rks drainasepariwisata
DESCRIPTION
spesifikasi teknis drainaseTRANSCRIPT
RENCANA KERJA DAN SYARAT
Mewujudkan Kemanfaatan Sumber Daya Air Yang Berkelanjutan
1. PENJELASAN UMUM PEKERJAAN
1.1. NAMA DAN LOKASI PEKERJAAN
Nama pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah Pembangunan Saluran Pembuang Jl.
Pariwisata Arah Tanjung
Lokasi pekerjaan terletak di Jl. Pariwisata, Desa Girimukti, Kecamatan Penajam. Letak
lokasi kegiatan pembangunan dapat dilihat pada gambar rencana.
Sarana jalan darat untuk mencapai lokasi pekerjaan pembangunan saluran pembuang
tersebut dapat menggunakan Jalan Pariwisata, sehingga sarana lalu lintas laut tidak
perlu diadakan lagi.
1.2. LINGKUP PEKERJAAN
Saluran pembuang yang akan dibangun merupakan infrastruktur jalan untuk menangani
air hujan dan air buangan.
Adapun pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:
Pekerjaan Persiapan;
Pekerjaan Tanah;
Pekerjaan Pasangan.
Adapun lingkup pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana (secara
garis besar) adalah sebagai berikut:
Penggalian tanah sebagai akibat pendangkalan muka saluran;
Pemasangan pasangan batu pada saluran pembuang;
Pembersihan saluran pembuang yang tidak terpasang pasangan batu.
1.3. PENGAWASAN PEKERJAAN
Untuk melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan, Dinas Pekerjaan
Umum akan menunjuk Konsultan Supervisi dan/atau menugaskan Direksi Pengairan
untuk melakukan pengawasan.
Pemberitahuan akan hal ini akan disampaikan oleh Dinas Pekerjaan Umum kepada
Kontraktor Pelaksana secara tertulis.
RENCANA KERJA DAN SYARAT
Mewujudkan Kemanfaatan Sumber Daya Air Yang Berkelanjutan 2
2. SYARAT-SYARAT UMUM PELAKSANAAN PEKERJAAN
2.1. PERSYARATAN UMUM
a. Pelaksanaan pekerjaan harus mengacu pada:
Syarat-Syarat Khusus Kontrak;
RKS/Spesifikasi Teknis;
Gambar teknis, detail, dan gambar kerja;
Risalah Aanwijzing;
Keputusan Direksi.
b. Apabila terjadi perbedaan teknis/persepsi tentang pelaksanaan maka diharuskan
berkonsultasi dengan Konsultan Supervisi dan mendapat persetujuan pihak Direksi
Pengairan;
c. Daerah area kerja akan diserahkan kepada Kontraktor Pelaksana (selama
pelaksanaan) dalam keadaan seperti diwaktu pemberian kerja dan dianggap bahwa
Kontraktor Pelaksana mengetahui benar-benar mengenai:
Letak bagian/area konstruksi yang akan dibangun;
Batas-batas serta lingkup maupun keadaannya;
Keadaan fisik bangunan sesuai dengan gambar.
d. Kontraktor Pelaksana diharuskan menyerahkan contoh material/bahan/barang
sebelum digunakan/dipasang di lapangan;
e. Pengawasan terus menerus terhadap pelaksanaan penyelesaian/perapihan, harus
dilakukan oleh tenaga-tenaga dari pihak Kontraktor Pelaksana yang benar-benar
ahli;
f. Pekerjaan yang dilaksanakan meliputi pengadaan material, tenaga kerja dan
peralatan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan yang termasuk
dalam kontrak;
g. Semua barang-barang yang tidak berguna selama pelaksanaan pembangunan harus
dikeluarkan dari lapangan pekerjaan.
2.2. RENCANA KERJA (Pre Construction Meeting/PCM)
2.2.1. Umum
Kontraktor Pelaksana harus menyelesaikan seluruh pekerjaan seperti yang disyaratkan
dalam Dokumen Kontrak sesuai dengan rencana kerja yang telah disepakati dengan
menggunakan bahan-bahan terbaik dan metode pelaksanaan pekerjaan dengan
kemampuan terbaiknya.
2.2.2. Metode Pelaksanaan
Kontraktor Pelaksana diwajibkan membuat dan menyampaikan metode pelaksanaan
yang rinci untuk setiap jenis pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan dari Konsultan
Supervisi dan Direksi Pengairan.
Walaupun metode pelaksanaan telah mendapat persetujuan, Kontraktor Pelaksana
bertanggung jawab penuh terhadap metode pelaksanaan yang diusulkan. Kesalahan
yang ditimbulkan akibat dari metode pelaksanaan pekerjaan tersebut sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana termasuk resiko biayanya.
2.2.3. Master Time Schedule
Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor Pelaksana harus mengajukan Master
Time Schedule kepada Direksi Pengairan untuk mendapatkan persetujuan. Master Time
Schedule ini memuat jadual pelaksanaan dengan detail yang menunjukkan urutan
kegiatan selama pekerjaan berlangsung.
Master Time Schedule yang telah disetujui oleh Direksi Pengairan sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana yang menyusun dan telah mempertimbangkan
RENCANA KERJA DAN SYARAT
Mewujudkan Kemanfaatan Sumber Daya Air Yang Berkelanjutan 3
segala resiko dalam rencana jadwal pelaksanaan pekerjaan tersebut.
2.2.4. Jadual Penugasan Personil
Jadual penugasan personil harus disesuaikan dengan jadual pelaksanaan pekerjaan dan
dibuat secara terpisah.
Dalam jadual harus sudah termasuk/memperhitungkan waktu pengajuan, dan sewaktu-
waktu dapat ditambah dan dikurang jumlah personil yang dibutuhkan, harus ada
persetujuan dari Direksi Pengairan mengenai jadual penugasan personil.
2.2.5. Perbaikan Jadual Pelaksanaan Pekerjaan
a. Waktu.
Perbaikan terhadap seluruh jadual pelaksanaan pekerjaan harus dilakukan bila
kemajuan penyerapan dana pelaksanaan pekerjaan berbeda lebih dari 10% dari
jadwal rencana atau bila ada indikasi akan terjadinya perubahan prestasi pekerjaan
yang cenderung terlambat.
b. Laporan
Pada saat penyerahan perbaikan jadual pelaksanaan pekerjaan agar diberikan
laporan penjelasan mengenai alasan mengadakan perbaikan yang harus meliputi :
Uraian sebab perbaikan, termasuk pengaruh pada seluruh jadual karena
adanya perubahan cakupan, perubahan dalam volume dan lamanya aktivitas
dan perubahan lainnya yang dapat mempengaruhi jadual;
Pembahasan mengenai masalah yang akan dihadapi, termasuk faktor-faktor
penghambat yang ada dan yang diperkirakan akan timbul dan
dampak/pengaruhnya;
Tindakan perbaikan yang dilakukan, atau diusulkan dan pengaruhnya.
