essay on Human Understanding , space hadir dari posisi tubuh

kita yang terdefinisi dalam ungkapan “ this piece is this distance from that piece is

this distance from that piece dan is this long, this wide, etc.” (Locke, 1999, hal.

169) yang menunjukkan bahwa posisi spasial terbentuk dari penglihatan dan

perabaan (sight and touch).

Gambar 2. 1 Ilustrasi pembentukan ruang menurut Locke

Sumber :Ilustrasi pribadi, 2013

Di sisi lain terdapat pemikiran yang berbeda dari (Lefebvre, 1991) tentang

pembentukan space. Henry Levebfre menyatakan bahwa space adalah sebuah

produk sosial, yang berarti bahwa space terbentuk (atau dibentuk) oleh seseorang

Page 22: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

8

Universitas Indonesia

yang melakukan intervensi, interaksi, maupun melakukan hubungan dengan orang

lain.

Gambar 2. 2 Ilustrasi pembentukan ruang menurut Levefbre

Sumber: Ilustrasi Pribadi, 2013

(Kurniawan, 2009) dalam papernya yang berjudul Kita Memproduksi Ruang,

membahas mengenai pemikiran Levebfre mengenai space ini. Henry Levefbre

mengatakan bahwa “space is socially produced” sementara “we are spatially

produce”, disini telihat bagaimana manusia sebagai objek yang menentukan space

terbentuk sementara manusia itu sendiri terbentuk dan teridentifikasi karena

interaksinya dengan ruang.

Lebih lanjut Kemas Ridwan menjelaskan pemikiran Levefbre mengenai 3 proses

yang terjadi ketika kita berinteraksi dengan sebuah space, atau lebih tepatnya

berbagai elemen yang ada dalam sebuah space tersebut. Beliau menjelaskan bahwa

tahap pertama adalah ketika kita melakukan praktik meruang (spatial practice)

terhadap sebuah ruang, bagaimana kita memahami tentang aspek fisikal. Tahap

selanjutnya adalah pengolahan secara mental tentang persepsi yang kita terima

sehingga ada representasi secara sadar dari ruang. Di tahap terakhir mengacu pada

pengalaman sub-conscious terhadap ruang dan bagaimana kita menentukan hidup

dan melakukan berbagai tindakan kita di dalam ruang tersebut. Tahap ini adalah

tahap tersulit karena berbicara tentang pemahaman dan penentuan respon terhadap

ruang yang tentu saja dipengaruhi oleh personal pelaku dan bersifat sangat

subjektif.

Page 23: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

9

Universitas Indonesia

Secara ringkas ketiga tahap itu dapat dituliskan dalam diagram berikut :

Physical – Perceived—Spatial Practice

Mental---Conceived—Representasions of Space

Social---Lived---Spaces of Representation.

Gambar 2. 3 Ilustrasi hubungan Perceived Space,Conceived Space dan Lived Space

Sumber : Ilustrasi Pribadi, 2013

2.1.2 Ruang dan Pengalaman

Seperti yang dikatakan oleh Levebfre bahwa salah satu jenis interaksi kita terhadap

ruang adalah ketika kita merasakan persepsi yang diberikan oleh ruang tersebut.

Persepsi adalah proses dimana seseorang memperoleh informasi dari lingkungan

sekitar dan merupakan suatu hal yang aktif.

(Halim, 2005) menyatakan bahwa terdapat dua dasar teori persepsi. Pertama fokus

pada penerimaan dan pengalaman indera sedangkan yang lainnya pada pikiran

1

2

3

Page 24: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

10

Universitas Indonesia

sebagai sebuah sistem yang saling berkaitan dan berhubungan. Salah satu teori

persepsi yang terkenal adalah teori Gestalt. Dalam teori ini, hal paling dasar yang

perlu diperhatikan adalah konsep tentang form, yaitu suatu elemen yang terstruktur

dan tertutup dalam pandangan visual seseorang. Teori ini menjelaskan bahwa ada

enam properti dasar yang mempengaruhi orang dalam mempersepsikan sebuah

form yaitu Proksimitas atau kedekatan, Similaritas, Ketertutupan (Closure),

Kesinambungan (Good Continuance), Bidang dan Simetri , serta Bentuk dan Latar

(Figure and Ground).

Jika teori Gestalt hanya menjelaskan persepsi secara visual maka Gibson (1966)

menjelaskan persepsi secara lebih luas dan mengutarakan panca indera sebagai

sebuah sistem persepsi yang dirangkum oleh Deddy Halim seperti di bawah ini :

Tabel 2. 1 Panca Indra sebagai sistem persepsi (Gibson, 1966)

Sumber : (Halim, 2005, hal. 172)

Nama Bentuk

Atensi

Unit

Penerima

Anatomi

Organ

Aktifitas

Organ

Stimulus

yg ada

Informasi

Eksternal yang

didapat

Sistem

Orientasi

Dasar

Orientasi

Umum

Reseptor

Mekanik

Organ-organ

vestibuler

Keseimbangan

tubuh

Gravitasi

dan

Akselerasi

Arah

Gravitasi,menjadi

terdorong

Sistem

Pendengaran

(auditori)

Mendengar Reseptor

Mekanik

Organ-organ

cochlea (daun

telinga dan

telinga

tengah)

Orientasi suara Getaran di

udara

Sifat dan Lokasi

Getaran

Sistem Peraba

(haptic)

Menyentuh Reseptor

mekanik

dan suhu

Kulit,sambun

gan dan otot

Eksplorasi

mekanis

Perubahan

jaringan,

konfigurasi

sambungan,

regangan

otot

Kontak mekanis,

bentuk obyek, sifat

material, kepadatan,

kekentala n

Sistem

Penciuman

(taste-smell)

Mencium Reseptor

kimia

Lubang

hidung

Mengendus

(membaui)

Komposisi

medium

Sifat mudah

menguap

Page 25: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

11

Universitas Indonesia

Mengecap Reseptor

kimia dan

mekanik

Lubang mulut Mengecap Komposisi

obyek yang

dicerna

Nilai nutrisi dan

biokimia

Sistem

penglihatan

Melihat Reseptor

Mekanik

Mekanisme

okuler

(mata,otot

mata dll)

Akomodasi

pengaturan

pupil, fiksasi,

pemfokusan

Variabel

struktur

ambient

cahaya

Apapapunyang

dispesifikasi oleh

variabel struktur

optik

Teori persepsi ini berhubungan dengan konsep affordance dimana respon seseorang

terhadap persepsi yang diterima ditentukan oleh berbagai hal yang berasal dari

dalam maupun luar diri si penerima persepsi

Persepsi yang diterima tidak hanya persepsi yang berasal dari benda mati tetapi

tidak jarang juga berasa dari sesama manusia. Terdapat istilah personal space yang

berarti sebuah batas maya yang mengelilingi kita yang dirasakan sebagai wilayah

pribadi kita dan jika dilalui oleh orang lain akan menimbulkn perasaan tidak

nyaman. Personal space adalah sebuah konsep hubungan lingkungan-perilaku

sebagai sebuah bulatan atau gelembung yang tak terlihat, mengelilingi dan dibawa

bawa oleh suatu organisme dan ada diantara dirinya dan orang lain.

Banyaknya faktor yang mempengaruhi bagaimana personal space seseorang ketika

berhubungan dengan orang lain diantaranya adalah sebagai berikut (Sommer, 1969)

Menurut faktor situasional, ketertarikan dan kesamaan terhadap sebuah hal dapat

membuat personal space seseorang menjadi lebih mengecil dan tetap merasa

nyaman walaupun berada di jarak yang sangat dekat dengan orang lain. Faktor lain

yang membedakan adalah faktor individual dimana seseorang memiliki

personalitas yang berbeda. Perbedaan Individual ini mulai dari perbedaan budaya,

ras, jenis kelamin, usia hingga kepribadian. Sedangkan menurut faktor terakhir

adalah faktor fisikal ruangan orang tersebut berada. Terkadang sebuah ruangan

memaksa seseorang untuk memperkecil personal spacenya misalnya dalam sebuah

kereta api yang sangat sempit. Dalam kondisi ini seseorang diharuskan untuk

bertoleransi terhadap orang lain dan mau berbagi ruang tanpa harus merasa

terganggu.

Page 26: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

12

Universitas Indonesia

2.2 Seni Pertunjukan

2.2.1 Budaya, Seni dan Seni Pertunjukan

Manusia berbeda dengan makhluk hidup lainnya karena manusia dikaruniai akal

atau budi untuk bisa membedakan dan memilih hal yang baik dan buruk untuk

dirinya. Manusia juga disebut makhluk yang berbudaya karena hal tersebut. Dalam

bahasa Sansekerta sendiri terdapat istilah buddayah yang merupakan bentuk jamak

dari kata Budhi yang berarti akal . Budi adalah akal yang merupakan unsur rohani

dalam kebudayaan, sedangkan daya berarti perbuatan atau ikhtiar sebagai unsure

jasmani, sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil dari akal dan ikhtiar manusia

(Supartono, 2001; Prasetya, 1998). Dalam bahasa asing juga terdapat istilah culture

(Inggris), cultuur (Belanda) atau Kultur (Jerman) yang berasal dari bahasa latin

yang berarti pemeliharaan, pengolahan, dan penggarapan tanah menjadi tanah

pertanian. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari

bahasa Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai

mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai

kultur dalam bahasa Indonesia.

Menurut (Tylor, 1974) , kebudayaan adalah kompleks keseluruhan yang mencakup

ilmu pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, adat istiadat dan kemampuan-

kemampuan, serta kebiasaan-kebiasaan lain yang diperoleh manusia sebagai

anggota masyarakat sedangkan menurut (Koentjaraningrat, 1986, hal. 180),

kebudayaan adalah “keseluruhan dari kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang

teratur oleh tata kelakuan, yang diperoleh melalui belajar dan tersusun dalam

kehidupan masyarakat”

Menurut J.J. Hoenigman (The World of Man, 1959, hal. 11-12), wujud kebudayaan

dibedakan menjadi tiga yaitu gagasan, aktivitas, dan artefak.

Pengertian gagasan adalah wujud yang dianggap ideal dari kebudayaaan yang

berbentuk kumpulan ide, gagasan, nilai dan lain sebagainya yang bersifat abstrak;

tidak dapat diraba, dilihat maupun disentuh. Gagasan ini terletak di dalam kepala

dan alam pemikiran masyarakatnya. Ketika gagasan ini diwujudkan dalam bentuk

tulisan maka gagasan tersebut akan berada di dalam buku atau karangan hasil karya

penulis masyarakat tersebut.

Page 27: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

13

Universitas Indonesia

Penegertian wujud aktivitas adalah apa yang disebut sebagai sistem sosial, yang

mengenai tindakan berpola dari manusia. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas

manusia ketika berinteraksi serta berhubungan dengan yang lain setiap waktu

menurut adat atau kelakuan. Aktivitas ini bersifat konkret, dapat diamati dan

didokumentasikan

Pengertian wujud adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas,

perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau

hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Wujud kebudayaan ini

adalah yang paling konkret dan dapat terlihat dengan jelas karena berupa objek.

Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu

tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud

kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan

karya (artefak) manusia. Salah satu bentuk kebudayaan ini terlihat dalam karya seni

masyarakat.

2.2.2 Seni Pertunjukan sebagai event dan pengalaman

Seni dapat berbentuk objek seperti lukisan, tulisan, patung dan lain sebagainya atau

juga berbentuk pertunjukan. Perbedaan media inilah yang membedakan seni

menjadi seni rupa, seni literatur dan seni pertunjukan.Seni pertunjukan adalah

bentuk seni dimana sang seniman melakukan sebuah ekspresi melalui suara,

gerakan badan dalam sebuah pertunjukan di hadapan penonton.

Seni pertunjukan secara umum dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu :

1. Musik (vokal, instrumental, gabungan)

2. Tari (representasional dan non-representasional)

3. Teater (dengan orang atau boneka/wayang sebagai dramatis personal)

Elemen waktu adalah elemen krusial dalam sebuah seni pertunjukan untuk

membentuk sebuah pengalaman kepada penikmatnya. Jika lukisan dan patung

berupa benda nyata yang bisa dipegang maka lain halnya dengan seni pertunjukan

yang berupa event. Hal ini diungkapkan oleh (Willson, 1991) yang menyebutkan

bahwa seni pertunjukan memberikan pengalaman dan emosi bukan dalam sebuah

Page 28: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

14

Universitas Indonesia

objek melainkan melainkan dalam sebuah peristiwa yang bergerak seiring jalannya

waktu. Lebih lanjut Wilson juga mengutip kata kata dari Bernard Beckerman

mengenai kondisi ini

Theater is nothing if not spontaneous. It occurs. It happens. The novel can be

put away ,taken up, reread. Not Theater. It keep slipping between one’s fingers

. Stopping , it stops being Theater. Its permanent features, facets of activity ,

such as scenery,script, stage ,people, are no more Theater than two poles of

generator are electricity. Theater is what goes on between the parts.

(Willson, 1991, hal. 3)

Sebuah pertunjukan yang berhasil memberikan pengalaman kepada penontonnya

tentunya ditentukan oleh beberapa elemen. (Willson, 1991) menyebutkan bahwa

dalam teater,dan seni pertunjukan pada umumnya, ada lima elemen penting yang

perlu untuk diperhatikan yaitu penonton, event pertunjukan, karya pertunjukan,

latar belakang penciptaan karya atau konsep, dan lingkungan tempat pertunjukan

berlangsung. (Riantiarno, 2011) punya pendapat sendiri yang menyederhanakannya

menjadi tiga kekuatan utama yang bersinergi dalam membentuk sebuah peristiwa

teater yaitu pekerja teater, tempat dan komunitas penikmat yang dapat diuraikan

sebagai berikut :

a) Penonton

Penonton adalah salah satu elemen terpenting dalam sebuah seni pertunjukan.

