ring kasan
TRANSCRIPT
TUGAS AUDIT MANAJEMEN
( MINGGU KE 6 )
Field Work Phase, Audit Techniques, CSA and Development
of Audit Findings
Oleh :
Oei Dyah AP ( 3093110 )
Jesseca ( 3093021 )
Rahel Putri Tj ( 3093954 )
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS BISNIS DAN EKONOMIKA
UNIVERSITAS SURABAYA
SURABAYA
2013
FIELDWORK PHASE
Berdasarkan pada daerah kritis yang diidentifikasi dalam tahap perencanaan serta langkah-langkah
kerja yang dirancang dalam tahap program kerja, terdapat dua hal yang dipertimbangkan dalam
Fieldwork Phase, yaitu:
apakah kebijakan review, dan prosedur terkait dan praktek sebenarnya diikuti, telah sesuai dengan
otoritas dasar, undang-undang, dan tujuan legislatif
apakah sistem prosedur operasi dan pengendalian manajemen efektif sesuai hasil kegiatan yang
dilakukan seperti yang diinginkan oleh manajemen puncak secara efisien dan ekonomis.
Dalam mencapai kesimpulan pada Fieldwork Phase harus mempertimbangkan 13 faktor khusus,
meliputi:
1. Managemen menggunakan standard atau tujuan untuk menilai prestasi, produktivitas, efisiensi, atau
pemanfaatan barang atau jasa.
2. Kurangnya kejelasan dalam instruksi tertulis yang akan berdampak pada kesalahpahaman,
pengaplikasian yang tidak konsisten, atau penyimpangan yang tidak dapat diterima.
3. Kapabilitas personil dalam menjalankan tugasnya.
4. Kegagalan dalam menerima tanggung jawab.
5. Kegagalan dalam mengendalikan operasi dan aktivitas dengan benar.
6. Duplikasi pekerjaan dalam departemen dan lintas departemen.
7. Penggunaan sumber daya keuangan yang tidak tepat atau boros.
8. Pola organisasi yang rumit
9. Penggunaan tenaga kerja yang tidak efektif
10. Penundaan dalam penyelesaian pekerjaan
11. Kebutuhan untuk, dan efektivitas, berbagai operasi dan unit pelayanan dalam kaitannya dengan biaya
pemeliharaan mereka.
12. Relevansi dan validitas kriteria yang digunakan untuk menilai efektifitas dalam mencapai hasil operasi
13. Kesesuaian metode yang digunakan untuk mengevaluasi efektivitas hasil pencapaian
Banyak teknik fieldwork yang berbeda digunakan dalam fieldwork phase. Namun alat yang paling baik
adalah kemampuan analisis dan akal sehat secara logis dalam berbagai kasus.
Teknik-teknik pada fieldwork phase (EXHIBIT 4.1) :
Review dokumetasi yang ada, misalnya kebijakan dan prosedur.
Menyiapkan bagan organisasi & fungsi job deskripsi yang saling terkait.
Analisis kebijakan, sistem dan prosedur.
Wawancara dengan pihak management dan personil operasi.
FIELD WORK TECHNIQUES
Banyak macam teknik yang digunakan dalam tahap pekerjaaan lapangan, tergantung pada
keadaan kondisi dan perjanjian. Namun, teknik terbaik adalah dengan akal sehat dan kemampuan
analitis yang baik.
1. Total Quality Management ( TQM )
Menggambarkan pendekatan manajemen untuk memperoleh kesuksesan jangka panjang
melalui kepuasan pelanggan. Dalam TQM, semua anggota sebuah organisasi berpartisipasi dalam
meningkatkan proses, produk, jasa, dan budaya di mana mereka bekerja. Dapat artikan secara singkat
yaitu sistem manajemen untuk organisasi yang berfokus pada pelanggan dan melibatkan seluruh
karyawan dalam perbaikan secara terus-menerus.
2. Participative Management
Tipe manajemen di mana karyawan di semua tingkat didorong untuk menyumbangkan ide-ide
ke arah mengidentifikasi dan menetapkan tujuan organisasi, pemecahan masalah dan keputusan lain
yang secara langsung dapat mempengaruhi mereka. Juga disebut konsultatif manajemen.