2.3. PEMBERITAHUAN UNTUK MEMULAI PEKERJAAN
2.3.1. Penjelasan
Kontraktor Pelaksana diharuskan untuk memberikan penjelasan tertulis selengkapnya,
apabila Konsultan Supervisi memerlukan tentang tempat-tempat asal material yang
didatangkan untuk suatu tahap pekerjaan yang akan dimulai pelaksanaannya.
2.3.2. Pemberitahuan
a. Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan untuk memulai pekerjaan yang sifatnya
permanen tanpa terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Konsultan Supervisi dan
Direksi Pengairan.
b. Pemberitahuan tertulis lengkap dan jelas harus terlebih dahulu disampaikan kepada
Konsultan Supervisi dan Direksi Pengairan dan dalam jangka waktu yang cukup
sebelum dimulainya pelaksanaan bagian pekerjaan itu, agar Konsultan Supervisi
dan Direksi Pengairan mempunyai waktu yang cukup apabila dipertimbangkan
bahwa perlu mengadakan penelitian dan pengujian terlebih dahulu atas persiapan
pekerjaan tersebut.
c. Pemberitahuan kepada Konsultan Supervisi dan Direksi Pengairan harus disertai
kelengkapan sebagai berikut :
Jadual pekerjaan termasuk jadual pengujian.
Metoda kerja (cara kerja, urutan-urutan kerja, jenis alat, penguji dan lain-lain).
Gambar kerja (shop drawing) untuk melaksanakan bagian-bagian pekerjaan
yang memerlukan penjelasan dalam bentuk gambar.
2.4. MOBILISASI DAN DEMOBILISASI
a. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah Kontraktor Pelaksana menerima surat pelulusan,
Kontraktor Pelaksana harus memasukkan rencana kepada Konsultan Supervisi dan
RENCANA KERJA DAN SYARAT
Mewujudkan Kemanfaatan Sumber Daya Air Yang Berkelanjutan 4
Direksi Pengairan mengenai prosedur mobilisasi.
b. Hal ini harus menjamin dilaksanakannya mobilisasi di atas dalam waktu 10 (sepuluh)
hari setelah Konsultan Supervisi dan Direksi Pengairan memberikan nota dimulainya
pekerjaan, peralatan harus sudah berada di lokasi proyek sesuai dengan jadual
dibutuhkannya alat-alat tersebut.
c. Kontraktor Pelaksana diharuskan mengajukan daftar terperinci tentang peralatan
yang akan digunakannya untuk melaksanakan pekerjaan. Daftar tersebut harus
sesuai dengan kebutuhan pekerjaan dan disetujui oleh Konsultan Supervisi dan
Direksi Pengairan dalam hal fungsi dalam pekerjaan, kapasitas, jumlah tahun
pembuatan, pabrik pembuat, kondisi dan rencana waktu tiba di tempat pekerjaan.
d. Kontraktor Pelaksana wajib mendatangkan alat-alat tersebut tepat waktunya sesuai
dengan jadwal pemakaian. Kontraktor Pelaksana dalam keadaan apapun tidak
dibenarkan untuk memindahkan alat-alat tersebut, sebagian atau seluruhnya,
selama pelaksanaan pekerjaan tanpa persetujuan Konsultan Supervisi dan Direksi
Pengairan.
2.5. LAPANGAN KERJA
a. Kontraktor Pelaksana wajib menyediakan perlengkapan kantor direksi kelompok
Direksi Pengairan dan alat-alatnya yang nantinya menjadi milik Direksi Pengairan;
b. Untuk menyimpan bahan-bahan bangunan yang dianggap perlu, Kontraktor
Pelaksana harus membuat gudang;
c. Penggunaan bangunan yang ada di lapangan, hanya dilakukan dengan izin dari
Direksi Pengairan.
2.6. KEBERSIHAN DAN KETERTIBAN
a. Selama berlangsungnya pembangunan pelaksanaan proyek ini, kebersihan lokasi
dan lingkungan terutama jalan-jalan disekitar proyek, kantor, gudang, los kerja harus
tetap bersih dan tertib, bebas dari bahan bekas/puing dan lain-lain. Khusus
kebersihan lingkungan disekitar proyek, yang harus dibersihkan adalah adanya
kotoran yang diakibatkan oleh keluar masuknya kendaraan proyek ini;
b. Penimbunan bahan-bahan yang ada dalam gudang-gudang maupun yang berada di
halaman bebas harus diatur sedemikian rupa agar tidak mengganggu kelancaran
dan keamanan pekerjaan/umum dan juga agar memudahkan jalannya pemeriksaan
dan penelitian bahan-bahan oleh Direksi Pengairan;
c. Tidak diperkenankan:
Memasak ditempat bekerja kecuali izin Direksi Pengairan;
Membawa masuk penjual-penjual makanan, buah, minuman, rokok dan
sebagainya ke tempat pekerjaan;
Keluar masuk dengan bebas.
2.7. PEMBANGKIT TENAGA DAN SUMBER AIR
a. Setiap pembangkit tenaga sementara untuk penerangan pekerjaan, harus diadakan
oleh Kontraktor Pelaksana termasuk pemasangan sementara kabel-kabel, meteran,
upah dan tagihan serta pembersihannya kembali pada waktu pekerjaan selesai
adalah beban Kontraktor Pelaksana;
b. Air untuk keperluan pekerjaan harus diadakan dan bila memungkinkan didapatkan
dari sumber air yang sudah ada di lokasi pekerjaan tersebut. Kontraktor Pelaksana
harus memasang sementara pipa-pipa dan lain-lain pekerjaan untuk mengalirkan air
dan mencabutnya kembali pada waktu pekerjaan selesai. Biaya untuk pekerjaan
pengadaan air sementara adalah beban Kontraktor Pelaksana;
RENCANA KERJA DAN SYARAT
Mewujudkan Kemanfaatan Sumber Daya Air Yang Berkelanjutan 5
c. Kontraktor Pelaksana tidak diperbolehkan menyambung dan menghisap air dari
saluran induk dan sebagainya tanpa terlebih dahulu mendapatkan izin tertulis dari
Direksi Pengairan.