Penonton adalah konsumen dari pertunjukan yang menikmati apa yang diberikan

oleh pelaku pertunjukan sebagai pelaku seni pertunjukan. Penonton adalah

konsumen yang ingin mendapatkan kepuasan ketika datang menonton sebuah

pertunjukan seni. Merekalah tujuan akhir dari alur penyampaian pengalaman ini

dalam pertunjukan.Dalam kenyataannya penonton tidak hanya menjadi objek yang

pasif dalam sebuah pertunjukan. Kehadiran penonton dalam sebuah pertunjukan

ikut berperan serta dalam menciptakan pengalaman baik yang diterima oleh

penonton lain maupun yang diterima oleh si pelaku pertunjukan sendiri.

Apakah penonton terdiri dari orang-orang dengan karakteristik dan golongan yang

sama atau tidak? Kumpulan penonton yang homogenous atau heterogenous dengan

Page 29: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

15

Universitas Indonesia

berbagai kalangan tentunya mempengaruhi apa dan bagaimana pengalaman itu

terjadi. Menonton bersama dengan penonton yang berasal dari kalangan remaja

tentunya berbeda dengan ketika bersama profesional yang memang berkecimpung

di dunia pertunjukan.

Latar belakang penonton juga berpengaruh ke bagaimana pengalaman dan

bagaimana mereka menikmati pertunjukan tersebut. Pemahaman mereka dan apa

yang mereka harapkan dari sebuah pertunjukan akan mempengaruhi bagaimana

mereka menikmati pertunjukan. Orang yang menonton untuk pertama kali dan tidak

tahu tentang pertunjukan tersebut tentu akan berbeda dengan orang yang sudah

berkali-kali menonton pertunjukan yang sama. Bagaimana penonton menempatkan

dirinya dalam sebuah pertunjukan dan bagaimana dia bereaksi terhadap pertunjukan

tersebut adalah salah satu faktor yang membedakan bagaimana mereka menikmati

pertunjukan dan pengalaman seperti apa yang mereka terima.

b) Pelaku pertunjukan

Pelaku pertunjukan selaku pelaksana seni pertunjukan yang bertugas memberikan

pengalaman kepada penonton yang menikmatinya. Posisi pelaku pertunjukan

sebagai translator sebuah karya seni pertunjukan menjadi sebuah pertunjukan

penting karena merekalah yang membawa sebuah musik, karya seni ke bentuk event

dalam bentuk suara maupun gerak tubuh. Oleh karena itu individu pelaku

pertunjukan kemudian menjadi salah satu hal yang berpengaruh dan bertanggung

jawab dalam bagaimana pengalaman itu terjadi untuk dinikmati penonton.

Latar belakang pendidikan, usia, gender, dan hal-hal lain yang membentuk pelaku

pertunjukan sebagai seorang manusia secara langung ataupun tidak langsung akan

mempengaruhi proses interpretasi sebuah karya seni pertunjukan. Akan berbeda

tentunya ketika sebuah lagu perjuangan dibawakan oleh veteran perang dengan

ketika dibawakan oleh remaja. Pemahaman terhadap karya yang akan dibawakan

tentu saja akan bisa memberikan atmosfir pengalaman yang berbeda ketika

membawakannya.

Sebuah karya seni pertunjukan adalah sebuah bahan mentah yang harus dihidupkan

dalam event pertunjukan tersebut. Ibarat makanan maka sebaik apapun karya

Page 30: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

16

Universitas Indonesia

pertunjukan ini diolah dan disajikan dalam event oleh pelaku pertunjukan akan

kurang berhasil jika si karya seni sendiri tidak berhasil. Begitu juga sebaliknya jika

sebuah karya seni pertunjukan tidak berhasil diolah dengan baik maka sia-sialah

potensi sebuah karya seni pertunjukan itu.

Ide dan konsep dalam sebuah karya pertunjukan tentunya memberikan pengalaman

yang berbeda kepada tiap penonton yang berbeda. Oleh karena itu mempelajari

karya pertunjukan apa yang dibawakan baik itu berupa lagu, naskah drama dan yang

lainnya menjadi penting.

c) Lingkungan Pertunjukan

Lingkungan tempat pertunjukan terjadi bukanlah hanya sekadar tempat pelaku

pertunjukan untuk beraksi secara fisikal tetapi juga sebagai salah satu elemen yang

menciptakan suasana dan membentuk pengalaman ruang yang secara langsung

maupun tidak langsung mempengaruhi pertunjukan.

Wilson menulis peranan lingkungan dalam seni pertunjukan sebagai berikut,

“ The physical environment of a Theater production is an important part of

experience. Whether the Theater spaces is indoor or outdoors, whether it is large

or small, the shape of the stage and its relationship to the audience help

determine the nature of the Theater experience” (Willson, 1991, hal. 12)

2.3 Arsitektur dan Seni Pertunjukan

Pada zaman primitif, ruang untuk pertunjukan yang biasanya dimaksudkan dengan

tujuan kepercayaan dan religi diadakan di alam terbuka. Tempat pertunjukan

tersebut bisa saja hanya berupa sebuah tempat dibawah naungan pohon besar atau

tempat lainnya. Tempat yang dikhususkan untuk pertunjukan seni pertama dimulai

oleh bangsa Yunani dengan AmpiTheaternya. Walaupun masih sangat awal tapi

AmpiTheater sudah mengaplikasikan ilmu akustik di dalam designnya bahkan

sempat disebutkan bahwa suara koin yang jatuh di tengah pentas dapat terdengar

hingga ke area paling belakang tempat penonton.

Page 31: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

17

Universitas Indonesia

Gambar 2. 4 Bangunan Roman AmpiTheater

Sumber : http://us.123rf.com/400wm/400/400/dbajurin/dbajurin0901/dbajurin090100053/4118698-roman-

amphiTheater-in-amman-al-qasr-site-jordan.jpg, 2013

Seiring perkembangan zaman dan teknologi, maka berkembang pula seni

pertunjukan dengan berbagai jenis seni dan cara pertunjukan baru, untuk bisa

mendukungnya maka bangunan pertunjukan seni juga semakin berkembang.

Pengetahuan dan teknologi baru di bidang akustik, dan pencahayaan serta lainnya

memberi peranan besar terhadap hal ini sekaligus membuka berbagai kemungkinan

baru dalam melakukan sebuah pertunjukan.

2.3.1 Desain Ruang Pertunjukan

Menurut (Appleton, 2008) dalam Building for The Performing Arts dalam

merancang sebuah ruang1 pertunjukan haruslah terlebih dahulu memperhitungkan

berbagai macam faktor yang terkait seperti konsep pertunjukan, site, jenis

pertunjukan, kapasitas dan lain sebagainya. Mengenai jenis petunjukan yang

berhubungan dengan desain bangunan, (Appleton, 2008) menyatakan bahwa

setidaknya dapat dibagi menjadi Musik klasik, Opera, Tari, Pertunjukan Musikal,

Jazz, Musik Pop/Rock, dan Drama. Jenis pertunjukan tentunya memerlukan

konfigurasi elemen arsitektur dan interior yang berbeda baik dari zoning, akustik,

pencahayaan dan lain sebagainya.

1 Atau gedung,bangunan

Page 32: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

18

Universitas Indonesia

Masalah lain yang harus diperhitungkan adalah masalah site ruang pertunjukan

tersebut. Bagaimana hubungannya dengan bangunan di sekitarnya,

keterjangkauannya oleh target pengunjungnya, status bangunannya apakah

permanen atau tidak, milik pemerintah atau tidak. Hal ini menentukan jenis

treatment dan pendekatan seperti apa yang akan dilakukan untuk menciptakan

ruang pertunjukan tersebut. Apakah menggunakan metode Intervention yaitu

pendekatan dengan cara merubah bangunan lama menjadi lebih baik sehingga lebih

layak, namun tetap saling berkait antara bangunan lama dan yang baru setelah

diperbaiki; Insertion yaitu memasukkan dimensi yang telah ditentukan dalam batas

bangunan yang ada ; atau malah Installation yaitu menambahkan elemen baru (bisa

seperti bangunan baru) yang bisa jadi dipengaruhi bangunan yang ada, ditempatkan

dalam batasan bangunan yang ada itu sendiri (Friedman, 2003).

2.3.2 Stage dan Auditorium

Salah satu bagian paling penting dalam sebuah gedung pertunjukan adalah Pentas

dan Auditorium. Pentas berarti sebuah tempat yang dipergunakan untuk

mempertunjukkan suatu pemeranan yang dengan sadar mengisyarakatkan sebuah

nilai kesenian. Pentas disini belum tentu merupakan sebuah panggung karena

panggung adalah sebuah tempat dengan ketinggian tertentu. Secara fisik terlihat

bahwa ada perbedaan diantara kedua istilah ini walaupun secara fungsi dan

tujuannya sama yaitu tempat pertunjukan (Padmodarmaya, 2008, hal. 26-27)

Jika pentas adalah tempat bermainnya maka tempat untuk menontonnya disebut

auditorium. Berdasarkan hubungan letak dan layout dari pentas/stage dan

auditorium ini maka jenis ruang pertunjukan dapat dibagi menjadi empat jenis yaitu

Proscenium, Arena , Thrust Stage dan The created or found space. Keempat jenis

tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a) Proscenium

Proscenium adalah bentuk pentas yang menggunakan ketinggian dan biasanya kita

sebut sebagai panggung. Pada pentas ini hubungan antara panggung dan auditorium

dipisahkan atau dibatasi dengan dinding dan lubang prosenium. (Padmodarmaya,

2008, hal. 30) Dengan bentuk pentas seperti ini terlihat batas yang jelas antara

penonton dan penampil. Selain itu dengan adanya panggung yang memiliki

Page 33: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

19

Universitas Indonesia

ketinggian yang lebih dibanding daerah auditorium maka penampil bisa terlihat

lebih jelas.

Gambar 2. 5 Tampilan (kiri) dan layout pentas Proscenium (kanan)

Sumber :

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/a/a7/Auditorium_Building14.jp

g/300px-Auditorium_Building14.jpg (kiri); http://blogs.swa-

jkt.com/swa/10310/files/2012/03/proscenium.jpg (kanan), 2013

b) Arena

Arena adalah bentuk ruang pertunjukan dimana auditorium berada mengelilingi

area pentas. Bentuk ini adalah bentuk pentas yang paling sederhana dibanding yang

lain. Area pentas tidak berada lebih tinggi dari bahkan terkadang justru lebih rendah

dari auditorium. Bentuk pentas seperti ini adalah bentuk tertua dari pentas

pertunjukan. Bentuk arena seperti ini memaksimalkan hubungan antara pelaku

pertunjukan dan penonton, tapi meminimalkan terjadinya ilusi teatrikal.

Page 34: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

20

Universitas Indonesia

Gambar 2. 6 Tampilan (kiri) dan layout pentas bentuk Arena (kanan)

Sumber : http://www.geneseo.edu/~blood/Spaces3.html (kiri) ; http://blogs.swa-

jkt.com/swa/11167/files/2012/04/arena-300x247.jpg (kanan) , (2013)

c) Thrust Stage

Thrust Stage adalah ruang pertunjukan dengan bentuk setengah lingkaran. Jenis

ruang ini bisa dianggap sebagai gabungan antara jenis Proscenium dan Arena.

Perbedaannya dengan jenis Arena adalah terdapatnya sisi latar di belakang pentas

yang biasanya terdapat di jenis Proscenium. Ilusi teatrikal akan sangat berkurang

dalam thrust stage karena tidak adanya bingkai yang membatasi event yang terjadi

dalam pentas dan penonton dapat melihat pertunjukan sekaligus penonton secara

bersamaan

Gambar 2. 7 Tampilan (kiri) dan Layout Thrust Stage (kanan)

Sumber : http://images.wikia.com/phase/images/0/07/Thrust_Stage_001at20.jpg (kiri) ;http://hs-

Theater-ib1.ism-online.org/files/2010/10/thrust-stage.jpg (kanan), 2013

Page 35: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

21

Universitas Indonesia

d) Created and Found Space

Created and Found Space adalah jenis ruang pertunjukan yang secara fisik tidaklah

dipersiapkan untuk sebuah pertunjukan seni. Ruang pentas muncul secara alami

ketika pertunjukan itu dimulai, contohnya adalah para pengamen yang bermain

musik dan menyanyi di dalam bus kota atau kereta api, atau misalnya pertunjukan

sulap pinggir jalan yang kemudian dikerumuni oleh banyak orang.

Gambar 2. 8 Created and found stage yang terjadi ketika seorang pesulap jalanan melakukan

pertunjukannya

Sumber:http://www.flickr.com/photos/peteriches/5374050276/, 2013

Sebenarnya jenis layout stage dan auditorium ini masih dapat dibagi lagi menurut

kepentingan dan bentuknya secara spesifik (lihat lampiran 3). Jenis layout yang

berbeda ini tentunya menghasilkan pengalaman menonton yang berbeda pula.

Hal selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah masalah auditorium yang

merupakan tempat penonton untuk menikmati pertunjukan. Penonton harus bisa

mendengar dan melihat pertunjukan secara nyaman dan performer juga harus bisa

melihat penonton sehingga menunjukkan ekspresi atau memberikan respon kepada

penonton.

