risalah tauhid · 2015. 3. 7. · dalil atas bijaksananya allah dalam segala perbuatan-perbuatannya...

253
SYEKH MUHAMMAD ’ABDUH RISALAH TAUHID terjemahan : K.H. FIRDAJJS A.N. PENERBIT JAKARTA Kramat Kwitang 1/8 Telp. 342883-346247

Upload: others

Post on 16-Nov-2020

76 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

SYEKH MUHAMMAD ’ABDUH

R I S A L A H T A U H I D

terjemahan :

K.H. FIRDAJJS A.N.

PENERBIT JAKARTA

Kramat Kwitang 1/8 Telp. 342883-346247

Page 2: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-
Page 3: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

(WASIAT SUNAN DRAJAT)

1. WKNKIIONOTK.KKN MARANG WONG KANG WUTIIO

(MI'.MItERIKAN TONGKAT KEPADA ORANG VAN(, ' TIHAK

MAMl’ll MEUHAT)

2. WENEHONO MANGAN MARANG WONG KANG LITWE (MEMBERIKAN MAKANAN KEPADA ORANG YANG KEEAPARAN) 3. WENEIIONO UUisONO MARANG WONG KANG WUDIIO (MEMBERIKAN PAKAIAN KEPADA ORANG YANG TIDAK BERPAKAIAN) 4. WENEHONO PAYUNG MARANG WONG KANG KUDANAN , (MEMBERIKAN PERLINDUNGAN BAGI ORANG YANG KEHUJANAN)

"SAKJERONINQr SUKO KUDU ELING LAN WASPODO”

(DI DALAM KESENANGAN HARUS 7INGAT

DAN WASP ADA)

£\o\b , e>!o\

Asti buku dalam bahasa Arab, berjudut "Risalatu’t Tauhid”. Diberi anotasi oleh Said Muhammad Rasyid Ridla, pemim- pin dan

penerbit majalah Al-Manar, sebuah majalah terkenal yang terbit di Mesir. Diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh K.H. Firdaus A.N.

dari cetakan ke-VII, terbitan Al-Manar — Mesir 1353.H. KENANG-KENANGAN KEPADA GURUKU SYEKH IBRAHIM MUSA

PARABEK

Page 4: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Syekh Ibrahim Musa Paiabek (1884 - 1963) Banyak jasanya melahirkan XJlama-Ulama Indonesia ahgkatan baru yang tersebar ke

seluruh Indonesia dan Malaysia. Meninggal dunia 25 Juli 1963.Alhamdulillah, sambutanmasyarakat terhadap terbitnya ’’RISALAH

TAUHID” cetakan pertama adalah menggembirakan. Dan karena minat dan sambutan masyarakat serta banyaknya permintaan itulah an tarn lain, maka buku ini segera mengalami cetakan kedua.

Penterjemah

m.

Page 5: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

CETAKAN KELIMA

Ini suatu bukti, bahwa pelajaran Ilmu Tauhid (science of Islamic Theology) yang dibahas dan diungkapkan secara ilmiah dan filosofis dapat memenuhi hasrat para pembaca terutama dunia Universitas.

Dalam cetakan kedua ini terdapat perbaikan dan penyempurnaan di sana-sini, dan segala saran dan usul perbaikan yang bermanfa’at ke arah itu akan senantiasa diterima dengan tangan terbuka.

Dan atas segala minat dan sambutan para pembaca dan masyarakat umumnya terhadap buku ini, kami tidak lupa mengucapkan terima kasih.

Mudah-mudahan buku ini akan lebih luas gunanya untuk pembangumn kerohanian ummat dan generasi kita. Amien ! Jakarta, A gust us 1965. Penterjemah & Penerbit

. ■ . CETAKAN KETIGA Alhamdulillah, sambutan masyarakat terhadap cetakan kedua tetap

menggembirakan. Pada cetakan ketiga ini tidak terdapat perubahan yang prinsipiil. Namun usaha ke arah kesempurnaan tetap dilakukan, mengingat buku ini adalah buku wajib pada Perguruan Tinggi Negeri maupun swasta. Jakarta, Agustus 1969. Penterjemah & Penerbit

CETAKAN KEEMPAT

Alhamdulillah, sambutan masyarakat terhadap cetakan ketiga tetap menggembirakan. Pada cetakan keempat ini juga tidak terdapat perubahan yang prinsipiil. Namun usaha ke arah kesempurnaan terns dilakukan, mengingat buku ini adalah buku wajib pada Perguruan Tinggi Negeri mai.pun swasta.

Perubahan, jumiah halaman buku ini adalah disebabkan karena perubahan jenis huruf dan tekhnis belaka.

Jakarta, Agustus 1972. Penterjemah & Penerbit

Page 6: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Alhamdulillah, sambutan masyarakat terhadap cetakan keempat tetap menggembirakan seperti apa yang diharapkan. Pada cetakan kelima ini tidak ad a perubahan yang prinsipiil, namun perbaikan ke arah kesempurnaan tetap dilakukaa, mengingat buku ini adalah buku wajib bagi Perguman Tinggi Negeri maupun swasta.

Kesalahan cetak pada cetakan keempat telah diperbaiki, dan mulai cetakan kelima ini buku ini memakai ejaanbaru.

Jakarta, Agustus 1975. Penterjemah & Penerbit

CETAKAN KEEN AM

Alhamdulillah, sambutan masyarakat terhadap cetakan kelima tetap menggembirakan seperti apa yang diharapkan. Juga pada cetakan yang keenam ini tidak ada perubahan yang prinsipiil, namun usaha ke arah-kesem- purnaan tetap dilakukan, mengingat buku ini adalah buku wajib bagi Perguru- an Tinggi Negeri maupun swasta,

Semoga berbahagialah mereka yang membaca buku ini!

Jakarta, April 1976. Penterjemah & Penerbit

CETAKAN KETUJUH Alhamdulillah, sambutan masyarakat pada cetakan keenam tetap

menggembirakan, Dalam cetakan ketujuh ini tidak terdapat perubahan yang prinsipiil. Hanya terdapat sedikit tambahan tentang riwayat hidup pengarang; yakni bagian-bagian yang dirasa penting dalam kehidupan beliau. Yaitu tentang "Sumpah Perjuangan” beliau dan "Cum Laude”yangdatang terlam- bat.

Semoga berbahagialah mereka yang membaca buku ini!

Penterjemah PenerbitJakarta, Oktober 1979.

Page 7: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

CETAKAN KELIMA

Syekh Muhammad ’Abduh (1849 — 1905)Said Muhammad Rasyid Ridla (1856 — 1935).

Murid dan sahabat Muhammad ’Abduh yang setia dan berjasa kepada dunia Islam,

DAFTARISI

Page 8: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Halaman 1. Syekh Muhammad ’Abduh dan Peijuangannya . . . . . . . . . . . . . . 17 2. ............................................................. Pengantar Penerbit . . . ............. .... . . 26 3. Kata’Peindahuluan Pengarang . . . . . . . . ................................................. . . . 32

I

4. jj ............................................................................................................................. Pengantai Pembahasan (Sejarah Ilmu Tauhid) . . . ......................................................................... 36 sST Sunnatullah (hukum alam) pada segala njakhluk . . , ........................................ 39 6. Faham akaid di zaman para Khalifah dan timbulnya huru hara fitnah . . 41 7. Timbulnya bid’ah da 14m akidah dan khilafah di zaman inflltrasi ^ Abdullah bin Saba’ .................................................... .................... ..... 43 Qf Terpecahnya Ummat Islam kepada tiga golongan dan kefanatikan kaum ■ - ' -

Khawarij danSyi’ah ......................................... ... ................................ ....... 44 ,9. Awal kesibukan dalam Ilmu Kalam. Timbulnya kaum Multazilah

(’"'pX, . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . • ... • • • • 45 10. y Golongan-golongan Mu’tazilah dan disokongnya mereka itu oleh pe- merintahan

Abbasiah ........................................................................................ ... 47 11. Tersebarnya kaum Zindiq Persia yang Mulhid, dan .timbulnya fitnah

tentang kejadian Al-Quran ......................................................................................... - 48 12. . Timbulnya kaum Kebatinan sebagai penganjur kaum Mulhid . . . . . . . 49 1 Tsf Imam Al-Asy’ary dan mazhabnya serta tarikat (metode) tokoh-tokoh

pengikutnya ..................................................................................................................... 501/ 14. Mazhab-mazhab Filsafat dalam Islam ............................................................ . 52 15. Bahayanya mempercampur-adukkan Filsafat dan ilmu-pengetahuan

duniawi dengan Agama . .............................................................................. . v. . 53 16. Seb&b bercampurnya Ilmu’Akaid dengan Filsafat . . . . . . . . . . . . 54 17. Perbaikan Agama yang dilakukan oleh Ibnu Taiiriiah. ...................................... . 55 18. Agama Islam dan Ratio dan puncak Ilmu Tauhid . . . ......................................... 56

II

19) Pembagian Hukum Akal ................................................................ ..... ................ S7 "’ZD. Hukum Mustahil yang tidak ada hakikatnya .................................. ...................... 58 21. Hukum Mungkin, keadaannya tidak bisa terwujud kecuali dengan sebab

dan illat yang maujud dan pelakunya ........................................................• • • • 59 22. Wujud yang Mungkin pasti menghendaki adanya Wujud yang Wajib Ada. 62

III

23. Hukum-hukum Wajib: Kidam, Baka dan Nafi Tarkib 64 24. Pendapat Pengarang tentang hakikat ’ak liah dan jauhar fardi (atom). 6 5 25. Sifat Al-Hayat, Ta’rifnya dan dalil bersifatnya yang Wajib Wujud (Allah)

dengan sifat itu ....................... ........................... ......... .................. ..... . ............. 66

10

Page 9: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

I26f. ' Sifat Ilmu (Maha Mengetahui) ............................ .............................. .............. 68 v27<pr Dalil Mengetahuinya Allah bagi segala yang maujud dan berlainNya

.*4 dari segala Ilmu makhJukNya . . ...................................................................... . 70 Sifat Iradat (Kemauan) ... ............................... ..... ................... .......................... ..... 72

^29/ Sifat Kudrat/Ikhtiar .................................................... . ........................................................ 73 3®; Sifat Maha Esa ................................................................................. . ................. . . 74 31. Sifat sifat Sam’iyah yang wajib mengi’tikadkannya. ........................................ .... 77 32. Kalam Allah Ta’ala (FirmanNya), Maha Mendengar dan Maha Melihat 78 33. Pembicaraan tentang sifat-sifat Allah secara ringkas . ........................................ . 79 34. Manusia tak berdaya untuk mengetahui rahasia 'hakikat khalik . . . . . . 81 35. Sebagian jumlah yang wajib mengetahuinya tentang sifat-sifat Allah . .

IV

36. Perbuatan-perbuatan Allah................................................................................................ 84 37. Masalah tentang kemaslahatan dalam kebijaksanaan ..................................................... 85 38. Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

caman .............................................................................................................. . 87 40. Hikmat Ilahi mengandung Illat, tujuan dan maksud ... ................................................... 89

' V

Perbuatan-perbuatan Manusia. ..................................................................................... 91 42 Rahasia Qadar Ilahi yang dilarang membahasnya secara mendalam. ... 93

Hakikat Syirik dan Tauhid. . . ...................................................................................... 94 44. ILMU Allah tentang perbuatan-perbuatan manusia yang ikhtiari . . . . 96

VI

Perbuatan-perbuatan baik dan buruk ................................................................. 991" Keindahan apa yang dirasa dan yang diflkirkan serta keburukannya ... 100 Pengertian baik dan buruk dengan arti lazat dan merusak ......................................... 101 Kesakitan yang dipandang baik dan kelazatan yang buruk menurut pandangan akal ............................................................................................................. 103 Akal dapat membedakan antara sesuatu yang utama dan yang nista, baik dengan yang buruk ................................................................................................ 104 Mengenal Zat Yang Wajib Wujud dan sifat-sifatNya. yang maha sem- purna dengan jalan ratio (akal) . .................................................................................. 105 Hajat-kebutuhan manusia, dan tiga faktor pangkal kekuatannya . . . . . 107 Kelurusan-ingatan, khayal, fikiran dan penyelewengannya ........................ 108 Berlebih-kurangnya akal manusia, dan apa yang tidak dapat dicapainya. 109 Keberhalaan membinasakan akal manusia dan melemahkannya dari mengenal Allah dan kehidupan dihari akhirat ........................................................ - 110 Berlebih-kurangnya kapasitas akal manusia dan perlunya kepada pim- pinan Kenabian 112

56. Kenabian dan ketentuan-ketentuannya tentang akidah kepercayaan, pembalasan dan bermacam-macam amal perbuatan manusia . . . . . . . 113

11

Page 10: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

VII

57. Kerasulan Yang Umum ......................................................................................... . 117 - 58. Mu’jizat dan dalilnya atas kebenaran Rasul, yang jaiz dan apa yang

terlarang .................................................. . . . . . . . . . . . . . . .......................... 118 59. Apa-apa yang Wajib bagi para Rasul, yang Jaiz dan yang terlarang . . . . 120 tfbO) Kisah Adam dan makna pendurhakaannya .......................................................... . 121 V ■

VIII

61. Kebutuhan ummat manusia kepada Rasul ditinjau dari duajurusan .. . 123 62 Tinjauan pertama dari segi kepercayaan manusia terhadap hari akhirat . 123 63. Ilham dan perasaan-ingatan manusia kepada kehidupan hari akhirat. . . 125 64. Kelemahan manusia untuk mengetahui alamgaib disamping mengenang-

kannya ......................................................................................................................... 127 65. Martabat para Rasul diantara alam gaib disamping mengenangkannya . . 128

IX

66. Manusia itu menurut nalurinya tidak bisa melepaskan diri dari pimpinan Rasul .................................................................................................................. . 131

67. Tinjauan yang kedua tentang penjelasan hajat-kebutuhan manusia kepada Kerasulan yang beialasan kepada watak-tabi’at manusia itu sendiri secara sosiologis ........................................................................................................... 132 .

68. Cinta-kasih dan hajat-kebutuhan manusia kepadanya . . . . . . . . . . (VS'i \'L 69. Keinginan manusia kepada partgkat kedudukan dan mencapainya de- —

ngan segala jalan apapun sekalipun berbahaya ............................................................ 135 70. Kebutuhan manusia kepada kasih-sayang dan keadilan . . . . . . . . . J 71. Ingatan manusia kepada kekuasaan gaib ...................................................................... W?8 72. Gambaran khayal manusia bagi kekuatan Ilahiyah dan kudrat Zat Yang

Wajib Wujud ................................................................................................................ 140 73. Kelemahan manusia mengetahui Tuhannya .................................................................... 141 74. Petunjuk Allah kepada manusia supaya tunduk kepada kekuasaan gaib

karena temyata mereka lemah ..................................................................................... 142 75. Petunjuk para Rasul kepada manusia beidasar ketentuan-ketentuan

khusus dari pada Allah. ................................................................................................ 143

X

76. Wahyu, Ta’rifnya dan kemungkinan teijadinya ............................................................. 144 77. .......................................................................................................................... Peibedaan yang besai antaia akal dan kemauan . ...................................................................................... • 146 78, Pengetahuan paia Rasul lebih dekat kepada mengetahui yang gaib dari

pada pengetahuan orang lain..................................... 147 7.9. Keadaan para Wali Allah, para Syuhada’ yang mengiringi martabat '

kedudukan Nabi-nabi . ................................................................................................ 149 80. Terjadinya Wahyu dan Kerasulan ................................................................................ 151 81. Sifat-sifat para Rasul yang dapat diketahui dengan berita Hadits

12

Page 11: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Mutawatir . . . . ............................................................................. * ..................... 152

XI -

82. FungsiPara Rasul’alaihimussalam ............................. ........ ... . 155 Ajaian-ajaran para Rasul merigenai moral, kemasyarakatan dan hak- hak asasi manusia . ................................................ ............................................. .... 157

84. Penerangan para Rasul tentang perkara akhirat, alam gaib dan persiapan untuk mencapai kebahagiaan ...................... ...... ................................ ................. 158

85. Mengajarkan ilmu kesenian, perekonomian dsb. bukanlah menjadi tugas

para RasuL ................................... ..... 15 9

XII

86. Kritik yang mashur atau kecaman kepada Agama karena buruknya

tingkah-laku para penganut Agama itu sendiri . . . . . . . . . . . . . 161

87. Perbaikan yang diberikan Agama kepada bangsa-bangsa selama mereka patuh kepada petunjuk Agama dan rusaknya mereka karena mengabai- kan atau mengadakan bid’ah kepada Agama itu ................................................. .... 162

88. Khusyu* dan menangis dikala mendengarkan nasihat para Muballigh, /f tetapi tidak diwaktu mendengarkan ahli kebudayaan dan politik . . /lb3

89: Bencana meninggalkan petunjuk Agama, dan mencari jalan kembali / kepadanya ................................................... ....................................................... 164

901 Fungsi Agama dan Akal dan perbandingan antara keduanya. . . . . . . 166

/ XIII

91. Kerasulan Muhammad s.a.w. ............................................................................................ 168^ 92. Keadaan bangsa-bangsa, Negara-negara dan Kepala-kepala Agama terhadap rakyat di

masa diutusnya Muhammad s.a.w. menjadi Rasul . . * 169 93. Keadaan bangsa Arab diwaktu Muhammad diangkat menjadi RasuL 171 94. Dibesaikannya Nabi s.a.w. dan keadaan masyarakat kaumnya. ......................... 172 95. Sucinya Muhammad dari menuntut kedudukan Raja dan menjadi pem-

besar dengan da’wah ....................................................................................... 174 96. Gambaian masuknya kehidupan Nabi s.a.w. dalam periode Kerasulan

dan- keringkasan da’wahnya ...................... ........... ............................................ 175 97 Da’wahnya Nabi s.a.w. kesegala lapisan tingkat manusia padasekaliafi

Agama .................................................. *....................................... • • • . . 7 7 . 178 98. Senjata Muhammad mengatasi persediaan perseorangan dan seanua Kaumnya,

dan senjata itu (Al-Qur-an) menjadi mu’jizat bagi diri beliau ........................................................................................................................... 183

XIV

99. Al-Qur-an ............................................. '. . . . ......................................... .... 185 100. Turunnya Al-Qur-an dalam puncak zaman kemajuan sastra bangsa Arab

13

Page 12: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

dan tantangan mereka kepadanya ......................... ............. ..................... .... 186 101. Jawaban Nabi terhadap tantangan itu dengan sebuah surat yang ter-

pendek dari Al-Qur-an dan lemahnya mereka menghadapinya . . . . 187 102. Perbedaan antara semata-mata dapat mematahkan lawan dengan adaoya

hujjah I’jazul Qur-3n ........................................... ...... ........................................ 188 103. Ketetapan sahnya Kenabian dengan senjata Al-Qur-an yang ampuh ... 190

XV

104. Agama Islam ...................... .... . ................................. ..... .................................. 193 ^ 105. Mensyukuri Allah dengan jalan mempergunakan nikmat pancaindera

menurut apa kegunaannya ia dijadikan Tuhan ............................................. .... 195 106. Membatalkan paham keberhalaan (polytheismus) dengan penjelasan,

bahwa kekuasaan gaib itu hanya pada Allah satu-satunya . . . . . . . 196 107. Membebaskan manusia dari pengabdian bagi lain dari pada Allah . . . . 197 108. Menurut Islam, kebahagiaan dunia-akhirat itu hanya bisa didapat dengan

kerja ............................................................................................................................... 199 109. Islam membatalkan taklid dan berteriak membarigunkan akal (ratio) . . 200 110. Kelebihan generasi angkatan yang akan datang dari yang telah silam

' dan melepaskan akal dari iantai belenggu adat-adat yang kolot ................................ 202 111. Islam menetapkan kemerdekaankemauan dan kebebasanberfikir . . . . 203 112. Para ahli Kitab hanya mengabdi kepada teks-teks (Lafazh-lafazh) Kitab

Sucinya saja tanpa mendalami naksudnya yang sebenarnya ...................................... 204 113 Islam mewajibkan untuk memahamkan isi Kitab Sucinya kepada para

penganut Islam ............................................ . . ............................................. . 205 114. Islam menetapkan bahwa sebenarnya Agama Allah itu adalah satu dan

penjelasan asal-usul Agama itu ......................................................................... - 207 115. Hikmah perbedaan-perbedaan Ibadat dan sebagainya dalam Agama-

agama para Rasul .......................................................................................................... 209

XVI

116 Perkembangan kemajuan Syari’at Agama-sesuai dengan taraf kemajuan Manusia .................................................................................................................... 211

117. Nasrani dan Yahudi dan bid’ah-bid’ah yang dimasukkan oleh para penganut Agama itu kepada Agamanya ........................................................................ 212

118. Munculnya Agama Islam sebagai suatu Agama yang memberikan kecer- dasan kepada ummat manusia ................................................................................... 214

119. ............................................................................................................ Kelebihan Agama Islam dari segala Agama ................................................................................................ .... . . 216 120. Islam melarang paksaan dalam memeluk Agama dan perbedaan golong-

an jenis manusia . . . . .................................................................................................... 217 121. Segala upacara ibadat Islam dapat dimengerti semua faidahnya (rasionil),

kecuali sedikit ............................................................................................... . . 219 122. Hikmah yang diberikan Tuhan kepada ibadat shalat, puasa dan haji

(lihat anotasi) . . . . . . . . . . . . . . . ..................................... ........... . , , 220 123. .................................................................................................................... Sunnah Allah pada manusia dan alam semesta . . . . . ............................................................................. . . . 222

14

Page 13: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

124. Sebab-sebab nikmat dan bencana pada diri pribadi manusia dan bangsa- bangsa 222

125. Sebab-sebab kenidupan bangsa-bangsa, celakanya .................................................... 223 126. Kewajiban Islam mengembangkan Ilmu-pengetahuan dan mencerdaskan '

orang awam .......................' .......................................................................................... 225 127. .................................................................................................................... Kewajiban melakukan amar ma’ruf dan nahi-mungkar ................................................................ . 226 128. Zakat, Hukumnya dan faidah-faidahnya .................................................................... 228 129. Memelihara akal dan harta-benda dengan jalan mengharamkan mihuman

alkohol, judi dan riba (rente) ...................................................................................... 229

XVII

130. Cepatnya Islam berkembang tak ada bandmgannya dalam sejarah . . . . 231 131. Perlawanan terhadap Islam dan kemenangan Islam terhadap semua Agama ... . 232 132. Sebab kemenangan Islam dan sejarah kaum Muslimin berkenaan dengan

itu .................................. ..... ......................................................... ...... . . . . 233 133. Keadilan, rahmat dan kemerdekaan Agama dalam Islam ............................................ 235 134. Masuknya bangsa-bangsa ke dalam Islam dan pengaruh ajaran-ajaran

yang dibawanya ........................................................................................................... 236 135. Keadilan Islam dan ajakannya untuk melenyapkan perbedaan tingkat-

an manusia (feodalisme) ............................................................................................ 238 136. Roh-semangat Islam yang tertanam dalam dada pemeluknya dapat me-

narik para lawannya untuk memasukinya .................................................................... 239 137. Batalnya dakwaan, bahwa agama Islam itu tersiar dengan mata-pedang 240 138. Sepuluh abad lamanya kaum Nasrani mengadakan paksaan dalam me-

nganut agamany a dengan jalan peperangan ................................................................ 241 139. Penyerbuan tentara Tartar dan tentara Salib serta apa-apa yang diambil

oleh orang-orang Eropa dari pengetahuan kebudayaan Islam . . . . . . . 243

XVIII

140. Beberapa persoalan yang mudah timbul sewaktu-waktu sebagai kritik terhadap Islam ............................................................................................................ 248

141. Tingkah-laku kaum Muslimin sendiri dijadikan alasan untuk menyerang Islam ............................................................................................................................ 249

15

Page 14: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

253

142. Jawabnya, bahwa Islam itu memang meiyadi hajjah terhadap orang yang meninggalkan hidayah- petunjuknya, bukan sebaliknya ................................. .

XIX

143. Membenaikan ajaran-ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad s.a.w. 144. ............................................................................................................ Soal I man (ptrcaya) kepada khabai Ahad ................................................................... . ... .

Masalah melihat Tuhan dihari Akhirat nanti ............................ ... ...................... 146. Masalah kramat; orang-orang yang mengingkarinya, dan mereka yang

menetapkannya serta dalil-dalilnya masing-masing. ................................ .... 147. ................................ Anggapan orang, bahwa kramat-kramat itu menjadi sumber pencaharian rezeki , ............................ . ............................................

255^ 256 258

258 '

262 263 265

16

Page 15: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

148. ................................ Penutup ........ ..... DAFTAR NAMA-NAMA DAN ISTILAH

17

Page 16: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

SYEKH MUHAMMAD ’ABDUH DAN PERJUANGANNYA Asal - usulnya

Syekh Muhammad. ’Abduh seorang putera Mesir, lahir pada tahun 1849 dan wafat pada tahun 1905. Ayahnya, ’Abduh bin Hasan Khairallah, mempunyai silsilah keturunan dengan bangsa TurkL Sedang ibunya, mem- punyai silsilah keturunan dengan orang besar Islam, ’Umar_binKhaththab, khalifah yang kedua.

Pendidikannya Selaku anak dari keluarga yang ta’at beragama, mula-mula Muhammad

Abduh diserahkan oleh orang tuanya belajar mengaji Al-Qur-an. Berkat otaknya yang cemerlang, maka dalam waktu dua tahun, ia telah hafal kitab suci itu seluruhnya, pada hal ketika itu ia masih berusia 12 tahun.

Kemudian, ia meneruskan pelajaran pada perguruan agama di masjjxi—- "Ahmadi", yang terletak di desa Thantha. Akhirnya ia melanjutkan pada Perguruan Tinggi Islam ”Al Azhar” di Kairo. Ia menamatkan kuliahnya pada tahun 1877, dengan hasil yang baik. ■■ 'P's? 7?

: /<<vV j_r Belajar dengan Said Jamaluddin A1 Afghany 2Sr

Pada tahun 1869, datang ke Mesir seorang ’alim besar, Said Jamaluddin Al Afghany, ierkenal dalam dunia Islam sebagai Mujahid (pejuang), Mujaddid (pembaharu, reformerj dan Ulama yang sangat ’alim. Ketika itu Muhammad ’Abduh sedang menjadi mahasiswa pada Al-Azhar. Muhammad ’Abduh bertemu dengan Said Jamaluddin untuk pertama kalinya, ketika ’Abduh datang ke rumahnya, bersama-sama dengan Syekh Hasan At Tawil, dimana dalam pertemuan itu mereka berdiskusi tentang ilmu ’’tasauf’ dan "tafsir.”

Seiak itulah ’Abduh tertarik kepada Said Jamaluddin, oleh ilmunya yang dalam dan cara berfikimya yang modern; sehingga akhirnya ’Abduh mengaguminya benar-benar dan selalu berada di sampingnya. sambil belajar juga pada Al-Azhar. Selain ’Abduh sendiri, banyak pula mahasiswa-maha- siswa Al-Azhar yang, lain ditarik oleh ’Abduh ikut datang kepada Said Jamaluddin untuk belajar.

Di samping diskusi-diskusi tentang ilmu-ilmu agama, mereka belajar juga kepada Said Jamaluddin pengetahuan-pengetahuan modern, filsafat, sejarah, hukum dan ketata-negaraan dan lain-lain. Suatu hal yang istimewa diberikan oleh Said Jamaluddin kepada mereka, ialah semangat berbakti kepada masyarakat dan berjihad memutus rantai-rantai kekolotan dan cara-cara berpikir yang fanatik dan merombaknya dengan cara berpikir yang lebih maju.

. Udara barn yang ditiupkan oleh Said Jamaluddin, berkembang (lengan pesat sekali. di Mesir, terutama sekali di kalangan mahasiswa-mahasiswa Al-Azhar yang

18

Page 17: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

dipelopori oleh Muhammad ’Abduh. Karena ’Abduh telah memiliki cara berpikir yang lebih maju, banyak membaca

buku-buku filsafat, banyak mempelajari perkembangan jalan pikiran kaum Rasionalis Islam (Mu’tazilah), maka guru-guru Al-Azhar pernah menuduhnya telah meninggalkan ’’Mazhab Asy’ari”. Terhadap tuduhan itu ’Abduh menjawab: ’’Yang terang saya teldh meninggalkan taklid kepada Asy’ari, maka kenapa saya harus bertaklid pula kepada Mu’tazilah ? Saya akan meninggalkan taklid kepada siapapun juga, dan hanya berpegang kepada dalil yang dikemukakan" Menjadi Dosen Darul Ulum dan Al-Azhar

Setelah ’Abduh menamatkan kuliahnya pada tahun 1877, atas usaha Perdana Menteri Mesir Riadl Pasya, ia di -angkat menjadi dosen pada Universitas "Darul Ulum”, di samping itu menjadi dosen pula pada Al-Azhar. Di dalam memangku jabatannya itu, ia terus mengadakan perubdhan-perubahan yang radikal sesuai dengan cita-citanya, yaitu me- masukkan udara baru yang segar ke dalam Perguruan-perguruan Tinggi Islam itu, menghidupkan Islam dengan metode-metode baru sesuai dengan kemajuan zaman, memperkembangkan kesusasteraan Arab sehingga ia me- rupakan bahasa yang hidup dan kaya-raya, serta melenyapkan cara-cara lama yang kolot dan fanatik. Tidak saja itu, tetapi ia juga mengeritik politik pemerintah pada umumnya, terutama sekali politik pengajarannya, yang menyebabkan para mahasiswa Mesir tidak mempunyai roh kebangsaan yang hidup, sehingga rela dipermainkan oleh politik penjajahan asing.

Sayang bagi ’Abduh, setelah kurang lebih dua tahun ia melaksanakan tugasnya sebagai dosen dengan cita-cita yang murni dan semangat yang penuh, maka pada tahun 1879 pemerintah Mesir berganti dengan yang lebih kolot dan reaksioner; yaitu turunnya Khedive Ismail dari singgasana, digantikah oleh puteranya Taufiq-Pasya. Pemerintahan yang betru ini segera memecat ’Abduh dari jabatannya dan mengusir Said Jamaluddin dari Mesir.

Akan tetapi pada tahun berikutnya, Abduh diberi tugas kembali oleh Pemerintah menjadi pemimpin majalah "Al Waka’i Al Mishriyah” dan sebagai pemhantunya diangkat Sa’ad Zaglul Posy a, yang kemudian temyata menjadi pemimpin Mesir . yang termasyhur. Dengan majalah ini, ’Abduh mendapat kesempatan yang lebih luas kembali menyampaikan isi hatinya, dengan menulis prtikel-artikel yang hangat dan tinggi nilainya tentang ilmu-ilmu agama, \filsafaL kesusasteraan dan lain-lain. Dan juga ia mendapat kesempatan umttk-mengeritik pemerintah tentang nasib rakyat, pendidikan dan pengajaran di Mesir.

Di Buang ke Syria ( Beirut) Pada tahun 1882 terjadilah di Mesir suatu pemberontakan, di mana perwira-

perwira tinggi yang tadinya dipercaya setia kepada pemerintah, ikut serta memimpin

19

Page 18: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

pemberontakan itu. Pemberontakan itu didahului oleh suatu gerakan yang dipimpin oleh Arabi Pasya, di mana ’Abduh dianggapnya menjadi penasihatnya. Setelah pemberontakan itu dapat di- padamkan, ’Abduh di buang ke luar negeri dan ia memilih Syria (Bei - rut). Di sini ia mendapat kesempatan mengajar pada Perguruan Tinggi Sulthaniyah, kurang lebih satu tahun lamanya.

Kemudian pada permulaan tahun 1884 ia pergi ke Paris atas panggilan Said Jamaluddin Al Afghany, yang waktu itu telah berada di sana~

Sumpali Perjuangannya Walaupun ia berada dalam masa pembuangan yang jauh dari tanah. airnya, namun

semangat juangnya tidak pernah luntur, bahkan lebih menyala- nyala. Sa ’at itu dipandangnya sebagai suatu kesempatan yang terbaik untuk melebarkan sayap perjuangannya dan mengembangkan dakwah Islam seiuas- luasnya. Kini dia berdakwah dalam alam cakrawala dunia Internasional yang lebih luas dan lebih besar. Ia berada di kota Paris yang terkenal sebagai kota central peradaban dan kebudayaan Eropa itu. Untuk itu terlebih dahulu dia hams bersumpah dan berjanji untuk dirinya sendiri agar dia betul-betul berjuang dengan sungguh-sungguh. Dan sumpah jihad Muhammad ’Abduh yang hebat dan bermutu tinggi itu antara lain berbunyi seperti di bawah ini :

”Saya bersumpah atas nama Allah, balrwa saya akan berpegang teguh kepada Kitab Allah (Al Qur-an) dalam segala amal-bakti dan sikap moral saya tanpa penyimpangan dan penyesatan. . .. . v

— "Saya akan senantiasa siap memperkenankan panggilan Tuhan dalam bentuk perintah atau laranganNya, dan akan berdakwah sepanjang hayatku tanpa pamrih...........................................

— ’’Saya bersumpah atas nama Allah yang memiliki roh dan harta-benda saya, yang menggenggam nyawa serta mengendalikan segenap perasaan saya . ... . ; bahwa saya akan rela mengorbankan apa yang ad a pada din saya untuk menghidupkan rasa solidaritas Islam (Ukhuwwah Islamiyah) yang mendalam.

— ’’Saya bersumpah atas nama Kehebatan dan Kekuasaan Allah, bahwa saya tidak akan mendahuliikan kecuali apa yang diprioritaskan oleh agama Allah, dan tidak akan mentakhirkan kecuali apa yang dikemudi- ankan oleh agama; dan saya tidak akan melangkahkan sesuatu langkah kalau akan membawa kerugian bagi agama, sedikit ataupun banyak. . . .

— "Dan saya berjanji kepada Allah,' bahwa saya akan selalu berdaya- upaya mencari segala jalan atau peluang untuk kekuatan Islam dan kaum Muslimin . . . . ” Sumpah perjuangan ’Abduh yang ideal itu baikjuga kita renungkan dan kita

hayati bersama.

20

Page 19: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Gerakan A1 ’Urwatul Wutsqa Bersama-sama dengan Said Jamaluddin Al Afghany disusunlah di Paris, suatu

gerakan bemama "Al ’Urwatul Wutsqa", gerakan kesadaran ummat Islam sedunia. Untuk mencapai cita-cita gerakan ini diterbitkannya sebuah majalah dengan nama organ ini juga, majalah "Al 'Urwatul Wutsqa". Dengan perantaraan majalah itulah ditiupkannya suara keinsyafan ke seluruh dunia Islam, supaya mereka bangkit dari tidumya, melepaskan cara berpikir fanatik dan kolot dan bersatu membangun kebudayaan dunia. Suara itu lantang sekali kedengaran dan dengan pesat menggema ke seluruh dunia, rnemperlihatkan pengaruhnya di kalangan ummat Islam, sehingga dalam tempo yang singkat, kaum imperialis menjadi gempar dan cemas oleh karenanya. Akhimya Inggeris melarang majalah itu masuk ke Mesir dan India; kemudian pada tahun 1884, setelah majalah itu terbit baru 18 nomor, pemerintah Perancis* melarangnya terbit. ’Abduh kebetulan di- bolehkan pulang kembali ke Mesir, seddng Said Jamaluddin mengembara di Eropa dan terus ke Moskow. i)« Dr. Usman Amin, ’’Muhammad Abduh,” Hal. 73, th. 1944, Cairo. Kembali ke Mesir

Setibanya ’Abduh di Mesir, ia diberi jabatari penting oleh pemerintah. Masyarakat sangat menghormatinya, karena memang menanti-nantikannya untuk melanjutkan kembali bengkalai yang ditinggalkannya dahulu sebelum ia diusir oleh pemerintah.

Kepada pemerintah Mesir dikemukakannya rencananya. untuk mem- perbaiki Universitas Al-Azhar. Rencananya itu disokong oleh pemerintah dan beliau sendiri. ditindungi pula oleh Khedive 'Abbas Hilmi: Namun begitu, beliau senantiasa mendapat halangan-rintangan dari kaum reaksioner , di sana-sinu . Jadi Mufti Mesir “

Pada tanggal 3 Juni 1899 beliau diserahi oleh pemerintah untuk memangku jabatan ’’Mufti” Mesir. Yaitu suatu jabatan yang paling tinggi dipandang oleh kaum Muslimin. Berbeda dengan Mufti-mufti sebelumnya, 'Abduh tidak mau membatasi dirinya hanya sebagai alat penjawab per- tanyaan-pertanyaan pemerintah safa, tetapi ia memperluas tugas jabatan - itu untuk kepentingan kaum Muslimin. Apa saja masalah-masalah yang timbul di kalangan kaum Muslimin, terutama bangsa Mesir, yang dihadap- kan kepadanya, dilayaninya dengan senang hati dan diselesaikannya dengan baik. Demikianlah jabatan itu dijabatnya hingga ia meninggal dunia.

Di samping itu, beliaupun diangkat pula menjadi anggauta Majlis Perwakilan (Legislative Council). Dalam badan ini ’Abduh banyak mem- berikan jasa-jasanya, dan oleh karena itu pula beliau sering ditunjuk menjadi ketua panitia penghubung dengan pemerintah.

’Abduh pemah juga diserahi jabatan Hakim Mahkamah, dan dalam tugas ini

21

Page 20: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

ia dikenal sebagai seorang Hakim yang adil. Pembela Islam yang Gagah Berani

Karena ghirah dan ghairahnya kepada Islam, maka 'Abduh sering tampil ke depan untuk membela Islam dari segala serangan dan peng- hinaan yang datang. Ditantangnya G. Hanotaux, Menteri Luar Negeri Perancis, karena tulisannya tentang Islam yang menurut 'Abduh tidak benar dan merupakan suatu penghinaan. Temyata kemudian G. Hanotaux seolah-olah minta ma’af dalam sebuah tulisannya yang dimtiat dalam majalah "Al Muayyad”. Kemudian diasahnya pernnya untuk -menghadapi Farah Anton, seorang Kristen, pemimpin umum majalah "APJami’ah",

yaitu sebuah majalah dari organ Kristen yang terbit di Ka, Anton menulis dalam majalah itu hal-hal yang menyinggung > menghinanya. , Banyak lagi peristiwa-peristiwa lain yang rrienunju, «, beraniannya guna membela Islam, apalagi kalau dihina. Semuanya h dilakukannya, tidak lain karena ghairahnya terhadap Islam.

Kitab ’’Risalah Tauhid” Menurut ’Abduh, manusid hidup menurut ’aqidahnya. Bila ’aqidaI nya benar,

maka akan benar pulalah perjalanan hidupnya. Dan ’Aqida itu bisa betul, apabila orang mempelajarinya dengan cara yang betul pule Pendirian inilah yang mendorong ’Abduh untuk menegakkan ’’tauhid dan berjuang untuk itu dalam hidupnya. la mengajar dan menulis tentan ’’tauhid” untuk umum dan untuk mahasiswa. Salah satu di antara kc rangannya ialah kitab ’’Risalah Tauhid” yang kita terjemahkan ini. Buk, ini bsrasal dari diktat-diktat kuliyah beliau pada Universitas Al-Azha yang kemudian untuk keperluan pengajaran ilmu tauhid, sengaja dibukukm oleh pengarang. Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika cara peng uraian dalam buku ini, lain sifatnya dari buku-buku kuno, disesuaikai dengan tingkat orang-orang yang akan menerimanya; akademis, filosofis mendalam dan tidak dapat dipahamkan hanya dengan selayang pandani saja, terutama dari halaman 64 sampai halaman 116.

Saya sendiri mempelajari buku ini kurang lebih dua puluh tahur yang lalu sebagai text-book (buku wajib) pada "Kulliati-Diyanah ” 1 Parabek Bukittinggi yang diajarkan langsung oleh Guru Besar kami, Syekl Ibrahim Musa

Karena uraiannya yang representatif,\ maka buku ini telah mendapa sambutannya yang baik sekali di dunia untuk diajarkan di sekolah-sekolai tinggi, atau dipelajari oleh orang-orang yang hendak mengetahui seluk belw ’aqidah Islam Universitas Aligarh di

1 Di Indonesia penterjemahan Risalah Tauhid telah dimulai oleh A.D. Haanie di sekitar tahun dua puluhan, tetapi sayang tidak sempurna lengkap. kemudian pada tahun tiga puluhan T. Yafizham kabarnya konon telah menterjemahkannya pula. Dan dalam terjemahan saya ini, terjemahan A.D. Haanie telah saya pergunakan sebagai bahan perbandingan untuk menuju ke arah kesempurnaan. Penterfemah.

22

Page 21: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

India, menterjemahkannya ke dalan bahasa Urdu untuk di ajarkan pada sekolah tinggi tersebut dan padc sekolah-sekolah tinggi Islam lainnya. Terjemahan ke dalam bahasa Perancis, dikerjakan oleh dua orang pengarang terkemuka, M. Michell dan Syekl Mustafa Abdur Raziq. Selain dari ke dalam dua bahasa tersebut di atas, telah diterjemahkan pula ke berbagai bahasa lain, seperti Inggeris dan Indonesia, sedang terjemanan ke dalam bahasa Mandarin fdnaj diterbitkan di Shanghai pada tahun 1937. l)

Mengenai pembahasannya tercatat ’Abduh sangat teliti dalam buku ini. Michell pemah mengatakan: ”Ia selamanya hati-hati menfaga kete- rangannya supaya jangan keluar dari batas. Dan dimana paham ’Abduh berbeda dengan paham Ahli Sunnah, maka perbedaan itu hanyalah pada lahimya saja”.

Ke’aliman Muhammad ’Abduh Tentang ke’aliman Muhamniad ’Abduh, tak ada dunia yang me- nyangsikannya,

baik kawan maupun lawan. Ia termasuk tokoh Islam yang lengkap pengetahuannya (all-round). Di kala Jamaluddin Al Afghany di- usir dari Mesir, maka terhadap pencinta-pencintanya yang sedang me- ngaguminya beliau berkata: "Saya tinggalkan Muhammad ’Abduh bersama Saudara-saudara, dan cukuplah ia buat Mesir. ”

Dan waktu dunia Islam berkabung, meratap ketika ’Abduh ber- pulang kerahmatullah, maka di antara sekian banyak orang yang turut berduka-cita, terdapat Prof. E. G. Browne, seorang alim Kristen bang- sa Inggeris yang menulis surat kepada adik Muhammad ’Abduh, Hamudah Bey ’Abduh, menyatakan antara lain:

"Selama umur saya, sudah banyak negeri-negeri dan bangsa-bangsa yang saya lihat. Tetapi belum pemah saya melihat seorang juga seperti ' almarhum itu, baik di Timur maupun di Barat. Karena tidak ada bandingannya dalam ilmu pengetahuan, dalam kesalehan, ketajaman pikiran, kejauhan pandangan, kedalaman pengertian tentang sesuatu. Tidak saja mengenai lahir, tapi juga mengenai batin. Tiada bandingannya dalam kesabaran, kejujuran, kepandaian ber- bicara, gemar beramal dan berbuat kebaikan, takut kepada Tuhan dan senantiasa bsrjuang di jalan-Nya, pencinta ilmu dan tempat berlindung orang-orang fakir dan miskin”.

Cum Laude yang datang terlambat

Sebagai mahastswa Al-Azhar yang ,berfikiran dan berfahdm maju, Muhammad ’Abduh sering terbentur pada pertarungan dan perbedaan penda- pat dengan para dosen Al-Azhar yang kolot-kolot. Dan perbenturan penda- pat itu mencapai puncaknya pada waktu Muhammad ’Abduh hendak meng akhiri masa kuliahnya dalam suatu munaqasyah ufian terakhiryang harus di- hadapinya.

Munaqasyah atau ujian terakhir itu merupakan perdebatan ilmiahyan$. amat

23

Page 22: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

sengit sekali Para dosen penguji yang didominir oleh para Syekh Azhai yang kolot itu, jauh-jauh sebelum ujian telah sentimen dan bertekad burul terhadap ’Abduh, yakni tidak akan meluluskannya dalam ujian terakhir itu,

i ■ . Tetapi namun demikian ternyata, bahwa di kalangan-para dosen penguji itu ada

yang masih murni dan jernih fikirannya, Karenanya pendapai mereka terpemh dua. Sekelompok yang terdiri dari para dosen yang kolot cara berfikirnya yang diketuai oleh Syekh ’Alisy berpendapat, bahwa ’Abduh tidak lulus. Dan yang lain yang berfikiran maju berpendapat, bahwa Muhammad ’Abduh berhak mendapat nilai nomor satu bahkan lebih dari itu yaitu Cum Laude. Dengan alasan, bahwa segala pertanyaan yang diajukan kepada ’Abduh dijawabnya dengan cara yang amat luas secara ilmiah yang mengagum- kan. Pihak ini memandang Muhammad ’Abduh adalah bintangnya mahasiswa Al-Azhar dan amat jarang mahasiswa Al-Azhar secerdik semaju Muhammad 'Abduh dalam caranya dia mengungkapkan buah fikiran dan pendapfitnya yang luar biasa itu. Namun demikian Syekh ’Alisy dan kawan-kawannya yang kolot itu tetap berkeras kepala, bahwa Abduh tidak lulus, karena fa- hamnya yang maju dan Kara berfikirnya yang modern itu akan berbahaya bagi Al-Azhar. Akhirnya Rektor Al-Azhar Syekh Muhammad Al-Abbasy Al-Mahdy turun tangdn untuk menenteramkan pertarungan pendapat yang sengit itu untuk menjaga suasana Al-Azhar sendiri. Beliau yang turut menyak- sikan munaqasyah itu dengan secara berat hati menyatakan Muhammad ’Abduh lulus beroleh syahadah dengan ’’derjat kedua”setelah salah seorang dosen penguji mengajukan usul jalan tengah seperti itu, yakni setelah terjadi perdebatan yang lama dan panjang sekali Sebenarnya Rektor sangat kagum terhadap segala jawaban yang diberikan Muhammad ’Abduh atas segala pertanyaan yang diajukan oleh para dosen penguji Kekagumannya itu dinyatakannya terus-terang di antara para dosen itu, "bahwa dia tidak pernah melihat seseorang yang secerdas dan seteguh ’Abduh itu membela ilmunya, Ian bahwa dia sesungguhnya berhak mencapai derjat pertama (Ad-Darjatul Jla), bahkan ia berhak menerima yang lebih tinggi dari itu kalau ada.” **

Tetapi putusan itu belumlah final, karena Rektor sendiri yakin, bahwa mtusan itu tidaklah adil bagi seorang alim seperti Muhammad 'Abduh itu. Tetapi apa boleh buat, kondisi dan situasi waktu itu di mana kekoldtan nasih mencekam dan merupakan unsur yang dominan dalam Al-Azhar, Rektor terpaksa menyetujui putusan yang amat meragukan itu.

Setelah terjun ke masyarakat, bintang Muhammad ’Abduh makin lama rutkin terang benderang melangkahi semua mereka yang berkuasa dalam Al-Azhar itu sendiri. Abduh makin lama makin masyhur di dunia melampaui mtas negerinya sendiri dan namanya makin harum semerbak karena ilmunya mng tinggi. Hal ini memaksa Al-Azhar meninjau kembali keputusannya yang idak adil dan tidak tepat dua puluh enam tahun

24

Page 23: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

yang laht itu. Akhirnya 26 tahun kemudian (1904), yakni di kala Rektor Al-Azhar lijabat oleh

Syekh Ali Al-Bablawy, ditetapkanlah, bahwa kepada Syekh Auh.amm.ad ’Abduh harus diberikan haknya yang sebenarnya, yakni nilai ertinggi yang berupa: Cum Laude. Tetapi penghargaan ini sebenarnya tidak liperlukannya lagi, karena sebelumnya dia telah menjadi orang alim yang ermasyhur di seluruh dunia. Ya, tidak diharapkannya lagi, karena keputusan ’Cum Laude” itu sudah sangat terlambat datangnya, karena setahun kemudi- n beliau akan berpulang ke rahmatullah, meninggalkan dunia ini dan me- '.inggalkan ”Al-Azhar” dengan segala kekolotannya yang masih mencekam di ina-sini.

Demikianlah selayang pandang riwayat hidup Muhammad ’Abduh lan perjuangannya, seorang ulama besar, seorang pembaharu (mujaddid) mng penuh dedikasi, juru pengubah yang genial, yang hidup sebagai jembatan tenghubung antara kemajuan abad ke-19 dengan abad ke-20 (1849 — 1905).

Alangkah bahagianya beliau, bila para pembaca buku ’’Risalah” nya :elak mempunyai Iman dan Aqidah yang murni, sebersih-bemh Tauhid se- <agai landasan untuk menghayati dan mengamalkan ajaran Islam sepenuh- 'enuhnya dan seluas-luasnya !

Mudah-mudahan Allah s.w.t. memberkahi jasa-jasa beliau sebagai mal-saleh dan memberinya pahala yang berlipat ganda kelak dalam surga mnatunna’im ! Amin !

Penterjemah.

). Dr. Usman Amin, Muhammad Abduh, haL 33, th. 1944, Cairo.

25

Page 24: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

”Hadapkanlah mukamu selurus-lurusrtya kepada agama Tuhan, yang fitrah manusia dijadikan-Nya sesuai dengan agama itu". "Tidak ada perubahan bagi ketentuan Allah. Itulah agama yang betul, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya" "Kembalilah kepada agama Allah flan berbaktilah kepida-Nya, lakukan- lah sembahyang dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mem- persekdtukan Tuhan I" "Yaitu orang-orang yang melakukan perpecahan -dalam agama dan mereka hidup berfirkah-flrkah, dimana mdsing-masing golongan mem- banggakan golongannya sendiri-sendiri."

(Q. S. 30. Rum : 30, 31, 32).

Sesungguhnya Allah Yang Maha Agung Kekuasaan-Nya dan Maha Dalam Hikmat-Nya, telah menempatkan manusia dalam kejadian (fitrah) yang jauh lebih tinggi dari fitrah segala hewan. Tuhan memberikan kepada manusia perasaan (syu’ur), yang dengan perasaan itu, manusia dapat merasakan nikmat keletatan hidup dan derita kepahitan-kepahitan yang bukan bersifat jasadiah, yang oleh karenanya juga, hidupnya berbeda dengan kehidupan binatang (hayawaniyah). Tuhan menjadikan manusia mempunyai day a untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang tidak terbatas, carena Tuhan menciptakannya untuk hidup dalam kehiduppn yang tidak erbatas pula; * dimana kehidupannya itu, hams bergerak di atas dasar 'cerja-sama dan bermasydrakat, agar dengan demikian ia dapat melihat iengan nyata apa-apa yang tersimpan di alam raya ini, baik mengenai lusunan organisasinya, maupun mengenai rahasia-rahasia keindahannya. Tuhan merijadikan manusia, berlebih berkurang tentang day a kesediaannya untuk menerima berbagai macam ilmu dan tentang daya kerjanya masing- masing. Sebenarnya hal itu, untuk memudahkan bagi masing-masing orang memperkembangkan ilmu dan karyanya. Demikianlah maka kita lihat di dalam masyarakat, apa yang disebut golongan pelayan, tukang, petani, oemirnpin-pemimpin yang adil dan yang tidak adil, pembesar-pembesar yang baik dan yang tidak baik, dan lebih utama dari semuanya itu, ialah para Nabi dan Rasul Allah. Mereka itu semua

PENGANTAR PENERBIT !)

26

Page 25: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

adalah sama pentingnya, tak ubahnya sebagai pentingnya ingatan, akal, hati dan roh dalam diri orang-seorang atau sebagai kaki, tangan dan kantong-makanan fma’iddah).

27

Page 26: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Di antara mereka ada yang bekerja dalam bidang yang kelihatannya lebih rendah, sesuai dengan bakat mereka masing-masing, ada pula yang mendapat hidayah, berhasil menempati posisi yang kelihatannya lebih terhormat, menurut kapasitas yang ada padanya, dengan segala kejujuran menjalankan tugasnya. Dan hidayah ini tidak lain, adalah petunjuk agama yang membimbing fitrah manusia, bergerak mencari kesempurnaan dalam lapangan ilmu-pengetahuan dan amal-perbuatan.

Agama berjalan menyempurnakan fithrah manusia dalam mencapai kemajiiannya dengan cara evolusi,. sehingga hal itu telah menjadi sunnah (ketentuanj umum dalam semua bidang kehidupan manusia. Allah menyempurnakan Agama Islam dengan perantaraan Nabi Mujiammad yang mengakhiri segala Nabi dan Rasul untuk membawa ummat manusia kepada martabat kemerdekaan yang lebih sempurtia. Kitab suci agama Islam menyatakan, bahwa ia adalah agama fithrah bagi ummat manusia dari segala bangsa dan jenis, agama yang cocok dengan mereka dalam segala tempat, sesuai dengan kemashlahatan mereka pada setiap zaman. Bagi bangsa-bangsa yang terbelakang, dia merupakan guru yang ramah dan bagi bangsa-bangsa yang telah maju, dia merupakan pemimpin (Imam) yang bijaksana. Apabila mereka mengembara dalam arena ilmu-pengetahuan dan peradaban, menuju kepada suatu tujuan, mereka senantiasa melihatnya bersinar terang dalam medan perlombaan.

Firman Allah : (a* - .fit) <p "Akan Kami (Allah) perlihatkan kepada mereka tanda-tanda kebesar Kami di segenap penjuru (ufuk) dunia ini, dan pada diri mere sendiri, sehingga terang bagi mereka, bahwa Islam itu adalah benai

(Q. S. 41. FushshUat : S

Kaum Salaf Muslimin i), telah menegakkan agama ini menm cara yang semestinya. Tetapi orang-orang yang datang kemudian, tel menodai agama irii dengan bermacam-macam bid’ah, di samping keadat mereka sendiri merupakan alasan kritik bagi orang banyak di bawi kolong langit ini. Ialah karena mereka berhias diri dengan pakaian takl dan kebiasaan-kebiasaan kuno, yang semuanya itu mereka jadikan tir yang membatas antara agama dan kemajuan ilmu-pengetahuan, kebudayc, an dan perekonomian. Mereka berpecah-belah dalam umsan agama kepac beberapa mazhab dan golongan. Mereka kurangi apa yang telah menjai ketetapan dalam Sunnah Rasul (ketentuan Rasul) dan sebaliknya merel tambahkan bid’ah-bid’ah ke dalamnya. Kitab-kitab akaid mereka jadika gelanggang pertengkaran dan perbantahan antara pentolan-pentolan mazha, yang telah mati dan yang masih hidup.

Beberapa ttbad lamanya, tidak seorangpun di antara pengaran kaum Muslimin, yang sanggup menunaikan da’wah Islam (peneranga Islam) menurut cara (methode) yang memenuhi syarat Ulama Kalai Yakni cara yang menarik orang secara rasionil,

28

Page 27: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

mengajak orang men bahas persoalan dengan berpikir hingga tampillah ’’Syekh Muhammat ’Abduh", yang terkenal pada masa ini dengan nama julukan : Al Usta. Al Imam, atau Hujjatu’l-Islam (semoga Allah mengkuduskan arwah beliax di surga yang aman damai). Maka ditulisnya buku "Risalah Tauhid" ini guna menjelaskan hakikat agama itu. Ia datang dengan syarat-syarat yani layak pada masa ini, yang belum pemah dilakukan orang seperti iti di antara pemimpin-pemimpin Islam sebelumnya.

Yakni Kaum Muslimin yang hidup dalam zaman keemasan agama Islam, yait pada zaman Sahabat dan Tabi’ien, kurang lebih seratus tahun setelah Nal Muhammad wafat. Suatu zaman dimana ummat Islam tidak mengenal adany sekte-sekte atau mazhab-mazhab.

Saya tidak akan menyebutkan kelebihan-kelebihan buku ini, yaitu, bahwa dengan tersiamya buku ini di Mesir, maka pokok kepercayaan (akaid) Islam di sana telah menjadi lebih maju sedemikian rupa, lebih- lebih semenjak diajarkannya dalam kuliah Universitas Al-Azhar oleh pengarang sendiri; dan saya tidak perlu menyebutkan, bahwa Ulama India telah menterjemahkannya ke dalam bahasa Urdu untuk mereka ajarkan pada Universitas Aligarh dari lain-lain; dan saya tidak akan menyebutkan, bahwa ulama-ulama di seluruh dunia.yang telah menela’ahnya, telah menulis 'irat-surat pujian kepada pengarangnya dengan penuh kejujuran ; dan saya tidak akan menyebutkan, bahwa di antara pendeta-pendeta Kristen yang telah membacanya berkata: "Sekiranya apa yang telah ditulis pengarang dalam kitab ini, itulah hakikat agama Islam, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang pertama masuk ke dalamnya, tetapi ia hanyalah hasil karya Syekh Muhammad ’Abduh belaka, seorang alim yang kami percayai kelebihan dan ketinggian martabatnya”. Tidak perlulah rasanya saya ke- mukakan di sini pujian-pujian seperti itu.

Tetapi akan saya katakan, bahwa buku ini tidak akan sanggup mencapai suksesnya sedemikian rupa, melainkan karena ia ditulis oleh seorang yang betul-betul alim tentang ’’Ilmu Kalam” sampai kepada puncaknya, seperti yang telah dapat dicapai oleh Islam. Ia seorang ulama Islam, yang selalu tegak memperhatikan segala sesuatu yang ditulis oleh filosof-filosof Eropa, baik yang mehgeritik ajaran agama itu, atau yang menulis tentang kelebihan-kelebihannya, tentang' ilmu jiwa, akhlak dan tulisan-tulisan tentang kemasyarakatan dan dunia.

Risalah ini tidak membiarkan sesuatu syubhat dalam agama, kecuali dibukanya; tidak ada kerut-kerut yang musykil, kecuali diuraikannya. Tetapi biasanya tentang syubhat itu, disebutnya dengan cara isyarat, bukan secara terbuka dan terus-terang. Cara demikian itu, lebih dekat untuk tidak meragukan orang yang masih lemah dan tidak merepotkan orang yang lebih kuat dari tujuan yang mulia. Untuk itu, pengarang mengisyaratkan dalam kata pendahuluannya dengan kata-kata: Melenyap- kan sengketa dari tempat yang jauh, hingga kadang-kadang hal itu tidak diketahui, kecuali oleh

29

Page 28: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

orang-orang yang cerdas”. Andai kata pengarang tidak memulai buku yang penting ini dengan memakai

istilah-istilah ’’kalamiyah” (Ilmu Kalam), tentu manfa’atnya akan lebih besar lagi, karena minat para pembaca akan lebih banyak. Sebab, kebanyakan orang sekarang tidak begitu mengerti akan istilah-istilah

30

Page 29: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

kalamiyah itu, bahkan kadang-kadang menyebabkan orang mundur. Hal ini telah saya sampaikan sendiri kepada pengarang dan beliaupun meng - akuinya.

Sebahagian besar dari isi Risalah ini, diimlakkan oleh Ustadz Imam di Beirut, ketika ia mengajar di sana selagi mudanya. Kemudian diktat yang ada di tangan bekas mahasiswanya, dimintanya lalu diperbaikinya dan segera dicetaknya menjadi buku. Kemudian buku itu diceramahkannya pula di aula Universitas Al-Azhar, di hadapan ribuan ulama dan orang- orang terkemuka setempat. Masih kelihatan oleh beliau beberapa kesa- lahan bahasa- (ibarat) dan beberapa masalah yang dirasanya perlu untuk diberi penjelasan. Maka' Risalah yang telah dijadikannya bahan kuliah, diperbaikinya kembali dan ditambahnya di sana-sini dengan beberapa penjelasan. Kemudian beliau dikritik tentang beberapa persoalan, tetapi beliau merasa puas dengan hal itu. Dan beliau membuat suatu daftar dari koreksian buku itu, dimana terdapat tujuh puluh koreksian.

Di samping itu, masih terdapat beberapa kalimat yang ganjil-ganjil, yang harus diberi penjelasan. Lalu saya bubuhi anotasi, dan saya tinggalkan yang lain menurut aslinya. Tidak ada yang saya tambahi, kecuali beberapa nama surat dan ay at Qur-an sebagai dalil. Baiklah saya katakan sekarang : "Inilah beberapa patah kata yang telah saya tulis dan saya jadikan ’’mukaddimah" pada cetakan yang kedua, kemiidian saya tambah ko- mentar-komentar pada cetakan-cetakan ulangan, yakni pada cetakan kelima. Dan segala puji bagi Allah dunia dan akhirat.

Tatkala sahabat saya Hamudah Bey (saudara pengarang sendiri) mengirim surat izin kepada saya untuk mengulang cetak yang betul, ia memberikan pula tabelnya sendiri; maka saya sesuaikanlah cetakan penerbit an saya ini dengan tabel koreksiannya itu dan dengan naskah yang ada pada pengarang sendiri Kemudian saya bubuhi beberapa catatan (anotasi), sebagai yang pernah saya dengar dari pengarang sendiri, di waktu beliau memberikan kuliah. Andai kata beliau tidak melarang untuk mengomentarinya lebih jauh, tentu akan saya beri penjelasan lebih banyak dari pada ini Tetapi cukuplah apa yang dikemukakan oleh beliau sendiri, karena itulah yang benar dan apa yang dibawakannya itu merupakan hikmat (ilmu-pengetahuan) dan analisa yang padat. Karena buku ini mendapat perhatian yang demikian besamya, maka sementara toko-toko buku telah berebut-rebut mencetaknya tanpa mem- pedulikan undang-undang hak cipta.

Lagi pula tekniknya buruk sekali, banyak mengandung kesalahan-kesalahan cetak. Kalau tidaklah pengarang- rtya yang menegur supaya membetulkannya dengan ralat sebanyak tujuh puluh tempat, di samping harus menambah dan menguranginya, sesungguh- nya Risalah ini tidak bisa dipegang. Maka cetakan penerbitan Al-Manar inilah yang dapat dipertanggung-jawabkan dan yang tidak akan mengecewa- kan bagi orang yang telah membaca cetakan pertamanya.

31

Page 30: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Mudah-mudahan Allah memberi rahmat kepada Al Ustadz Imam dan semoga kitab Risalahnya ini, memberi manfa’at kepada ummat manusia. Amien!

MUHAMMAD RASYID RIDLA AL HUSAINI (Pemimpin Majalah Al-Manar)

32.

Page 31: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

"Dengan nama AUah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang" ’'Segenap pujian untuk Allah, Tuhan semesta alam’.’ ”Yang Maha Pemurah dan Penyayang ”Yang memerintah hari pembalasan’.’ "Kepada Engkau saja kami menyembah dan kepada Engkau saja kami minta pertolongan’.’ "Pimpinlah kami ke jalan yang lurus’.' ’’Jalan mereka yang Engkau anugerahi ni'mat; bukan jalan orang-orang yang kena murka dan bukan pula jalan mereka yang sesat I"

(Q. S. I. Al Fatihah : 1 - 7).

Ketika saya berada di Beirut, 2) termasuk wilayah Syria, yaitu di hari-hari saya diasingkan dari Mesir karena akibat dari peristiwa- peristiwa yang terjadi pada tahun 1299 H. dan kemudian pada tahun 1303 H,, saya diminta memberikan kuliah pada "Perguruan Sulthaniah”; diantaranya saya memandang, bahwa pembahasan secara ringkas dalam mata pelajaran "Ilmu Tauhid”, tidak dapat memberikan kepuasan kepada para mahasiswa, sedang pembahasan yang panjang-lebar jauh lebih tinggi dari kemampuan mereka, dan merupakan susunan yang sudah tidak cocok lagi dengan zaman.

Maka menurut hemat saya, lebih baik saya imlakkan (diktekan) sendiri kepada mereka, apa yang kiranya lebih sesuai dengan kemampuan mereka. Oleh karena itu, kuliah-kuliah diimlakkan berbeda-beda menurut tingkat mereka; dan yang lebih mendekati kepuasan para mahasiswa, adalah kuliah yang saya im.la.kkan pada tingkat pertama, dalam gaya bahasa yang tidak begitu sukar memahaminya dan dengan system (methode): mengemakakan ’’Pengantar Pembahasan” (Mukaddimah) dan dari situ bertolak kepada inti-inti persoalan yang dimaksud, tanpa menghiraukan yang lain-lain, kecuali dalil-dalil yang pasti Susunan cara begini memang agak berbeda dengan susunan yang biasa dilakukan selama ini bagi suatu karangan. Pertentangan-pertentangan pendapat, ditinjau dari jauh saja, sehingga kadang-kadang tidak terasa beriar, kecuali oleh cendekiawan.

2 Sekarang Beirut adalah ibu kota Negara Libanon.

KATA PENDAHULUAN PENGARANG

33

Page 32: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Selain apa yang telah diimlakkan itu tidak terpelihara benar, kecuali catatan-catatan beberapa orang mahasiswa, satupun tidak ada lagi yang tinggal pada saya. Dan setelah keadaan membolehkan saya kembali ke Mesir, ditakdirkan Tuhan pula saya sibuk di luar lapangan pengajaran. sehingga saya lalai akan apa yang telah saya idam-idamkan selama ini untuk kembali kepada apa yang telah menjadi hobby saya, yaitu mem- pergunakan kesempatan-kesempatan mengadakan penyelidikan dalam bi- dang ”Ilmu Tauhid". ..maz. lelah—mmiadi -kevakinan Jtum—sava.—bahwa ilmu itu adalah mempakan tiane vane:, amat kokoh dari segala ilmu.

Agar tidak terlalu membuang-buang tempo untuk menciptakan lagi sesuatu yang baru sebagaimana diharapkan, kebetulan saya teringat akan karya-karya saya yang lama, yang saya imlakkan kepada mahasiswa- mahasiswa di Beimt itu. Maka saya tulislah surat kepada beberapa orang bekas mahasiswa saya supaya mereka dapat mengirimkan kepada saya catatan-catatan tentang kuliah-kuliah yang saya berikan, di antaranya kepada adik saya sendiri 3 \ dan ia memberitahukan kepada saya, bahwa catatan-catatan itu lengkap, mempakan suatu naskah yang pemah saya imlakkan pada tingkat pertama.

Setelah catatan itu saya minta dan saya baca, ternyata bahwa naskah itu memang mempakan suatu naskah yang agak mendekati keinginan saya; amat diperlukan oleh orang yang masih lemah pengetahuannya, tetapi tidak pula dapat diabaikan oleh orang-orang cendekiawan yang telah mendalam pengetahuannya.

Di dalamnya terdapat keringkasan (ikhtipar) yang memang disengaja, tetapi tetap berjalan di atas garis yang telah dilalaui oleh ulama-ulama dahu-

3 Hamudah Bey ’Abduh, yang di waktu itu menjadi mahasiswa pada Perguruan Sulthaniah.

34.

Page 33: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

lu (salafj tentang pokok-pokok kepercayaan (akidah) dalam agama, dan tidak menghiraukan pendapat-pendapat ulama yang datang kemudian (khalaf). Pembahasannya, sengaja menjauhkan diri dari membicarakari pertentangan-pertentangan antara mazhab-mazhab, agar terjauh pula dari tiupan-tiupan angin kegaduhan. Tetapi dalam beberapa bahagian terdapat pemendekan-pemendekan (ikhtisar) yang kadang-kadang tidak bisa ditembus oleh pikiran para pembaca (pentala’ah) dan kadang-kadang serasa-rasa mengabaikan bahagian-bahagian mana yang sebenarnya amat dibutuhkan. Begitu juga, di sana sini terdapat pula kelebihan keterangan dari apa yang semestinya dapat diringkaskan.

Oleh karena itu, naskah ini saya perluas ibaratnya dan saya bebaskar, dari kemusykilan-kemusykilan yang terdapat dalam pengantar pembahasar, (mukaddimah), dengan menambah apa yang kurang dan membuang apt yang dirasa lebih, sambil bertawakkal kepada Allah tentang penyebarannyc dan mengharap semoga ia janganlah hendaknya diabaikan oleh karena ringkasnya, sehingga ia tidak mendapat penghargaan sama sekali

Tidak seorangpun di dunia ini yang sukses tanpa bantuan dan tai ada orang yang tidak mengharapkan pertolongan. Demi Allah Yang Mah Tunggal, yang menguasai segala persoalan dan Dialah tempat memint pertolongan.

MUHAMMAD ’ABDU1RISALAH TAUHI®

PENGANTAR PEMBAHASAN - (Sejarah Ilmu Tauhid)

Apakah Ilmu Tauhid ?

TAUHID, adalah suatu ilmu yang membahas tentang ’’Wujud Allah”, tentang -sifat-sifat yang wajib tetap pada-Nya. sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya dan tentang sifat- sifat yang sama sekali wajib dilenyapkan dari pada-Nya ; juga membahas tentang Rasul-rasul Allah, meyakinkan kerasulan mereka, meyakinkan apa yang wajib ada pada diri mereka, apa yang boleh dihubungkan (nisbah) kepada diri mereka dan apa yang terlarang menghubungkannya kepada diri mereka.

Asal makna ’’tauhid”, ialah meyakinkan (mengi’tikadkan), bahwa Allah adalah ”satu”, tidak ada syarikat bagi-Nya. Sebab nya dinamakan ’’Ilmu Tauhid”, ialah karena bahagiarjnya yang terpenting, menetapkan sifat ”wahdah*’ (satu) bagi Allah dalam zat-Nya dan dalam perbuatan-Nya menciptakan alam seluruh- nya dan bahwa Ia sendiri-Nya pula tempat kembali segala alam ini dan penghabisan

35

Page 34: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

I

segala tujuan. 1) Keyakinan (tauhid ) inilah yang menjadi tujuan paling besar bagi kebangkitan Nabi s.a.w., seperti ditegaskan oleh ayat-ayat Kitab suci, yang akan diterangkan kemudian.

1). Lupa pengarang (Ustadz) menerangkan tentang : "Tauhid IbadatIalah me- nyembah AJlah sendiri-Nya saja, tidak boleh menyembah yang lain-Nya, baik dengan cara berdo’a atau dengan cara-cara lain, seperti yang dilakukan oleh kaum Musyrik menyembah manusia, berhala dan lain-lainnya, seperti' nazar dan korban yang dikorbankan atas nama-nama dan di samping berhala-berhala itu. Dan tauhid ibadat ini, adalah ajaran pertama yang mula-mula diajarkan (diserukan) oleh setiap Rasul kepada kaumnya dengan seruannya : ’’Sembahlah olehmu akan Allah, tidak ada Tuhan bagimu selain dari pada-Nya !**

Ilmu Kalam

Kadang-kadang dinamakan juga ia ’’Ilmu Kalam” ialah karena adakalanya masalah yang paling masyhur dan banyak menimbulkan perbedaan pendapat di antara Ulama-ulama kurun i-:, pertama. yaitu : apakah ”Kalam Allah” (wahyu) yang dibaca- kan itu ’’baharu” atau ’’kadim” ? Dan adakalanya pula, karena ilmu tauhid itu dibina oleh dalil akal (ratio), dimana bekasnya nyata kelihatan dari perkataan setiap para ahli yang turut ber- bicara tentang ilmu itu/ Namun—begitu. amat sedikit sekali orang yang mendasarkan pendapatnya kepada daliJ-; ”r*aqal” (Al-Qur-an dan Sunnah Rasul), kecuali setelah ada ketetapan pokok pertama ilmu itu ; kemudian orang berpindah dari pada- nya kepada membicaTakan masalah yang lebih menyerupai ca- bang (furu’), sekalipun cabang itu oleh orang yang datang kemudian telah dianggap pula sebagai suatu masalah yang pokok.

Di samping itu ada pula suatu sebab lain yang menyebab- kan ’’Ilmu Tauhid” itu dinamakan orang dengan ’’Ilmu Kalam”. Ialah, karena dalam memberikan dalil tentang pokolc (usul) agama, ia lebih menyerupai logika ^mantiq), sebagaimana yang biasa dilalui oleh para ahli pikir dalam menjelaskan seluk- beluk hujjah tentang pendiriannya. Kemudian diganti orang Mantiq dengan Kalam, karena

36

Page 35: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

pada hakekatnya keduanya adalah berbeda.

Akidah Islam sesuai dengan Dalil Akal dan Naqal Ilmu semacam ini (science of theology), adalah_'.ilmu-jiimg

menetapkan keyakinan (akidah) dan menjelaskan tentang ajaran vang dibawa oleh_para._Nabi^ telah dikenal juga oleh bangsa- bangsa sebelum Islam, karena tiap-tiap bangsa mempunyai pe- mimpin-pemimpinnya sendiri, yang berusaha menegakkan urusan agama, menjaga. dan mengokohkannya. Segala keterangan-ke- terangannya sejak dari permulaan dikemukakan dengan tujuan untuk memperhebat agama itu. Tetapi, amat sedikit sekali keterangan-keterangan mereka itu yang dapat ditinjau dengan dalil-dalil akal, dan keterangan-keterangan tentang akidah yanj sesuai dengan tabiat dan undang-undang alam. Bahkan ke terangan-keterangan mereka itu, bertentangan sama sekali dengar akal dan ketentuan-ketentuan agama, serta berlawanan dengar perasaan hati. Banyak sekali pemuka agama itu menyatakan bahwa agama itu musuh akal, baik mukaddimahnya maupur kesimpulannya. Karena itu rusaklah ”ilmu kalam”, dan menyu- suplah ke dalamnya pentakwilan dan penafsiran yang bukan-bu kan, sehingga orang merasa sangat kagum dengan mukjizat, atav terlena dengan khayal-khayal yang tak pemah menjadi kenyataan. Hal mana dapat diketahui oleh orang yang memperhatikan keadaan bangsa-bangsa sebelum datangnya Islam.

Maka datanglah Al-Qur-an, menggariskan suatu agama di atas jalan yang terang, yang belum pemah dilalui kitab-kitat suci sebelumnya. Yaitu jalan yang memungkinkan orang di zaman ia diturunkan dan orang yang datang kemudian untuk melaluinya. Qur-an tidak merasa cukup untuk membuktikan ke-Nabian Muhammad s.a.w. dengaii hanya memakai dalil „ yang telah dikemukakan oleh para Nabi yang datang sebelumnya. Tetapi ia mengemukakan dalil dan bukti atas kenabiannya Muhammad, dengan turunnya Kitab Suci (Al-Qur-an) itu sendiri kepada beliau. Suatu kitab yang sangat indah bahasanya (bala- ghah), yang tidak memungkinkan para ahli sastera untuk me- nandinginya, walaupun hanya dengan mencontoh sebuah surat- nya yang paling pendek. Isinya menyatakan tentang sifat-sifat Allah yang diwajibkan Tuhan kepada kita untuk mengetahiiinya. Ia bukanlah datang hanya membawa cerita-cerita, tetapi juga mengemukakan dalil dan kenyataan-kenyataan, yang mema- tahkan kepercayaan-kepercayaan orang-orang yang membantah. Dituntunnya akal, dibangkitkannya fikiran, kemudian ditunjuk- kannya undang-undang alam, hukum-hukum dan

37

Page 36: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

peraturan-per- aturan yang sesuai dengan akal. Dan diajaknya akal memper-hatikan undang-undang alam itu dengan penuh .perhatian, agar orang yakin akan kebenaran yang dibawanya. Hingga dalam me- ngisahkan kejadian-kejadian pada bangsa-bangsa yang telah silam,

38

Page 37: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

iapun menunjukkan bukti-bukti yang nyata, sehingga nyata pula satu kaidah, bahwa segala makhluk itu adalah suatu lingkungan hukum alam (sunnah) yang tidak berubah-ubah dan tidak ber- tukar-tukar. Allah berfirman :

’’Itulah sunnah Allah (hukum alam), yang telah berlaku sejak dahulu kala, dan engkau tiada akan mendapati perubahan tentang sunnah Allah itu!’

(Q.S. 48, Al Fath: 23).

"Sesungguhnya Allah tiada, akan mengubah nasib sesuatu bangsa sehingga mereka sendiri lebih dahulu berikhtiar untuk mengubah nasib mereka”

(Q.S. 13, Ar Ra’d 11).

Cr.

’’Ciptaan Allah, dimana manusia dijadikan-Nya sesuai dengan fitrah-Nya itu; tidak ada pembahan bagi ketentuan Allah!’