3. Benchmarking Strategies
Pengukuran kualitas kebijakan organisasi, produk, program, strategi dan perbandingan dengan
standar pengukuran serupa atau pengukuran sejenis. Tujuan pembandingan adalah untuk menentukan
apa dan dimana perbaikan diperlukan, untuk menganalisis bagaimana organisasi lainnya mencapai
tingkat kinerja tinggi, dan menggunakan informasi ini untuk meningkatkan kinerja.
4. Restructuring, Reengineering, and Reinventing
5. Principle-centered leadership
6. Revision of mental models
7. Spirituality in the workplace
8. Activity Based Costing / Management
Berbasis biaya karena berkaitan dengan pendekatan untuk melihat apakah yang menyebabkan
biaya – biaya tersebut dapat terjadi. Berbasis manajemen karena disini menambah kegiatan yang
mengandung nilai tambah dan mengurangi kegiatan yang tidak bernilai tambah dengan tujuan efisiensi
dan efektivitas.
9. Strategic, Long Term, Short Term, and Detail Planning
Bagaimana membuat perencanaan secara terinci dan strategi yang digunakan dalam
perencanaan jangka panjang maupun pendek.
10. Flexible budgeting
Proyeksi pendapatan dan pengeluaran di berbagai volume produksi atau penjualan. Tunjangan
biaya untuk setiap biaya dapat bervariasi karena penjualan atau produksi bervariasi.
11. Systems theory
Salah satu dari beberapa metodologi (seperti riset operasi, analisis sistem, sistem dinamika)
yang menggunakan pendekatan sistem untuk memahami fenomena kompleks dan masalah. GST
berfokus pada struktur sistem bukan fungsi sistem. Itu mengusulkan bahwa sistem kompleks berbagi
beberapa prinsip pengorganisasian terlepas dari tujuan mereka, dan bahwa prinsip-prinsip ini dapat
dimodelkan secara matematis.
12. Complexity theory ( Complex Adaptive Systems )
Konsep yang mencoba untuk menjelaskan fenomena kompleks yang tidak dijelaskan oleh teori-
teori (mekanistik) tradisional. Hal tersebut terintegrasi ide-ide yang berasal dari teori chaos, kognitif
psikologi, ilmu komputer, evolusi biologi, teori sistem umum, logika fuzzy, teori informasi, dan bidang
terkait lainnya untuk berurusan dengan alam dan buatan sistem seperti mereka, dan tidak dengan
menyederhanakannya.
SPECIFIC FIELD WORK TECHNIQUES
Meskipun banyak alat dan teknik dapat digunakan pada tahap kerja lapangan, namun sebaiknya cara
tersebut digunakan secara konsisten. Beberapa hal yang harus diperhatikan :
a. Interviewing
b. Systems flowchart
Sistem flowchart juga membantu pembaca untuk mengidentifikasi efisiensi seperti :
penanganan yang tidak perlu, routing tidak efisien, informasi yang tidak terpakai pada dokumen atau
catatan, instruksi tidak memadai, tidak mencukupi atau berlebihan peralatan, perencanaan atau
penugasan tidak memadai.
Pembaca harus mempertanyakan setiap langkah dalam proses sebagai berikut :
- Kebutuhan ( necessity )
- Ekonomis
- Efisiensi
- Efektivitas
c. Layout flowchart
Merupakan diagram skematik dari pengaturan fisik yang ada atau yang diusulkan dari area
kerja dengan penambahan garis aliran pekerjaan utama dilakukan di sana.