Indra pendengaran dan penglihatan manusia memiliki keterbatasan sehingga hanya

bisa mendapat rangsang hingga batas jarak dan sudut tertentu saja. Perhatikan

gambar 2.9 yang menunjukkan area auditorium maksimal yang bisa dilihat oleh

performer. Performer pada posisi B akan memiliki sudut pandang horizontal

Page 36: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

22

Universitas Indonesia

sepanjang garis Y, tetapi jika dalam potongan maka terlihat bahwa sudut

pandangnya juga terbatas secara vertikal

Gambar 2. 9 Ilustrasi batasan aural dan visual dalam stage dan auditorium

Sumber : (Appleton, 2008, hal. 112)

Untuk masalah batasan jarak antara performer dan penonton, tiap jenis pertunjukan

memiliki jarak maksimal masing-masing. Drama sebaiknya tidak lebih dari 20

meter agar ekspresi wajah pemainnya terlihat, opera dan pertunjukan musikal

maksimal 30 meter karena ekspresi tidak terlalu krusial dan lebih mementingkan

suara, pertunjukan tari sebaiknya juga tidak lebih dari 20 meter agar penonton bisa

melihat gerakan tubuh penarinya. Untuk sebuah auditorium yang akan digunakan

untuk berbagai jenis pertunjukan maka kondisi jarak stage-auditorium yang paling

utamalah yang didahulukan.

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam auditorium adalah masalah tempat duduk,

baik masalah layout maupun levellingnya. Pengaturan tempat duduk yang tidak

nyaman akan membuat kenikmatan saat menonton pertunjukan juga terganggu.

Pengaturan yang terlalu padat atau tempat duduk yang terlalu sempit adalah contoh

hal yang dapat menganggu.

Menurut (Appleton, 2008), jumlah tempat duduk maksimal dalam sebuah row

adalah 22 jika ada jalur gerak keluar masuk di kiri kanannya, atau 11 jika hanya ada

1 jalur gerak keluar masuk. Jarak antara row sebaiknya tidak kurang dari 400mm

dan lebih dari 500mm. Selain itu, untuk menyesuaikan dengan kondisi mata mansia

yang memiliki sudut padang terbatas dan adanya halangan dari penonton di depan

130°

Page 37: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

23

Universitas Indonesia

maka sebaiknya dalam pengaturan kursi penonton dibuat levelling dengan

perhitungan ukuran seperti yang terlihat dalam gambar .

Gambar 2. 10 Perhitungan jarak untuk pengaturan kursi (Atas) dan Ilustrasi jarak pandang vertikal

manusia (Bawah)

Sumber : (Appleton, 2008, hal. 129)

2.3.3 Skenografi

Dalam menciptakan lingkungan pertunjukan dan suasana yang diinginkan untuk

mendukung sebuah pertunjukan yang sukses diperlukan penataan berbagai hal

pendukung lain tidak hanya pentas saja tetapi mulai dari set panggung, properti,

pencahayaan hingga ke para pelaku pertunjukan dari busana, rias wajah dan rambut.

Penataan berbagai hal tersebut disesuaikan dengan konsep dan pertunjukan yang

akan ditampilkan agar memberikan pengalaman yang nyata dan lebih jelas

dirasakan oleh penonton.

Page 38: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

24

Universitas Indonesia

Dalam seni pertunjukan ada yang dikenal dengan skenografi. Berdasarkan

etimologinya Scenograph berasal dari bahasa Yunani ,skēnē, yang berarti panggung

atau lingkungan; grapho, yang berarti menjelaskan , jadi dapat diambil kesimpulan

bahwa skenografi adalah sesuatu yang menjelaskan lingkungan di pentas. Buku

What is Scenography menunjukkan pendapat banyak ahli yang memberi mengenai

definisi skenografi misalnya :

a) Josef Svoboda (Czech Republic) : The interplay of space, time, movement

and light on stage

b) Tali Itzhaki (Israel) : Everything on stage that is experienced visually—in

essence, a human being in a human space.

c) Miodrag Tabacki (Yugoslavia) : The visual space of the performance

conceived through an idea, shaped into a physical and architectural whole.

(Howard, 2002, hal. 8)

Penulis sendiri mempunyai pendapat bahwa Jika pentas diumpamakan sebagai

wajah maka skenografi adalah berbagai make up untuk memperindah wajah

tersebut untuk berbagai kesempatan dan waktu.

Skenografi tidak hanya sekadar menghias panggung dengan berbagai macam

pernak pernik yang indah tetapi lebih ke bagaimana menciptakan suasana yang

mendukung pertunjukan seni. Menurut (Riantiarno, 2011) dalam Kitab Teater , ada

beberapa elemen yang perlu diperhatikan dalam sebuah sebuah skenografi yaitu

properti, busana, rias wajah dan rambut serta pencahayaan. Disini terlihat bahwa

selain menata panggung juga dilakukan penataan terhadap si penampil yang akan

muncul di panggung untuk bisa memperkuat suasana yang dihadirkan.

Bagaimanapun skenografi yang baik tentunya terjadi ketika semua elemen tersebut

dapat menyatu dan dapat dinikmati oleh penonton seperti yang dikatakan oleh

Pamela Howard “The scenographer’s work is not complete until the first audience

arrives in the Theater and the moment comes to make the weeks of private

preparation, public.” (Howard, 2002, hal. 105)

Page 39: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

25

Universitas Indonesia

BAB 3

STUDI KASUS : JKT48 THEATER

3.1 Pop Culture

Seiring berkembangnya zaman semakin banyak bentuk seni, termasuk seni

pertunjukan yang muncul. Hal ini tidak lepas dengan kehadiran popculture sebagai

salah satu jenis budaya yang hadir di perkembangan zaman tersebut. Menurut

oxforddictionaries.com , popculture adalah “commercial culture based on popular

taste”, budaya komersial yang berdasarkan selera dan popularitas atau tren yang

ada. Seperti definisinya budaya ini memang berfokus kepada profit dan

komersialisasi budaya yang mereka ciptakan.

Sudah banyak budaya Pop Jepang yang berhasil masuk ke pasar Internasional dan

dinikmat secara global. Di bidang Fashion terdapat gaya Harajuku yang sangat

terkenal. Harajuku sendiri sebenarnya adalah sebutan populer sebuah daerah di

distrik Shibuya, Tokyo dimana banyak remaja yang berpakaian aneh.

Gambar 3. 1 Remaja putri yang bergaya Harajuku di Jepang

Sumber : http://skyelarkbirdy.files.wordpress.com/2011/04/harajuku211.jpg, 2013

Page 40: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

26

Universitas Indonesia

Di bidang hiburan terdapat manga dan anime dari Jepang yang tidak hanya disukai

oleh anak-anak tetapi juga remaja dan bahkan orang dewasa. Walaupun komik dan

kartun bukan berasal dari Jepang tetapi mereka berhasil mengembangkannya

hingga memunculkan istilah baru yaitu manga dan anime yang secara spesifik

berarti kartun dan komik buatan Jepang. Anda pasti masih mengingat kartun

Doraemon, SailorMoon, Dragon Ball yang tayang setiap hari Minggu di stasiun TV

swasta lokal di era 90an dan sangat dinantikan oleh anak-anak. Bahkan kartun

Doraemon dan Dragon Ball masih ditayangkan di salah satu televisi swasta hingga

saat ini.

3.1.1 Idol Culture

Salah satu budaya popculture (dan subculture) yang berkembang di Jepang adalah

Idol. Dalam budaya Jepang, idol (アイドル aidoru) adalah seseorang (pria atau

wanita) berusia belasan hingga awal 20 tahun yang memiliki penampilan menarik

dan memiliki kemampuan di dunia hiburan seperti tarik suara, modeling, akting,

dan lain sebagainya. Idol ini akan dididik dan dipromosikan oleh pihak

manajemennya sampai mereka dirasa (atau merasa) siap (atau juga bisa karena

faktor umur) untuk memasuki dunia hiburan secara individual atau dikenal dengan

sebutan lulus seperti layaknya sekolah.

Terdapat berbagai macam jenis idol sesuai dengan bidang yang dikhususkan

untuknya misalnya Variety Idol (Badadoru = Baraieti idoru), idol model bikin

(gravure idol), idola yang berumur dibawah 15 tahun ( U-15 idol), idol video

dewasa (Nudoru= Nude Idol/idoru), idol penyanyi enka (Endoru = Enka

Idol/aidoru). Selain itu juga terdapat idol dalam berbagai minat minat masing-

masing seperti , rakugo2 (raidoru) ,perkeretaapian (tetsudoru), robot (robodoru),

militer (milidoru), pasar saham (kabudoru), ikan (sakanadoru), hingga idola

pertanian (nodoru) ("Idol Group." J Pop Culture - Oct. 2012: 22-25. Print.)

Hingga pertengahan tahun 1980an citra seorang idol diposisikan layaknya bintang

yang berada diatas masyarakat biasa. Hal ini didobrak dengan kemunculan grup

idola Onyanko Club yang dilahirkan dalam variety show Fuji TV Yuyake Nyan

2 Rakugo adalah seni bercerita tradisional Jepang yang mengisahkan cerita humor yang dibangun

dari dialog dengan klimaks cerita yang tidak terduga

Page 41: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

27

Universitas Indonesia

nyan pada tahun 1985. Anggota Onyanko Club dicitrakan sebagai gadis biasa

layaknya teman sekolah seperti yang dikatakan dalam buku Japan Pop : Inside the

world of Japanese Popular Culture mengenai idol ini, “Playing on young people's

social needs, Japan's life-sized pop idols are produced and marketed as

personifiers of a typical "girl or boy next door," chosen to become "lucky stars"

and to represent their generation.” (Craig, 2000, hal. 311)

Dengan sistem marketing seperti itu maka idol dituntut tidak hanya bisa menyanyi,

menari maupun berakting dengan baik tetapi juga membangun interaksi dengan

para fansnya. Berbagai kegiatan selain stage performance diadakan untuk

membangun intimacy antara fans dan idol mulai dari handshake event, foto bersama

sign event, blog, dan sosial media. Budaya idol ini masih menjadi pro dan kontra di

masyarakat Jepang karena dianggap minim talenta dan merusak industri musik dan

hiburan, walaupun begitu konsep idol ini kemudian menjadi salah satu industri yang

memberikan profit paling banyak di sektor entertainment.

3.1.2 Chant dan Wotagei sebagai Respon Fans

Wotagei berarti "wota (idol fan) art". Wotagei mengacu pada gerakan dan teriakan

penyemangat yang dilakukan oleh wota. Walaupun demikian wotagei ini boleh

dilakukan oleh siapa saja dan tidak terbatas oleh wota saja.Ketika menonton

pertunjukan JKT48 ada teriakan yang diserukan oleh penonton/fans seiring nada

lagu.Teriakan ini disebut sebagai Chanting Mix yang merupakan salah satu cara

untuk mendukung dan menyemangati idol ketika sedang tampil. Teriakan ini

dilakukan pada waktu tertentu pada intro maupun sela sela tertentu. “Meneriakkan

Mix ini bukanlah sebuah kewajiban tetapi ketika melakukannya bisa merasakan

kesatuan dengan pertunjukan yang sedang terjadi diatas panggung” (JKT48, 2012,

hal. 28)

3.1.3 Lightstick

Lightstick adalah atribut wajib para fans sebuah idol group. Fans akan

mengayunkan lightstick ini sepanjang pertunjukkan untuk lebih memeriahkan

suasana. Warna warni yang muncul dari lightstick yang dipegang oleh para fans ini

memang selalu memberikan pemandangan yang menarik dalam setiap pertunjukan.

Lightstick ini juga digunakan ketika melakukan sebuah gerakan wotagei.

Page 42: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

28

Universitas Indonesia

Gambar 4. 1 Lightstick sebagai atribut wajib saat menonton idol (kiri), memberikan berkas

cahaya yang menarik saat konser (tengah), maupun saat melakukan wotagei (kanan)

Sumber : kaskus.co.id (kiri);

http://drewleefacingtheworld.blogspot.com/2013_03_01_archive.html (tengah);

http://adwindokukar.blogspot.com/2012/11/pesta-langit-malam-langit-tenggarong.html (kanan)

3.1.4 Fans

Fans sebuah Idol Group pada umumnya adalah remaja laki laki yang mayoritas

masih duduk dibangku sekolah. Hal ini berbeda dengan sister group lain di Jepang

dimana fansnya mayoritas terdiri dari para pekerja muda lajang yang memang

mencari hiburan dan menghilangkan penat setelah kerja. Tidak jarang kita akan

menjumpai fans yang masih mengenakan kemeja kerjanya saat menonton

pertunjukan idol.

Di Jepang sendiri Idol group tidak hanya dimonopoli remaja laki laki atau pria

paruh baya tetapi juga perempuan, anak kecil hingga orang lanjut usia. Pertunjukan

idol group seakan telah menjadi pilihan hiburan alternatif yang menarik walaupun

terkadang masih menuai pro dan kontra dengan tuduhan eksploitasi anak dibawah

umur serta menjual romantisme dan sensualisme terselubung.

Page 43: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

29

Universitas Indonesia

Fans yang sudah sangat fanatik biasanya disebut dengan istilah Wota. Wota istilah

umum untuk Idol Otaku, dimana Otaku sendiri berarti orang yang sangat terobsesi

dengan hobinya,mungkin hampir sama dengan istilah geek, sehingga Wota berarti

adalah orang yang sangat terobsesi dengan idolnya. Penampilan para wota ini

biasanya sangat mencolok ketika menonton performance idolanya dengan berbagai

macam atribut, walaupun tidak semuanya seperti itu.