(Q.S. 30, Ar-Rum : 30). Dan senantiasa pula Al-Qur-an menyertakan dalil-dalilnya, hingga juga mengenai bab budi-pekerti. Firman-Nya : _ ■ ■

(, n cXei ) __ "Tamviklah olehmu keterangan mereka dengan cara yang lebih baik, maka permusuhan yang selama ini terdapat antara engkau dan dia, akan berubah menjadi persahabatan yang baik!”

(Q.S. 41 Fushshilat: 34).

J

39

Page 38: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Dan ia (Al-Qur-an) telah mempertemukan akal (ratio) dengan agama, pertama-tama kali dalam kitab suci itu sendiri, dengan perantaraan lisan Nabi yang diutus Tuhan dengan cara terus terang dan tidak memerlukan takwil.

Telah merupakan suatu ketetapan di kalangan kaum Mus- Iimin, kecuali orang yang tidak percaya kepada akal dan agama- nya, bahwa sebahagian dari ketentuan-ketentuan agama itu, adalah tidak mungkin untuk meyakinkannya, kecuali melalui akal. Seperti mengetahui tentang adanya Allah dan kudrat-Nya untuk mengutus para Rasul, tentang ilmu-Nya mengenai apa yang diwahyukan-Nya kepada para Rasul itu, tentang iradat (kehendak)-Nya yang mutlak untuk menentukan siapa yang akan menjadi Rasul itu, dan tentang segala sesuatu yang ber- sangkut paut dengan pengertian kerasulan, seperti membenarkan adanya Rasul itu sendiri. Kaum Muslimin berpendapat juga, bahwa justeru agama itu datang untuk mengatasi paham dan pengertian manusia yang berakal, maka adalah suatu hal yang mustahil jika ia membawa sesuatu yang bertentangan dengan akal itu.

Al-Qur-an datang menunjukkari sifat-sifat Allah ; sekalipun ia lebih dekat untyk ,mensucikan sifat-sifat yang pemah di- lekatkan oleh bangsa-bangsa yang dulu-dulu. Namun di antara sifat-sifat manusia, ada yang menyamai sifat-sifat Tuhan dalam nama, seperti kudrat, ikhtiar, mendengar dan melihat, dan beberapa hal lagi yang terdapat juga persamaannya dengan manusia, seperti bersila di atas ’arasy, mempunyai muka dan dua tangan. Kemudian dilanjutkannya tentang hukum Allah (qadla) yang teijadi, tentang ikhtiar yang diberikannya kepada manusia. Kemudian ia mencela pemuka mazhab yang keter- laluan. Di samping itu ia juga membawa kabar yang menggembirakan dan menakutkan untuk perbuatan-perbuatan baik dan buruk, serta menyerahkan perkara pahala dan siksa kepada kehendak Allah dan banyak lagi perkara-perkara yang seperti itu diterangkan Al-Qur-an, yang tidak perlu rasanya diterangkan dalam pengantar pembahasan (mukaddimah) ini.

Dengan adanya ketentuan mengenai hukum akal, dan ter- dapatnya ayat-ayat Mutasyabihat di dalam Al-Qur-an, maka hal itu merupakan jalan peluang bagi mereka yang suka berfikir, terutama karena panggilan agama, untuk memikirkan semua makhluk Tuhan, tidak terbatas oleh suatu pembatasan dan tidak pula dengan sesuatu syarat apa juapun, karena mengerti, bahwa segala pemikiran yang benar akan membawa kepercayaan terhadap Allah, menurut sifat-sifat yang telah ditetapkan oleh- Nya dengan tidak terlalu menganggap sepi dan tidak pula mem- batasi fikiran itu.

40

Page 39: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Masa Kesatuan Faham Telah berlalu zaman Nabi s.a.w. dimana beliau telah me- lenyapkan

segala kebingungan dan menjadi pelita dalam ke- gelapan syubhat. Dua orang khalifah sesudah beliau, bexjuang sepanjang umumya melawan musuh-musuh Islam, sambil me- madu tekad dengan kawan-kawannya, sehingga tidak ada se- dikitpun peluang bagi orang banyak untuk memperdayakan dan mengutik-utik dasar kepercayaan (akidah) yang telah ber- kembang dengan baik.

Bila timbul sedikit saja pertentangan, cepat-cepat persoalan itu dibawa ke hadapan khalifah, yang dengan putusannya, persoalan menjadi beres ; yakni setelah dimusyawarahkan lebih dahulu dengan para ahli agama yang selalu mendampingi beliau- beliau itu.

Biasanya perselisihan-perselisihan itu timbul sekitar cabang- cabang hukum (furu’) agama, bukan mengenai masalah yang pokok, yakni dasar kepercayaan (akidah). Keadaan rakyat pada zaman kedua khalifah itu, cukup mengerti akan isyarat-isyarat Al-Qur-an dan nash-nashnya. Mereka menganut kepercayaan dengan penuh kesadaran yang diliputi kesucian. Ayat-ayat yang mutasyabih 1) mereka serahkan kepada Tuhan dan sekali-kali

1) . Ayat-ayat Mutasyabihat, ialah ayat-ayat Al-Qur-an yang samar-samar pengertiannya. tidak mau mereka beijalan di luar paham yang dinyatakan oleh lahir ayat

Keadaan seperti itu beijalan dengan baik hingga teijadinya peristiwa yang menimpa khalifah yang ketiga (Usman bin Affan), yaitu peristiwa terbunuhnya khalifth itu. Sejak teijadinya peristiwa itu, maka rusak binasalah soko-guru (tiang-agung) khilafah, teijerumuslah Islam dan pengikut-pengikutnya ke dalam suatu perbenturan, yang menyimpangkan mereka dari jalan lurus yang selama ini mereka lalui. Namun demikian, Al-Qur-an tetap utuh dan terpelihara menurut aslinya, berdiri dengan jaya di tempat- nya semula 2)

’’Sesungguhnya Kami (Allah) yang menurunkan Al-Qur-an, dan Kamilah yang memeliharanya’.’

(Q.S. 15 Al-Hijr: 9).

Peristiwa terbunuhnya khalifah yang ketiga itu, telah mem- bukakan pintu bagi manusia untuk melanggar batas-batas yang telah ditetapkan oleh agama, karena khalifah sesungguhnya terbunuh dengan cara yang tidak

41

Page 40: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

sesuai sama sekali dengan hukum syara’. Maka timbullah dihati orang banyak, nafsu-nafsu perseorangan, utama sekali di kalangan orang-orang yang tidak ada pengaruh Iman dalam hati mereka. Sehingga dendam dan kemarahan menguasai fikiran kebanyakan orang, lebih-lebih terhadap orang yang keterlaluan (fanatik) dalam agama. Masing-

1) Pada hakikatnya kaum Salaf, mengambil pengertian tentang sifat-sifat ketuhanan dengan makna-makna lafadzh - menurut logat, serta mensucikan Allah s.w.t. dari pada menyerupainya dengan sesuatu di antara makhluk-Nya. Sebagaimana keadaan zat-Nya tidak seperti zat-zat yang lain, maka demikianlah pula sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan-Nya.

2) Timbulnya bencana atas Islam dan pengikut-pengikutnya hanya mengakibatkan kepada diri mereka sendiri, tidak membawa pengaruh apa-apa terhadap Al-Qur-an, yang tel^fi dijamin Tuhan untuk memelihara keasliannya, sehingga ia tetap merupakan"' hujjah di samping mereka.

O7 masing pihak berusaha mempengaruhi orang-orang yang ma - sih tetap baik, untuk maksud-maksud tertentu dan akhimya timbullah peristiwa-peristiwa lain, yang sama sekali tidak mereka harapkan.

Kegiatan Abdullah bin Sa$a\ permulaan timbulnya bid’ah, tentang ’akidah

Di antara orang-orang yang giat bekeija melancarkan fitnah ke sana-sini, adalah Abdullah bin Saba’, seorang Yahudi yang baru masuk Islam. Dengan berpura-pura terlalu fanatik men- cintai Ali Karramallahu wajhahu (semoga Tuhan memuliakan wajah beliau), ia mendakwakan, bahwa Allah telah bertempat pada diri Ali 1 \ Ia mendakwakan pula, bahwa Alilah sebenar-nya yang berhak menduduki kursi khilafah. Untuk itu, ia me- nyerang Khalifah Usman dengan amat sengitnya, sehingga me- nyebabkan ia dibuang oleh Khalifah Usman. Kemudian ia pergi ke kota Basrah, di sana ditiupkannya pula fitnah besar itu. Khalifah Usman memerintahkan supaya mengusimya dari Basrah. Maka ia pergi ke Kufah, dimana racun fitnah itu disebarkannya pula. Ia dibuang dari Kufah, lantas pergi ke Syam (Syria). Di sini ia tidak dapat rnencapai maksudnya, yang menyebabkan ia pergi ke Mesir, dimana ia mendapatkan para pengikut, hingga akhimya terjadilah apa yang telah kami sebutkan di atas. Kemudian pada zaman pemerintahan Ali, dengan cara yang amat menyolok, ia mempropagandakan (demonstrasi) akan pen- diriannya, sehingga Ali terpaksa membuangnya ke Madain. Namun begitu, pendirian Abdullah bin Saba’ itu telah merupakan benih dari segala sengketa yang teijadi kemudian, di samping pendirian-pendirian yang sangat fanatik.

42

Page 41: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

1). Saya memandang, bahwa Ibnu Saba’ dalam tindak-tanduknya, bukanlah sebenarnya mencintai Ali, sebab Islamnya adalah tipu muslihat semata. Untuk jasa-jasanya ia diberi penghargaan oleh kaum Yahudi. Seperti itu pulalah sikap kaum Majusi di Persia, yakni berusaha menonjol-nonjolkan Ali dan kaum keluarga Nabi dengan tujuan untuk membinasakan Islam dan melenyapkan pengaruhnya, dengan cara memecah belah di antara penganut-penganutnya sendiri, sebagaimana dibayangkan oleh pengarang sendiri di halaman 46.

Lahirnya Partai Syi’ah dan Khawarij Berturut-turut peristiwa yang menyedihkan seperti itu tim- bul

kemudiannya. Sebahagian orang-orang yang turut membai’at Khalifah yang keempat (khalifah Ali), mengkhianati janji-janji mereka.. Karena itu timbullah huru-hara perang saudara di ka- langan kaum Muslimin, sampai pemerintahan dipegang oleh Bani Umaiyah. Tetapi pembinaan masyarakat Ummat Islam telah hancur berantakan dan tali kesatuan yang mengikat me-reka telah putus. Perselisihan paham memperebutkan kursi khalifah selalu ada. Masing-masing golongan memperkuat pen- dirian. mereka dan berusaha keras mengalahkan lawannya, baik dengan kata-kata, maupun dengan langkah dan perbuatan. Dalam pada itu timbul pula gejala-gejala lain, yaitu membikin- bikin riwayat hadist dan takwil. Tiap-tiap kabilah menjadi keterlaluan (fanatik), yang akibatnya memecah-belah ummat Islam kepada partai-partai : Syi’ah, Khawarij dan golongan Per- tengahan (Al Mu’tadilin, Moderat). Kaum Khawarij mempunyai sikap yang berlebih-lebihan, sehingga mereka mengkafirkan siapa saja yang berdiri di luar golongan mereka. Di samping itu, mereka menuntut sekeras-kerasnya, supaya pemerintahan di- bentuk secara Republik.

Yang menentang pendirian inipun, mereka anggap kafir pula. Lama juga usaha mereka ini baru dapat dilumpuhkan, yaitu hingga berkotxamya api peperangan yang banyak sekali menelan korban kaum Muslimin. Akhirnya mereka lari kucar- kacir, bertebaran di pinggir-pinggir negeri Islam. Namun begitu, mereka tidak jera-jeranya menimbulkan huru-hara. Sisa-sisa mereka hingga sekarang, masih terdapat di tepi-tepi negeri Afrika dan di pinggir-pinggir jazirah Arab 4\ Di samping itu, sebahagian dari golongan Syi’ah bersikap keterlaluan pula. Mereka agungkan Ali atau di antara anak cucu ’Ali, hingga meiiempat- kan setaraf dengan kedudukan Tuhan atau mendekati itu. Per- pecahan yang demikian, merembet-rembet kepada segi-segi dari bidang kepercayaan (akidah).

Walaupun sudah demikian rupa perpecahan itu terjadinya, sedikitpun tiadalah menghalangi jalannya da’wah (seruan) Islam dan tidak pula menutup sinamya cahaya Al-Qur-an, hingga menyorot sampai ke pelosok-pelosok

4 Mereka adalah kaum Abadhiyah di Tripoli Barat, di padang pasir Al Jazair dan Zanzibar, dan di Aman, termasuk jazirah Arab, tetapi sebenarnya mereka lebih dekat kepada golongan moderat.

43

Page 42: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

negeri, yang menyebabkan bangsa-bangsa berbondong-bondong memeluk Islam, sejak dari Persia, Syria dan sekitamya, Mesir, Afrika dan bangsa-bangsa lain.

Kemudian, datanglah masanya bagi kaum Muslimin untuk beristirahat, yang selama ini beijuang menegakkan kekuasaan Islam. Kesempatan ini mereka pergunakan untuk menumpahkan perhatian dalam lapangan pokok kepercayaan (akidah) dan hukum, sesuai dengan petunjuk Al-Qur-an kepada mereka. Mereka bekeija berpedoman kepada Kitab dan Sunnah, dengan tidak mengabaikan pertimbangan akal dan tidak pula menutup mata tentang hasil tinjauan fikiran. Di antara orang yang be- kerja ikhlas, terdapat pula orang yang menumpahkan perhatian- nya kepada ilmu, sambil menunaikan kewajibannya untuk meng- ajar. Yang paling masyhur di antara mereka itu, adalah Hasan At Basri. Beliau mempunyai pesantren (perguruan) di Basrah, dimana para mahasiswanya berdatangan dari berbagai daerah mengaji (mempelajari) berbagai masalah dari segala macam seginya. .

Dalam pada itu, banyak orang dari bermacam-macam agama terdorong masuk Islam, sambil membawa kepercayaan yang selama ini mereka anut ; mereka ingin sekali mempertemukan Islam dengan apa yang telah mereka peroleh sebelumnya. Akibatnya timbullah dalam agama beraneka-rupa syubhat, setelah taufan fitnah yang baru saja reda di tengah-tengah ummat Islam. Tiap-tiap penyelidik tentang apa-apa yang dijelaskan oleh Al- Qur-an, memegang teguh kemerdekaannya berfikir, menema- ni orang-orang yang baru masuk Islam itu yang terdiri dari sarjana ilmu pengetahuan yang terkemuka. Karena itu, tampak- lah menonjol dengan jelas, tokoh-tokoh yang bekerja keras, yang menyebabkan martabat mereka menjadi tinggi di kalangan kaum Muslimin.

Awal masalah yang menimbulkan pertikaian di antara mereka, adalah masalah ’’ikhtiar”, kebebasan kemauan rrtanu - sia dan perbuatannya dengan ikhtiar itu, dan masalah tentang orang yang melakukan dosa besar, sedang ia tidak tobat. Dalam masalah tersebut, pendapat Wasil bin ’Atha’, telah berbeda dengan pendapat gurunya, Hasan Al Basri. Wasil kemudian memisahkan diri dari gurunya, yang lantas mengajarkan pula pokok-pokok agama, baik yang diterimanya dari gurunya atau- pun pendapatnya sendiri. Akan tetapi dalam masalah itu; ke- banyakan kaum Salaf, di antaranya termasuk Hasan Al Basri sendiri, setuju dengan pendapat, bahwa seorang hamba, bebas melakukan perbuatan-perbuatannya yang ditimbulkan oleh ilmu dan kemauannya. 5

5 Pendapat jumhur ulama Salaf berkeyakinan demikian, dan keyakinan mereka itu diikuti pula oleh

44

Page 43: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Golongan Jabbariah membantah pendapat itu dan berpendirian, bahwa manusia dalam segala kehendak perbuatannya tak ubahnya seperti ranting-ranting pohon kayu yang bergerak lantaran terpaksa belaka.

Semua kejadian itu berlangsung sedemikian rupa, sedang pihak pemerintah Bani Marwan tampaknya tidak ada keinginan untuk turut mencarikan penyelesaian dan membawa orang banyak kepada persoalan yang pokok, atau mengajak mereka untuk bersama-sama mencari suatu titik pertemuan, yang dapat memberikan kepuasan kepada semua pihak. Akhimya semua golongan beijalan sendiri-seridiri menurutkan kehendak hatinya masing-masing, kecuali Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Khalifah ini memerintahkan kepada Az Zuhri, 2> supaya membukukan (kodiflkasi) segala hadits yang sampai kepadanya, dan temyata beliaulah orang pertama yang, menghimpunkan hadits.

p - Lahimya Kaum Mu’tazilah.

Kemudian, rupaaya perselisihan-perselisihan pendapat itu tidaklah terbatas kepada dua masalah yang tersebut di atas saja, akan tetapi telah menjalar kepada menetapkan (itsbat) sifat-sifat ma’ani ^ bagi zat Tuhan, atau meniadakan (nafi) sifat-sifat itu dari pada-Nya. Seterusnya sampai kepada menetapkan kekuasaan akal untuk mengetahui segala hukum- hukum agama, menentukan mana yang furu’, mana yang ibadat (karena keterlaluan dalam menarik garis Al-Qur-an), meng - khususkan (menentukan) kekuasaan akal itu tentang pokok- pokok yang pertama saja, seperti yang telah dijelaskan sebelum- nya.

Sesudah itu muncul lagi kelompok golongan fanatik yang lain. Jumlah mereka hanya sedikit, tetapi mereka menghapus- kan sekali gus golongan-golongan yang menetapkan kekuasaan akal bagi hukum-hukum agama dan menentang hal-hal yang demikian, sesuai dengan keterangan Kitab. Di samping itu, pendapat-pendapat tentang masalah ’’khiiafat” terus juga ber- jalan,. seiring dengan pendapat-pendapat tentang kepercayaan (akidah), yang kalau dilihat sepintas lalu, seolah-olah masalah khiiafat ini termasuk pula salah satu sendi-sendi kepercayaan Islam.

Telah banyak simpang siumya paham Wasil dan pengikut- pengikutnya. 6) Di antaranya, mereka memperdapat ilmu pengetahuan dari buku-buku Yunani, sesuai dengan kemampuan mereka. Mereka mengira, bahwa

kebanyakan ahli hadits. /

6 Merekalah yang disebut kaum Mu’tazilah (RaSionalis fslam).

45

Page 44: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

memperkuat kepercayaan agama dan menetapkannya dengan ilmu tanpa mengadakan pembedaan apakah ia sesuai dengan pandangan akal ataukah duga-dugaan belaka, adalah termasuk pengabdian kepada Tuhan. Oleh karena itu mereka campur-adukkan saja pengetahuan-pengetahuan agama dengan apa yang sama sekali tidak sesuai dengan salah satu pokok-pun di antara pokok-pokok fikiran yang rasionil. Mereka lanjutkan gerakan mereka, hingga golongan mereka menjadi banyak, yakni berkat sokongan yang kuat dari kefajaan Abbasiyah yang sedang berada dalam puncak kekuatannya. Maka menariglah pendirian mereka dan para alim ulama mereka mulai mengarang- kan beberapa jumlah buku. Namun demikian, orang-orang yang berpegang teguh kepada keyakinan kaum Salaf, dengan kepercayaan yang kokoh, tetap menantang pendirian tersebut di atas sekalipun mereka tidak mendapat sokongan pembesar- pembesar negara.

Daulat Abbasiyah mengerti akan jasa-jasa dan pengorbanan yang diberikan oleh bangsa Persia dalam menegakkan kerajaan mereka dan menggulingkan kerajaan Bani Umaiyah. Untuk itu mereka menyediakan jabatan-jabatan tinggi bagi orang-orang Persia, di antaranya jabatan Menteri dan jabatan wakil Menteri, walaupun kebanyakan orang-orang Persia itu tidak mengerti masalah-masalah agama. Di antara orang-orang Persia yang diberi kedudukan atau jabatan-jabatan tinggi itu, terdapat pengikut- pengikut mazhab Al Manawy dan Yazidiyah, serta orang-orang yang tidak menganut agama sama sekali. Dengan kedudukan dan jabatan yang mereka pegang, orang-orang Persia itu mendapat kesempatan luas dan leluasa untuk menghembuskan buah fikiran mereka, baik dengan cara halus atau terus terang, agar orang tertarik dengan buah fikiran mereka dan kemudian mengekor kepadanya. Akibafnya lahirlah kekafiran dan muncullah tokoh- tokoh kaum Zindiq (kaum sesat), hingga datang pula Khalifah Al Mansur, yang memerintahkan supaya menerbitkan buku-buku bariT'guna membukakan tabir kegelapan itu dan membatalkan segala pendapat yang diindoktrinasikan selama ini.

Sekitar masa inilah tumbuhnya ”Ilmu Tauhid”, tetapi belum begitu sempuma berkembangnya dan belum begitu tinggi mutunya. Dan mulailah pembicaraan tentang ’’Ilmu Kalam”, yakni dengan menghubungkanjiya kepada pokok pemikiran tentang kejadian alam, sesuai dengan ketentuan Al-Qur-an tentang hal itu. Kemudian timbullah masalah yang menimbulkan bencana (fitnah), yaitu masalah tentang kejadian Al-Qur-an. Apakah Al-Qur-an itu ’’makhluk”, atau barang yang ’’azali”, yang tidak ada permulaan. Pendirian yang pertama dikuatkan oleh se- golongan

46

Page 45: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

dari khalifah-khalifah Abbasiyah, sedang keyakinan yang kedua, yakni yang mengatakan, bahwa Al-Qur-an itu ’’azali”, dipegang teguh oleh kelompok-kelompok yang be'r- sandar kepada nash-nash Kitab dan Sunnah Rasul, atau oleh mereka yang“ menjaga dirinya untuk berbicara tentang hal-hal yang mungkin membawa bid’ah. Oleh karena perbedaan pendapat yang seperti itu, mengalir pulalah darah dengan cara yang tidak * wajar dan banyak pulalah ahli-ahli ilmu dan orang yang tak - wa mendapat bencana. Begitulah keadaannya, orang-orang me- langgar batas-batas agama dengan memakai nama agama itu sendiri. .

Kaum Kebatinan.

Di tengah-tengah situasi yang seperti ini pulalah timbulnya sengketa di antara golongan-golongan yang berlebih-lebihan mem- perturutkan kemerdekaan berfikir dengan golongan pertengahan (moderat), atau dengan golongan yang terlalu teguh berpegang kepada lahir syari’at belaka. Akan tetapi, namun semuanya ini sepakat mengenai satu ketentuan, bahwa segala hukum agama wajib dipatuhi, baik yang berkenaan dengan soal-soal ibadat, soal mu’amalat ataupun soal-soal kerohanian. Di belakang mereka ini, terdapat iagi golongan yang menganggap dirinya telah berhubungan batin dengan Tuhan sehingga mengatakan, bahwa Tuhan telah bertempat dalam dirinya (hulul, immanence); atau kaum Mate- rialism-atheism (Dahriyun), yang berusaha hendak membawa Al Qur-an ke arah lain, sesuai dengan pendirian mereka, yang selama ini telah di-infiltrasikannya Ke dalam Islam.

Komentar (takwil) mereka sangat berlebih-lebihan dan memutar balikkan amal lahir menjadi rahasia batin. Kitab suci, mereka tafsirkan semau-maunya, jauh dari apa yang dimaksud oleh nash ay at dan menyimpang dari mestinya. Mereka ini terkenal juga dengan nama kaum "Kebatinan” (Bathiniyah) atau ”IsmaiUyah” 7 . Dan masih banyak lagi nama-nama lain yang diberikan kepada mereka, sebagaimana terdapat dalam sejarah.

Pendirian mereka di segala lapangan merusak agama, meng- goncangkan keyakinan-keyakinan, menimbulkan fitnah dan huru- hara yang termasyhur.

Syekh Abu Hasan Al Asy’ary

7 Lahir tahun 210 H. (dan ada yang mengatakan tahun 260), wafat tahun 330 H.

47

Page 46: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Dengan timbulnya kata sepakat antara kaum Salaf dengan golongan-golongan yang sehaluan dengan mereka untuk bersama- sama menentang kaum zindiq dan kelompok-kelompok yang sehaluan dengan itu, maka memuncak pulalah perselisihan di antara mereka. Hari-hari kemenangan silih berganti berada di antara kedua pihak. Tetapi, namun demikian hebatnya per- tengkaran di antara mereka, hal itu tidaklah menjadi halangan bagi masing-masing pihak untuk memperdalam ilmu dan mengambil sesuatu vyang berfaedah bagi mereka tentang ke- ilmuan, oleh salah satu fihak dari yang lainnya atau sebaliknya. Keadaan itu berlangsung pula sedemikian rupa, hingga muncul pUla Syekh Abu Hasan Al Asy’ary, pada awal kurun keempat 21 Beliau beijalan di tengah, yakni antara keyakinan kaum Salaf dan keyakinan orang yang menentang mereka (suatu synthese). Ia menetapkan pokok kepercayaan (akidah) menurut pokok- pokok yang sesuai dengan tujuan akal. Tetapi kaum Salaf me- ragukan kebenaran pendirian beliau itu dan banyak di antaranya ‘ yang , menyerang akidahnya yang demikian itu, sehingga peng-

48

Page 47: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

ikut-pengikut mazhab Hanbali, mengkafirkan pendirian itu dan menghalalkan darah orang yang menganutnya. Sebaliknya, kemudian beliau dibela oleh suatu jama’ah ulama-ulama terke- muka, • di antaranya seperti Abu Bakar Al Baqilany, Imam Haramain, Imam Al As Faraini dan lain-lain. 1(.

Dan pendirian beliau ini mereka namakan dengan "Mazhab Ahli Sunnah wal Jama’ah. 8 Akhirnya lenyaplah dari hadapan ulama-ulama terkemuka tadi dua macam unsur kekuatan yang besar : pertama, kekuatan dari pihak orang-orang yang berpegang teguh kftpada lahir (letterlijk) ayat dan hadits ; kedua, kekuatan dari pihak orang - orang yang gegiaL-kepada dugaan-dugaan (hypothesis) fikiran belaka. Dua abad kemudian, kedua macam golongan itu sudah tidak ada lagi, kecuali beberapa kelompok kecil yang terdapat di pinggir-pinggir negeri Islam.

Para pendukung ’’mazhab Asy’ary”, setelah menetapkan ajarannya yang berfikir sesuai dengan undang-undang alam, mewajibkan pula bagi orang yang mempercayai ajaran itu, untuk meyakinkari kebenaran jalan fikiran yang demikian dengan segala konklusinya, sebagaimana ia harus yakin kepada akidah- akidah iman. Karena mereka berpendapat, bahwa tanpa ada- nya dalil, menunjukkan kepada tidak adanya barang yang di- buktikan. Begitulah keadaan itu. beijalan, sampai datang Imam Al-Gazali, Imam Al-Razy dan orang-orang yang sependirian dengan keduanya. Tokoh-tokoh ulama ini menentang mazhab Al-Asy’ary tentang jalan fikiran mereka di atas. Ulama-ulama ini berpendapat, bahwa sebuah dalil atau dalil-dalil yang banyak itu, kadang-kadang nyata batalnya, tetapi untuk membuktikan sesuatu, orang harus mencarikan bukti yang lebih kuat, maka tidak ada gunanya ”batu” untuk dijadikan bukti.

Adapun ’’mazhab filsafat”, maka ia senantiasa mendasarkan pendapatnya kepada fikiran semata-mata. Dan tidak ada cita-cita kaum filsafat itu, kecuali untuk menemukan ilmu dan menyem- purnakan apa yang membawa kepuasan akalnya dalam mem- bukakan tabir rahasia

8 Nama ini diberikan mereka, karena tingginya kedudukan tokoh-tokoh itu dalam pandangan para khalifah dan raja-raja dan karena banyaknya pengikut mereka di kalangan ulama-ulama. Imam Asy’ari sendiri pada mulanya adalah seorang

• mu’tazilah, kemudian 'ruju’ kepada mazhab Ahli Sunnah wal Jama’ah dalam beberapa masalah penting yang menjadi perselisihan" di antara mereka dengan kaum mu’tazilah itu. ■ Kemudian ia kembali benar kepada paham Salaf hingga akhir hayatnya dalam segala segj, dan dengan terus-teivng ia menyatakan, bahwa ia mengikut Imam Ahmad bitf Hanbal sebagaimana terbukti dengan kitabnya ”Al-lbanah”, begitu pula dengan pengikut-pengikutnya yang terkemuka, seperti Imam Haramain, Imam Al-Juaini, Gazali dan Razi.

Page 48: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

sesuatu yang belum diketahui, atau mengemukakan apa yang menjadi hasil pemikiran akal. Mereka mungkin dapat mencapai apa yang mereka cita-citakan dengan cara yang mereka maui. Dalam hal itu mereka dilindungi oleh segolongan besar ahli agama dan membiarkan mereka puas dalam usaha mereka mencari kelazatan akal, memajukan kesenian dan memperkuat sendi-sendi susunan masyarakat ummat manusia dengan hasil usaha mereka dalam membukakan tabir-ta"bir rahasia apa yang tersembunyi dalam alam, yakni apa yang oleh Tuhan diberikan kesempatan kepada kita untuk menyelaminya dengan ' akal fikiran kita, sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:

Dalam firman-Nya itu tak ada sesuatu yang dikecualikan oleh Tuhan, baik yang lahir maupun yang tersembunyi. Dan tak seorangpun di antara pemikir-pemikir Muslim yang menutup jalan atau merintangi jalan yang mereka lalui dalam mencari petunjuk yang benar, yakni setelah Al-Qur-an mengangkat daijat akal pada kedudukan yang setinggi-tingginya, sehingga diserahi mencari jalan yang dapat membawa kebahagiaan, membedakan mana yang hak dan yang batil, yang merusak dan yang memberi manfa at. Apalagi setelah Nabi s.a.w. menegaskan dalam sabda beliau :

"Kamu (tentuj lebih tahu tentang urusan-urusan duniamu” ^ Dan setelah Nabi menunjukkan contoh pengalaman di perang Badar yang dapat dipercaya yang terbukti kebenarannya.

Tetapi sungguhpun demikian, ada dua perkara yang telah berpengaruh besaL kepada kaum filsafat itu. Pertama terlalu kagum kepada ajaran filosof-filosof Yunani yang sampai kepada mereka, terutama sekali tentang buah fikiran Aristoteles dan Plato. Mereka merasa senarig untuk bertaklid (mengekor) kepada keduanya dengan cara membuta tuli sejak dari permulaan. Kedua, pengaruh hawa nafsu pada diri orang banyak pada waktu itu ; dan ini lebih berbahaya dari yang pertama. Mereka meneijunkan dirinya ke dalam berbagai sengketa yang tumbuh di kalangan para penyelidik agama.

"Ia (Allah) jadikan untuk kamu apa yang ada di bumi semuanya’

(Q. Al Baqarah, Si- 2 : 29)*

50

Page 49: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Sekalipun jumlah mereka tidak banyak, tetapi dengan ilmu pengetahuan yang ada pada diri mereka, mereka (kaum filsafat Islam) telah bertabrakan dengan keyakinan yang dipergantungi oleh orang banyak. Karena- nya, bangkitlah para pembela agama, bersama-sama menentang kaum filsafat itu. Tampillah Gazali dengan para mahasiswanya menyelidiki segala ajaran-ajaran yang tertulis dalam kitab-kitab kaum filsafat, yang berkenaan dengan masalah ke-Tuhanan, soal-soal umum yang berhubungan _ dengan itu, soal hukum ke- bendaan (jauhar), keadaan (aradl) dan pendapat-pendapat mereka mengenai materi dan susunan benda-benda, pendeknya segala apa yang dianggap oleh ahli-ahli ilmu kalam (tauhid) menying- gung sesuatu dasar dari sendi-sendi agama. Dalam hal ini mereka menyerang kaum filsafat itu dengan sengitnya. Tetapi ahli-ahli ! filsafat yang datang kemudian, telah bersikap terlalu berlebih- lebihan pula dalam mengikuti jejak mereka yang terdahulu, sedang orang banyak menyingkirkan kaum filsafat itu, dan kaum cendekiawan tidak menghormati mereka lagi. Demikianlah zaman itu pergi dengan kekecewaan dunia Islam atas kegagalan usaha kaum filsafat itu.

Inilah yang menjadi sebab kenapa masalah-masalah ilmu kalam (tauhid) bercampur-aduk dengan ajaran-ajaran filsafat dalam kitab-kitab yang dikarang oleh orang yang datang kemudian, sebagaimana terdapat dalam buku-buku karangan Baidawi dan lain-lain. Beliau menghimpun beberapa macam ilmu akal yang berbeda-beda menjadi satu ilmu, Dam ilmu itupun sejak dari mukaddimah sampai kepada pembahasannya, dipelajari dengan cara yang lebih dekat kepada turut-turutan, tanpa mempergunakan fikiran sendiri. Karenanya terhentilah kemajuan ilmu pengetahuan.

Kemudian timbul persengketaan (fitnah) pada beberapa golongan yang memperebutkan kekuasaan negara. Tetapi dalam sengketa itu pihak yang bodoh yang tidak berilmulah yang mendapat kemenangan. Maka dihapuskannyala'h sisa-sisa yang masih tinggal dari bekas pengaruh ilmu akal yang selama ini memancar dari mata air agama Islam, sehingga orang melalui jalan yang sesat. Tak ada lagi orang mempelajari kitab-kitab kuno (klasik) yang berharga, kecuali membicarakan soal-soal lafazh, kata-kata dan susunan bahasanya. Inipun terbatas kepada buku-buku. yang tidak bermutu, yang dipilih karena kebodohan dan kelalaian 9 \ Kemudian menjalarlah Krisis di

9 Yakni, bahwa kaum mutaakhirin telah salah dalam memilih kitab-kitab kuno. Daii di samping itu metode pengajaran mereka itupun di titik beratkan pada pembahasan tentang lafazh-lafazh dan

51

Page 50: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

lapangan ilmu akal di kalangan kaum Muslimin, dipimpin oleh pemimpin- pemimpin (pembesar-pembesar) yang bodoh-bodoh itu.

Maka datang pulalah segolongan orang yang mengemukakan konsepsinya, yang sama sekali tidak diakui oleh ilmu pengetahuan. Kemudian mereka membuat undang-undang yang dianggap tidak pemah ada dalam Islam sebelum itu. Namun demikian mereka dapat sokongan juga, ialah karena kekurangan pendidikan di- mana-mana dan karena orang telah jauh dari sumber-sumber mata air Islam. Mereka jatuhkan kedudukan akal dari singga- sananya. Dengan gampang mereka bersikap berlebih-lebihan, sehingga mereka meniru-niru pula tingkah laku orang yang dulu-dulu yang mendakwakan adanya permusuhan antara ’’ilmu” dan ’’agama”. Lisan mereka dengan gampang mengucapkan kata-kata dusta : ”Ini halal dan ini hajam. Ini kafir dan ini Islam !” Sedang agama jauh sama sekali dari pada yang mereka sangka. Allah Yang Maha Agung di atas dari apa yang mereka duga-duga dan gambarkan itu. 10

Tetapi bencana apakah yang telah menimpa orang umum dalam akidah sebagai sumber amal perbuatan mereka yang berpengaruh pada jiwa mereka, setelah masa kekalutan yang panjang dan konplikasi itu liwat ? Hanya bencana besar dan malapetaka yang merata !

Inilah sekedar keringkasan dari sejarah pertumbuhan ilmu ini, 7 ) yaitu sekedar memperlihatkan bagaimana pada mulanya ilmu ini didirikan di atas dasar-dasar dan kaidah Kitab Suci. Tetapi betapa akhirnya, ia menjadi permainan di tangan orang- orang yang suka bersilang-sengketa, sehingga mereka menyim- pangkannya dari tujuannya semula dan • menjauhkannya dari batas-batasnya yang tertentu. Keyakinah yang wajib kita pegang ialah, bahwa agama Islam adalah agama (kepercayaan) ’’Tauhid” (monotheismus), bukan agama yang berpecah-pecah dalam kepercayaan-keper- cayaan itu. Akal adalah pembantunya yang paling utama dan naqal (Al-Qur-an dan Sunnah)

uslub-uslub (gaya dan tatabahasa), bukan tentaitg masalah-masalah ilmu dan penelitiannya yang dibahas secara bebas. Terhadap mereka itu, Muhammad *Abduh mengatakan, bahwa mereka sebenarnya mempelajari kitab bukan itmu.

10 Lihat keterangan Asy’ari dalam "Thabaqat Al-Kubra” oleh Subki.

52

Page 51: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

adalah merupakan sendi-sendinya yang paling kokoh. Di balik itu hanyalah goda-godaan setan belaka dan nafsu-nafsu orang yang haus kekuasaan. Qur-an menjadi saksi bagi segala amal perbuatan manusia dan menjadi hakim' yang menghukum benar atau salahnya masing-masing orang dalam amalnya itu.

Tujuan terakhir dari ilmu ini, ialah menegakkan suatu kewajiban yang sama-sama disepakati, yaitu mengenai Allah Yang Maha Tinggi dengan segala sifat-sifat yang wajib melekat pada diri-Nya, serta mensucikan-Nya dari sifat-sifat yang mustahil bagi Zat-Nya. Membenarkan para Rasul-Nya dengan keyakinan yang dapat menenteramkan jiwa, dengan jalan ber- pegang teguh kepada dalil, bukan semata-mata menyerah kepada taklid buta, sesuai dengan yang ditunjukkan oleh Al-Qur-an kepada kita. Ia menganjurkan kepada kita untuk melakukan penyelidikan (research) dengan mempergunakan akal, kepada benda-benda alam yang terdapat di sekitar kita, menembus rahasia-rahasia alam itu sekedar yang dapat dicapai, sehingga timbul keyakinan terhadap apa-apa yang telah dianjurkan kita menyelidikinya. Al-Qur-an melarang kita taklid kepada apa-apa yang diceritakan oleh para leluhur tentang hikayat-hikayat bangsa purba, dan perbuatan-perbuatan demikian itu sangat dicela oleh Al-Qur-an. Mengekor seperti itu, dapat meruntuhkan keyakinan dan menghapus wujud keagamaan. Dan benarlah ucapan yang mengatakan : ’’Bahwa taklid itu, sebagaimana ia terdapat dalam perkara yang hak, ia terdapat dalam hal yang memberi manfa’at, ia tentu akan datang pula dalam hal yang membawa kerusakan. Pendeknya ia menyesatkan, yang hewan sendiri merasa keberatan terhadapnya, karena memang taklid itu tidak dapat membawa kemajuan kepada ummat manusia!’

PEMBAGIAN HUKUM AKAL PARA ahli tauhid (ilmu kalam), membagi yang "Maklum” (Al-

Maklum : yang dapat dicapai oleh akal) kepada tiga bahagian. Yaitu ’’Mungkin” bag. zatnya, "Wajib” bagi zatnya dan ’’Mustahil” bagi zatnya. 11 > '

11 Pembagian ini adalah khusus bersangkut-paut dengan hukum akal (logika). Karena segala sesuatu yang bersangkut-paut dengan ilmu adakalanya sesuatu itu ’’wajib” tetap adanya dan tak mungkin tidak ada ; dan ada kaianya menunjukkan sebalik- nya, yaitu yang ’’mustahil” adanya ; dan adakalanya pula berjalan di tengah antara keduanya, yakni boleh ada dan boleh pula tidak adanya zat itu, karena sesuatu ilat (sebab) yaitu ’’mungkin”. Makna sesuatu itu ’’mungkin” atau ’’mustahil” atau ’’wajib” ada zatnya, ialah

53

Page 52: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Adapun yang ’’mustahil” menurut istilah mereka, ialah sesuatu yang zatnya memang tidak mungkin ada. Adapun yang ’’wajib”, ialah sesuatu yang zatnya memang sudah semestinya ada. Sedang yang ’’mungkin”, ialah sesuatu yang tidak ada wujudnya, tetapi tidak pula dapat dikatakan tidak' ada zatnya,

karena memang keadaannya sudah begitu tanpa adanya sebab (ilat) yang menghendakinya demikian, selain zat dan. hakikatnya sendiri. Yakni, jika zatnya itu difikir-fikir terlepas dari gambaran sesuatu, memang begitulah keadaannya. Dan yang dimaksud dengan mungkin, wajib dan mustahil di sini, ialah barang yang sudah demikian keadaannya menurut hukum akal ( logi - ka) yang pasti, bukan yang menurut hukum adat~Ke6Jasaan. Adapun barang yang mustahil, seperti menghimpunkan dua yang berlawanan, yakni sesuatu itu harus ada' dan tidak ada dalam satu waktu yang sama, artinya : ia ada dan ia tidak ada dalam sa’at yang sama sekali gus. Dalam hal ini, telah menjadi ketetapan ilmu, bahwa akal telah memastikan, yang demikian itu tidak akan mungkin diwujudkan. Yakni, bahwa hal itu mungkin terjadi. Tak ubahnya seperti manusia berjalan kaki di atas air atau terbang melayang di angkasa tanpa alat, tetapi yang tersebut belakangan ini adalah suatu hal yang mustahil menurut adat. Dan misal yang waiib menurut akal, ialah adanya sesuatu wujud yang mutlak. Seperti adanya ’’empat” merupakan suatu bilangan yang genap. Kita tentu tidak mungkin mengatakan ’’tidak” sama sekali dan tidak Dula bisa menyangkal, bahwa bilangan empat itu suatu bilangan yang genap. Adapun misal yang ’’mungkin”, sudah jelas. Yaitu, semua benda-benda yang maujud, yang dapat kita kenal dengan pancaindera kita, adalah suatu yang ’’mungkin” adanya. Dan keterangan lebih lanjut nanti akan dapat dibaca dalam Risalah ini.

54

Page 53: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

karena ia bisa juga terwujud oleh sesuatu sebab yang menyebabkan adanya. ■

Pemakaian kata-kata ”A1-Maklum” (yang dapat dicapai oleh akal) kepada yang ’’mustahil”, adalah termasuk majazi (bukan hakikat yang sebenarnya). Sebab yang maklum itu, adalah suatu hakikat yang mesti ada dalam kenyataannya, sesuai denganilmu. Sedang yang mustahil, bukanlah termasuk ke dalam perkara seperti ini, sebagaimana hukum-hukumnya kelak dapat dilihat sendiri. Tetapi yang dimaksud, ialah sesuatu yang dapat melekat- kan hukum kepadanya, sekalipun dalam bentuk yang dapat dilukiskan oleh akal, agar ia bisa menceritakan tentang hal yang mustahil itu.

Hukum Mustahil , Hukum yang mustahil bagi zatnya ialah, .bahwa tidak mungkin bisa

teijadi wujudnya, karena ’’tidak ada” (adam), telah menjadi kemestian bagi mahiyah (hakikat) sesuatu. itu, Maka sekiranya dia dibolehkan wujud, tentulah tercabUt ke- lazirrian mahiyah -itu dari dirinya sendiri dengan cara yang menyolok. Maka sesuatu yang mustahil itu, memang tidak bisa diwujudkan dan memang ia sesuatu yang tidak akan ada dengan pasti, bahkan akal tidak mungkin menggambarkan hakikat (mahiyah) sesuatu -yang mustahil itu, seperti apa yang telah kami isyaratkan tadi. Sebab ia bukanlah sesuatu yang maujud (ada), baik di luar dan maupun di dalam fikiran sendiri.

Hukum Mungkin Di antara hukum-hukum yang mungkin bagi zatnya ialah, bahwa ia

tidak mungkin ”ada” kecuali dengan sesuatu sebab. Begitu pula, bahwa ia tidak mungkin ’’tidak ada” kecuali dengan sesuatu sebab juga. Demikian, adalah karena tidak satupun di- antara dua perkara itu (ada dan tidak) yang dimiliki oleh sesuatu itu secara sekaligus. Maka menurut zatnya, kedug. perkara tadi adalah sama. Jika bisa kejadian salah satu di antara keduanya (ada dan tiada) tanpa ada sesuatu sebab, pastilah teijadi mehguatkan salah satu dua yang bersamaan atas yang lain tanpa alasan yang menguatkannya ; dan itu adalah jelas mustahil.

Sebahagian di antara hukum-hukum.’’mungkin”, ialah bahwa sesuatu yang maujud itu adalah "baha.ru”. Karena-telah pasti, bahwa dia tidak bisa wiijud (ada), kecuali dengan sesuatu sebab. Adapun kemungkinan terdahulunya sesuatu itu dari pada wujud sebabnya, atau bersama-sama, atau terkemudian, maka yang pertama adalah keliru. Kalau tidak begitu, lazimlah mendahulu- kan adanya orang yang berkehendak atas apa yang

55

Page 54: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

dikehendaki- nya. Itu berarti menghilangkan arti kehendak (hajat), padahal sudah terang bukti untuk itu. Maka hal itu membawa sesuatu kepada yang tidak menurut semestinya. Dan yang kedua, seperti demikian juga (tak bisa kejadian). Jika tidak, tentu akan sama keduanya dalam martabat wujud 12. Hukum menetapkan, bahwa salah satu di antara keduanya adalah ’’bekas” dan yang lain ’’memberi bekas” ; dan kalau begitii teijadinya taijih tanpa ada alasan yang menguatkan. Hal ini tidak bisa diterima oleh akal; di samping menganggap satu di antaranya adalah sebab (’illat) dan yang lain adalah yang diberi sebab (ma’lul), juga termasuk menguatkan salah satu keduanya atas yang lain tanpa ada alasan yang kuat. Dan ini jelas mustahil. Karena itu, dapatlah dibenarkan kemungkinan yang ketiga, yakni wujud (ada) nya sesuatu itu setelah wujud sebabnya. Jadi wujudnya itu didahului oleh "tiada” (’adam), dalam martabat adanya sebab.

Oleh sebab itu, ia adalah sesuatu yang ”baharuSebab yang ’’baharu” itu ialah, sesuatu yang wujudnya didahului oleh ’’tiada” (’adam). Maka karenanya jelaslah, bahwa segala sesuatu yang "mungkin ada", adalah "baharu"

Barang yang ’’mungkin” dalam keadaan ’’tiadanya”, tidak berkehendak kepada sebabnya yang wujud. Karena suatu yang ’’tiada” (’adam), adalah negatif. Dan yang negatif tidak memerlu- kan kepada wujud yang nyata. Maka adanya ’’ketidak mungkinan” itu, ialah tidak ada bekasnya, atau karena tidak ada sesuatu sebab yang menyebabkan kekalnya. Adapun dalam wujudnya suatu itu terang memerlukan sebab yang pasti. Karena sesuatu yang ’’tiada” (’adam) tidak bisa mengadakan sesuatu. Tetapi yang maujud itu bila ia terjadi, maka terjadinya itu dengan ’’diadakan” lebih dahulu. Demikian itu sudah terang.

Sebagaimana yang ’’mungkin” itu memerlukan sebab dalam permulaan wujudnya, juga ia memerlukan yang demikian itu dalam kekalnya. Karena zat yang mungkin itu, tidak meng- hendaki wujud, dan tidak dapat menguatkan yang wujud itu dari pada yang tiada1 (’adam), kecuali dengan sesuatu sebab luaran yang wujudi (ada). Demikian itu memang sudah menjadi

12 Yakni bahwa adanya sesuatu sebelum adanya sebab, berarti menghimpun dua y^g berlawanan. Yaitu, adanya sesuatu itu mungkin berkehendak kepada adanya Mbab, sedang sebab itu tidak berkehendak kepadanya. Adapun yang dimaksud dengan kalimat : "Yang kedua seperti demikian juga”, sudah *las Karena adanya sesuatu persamaan dengan sebabnya, yakni sebab tidak mendahului

56

Page 55: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

yang disebabkan, — menghendaki bahwa apa yang dltetapkan oleh sebab itu, bukanlah sebab yang sebenarnya. Dan kalimat yang berbunyi : ”Jika tidak tentu akan sama keduanya dalam martabat wujud” ialah seperti akan ditemui bapak dan anak yang dilahirkan keduanya dalam waktu yang sama. Yang jelas, dua pribadi yang dilahirkan keduanya dalam waktu yang sama, tidak mungkin bahwa satu di antara keduanya bapak dan yang lain anak.

suatu keiaziman dan kelaziman-kelaziman mahiyah (hakikat) yang mungkin, yang tak dapat dipisah-pisahkan dari padanya. Maka yang mungkin itu dalam keadaan bagaimanapun, tidak bisa wujud dengan zatnya sendiri, karena dalam segala keadaan ia memerlukan kepada adanya pendorong bagi munculnya wujud itu dari pada tiadanya, tanpa ada perbedaan antara yang per- mulaan dengan yang kekal adanya.

Pengertian ’’sebab” dari apa yang telah kami kemukakan tadi, ialah yang menciptakan dan yang memberi wujud. Dengan lain ibarat, ialah :• Yang mewujudkan, sebab yang melahirkan sebab yang melakukan. pencipta yang hakiki, dan lain-lain ; sebab itu dari ibarat-ibarat yang berbeda susunan katanya, tetapi tidak berbeda artinya. Kadang-kadang dipakaikan pula ’’sebab” itu kepada ’’syarat”, atau orang yang mempersiapkan sesuatu yang mungkin itu untuk menerima wujud dari yang mewujudkannya. Dan ia (sebab) dalam pengertian seperti ini hanya perlu pada permulaan wujud saja, dan tidak pada kekalnya.

Kadang-kadang terdapat hajat (kebutuhan) kepada ada (wujud)-nya sesuatu dan kemudian kepada tiada (adam)-nya. Dalam hal ini, contohnya ialah seperti wujud (ada)-nya tukang yang membuat rumah. Tukang itu menjadi syarat bagi terwujud- nya rumah. Kadang-kadang tukang yang membuat rumah telah mati sedang rumah masih tetap ada. Sebenamya dalam hal ini, tukang itu bukanlah yang memberikan wujud bagi rumah itu, hanya gerak-gerik tangan, fikiran dan tingkat-tingkat kemauan- nya adalah merupakan syarat bagi adanya rumah menurut rencana' yang sudah ditentukannya. Pendeknya memang terdapat perbedaan antara bergantungnya kemungkinan pada suatu barang dan antara mengambil faedah dari wujudnya. Maka bergantungnya kemungkinan itu kadang-kadang terdapat pada suatu wujud, kemudian kepada tiadanya wujud itu. Seperti bergantungnya gerak-langkah kaki yang kedua atas gerak-langkah kaki yang pertama. Langkah yang pertama tidaklah memberikan wujud bagi langkah yang kedua. Kalau tidak demikian, tentu wajib wujudnya sama-sama, sedangkan r.yatanya, langkah yang kedua tidak bisa terwujud kecuali setelah tiadanya lebih dahulu langkah yang pertama.

Adapun tentang mengambil faedah dari wujud sesuatu, maka itu memerlukan adanya lebih dahulu pemilik bagi sesuatu wujud, yang akan diberikannya kepada orang yang mengharap- kan manfa’at dari dirinya.

57

Page 56: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Dan bahwa adanya si pengharap manfa’at itu bersandar pula kepada adanya (wujud) si pemberi sendiri, yang tidak bisa dilaksanakan, kecuali dengan adanya si pemberi itu. Oleh karena itu, dalam beberapa perkara tidak ada orang yang bisa berbuat dengan leluasa menurut kemauan- nya sendiri. Yang ’’Mungkin” itu Pasti Ada

Kita perhatikan segala sesuatu itu teijadi, setelah ia lebih dahulu tidak ada, dan kemudian lenyap. Seperti halnya alam tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang. Maka segala sesuatu yang ada ini, adakalanya mustahil, atau wajib atau mungkin terjadi.

Tidak perju rasanya untuk membahas yang pertama (mustahil), karena yang mustahil itu tidak terwujud. Begitu pula yang kedua (wajib) karena yang wajib itu telah mempunyai wujud yang zati. Segala sesuatu yang mempunyai wujud tidak bisa dikatakan tidak ada, dan tidak pula didahului oleh tiada, sebagaimana akan datang penjelasannya dalam menerangkan hukum-hukum yang wajib. Kalau demikian halnya, maka yang perlu dibahas ialah "yang mungkin’,’ Yang mungkin itu pasti ada. Adanya ’’Yang Mungkin” itu Pasti Menghendaki akan Adanya ’’Yang Wajib”

Segala yang mungkin yang telah ada itu, merupakan suatu kemungkinan yang tetap. Dan tiap-tiap yang mungkin ada, berkehendak sepenuhnya kepada yang mengadakan (mewujud- kan)-nya. Tetapi apakah yang mengadakan itu dirinya (zat)-nya sendiri ? Itu mustahil, sebab hal itu berarti mendahulukan sesuatu atas dirinya sendiri. Atau apakah yang mengadakan itu bagian (fragment) dari dirinya sendiri ? Dan ini juga mustahil karena berarti menetapkan sesuatu menjadi sebab bagi dirinya sendiri, dan barang yang mendahuluinya jika yang pertama memang telah ada. Dan hal inipun terang batalnya. Maka oleh sebab itu wajiblah ada sebab yang berdiri di belakang segala ”yang mungkin.” Dan segala wujud yang terjadi tanpa sebab yang memungkinkan, adalah wajib, karena tidak ada di balik yang mungkin itu kecuali yang mustahil dan yang wajib. Sedang yang mustahil itu tidak bisa diwujudkan ; karena .itu tinggal lagi yang wajib. Maka tetaplah, bahwa segala yang mungkin , yang telah ada terwujud, pasti ada yang mewujudkannya (causa efficiens), yaitu Zat Yang Wajib Ada. 13 >

13 lnilah yang merupakan natijah (konklusi) dari segala mukaddimah yang tersebut di atas. Ringkasnya, bahwa yang mustahil itu tidak bisa diwujudkan sedang yang mungkin bisa .diwujudkan. Wujudnya itu membuktikan dengan pasti atas adanya Zat Yang Wajib Ada.

58

Page 57: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Segala sesuatu yang mungkin ada, baik yang adanya itu mempunyai limit tertentu ataupun yang tidak mempunyai limit, semuanya itu berdiri di atas wujud. Maka wujud yang demikian itu, tentu bersumber dari zat yang mungkin dan hakikat-hakikat (mahiyat) zat yang mungkin 14 > itu.

Dan ini adalah mustahil (batal), sebagaimana yang telah dijelaskan dalam keterangan-keterangan yang lalu tentang hukum- hukum yang mungkin. Karena tidak ada sesuatupun di antara mahiyah (hakikat) yang mungkin itu yang memastikan (memberikan) bagi wujud. Maka dari itu, teranglah sumber bagi sesuatu yang wujud itu adalah lain dari itu, yakni Zat- Yang Wajib Wujud-Nya dengan pasti.

14 Yang dimaksud dengan istilah ’’yang mungkin” (Al-Mumkin) dalam ilmu Kalam, ialah sesuatu yang tercipta karena sesuatu sebab.

59

Page 58: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Ill '

HUKUM-HUKUM WAJIB

Kidam, Baka dan Tidak Tersusun DI ANTARA hukum-hukum wajib, bahwa Ia adalah kadim (tidak

berpermulaan), lagi pula azali. Karena Ia kalau tidak begitu, tentu Ia menjadi baharu. Sedang yang baharu, ialah sesuatu yang terjadi didahului oleh tiada (’adam). Dan segala sesuatu yang wujudnya didahului oleh tiada, memerlukan kepada sebab yang memberinya wujud,v*Kalau tidak demikian, tentu lazimlah menguatkan adanya sesuatu dengan tiada alasan yang kuat, dan itu mustahil. Sekiranya tidaklah yang Wajib Ada itu ’’kadim”, tentu Ia dalam wujudnya itu berkehendak kepada adanya yang lain yang mewujudkannya. Pada hal telah dite - rangkan sebelumnya, bahwa yang Wajib Ada itu mempunyai Zat wujudnya sendiri. Dan sekiranya Yang Wajib Ada itu masih didahului oleh tiada, maka bukanlah ’’Wajib Ada” nama- nya, dan hal itu adalah suatu paradox yang mustahil.

Di antara hukum-hukum yang Wajib, ialah bahwa Ia tidak akan dikenal oleh tiada (’adam). Kalau tidak demikian, tentulah tercabut dengan sendirinya apa yang melekat pada zat-Nya. Sedangkan itu kembali kepada persoalan tentang hukum ter- cabutnya sesuatu dari dirinya sendiri, yang sudah terang mustahil terjadinya.

Termasuk pula kepada hukum-hukum Wajib itu, bahwa Ia tidak tersusun dari sesuatu zat. Karena bila Ia tersusun dari sesuatu unsur, tentulah adanya tiap-tiap bahagian dari bahagi- an-bahagiannya itu mendahului akan wujud jumlahnya yang merupakan zat baginya, sedang tiap-tiap bahagian dari bahagian- bahagiannya itu mestilah bukan zatnya. Maka karena itu, wujud- nya jumlah (zat itu seluruhnya) perlu berkehendak kepada wujud yang lain. Padahal telah dijelaskan di atas tadi, bahwa yang Wajib Adanya itu, mempunyai zat wujudNya sendiri. Begitu pula, sekiranya zatnya itu tersusun dari pada berbagai unsur zat tentulah hukum wujudnya bergantung atas hukum wujud bahagian-bahagiannya itu ; dan telah kita katakan, bahwa Dia Wajib mempunyai zat wujudnya sendiri. Begitu juga hal yang demikian itu tidak mempunyai alasan yang menguatkan , yakni andaikata jumlah zat itulah yang wajib ada, bukan tiap- tiap bahagian dari bahagian-bahagiannya. Tetapi justeru bahagian bahagian itulah yang lebih berhak bagi wajib ada lebih dahulu ; maka karena itu, dialah yang wajib bukan yang lain.

Meniadakan susunan (tarkib) pada Zat Yang Wajib Ada - itu meliputi juga akan apa yang mereka namakan dengan ’’hakikat akliah”

.60

Page 59: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

ataupun ’’kharijiah” (d|.Juar_akal). Karena tidak mungkin bagi akal menggambarkan, bagaimana zat yang Wajib Ada itu bisa tersusun dari beberapa bahagian (tarkib). Sebab bahagian-bahagian yang digambarkan oleh akal, tentu tak dapat tidak mempunyai sumber luaran. Sekiranya hakikat yang dapat digambarkan oleh akal tadi tersusun pula (tarkib), tentu hakikat itu, juga tersusun di luar akal. Jika tidak demikian keadaannya maka apa yang dianggap hakikat menurut akal, adalah suatu gambaran yang salah 15\ tidak menurut yang sebenarnya.

Sebagaimana Zat Yang Wajib Ada itu tidak tersusun (tarkib) dari beberapa bahagian, begitu pula ia tidak menerima

(tidak bisa) dibagi-bagi menurut salah satu ukuran kaedah yang tiga (panjang, lebar, tinggi, penterjemah). Artinya, Ia tidak berhak diukur. Karena bila Ia dapat dibagi-bagi, tentulah Ia kembali kepada yang lain dari wujudnya semula, dan jadilah Ia merupakan beberapa wujud yang banyak, yakni wujud yang telah merupakan bahagian-bahagian sebagai hasil dari pemba- hagian tersebut. Maka bila telah demikian halnya, tentu ia bisa menerima Jiada,. atau tarkib, dan kedua-duanya itu adalah mustahil seperti telah dijelaskan semula.

Hidup ( Al - Hayat)

Arti wujud (ada) sekalipuii telah terang bagi akal, tetapi masih dapat digambarkan dengan : kenyataan, tetap dan kekal. Dan kesempurnaan wujud, serta kekuatannya bergantung pula pada kesempurnaan makna ini.

Tiap-tiap martabat dari martabat-martabat wujud, perlu diikuti dengan beberapa sifat wujudiah, yakni untuk menyem- pumakan martabat yang demikian, dalam makna yang tersebut duluan. Jika tidak begitu, jadilah makna wujud itu untuk martabat yang lainnya, padahal ia telah ditentukan baginya.

Contoh-contoh yang nyata bagi fikiran, tentang gambaran yang wujud itu tidak terhingga banyaknya. Contoh yang paling sempuma dalam martabatnya, ialah bukti tentang susunan alam dengan cara yang tidak ada cacatnya dan tidak mengacaukan. Sekiranya susunan peraturan yang demikian itu dilakukan me- nurut cara yang sesuai dengan wujud yang abadi sekalipun, dalam macam ini saja, ia telah berhasil untuk menunjukkan bukti yang sempuma bagi makna wujud untuk kepentingan apa yang dimisalkan itu.

15 Gambaran yang dibikin-bikin saja, yang tidak terbukti kebenarannya dalam kenyataan. Dan ibarat susunan kata-kata dan jalan fikiran yang demikian itu adalah secara biasa terpakai dalam gaya mantik (logika), bukan menurut gaya bahasa Arab yang faseh.

61

Page 60: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Maka sekiranya terang bagi fikiran suatu martabat di antara martabat-martabat wujud yang banyak, bahwa ia merupakan sumber bagi tiap-tiap susunan peraturan, itu menjadi tanda, bahwa martabat itu paling sempuma, paling tinggi paling jaya dan paling kuat.

Yang Wajib Ada itulah yang menjadi sumber bagi segala yang mungkin ada, seperti telah kami terangkan dengan jelas beserta bukti yang meyakinkan, Dengan demikian, Ia merupakan wujud yang paling kuat dan yang paling tinggi. Ia diiringi dengan sifat-sifat (atribut-atribut) wujudiah yang sesuai dengan kedudukan dan martabatNya yang tinggi itu. Segala apa yang dapat di- bayangkan oleh akal tentang wujud yang sempuma yang dapat dicakup oleh makna tetap, kekal dan nyata, serta sifat yang mungkin dapat dilekatkan kepada wujud yang sempuma itu, wajiblah hal itu disifatkan kepada diriNya. 16 > Dan karena Ia merupakan sumber peraturan alam yang bergerak dengan amat teliti, yang dapat dijadikan bukti dari kesempumaan Wujod-Nya seperti yang telah kami sebutkan di atas tadi, maka wajiblah sifat-sifat dan wujud yang demikian itu tetap bagi dirinya. Maka wujud yang Wajib Ada itu diikuti oleh sifat-sifat wujudiah yang diperlukan oleh martabat yang mulia ini, sifat-sifat yang mungkin melekat pada zat-Nya.

Di antara sifat-sifat yang wajib ada pada diri-Nya ialah, sifat ’’hidup” (Al-Hayat). Sifat itu diiringi oleh ’’ilmu” dan ’’iradah” (kemauan). Demikian itu, disebabkan oleh karena ’’hidup” (Al-Hayat) adalah jelas termasuk sifat kesempumaan bagi wujud-Nya. Maka sifat hidup dan sifat-sifat yang meng-

iringinya, adalah menjadi sumber segala peraturan dan menjadi kebijaksanaan. Hidup (Al-Hayat) dalam segala' martabatnya, menjadi pangkal bagi segala macam kenyataan yang lahir dan yang kekal. Nyatalah, bahwa Ia mempunyai wujud yang sem- > purna dan bersifat dengan dia zat yang Wajib Ada. Begitu juga segala yang mempunyai wujud yang sempuma yang mungkin menjadi sifat-Nya, wajiblah sifat itu tetap bagi-Nya.

Maka Yang Wajib Ada itu, pasti Ia hidup, sekalipun hidup nya berlainan dengan segala sesuatu yang mungkin hidup. Maka sesungguhnya sesuatu yang merupakan kesempurnaan bagi wujud,

16 Ditanyakan kepada pengarang di waktu beliau memberikan kuliah : ’’Apakah benar kata orang, bahwa jauhar fardi (benda yang sangat haius) itu tidak bisa dibagi- bagi baik dalam praktek maupun menurut akal, dan tidak pula menurut dua- duanya ?” Beliau menjavab : ’’Jauhar fardi (atom) menurut pengertian ini, tidak ada hakikat baginya. pan kita membawakan pembicaraan orang yang berbicara tentang jauhar fardi, hahwa ia tidak bisa dibagi-bagi dalam praktek, ialah kare > na sangat halusnya. Ini sebenaraya tidak menjadi tujuari pembicaraan kita di sini”. Menurut perkembangan ilmu alam modern, bahwa atom ternyata masih dapat dibagi-bagi menjadi electron, proton dan neutron. Bahkan bukan saja bisa dibagi- bagi, tetapi ia dapat meledak menghancurkan negeri seperti kota-kota Nagasaki dan Hirosyima di Jepang pada Perang Dunia ke II yang lalu. Penterjemah.

62

Page 61: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

tentulah ia sumber bagi ilmu dan iradat. Dan kalau sifat ini tidak tetap bagi-Nya tentulah terdapat dalam segala sesuatu yang mungkin ada, apa yang wujudnya lebih sempuma dari pada-Nya. Padahal dalam keterangan yang lalu dikatakan, bahwa zat yang Wajib Ada itu adalah merupakan wujud (substansi) yang paling tinggi dan paling sempuma.

Zat Yang WajibAda itulah yang memberi wujud, begitu pula sifat-sifat yang mengiringinya. Bagaimana kiranya hal itu bisa terjadi kalau Ia sendiri tidak memiliki hidup yang akan diberikan-Nya ? Oleh sebab itu Ia harus hidup sebagaimana Ia adalah sumbemya kehidupan.

Ilmu (Maha Mengetahui) Di antara sifat yang wajib bagi Zat Yang Wajib Ada, adalah sifat

"ilmu” (maha mengetahui). Yang dimaksud, ialah terbuka nya tabir sesuatu bagi Zat yang telah tetap sifat itu baginya , yakni yang menjadi sumber, pokok pangkal bagi terbukanya tabir sesuatu itu. Sebab sifat ilmu, termasuk sifat-sifat wujudiah yang menjadi sifat bagi Yang Wajib Ada. Segala sifat yang dipandang menjadi kesempurnaan bagi wujud, wajiblah ada pada dirinya. Maka karena itu teranglah, bahwa Zat Yang Wajib Ada itu berilmu (’Alim, Maha Mengetahui).

Kenyataan menunjukkan, bahwa ilmu menjadi kesempur- naan bagi segala sesuatu yang mungkin wujud (ada). Dan di antara yang termasuk mungkin wujud itu ialah Zat yang mempunyai ilmu (’Alim). Maka kalau sekiranya Yang Wajib Ada itu tidak ’Alim (tidak berilmu), tentu akan terdapat dalam segala sesuatu yang mungkin ada itu, zat (substansi) yang lebih sempuma keadaannya dari pada Zat Yang Wajib Ada. Sedang itu mustahil, sebagaimana yang telah kami terangkan.

Kemudian Zat Yang Wajib Ada itulah yang menjadi pemberi ilmu dalam alam yang mungkin ini. Tentu tidak masuk akal sama sekali, bahwa Yang menjadi Sumber Ilmu tidak mempunyai ilmu.

Berilmunya Zat Yang Wajib Ada itu adalah termasuk di antara hal-hal yang lazim bagi wujud-Nya, sebagaimana telah diketahui. Ilmu-Nya, mengatasi segala macam ilmu, - karena tinggi martabat wujud-Nya di atas segala yang maujud (ada). Oleh karena itu tak dapat dibayangkan, kalau ada ilmu yang lebih tinggi dari ilmu-Nya itu. Maka teranglah pula, bahwa ilmu-Nya itu meliputi segala sesuatu yang dapat dicapai oleh ilmu pengetahuan. Kalau tidak demikian, tentulah akal sanggup membayangkan suatu ilmu yang lebih luas lagi. Dan ini bisa kejadian bagi suatu wujud yang lebih sempuma lagi dari wujud Yang Wajib Ada itu. Hal itu mustahil.

63

Page 62: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Sifat-sifat yang lazim bagi Zat Yang Wajib wujud, jadi lenyap dengan lenyapnya yang Wajib, dan kekal bersama dengan kekalnya Zat Yang Wajib itu. Dan berilmunya Yang Wajib wujud (Ada), adalah suatu di antara kelaziman (kemestian) bagi wujud-Nya. Maka dari itu Ia tidak berkehendak kepada sesuatu selain kepada zat-Nya sendiri. Ia adalah ’’azali”. Zat yang wujudnya tidak berawal dan tidak pula berakhir (abadi), bebas tidak bisa dicapai oleh alat-alat (media-media) dan oleh ketajaman-ketajaman pikiran dan kegiatan-kegiatan otak. Jadi Ia berlainan dengan segala yang berilmu dari sesuatu alam yang mungkin.

Apa yang dapat diketahui dari segala yang mungkin ada ini sesuai dengan apa yang telah dibukakan oleh tabir ilmu dari Zaf Yang Wajib Wujud tadi. Jika bukan demikian, ia bu- kanlah ilmu.

Di antara dalil-dalil yang membuktikan tentang tetap adanya Ilmu bagi Zat Yang Wajib Wujud, ialah apa yang kita saksikan sendiri pada struktur (susunan) alam yang mungkin ini, berupa hukum-hukum dan kerapiannya, terletaknya segala sesuatu pada tempat yang semestinya, tetapnya masing-masing dalam bidang yang diperlukan dalam wujud dan kekalnya. Ini nyata dengan jelas bagi mata orang yang suka memperhati- kan apa yang ditunjukkan oleh benda-benda alam, baik besar (macro) maupun yang kecil (micro), tinggi maupun yang rendah.

Hal ini terdapat dalam ikatan pertalian antara semuanya, serta ketentuan gerak cepatriya di atas suatu kaidah yang men- jamin tetapnya pada garis yang telah ditentukan serta memesti kan tiap-tiap bintang berjalan mejalui garis edarnya masing- masing yang bila ia keluar garis yang telah ditentukan itu sesungguhnya menjadi berantakanlah segala susunan alam planit, dan hancur binasalah alam ini dengan segala isinya ; dan lain- lain dari demikian yang dapat diterangkan dalam pembicaraan ilmu gerak planit-planit (astronomie). Semua itu menjadi bukti akan Ilmu Yang Menciptakannya dan hikmat kebijaksanaan Zat Yang mengatumya.

Cob alah perhatikan segala yang terlihat pada jenis tumbuh- tumbuhan dan binatang-binatang, bagaimana lengkap kekuatan dan kesanggupannya untuk. memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, untuk memelihara wujud hidupnya dengan mempergunakan alat-alat dan anggota-anggotanya yang masing-masing terletak di badannya. Dan perhatikan pulalah alam yang tidak mempunyai perasaan panca indera seperti tumbuh-tumbuhan itu, bagaimana ia telah diberikan kekuatan menghirup guna me- ngambil makanan-makanan yang sesuai baginya dan tidak mau mengambil apa yang tidak cocok bagi dirinyaT Dapat dilihat, Diji semangka yang ditanamkan di samping biji batikh (semacam labu air),

64

Page 63: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

kemudian disirami dengan air yang sama, ia tumbuh berkat bantuan udara yang sama, tetapi kenapa yang satu bisa menghirup zat-zat yang bisa menjadikan buah yang pahit, sedang yang lain menjadikan buah yang manis rasanya. Per- hatikan pula alam yang tidak mempunyai daya-rasa, memper- gunakan kesanggupan menurut yang telah ditentukan baginya. Dialah yang mengetahui keadaan bayi dalam kandungan selagi ia masih merupakan mani (sperma), kemudian menjadi segumpal darah (’alaqah). Ia mengetahui segala keperluan bayi itu ; yakni bila kejadiannya merupakan makhluk yang sempuma, bebas dalam gerak-geriknya, mempunyai tangan, kaki, mata, hidung, telinga dan lain-lain alat panca indera baik lahir maupun batin (sensus interior), yang semuanya itu untuk keutuhan wujudnya dan menjadi perisai baginya dari bermacam-macam bahaya yang mungkin datang. Ia (Zat Yang Wajib Wujud), mengetahui pula akan hajat bayi itu kepada alat kantong-makanan (ma- ’iddah), hati, paru-paru dan yang seumpama itu dari anggota badan, yang diperlukan untuk pertumbuhan badan dan hingga ia sampai kepada batas ajal yang telah ditentukan baginya.

Dialah yang mengetahui keadaan anak anjing. Umpama- riya, bila anak anjing itu telah besar, tentu ia akan menjadi induk yang juga akan melahirkan beberapa ekor anak. Oleh sebab itu, anjing diberi-Nya tetek yang banyak ; dan banyak lagi perkara-perkara yang seperti itu, yang tidak terhitung banyaknya.

Banyak di antara persoalan-persoalan seperti itu yang telah diuraikan dalam kitab-kitab ilmu tumbuh-tumbuhan, dalam ilmu hewan (Zoologie) dan dalam ilmu sejarah alam, ilmu fa’al (fisiologi), ilmu kedokteran dan yang bertalian dengan itu. Tetapi walaupun para ahli telah melakukan pembahasannya secara mendalam, menumpahkan kesungguhan dari minat mereka untuk menyingkapkan tabir-tabir rahasia semuanya itu dengan ilmu mereka, namun mereka baru berada dalam taraf pem- bahasan tingkat permulaan.

Hasil ciptaan ini, andaikata akal mendapat kehormatan untuk memahami rahasia-rahasianya dan merasa kagum tentang kebagusan hukumnya, apakah itu bukan merupakan bukti yang menunjukkan, bahwa Penciptanya yang utama adalah Zat Yang Mengetahui segala sesuatu, yang memberikan sesuatu kepada makhluk-Nya, kemudian dipimpin-Nya ? ! Apakah mungkin ter- jadi dengan kesempatan yang tiba-tiba saja lahimya organisasi alam ini dan terletaknya sendi-sendi, dimana ditegakkan di atasnya wujud alam semesta, yang besar maupun yang kecil ?.

Sekali-kali tidak ! Tetapi yang menjadi Pencipta bagi se- muanya itu, ialah ”Dia” (Zat, Substansi) yang tidak ada ter- sembunyi bagi Ilmu-Nya

65

Page 64: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

sebesar atom-pun benda yang ada di bumi ini dan tidak pula benda yang ada di ruang angkasa. Ia Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.

Kemauan (Al-Iradat) Di antara sifat yang wajib bagi Zat Yang Wajib Wujud, adalah

’’Iradat” (Kemauan). Ia adalah sifat (atribut) yang dapat menentukan, untuk penciptaan alam ini dengan salah satu jalan-jalannya yang mungkin.

Setelah tetap bahwa Zat Yang Memberikan wujud kepada segala yang mungkin ada, Wajib Adanya, dan bahwa Ia adalah Mengetahui (’Alim), dan bahwa segala wujud yang mungkin ini tak dapat tidak mesti sesuai dengan ilmu-Nya, tetap pulalah dengan pasti, bahwa Ia mempunyai ’’Kemauan”, sebab Ia hams berbuat sesuai dengan Ilmu-Nya.

Kemudian perlu dijelaskan, bahwa segala yang maujud harus menurut ketentuan yang khusus dan sifat tertentu, menurut waktu, tempat dan ruang yang tertentu pula. Jalan ini telah ditentukan bagi yang maujud itu dan bukanlah jalan- jalan yang lain. Ketentuan yang demikian itu harus sesuai dengan Ilmu, dan tidak ada makna lain bagi Iradat (Kemauan) kecuali ini.

Apa yang dikenal orang selama ini tentang arti ’’Jradah” ialah, bahwa orang yang berkemauan leluasa melaksanakan kehendaknya atau untuk mengurungkannya dengan .semaunya.

Pengertian yang seperti itu adalah mustahil pada diri Zat Yang Wajib Wujud. Karena makna seperti ini adalah merupakan keinginan-keingman alam (manusia) biasa, dan merupakan cita- cita yang merusak, karena makna yang demikian adalah kelan- jutan dari kekurangan ilmu pengetahuan. Kemauan yang seperti itu akan berubah-ubah menurut perubahan hukum, dan meragu- kan orang yang mempunyai kemauan itu sendiri, untuk mem- buat keputusan dalam situasi : terus berbuat, atau tidak. Kuasa (Al-Qudrat)

Di antara sifat yang wajib bagi Zat Yang Wajib Ada itu adalah ’’Kuasa” (kudrat). Ia adalah merupakan suatu sifat, yang dengannya, Zat Yang Wajib Ada itu mengadakan dan meniadakan apa yang dikehendaki-Nya. Bila telah jelas, bahwa Zat Yang Wajib Ada itulah yang menciptakan alam semesta menurut kehendak Ilmu dan Iradat-Nya, maka tidak dapat diragukan lagi, bahwa „Ia Berkuasa” dengan pasti. Karena per- buatan Zat Yang Mengetahui lagi mempunyai Kemauan dalam apa-apa yang diketahui dan dikehendakinya, tentu hanya bisa terjadi dengan adanya Kekuasaan bagi-Nya untuk berbuat.