2.8. KECELAKAAN DAN KESEHATAN
a. Kecelakaan-kecelakaan yang timbul selama pekerjaan berlangsung menjadi beban
Kontraktor Pelaksana;
b. Kontraktor Pelaksana diwajibkan menyediakan kotak P3K terisi menurut kebutuhan,
lengkap dengan seorang petugas yang telah terlatih dalam soal-soal mengenai
pertolongan pertama;
c. Terhadap kecelakaan-kecelakaan yang timbul akibat bencana alam, segala
pembiayaannya menjadi beban Kontraktor Pelaksana;
d. Kontraktor Pelaksana diwajibkan menyediakan alat-alat pemadam kebakaran jenis
ABC (segala jenis api), pasir dalam bak kayu, galah-galah dan lain sebagainya;
e. Kontraktor Pelaksana diwajibkan memperhatikan kesehatan karyawan-karyawannya;
f. Sejauh tidak disebutkan dalam RKS ini, maka Kontraktor Pelaksana harus mengikuti
semua ketentuan umum lainnya yang dikeluarkan oleh Jawatan Instansi Pemerintah
CQ Undang-Undang keselamatan kerja dan lain sebagainya termasuk semua
perubahan-perubahannya yang hingga kini tetap berlaku.
2.9. PENGAMANAN
a. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab penuh atas segala sesuatu yang ada di
wilayahnya ialah mengenai:
Kerusakan-kerusakan yang timbul akibat kelalaian/kecerobohan yang disengaja
ataupun tidak;
Penggunaan sesuatu yang keliru/salah;
Kehilangan-kehilangan bagian alat-alat/bahan-bahan yang ada di daerahnya.
b. Terhadap semua kejadian sebagaimana disebut diatas Kontraktor Pelaksana harus
melaporkan kepada Direksi Pengairan dalam waktu paling lambat 24 jam untuk
diusut dan selesaikan persoalannya lebih lanjut;
c. Untuk mencegah kejadian-kejadian tersebut diatas Kontraktor Pelaksana harus
mengadakan pengamanan, antara lain penjagaan, penerangan malam, pemagaran
sementara dan sebagainya;
d. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan pengaman dalam pelaksanaannya, agar
upaya keselamatan lingkungan dapat terjamin dengan baik;
e. Setiap pekerja harus memakai alat-alat pengaman seperti helm, penggantung dan
lain-lain yang dianggap perlu.
2.10. PENGAWASAN
a. Setiap saat Direksi Pengairan harus dapat dengan mudah mengawasi, memeriksa
dan menguji setiap bagian pekerjaan, bahan dan peralatan, Kontraktor Pelaksana
harus mengadakan fasilitas-fasilitas yang diperlukan;
b. Bagian-bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan tetap luput dari pengawasan
Direksi Pengairan menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana. Pekerjaan
tersebut jika diperlukan harus segera dibuka sebagian atau seluruhnya;
c. Jika Kontraktor Pelaksana perlu melaksanakan pekerjaan diluar jam kerja normal
sehingga diperlukan pengawasan oleh Direksi Pengairan, maka segala biaya untuk
itu menjadi beban Kontraktor Pelaksana. Permohonan oleh Kontraktor Pelaksana
untuk mengadakan pemeriksaan tersebut harus dengan surat disampaikan kepada
Direksi Pengairan 24 jam sebelum pelaksanaan;
RENCANA KERJA DAN SYARAT
Mewujudkan Kemanfaatan Sumber Daya Air Yang Berkelanjutan 6
d. Wewenang dalam memberikan keputusan yang berada ditangan petugas-petugas
Direksi Pengairan adalah terbatas pada soal-soal yang jelas tercantum/dimasukan
didalam gambar-gambar dan RKS dan risalah penjelasan. Penyimpangan dari
padanya haruslah seizin Direksi Pengairan.
2.11. PEMERIKSAAN DAN PENYEDIAAN BAHAN DAN BARANG
a. Bila dalam RKS disebutkan nama dan pabrik pembuatan dari suatu bahan dan
barang, maka ini dimaksudkan menunjukan standard minimal mutu/kualitas bahan
dan barang yang digunakan;
b. Setiap barang dan bahan yang ada digunakan harus disampaikan kepada Konsultan
Supervisi oleh Kontraktor Pelaksana untuk mendapatkan persetujuan Direksi
Pengairan. Waktu penyampaiannya dilaksanakan jauh sebelum pekerjaannya
dimulai;
c. Setiap usulan penggunaan nama dan pabrik serta pembuatan dari suatu bahan dan
barang harus mendapat rekomendasi dari Konsultan Supervisi berdasarkan petunjuk
dalam RKS serta gambar-gambar dan risalah penjelasan selanjutnya usulan tersebut
diteruskan untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi Pengairan;
d. Contoh bahan dan barang yang akan digunakan dalam pekerjaan harus diadakan
atas biaya Kontraktor Pelaksana setelah disetujui oleh Direksi Pengairan, maka
bahan dan barang tersebut seperti diatas yang akan dipakai dalam pelaksanaan
pekerjaan nanti;
e. Contoh bahan dan barang tersebut disimpan oleh Direksi Pengairan untuk dijadikan
dasar penolakan bila ternyata bahan dan barang yang dipakai tidak sesuai dengan
contoh baik kualitas maupun sifatnya;
f. Dalam pengajuan harga penawaran, Kontraktor Pelaksana harus sudah memasukan
sejauh keperluan biaya untuk pengujian berbagai bahan dan barang. Tanpa
mengingat jumlah tersebut, Kontraktor Pelaksana tetap bertangung jawab pula atas
biaya pengajuan bahan dan barang yang tidak memenuhi syarat atas perintah
Direksi Pengairan.
2.12. KUASA KONTRAKTOR PELAKSANA DI LAPANGAN
a. Di lokasi pekerjaan, Kontraktor Pelaksana wajib menunjuk seorang Penanggung
Jawab Lapangan (Site Manager/SM) yang cakap dan ahli untuk memimpin
pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan mendapat kuasa penuh dari Kontraktor
Pelaksana;
b. Dengan adanya SM tidak berarti bahwa Kontraktor Pelaksana lepas tanggung jawab
sebagian maupun keseluruhan terhadap kewajibannya;
c. Kontraktor Pelaksana wajib memberitahu secara tertulis kepada Direksi Pengairan,
nama SM untuk mendapat persetujuan;
d. Bila dikemudian hari menurut pendapat Direksi Pengairan bahwa SM dianggap
kurang mampu atau tidak cukup cakap memimpin pekerjaan, maka akan
diberitahukan kepada Kontraktor Pelaksana tertulis untuk mengganti SM;
e. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan Surat Pemberitahuan, Kontraktor
Pelaksana harus sudah menunjuk SM yang baru atau Kontraktor Pelaksana sendiri
(Penanggung Jawab Kegiatan/Direktur Perusahaan) yang memimpin pelaksanaan
pekerjaan.