d. Ratio, change, and trend analysis
Control Self-Assessments and Benchmarking
Control Self-Assessment (CSA) adalah proses dan metode yang merupakan best practice yang banyak
digunakan di berbagai organisasi laba maupun nirlaba. CSA dapat membantu perusahaan dalam
meningkatkan kemampuan manajer dan karyawan dalam proses identifikasi objective-risks-controls
yang melekat pada proses bisnis sehingga mereka dapat mengelola risiko-risiko inheren maupun
risiko-risiko kontrol/pengendalian dengan lebih efektif. Di samping itu, CSA membantu meningkatkan
rasa memiliki dan rasa tanggung jawab unit kerja atas efektivitas dan efisiensi operasi, keandalan
laporan (keuangan dan operasional) serta kepatuhan kepada kebijakan, standar dan peraturan yang
berlaku. Control self assessment merupakan proses dimana manajemen melakukan self assessment
terhadap pengendalian atas aktivitas pada unit operasional masing-masing dengan bimbingan internal
auditor. Manfaat utama dari control self assessment oleh manajemen adalah adanya kesadaran bahwa
tanggungjawab untuk menilai risiko dan pengendalian aktivitas suatu organisasi berada ditangan
manajemen sendiri sehingga dapat meningkatkan ownership of control. CSA adalah proses audit
internal untuk perbaikan kontrol internal yang sedang berlangsung. Proses audit internal CSA dan
menjelaskan penggunaan alat evaluasi untuk auditor internal. Benchmarking (pembandingan) adalah
teknik audit internal yang akan kembali ke kemajuan IIA. Pembandingan adalah proses yang
memungkinkan auditor internal untuk membandingkan bagaimana organisasi yang sama sedang
berusaha untuk melakukan dan melaksanakan praktek umum.
Importance of Control Self-Assesement
Beberapa tahun yang lalu IIA memperkenalkan metodologi CSA sebagai proses untuk fungsi audit
internal untuk melihat kontrol sendiri atau untuk membantu orang lain untuk meninjau kontrol internal
mereka. CSA adalah proses yang dirancang untuk membantu departemen dalam suatu perusahaan
dan kemudian mengevaluasi pengendalian internal mereka. CSA adalah diolah perbaikan
berkelanjutan yang mirip dengan metode yang dijelaskan dan digunakan oleh panggilan konsep
kualitas assurance untuk tim untuk membangun dan memperbaiki lingkungan kontrol mereka dengan
membangun sistem tujuan dan objektif mengenai control mereka, kemudian melakukan penilaian
resiko untuk lebih memahami mereka pengendalian risiko yang ditunjuk, untuk melaksanakan kegiatan
pengendalian untuk mengurangi risiko yang telah diidentifikasi, dan kemudian untuk memantau kinerja
dari meningkatkan pengawasan.
Manfaat dari proses CSA adalah :
Meningkatkan cakupan pelaporan pengendalian internal selama periode tertentu.
Menargetkan pengendalian internal-pekerjaan yang berhubungan dengan menempatkan fokus yang
lebih besar pada barang-barang berisiko tinggi dan tidak biasa ditemukan dalam kursus ulasan ini
CSA.
Meningkatkan efektivitas audit internal yang disarankan tindakan korektif dengan mentransfer
kepemilikan internal kontrol dan tanggung jawab kepada karyawan operasi.
Performing the facilitated CSA review . Rencana ini dan sesi CSA difasilitasi harus mengikuti salah satu
dari empat format pertemuan :
Objective-based CSA facilitated sessions.
Sesi ini berfokus pada cara terbaik untuk mencapai tujuan bisnis, seperti pelaporan keuangan yang
akurat. Lokakarya dimulai oleh tim mengidentifikasi kontrol saat ini di tempat untuk mendukung tujuan
sistem dan kemudian menentukan risiko residu yang tersisa jika kontrol tidak bekerja. Tujuan dari
format lokakarya adalah untuk memutuskan apakah prosedur pengendalian bekerja secara efektif dan
apakah ada risiko yang tersisa berada dalam tingkat yang dapat diterima.
Risk-based CSA facilitated sessions.
Sesi ini fokus pada risiko daftar tim CSA untuk mencapai tujuan pengendalian internal. Lokakarya
dimulai dengan membuat daftar semua hambatan yang mungkin, hambatan, ancaman, dan eksposur
yang mungkin mencegah pencapaian tujuan dan kemudian memeriksa prosedur pengendalian untuk
menentukan apakah mereka cukup untuk mengelola setiap risiko utama yang diidentifikasi. Tujuan dari
lokakarya ini adalah untuk menentukan risiko residual yang signifikan. Tim akan diminta untuk
mengidentifikasi risiko mereka dengan bertanya pada diri sendiri dengan pertanyaan seperti:
› Apa yang bisa salah?
