ring kasan

8
Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan tanaman tahunan yang memiliki buah dengan rasa manis, asam berpadu sedikit sepat. Bagian buah manggis secara umum terdiri atas daging buah dan kulit buah (perikarp). Kulit buah manggis diketahui memiliki jumlah rendemen yang lebih besar daripada daging buahnya yaitu 66.67% dan tersusun atas senyawa polifenol yang cukup banyak, diantaranya adalah antosianin, tannin, xanthone, dan senyawa asam fenolat. Xanthone dan turunannya merupakan salah satu senyawa antioksidan yang efektif dalam mencegah terbentuknya penyakit kanker, antibakteri, dan sifat fungsional lain yang memiliki kemampuan beberapa kali lipat dari vitamin C dan E Kanker adalah suatu penyakit yang terjadi pada tubuh dimana pertumbuhan sel atau jaringan yang abnormal dan tumbuh (berproliferasi) terus menerus. Hal ini yang ditandai dengan hilangnya fungsi kontrol pada sel terhadap regulasi siklus sel, apoptosis, maupun fungsi homeostatis sel pada organisme multiseluler. Sel kultur (cell line) adalah sel yang digunakan dalam penelitian yang dikembangkan dan ditumbuhkan/berploriferasi pada media kutur secara in vitro. Sel kultur dapat diambil dari jaringan asal ataupun memperbanyak sel yang sudah ada. Dalam kultur sel selalu terkontrol dan terjaga aseptiknya. Dalam penelitian tingkat in vitro banyak digunakan sel-sel kultur, seperti penelitian dalam uji senyawa atau ekstrak obat baru, dilakukan penelitian tingkat kultur. Sel kultur juga disebut continous cell line. Continous cell line sering dipakai dalam penelitian kanker secara in vitro karena mudah penangannya, memiliki kemampuan replikasi yang tidak terbatas, homogenitas yang

Upload: ida-ayu-sinthia-pradnyaswari

Post on 21-Jan-2016

21 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

flavanoid

TRANSCRIPT

Page 1: Ring Kasan

Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan tanaman tahunan yang memiliki buah dengan rasa

manis, asam berpadu sedikit sepat. Bagian buah manggis secara umum terdiri atas daging buah dan

kulit buah (perikarp). Kulit buah manggis diketahui memiliki jumlah rendemen yang lebih besar

daripada daging buahnya yaitu 66.67% dan tersusun atas senyawa polifenol yang cukup banyak,

diantaranya adalah antosianin, tannin, xanthone, dan senyawa asam fenolat. Xanthone dan

turunannya merupakan salah satu senyawa antioksidan yang efektif dalam mencegah terbentuknya

penyakit kanker, antibakteri, dan sifat fungsional lain yang memiliki kemampuan beberapa kali lipat

dari vitamin C dan E

Kanker adalah suatu penyakit yang terjadi pada tubuh dimana pertumbuhan sel atau jaringan yang

abnormal dan tumbuh (berproliferasi) terus menerus. Hal ini yang ditandai dengan hilangnya fungsi

kontrol pada sel terhadap regulasi siklus sel, apoptosis, maupun fungsi homeostatis sel pada

organisme multiseluler.

Sel kultur (cell line) adalah sel yang digunakan dalam penelitian yang dikembangkan dan

ditumbuhkan/berploriferasi pada media kutur secara in vitro. Sel kultur dapat diambil dari jaringan

asal ataupun memperbanyak sel yang sudah ada. Dalam kultur sel selalu terkontrol dan terjaga

aseptiknya. Dalam penelitian tingkat in vitro banyak digunakan sel-sel kultur, seperti penelitian

dalam uji senyawa atau ekstrak obat baru, dilakukan penelitian tingkat kultur.

Sel kultur juga disebut continous cell line. Continous cell line sering dipakai dalam penelitian kanker

secara in vitro karena mudah penangannya, memiliki kemampuan replikasi yang tidak terbatas,

homogenitas yang tinggi serta mudah diganti dengan frozen stock jika terjadi kontaminasi (Burdall et

al., 2003).

Dalam Penelitian tingkat kultur sel banyak sekali sel sel kultur yang digunakan antara lain: Untuk sel

kanker payudara yaitu sel MCF7 dan T47D, Sel kanker leher rahim (serviks) yaitu sel HeLa dan Raji,

Sel Kanker kolon yaitu sel WiDr dan HCT-116, Sel Normal yaitu sel Vero (sel normal dari Kera) dan

sel-sel kultur lainnya.