2.13. PERSYARATAN PELAKSANAAN
a. Untuk menghindari klaim dari Direksi Pengairan dikemudian hari, maka Kontraktor
Pelaksana harus betul-betul memperhatikan pelaksanaan pekerjaan dengan
RENCANA KERJA DAN SYARAT
Mewujudkan Kemanfaatan Sumber Daya Air Yang Berkelanjutan 7
memperhitungkan ukuran jadi (finished) sesuai dengan persyaratan ukuran pada
gambar kerja dan penjelasan RKS;
b. Kontraktor Pelaksana wajib melaksanakan semua pekerjaan dengan mengikuti
petunjuk dan syarat pekerjaan, peraturan persyaratan pemakaian bahan bangunan
yang dipergunakan sesuai dengan RKS teknis dan atau petunjuk yang diberikan oleh
Direksi Pengairan. Untuk jaminan mutu dan kelancaran pekerjaan, pemborong harus
menyediakan :
Penanggung jawab lapangan yang terampil dan ahli di bidangnya selama
pelaksaan pekerjaan dan selama masa pemeliharaan guna memenuhi
kewajiban menurut kontrak;
Buku komunikasi untuk kunjungan tamu-tamu yang ada hubungannya dengan
proyek;
Buku tamu untuk kunjungan tamu-tamu yang tidak ada hubungannya dengan
proyek;
Mencatat semua petunjuk-petunjuk, keputusan-keputusan dan detail dari
pekerjaan;
c. Alat-alat yang senantiasa tersedia di proyek adalah :
kamera;
alat ukur optik (theodolit & waterpas);
meteran digital.
d. Semua pekerjaan yang akan dilaksanakan harus mengikuti Standar Nasional
Indonesia, Standar Industri Konstruksi, Peraturan Nasional lainnya yang ada
hubungannya dengan pekerjaan, antara lain:
PUBI-1982 : Peraturan Bahan Bangunan di Indonesia;
NI-3 PMI PUBB 1970 : Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia;
NI-8 : Peraturan Semen Portland Indonesia;
NI-10 : Bata Merah Sebagai Bahan Bangunan;
PPI-1979 : Pedoman Plumbing Indonesia;
SNI 04-0225-2000 : Peraturan Umum Instalasi Listrik;
SII : Standar Industri Indonesia;
PBI-1991 : Peraturan Beton Bertulang Indonesia;
AVWI : Peraturan Umum Instalasi Air.
e. Jika tidak terdapat di dalam Peraturan/Standar tersebut di atas, maka berlaku
Peraturan/Standar Internasional ataupun dari Negara asal produsen
bahan/material/komponen yang bersangkutan;
f. Selain ketentuan-ketentuan yang tersebut, berlaku pula dalam ketentuan ini:
Dokumen Lelang yang sudah disahkan oleh Direksi Pengairan (Gambar Kerja,
RKS, BQ, BA Aanwijzing dan Surat Perjanjian/Kontrak);
Shop Drawing yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana dan sudah
disetujui/disahkan oleh Direksi Pengairan.
2.14. LAPORAN HARIAN, MINGGUAN, DAN BULANAN
a. Pelaksana lapangan setiap hari membuat Laporan Harian, Laporan Mingguan dan
Laporan Bulanan mengenai segala hal yang berhubungan dengan pelaksanaan
pembangunan/pekerjaan, baik bersifat teknis maupun administratif;
b. Dalam pembuatan laporan tersebut, pihak Kontraktor Pelaksana harus memberikan
data-data yang diperlukan menurut data dan keadaan sebenarnya;
c. Laporan harian, laporan mingguan dan laporan bulanan secara rutin dibuat oleh
Kontraktor Pelaksana;
d. Laporan-laporan tersebut diatas setiap minggu dan bulannya, harus diperiksa oleh
Konsultan Supervisi dan diserahkan kepada Direksi Pengairan untuk bahan
monitoring.
RENCANA KERJA DAN SYARAT
Mewujudkan Kemanfaatan Sumber Daya Air Yang Berkelanjutan 8
2.15. PENJELASAN RKS DAN GAMBAR
a. Bila gambar yang menyangkut spesifikasi teknis tidak sesuai dengan RKS, maka
yang mengikat/berlaku adalah RKS;
b. Harus juga disadari bahwa revisi-revisi pada gambar teknis, lokasi (bagian) dan
detail gambar mungkin akan dilakukan didalam waktu pelaksanaan kerja.
Kontraktor Pelaksana harus melaksanakan pekerjaan sesuai dengan maksud
gambar dan spesifikasinya, dan tidak boleh mencari keuntungan dari kesalahan atau
kelalaian dalam gambar atau ketidaksesuaian antara gambar dan spesifikasinya.
Setiap karakter yang tidak dijelaskan dalam gambar dan spesifikasi atau gambar
kerja yang mungkin diperlukan oleh keadaan darurat konstruksi atau lain-lainnya,
akan ditentukan oleh Direksi Pengairan dan disahkan secara tertulis;
c. Direksi Pengairan akan memberikan instruksi berkenaan dengan penafsiran yang
semestinya untuk memenuhi ketentuan gambar dan spesifikasinya.
Permukaan-permukaan pekerjaan yang sudah selesai harus sesuai dengan garis,
lapisan bagian dan unsuran yang tercantum dalam gambar, kecuali bila ada
ketentuan lain dari Direksi Pengairan;
d. Ukuran
Pada dasarnya semua unsuran yang tertera dalam Gambar Kerja dan Gambar
Pelengkap meliputi:
As – as;
Luar – luar;
Dalam – dalam;
Luar – dalam;
Ukuran-ukuran yang digunakan disini semuanya dinyatakan dalam Centimeter (cm)
untuk pekerjaan Arsitektur dan Struktur, dan ukuran Milimeter (mm) untuk pekerjaan
Mekanikal/Elektrikal;
Khusus ukuran-ukuran dalam Gambar Kerja Arsitektur, pada dasarnya adalah jadi
seperti dalam keadaan jadi/selesai (finished);
Bila ada keraguan mengenai ukuran, Kontraktor Pelaksana wajib melaporkan secara
tertulis kepada Direksi Pengairan yang selanjutnya memberikan keputusan mana
yang akan dipakai dan dijadikan pegangan;
Bila ukuran sudah tertera dalam gambar atau dapat dihitung, maka pengukuran
skala tidak boleh dipergunakan kecuali sudah disetujui oleh Direksi Pengairan.