› Apa aset yang kita perlu untuk lindungi?
› Bagaimana bisa seseorang mencuri dari kami?
› Paparan hukum apa yang terbesar di daerah ini?
Control-bassed CSA facilitated sessions.
Sesi ini berfokus pada seberapa baik kontrol di tempat bekerja. Format ini berbeda dari dua sesi
terakhir karena fasilitator mengidentifikasi risiko kunci dan kontrol sebelum awal lokakarya. Selama ini
jenis sesi CSA, tim kerja menilai seberapa baik kontrol mengurangi risiko dan meningkatkan
pencapaian tujuan. Tujuan dari lokakarya ini adalah untuk menghasilkan suatu analisis kesenjangan
antara bagaimana kontrol bekerja dan seberapa baik manajemen mengharapkan kontrol-kontrol untuk
bekerja.
Process-based CSA facilitated sessions.
Sesi ini fokus pada kegiatan yang dipilih yang merupakan elemen dari rantai proses. Proses adalah
serangkaian kegiatan terkait yang pergi dari beberapa titik awal untuk mencapai tujuan, seperti
berbagai langkah yang diperlukan dalam pembelian kedua, pengembangan produk, atau generasi
pendapatan. jenis ini biasanya mencakup lokakarya identifikasi tujuan untuk proses dipilih dan berbagai
langkah yang intermediate. Tujuan dari jenis lokakarya adalah untuk mengevaluasi, memperbarui,
memvalidasi, meningkatkan, dan bahkan merampingkan seluruh proses dan kegiatan komponennya.
Performing the Questionnaire-Based CSA Review
Dalam banyak kasus, kuesioner dapat menjadi cara yang efektif untuk mengumpulkan informasi
pengendalian internal. Kuesioner dapat dipersiapkan meliputi proses atau sistem dan kemudian
didistribusikan ke kelompok memilih pemangku kepentingan untuk memperoleh pemahaman tentang
risiko dan kontrol di daerah tertentu.
Performing the Management-Produced Analysis CSA Review
Sebagai alternatif untuk survei atau lokakarya yang difasilitasi, analisis manajemen-produced sangat
mirip dengan jenis review operasional bahwa auditor internal akan tampil. Spesialis CSA, yang
mungkin menjadi auditor internal, menggabungkan hasil penelitian dengan informasi yang dikumpulkan
dari sumber-sumber lain, seperti manajer dan karyawan kunci. spesialis CSA mengembangkan analisis
bahwa pemilik proses dapat digunakan dalam upaya CSA mereka.
Evaluating the CSA results
Sebuah analisis CSA, terutama jika itu mencakup beberapa proses atau sistem, akan menghasilkan
sejumlah data besar. Beberapa dapat mendukung kekuatan proses yang ada, yang lain akan
mengarah ke kelemahan pengendalian internal yang membutuhkan koreksi, dan orang lain akan dapat
menunjukkan daerah-daerah yang membutuhkan penelitian lebih lanjut. Dalam kebanyakan kasus,
bagaimanapun, pekerjaan meninjau CSA akan memvalidasi integritas dan kontrol dari sistem dan
proses terakhir. Hasil dari tinjauan ini CSA akan mirip dengan review COSO akuntansi pengendalian
internal-metode disiplin dan menyeluruh untuk mengevaluasi pengendalian internal yang signifikan.
Melalui CSA, audit internal dan staf operasi dapat berkolaborasi untuk menghasilkan penilaian
pengendalian internal dalam sebuah operasi.
Benchmarking and Internal Audit
Benchmarking adalah salah satu istilah profesional yang sering digunakan tetapi sering
disalahgunakan. Benchmarking adalah "praktek terbaik" proses dimana perusahaan mengevaluasi
berbagai aspek proses dalam kaitannya dengan praktik terbaik, biasanya seperti yang dilakukan dalam
perusahaan rekan lainnya. Benchmarking adalah alat manajemen yang kuat karena mengatasi apa
yang beberapa konsultan sebut "kebutaan paradigma". Pendekatan pembandingan penting bagi
auditor internal dari dua perspektif. Pertama, penggunaan benchmarking dapat rekomendasi audit
internal yang kuat ketika meninjau operasi di beberapa daerah. Auditor internal sering melihat
kelemahan kontrol internal yang jelas tetapi tidak memiliki pengetahuan yang cukup di daerah untuk
membuat rekomendasi perbaikan pengendalian internal yang komprehensif.