Gambar 3. 2 Wota biasanya sangat terobsesi dengan idolanya sampai rela mengumpulkan berbagai

merchandise yang berhubungan dengan mereka (kiri) dan berpakaian sangat mencolok untuk

menujukkan kecintaannya pada idolanya (kanan)

Sumber : http://makoto-anon.tumblr.com (kiri); http://newschoolkaidan.com/the-way-of-the-wota/

(kanan), 2013

3.2 Idol Group AKB48 dan JKT48

AKB48 adalah idol group yang diproduseri oleh Akimoto Yasushi yang

sebelumnya juga memproduseri Onyanko Club. Nama AKB48 diambil dari

Akihabara (atau bisa juga disingkat Akiba), sebuah area di Tokyo yang merupakan

pusat tempat perbelanjaan elektronik dan hobi seperti anime, manga, games dan

lain sebagainya. Teater tempat pertunjukan AKB48 berada di lantai 8 Don Quixote

(atau Don Quijote) yang merupakan salah satu tempat perbelanjaan di Akihabara.

Angka 48 sendiri berasal dari nama bos office 48, perusahaan yang menaungi grup

ini, yaitu Shiba Kotaro , Shi = 4 dan ba = 8

Page 44: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

30

Universitas Indonesia

a) Konsep

Pembentukan AKB48 dimulai ketika Akimoto Yasushi atau yang biasa dipanggil

Aki P berniat untuk membuat sebuah idol group dimana kita bisa melihat dan

bertemu dengan idola kita tidak hanya melalui siaran di TV atau pertunjukan yang

terbatas. Aki P memperkenalkan konsep “Idol you can meet” berbasis teater dengan

pertunjukan yang diadakan hampir setiap hari sehingga para fans dapat bertemu

dengan idolanya. Alih alih memberi citra glamor sebagai idola yang dipuja, anggota

AKB48 memposisikan diri sebagai seseorang yang perlu didukung dengan segala

keterbatasannya. “Kami ingin mendukung mereka seperti menjaga seekor burung

kecil sebelum ia bisa terbang ke langit”, begitu kata seorang fans (中居正広の金

曜日のスマたちへ (Nakai Masahiro no Kinyoubi no SUMAtachi e), 2012)

b) Overseas Group

Seiring dengan semakin berkembangnya popularitas grup AKB48 maka dibukalah

“cabang” di beberapa daerah yaitu SKE48 yang berpusat di Nagoya,Sakae; NMB48

yang berpusat di Namba,Osaka; HKT48 yang berpusat di Hakata,Fukuoka; dan

SDN48 yang mengkhususkan pertunjukan untuk dewasa setiap sabtu malam

(Saturday Night). Pada September 2011 kemudian dimulai pula audisi untuk first

overseas sister group di Indonesia yaitu JKT48 yang berpusat di Jakarta dan debut

perdana di televisi pada November 2011.

c) Setlist

Dalam setiap pertunjukan di teater JKT48 dan 48group lainnya terdapat sebuah

setlist yang merupakan kumpulan lagu yang dibawakan secara teatrikal dengan

musik dan tari secara nonstop selama kurang lebih 2 jam. Tiap setlist memiliki tema

masing masing yang terlihat dari lirik dan jenis pembawaan yang lagu yang ada di

dalamnya. Hingga saat ini AKB48 sudah memiliki 17 jenis setlist (lihat lampiran

1). JKT48 sendiri membawakan Setlist Pajama Drive, dan Renai Kinshi Jourei

(aturan anti cinta) dengan lirik yang sudah diubah ke dalam bahasa Indonesia.

Page 45: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

31

Universitas Indonesia

Secara umum pertunjukan sebuah setlist dibawakan dengan alur sebagai berikut :

i. Sebelum show dimulai akan ada Kageana (Shadow Announcer) yaitu salah

seorang performer yang akan menyapa penonton dari balik layar dan

menjeaskan peraturan dari show

ii. Lampu akan dimatikan hingga keadaan benar benar gelap. Kemudian akan

ada overture yang bisa dianggap sebagai pembuka dari pertunjukan.

Overture ini bisa dianggap sebagai sebuah ritual yang harus diadakan

sebelum pertunjukan 48fam bahkan ketika melakukan pertunjukan di luar

teater

Berikut lirik Overture JKT48 :

J.K.T. 48!!

Everybody!

A live act never seen before!

Here in World famous Jakarta, Indonesia

These angels have come down to perform for you!

Are you ready?

Are you ready?

JKT 48!

JKT 48!

Come on!

Are you ready?

iii. Kemudian seluruh member3 akan muncul dan langsung membawakan 3-4

lagu secara nonstop tanpa jeda.

3 Seluruh member yang dimaksud adalah member yang perform dalam 1 show tersebut yang

berjumlah 16 orang

Page 46: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

32

Universitas Indonesia

iv. Setelah lagu ini seluruh member akan berbaris di stage ( panggung) untuk

melakukan Jikoushoukai atau perkenalan diri dengan catchphrase masing

masing sambil membahas tentang satu tema yang dipilih.

v. Selanjutnya adalah pembawaan lagu secara sub unit yang terdiri dari 2

hingga 5 member secara berturut turut

vi. Kemudian akan ada MC lagi sekitar 7 menit dengan berbagai topik

vii. Kemudian akan ada 3 lagu berturut yang dibawa secara bersamaan

viii. Selanjutnya akan ada MC lagi selama sekitar 7 menit

ix. Member lalu memberitahukan bahwa ini adalah lagu terakhir kemudian

membawakannya

x. Meneriakkan Encore

xi. Setelah 5-8 menit member akan muncul lagi dan membawakan encore satu

lagu.

xii. Akan ada MC dan ucapan terimakasih karena sudah meminta encore sambil

membahas satu tema lagi

xiii. Member membawakan lagu terakhir

xiv. Lampu mati, pertunjukan selesai

xv. Akan ada Kageana lagi yang meminta penonton untuk bersabar sejenak

sebelum keluar dari dalam teater.

Setelah pertunjukan teater akan ada sesi hitouch4 sambil penonton keluar dari

ruangan teater.

d) Performer

Sama seperti idol group pada umumnya di Jepang, AKB48 dan sistergroupnya juga

merekrut gadis-gadis remaja untuk dididik menjadi seorang idola. JKT48 saat ini

terdiri dari 21 + 2 Tim J dan 28 KKS (Kenkyusei/Trainee) remaja putri dengan umur

4 Versi pelan dari Hi Five

Page 47: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

33

Universitas Indonesia

bervariasi dari yang paling muda 13 tahun dan yang paling tua berumur 21 tahun

dengan mayoritas anggota berumur 14-18 tahun.

Ada beberapa peraturan utama yang harus ditaati oleh seorang anggota idol group

yang biasa disebut dengan Seven Golden Rules, peraturan ini pada awalnya dibuat

oleh Akimoto Yasushi untuk Onyanko club tapi kemudian diadaptasi oleh AKB48

dan idol group lainnya.

Peraturan-peraturan tersebut adalah sebagai berikut :

a) Dilarang pergi ke diskotik.

b) Dilarang tanda tangan di sembarang tempat [kecuali untuk merchandise

yang akan di jual].

c) Tidak boleh mabuk2an dan merokok.

d) Tidak boleh pacaran.

e) Pergi ke tempat wisata harus beserta penjaga / pengawas / wali.

f) Sekolah / pendidikan adalah hal yang utama.

g) Tidak boleh memakai pakaian yang mencolok (yang ini tergantung

jaman) dan make-up yang tebal.

Dari ketujuh peraturan tersebut,yang sering mendapat perhatian adalah masalah

tidak boleh pacaran,hal ini kemudian diangkat oleh Akimoto Yasushi menjadi

sebuah lagu dengan judul Renai Kinshi Jourei atau dalam bahasa Indonesia berarti

Aturan Anti Cinta. Peraturan yang melarang anggota idol group untuk berpacaran

sebenarnya dapat dianggap untuk menjaga “ilusi” interaksi dengan fans. Anggota

idol group yang ketahuan berpacaran oleh fans biasanya akan dianggap

pengkhianat oleh fans bahkan dipaksa keluar dari idol group tersebut.

3.3 JKT48 Theater Sebagai Event dan Tempat Pertunjukan

JKT48 Theater dapat berarti sebuah pertunjukan seni teatrikal atau juga berarti

tempat pertunjukan , hal ini menjadi menarik karena hubungan antara arsitektur dan

seni pertunjukan terlihat sangat jelas disini dan tidak bisa dipisahkan. Pertunjukan

48 groups diadakan di sebuah sebuah teater permanen secara berkala hampir setiap

harinya. Teater ini biasanya berada di sebuah pusat perbelanjaan yang banyak

dikunjungi oleh orang muda. JKT48 Theater berada di lantai 4 Fx, sebuah pusat

Page 48: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

34

Universitas Indonesia

perbelanjaan di daerah Senayan, Jakarta. Di sebuah tenant disinilah JKT48

(hampir) setiap hari mengadakan pertunjukan dan dua kali show setiap akhir pekan

(Sabtu dan Minggu). Tempat ini baru aktif dipergunakan sebagai tempat

pertunjukan permanen mulai 8 September 2012 setelah sebelumnya shownya

diadakan di teater sementara yaitu di NAS ( Nyi Ageng Serang) pada bulan Mei

dan Pasaraya Blok M pada bulan Juni dan Juli. Berada di daerah Senayan yang

merupakan kawasan perkantoran merupakan keuntungan tersendiri karena para

pekerja yang ingin menonton dapat singgah setelah jam kerjanya. Selain itu fX juga

dekat dengan kompleks Istora Senayan dan Gelora Bung Karno yang sering

dijadikan tempat berbagai kegiatan sehingga akses transportasinya mudah .

Gambar 3. 3 Layout JKT48 Theater (kiri) dan tampilan depan di JKT48 Theater (kanan)

Sumber : http://mazroy48.tumblr.com/post/31915965058/jkt48-Theater-layout-source-2ch-id-

gjp5jtzs0 (kanan) ; http://www.jkt48.com/ (kiri), 2013

JKT48 Theater berkapasitas sekitar 210 orang, 180 kursi untuk penonton duduk,

dan 30 penonton berdiri. JKT48 Theater menggunakan sistem thrust Stage dalam

ruang pertunjukannya yang ditandai dengan adanya bagian latar di belakang stage

Page 49: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

35

Universitas Indonesia

dan area penonton yang nyaris melingkari stage. Dalam ruang pertunjukan JKT48

terdapat beberapa area yang dapat dikelompokkan sebagai berikut

Gambar 3. 4 Denah JKT48 Theater (kiri) dan tampilan dalam ruang pertunjukan di JKT48 Theater

(kanan)

Sumber : Ilustrasi pribadi (kiri); http://journalistjkt48.blogspot.com/2012/12/teater-jkt48-

adalahteater-eksklusif.html (kanan) , (2013)

1.Stage

Stage adalah area dimana para member JKT48 menanyi ,menari dan lain

sebagainya. Stage ini berukuran kurang lebih 8 x 2,5 m dengan ketinggian +/- 50

cm . Bagian samping dan belakang stage ditutupi dengan kain berwarna hitam .

2.Area Penonton

Area penonton atau yang juga disebut auditorium dalam JKT48 Theater terdiri dari

dua jenis yaitu area duduk dan area berdiri. Area duduk merupakan tempat duduk

penonton yang berupa barisan kursi berwarna biru dan hijau. kursi di area ini terdiri

dari 5 baris dan 20 kolom untuk tiap warnanya. Warna ini dimaksudkan untuk

memudahkan pembagian kursi bagi penonton. Area berdiri berada di daerah

belakang area duduk yang hanya dibatasi dengan tali pembatas.

3.Area Kontrol

Area kontrol berada di bagian paling belakang tengah persis menghadap stage. Di

area ini diletakkan instrumen pengaturan akustik dan cahaya selama pertunjukan.

Selain itu di daerah ini juga para staf memberikan cue kepada performer mengenai

Stage

Standing

Area

Duduk

Control

Area

Duduk

Page 50: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

36

Universitas Indonesia

berbagai hal misalnya berhentinya mc atau malah memperpanjang durasi mc karena

ada masalah di backstage dan semacamnya

3.3.1 Skenografi

Set panggung dalam JKT48 Theater cenderung sangat minim dekorasi bahkan bisa

dibilang tidak ada. Bagian stage yang dipulas warna hitam kelam polos membuka

kemungkinan sebagai layar dasar berbagai konsep pertunjukan yang berbeda dalam

waktu singkat yang berarti juga pengalaman yang berbeda beda.

a) Busana

Dalam pertunjukan AKB48 dan sistem grupnya, kostum adalah sebuah hal yang

sangat penting dan sangat diperhatikan. Kostum yang biasa disebut dengan istilah

seifuku yang sebenarnya berarti seragam (ala pelaut) yang merupakan ciri khas

seragam sekolah perempuan Jepang menjadi daya tarik dari grup ini yang

menonjolkan semangat muda dan kesegaran mereka. Dalam Sebuah setlist

setidaknya ada 5-6 jenis seifuku yang digunakan. Seifuku ini diganti setiap beberapa

lagu untuk menyesuaikan dengan lagu yang dibawakan.