66

Page 65: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Dan tidak lain makna Kudrat, kecuali kekuasaan yang penuh dan mutlak seperti ini. Ikhtiar (kebebasan berbuat)

Tetapnya sifat-sifat yang tiga ini (Ilmu, Iradat dan Kudrat) bagji Zat Yang Wajib Wujud, melazimkan pula tetapnya sifat „Ikhtiar” bagi-Nya dengan pasti. Karena tak ada makna bagi' Ikhtiar itu kecuali menimbulkan bekas perbuatan dengan Kudrat- kekuasaan-Nya menurut ketentuan Ilmu dan hukum Kemauan- Nya. Maka Ia berbuat dengan kemauan yang bebas, tidak satupun diantara perbuatan-perbuatan dan tindakan-Nya dengan segala aktivitas-Nya menciptakan makhluk-makhluk-Nya, yang timbul

67

Page 66: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

karena sesuatu sebab yang datang. Atau karena adanya sesuatu tekanan, tanpa perasaan kemauan (iradat)-Nya sendiri. Tidak satupun diantara kepentingan-kepentingan alam ini yang dapat memaksa-Nya untuk mengawasi semuanya. Hingga sekiranya Ia tidak berbuat demikian, Ia akan menjadi sasaran kritik ? Pada hal Ia bersih dari cacat dan cela. Maha Suci Allah dari keadaan yang demikian itu, Maha Tinggi dan Maha Agung !

Tetapi sebaliknya, ofganisasi alam dan kemaslahatan-kemas- lahatannya yang besar, hanya tetap dengan suatu hukum Kudrat. Bahwa ia adalah bekas ciptaan dari Zat Yang Wajib Wujud, dari Sumber Wujud yang paling sempuma dan paling tinggi. Kesempurnaan dalam ciptaan harus berarti karena kesempurnaan Penciptanya sendiri, dan kerapian dalam ciptaan, adalah merupakan manifestasi bagi ketinggian martabat Yang Menciptakan. Pembuktian dengan alam raya yang paling tinggi dan paling sempuma susunan organisasinya ini, semuanya itu bergantung kepada Ilmu yang luas merata serta Iradat Kemauan yang mutlak (absolut). Maka muncul dan lahirlah segala sesuatu menurut jalan ketentuan yang

(vo .

’’Apakah kamu kira, bahwa apa-apa yang Kami (Allah) jadikan itu ■ tidak ada gunanya ? Dan bahwa kamu tidak akan di- kembalikan kepada Kami?” . . , .

(Q. S. Al Mu minun, 23 : 115). Inilah makna perkataan, bahwa perbuatan-perbuatan Tuhan itu tidak

bergantung kepada sesuatu sebab, dan ia suci dari sifat main-main ; mustahil sekali, bahwa segala karya perbuatan Tuhan itu sunyi dari hikmat, sekalipun hikmahnya itu tersem- bunyi dari tanggapan pikiran-pikiran kita. 17 ^ Maha Esa (Al Walidah)

Di antara sifat yang wajib juga bagi-Nya adalah sifat Esa. Esa dalam Zat, dalam sifat, dalam wujud dan dalam perbuatan.

17 Kadang-kadang hikmah sesuatu itu beberapa lamanya tersembunyi bagi manusia, tetapi kemudian ia menjadi jelas sebagaimana banyak kejadian begitu.

tinggi ini.

68

Page 67: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Adapun Esa dalam Zat, maka telah kami terangkan dalam keterangan yang terdahulu, bahwa Zat itu tidak menerima tarkib (tidak tersusun dari berbagai unsur), baik di luar maupun di dalam akal sendiri. Tentang Esa (ke-Esaan, Tunggal) dalam sifat-Nya, ialah bahwa tidak ada yang menyamai-Nya dalam sifat-sifat yang tetap bagi-Nya di antara yang maujud ini. Sebagaimana telah kami kemukakan, bahwa sifat itu harus meng- ikut bagi martabat sesuatu yang maujud, tetapi tidak ada sesuatupun di antara yang maujud ini yang dapat menyamai Yang Wajib Wujud dalam martabat wujudnya. Maka karena itu juga, hal itu berlaku pada sifat-sifat yang menyertai-Nya.

Adapun mengenai Esa (Ke-Esaan, Tunggal) dalam .wujud dan perbuatan, maksudnya ialah, zat-Nya sendiri yang wajib wujud (ada), dan Ia sendirilah (tanpa campur tangan orang lain) untuk mengadakan. segala apa yang mungkin ada ini. Memang benarlah demikian ; karena sekiranya Zat Yang Wajib Wujud itu terdiri dari beberapa wujud (Zat) yang banyak, pastilah masing-masingnya mempunyai wujud (substansi) yang berbeda dengan substansi yang lain. Kalau tidak begitu, tentu tidak hasil pengertian berbilang wujud. Dan tiap-tiap apa yang berbeda wujud kenyataannya, tentulah berbeda-beda pula sifat- sifat yang melekat bagi zat-zat yang wujud itu, karena sifat itu menjadi kenyataan dan mencapai ketentuan yang khas baginya dengan menyatakan zat wujud yang mesti disifatinya. Kalau demikian halnya, tentulah Ilmu dan Iradah itu bisa ber- selisih, tersebab berselisihnya zat-zat yang wajib wujud tadi.'Karena masing-masing Zat itu akan mempunyai Ilmu dan Iradat (kemauan) yang melaini sama sekali akan Ilmu yang lain dan Iradat- Nya, dengan begitu jadilah bagi tiap-tiap Zat itu Ilmu dan Iradat yang sesuai dengan zat dan ketentuan yang khas.

Perselisihan ini adalah mengenai zat. Karena ilmu Zat Yang Wajib Wujud dan Iradatnya melazimi terus akan zatnya itu bukan karena sebab yang datang dari luar. Maka karena itu tidak ada jalan untuk Ia berubah dan berganti seperti keterangan yang lalu. Telah diterangkan juga, bahwa perbuatan Zat Yang Wajib Wujud itu lahir menurut Ilmu dan hukum Iradat (Kemauan)-Nya. Bila Zat Yang Wajib Wujud itu banyak, maka perbuatan masing-masing tentu lahir menurut hukum yang menyalahi yang lain dalam zatnya. Sekiranya Yang Wajib Wujud itu berbilang banyaknya tentu akan berbeda-beda pula- lah perbuatan mereka menurut perbedaan ilmu dan iradat masing-masing. Perbedaan-perbedaan yang teijadi seperti itu mustahil akan dapat melahirkan kesepakatan. Sebab masing- masing zat yang dikatakan wajib ada itu, menurut kehendak wajibnya sendiri-sendiri beserta sifat-sifat yang mengikutinya urituk berkuasa dalam memberikan

69

Page 68: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

wujud pada umumnya segala yang mungkin. Dalam hal itu, masing-masing leluasa melakukannya menurut ilmu, iradat dan kekuasaannya masing- masing, di samping tidak ada satu kekuatan yang dapat me- ngalahkan kekuasaan yang satu atas kekuasaan zat yang lain. Maka teijadilah perbenturan (clash) dalam tindakan perbuat - an mereka, disebabkan perbenturan dalam ilmu dan kemauan mereka. Akibatnya rusak-binasalah susunan alam ini. Tetapi justeru dalam keadaan yang seperti itu, mustahil bisa ada organisasi, dan mustahil pula bisa ada wujud yang mungkin di antara segala yang mungkin ada ini, karena wujud segala yang mungkin itu tak dapat tidak nanti akan bergantung kepada wujud menurut ilmu-ilmu dan kemauan-kemauan yang berbeda-beda atau berselisih itu. Maka mestilah timbul dalam satu Zat, beberapa wujud yang banyak. Sedang ini mustahil. Karena, kalau sekiranya terdapat pada keduanya (langit dan bumi) ada Tuhan selain dari pada Allah, pastilah keduanya akan menjadi hancur binasa.

Tetapi kehancuran itu nyatanya dapat tercegah. Itulah huktinya, bahwa Dia Yang Maha Agung kedudukan-Nya adalah Esa (Tunggal) dalam Zat-Nya, dalam sifat-sifat-Nya, tidak ada serikat bagi-Nya dalam wujud-Nya, dan tidak pula dalam segala tindak perbuatan-Nya. Sifat - sifat Sam’iyah

Apa-apa yang telah kami kemukakan dari sifat-sifat yang wajib di-i’tikadkan tetapnya sifat-sifat itu bagi Yang Wajib Wujud, ialah, apa yang telah ditunjukkan dengan bukti yang jelas oleh syari’at Islam, dan oleh syari’at-syari’at suci seb^um- .. .,, Islam. Untuk meyakinkan kebenarannya, Dia menyeru ^fifaii)^ ' perantaraan lisan Nabi kita Muhammad s.a.w. begitu puMf^eijjg^ lisan para Nabi yang terdahulu, semoga Tuhan membeii ;s^|s'at kepada mereka. \ ^ '

Di antara sifat-sifat yang dijelaskan oleh Usarl^-syari’at,'. tidak dapat dimustahilkan oleh ’akal, karena sifat it^d^njta§ . ^ dilekatkan bagi Zat Yang Wajib Wujud. Tetapi ’akal Sfe^dki.- saja tidak sanggup memikirkannya. Namun demikian, wapT*”^ meyakinkan, bahwa zat Yang Maha Tinggi bersifat dengan dia, karena mengikut bagi apa yang telah ditetapkan oleh Syara’ serta membenarkan apa yang telah diberitakannya tentang itu.

Sifat-sifat yang demikian keadaannya, di antaranya ialah sifat ’’Kalam” (Berbicara, Berfirman). Telah menjadi kepercayaan, bahwa Allah berbicara dengan sebahagian di antara para Nabi-Nya. Al-Qur-an sendiri mengatakan, bahwa lafazh- lafazh Al-Qur-an itu sendiri adalah ’’kalam Allah’.’ Maka hal firman (kalam) yang didengar dari Allah s.w.t. itu

70

Page 69: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

pastilah merupakan suatu sifat dari sifat-sifat-Nya yang kadim (adanya tanpa permulaan) seperti kadimnya Allah itu. 18 >

Di antara sifat sam’iyah yang wajib tetap bagi Allah menurut yang diterangkan oleh Nabi, ialah sifat ’’Bashar” (Melihat). Yakni, dengan sifat itu tersingkaplah segala apa yang akan dilihat. Dan sifat ’’Sama” (Mendengar), yang dengan dia tersingkaplah apa-apa yang akan didengar atau kedengaran, dan Ia Maha Mendengar dan Maha Melihat. Tetapi kita wajib meng- i’tikadkan (meyakini), bahwa tersingkapnya itu tanpa memakai alat, tidak mempergunakan anggota badan (panca indera), dan tidak karena ketajaman pendengaran dan pandangan sebagaimana yang biasa dikenal di kalangan kita ummat manusia. Pembicaraan tentang Sifat-sifat secara Ringkas.

Saya mulai membicarakan apa yang saya maksud, dengan mengutip

18 Sesungguhnya Allah s.w.t. telah menjadikan bagi manusia jalan (alat) yang umum kegunaannya, seperti panca indeia (hawas) dan akal, yang dengan itu mereka mencari ilmu. Dengan pemberian Allah itu mereka dapat mencapai ilmu itu menurut

kadai kesungguhan mereka. Di samping itu Ia (Allah) memberikan ilmu itu khusus kepada orang-orang yang dipibh-Nya, memasukkan ke dalam hati mereka dan melimpahkan ke d^lam roh mereka, tanpa usaha yang susah ■ payah dari merekasendiri (dengan ilham, intuisi, penterjemah). Oleh karena

manusia mempunyaikekuatan atau sifat yang memungkinkannya untuk mem berikan faedah ilmunya kepada orang lain, maka itti dinamakan ”kalam nafsi”. Alat yang biasa memberikan faedah itu dalam perbuatan, yang berupa perkataan atau tulisan, dinamakan dengan "kalam lafzhi”. Kemudian pemakaian istilah ini dipakaikan kepada Allah, karena dengan kalam itu Allah mewahyukan kepada para Nabi-Nya apa-apa yang dikehendaki-Nya berupa ilmu. Ia berkata-kata kepada orang yang dikehendaki-Nya dari belakang hijab. Dikatakan bahwa Allah mempunyai Kalam (berkata-kata), yang merupakan sifat bagi-Nya, yakni suatu keadaan yang ada pada diri-Nya, yang merupakan sumber wahyu dan pemberi ilmu kepada para Nabi dan Malaikat-malaikat-Nya. Apa-apa yang diwahyukan kepada mereka itu dinamakan ’’Kalam” juga. Tak terdapat dalam bahasa manusia suatu lafazh yang dapat menggantikan lafazh ”J£alam”. Sebab kita tahu, bahwa ’’Kalam Allah” itu bersih dari segala apa yang menyerupai kata-kata (kalam) mapusia. Begitu juga Ilmu-Nya A], - lah dengan ilmu manusia, dan kudrat Allah dengan kudrat manusia. Manusia dewasa ini telah mendapat pengetahuan yang memungkinkan orang berbicara kepada siapa saja yang dikehendakinya dengan caia yang cepat sekali. Ia berbicara dengan orang lain yang jauh dari padanya beribu-ribu mil tanpa suara (morse), yang dikenal dengan Teiegrafi, atau Radio Telegrafi. Pembicaraan seperti itu dinamakan juga dengan ’’kalam”. Inilah contoh yang paling jelas sebagai perbandingan bagi wahyu, dan bersih sucinya Kalam Allah dari menyeiupai kalam (pexkataan) makhluk. Kami telah membuang dalam pembahasan ini lebih-kurang satu halaman Risalah, yang mem- bicarakan masalah khilaflah tentang kejadian Al-Qur-an (apakah ia makhluk atau tidak), karena mengindahkan perintah pengarang sendiri yang mengatakan antara lain : Dalam cetakan yang kedua hendaklah dibuang pembicaraan tentang masalah kejadian Al-Qur-an. Beliau sendiri menjelaskan sebabnya kepada kami di waktu memberikan kuliah. Beliau mengatakan, bahwa masalah ini tidak layak dimuat dalam Risalah, karena tidak sesuai dengan pendirian kaum Salaf. Masalah ini termasuk soal bid’ah dan tidak ada minat membicarakannya dalam mazhab mereka. Yang memperingatkan beliau (pengarang) dalam hal ini adalah Syekh Muhammad Mahmud As-Syanqithy, semoga Tuhan memberi rahmat kepada keduanya. Beliau mengingatkan hal ini dalam kuliah, sedang kami menyambutnya dengan baik dalam majalah Al-Manar nomor 25, tahun pertama, dalam suatu artikel yang berjudul : ”Budi ’Ulama (Sajaya al—’Ulama’).

71

Page 70: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

sebuah hadits, yang andaikata Hadits itu tidak sahih, maka Kitab Allah (Al-Qur-an) dengan jelas menguatkan pengertian hadits itu. Yaitu sabda Nabi yang berbunyi :

’’Berpikirlah kamu tentang makhluk Allah dan jangan kamu berpikir tentang Zat-Nya, niscaya kamu celaka”. ^

Apabila kita menilai akal manusia menurut penilaian yang semestinya, niscaya kita melihat, bahwa setinggi-tinggi kekuatan (kapasitas)-nya, hanyalah sehingga mengetahui keadaan sebahagian (fragment) alam raya ini, yang dicapai oleh panca indera manusia, baik oleh perasaan maupun oleh kekuatan batinnya ataupun oleh kekuatan pikirannya. Dari situ ia melangkah untuk mengetahui sumber-sumber pokok kejadian alam dan mendapatkan macam-macam wama-waminya yang umum guna mengetahui tentang kaidah-kaidah yang ada pada sesuatu benda alam itu.

Adapun untuk sampai kepada mengetahui hakikat benda alam yang sejati, tidak akan sampai kekuatan akal manusia. Karena untuk mengetahui hakikat sesuatu zat yang tersusun dari beberapa bahagian harus lebih dahulu mengetahui bahagian- bahagiannya, sampai kepada butir-butir sel kejadian yang se- halus-halusnya yang tidak terhitung banyaknya. Dan untuk itu pasti tidak ada jalan yang mungkin, karena puncak maksimum yang mungkin untuk diketahui, ialah sifat-sifat dan bekas- bekas sesuatu benda itu.

Ambillah sebagai contoh, sesuatu yang paling nyata dan paling terang, seperti ’’cahaya”. Para ahli telah menetapkan, bahwa cahayaitu mempunyai hukum-hukum yang banyak segi- seginya, yang mereka jelaskan dalam suatu ilmu yang khusus mengenai itu. Tetapi tak ada satupun para ahli yang dapat memahami apakah sebenamya yang dikatakan cahaya itu. Dan tidak pula ada yang tahu makna cahaya itu sendiri. Hanya yang dapat diketahui, ialah apa yang biasa dikenal oleh tiap- tiap orang yang mempunyai dua mata. Begitulah dapat di- kiaskan seterusnya.

Kemudian, sesungguhnya Allah tidak menjadikan manusia mempunyai hajat yang mendorongnya untuk mengetahui tentang hakikat sesuatu dari benda-benda alam semesta ini. Tetapi, mempunyai hajat untuk mengetahui sifat-sifat dan khasiat- khasiatnya benda-benda itu. Kelezatan (kepuasan) akal manusia

72

Page 71: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Di antara sifat sam’iyah yang wajib tetap bagi Allah menurut yang diterangkan oleh Nabi, ialah sifat ’’Bashar” (Melihat). Yakni, dengan sifat itu tersingkaplah segala apa yang akan dilihat. Dan sifat ’’Sama” (Mendengar), yang dengan dia tersingkaplah apa-apa yang akan didengar atau kedengaran, dan Ia Maha Mendengar dan Maha Melihat. Tetapi kita wajib meng- i’tikadkan (meyakini), bahwa tersingkapnya itu tanpa memakai alat, tidak mempergunakan anggota badan (panca indera), dan tidak karena ketajaman pendengaran dan pandangan sebagaimana yang biasa dikenal di kalangan kita ummat manusia. Pembicaraan tentang Sifat-sifat secara Ringkas.

Saya mulai membicarakan apa yang saya maksud, dengan mengutip sebuah hadits, yang andaikata Hadits itu tidak sahih, maka Kitab Allah (Al-Qur-an) dengan jelas menguatkan pengertian hadits itu. Yaitu sabda Nabi yang berbunyi:

Berpikirlah kamu tentang makhluk Allah dan jangan kamu berpikir tentang Zat-Nya, niscaya kamu celaka”. ^

1) Hadits ini telah disepakati lafazh dan maknanya. Berkata Hafizh ’Iraqi dalam Takhrij, bahwa hadits ini diiiwayatkan oleh Abu Nu’aim dengan maifu’, dengan memakai sanad yang dla’if (lemah). Dan Asfahani meriwayatkannya dalam kitab Targhieb wat Tarhieb dengan jalan yang lebih shahih. Tabrarti meriwayatkannya dalam kitab Al-Ausath dan Baihaqi dalam Sya’bi dengan sanad haditsnya Ibnu Umar. Beliau mengatakan, bahwa terhadap sanadnya harus ada peninjauan. Saya mengatakan, bahwa dalam sanadnya terdapat Waziqh bin Nafi’ yang haius di- tinggalkan. Zabidi menambahkan dalam syarahnya : ’’Saya berkata, bahwa hadits Ibnu Umar itu lafazhnya berbunyi: ’’Tafakkaru fi Alaaillah wa la tafakkaru fillah” (Berpikirlah tentang pemberian-pembeiian Allah dan jangan kamu ber- pikir tentang Zat Allah). Beginilah bunyi riwayat Ibnu Abi Dunya dalam kitab Tafakkur, dan Abu Syekh dalam ’Uzmah, Tabrani dalam Ausath, Ibnu 'Adi dan Ibnu Mardawiyah serta Baihaqi. Tetapi beliau memandangnya lemah; Ashfahani dan Ibnu Mansur dalam "Al-Ibanah” mengatakan riwayat hadits itu seorang saja (gharib). Abu Syekh meriwayatkannya dari Hadits Ibnu Abbas dengan. bunyi: ’’Berpikirlah kamu tentang makhluk dan jangan berpikir tentang Khalik karena kamu tidak sanggup mengira-ngiiakan kadamya”. Ibnu Najjar dan Rafi’i meriwayatkannya dari hadits Abu Hurairah dengan bunyi: ’’Berpikirlah kamu tentang makhluk Allah dan jangan berpikir tentang Allah”. Banyaknya riwayat itu akan menambah kekuatan dan makna yang benar dari hadits itu, sebagaimana yang dikatakan oleh Hafizh As-Sakhawi dalam kitabnya yang bemama ,rAl Maqasid”.

Apabila kita menilai akal manusia menurut penilaian yang semestinya, niscaya kita melihat, bahwa setinggi-tinggi kekuatan (kapasitas)-nya, hanyalah sehingga mengetahui keadaan sebaha- gian (fragment) alam raya ini, yang dicapai oleh panca indera manusia, baik oleh perasaan maupun oleh kekuatan batinnya ataupun oleh kekuatan pikirannya. Dari situ ia melangkah untuk mengetahui sumber-sumber pokok kejadian alam dan mendapatkan macam-macam wama-waminya yang umum guna mengetahui tentang kaidah-kaidah yang ada pada sesuatu benda alam itu.

79

Page 72: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Adapun untuk sampai kepada mengetahui hakikat benda alam yang sejati, tidak akan sampai kekuatan akal manusia. Karena untuk mengetahui hakikat sesuatu zat yang tersusun dari beberapa bahagian harus lebih dahulu mengetahui bahagian- bahagiannya, sampai kepada butir-butir sel kejadian yang se- halus-halusnya yang tidak terhitung banyaknya. Dan untuk itu pasti tidak ada jalan yang mungkin, karena puncak maksimum yang mungkin untuk diketahui, ialah sifat-sifat dan bekas- bekas sesuatu benda itu.

Ambillah sebagai contoh, sesuatu yang paling nyata dan paling terang, seperti ’’cahaya”. Para ahli telah menetapkan, bahwa cahaya itu mempunyai hukum-hukum yang banyak segi- seginya, yang mereka jelaskan dalam suatu ilmu yang khusus mengenai itu. Tetapi tak ada satupun para ahli yang dapat memahami apakah sebenarnya yang dikatakan cahaya itu. Dan tidak pula ada yang tahu makna cahaya itu sendiri. Hanya yang dapat diketahui, ialah apa yang biasa dikenal oleh tiap- tiap orang yang mempunyai dua mata. Begitulah dapat di- kiaskan seterusnya.

Kemudian, sesungguhnya Allah tidak menjadikan manusia mempunyai hajat yang mendorongnya untuk mengetahui tentang hakikat sesuatu dari benda-benda alam semesta ini. Tetapi, mempunyai hajat untuk mengetahui sifat-sifat dan khasiat- khasiatnya benda-benda itu. Kelezatan (kepuasan) akal manusia itu kalau selamat, tidak tergelincir — terletak dalam berhasil- nya menetapkan kaidah-kaidah yang menjadi dasar bagi benda itu. Karena itu, kesibukan untuk mencari hakikat sejati dari sesuatu benda, hanya akan membuang-buang waktu dan me- meras keringat, untuk sesuatu yang tidak pada tempatnya.

Manusia sibuk untuk mencari pengertian (ilmu) tentang sesuatu yang paling dekat kepadanya, yaitu ’’diri” (roh)-nya sendiri. Ia ingin sekali mengetahui sebahagian dari sifat-sifat (’awaridlnya), apakah ia ’aradl (keadaan, accidental) ataukah ia jauhar (zat yang paling halus) ? Apakah roh itu teijadi se- belum adanya badan (jisim) atau sesudahnya ? Apakah ia di dalam badan itu atau di luamya ? Segala sifat-sifat yang di- tanyakan ini tidak sampai akal untuk memberikan keputusan- nya yang disepakati. Tetapi puncak penyelidikannya cuma dapat mengatakan, bahwa ia (roh) itu suatu yang memang ada, yang hidup mempunyai ingatan dan kemauan. Segala yang meliputi roh, yang berupa hakikatnya yang sejati, kembali kepada sifat-sifat yang ada pada roh itu sendiri. Adapun hakikatnya benar dan bahkan bagaimana

80

Page 73: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

caranya roh itu ber- sifat dengan sebahagian sifat-sifat itu, semuanya itu adalah suatu hal yang tidak dikenal sama sekali. Rupanya tidak ada jalan bagi ilmu untuk mengetahuinya.

Beginilah lemahnya akal manusia, terhadap perbuatan- perbuatan yang timbul dari padanya sendiri, seperti ’’berpikir” • dan perhubungannya dengan ’’gerak-gerik” dan ’’bicara!’ Maka bagaimanakah lagi keadaannya bila dibandingkan kepada wujud Yang Maha Tinggi itu ? Alangkah kagumnya ia, bahkan akal itu akan gagal, patah apabila ia mencobakan pikirannya kepada zat yang wujudnya tidak berkesudahan dan tidak -pula ber- permulaan, Yang Azali lagi Abadi ! -

Berpikir tentang makhluk pasti membawa manfa at duniawi, memberikan cahaya bagi jiwa untuk mengetahui Zat yang menjadikan bekas-bekas (makhluk) itu. Dengan itu menjadi terang- lah cahaya Tuhan kelihatan, dan bersinarlah jiwa untuk mengetahui sifat-sifat-Nya yang sempuma, yang tanpa sifat-sifat-, Nya itu tentu tidak bisa lahir dari pada-Nya bekas-bekas wujud yang nyata ini yang kelihatan tersusun dengan rapi. Timbulnya pertentangan pikiran tentang alam Ilahi ini adalah merupakan pertarungan hak dengan yang batil. Dan pastilah kemenangan berada di pihak yang hak (benar) dan ia akan menang atas yang batil, dengan adanya keijasama pikiran-pikiran yang benar, yang memang kuat dan harus menang terhadap yang lemah.

Adapun berpikir tentang Zat Yang Menjadikan (Khalik), maka itu berarti. menjadi hakikat Zat Yang Menjadikan itu dari satu segi. Hal itu terlarang bagi akal manusia, yakni karena tidak kena mengenanya (tidak seimbang) antara dua wujud itu (wujud Khalik dan wujud akal) dan karena mustahilnya zat Khalik itu tersusun dari bahagian-bahagian. Dari segi lain, juga berarti menghabiskan umur untuk menyelami sesuatu yang tidak sampai kekuatan manusia kepadanya. Maka hal itu per- cuma sama sekali, bahkan membawa celaka. Percum^ karena berusaha untuk apa yang tidak akan bisa didapat, dan celaka karena ia akan membawa kepada kerusakan kepercayaan (i’tikad). Sebab ia memberikan ketentuan kepada sesuatu (Zat Tuhan) yang tidak diperbolehkan memberikan ketentuannya, dan mem-berikan kesimpulan kepada sesuatu yang tidak diperkenankan berbuat demikian terhadap diri-Nya.

Tidak ragu lagi, bahwa hadits tersebut di atas dan ke- terangan-keterangan yang telah kami berikan mengenai Zat, demikian pula tentang sifat-sifat Zat itu, di samping adanya larangan, memang mustahil untuk dapat mengetahui hakikat Zat itu. Cukuplah bila kita mengetahui, bahwa

81

Page 74: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Zat Allah itu ada dan bersifat dengan segala sifat-sifat yang sempuma. Adapun yang di balik itu terserahlah kepada pengetahuan-Nya sendiri, karena tidaklah mungkin akal kita untuk dapat mencapainya. Sebab terhadap hal ini tidak diterangkan oleh kitab suci Al- Qur an dan kitab-kitab suci sebelumnya, kecuali hanya ajakan supaya men,umpahkan akal pikiran kepada alam yang dicipta- kan-Nya. Agar dengan itu akal dapat menembus dan meyakinkan wujud penciptanya dan sifat-sifat-Nya yang sempuma. Tentang bagaimana caranya sifat-sifat yang sempuma itu bersifat kepada Zat Pencipta itu, maka hal itu tidaklah dalam bidang (kompetensi) kesanggupan kita untuk membahasnya.

Yang wajib kita imani (percayai) ialah, bahwa Zat itu maujud (ada) dan tidak menyerupai apa yang ada dalam alam semesta ini. Ia Azali, Abadi, Hidup, Mengetahui, Berkemauan (Berkehendak), Kuasa, Sendiri (tunggal) dalam segala hal, baik dalam kesempumaan sifat-sifatNya dan dalam menciptakan segala makhlukNya. Dia berkata-kata (berfirman), mendengar, dan sifat-sifat lain seperti yang diterangkan oleh Syara’.

Apakah sifat-sifat itu merupakan tambahan kepada Zat (Substansi) ? Apakah Kalam merupakan sifat yang lain dari apa yang diterangkan dalam Kitab Suci ? Apakah sifat Mendengar dan Mengetahui, lain dari segala yang dapat mendengar dan melihat ? Dan lain-lain masalah seperti itu yang telah merupakah perkara- perkara yang diperselisihkan oleh akal dan yang telah menyebabkan pertengkaran dalam beberapa mazhab, maka itu semua adalah suatu perkara yang tidak perlu terlalu didalami untuk dipertengkarkan. Karena tidak mungkin akal manusia sampai kepadanya dan tidak cukup kata-kata yang dapat mencakup untuk menerangkannya, sehingga dikhawatiri akan merupakan penipuan terhadap agama. Karena, tak ada bahasa yang dapat mencakup ketentuan hakikat Zat yang Wajib Ada itu. Andaikata dicobakan juga, maka pemakai- an bahasa itu tidak bisa teijamin untuk menerangkan wujud Zat itu yang hakiki. Tetapi yang demikian itu dilakukan juga oleh mazhab-mazhab filsafat, yang andaikata segolongan diantara mereka tidak tersesat, maka golongan yang lain pun tidak dapat petunjuk yang memuaskan ; baiklah mereka berhenti membicara- kannya ! Karena itu tidak ada jalan lain bagi kita, kecuali berhenti pada titik puncak dari kesanggupan akal kita. Kita berdo’a kepada Tuhan semoga Ia memberi keampunan bagi orang-orang yang percaya (iman) kepadaNya dan kepada para RasulNya, yakni, ampunan kepada orang-orang yang telah mendahului kita, yang selama wi suka berlarut-larut mendalami tentang

82

Page 75: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

.hakikat Zat Allah itu.PERBUATAN - PERBUATAN ALLAH

Segala perbuatan Allah, terbit dari Ilmu dan Iradat-Nya. ) Tiap-tiap sesuatu yang terbit dari Ilmu dan Iradat, berpangkal pula

kepada Ikhtiar (Kebebasan). Tiap-tiap yang terbit dari Ihktiar, tidak satupun yang wajib dilakukan oleh yang mempunyai Ikhtiar, Oleh karena itu, tidak ada satupun diantara perbuatan- perbuatanNya, yang wajib dilakukan oleh ZatNya. Maka segala perbuatan Allah, seperti mencipta, memberi rezeki, menyuruh dan mencegah, mengazab clan memberi nikmat, adalah merupakan suatu yang tetap bagi Allah dengan* kemungkinan yang khusus. Tidak dapat dibayangkan oleh akal, bahwa karena ilmu dan ke- mauanNya Allah berbuat sesuatu dengan perbuatan-perbuatanNya „wajib” dilakukan oleh ZatNya, seperti halnya sesuatu barang yang terpaksa karena keperluannya. Atau menggambarkan, bahwa Allah itu wajib bersifat dengan sifat sesuatu yang menyerupainya. Demikian itu jelas suatu hal yang paradox, yang mustahil teijadi seperti telah diisyaratkan diatas tadi.

Ada suatu persoalan yang masih tinggal dan memerlukan peninjauan, ialah suatu pembicaraan yang timbul karena kebodoh- an dan telah dihebohkan oleh suatu kaum diantara sesama mereka, yang menyebabkan mereka melalui jalan yang bersimpang siur menuju satu tujuan yang sama. Kemudian mereka bertemu di- tengah- malam buta. Masing-masing golongan berteriak kepada yang lain hendak menanyakan suatu berita, sehingga mereka menyangka, bahwa yang berteriak itu adalah musuhnya sendiri yang bermaksud hendak merampok barang perbekalannya. Hal itu telah menyebabkan timbulnya perkelahian dan pembunuhan- pembunuhan diantara mereka, sehingga banyak diantara mereka

yang gugur. Akhimya mereka tidak dapat mencapai maksud dari peijalanan semula. Tatkala hari telah pagi dan banyak muka yang kenal-mengenal, timbullah kembali kesadaran pada sisa-sisa ke- lompok yang masih tinggal. Andaikata mereka berkenalan lebih dahulu satu sama lain sebelum teijadi peristiwa berdarah yang terburu nafsu itu, tentu mereka dapat bekeija samaseluTuh- nya untuk mencapai cita-cita mereka semula dan mendapatkan tujuan mereka bersama-sama secara persaudaraan.

Kami maksudkan dengan pembicaraan yang bodoh itu, ialah persoalan : Wajibkah bagi Allah menjaga maslahat dalam segala perbuatan-perbuatan-Nya serta menunjukkan bukti ancaman Nya

83

Page 76: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

kepada hamba-hamba-Nya yang melanggar batas-Nya ? Begitu juga persoalan-persoalan yang menempatkan perbuatan-perbuatan- Allah itu dibawah suatu illat (kausal) dan tujuan-tujuan. Persoalan- persoalan ini telah menyebabkan suatu golongan berlebih-lebih- an dalam mempositifkannya demikian rupa, sehingga orang yang memperhatikan pendirian mereka menganggap bahwa Tuhan telah merupakan seorang yang telah diberi beban diantara orang-orang yang mukallaf, yang diwajibkan kepada-Nya agar sungguh-sungguh menunaikan kewajiban-kewajiban-Nya. Maha Tinggi Allah dari hal yang seperti itu, Tinggi lagi Agung ! Golongan lain yang menentang, sangat keterlaluan pula dalam meniadakan ta’lil (kausal) dari segala perbuatan Tuhan. Sehingga tergambarlah bagi orang yang menumpahkan minatnya terhadap kata-kata yang mereka keluar- kan, bahwa mereka tidak redla kepada Allah, karena Tuhan mau mengubah-ubah pendirian-Nya, putusan-Nya hari ini bisa merubah putusan yang kemaren, besuk ia berbuat lain dari apa yang di- beritahukan-Nya hari ini, atau Tuhan lalai, tidak ingat akan konsekwensi dari perbuatan-Nya. Maha suci Tuhan, dari pada yang mereka sifatkan. Ia lebih bijaksana dari segala yang bijaksana. Yang paling benar ucapan-Nya. Kejayaan Allah dan kesucian agama-Nya lebih Agung dan lebih tinggi dari semua ini.

Namun demikian, semua telah sepakat atas keterangan yang mengatakan, bahwa perbuatan-perbuatan Allah s.w.t. tidak lepas dari hikmatnya. Baik pihak yang keterlaluan, maupun pihak

yang sederhana sekali, terang-terangan mengatakan, bahwa Allah, bersih dari kesia-siaan dalam segala perbuatan-Nya, dan bersih dari dusta dalam perkataan-perkataan-Nya. Tetapi setelah itu mereka tuduh menuduh pula dan bersengketa dalam berbagai persoalan. Tidak tahu kemana tujuan persengketaan itu. Maka baiklah kita ambil apa-apa yang telah mereka sepakati itu dan kita pulangkan saja apa yang mereka pertengkarkan itu kepada satu hakikatnya yang pokok.

Hikmat tiap-tiap perbuatan itu terletak dalam apa yang ditimbulkannya, yang dapat menjaga ketertiban ataupun menolak kerusakan baik khusus ataupun umum, yang andaikata dibukakan kepada akal dari segi apa saja ia berfikir dan memberikan hukum, ia akan mengakui, bahwa perbuatan itu tidak percuma dan tidak main-

84

Page 77: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

main saja. Siapa yang mendakwakan ada arti hikmat lain dari pengertian ini, maka kami serahkan ia untuk minta pertim- bangan hukum kepada arti bahasa dan keterangan akalnya sendiri. Tidak dapat dinamakan apa yang dilahirkan oleh perbuatan itu, itulah yang dimaksud oleh yang melakukan perbuatan orang memperbuatnya. Kalau tidak demikian, niscaya orang yang sedang tidurpun dapat dikatakan bijaksana dalam segala gerak yang dilakukannya diwaktu tidumya, apakah ia membunuh kalajengking yang hampir menyengat anak kecil, ataupun membela anak kecil yang hampir masuk lobang, bahkan banyak binatang- binatang yang dapat dikatakan bijaksana, apabila gerak-geriknya menimbulkan sebagian manfa’at yang khusus ataupun umum. tetapi kenyataan tidak dapat membenarkan hal itu. (Sebab, hikmat kebijaksanaan itu harus lahir dari kemauan yang sadar dari yang melakukannya, Pen.)

Diantara kaidah-kaidah yang benar, yang dapat diterima oleh semua orang yang berakal, ialah : ’’Bahwa segala perbuatan orang yang berakal tidak ada yang percuma!’ Yang mereka maksudkan dengan ’’orang yang berakal”, ialah orang yang mengetahui segala perbuatannya, terbit dari kesadaran dan ke- mauannya sendiri. Yang mereka maksudkan dengan ’’tidak ada yang percuma,” ialah bahwa perbuatan-perbuatan itu tidak akan

lahir kecuali karena ada tujuannya. Dan sekiranya hal ini bisa terjadi pada diri orang yang berakal, padahal ia adalah makhluk yang baharu (adanya karena diadakan), maka bagaimana pendapat Anda pada diri Zat yang menciptakan segala akal ? Yang paling sempuma Ilmu dan Hikmat kebijaksanaanNya ? Ini semua dapat diterima dan tidak seorangpun yang akan mem- bantah.

Ciptaan Allah, Yang memberikan hikmat kepada segala sesuatu i) dan menciptakan makhluk-Nya dengan sebaik-baik- nya , adalah penuh dengan bermacam-macam hikmat. Da- lam hikmat-Nya itu terletak dasar kejadian langit dan bumi dan apa-apa yang terdapat antara keduanya. Dengan dia terpelihaia susunan alam dan rahasianya, dan Dia menjagariya dari kebinasaan dan dari keruntuhan. Di dalam hikmat-Nya itu terletak kemas- lahatan segala yang maujud ini menurut batas-batas yang ditentukan. Terutama wujud hayati, seperti tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang. yang kalau tidaklah

85

Page 78: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

memperhatikan hikmat- hikmat yang indah mengagumkan ini, tidaklah mudah bagi kami untuk membuktikan Ilmu Allah itu.

Hikmat kebijaksanaan inilah yang kita kenal sekarang dengan sebutan meletakkan segala sesuatu pada tempatnya masing- masing dan memberikan kepada tiap-tiap yang berkehendak akan apa yang dikehendakinya, adakalanya ilmunya itu disertai dengan kemauan berbuat, atau tidak. Yang terakhir ini tidak mungkin terjadi, karena tidak ada artinya ilmu itu dengan tidak ada kemauan. Atau tentu dapat dikatakan Tuhan itu lalai sekiranya perbuatan-perbuatan-Nya itu dilakukan tanpa kemauan (Iradat). Padahal telah dijelaskan sebelumnya, bahwa flmu Allah meliputi segala sesuatu, dan mustahil bekas-bekas perbuatan-Nya itu lepas dari kemauan-Nya. Maka dialah yang menghendaki berbuat dan

1) . Petikan dari Surat An-Naml 27 : 2 8 2) . Petikan dari Surat Alif-lara-mim Sajadah 32 : 7.

86

Page 79: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

menghendaki hikmat yang lahii dari perbuatan itu. Tidaklah ada lain makna, kecuali memang. telah menjadi kehendak Tuhan menyertai hikmat dengan perbuatan-Nya; dan termasuk hal yang mustahil, bahwa hikmat itu tidak dikehendaki oleh perbuatan- Nya. Karena itu wajiblah mengiktikadkan, bahwa perbuatan perbuatan Tuhan itu mustahil sunyi dari hikmat, dan bahwa hikmat itu mustahil tidak dikehendaki oleh perbuatan Tuhan. Karena kalau dapat diterima, bahwa hikmat itu tidak dikehendaki oleh perbuatan, akan menjadi keraguan lagi, bahwa apa-apa yang lahir dari perbuatan itu tidak dikehendaki, tidak dipandang sebagai hikmat, sebagaimana yang telah ditetapkan tadi.

Maka ketentuan wajibnya hikmat dalam segala perbuatan Allah, mengikuti pula akan wajib sempumanya Ilmu dan Iradat- Nya; hal itu tidak menjadi buah perselisihan diantara segala pihak yang suka bertengkar. Begitu juga dikatakan tentang wajib membuktikan ancaman dan pahala sebagai dijanjikan, maka itu juga mengikuti akan kesempurnaan Ilmu dan Iradat-Nya, dan memang ia adalah yang maha benar.

Apa-apa yang tersebut dalam Kitab dan Sunnah yang kiranya dapat meragukan, wajib mengembalikannya kepada ayat-ayat (atsar-atsar) yang lain, sehingga semuanya menjadi sesuai dengan kenyataan, sebagaimana yang kami maksudkan dalam keterangan yang lalu, sesuai pula dengan kesempurnaan Allah dan ketinggian hikmat-Nya serta kemuliaan-Nya. Dan yang menjadi sumber pokok, kemana harus dikembalikan segala persoalan yang timbul dalam bab ini, adalah firman Allah Ta’ala yang tersebut dibawah ini :

„Dan tidak Kami (Allah) jadikan langit dan bumi dan apa-apa yang terdapat diantara keduanya dengan percuma’.’

(Q.S. Anbiya, 21 : 16).

87

Page 80: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

88

Page 81: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

„Jikalau Kami main-main belaka sesungguhnya Kami ambil permainan itu untuk Kami sendiri, sekiranya Kami memang berbuat demikian’’

(Q.S. Anbiya, 21 : 17).

' ( u>ui>>0 „Tetapi Kami (Allah) lepaskan kebenaran itu kepada yang bathil, maka dikalahkannya yang bathil dan yang bathil itu harus lenyap, dan ganjaranmu adalah api neraka karena kata-kata yang kamu ucapkan mengenai Tuhan’.’ (Q.S. Anbiya, 21 : 18).

Firman-Nya yang berbunyi ’’sesungguhnya Kami ambil per- tnainan itu untuk Kami”, yakni berarti : sesungguhnya hal yang demikian itu terbitnya dari pihak Zat Kami sendiri yang sempurna mutlak (Absolut Substansi) yang tidak sedikitpun cacat-celanya; dan hal itu mustahiL Dan arti ’’sekiranya” yang terdapat dalam firman-Nya ’’sekiranya Kami berbuat demikian”, adalah berarti na-fi (menidakkan) dan ia merupakan natijah (konklusi) bagi kias yang terdahulu.

Tinggal lagi sekarang yang harus disesalkan ialah, bahwa para peminat tentang hakikat-hakikat ini telah terpecah menjadi dua golongan. Sebagian mereka terdapat orang-orang yang mencari pengetahuan ketuhanan karena pengetahuan itu merupakan keinginan dan kelezatannya. Dan golongan ini memberikan beberapa arti tertentu kepada nama-nama Tuhan, tanpa mengindahkan boleh atau tidaknya hal itu dipakaikan kepada Tuhan menurut syara’ (agama). Mereka menamakan ”hikmat” tadi dengan "tujuan" dan’’sengaja”, "tujuan terakhir’’ dan “menjaga kemaslahatan”. Tidak terfikir olehnya diwaktu menggariskan penanya apakah pemakaian itu telah sah atau tidak asal artinya telah betul. Merekamenggantiistilah ”Al-Wajib lahu” (wajib bagi Allah) dengan “Al-Wajib ’alaihi” (wajib atas Tuhan) tanpa mempedulikan pemakaian lafazh-lafazh yang meragukan.

Golongan lain mencari pengetahuan tentang ketuhanan ini serta merasakan, bahwa hal itu adalah agama dimana harus merupakan tempat berbakti dan juga merupakan kepercayaan kepada Allah yang Besar,

89

Page 82: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

yang harus disembah dengan tahmid dan ta’zhiem (puji dan sanjung). Oleh karena itu wajib berusaha keras untuk membersihkan Tuhan dari segala kekurangan pada diri-Nya, sekalipun dengan cara memelihara lisan dari bercakap- cakap membicarakan persoalan seperti di atas tadi. Ia berlepas diri dari mempergunakan lafazh-lafazh yang meragukan itu, baik yang “mufrad” maupun "murakkab” nya. Karena istilah ”wa - jib atas-Nya” (wajib ’alaihi) bisa meragukan kepada taklif (menga- dakan paksaan kepada Tuhan) dan menentukan sesuatu kernes - tian yang menjadi beban atas-Nya. Dengan kata lain, bahwa Allah itu terpaksa dan terpengaruh oleh sesuatu yang lain dari diri-Nya sendiri. Dan istilah kalimat ’’ri’ayatul mashlahat”(men- jaga kemaslahatan), dapat membawa pengertian ’’mempergunakan otak dan fikiran”, kedua-dua istilah itu, pasti menurijukkan kekurangan dalam ilmu pengetahuan. Dan mengenai ’’tujuan dan tujuan terakhir, sertasengaja ” (ghayah, ’illatul-ghayah wal ghardl), dapat membawa pengertian kepada adanya gerak padajiwa (roh't seseorang yang melakukan perbuatan sebelum mulai perbuatan itu sampai selesainya- Ini juga menunjukkan kekurangan dalam ilmu pengetahuan.

Tetapi Allah Maha Besar ! Apakah. kebebasan dalam ilmu pengetahuan untuk memakaikan istilah-istilah sendiri-sendiri, ataupun menutup mulut untuk tidak mau bicara sama sekali, boleh dijadikan alasan untuk mengobarkan perpecahan di kalangan orang-orang beriman, dan menjadikannva gelanggang perteng- karan, sehingga perpecahan itu membawa mereka ke dalam suatu posisi yang buruk sekali ?

PERBUATAN-PERBUATAN MANUSIA

Orang yang mempunyai akal dan perasaan (pancaindera) yang sehat, mengakui dengan menyaksikan, bahwa dirinya sendiri adalah maujud (ada). Untuk itu orang tidak memerlukan dalil buat membenarkannya dan tidak berkehendak kepada seorang guru untuk mengajarkannya. Demikian pulalah ia menyaksikan, bahwa ia mempunyai kemauan untuk melakukan perbuatan-perbuatan dengan ikhtiar, yang ditimbangnya dengan akal dan ditentukannya dengan iradat (kehendak)nya sendiri. Kemudian barulah perbuatan itu dilaksanakannya dengan se- penuh kodrat yang ada dalam dirinya.

90

Page 83: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Siapa yang berani meng- ingkari ketentuan seperti itu, dianggap sama dengan mengingkari wujud dirinya sendiri, karena ketentuan itu merupakan kehyataan yang logis dan dibenarkan oleh akal.

Tiap-tiap manusia mengakui hal yang demikian ada pada dirinya sendiri, dan pada orang lain yang sehat akal dan pan- cainderanya. Begitulah, kadang-kadang manusia bermaksud baik atau berikhtiar untuk menyenangkan hati kawan, tetapi sebaliknya yang datang, kawan itu marah kepadanya. Ia mem- banting tulang mencari rezeki, tetapi yang dicari itu luput juga. Kadang-kadang orang mencari kebahagiaan, tetapi men- dapatkan sebaliknya; ia jatuh ke dalam lembah kesengsaraan. Nasib yang demikian itu menyebabkan ia menyesali dirinya sendiri, kenapa ia tidak berhati-hati dalam menjalankan per- buatannya. Hal itu dipandangnya sebagai pengalaman, .yang akan menjadi guru baginya buat masa yang akan datang. Kemudian ia bekerja lagi dengan sistim yang lebih benar dan langkah-langkah yang lebih teratur.

Akan tetapi bila nasib buruk yang menimpa dirinya itu disebabkan oleh perbuatan orang lain, ia melepaskan marahnya kepada orang itu sebagai tantangan. Tempo-tempo nasib itu datang dari kekuasaan yang lebih tinggi dari dirinya sendiri, bukan karena kelalaiannya dan bukan pula karena perbuatan orang lain, maka hal itu termasuk kepada takdir yang tak dapat dielakkannya dalam perbuatannya itu; seperti: angin ken- cang datang berhembus melanggar perahunya sehingga teng- gelam bersama barang dagangannya, atau petir menyambar, sehingga mati terbakar binatang-binatang ternaknya; atau ia meilggantungkan harapannya kepada seorang yang suka me- nolong, maka orang itupun meninggal dunia; atau kepada- seorang yang mempunyai kedudukan penting, tetapi kemudian orang itupun dipecat dari jabatannya. Hal ini menyebabkan ia insaf, bahwa dalam alam ini ada suatu kekuatan yang

91

Page 84: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

lebih tinggi untuk dapat dicapai oleh kodrat dirinya, dan ada pula zat yang maha mengatur-mengendalikan yang tidak bisa di- jangkau oleh kekuatannya. Maka andaikata ia telah mendapat petuiyuk dan dipimpin oleh dalil yang benar, untuk mengakui, bahwa segala peristiwa-peristiwa alam dengan xahasia-rahasia- nya, semua bersandar kepada zat yang wajib wujud, yang mengendalikan semua itu sesuai dengan Ilmu dan KemauanNya -, niscaya khusyu’ dan tunduklah hatinya, kemudian mengem- balikari segala kejadian-kejadian yang menimpa dirinya itu kepada ’’takdir” yang tidak bisa ditolak. Namun demikian, ia tidak akan bersikap fatalistis buat selanjutnya.

Orang yang beriman, menyaksikan dengan dalil dan bukti yang nyata, bahwa ’’kodrat” pencipta alam semesta ini lebih tinggi dari kodrat yang ada pada segala makhluk —, tentu ia menyaksikan pula dengan terang, bahwa ia dalam segala aneka- warna perbuatannya yang ikhtiari (bebas), baik perbuatan akal maupun jasmani adalah tegak untuk mempergunakan semua pengetahuan dan kekuatan yang diberikan Allah kepadanya menurut ketentuan yang semestinya.- Kaum ’Ulama telah memberikan definisi tentang arti ’’syukur nikmat” ialah; ”Mem- y pergunakan (memanfaatkan) segala kurnia Tuhan sesuai dengan maksud nikmat itu dijadikan oleh Tuhan!’

Di atas ketentuan ’’Takdir” dan ’'Ikhtiar’’ inilah berjalan- nya syari’at (agama) dan di atas ketentuan itu pulalah berdiri- nya taklif-taklif (perintah-perintah) Tuhan. Siapa yang berani mengingkari salah satu di antaranya, nyatalah ia memungkiri sumber iman pada dirinya sendiri, yakni akalnya; akal yang telah mendapat kehormatan dari Allah untuk dapat memikirkan perintah-perintah dan larangan-laranganNya.

Adapun pembahasan dibalik itu, yakni bagaimana menye- suaikan dalil-dalil tentang kekuasaan Ilmu Allah dan Kemauan (Iradat)-Nya dengan kenyataan-kenyataan adanya kebebasan ikhtiar manusia dalam memilih perbuatan-perbuatan yang ada hak ikhtiar di dalamnya, maka itu berarti mencari rahasia ka- dar Ilahi yang kita dilarang untuk menggalinya lebih dalam serta menghabiskan energi kepada apa yang tidak bisa dicapai oleh akal. Memang kaum yang terlalu fanatik dari segala Agama, terutama kaum Masehi dan Muslimin, telah menjerumuskan diri untuk mendalam-daiami masalah Takdir dan Kebebasan Manusia itu. Tetapi setelah lama bertengkar menghabiskan energi dan waktu> temyata mereka tidak maju-majunya, ter- paksa berhenti pada titik tolak yang pertama juga.

Akhirnya perbuatan mereka itu tidak lain dari perpecahan dan percekcokan. Di antara mereka ada yang mengatakan, bahwa manusia itu berkuasa menentukan segala macam per- buatannya dan ia mempunyai

92

Page 85: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

kebebasan yang mutlak sekali. Pendapat semacam ini, yakni pendapat kaum Qadariah, nyata suatu penipuan. Ada pula yang mengatakan, bahwa manusia itu dipaksakan sama sekali, dan tak ada kebebasan untuk menentukan perbuatannya, yakni pendapat kaum Jabariah. Terhadap pendapat yang demikian itu jelas pendukung-pendu- kungnya membelanya mati-matian. J) Dan ada pula orang- orang yang berfaham seperti yang ^tersebut belakangan ini 1) Dalam sejarah perkembangan Agama dan filsafat Barat, faham aliran Jabariah dan Qadariah ini muncul dengan

istilah-istilah : Determinismus (serba Takdir) dan Indeterminismus (serba ikhtiar). Faham yang pertama disokong oleh Augustinus, Luther, Spinoza, Priestly; yang mengajarkan, bahwa iradat-kemauan manusia itu tidaklah merdeka. Sedang faham yang kedua dibela oleh Immanuel Kant, Thomas v. Aquino, Boutrox dan Bergson, yang mengajarkan sebaliknya. Dan ajaran Islam yang murni melalui jalan-tengah di antara keduanya. Penterjemah.

tetapi ia tidak mau terang-terangan mengaku sebagai kaum ’’Jabariah!’ Tetapi keyakinan seperti itu adalah berarti me- runtuhkan Syari’at (Agama), menghapuskan hukum taklif (adanya perintah Allah) dan membatalkan hukum akal yang logis, padahal ia adalah merupakan pilar (tiang) Iman.

Ada tuduhan yang mengatakan, bahwa i’tikad yang meman- dang kebebasan manusia dalam menentukan perbuatannya merupakan syirik. Tuduhan itu adalah suatu kezaliman yang besar yakni tuduhan orang yang tidak mengerti arti syirik menurut yang dijelaskan oleh Al-Quran dan Sunnah. Karena yang di- sebut'syirik itu ialah, percaya, bahwa ada yang memberi bekas selain Allah, dan percaya, bahwa ada sesuatu yang mempunyai kekuasaan yang mutlak selain Allah. Seperti i’tikad (kepercayaan) orang-orang yang mengabdi kepada berhala dan meminta pertolongan kepadanya dalam hal-hal yang tidak disanggupi oleh perbuatan manusia, seperti meminta menang xlalam pepe- rangan tanpa kekuatan tentara, dan minta sembuh dari penyakit tanpa obat yang telah ditunjukkan oleh Allah untuk pengo- batan; meminta pertolongan untuk mendapatkan kebahagiaan duniawi ataupun ukhrawi dengan jalan lain dari yang dianjur- kan oleh Agama. Inilah syirik yang dilakukan oleh kaum -wa- tsani (penyembah berhala, tugu dan sebagainya). dan orang-orang yang seperti mereka itu. Maka kemudian datanglah Syari’at meng- hapuskannya, dan menganjurkan untuk mengembalikan perkara- perkara yang di luar kekuasaan manusia dan sebab-sebab alami kepada Allah yang Maha Esa sendiriNya saja.

Menurut ketetapan Agama, ada dua perkara besar yang merupakan tiang kebahagiaan dan pembimbing segala amal- perbuatan manusia. Pertama : bahwa manusia mempunyai usa-^/ ha vang bebas dengan kemauan dan kehendaknya _untuk mencari jalan -yang^—dapat membawakannya kepada kebahagiaan. Kedua; bahwa Kodrat Allah tempat kembalinya segala makhluk.

93

Page 86: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Di antara tanda (bekas) kodrat kekuasaan Allah itu ialah, bahwa Ia sanggup memisahkan manusia (makhluk) dari apa mg dimauinya, dan tidak seorangpun selain daripada Allah ing sanggup menolong manusia dalam apa yang tidak mungkin icapainya.

Agama (Syari’at) telah datang menetapkan ketentuan se- erti itu dan mengharamkan bagi manusia meminta pertolongan slain dari Khalik (Tuhan) yang menciptakannya sendiri, dalam lencapai kesempurnaan ke arah itu. Tuhan memerintahkan epada manusia supaya menghadapkan himmah (cita-citanya) ntuk menujukan permohonan kepada Al-Khalik Yang Maha 'unggal setelah manusia itu menumpahkan minatnya yang sung- uh-sungguh dalam berfikir benar dan bekerja secara teratur. Baik kal maupun agama tidak mengizinkan seseorang untuk mencari iendirian yang lain dari pada yang demikian itu.

Pendirian semacam inilah yang telah kami tegaskan. Kaum ialaf (para perintis Islam sejak zaman sahabat) telah terpimpin >leh paham yang demikian itu. Mereka telah bangkit melahirkan lasil-hasil karya yang menakjubkan bangsa-bangsa dunia. Imam laramaini Al-Juwaini rahimahullah, seorang ahli fikir Islam nutaakhir, juga berpegang kepada pendirian seperti itu, sekalipun ida orang yang tidak mengerti yang mengingkarinya.

Saya ulangi kembali mengatakan, bahwa irhan dengan wah- laniyat Allah (percaya bahwa Tuhan itu Tunggal) tidak meng- lendaki dari orang yang mukallaf kecuali mengi’tikadkan, bahwa Mlah menguasai mereka dengan Kodrat-Nya. Maka manusia larus percaya dan harus menunaikan segala perintah-perintah Mlah, begitu pula mengi’tikadkan, bahwa Kodrat Allah berada ii atas kodratnya. N

Kadrat Allah yang Tunggal itu, adalah suatu kekuasaan yang paling tinggi dalam menyempurnakan cita-cita manusia dengan jalan melenyapkan rintangan-rintangan yang menghalang ataupun untuk menyempurnakan syarat-syarat kesempurnaan yang diperlukan sebagai suatu perkara yang tidak diketahui oleh manusia dan tidak termasuk di bawah iradatnya.

Adapun untuk menggali pengertian yang lebih dalam dari itu lagi, maka itu tidak dikehendaki oleh Iman sebagaimana kami terangkan tadi. Karena adalah suatu kelobaan akal untuk mencoba-coba menyingkapkan rahasia-rahasia Tuhan. Saya tidak memungkiri, bahwa ada sarjana yang dengan kekuatan ilmu dan ketekunan mereka yang kontinu mencari apa yang mereka harapkan itu, telah sampai kepada kepuasan yang menente- ramkan hati serta melenyapkan keragu-raguan mereka. Tetapi jumlah mereka sedikit sekali. Karena hal itu adalah bergan- tung kepada Nur

94

Page 87: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Ilahi yang dipancarkanNya kepada siapa yang dikehendaMNya; khususnya kepada para wali dan orang-orang yang suci (Insan Kamil). Di samping itu telah banyak kaum yang sesat dan kemudian mereka menyesatkan orang lain pula, karena perkataan-perkataan dan tulisan-tulisan mereka mempunyai pengaruh yang paling buruk kepada kaum Muslimin dewasa ini.

Saya ingin memberikan pengertian yang lebih dekat, untuk menjangkau yang jauh. Setengah dari rahasia kejadian benda- benda alam ini ialah, adanya beraneka-macam makhluk dalam kejadiannya. Masing-masing mempunyai ketentuan yang khnsus bagi dirinya. Begitulah keadaan masing-masing, berbeda satu sama lainnya. Maka Tuhan yang memberi wujud telah memberikan kepada macam-macam jenis dan oknunwaknum itu akan ketentuan wujudnya masing-masing menurut patut. Kemudian, tiap-tiap wujud itu mempunyai pula sifat-sifat yang mengikutinya. Di anta-ra kejadian makhluk yang bermacam-macam itu adalah manusia itu sendiri. Ciri-ciri yang menyebabkan ia berbeda dari segala hewan ialah, bahwa ia berfikir (Homo Sapiens), mempunyai ^ ikhtiar (usaha bebas) dalam amal-perbuatannva menurut petun- juk fikirannya. Begitulah wujud yang diberikan Tuhan kepada manusia, disertai dengan ciri-ciri yang khusus baginya. Sekiranya ada di antara ciri-ciri yang melekat pada manusia itu dicabut, maka ia akan berubah, apakah ia akan merupakan malaikat atau hewan yang lain. Tetapi karena ia adalah makhluk insani, maka pemberian wujud kepadanya tak satupun yang dapat membawa paksaan baginya untuk beramal. Kemudian, ilmu Tuhan mengetahui semua yang dilakukan manusia dengan kehendaknya. Ia . tahu, bahwa perbuatan ini dilakukan pada sa’at begini. Jika perbuatan itu baik, diberi pahala yang melakukannya. Begitu pula lerbuatan yang jahat, pelakunya akan disiksa menurut siksaan lerbuatan jahat. Jelaslah, bahwa keija-keija manusia itu timbul iari usaha dan ikhtiamya sendiri, tidak ada ilmu yang kompeten aerintangi manusia untuk berikhtiar dalam usahanya, dan keadaan pa yang ada dalam ilmu itu tidak mustahil bisa teijadi; sedang pa yang terjadi itu adalah suatu kenyataan dan kenyataan itu idak bisa dimungkiri. ,

Pengetahuan kita tentang peristiwa-peristiwa yang biasa erjadi dapat dijadikan perumpamaan yang lebih dekat. Seorang >enjahat mengetahui secara yakin (ilmul yaqin), bahwa kejahatan /ang dilakukartnya dengan ikhtiamya sendiri terhadap Rajanya nenyebabkannya tidak mustahil bisa dijatuhi hukuman.

Tetapi namun begitu, perbuatan jahat itu dilakukannya uga, kemudian ia datang untuk dihukum. Jelas, bahwa ilmu tahu)nya tentang

95

Page 88: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

apa yang kejadian bagi dirinya, serta cocoknya lengan kenyataan hukuman yang diterimanya, tidak mempunyai jengaruh sama sekali terhadap ikhtiamya, tidak bisa mencegahnya lan tidak pula memastika,n. Menurut pandangan orang yang ber-^ ikal, bahwa sesuatu yang akan menjadi kenyataan itu tidak bisa iiforsil dan tidak bisa pula dirintangi. Tetapi sering menjadikan orang ragu-ragu, ialah adanya ibarat-ibarat yang berubah-ubah dan lafazh-lafazh yang bercabang-cabang.

Andaikata perlu memberikan keterangan yang lebih lanjut lagi saya bisa menambahnya, dan berharap supaya keterangan- keterangan itu tidak jauh dari penerimaan akal yang sehat, serta kesuciannya tidak akan menjadi rusak dengan gambaran lafazh- lafazh yang berbelit-belit. Tetapi saya terlarang untuk merentang- panjang masalah ini. lebih jauh karena tidak diperlukan dan untuk menjaga kemumian iman; lagi pula akal-fikiran orang a warn tidak menjangkau persoalan sampai kepada zatnya, yakni bila pembicaraan telah sampai kepada penjelasannya yang pelik-pelik. Apalagi fikiran orang awam itu telah diserang penyakit taklid berbeda dengan kaum cerdik-pandai. Kaum awam biasa menga- nut suatu keyakinan (i’tikad) lebih dahulu, kemudian baru me- reka mencari dalilnya. Dan mereka tidak mau menerima dalil yang dikemukakan orang, kecuali yang sesuai dengan i’tikad yang telah mereka anut itu. Maka jika diberikan kepada mereka dalil-dalil yang menyalahi i’tikad mereka, dalil itu mereka lem- parkan dan mereka bangkit menantangnya, sekalipun sikap mereka itu melawan kemurnian akalnya sendiri. Ya, begitulah kebanyakan orang, menganut i’tikad lebih dahulu, baru mencari dalil untuk dijadikan i’tikad (keyakinan). Maka bila ada suara kebenaran berteriak dari hati nurani yang ikhlas: Celakalah orange yang memutar-balikkan Sunnah Allah pada segala makhlukNya, yang beijalan merangkak-rangkak dalam gelap tanpa pedoman, dan menyalah-gunakan petunjukNya dalam AgamaNya, suara yang demikian mengejutkan mereka karena khawatir; tetapi kemudian mereka diam kembali seperti sediakala, beralasan, bahwa perkara taklid itu adalah suatu hal yang sangat disenangi.

Namun begitu, kami tidak dapat berbuat apa-apa, kecuali yang makruf. Tak ada daya dan tak ada kekuatan melainkan di tangan Allah jua !

PERBUATAN-PERBUATAN BAIK PAN BURUK

Segala perbuatan yang ikhtiari, tidaklah akan keluar dari ketentuan yang teijadi di bawah penilikan kita. Apa-apa yang dirasakan oleh roh kita atau yang rupariya digambarkan kepada kita, adalah

96

Page 89: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

sama dengan apa-apa yang dirasakan oleh panca- indera kita setelah teijadinya sesuatu itu, atau hadirnya di dalam khayal-fantasi fikiran kita. Hal itu sudah terang dan tidak memerlukan bukti lagi.

Dalam diri kita pasti kita temui sesuatu kodrat yang dapat membedakan antara yang indah dan yang jelek. Sekiranya kaum priya berbeda pendapat tentang penilaian wanita yang cantik, atau kaum wanita berlainan pendapat tentang arti laki-laki yang gagah, tetapi seorangpun tidak berbeda pendapatnya tentang keindahan Wama-warni bunga-bungaan dan kerapian susunan daun-daun tumbuh-tumbuhan dan kayu-kayuan, apalagi bila kem- bang-kembang itu disusun menurut kombinasi warna yang cocok dan harmonis satu sama lain.

Begitu pula orang tidak akan berbeda pendapat tentang buruknya daun-daun yang berserak-serak, terpisah satu dari yang lain dengan centang-prenang tidak teratur. Jiwa kita merasa senang dan kagum kepada sesuatu yang indah, jijik kepada sesuatu yang buruk. Sebagaimana pembedaan-pembedaan itu terdapat pada sesuatu yang dilihat, maka demikian juga hal itu berlaku pada segala yang, didengar, disentuh, dirasa dan yang didum dan segala yang dapat dikenal oleh salah satu panca- indera anak-cucu Adam ini.

Di sini bukan tenjpatnya untuk memberikan definisi (ketentuan) tentang apa yang dikatakan indah dan yang disebut

buruk Tetapi tidak seorangpun yang akan membantah kami, bahwa untuk menentukan pembatasan arti manusia bahkan juga sebagian dari hewan, ada terdapat ciri-ciri yang iriem- bedakan antara keduanya. Di atas ciri-ciri itulah dapat di- bangunkan beberapa industeri (perekonomian) dalam beberapa tirtgkat-tingkat kemajuan sampai kepada batas yang sama-sama dapat kita saksikan sekarang ini. Sekalipun perasaan dari selera berlain-lain, namun dalam segala sesuatu itu ada terdapat baik dan buruk.

97

Page 90: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Begitulah duduknya persoalan baik dan buruk menurut apa yang didapat oleh pancaindera, telah jelas seperti keterangan yang lalu itu. Barangkali tidak akan kurang jelasnya, tentang baik dan. buruk menurut penilaian akal terhadap segala yang maujud ini sekalipun penilaian pendapat tentang yang baik atau indah berbeda-beda.

Kesempumaan yang terdapat dalam sesuatu yang logis adanya (ma’qulat), seperti adanya Zat Yang Wajib Ada (Tuhan), roh-roh yang halus dan. sifat-sifat rohani manusia, semua itu mempunyai rasa keindahan yang dapat dirasakan sendiri oleh rohani orang yang mengenalinya, dan dapat menarik perhatian orang yang mempunyai minat padanya, Sebaliknya dalam sesuatu ada kekurarigannya. terdapat keburukan. vang tidak dapat di- mungkiri oleh orang-orang yang tinggi cara berfikirnya sekalipun ada perbedaan pada suatu waktu antara kesan yang buruk menurut wijdan (intuisi) dan kesan yang buruk menurut pancaindera, tentang segala sesuatu yang dapat dirasa. Apakah ada manusia yang mengingkari buruknya kekurangan akal, patah cita-cita dan lemah kemauan ? Cukuplah menjadi bukti, bahwa orang-orang yang memiliki kekurangan-kekurangan dalam hal itu telah berjuang sekuat tenaga untuk melenyapkannya dan suatu ketika mereka akan menjadi bangga, bahwa mereka telah dapat bersifat dengan sebaliknya. y Kadang-kadang yarig buruk itu menjadi baik dengan melihat bfekasnya yang baik, sebaliknya yang baik itu bisa di- >andang buruk karena melihat akibatnya buruk. Begitulah se- uatu yang pahit itu buruk, karena bisa memuntahkan; dan aja yang cacat anggota badannya tak sedap dipandang mata. Tetapi bekas yang pahit yang terletak dalam memberantas penya- dt, keadilan yang dilakukan oleh raja yang cacat itu kepada rakyatnya ataupun budi baiknya terutama kepada Anda sendiri, merubah pandangan Anda tatkala melihat rupanya. Karena bekas yang baik itu memberikan cahaya kepada yang mempunyainya karena kebijaksanaannya. Maka ingatan hanya tertuju kepada kebaikan orangnya saja. Demikian pula dikatakan yang manis itu buruk, apabila ia merusakkan dan jijiknya diri kita melihat orang yang indah rupanya, apabila ia zalim dan merusak.

Apakah mungkin bagi orang yang sehat akalnya untuk tidak mengatakan tentang perbuatan-perbuatan manusia yang ikhtiari sebagaimana ia harus berkata tentang segala sesuatu yang maujud di alam ini? Padahal perbuatan-perbuatan manusia yang ikhtiari itu adalah semacam dari yang maujud dan terjadi di bawah pancaindera dan pendapatan akal kita, baik dari perbuatan-perbuatan itu sendiri maUpun bekasnya; dan jiwa kita y, sendiri dapat merasakan perbuatan-perbuatan itu sebagaimana ia merasakan gambaran-

98

Page 91: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

gambaran yang maujud di alam ini? Tentu tidak mungkin /iSebab perbuatan-perbuatan manusia yang ikhtiari, adalah merupakan bagian dari segala yang maujud, di mana hukum yaftg berlaku padanya jelas sama dengan hukum apa yang berlaku pada yang maujud itu pula.

J>"Di antara perbuatan-perbuatan manusia yang ikhtiari, ada yang mempunyai daya penarik pada dirinya, di mana hati ter- tarik kepadanya seperti melihat kejadian yang menarik, seumpa- ma parade militer yang teratur, bersenam yang menunjukkan ke- mahiran bermain dan seperti nada irama musik yang mengharukan bagi orang yang mengerti tentang kaidah permainan itu.

Dan di antara perbuatan-perbuatan ikhtiari itu ada pula yang buruk pada dirinya dan menimbulkan perasaan yang tidak enak bagi siapa yang melihat, seperti : kekalutan orang yang

lemah jiwa tatkala datang panik, buah ratap wanita-wanita yang sedang meratap, dan pekik-teriak orang-orang yang ketakutan.

Sebagiannya lagi ada pula perbuatan-perbuatan ikhtiari itu yang jelek karena akibatnya mertyakiti dan ada pula yang baik karena ia menimbulkan kelezatan atau menolak bahaya \j (penyakit). Yang pertama seperti memukul, melukai dan semua perbuatan manusia yang menyakitkan. Yang kedua seperti makan karena lapar, minum karena haus, dan segala perbuatan manusia yang menimbulkan kelezatan atau menolak bahaya yang

v'tidak ter hingga banyaknya. ^Dan pengertian baik di sini adalah dengan arti : apa yang membawa kelezatan sedang pengertian buruk adalah dengan arti yang menyakitkan.

Pengertian baik dan buruk menurut dua makna yang tersebut tadi sedikit sekali mengandung ciri-ciri yang dapat mem- . bedakan antara manusia dan binatang-binatang yang maju (primat)^ dalam silsilah wujudnya, kecuali hanya terletak : dalam kekuatan wijdan (intuisi, perasaan), dan pembatasan nilai (martabat) baik dan buruk.

,A Dan di antara perbuatan-perbuatan manusia yang ikhtiari ada yang baik karena memandang manfa‘at yang ditariknya dan ada yang buruk karena melihat kerusakan yang ditimbulkan- nya^Eengertian yang seperti ini khusus diberikan kepada manusia, yakni bila makna yang menjadi ciri bagi buruk dan baik itu diambil dari seginya yang lebih sempuma. Amat sedikit sekali hewan-hewan lain yang menyertai manusia dalam ciri-ciri yang seperti itu, kecuali bila orang melihat dari segi pengertian yang lebih dangkal. Inilah dia keutamaan akal dan rahasia hikmat dalam pemberian rahmat berfikir.

Tetapi di antara yang lezat itu ada yang buruk karena akibatnya 99

Page 92: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

yang merusak seperti makan dan minum yang ber- lebih-lebihan, terus menerus mendengarkan nyanyian musik tanpa henti-hentinya, dan memperturutkan kehendak hawa nafsu yang melewati batas. Karena semua itu bisa merusakkan kesehatan, meletihkan otak, membuang-buang harta-benda yang menyebab- kan orang menjadi lemah dan lesu. Dalam analisa ini, yang lezat itu dipandang buruk, ialah karena masanya terlalu singkat dibanding dengan lamanya penderitaan yang harus ditanggUngkan se- seorang, akibat dari memperturukan kelezatan dengan tidak habis-habisnya, bahkan ada yang diakhiri dengan kematian yang paling buruk keadaannya, karena tidak seimbangnya antara kelezatan yang dikecap dengan penderitaan yang maha getir itu. Dan sebaliknya di antara yang membawa penderitaan itu ada yang dipandang baik. Seperti orang yai^Jbekerja bersusah-payah membanting tulang untuk mencari rezeki dan guna menenteram- kan hati sebagai jaminaa hidup di waktu badan telah lemah (haritua); berjuang melawan keingirian-keinginan hawa nafsu, mengadakan diet, pantangan memakan makanan yang lezat-lezat buat sementara waktu untuk menimbulkan kekuatan badaniyah dan akliah dan begitupun membatasi kesenangan-kesenangan lain secara kontinu sekedar tidak menimbulkan reaksi yang hebat kepada badan yang dapat mengganggu bagi kehidupan.

Barang yang membahayakan yang dipandang baik oleh akal manusia, ialah tantangan manusia kepada musuhnya apakah v musuh itu dari jenis sendiri atau yang lainnya, yakni untuk mem- pertaharikan diri atau menolong kawan-kawannya, orang tuanya, sukunya, bangsanya dan ummatnya — menurut luas kemajuan perasaanya sendiri dalam pergaulan yang harus dibelanya dalam keadaan yang demikian berbahaya, sekalipun dengan jalan mem- pertaruhkan jiwa-raganya untuk itu. Seolah-olah ia melihat, ketika ia tampil mengorbankan hidupnya itu, suatu jaminan kehidupan orang lain yang dikenangkannya, sekalipun akalnya tidak menen - tukan demikian.

Di antara yang membahayakan yang dipandang baik, ialah mengerahkan segenap energi untuk mencari rahasia yang selama ini gelap bagi dunia ilmu tentang hakikat-hakikat kejadian alam. Seolah-olah orang yang bekeija di lapangan ini tidak mempeduli- kan kesukaran-kesukaran yang merintanginya sedikit juga, karena membandingkan kelak usahanya itu dengan kelezatan (kepuasan) yang akan dikecapnya nanti

Dan di antara kelezatan yang dipandang bliruk ialah meng- ulurkan tangan atas hasil jerih payah orang lain; dan meng- obati penyakit irihati dengan melenyapkan nyawa orang yang diiri hati atau hartanya, sebab cara yang demikian itu me- nimbulkan ketakutan bagi umum bahkan juga bagi

100

Page 93: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

yang berbuat sendiri. Tentu dapat digambarkan apa akibatnya janji- janji yang ditepati dan yang hanya penuh tipuan.

Segala keterangan yang tersebut itu telah dikenal oleh akal fikiran manusia yang sehat, akal yang dapat membedakan barang yang menisak dengan yang berguna Yang pertama di- katakan perbuatan buruk dan yang kedua amal yang baik. Pembedaan yang begitulah yang dapat menentukan ciri mana yang utama dan mana yang rendah. Para ahli fikir telah mem-berikan pembatasan tentang kedua masalah itu, pembahasan secara ringkas maupun analisa yang panjang lebar dan berlebih berkurang menurut derajat nilai akal para penyelidik sendiri. Persoalan buruk dan baik itu menjadi pangkal kebahagiaan atau celakanya ummat manusia dalam nienempuh kehidupan duniawi ini, sebagaimana juga keduanya menjadi pokok bagi pertumbuhan kemakmuran dan kebinasaannya, kemuliaan dan kehinaannya, kelemahan dan kekuatannya. Dan sekalipun para penyelidik dan orang-orang yang mengambil bahagian dalam membahas masalah itu secara benar, adalah hanya terdiri sebagian kecil dari para ahli fikir.