Berikut sedikit penjelasan beberapa sel kultur yang sering digunakan untuk penelitian di indonesia.

Sel kultur MCF7 (Sel Kanker Payudara)

Sel MCF-7 adalah salah satu model sel kanker payudara yang banyak digunakan dalam penelitian.

Sel tersebut diambil dari jaringan payudara seorang wanita Kaukasian berumur 69 tahun golongan

Page 2: Ring Kasan

darah O, dengan Rh positif, berupa sel adherent (melekat) yang dapat ditumbuhkan dalam media

penumbuh DMEM atau RPMI yang mengandung foetal bovine serum (FBS) 10% dan antibiotik

Penicilin-Streptomycin 1% (Anonim, 2007). Sel MCF-7 memiliki karakteristik antara lain resisten agen

kemoterapi (Mechetner et al., 1998; Aouali et al., 2003), mengekspresikan reseptor estrogen (ER +),

overekspresi Bcl-2 (Butt et al., 2000; Amundson et al., 2000) dan tidak mengekspresikan caspase-3

(Onuki et al., 2003; Prunet et al., 2005). Sel MCF-7 tergolong cell line adherent (ATCC, 2008) yang

mengekspresikan reseptor estrogen alfa (ER-α), resisten terhadap doxorubicin (Zampieri dkk., 2002),

dan tidak mengekspresikan caspase-3 (Onuki dkk., 2003; Prunet dkk., 2005). Morfologi sel MCF-7

pada perlakuan EP dan FKP. Uji dilakukan dengan menginkubasi 5×103 sel MCF-7 dengan EP (25-100

µg/mL) dan FKP (10-500 µg/mL) selama 48 jam.

Sel kultur T47D (Sel Kanker Payudara)

Sel T47D merupakan continous cell line yang diisolasi dari jaringan tumor duktal payudara seorang

wanita berusia 54 tahun. Sel T47D memiliki morfologi seperti sel epitel. Sel ini dikulturkan dalam

media DMEM + 10% FBS + 2 mM L-Glutamin, diinkubasi dalam CO2 inkubator 5% dan suhu 370C

(Abcam, 2007)

Sel kanker payudara T47D mengekspresikan protein p53 yang termutasi. Misssence mutation terjadi

pada residu 194 (dalam zinc-binding domain, L2), sehingga p53 tidak dapat berikatan dengan

response element pada DNA. Hal ini mengakibatkan berkurang bahkan hilangnya kemampuan p53

untuk regulasi cell cycle. Sel T47D merupakan sel kanker payudara ER/PR-positif (Schafer et al.,

2000). Induksi estrogen eksogen mengakibatkan peningkatan proliferasinya (Verma et al., 1998). Sel

T47D merupakan sel yang sensitif terhadap doksorubisin (Zampieri et al., 2002).

APOPTOSIS

1. I. Mengetahui Mekanisme Apoptosis.

Apoptosis merupakan suatu proses kematian sel yang terprogram, diatur secara genetik, bersifat

aktif, ditandai dengan adanya kondensasi chromatin, fragmentasi sel dan pagositosis sel tersebut

oleh sel tetangganya, serta merupakan proses penting dalam pengaturan homeostasis normal,

proses ini menghasilkan keseimbangan dalam jumlah sel jaringan tertentu melalui eliminasi sel yang

rusak dan proliferasi fisiologis dan dengan demikian memelihara agar fungsi jaringan normal

(Bimantara, 2009). Secara kronologis tahapan yang terjadi adalah yang pertama fragmentasi DNA,

selanjutnya penyusutan dari sitoplasma, perubahan pada membran, yang terakhir kematian sel

Page 3: Ring Kasan

tanpa lisis atau tanpa merusak kematian sel tetangga (Anonim, 2009 (b)).

Mekanisme terjadinya Apoptosis adalah akibat dikatifkannya beberapa sinyal yang mencetuskan

kematian, berkisar dari kurangnya faktor atau hormon pertumbuhan, sampai interaksi Ligand –

reseptor positif dan agent-agent lesi spesifik sebagai tambahan ada koordinasi tapi sering pula ada

hubungan yang berlawanan antara pertumbuhan sel dan apoptosis sebenarnya.

1. Peran aktivitas

Mekanisme terjadinya apopotosis untuk tiap sel berbeda-beda. Aktivasi mekanisme apoptosis untuk

tiap sel tertentu disebabkan oleh aktivitas yang berbeda-beda pula.