Gambar 3.5 Kostum dalam pertunjukan JKT48 diatur spesifik untuk tiap lagunya, seperti pada

lagu Shiori Shirt (kiri) dan lagu Tenshi no Shippo (kanan)

Sumber : Kapanlagi.com, 2013

b) Pencahayaan

Pencahayaan dalam JKT48 Theater bisa dibilang tidak kalah dengan petunjukan

konser artis pada umumnya. Dengan berbagai jenis lampu sorot berwarna warni

menghasilkan tata cahaya yang berbeda untuk setiap lagu untuk mendukung

pertunjukan.

Page 51: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

37

Universitas Indonesia

c) Akustik

Sumber suara utama dalam JKT48 Theater berasal dari speaker yang berjumlah 10

buah berada di bagian depan. Speaker ini didukung pula dengan material akustik

dalam teater yang berupa kain tebal di bagian dinding dan juga stage yang berfungsi

sebagai isolator suara sehingga tidak bocor keluar.

Pembahasan lebih mendalam mengenai elemen skenografi dalam pertunjukan di

JKT48 Theater ini akan dilakukan pada bab selanjutnya.

Page 52: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

38

Universitas Indonesia

BAB 4

ANALISIS

Pada bab sebelumnya telah dibahas dan dijabarkan jenis pertunjukan dan

bagaimana pertunjukan disajikan dalam JKT48 Theater sedangkan dalam ini akan

lebih dijabarkan secara mendalam bagaimana pengalaman terjadi ketika penonton

menikmati pertunjukan tersebut dan apa peranan elemen arsitektural di dalamnya.

Menurut (Tuan, 1977) pengalaman terbentuk ketika kita mendapatkan rangsangan

dari luar yang kemudian kita olah di dalam pikiran kita, hal ini tercermin dalam

kalimat berikut :

“Experience is a cover-all term for the various modes through which a person

knows and construct a reality.These modes range from the more direct and

passive senses of smell.taste, and touch, to active visual perception and the

indirect mode of symbolization” (Tuan, 1977, hal. 9)

Yi Fu Tuan kemudian menjelaskan kembali definisi dan hubungan antara persepsi

dan emosi manusia ke dalam diagram berikut ini :

Gambar 4. 2 Diagram pembentukan pengalaman

Sumber : (Tuan, 1977)

Disisi lain ketika berbicara tentang pengalaman berarti tidak bisa terlepas dari

bagaimana kita menempatkan diri dan berlaku di dalam sebuah ruang. Terlihat

bahwa diagram di atas sangat mirip dengan diagram mengenai tingkatan

Experience

Sensation, perception, conception

EMOTION

THOUGHT

Page 53: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

39

Universitas Indonesia

pemahaman kita terhadap space. Proses menerima, mengolah, merespon

pengalaman dalam ruang inilah yang akan dibahas secara mendalam dalam bab ini.

Jika menurut (Willson, 1991) lima elemen penting dalam sebuah pertunjukan yaitu

penonton, pertunjukan yang ditampilkan, bagaimana pertunjukan ditampilkan,

tujuan dari pertunjukan, dan lingkungan sebuah pertunjukan ditampilkan

(Riantiarno, 2011) dalam bukunya Kitab Teater : Tanya jawab Seputar Seni

Pertunjukan mengatakan bahwa ada tiga kekuatan utama yang bersinergi dalam

membentuk sebuah peristiwa teater yaitu pekerja teater, tempat dan komunitas

penikmat. Penulis sendiri lebih memilih menjelaskan sebuah pertunjukan secara

sederhana sebagai sebuah proses take and give antara pelaku pertunjukan dan

penonton dengan pertunjukan/pengalaman sebagai objeknya di dalam sebuah

lingkungan.

Gambar 4. 3 Performer menyampaikan pertunjukan dan menerima respon dari penonton dalam

lingkungan pertunjukan

Sumber : http://www.newyork-tokyo.com/wp/akb48/ telah diolah kembali , 2013

Dari gambar 4.2 terlihat bagaimana pertunjukan dan pengalaman di dalamnya yang

disimbolkan dengan garis bertanda panah berwarna hijau dan respon dari penonton

yang disimbolkan dengan garis berwarna oranye.

Performe

r

Penonton

Lingkungan

pertunjukan

Lingkungan

pertunjukan

Page 54: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

40

Universitas Indonesia

4.1 Lingkungan Fisik sebagai Pembentuk Persepsi

Lingkungan fisik dapat memberikan persepsi dalam berbagai bentuk baik itu visual,

audio, maupun lainnya. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh Skenograf(i) untuk bisa

membentuk pengalaman dari berbagai dekorasi spasial.

JKT48 Theater menggunakan sistem thrust Stage yang merupakan “gabungan”

antara Proscenium dan Arena. Dengan bentuk stage seperti ini maka penonton

dapat melihat seluruh performer, dan begitu juga sebaliknya. Namun penonton akan

mendapatkan pandangan yang berbeda tergantung posisi dimana dia duduk.

Bandingkan dengan stage bentuk arena dimana performer bisa saja membelakangi

penonton.

Gambar 4. 4 Perbandingan orientasi penonton dan performer dalam Thrust Stage, dalam hal ini

JKT48 Theater (kiri) dan Arena Stage (kanan)

Sumber : Ilustrasi pribadi (kiri); http://www.Theaterintheround.org/about-trp/unique-stage.html

(kanan), 2013, telah diolah kembali

a) Peranan Warna dan Cahaya dalam Pertunjukan

Di dalam ruang pertunjukan JKT48 Theater warna dominan yang ada adalah warna

hitam mulai dari dinding, panggung, hingga bagian ceiling. Suasana kelam dan

suram adalah hal yang dirasakan ketika masuk ke dalam ruangan ini. Hal ini

Page 55: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

41

Universitas Indonesia

didukung pula dengan pencahayaan yang rendah di daerah penonton ( auditorium)

pada saat pertunjukan berlangsung.

Suasana yang kelam ini sebenarnya sangat berlawanan dengan konsep pertunjukan

dari JKT48 yang ceria dan energik tapi sebenarnya justru ada hal yang menarik dari

pemilihan hal ini. Jika kita memperhatikan interior sebuah ruang bioskop dimana

biasanya didominasi oleh warna gelap dan yang menjadi aksen adalah kursi –

kursinya maka landasan keputusan yang hampir sama sepertinya terjadi di sini.

Dengan suasana sekitar yang gelap dan yang disinari kemudian hanyalah bagian

panggung maka daerah panggunglah yang kemudian menjadi pusat perhatian.

Bagian layar yang juga berwarna hitam mendukung hal ini.

Bila dihubungkan dengan teori prsepsi Gestalt maka hal ini sesuai dengan prinsip

figure and ground. Figure adalah yang menjadi pusat perhatian ketika melihat suatu

benda sedngkan Ground adalah yang menjadi latar belakangnya. Tindakan kita

untuk menentukan suatu objek sebagai figure atau ground salah satunya ditentukan

oleh elemen yg ada pada objek itu. Kurangnya dominasi sebuah objek untuk

menjadi figure atau ground dapat menciptakan sebuah persepsi yang ambigu dan

menimbulkan kebigungan seperti pada gambar Vase Face atau juga dikenal dengan

istilah Figure Ground Face yang diperkenalkan oleh Edgar Rubin pada tahun 1915.

Gambar 4. 5 Figure-Ground Vase , apakah yang anda lihat? Sebuah vas atau wajah dua orang

yang bertatapan ?

Sumber : http://www.123opticalillusions.com/pages/Facevase.jpg, 2013

Page 56: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

42

Universitas Indonesia

Pemilihan warna hitam sebagai warna dominan dibandingkan dengan warna lain

dimaksudkan karena warna hitam merupakan warna peredup yang menonjolkan

warna lain ketika ditampilkan secara bersamaan seperti yang terlihat dalam gambar

4.6 dibawah ini.

Gambar 4. 6 Perbandingan warna objek di background hitam dan background lain

Sumber :Ilustrasi pribadi, 2013

Kostum yang biasa digunakan dalam pertunjukan oleh JKT48 sebagian besar

berwarna cerah sehingga layar berwarna hitam akan mendukung menempatkan

penampil sebagai figure dan layar sebagai groundnya seperti yang diperlihatkan

dalam gambar berikut ini.

Gambar 4. 7 Perbandingan kostum dan pertunjukan di JKT48 Theater dengan warna shading

background berbeda

Sumber : Japanesestation.com, 2013, telah diolah kembali

Page 57: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

43

Universitas Indonesia

b) Lighting

Dalam Experiencing Architecture, Steen Eiller Ramusen mengatakan bahwa “Light

is of decisive importance in experiencing architecture. The same room can be made

to give very different spatial impressions by the simple expedient of changing the

size and location of its opening.” (Rasmussen, 1959, hal. 187)5 Pencahayaan dapat

secara signifikan mengubah image dari sebuah ruang. Hal inilah yang dimanfaatkan

secara maksimal dalam JKT48 Theater, dengan menggunakan pencahayaan dalam

berbagai jenis dan warna.

Dalam JKT48 Theater setidaknya ada 3 jenis pencahayaan yang digunakan yaitu

spot dengan denah lighting kira2 sebagai berikut.

Gambar 4. 8 Denah lighting JKT48 Theater

Sumber : Ilustrasi Pribadi, 2013

Terlihat bahwa pencahayaan difokuskan ke arah panggung, dalam ini performer

dengan berbagai teknik dari downlight,backlight dan sebagainya. Area ruang

pertunjukan yang berwarna gelap membuat cahaya dari lampu yang disorot menjadi

terlihat lebih jelas dibandingkan jika dengan jika berwarna cerah. Hal ini karena

warna yang diberikan oleh cahaya merupakan warna aditif yang akan berwarna

5 walaupun dalam tulisan Rasmussen yang dmaksud adalah pencahayaan alami, penulis menganggap

bahwa hal yang sama juga terjadi dalam pencahayaan buatan

Downligh

t Parabolic Lamp

Fresnel

Strip light

Automated

multifunctional spot

DL

PL

FL

SL

AMS AMS AMS AMS AMS

SL SL

FL FL

FL FL

DL DL

DL DL

PL PL

PL

PL PL

Area perform

Page 58: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

44

Universitas Indonesia

putih jika digabungkan bukan seperti warna subtraktif yang justru menjadi warna

hitam jika digabungkan.

Gambar 4. 9 Perbandingan warna substraktif (kiri) dan aditif (kanan) ketika dikombinasikan

Sumber : (Ambrose & Harris, 2008, hal. 74)

Perbedaan warna dan tipe sorotan lampu yang diberikan dalam pertunjukan JKT48

juga memberikan pengalaman yang berbeda – beda sesuai dengan konsep lagu yang

diinginkan. Seperti contoh pada lagu Heart Gata Virus dengan irama dan nada yang

ceria memiliki tipe pencahayaan yang lebih cerah dan ceria dengan warna oranye

dan hijau cerah sesuai dengan lagunya dibandingkan dengan lagu Reni Kinshi

Jourei yang lebih dewasa dan kelam dengan dminasi warana cahaya ungu gelap dan

biru tua.

Gambar 4. 10 Perbandingan cahaya pada lagu Renai Kinshi Jourei (kanan) dan Heart Gata Virus

(kiri)

Sumber : Japanesestation.com, 2013

Page 59: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

45

Universitas Indonesia

c) Kostum dan Properti

Kostum pada pertunjukan di JKT48 Theater terdiri dari beberapa jenis yang

disesuaikan dengan lagu yang dibawakan. Walaupun berupa pertunjukan musik dan

tari tetapi kostum ini bukan sekadar hanya jadi penutup badan tapi disesuaikan

dengan lagu yang dibawakan baik dari konsep lagu,lirik hingga pembawaan sebuah

lagu.

Sebagai contoh dalam lagu Temo Demo no Namida (air mata yang tak

tersampaikan) yang dibawakan oleh 2 orang performer yang bercerita tentang

perasaan seorang gadis yang menangis yang ditinggalkan oleh kekasihnya terdiri

dari 2 kostum yang saling berlawanan seperti dibawah ini.

Gambar 4. 11 Desain Kostum untuk Lagu Temo Demo no Namida yang disesuaikan dengan

konsep dan lirik lagu

Sumber : http://kunaby.tumblr.com/post/25694463001/temodemo-no-namida (kiri) , http://pandanganmata.livejournal.com/4556.html (kanan), 2013

Kostum ini melambangkan bagaimana kedua wanita yang menanggapi keadaan

ketika perasaan mereka tidak tersampaikan dengan cara yang berbeda. Yang satu

menanggapinya dengan bersedih dan menyalahkan diri sendiri sedangkan yang

lainnya menyalahkan dan merasa marah kepada si pria tersebut. Perlambangan ini

semakin terlihat jelas dengan mimik wajah yang diberikan oleh kedua performer

ketika menyanyikan lagu ini. Penggunaan standing mic juga menjadi penting

karena adanya gerakan koreografi yang memaksa untuk menggunakan kedua

tangan untuk mendukung kesesuaian dengan lirik lagu.

Page 60: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

46

Universitas Indonesia

Properti lain yang dipakai dalam pertunjukan JKT48 adalah pada lagu Kagami No

Naka no Jean D’Arc dimana para performer menggunakan kostum ala seragam

tentara sambil membawa bendera. Hal ini tentu sangat berbeda dengan ketika

membawakan lagu Tenshi no Shippo dengan kostum ala putri kecil lengkap dengan

Ekor dan balon untuk mendukung pada bagian lirik “ Balon yang bulat kulepaskan

dari tanganku “. Kostum dan properti itu disesuaikan untuk mendukung

terbentuknya mental image dari lagu tersebut di pikiran penontonnya.

d) Akustik

Dalam pembentukan suasana sebuah pertunjukan terutama pertunjukan musik dan

tari seperti yang diberikan dalam JKT48 Theater ini akustik adalah salah satu hal

yang terpenting.