Semua persoalan yang berada dalam bidang kekuasaan akal ini tidak ada menimbulkan perselisihan di kalangan pendukung- pendukung agama dan tidak pula di kalangan kaum filosof. Maka begitulah dalam segala perbuatan-perbuatan manusia yang ikhtiari terdapat yang baik maupun yang buruk dalam dirinya, atau dengan melihat kepada bekas perbuatan itu yang umum maupun yang khusus. l/Pancaindera atau akal sanggup memberikan ciri- ciri perbedaan tentang yang buruk dan yang baik, menurut pengertian seperti yang tersebut di atas tanpa menunggu penjelasan lebih lanjut. Sebagian bukti atas kebenaran yang kami kemukakan itu adalah apa yang kita lihat pada sebagian macam-macam hewan dan apa yang kita saksikan sendiri dalam tingkah-laku kanak-kanak sebelum ia dapat berfikir tentang arti syari’at (agama) dan dalam mempelajari sejarah kemajuan manusia sampai kepada zaman kita dewasa ini sejak dari zaman jahiliahnya.

Baik kami kemukakan di sini apa yang pernah disaksikan sendiri kebenarannya oleh sebagian para ahli tentang keadaan masyarakat ’’semut.” Ada sekelompok semut yang sedang sibuk membuat rumah (sarang)-nya. Kemudian datang pula seekor semut memperhatikan pekerjaan semut yang banyak itu. Di- lihatnya semut-semut yang bekeija sibuk itu telah meletakkan atap di bawah dari ukuran tinggi yang cocok dengan tinggi yang sebenarnya. Maka ia mertierintahkan supaya pemasangan itu diTombak kembali. Kemudian ditinggikanlah bangunan itu sampai batas yang sesuai dan barulah atap dipasangkan kembali lebih tinggi dari yang semula, setelah meruntuh atap yang lama. Inilah bukti, bahwa hewan sendiri dapat menentukan perbedaan antara yang memberi

101

Page 94: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

mudharat dan yang bermanfa’at (buruk) dan baik. Maka siapa yang mendakwakari, bahwa dalam perbuatan- perbuatan itu tidak ada baik dan buruknya sama sekaili, berarti ia seorang yang kurang akal, bahkan lebih bodoh dari semut^

Telah kita terangkan, bahwa Zat Yang Wajib Wujud (Tuhan) dengan sifat-sifatNya yang utama, dapat diterima oleh akaL Andaikata orang yang mencari bukti dengan dalil yang didapat- nya sampai kepada menetapkan adanya Yang Wajib Wujud dengan sifat-sifatnya yang utama lain dari sifat-sifat sam’iyah, tetapi tidak berhasil mendapatkan kepuasan sebagaimana yang didapat oleh sementara manusia; kemudian ia pindah untuk memikirkan apa yang ada dalam lingkungan dirinya sendiri (roh)-nya sehingga ia berkeyakinan, bahwa roh yang menjadi penggerak akal manusia itu adalah kekal sesudah manusia mati, sebagaimana orang lain juga berkeyakinan demikian; kemudian ia pindah lagi berfikir lebih jauh — entah fikiran itu benar atau tidak —, bahwa kekalnya roh manusia itu sesudah ia meninggal menyebabkan ia menerima pembalasan, bahagia atau celaka; kemudian dikata- kannya, bahwa kebahagiaan manusia setelah mati itu hanya bisa didapat karena mengenal Allah dan melakukan perbuatan-per- buatan kebajikan, dan sebaliknya jatuhnya dalam kecelakaan adalah karena tidak mengacuhkan perintah-perintah Tuhan serta melakukan perbuatan-perbuatan yang hina-dina; maka di atas pandangan yang demikian itulah orang tadi menetapkan, bahwa di antara perbuatan-perbuatan manusia ada yang berguna bagi dirinya setelah mati dengan mendapatkan kebahagiaan, dan ada V pula yang membawa madharat bagi diri manusia itu dengan jatuhnya ke dalam kecelakaan. Maka setelah itu apakah adalarangan dari akal ataupun syara’ (agama) bila yang tadi berkata sesuai dengan hukum logikanya, bahwa mengetahui Allah itu adalah suatu yang wajib ? Bahwa segala perbuatan kebajikan dan apa yang mengikutinya berupa amal-amal yang berguna adalah suatu keharusan dan sebaliknya, bahwa semua perbuatan yang rendah lagi nista dan akibat-akibat yang ditimbulkannya, adalah suatu yang terlarang ? Apakah ada yang melarang, bahwa untuk itu ia membuat ketentuan-ketentuan peraturan guna mengajak manusia lain supaya turut berkeyakinan seperti i’tikad yang dianutnya itu dan mengajar mereka turut mengambil bagian dalam beramal seperti yang dilakukannya dalam garis-garis yang tidak dilarang oleh Agama ?

Tetapi buat orang kebanyakan saja, tentu tidak bisa orang mengajak akal mereka berfikir, bahwa mengetahui Allah itu wajib, bahwa perbuatan-perbuatan kebajikan itu menjadi pangkal bahagia pada kehidupan yang kedua (akhirat), dan bahwa perbuatan- '' perbuatan mungkar itu pangkal celaka. Karena bukti menunjuk- kan, bahwa orang yang berkata demikian

102

Page 95: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

dianggap sesat oleh mereka. Dan kalau sekiranya kebutuhan manusia dan kekhawatir- annya

dalam menempuh kehidupan ini dapat dibatasi seperti halnya dengan hajat-kebutuhan gajah dan singa umpamanya, kemudian fikirannya berhenti pada batas hajat. kebutuhannya itu, sungguh manusia itu akan terpimpin ke arah mencapai manfa’at dan terjauh dari bahaya-bahaya pada suatu jalan yang tidak akan menimbulkan sengketa-sengketa pribadi, dan sungguh manusia itu akan mendapat kehidupan yang bahagia, masing-masing akan selamat 'dari kejahatan yang lain, dan lain-lain binatangpun akan bebas dari gangguannya.

Tetapi telah menjadi ketentuan hukum bagi jenis manusia, bahwa keinginannya tidak terbatas dan penghidupannya tidak bisa dihalangi oleh rriusim apapun dan tidak pula oleh keadaan tempat. Ia diberi Tuhan kekuatan berfikir yang dapat diperguna- kannya untuk mencapai keinginannya dan untuk mendapatkan apa yang disukainya diiklim yang bagaimana dan keadaan apapun. Dan lahirnya kekuatan akal itu berbeda-beda pula dalam kapasitas dan bekasnya menurut perbedaan macamnya, bangsanya dan orang-orangnya, perbedaan yang tidak akan berkesudahan. Kalau tidaklah karena hal yang demikian, tentu manusia itu tidak akan berbeda keadaannya dengan jenis hewan-hewan kecuali karena badan yang berdiri tegak lurus dan paruh yang panjang.

Tuhan memberikan kepada manusia atau menjadikannya(V " mempunyai tiga kekuatan yang tidak ada pada hewan : ingatan, khayal dan fikiran. Maka kekuatan ingatan manusia itu dapat mengingat rupa kejadian yang telah lalu, yang tertutup oleh kesibukan-kesibukan dewasa ini, Begitulah ingatan itu dapat mendatangkan kembali apa-apa yang selama ini disenangi ataupun yang dibenci, yakni apa-apa yang serupa ataupun berlawanan dengan yang dihadapi manusia itu dengan jalan mengingat se-suatu dengan apa yang menyerupainya (asosiasi fikiran) dan tempo-tempo dengan lawannya, sebagaimana takasing lagi. Dan' kekuatan khayal (fantasi) dapat menggambarkan peristiwa-pe~ ristiwa yang sudah terjadi dan keadaan-keadaan yang mem- pengaruhi manusia itu sehingga peristiwa itu seakan-akan tampak di matanya sendiri. Kemudian khayal itu dapat menggambarkan kelezatan atau kesakitan di zaman yang akan datang dengan membandingkannya dengan apa-apa yang telah berlalu, sehingga kemudian hati tertarik untuk mengejamya atau menjauhkan diri dari padanya. Maka karena itu manusia berlindung kepada fikiran, untuk mengatur cara-cara yang baik untuk mencapai- nya. Begitulah, di atas tiga kekuatan ini tergahtung kehidupan bahagia manusia dan celakanya.

Di antara manusia ada orang yang normal ingatannya, tenang khayalnya 103

Page 96: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

dan sehat cara berfikirnya. Seumpama ia melihat orang yang boros, membuang-buang uangnya kepada yang tidak berguna, padahal ia sendiri berada dalam kesempitan — maka teringatlah olehnya bagaimana pedihnya karena hajat tidak sampai. Kemudian tergambarlah baginya harta dan manfa’at- manfa’at yang dapat dihasilkannya kelezatan-kelezatan yang dapat dikecapnya, apakah kelezatan dalam memenuhi kebutuhan- nya sendiri atau dalam menolak kepedihan hidup yang diderita oleh orang lain dengan jalan menyumbangkan harta itu kepada orang yang sangat terdesak untuk dapat menghilangkan kesempitan hidupnya itu. Kemudian tergambar pula olehnya bagaimana kalau harta yang didapatnya itu datang dengan jalan tidak meng- ganggu hak-hak orang lain. Waktu itu ia menghadapkanfikirannya untuk mencari jalan yang sah itu dengan bekerja secara benar, mengerahkan segenap kekuatan yang diberikan Tuhan dalam dirinya dan mempergunakan kekuatan-kekuatan alam yang ada di sekitarnya. '

Ada pula di antara manusia yang tidak normal keadaanoya. Seumpama ia melihat harta orang lain, maka ia teringat kesenangan yang lalu, yang pernah dirasakannya karena mempunyai harta seperti yang di tangan orang lain itu. Besarlah khayalnya tentang kelezatan itu buat zaman yang akan datang, khayal tentang kelezatan dan kesenangan itu semakin besar dalam kenangannya sehingga bayangan khayalnya itu menghalangi jalan berfikir yang baik ke arah berusaha. Kemudian ia hanya ber- maksud mempergunakan kekerasan dan akal busuknya untuk merenggutkan harta itu dari tangan yang punya buat dipergunakan- nya ke arah manfa’at pribadi sebagai apa yang dikhayal-khayal kannya selama ini. Maka dengan cara yang seperti itu ia telah menyalah-gunakan kekuatan yang diberikan Tuhan kepadanya dan merusakkan ketenteraman yang dititipkan Allah kepada se-genap hambaNya. Dan dengan begitu ia telah merintis jalan per- musuhan sehingga tidak mudah baginya dan bagi orang lain untuk mendapatkan ketenteraman dari tindak-tanduk orang yang berbuat seperti yang dilakukannya itu.

Sedikit tinjauan tentang perbuatan-perbuatan manusia telah menarik yang lain menurut dua contoh yang kita kemukakan di atas. Maka begitulah kekuatan ingatan dan lemahnya, khayal yang berlebih-lebihan dan yang sederhana, fikiran yang bengkok dan yang lurus, adalah mempunyai pengaruh yang besar sekali untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk dalam perbuatan-perbuatan manusia. Begitu pula pergaulan dan lingkungan (milieu) dan apa yang berpengaruh kepada seseorang seperti keluarga dan sanak famili, kawan-kawan, adalah besar pengaruhnya kepada khayal dan fikiran, bahkan padajalannya ingatan.

104

Page 97: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Manusia telah sepakat mengatakan, bahwa perbuatan-perbuatan manusia itu ada yang bermanfa’at dan ada pula yang berbahaya, Dengan lain perkataan, ada yang baik dan ada yang buruk. Di antara kaum cerdik pandai dan orang yang mempunyai tinjauan yang benar dan pertimbangan yang adil ada yang mungkin dapat mencapai demikian itu dengan jalan pengetahuan yang benar. Mereka sepakat, bahwa yang baik itu ialah: apa yang lebih kekal faedahnya, sekalipun menimbulkan kesakitan dalam me- lakukannya. Dan yang buruk ialah : barang yang merusak bagi kepentingan perseorangan maupun kepentingan umum dan bagi siapa saja yang berhubungan dengannya, sekalipun besar sekali kelezatannya sekarang.v/Tetapi manusia itu berbeda pula pe-/ nilaiannya terhadap masing-masing perbuatan itu sendiri, sebagaimana mereka berbeda dalam mentalitet mereka pula, dalam penyelidikan, dalam lingkungan pergaulan dan dalam segala apa yang dapat mempengaruhi pendapat mereka itu. Itulah sebabnya, di antara mereka ada yang teijerumus ke dalam kejahatan dalam tiap-tiap jalan yang dilaluinya, karena masing-masing mereka me- ngira, bahwa jalan yang dilaluinya itu adalah memberi manfa’at dan menjauhkan diri dari bahaya. Karena itu teranglah, bahwa akal manusia &7/a tidaklah sanggup. untuk menvampaikan oranp buat-Jtnen capai kebahagiaan hidup dt dunia ini, kecuali beberapa pribadi yang tidak seberapa jumlahnya yang tidak dikenal oleh se- jaiah. Maka sekiranya jumlah mereka yang sedikit itu mempunyai pengaruh besar yang menyebabkan mereka dikenal orang, tentulah masa tidak lupa memberikan isyarat kepadanya dengan perantaraan telunjuk jari orang banyak. -

^kal manusia tidaklah sama tentang mengetahui persoalan adanya Allah dan tentang mengetahui persoalan adanya hidup sesudah hidup yang sekarang ini. Sekalipun mereka telah sesuai untuk tunduk menekurkan kepala terhadap kekuatan zat yang lebih kuasa dari mereka sendiri, dan sebagian dari manusia itu telah ingat akan adanya hari akhirat sesudah duniawi ini, tetapi sayang, akal mereka telah dirusakkan oleh paham pemujaan dewa-dewa (watsaniyah, idolater, animisme), yang memalingkannya dari jalan yang menuju kepada kebahagiaan.

Sebenarnya bukanlah menjadi kemampuan akal manusia rata-rata untuk mengetahui apa yang wajib diketahuinya, dan tidak pula mampu untuk memahamkan dengan sungguh-sungguh tentang kehidupan hari akhirat itu apa yang semestinya di- pahaminya, dan tidak pula untuk menentukan macam-macam perbuatan mana yang akan menerima pembalasannya di negeri akhirat itu.

Memang sedikit sekali orang yang dapat memahami hal itu, yakni orang-orang yang diistimewakan Allah dengan kesempur- an akal dan nur-

105

Page 98: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

cahaya hati, sekalipun orang-orang itu tidak mendapat kehormatan beroleh petunjuk Nabi. Tetapi andaikata petunjuk Nabi itu sampai kepadanya, Sesungguhnya pastilah ia merupakan manusia yang paling cepat menjadi pengikiit Nabi itu. Namun dengan kekuatan fikiran mereka, mereka berhasil mengeta- huinya menurut jalan, yang pada hakikatnya tidak wajar untuk memandang kebesaran Ilahi dari jalan itu.

Kemudian, diantara keadaan-keadaan yang berlaku pada kehidupan- hari akhirat itu ada yang sama sekali tidak mungkin bagi akal manUsia sendirinya saja untuk mengetahuinya, seperti penjelasan tentang keterangan berbagai kelezatan, tentang siksaan-

106

Page 99: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

siksaan, tentang cara menimbang segala perbuatan-perbuatan yang dikerjakan oleh manusia di dunia ini, sekalipun orang mempunyai hasrat yang kuat untuk mengetahuinya dengan jalan apapun.

Di antara amal-amal ibadat manusia ada yang tidak mungkin untuk mengetahui faedah hikmatnya 19"> ’’tidak diwaktu hidup di dunia ini dan tidak pula kemudiannya dihari akhirat”, seperti ketentuan sebagian rupa ibadat sebagaimana dapat di- lihat dalam perbedaan raka’at-raka’at sembahyang; sebagian pe- keijaan amal ibadat haji menurut agama Islam, dan sebagian dari upacara-upacara majlis pertemuan dalam agama Nabi Musa 2)

19 Yakni tidak diketahui dengan pasti faedah yang terkandung dalam diri ibadat itu sendiri selain keadaannya merupakan suatu hal yang "ta'abbudi", yaitu suatu amal-ibadat yang berfaedah yang dilakukan karena semata-mata patuh kepada perintah Allah s.w.t. belaka tanpa memperhatikan kepada manfa'atnya yang khas. Para ahli menyebut bagian Ibadat yang seperti ini dengan: ibadat yang tidak ma’kul makna (ta'abbudi) Pen), dan sebaliknya dinamakan: ibadat yang ma’kul makna (ta'aqquli), yaitu yang dapat diterangkan makna seluruh- nya oleh akal sampai ke detailnya; seperti mengambil air-sembahyang, mandi- wajib, m ember sihkan badan dan pakaian. Maka hygienis, hal itu berfaedah untuk menjaga kesehatan, kesegaran badan dan kesenangan kehidupan lahir. Demikian pula halnya dengan hikmat faedah ibadah shalat pada umumnya, puasa, zakat dan Iain-lain hukum Ibadat yang telah dijelaskan oleh Pengarang di waktu membicarakan tentang Agama Islam. Dan cuma yang agak ganjil kedengarannya ialah, kalimat beliau di atas yang berbunyi: "tidak di waktu - hidup ini dan tidak pula kemudiannya".

Ill

Page 100: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Dan bermacam-macam tawassul (supplication, permohonan), dan kezuhudan (tidak mementingkan kelezatan duniawi, indifference) dalam agama Nabi Isa. Semua itu tidak mungkin akal manusia sendiri untuk mengetahui apa rahasia faedahnya, akan tetapi Allah mengetahui, bahwa kebahagiaan manusia terletak dalam mengerjakan amal-ibadat itu

Oleh karena itu semua, maka akal manusia menghajatkan pimpinan yang kuat, baik rohaniah (mental-spirituil) maupun badaniahnya, yang dapat membawanya beruntung dalam dua kehidupan duniawi dan ukhrawi; ia memerlukan kepada juru penolong yang diharapkan pertolongannya dalam menentukan batas-batas hukum perbuatan-perbuatan manusia itu dan me- nerangkan tentang kepercayaan (i’tikad) kepada.Tuhan dengan sifat-sifat Ketuharian yang sempuma, untuk mengetahui apa-apa yang patut diketahui tentang keadaan-keadaan berita mengenai hari akhirat; ringkasnya, segala jalan yang dapat membawa ma—- nusia berbahagia di dunia dan akhirat. Dan penolong itu tidak. mempunyai kekuasaan yang harus ditakutkan pada dirinya, sehingga ia harus muncul dari jenisnya manusia itu sendiri, supaya masing-masing dapat memahami apa yang diucapkannya; penolong itu harus mempunyai kelebihan yang luar biasa (mu’jizat) dan yang di luar hukum alam yang biasa, Hal itu adalah sebagai bukti baginya, bahwa apa yang disampaikannya kelak adalah berasal dari kalam Allah, Tuhan Yang Maha Mengetahui kemas- lahatan ummat manusia. Penolong itu juga mengajarkan tentang sifat-sifat Tuhan yang sempurna dan segala, apa yang patut diketahui tentang sifat-sifat itu, tentang kehidupan hari akhirat; serta apa yang dikatakannya tentang akhirat itu adalah meru- pakan pengertian yang datang daripada Allah. Akhirnya, prolong itu haruslah diperqayai, bahwa segala yang dikatakannya itu adalah berasal daripada Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana untuk menolong akal dalam memecahkan per- kara yang pelikpelik baginya atau memberitahukan apa yang tak sanggup akal manusia untuk mencapainya.

Juru Penolong itu adalah Nabi Tugas Nabi adalah memberikan batas terhadap apa yang seharusnya

diperhatikan tentang sesuatu yang berkenaan dengan ^ Zat Yang Wajib Wujud berupa sifat-sifatNya yang sempurna dan apa-apa yang dibutuhkan- oleh ummat manusia kepadaNya. Nabi itu memberikan isyarat kepada orang-orang terkemuka agar bersifat dengan sifat keutamaan, yang melebihkannya dari orang lain dalam kedudukan pengetahuan mereka yang terhor- mat. Akan tetapi ia tidak mewajibkan kecuali yang memadai buat keperluan orang a warn. Begitulah Nabi itu datang mengan- jurkan kepada ummat manusia untuk menganut kepercayaan (i’tikad) dengan adanya Allah, dengan

112

Page 101: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

ke-EsaanNya dan dengan sifat-sifat yang sempurna seperti apa yang telah kami jelaskan. Untuk membuktikan demikian, Nabi itu telah memberikan pe-tunjuk cara-caranya. Maka wajiblah mengetahui adanya Allah itu menurut cara yang ditentukan itu dan kebaikannya mengetahui serta terlarangnya bersikap masabodoh (apatis), atau men- durhakai apa-apa yang diwajibkan oleh Syari’at (Agama) dalam hal yang demikian itu, serta buruknya ingin tahu dari apa-apa yang memang tidak bisa diketahui kecuali dengan melalui jalan syari’at yang dapat menenteramkan hatl Sekiranya akal manusia dibiarkan' sendirian untuk mengetahuinya, tentu ia tidak akan sampai kepada apa yang diharapkan, yakni pengetahuan yang pasti, yang meyakinkan, dan yang memberikan kepuasan. Ke- puasan mana adalah merupakan sendi ketenteraman hati. Maka jika yang lebih baik dari itu, adalah mengetahui menurut pe- tunjuk-petunjuk yang telah diberikan agama, yakni jalan yang berhak orang mendapat pahala, sedangkan bagi yang sebaliknya adalah berhak beroleh ikab-siksaan —, menjadi jelaslah, bahwa jalan yang dipakai untuk mengetahui adanya Allah dan sifat- sifatNya yang sempurna adalah jalan Syari’at (Agama) semata- mata; dengan pengertian, bahwa hal itu tidak menafikan sama sekali, bahwa mengetahui Allah dengan melalui akal (ratio) ada juga baiknya. Tetapi syari’at itu datang sebenarnya menjelaskan apa yang sesuai dengan kenyataan, bukan mengada-adakan barang yang baru seperti yang dikuatkan oleh nas-nas syari’at itu sendiri. Ambillah — satu di antara nas itu sebagajmana yangdi- firmankan Allah melalui lisan Nabi Yusuf yang berbunyi:

Ayat ini menunjukkan isyarat yang nyata, bahwa memper-. beda-bedakan Tuhan menimbulkan perpecahan di dalam pendirian manusia dalam mencari kekuasaan yang lebih tinggi di luar kekuatan akal mereka sendiri. Hal itu menyebabkan masing- masing, merusakkan susunan pergaulan mereka sebagaimana yang tidak tersembunyi lagi. Tetapi i’tikad (keyakinan) mereka yang sama kepada Tuhan Yang Esa, dapat mentauhidkan (menyatu- kan) pendirian mereka yang terpecah-pecah kepada satu Kekuasaan, di mana semua tunduk bernaung di bawah hukum kekua- saanNya. Di situlah terletak jalinan tali persaudaraan mereka. Itulah kaidah bahagia mereka, yang menurut keyakinan saya,

lambat-laun ummat manusia akan kembali kepada kepercayaan yang seperti demikian itu 20).

20 ■ Adalah pengarang radiyallahu 'anhn berkeyakinan, bahwa kemajuan bangsa- bangsa dengan pengetahuan ilmu alam, ilmu jiwa dan ilmu kemasyarakatan, mereka akhirnya akan sampai kepada tauhid (mengesakan Tuhan) dan mem- benarkan apa yang telah ditetapkan

"Apakah Tuhan-Tuhan yang berlain-lainan itu yang lebih baik ataukah Allah Yang Maha Tunggal lagipun Maha Gagah ?!" (Q.S. 12, Yusuf:39).

113

Page 102: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Sebagaimana Syari’at (Agama) Islam datang menganjurkan manusia supaya menganut suatu i’tikad (Kepercayaan) tertentu, ia juga datang membawa petunjuk-petunjuk tentang cara yang baik dalam menganut kepercayaan itu.

Jabatan ke-Nabian itu juga menentukan batas amal-amal yang membawa bahagia manusia di dunia dan akhirat, dan dengan perantaraan perintah Tuhan, Nabi itu menganjurkan kepada manusia supaya berhenti pada batas-batas yang telah ditentukan Allah itu. Banyak sekali manusia mendapat pene- / rangan dengan demikian itu tentang jalan-jalan yang baik atau- pun yang buruk yang bersangkut-paut dengan perintah dan la- rangan yang harus diperhatikan oleh ummat manusia. Maka karena itu wajiblah mengamalkan apa-apa yang diperintahkan atau- pun yang dianjurkan supaya manusia mengeijakannya dan meng- hentikan perbuatan yang hukumnya terlarang ataupun yang tidak disukai menurut jalan yang telah dibatasi oleh syari’at. Dan manusia itu akan diberi pahala dengan melakukan perintah- perintah agama itu, sebaliknya akan beroleh siksaan karena melanggarnya; hal mana adalah termasuk pula masalah yang tidak dapat akal sendiri mengetahuinya. Tetapi justeru menge- tahuinya adalah^ dengan perantaraan petunjuk syari’at (agama). Hal itu pula tidak memungkiri, bahwa yang diperintahkan itu adalah baik pada zatnya, dengan arti, bahwa ia dapat memberi manfa’at duniawi ataupun ukhrawi dengan memandang bekasnya dalam hal-ihwal kehidupan duniawi; atau pada kesehatan badan atau dalam menjaga diri, harta, kehormatan, atau dalam ber- tambah eratnya hubungan jiwa dengan Allah Yang Maha Agung, sebagaimana diterangkan dengan panjang lebar dalam hukum- hukum Syari’at. Kadang-kadang di antara amal-amal yang diperintahkan kepada manusia itu ada yang tidak mungkin dise- lami kebaikan apa yang terkandung di dalamnya, begitu juga di antara perbuatan-perbuatan yang terlarang itu ada yang tak dapat diketahui di mana letak buruknya. Dalam hal yang seperti ini hanya dapat dikatakan, bahwa tidak ada kebaikan di dalam* nya melainkan karena ia adalah suatu perintah Agama, dan tidak ada buruknya, melainkan karena ia adalah suatu larangan agama. Wallahu a’lam (Tuhan jugalah yang lebih Mengetahui)!

oleh kitab Suci Al-Qur‘an tentang pokok- pokok Agama. Ayat (4 : 34) berbunyi: ”Nanti akan Kami (Allah) perlihatkan kepada mereka tanda-tanda kebenaran Kami di seiuruh penjuiu alam dan dalam diri mereka sendiri, sehingga jelas bagi mereka bahwa Islam ita benar. Apakah belum juga cukup bukti tentang adanya Tuhan engkau itu, bahwa Ia menyak- akan segala sesuatu ?” (Fushshilat: 53). ’Tet^i lihatlah mereka masih ragu- ragu juga untuk menemui Tuhan mereka, ketahuilah, bahwa Allah itu menoa- kup segala sesuatu” (Fushshilat: 54). 114

Page 103: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

VII

KERASULAN YANG UMUM

Kami maksudkan dengan Kerasulan yang Umum, ialah pengangkatan para Rasul untuk menjalankan missinya menyam- paikan sesuatu i’tikad (kepercayaan)' dan hukum-hukum Allah Yang menciptakan ummat manusia ini, bahwa Tuhanlah yang mencukupkan kebutuhan-kebutuhan manusia yang pokok (pri- mair) sebagaimana Ia juga memberikan kepada makhluk yang lain-lain guna memenuhi kebutuhan serta menjaga wujudnya menurut kadar yang ditentukan sesuai dengan martabatnya masing-masing dalam wujud. Pembahasan kami dalam masalah ini ditinjau dari dua jurusan. Pertama, yakni yang paling mudahbagi ahli ilmu Kalam, yaitu jurusan, bahwa menganut i’tikad tentang diutusnya para Rasul itu adalah merupakan satu di antara rukuri Iman (kepercayaan). Maka tiap-tiap orang yang beriman wajib meyakinkan, bahwa Allah telah mengutus beberapa orang Rasul dari golongan manusia sendiri untuk menyampaikan pelajaran kepada ummatnya dan apa saja yang diperintahkan kepada mereka untuk menyampaikannya, serta menjelaskan hukum- hukum yang berkenaan dengan perbuatan-perbuatan yang mulia dan sifat-sifat yang dituntut mereka itu mengerjakannya, begitu pula tentang segala perbuatan yang buruk serta moral yang rendah yang dilarang manusia melakukannya, — dan bahwa manusia wajib membenarkan para Rasul itu, bahwa mereka dalam menjalankan missinya itu adalah berdasarkan perintah Allah. Dan wajiblah mengi’tikadkan, bahwa mereka itu. wajib benar dalam perjalanan hidupnya; dan wajib mfcngikuti apa-apa yang diperintahkan oleh mereka, dan apa-apa yang dicegahnya wajib kita hentikan. Begitu pula manusia wajib mengi’tikadkan, bahwadi antara para Rasul itu ada yang diturunkan Allah kepadanya Kitab Suci yang mengandung perintah dan pengajaran-perigajaran yang

115

Page 104: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

harus disampaikan, dan berisi norma-norma dan hukum yang dipandang baik oleh Allah bagi hamba-hambaNya untuk berdiri pada norma dan hukum-hukum itu. Dan bahwa semua Kitab Suci yang diturunkan kepada para Rasul Tuhan itu adalah benar —; dan harus diyakini, bahwa para Rasul itu didukung oleh kekuatan Tuhan dengan sesuatu yang tidak bisa diselami akal dan di luar kemampuan ummat manusia melakukannya, yakni berupa ’’Mu’jizat” yang menjadi bukti atas kebenaran da’wahnya. Maka karenanya, bila Rasul mendakwakan, bahwa ia telah diberi tugas Kenabian dan ia membuktikan itu dengan mu’jizat, wajiblah membenarkan Kerasulannya itu.

Sejajar dengan itu, wajiblah dengan pasti mengi’tikadkan ketinggian fithrah-kejadian Rasul-Rasul Tuhan itu, sehat akal, benar dalam segala pembicaraannya, amanah dalam menyampai- kan apa yang diperintahkan Tuhan kepada mereka untuk me- ^ nyampaikannya dan terpelihara dari segala perangai manusia yang jelek. Anggota badan mereka selamat dari cacat yang tidak sedap dipandang mata, yang dapat menyebabkan orang yang berperasaan sehat menjauhkan diri dari padanya, bersih dari sifat-sifat sebaliknya dari yang tersebut itu. Roh mereka mempunyai nilai yang lebih tinggi di sisi Tuhan, yang tidak mungkin roh manusia biasa dapat menandinginya. Adapun bidang lain dari yang tersebut itu, mereka itu adalah sebagai manusia biasa juga, yakni makan, minum, tidur; mereka juga sakit, dan kadang-kadang malahan ada yang dianiaya oleh orang jahat, mendapat ancaman, bahkan ada di antara Nabi-Nabi itu yang mati dibunuh orang.

Tentang Mu’jizat, bukanlah suatu barang yang mustahil menurut akal. Karena tidak ada dalil yang kuat untuk .mengatakan mustahil terhadap sesuatu yang luar biasa wujudnya Bahkan sering kejadian yang dapat disaksikan pada keadaan diri orang yang sakit yang tidak mau makan beberapa waktu -> lamanya, yang kalau sekiranya orang itu dalam keadaan sehat tidak menelan makanan dalam masa sekian lama itu, pastilah ia mati, di samping ada faktor yang menyebabkan ia bertambah lemah, dan lapar yang mendorongnya untuk cepat mati. Jika ada yang mengatakan, bahwa hal itu adalah menurut hukum alam yang lain lagi, kami menjawab: ’’Bahwa yang mengada- kan hukum alam itu Dialah yang menciptakan sekalian alam ini, maka karena itu tidaklah mustahil bahwa Ia mengadakan pula hukum alam yang khusus dengan

116

Page 105: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

sesuatu yang menyalahi kebiasaan” Walhasil kita tidak dapat menyelami persoalan mu’jizat itu, tetapi kita hanya dapat melihat bekasnya pada orang yang diberikan Allah kurnia mendapatkannya. Dengan i’tikad yang kita anut, bahwa Yang Maha Menjadikan alam ini adalah Maha Kuasa, mempunyai kebebasan, menjadi mu- dahlah kita tahu, bahwa Dia tidak dapat dirintarigi untuk menjadikan sesuatu kejadian yang bagaimanapun juga luar bia- sanya, yakni bila sesuatu itu telah ada dalam IlmuNya, bahwa Ia akan menciptakan seperti ya\g demikian itu.

Mu‘jizat mestilah muncul bersama-sama dengan keangkatan menjadi. Nabi. la bisa terwujud dengan seketika sebagai dalil yang meyakinkan bagi benarnya pengakuan seorang atas Kena- biannya itu. Karena seorang Nabi perlu bersandar kepada mu'jizat / itu dalam menjalankan tugas da‘wahnya, bahwa ia benar menyam/ paikan apa yang datang dari Allah. Maka pemberian mu‘jizat itu kepada Nabi-nabi, berarti penguatkan bagi kebenaran missinya. Mustahil bagi Allah untuk menguatkan orang dusta, karena menguatkan orang yang dusta itu berarti membenarkan kedustaannya, dan membenarkan orang yang lusta itu adalah suatu kedustaan pula adanya; dan hal itu adalah mustahil bagi Allah.

Apabila mu‘jizat itu telah menampakkan diri, padahal ia suatu yang di luar kemampuan manusia dapatlah diketahui dengan pasti, bahwa Allah tidak akan mempertunjukkannya, kecuali untuk membenarkan orang yang mu‘jizat itu berada ditangannya.

Adapun sihir dan persoalan-persoalan seperti itu, maka

117

Page 106: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

jika dapat diterima, bahwa bekasnya adalah juga suatu hal yang mengagumkan lagi mengatasi kekuatan jasmaniyah biasa, namun ia tidak dapat mendekati keluar-biasaan yang ada pada mu‘jizat sedikitpun juga.

Wajibnya sifat-sifat tersebut itu tadi pada diri para Nabi, ialah andaikata fitrah-kejadian mereka lebih rendah dari orang- orang yang sezaman dengan mereka, atau jiwa mereka lemah menghadapi kekuatan jiwa orang lain, atau akal mereka mempunyai cacat yang bisa melemahkan, tentulah mereka tidak berhak untuk mendapatkan kedudukan istimewa yang diberikan oleh Ilahi, kedudukan. yang mengatasi segala-galanya. Mereka mendapat keistimewaan dengan wahyu yang diterirnanya, mereka mendapat keistimewaan dengan terbukanya tabir rahasia-rahasia ilmu bagi mereka. Dan andaikata badan diri mereka tidak bersih dari cacat yang bisa menyebabkan orang menjauhkan diri, sungguh akan seganlah hati untuk melihat wajah mereka, hal . mana akan dijadikan hujjah bagi orang yang ingkar untuk mengingkari pengakuan mereka sebagai seorang Rasul. Sekiranya Nabi-nabi itu berdusta atau khianat, atau jelek riwayat hidup mereka, hal itu tentu akan melemahkan kepercayaan orang kepada mereka, dan dengan sendirinya mereka akan menjadi juru penyesat', bukan pembimbing. Dan dengan begitu hilanglah rahasia atau hikmat mengutus mereka sebagai Rasul. Demikian pula halnya sekiranya mereka lalai ataii suka lupa dalam menyampaikan akidah-akidah dan hukum-hukum yang diwajibkan kepada mereka buat menyam- paikannya.

Tentang terjadinya kesalahan pada diri mereka di luar dari tugas mereka menyampaikan berita yang datang dari Allah, yang tidak ada hubungan sama sekali dengan Syari‘at, menurut sebagian Ulama, hal itu boleh saja, sedang pendapat kelompok ter besar para Alim-Ulama menyanggah pendapat itu.

Apa yang pemah kejadian pada diri Nabi, seumpama beliau pernah melarang sahabatnya memperkawinkan atau memper- senyawakan (talqih) bibit korma, tetapi kemudian beliau mem- perbolehkan kembali hal itu karena ternyata baik pengaruhnya kepada buah, adalah untuk memberitahukari kepada. manusia, bahwa segala cara yang dapat membawa hasil baik, begitu pula sistim-sistim pertanian yang lebih bermanfa‘at dalam urusan duniawi, maka hal itu diserahkan kepada kecerdasan ilmu penge-tahuan mereka sendiri serta pengalaman-pengalaman mereka, tidak terlarang asal saja Syari‘at Agama dapat terpelihara dengan baik.

118

Page 107: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Hikayat yang dikisahkan Tuhan dari hal Nabi Adam dan dianggap durhakanya beliau tersebab memakan buah kayu surga (Khuldi), hal itu memang termasuk soal yang agak sulit untuk menggali apa rahasianya larangan memakan buah itu. Begitu juga hukuman yang dijatuhkan Tuhan kepada Adam sebagai sangsinya. Paling tinggi yang dapat kita ketahui, ialah bahwa peristiwa itu adalah menjadi sebab ramainya pembangunan di bumi ini dengan berkembang-biakflya anak-cucu Adam, seolah-olah dengan adanya larangan memakan buah kayu surga itu dan terjadinya pelanggar- an, adalah sebagai isyarat kepada' adanya dua tingkat (phase ketika, zaman) bagi zaman kehidupan Adam ’alaihissalam, atau adanya dua manifestasi bagi dua macam jenis manusia dalam wu judnya 21 >. Wallahu A‘lam (Allah-lah yang lebih mengetahui) Memang sulit untuk menegakkan dalil akal ataupun untuk mem- benarkan dalil Agama yang dapat meyakinkan orang menurut pendirian yang dianut oleh kelompok terbesar para Alim Ulama tersebut di atas.

21 Masalah itu telah dibahas oleh pengarang secara panjang lebar dalam menafsjrkan Kisah Adam yang tersebut dalam Surat Al-Baqarah yang dapat dicari dalam tafsir beliau ”A1-Manar” jilid pertama. Setahu kami uraian itu penting sekali bagi setiap orang. Dikatakan, bahwa Adam a.s. waktu ia di dalam Surga, bukanlah seorang Nabi dan Rasul. Ketika itu ia tidak mempunyai ummat yang dikhawatirkannya akan turut keliru dalam mengikuti jejaknya. Telah tersebut dalam Hadits Nabi yang sahih, tentang perkara syafa'at, bahwa Nuhlah awal Rasul Tuhan yang dikirim Allah kepada penduduk bumi ini; dan itu cocok dengan keterangan yang jelas dari ayat-ayat Al-Quran yang tidak cukup tempat untuk menyebutkannya semua di sini. Tetapi yang dimaksud ialah bahwa Kisah Adam tidak dikemukakan menurut dalil fikiran yang dapat mereka perpegangi sebagai dalil untuk menyatakan, bahwa ma'sumnya (terpelihara dari kesalahan) Nabi-nabi itu hanya tetap setelah ia diberi besluit Kenabian, tidak sehelumnya. Dan yang telah disepakati ialah, bahwa Nabi-nabi itu adalah ma‘sum dalam menyampaikan Risalahnya, atau dari menghilangkan Risalah itu, ma‘sum dari durhaka kepada Tuhan. Berkata Sa‘ad dalam Syarah Al-Maqashid, bahwa menurut pendirian kami, yang dimaksud ialah : terjauhnya Nabi-nabi itu dari mengerjakan dosa-dosa besar setelah diangkat jadi Nabi Secara mutlak, dan dari dosa kecil kalau dengan sengaja, tidak karena lupa; tetapi itupun tidak terus-menerus, bahkan beliau-beliau itu segera diperingati Tuhan sehingga mereka sadai. Tentang persoalan pendurhakaan Adam memakan buah kayu itu, beliau menjawab, bahwa hal itu terang sebelum beliau diangkat jadi Nabi. ’’Betapa tidak”. Kata beliau sedang didalam Surga waktu itu belum ada umat, dan lagipun Adam waktu itu dalam keadaan lupa”; kaiena mengingat Firman Allah : ’’Fanasiya” (maka Adampun menjadi lupa) sampai keterangan kepada akhir ayat seterusnya.

119

Page 108: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

VIII

KEBUTUHAN UMMAT MANUSIA KEPADA RASUL

Dalam fasal yang lalu telah dikemukakan pembicaraan yang penting, berupa tinjauan dari jurusan pertama, yakni se- gi yang wajib bagi orang yang beriman untuk mengi’tikadkan- nya tentang ke-Rasulan Rasul-Rasul Tuhan, Dan pembicaraan dalam fasal ini akan tertuju insya Allah — tentang kebutuhan manusia kepada Rasul-Rasul itu. Persoalan ini telah merupakan pertentangan faham di antara para sarjana, persoalan yang sering membawa orang tergelincir dan yang banyak memeras fikiran para ahli fikir. Dan tidak ada selera untuk mengemukakan pendapat . yang pertama, dan tidak pula bermaksud untuk mengemukakan buah fikiran yang Tainnya. Tetapi kami akan mengetengahkan dalam lembaran kertas ini akan apa-apa yang mesti kami terangkan, yakni yang bersangkut-paut dengan i‘tikad dan menjelajah persoalannya dari jalan-jalan yang terdekat tanpa menyinggung pendapat orang yang kontra ataupun pendirian orang yang pro, kecuali berupa isyarat yang halus secara sambil lalu, ataupun uraian yang mendalam yang tidak cukup dengan penjelasan yang sederhana saja.

Untuk memasuki pembicaraan dan memberikan analisa tentang kebutuhan manusia kepada Rasul-Rasul Tuhan itu, ada dua jurusan tempat kita masuk. Pertama, — telah kita singgung tadi — dimulai dari kepercayaan (i‘tikad) dengan kekalnya roh manusia setelah mati, dan bahwa bagi manusia ada hidup yang kedua setelah berakhirnya hidup di dunia ini. Dalam hidup mana mereka akan mengecap nikmat bahagia atau beroleh celaka dengan azab yang amat pedih.

Bahagia dan celaka dalam kehidupan yang abadi itu adalah menurut amal perbuatan manusia itu sendiri, selagi berada dalam hidup di dunia yang

120

Page 109: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

fana ini, baik perbuatan-perbuatan itu berkenaan dengan kejiwaan (rohaniyah) seperti berbagai kepercayaan manusia, atau berupa cita-cita dan kemauan-kemauan, ataupun berbUatan-perbuatan badaniyah seperti bermacam-macam ibadat dan mu’alamat (ekonomi, perdagangan dan sebagainya).

Semua . pihak sepakat mengatakan, baik manusia yang ter- golong kaum yang mempercayai Tuhan Esa (monotheismus) atau yang mempercayai Tuhan banyak (polytheismus) maupun kaum filosof sendiri kecuali sedikit, yaitu orang yang kurang pertimbangaiinya, bahwa roh manusia itu adalah abadi, hidup terus ^setelah ia berpisah dengan badan, tidak akan mati lagi setelah mengalami kematian yang fana di dunia ini. Sedang masalah kematian inipun adalah suatu soal yang batin dan rahasia. Demikianlah mereka telah sepakat mengenai masalah kekalnya roh setelah ia berpisah dari badan, sekalipun mereka berbeda pendapat tentang cara bagaimana menggambarkan kekalnya itu, kemana perginya roh itu dan tentang jalan-jalan mem- buktikannya. Ada yang mengatakan, bahwa roh-roh itu berpin- dah (transmigrate) ke dalam jasad manusia atau hewan terus- menerus, dan berpendapat, bahwa perpindahan itu berakhir tatkala roh itu sampai kepada martabatnya yang paling sempurna. Di antara mereka ada pula yang mengatakan, bahwa manakala roh itu telah meninggalkan jasad, ia pergi kembali kepada alam rohani yang bebas dari pengaruh alam kebendaan ini, di mana ia dapat mengecap kelezatan hidup atau celaka yang harus diderita- nya. Ada lagi yang berpendapat, bahwa roh itu sekeluarnya dari jasad ia segera menggabungkan diri dengan jisim (zat) apa yang dinamakan ether yang sangat jauh lebih halus dari jisim-jisim (benda-benda) yang dapat dilihat dengan pancaindera.

Perbedaan fikiran tentang rahasia kebahagiaan dan keru- gian di hari akhirat, tentang kelezatan hidup di hari Akhirat itu serta jalan-jalan yang dapat membawa kepada beroleh nikmat itu atau untuk teijauh dari siksaan yang terus menerus, dan begitupun timbulnya bermacam-macam pendapat ummat-ummat yang dahulu maupun yang sekarang, memang banyak sekali hampir-hampir tidak dapat dihitung.

Tanggapan fikiran yang umum merata bagi tiap-tiap pribadi manusia baik yang cerdik maupun yang bodoh, yang biadab maupun yang sopan, orang desa maupun orang kota, yang kuno ataupun yang modern, tentang

121

Page 110: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

adanya hidup sesudah hidup yang sekarang ini, tidak mungkin dipandang sebagai fi- ^ kiran yang sesat, ataupun was-was yang diragukan kebenarannya. Tetapi ia merupakan soal ilham yang khusus diberikan oleh Allah kepada manusia dalam soal ini. Sebagaimana manusia itu diberi ilham, bahwa akal dan fikirannya menjadi pokok bagi kehidupannya di dunia ini, sekalipun ada beberapa gelintir orang yang berpendirian janggal mengatakan, bahwa akal dan fikiran manusia itu tidak cukup untuk memimpin manusia dalam melakukan sesuatu amal perbuatan, atau berpendapat, bahwa tidak mungkin bagi akal untuk menentukan sesuatu kepercayaan (i’tikad, dogma) dan tidak mungkin pula bagi fikiran untuk dapat menyampaikannya kepada sesuatu yang belum diketahui, bahkan mereka mengatakan, bahwa tak ada wujud yang hakikat bagi alam ini, kecuali dalam ciptaan khayal belaka'; mereka itu menjadi orang yang ragu-ragu (skepsis, sangsi) hatta pada dirinya sendiri. Pendapat yang ganjil kedengarannya itu tidak akan dapat mematahkan kebenaran ilham umum yang telah merata kepada tiap-tiap orang, bahwa akal dan fikiran itu adalah merupakan rukun hidup dan sendi bagi kebakaan manusia sampai kepada batas ajal yang telah ditentukan. Demikian pulalah telah diilhamkarf kepada akal dan diberikan perasaan kepada jiwa (roh), bahwa umur manusia yang pendek ini pada hakikatnya bukanlah akhir kehidupan manusia dalam wujudnya ; akan tetapi manusia melepaskan tubuh kasarnya itu tak ubahnya seperti ia melepaskan kain dari badannya, kemudian hidup kembali dengan kehidupan yang abadi dalam babak terakhir sekalipun ia sendiri tidak mengerti akan hakikat kehidupan ter-akhir itu. **

Ilham itu hampir-hampir dapat mendesak sesuatu kenyataan karena demikian jelasnya pengertian yang diberikan kepada manusia, di mana manusia dapat merasakan, bahwa dirinya didptakan oleh Tuhan bersedia menerima ilmu pengetahuan yang tidak ada akhirnya dan mencari jalan-jalan yang tidak dapat dibatasi. Manusia gemar kepada kelezatan-kelezatan yang tidak terbatas, tidak mau berhenti dalam satu garis titik. Ia mempersiapkan diri guna menqapai darjat yang lebih sempurria yang tidak ada ujungnya. Manusia juga menderita bermacam- macam penderitaan karena memperturutkan keinginan hawa- nafsu yang berlebih-lebihan, karena serangan penyakit ke dalam tubuh serta peijuangan menentang cuaca buruk dan kebutuhan- kebutuhan hidup yang menekan dan lain-lain sebagainya

122

Page 111: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

yang tak dapat disebut dan memang tidak akan habis-habisnya bila dihitung. IlKam, yang mengajak manusia — kepada pengertian, bahwa Zat yang memberikan wujud bagi segala jenis makhluk, hanya memberikan persediaan menurut kadar yang dibutuhkan masing-masing dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya, dan Zat yang memberikan wujud itu tak ada yang percuma dan tak pemah pula memberikan ukuran secara raba-raba, Maka karenanya tidaklah sah, bahwa kejadian manusia yang mempunyai persediaan untuk menerima bermacam-macam ilmu pengetahuan, berbagai penderitaan, kesenangan-kesenangan dan kesempurnaan- kesempurnaan, bahwa kebakaan hidupnya terbatas hanya kepada beberapa hari atau beberapa tahun saja.

Perasaan-perasaan seperti itulah yang menggerakkan segala roh untuk merasakan kehidupan yang baka lagi abadi dan mengenangkan bagaimanakah keadaannya bila ia telah sampai ke sana ; bagaimanakah caranya mendapat petunjuk tentang itu dan manakah jalan yang harus dilaluinya, sedang barang yang dicari itu adalah suatu yang gaib dan dalil untuk itu adalah amat lemah dan sukar sekali. Perasaan-perasaan kita menghendaki supaya kita mempergunakan akal untuk menghadapi kehidupan duniawi yang pendek ini, namun kita tidak mampu untuk berdiri di atas jalan yang sebaik-baiknya ; bahkan kita harus belajar mendidik dan memimpm dulu, dan menghabiskan waktu beberapa lama lagi guna membetulkan hasil penyelidikan dan me- luruskan jalan fikiran, memperbaiki perasaan dan menjernihkan otak. Dan nyatanya sampai dewasa ini kita senantiasa berada dalam gangguan kehidupan dunia yang selalu goncang, yang tidak dapat kita ketahui dengan pasti kapan kita akan t.erlepas dari kegoncangan-kegoncangan itu. Kita tetap merindukan ketenang- an, tetapi tidak tahu kapan kita akan sampai kepadanya.

Inilah posisi kita dalam memahamkan alam yang nyata di mata kita, maka apakah gerangan yang dapat dicapai oleh a'kal dan fikiran kita tentang apa-apa yang terjadi ai alam gaib ? Apakah ada di antara bukti yang ada di hadapan kita se- karang suatu tanda yang dapat menuntun kita untuk mengetahui alam yang gaib itu ? Apakah ada dalam sistim berfikir yang dapat menyampaikan seseorang untuk mengetahui apa-apa yang ditentukan baginya dalam kehidupan akhirat yang dikenangkan- nya, bahwa kehidupan itu pasti akan ditemuinya ? Tetapi ia sendiri tidak diberikan kekuatan yang dapat menembus rintang- an untuk menerangkan apa-apa yang telah tersedia baginya dalam kehidupan di sana itu dan menerangkan situasi-situasi yang

123

Page 112: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

akan ditemuinya setelah roh itu berpisah dengan badannya, atau urituk mengetahui tangan siapa yang mengendalikan keadaan- keadaan itu ? Adakah di antara cara-cara penyelidikan itu yang dapat meyakinkan kita tentang sesuatu yang bersangkutan dengan kehidupan di sana itu, berupa i’tikad-i’tikad dan amal-amal perbuatan, padahal alam sana itu masih gelap bagi kita dan kehidupan yang beriaku di sana adalah suatu masalah yang ter- lalu sulit dibanding dengan keadaan diri kita sendiri ? Sekali- kali tidak bisa! Karena perhubungan antara dua alam itu (dunia dan akhirat) hampir terputus menurut penyelidikan akal dan perasaan dan tak ada pertalian di antara keduanya kecuali dalam diri sendiri. Maka begitulah peninjauan ke alam yang nyata di hadapan kita sekarang, tidak dapat menyampaikan kita kepada yakin tentang hakikat alam-alam yang akan datang itu.

Apakah tidak sebagian dari hikmat-kebyaksanaan Yang Maha Mendpta lagi Bijaksana - Yang menegakkan urusan manusia menurut kaidah Pimpinan dan Pengajaran, yang menjadikan manusia dan memberinya penerangan yang mengajarnya berkataka ta supaya dapat sating mengerti satu sama lain yang meng- ajamya menulis agar dapat berkorespondensi (komunikasi) dengan-j yang lain, bahwa Ia jadikan di antara martabat-martabat ummat manusia itu orang-orang yang dipilihNya sendiri ? Memang Dialah yang lebih tahu, ke atas pundak siapa jabatan Kerasulan itu diletak- kanNya ! Dialah (Allah) memberikan ciri-dri perbedaan kepada Ra- sul-Rasul itu dengan fitrah kejadian yang suci-mumi. Ia tinggikan martabat rohani mereka sampai kepada martabat yang sempuma dan wajar untuk menerima nur-cahaya ilmu-Nya dan menerima amanah (kepercayaan) untuk memelihara rahasiaNya, yang andai- kata rahasia Allah itu terbuka bagi manusia lain sebagaimana ter- bukanya bagi para Rasul itu, sungguh akan menjadi kacau-balau- lah jiwa (roh) mereka, atau mereka menjadi hilang akal karena ketinggian dan kebesaranNya. Begitulah para Rasul diberi kehor- matan untuk mengetahui yang gaib-gaib dengan izin Allah, mereka tahu apa yang bakal terjadi pada diri manusia. Dan adalah mereka dengan martabat Kerasulan yang tinggi itu berdiri sebagai penghubung dua alam ; yaitu ujung (akliir) alam yang kita saksikan sekarang ini dan permulaan alam gaib. — Mereka di dunia seakan-akan bukan penduduk dunia. Mereka adalah merupakan perutusan akhirat yang mengenakan pakaian yang bukan dari penduduknya pula. Kemudian Rasul-Rasul itu menerima perintah dari

124

Page 113: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Allah supaya menerangkan kebesaran Ilahi itu kepada manusia dan memberikan penerangan tentang sesuatu keadaan yang menyangkut dengan sifat-sifat Allah yang masih gelap bagi akal, padahal ia dikehendaki Tuhan supaya menjadi i’tikad (kepercayaan) jummat manusia, yang merupakan sumber kebahagiaan dalam kehidupan hari akhirat nanti. Dan bahwa mereka harus menjelaskan kepada manusia tentang halj^j ihwal hari akhirat itu, apa yang harus mereka ketahui, dengan ibarat dan keterangan yang dapat diterima oleh akal dan tidak jauh dari jangkauan paham manusia itu. Mereka harus menyampaikan syari’at-syari’at umum yang datang dari Tuhan, memberikan ketentuan bagi manusia dalam mengatur diri mereka, menyalurkan keinginan-keinginan mereka itu dan mengajarkan kepada mereka tentang kerja-kerja yang membawa bahagia dan mendatangkan celaka kelak di alam gaib, yang semua itu diberikan secara jelas dengan panjang lebar dan rasa yang penuhkesadaran. Penerangan secara ringkas pun dapat memasuki rongga hati- nurani manusia. Dalam penerangan mana telah tercakup segala hukum-hukum yang bertalian dengan seluruh amal-amal lahir batin. Kemudian, dalam memberikan penerangan-penerangan itu, para Rasul itu dibekali dengan suatu kekuatan yang tidak bisa' ditandingi oleh kekuatan manusia berupa ayat-ayat suci sebagai dasar hukum, di mana mereka menegakkan hujjah (alasan-alasan yang kuat), sehingga orang menjadi puas dengan kebenaran Kerasulan. Maka dengan demikian tetaplah mereka” menjadi utusan Allah kepada makhluk insani sebagai penyampai berita gembira dan sebagai pemberi peringatan.

Tidaklah dapat disangsikan, bahwa Zat Yang menciptakan makhluk dengan ciptaan yang sebaik-baiknya dan menjadikan alam yang amat indah kejadianrtya ini, Yang bersifat pemurah kepada semua makhluk yang hidup sesuai dengan kebutuhannya masing-masing, dan Yang tidak mencegah orang hina maupun mulia untuk mengecap rahmatNya di antara para makhlukNya —, tentulah hal itu karena santunNya kepada jenis makhluk yang telah diciptakanNya dengan sebaik-baiknya, makhluk yang telah diberinya persiapan untuk dapat menerima ilmu pengetahuan yang dapat mengimbangi pemberian-pemberian Tuhan kepada makhluk yang lainnya — ; ilmu pengetahuan mana dapat melepaskan manusia itu dari kebingungan dan yang menyelamatkan- nya dari kekalutan dalam menghadapi dua kehidupannya yang penting (dunia dan akhirat) serta menghindarkannya darikesesat- an

125

Page 114: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

dalam mengabdi kepada dua keadaan yang pokok itu. Berhubung dengan itu ada orang yang berkata : ”Dan kena- pa tidak

terdapat dalam naluri manusia (instinct, gharizah) apa yang dibutuhkan oleh manusia berupa ilmu-pengetahuan dan tidak. diletakkan dalam naluri itu suatu rasa kepatuhan untuk bekerja dan melalui jalan yang membawa kepada tujuan mencari kebahagiaan hidup di hari akhirat itu ? Dan Apakah pengaruh contoh-contoh tentang keajaiban-keajaiban rahmat Ilahi yang dikemukakan tadi dalam bidang pimpinan dan pengajaran?”

Pertanyaan yang seperti ini lahir dari akal yang kacau dan lengah dari pokok pembicaraan semula — yaitu yang bersang- kut dengan jenis manusia. Jenis makhluk manusia itu haruslah menurut apa yang ada pada dirinya dan apa yang mengendali- kannya, berupa roh yang bisa menggeriakkan fikiran, dan ber- beda-bedanya kekuatan fikiran itu dengan berbedanya pribadi- pribadi manusia itu sendiri; dan bahwa tidaklah semua pribadi itu segala bisa dan tahu dalam segala perkara menurut tabi’atnya, dan bahwa wujud manusia itu sendiri tetap menjadi _pokok pembahasan dan pembuktian. Kalaulah manusia itu diberi ilham untuk mendapatkan apa saja yarig dikehendakinya (tanpa belajar, pen.) sebagaimana yang diberikan kepada hewan-hewan, tentulah ia bukan menjadi jenis manusia lagi, tetapi bahkan adakalanya ia menjadi hewan yang lain seperti lebah dan semut, atau sejenis malaikat diantara malaikat-malaikat yang bukan penduduk bumi ini.

KEBUTUHAN KEPADA RASUL ADALAH DARI TABI’AT MANUSIA SENDIRI

Dalam perjalanan sejarah ummat manusia sejak zaman pur- bakala sampai kepada masa modern sekarang ini, kita melihat bahwa di antara manusia ada yang hidup memisahkan diri dari masyarakat manusia ramai pergi menghirup udara alam bebas kesementara hutan-hutan rimba atau ke puncak-puncak bukit, berjinak-jinakan dengan binatang dan hidup seperti halnya hidup binatang-binatang itu; ia memakan rumput dan akar-akar kayu dap ia bertempat tinggal dalam gua-gua dan batu-batu besar, ia memelihara diri dari serangan-serangan musuh dengan ber- lindung ke dalam lobang batu-batu besar dan memanjat pohon- pohon; pakaiannya cukup dengan melekatkan daun-daun kayu ataupun kulit binatang buas yang ada di darat. Begitulah keadaannya sampai ia meninggalkan dunia yang fana ini

126

Page 115: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Tetapi manusia yang seperti ini, tak ubahnya seperti lebah yang telah memisahkan diri dari kesatuannya dan hidup dengan kehidupan yang tidak sesuai lagi dengan apa yang telah ditentukan bagi jenisnya. Dan memang manusiapun sama halnya dengan macam-macam jenis makhluk yang lain, yang menurut naluri tabi’atnya, adalah hidup secara berkelompok, sekalipun kelompok- kelompoknya manusia banyak golongannya, di mana tiap-tiap jama’ah bekerja untuk kepentingan semua dalam mempertahankan kebakaan hidupnya dan semua bekerja untuk kepentingan masing- masing guna pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya pula; tiap-tiap pribadi dalam jamd’ah itu harus merasakan kepentingan bersama yang meliputi atas nama satu nama saja. Sejarah perkembangan ummat manusia membuktikan hal itu, karenanya tidak perlu kepada keterangan yang panjang lebar dalam pen-jelasannya. Cukuplah bukti bagi kita, bahwa manusia tidak bisa hidup kecuali dengan bermasyarakat. Kekuatan bisa bertutur kata yang diberikan kepada manusia itu, maka dengan dijadikan lidah tidaklah dimaksudkan untuk menggambarkan arti lafazh- lafazh serta menyusun berbagai ibarat, melainkan karena sangatnya kebutuhan untuk saling mengerti “di' antara sesama manusia itu; dan tidaklah kebutuhan yang sangat untuk saling memahami isi hati di antara dua orang'atau lebih banyak, melainkan suatu bukti yang paling nyata, bahwa masing-masing manusia memerlu- kan kepada yang lain.

Kebutuhan masing-masing orang dalam jama’ah kepadayang lain adalah suatu hal yang tidak diragukan lagi. Manakala banyak sesuatu yang dibutuhkan seseorang (individu) dalam kehidupannya, makin bertambah pulalah hajatnya kepada tangan-tangan pertolongan orang banyak. Maka begitulah hajat kepada kebutuhan itu, makin bertambah-tambah; sebagai akibatnya terjadilah per- hubungan dari serumah tangga kepada golongan, dari golongan kepada sebangsa dan kemudian kepada jenis manusia di

127

Page 116: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

seluruh dunia dalam bentuk perhubungan yang lebih luas lagi. Hari-hari kita yang silih berganti dewasa ini cukup membuktikan, bahwa perhubungan masing-masing yang disertai karena kebutuhan telah menjadi merata bagi semua bangsa sebagaimana tidak menjadi rahasia lagi.

Kebutuhan yang demikian itu terutama nyata bagi bangsa yang terang batas tempat tinggal atau tanah air di mana ia berada, Baginya ada perhubungan dan kontak yang membedakannya dari yang lain; hajat kepada kebakaan, hajat untuk mengecap kelezatan nikmat-nikmat hidup, hajat kepada merangkul beberapa keinginan- keinginan dan menolak apa yang tidak disukai berupa bencana- bencana yang bermacam-macam ragamnya.

Sekiranya urusan manusia berjalan menurut sistim yang disetujui bersama, tentulah kebutuhan itu tadi merupakan faktor yang paling penting yang dapat membina cinta-kasih di antara masing-masing pribadi, faktor yang dapat menginsafkan tiap orang, bahwa kebakaannya (kelangsungan hidupnya) bergantung kepada kebakaan semua. Maka semua sama dengan kedudukan sebagian, yang kekuatannya dipergunakan untuk keperluan yang sebagian itu. Sedang cinta-kasih adalah merupakan tiang pokok perdamaian dan perutusan keamanan ke dalam hati manusia la dapat men- dorong masing-masing pihak yang berkasih-savang untuk bekeria bagi kemaslahatan yang lain yang dapat membangkitkan semangat masing-masingnya untuk membela diri di kala kedatangan bahaya. Maka adalah kasih sayang itu menjaga bagi peraturan yang berlaku bagi bangsa-bangsa dan menjadi jiwa bagi kebakaannya, sedang kasih-sayang itu memerlukan adanya kebutuhan, sesuai dengan undang-undang alam. Karena kasih itu mendatangkan hajat ke butuhan pada diri kita, kepada siapa yang kita kasihi atau apa yang kita sayangi, maka jika kasih-sayang itu telah mendalarn ia cisa memabukkan dan mengasyikkan kita

.Akan tetapi adalah menjadi undang-undang bagi cinta, bahwa ia harus timbul dan kekal di antara mereka yang berkasih- sayang itu, yakni bila jada hajat-kebutuhan kepada zat yang dicintainya atau apa yang di tangannya itu tidak hendak dilepas- kannya lagi. Cinta yang seperti ini tidak akan terdapat dalam diri manusia kecuali bila ia timbul dari pengaruh yang ada terdapat dalam roh yang dicintainya itu sendiri serta sifat-sifat pribadinya yang melekat pada dirinya, sehingga kelezatan perhubungan cinta itu sendiri tidak karena sesuatu pengaruh yang datang dari luar.

128

Page 117: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Maka sekiranya perhubungan cinta karena pengaruh yang bertujuan untuk mengharapkan materi sebagai imbangan, berubah- lah status cinta itu ke arah memancing keuntungan dan bergantung terus atas dasar mengambil keuntungan itu, bukan lagi karena semata-mata pengaruh cinta-murni. Dan akhirnya cinta di antara keduanya terdesak, ada kalanya berubah menjadi cinta paksa, atau karena takut, atau pura-pura dan hanya karena tipu muslihat dari kedua belah pihak.

Anjing juga mencintai Tuannya, menyelamatkan dan mem-pertahankan Tuannya itu mati-matian, karena ia melihat bahwa Tuannya itu adalah sumber kebaikan untuk memenuhi segala kebutuhannya. Maka gambaran kenyang, puas dan kesetiaan kepada Tuannya itu, disertai dalam ingatannya dengan gambaran orang yang Tnemeliharanya itu. Ia merasa khawatir dengan hilang- nya sumber kebaikan itu karena kepergian Tuannya, maka karenanya ia menjadi loba sekali kepada kebaikan Tuannya sebagaimana ia mempunyai hasrat untuk mem be la hidupnya sendiri. Dalam keadaan yang begitu andaikata pemeliharaannya berpindah kepada orang lain, dan Tuannya tadi lenyap dari pandangan m^tanya beberapa tahun tetapi secara tiba-tiba ia melihat bekas Tuannya itu berada dalam bahaya —, kembalilah gambaran baik selama ini baginya, dan berjuanglah ia sekuat tenaganya untuk melepaskan Tuannya dari marabahaya yang mengancam.

Hal itu bisa terjadi, ialah karena ilham yang memberi petunjuk kepada ingatan anjing itu tidak banyak cabang-cabangnya sehingga perasaannya berkisar hanya antara kebaikan dan siapa yang memberikannya, dan dibalik itu tidak ada lagi ingatannya. Demikianlah hajait anjihg itu kepada apa yang menutupi kebutuhannya sama dengan kebutuhannya kepada Tuan yang memelihara- nya. Maka ia mencintai Tuannya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri dan untuk itu ia tidak kikir memberikan tenaganya dan berkhidmat sebagai balas jasa.

Tetapi yang berkenaan dengan manusia — tahukah Anda siapakah gerangan manusia itu? — Ia lain dari yang tersebut di atas itu. Ia tidak -saja orang yang diberi ilham, tidak saja diberi pengetahuan, ingatan dan fikiran, tetapi bahkan kesempumaan jenisnya terletak dalam kesanggupannya untuk melepaskan fikir- an-fikirannya dari belenggu keinginan-k'einginannya; dan dirinya yang kecil itu digabungkannya kepada alam yang lebih luas sehingga dengan kemuliaan dan kebesaran yang ada pada dirinya kelak ia dapat menentang alam ini dengan segala

129

Page 118: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

daya kesanggupan yang tidak terhingga itu; dan dengan kekuatan otak dan kemampuan kerja yang ada pada dirinya ia dapat mencapai keinginan- keinginannya itu. Tetapi hal itu akan diiringi oleh kelezatan yang akan dinikmatinya dan di samping kelezatan itu akan berdiri kesusahan dan kekhawatiran. Maka begitulah keinginan manusia

130

Page 119: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Masing-masing manusia, berbeda-beda alam pengertiannya kapasitas kerjanya dan dalam kemauan dan cita-citanya. Di antara mereka ada yang bersikap masabodoh, lemah atau malas yang hanya memperturtitkan keinginan hawanafsu lagi bersifat tamak; ia melihat kawannya mau menolongnya dalam keperluan-keperluan hidupnya, tetapi celakanya kemudian ia berkhayal tentang bagaimana caranfa kelezatan yang ada di tangan kawannya itu dapat dimonopolinya semua tanpa mengindahkan perlunya mengganti dengan sesuatu hasil kerja. Dan bahkan ia ingin mendapatkan kelezatannya secara senang-senang saja tanpa keija, dan yang baik menurut dia sebagai ganti kerja, ialah memikirkan cara-cara penipuan agar dia bisa senang dengan segera sekalipun hal: yang demikian adalah kerja yang tidak ada manfa’atnya sama sekali. Hingga akhirnya terfikirlah baginya, bahwa tak mengapa hidup di dunia ini sendirian tanpa adanya kawan yang akan dijadikannya sasaran kekerasan, dan tidak peduli walaupun dengan jalan me- lenyapkan jiwa orang itu setelah merampas hartanya. Begitulah, manakala ia didorong oleh ingatan dan khayalnya untuk me- nangkis kekhawatiran atau untuk meneapai kesenangan, terbuka- lah baginya fikiran untuk menipu atau untuk mempersiapkan jalan dengan memakai kekerasan. Maka akhirnya sifat beri-memberi yang beijalan selama ini berganti corak dengan rampok-merampok, dan kerukunan berubah menjadi sengketa. Dan waktu itu yang menjadi pemegang peranan dalam kehidupan manusia satu di antara dua; penipuan atau kekerasan. Apakah bisa dihentikan

itu tidak terbatas dan demikian juga kekhaWatiran-kekhawatiran- nya tidak ada henti-hentinya.

"Sesungguhnya manusia itu dijadikan bersifat loba. Apabila ia ditimpa kerugian ia mengeluh. Dan apabila ia ditimpa kebaikan ia menjadi kikir, kecuali mereka yang mendirikan sembahyang”

(Q.S. 70, Al Ma’arij: 19,20; 21,22).

131

Page 120: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

gerangan keinginan manusia dalam memperebutkan kesenangan- kesenangan jasmaniah, dan pertarungan pribadi-pribadi yang loba untuk mencapai segala apa yang dianggapnya puncak keinginan- keinginannya dan sekalipun pada hakikatnya keinginan itu tidak ada akhirnya ? Tidak bisa !

Akan tetapi bagi manusia di samping itu telah ditentukan pula kelezatan rohaniah, dan dalam hal ini himmahnya yang paling besar adalah, bahwa ia harus menjadi orang yang dihormati di antara orang lain yang satu jama’ah dengan dia menurut luasnya lingkungan pergaulan jama’ah itu. Dan keinginan untuk menjadi orang yang harus dihormati ini telah menjadi demikian rupa sampai hampir saja dapat mengalahkan keinginan kepada yang lain- lain, dan kelezatan rohani yang dicapainya juga hampir-hampir tidak bisa ditandingi oleh segala rupa kelezatan, dan ia memang merupakan suatu faktor utama untuk menjaga kehormatan bangsa dan mengokohkan perhubungan di antara pribadi-pribadi dan bangsa-bangsa di dunia, yakni, bila ia dipergunakan menurut garis yang semestinya.

Tetapi orang telah menyimpang dari jalan yang semestinya itu seperti juga dalam hal-hal yang Iain-lain, karena sebab-sebab . yang telah kami singgung tadi, yaitu karena berbeda-bedanya^ martabat manusia dalam-perasaan, kemauan dan cita-citanya^ hingga tergambarlah bagi kaum cerdik-pandai, bahwa ia harus berusaha untuk mencapai kedudukan yang lebih tinggi di mata umum dengan jalan mengacau keamanan, menggoncangkan ke- tenteraman dan menimbulkan ketakutan di dalam hati orang banyak, yang semuanya itu dianggap seolah-olah tidak terlarang.

Apakah mungkin dengan jalan yang seperti ini akan tegak teratur urusan masyarakat, di mana organisasi harus dibina, dan kebakaan mereka dalam hidup bergantung kepada adanya kerja sama di antara mereka, dan keharusan adanya tolong- menolong dalam berbagai lapangan pekerjaan ? Apakah perbuatan-perbuatan seperti tersebut itu bukan merupakan sebab bagi kerubuhan mereka ?! Sebenarnya dalam hal-hal yang se-

132

Page 121: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

perti itu’ tadi tidak dapat diragukan lagi kemustahilannya untuk bisa mempertahankan kebakaan (kelangsungan) hidupnya. Oleh sebab itu untuk mempertahankan jenisnya dalam memelihara kebakaannya perlulah ummat manusia itu membina kasih- sayang atau yang identik dengan itu sebagai gantinya.

Sebagian orang pandai-pandai menurut masanya yang ber- lain-lainan mencari perlindungan, dan mereka beranggapan sebagaimana anggapan orang-orang yang mengerti, dan ia berbi- cara tentang suatu kalimat yang menarik hati : ’’bahwa keadilan adalah gantinya cinta”. Memang perkataan itu tidak ’ bisa bebas dari hikmat, tetapi siapakah yang menentukan undang- undang (kaidah-kaidah) keadilan itu dan yang sanggup membawa semua orang untuk harus memeliharanya ? Ada yang mengatakan, ’akallah yang bisa berbuat demikian. Maka sebagaimana fikiran, . ingatan serta khayal bisa merupakan sumber celaka, demikian pulalah ia bisa menjadi alat untuk mencapai bahagia dan menjadi sumber bagi ketenteraman. Dan kami telah menyaksikan, bahwa kelurusan fikiran, keluasan ilmu pengetahuan, kekuatan akal dan kepastian hukum menjadi lenyap dengan percuma pada kebanyak- an orang, di belakang tirai-tirai hawa rtafsu yang mengajak manusia itu walaupun untuk merampungkan hal yang mengerikan sebagaimana yang digambarkannya dalam khayal selama ini.

Orang-orang cerdik-pandai tadi menyatakan pula, bahwa bagi tiap-tiap hak itu ada kehormatannya; dan mereka memberikan. perbedaan antara kelezatan yang akan fana dan manfa’at yang akan berguna buat selama-lamanya. Dan di antara kaum cerdik-pandai itu yang ada di setiap bangsa memberikan ke- tentuan-ketentuan dasar tentang keutamaan dan membuka kedok perbuatan yang hina-dina; dan mereka telah membagi per- buatari manusia kepada dua macam. Pertama, ialah keija-keija , manusia yang lezat dikala mengerjakannya, tetapi buruk akibat- nya — dan itulah yang harus dijauhi. Kedua, kerja-kerja yang sulit menyelesaikannya tetapi mengembirakan dalam akibatnya — dan itulah perbuatan yang baik dikerjakan. Dan di antara kaum cerdik-pandai itu ada pula yang berjuang mengorbankan

ims. 133

Page 122: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

fikiran dan harta bendanya dalam mengajak ummat untuk rnelalui jalan yang benar menurut konsepsi yang dikemukakan- nya sehingga ia mati syahid dalam memanggil kaumnya itu untuk mematuhi aturan-aturan yang dibuat untuk keselamatan mereka. Kaum cerdik-pandai yang demikian itulah mereka yang seharus- nya membuat undang-undang keadilan, dan tinggal menjadi kewajiban para penguasalah lagi untuk membawa semua orang buat menjaga undang-undang itu, dan dengan itulah terjaminnya tata-tertib urusan ummat manusia dalam segala bidang.

Perkataan ini pada; lahirnya tidak jauh dari kebenaran. Tetapi apakah pernah terdengar dalam sejarah manusia, dan adakah sesuai dengan tabi’at manusia itu sendiri, bahwa semua orang atau sebagian besar dari mereka tunduk kepada kaum cendekiawan karena semata-mata pendapatnya itu benar ? Dapat- kah memberikan kepuasan kepada masyarakat, golongan dan bangsa ucapan kaum cendekiawan yang mengatakan, bahwa semua manusia itu adalah salah dan yang benar ialah apa yang diajak oleh kaum cendekiawan itu mematuhinya? Dan sekalipun dikemukakannya seribu sate dalil yang lebih terang dari cahaya dan lebih jelas dark pentingnya kasih-sayang untuk mempertahan- kan kebakaan hidUp manusia. Pasti hal itu tidak dapat memberikan kepuasan! Hal itu tidak pernah dikenal dalam sejarah manusia dan memang tidak cocok dengan tabi’at manusia itu sendiri. Padahal sebagaimana telah; kami kemukakan di atas tadi, bahwa di antara sebab yang membawa cel aka, ialah persengketaan manusia dalam pendapatnya, sedang kaum cendekiawan tertentu itu tadi mencoba mengajak orang banyak ke arah persamaan fikiran dan pendekatan dalam soal-soal pokok; padahal pengertian orang banyak itu tidak sama denagan pengertian (pendapat) yang ada pada orang cerdik-pandai, melainkan sama saja dengan pengertian si bodoh. Dan orang yang tidak sama martabat-martabat akalnya dengan Anda, tentu tidak bisa merasakan keutamaan yang Anda rasakan. Maka begitulah semata-mata penerangan yang berdasarkan kepada akal saja tidak akan bisa menolak adanya persengketaan dan tidak akan berhasil dalam membawa ketenteraman. Bahkan kadang-kadang orang yang menjalankan peraturan yang didptakan oleh akal manusia itu, malah ada yang mengaku atau merasa, bahwa ia lebih tinggi dari yang membuat peraturan itu sendiri, yang akibatnya manusia itu akan berbuat menurut kehendak keinginan .nafsunya masing- masing sehingga hilanglah kewibawaan peraturan itu dan runtuh- lah sendiri

134

Page 123: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

kekuatannya dan lenyaplah faktor yang menjadi maksud untuk membuat peraturan itu sendiri.