e. Setiap deviasi dari gambar karena kondisi lapangan yang tak terduga akan
ditentukan oleh Konsultan Supervisi dan disahkan secara tertulis oleh Direksi
Pengairan. Kontraktor Pelaksana tidak dibenarkan merubah atau mengganti ukuran-
ukuran yang tercantum didalam gambar pelaksanaan tanpa sepengetahuan
Konsultan Supervisi dan Direksi Pengairan, dan segala akibat yang terjadi adalah
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana baik dari segi biaya maupun waktu.
f. Perbedaan Gambar
Bila suatu gambar tidak cocok dengan gambar yang lain dalam suatu disiplin
kerja, maka gambar yang mempunyai skala yang lebih besar yang mengikat
(berlaku);
Bila ada perbedaan antara gambar kerja Arsitektur dengan Sipil/Struktur, maka
Kontraktor Pelaksana wajib melaporkan kepada Direksi Pengairan yang akan
memutuskan setelah berkonsultasi dengan Konsultan Perencana dan Konsultan
Supervisi;
Mengingat setiap kesalahan maupun ketidak telitian didalam pelaksanaan satu
bagian pekerjaan akan selalu mempengaruhi bagian pekerjaan lainnya, maka
didalam hal terdapat ketidak jelasan, kesimpang siuran, perbedaan-perbedaan
dan atupun ketidak sesuaian dan keragu-raguan diantara setiap gambar kerja,
Kontraktor Pelaksana diwajibkan melaporkan kepada Direksi Pengairan secara
tertulis dan selanjutnya diadakan pertemuan dengan Direksi Pengairan,
RENCANA KERJA DAN SYARAT
Mewujudkan Kemanfaatan Sumber Daya Air Yang Berkelanjutan 9
Konsultan Supervisi dan Konsultan Perencana, untuk mendapat keputusan
gambar mana yang akan dijadikan pegangan;
Ketentuan tersebut diatas tidak dapat dijadikan alasan oleh Kontaktor
Pelaksana untuk memperpanjang/mengajukan tambahan biaya maupun waktu
pelaksanaan.
g. Shop Drawing
Istilah yang digunakan pada masing-masing disiplin adalah sebagai berikut:
Shop drawing merupakan gambar detail pelaksanaan lapangan yang harus
dibuat oleh Kontraktor Pelaksana berdasarkan gambar Dokumen Kontrak yang
telah disesuaikan dengan keadaan lapangan;
Kontraktor Pelaksana wajib membuat shop drawing untuk detail khusus yang
belum tercakup lengkap dalam Gambar Kerja/Dokumen Kontrak maupun yang
diminta oleh Direksi Pengairan;
Dalam shop drawing ini harus jelas dicantumkan dan digambarkan semua data
yang diperlukan termasuk pengajuan contoh dari semua bahan, keterangan
produk, cara pemasangan dan atau spesifikasi/persyaratan khusus sesuai
dengan spesifikasi pabrik yang belum tercakup secara lengkap di dalam
Gambar Kerja/Dokumen Kontrak maupun di dalam RKS ini;
Kontraktor Pelaksana wajib mengajukan shop drawing tersebut kepada
Konsultan Supervisi untuk mendapat persetujuan tertulis dari Direksi Pengairan;
Semua gambar yang dipersiapkan oleh Kontraktor Pelaksana dan diajukan
kepada Direksi Pengairan diminta persetujuan harus sesuai dengan format
standar dari proyek dan harus digambar pada kertas A3.
h. Perubahan, Penambahan, Pengurangan Pekerjaan dan Pembuatan Asbuilt Drawing.
Tata cara pelaksanaan dan penilaian perubahan, penambahan dan
pengurangan pekerjaan disesuaikan dengan Dokumen Kontrak;
Sebelum pekerjaan selesai dan diserahterimakan, Kontraktor Pelaksana
berkewajiban membuat gambar-gambar yang memuat seluruh perubahan, dan
sesuai dengan kenyataan yang telah dikerjakan/dibangun oleh Kontraktor
Pelaksana (Asbulit Drawing). Biaya untuk penggambaran Asbuilt Drawing
sepenuhnya menjadi tanggungan Kontraktor Pelaksana.
2.16. TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR PELAKSANA
a. Kontraktor Pelaksana harus bertanggung jawab penuh atas kualitas pekerjaan
sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam RKS dan Gambar Kerja;
b. Kehadiran Direksi Pengairan selaku Pemilik dan Pemberi Tugas untuk melihat,
mengawasi, mengatur, atau memberi nasihat tidak mengurangi tanggung jawab
tersebut di atas;
c. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan yang timbul
akibat pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor Pelaksana berkewajiban memperbaiki
kerusakan tersebut dengan biaya Kontraktor Pelaksana;
d. Bilamana terjadi gangguan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan, maka
Kontraktor Pelaksana berkewajiban memberikan saran-saran perbaikan kepada
Konsultan Supervisi dan Direksi Pengairan. Apabila hal ini tidak dilakukan,
Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab atas segala kerusakan yang timbul;
e. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab atas keselamatan tenaga kerja yang
dikerahkan dalam pelaksanaan pekerjaan;
f. Segala biaya yang timbul akibat kelalaian Kontraktor Pelaksana dalam
melaksanakan pekerjaan menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana;
g. Selama pembangunan berlangsung, Kontraktor Pelaksana harus menjaga
keamanan bahan/material, barang milik proyek, dan milik pihak Ketiga yang ada di
lapangan, maupun bangunan yang dilaksanakannya sampai tahap serah terima.
RENCANA KERJA DAN SYARAT
Mewujudkan Kemanfaatan Sumber Daya Air Yang Berkelanjutan 10
h. Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah disetujui, baik yang telah
dipasang maupun yang belum, adalah tanggung jawab Kontraktor Pelaksana dan
tidak akan diperhitungkan dalam biaya Pekerjaan Tambah;
i. Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab atas akibatnya,
baik yang berupa barang-barang maupun keselamatan jiwa.
j. Apabila pekerjaan dan sisa-sisa bahan bangunan yang sudah tidak dipergunakan
lagi keluar lokasi pekerjaan. Segala pembiayaannya menjadi tanggung jawab
Kontraktor Pelaksana.
RENCANA KERJA DAN SYARAT
Mewujudkan Kemanfaatan Sumber Daya Air Yang Berkelanjutan 11
3. SYARAT-SYARAT UMUM TEKNIS PENGGUNAAN BAHAN
3.1 U M U M
Bahan-bahan yang akan digunakan di dalam proyek ini harus mengutamakan
penggunaan bahan-bahan yang telah diproduksi di dalam negeri dan sesuai dengan
spesifikasi yang diajukan dalam Rencana Kerja & Syarat-Syarat Kerja (RKS) Teknis.
