ringkasan perkuliahan dasar dasar mipa
TRANSCRIPT
Tugas Terstruktur Pengganti MID Semester
Mata Kuliah Dasar-Dasar MIPA
Rangkuman Materi yang Telah Dipelajari
Disusun Oleh : Puji Lestari (F03112068)
Mahasiswi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Tanjungpura, Pontianak 2014
Pertemuan ke-1 :
Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu bersinggungan dengan bagian-bagian filsafat epistemologi, yaitu bagaimana
ilmu pengetahuan ditemukan ; ontologi, yaitu hakikat ilmu pengetahuan; dan aksiologi, yaitu
makna ilmu pengetahuan.
Pertemuan ke-2 :
Paradigma Lama Vs Paradigma Baru Dalam Hidup Ini
Paradigma Lama Paradigma Baru Iplikasi
1. Determinisme : paham
yang menganggap
bahwa hanya ada satu
kebenaran.
Indeterminisme : paham yang
menganggap bahwa terdapat
banyak kebenaran yang bebas
tidak terbatas.
Setiap saat ada kesempatan
terbuka untuk hal-hal yang
baru.
2. Mesin Makhluk hidup (organisme) Kaitannya dengan dunia
adalah dicontohkan dengan
hubungan antara makhluk
hidup
3. Terpisah Berhubungan Empati, kepada sesama dan
yang bukan manusia
4. Atom Bidang Setiap kegiatan kita
menyebabkan efek yang
terbatas
5. Jumlah tepat Struktur berhubungan Kepekaan saya terhadap pola
adalah kunci untuk mengerti
6. Pengamatan Interaksi Saya menerima perubahan
yang saya temui.
7. Kontrol Kesertaan Saya berkomitmen untuk
berjanji pada dunia.
8. Kompetisi Kerjasama Saya saling mencari
keuntungan
9. Kebebasan adalah ilusi Kreativitas Saya bersedia untuk
mengubah persepsi baru.
Pertemuan ke-3 :
Menemukan Pengetahuan
Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui
pengamatan akal. Pengetahuan merupakan hasil dari proses mencari tahu, dari yang tadinya tidak
tahu menjadi tahu, dari tidak dapat menjadi dapat. Dalam proses mencari tahu ini mencakup
berbagai metode dan konsep-konsep, baik melalui proses pendidikan maupun melalui
pengalaman. Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya pendidikan,
media, serta pengalaman atau informasi.
Pengetahuan dapat diperoleh kebenarannya dengan cara non-ilmiah dan ilmiah. Pada
pendekatan non ilmiah ada beberapa pendekatan yakni akal sehat, intuisi, prasangka, penemuan
coba-coba, dan pikiran kristis. Sedangkan pendekatan ilmiah adalah pengetahuan yang
didapatkan melalui percobaan yang terstruktur dan dikontrol oleh data-data empiris. Dengan
melakukan pengamatan terhadap objek yang akan diamati kemudian mengumpulkan data yang
didapat yang disesuaikan dengan prosedurnya. Setelah itu data kita analisis menggunakan
penalaran yang sahih agar didapatkan suatu kesimpulan yang benar.
Pertemuan ke-4 :
Pengetahuan, Manusia, dan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan terbagi menjadi empat, yaitu:
Filsafat/teologi
MIPA
Sosial/budaya
Teknologi
Manusia
Manusia merupakan makhluk yang memiliki sifat historisitas, individualitas, dan sosialitas.
1. Historisitas.
Historisitas menunjukkan bahwa segala peristiwa yang dialami manusia selalu berada
dalam konteks ruang dan waktu.
2. Individualitas
Individu berasal dari kata in dan devided. Dalam Bahasa Inggris in salah satunya
mengandung pengertian tidak, sedangkan devided artinya terbagi. Menurut pendapat Dr.