Baiklah saya tambahkan kepada uraian-uraian yang telah lalu itu 'yang mengenai perselisihan fikiran dan pertengkaran dalam memperebutkan keinginan hawanafsu akan faktor ’’ingatan- perasaan”, yakni suatu hal yang lebih erat hubungannya dengan naluri manusia dan faktor yang penting baginya. Semua manusia baik yang tinggi fikirannya dan kuat akalnya ataupun yang t lemah kecerdasannya dan rendah fithrah-kejadiannya, merasa V dalam dirinya, bahwa ia dikuasai oleh suatu kekuatan yang lebih tinggi dari kekuatan dirinya sendiri maupun dari kekuatan orang-orang yang berada disekelilingnya. Dan ia merasa pula, dirinya di perintah oleh kekuatan Iradat yang menguasai dirinya dan alam yang lain, yang tidak dapat diketahui oleh orang-orang pandai dan tidak pula bisa diganggu-gugat oleh iradat manusia- manusia pilihan. Tiap-tiap diri merasakan, bahwa ia didorong untuk mengetahui kekuatan yang maha besar itu, sehingga ia kemudian mencari kekuatan itu dengan, perantaraan perasaan pancainderanya pada suatu ketika dan dengan perantaraan akal-nya pada waktu yang lain. Tetapi rupanya ia tidak mendapatkan jalan kecuali dengan jalan yang sudah ditentukan kepada jenisnya, yaitu dengan jalan berfikir. Tetapi banyak orang mencari kekuatan maharaksasa itu tidak menurut petunjuk akalnya.

Begitulah ada orang yang mengatakan, bahwa Yang Maha Kuasa itu terletak pada beberapa binatang tertentu karena banyak manfa’atnya kepada manusia, atau karena sangat ber- bahayanya. Dan.ada pula yang menganggap Tuhan itu pada bintang-bintang karena nyata bekas-faedahnya; dan ada pula di antara mereka yang menuhankan pohon-pohon besar dan batu-batu karena ada suatu pandangan tertentu kepadanya. Dan ada pula di antara manusia itu yang mengatakan, bahwa Tuhan itu ada pada tiap diri (Pantheisrrius), dan ia berbeda- beda dengan berbedanya jenis diri itu. Maka akhirnya bagi tiap- tiap macam jenis itu ada Tuhannya masing-masing.

Akan tetapi ' manakala perasaan itu semakin lialus, otak semakin jernih dan tinjauan semakin jauh, akan menjadi naiklah tingkat berfikir dan jelaslah konklusi (natijah) yang dicarinya itu. Maka akhirnya sampailah ia untuk mengetahui kekuasaan yang , demikian'rupa, dan ia mepdapat petunjuk, bahwa Yang Maha Kuasa itu adalah Zat Wajibul

135

Page 124: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Wujud (pasti adaNya). Hanya saja, bahwa di antara rahasia-rahasia Kebesaran Tuhan itu ada yang sangat sukar baginya menyelami sehingga ia tidak bisa menge- lakkan diri dari kebingungan. Kemudian dengan tidak adanya juru petunjuk yang memberinya tuntunan, maka senantiasalah perselisihan itu berkembang terus-menerus di antara manusia itu, sedang kecerdasan itu menjadi tersia-sia seolah-olah tak ada guna- nya.

Manusia telah sepakat mengakui Zat Maha Kuasa dan yang tak dapat ditandingi oleh kekuasaan yang ada pada manusia itu. Tetapi mereka berselisihan pendapat dalam memahamkan Zat yang harus diakui oleh fithiah-kejadiannya itu, perselisihan yang sangat dalam bekasnya untuk memutuskan persaudaraan sesama mereka; yang menimbulkan unsur-unsur yang berbahaya di kalangan mereka karena perselisihan mereka yang terus me- nerus dalam memahamkan arti baik dan buruk, perselisihan yang disertai hawa nafsu yang memuncak.

Jika sekiranya hidup bermasyarakat itu telah menjadi ketentuan bagi fithrah kejadian manusia dan tidak diberikan kepada naluri manusia itu seperti apa yang diberikan kepada lebah dan beberapa jenis semut umpamanya, — berupa ilham yang memberinya petunjuk, tetapi hanya diserahkan saja kepada fikirannya yang berbuat seperti yang diterangkan ter- dahulu tadi, padahal ia diberikan ingatan perasaan yang men-

136

Page 125: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

I

dorong dirinya untuk mengetahui Zat tersebut, di samping tidak diberi pengertian tentang Zat Yang Maha Kuasa itu dart. tidak pula sifat-sifatNya, tetapi dilepaskan saja kepada pe- nyelidikan fikirannya sehingga fikiran manusia itu membawa- nya menerawang sesuka hati, dan akhirnya terdampar kepada sesuatu pengertian yang seolah-olah ia mengerti, padahal se- benarnya tidak tahu —, maka semuanya itu adalah merupakan bencana bagi masyarakat manusia dan bahaya bagi wujud diri manusia itu sendiri.

Maka apakah barangkali jenis manusia ini dijadikan kurang dan lalai sehingga ia tidak bisa mendapatkan apa yang hewan sendiri suatu makhluk yang lebih lemah dari padanya sanggup berbuat ? Ya, memang demikian keadaannya, andaikata Tuhan Yang Maha Pencipta tidak memberikan kurnia kepadanya sesuatu yang dapat mengatasi kelemahannya itu.

Manusia itu adalah makhluk yang menakjubkan keadaannya : dengan kekuatan akalnya ia bisa naik membubung ke alam malakut (ketuhanan) yang tinggi, dan dengan fikirannya ia dapat menjangkau alam kosmus ini, dan dengan kodratnya ia dapat menguasai alam, apa yang tidak bisa dilakukan Oleh makhluk yang lain, tetapi kemudian ia menjadi kecil dan lemah dan turun kepada derjat yang sedemikian rupa seliingga menjadi ter- diam dan menundukkan kepala dengan penuh khusyu’, yakni manakala dia dihadapkan kepada suatu perkara yang sebab mu- sababnya tidak dikenalnya sama sekali dan tidak tahu di mana sumbernya. Demikianlah rahasia keanehan manusia itu yang sudah tak asing lagi bagi orang yang suka memperhatikan dan dapat dirasakan oleh setiap manusia itu sendiri.

Dari kelemahan itulah manusia itu dibimbing untuk mendapatkan petunjuk dan dari kelalaian itu ia dibawa untuk ^ mencapai kehormatan yang menjadikannya bahagia. Allah yang telah menyempurnakan karuniaNya kepada manusia itu, telah memberikan apa yang dibutuhkannya menurut hikmat kebi- jaksanaanNya — akan apa yang dapat membedakan masing-masing pribadi dari yang lain, yaitu dengan adanya kekurangan yang terdapat pada setiap orang. Dan sebagaimana Tuhan telah memberikan karunia akal kepada setiap orang, akal yang dapat mengen- dalikan pancaindera agar manusia itu dapat mencari sesuap nasi dan pakaian penutup aurat, menjaga

137

Page 126: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

diri dari tekai^an panas dan dingin, maka demikian pula la (Tuhan) telah memberikan lcarunia- Nya kepada umumnya jenis manusia dengan keperluan-keperluan yang vital yang sangat dibutuhkan untuk menjaga kebakaannya, dan yang besar pengaruhnya dalam menjaga dirinya dari kerun- tuhan yang berbahaya dan yang lebih bisa memelihara aturan- aturan kemasyarakatan, sesuatu yang merupakan tiang kehidupan manusia dalam'masyarakat. — Tuhan memberikan kepada manusia sebagai pengganti yang hakiki dari cinta-kasih yang tersebut di atas tadi, bahkan yang dapat mengembalikan cinta kasih itu kepada rohani yang telah kosong dari rasa cinta itu; di mana telah menjadi sunnah manusia yang tidak dapat dibantah, bahwa kehidtipannya ditegakkan di atas dasar kaidah pengajarart dan pimpinan. Hanya hal ini dirasakan kepada manusia dari jurusan yang paling lemah yang terdapat pada diri manusia itu, yakni dari segi ketundukannya dan kelemahannya. Maka akhirnya Tuhan menjadikan di antara kalangan manusia itu sendiri para pemimpin yang akan memberikan pimpinan dan petunjuk. Dan Tuhan membedakan mereka dengan ciri-ciri khusus yang tidak bisa disamai oleh orang lain; dan Ia memperkuat mereka dengan Ayat-ayat Suci yang dapat menundukkan pribadi-pribadi dan yang dapat mematahkan kekuatan akal manusia itu. Dengan begitu menjadi lemahlah orang yang durhaka selama ini, hinalah orang yang sombong dan menjadi tunduklah akal orang yang pintar- pintar sehingga ia mau kembali kepada pimpinan para pemimpin itu tadi, di samping itu orang bodoh menjadi tercengang kehe- ranan yang menyebabkan ia kembali saja dari kesesatannya.

Para pemimpin itu mengetok pintu hati manusia dengan perintah Allah, dan membuat akal mereka kagum dengan ke- indahan-keindahan Ayat-ayatNya sehingga mereka itfengepung akal manusia itu dengan suatu yang tidak bisa berbuat lain ke-

cuali menyerah kepadaNya. Dan baik manusia itu Raja maupun yang bodoh, hina maupun mulia — semua itu sama mengakui, tunduk bagi segala apa yang dibawa para pemimpin itu. Maka pengakuan itu lebih serupa kepada pengakuan yang lahir dari watak manusia itu sendiri daripada pengakuan yang' lahir dari ikhtiar fikiran mereka itu.

Pemimpin-pemimpin itu mengajarkan kepada manusia apa yang dikehendaki Tuhan untuk kemaslahatan kehidupan mereka y' duniawi dan ukhrawi, dan apa-apa yang dikehendaki Tuhan untuk menerangkan kepada manusia itu tentang ZatNya dan kesempurnaan sifat-sifatNya. Dan,

138

Page 127: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

para pemimpin itu tidak lain, adalah Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul yang diutus Tuhan.

Maka dengan keterangan itu jelaslah, bahwa diangkatnya para Nabi — semoga Tuhan memberikan rahmatNya kepada mereka — adalah untuk kesempurnaan diri manusia sendiri, dan termasuk di antara faktor kebutuhannya yang terpenting gui^a menjaga kebakaannya, sedang nilai kedudukan Nabi-Nabi itu dalam jenis manusia adalah sama dengan nilai pentingnya kedudukan akal pada diri tiap-tiap orang. Itulah dia nikmat Allah yang telah disempurnakanNya kepada ummat manusia ini (’’sehingga tidak ada alasan lagi bagi manusia untuk mendebat Allah setelah diutusnya para Rasul itu”); dan baiklah kita bicarakan nanti fungsi mereka dengan uraian yang lebih luas.

KEMUNGKINAN WAHYU

Pembicaraan tentang kemungkinan adanya Wahyu, akan dijelaskan nanti setelah mengemukakan definisinya lebih dahulu, yakni setelah menggambarkan' makna yang dimaksud. Dan baik- lah kita ketahui makna yang lahir dari kata masdar (Pokok kata) wahyu itu sehingga dapat: dipahamkan lebih dahulu arti katanya, dan kita singkirkan pengaruh lafazh-lafazh pada fikiran kita. Dan marilah kita sebutkan arti logat yang sesuai dengan kata itu.

Dikatakan : Anda mewahyukan kepadanya dan telah mem- beritakan —, yakni bila Anda berbicara dengan orang itu apa yang Anda rahasiakan dari orang lainV Wahyu adalah kata rnfisdar yang, berarti heuta. baik berita itu disampaikan secara tertulis atau lisan, pendeknya segala berita yang Anda sampai- kan kepada orang lain supaya orang itu mengetahuinya. Dan kemudian, dibiasakanlah pemakaiannya kepada segala berita yang disampaikan daripada Allah kepada para Nabi. Dan ada pula yang mengatakan, bahwa wahyu itu pemberitahuarf secara rahasia (i- syarat) tetapi yang dimaksudkan adalah isi berita. Para ahlf telah memberikan definisi menurut istilah Syara’ (agama), bahwa wahyu iaiah : pemberitahuan Allah kepada Nabi di antara Nabi- NabiNya tentang hukum syara’ dan yang seperti itu. Tetapi kami sendiri juga memberikan definisi menurut pengertian kami, bahwa yang dikatakan wahyu ialah : pengetahuan yang didapat sese- orang pada dirinya sendiri dengan keyakinan yang penuh, bahwa

139

Page 128: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

pengetahuan itu datang dari Allah baik dengan sesuatu perantaraan ataupun tidak. Yang pertama itu adalah dengan perantaraan suarayang dapat didengarkan dengan telinga atau tanpa suara sama sekali. Bedanya dengan Ilham ialah, bahwa Ilham adalah perasaan (Wijdan) yang meyakinkan hati, dan yang mendorongnya untuk mengikuti tanpa diketahui dari mana datangnya. Dan ilham itu hampir serupa dengan perasaan lapar, haus, duka dan suka. ,

Adapun uiituk memahamkan kemungkinan terjadinya wahyu itu, dan terbukanya rahasia gaib bagi orang-orang yang telah diistimewakan oleh Tuhan apa yang tidak-dapat diketahui oleh manusia umum, dan mudahnya hal itu dipahami akal maka saya tidak memandang suatu kesulitan dalam hal ini; kecuali bagi orang yang tidak ingin mengerti, atau ingin melihat diri-nya yang bisa mengerti itu berada dalam keadaan tidak mengerti terus-menerus. Memang kita dapati pada setiap bangsa. dan di semua zaman, bahwa banyak orang dilemparkan oleh karena kek'urangan ilmu-pengetahuannya dan kelalaiannya sendiri ke- luar pantai keyakinan, sehingga ia jatuh ke dalam lembah ke- raguan tentang apa yang tidak dapat disaksikan oleh panca- inderanyar bahkan ragu terhadap perkara yang dapat disaksikan sendiri oleh pancaindera itu seperti yang telah kami terangkan semula. Dengan kejatuhan mereka itu seolah-olah mereka men-jadi turun ke dasar bawah yang lebih rendah dari martabat hewan. Mereka telah melupakan akalnya, kekuatan akal itu, rahasianya dan kemampuannya, dan mereka merasakan hal yang demikian itu sebagai suatu kelezatan untuk membebaskan diri dari ikatan-ikatan perintah dan larangan, dan bahkan bebas untuk enggan atau malu-malu melakukan tindakan yang se- benarnya harUs atau pantas dilakukan, dan sebaliknya, merasa diri bebas sewenang-wenang tanpa malu-malu untuk berbuat yang tidak layak samasekali, tak ubahnya seperti perangai makhluk lain dari

140

Page 129: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

manusia yang berupa binatang. Maka apabila datang kepada mereka suatu persoalan yang

membicarakan tentang Keriabian dan soal-soal Agama, serta rohani mereka menaruh minat yang besar ke arah itu — mereka berdaya-upaya untuk mengalihkan pandangan ke arah yang lain, dan dengan cara menyolok berpaling dari pembicaraan itu sambil meletakkan anak-anak jari pada. telinganya karena khawatir akan berpengaruhnya dalil-dalil itu pada fikiran mereka sehingga akidah-kepercayaan akan menyelinap ke dalam rongga hati mereka, kepercayaan yang diiringi oleh Syari’at Agama. Akibatnya mereka terhalang. sendiri untuk dapat merasakan kelezatan yang pemah mereka rasakan dan apa yang mereka ingini untuk me- rasakannya. Orang-orang yang seperti itu adalah sedang menderita penyakit rohani dan jiwa (Psychosomatik) yang dapat mengganggu kesehatan badan yang Insya Allah dapat disembuhkan dengan ilmu pengetahuan.

Kataku : di manakah kemustahilan wahyu itu ? Bahwa ada yang mungkin tersingkap bagi si Anu apa yang tidak bisa ter- singkap bagi yang lain tanpa memerlukan berfikir dan ungkapan mukaddimah, serta diketahui pula, bahwa sesuatu itu datang dari pihak Yang Memberikan fikiran dan Yang Memberikan kecerdasan, yakni manakala orang yang dikhususkan oleh Tuhan itu telah cukup persediaan untuk menerima nikmat yang ter- hormat (wahyu) itu ?

Kenyataan menunjukkan, bahwa derjat akal manusia itu berlebih berkurang satu dengan yang lain, dan bahwa yang paling rendah tidak bisa mencapai apa yang didapat oleh akal yang tinggi kecerdasannya kecuali dengan cara sederhana dan ringkas saja, dan bahwa yang demikian itu bukan saja karena berlebih- kurangnya dasar pendidikan masing-masing, tetapibahkanjuga karena berlebih-kurangnyafithrah-kejadianmerekaituyang tidakmasuk dalam bidangikhtiar manusia dan usahanya. Tidak dapat diragukan lagi, bahwa sering terjadi bahwa apa yang masih jadi pemikiran bagi sebagian kaum sarjana, tetapi persoalan itu telah jelas bagi sarjana lain yang lebih maju daripadanya. Dan begitulah martabat akal manusia berlumba-lumba ke arah kemajuan tanpa henti-henti nya. Bahwa di antara orang yang mempunyai kemauan yang kuat dan berjiwa besar memandang benda yang jauh lagi kecil bisa menjadi seakan-akan dekat di hadapan mata, maka ia berusaha menuju ke sana yang lantas mendapatkannya, sedang orang lain masih mengingkari kenyataan itu,

141

Page 130: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

tetapi kemudian mereka merasa kagum akan sukses yang didapat, yang pada akhirnya mereka menghormati juga pendapatan baru itu dan menjadikan seolah- olah soal biasa yang tidak perlu dipertengkarkan lagi sebagai suatu kenyataan yang tidak bisa dibantah. Dan bila ada orang yang masih membantahnya, mereka itu tadi menyerang pembarigkang itu bersama-sama, tak ubahnya seperti pembangkangan mereka sendiri pada mulanya terhadap orang yang mengajak mereka dulu untuk membenarkan da’wah pendapat baru itu. Begitulah keadaannya type segolongan manusia dan orang-orang yang semacam ini seperti apa yang saya katakan, terdapat pada segala bangsa sampai hari ini.

Apabila telah diterima — dan memang tidak ada jalan lain kecuali menerima keterangan yang telah kami kemukakan di- atas, maka hanya karena kelemahan akal sajalah serta meng- elakkan diri dari konklusi (natijah) yang semestinya dari analisa tersebut di kala telah sampai kepada pengambilan kesimpulanriya. Ya, karena kelemahan akal yang tidak mau mengakui bahwa di antara jiwa ummat manusia itu yang karena kebersihan fithrah yang dimilikinya ada yang beroleh limpahan kurnia Ilahi yang dapat membawanya berhubungan dengan alam rohani yang lebih tinggi dan sampai kepada puncak kemanusiaan yang tertinggi dan ia dapat menyaksikan persoalan Ilahi tak ubahnya seperti melihatnya dengan mata kepala sendiri, yakni persoalan yang tidak akan sampai kemampuan akal manusia lain untuk memikir- kannya. Atau ia dapat merasakan dalil dan keterangan yang diterimanya sendiri langsung dari hadhirat Yang Maha Tahu lagi Bijaksana, keterangan-keterangan yang jauh lebih tinggi nilai- nya dari keterangan yang diberikan oleh profesor-profesor mana saja kepada kita. Kemudian ilmu yang didapatnya dari Ilahi itu diajarkannya pula kepada orang lain serta ia menyeru ummat manusia untuk mengamalkan apa yang tela:h disampaikannya kepada mereka itu. Dan memang demikianlah sunnah Ilahi pada -semua ummat di dunia ini di segala masa sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Dengan rahmatNya, Ia menonjolkan Orang yang dipilihnya itu dengan pengawasanNya sendiri untuk me- nyempurnakan kemaslahatan masyarakat manusia sampai ke- tingkat dewasanya sehingga kelak mudahlah memberitahukan kepada manusia itu jalan yang dapat menuntunnya kepada kebahagiaan hidupnya. Setelah itu barulah ditutup Tuhan Kerasulan itu dan dikunciNya pintu Kenabian

142

Page 131: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

sebagaimana nanti akan kita jelaskan dalam menerangkan Kerasulan Nabi kita Muhammad s.a.w.

Tentang wujud sebahagian arwah-arwah yang tinggi — yakni para malaikat yang dimuliakan Tuhan, dan lahirnya arwah-arwah yang demikian pada diri orang yang mempunyai martabat yang tinggi itu, maka hal itu bukanlah suatu hal yang mustahil, yakni setelah kita mengenai diri kita sendiri dan terutama setelah ilmu- pengetahuan klasik maupun ilmu-pengetahuan modern memberitahukan kepada kita tentang adanya suatu wujud di alam ini apa yang lebih halus dari alam maddah sekalipun ia gaib daripada kita. Maka oleh sebab itu siapakah yang merasa keberatan, bahwa se- mentara wujud yang halus itu (malaikat) memancarkan sebagian ilmu Ilahi, dan bahwa rohani para Nabilah yang mendapat ke- hormatan menerimanya. Maka apabila ada yang menyampaikan hal itu sebagai suatu berita yang benar, wajiblah kita mengakui kebenarannya.

Tentang yang berkenaan dengan gambaran suara dan tampak dengan jelasnya roh-roh itu pada penglihatan orang yang telah diberikan ketentuan untuk menduduki jabatan yang terhormat itu tadi, maka hal itu tidak usah mengherankan, karena musuh Nabi-Nabi sendiripun telah mengetahui apa yang tidak begi- tu jauh bedanya dengan persoalan itu, yakni apa yang pernah terjadi pada seterigah orang yang ditimpa suatu penyakit tertentu. Mereka mempercayai, bahwa sebagian dari apa yang dapat difi- kirkan oleh akal mereka, bisa tergambar dalam khayal dan kemudian sampai membawanya kepada deijat yang dapat dilihat dengan panca-indera, sehingga akhirnya, bahwa perkataan si sakit yang mengatakan, bahwa ia melihat dan mendengar sesuatu,

bahkan pukul-memukul dan berkelahi dengan orang lain, di- benarkan saja, padahal itu semua pada hakikatnya tidak teijadi.

Bila bisa kelihatan apa yang tergambar oleh akal dan tidak ada lain sumbernya kecuali pada roh belaka, dan bahwa hal itu bisa terjadi karena adanya suatu gambaran yang datang ke otak (anima somatica), maka kenapa tidak boleh menggambarkan hakikat-hakikat sesuatu yang memang logis adanya pada penglihatan roh-roh yang tinggi lagi mulia martabatnya tadi ?

Bahwa hal itu terjadi ketika roh-roh suci tadi melepaskan diri dari-alam nyata ini dan berhubungan dengan alam rohani yang suci; dan bahwa

143

Page 132: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

keadaan itu adalah karena berhubung dengan kesegaran akal pada orang-orang yang beroleh derajat itu (Nabi-Nabi), ialah karena keistimewaan watak kepribadian mereka dari manusia-manusia lain.

Ringkasnya hal itu disebabkan lain tidak, ialah karena perhubungan roh-roh dengan badan mereka yang merupakan suatu perkara yang tidak terdapat pada perhubungan roh dengan badan pada manusia lain dari mereka itu22). Dan hal ini se- benarnya mudah diterima, bahkan harus menerimanya, ka- rena kedudukan para Nabi itu dikalangan ummat manusia bukan seperti manusia biasa; dan perbedaan ini adalah merupakan unsur yang terpen ting yang menjadikan mereka manusia istimewa dan bukti yang menunjukkan bagi Kerasulan mereka. Dan dalil atas kebenaran apa yang mereka saksikan sendiri dengan mata kepalanya, dan kebenaran yang mereka beritakan tentang itu, ialah bahwa aneka-warna penyakit jiwa (rohani) dapat disembuhkan dengan pengobatan mereka; dan begjtupun penyakit lemah kemauan dan fikiran dapat berubah meryadi kuat dikalangan ummat mereka yang mengamalkan fatwa-fatwa mereka itu; dan adalah suatu pemungkiran kenyataan, bahwa kebenaran itu bisa lahir dari orang yang jahat dan peraturan itu bisa lancar jalannya dengan adanya perintang-perintang.

Adapun orang yang beijiwa besar dan akal yang tinggi yang terdiri dari para cendekiawan terkemuka, yakni orang-orang yang tidak begitu jauh beda martabat mereka dengan para Nabi (yang dalam pengetahuan modern dapat disebut: orang- orang yang mempunyai kesadaran jagat raya — cosmisch bewustzijn, wali-wali Allah pen.) dan bahkan rela

22 Telah terbukti dari pengalaman para dokter bahkan oleh kaum Materialis sendiri, bahwa diantara para pasien ada yang memberitakan bagian hal-hal yang gaib, dan begitu pula beberapa perkara sebelum terjadinya, dan setelah kejadian memang terbukti sebagai apa yang dikatakan. Ada seorang pasien di Mesir yang banyak ber- bicara tentang hal yang seperti itu, demikian katanya: „Bahwa Si Anu diantara kenalannya yang tinggal di Iskandariah telah keluar rumahnya menuju stasion dengan tujuan ke Mesir untuk melihat saya ke sini. .....‘. Kemudian dikabarkannya pula bahwa Si Anu itu sekarang telah sampai distasion dan naik kereta api. Kemudian dokter yang merawat sibuk menaruh perhatian kepada pebicaraan pasien itu, sehingga persis datang waktusampainya kereta api dari Iskandariah di Mesir, pasien itu berkata: nah, kereta api telah datang dan si Anu telah turun itu dia keluar dari stasion dan menaiki kendaraan yang akan membawanya ketempat ini” Kemudian ia berkata pula,: „lni dia telah Sampai —”, dan memang benar tiba-tiba orang itu telah ada dipintu yang lantas orang itu segera masuk. Maka jelaslah, bahwa roh yang dapat mengetahui seperti kejadian ini pada hal ia berbicara tentang seorang yang gaib (jauh) memberikan kepada kita suatu dalil yang meyakinkan atas kemungkinannya roh itu mengetahui yang lebih sempurna dari itu, karena pengetahuan yang gaib itu adalah jauh lebih tinggi lagi dari apa yang tersebut itu.

144

Page 133: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

sebagai pem- bela' Nabi-Nabi itu serta menjalankan syari at yang dibawa para Nabi dan menerima da’wahnya sebagai amanat — m a k a banyaklah bilangan mereka diantara manusia yang beruntung mendapat apa yang ada pada Nabi itu yang dapat meninggikan kedudukan mereka. Yakni dalam beberapa hal tertentu mereka bisa mengetahui sesuatu yang gaib, dan pengetahun mereka tentang sementara alam gaib itu ada yang memang dapat di- buktikan kebenarannya dalam kenyataan. Maka dengan begitu mereka tidak begitu jauh berbeda tentang kejadian-kejadian yang gaib yang diceritakan oleh Nabi-Nabi sendiri Dan siapa yang dapat merasakan hal ini tentu ia akan mengerti dan siapa yang ingkar, tentu ia akan berpaling.

Sebagai bukti kebenaran pengetahuan tentang yang gaib se perti yang mereka terangkan, ialah : lahirnya budi-pekerti yang baik pada diri mereka, selamat-sejahteranya segala perbuatan mereka dari apa yang menyalahi syari’at para Nabi mereka, kesucian fitrah mereka dari apa yang ditentang oleh akal yang sehat atau tidak disukai oleh perasaan yang sejahtera. Dan mereka beijuang mempertahankan kebenaran yang menjel- ma pada sepak-teijang mereka sebagai suruhan hatinya yang bersinar-sinar untuk menyeru orang-orang yang berada dise- kitar mereka kepada apa yang dapat membawa kebaikan bagi umum dan disamping itu dapat menyenarigkan hati orang-orang terkemuka (khawash).

Sebenarnya dunia ini tidak bisa sunyi dari orang-orang yang menyerupai mereka yang baik-baik itu secara bikin-bikin- an (palsu) dan tetapi alangkah cepatnya rahasia mereka ter- . buka dan jahatnya tujuan mereka dan tujuan orang orang yang terpedaya oleh mereka. Tak lain melainkan pengaruh yang buruk untuk menyesatkan akal orang dan keruntuhan akhlak dan merosotnya gengsi ummat yang telah menjadi korban mereka itu, sehingga mereka hanya dapat diselamatkan oleh ke- murahan Ilahi belaka. Maka begitulah kalimat-kalimat keji yang keluar dari mulut mereka yang palsu itu tak ubahnya seperti pohon kayu yang merusak yang harus tumbang di atas' muka bumi yang tak ada gunanya ia tetap hidup berdiri lagi.

Maka akhirnya tidak ada lagi yang bisa tinggal antara orang- orang yang mengingkari hal ihwal Nabi-Nabi dan kesaksia'n- kesaksian yang telah ditunjukkan oleh mereka, dan antara mengikrarkan

145

Page 134: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

(mengakui) kemungkinannya apa-apa yang di- beritakan para Nabi itu serta membenarkannya , kecuali hariya satu, yaitu: selubung adat kebiasaan yang kolot. Dan memang banyak sekali tradisi-adat kebiasaan yang kolot itu menyelubungi akal manusia hatta untuk mengetahui perkara- perkara yang sederhana saja. Wahyu dan Kerasulan

Dalil yang menjadi bukti atas Kerasulan seorang Nabi dan benarnya ia menyampaikan perintah TuhanNya telah nyata sekali bagi orang yang dapat hadir menyaksikannya sendiri, yang melihat keadaan gerak-gerik Nabi itu dari dekat serta melihat apa yang didatangkan Allah kepadanya berupa ayat-ayat Suci. Hal itu jelas dan sudah barang tentu tidak memerlukan ke~ terangan lagi sebagaimana telah diterangkan sebelumnya ke- tika berbicara tentang Kerasulan. Adapun bagi orang yang tidak menyaksikan sendiri zaman Kerasulan itu (yang tidak sezaman dengan Nabi), maka yang menjadi dalilnya adalah berita yang mutawatir. Dan yang dimaksud dengan berita yang mutawatir sebagaimana yang telah diterangkan dalam ilmu yang lain (mustalah hadits, pen) — ialah suatu riwayat (berita) yang disaksikan sendiri oleh orang hanyak (jama’ah yang mem- beritakannya, yang mustahil mereka itu berdusta dalam hal itu; sebagai tandanya ialah, terpaksanya hati kita meyakinkan kebenaran isi berita itu. Seperti : berita-berita orang tentang adanya negeri Makkah, atau berita yang mengatakan, bahwa Peking adalah ibu kota negeri Tiongkok. Dan sebab mustahil- nya dusta dalam pemberitaan seperti itu, adalah karena telah cukupnya syarat-syarat tertentu bagi suatu berita yang di- percaya, dan sunyi dari faktor-faktor yeng dapat melemahkan kepercayaan kepadanya. " .

Semua itu berpangkal kepada banyaknya bilangan orang yang memberitakan serta teijauhnya pembawa riwayat (Rawi) dari sifat memihak kepada kandungan isi berita

Tak ada perselisihan pendapat diantara para alim-ulama (intelektuil) tentang berita yang semacam ini dapat membawa yakin akan kebenaran isinya tetapi perselisihan itu biasa terdapat dalam pemakaian kalimat (lafazh-lafazh) yang dipakai dalam pemberitaan. itu.

Diantara para Nabi terdapat berita-berita yang mencukupi syarat-syarat mutawatir bagi pemberitaan yang disampaikan orang dari hal mereka, seperti Nabi Ibrahim Musa dan Isa. Dan diantara berita yang

146

Page 135: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

disampaikan itu ialah, bahwa mereka tidaklah termasuk orang yang lebih berkuasa diantara kaum- nya, bukan pula orang yang lebih banyak hartanya dan tidak seorangpun pembantu tertentu yang menolong mereka untuk mengajarkan ilmu yang mereka da’wahkan. Pendeknya mereka jbukanlah orang-orang yang bercacat pribadinya, yang menimbulkan rasa jijik dalam hati dan yang tidak sedap dipandang mata. Dengan keadaan yang demikianlah — sekalipun kekuasaan pemerintah berada ditangan orang lain begitupun harta benda dan ilmu-pengetahuan — namun mereka, tegak berdiri untuk mengajak ummat manusia kepada Allah, sanggup me-. nundukkan Raja-Raja beserta balatentara mereka dan berteriak kepada Raja-raja itu dengan teriakan yang menggon- cangkan sendi-sendi mahligai mereka, dan mereka mengaku bahwa ia menyampaikan perintah-perintah dari Khalik, Pen- cipta planit-planit dan bumi ini apa yang dikehendaki Tuhan sebagai syari'at bagi ummat manusia; dan untuk itu mereka tampil dengan dalil yang menyebabkan lumpuh dan bertekuk- lututnya, kekuatan lawan dihadapannya. Kemudian terpancang- lah syari’at-syari’at mereka dialam dunia ini sebagaimana tetap terpancangnya gharizah (naluri) dalam fithrah-kejadian manusia. Kebaikan ummat mereka terletak dalam mengikut ajar- an-ajaran yang mereka bahwa — yang menjadikan mereka mempunyai kekuatan dan beroleh bahagia, yakni selama mereka berada dalam ajaran-ajaran Nabi itu. Sebaliknya mereka akan kembali menjadi lemah dan celaka bila berpaling daripadanya dan karena mempercampurradukkan barang bid’ah ke dalarn ajar an itu.

Segala dalil yang mereka kemukakan untuk menyembah Tuhan Yang Maha Esa tidaklah pantas menurut akal untuk mengatakan, bahwa mereka itu dusta dalam menyampaikan berita yang datang dari Allah, begitu pula tentang pengakuan mereka bahwa segala apa yang telah mereka sampaikan kepada ummat manusia itu adalah wahyu dari Tuhan. Di samping itu, bahwa orang yang tidak mempercayai apa yang diucapkan oleh Nabi itu, kata-katanya tidak mempunyai pengaruh sama sekali pada akal, karena yang batil itu tidak ada hak untuk tetap, kecuali karena adanya kelalaian. Tak ubahnya seperti tumbuh-tumbuh- an yang jelek yang hanya bisa tumbuh dalam tanah yang subur, adalah karena dibiarkan saja dan ia akan besar terus karena kelalaian itu. Tetapi bila ia telah diganggu oleh tangan petani, ia tentu

147

Page 136: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

menjadi layu dan tinggallah hanya tumbuh-tumbuh- an yang berguna saja. Tetapi tidak demikian halnya Agama- Agama yang dibawa oleh para Nabi. Ia berdiri teguh di alam manusia ini dengan segala kekuatannya, sesuai dengan kehendak Allah - disamping banyaknya penantang yang anti kepadanya, dan kuatnya kekuasaan yang ada di tangan musuh-musuh Agama itu, Maka karenanya tidak mungkinlah mengatakan, bahwa asas Agama itu adalah dusta dan tiangnya adalah tipu muslihat belaka. Pembicaraan kita ini adalah menyinggung soal soal agama yang prinsipiil yang bersinar terus selama-lamanya di- tengah-tengah kaum bid’ah yang suka memasukkan hal-hal yang bukan-bukan ke dalam agama itu. Adapun tentang Rasul Rasul yang lain yang wajib kita iman kepada mereka, maka cukuplah menetapkan Kenabian mereka dengan mempefcayai Kerasulan Nabi kita Muhammad s.a.w. karena beliau telah memberitakan kepada kita akan Kerasulan mereka itu, dan beliau adalah orang yang benar dalam pemberitaannya. Dan bakal kita bicarakan nanti tentang Kerasulan Nabi kita Muhammad s.a.w., dalam suatu bab khusus, Insya Allah.

FUNGSI PARA RASUL ALAIHIMUSSALAM Telah jelas dari keterangan yang lalu tentang kebutuhan ummat

manusia kepada Rasul-Rasul. Bahwa nilai kedudukan mereka diantara bangsa-bangsa tak ubahnya seperti pentingnya akal pada diri tiap-tiap orang. Dan bahwa diutusny a mereka adalah suatu kebutuhan yang primair diantara banyak kebutuhan akal manusia yang telah ditetapkan oleh kemurahan Zat Yang Maha Pencipta lagi Bijaksana untuk dapat memenuhi kebutuhan. Dan merupakan suatu nikmat yang diberikan oleh Yang memberikan wujud sebagai suatu ciriyang membedakan makhluk manusia dari makhluk-niakh- luk yang lain di alam ini. Tetapi kebutuhan itu adalah kebutuhan rohaniah dan segala apa yang bersangkut-paut dengan perasaan dalam kebutuhan itu, maka yang dimaksud adalah mengembalikan- nya kepada rohani danmenyucikan rohani itu dari kotoran hawa- nafsu yangmenyesatkan, atau menuntun nafsu itu untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Untuk menjelaskan secara terperinci segala seluk-beluk jalan me-ngenai kehidupan manusia sehari-hari (duniawiyah), kepintaran dalam memilih sistimnya, dan kemajuan akal untuk mendapatkan rahasia-rahasia ilmu pengetahuan, semuanya itu bukanlah termasuk bidang tugas para Rasul, kecuali memberikan garis-garis besar yang umum saja dan menganjurkannya supaya orang berlaku adil dalam hal itu. Dengan

148

Page 137: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

syarat, bahwa semua itu tidak akan menimbulkan keragucraguan dalam i’tikad (kepercayaan), bahwa alam ini mem- punyai Tuhan Yang Maha Tunggal, Maha Berkuasa, Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana. Bahwa makhluk adalah ciptaan dari Kodrat-Nya belaka yang cuma terdapat berlebih-kurang (graduasil dalam kejadiannya, menurut apa yang telah ditentukan Tuhan baginya masing-masing.

Tuhan memberikan syarat pula, bahwa dalam mencapai tujuan- tujuan duniawi, seorangpun tidak diperkenankan untuk berlaku jahat pada diri orang lain, atau pada kehormatannya, atau pada harta-bendanya, dengan jalan yang tidak benar, sebagaimana yang dikehendaki oleh peraturan umum yang telah merata pada bangsa- bangsa dalam perundang-undangan mereka.

Para "Rasul membimbing akal untuk mengenali Allah dan mengenai sifat-sifat Ketuhanan yang wajib diketahui oleh manusia.

Mereka memberikan batas-batas tertentu dimana orang wajib berhenti dalam menggali pengetahuan tentang Tuhan 1) pada tem- pat yang menyulitkan posisi manusia guna menenteramkan hati kepadaNya 2) serta tidak menyia-nyiakan kekuatan akal yang telah diberikan Allah kepada manusia itu.

Rasul-Rasul itu menyatukan kalimah makhluk ini (kepercayaan-' nya) untuk mengabdi hanya kepada Satu Tuhan yang tidak bisa dibagi-bagi; mereka meratakan jalan antara manusia dan Tuhannya yang Satu 3 )dan mereka menyamakan pengertian pada diri manusia . itu untuk bergantung padaNya dalam segala perbuatan dan mu- ’amalahnya, dan mereka mengingatkan kepada manusia itu akan _________ kebesaran Tuhannya dengan menjalankan berbagai kewajiban ibadat dalam waktu-waktu tertentu yang berbeda-beda, sebagai peringatan kepada orang yang lupa dan penyucian jiwa terus menerus bagi orang yang takwa. Ibadat-ibadat itu dapat menguatkan apa yang lemah pada

149

Page 138: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

mereka dan menambah keyakinan bagi orang yang mengharapkan keyakinan itu.

Rasul-rasul itu menyatakan kepada manusia apa yang merupakan pertengkaran fikiran dan keinginan-keinginan mereka, per- tentangan dalam hal kepentingan dan yang menjadi kesenangan-ke- senangan mereka. Maka dalam segala rupa persengketaan itu, mereka

(Rasul-Rasul) memisahkannya dengan perantaraan perintah (petunjuk) Allah yang sakti. Mereka memperkuat ajaran-ajaran yang mereka sampaikan itu dengan apa yang sangat berguna untuk kepentingan umum serta tidak menghilangkan manfa’at yang didapat oleh orang perseorangan i). Mereka mengajak manusia kem bali kepada hidup rukun, dan menjelaskan kepada mereka rahasia yang terkandung dalam cinta-kasih dan merasakan kepada manusia itu, bahwa dalam rukun dan cinta-kasih itulah terletaknya keberes- an masyarakat pergaulan hidup.

Mereka mewajibkan kepada manusia untuk melatih diri guna menanamkan rasa cinta-kasih itu dalam hati mereka sampai rahasia cinta-kasih itu terbuka bagi mereka, sehingga jantung mereka terge- tar merasakannya. Semua ajaran-ajaran itu disampaikan oleh Rasul adalah agar masing-masing orang memelihara hak orang lain tanpa melupakan hak dirinya sendiri-sendiri, dan bahwa jangan sampai orang menuntut yang melebihi dari batas haknya; dan bahwa yang kuat harus membela yang lemah, dan yang kaya supaya mengulur- kan tangan pertolongannya kepada yang fakir (miskin), serta orang yang mengerti supaya memberi petunjuk kepada kawannya yang sesat, danorangyangalimsupaya mengajarkan ilmunya kepada yang bodoh.

Para Rasul itu meletakkan bagi ummat manusia akan batas-batas larangan umum menurut yang diperintahkan oleh Allah sehingga memudahkan manusia itu mengembalikan perbuatan-perbuatan mereka ke dalam batas-batas larangan umum itu, seperti : menghor- mati darah manusia, kecuali dengan jalan benar serta adanya alasan yang membenarkan untuk ditumpahkannya darah itu, dan hararn untuk mengambil sesuatu dari buah usaha orang lain kecuali dengan benar serta ada pula alasan yang sah yang membolehkan mengambilnya, menghormati kehormatan diri seseorang dengan penjelasan apa yang diperbolehkan dan apa pula yang diharamkan tentang urusan sex (kelamin).

Disamping itu para Rasul mensyari’atkan kepada manusia su-

1) . Yang dimaksud adalah Zakat. / paya membentuk diri mereka sendiri dengan sifa-sifat

150

Page 139: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

utama seperti benar, amanah, menyempumakan janji, menghormati sesuatu peijanjian yang telah ditanda-tangani bersama,23) bersifat santun kepada kaum lemah, berani tampil untuk memberikan nasihat kepada orang-orang yang berkuasa, dan mengakui hak tiap-tiap makhluk tanpa kecuali (deskriminasi). 24 >

Rasul-Rasul itu membawa manusia untuk memalingkan hawa nafsu mereka dari mengecap kelezatan dunia yang fana kepada mencapai idea (cita-cita) yang tinggi. Dalam ajakan ini mereka memakai sistim yang mengandung daya penarik (targieb) dan ancaman (tarhieb),yakni berita yang mengandung sanksi dan berita gembira sesuai menurut garis apa yang telah diperintahkan Tuhan kepada mereka.

Rasul-Rasul itu menjelaskan semua itu kepada manusia apa-apa yang dapat menempatkan mereka ke dalam keredhaan Ilahi, dan apa-apa yang membuat Tuhan murka kepada mereka itu. Kemudian penerangan mereka itu mencakup luas meliputi tentang berita negeri Akhirat dan apa-apa yang disediakan Tuhan padanya berupa pahaladanpembalasanyangbaik bagi siapa yang te tap berdiri menurut batas-batasNya serta setia menunaikan perintah-perintahNya dan menjauhkan diri dari teijun kedalam apa-apa yang dilarangNya.

Rasul-Rasul itu mengajarkan kepada manusia tentang berita- berita gaib menurut apa yang diizinkan Tuhan padahamba- Nya untuk mengetahuinya 25) yang sekiranya hal itu termasuk hal yang sulit bagi akal manusia untuk mengetahui hakikatnya, tetapi tidak sukar untuk mengakui adanya berita gaib itu.

Dengan jalan begitu akan menjadi tenteramlah jiwa, sejuklah dada, dan dapatlah terbujuk orang yang ditimpa musibah dengan bersikap sabar menunggu nasib yang lebih baik, atau relalah hati para pemimpin yang ditangannya terletak keberesan persoalan; dan dengan ini pulalah dapat dirampungkan persoalan-persoalan yang paling sulit dalam masyarakat ummat manusia di.mana kaum cendekiawan senantiasa selama ini memeras otaknya untuk dapat me- nyelesaikan persoalan yang musykil hari ini i).

Tetapi bukanlah termasuk fungsi kewajiban para Rasul Tuhan untuk melakukan apa-apa yang menjadi tugas para guru dan sarja- na-sarjana ahli ekonomi (perindustrian). Maka karenanya para Rasul itu datang kedunia

23 Diantaianya termasuk peijanjian kenegaraan dengan luar negeri. 24 Tak ada perbedaan dalam hal itu antara Muslim dan kafir, kuat dan lemah dan antara

yang dekat dan yang jauh. 3) . Seperti berita tentang Malaikat, Jin, dan hal-hal yang terjadi dihari Akhirat nanti.

151

Page 140: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

untuk mengajarkan sejarah, dan tidak pula menjelaskan segala persoalan yang menyangkut dengan alam planit- planit, dan tidak menerangkan gerak-gerik bintang-bintang itu yang berbeda satu dari yang lain; dan tidak untuk menjelaskan apa yang dikandung oleh bumi yang berlapis-lapis ini (geologi), dan tidak pula menerangkan berapa panjang dan luasnya bumi itu; dan tidak pula akan menerangkan ilmu tumbuh-tumbuhan (ilmu hayat) dan bagaimana cara pertumbuhannya, dan tidak pula akan menerangkan apa yang dibutuhkan hewan-hewan untuk menjaga kebaka- an dirinya masing-masing dan jenisnya (Struggle for existence)* dan lain-lain sebagainya yang telah menjadi pembahasan dalam jurusan ilmunya masing-masing, dimana para ahli telah berlumba-lumba untuk dapat menyelami paham yang lebih dalam dan pengertian yang lebih teliti. Maka semuanya itu adalah termasuk kedalam bidang usaha kegiatan manusia sendiri untuk mencapai kepuasan yang lebih sempuma, dimana Tuhan telah memberikan petunjuk- Nya kepada manusia dengan perantaraan kecerdasan akalnya. Ber- bahagialah orang pintar yang mempergunakan akalnya dan sebaliknya merugilah mereka yang mengabaikan kemampuan akal itu. Tetapi adalah menjadi sunnah Ilahi dalam hal yang demikian itu, bahwa manusia itu harus mengikuti jalan evolusi (perkembangan yang berangsur-angsur) dalam mencapai kesempurnaan. Sedang syari’at para Nabi telah datang yang pada pokoknya telah mem- tercapainya kemajuan yang dicita-citakan manusia itu menurut martabat kemajuan yang sesuai dengan fithrah kemanusiaannya.

Tentang apa yang pemah terdengar diantara pembicaraan para Nabi yang berupa isyarat yang menyinggung persoalan yang kami sebutkan diatas tentang hal-ihwal planit-planit atau keadaan bumi, maka yang dimaksud adalah sekedar untuk mengajak manusia berpikir tentang hikmat kebijaksanaan Zat Yang menciptakannya, atau untuk mengajak fikiran untuk menyelami rahasia dan keindahan- keindahan alam itu sendiri. Tentang bahasa yang dipakai oleh para Rasul ’alaihimussalam itu sebagai pengantar untuk berbicara dengan ummatnya. Tidak boleh jauh dari apa ya.ng dapat dijamah oleh faham-pengertian mereka. Kalau tidak begitu tentu akan menjadi' percumalah Tuhan mengutus mereka ketangah-tengah ummat itu. Karena kadang-kadangibarat yang dipakai untuk orang awam perlu kepada takwil, sedang tafsir yang lebih mendalam harus dijelaskan kepada orang khusus (Ulama, cendekiawan). Dan begitu pula keterangari untuk orang cerdik-pandai kadang-kadang menghendaki masa yang

152

Page 141: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

panjang untuk dapat dipahami kemudian oleh. orang awam. Hal-hal yang seperti ini sedikit sekali didapati pada keterang- an yang diberikan oleh. para Nabi, karena keterangan mereka itu dapat dipahami oleh semua golongan dan lapisan masyarakat ummat.

Pendek kata, Agama tidak boleh dijadikan tabir pembatas antara jiwa dan akal yang selalu dinamis untuk mengetahui hakikat-haki- kat alam yang terbentang dihadapan kita irii dengan segala kemampuan yang ada pada akal itu. Bahkan Agama justru hendaklah menjadi pendorong yang kuat bagi iimu pengetahuan yang mende- sak akal manusia itu untuk menghormati bukti-bukti yang nyata, sehingga manusia itu memeras energinya dengan segala kekuatan akalnya untuk mengetahui rahasia alam-alam yang ada dihadapan matanya itu, tetapi dengan syarat, bahwa akal itu tidak akankeluar. dari batas yang wajar, dan kemudian berhenti pada batas tertentu untuk menjaga keselamatan i’tikad. Dan siapa yang berkata lain daripada itu, maka berarti ia tidak mengerti Agama, dan ia akan berdosa dengan dosa yang tidak bisa diampuni oleh Tuhan semesta alam.

153

Page 142: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

XII KRITIK YANG MASYHUR

Ada orang yang berkata : ’’Sekiranya pengangkatan para Rasul itu adalah satu diantara kebutuhan manusia untuk kesempurnaan susunan masyarakat mereka dan jalan bagi kebahagiaan mereka dunia-akhirat, maka kenapa ummat manusia itu senantiasa dalam keadaan celaka serta teijauh dari bahagia? Mereka senantiasa bersengketa dan tidak pemah Seia-se kata; mereka berbunuh-bunuh- an dan tidak bantu-membantu; rampas-merampas tidak ber-mem- beri, masing-masing telah siap untuk memulai agresinya, dan tidak ada yang ditunggunya kecuali kedatangan giliran (timing) untuk menyerang. Kulit mereka telah penuh dilumuri kezaliman sedang hati mereka dipenuhi oleh ketamakan ; tiap-tiap penganut Agama menjadikan Agama mereka sebagai hujjah untuk menentang orang yang bersengketa dengan mereka, dan hal itu mereka jadikan suatu sebab yang baru bagi permusuhan dan sengketa, setelah mereka bersengketa dalam kepentingan dan keuntungan-keuntungan pribadi ; dan bahkan orang yang satu agamapun telah bersengketa dan paham mereka itu terpecah-pecah dalam memilih kepercayaan. Dikalangan mereka telah tersebar debu-debu kejahatan; dan hawa- nafsu mereka telah penuh dengan bermacam jaring-jaring fitnah. Dan akhirnya mengalirlah* darah bagaikan anak sungai sehingga orang yang kuat kesudahannya dapat mengalahkan yang lemah. Maka akibatnya kekuasaan itu berpindah kepada tangan kekuatan bukan kepada kebenaran dan bukan pula kepada Agama. Inilah dia Agama yang Anda katakan dapat menghimpun kalimat kesatuan dan menjadi duta-utusan kasih-sayang, sekarang ia terbukti pangkal sebab celaka dan yang menyalakan api kebencian, maka karenanya dimanakah kebenaran pengakuan Anda tadi dan mana buktinya ?”

Kami jawab : semua benar telah teijadi, tetapi setelah ber- akhimya zaman para Nabi dan selesainya tugas kewajiban mereka, yakni setelah Agama itu berada di tangan orang-orang yang tidak mengerti ajaran Agama itu. Atau orang yang mengerti, tetapi amat fanatik, atau tidak terlalu fanatik, tetapi cintanya kepada Agama itu bukan datang dari hati kecilnya sendiri. Atau cintanya itu memang dari hati kecilnya tetapi akalnya sangat pitik sehingga tidak dapat menjalankan agama sebagaimana Nabi-Nabi memeluk Agamanya atau seperti para sahabat Nabi yang terkemuka. Jika ti- dak

154

Page 143: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

demikian, maka coba tunjukkan kepada kami: mana Nabi-Nabi yang tidak membawa kebaikan yang banyak kepada ummatnya dan kebahagiaan yang merata; dan mana Nabi yang agamanya tidak dapat mencukupi kebutuhan pribadi-pribadi dan masyarakat ummat ?

Saya kira, bahwa Anda tidak berbeda pendapat dengan kami, bahwa sebagian terbesar diantara manusia — bahkan barangkali semuanya kecuali sedikit — tidak paham tentang filsafat Plato, dan akal serta fikiran mereka tidak bisa membanding mantik (logika) Aristoteles, bahkaii jika dikemukakan kepada mereka persoalan- persoalan yang menghendaki pemikiran yang seksama itu sekalipun diatur dengan ibarat bahasa yang semudah mungkin pasti mereka tidak mendapatkan apa-apa kecuali pengelamunan yang tidak ada pengaruhnya dalam membentuk diri mereka, dan tidak pula dalam perbaikan amal perbuatan mereka.

Maka perhatikanlah beberapa golongan type manusia yang selalu dipermainkan hawa-nafsu keinginannya, kemudian cobalah Anda ajari dia untuk dapat meringankan bala bencana yang menimpa dirinya itu, maka jalan dari jurusan manakah yang lebih dekat bagi Anda untuk dapat menyerang hawa-nafsunya itu dan kemudian mengembalikannya kepada keinginan-keinginannya yang sederhana ?

Pasti Anda tidak akan menemukan jalan yang paling dekat untuk menjelaskan bahayanya meliwati batas dalam memper - turutkan keinginan hawa-nafsu itu, dan faidah-faidahnya berlaku sederhana dalam mencari rezeki dan hal-hal lain seperti itu yang tidak disanggupi oleh kaum intelektuil mengurajkannya kecuali dengan penyelidikan yang lama sekali. Tetapi Anda akan xnendapat- kan jalan yang lebih dekat dan lebih lurus bila Anda memasukinya melalui jendela wijdan (bisikan kalbu, intuisi) yang dapat menying kapkan rahasia yang melingkupi manusia itu dari segala seginya.

Kemudian Anda ingatkanlah kepada manusia itu kodrat I- lahi yang telah memberikan kepadanya kelapangan dalam persoalan hidup yang dihadapinya, lagi menguasai dirinya sendiri, dan yang mengendalikan tali les cita-citanya, dan untuk itu Anda dapat me- ngemukakan contoh-contoh yang dekat kepada pengertiannya sendiri. Kemudian Anda ceriterakanlah kepadanya riwayat Agama yang dianutny a sendiri yang berisi berbagai nasihat dan pengajaran , dan begitupula tentang riwayat kaum salaf yang merupakah tokoh- tokoh terkemuka Agama itu yang dapat dijadikan ikutan yang baik. Dan sebagai penutup nasihat Anda itu, Anda bangunkanlah

155

Page 144: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

rohnya dengan mengingatkan kepada keridhaan Ilahi bila ia berlaku lurus, mempunyai karakter dalam hidup (istiqamah), dan akan kemarah- anNya bila ia semau-maunya saja dalam hidup ini. Waktu itulah hatinya menjadi khusyu’ dan air matanya mengalir, dan amarahnya menjadi lenyap sedang hawa nafsunya menjadi terkungkung Sedang sipendengar nasiliat itu sendiri waktu itu tidak mau tahu lagi kecuali, bahwa ia merasa akan dapat keridhaan Ilahi dan para wali-wali Allah apabila ia mematuhi nasihat Anda itu, dan sebaliknya kemurkaan mereka bila ia durhaka. Begitulah keadaan diri (watak) manusia dari dulu sampai dewasa ini, sedang orang yang memungkiri hal itu sama dengan memungkiri dirinya, bahwa ia tidak dari golongan manusia.

Betapa banyaknyakitamendengaradanyamata yang menangis dan nafas yang tersedu-sedu serta hati yang khusyu’-tunduk dikala orang mendengarkan muballigh (rohaniawan) memberikan nasihat- nasihat keagamaan. Tetapi pemankah Anda mendengar hal yang seperti itu dikala orang mendengarkan nasihat-nasihat ahli-ahli budaya dan pemimpin-pemimpin politik ?

Bilakah kiiamendengar, bahwa ada satu type manusia diantara golongan-golongan yang banyak itu orang yang mau melakukan pekerjaannya karena semata-mata memandang baiknya pekeijaan jtu an sich ? yakni karena perbuatannya itu mengandung manfa’at bagi umum atau khusus kepada bebefapa pribadi, dan yang dapat ir.enghilangkan kejahatan yang menimpa mereka itu ?! Ini memang suatu perbuatan yang belum pemah ada dalam sejarah manusia dan tidak pula cocok dengan watak mereka. Hanya yang dapat mem- bentuk watak manusia itu adalah akidah dan adat lembaga yang / diwarisi turun-temurun, sedangkan kedua-dua perkara yang tersebut ini tidak bisa, dibina kecuali dengan jalan Agama. Maka karena- nya, faktor Agama adalah merupakan faktor yang paling kuat untuk membentuk moral rakyat banyak, bahkan juga orang-orang terkemuka; dan pengaruh kekuasaan Agama itu ke dalam jiwa mereka jauh lebih kuat daripada pengaruh akalnya, padahal akal itu merupakan ciri khusus bagi jenis makhluk manusia itu.

Telah kami katakan diatas, bahwa pentingnya kedudukan Kenabian para Rasul itu dalam masyarakat adalah seperti pentingnya kedudukan akal pada diri setiap orang, atau sepefti pentingnya tanda penunjuk jalan yang terletak pada jalan yang akan dilalui, bahkan jauh lebih penting dari itu lagi, yakni sama pentingnya dengan pendengaran dan penglihatan.

156

Page 145: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Bukankah fungsi penglihatan itu membedakan antara yang baik dan yang bunlk dalam segala apa yang dilihat dan antara jalan yang mudah dilalui dan yang banyak onak durinya ?

Dan kadang-kadang orang salah mempergunakan penglihatan- nya itu sehingga ia terjerumUs masuk jurang sampai badannya luka-luka sedang dua matanya itu selamat sejahtera yang tetap ber- cahaya-cahaya pada wajahnya. Beribu-ribu bukti yang nyata bisa ditunjukkan oleh akal dan pancaindera atas sesuatu yang membawa bencana sedang pelakunya sendiri telah mengetahui sebelumnya. Tetapi bukti-bukti yang nyata, itu dilanggarnya dan ia melakukan perbuatan yang nista karena dorongan hawa nafsu atau karena pengaruh godaan-godaan lainnya. Tetapi kejadian-kejadian yang seperti ini tentu tidak bisa dijadikan alasan untuk mengurangi nilai pancaindera atau akal itu dalam hikmah penciptaannya. Demikian pulalah halnya para Rasul alaihimussalam, adalah merupakan tanda penunjuk yang telah ditancapkan oleh Tuhan untuk menunjukkan arah jalan yang menuju kepada kebahagiaan Setengah manusia ada yang dapat menuruti petunjuk itu, maka sampailah ia kepada puncak 'bahagia hidupnya, dan diantara mereka ada pula yang salah memahami petunjuk itu dan tersesatlah ia dari jalan yang sebenarnya sehingga ia akhirnya teijerumus kedalam lembah ke- binasaan. Agama memang suatu pembimbing bagi manusia, tetapi tempo-tempo kekecewaan menimpa diri manusia untuk menerima petunjuk itu ;namun kekecewaan pada sementara manusia itu tidak akan dapat mengurangkan nilai kesempurnaan Agama itu dan tidak pula dapat untuk meiintangi kebutuhan yang sangat vital kepadanya.

Ketahuilah ! bahwa Agama itu adalah tempat ketenangan dan perlindungan yang menenteramkan hati. Dengan Agama semua orang rela dengan pembagian rezeki yang diferimanya. Dengan Agama, buiuh (pekerja) menjadi terpimpin sampai kepada prestasi keijanya yang paling tinggi. Dengan Agama, semua pribadi tunduk kepada ketentuan hukum alam yang umum. Dan dengan Agama, orang melihat kepada manusia yang diatasnya dalam segi ilmu dan kehormatan, dan kepada manusia yang

„Dengan petunjuk Agama itu masih banyak juga orang yang sesat; dan sebaliknya dengannya banyak yangberoleh petunjuk, dan tak ada yang sesat itu kecuali orang-orang yang fasik’.’ (Q.S. 2. Al-Baqarah : 26)

157

Page 146: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

dibawahnya dalam soal harta dan pangkat, sesuai dengan ajaran-ajaran yang datang dari Ilahi.

Agama itu lebih identik dengan tenaga-tenaga pembangkit fithrah ilham manusia yang mengajak manusia itu dynamis (giat). Agama adalah suatu faktor kekuatan manusia yang paling besar tetapi kadang-kadang ia dihinggapi penyakit apa yang bisa juga datang kepada faktor kekuatan yang lainnya. Dan segala apa yang ditujukan orang kepada Agama itu berupa kritik seperti yang kami kemukakan tadi, maka sebenarnya harus ditujukan pula kepada para penganut Agama itu sendiri; mereka harus menasihati dirinya sendiri sesuai dengan ajaran yang dibawa oleh Agamanya itu ; atau kepada mereka yang terkenal sebagai penjaga dan pembela hukum- hukum Agama dan menyampaikan kepada hati manusia kandungan maksud hukum-hukum itu sehingga mereka terpimpin dalam Agama itu dan kembali kepada keaslian pokok-pokok Agama yang perta - ma yang suci-mumi. Mereka harus menyingkirkan tirai-tirai bid’ah dari Agama itu sehingga dengan begitu kembalilah kekuatan Agama itu sebagai semula (sembuh dari penyakit yang jnenimpanya, pen.) dan menjadi jelaslah menonjol hikmah-rahasia Agama itu bagi orang yang masih buta selama ini.

Sering orang berkata, bahwa dengan adanya perbandingan ' seperti itu antara Agama dan akal, orang lebih condong kepada pendapat mereka yang mengatakan : supaya akal itu dikesamping- kan saja dalam soal-soal yartg mengenai bidang Agama dan, bahwa dasar Agama itu adalah menyerah dan tunduk semata-mata, serta memutus jalan fikiran untuk memahamkan lebih dulu kandungan isi Agama itu yang berupa pengetahuan dan hukum-hukum.

Kami menjawab: Kalau sekiranya apa yang dikatakan diatas itu benar, tentulah Agama itu bukan perupakan tanda penunjuk jalan yang dapat dipercaya. Padahal tadi telah ditetapkan, bahwa akal sendirinya saja tidak bisa sampai untuk mencapai kebahagiaan ummat manusia tanpa adanya pimpinan Ilahi, sebagaimana hewan sendiri tidak bisa mengetahui segala yang bisa didapat dengan pancaindera kalau hanya dengan semata perantaraan pandangan matanya belaka, tetapi harus pula dengan disertai pendengaran telinga untuk mengetahui segala yang didengar. Maka demikianpu- lalah Agama, ia adalah suatu perasaan yang dapat mencakup segala- galanya untuk dapat membukakan segala rahasia kebahagiaan yang masih samar-samar bagi akal. Dan akal-ratio itulah yang berkuasa untuk mengetahui perasaan dan mengendalikannya sebagaimana mestinya, dan

158

Page 147: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

sebaliknya ia harus tunduk kepada apa yang telah dibukakan oleh Agama kepadanya itu, yakni dalam menganut keyakinan dan penentuan batas-batas amal perbuatan.

Bagaimana kita dapat mengingkari kekuasaan akal dalam mempergunakan haknya dalam hal yang tersebut diatas itu pada hal ia sendirilah yang turut memperhatikan dalil-dalil yang dengan bukti mana manusia itu dapat mengetahui segala sesuatu itu, dan bahwa ia datang dari Tuhan. Cuma setelah akal itu membenarkan Kerasulan Nabi ia harus dengan sendirinya membenarkan pula segala apa yang dibawa Nabi itu sekalipun ia tidak sanggup men- dalami sebagian diantara hakikat yang dibawa para Nabi itu. Ini tidak berarti, bahwa akal mesti menerima barang yang mustahil, seperti berhimpunnya dua yang berlawanan atau bertentangan dalam suatu ruanganpada waktu yang sama. Karena Nabi itu suci dari membawa hal yang seperti itu. Maka andaikata terdapat diantara ayat-ayat yang disampaikan Nabi itu yang lahimya membawa kesamaran, wajiblah bagi akal untuk mengi’tikadkan, bahwa yang dimaksudsebenarnyabukanlah arti yang lahir itu ; dan karena- nya dalam hal ini akal boleh menempuh dua jalan : mentakwilkan ayat itu sesuai dengan petunjuk-petunjuk sabda Nabi, dan atau : menyerahkan sepenuhnya pengertian ayat ini kepada ilmu Allah semata. Dan diantaranya tokoh-tokoh kaum Salaf yang berbahagia ada orang yang menempuh jalan yang pertama, dan ada pula yang menempuh jalan yang kedua.

KERASULAN MUHAMMAD S.A.W.

Bukanlah menjadi tujuan kami untuk menuliskan dalam lembaran kertas ini tentang perkembangan sejarah bangsa-bangsa dan khususnya sejarah bangsa Arab dizain an Kerasulan Muhammad s.a.w. untuk menyatakan bagaimana hajat-kebutuhan seluruh pen- duduk bumi ini kepada suatu peristiwa yang menggemparkan (shocking) yang menggoyang mahligai Raja-Raja serta menggon- cangkan sendi-sendi kekuasaan mereka yang zalimitu; dan supaya penguasa-penguasa itu menekurkan pandangan matanyake bawah guna melihat kepada nasib rakyat mereka yang lemah-lemah dimana selama ini mata mereka hanya tahu menengadah ke atas tanpa mempedulikan rakyat yang tertindas dibawah. Mereka penduduk bumi butuh kepada suatu cahaya sinar api yang memancar dari langit kebenaran kepada ummat manusia untuk melenyapkan ke- gelapan-kegelapan kebatilan yang membunuh akal mereka yang sehat; butuh kepada suatu teriakan yang lantang-

159

Page 148: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

bergema yang dapat membangkitkan mereka yang lalai, menyurutkan langkah mereka yang terlanjur; menanamkan rasa kesadaran kepada rakyat yang terpimpin, bahwa mereka tidak jauh beda kemanusiaannya dengan para pembesar yang berlaku zalim itu; butuh kepada orang yang dapat memberi petunjuk kepada mereka yang sesat dan menjadi pemimpin bagi mereka yang selama ini tertipu, pendeknya penduduk dunia itu butuh kepada orang vane akan menuntun mereka kepada suatu petunjuk vane da oat membawa ummat manusia kepada jalan yang telah digariskan oleh Allah kepadanya (Sesungguh- nya Kami, Kami (Allah)-lah yang menunjukkan jalan kepada manusia itu) i) agar dengan melalui jalan itu manusia dapat mencapai

0 Pengarang mengataKan di waktu beliau memberikan kuliah, bahwa yang dimaksud dengan sabil (jalan), ialah fithrah Allah di mana Ia menjadikan fithrah-kejadian ummat manusia ini.

kesempumaannya, dan sampai kepada keberuntungan dunia-akhir- at yang telah disediakan Tuhan bagi manusia itu. Kami tidak akan menerangkan semuanya itu untuk maksud seperti tersebut, tetapi kami hanya akan meminjam dari kejadian peristiwa sejarah itu suatu kalimat yang dapat dipahami oleh siapa yang berfikir sebagaimana yang telah disepakati oleh para penulis sejarah zaman itu, yakni yang berfikir secara teliti dan penuh kdsadaran.

Dikaia itu ada dua Kerajaan besar didunia l). Kerajaan Persia di Timur dan Kerajaan Roma di Barat—masing-masing bersengke- ta dan berbunuh-bunuhan satu sama yang lain: mengalirlah darah dikedua penjuru dunia itu, kekuatan menjadi hancur, harta-benda binasa, dan kezalimanpun menjadi-jadi dengan buasnya. Tetapi walau demikian, namun foya-foya, hidup mewah, pemborosan uang negara secara menyolok, kebanggaan dalam yang batil, dan bermacam-macam kesenangan hidup yang telah sampai dipun cak- nya yang tidak bisa dilukiskan dengan pena, kesemuanya itu teijadi dalam istana raja-raja dan pembesar-pembesar negara, pada rumah- rumah para pemimpin militer dan tokoh-tokoh

160

Page 149: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Agama pada seluruh bangsa-bangsa waktu itu. Adalah suatu kejahatan golongan elite pada segala bangsa, bahwa hal

itu tidak cukup berhenti sampai di situ saja, bahkan lebih dari itu lagi. Mereka peras rakyat dengan menaikkanpajak, dan mereka gencet dengan mengambil bea-cukai yang sangat keterlaluan, bahkan memberati beban rakyat lagi dengan aneka-war- na tuntutan-tuntutan yang bukan-bukan dengan mengambil hasil kerja keringat rakyat itu. Begitulah kekuatan yang ada pada pihak yang memegang kekuasaan dipergiinakan untuk merampas apa yang ada pada tangan silemah, orang yang cerdik berfikir bagaimana mengelabui orang yang lengah. Hal itu mengakibatkan rakyat pada segala bangsa itu ditimpa oleh bermacam-macam keme- laratan, kehinaan, rendah diri, rasa ketakutan dari berada dalam

1) Kata pengarang waktu memberikan kuliah: „Saya lupa di waktu mengarang me- nye ut an Kerajaan Tiongkok, karena ia juga adalah Kerajaan yang robek-robek arena perang saudara, dan begitu pula Kerajaan Turki, dan kami ingatkan hal itu dalam cetakan ke dua”.

keadaan kegoncangan yang terus menerus, ialah karena kehilangan ketenteraman rohani dan keamanan harta-benda mereka.

Kemauan kelas yang berkuasa (ruling class) itu telah menye- lubungi iradat (kehendak) rakyat banyak sedemikian rupa sehingga rakyat itu tak obahnya seperti permainan boneka (robot) yang dapat dikendalikan semau-maunya dari belakang layar sehingga orang yang melihatnya selintas-pandang mengira, bahwa rakyat itu ceidas-cerdas. Dengan jalan demikian menjadi hilang lenyaplah kemerdekaan pribadi, sehingga rakyat banyak itu mengira, bahwa mereka tidak akan lahir kedunia kecuali untuk berchid- mat kepada para pemimpin mereka yang demikian itu, mencukup- kan segala kemewahan hidup mereka tak ubahnya seperti kuda pelajang bukit belaka.

Para pemimpin itu telah sesat, baik akidah-kepercaydannya maupun dalam memperturutkan kehendak hawa nafsunya itu. Tetapi namun begitu fikirannya masih menghendaki hal yang nista itu supaya terus berlangsung, dan ia tak putus-putusnya dalam kekhawatiran kalau-kalau cahaya Nur Ilahi yang melekat pada fithrah kejadian manusia dapat membukakan tirai untuk menembus relung-relung hati yang gelap dan merobek-robek selu- bung yang menutupi akal, sehingga kelak rakyat banyak terbuka matanya untuk mencetuskan pemberontakan kepada kelas yang berkuasa yang sedikit jumlahnya itu. Oleh karena itulah maka para raja-raja dan para penguasaitusenantiasa dengan tidak pemah lengah sedikitpun untuk menciptakan tabir asap kebimbangan serta meng- hidup-hidupkan

161

Page 150: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

kebatilandantahyul-tahyulkhurafat yang berbagai rupa;yakniagarsupayahalitudapat melekat pada akal rakyat umum dan karat tahyul itu menjadi semakin tebal sehingga dengan begitu menutupi cahaya fithrah kejadian manusia; dan akhimya sempur- nalah segala apa vane mereka maui terhadap rakyat banyak itu se- hingga pembesar-pembesar itu berani mengatakan, bahwa Agama adalah musuh akal. dan musuh segala hasil buah fikiran (ilmu pengetahuan) kecuali apa yang merupakan tafsir bagi Kitab Suci belaka. Dan begitulah pembesar-pembesar itu merupakan dewa- dewa yang harus dipuja serta mempunyai kekuasaan yang tidak terbatas..

Begitulah nasib ummat dalam pengetahuannya dan begitulah keadaan penghidupan mereka; rakyat yang diperbudak lagi hina- dina, tenggelam dalam lautan kejahilan yang gelap-gulita, kecuali mempunyai sedikit pengetahuan yang klasik dan peraturan-peratui- an yang kuno yang membelenggu fikiran dan merintangi bagi kemajuan disamping kurangnya pengetahuan mereka tentang sejarah zaman silam.

Oleh karenanya, hal-hal yang gelap demikian itu menjadi memberontak kepada pokok-pokok akidah agama dan begitu pula kepada cabang-cabangnyayangmemutar-bahkican letaknya daritem- pat yang semula. Maka yang kotor itu telah dipandang orang suci, kelobaan dianggap sebagai kesederhanaan, dan kezaliman dinanti- kan sebagai keselamatan dan perdamaian. Dan karena kekurangan penyelidikan terhadap faktor yang menyebabkannya dan tidaK mendalami persoalan sejak dari mulanya, datanglah vonisyang menghukum, bahwa semua keburukan-keburukan yang demikian itu adalah bersumberkan Agama. Akibatnya timbullah kegoncang- kan fikiran sehingga manusia telah menjadi kacau-balau dalam ea- ranya berfikir, dan dalam memahamkan syari’at Agamanya sehingga timbullah faham-faham kaum vrijdenker dan materialisme pada banyak bangsa-bangsa, dari itu adalah merupakan bencana yang maha-hebat atas diri mereka melebihi dari segala perkara yang tidak diingini selama ini.

Pada waktu zaman Jahilijah, bangsa Arab adalah merupaxan kabilah-kabilah (suku-suku) yang terpecah-pecah yang senantiasa hidup dalam persengketaan, dan memperturutkan keinginan hawa- nafsu. Dan adalah menjadi kebanggaan bagi masing-masing kabilah membunuh saudara perempuannya, menumpahkan darah kepala- kepala kabilah itu, merampas wanitanya, merampok harta-benda- nya, yang semuanya itu dapat menimbulkan huru-hara peperangan fliantara sesama mereka. Hal yang seperti itu telah menjadi lum- rah, dan juga karena disebabkan kesalahan

162

Page 151: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

kepercayaan (i’tikad) yang mereka anut. Telah sampailah puncak kebodohan akal bangsa Arab dimana mereka

membuat berhalanya dari gula-gula (manisan), kemudian mereka sembah-sembah. Maka tatkala mereka merasa lapar, mereka makanlah itu. Dan telah sampai pula kemerosotan moral bangsa Arab itu demikian rendahnya sampai-sampai mereka membunuh anak perempuan kandungnya sendiri karena hendak menghilang- kan rasa ’aib dalam hidupnya, atau untuk meringankan nafkah kehidupannya sehari-hari. Telah sampai pula kekejian hidupmere- ka pada batas sedemikian rupa sehingga mereka tidak mau meng- hargai nilai pentingnya hidup bersih (terpelihara dari zina). Pendek kata, tali ikatan organisasi kemasyarakatan itu telah terlepas satu sama lain pada segala bangsa, dan telah putus hubungannya pada semua golongan.

Oleh karena demikian burukny a nasib ummat di kala.itu, maka apakah bukan suatu rahmat Ilahi kepada mereka, bahwa Allah, mengatur kehidupan mereka dengan mengutus seorang laki-laki dari jenis mereka sendiri, seorang yang diwahyukan kepadanya Kerasulan dan yang diberikan pertolongan dari pihakNya; dan yang diberiNya kekuatan dengan sesuatu yang memungkinkan Rasul itu menyingkapkan tabir awan kegelapan itu yang selama ini menye- lubungi kepala semua orang pada segala bangsa?! 3a, memanglah demikian dan ditanganNya juga terletak putusan segala perkara pada sebelum dan sesudahnya.

Pada malam kedua belas ) Rabi’ul Awal bertepatan dengan tahun Gajah dan sesuai dengan tanggal 20 April 571 dari kelahiran Al-Masih ’alaihissalam, dilahirkanlah Muhammad bin Abdillah bin Abdil Muthalib binHasyim Al-Quraisyi dikota Makkah.