3.2 PENGADAAN MATERIAL
Standar yang digunakan adalah untuk bahan bangunan adalah standar SNI (Standar
Nasional Indonesia). Peraturan dan standar mengenai jenis-jenis pekerjaan mengacu
pada jenis-jenis pekerjaan yang bersangkutan seperti PBI 1971 N.I.-2 untuk pekerjaan
beton, PBBI untuk baja, dan standar-standar lainnya yang berlaku di Indonesia.
Standar-standar Internasional seperti ASTM (American Standard Testing Material), JIS
(Japan International Standard) dan AASHTO (American Association of State Highway
and Transportation Oficials) dipergunakan jika ada hal-hal yang tidak tercakup dalam
standar Indonesia dan standar-standar Internasional tersebut sudah lazim digunakan di
Indonesia.
Penggunaan standar-standar lain, harus mendapat persetujuan khusus dari Konsultan
Supervisi dan Direksi Pengairan sebelum digunakan.
3.3 PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN BAHAN
3.3.1 Pemeriksaan Dan Pengujian
a. Semua bahan dan barang/benda yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana untuk
digunakan didalam pekerjaan proyek harus dapat dan boleh diperiksa, diuji dan
dianalisa setiap waktu, jika diminta oleh Konsultan Supervisi dan/atau Direksi
Pengairan;
b. Jika Konsultan Supervisi dan Direksi Pengairan menganggap perlu, maka Kontraktor
Pelaksana atas biayanya sendiri harus dapat menunjukkan sertifikat pengujian dari
pabrik yang mengeluarkan produksi bahan dan barang/benda yang diminta;
c. Dan atas biayanya sendiri, Kontraktor Pelaksana harus menyediakan dan
mempersiapkan bahan-bahan yang akan diuji dan contoh-contoh dari berbagai
macam bahan yang sewaktu-waktu akan diminta atau disyaratkan;
d. Hasil pemeriksaan/pengujian tersebut harus dipelihara dengan baik dan disimpan
oleh Kontraktor Pelaksana dan apabila diminta harus dapat menunjukkan kepada
Konsultan Supervisi dan Direksi Pengairan setiap saat;
e. Semua biaya untuk peninjauan dan pengujian menjadi tanggungan Kontraktor
Pelaksana.
3.3.2 Kualitas Pekerjaan dan Penolakannya
a. Kontraktor Pelaksana harus menyelesaikan pekerjaan seperti yang disyaratkan
dalam Dokumen Kontrak dan gambar-gambar rencana/pelaksanaan dengan
menggunakan bahan-bahan yang terbaik, dan dengan metoda pelaksanaan
pekerjaan terbaik;
b. Semua bahan-bahan yang dipakai dalam pekerjaan proyek, harus diperiksa oleh
Konsultan Supervisi dan mendapat persetujuan Direksi Pengairan sebelum
digunakan, meskipun bahan-bahan tersebut telah dinyatakan diterima pada waktu
didatangkan di site/lokasi;
c. Bahan-bahan bangunan dan pekerjaan-pekerjaan yang telah dilaksanakan apabila
tidak memenuhi persyaratan, akan ditolak dan Kontraktor Pelaksana harus
mengganti/melaksanakan ulang pekerjaan pekerjaan yang tidak memenuhi standar
RENCANA KERJA DAN SYARAT
Mewujudkan Kemanfaatan Sumber Daya Air Yang Berkelanjutan 12
tanpa perpanjangan waktu pelaksanaan;
d. Setiap kerugian atau kerusakan yang dinyatakan ditolak oleh Konsultan Supervisi
dan/atau Direksi Pengairan menjadi tanggungan Kontraktor Pelaksana;
e. Konsultan Supervisi dan Direksi Pengairan mempunyai kebebasan untuk menolak
salah satu atau semua bahan-bahan dan teknik pelaksanaan yang tidak sesuai
dengan kualitas dan sifat-sifatnya yang telah disetujui. Kontraktor Pelaksana harus
segera memindahkan bahan-bahan atau membongkar pekerjaan-pekerjaan yang
dimaksud atas tanggungannya.
3.4 S E M E N
3.5.1 Umum
a. Untuk konstruksi beton bertulang dan beton pratekan dipakai jenis-jenis semen yang
memenuhi ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang ditentukan dalam NI 8 dan
SNI/SII. Semen yang digunakan adalah jenis Semen-Portland jenis I (satu) (Portland
Cement, Normal, Type I) sesuai dengan standar NI 8;
b. Penggunaan bahan tambahan dan semen jenis lain misalnya yang dapat cepat
mengeras, harus mendapat persetujuan dari Konsultan Supervisi;
c. Pekerjaan beton harus menggunakan beton ready mix untuk pelaksanaan pekerjaan
beton. Jika diperlukan pengecoran sendiri oleh Kontraktor Pelaksana maka harus
memenuhi syarat-syarat di bawah ini.
3.5.2 Beton
a. Untuk pekerjaan Beton Struktural pada proyek ini, digunakan beton Ready Mix K-
125, dengan slump 10 ± 2cm. Metode pengambilan slump beton harus sesuai
dengan SNI 03-1972-1990;
b. Seluruh tata cara dan pengadaan, pengerjaan dan pengetesan harus mengikuti
peraturan SNI 03-6861.1-2000 (air), SNI 15-2530-1991 (semen), SNI 03-6820-2002
(semen), SNI 03-6861-2002 (agregat) dan SNI 03-6861.1-2002 (pasir)
3.5.3 Pengujian
a. Semen yang digunakan harus disertai tanggal produksi dan batas kadaluwarsanya
disertai dengan sertifikat dari pabrik yang menunjukkan bahwa semen tersebut telah
diuji dan dianalisa mengenai komposisi kimianya sesuai dengan persyaratan yang
relevan dengan NI 8;
b. Setiap pengiriman semen yang dikirim ke site/lapangan harus dalam keadaan belum
kadaluwarsa dan belum terjadi penggumpalan atau membatu;
c. Semen yang akan dipakai dan telah dikirim tidak diijinkan untuk dipergunakan pada
pekerjaan apapun sebelum hasil pemeriksaan dilapangan diterima dengan baik oleh
Konsultan Supervisi. Hal ini untuk menentukan apakah semen yang didatangkan
telah rusak selama pengangkutan atau selama disimpan. Dan tidak ada semen yang
dapat digunakan sebelum diterima dan dinyatakan baik oleh Konsultan Supervisi;
d. Konsultan Supervisi dapat menolak semen yang didatangkan/yang ada, berdasarkan
hasil pengujian yang dilakukan, meskipun telah mendapat sertifikat dari pabrik.