Sumber suara dalam pertunjukan JKT48 ini berasal dari beberapa speaker yang

terletak di bagian depan bagian atas, dekat dengan stage. Sumber suara yang hanya

berasal dari satu arah akan menegaskan area stage sebagai pusat perhatian jika

dibandingkan dengan sumber suara yang tersebar dari berbagai arah seperti di

depan, samping dan belakang.

Gambar 4. 12 Denah peletakan speaker di JKT48 Theater.

Sumber : Ilustrasi Pribadi, 2013

Dalam sebuah pertunjukan musik memang biasanya speakernya berada di bagian

di bagian depan tapi harus kita ingat lagi bahwa pertunjukan seperti itu biasanya

Page 61: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

47

Universitas Indonesia

berada di outdoor dan dalam beberapa pertunjukan yg saya hadiri, dibeberapa titik

juga diletakkan speaker “tambahan”. Dalam berbagai pertunjukan yang diadakan

in door biasanya speaker diletakkan di berbagai titik sehingga menimbulkan efek

surround sound.

Kondisi akustik dalam sebuah ruangan biasanya diatur sesuai kebutuhan kegiatan

dalamnya. Hal ini juga mengacu pada berbagai elemen akustik yang akan

digunakan baik material, sumber suara dan sebagainya. Ruangan dengan kebutuhan

kejelasan suara, biasanya untuk ruang pidato, pertemuan dan semacamnya akan

membutuhkan kejelasan suara sehingga material yang digunakan di dalamnya akan

berupa material pemantul bunyi sehingga dapat terdengar hingga ke belakang. Lain

halnya dengn ruangan seperti bioskop dan semacamnya dimana justru

menggunakan material penyerap bunyi di dalamnya dan sumber suara yang tersebar

di berbagai titik sehingga memberi kesan penonton berada di dalam film tersebut.

Hal yang menarik ketika dalam JKT48 Theater karena justru kedua sistem akustik

tersebut yang digabungkan yaitu dengan sumber suara terpusat namun material

yang menyerap bunyi. Dengan demikian posisi anda berada akan sangat

menentukan bagaimana dan seperti apa suara yang anda dengar.

4.2 Lingkungan Sosial sebagai Pembentuk Pengalaman

Dalam sebuah pertunjukan elemen sosial yang terbentuk di dalamnya terbagi ke

dalam 2 bagian utama yaitu performer yang memberi pertunjukan dan penonton

yang menikmatinya. Dalam kesempatan kali ini penulis akan fokus terhadap

penonton di dalam sebuah pertunjukan dan bagaimana mereka berinteraksi.

Dalam pertunjukan di JKT48 Theater, penonton tidak hanya menjadi penikmat

tetapi juga memberikan respon yang justu menjadi sebuah pertunjukan tersendiri.

Teriakan Chant, member call,dan gerakan-gerakan lain menjadi pertunjukan

menarik yang menambah pengalaman dalam setiap pertunjukan dalam JKT48

Theater. Lightstick yang bergoyang seiring irama lagu menjadi pemandangan yang

menarik untuk dilihat. Walaupun berupa aspek fisik tetapi elemen yang diberikan

oleh para penonton ini dapat dianggap sebagai lingkungan sosial karena bersifat

sangat relatif terhadap penonton yang hadir dan bukan bagian dari elemen bangunan

yang dipersiapkan.

Page 62: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

48

Universitas Indonesia

Gambar 4. 13 Perbandingan kondisi dalam JKT48 Theater ketika pertunjukan tidak belangsung

(kiri) dan pertunjukan berlangsung (kanan)

Sumber : http://journalistjkt48.blogspot.com/2012/12/teater-jkt48-adalahteater-eksklusif.html

(kiri); http://www.jkt48.com/, 2013

Berdasarkan angket yang disebar oleh penulis terlihat bahwa 63 % penonton

membawa atribut ketika menonton pertunjukan dalam JKT48 Theater baik yang

berupa lightstick, neckstrap, dan lain sebagainya. Atribut-atribut ini tentunya

memberi sebuah identitas tempat dan memberi penegasan ruang pertunjukan ini

sebagai markas JKT48. Disisi lain berbagai atribut yang digunakan ini sebenarnya

memberi sebuah tanda bahwa penonton sengaja menempatkan dirinya di luar

pertunjukan (utama) tapi tidak terpisah. Mungkin hampir sama seperti seorang

penari latar dalam sebuah lakon pertunjukan. Tentu berbeda dengan penonton

dalam sebuah opera yang menempatkan dirinya dalam posisi observer atau

penonton dalam sebuah pertunjukan drama yang menempatkan diri sebagai orang

yang ikut dalam cerita.

Inilah yang dikatakan (Willson, 1991) dimana terdapat aesthetical distance ketika

menikmati sebuah pertunjukan. Harus terdapat batas yang jelas antara performer

dan penonton dalam sebuah pertunjukan dan tidak boleh terdapat overlapping dan

perubahan peran diantara keduanya, setidaknya bukan dalam pertunjukan yang

sama.

Keadaan auditorium yang gelap dimana cahaya lampu dipusatkan pada bagian

stage pada umumnya membuat performer menjadi terpusat pada diri sendiri dan

melupakan penonton. Kehadiran lightstick serta berbagai atribut lain yang dipakai

Page 63: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

49

Universitas Indonesia

oleh fans membantu performer untuk mengingatkan performer akan kehadiran

penonton. Bila diperhatikan lebih lanjut kehadiran lightstick yang dibawa oleh

penonton menjadi sebuah figure dalam auditorium yang gelap dan membantu

penerangan sehingga mempermudah identifikasi penonton lain. Hal ini juga

sebenarnya terlihat dari bagaimana mereka menikmati pertunjukan tersebut, apakah

mereka tipe yang diam saja tenang menikmati atau justru gila-gilaan dan berteriak

kencang saat menonton.

Proses meleburnya penonton di JKT48 Theater dimulai sejak pemutaran overture

yang mengajak untuk mempersiapkan diri menikmati pertunjukan. Ini merupakan

salah satu ritual krusial dalam setiap pertunjukan JKT48. Chant yang keluar untuk

memberi dukungan ke performer juga menjadi salah satu hal yang menyatukan

penonton yang berbeda beda, apalagi ketika mereka meneriakkan chant untuk

menyemangati satu member yang sama. Ritual lain yang menyatukan para penonton

ini adalah ketika encore untuk meminta lagu tambahan. Encore sebenarnya hampir

sama dengan overture, bedanya adalah jika overture merupakan ajakan dari pihak

ketiga kepada penonton maka dalam encore “ajakan” tersebut berasal dari si

penonton sendiri.

Dalam psikologi grup ada yang dinamakan dengan deindividuation yaitu “when

normal restraints on behavior are loosened, and people behave in an impulsive or

deviant manner” (Diener, 1980; Reicer, Spears, & Postmes, 1995). Hal ini berkaitan

dengan bagaimana lingkungan sosial dapat mempengaruhi perilaku kita. Hal yang

sama seringkali saya lihat terjadi di dalam JKT48 Theater. Sebagian besar penonton

akan ikut meneriakkan chant dan member call walaupun kadang tidak tahu apa

yang mau diteriakkan dan terkadang berakhir dengan “ Oy oy oy” saja. Atmosfir

dan euforia penonton demikian yang membuat menikmati semakin pertunjukan

sehingga tidak jarang ada yang hampir masuk ke fase trance. Hampir sama dengan

pertunjukan musik metal dimana headbang dan death of wall terjadi.

Page 64: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

50

Universitas Indonesia

4.3 Apresiasi Ruang dan Pertunjukan

Dalam menikmati sebuah ruang arsitektur dan pengalaman didalamnya,

relevansinya dengan penikmat dan kondisi budaya/masyarakat sekitar sangat

berpengaruh seperti dikatakan oleh Steen E. Rasmussen

“ That which may be quite right and natural in one cultural environment can

easily be wrong in another; whats is fitting and proper in one generation

become ridiculous in the next when people have acquiref new tastes and habit

(Rasmussen, 1959, hal. 10)

Menurut (Willson, 1991) dalam Theater Experience, hal-hal yang mempengaruhi

bagaimana penonton menikmati sebuah pertunjukan bersifat sangat subjektif

karena berhubungan dengan ekpektasi dan latar belakang penonton masing-masing.

Lebih lanjut hal ini dibagi menjadi ke dalam lima poin yaitu adanya simpati

terhadap karakter dalam perform, pengetahuan dan pengalaman pribadi, kepekaan

terhadap kondisi sosial, politik saat karya ditulis, pengetahuan spesifik terhadap

karya dan ekspektasi individual terhadap pertunjukan. Berdasarkan angket yang

disebar oleh penulis dalam rentang waktu April-Mei 2013 dan mendapatkan 275

responden terlihat bahwa 90% penonton dalam JKT48 Theater adalah pria dengan

mayoritas usia berkisar antara 16-20 tahun. Jika dibandingkan dengan performer

yang merupakan wanita dengan kisaran umur yang hampir sama, terlihat bahwa ada

semacam simpati(atau empati) dari penonton terhadap performer. Hal ini didukung

pula dengan status hubungan para fans yang sebagian besar single, dimana para

performer juga diwajibkan untuk tidak memiliki hubungan asmara.

Gambar 4. 14 Data Jenis kelamin dan status hubungan fans JKT48

Sumber : Dokumentasi pribadi berdasarkan kuesioner yang disebar, 2013

90%

10%

Jenis Kelamin

Pria

Wanita87%

12%1%

Status Hubungan

Single

InRelationship

Married

Page 65: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

51

Universitas Indonesia

Hal ini kemudian menjadi penting karena kemudian performernya menjadi lebih

utama dibanding performance yang dibawakan yang tentu saja akan mempengaruhi

bagamana penonton beraksi dan menikmati pertunjukan tersebut. Hal ini terlihat

ketika selanjutnya diberikan pertanyaan mengenai hal yang menarik dari JKT48

sebagai performer. 23% fans yang disurvei menyatakan bahwa member adalah

aspek yang paling disukai, mengalahkan performance yang hanya memperoleh

suara 18%.

Member sebagai elemen utama dalam pertunjukan JKT48 juga terlihat ketika

ditanyakan mengenai alasan para fans datang ke JKT48 Theater. 43% fans

mengaku alasan utamanya datang ke JKT48 Theater untuk mendukung member,

sama besar dengan untuk mencari hiburan yang juga 43 % dan 14% lainnya datang

untuk berkumpul bersama fans. Penemuan ini cukup menarik karena 43%

merupakan jumlah yang cukup besar untuk menjadi alasan datang ke sebuah

pertunjukan untuk mendukung performer dibanding menikmati pertunjukannya.

Gambar 4. 15Pie Chart Apa yang disukai fans dari JKT48 (kiri) dan alasan menonton (kanan)

Sumber :Dokumentasi Pribadi

Pertunjukan yang diberikan dalam JKT48 Theater adalah pertunjukan yang sama

setiap kalinya, kalaupun ada yang berbeda paling hanya di line up performer atau

topik MC yang dibawakan. Lalu kenapa banyak penonton yang berkali-kali

menonton pertunjukan ini bahkan hingga sampai lebih dari 20 kali (18%) ?

Tentunya ada ekspektasi lain yang diharapkan dari penonton ketika menyaksikan

pertunjukan. Melihat member yang berbeda membawakan sebuah setlist atau

sekadar melihat member favorit saja sepertinya menjadi alasan yang utama.

14%

43%

43%

Alasan menonton JKT48 Theater

Berkumpulfans

Hiburanaternatif

SupportMember

23%

10%

19%10%

20%

18%

Apa yang disukai dari JKT48?

Member

Fandom

Konsep

Kostum

Liriknya

FanService

Page 66: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

52

Universitas Indonesia

Interaksi antara penonton dan performer selama pertunjukan tidak hanya sebatas

pelaku pertunjukan dan penikmat saja tetapi juga ada interaksi dua arah yang

diberikan. Member biasanya memberikan berbagai interaksi berupa eyelock,

senyuman, atau sekadar gestur tubuh untuk merespon teriakan panggilan dari

penonton. Bahkan interaksi ini kemudian yang menjadi kekuatan utama dari

pertunjukan yang dihadirkan, lebih dari pertunjukan musik dan tari itu sendiri.

Jadi bagaimana sebenarnya penonton bereaksi terhadap petunjukan dan ruang

pertunjukan dalam JKT48 Theater? Bagaimana penonton menempatkan dirinya

terhadap grup sosial yang ada ketika menikmati pertunjukan tersebut ?

Sebagai sebuah grup sosial, penonton dalam JKT48 Theater terbagi kedalam

beberapa kelompok kecil lain. Penulis membaginya ke dalam 3 jenis yaitu newbie

fans yaitu fans yang baru beberapa kali menonton dan ikut dalam fandom, Casual

Fans yaitu fans yang sudah sering menonton dan berkecimpung cukup lama dan

Wota yaitu mereka yang sudah benar benar terobsesi dengan idol dan segala

pertunjukannya. Penggolongan ini penting karena ketika membahas sebuah

personal space dan grup sosial berarti juga berbicara tentang kesamaan dan

bagaimana kita menempatkan diri di dalam sebuah grup tersebut.