Ia lahir sebagai anak yatim, karena ayahnya telah wafat lebih dahulu sebelum ia dilahirkan, dan tidak meninggalkan harta-benda yang banyak kecuali hanya lima ekor unta dan beberapa ekor yang betina, dan seorang budak perempuan; dan ada riwayat yang mengatakan jauh lebih sedikit dari itu. Dan pada waktu ia berusia enam tahun meninggal pula ibunya, maka ia lantas diasuh atas 1) Inilah riwayat yang masyhur yang dipegang oleh orang banyak di waktu memperingati hari

Maulid Nabi s.a.w. dalam pidato-pidato dan resepsi-resepsi. Dan memang tanggal itu adalah diantara beberapa pendapat, dan tetapi yang paling sah menurut kaum ahli Hadits, beliau di lahirkan pada tanggal kesembilan Rabi’ulawal itu.

pemeliharaan neneknya Abdul Muthalib. Tetapi setelah dua tahun dibawah asuhan beliau, wafat pulalah neneknya itu, yang lantas ia diasuh kemudian

163

Page 152: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

oleh pamannya Abu Thalib. Abu Thalib adalah seorang yang berpengaruh lagipun terhormat dikalangan kaum , Quraisy, tetapi ia hidup miskin sehingga ia tidak mempunyai peng- hasilan yang cukup untuk mengasuh keluarganya. Dan adalah keadaan Nabi s.a.w. dikalangan putera pamannya dan putera kaum- nya tak ubahnya juga dengan anak putera bangsanya yang lain yang ditinggalkan oleh kedua orang ibu-bapanya—, hidup dalam keadaan miskin, tidak mendapat jaminan yang cukup memuaskan dari si pemelihara sendiri; dan tak ada pula yang membantu untuk me- nuntun budi-pekerti beliau seorang pembimbingpun. Beliau hidup ditengah kalangan orang-orang jahiliyah, dikalangan kaum keluarga yang menyembah berhala, teman-teman yang menyembah patung- patung dan sahabat-sahabat dari anak-cucu penyembah berhalabelaka. Namun disamping itu ia tetap tumbuh dan berkembang kearah kesempumaan badan maupyn akal, budi dan adab sopan-santun, sehingga beliau terkenal dikalangan penduduk Makkah-pada hal ia selagi masih anak muda sebagai seorang Al-Amin (pemuda yang dipercaya). Memang suatu budi Ilahi yang dididikkan oleh Tuhan yang belum pernah terjadi menurut adat, bahwa seorang anak yatim lagipun miskin terutama dalam arti yang sesungguh-sungguh- nya dapat mempunyai sifat yang mulia lagi utama.

Maka dibesarkan Muhammad s.a.w. sebagai manusia sempurna, padahal kaumnya masih mempunyai peradaban yang bersahaja; ia menjadi orang yang tinggi mutunya tetapi mereka masih jauh dibawah; ia sebagai manusia yang meng-Esakan Allah dan mereka masih menyembah berhala; suka hidup rukun, dan kaumnya dalam persengketaan 1); beliau benar dalam kepercayaan (i’tikad) dan mereka masih ragu-ragu (sesat); ia menjurus terus kepada kebaikan

1) Pengarang membuktikan hal ini di waktu memberikan kuliah, dengan suatU kisah percekcokan antara kabilah-kabilah di waktu meletakkan hajar aswad (batu hitam) di waktu pembangunan Ka’bah, sehingga hampir terjadi bunuh^membunuh* Dan kemudian mereka sepakat untuk bertahkim kepada Muhammad karena amanah, benamya dan karena inginnya beliau memperdamaikan kaumnya.

164

Page 153: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

sedang mereka masih dalam kebodohan dan menjauhkan diri dari jalan yang ditunjukkannya.

Menurut sunnah-kebiasaan yang berlaku, bahwa seorang anak yatim yang mempunyai nasib seperti itu, wataknya akan dibentuk oleh pengaruh apa yang dilihatnya semenjak kecil sampai tuanya. . Akalnya akan terpengaruh oleh apa yang didengamya dari teman sepergaulannya dan apalagi dari orang-orang yang menjadi kaum kerabat dan keluarganyai, dan tak ada pula Guru yang akan mem- berinya ingat, dan tak ada kawan yang akan menyokong cita-cita- nya. Maka andaikata perkara itu seperti halnya berlaku menurut ukuran biasa, tentu mestilah Muhammad itu dibesarkan menurut kepercayaan sebagai yang dianut oleh kaumnya itu dan mempunyai pendirian seperti mereka itu pula; barulah kemudian apabila usianya telah lanjut sedang masih ada kesempatan untuk berfikir, ia maulah kembali menentang pendapat kaumnya itu yakni bila ia telah melihat bukti yang menunjukkan kesesatan mereka itu sebagaimana yang dilakukan oleh beberapa orang tertentu pada zaman- itu *)

Tetapi keadaan berjalan lain dari kebiasaan yang berlaku, bahkan sejak selagi kecilnya Muhammad s.a.w. itu telah merasa bend kepada paham menyembah berhala. Beliau amat cepat sekali sued akidahnya sebagaimana lekasnya ia menganut budi pekerti yang baik.

Adapun mengenai bunyi ayat yang tersebut dalam Kitab Suci Al-Qur-an (’’Allah menemukan engkau (Muhammad) dalam keadaan keliru, maka lantas Ia tunjukkan jalan yang benar”), ti- / daklah dapat diartikan, bahwa Muhammad itu pernah menganut paham menyembah berhala sebelum ia diberi petunjuk kepada Tauhid (meng-Esakan Tuhan), dan tidak pula boleh diartikan, bahwa beliau pemah melalui jalan yang tidak benar sebelum diangkat menjadi Rasul. Maha Suci Allah, sesunggiihnya hal yang demikian itu adalah suatu dusta yang nyata. Tetapi yang dimak- sud dalam ayat itu adalah kegelisahan yang menggusarkan hati

1) Seperti Umayyah bin Abi Shalti dan Umar bin Naufal. beliau sebagai galibnya pada diri orang yang ikhlas berjuang untuk membebaskan ummatnya serta mencari jalan keluar untuk memim- pinnya supaya lepas dari kehancuran, dan untuk memberi petunjuk kepada mereka yang telah terlanjur melalui jalan yang sesat. Dan Allah telah memberi petunjuk kepada NabiNya apa yang sangat dirasakan perlunya, yakni dengan terpilihnya beliau sebagai Rasul, terpilih diantara makhluk Ilahi sebagai orang

Page 154: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

yang akan menjalankan syari’at Allah dimuka bumi ini. Beliau mempunyai sekadar harta yang dapat memenuhi kebutuhan

beliau (dan sebagai tambahan dalam belanja hidupnya sehari-hari beliau mendapatkannya) dengan jalan membantu Sitti Khadijah dalam menjalankan perusahaannya, dan apalagi setelah Khadijah meletakkan pilihannya kepada beliau sebagai suami-jun- jungannya. Dan adalah keuntungan yang didapat beliau berkat hasil cucur keringatnya menjalankan perusahaan Khadijah itu merupakan suatu kekayaan baginya dan membawanya kepada kedudukan yang tinggi di mata kaumnya. Tetapi beliau tidak terpengaruh oleh dunia dan tidak pula silau oleh godaan-godaan harta kekayaan itu, dan tidak pula menempuh jalan yang biasa dilalui kaum harta wan yang mempunyai kedudukan seperti beliau itu dengan mempergunakan harta-benda itu untuk kepentingan hawa nafsunya belaka. Bahkan manakala umumya telah bertambah lanjut ber- tambah pulalah kebenciannya kepada perangai-perangai jahat yang dilakukan oleh orang banyak diantara kaumnya itu, dan sebaliknya ia lebih suka hidup menyendiri dialam bebas, memusatkan konsentrasi iikirannya, mendekatkan diri kepada Tuhan, bersama- di dengan munajat (berbisik, zikir) kepada Allah s.w.t. dan berdo’a secara langsung kepadaNya dengan mengharapkan supaya ia diberikan jalan ke luar dari kegelisahan yang amat besar untuk dapat melepaskan kaumnya dari keadaan yang gelap-gulita itu; dan juga bermohon kepada Tuhan untuk menyelamatkan ummat manusia seluruh dunia dari kehancuran yang menimpanya. Demikianlah keadaan Muhammad s.a.w sampai kepada beliau dibukakan Tuhan hijab (tirai) dari alam gaib yang disertai Ilham Ilahi sehingga me- mancar kepadanya Nur Ilahi yang suci murni, dan aatang Kepada- nya Wahyu dari Zat Yang Maha Tinggi yang untuk membahasnya panjang lebar bukanlah di sini tempatnya.

Tidak ada seorangpun di antara keturunan nenek moyang beliau yarig menjadi raja untuk dijadikan alasan baginya menuntut takhta kerajaan yang hilang dari tangan keturunannya itu. Dan adalah keinginan hati kaum familinya itu jauh sekali dari mencari pangkat hendak jadi Raja, tetapi memandang cukup dengan keturunan yang terhormat yang ada pada mereka yang telah dapat membawanya kepada pandangan yang terhormat diantara kaumnya sebangsa. Sebagai bukti atas kebenaran keterangan itu adalah apa yang' dilakukan oleh nenek beliau Abdul Muthalib diwaktu tentara Habsyi datang untuk menodai bangsa Arab dengan jalan merubuhkan tempat peribadatan mereka yang umum dan rumah mereka yang suci (Ka’bah, pen.)

166

Page 155: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

tempat perlindungan orang- orang yang bersengketa di antara mereka, tempat keramat dari tuhan-tuhan mereka (berhala-berhala), dan tempat yang merupakan puncak kebanggaan kaum Quraisy bagi putera-putera mereka.

Pasukan pelopor tentara Habsyi itu telah maju menyerbu lebih dahulu masuk kota sehingga ia melakukan perampokan sebanyak dua ratus ekor unta kepunyaan Abdul Muthalib. Dan kemudian bersama-sama dengan beberapa orang Quraisy, Abdul Muthalib keluar untuk menemui Raja Habsyi, yang kemudian memintanya menghadap sambil menanyakan apa maksud keda- tangannya. Maka beliau mendesak supaya dikembalikan untanya yang dirampas tentara sebanyak dua ratus ekor itu. Raja Habsyi tu lantas mencelanya dengan tuntutan yang bukan-bukan itu teruta- _ma disa’at genting yang berbahaya. Celaan Raja itu dijawabnya dengan ucapan: ’’Saya adalah tuhan (pembela) unta-unta itu, dan adapun Ka’bah Bait Allah itu ada Tuhannya sendiri yang akan membelanya pula!’

Ini sebenamya adalah puncak toleransi—pada hal Abdul Muthalib adalah orang yang mempunyai kedudukan yang tinggi dikalangan kaum Quraisy. Maka dimanakah terletaknya kedudukan yang tinggi itu pada diri Muhammad s.a.w. pada hal dirinya sendiri adalah seorang yang melarat dan kedudukannya hanya sederhana saja diantara kaum keluarganya sehingga ia akan mem- butuhkan jadi Raja atau akan merebut kekuasaan? Beliau tidak mempunyai harta-benda, tak ada pangkat, tak ada tentara, tak pu- nya penyokong-penyokongnya, tak mempunyai kemahiran ber- sya’irdan bukan pengarang yang kenamaan, dan bukan pula seorang orator yangmasyhur;pendeknya tak ada pada diri Muhammad itu faktor yang dapat menjadikannya berpengaruh pada hati orang banyak atau yang dapat membawanya meningkat naik yang dapat menandingi kaum atasan (elite).

Apakah gerangan yang menyebabkan dirinya lebih tinggi dari segala pribadi ? Apakah yang menyebabkan martabatnya lebih tinggi dari semua orang ? Apakah gerangan yang menyebabkan himmah cita-citanya lebih tinggi dari segala cita-cita manusia yang mempunyai idea sehingga ia sanggup memimpin bangsa-bang- sa dan mencerahkan bagi mereka langit yang selama ini diliputimen- dung yanggelap, dan bahkan untuk menghidupkan jiwa yang telah mati ? Tidak lain kecuali apa yang telah dititipkan Allah ke dalam rongga hati sanubarinya sesuatu yang sangat

167

Page 156: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

dibutuhkan oleh seluruh alam untuk membetulkan kepercayaan mereka yang telah tergelincir selama ini, yang dapat memperbaiki akhlak dan adat- kebiasaan mereka yang telah rusak-binasa, hal itu tidak lain ialah: Intuisi (Wijdan)nya yang mendapat angin pertolongan langsung ' dari Tuhan yangmembantunya dalam menunaikan tugasnya; Intuisi yang mengantarkan kepada puncak cita-citanya sebelum ajalnya datang. Hal itu sebenarnya tidak lain dari Wahyu Ilahi yang me- mancarkan nur (cahaya) Tuhan kepada Muhammad s.a.w itu, yakni cahaya yang menyinari jalan yang akan dilaluinya dan merupakan bukti yang sempuma bagi Kerasulan beliau. Hal itu juga tidak lain dari suatu peijanjian langit (maha tinggi lagipun suci, pen.) yang harus dibelanya mati-matian selaku panglima dan prajurit secara pahlawan. Apakah Anda tidak perhatikan, bahwa setelah wahyu itu memancar kepada diri Muhammad — betapa ia telah bangkit maju melompat kedepan dengan sendiri tanpa kawan,

memanggil ummat manusia seluruhnya supaya meng-Esakan Ilahi (Tauhid) dan percaya kepada Allah Yang Maha Agung, sedang semua bangsa waktu itu telah terpecah-pecah kepada berbagai kelompok kaum penyembah berhala (dewa-dewa), kaum material ismus dan Atheismus ?!

Terhadap kaum penyembah berhala (Heathen, Idolater) ia menyerukan agar supaya meninggalkan berhalanya dan melempar- kan patung-patung sembahan mereka itu, dan kepada kaum yang selama ini mencampur-adukkan dengan menyerupakan saja an - tara Tuhan Yang Suci dengan jasmani yang kotor ini: supaya mereka membersihkan kembali i’tikadnya yang menyerupakan Tuhan dengan sesuatu itu (Anthropomorphismus) ; dan kepada kaum yang menyembah Dua-Tuhan (dualisme), seperti Tuhan kebajikan (Ahoera Mazda) dan Tuhan Kejahatan (Aiera Mainyoe Ahriman) pada agama Zoroaster yang dianut oleh bangsa Iran purba, (Pen), supaya mengabdi kepada Satu Allah saja., Tuhan Yang Tunggal yang menguasai alam semesta serta mengembalikan segala sesuatu yang wujud ini kepadaNya —; dan kepada kaum Naturalismus diajaknya supaya mempeijauh tinjauan pemandangan mereka kedepan sampai menembus kepada apa yang ada dibalik tirai alam yang luas terbentang ini (Metapisika), agar mereka dapat sinarpe- tunjuk tentang rahasia wujud yakni rahasia kejadian

168

Page 157: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

alam ini —; dan golongan para pemimpin dipanggilnya dengan teriakan: supaya merapatkan (mengintegrasikan) diri kepada barisan orang ramai untuk mengajak mereka mengabdi kepada Kekuasaan Yang Satu yang berhak disembah. Dialah yang menjadikan langit dan bumi, dan Yang menggenggam roh-roh yang berada dalam badan mere - ka semua.

Beliau menginsafkan orang-orang yang mengaku sebagai V perantara antara manusia dengan Khaliknya yang Agung, beliau berikan penjelasan kepada mereka dengan dalil yang nyata dan membukakan hijab yang menutup hati mereka dengan pertolongan sinar wahyu —; bahwa perbandingan orang yang paling terhormat

diantara golongan yang mengaku sebagai perantara antara manusia dengan Tuhannya itu di mata Allah sama saja dengan golongan yang lebih rendah dikalangan mereka, dan beliau menuntut per- antara-perantara itu supaya turun dari ’’takhta ketuhanan” yang dibikin-bikin itu kepada anak tangga yang paling bawah dalam mengabdi kepada Allah, dan kemudian bersama-sama dengan semua manusia meminta pertolongan langsung kepada Tuhan Yang Satu, di mana semua orang di dalam pandanganNya adalah sama, tidak ada kelebihan antara seorang manusia dengan manusia yang lain, kecuali karenailmu pengetahuan atau keutamaan budi pekerti- nya.

Beliau menoleh dengan nasihatnya kepada mereka yang menjadi hamba dari tradisi-tradisi yang kolot dan yang dikungkung oleh perbudakan taklid : agar semua mereka, dapat membebaskan jiwa mereka dari kungkungan perbudakan itu, dan melepaskan beienggu yang mengikat tangan mereka selama ini dari beramal dan yang memaksa mereka supaya hidup tanpa cita-cita.

Beliau memandang pula kepada para pembaca kitab-kitab suci yang datang dari langit, dan kepada mereka yang bertugas menyampaikan kandungan isi Kitab itu yang berupa syari’at-syari‘at Ilahi. Beliau mengetok mereka yang karena kebodohannya hanya terbatas kepada mempermahir membaca huruf Kitab suci itu saja tanpa mengerti dan mengairialkan isinya, dan mengeritik pula kepada orang yang semaunya saja memutar-mutar ayat Kitab Suci itu kepada apa yang lain sama sekalf dari tujuan maksud lafazhnya. Beliau mengajak mereka untuk memahamkan (merenungkan) isi y* ayat Kitab Suci itu dan meneliti rahasia ilmu yang terkandung di- dalamnya sehingga mereka semua betul-betul

169

Page 158: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

berada dalam sinar yang datang dari Tuhan mereka. Kemudian beliau mengajak manusia itu supaya menolehkan

pandangannya kepada kurnia-kumia Ilahi yang ada pada manusia itu, dan semua orang baik laki-laki maupun wanita baik rakyat umum maupun golongan atas beliau seru supaya menukikkan pandangannya menekur kepada dirinya sendiri supaya mengenali- nya; dan bahwa mereka adalah jenis makhluk yang khusus diberi akal oleh Allah, dan berfikir adalah suatu ciri yang dikhususkan Tuhan kepada manusia itu. Dan dengan akal dan fikiran itu Tuhan menjadikan manusia sebagai makhluk yang terhormat dan pula dengan kebebasan kemauan (iradat, free will) untuk melakukan perbuatan yang ditunjukkan oleh akal dan fikirannya itu. Bahwa Allah mendatangkan segala apa yang ada dihadapan mata mereka berupa kejadian-kejadian alam raya, dan Allah mempersilakan untuk memahaminya dan menggali manfa’at yang ada pada alam itu tanpa mengemukakah syarat dan sesuatu ikatan apapun kecua- li supaya berlaku sederhana dan berdiri pada norma-norma aturan keadilan budi-pekerti yang utama ; dan bahwa Allah telah menen - tukan, bahwa dengan mempergunakan akal dan fikirannya, manusia itu akan sanggup mengenal Khaliknya tanpa adanya seorang per- antara juapun, kecuali orang (Rasul) yang dikhususkan Allah menerima wahyu-Nya, dimana Tuhan telah menyerahkan kepada para Rasul itu untuk menerangkan kepada manusia dengan bukti sebagaimana mereka menerangkan tentang Zat Yang Maha Menjadikan selalu alam ini. Sedang hajat-kebutuhan kepada para Rasul pilihan Ilahi itu dalam hal ini hanyalah untuk dapat mengetahui sifat-sifat Tuhan yang diizinkan oleh Allah untuk mengetahuinya, dan bukan tentang soal i’tikad berkenaan dengan wujud (hakikat Zat) Allah —; dan Allah menetapkan, bahwa tak seorangpun yang berhak menguasai orang lain kecuali menurut apa yang telah di- gariskan oleh syari’at dan peraturan yang adil. Kemudian setelah itu manusia boleh beijalan menurut iradat kemauannya untuk melakukan apa yang menjadi kesanggupannya sesuai dengan ke- hendak fithrah kejadiannya.

Ia (Rasul) mengajak manusia untuk mengetahui, bahwa dirinya adalah terdiri dari badan dan roh, dan dengan demikian manusia itu terdiri dari dua alam yang berlain-lainan sekalipun keduanya bercampur satu dengan yang lain, dan bahwa manusia itu dituntut semua supaya menghormati kedua badan dan roh itu, dan mencukupkan segala apa yang menjadi hak kebutuhan kedua-

170

Page 159: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

nya sebagaimana yang telah ditetapkan oleh kebenaran hikmat Ilahi. , Beliau menyeru ummat manusia seluruhnya supaya melakukan persiapan

dalam hidup di dunia ini untuk perbekalan dalam menemui hidup dihari Akhirat nanti, dan dijelaskan kepada mereka itu, bahwa sebaik-baik perbekalan yang akan dibawa oleh setiap orang yang beramal adalah ikhlas mengabdi karena Allah semata- mata dalam urusan ibadat, dan ikhlas (jujur) terhadap sesama manusia dalam meriegakkan keadilan, memberi nasihat dan dalam memberikan pimpinan.

Beliau beijuang menjalankan da’wah-penerangan raksasa itu dengan sendirinya belaka, dan tak ada daya dan kekuatan bagi beliau, sedang manusia ketika itu masih cinta kepada tradisiyang mereka temui selama ini sekalipun hal. itu sebenarnya merugikan mereka baik dunia maupun akhirat. Mereka menganggap musuh kepada sesuatu yang baru yang tidak mereka kenal selama ini sekalipun sebenarnya hal itu memberikan kesenangan hidup dan kehormatan serta merupakan puncak kebahagiaan bagi mereka. Semua tugas itu beliau jalankan dengan penuh kesungguhan sedang kaumnya masih saja memusuhi diri mereka semjiri dan menjadi budak hawa nafsunya ; tidak mengerti da’wah-penerangan yang beliau bawa, dan ti.dak paham akan Risalah beliau. Sementara itu pendapat umum telah dipengaruhi sedemikian rupa oleh apa yang menjadi kemauan dari pihak yang berkuasa, sedangkan otak orang- orang yang berkuasa itu sendiri telah diselubungi oleh penyakit godaan gila hormat daripada memikirkan jeritan rakyat^ang fakir seperti diri beliau lagi pula bodoh itu,di samping rakyat yang miskin itu tidak melihat adanya posisi yang kuat yang dapat men- dorong mereka untuk memberikan nasihat kepada para pembesar yang jelek itu dan tidak pula berani menantang mereka dengan celaan dan perlawanan oposisi yang radikal.

Tetapi beliau (Muhammad s.a.w.) walaupun dalam keadaan miskin dan posisi yang lemah tetap terus-menerus menantang mereka dengan hujjah yang kuat dan melawan mereka dengan bikti yang nyata, memberikan mereka nasihat yang berguna disamping memperingati mereka dengan an cam an yaiig mengejutkan, membangkitkan perhatian mereka dengan contoh-contoh per- bandingan, dan terus mengepung dan menghujani mereka dengan pelajaran-pelajaran yang baik, yang seolah-olah beliau seorang Raja yang gagah perkasa dalam menjalankan hukum, adil dalam pelaksa- naan perintah dan larangannya, atau penaka seorang ayah yang bijaksana dalam mendidik putera-puteranya, yang sangat meng- harapkan supaya anak-anaknya itu

171

Page 160: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

menjadi orang yang berguna, santun kepada mereka dalam waktu kesukaran dan sayang dalam waktu berada.

Kekuatan apakah ini yang tersembunyi dibalik kelemahan yang demikian itu? Kekuasaan apakah yang disangka lemah tidak bergaya itu? Ilmu apakah gerangan ini yang berada dibalik kebodoh- an itu? Kemajuan apakah ini yang berada dalam kegelapan zaman jahiliyah? Tidak lain kecuali ia adalah suatu titah Ilahi yang Maha Kuasa terhadap sekalian alam, di manarahmatdanpengetahuanNya meliputi bagi segala sesuatu. Demikian itu adalah perintah Allah yang memberikan keputusan, yang mengetok telinga, merobek tirai dan menyingkirkan dinding perintang, dan kemudian me- nyusup ke dalam hati sanubari dengan perantaraan lisan orang yang dipilihNya itu. Dan Allah menentukan hal itu ke atas pundak beliau sedangkan ia (Muhammad) adalah orang yang paling lemah di antara kaumnya; agar dengan ketentuan yang demikian itu menjadikan suatu bukti yang nyata serta jauh dari prasangka terhadap kebenaran yang dibawa beliau, bebas dari tuduhan yang bukan- bukan, karena perintah itu datangnya bukan kepada manusia biasa diantara makhlukNya.

Apakah ada bukti yang lebih agung dari ini? Seorang yang ummi (buta huruf) tegak memanggil para pengarang supaya me- mahami apa-apa yang mereka tulis dan mereka baca, seorang yang jauh dari mendengarkan kuliah ilmu-pengetahuan, berteriak kepada para alim-ulama (saijana-saijana) supaya mengadakan research (penelitian saksama) terhadap ilmu-pengetahuan mereka. Seorang yang jauh dari sumber mata air ilmu tetapi tampil dengan berse- mangat untuk memberi pengertian kepada kaum cendekiawan. Seorang yang dilahirkan ditengah-tengah kaum yang penuh dengan khurafat, tetapi sanggup membetulkan paham kaum filosof yang keliru. Seorang yang hidup ditengah bangsa yang masih dapat dikatakan primitif yang jauh dari kemajuan, jauh dari kesanggupan untuk memahami rahasia susunan kejadian alam ini dan apa lagi untuk memandang kepada Undang-undang alam yang indah me- ngagumkan itu—tetapi sanggup dan miampu mengatakan dengan pasti. bahwa bagi seluruh alam ini ada suatu ketentuan peraturan yang tetap. Dan ia memberikan khittah (garis) yang menuju kepada jalan bahagia, jalan yang pasti tidak akan celaka siapa yang melaliiinya, dan sebaliknya tidak akan selamat siapa yang meninggalkan jalan itu.

Kata-kata apakah ini yang mempesonakan, yang tidak bisa didebat lagi? Dalil-dalil apakah itu gerangan yang menyebabkan mulut terkunci tak bisa

172

Page 161: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

bicara? Apakah saya harus berkata, bahwa ini bukan manusia, tetapi adalah seorang Malaikat yang mulia? Tidak, saya tidak akan berkata demikian, tetapi saya harus berkata seperti apa yang diperintahkan Allah untuk menyipatkan diri orang itu: Ia tidak lain kecuali manusia seperti kamu semua juga, tetapi bedanya terletak, bahwa kepadanya diberikan wahyu. la adalah seorang diantara Nabi-Nabi yang benar, tetapi tidak puas dengan menyatakan Kerasulannya itu kalau hanya dengan menggu- nakan mu’jizat yang mempesonakan pandangan mata, atau menga- gumkan pancaindera, atau yang mendahsyatkan ingatan-ingatan. Tetapi ia menuntut supaya semua kekuatan bekerja dalam bidang- nya masing-masing, dan ia menentukan akal supaya dijadikan ob- jek sasaran menghadapkan kata-kata untuk memikirkan segala sesuatu yang berupa perintah ataupun larangan, disamping akal itu sendiri kadang-kadang salah dan benar. Dan beliau menjadikan dalam kekuatan pengaruh kata-katanya, dalam retorika bahasa- nya yang teratur indah (balaghah) dan bukti-bukti yang benar, terletak puncak hujjah yang memberikan keputusart, dan demikian- lah tanda kebenarannya. ’’Kebenaran yang tidak akan bisa di- hinggapi oleh kebatilan, baik -yang datang dari muka maupun dari belakang.. Memang kebenaran yang dibawa Rasul itu adalah datang dari pihak Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji” 1)

173

Page 162: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

1) Surat Fushshilat 142.A L - Q U R A N

Telah datang kepada kita suatu berita yang mutawatir yang tidak bisa diragukan lagi keb^narannya, bahwa Nabi Muhammad s.a.w. dibesarkan sebagai seorang ummi sebagaimana telah kami sebutkan tadi. Dan telah pula merupakan suatu berita yang mutawatir bagi seluruh bangsa-bangsa di dunia, bahwa beliau datang membawa suatu Kitab Suci yang dikatakan diturunkan kepada beliau, bahwa Kitab itu adalah Al- Qur-an yang dituliskan dalam mushaf-mushaf yang terpelihara dalam. dada semua orang Islam yang mementingkan untuk menghafalnya sampai dewasa ini. /

Al-Qur-an adalah Kitab yang mengandung berita bangsa- bangsa yang telah silam yang dapat dijadikan contoh perban- dingan bagi ummat yang hidup sekarang dan yang akan datang; •memuat berita pilihan yang dipastikan kebenarannya, dan ^ sebaliknya menghilangkan yang batil-batil yang bercampur-aduk dengan bermacam-macam khurafat, tegasnya memilih berita- berita yang berguna untuk dijadikan teladan perbandingan.

Al-Qur-an menceritakan hikayat para Nabi yang dikehendaki oleh Allah untuk mengisahkannya kepada kita tentang riwayat hidup perjuangan mereka, dan peristiwa-peristiwa yang terjadi antara mereka dengan ummatnya, dan Allah membersihkan para Nabi itu dari tuduhan orang-orang, yang kemudian menjadi percaya juga kepada Kerasulan mereka.

Al-Qur-an mencela para alim-ulama :dari segala agama atas perbuatan gerak-gerik mereka yang merusakkan sendiri kepercayaan mereka itu, dan mempercampur-adukkan hukum-hukum agama mereka, perbuatan mereka yang memutar-balikkan Kitab-Kitab Suci dengan takwil yang telah jauh menyimpang. Dan Al-Qur-an

mensyari’atkan kepada manusia hukum-hukum yang sangat cocok dengan kemaslahatan kehidupan mereka, hukum yang telah terbukti faidahnya bila dipraktekkan dan dipelihara baik-baik. Hukum yang menegakkan keadilan dan rhengatur masyarakat pergaulan manusia selama oraing berhenti pada batas yang telah ditentukannya. Kemudian besarlah - bahayanya (risiko) dalam menghampakan dan berpaling daripadanya, atau menjauhkan diri dari roh yang dikandung Al-Qur-an itu, Oleh karenanya maka Kitab Suci Al-Qur-an itu mengungguli segala Undang-undang peraturan yang dibikin

174

Page 163: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

oleh manusia (secular) sebagaimana jelas diakui sendiri oleh para penyelidik perundang-undangan bangsa- bangsa. Kemudian setelah itu, ia datang dengan hikmat dan pengajaran-pengajaran yang berguna, dan tuntunan budi-pekerti (kebu'dayaan) yang mengkhusyu’-kan kalbu dan menggerakkan akal untuk menerimanya serta didorong di belakangnya oleh himmah yang kuat untuk mencapai jalan yang menuju kebahagiaan ummat, berupa kemenangan yang dekat.

Al-Qur-an diturunkan Tuhan pada suatu zaman yang telah sepakat ahli riwayat mengatakan dan telah merupakan berita yang mutawatir, bahwa zaman itu adalah merupakan puncak kemajuan bangsa Arab dalam bidang bahasa dan banyak sekali menelorkan angkatan-baru yang fusahat. Dan zaman itu adalah merupakan ciri yang membedakannya dengan segala kemajuan yang pernah dicapai oleh mereka, yakni karena banyaknya muncul para pujangga (sasterawan) dan pahlawan-pahlawan mim- bar yang ahli pidato. Dan yang paling jago dalam pandangan bangsa Arab waktu itu, ialah orang yang paling pintar mengeluarkan buah fikirannya sebagai tanda kecerdasan, yakni : keunggulan dalam memilih kata-kata dan cepat meresapnya ke dalam hati serta logis menurut akal. Tentang bagaimana mereka mau habis- habisan berkorban mengeluarkan harta-bendanya untuk berme- gah-megah dalam perlombaan itu, rasanya tidak perlu diterangkan panjang -lebar di sini.

Telah mutawatir berita seperti demikian itu, bahwa bangsa Arab itu telah bernafsu sekali untuk menantang Nabi s.a.w. dan mereka berusaha mencapai berbagai jalan, dekat maupun jauh untuk dapat memhatalkannya dalam segala berita yang datang dari pada Allah, dan semua itu mereka lakukan dengan segala daya-upaya yang ada pada mereka.

Untuk itu mereka mempunyai banyak Raja di mana takhta- nya yang tinggi itu dapat mereka pergunakan untuk mela- wan Nabi. Mereka mempunyai para pembesar yang kekuasaan mereka dapat dipakai untuk merintangi Nabi. Mereka mempunyai ahli-ahli pidato (orator-orator), pujangga-pujangga dan penulis- penulis yang kesemuanya itu menggerenyutkan hidungnya mem- bangkang kepada Nabi. Dan memang kesemua mereka itu telah keterlaluan sekali dalam pendurhakaannya sedemikian rupadan telah mengerahkan segenap kekuatannya. Semua itu tidak lain karena sifat angkuh yang tidak mau tunduk kepada ajaran beliau dan karena hendak terus berpegang kepada agama-agama tradi- si leluhur mereka yang sudah kolot, serta menjaga akidah-akidah mereka dan leluhurnya yang sesat itu.

175

Page 164: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Dalam keadaan suasana yang demikianlah Nabi Muhammad s.a.w bangkit menyatakan kekeliruan buah fikiran bangsa Arab itu dan membodohkan segala impian pengelamunan mereka, serta memandang rendah kepada patung-patung berhala yang mereka sembah; dan di samping itu beliau mengajak kepada jalan baru apa yang masih asing bagi mereka selama ini, dan belum ada suatu benderapun yang mereka lihat berkibar di angkasa seperti yang dikibarkan Nabi itu. Dan tak ada sama sekali hujjah bagi beliau untuk menjawab tantangan yang dah- syat itu kecuali : mendesak mereka supaya dapat mengemukakan sesuatu yang bisa menyerupai sebuah Surat yang terpendek yang dikandung oleh Kitab Al-Qur-an, ataupun kalau sanggup sepuluh Surat seperti yang dikandung oleh Al-Qur-an itu. Sekalipun katanya sanggup untuk menghimpun segala alim-ulama, ahli-ahli sastera dan ahli-ahli balaghah (orator-orator) menurut kemauan hati mereka untuk dapat mematahkan hujjah beliau serta mem- bungkemkan beliau sendiri —, tetapi nyatanya mereka tidak sanggup berbuat demikian.

Telah sampai pula kepada kita kabar mutawatir, bahwa karena panjangnya masa perlawanan bangsa Arab itu serta lama- nya dendam-khasumat yang agresip sekali, namun akhimya mereka menjadi lemah dan kembali dengan menderita kerugian, dan karenanya Kitab Suci Al-Qur-an itu muncul sebagai kalimah yang Agung yang mengungguli segala kalimah apapun, dan hukumnya yang tinggi itu telah menjadi hukum atas segala hukum yang ada. Apakah munculnya Kitab yang seperti ini yang disampaikan oleh lisan seorang yang ummi (tak mengerti tulis-baca) bukan suatu mu’jizat yang paling besar dan dalil bukti yang paling nyata, bahwa ia bukan lahir dari hasil ciptaan manusia ? dan tetapi ia adalah suatu nur cahaya yang memancar dari matahari ilmu Ilahi dan hukum yang datang dari hadhirat Rabbani yang disalurkan dengan perantaraan lisan seorang Rasul yang ummi s.a.w. ?!

Begitulah, dan telah tersebut dalam Kitab Suci itu beberapa berita tentang hal yang gaib yang dapat dibuktikan kebenarannya oleh kejadian peristiwa dunia seperti berita dalam firmanNya (30 : 2). ’’Telah dikalahkan bangsa Rum dalam daerah bumi yang dekat; dan mereka setelah menderita kekalahan itu beberapa tahun kemudian akan menjadi pemenang kembali” Dan seperti berita yang mengandung janji harapan, disebutkan dalam firmanNya (24 : 55). ’’Allah telah menjanjikan kepada mereka yang percaya (beriman) di antara kamu dan mereka yang suka melakukan amal kebajikan, bahwa mereka akan

176

Page 165: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

memegang kekuasaan di muka bumi ini sebagaimana telah berkuasa orang-orang yang sebelum mereka”. (Al-Qur-an, Nur : 55). Semuanya itu telah terbukti kebenarannya. Memang dalam Al-Qur-an banyak sekali contoh- contoh ayat yang menerangkan kegaiban seperti ini yang dapat ditemui oleh siapa yang teliti membacanya.

Dan di antara berita gaib yang tersebut dalam Al-Qur-an, ialah berita yang menyebutkan tantangan orang Arab kepada Kitab Suci itu sendiri, dan akhirnya kaum beliau itu mundur teratur setelah tantangan mereka itu dijawab oleh Nabi yang meminta mereka supaya mendatangkan sebuah surat yang da- pat menandingi Al-Qur-an itu. Pada hal sebagaimana dimaklumi, bahwa negeri Arabia itu adalah suatu negeri yang luas dan penduduknya banyak terdiri dari orang-orang yang ahli bahasa dan letaknya beijauhan satu sama lainnya, sedang penerangan da’wah Nabi hanya dapat tersiar dengan perantaraan lisan para delegasi yang berkunjung menemui Nabi ke Makkah yang datang dari berbagai jurusan tanah Arab itu. Di samping itu Nabi sendiri belum pernah datang mengembara ke sekeliling tanah Arab dan belum pula pernah berkenalan dengan tokoh-tokoh terke- muka mereka, padahal kekurangan ilmu dalam hal ini biasanya merupakan suatu handicap (rintangan) untuk dapat mengetahui rahasia kekuatan yang tersimpan dalam batin bangsa yang besar seperti halnya dengan bangsa Arab itu. Maka jelaslah bahwa jawaban terhadap tantangan bangsa Arab yang diberikan oleh Nabi itu, yang menyebabkan mereka tidak sanggup untuk mengemukakan satu Surat seperti halnya dengan apa yang diba^a oleh beliau (Al-Qur-an) —, teranglah bahwa jawaban itu pada hakikat- nya bukanlah datang dari kekuatan manusia sendiri (Muhammad s.a.w. pen). Karena sulit diterima akal, bahwa perlawanan yang maharaksasa dari bangsa yang paling keras itu (Arab) akan bisa dihadapi oleh seorang diri beliau saja, sebab perimbangan ke kuatan tidak mengizinkan dan tidak memenuhi syarat. Dan di samping itu terdapat dugaan yang keras di kalangan orang yang mempergunakan akalnya, bahwa dunia ini tentu tidak sunyi dari orang yang mempunyai kekuatan yang sama dengan beliau. i) (1) Diberitakan, bahwa sebagian dari penganjur-penganjur agama yang telah sesat di negeri

Persia dan India telah mengadakan tantangan pula seperti ini dalam beberapa tulisan mereka guna menetapkan dakwanya yang mengaku, bahwa mereka diberi wahyu oleh Ilahi. Dan belum kami dengar di sana orang-orang yang tampil membantah pengakuan mereka yang sesat itu. Dan baiklah kami berikan jawaban sekedarnya, bahwa mereka itu sebenarnya bukanlah terdiri dari kaum ahli fikir, tetapi bahkan termasuk golongan mereka yang mengacaukan fikiran orang banyak (seperti halnya dengan kaum Qadiani Masih AJ-Hindi

177

Page 166: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Ad-Dajjal). Dan adalah pelajaran-pelajaran yang mereka propagandakan itu lebih dekat kepada pembicaraan hampa belaka. Dan tidak perlu pula rasanya bagi orang yang berakal untuk melayani orang-orang gjla, dan tidak -wajar bagi orang yang bijaksana untuk mengiakan dongeng-dongeng yang tidak masuk

Dari itu nyatalah, bahwa jawaban terhadap tantangan bangsa Arab itu sebenarnya datang dari Allah yang Maha Kiiasa, Dialah yang sebenarnya berbicara. Dialah yang Maha Mengetahui, Maha Bijaksana. Dialah yang berkata yang disampaikan dengan perantaraan lisan Muhammad s.a.w. itu. Ilmu-Nyalah yang tahu bahwa ^segala kekuatan akan menjadi lemah untuk menandingi Al-Qur-an itu dan segala apa yang disampaikan oleh Muhammad s.a.w. kepada mereka itu.

Tentu ada orang yang masih ragu yang berkata : ’’Bahwa faktor Al-Qur-an itu mengandung unsur mu’jizat yang dapat mengalahkan penantangnya, bukan merupakan alasan yang kuat. Karena faktor yang demikian itu hanya bisa membungkemkan dan memaksa lawan menyerah. Memang la wan itu kadang-kadang terpaksa menyerah-kalah, sehingga mulutnya terkunci dan tak sanggup memberikan jawab sehingga ia diharuskan menerima hujjah. Tetapi cara demikian itu tidak dapat untuk menundukkan orang lain. Maka mungkin juga dengan cara yang seperti itu sebenarnya dia tidak menyerah sehingga dalil itu tidak bisa mematahkan atau membungkemkannya, bahkan juga mungkin ia mendapat jalan untuk membatalkan hujjah itu dalam masa jangka waktu yang lebih dekat!’

Begitulah bunyi ucapan keraguan, yang kelak akan sirna dengan sendirinya sebagaimana keterangan yang telah kami ke- mukakan di atas tadi. Karena tidak dapat disamakan saja antara ’’mu’jizat Al-Qur-an” dengan ’’dalil yang bisa mematahkan lawan” walaupun dalam keduanya itu terdapat unsur yang sama yang

akal dari orang-orang yang sakit. Memang orang-orang yang seperti itu banyak muncul di negeri ini dan di tempat-tempat lain, tetapi mereka tidak dipe dulikan orang. Tetapi diantara mereka ada yang beruntung - mendapatkan pasaiannya di negeri-negeri ajam (di luar negeri-negeri Arab). Tetapi di samping itu ada pula yang mengatakan, bahwa jawaban tantangan yang mereka berikan itu tidak sama dengan yang diberikan oleh Nabi, tetapi hanya seperti yang dikemukakan oleh kaum pujangga dan sastrawan belaka seperti yang dikemukakan oleh Syekh Akhmad Fans dalam bukunya ”As-Saq ’alas Saq”.

dapat melemahkan lawan, tetapi namun pasti ada perbedaan di antara keduanya, serta jauhnya perbedaan tentang cara peng- ambilan dalil. Maka mu’jizat Al-Qur-an adalah suatu dalil yang dapat dibuktikan dengan lemahnya kekuatan manusia untuk menandinginya dalam hal balaghahnya.

178

Page 167: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Kami sebut ’’kekuatan manusia” ialah, karena Qur-an itu datang dengan bahasa lisan bangsa Arab dan Kitab Suci itu dikenal oleh semua orang. Arab dalam masa Kenabian, dan sebagaimana apa yang telah kami sebutkan, bahwa zaman itu adalah merupakan puncak zaman kesusasteraan Arab berkembang, dan begitupun telah dijelaskan pendurhakaan bangsa itu kepada Nabi Muhammad s.a.w. yang sedemikian rupa. Tetapi namun demikian bangsa Arab itu tidak bisa untuk mengalahkan Al-Qur-an walaupun setelah memeras otaknya sekuat-daya upaya mereka. Oleh sebab itu tidak masuk akal, bahwa orang-orang Persia ataupun India ataupun bangsa Rumawi akan sanggup mengatasi keunggulan balaghah Arab dalam bidang kesusasteraan Arab untuk menandingi Al-Quran yang bangsa Arab sendiri tidak sanggup menghadapinya. Pendek- nya seluruh kekuatan menjadi sia-sia untuk menghadapinya. Dengan bersamaannya tempat kelahiran dan pendidikan Nabi dengan mereka itu, dan bahkan banyak di antara bangsa Arab itu yang ilmu dan pendidikannya lebih tinggi dari Nabi sendiri, adalah suatu dalil-bukti yang nyata lagi meyakinkan, bahwa Kalam Al-Qur-an itu tidak lahir dari dada manusia seperti yang biasa diucapkan orang. Tetapi ia khusus diberikan Allah kepada orang yang bertugas menyampaikan Al-Qur-an itu dengan lisannya yang suci (Nabi Muhammad s.a.w. pea).

Kemudian apa yang tersebut dalam Al-Qur-an yang berupa kata putus mengatakan, bahwa manusia itu pasti tidak sanggup menandingi Al-Qur-an, dan bahwa Al-Qur-an itu mampu meng- hadapi semua tantangan kekuatan yang dihadapkan mereka kepadanya —, adalah menunjukkan, bahwa yang mengucapkannya itu percaya kepada dirinya sendiri setelah mendapat pengalaman yang lama serta berbagai corak-ragamnya penderitaan yang di- hadapinya yang tidak mungkin orang lain bisa berbuat demikian

179

Page 168: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

sampai ajalnya datang —; semua itu menjadi bukti, bahwa Yang Berbicara itu pada hakikatnya tidak lain dari Zat Yang Maha Mengetahui alam gaib maupun alam yang nyata, bukan orang yang datang memberi pelajaran dan nasihat secara biasa saja.

Maka telah menjadi ketetapan dengan datangnya mu’jizat yang maha besar ini, dan telah ditunjukkan dalilnya oleh Kitab Suci yang Abadi ini, Kitab yang tidak bisa mengalami perubahan dan tidak pula bisa diganti (walaupun zaman dan suasana berubah-ubah, pen) —, bahwa Nabi kita Muhammad s.a.w. ada - lah seorang Rasul utusan Allah kepada segenap makhlukNya. Karenanya, wajiblah membenarkan Risalah Kerasulannya itu dan mempercayai segala apa yang dibawa oleh Kitab Suci yang diturunkan kepadanya itu serta mengambil segala apa yang di- tetapkan oleh Kitab itu sebagai pedoman dan sunnah yang diikut. Dan telah dijelaskan dalam Kitab Suci itu, bahwa Nabi Muhammad adalah penutup segala para Nabi, maka oleh sebab itu wajiblah kita iman (percaya) kepada keterangan Kitab Suci yang demikian itu.

Tinggal lagi satu persoalan yang penting yang menjadi tugas kami, ialah menguraikan fungsi Agama Islam dan apa yang bersangkut-paut dengan Agama itu secara singkat.

Dan menerangkan betapa cepatnya tersebar da’wahnya yang terkenal itu, serta menerangkan apa yang menjadi rahasianya Nabi Muhammad s.a.w. itu dijadikan sebagai Rasul Tuhan yang terakhir — mudah-mudahan Allah memberi selawat kepadanya dan kepada seluruh para Rasul!

f

180

Page 169: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

XV AGAMA ISLAM

Islam ialah Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad s.a.w. dan dipelihara serta dipahamkan dengan rapi dan teliti sekali oleh para sahabat beliau dan orang-orang yang hidup pada zaman sahabat itu. Dan Agama itu telah dipraktekkan di antara mereka demikian lamanya tanpa sengketa, tidak me- nyimpang kepada takwil dan tidak memerlukan adanya go- longan-golongan sekte (mazhab). Saya akan membahasnya se-cara ringkas dalam bab ini yang cocok dengan keterangan Kitab Al-Quran yang mulia, di samping menyerahkan kepada kaum cendekiawan yang ahli dalam hal ini untuk menerangkan dengan panjang lebar. Dan tak ada sandaran saya dalam uraian saya nanti kecuali Kitab Suci Al-Quran dan Sunnah Rasul serta petunjuk kaum cerdik-pandai.

Agama Islam datang dengan kepercayaan Tauhid, meng- Esakan Allah s.w.t. (unity of God) dalam Zat-Nya dan per- buatan-perbuatan-Nya serta bersihNya dari serupa dengan segala makhluk. Islam mengemukakan dalil-dalil, bahwa alam ini mempunyai Tuhan Khalik yang satu lagi mempunyai sifat-sifat utama yang dibuktikan oleh bekas-bekas karya-ciptaanNya, yaitu: sifat- sifat Ilmu (Mengetahui), Kodrat, Iradat dan lain-lain. Dan bahwa tidak satupun di antara makhlukNya yang menyerupaiNya, dan bahwa tak ada nishah antaraNya dengan para makhluk itu kecuali, bahwa Dialah yang mewujudkan (menciptakan) mereka itu; dan bahwa mereka itu adalah milikNya dan kepadaNya mereka semua akan kembali.

"Katakanlah! Dia (Allah) adalah Tunggal Allah itu Pemurah. Ia tidak beranak dan tidak pula dianakkan dan tak ada seorang- pun yang menyamai-Nya” (Q.S. 112, Al-Ikhlas 1—4). Adapun tentang lafazh-lafazh yang tersebut dalam Al-Quran itu

seperti: wajah (muka), dua tangan, bersila (istiwa’), dan lain- lain, adalah mempunyai arti tersendiri di kalangan orang Arab kepada siapa Kitab Al-Quran itu pertama kali dihadapkan, dan mereka tidaklah serampangan mempergunakan kata-kata itu. Bahwa Zat Allah dan sifat-sifatNya mustahil untuk menyatakan diri ke dalam jasad atau roh seseorangpun di antara penduduk alam ini (Pantheismus1). Hanya Allah s.w.t. merigkhususkan

181

Page 170: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Pantheismus (Wihdatul Wujud, kesatuan Wujud Tuhan dengan alam). Paham kepercayaan ini bertentangan dengan Islam maupun dengan Kristen atau Yahudi. Pantheismus berasal dari kata Yunani. Pan, berarti: seluruh atau semua; dan Theos, berarti: Tuhan. Segala-galanya adalah

penjelmaan dan perwujudan zat Tuhan. Menurut ajaran ini, bahwa Tuhan terdapat dalam setiap benda di alam ini bagaikan Aether yang menyelinap di mana-mana (God is everything and everything God). Jadi menurut Pantheismus, bahwa Tuhan Allah itu bukanlah suatu zat yang tersendiri wujudnya, yang bertentangan dengan segala alam yang baharu ini, tetapi sebaliknya.

Spinoza, seorang Belanda-Yahudi (16-32-1677 M) adalah tokoh filosof besar yang menganut dan menyebarkan faham ini. Ia mati dihukum bunuh karena kesalahannya itu. Schovenhaur (1788-1860 M) filosof Jerman yang masyhur itu mengatakan, bahwa Pantheismus itu pada hakekatnya sama dengan Atheis- mus (”Pantheismus ist der vornehme Form des Atheismus”). Dalam dunia Tasawuf terkenal nama Al-Hallaj (858-922 M). Ia seorang guru yang menganut dan mendakwakan paham "Wihdatul Wujud” sehingga sampai berani mengatakan ’’Anal Haq” (Akulah Tuhan). Islam memandang paham Wihdatul Wujud itu adalah Syirik karena telah menyimpang dari ajaran Tauhid yang murni. Allah tidak mencmpati ruang dalam alam ini, karena yang me- nempati ruang itu adalah benda. Atas putusan fatwa Majlis Ulama Baghdad Al-Hallaj dihukum bunuh dengan pedang setelah lebih dahulu meringkuk dalam penjara 8 tahun lamanya. Syekh Siti Jenar dari Lemah Abang yang namanya mirip dengan nama wanita itu, sama dengarr Al-Hallaj dihukum pancung atas putusan musyawaiah Mahkamah Wali Songo yang dipimpin oleh Sunan Giri pada pertengahan abad ke 16 karena syirik, mengaku dirinya sebagai Tuhan (Gusti Allah). Sunan Kali Jaga bertindak sebagai algojo melaksanakan putusan mahkamah itu. (BacaA. Johns, Dr.Taufik Abdullah, Islam di Indonesia, haL 136). Tetapi adalah suatu hal yang mengherankan para ahli ilmu Tauhid, bahwa Universitas Muhammadiyah pada tanggal 3 Agustus 1965 telah memberikan gelar Doctor Honoris Causa Dalam Falsafah Ilmu Tauhid kepada Dr. IT. H. Sukarno di Istana Negara‘Jakarta, seorang yang menandaskan dalam pidato penerimaan gelarnya, bahwa ia seorang Pantheist. ’’Mungkin saya punya keyakinan itu lain dari pada orang lain”, katanya. Baca : Tuhan Hanya Esa itulah Keyakinanku, haL 36, Depaitemen Agama, 1965. Pen.

di antara para hambaNya yang dikehendakiNya untuk memberikan ilmu dan kekuasaan yang kemudian disuruhnya melakukan perbuatan-perbuatan menurut apa yang dikehendakiNya sebagai aturan yang telah ditetapkan dalam IlmuNya yang azali yang tidak bisa dirubah dan tidak pula bisa didekati oleh per- gantian. Dan Ia (Allah) memperingatkan kepada orang yang berfikiran agar jangan mau begitu saja mengakui seseorang yang mendakwakan dirinya sebagai orang pilihan Tuhan (Nabi) itu, kecuali dengan keterangan yang sangat pasti kebenarannya menurut hukum perasaan (hissi) 2) dan yang tidak kurang jelasnya, seperti jelas mustahilnya bisa berhimpun dua yang berlawanan dalam satu ruang atau kedua-duanya sama lenyap tepat dalam waktu yang sama; atau wajib benamya, bahwa jumlah (Al-Kull, totalitet) lebih besar dari pada juzu’ (bagian, fragmen), umpamanya. Dan Ia (Allah) menentukan, bahwa para Nabi itu tak ubahnya juga dengan manusia lain, bahwa mereka tidak berkuasa atas dirinya dalam hal baik ataupun buruk. Paling-paling mereka itu adalah hamba Ilahi yang terhormat. Bahwa apa yang berlaku dalam tangan mereka itu, maka semua adalah dengan izin Allah yang khas, kemudahan yang khas, pada tempat yang khas, dan karena hikmat yang

J

182

Page 171: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

khas pula. Nabi itu sendiri tidak mengerti hikmat Allah berbuat demikian kecuali dengan dalil-bukti sebagaimana yang telah terdahulu keterangannya.

Agama ini mengajarkan sebagaimana yang difirmankan dalam Kitab Suci:

"Dan Allah melahirkanmu dari kandungan perut ibumu dalam keadaan tidak mengerti sesuatu apapun. pan Ia jadikan pen- dengaran dan pandangan serta akal semoga kamu bersyukur!"

,, v . . M .. (Q.S. 16. An-Nahl: 7E). 1) Yakni para Nabi '

Dan syukur menurut pengertian yang -terkenal di kalangan rang Arab ialah, mempergunakan nikmat yang diberikan Tuhan intuk kepentingan yang ^emestinya tanpa disalah gunakan. De- (gan pengertian ini menjadi jelaslah, bahwa Allah memberikan, :epada kita nikmat pancaindera serta ditanamkannya ke dalam liri kita kekuatan untuk dapat mempergunakan pancaindera tu pada jalan yang semestinya menurut apa kegunaannya di- adikan Tuhan. Maka karenanya tiap-tiap pribadi dapat berbuat untuk dirinya sendiri baik yang menguntungkan atau yang merugikannya. Adapun hal-hal yang mengagumkan akal kita dan tidak dapat dicapai oleh kekuatan yang ada pada diri kita, sedang diri kita merasa, bahwa ada suatu kekuasaan yang berdiri di belakangnya; atau hal-hal di mana orang harus minta pertolongan karena lemah menghadapinya, sebab di luar kekuatan manusia untuk mengetahuinya, dan dalam hal itu orang harus tunduk dan kembali serta minta bantuan kepada kekuatan gaib yang ada di luar dirinya — *); maika dalam hal itu manusia hanya boleh kembali kepada Allah sendiriNya saja, tidak lain. Maka karenanya, manusia itu tidak boleh tunduk- menyerah kecuali kepadaNya, dan tidak boleh minta keten- teraman hati kecuali kepadaNya. Begitu pula dalam perkara hari Akhirat yang menakutkan manusia itu, ataupun pengha- rapan yang dimintanya supaya amalnya diterima kelak —, maka tidak diperbolehkan ia berlindung kepada seseorangpun selain dari pada Allah, baik dalam meminta supaya amalan yang baik- baik itu diterima, ataupun dalam meminta ampun terhadap dosa-dosa kejahatan yang telah dilakukan. Maka Dia Allah sendiriNya yang berkuasa pada hari Akhirat itu.

183

Page 172: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Dengan ajaran Islam yang demikian itu terbongkarlah paham keberhalaan atau serbadewa dan kepercayaan-kepercayaan yang sama dengan itu sampai ke akar-akarnya, yaitu keperca- in yang walaupun berbeda rupa dan bentuknya, atau ber- n ibarat dan lafazhnya, tetapi ia tidak berbeda dalam makna n hakikatnya.

Hal itu diiringi dengan bersihnya akal dari fikiran-fikiran JU

kepercayaan tahyul yang bukan-bukan yang selama ini tak bisa tercabut dari ’akidah-kepercayaan yang batil itu. jmudian diikuti pula dengan bersihnya jiwa dari keyakinan- :yakinan yang jahat yang selama ini melekat dalam bentuk hyul-tahyul itu, dan sucilah jiwa itu disebabkan bersihnya cal dari menyembah bermacam-macam Tuhan yang disembah- (mbah dan yang mencelakakan diri mereka sendiri ^ Menja- i naiklah martabat manusia dan tinggilah nilai mereka secara ;rhormat manakala ia tidak tunduk mengabdi kepada sese- rangpun jua kecuali kepada Zat Yang Menciptakan langit dan umi serta menguasai seluruh ummat manusia. Diperbolehkan 26) agi setiap orang, bahkan diwajibkan ia supaya berkata- se- iagaimana yang diucapkan oleh Nabi Ibrahim:

26 Dipakai kata ’’diperbolehkan” sebagai isyarat, bahwa hal itu dahulunya ter- larang pada bangsa-bangsa purbakala, karena tidak diperbolehkan seseorang untuk mengabdi kepada Allah tanpa perantara kepala-kepala agama.

’’Sesungguhnya aku menghadapkan wajahku terhadap Zat yang Maha Menjadikan langit dan bumi lagi condong kepada kebenaran, dan tidaklah aku ini tergolong dari orang yang memperserikatkan Tuhan” (Q.S. 6. Al-An am : 79).

Dan sebagaimana Rasulullah diperintahkan untuk meng- ucapkan:

1) Dalam pelajaran kuliah, pengaiang menyinggung tusaknya jalan yang ditempuh oleh kaum sufi (mistik) dan beimacam-macam metode (tarikat) mereka dalam mengabdi kepada Tuhan. Maka hendaklah berhati-hati siapa yang mau mengerti !

184

Page 173: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

’’Sesungguhnya shalat yang saya lakukan dan ibadat hajiku, hidup dan matiku 1) bagi Allah Tuhan sekalian alam semesta; tidak ada serikat bagi-Nya dan dengan itulah saya diperintahkan, dan saya adalah awal orang Muslimin.” (Q.S. 6. Al-An’am : 162, 163).

Dengan begitu menjelmalah kemerdekaan yang terhormat bagi diri pribadi manusia, dan menjadi lepaslah iradat-kemauan- nya dari belenggu-belenggu yang selama ini mengungkungnya dengan kemauan yang lain, apakah kungkungan itu berupa kemauan manusia lain -27) yang disangkanya sebagai cabang dari kemauan Tuhan — atau seperti kemauan para pemimpin dan orang-orang yang berkuasa, atau kemauan yang ditahyulkan oleh khayal manusia sendiri yang disangka berada pada kubur- kubur, batu-batu, binatang-binatang dan sebagainya. Menjadi bebaslah cita-cita manusia dari tawanan orang-orang yang mengaku sebagai perantara antara manusia dengan Khaliknya, dan orang-orang yang mengaku dapat memberikan syafat, juru- juru nujum, ahli-ahli ma’rifat, dan orang-orang yang menguasai rahasia hidup seseorang dan bertindak menentukan batas hu- bungan amal-amal manusia dengan Allah, yakni mereka yang mendakwakan, bahwa mereka adalah perantara yang membawa bahagia, dan yang di tangan mereka terletak celaka dan ke- mujuran. Ringkas kata, dengan ajaran Islam itu roh manusia merdeka dari perhambaan juru-juru tipu dan manusia-manusia dajjal.

Dengan ajaran Tauhid, jadilah manusia selaku hamba Allah semata-mata, merdeka dari segala macam perhambaan yang lain dari padaNya. Ia mempunyai hak asasi sebagai manusia yang merdeka, .yang tidak ada perbedaan antara hak orang yang mulia dan orang rendah. Tidak ada dalam Islam orang bawahan dan tidak pula atasan, dan tidak ada kelebihan antara sesama manusia itu dengan yang lainnya kecuali dengan kelebihan nilai amal-karya mereka, dan dalam kelebihan akal dan ilmu- pengetahuan mereka. Dan tak ada yang dapat mendekatkan mereka kepada Allah kecuali kesucian akal dari debu-debu kotoran waham (ragu) serta kebersihan amal dari pengaruh penyelewengan dan riya ('show). Dengan jalan begini menjadi sucilah harta-benda yang berada di tangan kaum pengusaha serta terjamin di dalamnya hak kaum fakir-miskin dan kepentingan umum. Akhirnya lenyaplah kaum melarat yang hidup minta- minta serta terkikislah pencurian (korupsi) yang dilakukan oleh mereka yang menganggap berhak dalam harta itu karena sifat dan kedudukannya,

27 Seperti kemauan ’’orang-orang suci” (Pendeta-pendeta) dan Kahin-kihin sebagaimana yang diterangkan Pengarang berikutnya.

185

Page 174: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

tanpa mendapatkannya dengan jalan bekeija dan cucur keringatnya sendiri.

Islam menuntut semua orang yang mempunyai kesanggupan supaya bekerja. Dan Islam menentukan, bahwa keuntungan ataupun kerugian tiap-tiap diri itu bergantung kepada keija yang dilakukannya :

”Dan bahwa tidak ada pembalasan bagi manusia itu kecuali menurut apa yatlg diikhtiarkannya sendiri” (Q.S. 53. An-Najm : 39).

Bahwa Islam memperbolehkan bagi seseorang untuk men- dapatkan segala kebaikan yang dikehendakinya berupa makanan, minumaiv pakaian dan ’perhiasan; dan Islam tidak menghalangi manusia kecuali apa yang membawa celaka bagi dirinya sendiri atau kepada orang yang berada di bawah tanggung jawabnya, atau sesuatu perkara yang merusak kepada orang lain; dan dalam hal itu Islam memberikan batas-batas ketentuan umum yang sesuai dengan kemaslahatan orang banyak. Maka karenanya terjaminlah kemerdekaan bagi setiap pribadi untuk berbuat, dan terbentanglah kesempatan yang seluas-luasnya dalam per- lombaan medan usaha manusia tanpa ada rintangan kecuali masing-masing harus menghormati hak orang lain.

Islam menyerang taklid, serangan yang menempatkan taklid itu sedemikian rupa sehingga tidak ada harganya lagi. Maka ia menghancur-leburkan balatentara taklid itu yang selama ini menguasai jiwa sanubari manusia serta membongkar akar-akarnya yang terhunjam dalam fikiran manusia, dan merubuhkan segala tiang-tiang dan sendi-sendi28) taklid itu yang melekat dalam akidah-kepercayaan bangsa-bangsa.

28 Sangat mendewa-dewakan para leiuhur dan guru-guru 2. Meng’itikadkan agungnya pemuka-pemuka agama yang silam, 3. Takut dibenci orang dan dikritik bila ia melepaskan .diri dari kekolotannya. Yakni, siapa yang tidak menghormati diri dan kemerdekaan fikirannya serta melatih dirinya untuk berpegang kepada apa yang dianggapnya benar — sekalipun ia menyalahi leiuhur dan guru*gurunya baik yang masih hidup atau- pun yang telah meninggal, yaitu mereka yang tidak maksum dari tersalah. Orang yang begitu tidak akan mungkin untuk melepaskan diri dari belenggu taklid. Nanti akan dijelaskan apa yang dapat meruntuhkan tiang-tiang taklid itu.

"Maka siapa yang- melakukan kerja yang baik walaupun sebesar dzarrah (atom) niscaya akan dilihatnya buktinya, dan siapa yang mengerjdkan perbuatan buruk walaupun sebesar dzarrah niscaya akan dilihatnya pula balasannya’,’ (Q.S. 99. Zilzal: 7,8).

186

Page 175: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

la berteriak kepada akal (ratio) dengan teriakan yang mengejutkan akal itu dari tidurnya, dan menyuruh akal itu bangkit dari kenyenyakan tidur yang lama itu. Akal yang sedang dibuaikan mimpi, yang manakala menyingsing kepadanya matahari kebenaran, berbisiklah penjaga patung waham kekolotan itu kepada telinganya: ’’Tidurlah terus ! Malam masih gelap, dan jalan amat sukar, sedang tujuan masih jauh, dan unta telah lelah sedang bekalpun telah tinggal sedikit”

Keraslah nada suara Islam terhadap was-was yang men- dungukan. Dan dengan lantang dikatakannya, bahwa manusia tidaklah dijadikan Tuhan untuk diikat dengan bermacam-macam kekangan. Tetapi ia dijadikan untuk menyiapkan diri terhadap petunjuk-petunjuk ilmu-pengetahuan dan tanda-tanda yang di- tunjukkan alam dan bukti-bukti dari peristiwa-peristiwa yang teijadi — ; dan bahwa yang disebut guru yang sejati ialah, mereka yang menumbuhkan kesadaran dan yang memberikan petunjuk, dan siap memberikan bimbingan ke jalan pembahasan lebih lanjut.

Dengan suara terang Islam menyipatkan kaum pendukung kebenaran, bahwa mereka itu adalah :

"Mereka yang suka mendengarkan penerangan, maka mereka ikut mana yang lebih baik (benar) daripadanya. ” (Q.S. 39. Az-Zumar: 18). Maka ia menggambarkan mereka itu sebagai orang-orang yang tidak

memandang pilih-kasih kepada siapa yang memberikan penerangan itu, tetapi kepada apa isi materi yang dihidangkannya,. agar dengan begitu mereka dapat mengambil mana yang baik serta melemparkan mana-mana yang tidak jelas kebenaran dan kegunaannya. Islam menolehkan pandangan kepada para pembesar, maka diturunkannya mereka dari takhtanya di mana mereka selama ini memerintah dan melarang orang semau-maunya saja ; dan diletakkannya mereka itu di bawah penilikan rakyat yang diperintahnya dengan memberikan hak untuk menyampaikan berita keluhan dan tuntutan apa yang mereka kehendaki, serta menguji atau membanding para pembesar itu dalam bleid hukum pemerintahan yang mereka jalankan, sehingga mereka harus memberikan putusan menurut ilmu-pengetahuan dan keyakinan mereka, bukan menurut dugaan dan sangkaan-sangkaan mereka belaka.

Islam mengalihkan jiwa raga manusia dari pergantungan adat-tradisi nenek-moyang dan paham yang kolot ketinggalan zaman. Dipandangnya dungu dan bodoh orang-orang yang ber- pegang kepada ucapan-ucapan

187

Page 176: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

orang-orang yang kuno-kuno. Di- peringatkannya, bahwa kekunoan itu bukanlah suatu tanda di antara tanda-tanda kemajuan, bukan menunjukkan suatu kecer- dasan akal dan kejernihan ingatan. Kaum kuno dan modern itu dalam soal kede\yasaan fikiran dan fithrah kejadiannya adalah sama. Tetapi bahkan kaum modern (yang datang kemudian itu) lebih mengetahui tentang kejadian peristiwa yang lalu, dan per- sediaan fikirannya tentang itu lebih lengkap dari pada kaum kuno sendiri ; dan begitu pula dalam pengetahuannya tentang mengambil manfa’at dari alam apa yang tidak dapat dilakukan oleh orang-orang yang dulu-dulu yakni para leiuhur mereka. Dan malahan kadang-kadang kaum modern yang datang kemudian itu dapat mengambil manfa’at pengalaman dari perbuatan-perbuatan kaum kuno yang buruk-buruk akibatnya, dan begitu pula dari kejahatan atau kesalahan yang telah dilakukan oleh orang-orang dulu itu.

Islam menerangkan, bahwa pintu-pintu kurnia Ilahi tidak pernah terkunci bagi siapa yang mencarinya, sedang rahmat- Nya yang, meliputi segala sesuatu tidak pernah ditahan-tahan untuk kepentingan segala makhluk yang melata di muka bumi ini.

Memang Islam mencela sekeras-kerasnya kepada penganut- penganut Agama yang sangat fanatik kepada kekunoan para nenek-moyang mereka, dan hanya mau melalui jalan usang yang d'ibuat oleh leiuhur mereka itu. Dan mereka membangkang dengan ucapan :

(Q.S. 43. Az-Zuhruf-: 22) .

Maka dengan ajaran Islam ini menjadi bebas-merdekalah ratio (akal) manusia dari segala belenggu yang membelitnya,

dibebaskannya dari pengaruh taklid yang memperbudaknya, serta

’’Katakanlah! (Muhammad). Mengembaralah kamu di atas permu- kaan dunia ini Kemudian perhatikanlah betapa akibatnya perbuatan orang-orang yang mendustakan Agama itu’’ (Q.S. 6. Al-An’am : 11).

’’Justru kami hanya akan mengikuti jejak yang ditinggalkan oleh para leiuhur kami’.’

’’Bahwa kami dapati bapak-bapak kami pada '■suatu cara dan bahwa kami terpimpin menurut jejak-jejak mereka’.’

188

Page 177: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

dikembalikannya kepada tempat di mana akal itu bertakhta. Akal itu dipersilakan untuk memberikan putusan dengan ilmu dan kebijaksanaannya sendiri di samping harus tunduk hanya kepada Allah Yang Maha Tunggal semata dan berdiri patuh kepada peraturan syari’at AgamaNya. Dan tak akan dirintanginya kegiatan (dinamika) akal itu, dan tidak akan dibatasi kemajuan berfikirnya yang terus meningkat.

Dengan ajaran inilah dan ajaran-ajaran yang dikemukakan seperti di atas tadi menjadi sempurnalah bagi manusia — sesuai dengan kehendak dan tuntutan Agama sendiri — dua buah persoalan pokok yang besar yang selama ini merupakan tabu (hal yang haram) bagi manusia itu menyentuhnya. Kedua fier- soalan pokok yang besar itu ialah : Kebebasan kemauan (free will), dan kemerdekaan ratio (akal) dan fikiran. Dengan dua faktor utama itu menjadi sempurnalah kemanusiaan makhluk insani ini dan terbukalah kesempatan yang luas baginya untuk mencapai kebahagiaan yang telah disediakan Ilahi menurut hukum fithrah kejadian manusia itu.

Sebagian para filosof Eropa modern berkata : ’’Bahwa timbulnya kemajuan Eropa adalah bersendikan dua faktor kebebasan kemauan, dan kemerdekaan ratio dan fikiran ini. Maka tidak akan bisa akal itu bergerak untuk mengadakan research (penyelidikan yang amat teliti) dan berfikir maju, kecuali setelah banyak jumlahnya manusia yang mengenal dirinya sendiri, dan setelah mereka diberi hak untuk melakukan ikhtiar, diberi hak untuk mencari hakikat sesuatu dengan akal mereka ; dan bangsa Eropa tidak bisa sampai kepada taraf yang demikian rupa melainkan setelah datangnya abad yang keenam belas Masehi”. Para ahli fikir itu selanjutnya mengakui, bahwa kemajuan peradaban Eropa itu sebenarnya adalah datang dari cahaya matahari per- adaban-kebudayaan Islam yang menyingsing kepada mereka, dan begitupun dari ilmu-pengetahuan para sarjana Islam pada masa itu.

Islam dengan perantaraan Kitab Sucinya yang diturunkan Tuhan — melemparkan batu besar yang diletakkan selama ini oleh para pemuka agama (ulama-ulama dan pendeta-pendeta) di atas pundak kepala (akal) para pemeluknya guna dapat me- mahamkan isi kandungan Kitab Langit itu. Karena para pemuka Agamaitu terlalu monopolidalam hak memahamkan Kitab Suci itu khusus bagi mereka sendiri dan kawan-kawan- nya, dengan melarang keras orang lain yang tidak memakai pakaian sebagai apa yang mereka pakai, dan yang tidak melalui jalan seperti yang mereka lalui untuk mencapai martabat yang suci itu. Mereka para ulama atau pendeta itu mewajibkan bagi orang umum ataupun

189

Page 178: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

memperbolehkan untuk membaca sebagian dari Kitab Suci itu tetapi dengan syarat ketentuan, bahwa mereka tidak boleh memahamkannya lebih dalam, dan bahwa mereka tidakdiperkenankan untuk memperluaspenyelidikan mereka terhadap tujuan-tujuan yang sebenarnya dari kandungan ayat suci itu. Kemudian mereka makin bertambah kolotnya dalam hal itu yang sangat membelenggu fikiran sehingga mengharamkan diri mereka sendiri untuk memahamkan pengertian isi Kitab itu kecuali sedikit saja. Dan bahkan mereka menuduh akalnya sendiri: sia-sia untuk dapat memahamkan apa yang dibawa syari’at dan Kenabian ; akhirnya mereka terhenti bersama-sama dengan orang awam yang banyak dalam hanya terbatas kepada membaca teks-teks (lafazh-lafazh) yang mengabdi dengan suara yang merdu dan memperhatikan aksara (huruf-huruf) kitab itu belaka, sehingga dengan begitu mereka menghilangkan hikmat mengutus , Rasul.

Maka datanglah AlrQuran mencela mereka dalam apa yang mereka lakukan itu dengan firmanNya :

"Dan sebagian dari mereka kaum Agama itu adalah terdiri dari orang-orang yang tidak tahu apa-apa tentang Kitab Suci kecuali pengelamunan-pengelamunan belaka, mereka tidak mengerti isinya kecuali hanya sangka-sangka’.’ (Q.S. 2. Al-Baqarah : 78).

"Perumpamaan orang-orang yang dibebani untuk mendukung Kitab Suci Taurat, kemudian mereka tidak mau mendukungnya (mengamalkannyaJ tak ubahnya seperti binatang keledai yang disuruh mengangkut Kitab-kitab; dan alangkah buruknya perumpamaan bagi kaum yang terdiri dari orang-orang yang mendustakan Ayat-ayat Allah! dan Allah tidak akan memberi petunjuk kepada kaum yang zalim’.’

(Q.S. 62. Al-Jum’ah : 5 ).

Adapun yang dimaksud dengan Al-Amani (pengelamunan- pengelamunan),-adalah pembacaan-pembacaan semata-mata yang tidak mengerti akan pengertian isi Kitab Suci yang dibaeanya itu. Dan bila mereka menduga, bahwa mereka telah berada menurut yang dikehendaki oleh Kitab Suci itu, maka hal itu tidaklah menurut ilmu dan pengertian yang sebenarnya, dan apa yang mereka khayalkan sebagai akidah-kepercayaan agamanya, tidak ada alasannya sama sekali. Bila mereka berselera untuk menyatakan sesuatu hukum dan maksud Kitab Suci itu

190

Page 179: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

menurut kemauan selera nafsunya sfendiri, mereka berbicara dengan keterangan-keterangan yang tidak ada dalil sandarannya sama sekali dan mereka menyimpang kepada takwil-takwil yang bukan- bukan dan sambil dengan seenaknya saja mengatakan, bahwa hal itu datang daripada Allah.

"Maka celakalah orang-orang yang menulis Kitab Suci dengan tangannya sendiri (membikin-bikin), kemudian mereka mengatakan, bahwa ini datang dari pada Allah, yakni agar mereka dengan hal itu mendapat sesuatu keuntungan yang tidak ada harganya’’

(Q.S. 2. Al-Baqarah : 79). Tentang orang-orang yang mengatakan, bahwa mereka tidak

mendukung Kitab Taurat sedang Kitab itu ada di tangan mereka sendiri setelah Kitab itu dipangkunya, maka mereka itu adalah golongan orang-orang yang tidak mengerti apa-apa tentang Kitab Suci itu kecuali teks-teksnya belaka dan akal mereka tidak sanggup mencapai isi kandungannya yang berupa Syari’at (per- aturan-peraturan) dan hukum hukum. Maka karenanya mereka menjadi buta untuk dapat mengambil petunjuk dengan Kitab Suci itu, dan mata mereka menjadi tertutup untuk dapat melihat tanda-tanda hidayah yang ditegakkan dengan turunnya Kitab Suci itu. Dengan begitu tepatlah perumpamaan yang diberikan Tuhan kepada mereka yang menempatkan mereka dalam kedudukan yang tidak layak, bagi sifat kemanusiaan pada dirinya lagi : seperti himar (keledai) yang mengangkut buku-buku yang tidak dapat mengambil manfaat daripadanya kecuali lelah dan letih belaka serta punggung yang bungkuk dan nafas yang sesak. Dan alangkah buruknya kaum yang terbalik keadaannya! Apa yang menjadi sebab kebahagiaan mereka, yakni turunnya Kitab Suci dan syari’at yang dibawanya, tetapi karena kebodohan mereka sendiri dapat membawa celaka bagi diri mereka.