3.5.4 Pengangkutan Dan Penyimpanan Semen
a. Umur semen pada waktu pengiriman di lapangan tidak boleh lebih dari 2 (dua) bulan
dan harus digunakan dalam waktu tidak lebih dari 3 (tiga) bulan setelah tiba
dilapangan. Pengiriman semen ke lapangan harus dalam kendaraan
tertutup/terlindung dengan baik terhadap cuaca dan harus disimpan dengan baik di
dalam gudang-gudang yang mempunyai cukup lubang udara (ventilasi), tahan
terhadap cuaca dan air untuk mencegah kerusakan karena kelembaban udara;
b. Lantai gudang semen harus terbuat dari kayu dengan tinggi minimum adalah 30 cm
di atas tanah dan diberi ventilasi;
RENCANA KERJA DAN SYARAT
Mewujudkan Kemanfaatan Sumber Daya Air Yang Berkelanjutan 13
c. Pengiriman semen harus dapat dipisah-pisahkan dan segera ditempatkan di dalam
gudang-gudang tersebut di atas agar dapat dengan mudah diidentifikasikan,
diperiksa, ditest, dikontrol pengeluarannya, dan dipakai pada pelaksanaan sesuai
dengan urutan datangnya;
d. Penumpukan semen dalam kantong/zak tidak boleh lebih dari 13 (tiga belas)
tumpukan zak. Semen dari jenis berbeda, harus disimpan secara terpisah agar
dalam penggunaannya tidak tertukar. Penggunaan semen dalam jumlah yang besar
dapat dikerjakan dengan urutan pemakaian;
e. Semen yang telah menggumpal tidak diperbolehkan untuk digunakan lagi di dalam
pekerjaan konstruksi. Kontraktor Pelaksana harus menyampaikan laporan mingguan
kepada Konsultan Supervisi mengenai sumber pengadaan, pengiriman,
penyimpanan, dan menjelaskan berapa banyak semen yang diterima dan
dikeluarkan, serta penggunaannya pada jenis pekerjaan yang telah dilakukan selama
minggu tersebut.
3.5 AIR
a. Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam,
alkali, garam, bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat merusak
beton dan/atau baja tulangan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat
diminum;
b. Apabila mungkin, air harus diperoleh dari sumber air minum, atau didapat dari
sumber lain dan harus mendapat persetujuan dari Konsultan Supervisi;
c. Untuk penggunaan air yang diperoleh dari sumber sumur dalam lokasi proyek, maka
seluruh biaya pengadaan, pemeliharaan, sumber tenaga listrik dan lain-lain
ditanggung oleh Kontraktor Pelaksana;
d. Bila terdapat keragu-raguan mengenai air untuk pembuatan beton, Kontraktor
Pelaksana diharuskan untuk mengirim contoh air itu, ke lembaga pemeriksaan bahan
yang diakui untuk diselidiki kandungan zat yang dapat merusak beton dan/atau baja
tulangan. Dan hanya air dengan kualitas yang telah disetujui Konsultan Supervisi
yang dapat digunakan;
e. Apabila pemeriksaan contoh air tersebut di atas tidak dapat dilakukan, maka dalam
hal adanya keragu-raguan mengenai air harus diadakan percobaan perbandingan
antara kekuatan tekan campuran semen + pasir dengan memakai air tersebut di
atas, dan dengan memakai air suling;
f. Air tersebut dianggap dapat dipakai, apabila kekuatan mortar dengan memakai air
tersebut pada umur 7 dan 28 hari paling sedikit adalah 90% dari kekuatan tekan
mortar dengan memakai air suling pada umur yang sama;
g. Jumlah air yang dipakai untuk membuat adukan beton dapat ditentukan dengan
ukuran isi atau ukuran berat seperti yang disyaratkan dan harus dilakukan setepat-
tepatnya.
RENCANA KERJA DAN SYARAT
Mewujudkan Kemanfaatan Sumber Daya Air Yang Berkelanjutan 14
4. PEKERJAAN PERSIAPAN
4.1 PEKERJAAN PEMBUATAN KANTOR SEMENTARA
a. Kantor sementara/Direksi Keet merupakan bangunan dengan konstruksi rangka
kayu, lantai diplester, penutup pintu/jendela secukupnya untuk
penghawaan/pencahayaan. Ukuran luas kantor disesuaikan dengan kebutuhan
dengan tidak mengabaikan keamanan dan kebersihan serta dilengkapi dengan
pemadam kebakaran;
b. Perlengkapan-perlengkapan kantor yang harus disediakan Kontraktor Pelaksana
berupa: meja kursi tamu, meja kursi rapat, meja kursi rapat, papan tulis (white
board) dan alat tulis, helm pengaman, P3K, PC dan alat pemadam api ringan
(APAR);
c. Setelah proyek selesai barang tersebut menjadi milik Kontraktor Pelaksana.
4.2 PAPAN NAMA PROYEK
a. Kontraktor Pelaksana harus membuat dan memasang papan nama proyek yang
memuat tentang identitas proyek;
b. Papan nama proyek belatar belakang putih dengan tulisan warna hitam, kecuali
untuk logo atau simbul dapat dipakai warna yang bervariasi;
c. Papan nama proyek harus mencantumkan Instansi Pemberi Tugas, Sumber Dana,
Kontraktor Pelaksana, dan Konsultan Supervisi;
d. Papan juga harus mencantumkan besar anggaran pelaksanaan proyek, waktu mulai
proyek, dan waktu penyelesaian proyek.