Berdasarkan angket yang disebar terlihat bahwa hanya 24% penonton yang diam

menikmati pertunjukan yang diberikan. Sisanya menonton pertunjukan sambil

melakukan kegiatan lain seperti chanting (38%), sing along (18%), live report via

tweet (8%) dan lain sebagainya seperti terlihat dalam chart dibawah ini.

Page 67: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

53

Universitas Indonesia

Gambar 4. 16 Pie chart tindakan yang dilakukan oleh penonton sambil menyaksikan pertunjukan

di JKT48 Theater

Sumber : Dokumentasi pribadi, 2013

Tindakan yang berbeda seperti ini tentunya membutuhkan ruang yang berbeda beda

juga. Live tweet hanya membutuhkan ruang gerak yang kecil, lain halnya dengan

furicopy atau misalnya menarik perhatian member dengan mengangkat benda atau

aksesoris lainnya.

Dari angket yang disebar mengenai pentingnya row duduk didapatkan hasil bahwa

40% responden menganggap sangat penting, 50% menganggap cukup penting dan

9% menganggap tidak penting. 60% fans memberikan alasan pentingnya Row

duduk karena lebih jelas, 30% memberi alasan lebih dekat dan 10% sisanya

membahas masalah akustik. Jika melihat layout dari JKT48 Theater hal ini

sebenarnya cukup beralasan karena tidak adanya leveling dalam pengaturan kursi

di area auditorium. Dari alasan tersebut terlihat bahwa akses visual lebih penting

dibanding dengan jarak fisik terhadap performer.

8%

38%

18%

5%2%5%

24%

Apa yang dilakukan saat menonton ?

Live Tweet

Chanting

Sing along

Looking for memberattentionTake Notes

Furicopy

Diam

Page 68: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

54

Universitas Indonesia

Gambar 4. 17 Tampilan potongan samping stage dan auditorium JKT48 Theater

Sumber : Dokumentasi pribadi, 2013

Dalam setiap pertunjukan JKT48 dan grup 48 lainnya, pemilihan tempat duduk

dilakukan dengan cara undian atau biasa dikenal dengan istilah bingo. Tiap tiket

memiliki nomor yang kemudian akan diundi untuk menentukan urutan masuk ke

dalam ruang pertunjukan dan memilih tempat duduk. Disini terlihat bahwa pihak

penyelenggara pertunjukan sendiri sudah mengetahui pentingnya tempat duduk

bagi penonton oleh karena itu menerapkan sistem ini agar tidak terjadi keributan

saat memilih tempat duduk.

Gambar 4. 18 Tiket pertunjukan JKT48 Theater memiliki nomor bingo yang akan diundi untuk

menentukan urutan masuk ke dalam ruang pertunjukan (kiri); Dibagian depan teater inilah para penonton dibariskan sesuai nomor bingonya untukkemudian dilakukan pengundian.(Kanan)

Sumber : http://www.jkt48stuff.com/2013/05/guide-to-watching-jkt48-part-2/ , 2013

17% responden mengaku lebih memilih berdiri dibandingkan duduk padahal berdiri

lebih melelahkan dan lebih jauh dari stage. Angka ini cukup besar karena biasanya

manusia menginginkan kenyamanan dan menghindari kesulitan. Dilihat dari alasan

Page 69: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

55

Universitas Indonesia

berdiri6, bebas berekspresi dan bergerak sebesar 18%, bersama teman 16% dan

lebih jelas terlihat 16% dapat disimpulkan bahwa beberapa penonton

mengorbankan kenyamanan duduk untuk hal yang dianggap lebih penting. Hal ini

didukung dengan kondisi tempat duduk yang sebenarnya tidak terlalu nyaman.

Gambar 4. 19 Kursi yang digunakan sebagai tempat duduk di JKT48 Theater

Sumber : http://www.chitose-

indonesia.com/?pilih=category&dooms=seen&produk=5&id=182&cid=265

Menurut situs resmi Chitose yang beralamat di http://www.chitose-indonesia.com ,

kursi dengan nama produk Flora H ini memang diperuntukkan untuk Cafe, Food

court dan teras. Hal ini berarti memang penggunaan kursi ini bukan untuk jangka

waktu lama, hanya sekitar 30 menit hingga 1 jam sebelum badan menjadi sakit dan

pegal karena sandaran punggung yang hanya berupa sebuah batang tanpa landasan.

Alasan lain pemilihan standing area sebagai tempat menikmati pertunjukan adlaah

rasa bosan. Penonton yang datang berkali kali untuk menikmati pertunjukan yang

sama akan mencoba mencari pengalaman baru untuk menikmati,ketika dia tidak

bisa mengubah pertunjukan yang diberikan maka dia pun akan mengganti cara

menikmatinya misalnya mencoba furicopy, chant sekencang-kencangnya,dan lain

sebagainya, 8% responden secara terang–terangan menyatakan hal ini

.Menikmati pertunjukan di standing area bisa lebih bebas karena lebih luas dan

jarak perorangnya yang lebih besar jika dibandingkan dengan di area duduk.

Gerakan wotagei, furicopy dapat dilakukan dengan bebas tanpa harus takut

6 dengan mengabaikan alasan “terpaksa” yang berarti tidak memilih berdiri

Page 70: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

56

Universitas Indonesia

mengenai kepala dan badan orang di depan atau samping kita. Meneriakkan chant

sekeras-kerasnya tanpa harus takut mengganggu dan memekakkan telinga orang di

sekitar juga dapat dilakukan di standing area.

Gambar 4. 20 Ilustrasi perbandingan ketika menonton diam dan melakukan wotagei

Sumber : Ilustrasi Pribadi, 2013

Selain itu dengan berdiri di standing area maka melihat area stage akan lebih jelas

dibandingkan dengan duduk, apalagi jika duduk di bagian belakang. Dengan akses

visual yang jelas maka interaksi visual akan terjadi sehingga dapat merasakan

koneksi yang lebih dengan performer. Dengan berada di standing area juga

penonton dapat bebas memperlihatkan aksesoris atau tulisan lain kepada performer

tanpa takut melanggar peraturan yang melarang mengangkat papan atau apapun

yang menghalangi penonton lain.

Gambar 4. 21 Ilustrasi melihat di tempat duduk dan standing area

Sumber : Ilustrasi Pribadi, 2013

Page 71: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

57

Universitas Indonesia

Apa atau mungkin lebih tepat siapa sebenarnya yang diharapkan oleh penonton

untuk dilihat dalam sebuah pertunjukan ? 37% penonton mendasarkan pilihannya

untuk memilih tempat duduk karena ingin melihat satu atau beberapa member

secara khusus.

Gambar 4. 22 Sudut pandang vertikal (Kiri), dan sudut pandang Horizontal saat menonton

pertunjukan (kanan)

Sumber : (Appleton, 2008, hal. 132)

Terkadang pemilihan tempat ini tidak berarti berada di tempat yang paling sentral

karena tidak jarang berarti tempat duduk paling pinggir. Ditambah dengan

keinginan untuk berada lebih dekat dan jelas melihat member tersebut yang berarti

akan menyulitkan untuk melihat pertunjukan semua member secara keseluruhan.

Gambar 4. 23 Ilustrasi blocking member dan jarak pandang jika ingin melihat 1 atau beberapa

member secara khusus.

Sumber : Ilustrasi Pribadi, 2013

1

2

Page 72: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

58

Universitas Indonesia

Perhatikan dalam ilustrasi diatas bahwa berada dibagian tengah (posisi 1) adalah

posisi yang paling ideal untuk melihat semua performer. Akan tetapi jika ingin

melihat member B secara khusus dan lebih nyaman maka posisi 2 akan lebih

menjadi pilihan.

Auditorium dalam JKT48 Theater terdiri dari standing area yang tersusun dari

susunan kursi 15x 5 x 4 sebagai berikut. Berdasarkan angket yang disebar terlihat

bahwa mayoritas memilih untuk duduk di row ke 3-5 . Mengapa penonton lebih

memilih row tersebut? Jika perhatikan dari gambar potongan samping dibawah ini

terlihat jarak antara tempat duduk penonton dan stage yang cukup dekat.

Gambar 4. 24 Ilustrasi seberapa tinggi kepala harus mendongak untuk bisa melihat performer di tiap baris tempat duduk

Sumber : Ilustrasi pribadi, 2013

Dengan mengasumsikan bahwa tinggi peformer dan penonton sebagai 160 cm dan

tinggi saat duduk menjadi 120 cm, dan jarak tiap kursi 50 cm, kita dapat mengukur

berapa derajat kepala harus mendongak untuk bisa melihat performer. Berada di

posisi A (baris pertama) memaksa penonton untuk mendongak sebesar 45°, di

posisi B (baris kedua) 33°, posisi C (baris ketiga) 26,5°, posisi D (baris keempat)

21°, dan posisi E (baris kelima ) 18°. Sedangkan ketika berada di standing area kita

harus mendongak 13° untuk bisa melihat performer.

Peletakan speaker di dalam JKT48 Theater juga sangat berpengaruh terhadap

bagaimana pertunjukan bisa kita nikmati dan pengalaman tersebut bisa terbentuk.

Jika kita perhatikan potongan samping penyusunan speaker dibawah ini terlihat

160cm

160cm 100cm

A B C D E

F

50cm

Page 73: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

59

Universitas Indonesia

bahwa sudut 20° ke bawah ini mengarah tepat ke row 3. Dengan penyusunan seperti

itu maka arah penyebaran akan tidak merata seperti yang diperlihatkan dalam

gambar 4.24.

Gambar 4. 25 Tampak samping sudut peletakan Speaker di JKT48 Theater

Sumber : Ilustrasi pribadi, 2013

Semakin jauh jarak dari sumber bunyi maka akan semakin kecil juga suara yang

didengar apalagi jika sumber suaranya terpusat seperti JKT48 Theater. Hal ini

menjadi penting karena dalam pertunjukan yang dihadirkan merupakan pertunjukan

tari dan musik dimana aspek akustik adalah elemen krusial.

Elemen lain yang menjadi perhatian oleh penonton ketika menikmati pertunjukan

terlihat dalam diagram dibawah ini.

Gambar 4. 26 Elemen yang menganggu kenyamanan menonton

Sumber : dokumentasi pribadi

31%

47%

17%5%

Elemen yang mengganggu kenyamanan menonton

Tiang

Kursi Sempit

jarak jauh

chant dan fans lain

Page 74: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

60

Universitas Indonesia

47% penonton mengeluh sempitnya kursi yang ada di JKT48 Theater dan tidak

leluasanya untuk bergerak. Dimensi kursi yang sangat pas-pasan bahkan sangat

menjepit tentu saja menganggu kenyamanan ketika menonton. Hal ini didukung

pula dengan jarak antar kursi yang sangat dekat sehingga sulit untuk melakukan

kecha dan lain sebagainya.

Elemen pengganggu lainnya adalah tiang yang menghalangi jarak pandang. Tiang

ini sebenarnya bukan elemen struktural di JKT48 Theater sehingga sebenarnya

tidak akan mengganggu jika dirobohkan. Alasan elemen tiang itu ada sebenarnya

untuk meniru tiang serupa yang ada di JKT48 theate. Disini terlihat adanya sebuah

replikasi kondisi ruangan di AKB48. Hal ini cukup beralasan karena berdasarkan

angket yang disebar ditemukan bahwa 63% penonton sudah mengetahui AKB48

sebelumnya. Penonton (atau fans) JKT48 juga sebagian besar juga pasti mencari

tahu tentang AKB48 yang merupakan grup utama dari 48fam ini. Banyak fans dan

penonton yang menonton pertunjukan JKT48karena tidak bisa menonton AKB48

dengan berbagai alasan sehingga menganggap ini sebagai sebuah subtitusi yang

terjangkau.

Gambar 4. 27 Tiang pada ruang pertunjukan AKB48 Theater (kiri) dan JKT48 Theater (kanan)

Sumber : Kin Sma Special : AKB48's Troubled Times disiarkan di stasiun TV TBS pada 6 Januari

2012 (kiri), http://journalistjkt48.blogspot.com/2012/12/teater-jkt48-adalahteater-eksklusif.html

(kanan), 2013

Page 75: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

61

Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

Arsitektur adalah sebuah cabang ilmu yang sangat kompleks . Arsitektur tidak

hanya mencakup aspek fisik tetapi juga mencakup aspek mental dalam

keberadaannya. Manusia sebagai pengguna utama arsitektur yang sangat beragam

juga berpengaruh terhadap bagaimana manusia menikmati arsitektur tersebut.

Seni pertunjukan sebagai salah satu seni yang memiliki tiga elemen utama yaitu

performer, penonton dan lingkungan tempat pertunjukan diadakan memperlihatkan

bagaimana peranan sebuah arsitektur dapat membantu sebuah pertunjukan dalam

menyampaikan pesan kepada pada penontonnya. Tiap seni prtunjukan tentu

memerlukan spesifikasi ruangan yang berbeda beda sehingga memerlukan desain

arsitektur dan interior yang berbeda juga sehingga hasilnya bisa maksimal.

Dalam sebuah seni pertunjukan dan ruang pertunjukan sebagai sebuah bentuk

arsitektur maka elemen penikmat juga harus diperhatikan dengan seksama.

Beragamnya penonton dan penikmat pertunjukan dan ruang yang ada tersebut

haruslah menjadi faktor yang diperhitungkan dalam mendesain sebuah ruang

pertunjukan. Tiap individu penikmat ruang dan pertunjukan tidak bisa digeneralisir

dan dipaksakan untuk menikmati keadaan yang ada.