A. Lysen individu berasal dari bahasa latin individum, yang artinya tak terbagi. Manusia
lahir merupakan sebagai makhluk individual yang makna tidak terbagi atau tidak terpisah
antara jiwa dan raga.
3. Sosialitas
Sebagai makhluk individu manusia juga tidak mampu hidup sendiri artinya mansuia juga
harus hidup bermasyarakat. Manusia sebagai makhluk sosial adalah manusia yang
senantiasa hidup dengan manusia lain (masyarakatnya).
Pendidikan
Pendidikan didasarkan pada dua teori yaitu teori belajar konstruktivisme dan teori belajar
absolutism. Teori belajar konstruktivisme mempunyai realitas yang jamak, sedangkan teori
belajar absolutism memiliki realitas tunggal. Kedua realitas tersebut harus disesuaikan
kembali dengan dunia nyata yang diuji kembali oleh para ilmuan sehingga terciptalah
pengalaman. Berdasarkan pengalaman tersebut dengan adanya kemampuan berpikir dan
kemahiran bahasa maka akan tercipta sebuah konsep. Maka terbentuklah sebuah konsepsi
untuk menjawab pertanyaan terhadap suatu konsep apakah benar atau tidak. Untuk menguji
kebenaran suatu pengetahuan harus didasarkan pada hasil analisis yang shahih dari data yang
dikumpulkan dengan prosedur yang benar sebagai hasil pengamatan pada sasaran yang tepat.
Cara mempertanggungjawabkan kebenaran merujuk pada empat teori yaitu:
1. Fondasionalisme
2. Koheretisme
3. Internalisme
4. Eksternalisme
Jenis kebenaran terbagi menjadi 4 jenis yaitu:
1. Kebenaran konsensus
Suatu pernyataan dikatakan benar apabila dihasilkan dari suatu konsensus bersama
(kesepakatan).
2. Kebenaran nalar
Kebenaran nalar adalah kebenaran yang bersifat tautologis dan tidak menambah
pengetahuan mengenai alam. Kebenaran ini terdapat dalam logika dan matematika yang
didasarkan pada penyimpulan deduktif serta berlainan dengan kebenaran faktual.
Kebenaran nalar bersifat mutlak.
Kebenaran nalar didasarkaan pada teori kebenaran koherensi dan korespondensi.
3. Kebenaran subjektif
Kebenaran subjektif adalah suatu kebenaran yang berasal dari persepsi pengamatan atau
penalaran masing-masing.
Kebenaran subjektif didasarkan pada teori kebenaran pragmatic.
4. Kebenaran objektif
Kebenaran yang berasal dari peresesuaian antara apa yang diketahui dengan fakta atau
realita.
Teori Kebenaran merupakan cara bagaimana kebenaran ditemukan. Teori kebenaran
terbagi menjadi tiga, yakni :
a. Teori Kebenaran Koherensi, yaitu teori yang mendasarkan suatu kebenaran pada
kesesuaian suatu pernyataan-pernyataan lain yang sudah lebih dahulu diketahui, diterima
dan diakui kebenarannya.
b. Teori Kebenaran Korespodensi, yaitu teori yang mendasarkan suatu kebenaran
pada kesesuian dengan fakta , realitas dan situasi aktual.
c. Teori Kebenaran Pragmatik, yaitu teori yang mendasarkan suatu kebenaran pada
pernyataan yang mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.
Berdasarkan teori kebenaran, maka muncullah jenis kebenaran yang terbagi menjadi
lima, yakni :
1. Kebenaran logis, yaitu suatu kebenaran yang berasal dari konsep kebenaran itu
sendiri.
2. Kebenaran subjektif, yaitu suatu kebenaran yang berasal dari persepsi pengamatan
atau pengalaman masing-masing.
3. Kebenaran objektif, suatu kebenaran yang berasal dari persesuaian antara apa
yang diketahui dengan fakta.
4. Kebenaran fragmatism, yaitu kebenaran yang berasal dari apa yang dilakukan
oleh orang banyak dan dianggap benar.