4.3 PEMBERSIHAN LOKASI
a. Lahan lokasi yang digunakan harus dibersihkan/dibereskan dari segala hal yang
akan mengganggu kelancaran pekerjaan dan atau mempengaruhi kualitas
pekerjaan, sesuai arahan/petunjuk Konsultan Supervisi dan/atau Direksi Pengairan;
b. Sebelum pekerjaan galian tanah dilaksanakan maka permukaan tanah harus
diratakan terlebih dahulu menurut ketinggian/kedalaman galian/timbunan tanah
yang direncanakan;
c. Pada tanah yang berhumus atau masih terdapat tumbuhan, maka permukaan tanah
(top soil) harus dikupas dan dibuang setebal 10 cm;
d. Benda-benda/barang yang berada di atas lahan yang akan dibangun adalah milik
pemberi tugas. Segala yang mengakibatkan kerugian yang terjadi sebagai akibat
pelaksanaan pekerjaan adalah menjadi tangung jawab penuh pihak pelaksana
4.4 PEMASANGAN BOUWPLANK
a. Pasangan bouwplank dibuat untuk membantu menentukan as/sumbu-sumbu dalam
perletakan bangunan,baik mengenai kesikuannya atau ukuran-ukuran lainnya;
b. Semua papan bouwplank menggunakan kayu kelas II/terentang, papan-papan
harus lurus diserut rata, permukaan papan harus “WATERPASS” dengan piel lantai
±0,00. Setiap jarak 1,50 m, papan bouwplank diperkuat dengan patok kayu
berukuran 6/10 cm atau dolken. Pada papan bouwplank ini harus di cat sumbu-
sumbu yang diperlukan, dengan cat yang tidak luntur oleh pengaruh cuaca;
c. Jarak papan bouwplank minimal 2,00 m, dari garis bangunan terluar, untuk
mencegah kelongsoran terhadap galian-galian tanah pondasi;
d. Setelah pekerjaan papan bouwplank selesai, Kontraktor Pelaksana wajib meminta
pemeriksaan dan persetujuan tertulis dari Konsultan Supervisi;
RENCANA KERJA DAN SYARAT
Mewujudkan Kemanfaatan Sumber Daya Air Yang Berkelanjutan 15
5. PEKERJAAN TANAH
5.1. GALIAN TANAH
a. Pekerjaan ini terdiri dari penggalian tanah dan pembuangan tanah galian sejauh 30
m dari lubang galian;
b. Lebar dan kedalaman galian disesuaikan dengan gambar rencana atau menurut
petunjuk Konsultan Supervisi;
c. Galian tanah dilaksanakan untuk pembuatan pondasi penahan bahu jalan
(plengsengan),pembuatan duiker, lubang-lubang saluran dan pekerjaan-pekerjaan
lain yang menurut kondisinya memerlukan adanya galian tanah;
d. Penggalian yang memotong jalan harus dilaksanakan dengan cara menggunakan
setengah lebar jalan agar jalan tersebut tetap terbuka untuk lalu lintas pada setiap
waktu;
e. Galian tanah dilaksanakan setelah Kontraktor Pelaksana bersama-sama Konsultan
Supervisi menetapkan as-as + elevasi yang akan dilakukan galian pada papan
bouwplank;
f. Apabila dasar tanah galian untuk pondasi diperlukan daya dukung lebih baik, maka
dasar galian harus dipadatkan/ditumbuk;
g. Kelebihan kedalaman galian tanah akibat hal-hal tertentu, Kontraktor Pelaksana
harus melaksanakan penimbunan kembali serta dipadatkan sesuai dengan
persyaratan, akibat hal ini tidak dilakukan biaya tambahan;
h. Semua galian terbuka supaya dipasang penghalang atau tanda peringatan dan
pada malam hari dengan drum dicat putih atau lampu merah;
i. Kontraktor Pelaksana harus bertanggungjawab untuk mengadakan perlindungan
terhadap kabel-kabel telepon, pipa air atau struktur lainnya dibawah permukaan
yang ditemukan dan harus bertanggungjawab untuk biaya perbaikan setiap
kerusakan yang disebabkan oleh pelaksanaan galian;
j. Penggalian yang dilaksanakan diluar garis batas profil tidak akan dimasukkan
kedalam volume;
k. Hasil akhir pekerjaan galian tanah pondasi harus selalu diperiksa dahulu oleh
Konsultan Supervisi;
l. Satuan pembayaran galian tanah adalah meter kubik.
RENCANA KERJA DAN SYARAT
Mewujudkan Kemanfaatan Sumber Daya Air Yang Berkelanjutan 16
6. PEKERJAAN PASANGAN
6.1. PASANGAN BATU GUNUNG
a. Bahan yang digunakan, pada dasarnya semua jenis bahan yang digunakan dalam
pekerjaan ini harus memenuhi persyaratan NI-10 dan PUBI 1970 (NI-3),
diantaranya :
PC/semen: digunakan sejenis semen setara TONASA atau yang memenuhi
persyaratan dalam peraturan Portland Cement Indonesia NI-8 atau ASTM C-
150 Type I Atau Standard Inggris BS-12.
Pasir pasang: digunakan pasir yang berbutir tajam dan keras dengan kadar
Lumpur yang terkandung maximal pasir harus bersih dan tidak mengandung
bahan organik/kotoran yang merusak kondisi campuran.
Batu belah/gunung: digunakan batuan keras, bersih, tidak keropos dan
mempunyai permukaan yang kasar.
Air: digunakan air yang bersih, tawar dan tidak mengandung bahan yang
merugikan pasangan, seperti asam alkali, atau bahan organik lainnya.
b. Sebelum pelaksanaan pekerjaan pasangan batu, harus dibuat profil/bentuk saluran
dari kayu pada setiap ujung yang bentuk dan ukurannya sesuai dengan Gambar
Kerja dan telah mendapat persetujuan dari Konsultan Supervisi;
c. Pasangan batu gunung untuk saluran menggunakan adukan dengan campuran 1pc
: 3ps, terkecuali disyaratkan kedap air seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
Untuk kepala saluran digunakan adukan kedap air 1pc : 2ps;
d. Batu yang digunakan untuk pasangan harus kuat, bersih dan pecah kecuali untuk
muka pasangan ( rain );
e. Pada saat pemasangan batu, celah-celah diantara batu harus terisi spesi dan
susunan batu harus saling mengikat ( tidak segaris );
f. Pasangan batu yang sudah terpasang namun ada beberapa batu yang menonjol
(tidak segaris) Kontraktor Pelaksana harus memperbaiki kembali hingga
memuaskan direksi lapangan;
g. Pasir yang digunakan harus bersih dari debu/kotoran;
h. Untuk mendapatkan gaya geser yang lebih besar sebelum memasang batu kali
pada bagian dasar (alas supaya diurug pasir/beton rabat);
i. Adukan harus membungkus batu kali sedemikian rupa sehingga tidak ada bagian
dari saluran yang berongga atau tidak padat khususnya pada bagian tengah.
6.2. PEMASANGAN PIPA PVC
a. Pemasangan PVC setiap 1 m sesuai persetujuan Direksi Pengairan pada pasangan
batu gunung guna mengalirkan air dari jalan raya dan air buangan dari rumah ke
saluran;
b. Suling-suling perlu dibuatkan terutama untuk pekerjaan yang desakan air tanahnya
tinggi sehingga pada masa-masa tekanan air tanah bertambah keras tidak akan
merusak konstruksi dan airnya akan mencari celah keluar lewat suling-suling
tersebut. Suling-suling dibuat dari pipa PVC ø 2 “ dan paling tidak 1 buah tiap radius
2 m dan dibelakangnya diberi saringan dari ijuk, kerikil, dan batu-batu kecil.
Pekerjaan ini disesuaikan dengan bestek dan spesifikasi teknisnya atau petunjuk
dari Konsultan Supervisi nantinya.