Dengan tamparan kritik ini dan yang seumpamanya, dan dengan seruan umum untuk memahamkan serta ajakan kepada kaum intelektuil untuk mengadakan research agar dapat men- dalami dan meyakini segala keterangan yang tersebar dalam Kitab Suci Al-Quran —, maka Islam mewajibkan kepada se- tiap pemeluk Agama untuk mengambil bahagian dalam menggali ilmu-pengetahuan yang tersimpan dalam khazanah Kitab Suci Ilahi itu dan segala peraturan syari’at yang ditetapkannya. Dalam hal ini semua manusia adalah sama-sama diberikan kesempatan untuk

191

Page 180: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

menggali dan memahaminya, yakni setelah

192

Page 181: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

masing-masing pribadi mencukupkan syarat persiapan dirinya untuk itu; dan syarat itu tidakmenyukarkan bagi golongan terbesar para penganut Agama, karena ia tidak mengadakan deskriminasi kepada suatu golongan tertentu, dan tidak pula terikat kepada ketentuan batas-batas tertentu pula.

Islam dataing, sedang manusia waktu itu dalam keadaan berpecah-pecah pada golongan-golongan Agama, sekalipun ada sedikit sekali orang-orang yang mengabdi kepada Allah dengan keyakinan.

Golongan-golongan Agama itu masing-masing tuduh-me- nuduh, saling kutuk-mengutuk satu sama lain. Dan dalam keadaan yang demikian itu mereka masih mendakwakan, bahwa mereka berpegang kepada tali Allah. Perpecahan, persengketaan, dan teijun ke dalam huru-hara, mereka kira sebagai langkah yang menuju kepada jalan Tuhan.

Islam mengingkari semua hal yang demikian itu, dan dengan tegas tanpa ragu-ragu ia menyatakan, bahwa dalam segala zaman dan menurut keterangan yang disampaikan oleh lisan semua para Nabi —, Agama Allah itu adalah hanya satu. FirmanAllah :

’’Sesungguhnya Agama di sisi Allah adalah Islam. Dan tidaklah timbul persengketaan di antara kaum Ahli Kitab, kecuali setelah datang kepada mereka ilmu pengetahuan, karena kedurhakaan di-

"Ibrahim itu bukan seorang penganut Agama Yahudi dan bu-

193

Page 182: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

kart pula Nasrani, tetapi ia adalah seorang yang jauh dari kesesatan (hanif), seorang Muslim dan sekali-kali bukanlah ia seorang di antara orang-orang yang musyrikV YQ. S. 3. Ali Imran: 67).

"Allah telah mensyari’atkan kepadamu tentang urusan Agama sebagaimana yang telah diwajibkanNya kepada Nabi Nuh, dan apa yang Kami wahyukan kepada engkau, dan yang Kami wajibkan kepada Ibrahim dan Musa, dan kepada Nabi Isa, yaitu : hendaklah kamu tegakkan Agama dengan benar dan jangan sekali-kali kamu bercerai-berai padanya. Hal itu berat bagi kaum musyrikin apa yang kamu serukan mereka kepada Agama itu’’ (Q.S. Asy-Syuia’ : 13) :

"Katakanlah (Muhammad) : ”Hai kaum ahli Kitab! marilah kamu semua saya ajak kepada suatu kalimah yang sama (adil) antara kami dan kamu, bahwa jangan kita sembah selain dari Allah, dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu juga di antara makhluk ini, dan jangan pula di antara fcita mengambil Tuhan-Tuhan selain dari Allah. Maka sekiranya mereka berpaling katakanlah olehmu : saksikanlah oleh kamu semua, bahwa kami adalah orang-orang Islam!"

(Q.S. 3. Ali Imran : 64).

Banyaklah ayat-ayat Al-Quran seperti itu yang akan banyak sekali kalau dikemukakan di halaman-halaman kertaf* ini. Dan begitu pula ayat-ayat Al-Quran yang mencela kaum agama yang senantiasa cekcok dan bersengketa terus-menerus pada hal hujjah telah jelas dan teguhnya keterangan itu dalam sesuatu ilmu yang mereka pertengkarkan itu semua itu dapat diketahui oleh setiap orang yang membaca Al-Quran dengan penuh ke- telitian.

194

Page 183: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Kitab Al-Quran mengemukakan Nas (dalil) yang terang, bahwa Agama Allah dalam segala zaman ialah : Meng-Esakan Allah dalam KetuhananNya, dan menyerahkan diri dalam mengabdi kepadaNya sendiri. menta’atiNya dalam segala apa yang diperintahkanNya dan menjauhkan diri dari apa-apa yang di- larangNya, yang kesemUanya itu adalah merupakan maslahat bagi manusia serta menjadi tiang bagi kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat. Dan semua Kitab-Kitab Ilahi yang diturun- kanNya kepada para Rasul pilihan itu adalah mengandung ajaran seperti yang tersebut tadi, dan ia mengajak akal untuk mengamalkannya. Bahwa pengertian Agama seperti ini adalah pangkalan yang menjadi tempat kembali manakala ber- hembus angin persengketaan. Dan ialah neraca timbangan di mana kata-kata atau pendapat ditimbahg seadil-adilnya dikala timbul perselisihan paham. Islam mengajarkan, bahwa kepala baty dan mau menang sendiri dalam perdebatan adalah berten- tangan dengan kehendak agama dan jauh dari sunnah RasulNya. Dengan dipeliharanya baik-baik hikmat-rahasia Agama itu, dan diperhatikan benar-benar kurnia Ilahi kepada manusia dalam nikmat beragama itu —, niscaya akan lenyaplah perselisihan dan kembalilah hati bersatu kepada petuhjuk-petunjuk Agama, dan jadilah semua orang terpimpin dalam persaudaraan yang mesra lagi sama-sama berpegang kepada kebenaran, dan bekeijasama untuk menegakkan kebenaran Agama Allah itu.

Adapun mengenai rupa-rupa ibadat dan bermacam-macam upacara peribadatan yang berlain-lainan dalam beberapa Agama- Agama yang sah, dulu dengan sekarang serta berbeda-bedanya yang dibawa Agama pada waktu dulu itu dengan Agama sekarang —, maka semua itu adalah berdasarkan rahmat Ilahi dan kemurahanNya, yang telah memberikan bagi segala bangsa pada segala zaman apa yang dipandang Tuhan baik dan sesuai dengan zaman ummat itu masing-masing. Sebagaimana sunnah Tuhan (hukum alam) berlaku, dan Dialah yang mengatur seluruh alam ini — yakni dengan secara evolusi (berangsur-angsur) dalam men- didik manusia semenjak selagi manUsiar itu ke luar dari kandungan perut ibunya yang tidak mengerti apa-apa, lantas berkembang terus sampai akalnya cerdas tumbuh sempurria, sehingga dengan akalnya itu manusia dapat merobek-robek tabir pemisah, dan dengan fikirannya ia dapat menemukan rahasia-

195

Page 184: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

rahasia alam. Demikianlah pula sunnah Tuhan tidak berubah dan pimpinanNya tidak pemah goncang dalam mengatur ummat manusia. Begitulah keadaan manusia itu dalam keseluruhan dan jenisnya tidak sama martabat ilmu pengetahuannya dan tak sama daya-reaksi pene- rimaannya semenjak ia dilahirkan sampai kepada puncak kesem - purnaannya. Bahkan telah ditetapkan Tuhan, bahwa pertum- buhan ummat manusia itu adalah berdasarkan ketentuan fithrah- kejadiannya masing-masing. Dan hal ini sudah jelas yang tidak perlu dipertikaikan lagi, sekalipun para ahli-fikir sendiri berbeda pendapat dalam menyatakan pendiriannya tentang seluk-beluk masalah itu dalam ilmu-ilmu yang membahas masalah pergaulan hidup masyarakat manusia (sosiologi), terutama. Maka karena itu kami tidak akan menguraikan masalah itu pula di sini.

PERKEMBANGAN KEMAJUAN AGAMA SESUAI DENGAN TARAF KEMAJUAN UMMAT MANUSIA, DAN PUNCAK

KESEMPURNAANNYA ADALAH DENGAN ISLAM *)

Waktu Agama-agama kuno itu datang, ummat manusia dalam memahamkan kemaslahatan-kemaslahatan umum dan bah- kan dalam memahamkan kepentingan khusus pribadi adalah dalam taraf yang lebih menyerupai dengan zaman kanak-kanak yang baru lahir ke dunia. Ia tidak mengerti apa-apa kecuali apa yang dapat dirasakan oleh pancainderanya. Sukar baginya untuk memberikan pertimbangan apa yang teijadi hari ini dan peristiwa kemarin, sulit pula bagi otaknya untuk memikirkan makna-makna sesuatu yang tidak dekat kepada indera (jamahannya). Belum bertiup angin kesadaran dalam kalbunya yang berupa kesadaran batin, yakni rasa santun kepada orang lain, kepada kaumnya atau jenisnya sesama manusia. Ia loba sekali untuk membina kepentingan diri sendiri-sendiri belaka, tidak mau sibuk untuk kepentingan lain kecuali untuk mengusahakan makanan untuk perutnya sendiri, atau untuk mencari kesenangan dalam duduk atau berdiri belaka. Maka dalam keadaan ummat yang demikian primitifnya, tidaklah bijaksana kalau sekiranya Agama-agama purbakala itu bila ia berbicara dengan manusia dengan cara

tinggi lagipun halus untuk mengajak wijdan atau intuisi mereka, atau mengajaknya naik dengan menggunakan tangga dalil-dalil fikiran yang

196

Page 185: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

sulit-sulit. Tetapi adalah merupakan rahmat besar, bila Agama itu berbicara dengan kaum yang demikian taraf kecerdasannya dengan menempatkan diri dalam satu keluarga —, semua adalah makhluk Allah —, tak ada ubahnya seperti seorang ayah berbieara dengan anaknya yang masih kecil yang masih dalam periode zaman kanak-kanak. Anak itu tidak diajarnya melainkan apa yang dapat ditangkapnya dengan pancamderanya, apa yang dapat didengarnya atau yang bisa dilihatnya. Begitulah Agama-Agama itu datang dengan perintah-perintah yang tegas- tegas larangan-larangan yang tepat-tepat. Mereka dituntutnya supaya ta’at dan ia mengajak mereka beramal menurut batas kesanggupan mereka. Ia memerintahkan ummat itu melakukan sesuatu yang jelas manfa’at tujuannya sekalipun mereka tidak faham maknanya dan tidak sampai pengertian mereka untuk mendalami rahasianya. Agama-Agama itu mengemukakan tanda- tanda kebesaran (mu’jizat) yang dapat mengagumkan mata- penglihatan mereka dan mempengaruhi perasaan fikiran mereka, dan kemudian kepada mereka diwajibkan berbagai ibadat yang sesuai dengan taraf kesederhanaan mereka itu pula.

Kemudian zaman berjalan terus, ada bangsa-bangsa yang bangun dan kemudian jatuh, dan kadang-kadang kebudayaan mereka tinggi dan kemudian merosot, ada yang eksperimennya berhasil dan ada pula yang gagal, ada yang bersengketa dan kemudian sepakat kembali, kadang-kadang ada yang menderita kesengsaraan beberapa lama, dan kemudian datang bahaya dan celaka silih-berganti hari demi hari; begitulah manusia mengalami peristiwa-peristiwa sejarah. Maka pengalaman-pengalaman pahit- getir yang bermacam-macam aneka-warna itu memberikan kesan yang lebih dalam dari perasaan pancaideranya sendiri dan lebih masuk menghunjam ke dalam jiwa raganyS, sekalipun hal itu pada umumnya tidak lebih tinggi dari perasaan halusnya jiwa kaum wanita dan kaum muda remaja Maka kemudian suatu Agama29) datang berbicara dengan penuh rasa santun, berbisik dengan rasa cinta kasih, ia menyuruh melembutkan hawa nafsu, dan ia berbicara tentang godaan-godaan hati. Begitulah ia mengajarkan manusia supaya berlaku zuhud yang dapat

29 Peringatan bagi pembaca, bahwa pembahasan ini adalah demikian pentingnya dan berdalil ilmiah4osiologis, bahwa Islam menasikhkan (melikwidir) syari’at agama sebelumnya. Karena ia adalah agama yang terakhir, di mana manusia tidak memerlukan Nabi-Nabi dan wahyu lagi sesudahftya, maka penting sekali pembicaraan ini sekarang. Dan tidak ada orang yang memb&hasnya sebelum Usta^z Imam setahu kami.

197

Page 186: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

menjauhkan diri dari bermacam-macam godaan dunia pada umumnya dan mengha- dapkan wajah mereka ke alam malakut yang tinggi. Agama itu menghendaki orang yang punya hak agar jangan menuntut haknya walau dengan cara yang benar sekalipun, dan pintu langit (surga) menjadi tertutup bagi wajah orang-orang yang kaya-kaya, dan ajaran-ajaran lain seperti itu. Dan Agama itu mengadakan peraturan tentang ibadat kepada Allah yang sesuai dengan keadaan zaman mereka dan sesuai dengan maksud ke mana mereka diajak. Maka karenanya ajaran itu dapat tertanam dalam hati manusia yang memperbaiki kerusakan-kerusakan jiwa mereka selama ini serta menyembuhkan segala penyakit yang bersarang dalam jiwa mereka. Tetapi belum lagi berlalu beberapa masa, telah menjadi lemahlah kemauan manusia untuk mendukung ajaran-ajaran agama itu, dan tidak pula sanggup berhenti menurut batas-batas ajaran- nya, mengamalkan segala nasihat-nasihat Agama itu, dan ter- goreslah dalam persangkaan manusia, bahwa mematuhi nasihat- nasihat Agama itu adalah suatu kemustahilan.

Bahkan kemudian pemuka-pemuka Agama itu sendiri tampil untuk merebut kekuasaan dari tangan raja-raja, dan terus men- desak kedudukan kaum kapitalis dalam perebutanmencari harta kekayaan dalam segala bidang. Sedang keadaan sebagian terbesar dari para pendukung agama telah memasukkan takwil yang bukan-bukan ke dalam agama itu, dan banyaklah mereka cam- pur-adukkan ke dalam agamanya bermacam-macam kebatilan menurut kemauan hawa nafsu mereka. Beginilah rusaknya moral dan buruknya tingkah laku yang mereka perbuat : mereka me- lupakan kesucian Agama itu dan menjual kehormatannya.

Adapun dalam bidang akidah (kepercayaan), maka mereka telah berpecah-belah ke dalam beberapa golongan (mazhab, sekte), dan telah menimbulkan bermacam-macam bid’ah keagama- an (novelty) yang tidak-tidak. Mereka tidak lagi berpegang kepada pokok Agama itu yang murni, kecuali kepada apa yang mereka sangka sebagai sendi agama yang terkokoh dan mereka anggap sebagai tiangnya yang paling kuat, yakni: merintangi akal (ratio) untuk berfikir tentang rahasia Agama itu, bahkan juga untuk memikirkan yang lain tentang rahasia-rahasia kejadian alam ini, dan merintangi segala fikiran manusia untuk dapat menembus rahasia kejadian makhluk Ilahi ini. Sehingga mereka berani berkata dengan cara yang demonstratif, bahwa tidak ada persesuaian antara Agama dengan

198

Page 187: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

akal, dan bahwa Agama adalah musuh ilmu pengetahuan. Dan tidaklah cukup pandangan yang demikian itu terbatas pada dirinya sendiri saja, tetapi bahkan ia berusaha dengan lebih giat lagi untuk mengajak manusia kepada pendiriannya yang demikian itu dengan segala daya-upaya dan kekuatan. Pandangan yang sangat sesat demikian itu telah menimbulkan pengaruh yang sangat buruk kepada alam kebudayaan manusia, yaitu ekses timbulnya perang saudara diantara kaum Agama, karena menyintuh soal-soal yang menjadi ketetapan Agama. Akibatnya terbongkarlah urat tunggang pokok agama itu, putuslah perhubungan diantara sekeluarga, bergantilah kasih-sayang dengan putusnya silaturrahim, tolong-menolong ber- ubah menjadi permusuhan, dan perdamaian berganti tempat dengan peperangan yang dahsyat. Demikianlah keadaan ummat manusia sampai datang zaman Agama Islam.

Kemudian, usia masyarakat manusia telah membawa manusia kepada umur dewasa, sedang peristiwa-peristiwa kejadian yang silam itu telah dapat memberikan kesadaran baginya. Maka datanglah Islam menghadapkan pembicaraan nya kepada akal, dan ia berteriak memanggil faham-pengertian manusia yang disertakan dengan keinsafan dan perasaannya — untuk mern- bimbing manusia menuju kepada kebahagiaan hidupnya dunia dan akhirat. Islam menjelaskan kepada manusia apa yang menjadi persengketaan diantara mereka, dan membukakan pula kepada mereka segi-segi mana yang dipersengketakan itu. Tetapi di- samping itu ia menjelaskan pula kepada mereka, bahwa Agama Allah pada semua bangsa dan golongan itu sebenarnya adalah satu; dan tujuannya untuk memperbaiki keadaan diri dan me- nyucikan hati mereka adalah satu pula. Dan bahwa ketentuan upacara ibadat sebagaimana yang tampak di mata itu, pada ha- kekatnya adalah untuk membaharui peringatan kepada rohani; dan bahwa Allah tidak memandang kepada wajah-rupa manusia tetapi kepada hatinya.

Islam menuntut kepada manusia yang mukallaf supaya meiyaga jasadnya sebagaimana ia menuntut supaya manusia itu memelihara batinnya. begitulah ia memerintahkan supaya me- nyucikan badan lahir sebagaimana ia mewajibkan agar me- nyucikan batin, dan kedua perkara itu memang harus disucikan terus-menerus. Dan Islam menjadikan ’’ikhlas” sebagai roh ibadat; dan bahwa segala amal perbuatan yang

199

Page 188: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

diperintahkan itu tidak lain adalah untuk menghiasi diri dengan budi yang mulia.

Islam mengangkat martabat orang kaya yang pandai ber- syukur sama dengan martabat orang fakir yang sabar, bahkan tempo-tempo melebihinya. Islam menyusup ke tengah pergaulan manusia dalam pengajaran-pengajaran yang diberikannya selaku pergaulan juru penasihat yang amat pintar memberikan nasihat kepada orang yang telah dewasa. Ia mengajak mereka untuk mempergunakan segala kekuatan energi mereka lahir dan batin, dan dalam hal itulah dengan tidak ragu-ragu dikatakan oleh Islam terletak keredhaartl Ilahi dan arti syukur nikmatNya Dan Islam menyatakan, bahwa dunia ini adalah kebun untuk per- bekalan akhirat dan tidak akan sampai seorang kepada kebahagia- an yang akhir kecuali dengan berusaha lebih dahulu dalam perbaikan nasibnya di dunia ini.

Kepada manusia-manusia yang berani mengingkari kebenaran ajaran Islam itu, ia menantang mereka dengan ucapan :

"Katakanlah (hai Muhammad) kemukakanlah dalilmu sekiranya kamu memang orang yang benar !’’

(Q.S. 2. Al-Baqarah : 1 1 1 , Q.S. 27. An-Nam] :64),

Islam mencela mereka yang gemar sekali bersengketa dan bertengkar dalam soal-soal pokok ’akidah yang telah jelas ke-

’’Sesungguhnya ibadat shalat itu adalah mencegah diri dari melakukan perbuatan-perbuatan keji dan murigkar.”

(Q.S. 29. Al-Ankabut : 45):

”Sesungguhnya manusia itu dijadikan bersifat loba. Apabila ia ditimpa kesusahan ia mengeluh. Dan apabila mendapat kebaikan ia menjadi kikir. Kecuali orang-orang yang mengerjakan ibadat shalat’’

(Q.S. 70. Al-Ma’arij : 19 - 22)

200

Page 189: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

terangannya, dan ia nyatakan, bahwa perpecahan itu adalah suatu pendurhakaan dan keluar dari jalan kebenaran yang telah nyata. la tidak berhenti pada memberikan pengajaran dengan perkataan dan memberikan nasihat dengan berbagai penerangan, tetapi bahkan dengan memberikan peraturan yang cocok dengan masyarakat pergaulan hidup serta dapat diwujudkan dalam alam praktek. Oleh sebab itu ia (Islam) mengizinkan orang Islam kawin dengan wanita yang menganut Agama ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani, pen.), dan memberikan kelapangan untuk memakan makanan yang disediakan mereka serta menasehatkan supaya menghadapi kaum ahli Kitab itu dalam sesuatu pertengkaran dengan cara yang paling baik.

Sebagaimana dimaklumi, bahwa pergaulan yang mesra adalah merupakan perutusan cinta-kasih dan ikatan persatuan, sedangkan perkawinan (ipar-bisan) hanya bisa diwujudkan setelah terjadi lebih dahulu rasa kasih-sayang antara keluarga kedua belah-pihak suami-isteri dan setelah diikatnya kedua belah pihak dengan ikatan persatuan yang erat, dan paling sedikit adanya kecintaan

201

Page 190: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-
Page 191: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

sang suami kepada isteri yang berlainan agama dengan dia itu. Allah swt. berfirman :

X'O ). A^os^jjo^yi ’’Allah telah menjadikan dari jenismu akan isteri-isteri untuk dapat kamu

menumpahkan ketenangan jiwa kepadanya, dan Ia jadikan antara kamu suami-isteri rasa cinta dan kasih mesra’.’

(Q.S. 30. Ar-Rum : 21).

Kemudian Islam mewajibkan kepada kaum Muslimin sebagai suatu ketentuan yang harus mereka penuhi ialah bahwa mereka harus melindungi orang-orang yang.berada dalam tanggung-jawab mereka (kaum kafir dzimmi yang rukun dengan pemerintah Islam, pen.), sebagaimana mereka bertanggung-jawab melindungi diri mereka sendiri; dan diterangkannya, bahwa mereka mempunyai hak yang sama seperti hak asasi yang ada pada kaum Muslimin, dan bahwa juga mereka harus memikul kewajiban sebagaimana kita harus memikulnya. Untuk perlindungan kaum kafir zhimmi itu, mereka tidak diw^jibkan membayar pajak kecuali sekadamya saja dari pajak harta kekayaan mereka. Setelah mereka melunaskan jizyah (pajak) itu, Islam melarang memaksa mereka untuk memasuki Agama Islam30). Dan dalam hal ini Islam membujuk hati kaum Mukminin dengan firmanNya :

30 Ayat Al-Quran yang melarang paksaan dalam menganut Agama itu adalah turun sebelum Surat Al-Baraat (At-Taubat), di mana disyari’atkan memungut pajak (jizyah), Maka paksaan dalam menganut Agama itu adalah terlarang secaia mutlak. Tetapi bila kaum Muslimin bermaksud untuk memerangi kaum kafir karena mereka diserang, atau karena penerangan mereka dirintangi, umpamanya, maka wajiblah lebih dahulu menganjurkan supaya masuk Agama Islam dengan secara sukarela. Maka bila mereka telah menganut Agama Islam haramlah memerangi mereka itu. Dan adaikata mereka tidak mau, maka diajak mereka supaya membayar jizyah, sekiranya mereka termasuk orang yang beihak membayar pajak itu. Seolah-olah kaum Muslimin itu berkata kepada kaum kafir: kamu mengajak kami untuk tidak memerangi kamu, dan kami menjawab: Boleh tidak Islam tetapi harus membayar pajak. Perdamaian yang begini yang disetujui antara kedua belah pihak, tidak ada salahnya.

_Z.

21.7

Page 192: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

"Hai orang-orang yang beriman jagalah dirimu- sendiri, tidaklah akan menyusahkan mereka yang sesat itu bila kamu telah dapat petunjuk’.’ (Q.S. 5.Al-Maidah : 105).

Maka tugas mereka hanyalah mengajak orang-orang itu kepada jalan yang baik dengan cara-cara yang lebih terpuji pula. Mereka memang tidak mempunyai hak dan tidak pula diwajibkan untuk memakai sesuatu jalan kekerasan guna membawa orang supaya memeluk Islam. Karena nurcahaya Islam itu wajar untuk dapat menembus semua hati manusia. Dan ayat di atas itu tidak me- maksa kaum Muslimin untuk menjalankan sesuatu kebaikan, karena manusia itu tidaklah dikatakan dapat petunjuk Al-Qur an, kecuali setelah ia menegakkan kebaikan itu. Semua itu adalah untuk menunjukkan kepada ummat manusia, bahwa Allah tidak akan mendatangkan agama mereka untuk dijadikan gelanggang sengketa di antara manusia, tetapi Agama itu didatangkanNya untuk menuntun mereka kepada kebaikan dalam segala lapangan.

Islam melemparkan segala diskriminasi di antara jenis tingkat- an golongan manusia dan ia menetapkan bagi semua fitrah manusia mempunyai nilai sama di mata Tuhan, tak ada yang superior dan tak ada pula yang inferior di antara kejadian ummat manusia itu. Mereka adalah jenis makhluk yang terhormat dan mempunyai kehormatan untuk mendekati Tuhan secara langsung dalam mencapai martabat yang tinggi yang telah di- sediakan Tuhan bagi setiap makhluk insani. Jauh berlainan dengan anggapan sementara manusia yang menganggap dirinya manusia istimewa dengan suatu kelebihan yang terlarang bagi orang lain, ditambah lagi adanya anggapan rakyat, bahwa mereka tidak akan bisa mengatasi martabat orang-orang yang terhormat itu. Dengan jalan demikianlah manusia istimewa itu, mematikan roh- semangat ummat banyak, dan menjadikan mereka sebagai patung- patung dan tunggul mati belaka.

Di bawah ini akan kita kemukakan beberapa ’ibadat Islam seperti yang tersebut dalam Kitab Suci dan Sunnah yang sahih, yang sesuai dengan apa yang pantas dengan ketinggian Ilahi dan kesucianNya dari serupa dengan segala sesuatu, lagi cocok dengan akal yang sehat kebaikan yang terdapat dalam ibadat itu. Maka ibadat shalat umpamanya, adalah terdiri dari ruku’, sujud, gerak dan diam, mengandung do’a merendahkan hati, tasbih (mensucikan Ilahi), dan ta’zhiem (mengagungkan Allah).

Semuanya itu timbul dari rasa keinsafan akan kekuasaan Ilahi yang

218

Page 193: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

menguasai segala kekuatan yang ada pada ummat manusia dan kekuasaan yang mencakup segala sesuatu. Maka menjadi khusu’-lah hati kepada Tuhan dan hormatlah kepada Nya semua roh; dan tak satupun hal itu yang tidak dapat diselami oleh akal kecuali ketentuan bilangan-bilangan raka’at sembah- yang, atau melempar beberapa buah jumrah di waktu mengerjakan. ibadat haji, di mana dalam hal yang seperti itu mudahlah menye- rahkannya kepada hikmat-kebyaksanaan Tuhan Yang Maha Tahu lagi Maha Bijaksana 31 ^

Dan sama sekali tidak terdapat dalam ibadat itu hal-hal yang nyata tidak ada gunanya dan yang mustahil pengertiannya, yakni apa yang dapat merusakkan pokok-pokok yang telah ditentukan Allah untuk dapat dipahamkan dan difikirkan oleh akal.

Adapun ibadat puasa 32) maka ia adalah suatu pencegahan yang dapat mengagungkan perintah All ah dalam diri manusia dengan mengeijakari ibadat puasa itu; dan dengan puasa dapat pula diketahui nilai harganya nikmat di kala ia sudah tidak ada pada kita, serta dapat pula diketahui besarnya kemurahan Ilahi di waktu memberikan nikmat itu kepada kita.

"Diwajibkan kepada kamu mengerjakan ibadat puasa sebagaimana ia diwajibkan pula kepada orang-orang sebelun kamu mudah-mudahan kamu menjadi manusia yang takwa.” i)- (Q.S. 2. Al-Baqarah : 183).

Berbicara tentang bermacam-macam amal-perbuatan dalam upacara ibadat haji, maka itu memperingatkan manusia kepada awal-

31 Imam Al-Gazali mengambil perumpamaan hal ini dengan ukuran resep obat- obat yang terdiri dari campuran-campuran bahan kimia yang berbeda-beda; ada yang banyak campurannya dan ada pula yang sedikit. Dan keadaan campuran yang berlebih-berkurang dalam banyak dan sedikitnya itu baiklah diserahkan saja kepada ilmu pengetahuan dokter yang dapat menentukan obat. Sedangkan bagi orang yang sakit baiklah ia mempercayai ilmu dokter dan mengambil manfa’at dengan obat yang diberikannya. Tetapi apabila sisakit itu berkata: saya tidak dapat menerima resep obat kecuali setelah saya mengetahui dulu faidahnya masing-masing campuran zat kimia dalam resep itu, dan tahu apa faidahnya memberikan ukuran banyak sedikitnya resep itu maka nyatalah ia seorang yang paling bodoh, dan niscaya ia akan mati dengan penyakitnya itu. Bandingkanlah, bahwa kepercayaan orang mukmin terhadap ilmu Allah dan hikmat kebijaksanaanNya lebih sempurna dari kepercayaan kepada siapapun. Dan begitulah selanjutnya faidah ibadat sembahyang, haji dan sekalian macam ibadat dalam membersihkan jiwa dari segala kejahatan dan mencegah dari perbuatan, yang mungkar ...

32 Patut juga di sini dikemulcakan hikmat ibadat zakat, tetapi ia dapat dibaca di belakang nanti pada halaman 228.

219

Page 194: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

awal kebutuhannya, dan digambarkan kepadanya bentuk persamaan di antara pribadi-pribadi di antara semua orang walaupun ibadat haji itu dilakukannya sekali dalam seumur hidupnya Di mana lenyap perbedaan antara manusia yang kaya dan yang miskin, perbedaan antara hamba dengan raja, dan semua orang sama-sama berkumpul dalam suatu tempat (padang) yang satu, lagi sama-sama terbuka kepala, lagi tidak boleh memakai pakaian yang dijahit, di mana mereka sama-sama menghadapkan pengabdi- annya ke hadirat yang Satu, Allah Tuhan semesta alam.

Semua itu mereka lanjutkan lagi dalam mengerjakan tawaf, sa’i, wukuf, dan menyentuh batu hitam (hajar aswad) sebagai kenangan kepada Nabi Ibrahim ’alaihissalam sebagai Bapak Agama di samping mengi’tikadkan, bahwa tidak satupun di antara- peninggalan-peninggalan yang terhormat itu yang dapat memberi madharat atau memberi manfa’at kepada manusia. Segala mani- festasi yang mulia dari segala macam bentuk amal-ibadat Islamiyah adalah disertai dengan bukti yang dapat menyucikan Tuhan dan mengkuduskan Allah dari segala apa yang diwahamkan oleh tasybih (mengidentikkan) Tuhan dengan sesuatu. Coba Anda tunjukkan, manakah di antara ibadat-ibadat yang tersebut itu yang dapat Anda temui dalam upacara-upacara ibadat kaum-kaum

0 Periksalah tafsir ayat ini dan pendapat pengarang dalam Tafsir Al Manar jilid II ha lam an 157.

yang lain ? Yakni ibadat-ibadat yang menyesatkan akal fikiran manusia yang tak dapat dikatakan untuk mengikhlaskan hati guna menyucikan Allah dan mentauhidkanNya.

Islam telah menyingkapkan dari akal manusia gumpalan kabut kewahaman yang menutupi akal itu tentang kejadian- kejadian alam yang luas ini (jagat raya), dan alam yang kecil (manusia) Maka Islam menetapkan, bahwa tanda-tanda kebesaran Ilahi dalam menciptakan alam ini adalah beijalan menurut Sunnah (aturan) Ilahiyah yang telah ditentukanNya dalam IlmuNya yang azali, yang tidak dapat diubah-ubah lagi oleh sesuatu proses kejadian yang datang kemudian selain harus diyakinkan, bahwa Allah tidak akan lalai dalam menjalankan pekerjaanNya itu. Tetapi, bahkan wajib bagi seseorang untuk menghidupkan ingatannya kepada Allah tatkala ia melihat kejadian alam yang besar itu. Maka telah disampaikan dengan perantaraan lisan Nabi s a w :

220

Page 195: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Hal itu jelas membuktikan, bahwa segala tanda-tanda kejadian alam itu adalah berjalan menurut aturan yang satu, yang tidak bisa ditentukan kecuali oleh ilmu Ilahi yang telah menentukan sejak dari azali (sebelum alam ini tercipta) menurut aturan yang telah ditetapkanNya yang harus dipatuhi.

Kemudian Islam membuang selubung dari diri manusia dalam mengecap nikmat Ilahi terhadap individu-individu atau

“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dm tanda dari antara tanda-tanda kebesaran Allah. Tidak akan lenyap sinar keduanya karena meninggal dunianya seseorang, dan tidak karena lahimya. Maka dari itu bila kamu melihat gerhana keduanya, maka ingatlah akan Allah sampai cahavanya timbul kembali

221

Page 196: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

ummat banyak, dan begitu pula terhadap musibah-bencana yane dideritanya. Dan kedua-duanya harus dipisahkan demikian rupa.

Adapun nikmat Allah yang merupakan hiburan yang di- kecap oleh pribadi-pribadi sebagai suatu kesenangan, dan begitu pula penderitaan kehidupan yang dideritanya, adalah banyak; seperti harta benda, pangkat-kedudukan, kekuasaan, anak-anak, ataupun berupa: kefakiran, kerendahan, kelemahan dan ketiadaan anak, yang kadang-kadang tidak ada sangkut pautnya dengan amal-perbuatan manusia pribadi dalam perjalanan hidupnya sehari- hari seperti kejujuran dan kecuranganriya, atau keta’atan dan kedurhakaannya.

Dan seringkali Allah membiarkan manusia yang jahat lagi durhaka, ataupun orang yang zalim lagipun fasik untuk menghirup segala kesenangan hidup duniawi sebagai suatu kesempatan sementara, hingga keiak mereka menemui azab yang kekal di hari akhirat nanti.

Begitu pula kerapkali Tuhan menguji orang-orang yang saleh di antara para hambaNya dan menyanjung mereka supaya me- nyerah ta’at kepada hukumNya. Mereka itulah orang-orang yang apabila mereka ditimpa oleh sesuatu musibah terbukti keikhlasan mereka menerimanya dengan ucapari :

’’Sesungguhnya kami ini adalah kepunyaan Allah dan kemudian kepada-Nya kami akan kembali semuanya’.’

(Q.S. 2. Al-Baqarah : 156) . Maka karena itu tidak ada kemarahan si Zaid dan tidak pula

kerelaan hati si Umar, kejujuran sikap maupun keburukan amal-perbuatannya, semua itu tidak ada hubungan sangkut- pautnya dengan penderitaan-penderitaan dan nikmat-nikmat tertentu yang tersebut itu tadi, kecuali hanyalah berupa hubungan antara sebab dan akibat seperti hukum yang biasa berlaku, seperti : hubungan melarat dengan sikap royal, kerendahan dengan sifat pengecut, kehilangan kekuasaan dengan sebab berlaku zalim. Dan begitu juga seperti pertalian antara kekayaan dengan disebab- kan pandai mengatur menurut " semestinya, dan terhormat di mata orang banyak disebabkan banyaknya berjuang untuk ke- maslahatan mereka dan lain-lain sebagainya seperti yang sudah dijelaskan dalam suatu ilmu yang tersendiri pula.

Tetapi keadaan Ummat manusia (bangsa-bangsa) tidaklah seperti yang digambarkan di atas itu. Sebab roh (semangat) yang diletakkan

222.

Page 197: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Tuhan dalam segala syari’at-syari’at Ilahi yang berupa: berfikir sehat, membetulkan pandangan, mengatur hawa nafsu, membatasi segala keinginan syahwat, memasuki segala persoalan dengan secara legal dari pintunya, mencari sesuatu dengan jalan memenuhi syarat-syarat yang dapat menjamin berhasilnya, me- melihara amanah-kepercayaan orang, menyemarakkan persaudaraan, bekeija-sama atas dasar kebaikan, saling nasihat-menasihati dalam soal baik dan buruk dan lain-lain sebagainya yang menjadi faktor-faktor pokok kejayaan —, semangat yang demikian itulah yang merupakan sumber kehidupan ummat dan cahaya kebahagiaan mereka dalam kehidupan dunia ini sebelum datang akhirat.

Dan sudah pasti Allah tidak akan mencabut nikmat itu dari sesuatu Ummat selama roh-semangat ini tetap teijaga pada diri mereka, bahkan nikmat itu akan ditambahi oleh Allah selama roh itu masih kuat bersemayam dalam dada mereka, dan sebaliknya mengurangi nikmat itu dengan lemahnya semangat itu dari batinnya ummat. Hingga bila roh-semangat itu bercerai dari ummat menjadi lenyaplah kebahagiaan itu dari bekasnya semula serta diikuti pula oleh tidur nyenyak di dalam gubuknya yang lama. Di waktu itulah Allah mengganti kehormatan sesuatu kaum dengan kehinaan, jumlah pengikut mereka yang banyak menjadi sedikit, nikmat-bahagia berganti dengan celaka, kese- nangan dengan penderitaan, dan mereka diperintah oleh orang- orang yang zalim ataupun yang adil -, maka hal itu semuanya terjadi sedang mereka masih tenggelam dalam gelombang kelalaian dan kealpaan. Firman Allah :

/ s l/s a^ S'

"Dan apabila Kami (Allah) bermaksud untuk mencelakakan sesuatu negeri, Kami perintahkan pemimpin-pemimpinnya yang hidup mewah untuk menjalankan perintah Kami, tetapi mereka berlaku fasik dalam hal itu. Maka Karenanya berhaklah mereka menerima ganjaran. Lantas Kami (Allah) hancurkan mereka sehancur-hancumya.”

(Q.S. 17. Al-Isra’ : 16 ).

"Dan siapa yang menghendaki pahala kebahagiaan duniawi, kami berikan hal itu kepadanya’.’ (Q-S. 3.

223

Page 198: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Kami (Allah) suruh mereka untuk menjalankan yang hak, tetapi mereka berpaling kepada yang bathil. Kemudian, setelah pembalasan datang, tidak ada gunanya lagi ratapan dan tangisan, dan tak ada faedahnya segala rupa amal perbuatan yang lain, sedang do’a mereka pun tidak diperkenankan lagi, dan tak ada suatu jalan keluar untuk melepaskan diri dalam keadaan yang sangat kritis yang menimpa mereka itu kecuali berlindung kepada roh-semangat yang suci-mulia itu tadi, sambil memohon rahmat dari langit supaya diturunkan fikiran sehat, ingatan segar, kesabar- an dan pandai bersyukur.

. ^ <i> 3 \>^i 4AM „Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan apa yang ada

pada sesuatu kaum, hingga lebih dahulu mereka merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri’.’ (Q.S. 13. Ar-Ra’d :11).

Cvr

”Sunnah Allah terhadap orang-orang yang telah lalu sebelum kamu, dan tidak akan engkau dapati perubahan dalam sunnah Tuhan itu’.’ (Q.S. 33. Al-Ahzab : 62).

Alangkah tinggi nilainya apa yang pernah diucapkan oleh paman Nabi, Abbas bin Abd. Muthalib dikala beliau berdoa kepada Tuhan supaya diturunkan hujan :

224.

Page 199: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

”Ya Allah ! Bahwa bala itu tidak akan turun kecuali karena perbuatan dosa, dan tidak bisa terangkat kecuali dengan taubat’.'

Di atas Sunnatullah (hukum alam) yang beginilah berjalan riwayat kehidupan ummat yang telah silam. Maka dikala kaum Muslimin menjulang tinggi roh-semangatnya dengan akidah-keper- cayaanyang agung ini, sedang jiwanya bergelora dengan bermacam- macam amal-karya yang terhormat —, adalah ummat lain menganggap, bahwa dia dapat mertggoyangkan dunia ini dengan do’anya, dan memecah falak (planit) dengan tangisnya saja, pada hal mereka sedang tenggelam. dalam arus hawa nafsu dan kefanatikan yang meliwati batas; dan anggapan mereka -yang seperti itu sedikitpun tidak mengandung kebenaran.33)

Kitab Suci Al-Quran mendorong ummat Islam untuk me- ngembangkan ilmu pengetahuan, mencerdaskan orang awam, menganjurkan supaya menabur kebaikan dan menghentikan ke- mungkaran, maka la berfirman :

33 Yakni, bahwa kaum Muslimin tatkala mereka pada kurun pertama berjalan menurut Sunnah Ilahi dan berada dalam pimpinan dan kekuatan yang besar - adalah sementara bangsa seperti ummat Nasrani sedang ditipu oleh agama mereka.. Mereka mengira, bahwa sesungguhnya mereka dapat mencapai sesuatu dan hal-hal yang luar biasa dengan perantaraan berkat kaum pastor dan doa-doa mereka saja. Tetapi kemudian keadaan berbalik sebagaimana -yang dapat anda saksikan sendiri sekarang.

’’Kenapakah tidak berangkat suatu rombongan diantara masing- masing golongan supaya memperdalam pengetahuannya tentang Agama, dan kemudian mereka memberikan peringatan-peringatan yang ber- harga kepada kaumnya bila mereka kembali ketengah-tengah masya- rakal mereka supaya mereka menjadi sadar ?”

(Q.S.9. At-Taubah:122).

Page 200: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Kemudian hal yang demikian tadi diwajibkan oleh Allah dalam Firman-Nya :

”Hendaklah muncul diantara kamu suatu golongan yang menga jak manusia kepada kebaikan, dan menyuruh berbuat kebajikan dan melarang dari perbuatan mungkar, dan mereka itulah orang-orang yang menang' s (Q.S. 3. Ali Imran: 104) .

C.\.o

"Dan janganlah kamu seperti halnya orang-orang yang berpecah- pecah dan bersengketa setelah mereka mendapat pen erangan-penerangan, dan bagi merekalah siksa yang besar.” (Q.S. 3. Ali Imran : 105).

i s ’ J A * / ’ ■ Z - ' J ! * j J S * s'-cs'/

o.i «**?)

"Ingatlah pada hari dimana ada muka manusia yang menjadi putih berseri dan ada pula wajah yang hitam masam; maka adapun orang- orang yang hitam masam wajahnya itu kepada mereka dikatakan: Bukankah kamu kafir setelah lebih dahulu jadi orting beriman ? Maka sekarang rasakarilah pedihnya azab akibat kedurhakaan kamu itu ”

(Q.S. 3. Ali Imran : 106 ).

- \ (S*-* w i - / • / S- /’\/t uv v' / /''W /'• i - ’S'’?'

”Dan adapun mereka yang putih berseri-seri wajahnya, maka^ mereka beradadalam rahmat Allah dimana mereka kekal-abadipadanya.

(Q.S. 3. Ali Imran: 107).

226

Page 201: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Kemudian setelah memberikan peringatan keras ini yang mengejutkan orang-orang yang lalai, dan begitupun setelah menge- mukakan ancaman yang berhak ditimpakan terhadap pundak mereka yang suka bersengketa dan berpecah-pecah, Allah menon- jolkan keadaan pemuka-pemuka yang suka menganjurkan kebaikan dan mencegah yang mungkar yang dengan tindakan itu mereka dapat mengubah keadaan nasib ummat, maka Ia berfir- m3n .fit * '' •A-'tVY-'Z'Sf

"Adalah kamu sebaik-baik ummat yang dilahirkan di tengah-tengah ummat manusia, kamu menyuruh dengan kebaikan dan mencegah dari perbuatan-perbuatan mungkar, dan kamu percaya kepada Allah” (Q.S. 3. Ali Imran : 110) ^

Maka didahulukannya dalam ayat ini menyebutkan amar ma’ruf dan nahi-mungkar dari menybbutkan iman (percaya) kepada Allah, padahal iman itu adalah sendi di mana ditegakkan segala amal-amal kebajikan, dan pokok yang akan menimbulkan bermacam-macam cabang kebaikan —, adalah sebagai tanda peng- hormatan bagi kewajiban yang demikian itu dan menunjukkan tinggi mutunya di antara bermacam-macam perintah yang fardhu- fardhu; bahkan sebagai penegasan, bahwa kewajiban amar-ma’ruf dan nahi-mungkar itu adalah penjaga iman dan pengendalikannya. Kemudian Islam menentang dengan kerasnya terhadap kaum yang melalaikan kewajiban amar-ma’ruf itu, dan begitu pula terhadap penganut-penganut agama yang menghampakannya maka Allah berfirman :

"Demikian itu adalah ayat-ayat Allah, kami bacakan dia kepada engkau dengan sebenar-benamya; dan Allah itu tidak bermaksud zalim terhadap makhluk di alam ini’.’ (Q.S. 3. Ali Imran : 108).

Dan milik Allah apa yang ada pada planit-planit dan apa yang ada di atas bumi ini, dan kepada Allah jua dikembalikan segala perkara’.’ (Q.S. 3. Ali Imran : 109).

227

Page 202: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Dengan begitu mereka ditimpa oleh kutuk Tuhan, dan itu adalah merupakan kutuk dan kemarahan Allah yang amat keras sekali.

Islam telah menentukan hak orang-orang fakir-miskin di dalam harta-milik orang-orang kaya (zakat) menurut kadar yang telah ditetapkan. Di mana orang kaya memberikan harta itu kepada orang miskin untuk dapat menutupi hajat kebutuhannya yang ketiadaan, dan sebagai penggembirakan kesusahan hati orang yang berhutang, pembebaskan kaum hamba-sahaya dari perbudakan dan peringankan ongkos perjalanan kaum musafir. Islam tidak pernah memberikan anjuran terhadap sesuatu yang melebihi anjurannya terhadap pengorban'an harta-benda untuk sesuatu jalan kebaikan, dan bahkan banyak sekali hal itu dijadikan sebagai ciri iman seseorang dan sebagai bukti, bahwa ia terpimpin ke jalan yang benar atau lurus. Maka dengan begitu dapatlah terhibur hati kaum melarat, lenyaplah keiri-hatian dari dada mere- ka terhadap orang yang diberikan Allah kurnia lebih dari mereka dalam soal rezeki. Dan sebaliknya hiduplah dalam perasaan kaum hartawan itu rasa cinta kasih kepada mereka yang melarat, dan timbullah rasa santun dan kasihan dalam jiwa kaum berada itu terhadap orang-orang yang menderita kemelaratan hidup itu. Maka dengan demikian terhunjamlah ketenteraman dalam hati seluruh ummat manusia; dan manakah lagi obat penyakit masyarakat (sosial) yang lebih mujarab dari sistim ini ?

’’Demikian itu adalah kurnia Allah yang diberikanNya kepada siapa yang dikehendakiNya, dan Allah mempunyai kurnia yang besar sekali’.’ (Q.S. 57. Al-

’’Telah dikutuk kaum Bani Israil yang durhaka dengan perantaraan lisan Nabi Dawud dan Isa anak Maryam Demikian itu karena mereka telah durhaka dan melanggar batas. Adalah mereka tidak berusaha men- cegahnya perbuatan mungkar yang mereka lakukan. Sungguh buruk sekali apa yang telah mereka perbuat itu’.’ (Q.S. 5. Al-Maidah : 78-79)

228

Page 203: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Hadid : 21). Islam mengunci rapat dua buah pintu kejahatan, menutup dua buah

mata air yang menimbulkan bencana, yaitu : kerusakan akal dan harta-benda, yakni dengan jalan mengharamkan minuman keras (khamar, alkohol), permainan judi dan riba tanpa tawar- menawar lagi dalam haramnya itu.

Setelah ditetapkan beberapa pokok keutamaan yang kita sebutkan tadi, Islam tidak membiarkannya begitu saja, tetapi harus menjalankan ; dan tidak ada sesuatu ibu dari segala amal- perbuatan kebajikan, kecuali Islam menghidup suburkannya; dan tak ada satupun undang-undang yang menjadi kaidah susunan pergaulan masyarakat kecuali Islam menghormatinya. Sehingga bila umur manusia itu telah sampai dewasa, seperti yang telah kami sebutkan sebelumnya, berhimpunlah pada dirinya : kebebasan berfikir, dan kemerdekaan akal untuk memikirkan apa yang baik menurut budi yang mulia, keteguhari watak dan apa yang terdapat di dalamnya berupa kebangkitan kemauan untuk bekeija serta mendorongnya ke arah jalan berusaha. Siapa yang membaca Kitab Suci Al-Qur-an dengan sungguh-sungguh ia akan mendapatkan di sana suatu perbendaharaan yang tidak akan habis dan simpanan yang tidak akan lenyap. Apakah setelah orang menjadi cerdik-cendekia harus lagi diberikan tuntunan ? Dan

229

Page 204: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

setelah sempurna akal manusia itu harus dipimpin lagi ? Tidak perlu ! Telah jelas perbedaan siapa yang cerdas dan siapa yang bodoh. Dan tidak ada lagi yang tinggal kecuali hanyalah mengikuti petunjuk dan mengambil manfa’at dengan apa yang telah diberikan oleh tangan pertolongan Yang Maha Pengasih untuk dapat mencapai dua kebahagiaan dunia dan akhirat.

Dengan ini berakhirlah tugas Kenabian para Nabi itu dengan Kenabian Muhammad s.a.w. dan selesailah sudah misi Kerasulan para Rasul itu dengan Kerasulan beliau, sebagaimana hal itu telah ditegaskan oleh Kitab Al-Qur-an dan dikuatkan lagi dengan keterangan Sunnah Nabi yang sahih; dan jelaslah kekeliruan orang yang mendakwakan dirinya sebagai Nabi sesudah Nabi Muhammad itu. Dan senanglah alam seluruhnya dengan ilmu-pengetahuan yang disampaikan "beliau sehingga tidak ada jalan lagi untuk membenarkan orang yang mendakwakan, bahwa ia mendukung jabatan Kenabian itu, dan bahwa ia katanya menerima wahyu pula daripada Allah s.w.t. Benarlah khabar gaib yang mengatakan :

’’Tidaklah Muhammad s.a.w. itu bapak salah seorang di antara kamu, tetapi id adalah seorang Rasul Allah dan seorang Nabi yang meng- akhiri tugas para Nabi, dan adalah Tuhan-Allah Maha

Mengetahui segala sesuatu(Q.S. 33. Al-Azhab : 40).

230

Page 205: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

XVII

CEPATNYA ISLAM BERKEMBANG TAK ADA BANDINGANNYA DALAM SEJARAH

Adalah hajat kebutuhan bangsa-bangsa kepada suatu perbaik- an yang besar telah umum dirasakan oleh semua. Maka oleh sebab itu Allah menjadikan Kerasulan Nabi yang terakhir adalah umum (universal) untuk seluruh dunia seperti demikian pula. Tetapi sungguh mengagumkan akal para penyelidik sejarah ummat manusia dikalaia melihat, bahwa terhadap Agama ini (Islam) telah ber- gabungkepadanyabangsa Arab semenjak dari lapisan bawah sampai cabang atasnya dalam masa yang kurang dari tigapuluh tahun saja. Kemudian ia telah pula dianut oleh bangsa-bangsa lain yang mendiami bumi yang terletak antara lautan Atlantik dan dinding tembok besar (Great Wall) negeri Tiongkok dalam masa yang kurang dari satu abad dan hal itu adalah merupakan suatu peristiwa yang sama sekali tidak dikenal dalam sejarah perkembangan agama- agama. Dan oleh karenanya banyaklah orang yang salah dalam menjelaskan sebab-sebabnya, sedang ahli sejarah yang adil mendapat petunjuk dalam soal itu sehingga keheranannya men- jadi hilang lenyap.

Agama ini dimulai dengan da’wah seperti juga halnya dengan agama-agama yang lain. Dan ia menghadapi perlawanan dari musuh-musuhnya yang paling hebat melebihi dari apa yang pernah dihadapi oleh kebenaran di kala ia menghadapi tantangan kebatilan. Penyeru Islam, Muhammad s.a.w. disiksa dengan bermacam-macam siksaan. Di hadapannya didirikan oleh musuh-musuhnya beberapa rintangan-rintangan yang sulit yang sukar menghancurkannya kalau tidaklah dengan pertolongan Ilahi. Para pengikut yang pertama-tama, yakni mereka yang memperkenankan seruan beliaudiazab sedemikian rupa, dihalangi dalam mencari rezeki (blokade

231

Page 206: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

ekonomi), diusir dari kampung halaman, dan ditumpahkan darah mereka yang mengalir deras. Tetapi darah mereka yang mengalir membasahi bumi itu adalah laksana mata air cita-cita yang me- mancar dari batu besar keuletan. Dengan darah yang mengalir itulah Allah meneguhkan keyakinan hati orang yang mencari keyakinan itu, dan sebaliknya dengan darah itu pula Allah menggetar- kan hati orang-orang yang masih ragu-ragu.

Terhadap mereka yang ragu-ragu, darah itu mengalir meng- hancurkan watak mereka yang buruk itu, sehingga darah itu ke- luar dari tenggorokannya tak ubahnya seperti darah-darah koior yang dikeluarkan oleh tangan dokter-dokter yang pintar sebagai suatu seleksi.

Berkumpullah pendukung-pendukung agama-agama yang bermacam-macam yang menempati jazirah Arabia, dan sekitarnya menantang Islam, supaya mereka dapat mematahkan benihnya yang baru tumbuh dan membunuh da’wah-penerangannya yang sedang beijalan. Maka senantiasalah posisi Islam waktu itu mem- pertahankan dirinya tak ubahnya seperti kedudukan orang yang lemah menghadapi kekuatan orang yang kuat, dan sebagai seorang yang fakir menghadapi orang-orang yang kaya, dan tak ada pembelanya kecuali bahwa ia adalah suatu yang hak menghadapi kebatilan-kebatilan, suatu petunjuk yang berada di tengah- tengah kesesatan-kesesatan, sehingga akhirnya ia juga mendapat kemenang- an dengan jalan yang terhormat, dan kemuliaan dengan kekuatan

yang tak terkalahkan. Dan telah datang pula ke bumi Arabia itu bangsa lain yang menganut agama yang lain pula yang mengajak orang menganut agamanya itu, sedang mereka mempunyai raja-raja yang

„Supaya Allah menyisihkan yang buruk dari yang baik, dan Allah menjadikan yang buruk itu berantakan satu sama lainnya; kemudian dikumpulkanNya semua yang buruk itu. Maka akhimya semua itu dilemparkanNya ke dalam.api neraka jahannam; mereka itulah orang- orang yang celakal’ (Q.S.8. Al-Anfal : 37).

232

Page 207: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

perkasa, terhormat lagi mempunyai kekuatan-kekuatan. Mereka datang mengajak bangsa Arab itu dengan paksaan supaya menganut kepercayaan yang mereka bawa, namun demikian mereka tidak dapat mencapai kemenangan, dan tak ada faedahnya bagi mereka kekerasan yang mereka pakai itu.

Islam menggembleng seluruh penduduk Arabia itu menjadi satu apa yang tidak dikenal oleh sejarah, dan tidak ada contoh kejadian seperti itu dahulu sebelumnya. Adalah Nabi Muhammad s.a.w. dengan jiwa besar telah menyampaikan Risalahnya dengan perintah Tuhannya kepada bangsa-bangsa yang berada di sekitar tanah Arab itu, yaitu kepada Raja-raja Persia dan Romawi. Tetapi mereka ini membalasnya dengan sinis dan keengganan, bahkan mereka dengan jahatnya melawan -Nabi dan pengikut- pengikut beliau. Mereka mengadakan kerusakan di jalan jalan dan menggencet kaum pedagang. Maka Nabi menghadapi mereka - dengan dirinya sendiri, dan disamping itu pernah pula dalam sejarah hidupnya beliau mengirimkan delegasi perdamaian kepada Raja-raja tersebutitu. Para sahabat tetap setia menjalankan sunnah beliau selaku pengikut yang patuh kepada pemimpinnya mencari kerukunan dan menyampaikan da’wah penerangan Islam.

Begitulah mereka mempertahankan kebenaran Islam yang ada pada tangan mereka sekalipun keadaan diri mereka lemah dan berada dalam kemiskinan. Namun dengan begitu mereka menghadapi bangsa-bangsa yang kuat dan kaya, bangsa yang banyak jumlahnya, serta cukup perlengkapan dan persiapannya, maka semua bangsa-bangsa yang demikian keadaannya itu mereka kalahkan sebagaimana yang diketahui dalam sejarah.

Setelah peperangan selesai dan kemenangan yang meyakinkan serta kekuasaan telah berada di tangan kaum Muslimin yang menaklukan, mereka bersikap lemah-lembut atas lawannya yang dikalahkan itu dengan perlakuan yang sopan-santun. Mereka diperkenankan tetap tinggal memeluk ajaran agama mereka selama

ini serta merdeka dalam keadaan aman-tenteram menjalankan segala upacara keagamaan itu; dan mereka mengumumkan jaminan perlindungan terhadap segala gangguan yang menimpa keluarga dan harta-benda bangsa yang kalah itu, dan untuk mereka diwajibkan

233

Page 208: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

mengeluarkan sekedar penghasilan mereka menurut syarat-syarat yang ditetapkan.

Tetapi berlainan halnya dengan raja-raja yang lain dari kaum Muslimin, yakni apabila mereka dapat menaklukkan kerajaan negeri lain, maka tentaranya yang menang itu dengan jalan kekerasan pula membawa orang kepada agamanya; mereka meng- obrak-abrik rumah-rumah rakyat dan mendatangi majlis-majlis pertemuan mereka untuk menarik mereka supaya menganut agama kaum penakluk itu. Satu-satunya alasan yang mereka kemukakan, ialah kemenangan dan kekuatan yang sedang berada di tangan mereka. Dan hal yang semacam itu tidak pemah teijadi bagi penakluk-penakluk Muslimin, dan tidak pernah dikenal dalam sejarah kemenangan Islam, bahwa ia mempunyai suatu badan propaganda yang diberikan tugas istimewa untuk mempropaganda- kan ajaran Islam guna menyuntikkan akidah-akidah kepercayaan Islam itu di antara orang-orang yang bukan Islam. Akan tetapi kaum Muslimin demikian mesranya bergaul dengan orang lain itu dan berbaik-baik dengan mereka dalam mu’amalat kehidupan sehari-hari. Dunia menyaksikan sendiri dengan teliti, bahwa Islam berlaku sup cl dalam pergaulan dengan bangsa-bangsa yang di- kalahkan itu dan menganggapnya sebagai suatu kehormatan dan kebajikan, di samping moral orang-orang ErOpa menganggapnya sebagai suatu kelalaian dan kelemahan. Islam melenyapkan segala beban pajak-pajak harta yang memberatkan, dan mengembalikan harta orang yang dirampas kepada yang punyanya, dan mencabut hak-hak dari siapa yang merampasnya, dan di samping itu mem- perlakukan sama hak antara orang Islam dan bukan Islam di waktu timbulnya gugat-menggugat di muka hakim. Bahkan demikian hati-hatinya kaum Muslimin setelah penaklukkan itu, bahwa mereka tidak mau menerima orang masuk Agama Islam kecuali bila hal itu dilakukan di hadapan hakim (Qadhi) syar’i, yak- ni dengan pengakuan Muslim yang baru itu, bahwa ia masuk Islam adalah dengan kerelaan hati sendiri tanpa paksaan, dan bukan pula karena menginginkan sesuatu keuntungan duniawi. Sampai pada sebagian zaman Khalifah-khalifah bani Umaiyah para pejabat pemerintahan (gubemur) tidak sudi melihat orang-orang beramai- ramai masuk Islam, karena hal itu menurut hemat mereka akan mengurangkan jumlah pajak

234

Page 209: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

(jizyah) yang masuk ke kas negara. Tetapi keadaan pejabat negara yang seperti itu adalah tidak mustahil merintangi kemajuan Islam sendiri. Oleh karena itu Khalifah Umar bin Abd. Aziz memerintahkan untuk mengambil tindakan (ta’zir) kepada penjabat-penjabat negara seperti itu.34)

Para Khalifah dan raja-raja Islam di s6gala zaman tahu, bahwa di antara kaum ahli Kitab (Yahudi, Nasrani) bahkan juga di kalangan lain terdapat banyak orang-orang yang ahli dalam berbagai lapangan pekeijaan. Maka mereka itu diangkat sebagai pegawai dan diberi kedudukan yang lebih tinggi sehingga ada di antara mereka yang memegang pimpinan militer di Spanyol.

Termasyhurlah adanya kemerdekaan Agama di Negeri-negeri Islam, sehingga kaum Yahudi yang tinggal di Eropa melarikan diri dengan agama mereka ke negeri Andalusia dan ke daerah-daerah lain.

Begitulah sikap kaum Muslimin dalam pergaulan hidup mereka terhadap penganut-penganut agama lain yang mereka lindungi dengan mata pedangnya. Mereka tidak berbuat sesuatu selain, bahwa mereka membawakan Kitab Allah dan syari’at-Nya kepada mereka itu dan meletakkannya di atas meja pertimbangan mereka, terserah bagi bangsa-bangsa yang menganut agama lain itu untuk menerimanya ataupun menolaknya, dan untuk itu kaum Muslimin sama sekali tidak memaksa mereka dengan suatu kekerasan. Dan begitupun berkenaan dengan pajak (jizyah) mereka tidak

34 Karena.tindakan yang diambii beliau itu, seorang gubernur Mesir mengadu kepadanya. Lantas beliau menjawab: Bahwa Nabi Muhammad s.a.w. dikirim Tuhan adalah sebagai pemimpin, dan bukan sebagai penagih pajak*’ 235

Page 210: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

dikenakan apa yang memberatkan orang untuk membayamya.

Maka apakah sebabnya gerangan para penganut agama yang ber- macam-macam itu kemudian menjadi lebih cinta kepada Islam, dan lebih puas menerima kebenaran yang terdapat dalam Islam itu di atas dari apa yang ada pada diri mereka sendiri; sehing- ga mereka memasuki Islam secara berbondong-bondong, dan mereka berkorban dalam mengkhidmati Agama Islam itu melebihi pengorbanan yang diberikan oleh bangsa Arab sendiri ?

Agama Islam muncul di kala jazirah Arab penuh dengan bermacam-macam ibadat yang mengabdi kepada dewa-dewa, tenggelam dalamdemoralisasi dan perangai-perangai yang keji yang sangat mempengaruhi tabi’at penduduk, tetapi semua itu dapat dibasmi oleh Islam dan penduduknya dibimbingnya ke .arah jalan yang benar. Karenanya menjadi yakinlah para pembaca Kitab- Kitab Suci, bahwa hal yang demikian itu adalah bukti kebenaran janji Allah kepada Nabi Ibrahim dan Ismail, dan terbukti pula terkabulnya do’a Al-Khalil (Nabi Ibrahim) kepada Tuhan-Nya' yang berbunyi :

Bahwa inilah dia Agama yang dengan gembira diberitakan oleh para Nabi kepada kaumnya yang akan muncul kemudian kelak. Karenanya tidak ada peluang bagi pemimpin yang jujur untuk menantang kebenaran Agama itu, maka akhirnya mereka (ahli Kitab) dengan gembira memasuki agama itu serta meninggal- kan Agama yang mereka peluk bersama kaum mereka selama ini dengan disertai ketabahan hati menghadapi reaksi dari kaum reaksioner.

Perubahan sikap yang ditunjukkan oleh tokoh-tokoh pemimpin yang jujur itu berpengaruh besar kepada para pengikut yang masih ragu-ragu yang akhirnya mereka sendiri tertarik untuk turut meninjau Agama baru itu, maka temyata mereka mendapat- kan di dalamnya keramah-tamahan, kebajikan dan nikmat; tak ada amal yang bertentangan dengan perikemanusiaan yang merupakan faktor yang menentukan bagi kemaslahatan dan kasih sayang . Karenanya men gertilah mereka itu, bahwa Islam mengangkat rohani mansia dengan ingatannya ke alam ketuhanan di

„ Ya Tuhan Kami, bangkitkanlah pada mereka: seorang Rasul dari kalang- an mereka sendiri!” (Q.S.2. Al-Baqarah : 129).

236

Page 211: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

mana ia meningkat dari alam yang rendah naik membubung mendekati alam malakut yang tinggi; dan Islam mengajak rohani manusia itu untuk menghidupkan ingatan kepada Tuhan dengan melakukan ibadat shalat lima kali pada setiap hari dan malamnya. Di samping itu Islam tidak melarang untuk bersenang-senang dengan hiburan yang baik-baik. Ia tidak mewajibkan latihan-latihan rohani yang berat dan bermacam-macamlatihanhatin yang membenci dunia yang sukar sekali dapat diterima oleh fithrah manusia. Karena orang juga bisa mencapai keredhaan Allah dan mencapai pahalanya walaupun dalam menunaikan hak biologis-badaniah sekalipun, asal saja hal itu dilakukan dengan niat yang baik dan cara yang terpuji. Maka apabila suatu waktu syahwat itu bergelora atau hawa nafsu menjadi memuncak, berleluasa tak terkendalikan lagi oleh manusia —, maka adalah keampunan Ilahi telah menunggunya asal saja hamba memohon taubat dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan, dan kembali insaf seinsaf-insafnya terhadap keteledorannya itu. Jelas bagi mereka kemumian Agama itu tatkala mereka telah membaca Kitab Suci Al-Quran dan melihat riwayat hidupnya tokoh-tokoh Agama yang bersih yang menyampaikan Agama itu kepada mereka. Dan nyata bagi mereka perbedaan antara ajaran 35) yang tidak bisa dimengerti, dan apa yang dapat diterima oleh ilmu-pengetahuan tanpa susah payah. Maka karenanya mereka datang berbondong-bondong menuju kepada agama itu dengan tidak merasa keberatan untuk - melepaskan kepercayaan yang mereka anut selama ini.

Adalah semua ummat meminta agama yang sesuai dengan akal, maka Islam memenuhi permintaan itu, dan ingin melihat iman yang adil, maka Islam mendatangkannya. Maka apakah yang menghalanginya sekajang untuk berlumba-lumba mempraktekkan apa yang telah dimintanya itu ?

Adalah semua pihak mengeluh karena adanya pengaruh perbedaan-perbedaan tingkatan golongan (feodalisme) atas segolong- an manusia yang lain yang tak dapat dibenarkan, dan adalah hukum yang berlaku dikalangan mereka, bahwa pertimbangan terhadap golongan yang rendah harus ditekan oleh kepentingan hawa nafsu pihak golongan yang lebih tinggi. Kemudian djatanglah agama memberikan__batas-batas ketentuan hak dan ia memperlakukan sama antara semua—tingkatan golongan dalam menghbrmati hak asasi diri mann-iia. agama, kehormatan dan harta-benda

35 Yang pertama, adalah seperti ajaran terpadunya ,,antara tiga dan satu’1 (Trinity dalam Kristen). Dan yang ke dua (Islam), tentang alam gaib yang tidak mustahil keada- annya. 237

Page 212: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

mereka. Karenanya, Islam memberi kesempatan kepada seorang perempuan yang miskin lagi bukan muslimat untuk menyatakan keberatannya menjual rumahnya yang kecil walaupun berapa saja dibeli oleh seorang Raja yang Besar lagi berkuasa mutlak dalam daerah yang besar pula, walaupun hal itu dilakukannya bukan untuk kepentingan dirinya sendiri, tetapi adalah untuk perluasan masjid, umpama- nya. Maka tatkala bulatlah tekad raja untuk mengambil rumah itu dengan memberikan ganti kerugian yang berlipat ganda, mengadu- lah perempuan miskin tadi kepada Khalifah (Kepala Negara), maka lantas sang Khalifah memerintahkan kepada raja supaya mengembalikan rumahitu kepada perempuan pemiliknya kembali, serta mencelaraja(amier)itu dari bleidnya yang tidak bijaksana. 36)

Keadilan Islam, yang'memberikan kesempatan kepada seorang Yahudi untuk menggugat Ali bin Abi Thalib dalam suatu pengadil- an, pada hal kita tahu siapa itu Ali bin Abi Thalib. Dan perkara itu diserahkan bulat-bulat kepada hakim sampai ia menentukan siapa yang benar di antara ke dua belah pihak.

Inilah dan ajaran-ajaran yang telah terdahulu tadi itu yang dibawa oleh Islam, itulah yang menyebabkan musuh-musuh Islam menjadi cinta kepadanya dan yang menyebabkan hasrat hati mereka tertarik kepadanya sehingga mereka menjadi pembantu dan pem- belanya yang setia.

Pada setiap zaman, kaum Muslimin itu dikendalikan oleh roh Islamnya. Maka adalah menjadi watak mereka : sayang kepada orang lain yang menjadi tetangga,mereka itu. Hati mereka tidak mempunyai rasa dendam permusuhan kepada orang-orang yang berlainan agama dengan mereka, kecuali bila tetangga itu telah menggencet mereka lebih dahulu. Mereka juga siap untuk belajar dari orang lain, dan mereka tidak lain dari suatu kelompok yang suatu waktu bisa mendatangi sesuatu tempat dan kemudian bersedia pula meninggalkannya untuk pindah ke tempat lain. Maka apabila sebab-sebab yang melukai hati telah tak ada lagi, maka kembalilah perasaan hati seperti sediakala penuh dengan lemah-lembut dan kasih sayang.

Di samping itu, bahkan dalam keadaan kaum Muslimin itu lalai tentang kepentingan Islam, dan perbuatan mereka yang dapat merugikan Agama, sefta banyaknya usaha orang untuk meruntuhkan agama itu dengan

36 Hal ini pernah terjadi pada seorang wanita Qubtiah (Mesir) beserta Amir (gubernur) Mesir Umar bin Ash, dan Khalifah tempat perempuan itu mengadu adalah Amirul Mukminin Umar bin Khattab r.a.

238

Page 213: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

bersandarkan ilmu pengetahuan atau tidak, tetapi namun tersiamya Agama Islam itu tidak dapat di- bendung, terutama di negeri Tiongkok dan benua Afrika. Dan belum pemah zaman melihat Agama-agama yang dapat menanam- kan akidahnya ke dalam dada orang banyak sebagaimana hasil yang diperlihatkan oleh Islam, pada hal: tidak ada kekuatan raksasa di belakangnya,tidak ada barisan pelopor di depannya yang menye- ru untuk memasukinya.

Tetapi mereka memeluknya adalah semata-mata karena kesadaran sendiri tentang ajaran-ajaran yang dibawanya serta tidak begitu susah menggunakan fikiran untuk mengetahui apa-apa yang disyari’atkannya.

Dari sini tahulah Anda, bahwa cepatnya berkembang Agama Islam dan datangnya manusia dari bermacam-macam agama untuk menganut i’tikad kepercayaannya, adalah karena mudah dapat diterima oleh akal, mudah dimengerti hukum-hukumnya serta keadilan syari’atnya.

Pendeknya, karena fithrah manusia itu sendiri mencari agama, tempat mengembalikan segala persoalan yang menyintuh ke- pentingannya, dan mencari agama yang lebih dekat kepada hati dan perasaannya, yang lebih membawanya kepada ketenteraman jiwa raga di dunia dan akhirat. Agama yang seperti ini keadaannya (Islam), tentulah mudah mendapat tempat yang berpengaruh dalam hati dan diterima oleh akal, tanpa memerlukan kepada propagandis- propagandis yang mengeluarkan anggaran belanja yang banyak dan waktu-waktuyangpanjang, tidak perlu kepada banyaknya cara-cara dan berbagai media untukdapatmenundukkan hati buat memeluk- nya.

Beginilah keadaannya Agama Islam dalam kemumiannya yang pertama, kesuciannya yang telah diberikan Tuhan kepadanya, dan senantiasalah dia dipeluk oleh sebagian besar ummat manusia di seluruh pelosok dunia dewasa ini.

Terdengarlah bicara orang yang tidak paham terhadap ke- terangan yang kami kemukakan itu atau memang tidak mau mengerti, katanya: „Bahwa sesungguhnya Islam tidak akan bisa dianut oleh hati-sanubari orang di seluruh dunia demikian cepatnya, melainkan karena kilatan mata pedang. Maka begitulah kaum Muslimin menaklukkan negeri orang lain sedang Kitab Al-Quran berada pada salah satu dua tangannya dan pedang di tangan yang sebelah lagi; mereka mengemukakan Al-Quran kepada bangsa yang dikalahkan, maka bila hal itu ditolak, pedanglah yang menjadi hakim antara

239

Page 214: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

dia dan nyawanya” Amat suci Engkau ya Tuhan, ini tidak lain adalah kebohong- an yang

paling besar! Sebenarnya keterangan-keterangan yang telah kami paparkan tadi itu yang berupa pergaulan kaum Muslimin beserta orang yang berada di bawah kekuasaan mereka, memang begitulah yang diceritakan oleh riwayat yang mutawatir yang teijamin kebenarannya lagi tidak dapat diragukan lagi, sekalipun terdapat perbedaan pendapat dalam komentamya. Dan adapun kaum Muslimin itu termasyhur pandai menghunus pedangnya adalah sekedar untuk mempertahankan diri mereka, dan untuk membendung serangan musuh guna melindungi agama mereka. Kemudian teijadinya penaklukkan sesudah itu adalah sebagai suatu kepentingan kerajaan (Negara) yang logis. Tak ada sikap yang ditunjukkan oleh kaum Muslimin terhadap penganut agama lain kecuali pergaulan yang mesra antara telangga dengan tetangganya. Maka hidup bertetangga menurut Islam adalah sebagai kesempatan baik untuk menyiarkan Islam, dan karena kebutuhan orang kepada kemerdekaan fikiran dan amal-perbuatan adalah merupakan do- rongan pula untuk berpindattnya kepada memeluk agama Islam itu.

Kalau sekiranya hendak dikatakan juga, bahwa pedang itu dipakai sebagai alat untuk menyiarkan agama 37), maka memang ia telah dipergunakan untuk memaksa orang guna menganut sesuatu agama tertentu dan memestikannya; dan menteror setiap ummat yang tidak mau menerimanya dengan cara kekerasan dan menyingkirkannya dari permukaan bumi sambil dibackingi oleh banyaknya jumlah serdadu, perbekalan yang sempuma dan dengan segala kekuatan untuk dapat mencapai maksudnya. Keadaan itu telah dimulai selama tiga abad sebelum kedatangan Agama Islam, dan senantiasa kekerasan teror itu beijalan tujuh abad kemudian setelah kedatangan I alam atau lebih, yang kesemuanya itu lengkap sepuluh abad; namun tidak dapat menandingi hasil yang dicapai oleh Islam dalam usaha menyebarkan kepercayaannya selama kurang dari satu abad itu. Dan tidak cukup dengan tekanan militer begitu saja, tetapi setiap langkah pasukan militer maju ke depan, melainkan di belakangnya telah menyusul propaganda kaum Zending yang leluasa berkata semau-maunya saja kepada rakyat di bawah lindungan kilatan mata pedang itu,

37 Inilah bukti yang ditunjukkan oleh bangsa Eropah untuk menyiarkan agama Nasrani dengan paksaan dan tekanan kekuatan militer sebelum datang Islam dan sesudahnya. Tetapi aneh, dialah yang menuduh kaum Muslimin berbuat demikian sebagai kebohongan dan kepalsuan.

240

Page 215: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

serta gairah yang memancar dari hati, lidah yang fasih bicara dan fonds ke- uangan yang cukup yang dapat memperdayakan orang-orang yang lemah imanriya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah bukti- bukti yang cukup bagi mereka yang ingin melihat kenyataan.

* * * *

Jelaslah hikmat Ilahi yang tersimpan dalam Agama ini: Se- buah sumber mata air kehidupan tumbuh memancar di tanah gurun tandus Arabia, suatu negeri yang diciptakan Allah terjauh dari kemajuan; mata air itu melimpah sehingga menggenangi seluruh tanah pasir yang kering itu, yang kemudian menghidup- suburkannya dalam suatu bentuk kehidupan bangsa yang bersatu kuat; yang kemudian mata air itu membanjir jauh sampai menggenangi beberapa kerajaan yang harum semerbak kelangit biru namanya, yang peradabannya telah terkenal maju di atas muka bumi.

Arusnya yang tenang mengalir itu telah dapat menggoncang- kan hati sanubari yang selama ini keras laksana karang, sekarang ia belah untuk dapat diisi dengan rahasia kehidupan ini. Mereka berkata, bahwa hal itu tidak bisa lepas -dari suatu gerakan yang dapat memaksakan kekalahan. Kami menjawab, bahwa yang demikian itu adalah Sunnatullah (hukum alam) bagi segala makhlukNya, yang berupa: perlawanan yang terus-menerus antara hak dan batil, perlawanan antara pengertian aengan kebodohan yang tetap bertarung di atas alam ini sampai keputusan Tuhan datang menentukan.