5. Kebenaran konsensus, yaitu kebenaran yang berasa dari hasil kesepakatan.
Untuk mempertanggungjawabkan kebenaran, maka muncul teori pembenaran yang
terbagi menjadi empat, yakni :
1. Fondasionalisme, yaitu kebenaran yang paling mendasar.
2. Koherentisme, yaitu kebenaran dengan kesesuaian teori-teori yang ada.
3. Internalisme, yaitu kebenaran yang dapat diterima oleh diri sendiri.
4. Eksternalisme, yaitu kebenaran yang dapat diakui oleh masyarakat umum.
Pertemuan ke-5 :
Quantum Learning
Dalam Quantum Learning terdapat tiga bagian yang perlu dipahami, yaitu moda dalam
menerima informasi, moda mengolah informasi, dan kemampuan penggolongan dan analogi
verbal.
Moda dalam menerima informasi dapat dibagi menjadi tiga, yaitu visual, auditorial, dan
kinestetik. Orang-orang visual cenderung memiliki kecepatan bicara cepat, kata-kata khas dalam
pembicaraan; “Menurut pandangan saya…”. Orang-orang auditorial cenderung memiliki
kecepatan bicara sedang , kata-kata khas dalam pembicaraan: “Aku mendengar apa yang kamu
katakan.” Sedangkan orang-orang kinestetik cenderung memiliki kecepatan bicara lebih lambat,
kata-kata khas pembicaraan: ‘Saya merasa sepertinya anda …”.
Moda mengolah informasi dapat kita tentukan dengan menandai dua buah pilihan yang
menggambarkan diri kita dari setiap kelompok kata yang disediakan pada tes. Setelah
menyelesaikan tes, masukkan hasil tersebut ke dalam grafik. Dari grafik tersebut dapat kita lihat,
diri kita masuk ke dalam pemikir sekuensial konkret, pemikir acak abstrak, pemikir acak
konkret, atau pemikir sekuensial abstrak.
Kemampuan penggolongan dapat kita ketahui dengan memilih kata yang bukan
merupakan bagian dari golongan, dan analogi verbal dengan memasang kata yang bukan analogi
dari sistem.
Pertemuan ke-6 :
Logika
Sebuah logika didapat dengan mencari tahu. Cara yang dilakukan oleh subjek pencari
tahu dengan menangkap realita, mengumpulkan data objek yang dicari tahu, untuk kemudian
dianalisis. Dari hasil analisis tersebut, didapatlah istilah a dan b yang membentuk sebuah
konsepsi yang berasal dari konsep yang sebenarnya. Setelah itu kita dapat membuat kesimpulan
dengan hipotesis (jika…maka…) ataupun kategoris berdasarkan kuantitas subjek.
Kuantitas subjek dapat dibagi menjadi semua atau sebagian dari pernyataan a atau b.
Antara pernyataan a dan pernyataan b itu disebut silogisme. Silogisme merupakan bentuk
penalaran yang menghubungkan dua proposisi yang berbeda untuk menurunkan suatu
kesimpulan. Setiap silogisme terdiri atas :
1. Premis mayor : proporsi yang dianggap benar untuk semua anggota suatu kelas
2. Premis minor : proporsi yang mengidentifikasi sebuah fenomena yang khusus sebagai
anggota suatu kelas.
3. Kesimpulan : proporsi yang mengatakan bahwa apa yang benar bagi semua juga
benar bagi anggota tententu.
Proposisi kategoris adalah suatu pernyataan yang terdiri atas hubungan 2 term sebagai
subjek dan predikat serta dapat dinilai benar atau salah. Hubungan ini berbentuk pengiyaan atau
pengingkaran. Proposisi kategorik terdiri atas empat unsur, dua di antaranya merupakan materi
pokok proposisi, sedang 2 yang lain sebagai hal yang menyertainya.