1. Kadar ion kalsium

Apabila terjadi aktivitas stimulus terhadap sel dan aktivitas apoptosis , akan terjadi peningkatan

kadar ion Ca++ didalam inti sel. Ion Ca++ ini mengaktifkan enzim Kalsium dependen Nuklear Indo

Nuklease yang terdiri dari Endonoklease, Protease Transglutaminase.

1. Reseptor Makrofag.

Proses Fagositosis terhadap apoptotic bodies atau sel lain ditentukan oleh reseptor yang ada di

permukaan makrofag atau sel fagosit tersebut: contoh sel makrofag yang mengandung viktonektin

reseptor, suatu beta 3 integrin, memudahkan fagositas apoptotic netropil.

1. Regulasi genetik

Beberapa gen bila distimulasi akan menyebabkan apoptosis, seperti Heta shock protein dan proto

onkogen. Tetapi stimulasi gen ini tidak berhubungan langsung dengan proses mulainya apoptosis

(Bimantara, 2009).

Fragmentasi inti DNA yang cepat dan teratur sudah sejak lama dianggap pertanda utama dari

apoptosis. Sinyal apoptosis dapat berasal dari luar maupun dari dalam sel. Dari luar sel, sinyal

apoptosis dibawa oleh Sel T, yaitu protein Fas atau sinyal kematian lainnya misalnya protein Tumor

Necrosis Factor (TNF). Bila protein-protein tersebut berikatan dengan masing-masing reseptornya,

maka proses apoptosis dimulai. Sinyal apoptosis tersebut ditangkap oleh death domain yang

teraktivasi oleh kehadiran Fas dan TNF. Sebelum dilanjutkan, apoptosis diyakinkan kembali untuk

diteruskan atau dihambat melalui mekanisme seleksi oleh protein FLIP (Flice/caspase-8 inhibitory

protein). Ekspresi yang berlebihan dari FLIP, akan menyebabkan proses apoptosis terhenti. FLIP inilah

sebagai penyeleksi awal dan memastikan apakah sel layak atau tidak. Model penghambatan

Page 4: Ring Kasan

apoptosis melalui mekanisme FLIP terjadi pada apoptosis ekstrinsik yaitu mekanisme apoptosis

dengan sinyal kematian berasal dari luar sel. Bila ekspresi FLIP rendah, maka sinyal kematian akan

diteruskan oleh mediator apoptosis selanjutnya yaitu caspase-8.

Lingkungan sekitar dapat mempengaruhi kondisi sel. Beberapa protein dapat terekspresi pada

kondisi lingkungan yang ekstrem. Protein Bax, yang merupakan anggota keluarga protein Bcl-2,

merupakan protein pembawa sinyal apoptosis dari dalam sel. Ekspresi yang berlebihan dari Bax

dalam sitoplasma, dapat menyebabkan membran mitokondria berlubang. Mitokondria adalah organ

sel yang berfungsi sebagai tempat pembangkit energi sel. Rusaknya membran mitokondria

menyebabkan sel kehilangan energi dan salah satu protein terpenting di dalamnya, yaitu

cytochrome C lepas menuju sitoplasma. Sebelum Bax merangsek membran mitokondria, kerja

protein tersebut harus mendapat izin terlebih dahulu dari protein Bcl-2. Bila tidak mengantongi izin,

maka ekspresi protein Bcl-2 akan meningkat dan mendesak keberadaan protein Bax sehingga

apoptosis tidak terjadi. Kehadiran cytochrome C di dalam sitoplasma dapat menyebabkan

teraktivasinya protein Apaf-1, yang nantinya bersama-sama dengan caspase-9 akan melanjutkan

perjalan akhir dari sinyal kematian. Mekanisme tersebut merupakan bagian dari jalur apoptosis

intrinsik, yang dilihat dari asal sinyal kematian yaitu dari dalam sel. Perjalanan akhir sinyal apoptosis,

akan dieksekusi oleh salah satu anggota keluarga protein caspase, yaitu caspase-3. Bila sinyal

apoptosis sudah mencapai caspase-3, maka kepastian dari apoptosis sudah final. Caspase-3 akan

memotong-motong protein histon yang berfungsi mengikat rangkaian DNA, menjadi beberapa

bagian. Salah satu ciri khas dari sel yang mengalami apoptosis yaitu bentuk sel menjadi bulatan-

bulatan kecil. Berbeda dengan kematian sel akibat nekrosis yang berbentuk tidak beraturan, bentuk

bulatan-bulatan kecil ini dimaksudkan untuk memudahkan dan meringankan tugas makrofage yang

berfungsi sebagai pencerna sel yang mati akibat apoptosis dan diangkut menuju sistem pembuangan

(Anonim, 2009 (d)).