Implementing Benchmarking to Improve Processes
Langkah-langkah yang diperlukan untuk memulai benchmarking dijelaskan dari perspektif proyek.
Tindakan penulis dijelaskan menggunakan kata “kita”, tetapi tindakan ini harus berlaku untuk auditor
internal bertindak sebagai konsultan internal dan tim meluncurkan sebuah studi benchmarking.
Tentukan tujuan dari studi banding.
Menetapkan seperangkat patokan mitra potensial yang bersedia untuk berpartisipasi.
Mengembangkan tujuan spesifik dan tujuan untuk patokan studi-apa yang ingin kita pelajari?
Menjernihkan masalah hukum dan rahasia.
Mengubungi partner yang berpotensial.
Menguumpulkan informasi pembandingan.
Mengumpulkan dan menggosok hasil.
Mempublikasikan hasil benchmarking dan membuat perubahan yang sesuai.
Kita harus menjelaskan studi pembanding secara umum. Benchmarking merupakan cara yang sangat
baik untuk mengumpulkan informasi praktek terbaik dari perusahaan lain.
Pengembangan Temuan Tinjauan
Unsur yang paling penting dari review operasional adalah pengembangan dari temuan spesifik. Ini
adalah jantung dari tinjauan operasional. Selain itu, penerimaan dan pelaksanaan temuan oleh
manajemen adalah tolok ukur bagi keberhasilan tinjauan operasional. Aturan praktis yang baik adalah
bahwa jika tim peninjau dapat membujuk manajemen untuk menerima setidaknya 50 persen dari
temuan dan rekomendasi, maka tim telah berhasil. Mengembangkan temuan tinjauan melibatkan:
• Pengumpulan data, untuk mendapatkan sebanyak yang bersangkutan, informasi yang signifikan
tentang temuan masing-masing adalah realistis
• Evaluasi temuan, dalam jangka sebab, akibat, dan kemungkinan program tindakan korektif
Dalam mengembangkan temuan peninjauan spesifik dan kesimpulan, resensi harus melakukan jumlah
yang diperlukan untuk kegiatan analisis, bersama dengan mengumpulkan semua data yang tepat yang
mendukung bukti.
Atribut dari tinjauan temuan
Untuk mengembangkan review operasional spesifik temuan, resensi harus menyadari, dan
menggunakan secara efektif, atribut berikut: pernyataan tentang kondisi, kriteria, sebab, akibat, dan
rekomendasi. Atribut ini dirangkum di bawah ini dalam lima kategori berikut.
1. Pernyataan kondisi
Apa yang Anda temukan?
Apa yang Anda amati?
Apa yang rusak, kekurangan, atau kesalahan?
Ini adalah langkah-apa saat-mana-bagaimana.
2. Kriteria
Apa yang harus itu?
Apa yang Anda mengukur melawan?
Bagaimana prosedur standar atau praktek?
Ini adalah membandingkan apa yang dengan apa yang seharusnya langkah.
3. Penyebab
Mengapa itu terjadi?
Apa penyebab dari kekurangan?
Mengapa operasi menjadi tidak efisien atau tidak ekonomis?
Ini adalah identifikasi penyebab dan bukan gejala langkah.
4. Efek
Jadi apa?
Apa efek dari temuan?
Apa hasil akhir dari kondisi?
Ini adalah dampak hadir atau potensial pada langkah operasi.
5. Rekomendasi
Apa yang disarankan untuk memperbaiki kondisi tersebut?
Apa rekomendasi yang praktis dan masuk akal untuk diterima?
Siapa yang harus melaksanakan rekomendasi?
Ini adalah apa yang perlu dilakukan untuk memperbaiki situasi langkah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Rob Reider, 2002, Operational Review: Maximum Result at Efficient Cost, 3rd edition, John Wiley & Sons, Inc
Moeller, Robert, Brink's Modern Internal Auditing, John Wiley & Sons, Inc.(edisi 7)