Dari pembahasan saya mengenai JKT48 Theater banyak hal yang penulis peroleh

dalam kaitannya dengan bagaimana ruang, penonton dan performer bisa saling

berkaitan dan mempengaruhi bagaimana menikmati sebuah sebuah pertunjukan.

Penulis mendapatkan bahwa skenografi adalah hal penting dalam sebuah

pertunjukan, bagaimana penataan panggung, dekorasi dapat mempengaruhi mental

image dalam sebuah pertunjukan.

Seperti yang dikatakan oleh Goldblatt (1990) bahwa “A special event recognises

an unique moment in time with ceremony and ritual to satisfy specific needs”

(Berridge, 2007, hal. 6). maka harus diteliti juga ekspektasi dan keinginan dari

penonton ketika menikmati sebuah pertunjukan. Ketika yang mereka inginkan

adalah audio maka akustik yang harus diperhatikan, jika visual yang mereka

Page 76: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

62

Universitas Indonesia

inginkan maka harus perhatian lebih di sisi ini misalnya dengan mengadakan

proyektor dan sebagainya.

Dalam menjual sebuah pertunjukan harus diperhatikan apa sebenarnya yang

diinginkan oleh (calon) penonton. Joanne Scheff Bernstein (2007) dalam Arts

Marketing Insights: The Dynamics o f Building and Retaining Performing Arts

Audiences menjelaskan bahwa pemahaman penonton dalam menyingkapi sebuah

pertunjukan tidaklah sama, “People tend to make a sharp distinction between art

and entertainment and have a strong, even exclusive preference for one or the other.

“ (Bernstein, 2007, hal. 12)

Penonton di JKT48 Theater ternyata tidak semuanya bertujuan untuk mendapatkan

hiburan dari pertunjukan yang disajikan, sebagian justru malah betujuan untuk

berkumpul dengan teman teman atau malah untuk melihat dan mendukung si

performer saja. Hal ini tentu saja berakibat ke bagaimana penonton menempatkan

dirinya ke dalam sebuah pertunjukan. Penonton tidak hanya sebagai penikmat

pertunjukan yang pasif tetapi juga melakukan respon terhadap pertunjukan yang

dinikmati dan tidak jarang justru menjadi sebuah pertunjukan tersendiri.

Ruang pertunjukan di JKT48 Theater cenderung kosong dan minim dengan

dekorasi dengan warna dominan hitam. Pertunjukan yang didominasi oleh warna

warna cerah dari pakaian performerlah yang memberi kehidupan terhadap ruangan

tersebut selain pertunjukan cahaya yang maksimal. Di sisi lain para penonton juga

memberi andil untuk memberikan kesan dalam pertunjukan dengan meneriakkan

chant atau member call dan juga membawa lightstick yang dilambai-lambaikan

selama menonton pertunjukan.

Pengalaman ruang baik lingkungan secara fisik maupun sosial mempengaruhi

bagaimana orang – orang bereaksi dan hidup di dalamnya. Di JKT48 Theater

terlihat bagaimana mereka yang memang ingin untuk melakukan kegiatan yang

berbeda akan memilih spot tertentu untuk melakukannya sehingga dapat berkumpul

dengan orang – orang dengan tujuan yang sama dan tidak mengganggu yang

berbeda, contohnya orang yang memang ingin untuk mengangkat sebuah

banner,poster dan semacamnya akan lebih memilih untuk berdiri di belakang di

standing area sehingga tidak mengahalangi pandangan orang. Terbentuknya grup-

Page 77: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

63

Universitas Indonesia

grup yang memiliki perbedaan tujuan ini sangat berpegaruh ke bagaimana kita bisa

menikmati pertunjukan, dan bagaimana kita bisa bersifat toleran kepada orang lain

dalam kaitannya dengan personal space dan semacamnya. Dari kuesioner yang

disebut terlihat bahwa banyak fans yang terganggu dengan kelakuan fans lain ketika

menonton pertunjukan yang sama. Oleh karena itu zoning menjadi penting dalam

sebuah ruangan, dalam hal ini ruang pertunjukan.

Saran

Tulisan ini dapat dijadikan sebagai sebuah sumbangan acuan dan contoh tentang

bagaimana desain sebuah pertunjukan haruslah disesuaikan dengan kebutuhan dari

pertunjukan itu sendiri. Penonton sebagai penikmat pertunjukan dan bagaimana

mereka akan menikmatinya harus menjadi pertimbangan ketika mendesain sebuah

ruang pertunjukan. Konsep pertunjukan dan bagaimana pertunjukan diadakan harus

menjadi bahan riset oleh si arsitek. Penulis hanya membahas sebuah ruang

pertunjukan dengan satu konsep, pembahasan lebih luas dengan

membandingkannya dengan pertunjukan lain dengan konsep dan perilaku penikmat

yang berbeda sangat dianjurkan untuk dilakukan sehingga diperoleh pemahaman

menyeluruh terhadap pertunjukan dan ruang pertunjukan.

Page 78: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

64

Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Ambrose, G., & Harris, P. (2008). The Production Manual. AVA Publishing.

Appleton, I. (2008). Building for the Performing Arts. Oxford: Architectural Press.

Bernstein, J. S. (2007). Art marketing Insights: The Dynamics of Building and

Retaining Performing Arts Audiences. San Fransisco: Jossey-Bass.

Berridge, G. (2007). Event Design and Experience. Oxford: Butterworth-

Heinemann.

Ching, F. D. (1943). Form,Space and Order.

Ching, F. D. (1975). Architecture: Form, Space, and Order. New York: John

Wiley.

Conway, H., & Roenisch, R. (1994). Understanding Architecture. New York:

Routledge.

Craig, T. J. (2000). Japan Pop!: Inside the World of Japanese Popular Culture.

London: M.E. Sharpe.

Forty, A. (2000). Words and Building. London: Thames and Hudson.

Friedman, K. (2003). Theory construction in design research: criteria, approaches

and methods. Design Studies no. 24, 508.

Halim, D. (2005). Psikologi Arsitektur :Pengantar Kajian Lintas Disiplin. Jakarta:

PT.Gramedia Widiasarana Indonesia.

Honigmann, J. J. (1959). The World of Man. Dalam Koentjaraningrat, Pengantar

Ilmu Antropologi (hal. 186-190). Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Howard, P. (2002). What is Schenography ? London: Routledge.

JKT48. (2012). Love JKT48 : JKT48 the 1st Official Guide Book. Jakarta: Kompas

Gramedia.

Page 79: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

65

Universitas Indonesia

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). (2013, 04 26). Diambil kembali dari

KBBI.web.id : KBBI.web.id

Koentjaraningrat. (1986). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Kurniawan, K. R. (2009). Kita memproduksi Ruang. LILIN LESTARI 72 Tahun

IR.Siti Utamini,Departemen Arsitektur FTUI.

Lefebvre, H. (1991). The production of space (Vol. 30). Oxford: Blackwell.

Locke, J. (1999). An Essay on Human Understanding Book II, (First published

1690). Pennsylvania: Pennsylvania State University.

N.N. (2012, Oktober -). Idol Group. J Pop Culture, hal. 22-25.

Padmodarmaya, P. (2008). Tata dan Teknik Pentas. Jakarta: Balai Pustaka.

Rasmussen, S. E. (1959). Experiencing Architecture. Dalam S. E. Rasmussen,

Experiencing Architecture (hal. 9). Cambridge: The Massachutes Institute

of Technology.

Riantiarno, N. (2011). Kitab Teater : Tanya jawab seputar seni pertunjukan .

Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Sommer, R. (1969). Personal Space: The Behavioral Basis of Design. Englewood

Cliffs,NJ: Prentice Hall.

Tuan, Y. F. (1977). Space and Place: The Perpective of Experience (4th ed.).

London: University of Minnesota Press.

Tylor, E. B. (1974). Primitive culture: researches into the development of

mythology, philosophy, religion, art, and custom. New York: Gordon Press.

Willson, E. (1991). The Theatre Experience. New York The City University of New

York.

中居正広の金曜日のスマたちへ (Nakai Masahiro no Kinyoubi no SUMAtachi

e) (2012). [Gambar Hidup].

Page 80: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

66

Universitas Indonesia

Page 81: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

Universitas Indonesia

LAMPIRAN 1

Chant dan Wotagei

Wotagei berarti "wota (idol fan) art". Wotagei mengacu pada gerakan dan teriakan

penyemangat yang dilakukan oleh wota. Walaupun demikian wotagei ini boleh dilakukan oleh

siapa saja dan tidak terbatas oleh wota saja.Ketika menonton pertunjukan JKT48 ada teriakan

yang diserukan oleh penonton/fans seiring nada lagu.Teriakan ini disebut sebagai Chanting

Mix yang merupakan salah satu cara untuk mendukung dan menyemangati idol ketika sedang

tampil. Teriakan ini dilakukan pada waktu tertentu pada intro maupun sela sela tertentu1.

“Meneriakkan Mix ini bukanlah sebuah kewajiban tetapi ketika melakukanny bisa merasakan

kesatuan dengan pertunjukan yang sedang terjadi diaas panggung” (OGB JKT48 hal.28)

Teriakan

Mix terdiri dari 3 jenis yang terdiri dari 3 bahasa yaitu Inggris, Jepang, dan Ainu sebagai berikut

#1 CHANT (Standard Mix)

よっしゃ、いくぞー! (awalan: aaaa yosh iku zoh!!) [artinya: AYO KITA MULAI !!!!]

Tiger (Taiga)! Fire (Faiya)! Cyber (Saiba)! Fiber (Faiba)! Diver (Daiba)! Viber (Baiba)!

じゃーじゃー ( jya jya!!)

#2 CHANT (Japanese Mix)

もう ー丁いくぞー! (awalan: moh iccho iku zoh!!!) [artinya: AYO KITA MULAI

LAGI !!!]

とら (tora)! ひ (He)! じんぞう (Jinzou)! せんい (Sen-ii)! あま (Ama)! しんどう (Shindou)!

かせんとびじょきょ!!! (kasentobijokyo!!!!)

#3 CHANT [AINU MIX]

Chape! Ape! Kara! Kina! Rara! Tosuke! Myouhuntosuke!

Selain itu juga terdapa cheers yang terdiri dari berbagai bentuk seperti

1 Bridge

Page 82: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

Universitas Indonesia

1. Oooo-ing,Dapat berupa

a) Hai! Hai! Hai-Hai-Hai-Hai!

b) oooOOO HAI!

2. Member (Name) Calls

Dalam beberapa bagian ketika lagu dibawakan akan terdapat celah dimana kita meneriakkan

nama dari member yang sedang menyanyi solo ataupun berkelompok. Kita bebas untuk

memanggil nama member yang ingin kita panggil asalkan dia berada dalam kelompok yang

sedang menyanyikan bagian lagu itu. Pemanggilan nama dapat langsung dengan meneriakkna

nickname dari si member atau bisa juga didahului oleh teriakan Chozetsu Kawaii (超絶かわ

いい) yang berarti “yang paling cantik (adalah)“ .

Gerakan

1. Kecha (ケチャ)

Dalam lagu yang berirama pelan ,atau dalam bagian pelan sebuah lagu yang berirama lambat

para fans akan melakukan gerakan yang dinamakan kecha. Kecha berasal dari kata Kecak

karena memang gerakannnya seperti gerakan di tari tradisional Bali tersebut yaitu menjulurkan

tangan kedepan, menariknya kebelakang secara berulang ulang

2. Furicopy (振りコピ)

Furicopy adalah meniru gerakan tangan member yang sedang menari. Jadi ketika member

menggerakkan tangan, kia mengikutinya juga dengan tangan kanan dan gerakan yang sama.

(ditranslasikan dari artikel di http://melosnomichi.blogspot.com/2012/01/wotagei-guide-for-akb48-

concerts-20.html)

Page 83: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

Universitas Indonesia

LAMPIRAN 2

Data Hasil Angket

90%

10%

Jenis Kelamin

Pria

Wanita

22%

53%

18%7%

Usia

13-15

16-20

21-25

25 keatas

29%

28%

34%

9%

Domisili

Jakarta 78

Bodetabek 75

Pulau Jawa 91

Luar Jawa 25

87%

12%1%

Status Hubungan

Single

In Relationship

Married

Page 84: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

Universitas Indonesia

71%

11%

18%

Berapa Kali menonton pertunjukan JKT48 theater.?

1kali-10kali

10kali-20kali

diatas 20kali

66%

34%

Tahu AKB48 sebelumnya?

ya

tidak

23%

10%

19%10%0%0%

20%

18%

Apa yang disukai dari JKT48?

Member

Fandom

Konsep

Kostum

Liriknya

FanService

Musik

Performance

38%

43%

19%

62%

Bagaimana menonton teater.?

Sendiri 72

Bersama Teman 181 1-2orang

Bersama Teman 181 3-5orang

Bersama Teman 181 diatas 5orang

Page 85: Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater

Universitas Indonesia

14%

43%

43%

Alasan ke Teater

Berkumpul fans

Hiburan aternatif

Support Member

8%

38%

18%5%

2%

5%

24%

Apa yang dilakukan saat menonton?

Live Tweet

Chanting

Sing along

Looking for memberattention

Take Notes

Furicopy

Diam

8%

16%

42%

16%

18%

Alasan Berdiri

bosan

Bersama teman

Terpaksa

jelas terlihat

bebas

31%

47%

17%5%

Elemen yang mengganggu kenyamanan menonton

Tiang

Kursi Sempit

jarak jauh

chant dan fans lain