Jika dilihat secara morfologi melalui mikroskop proses apoptosis akan terlihat beberapa tahapan

yaitu

1. Pengerutan sel

Sel berukuran lebih kecil , sitoplasmanya padat, meskipun organella masih normal tetapi tampak

padat.

2. Kondensasi Kromatin (piknotik)

Page 5: Ring Kasan

Ini gambaran apoptosis yang paling khas. Kromatin mengalami agregasi diperifer dibawah selaput

dinding inti menjadi massa padat yang terbatas dalam berbagai bentuk dan ukuran. Intinya sendiri

dapat pecah membentuk 2 fragmen atau lebih ( karyorhexis)

3. Pembentukan tonjolan sitoplasma dan apoptosis.

Sel apoptotik mula-mula menunjukkan “blebbing” permukaan yang luas kemudian mengalami

fragmentasi menjadi sejumlah badan apoptosis yang berikatan dengan membran yang disusun oleh

sitoplasma dan organella padat atau tanpa fragmen inti.

4. Fagositosis badan Apoptosis

Badan apoptosis ini akan difagotosis oleh sel-sel sehat disekitarnya, baik sel-sel parenkim maupun

makropag. Badan apoptosis dapat didegradasi di dalam lisosom dan sel-sel yang berdekatan

bermigrasi atau berproliferasi untuk menggantikan ruangan sebelumnya diisi oleh sel apoptosis yang

hilang (Bimantara, 2009).

Sedangkan fungsi dari apoptosis sendiri adalah

1. Sebagai respon stress atau kerusakan DNA

2. Sebagai upaya menjaga kestabilan jumlah sel

3. Mekanisme penghancuran sel-sel yang tidak berguna

4. Sebagai bagian dari pertumbuhan

5. Regulasi sitem Imun (Anonim, 2009 (c)).

II. Mengetahui Proses Nekrosis dan Degenerasi ditingkat sel.

Nekrosis merupakan sebuah kematian sel yang terjadi secara tidak alami. Tahapan dari kronologis

nekrosis adalah sebagai berikut :

1. pembengkakan sel

2. digesti kromatin

3. rusaknya membran (plasma dan organel)

4. hidrolisis DNA

5. vakuolasi oleh Retikulum Endoplasma

6. penghancuran organel

7. lisis sel (Anonim, 2009 (b)).

Page 6: Ring Kasan

Nekrosis umumnya disebabkan oleh faktor dari luar secara langsung. Misalnya kematian sel

dikarenakan kecelakaan, infeksi virus, radiasi sinar radio aktif atau keracunan zat kimia. Tanpa

adanya tekanan dari luar, sel tidak akan dapat mati secara nekrosis (Anonim, 2009 (d)). Macam –

macam dari nekrosis daiantaranya adalah

1. Nekrosis koagulativa : Nekrosis yang disebabkan oleh koagulasi dari protein sel, ini

merupakan nekrosis structural.

2. Nekrosis lemak : merupakan trauma dari jaringan lemak

3. Nekrosis gangrenosa : merupakan nekrosis iskemik yang disebabakan oleh kuman

4. Nekrosis fibrinoid : merupakan nekrosis yang disebabkan oleh timbunan fibrin.

Sedangkan untuk degenerasi sel ada beberapa macam diantaranya adalah

1. Degenerasi lemak : merupakan akumulasi lemak didalam sel, jadi pada sel berisi bercak

lemak kecil netral. dan terjadi infiltrasi lemak.

2. Degenerasi hialin : terjadi perubahan sel yang eosinofilik dan homogeny.

3. Degenerasi mukoid : Merupakan akumulasi mukopolisakarida didalam sel. Inti sel akan

terdesak ke tepi.

4. Degenerasi Zenker : Meruakan gangguan yang disebabkan oleh akumulasi asam laktit di

dalam sel.

5. Degenerasi amilod : Merupakan gangguan akibat timbunan amiloid. dan sering disebit

gangguan ini penyakit amiloidosis (Anonim, 2009 (j)).