Apabila Allah menurunkah hujan kepada suatu daerah bumi yang kering tandus agar ia dapat menghidupkan tanam-tanaman yang mati, menggenangi tempat yang kehausan, menambahkan kesuburan padanya, maka apakah mengurangkan kesanggupanNya untuk mengorak bendung yang merintangi jalannya, ataupun untuk merubuhkan rumah yang tinggi sekalipun, yang tegak merintangi jalan air itu ?

Islam telah memancarkan cahayanya yang terang-benderang terhadap negeri-negeri yang telah sampai ajaran Islam itu kepada penduduknya 38).

38 Penjelasan terhadap apa yang dilakukan Islam yang memberi petunjuk kepada bangsa-bangsa bukan Arab sebagaimana juga yang dilakukan oleh Islam terhadap bangsa Arab sendiri. 241

Page 216: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Maka tak ada perhubungan antara para penduduk negeri itu dengan Islam kecuali mereka sangat tertarik untuk mendengarkan kalam Allah dan memperdalam pengetahuannya tehtang Islam itu Kaum Muslimin masing-masingnya sibuk bekerja-sama untuk mencapai kemajuan beberapa zaman lamanya akan tetapi pada suatu zaman mereka menyimpang dari jalan agama itu. Dalam keadaan seperti yang tersebut belakang ini, perkembangan Islam itu ter- henti demikian rupa, tak ubahnya seperti terhentinya kemajuan seorang panglima perang yang ditinggalkan oleh pasukan-pasukannya, dan hampir-hampir saja ia belot lari kebelakang, tetapi Allah mempunyai perhitunganNya sendiri.

Maka dalam pada itu datanglah mengalir banjir serangan tentara Tartar di bawah komando Jenderal Jengiz Khan menyerbu ke negeri-negeri Islam, dan mereka melakukan bermacam-macam tindakan kezaliman dan kebiadaban yang luar biasa kepada kaum Muslimin. Mereka adalah pendukung agama dewa-dewa (heathen, watshani), mereka datang adalah semata-mata dengan tujuan hanya untuk mengalahkan, merampok dan menghancurkan, dan tetapi anehnya, tidak berapa lama kemudian mereka telah meme- luk Islam sebagai agamanya. Ag^ma ini mereka bawa pulang ke kampung halaman mereka kembali, maka mereka siarkanlah Islam itu di kalangan kaum (bangsa) mereka (Mongol) sebagai juga Islam itu tersebar di negeri-negeri lain. Aneh! mereka datang membawa malapetaka yang besar, tetapi kembali dengan suatu kebahagiaan yang tidak ada taranya (menganut Agama Islam, pen.).

Melihat perkembangan Islam yang secepat kilat itu, bangsa- bangsa Barat bersatu serentak untuk menyerang negeri Timur (Islam), 39) dimana seluruh lapisan rakyat, — baik raja, maupun rakyat biasa — turut melakukan penyerangan besar-besaran itu. Dan begitulah timbul persengketaan yang tidak henti-hentinya antara bangsa-bangsa Barat dan Timur lebih dari dua ratus tahun lamanya; dimana orang-orang Barat untuk itu telah menghimpun segenap gairah dan semangat keagamaannya apa yang belum pernah teijadi sebelumnya. Mereka mengadakan mobilisasi

39 Penjelasan bagi berkobernya Perang Salib untuk menghancurkan Islam di Timur. Dan sepantasnya bagi orang Islam untuk mengetahui sejarah perkembangannya selanjutny^ serta mengetahui pula manfa’at yang diambil oleh orang-orang Eropa dari kelebihan- kelebihan Islam yang dibawa mereka pulang ke negerinya untuk perbaikan urusan dunia dan akhirat mereka; sedang kebanyakan orang Islam tidak mengetahui hal ini.

242

Page 217: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

umum untuk jadi militer, mengerahkan segenap persiapan kekuatannya dengan sekuat daya-upaya mereka, dan dengan itu mereka berangkat me- nuju negeri-negeri Islam. Tetapi dengan berkat roh-semangat Mam yang masih tinggal bergelora dalam dadanya kaum Muslimin waktu itu, mereka dapat memukul dan mengalahkan orang-orang Barat itu pada banyak negeri-negeri Islam yang diinjak oleh mereka; dan berakhirlah peperangan-peperangan yang seru dan dahsyat itu dengan terusirnya orang-orang Eropa (kaum Salib) itu dari negeri-negeri Islam.

Kenapa orang-orang Eropa (kaum Salib) itu datang menyerang negeri-negeri Islam? dan apakah yang dapat mereka bawa pulang ke negerinya ?

Para pembesar Agama di Barat telah mendapat kemenangan dengan dapatnya apa yang mereka maui, atau dapat menghasut raja-rajanya dengan menanamkan perasaan, bahwa mereka mempunyai hak untuk menjajah negeri -negeri Islam. Karenanya datang- lah mereka ke-Timur lengkap dengan raja-raja mereka, para pembesar, kaum hartawan serta diiringkan dengan sejumlah orang-orang yang terkemuka yang banyak sekali; dan datang pula golongan lapisan rakyat berjuta-juta banyaknya, bahkan banyak di antara mereka yang sampai sekarang masih bertempat tinggal di bumi kaum Muslimin itu; dan keadaan yang demikian itu dapatlah memadamkan api kemarahan mereka selama ini kepada kaum Muslimin serta dapat menenteramkan fikiran mereka. Kemudian mereka dapat melihat hal-ihwal orang-orang Islam dari dekat, ber- tukar fikiran dengan mereka lantas mereka berbuat menurut apa yang dilihat dan didengamya secara langsung itu.

Maka sekarang jelaslah bagi mereka, bahwa propaganda-pro- paganda yang berlebih-lebihan dari kepala-kepala Agama mereka tadi adalah suatu mimpi dan penyakit belaka yang tidak sesuai dengan kenyataan yang mereka lihat. Kemudian mereka menemu- kan adanya kemerdekaan beragama dalam Islam, di samping mereka beroleh pengetahuan Islam, peraturan-peraturannya dan kesenian arsitektumya yang lebih meyakinkan. Dan mengertilah orang Eropa itu, bahwa kemerdekaan fikiran, keluasan ilmu-peng& tahuan adalah merupakan faktor-faktor keimanan yang penting, bukan merupakan rintangan-rintangan. Kemudian mereka kumpul- kan segala macam segi ilmu kebudayaan sepuas-puas hati mereka, setelah itu mereka berangkat pulang kembali ke negerinya dengan mata yang

243

Page 218: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

membayangkan keriangan hati atas segala hasil ram- pasan yang mereka dapat dari hasil penyerbuan mereka itu. Inilah pula yang dibawa oleh para mahasiswa Eropa yang datang dari berbagai kerajaan yang pergi belajar ke Andalusia di mana mereka bergaul dengan para ahli fikir dan ahli kebudayan Islam, yang kemudian mereka pulang kembali ke tengah-tengah bangsa mereka untuk merasakan kepada bangsanya kelezatan ilmu pengetahuan yang mereka perdapat dari saijana-saijana Islam Andalus itu.

Mulai waktu itulah timbulnya kebebasan fikiran dan ber- tambah-tambahnya hasrat kerinduan kepada ilmu-pengetahuan dikalangan orang Barat (renaisance), dan bangkitlah himmah-ke- mauan untuk meniutus-mutus rantai-rantai belenggu taklid, dan timbullah keinginan untuk membatasi kekuasaan pembesar-pem- besar Agama serta menarik kembali nasihat-nasihat Agama yang mereka fatwakan selama ini yang telah jauh menyimpang dari semestinya dan yang telah mereka ubah-ubah maknanya. Tak lama kemudian timbullah suatu golongan di antara bangsa Barat itu yang menyerukan agar manusia kembali memperbaiki agama dan mengembalikannya kepada kemumiannya semula. Dan dalam perbaikan yang mereka kehendaki itu, jelas tidak begitu jauh beda- nya dari ajaran yang dibawa oleh Islam, kecuali sedikit sekali.

Bahkan ada sebagian dari para jum perbaikan itu yang berpendapat dalam soal akaid 40) yang amat sesuai sekali dengan ’akidah Islam, kecuali dalam soal membenarkan Kerasulan .Nabi Muhammad s.a.w. sedang ajaran Agama yang mereka jalankan adalah sama dengan ajaran yang dibawa Nabi Muhammad, tetapi perbedaan itu adalah terletak dalam nama saja, bukan dalam maknanya, kecuali dalam gambaran upacara ibadat tiaak lebih.

Kemudian selanjutnya bangsa-bangsa Eropa itu terus ber- kembang memecahkan rahasia-rahasia kemajuannya serta mem- perbaiki keadaan masyarakat mereka, sehingga garis-garis kehidupan duniawi mereka adalah sama dengan apa yang diserukan oleh Islam. Tetapi sayang mereka melupakan pemimpin yang membawa kemajuan itu kepadanya, tidak mau tahu lagi kepada penunjuk jalan yang berjasa kepada mereka. Begitulah pokok-pokok kemajuan dunia Eropa dewasa ini, kemajuan yang dibangga-banggakan oleh generasi yang datang kemudian, adalah sebenarnya beijalan menurut pola yang pemah dibuat oleh generasi-generasi yang te - lah silam.

40 Mereka adalah kelompok kaum Monotheismus di Barat, dan kebanyakannya adalah terdiri dari kaum cendekiawan (ahli fikir) Inggeris dan Amerika.

244

Page 219: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Inilah tetesan air hujan Islam yang mengenai suatu bumi yang baik (Eropa, pen.), ia menjadi subur dan segar, yang kemudian dapat menumbuhkan segala tumbuh-tumbuhan yang indah-indah.

Kedatangan bangsa Eropa itu mulanya adalah dengan maksud untuk menghancur-binasakan, tetapi rupanya setelah ittf, mereka juga mengambil faidah, dan mereka kembali pulang untuk me- ngembangkan faidah yang mereka perdapat itu.

Para pembesar Agama tadi mengira, bahwa dengan hasutan mereka dulu kepada bangsanya itu, adalah sebagai obat yang mujarab untuk menyembuhkan sakit hati mereka serta untuk

245

Page 220: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

menguatkan sendi-sendi kekuasaan mereka, tetapi temyata dugaan mereka itu meleset bahkan sebaliknya, yaitu kemerosotan prestise- .martabat mereka dikalangan rakyat dan terjungkirnya kekuasaan mereka sendiri.

Tentang kedudukan Islam seperti apa yang kami kabarkan itu — dan yang dikenal oleh setiap orang yang mempelajari persoal- annya —, sungguh telah dapat mengambil keuntungan dari padanya para ahli fikir (penyelidik) di negeri-negeri Eropa sehingga mereka mengerti hak penghormatan yang harus mereka berikan kepada Islam, dan mereka mengakui, bahwa Islam itu adalah mahaguru mereka yang paling utama yang menyebabkan mereka dapat mengecap kemajuan seperti apa yang mereka dapati dewasa ini 41). Dan kepada Allah jua akhir putusan segala perkara !

XVm v

BEBERAPA PERSOALAN YANG MUDAH TIMBUL SEWAKTU- WAKTU SEBAGAI KRITIK TERHADAP ISLAM

Banyak orang yang berkata: Apabila benar Agama Islam datang untuk memanggil mereka yang bersengketa untuk ber- saty, dan Kitab Sucinya sendiri berfirman:

’’Sesungguhnya mereka yang bersengketa dalam Agama mereka, dan mereka hidup bergolong-golqngan, bukanlah engkau <Muhammadj dari golongan mereka dalam halapapun”. (Q.S. Al-An’am: 159),

maka kenapa Agama Islam sendiri telah dirobek-robek oleh bermacam-macam haluan pendirian, dan terpecah-belah oleh berbagai golongan mazhab?

Apabila Islam itu datang untuk membina kesatuan, maka ke- napakah kaum Muslimin itu hidup bercerai-berai? Apabila ia menghendaki wajah hamba Ilahi dalam mengabdi hanya kepada Zat Yang Menjadikan langit dan bumi, maka kenapa sebagian besar dari pada mereka masih menghadapkan wajah mereka kepada menuhankan sesuatu yang tidak kuasa memberi

41 Pengarang telah mengemukakan bukti-bukti yang banyak tentang hal ini dalam Kitabnya ’’Islam dan Nasrani” (AHslam wan Nashraniyah).

Page 221: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

manfa’at dan tidak pula memberi madharat b^gi dirinya, dan tidak pula sanggup memberikan kebaikan maupun kejahatan selain dari Allah sendiri, dan bahkan pengabdian yang keliru itu mereka anggap sebagai suatu bagian dari bagian-bagian Tauhid?

Jika sekiranya Islam itu adalah awal agama yang mengajak akal bicara, memanggilnya untuk turut memikirkan kejadian alam raya ini, dan memberikan kebebasan kepada mata untuk melepas- in pandangannya meninjau alam dimana ia diberi kesempatan ituk menggali rahasia-rahasia yang tersimpan pada alam itu de- ?an sekuat mungkinnya, tanpa dibatasi dengan syarat apapun scuali harus menjaga akidah iman agar jangan menjadi rusak—, laka kenapa kaum Muslimin merasa puas dengan pengetahuan ang sedikit, sedang kebanyakan mereka membelenggu dirinya ntuk mengetok pintu ilmu-pengetahuan, tidak lain karena me- gira, bahwa mereka dapat mencari keredhaan Ilahi cukup dengan :ebodohan belaka, dan menutup mata dari memperhatikan kein- lahan ciptaan Ilahi yang sangat rapi ini?

Kenapakahmereka setelah dulunya menjadi duta kasih -sayang, an sekarang mereka mencarinya tetapi tidak mendapatkannya agi? Kenapakah, setelah dulu mereka menjadi contoh utama da- am soal kerajinan dan kesungguhan bekerja, tetapi sekarang telah nenjadi contoh orang yang duduk-duduk membuang tempo dan nalas bergerak?

Apakah ini yang dimasukkan oleh kaum Muslimin kedalam Agamanya padahal Kitab Allah terletak dihadapan mereka sebagai neraca keadilan yang dapat membedakan antara apa yang bid’ah yang mereka bikin-bikin sendiri, dan apa yang betul-betul mereka diajak untuk mengamalkannya tetapi mereka tidak mau?

Apabila betul Islam dekat kepada akal dan hati nurani sebagai apa yang Anda terangkan tadi, maka kenapa menurut pandangan orang, ia telah mengabaikannya tidak mendekatinya lagi?

Apabila Islam betul mengajak orang untuk merenungkan ajar- annya dengan sungguh-sungguh, maka kenapa para pembaca Al- Qur-an tidak membacanya kecuali sekedar melagukannya belaka dengan suara yang merdu, sedang para Ulama tertentu sebagian besar tidak mengenal kandungan isinya kecuali dugaan-dugaan belaka?

Apabila betul Islam memberikan kepada akal dan kemauan akan kehormatan kebebasannya, kenapa mereka membelenggu keduanya

247

Page 222: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

demikian kuatnya? Apabila Islam telah menegakkan sendi-sendi keadilan, maka kenapa

sebagian besar para pembesar mereka menunjukkan suatu contoh kezaliman yang jahat?

Apabila Agama Islam menganjurkan kemerdekaan para ham- ba-sahaya maka kenapa mereka beberapa abad lamanya memper- budak orang-orang yang sudah merdeka?

Apabila Islam memandang diantara sendi-sendi ajarannya adalah: menghormati janji, berlaku benar, dan menyempurnakan janji, maka kenapa telah tersebar luas dikalangan mereka penyakit pe- nipu, berdusta, bicara kosong dan mengadakan fitnah yang bukan- bukan?

Apabila Islam melarang korupsi dan mengharamkan penipuan serta memperingatkan, bahwa orang yang penipu itu bukanlah termasuk keluarganya, maka kenapakah mereka mau menipuAllah, menipu Syari’at dan para wali-Nya?

Apabila Islam telah mengharamkan perbuatan-perbuatan nis- ta, baik yang lahir maupun yang batin, maka kenapa kami melihat perbuatan keji itu berjangkit dikalangan mereka, baik secara sem- bunyi-sembunyi maupun terang-terangan pada diri dan badan mereka sendiri? ~

Apabila telah dinyatakanriya, bahwa Agama itu adalah nasihat kepunyaan Allah, kepunyaan RasulNya, kepunyaan orang- orang yang benman baik khusus kepada individu-individu maupun umum kepada seluruh kaum Muslimin 1), dan (bahwa sesungguh- nya manusia itu akan celaka, kecuali orang yang beriman dan melakukan amal-amal kebajikan, dan mereka saling menasehati untuk menegakkan kebenaran, dan saling menasehati dengan penuh keuletan); dan bahwa mereka jika tidak mau menyeru kepada kebaikan dan melarang dari yang mungkar—niscaya mereka akan diperintah oleh orang-orang yang bejat, maka di waktu itu walaupun pemimpin mereka memanjatkan do’anya kepada Tuhan, tetapi tidak akan diperkenankan lagi 42) J dan peringatan Islam itu telah demikian kerasnya kepada diri mereka apa yang pemah diberikan kepada orang lain. Tetapi kenapa mereka tidak pemah saling me- nasehati, tidak

42 Hikayat Hadis ini sesuai dengan maksud nas Al-Quran.

248

Page 223: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

pernah tegur-menegur dengan kebenaran, dan tidak berpegang kepada kebenaran itu dengan penuh kegigihan, dan tidak pula nasehat-menasehati dalam hal-hal yang baik maupun yang buruk? Tetapi justru masing-masing telah meninggalkan kawannya, dan menyerahkan nasibnya kepada orang lain, sehingga mereka telah hidup bercerai-berai, dan masing-masing hidup bekerja me- mentingkan dirinya sendiri-sendiri di mana masing-masing tidak me- rasakan apa yang dilakukan oleh kawannya yang seolah-olah tidak ada hubungan diantara mereka selama ini dan tidak pemah pula bergaul bersama-sama.

Apa sebabnya putera-putera sampai hati membunuh para orang tuanya? Kenapa puteri-puteri berani mendurhakai ibu-ibu kandungnya? Dimanakah letaknya pergaulan yang ramah? Di mana letak kesantunan terhadap karib keluarga? Di manakah hak yang harus dikeluarkan dari harta-harta kaum kapitalis kepada orang- orang fakir miskin, padahal orang-orang kaya itu telah merampas secara halus akan harta yang ada di tangan kaum yang melarat?

Barat mengambil sinar-cahaya dari Islam sebagaimana Anda katakan, dan sinamya lebih besar me man car dan mataharinya besar di Timur, padahal penduduknya berada dalam kegelapan yang tidak bisa melihat apapun, apakah hal ini logis menurut akal? Ataukah itu pemah tersebut dalam ajaran Kitab dan Sunnah? Apakah Anda tidak pemah memperhatikan mereka yang telah merasakan sedikit lezatnya pengetahuan diantara para penganut Agama Islam ini, dapat dikatakan, bahwa kebanyakan dari kaum Muslimin itu membuat khurafat dalam bidang i’tikad sedang kaidah-kaidah dan hukum-hukumnya adalah kolot? Dan mereka merasa senang dalam meniru mereka yang suka mengejek (sinis), yakni orang-orang yang menamakan dirinya berfikiran bebas serta mempunyai pandangan yang jauh ke depan. Dan begitu pula kepada orang-orang yang membatasi keinginan mereka hanya untuk mau membaca, membalik-balik lembaran buku-bukunya sendiri saja, dan menamakan dirinya sebagai penjaga hukum-hukum Agama itu dan berdiri di atas syari’at-syari’at (peraturan-peratur- annya). Tetapi betapa mereka menolak ilmu-ilmu akal yang rasio- nil sambil mengejeknya demikian rupa, dan mereka melihat, bahwa mempraktekkan 1) ilmu-ilmu akal itu sebagai hal yang tidak ada gunanya bagi agama dan dunia, dan kebanyakan diantara

249

Page 224: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

mereka merasa tenggelam dalam kebodohannya itu, yang seolah- olah sikapnya yang demikian itu menjauhi perbuatan mungkar dan melepaskan diri dari perbuatan yang hina-dina?

Dalam keadaan yang seperti itu siapa diantara orang Islam yang berdiri di pintu ilmu pengetahuan, ia akan melihat keadaan nasib agamanya tak ubahnya seperti pakaian yang sudah robek- robek (usang) yang malu untuk dipakainya kemuka orang ramai. Sementara itu ada pula orang yang menipu dirinya sendiri, yang menganggap, bahwa dia mengerti agama; dan bahwa dia berpegang teguh kepada akidah-akidah Agama itu—ia memandang akal (ratio) itu sebagai suatu tabir dan ilmu-pengetahuan itu sebagai sangkaan- sangkaan belaka.

Apakah hal yang semacam ini bukan merupakan suatu bukti yang dapat disaksikan oleh Allah, para MalaikatNya dan ummat. manusia seluruhnya yang menunjukkan, bahwa tidak ada persesu- aian antara akal dan ilmu disatu pihak dan agama Islam ini dipihak yang lain?

Jawaban: Agaknya orang yang menggambarkan keadaan kaum Muslimin dewasa

ini bahkan semenjak beberapa masa yang silam seperti yang tersebut di atas itu tidaklah begitu berlebih-lebihan, dan bahkan apa-apa yang diKemukakannya itu barulah sebagian kecil den yang banyak lagi. Imam Gazali rahimahullah dan Ibnu Al-Haj dan Ulama-ulama yang lain-lain dari kedua beliau itu l) telah melukis- kan keadaan kaum Muslimin pada zaman mereka baik kaum awam maupun atasan dalam buku-buku mereka yang meliputi beberapa jilid. Tetapi saya disini berbicara khusus tentang Agama Islam (bukan kepada tingkah-laku pemeluknya, pen.) yang cukup dipa- hamkan dengan semata-mata membaca Kitab Sud Al-Quran dengan penuh saksama dalam memahamkan pengertian-pengertian- nya, dan kemudian membawa mereka yang kepada siapa Kitab Suci itu diturunkan untuk mempraktekkan segala apa yang dipa- hamkan dari hasil pembacaan yang teliti itu dikalangan mereka. Dan cukup pula mengenal Islam itu dengan melihat bekas-bekas- nya yang gemilang dengan membaca halaman-halaman sejarah sebagaimana yang dituturkan oleh para penulis sejarah Islam yang adil, baik yang ditulis oleh orang Islam sendiri maupun oleh yang lain; maka demikian itulah Agama Islam.

250

Page 225: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Seperti apa yang telah kami terangkan lebih dahulu tadi, bahwa Islam adalah suatu petunjuk dan akal (ratio); siapa yang yang pandai mempergunakannya dan^menjalankan segala petunjuk ' yang telahdiberikannyaituniscayaiaakanmencapai kebahagiaan se bagai apa yang telah dijanjikan Allah kepada para pengikutnya. Dan menurut pengalaman, bahwa hal itu adalah merupakan obat yang mujarab bagi penyakit masyarakat (sosial). Maka keuntung- annyapun sudah demikian jelasnya yang tidak bisa diingkari oleh siapapun sekalipun oleh orang buta dan tuli sekalipun. Dan puncak dari segala kritik yang mereka lemparkan terhadap Islam dan kaum Muslimin itu ialah, bahwa Islam itu tak ubahnya dengan seorang Dokter yang telah memberikan obat kepada orang yang sakit l) itu menjadi sembuh sedangkan sang Dokter yang mengo- batinya malah kembali menderita penyakit yang baru saja diobati- nya itu sehingga ia mengerang-erang kesakitan, padahal obat untuk itu ada dalam rumahnya sendiri sedang ia tidak mau mengambil- nya. Banyak orang yang datang menjenguknya kerumaih, atau yang sangat mengharapkan supaya ia sembuh dari penyakitnya itu, dan yang ingin supaya ia terlepas dari musibahnya itu mengam- bilkan obat itu untuk diberikan, sebab mereka sendiri telah pemah sembuh dengan obat itu dari penyakit yang persis seperti diderita sang Dokter, tetapi beliau tidak mau menelan obat itu. Padahal ia sedang berada dalam sa’at-sa’at akhir hidupnya yang krisis sekali, menunggu sa’at kematiannya yang sudah dekat, atau menung- gu suatu ketentuan Tuhan untuk dapat menyembuhkan penyakit seperti yang sedang dideritanya itu.

Saya tekankan sekali lagi, bahwa pembicaraan kita sekarang adalah mengenai acara Agama Islam dan keadaannya seperti yang telaih kami terangkan. Dan adapun mengenai keadaan diri kaum Muslimin yang telah merupakan alasan yang menimbulkan sasaran kritik kepada Agama mereka, maka tidaklah kita bicarakan disini sekarang, tetapi Insya Allah akan kita bicarakan secara luas dalam suatu Kitab yang lain. 2>

MEMBENARKAN AJARAN-AJARAN YANG DIBAWA NABI MUHAMMAD S.A.W.

Bahwa setelah tetap kenabian Muhammad s.a.w. dengan dalil- dalil yang meyakinkan sebagai apa yang telah kami terangkan, dan bahwa beliau menerima berita (wahyu) dari Allah s.w.t., maka 251

Page 226: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

karenanya tidaklah diragukan lagi, bahwa wajib membenarkan wahyunya itu dan mempercayai ajaran-ajaran yang dibawa beliau ialah, apa-apa yang diterangkan oleh Kitab Al-Quran yang mulia dan yang disampaikan oleh Hadits yang mutawatir lagipun sahih serta memenuhi syarat-syarat bagi kebenarannya berita hadits itu; yaitu berita yang dikabarkan oleh suatu jama’ah (kelompok) yang mustahil kedustaan mereka semua menurut adat yang biasa dalam suatu perkara yang dapat dimengerti. Antara lain, ialah berita tentang hal ihwal peristiwa yang teijadi setelah mati yang beru- pa berbangkit kembali, berita tfcntang nikmat dalam surga, berita tentang azab api neraka, tentang perhitungan amal-amal yang baik dan yang buruk dan lain-lain berita yang sudah dikenal.

Dan wajiblah menganut kepercayaan (i’tikad) menurut berita yang disampaikan oleh kabar yang sahih itu, dan sekali-kali tidak harus melebihi maupun mengurangi apa yang telah disampaikan berita itu secara yakin, dengan sesuatu yang masih dalam taraf kira-kiraan. Dan sebagai syarat bagi sahnya susuatu i’tikad, ia* lah, bahwa tidak terdapat didalamnya sesuatu yang menyentuh ke- sucian dan ketinggian kedudukan Ilahi dari menyerupakanNya dengan makhluk-makhluk. Dan jika sekiranya terdapat ajaran yang disampaikan oleh kabar mutawatir itu apa yang lahir teksnya membawa keragu-raguan dalam pengertiannya, maka wajiblah mening-

galkan pengertian lafazh yang lahir itu, dengan menempuh altema- tif: adakalanya dengan menyerahkan bulat-bulat pengertiannya kepada ilmu Allah serta mengi’tikadkan, bahwa pengertian yang lahir itu bukanlah yang dimaksud sebenarnya; atau dengan menempuh jalan takwil (penafsiran) yang sesuai dengan karinah-karinah yang dapat diterima akal lagi cocok dengan Sifat-Sifat Tuhan yang Suci. i)

252

Page 227: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Adapun tentang kabar-kabar (hadits) Ahad, maka wajib percaya kepadanya siapa orang yang menerima hadits itu sedang ia membenarkan sah riwayatnya.

Tetapi terhadap orang-orang yang hadits itu tidak sampai kepadanya atau hadits itu sampai tetapi ia meragukan kebenaran (sah)nya, padahal ia bukanlah merupakan suatu kabar yang mutawatir—, maka tidaklah akan merusak bagi imannya andaikata ia tidak mau membenarkan hadits itu.

Dan yang pokok dalam semua persoalan yang demikian itu ialah, bahwa barangsiapa yang mengingkari sesuatu perkara 2) pada hal ia mengetahui, bahwa Nabi Muhammad s.a.w. telah mengucapkannya, atau mentakrirkannya, maka berarti ia telah menentang kebenaran Kerasulan dan mendustakan misi beliau, dan ia digolongkan kepada orang-orang yang menganggap sepi kepada berita-berita hadits yang mutawatir, padahal ia menge-, tahui bahwa hal itu adalah mengenai ajaran Agama, yaitu apa yang tersebut dalam Kitab Suci Al-Quran dan sebagian dari Sunnah Rasul untuk diamalkan. 1)

Barangsiapa yang telah mempercayai kebenaran Kitab Al- Quran Yang Mulia dan apa yang menjadi kandungan isinya berupa peraturan-peraturan yang akan diamalkan, tetapi sukar baginya untuk memahamkan tentang kabar-kabar gaib sebagai yang tersebut menurut lahir teks (nas) ayat-ayat suci itu saja, dan untuk itu ia mempergunakan ratio (akal)nya untuk mentakwilkannya dengan hakikat-hakikat yang berlandasan kepada dalil yang kuat disamping tetap menganut kepercayaan akan adanya hidup yang kedua sesudah mati, adanya pahala dan ikab sebagai balasan bagi segala-perbuatan dan kepercayaan-kepercayaan yang dianut oleh makhluk manusia itu—, asal saja takwil (tafsiran)nya itu tidak mengurangkan sesuatupun kepada nilai janji-janji baik dan buruk, tidak mengurangkan nilai kemampuan syari’at untuk dijalankan dalam masyarakat—, adalah ia seorang yang mukmin sejati, dan sekalipun tidak baik mengambil teladan kepadanya dalam takwil- penafsiran itu. 2) Sebab Syari’at Ilahi adalah memperhatikan kepada apa yang menjadi kesanggupan bagi manusia umumnya, bukan memandang kepada apa yang merupakan keinginan bagi akal segolongan tertentu.

Dan yang menjadi pokok pegangan dalam hal itu ialah, bahwaIman ialah, keyakinan dalam kepercayaa 253

Page 228: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

pada RasulNya dan kepada hari yang akhir tanpa terikat oleh sesuatu apapun, kecuali harus menghormati apa-apa yang telah disampaikan dengan perantaraan lisan para Rasul Tuhan.

Tinggal lagi dua buah masalah yang mendapat tempat yang penting dalam pembahasan Jlmu Tauhid ini dan dalam membahas kedua persoalan itu, maka satu diantaranya akan saya persingkat saja keterangannya.

Pertama, tentang dapatnya melihat Allah s.w.t. dihari Akhirat nanti, dan yang kedua, tentang bolehnya terjadi peristiwa-peristi- wa Keramat (sakti) dan hal-hal yang luar-biasa pada diri manusia selain daripada Nabi-Nabi, yakni pada para Wali dan orang-orang yang saleh-saleh.

Adapun berkenaan dengan masalah yang pertama, maka telah terjadi perselisihan pendapat yang sengit sekali, tetapi kemudian berakhir dengan persesuaian pendapat di antara para ahli yang men- sucikan Allah dari hal yang bukan-bukan sehingga tak ada peluang lagi untuk bersengketa. Maka para ahli tanzih (mensucikan Allah) itu tadi yang mengatakan dapatnya melihat Allah dihari Akhirat itu telah sepakat dalam pendapat yang mengatakan, bahwa melihat Allah itu bukanlah seperti halnya kita melihat dengan mata biasa seperti yang lazim berlaku, tetapi adalah penglihatan yang tidak dapat ditentukan betapa dan bagaiman'a ketentuan caranya; dan sudah barang pasti hal yang seperti itu mestilah dengan penglihatan mata yang telah ditentukan Allah buat para penduduk surga, atau ketentuan alat penglihatannya itu berubah dari apa yang di- pergunakan didunia ini l)

Hal ini adalah apa yang tidak mungkin bagi kita untuk rae- ngetahuinya, dan sekalipun kita sendiri membenarkan teijadinya hal itu yakni apabila kabar itu sah adanya.

Dan orang-orang yang mengingkari bolehnya teijadi hal itu, mereka tidaklah mengingkari kasyaf yang sebenarnya hampir me- nyamai dengan dapatnya melihat Allah seperti yang dikatakan diatas itu, — apakah kasyaf itu dengan alat penglihatan yang lain dari yang biasa seperti sekarang ini, ataupun dengan alat indera yang lain lagi—, maka dalam pengertiannya adalah sama juga se- benamya dengan perkataan la wan yang diban tahnya itu; dan tetapi memang agaknya telah menjadi suatu tragik bagi Islam, bahwa kaumnya gemar sekali

254

Page 229: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

kepada pertengkaran. Dan Allah diatas dari segala apa yang mereka sangka-sangka itu.

Tentang masalah yang kedua, maka Abu Ishak Al-Asfarayani mengingkari boleh teijadinya hal-hal yang keramat-keramat, dan beliau adalah seorang tokoh terkemuka diantara pengikut Abu Hasan Al-Asy’ari l), dan demikian pula pendapat kaum Mu’tazilah (Rasionalis), kecuali Abu Husein Al-Bashri, yang terakhir ini mengatakan boleh terjadinya kejadian-kejadian yang keramat itu, dan memang begitulah pendapat segolongan besar kaum Al-Asyariah. Dan orang-orang yang berpendapat dengan bolehnya teijadi hal yang keramat itu adalah berdasarkan kisah yang terdapat dalam Kitab Al-Quran sendiri dimana didalam Al-Quran ada disebutkan kabar tentang Balqis dimana istananya dapat dihadirkan sekejap mata saja, dan begitu pula kisah Maryam ibu Nabi Isa, alaihissalam yang diantarkan rezeki kepadanya, dan begitu pula kisah-cerita pemuda-pemuda penghuni gua (ashabul kahfi).

Dan kelompok lain mengambil hujjah (keterangan) dengan alasan, bahwa hal itu dapat dikatakan serupa dengan mu’jizat- mu’jizat, dan mereka mentakwilkan pengertian apa yang tersebut dalam Al-Quran itu. Tetapi mengatakan, „bahwa hal yang demi kian itu dapat dikatakan sama dengan mu’jizat-mu’jizat”, adalah terang tidak benamya. Sebab mu’jizat-mu’jizat itu lahir diiringi dengan pengakuan Kerasulan dan menyampaikan berita yang datang dari Allah s.w.t. dan hal itupun harus didampingi dengan pe- ristiwa-peristiwa biasa disekitamya sehingga dapat membedakan mu’jizat itu dari yang lain.

Adapun alasan hujjah yang dikemukakan oleh orang-orang yang membolehkan hal-hal yang keramat itu yang katanya berda- sarkan keterangan ayat-ayat Al-Quran yang tersebut diatas tadi, maka sebenarnya alasannya tidak tepat, karena tak ada dalil yang seperti itu dalam ayat-ayat tersebut. Karena apa yang tersebut dalam kisah Maryam dan Ashif 1) adalah suatu kisah yang dikhu- suskan Allah teijadinya pada zaman Nabi-Nabi ’alaihissalam, dan tidak ada pengetahuan kita tentang peristiwa-peristiwa yang me- ngitarinya, yakni keadaan-keadaan yang didatangkan Allah kepada para Nabi-Nabi dimasa itu kecuali sedikit sekali.

Dan berkenaan dengan kisah beberapa pemuda yang tertidur 255

Page 230: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

didalam gua, maka Allah s.w.t. telah memberitakannya sebagai suatu tanda diantara tanda-tanda kekuasaanNya terhadap makh- lukNya, dan kita mengulangi menyebutnya supaya dapat mengambil i’tibar dari kenyataan kekuasaan Allah itu terhadap makh- lukNya. Maka karenanya hal itu tidak termasuk kep'ada pembicaraan umum mengenai hal kejadian yang keramat.

Maka oleh sebab itu, pembahasan tentang bolehnya teijadi hal-hal yang keramat itu adalah semacam pembahasan yang ber- sangkutan dengan kemampuan himmah manusia dan perhubungan- nya dengan alam yang besar (jagat raya), dan tentang kedudukan amal-amal yang utama dan kemajuan roh manusia dalam mencapai martabat yang sempuma disisi Ilahi, dan memang hal itu merupakan suatu pembahasan yang lebih teliti yang khusus di- bahas dalam ilmu yang lain lagi.

Tentang semata-mata bolehnya teijadi hal-hal keramat itu menurut akal, bahwa timbulnya kejadian yang luar biasa pada diri manusia lain dari Nabi yang dianggap sebagai kekuasaan Allah, maka saya tidak menganggap hal itu sebagai persoalan yang dapat menjadi bahan perselisihan lagi diantara para cendekiawan. Dan cuma, perhatian wajib dihadapkan ialah, bahwa kaum ahli Sunnah dan yang lain dari mereka telah sepakat, bahwa tidaklah wajib mengi’tikadkan (mempercayai) teijadinya keramat yang tertentu diatas diri wali Allah yang tertentu setelah timbulnya Agama Islam. Maka dengan Ijma’ kaum Muslimin mengatakan, bahwa ummat Islam boleh mengingkari timbulnya bermacam-macam ben- tuk keramat dari wali yang manapun juga; dan dengan jalan mengingkari yang demikian itu tidaklah ia dipandang menyalahi suatu ketentuan dari pokok ajaran Agama, dan tidak pula menyimpang dari Sunnah yang benar dan jalan yang lurus, kecuali apa yang be- tul-betul benar keterangannya sah dari sahabat Nabi.

Dimanakah datangnya sumber keterangan yang menjadi pe- gangan bagi sebagian besar kaum Muslimin dewasa ini, dimana mereka mengira, bahwa bermacam-macam keramat dan hal-hal kejadian yang luar biasa itu telah merupakan sumber pencarian rezeki, yang menyebabkan para wali berlumba-lumba padanya dan yang telah merupakan kemegahan pula bagi kemauan orang-orang tasa- wuf (mistik)? l) Dan tingkah laku yang tidak terpuji itulah, yang menyebabkan Allah berlepas diri dari padanya; tak bisa dipertang- gung-jawabkan oleh kemumian Agama Islam dan para

256

Page 231: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

wali Allah yang sejali, dan oleh mereka yang berilmu-pengetahuan, yang ke- semuanya itu mencela perbuatan yang sesat itu.

1) Bahkan meieka mendakwakan, bahwa orang-orang Sufi itu, terutama tokoh- tokohnya yang termasyhur yang telah meninggal dunia, sepeiti apa yang mereka namakan dengan „Pemimpin Empat Kutub” (Aqthabul Arba’ah), mereka itulah yang mengendalikan keadaan alam seluruhnya; dan bahwa mereka dapat menyampaikan hajat-hajat orang-orang yang memohon kepadanya selain dari pada Allah, atau beserta Allah, dengan melalui kejadian-kejadian luar biasa yang pernah diberikan Tuhan kepada mereka, baik yang bermanfaat maupun yang memberi madharat atau lainnya! (La ilaha illalllah wahdahu la syarikalah. Tak ada Tuhan yang lain dari pada Allah yang Maha Esa, tak ada sekutu bagiNya). Ditanah Suci Makkah dan Madinah pemujaan kepada makam-makam dan tempat- tempat keramat telah dibasmi dengan intensif oleh pemerintah. Dan di Indonesia Ilmu-ilmu Klenik, permohonan kepada makam-makam „Orang Kfamat” dan kepercayaan kepada benda-benda keramat konon kabarnya sedang mengalami proses pemberantasan oleh pihak yang berwajib, Pen.

Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Penyayang. 'Allah telah menjanjikan kepada orang yang beriman diantara

kamu dan mereka yang melakukan amal bakti kebajikan, sungguh la akan memberikan kesempatan kepada mereka untuk berkuasa dimuka bumi ini sebagaimana telah berkuasa orang-orang yang sebelum mereka, dan Ia akan tancapkan bagi mereka Agama yang di- redhaiNya untuk dipeluk mereka itu, dan Ia akan gantikan keta- kutan mereka selama ini dengan ketenteraman; dengan syarat: mereka harus menyembah Aku dan tidak menserikatkan Ku dengan sesuatu apapun juga. Dan siapa yang kafir-durhaka sesudahitu. maka merekalah orang-orang yang fasik” (S. 24 An-Nur : 55J.

257

Page 232: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Dan telah ditafsirkan kata ’’kafir” dalam ayat ini dengan ’’kafir nikmat. ”

”Dan bahwa kami setelah kami mendengarkan petunjuk Al-Quran itu, kami lantas percaya kepadanya. Maka siapa yang' percaya kepada Tuhannya, dia tidak perlu takut kepada keku- rangan dan tidak pula kepada penganiayaan’.’

"Dan bahwa diantara kita ada banyak orang yang Islam, dan diantara kita pun ada pula orang-orang yang menyimpang dari jalan kebenaran. Maka siapa yang menganut Agama Islam, merekalah orang yang telah menempuh jalan yang lurus.”

"Dan adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran itu maka ia adalah menjadi kayu bakar api neraka”

”Dan bahwa sekiranya mereka tetap berada dalam melalui jalan yang benar itu, niscaya sungguh Kami (Allah) tuangkan kepada mereka air kehidupan yang lezat cita-rasanya’.’

'"Yakni untuk Kami (Allah) uji mereka dengan pemberian yang lezat itu, dan barang siapa yang berpaling dari mengingat Tuhannya, niscaya ia akan dimasukkan ke dalam azab yang amat berat.”

”Dan Masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah, maka sekali-kali janganlah kamu seru yang lain dari pada Allah untuk kamu perserikatkan dengan DiaV’

”Dan bahwa tatkala berdiri-bangkit hamba Allah beribadat kepada TuhanNya, hampir-hampir kaum kafir itu berkerumun membinasakannya (Muhammad)’’

"Katakan! (hai Muhammad): „Saya ini hanya menyeru Tuhanku dan tidak aku perserikatkan Dia dengan sesuatu jua”, ”Katakanlah!: ,,Saya ini tidak memiliki apa yang mencela- kakan kamu semua dan tidak pula kesenangan”

"Katakanlah! : „Sesungguhnya saya ini tidak bisa dilepaskan dari perlindungan Allah oleh siapapun juga, dan saya tidak akan mencari tempat berlindung selain dari padaNya’.’

"Kecuali bertugas, hanya menyampaikan sesuatu ajaran yang

258

Page 233: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

datang daripada Allah dan membawa misiNya, dan siapa yang mendurhakai Allah dan RasulNya, maka ia akan diazab dalam neraka jahanam, kekal mereka padanya selama-lamanya. ”

’’Hingga apabila mereka melihat apa yang telah diperingat- kan kepada mereka dulu, maka tahulah mereka siapa yang paling lemah pembelanya dan siapa yang sedikit bilangannya”

’’Katakanlah! : „Saya tidak tahu apakah apa yang menjadi ancaman kepada kamu telah dekat, ataukah masih diperpanjang masanya oleh Tuhanku’.’

’’Dialah Yang Maha Mengetahui segala yang gaib, maka kegaiban itu tidak akan diterangkanNya kepada seseorang juapun’’ ’’Kecuali orang yang Ia redhai dari pada RasulNya, maka Ia (Allah) meletakkan penjagaan di depan dan di belakang RasulNya itu’.’

’’Agar'supaya terbukti bagiNya, bahwa para Rasul itu telah menyampaikan misi Tuhan mereka, dan IlmuNya meliputi apa yang ada pada sisi mereka, dan Ia (Allah) telah menghitung segala sesuatu dengan perhitungan yang amat teliti’.’ (S. 72 Al Jin : 13 — 28).

Maha benar Allah lagi maha Agung, kebenaran itu sampai kepada RasulNya yang mulia, celakalah setan yang dirajam (terkutuk) dan syukur itu adalah menjadi hak Allah Tuhan bagi alam semesta, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

TAMAT

Page 234: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

DAFTAR NAMA-NAMA DAN ISTILAHAbbas bin Abd. Muthalib, 224 Abduh bin Hasan Khairullah, 17 Abdullah bin Saba’, 43 Abi Hurairah, 251 Abu Bakar Al-Baqilany, 51 Abu Hasan al-Asy’ari, Syekh, 50 Abu Ishak al-Asfarayani, 259 absolut, 74 . accidental, 81 Adam, Nabi, 121 aether, 194 ahli tanzih, 258 akaid, 246 Ali bin Abi Thalib, Khalifah, 43, 44, 238 ’alaqah, 71 alim, 72 amanah, 11.8,128 analisa, 123 anima somatika, 149 animisme, 110 apatis, 113 Aiabi Pasya, 19 Aristoteles, 53, 65 ’Arasy, 40 artikel, 78 aradl, 53,81 Asy’ari, 18 astronomi, 70 asosiasi, 107 atsar, 88 Augustinus, 93 azali, 69, 49, 81 al-Azhar, 17, 29

Baidawi, 54 Bani Umayyah, 48, 235 balaghah, 38 Boutrox, 93 Bathiniyah, 50 bleid, 201

Bergson, 93 Bid’ah, 49 biji batikh, 71 Browne, E.G., 23

260

Page 235: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

GCharles, c. Adam, Dr., 23

clash, 76

cosmisch bewustzijn, 150 D

Dahriyun, 49 delegasi, 189 demonstrasi, 43 deskriminasi, 158 diet, 103 demoralisasi, 236 dinamis, 160 dinamika, 203 dogma, 125 duniawiy^h, 155

E

electron, 66 energi, 93, 103

F fana, 124, 131 fanatik, 42, 44, 93 Farah Antan, 21 fatalis, 92 feodalisme, 238 filosof, 104 Firdaus, A.N., 14 fragmen, 195 free will, 204 furu’, 37, 41 fusahat, 186 Gazali, Imam, 253 geologi, 159 gharizah, 153 graduasi, 155 great wall, 231

H Haanie, A.D., 23 hakikat akliah, 65 al-Hallaj, 194 Hamudah, 23 Hanotaux, G., 21 Hasan al-Basri, 45, 46 Hasan at-Tawil, 17 hawas, 78

al-hayat, 66, 67 heathen watshani, 243 hikmat, 87 himmah, 96, 186 hijab, 78 hissi, 195 homo sapiens, 96 hujjah, 37, 120, 129, 187, 260

I

Ibnu Taimiyah, 55, 67 Ibnu al-Haj, 253 Ibrahim, Nabi, 152, 197,236 idolater, 110 ikhtiar, 40,73,92,84,203 ilham, 78, 125, 134, 145 illat, 60, 85

c

Page 236: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Immanuel Kant, 93 individu, 132 indefference, 112 indeterminismus, 93 iradah, 67, 75 intuisi, 78 intelektuil, 152 i’tikad, 94, 113, 123,251 instinct, 129 insan kamil, 96 Iskandariah, 149 Ismailiyah, 50

J

Jabbariah, 46 jasad, 124 jasmaniyah, 120 jauhar, 53, 81 Jengiz Khan, Jenderal, 243 jism, 81,124 jizyah, 235 juzu’, 195

K

kadim, 37 kaidah, 114 kapitalis, 251 kalam lafazh, 78 kalam nafsi, 78 kaum

Asy’ariyah, 259 kaum Jabariah, 93 kaum filosof, 124 kaum Kebatinan, 49 kaum Mu’tazilah, 259 kaum Salib, 244 kaum Salaf, 44, 78 kaum reaksioner, 236 kaum Watsani, 94 kaum Zending, 241 kausal, 85 khalif, 34 khalik, 82 khamar, 229 kharijiah, 65 khawarij, 44 khawash, 151 Khedevi Abbas Hilmi, 21 khiiafat, 47 khianat, 120 khuldi, 121 khusu’,92, 141 khurafat, 251 klasik, 148 komunikasi, 128 kompetensi, 83 kodrat, 193 konfrontasi, 254 konplikasj, 55 konklusi, 140, 147 kontra, 123 konsekwensi, 85 kontinu, 103 konsepsi, 138

L letterlijk, 51 logika, 37, 65

logis, 91,186,251 Luther, 93

M

maddah, 148 macro, 70 mahiyah, 58 malaikat, 148 ma’lul, 60 ma’iddah, 71

makhluk, 94,96, 126,117 al Manar, 26 al Manawy, 48 manifestasi, 74, 121 ma’qulat, 100 materialis, 149 materialisme, 254 martabat, 74 maujud, 57, 69, 72, 83 marfu’, 251 Mazhab, 193 Mazhab Ahli Sunnah wal Jama’ah, 51 Mazhab Asy’ary, 51 Mazhab Hambali, 51 Michell, M., 22 micro, 70 milieu, 109 mistik, 262 monotheismus, 55,124 moderat, 44, 49

262

Page 237: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

mobilisasi, 251 Morse, 78 Muhammad Abduh, Syekh, 17, 28 Muhammad Al-Birkawy, 253 Muhammad Mahmud as-Sanqithy, 78 Muhammad s.a.w., Nabi, 191, 193, 246 mu’amalat, 124 murakkab, 90 mu’jizat, 188, 190 Mustafa Abdur Razig, Syekh, 22 mu’tazilah, 47 mustahil, 69, 76, 118, 119 musyrik, 36 mutasyabih, 41 mukallaf, 95, 85

mufrad, 90

N naluri, 140 naqal, 37 natijah, 140 nazar, 36 neotron, 66 nisbah, 36,

P

Pantheismus, 140,194 paradox, 84 phase, 121 pilar, 94 planit, 225 Plato, 53, 65, 162 Polytheismus, 76, 124 primair, 117 Priestly, 93 propaganda, 234 proton, 66 psiologi, 71 psychosomatik, 146

Q qadla, 40 al-qudrat, 73

R

ratio, 37, 40, 114, 203, 252 rasionalis, 259 • al-Razy, 51, research, 203 renaisance, 245 Riadh Pasya, 18 ri’ayatul maslahat, 90 riba, 229 risiko, 186

S

Sa’ad Zaghlul Pasya, 19 Said Jamaluddin Al-Afghany, 17, 18 salaf, 46 sensus interior, 71 sekte, 193 scular, 186 Schovenhauer, 194 skepsis, 125 show, 199 sperma, 71 Spinoza, 93, 194 Struggle for existence, 159 struktur, 70 substansi, 68, 75, 83 Sukarno, Dr. Ir.

Page 238: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

H., 194

264

Page 239: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-
Page 240: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

syafa’at, 198 Syi’ah, 44

T

tahmid, 90 taklif, 90, 94 taklid, 200, 203 takdir, 92,93 ta’lil, 85 talqih, 120 targieb, 158 tarhieb, 158 taijih, 60 tarkib, 65, 66 ta’wil, 40,160 tawassul, 112 ta’zier, 235 ta’zhiem, 90 Thabrani, 251 telegrafi, 78 totalitet, 195 tranzendenz, 65 . tritunggal, 77 trimurti, 77 transmigrate, 124

U

Umar bin Abdul Aziz, Khalifah, 46, 235 Umar bin Khattab,

Amirul Mukminin, 238 Umar bin Ash, 238 Ummi, 188

1) ”Kulliyah Diyanah” (tiga tahun) sebagai Perguruan Theologi Islam, lanjutan dan ”Thawalib” (delapan tahun). Tetapi sekarang terdapat perubahan dalam masa tahun . pelajaran pada kedua Perguruan tersebut.

2) Islam and modernism in Egypt - Dr. Charles C. Adam/Ismail Jamil. Dalam buku ini, pengarangnya memperkatakan kitab ”Risalah Tauhid” panjang lebar.

1) Ialah penerbit ”Al Manar” Mesir. Ditulis untuk cetakan kedua dengan tambahan pada cetakan keenam.

2) Yang dimaksud adalah peristiwa

269

Page 241: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

pemberontakan Arabi Pasya yang digagalkah

oleh Angkatan Perang Inggeris pada tahun 1882. Arabi Pasya dan kawan-kawan dibuang seumur hidup ke Ceylon, sedang Muhammad’Abduh yang disangka tersangkut dalam peristiwa tersebut dibuang tiga tahun ke Syria ~se1elah lebih dahulu meringkuk dalam penjara Mesir tiga bulan lamanya. (Dr. Usman Amin : "Muhammad 'Abduh” cetakan Mesir 1944),

2) Yang betul, yang disuruh membukukan ialah Abu Bakar bin Muhammad bin Umar bin Hazm ; sedang Muhammad bin Muslim bin Syjhab Az Zuhri, adalah penulis Sunnah dan Atsar yang ditemuinya.

1) Yakni sifat-sifal yang tetap melekat pada zat Tuhan seperti: Qudrat, Iradat, ’Ilmu, Hayat, Sama’ (mendengar), Bashar (melihat) dan Kalam.

1) 'Imam Al-Gazali berkata dalam kitabnya ’’Fadhaihul Bathiniyah'’ : Bahwa tujuan ' mereka yang terbesar ialah membatalkan syari'at-syari'at Islam.

1) Penyokong-peny,okong ini muncul setelah wafat beliau.

1) Riwayat Imam Muslim dari hadits Anas ; dan ’Aisyah memakai lafazh ”bi-amri dun-yakum”

2) Pengarang lupa menyebulkan dalam sejarah ringkas im> bahwa setelah kaum Asy’ariyah menonjol pada abad pertengahan dan gerakan ahli hadits serta pengikut- pengikut kaum Salaf menjadi lemih, muncullah seorang mujaddid (pembaharu) yang besar, yakni Syekh Islam Ahmad Taqiyudin Ibnu Taimiyah yang belum ada tandingannya pada masa itu dalam menyatukan ’’ilmu naqal” (ilmu yang ber- dasarkan nash Qur-an dan Sunnah) dengan ’’ilmu akal” (ilmu yang mengutamakan pendapat akal) dengan jalan mengemukakan dalil-dalit yang kuat. Maka ungguliah mazhab Salaf di atas semua mazhab-mazhab Kalamiah dengan mengetengahkan dalil-dalil akal dan naqal. Mesir dan India menjadi maju karena buku-buku beliau itu dan karena buku-buku

269

Page 242: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

muridnya yang terkemuka, yakni Allamah (Sarjana) Ibnu Qaiyim, ialah setelah buku-buku itu pada mulanya menjadi suluh bagi negeri Nejed. Bahkan sekarang buku-buku itu telah tersiar merata ke timur dan ke barat , dan ia menjadi pegangan bagi seluruh dunia Islam.

1) Para ahli tauhid menafsirkan ’’mahiyah” dengan ’’kenyataan sesuatu barang” Tetapi kami menjelaskan, bahwa ’’mahiyah” adalah synonym dengan ’’hakikat - sesuatu”. Seperti hewan yang berakal (berbicara), adalah mahiyah dan hakikaT bagi apa yang disebut ’’manusia”. Tetapi sebutan itu berbeda-beda. Apabila otak menggambarkan sesuatu tentang zatnya, dan ia memberikan jawaban bagi pertanyaan yang berbunyi : ’’Apakah dia sesuatu itu ?” Maka itulah yang dinamakan ’’mahiyah”. Dan dinamakan juga dia dengan ’’hakikat” atau ”zat”, karena memandang hakikatnya dalam kenyataan. Tetapi mahiyah itu dipakaikan kepada barang yang tidak nyata dalam kejadiannya, seperti memaham- kan cerita burung ajaib, maka kepadanya tidak dipakaikan lafazh hakikat. Dan sesuatu yang lazim (mesti), ialah sesuatu yang tak bisa dipisah-pisahkan, seperti kelaziman dapatnya dibagi sama-banyak sesuatu bilangan yang genap. Kalimat Al-Mahiyah dan tafsirannya, pertanyaan terhadap sesuatu dengan memakai kalimat ’’apakah dianya” (ma huwa ?), apa yang telah menjadi ketentuan baginya dan syarat-syarat yang diberikan dalam memakai kalimat jawabnya pertanyaan itu, maka semua itu adalah termasuk dalam bidang istilah ’’Ilmu mantiq”, bukan menurut asal lbgat. Karena orang Arab mengatakan : ’’Apakah itu” (ma ka- za ?). Dan mereka menjawabnya dengan sesuatu sifat yang dapat membedakan antara sesuatu yang ditanyakan itu dari yang lainnya.

1) Artinya karena hal itu berarti mengumpulkan dua barang yang berlawanan vane berarti pula menyamakan barang yang tidak sama dalam satu waktu. ’

1) Yang dimaksud dengan ’’hakikat

269

Page 243: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

akliah” hanyalah kata-kata sekedar penjelasan. Jika tidak dijelaskan begitu, maka tidak akan dikenal di kalangan ulama, pengertian tentang hakikat ’akliah yang tidak ada ketetapan baginya. Kata-kata itu telah dihilangkan sendiri oleh pengarang dalam waktu memberikan kuliah. Dan beliau telah menetapkan, bahwa tidak ada di balik hakikat kharijiah itu yang mungkin, kecuali mendapatkan apa yang dibayangkan oleh otak tentang wujud yang khariji. Di waktu memberikan kuliah ilmu mantik (logika), beliau menjelaskan batalnya pendirian Plato tentang wujud yang akli, dan begitu pula pendapat Aristoteles, tentang ’’keadaan gambaran fikiran”, bahwa itulah dia hakikat-hakikat dari alam wujud y&ng khariji (luaran) — ’’transzendenz”. Sebagaimana diketahui, filsafat Aristoteles mengatakan, bahwa Allah itu ’’noesis noeseoos” atau "akal yang tertiiiggi”. (Penterjemah).

1) Svaikhul Islam Ibnu Taimyah membuat sebuah Risalah yang bagus tentang menetapkan, bahwa Allah bersifat dengan segala sifat kesempumaan yang terdapat daiam bahagian kelima dari ’’Majmu’ Rasail”-nya yang diterbitkan oleh Al-Manar. 1) Ini menjadi dalil yang kedua tentang

’’hidup” bagi Zat yang Wajib Ada. Kalimat, sesudahnya yang berbunyi : ”Zat yang wajib ada itulah yang memberi wujud”, merupakan dalil yang ketiga.

1) Karena firman Tuhan : (21 : 22) ’’Sekiranya ada pada keduanya Tuhan selain Allah pastilah keduanya menjadi binasa”, adalah merupakan dalil yang meyakinkan (qath’i), bukan dalil tambahan-tambahan saja seperti yang dibawakan oleh orang yang tidak mengerti ayat itu. Dan yang dimaksud dengan firman-Nya: ’’pada keduanya”,

269

Page 244: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

adalah langit dan bumi, yang telah disebutkan pada ayat sebelumnya. Dalam melalui jalan Tauhid ini,' sebahagian manusia ada yang tersesat. Mereka mendakwakan, bahwa ada Tuhan kebaikan dan ada pula Tuhan kejahatan. Dan yang lain lagi mengatakan, bahwa ada banyak Tuhan yang disembah (polytheismus). Pembahasan sebelumnya tentang ke-Esaan Tuhan yang bersifat filosofis, nipanya kurang dibutuhkan pada zaman ini; lebih-Iebih lagi tentang pembahasan dalam soal ’’tidak ada tarkib” dalam zat, kecuali pembahasan tentang apa yang dikata- kan ’’Tritunggal” oleh kaum Nasrani dan ’’Trimurti” pada sementara penganut agama Hindu. Hal itu tidak tepat demikian. Pengarang mengelakkan diri tentang pembahasan Tauhid yang Agung yang di- tujukan oleh kali mat ”La Ilaha Illallah” (tidak ada Tuhan melainkan Allah) yakni menyembah Allah yang Tunggal sendirinya, bukan yang lain dari pada-Nya. Karena pembahasan dalam hal seperti ini adalah suatu pembahasan yang bersifat filosofis. Namun demikian pengarang membicarakannya secara filosofis di bahagian lain seperti dalam membicarakan perbuatan-perbuatan hamba (manusia), dan dalam membicarakan pelajaran yang dibawa oleh Islam. Semua itu dijelaskan setelah selesai pembahasan tentang Risalah (kerasulan) yang umum.

1). Sifat-sifat Sami’iyah iaiah, Sifat-sifat Allah s.w.f. yang tidak dapat dipaham dan dijangkau dengan semata-mata kekuatan akal-fikiran, tetapi harus melalui dalil-dalil atau keterangan yang didengar dan disampaikan oleh Rasulullah

269

Page 245: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

sendiri yang kemudian diterima dengan sepenuh-penuh Iman oleh para sahabat dan orang yang-kemudian. Penterjemah.

1) Hadits ini telah disepakati lafazh dan maknanya. Berkata Hafizh ’Iraqi dalam Takhrij, bahwa hadits ini diiiwayatkan oleh Abu Nu’aim dengan maifu’, dengan memakai sanad yang dla’if (lemah). Dan Asfahani meriwayatkannya dalam kitab Targhieb wat Tarhieb dengan jalan yang lebih shahih. Tabrani meriwayatkannya dalam kitab Al-Ausath dan Baihaqi dalam Sya’bi dengan sanad haditsnya Ibnu Umar. Beliau mengatakan, bahwa terhadap Sanadnya harus ada peninjauan. Saya mengatakan, bahwa dalam sanadnya terdapat Waziqh bin Nafi’ yang haxus di- tinggalkan. Zabidt menambahkan dalam syarahnya : ’’Saya berkata, bahwa hadits Ibnu Umax itu lafazhnya berbunyi: ’’Tafakkaru fi Alaaillah wa la tafakkaru fillah” (Berpikirlah tentang pemberian-pemberian Allah dan jangan kamu ber-pikir tentang Zat Allah). Beginilah bunyi riwayat Ibnu Abi Dunya dalam kitab Tafakkur, dan Abu Syekh dalam ‘Uzmah, Tabrani dalam Ausath, Ibnu 'Adi dan Ibnu Mardawiyah serta Baihaqi. Tetapi beliau memandangnya lemah; Ashfahani dan Ibnu Mansur dalam "Al-Ibanah" mengatakan riwayat hadits itu seorang saja (gharib). Abu Syekh meriwayatkannya dari Hadits Ibnu Abbas dengan. bunyi: ’’Berpikirlah kamu tentang makhluk dan jangan berpikir tentang Khalik karena kamu tidak sanggup mengira-ngirakan kadainya”. Ibnu Najjar dan Rafi’i meriwayatkannya dari hadits Abu Hurairah dengan bunyi: ’’Berpikirlah kamu tentang makhluk Allah dan jangan berpikir tentang Allah”. Banyaknya riwayat itu akan menambah kekuatan dan makna yang benar dari hadits itu, sebagaimana yang dikatakan oleh Hafizh As-Sakhawi dalam kitabnya yang bemama ,fAl

269

Page 246: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Maqasid”. 2) Bagi saya telah jelas, bahwa hikmat

sebagian ibadat yang berupa pertemuan- pertemuan bersama dalam upacara keagamaan Nabi Musa, ialah untuk me- lukiskan dalam kenangan mereka suatu kejadian apa yang pernah ditemui oleh kaum Yahudi itu di Mesir dan kemudian di Palestina di mana mereka melihat kaum penyembah berhala (wasthani) berkumpul bersama-sama dengan jiwa yang khusu’ beribadat kepada Allah s.w.t. serta fikiran yang peniih konsentrasi kepadaNya belaka. Kejadian ini rupanya berkesan dan berpengaruh kepada kaum Yahudi sehingga menyebabkan mereka tidak mau lagi menyembah Banteng (IjilJ seperti yang pemah mereka lakukan dahulukala di padang Teh, dan juga seperti halnya dengan orang-orang Mesir purba yang menyembah Sapi yang disebut dengan ’’Ibis” dan Tuhan-tuhan lainnya yang disembah mereka. Dan tentang kezuhudan yang sangat, yang terkenal dilakukan Nabi Isa Al-Masih a.s. maka hikmatnya ialah, sebagai reaksi yang kontras atas ke- terlaluannya kaum Yahudi dan Rumawi pada zaman beliau dalam mengabdi kepada harta-benda materi dan syahwat-syahwat-badaniah. Hal ini sebagai isya- rat pula bagi kedatangan ajaran Islam yang senantiasa melalui jalan tengah yang akan dibawa oleh Roh Kebenaian Nabi Muhammad i^.w. yang mereka sendiri telah diberitahukan oleh Tuhan mengenai hal itu, dan bahwa Nabi Muhammad s.a.w. akan mengajari mereka tentang segala sesuatunya.

1) Imam Gazali mengadakan perumpamaan, bahwa bagi orang mukaUaf (dewasa) wajib

269

Page 247: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

meyakinkan tentang faedah ibadat secara global, tidak untuk mendalami . detailnya satu persatu, dan hal itu wajib diserahkan kepada ilmu Allah s.w.t.; tak ubahnya seperti obat. Orang sakit mengetahui dengan pengalaman atau karena percaya kepjjda doklei, bahwa obat itu dapat menyembuhkan penyakit, pada hal ia tidak mengetahui faedah kenapa ia harus terdiri dari bagian-bagian bahan campuran itu, ada yang sedikit seperti sebuah biji gandum atau duabiji, dan sebagian lagi ada yang satu aok (1 aok kira-kira 42£ grm; pen). Dan itu terserah kepada ilmu dokter sendiri.

1) Seperti bunyi lonceng atau pembicaraan Maiaikat sebagaimana tersebut dalam hadits kedua dari Sahih Bukhaxi.

Yakni tidak boleh dibahas tentang hakikat sifat-sifatNya seperti keterangan yang lalu.

2if Karena akal itu tidak bisa menyelami apa yang mustahil dapat diketahuinya, yang y tidak ada jalan Iain kecuali menyerahkan diri dengan jalan menyuruh akal berhenti di- tempat sebagai tanda iman.

3) Artinya, mereka para Rasul mengajak manusia kepada Tuhan dan mangabdi kepadaNya menurut cara-cara yang teteh ditentukan oleh Agama, bukan dengan memakai perantara-perantara diantara makhluk-Nya.

1) Yakni kemusykilan persoalan kaum buruh dan persoalan anarkisme dengan berbagai- bagai macamnya sebagai akibat yang ditimbulkan oleh persoalan buruh itu. Dan seluruh dunia Eropah menjadi kagum, bahwa persoalan ini dapat diselesaikan oleh satu segi saja dari ajaran Islam yakni kewajiban membayar Zakat dan adanya perintah bersedekah. Sedang pihak yang bersangkutan dengan segala senang hati melakukannya karena dapat mengharapkan pahala bahagia diakhirat, disamping lebih mendorong ‘orang supaya giat berusaha.

2) Salah satu di antara Panca-indera. 1) Bahwa perasaan ingatan kepada

adanya kekuatan yang gaib di dalam alam ini adalah telah menjadi

269

Page 248: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

perasaan naluxi manusia itu sendiri. Tetapi kekuatan itu ialah kepunyaan Allah- sendiri. Maka tidak boleh ditunjukkan kepada yang lain walaupun kepada Nabi atau wali sekalipun.

1) Yakni, sesungguhnya sembahyang saya dan segala macam ibadat saya, hidup dan mati saya dan yang sesudah mati (hari akhirat), semua itu adalah bagi Allah. Saya tidak akan berbuat untuk mencari keredhaan orang lain selain Allah itu, dan tidak pula akan minta pertolongan kepada orang lain secara maknawi, tetapi hanya kepada-Nya saja, lagi menurut segala aturan dan hukum- hukumNya.

1) Pengarang menyebutkan dalam kuliahnya, bahwa ada tiga ciri pokok bagi taklid. 1) Yang dimaksud adalah agama Nasrani, pen.

1) Periksalah tafsir firman Allah s.w.t. (2:137) ‘Telah berlaku sebelum kamu aturan-aturan Ilahi", dan begitupun pendapat pengarang dalam Tafsimya Al-Manar jilid 11, atau pada halaman 138 jilid yang ke IV.

1) Lihat tafsir ayat ini dan apa yang diucapkan pengarang dalam komentarnya dalam Tafsir Al-Manar jilid IV, atau dalam Majallah Al-Manar penerbitan yang ke-X halaman 571, - 572, - 650, - 72>, - 731.

1) Kandungan sebuah Hadis yang marfu’ yang diriwayatkan oleh Thabrani dalam Kitab Al-Awsath, dengan sanadnya Abi Huxaixah.

1) Yakni ajaran ilmu-ilmu itu yang berisi tuntunan bagaimana cara mengatur masya-

rakat; dan yang mengandung berbagai-ilmu kesenian dan perekonomian (per-

industrian) dsb. 1) Seperti Syathiby dalam

269

Page 249: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Kitabnya ”A1-Ftisham” dan Muhammad Al-Birkway dalam Kitabnya ”At-Tharieqatul Muhammadiyah”.

1) Orang yang sakit ini yang telah sembuh dari penyakit-penyakit kebodohan taklid dan menjilat kepada raja-raja dan kepala-kepala Agama, telah disusul lagi dengan penyakit-penyakit yang lain yang sangat berbahaya dewasa ini yang ditimbulkan oleh pengabdian kepada benda (materiatisme); kebobrokan yang terdapat dalam agama, budi-pekerti, dan membiarkan menulamya perbuatan- perbuatan nista. Dan tak ada obatnya semua itu kecuali dengan obat Islam, dan dimana saja obat itu dapat digunakannya sendiri dan keluarganya untuk membasmi racun-racun penyakit yang bersaiang dalam tubuhnya sejak dari penyakit yang tersebut pertama itu.

2) Mengenai hal ini silakan baca ’’Konfrontasi Islam dan Kristen dalam Ilmu dan Kebudayaan” (AHslam wan Nashraniyah ma’al ’Ilmi wal Madaniyah) yang ditulis oleh pengarang sendiri, rahimahullah. Beliau dalam Kitab ini telah menyempurna- kan apa yang telah dijanjikannya disini. Ia adalah suatu Kitab yang tidak boleh diliwatkan membacanya oleh setiap orang zaman sekarang. Bahkan salah seorang tokoh terkemuka Islam pemah mengatakan, bahwa Kitab itu sepantasnya dibaca sekali dalam tiap tahunnya. Dan disini para pembacaannya akan mendapat- Van penjelasan-penjelasan penting bagi persoalan-persoalan yang banyak dising- gung di dalam Kitab

269

Page 250: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Risalah ini secara singkat. 1) Yakni wajiblah mengartikan berita itu

menurut makna yang sesuai dengan kesudan Ilahi yang telah ditetapkan oleh dalil-dalil nakal (Al-Quran dan Sunnah) dan dalil akal yang ditunjukkan dengan gaya-gaya bahasa tertentu, dengan menginsyafi, bahwa segala apa yang disifatkan kepada Allah untuk diriNya telah disampaikan dengan memakai kata-kata yang telah pula dipakai oleh manusia terhadap makhlukNya, seperti berbagai istilah ilmu penge-tahuan dan berbagai cabang kesenian. Maka itu tidak berarti, bahwa apa yang dipakai untuk menyipatkan Allah itu sama persis dengan sifat yang dipakai oleh makhluk dalam segala-seginya. Tetapi adalah sekedar munasabah (persamaan) yang terbatas pula. Maka begitulah sifat Ilmu Allah, Kodrat, Kalam, Rahmat, Kasih sayang dan murahNya, bukanlah merupakan hal-ihwal dan sifat- sifat hati seperti yang ada pada manusia itu. Tangannya, anak-anak jarinya bukanlah sama dengan keadaan anggota manusia; BudiNya, dan caraNya member] rezeki, dan duduk bersilaNya diatas ’Arasy (Istiwa’) bukanlah sama dengan gerakan-gerakan anggota badan manusia. Dan tetapi itu tidak berarti, bahwa makna-makna yang dikandungnya itu berlain seluruhnya dengan yang ditunjukkan oleh madlul lafaznya. Begitulah pengertian kaum Salaf tentang memahamkan kata; "Istiwa” itu, yakni arti katanya yang telah sama dimaklumi (bersila); tetapi bagaimana caranya tidaklah diketahui, terserah kepada Tuhan sendiri Dan begitu pula tentang masalah melihat Tuhan (Ru’yat).

269

Page 251: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

Dan kaidah kaum Salaf dalam hal itu ialah, bahwa Tuhan bersifat dengan sifat-sifat yang melekat pada diriNya tanpa tamsil dan tanpa takwil sebagaimana terdahulu keterangannya.

2) Artinya perkara-perkara Agama yang merupakan thema Kerasulan dan meriyam- paikan berita yang datang dari Allah.

1) Kebanyakan dari Sunnah yang mutawatir adalah yang berkenaan dengan ibadat amaliyah seperti halnya dengan sembahyang dan haji. Dan adapun hadits-hadits qauliyah yang mutawatir, maka dapat dikatakan banyak sekali jumlahnya.

2) Yakni, bahwa takwil dengan syarat-r.yarat seperti ini, tidaklah menafikan bagi sah Islamnya seseorang. Maka karenanya tidaklah boleh mengkapirkan orangnya, kecuali bila ia tidak mematuhi ketentuan syarat-syarat itu tadi. Dan inilah pendirian kaum ahli Sunnah wal Jama’ah.

1) Pada hakekatnya yang bisa melihat (mencapai) itu adalah roh, sedang indera mata itu hanyalah sebagai alat belaka. Dan telah menjadi ketetapan berdasarkan pengalaman-pengalaman para sarjana di Timur maupun di Barat dewasa ini, bahwa sebagian diantara manusia ada yang bisa melihat dan membaca dalam keadaan mata tertutup, yang mereka namakan dengan membaca dengan fikiran hipnotis, dan ia melihat dari sesuatu benda sebagiannya, tidak yang lainnya dalam keadaan dirinya seperti tidur. Dan ada pula orang yang memandang sesuatu yang jauh dibelakang tabir penglihatannya

269

Page 252: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

persis seperti melihat orangnya sendiri padahal ia di Mesir sedang sahabat karibnya itu jauh di Iskandariah, tetapi jelas tampak

baginya keluar rumah menuju arah stasion kereta api—seperti yang dijelaskan dalam halaman 152 yang lalu. Maka apabila yang seperti ini bisa terjadi dalan. dunia dengan perbedaan apa yang dilihat oleh masing-masing manusia—maka apakah patut bagi orang yang berakal untuk merasa musykil terhadap apa yang lebih hebat dari itu lagi dalam surga,' pada hal ia adalah mengenai alam yang gaib yang sunnah dan peraturannya berbeda dari alam yang tampak sekarang ini Dan dapatkati kemusykilan orang-orang yang mengingkari melihat Tuhan itu kecuali dengan suatu sebab yang mengkiaskan alam dunia ini dalam hal peng-lihatan dan yang bisa dilihat? Dan kias yang seperti itu adalah kias yang batil, dan kebatilannya itu dalam apa yang dilihat adalah lebih jelas lag! Dan saya telah memaparkai masalah ini dalam Tafsir Al-Manai dengan penjelasan yang pan- jang lebar. Silakan lihat tafsir ayat 142 dari Surat Al-A’raf halaman 122-178, jilid yang ke IX.

1) Demikian pula Al-Hulaimi yang termasuk tokoh terkemuka mereka juga. 1) Berkata sebagian para ahli Tafsir dalam menafsirkan firman Allah (,.Berkata

seorang yang mempunyai pengetahuan dari Kitab Allah: ’’Saya sanggup mem

bawa mahligai raja Balqis kepada engkau (Sulaiman) sebelum kedipan mat3 engkau kembali”), bahwa yang berkata begitu itu adalah wazir Sulaiman sendiri yang bernama Ashif bin Barkhaya. Pengarang

269

Page 253: RISALAH TAUHID · 2015. 3. 7. · Dalil atas bijaksananya Allah dalam segala perbuatan-perbuatanNya . . 86 39. Adanya hikmat dan terbuktinya janji yang mengandung harapan dan an-

menyebutkan nama Ashif itu, tetapi nama ini tidak pernah ada tersebut dalam Al-Quran, dan tidak pula da-lam Hadits yang marfu’, tetapi hanya tersebut dalam cerita-cerita dongeng kauir Bani Israil. Dan berkata pula sebagian ahli Tafsir yang lain, bahwa orang yang di- maksud dalam ayat itu adalah Sulaiman sendiri dan pendapat ini dikuatkar oleh Naisaburi; dan berkata pula yang lain, bahwa ia adalah malaikat Jibril, dar ahli Tafsir yang lain lagi mengatakan: malaikat yang lain dari Jibril. Ringkasnya bahwa persoalan menghadirkan mahligai Balqis itu adalah suatu mu’jizat bag Nabi Sulaiman ’alaihissalam, yang tidak dapat dijadikan hujjah bagi masalal keramat. Demikian pula apa yang mereka katakan tentang masalah rezeki yanj diberikan Tuhan kepada Sitti Maryam yang berupa buah-buahan musim pa nas yang datang dimusim dingin, dan yang sebaliknya, adalah merupakan hadit yang tidak sah yang tidak pernah terdapat dalam hadits yang marfu’. Ma ka hal itu juga adalah termasuk dongeng-dongeng cerita kaum Bani Israil,- sebagai mana yang kami jelaskan dalam Tafsir Al-Manai.

269