rifa arif juanan

24
MAKALAH LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH ( PRODUK DAN JASA PERBANKAN SYARIAH ) Oleh Nama : Rifa Arif Juana NPM : 083341067 Semester : V Reg Pagi PERGURUAN TINGGI LA TANSA MASHIRO SEKOLAH TINGI ILMU EKONOMI LA TANSA MASHIRO RANGKASBITUNG 2010

Upload: indraw87

Post on 01-Nov-2015

154 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: RIFA ARIF JUANAN

MAKALAH

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

( PRODUK DAN JASA PERBANKAN SYARIAH )

Oleh

Nama : Rifa Arif Juana

NPM : 083341067

Semester : V Reg Pagi

PERGURUAN TINGGI LA TANSA MASHIRO

SEKOLAH TINGI ILMU EKONOMI LA TANSA MASHIRO

RANGKASBITUNG

2010

Page 2: RIFA ARIF JUANAN

PENDAHULUAN

1. Sekilas Tentang Bank Syariah di Indonesia

Saat ini perkembangan pasar keuangan syariah ( financial market sharia ) sedang marak

di dunia, khususnya di negara-negara yang mayoritas berpenduduk Muslim. Hal ini ditandai

dengan berdirinya Islamic financial market di Kuala Lumpur yang dipelopori oleh negara-negara

islam. Kemajuan financial market sharia di Indonesia, terutama dalam perbankan maupun

asuransi syariah cukup signifikan, diikuti pasar modal dalam pegadaian syariah. Sedangkan

pengertian bank syariah adalah suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan syariah

( hukum ) Islam atau lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa

lain dalam lalu lintas pembyaran serta peredaran uang yang beoperasi disesuaikan dengan

prinsip-prinsip syariah, sedangakan prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum

Islam antara Bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana, pembiayaan, kegiatan usaha dan

kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai syariah. Sedangkan lembga keuangan syariah itu sendiri

( syariah financial institution ) merupakan suatu badan usaha atau institusi yang kekayaanya

terutama dalam bentuk asset-aset keuangan ( financial assets ) maupun non financial assets atau

asset riil berlandaskan konsep syariah.

Bank syariah di Indonesia bermula dari prakarsa Majelis Ulama Indonesia ( MUI ) pada

lokakarya bunga Bank dan Perbankan yang dilakukan pada tanggal 18-19 Agustus 1990 di

Cisarua, Bogor. Hasil lokakarya ini didukung oleh eksponen Ikatan Cendikiawan Muslim

Indonesia ( ICMI ) dan beberapa pengusaha muslim. Sebagai tindak lanjut pada tahun 1991

ditandatangani akta pendirian PT. Bank Muamalat Indonesia sebagai Bank Umum Syariah

pertama di Indonesia. Bank Muamalat Indonesia lahir sebagai hasil kerja tim perbankan MUI

tersebut diatas. Akta pendirian PT. Bank Muamalat Indonesia ditandatangani pada 1 November

1991. Pada saat akta pendirian ini terkumpul komitmen pembelian saham sebanyak Rp 84 miliar.

Pada tanggal 3 November 1991, dalam acara silaturahmi Presiden di Istana Bogor, dapat

dipenuhi dengan total komitmen modal disetor awal sebesar Rp 106.126.382.000,. Dana tersebut

berasal dari presiden dan wakil presiden, sepuluh menteri kabinet pembangunan V, juga yayasan

Amal Bakti Pancasila, yayasan Dakab, Supersemar, Dharmanis, Purna Bhakti Pertiwi, PT PAL,

dan PT Pindad. Selanjutnya, yayasan Dana Dakwah Pembangunan ditetapkan sebagai yayasan

penopang bank syariah. Dengan terkumulnya dana awal tersebut, pada tanggal 1 Mei 1992, Bank

Page 3: RIFA ARIF JUANAN

Muamalat Indonesia ( BMI ) mulai beroperasi. Kemudian diikuti dengan kemunculan Undang-

Undang ( UU ) No. 7 tahun 1992 tentang perbankan, dimana perbankan bagi hasil diakomodasi.

Dalam UU tersebut, pasal 13 ayat ( c ) menyatakan bahwa salah satu usaha Bank Perkereditan

Rakyat ( BPR ) menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai

dengan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah. Menanggapi pasal tersebut,

pemerintah pada tanggal 30 Oktober 1992 telah mengeluarkan peraturan pemerintah ( PP ) No.

72 tahun 1992 tentang bank berdasarkan prinsip bagi hasil dan diundangkan pada tanggal 30

Oktober 1992 dalam lembaran negara Republik Indonesia No. 119 tahun 1992.Secara tegas pasal

6 PP No. 72 tahun1992 menyebutkan bahwa:

1) Bank umum atau bank perkreditan rakyat kegiatan usahanya semata-mata berdasarkan

prinsip bagi hasil, tidak diperkenankan melakukan kegiatan usaha yang tidak berdasarkan

prinsip bagi hasil.

2) Bank umun atau bank perkreditan rakyat yang kegiatan usahanya tidak berdasarkan

prinsip bagi hasil, tidak diperkenankan melakukan kegiatan usaha yang berdasrkan

prinsip bagi hasil.

Perkembangan lembaga-lembaga keuangan syariah tergolong cepat. Salah satu alasannya adalah

karena adanya keyakinan yang kuat dikalangan masyarakat muslim bahwa perbankan

konvensional itu mangandung unsur riba yang dilarang agama Islam. Rekomendasi hasil

lokakarya ulama tentang bunga bank dan perbankan itu ditujukan kapada Majelis Ulama

Indonesia ( MUI ) kepada pemerintah dan seluruh umat Isalm. Kepada MUI diamanatkan untuk

mengambil prakarsa dalam membentuk komisi perbankan bebas bunga, pembentukan Badan

Pelaksanaan harian Sumber Daya, printis Baitul Maal nasional, dan kerjasama dengan perguruan

tinggi dan lembaga-lembaga penelitian dalam rangka menentukan arah kebijakan pengembangan

sumber daya umat.tentunya dalam setiap bank terdapat produk dan jasa yang dihasilkan oleh

bank, termasuk oleh bank syariah, disini akan coba dijelaskan mengenai produk dan jasa bank

syariah yang pasti berbeda dengan bank konvensional.

Page 4: RIFA ARIF JUANAN

2. Permasalahan Strategis dalam Pengembangan Bank Syariah

Prospek pengembangan perbankan syariah di Indonesia cukup menjanjikan dengan semakin

besarnya dukungan dan komitmen pemerintah di berbagai bidang serta besarnya potensi pasar

nasional dan internasional yang belum digarap. Namun demikian, berbagai tantangan yang harus

dihadapi, antara lain:

1. SDM yang masih terbatas;

2. pemahaman masyarakat yang masih kurang;

3. jaringan kantor yang terbatas;

4. belum ada standar aplikasi produk syariah yang baku;

5. belum adanya sinkronisasi kebijakan dengan instansi pemerintah terkait.

Oleh karena itu, agenda kedepannya adalah menjawab tantangan dengan:

1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM di industri perbankan syariah nasional, yang

berarti peningkatan pada manajemen dan mutu pelayanan bank syariah;

2. Sosialisasi melalui edukasi publik/PKES;

3. Pengembangan instrumen dan produk yang lebih inovatif;

4. Pengembangan pasar sekunder, pasar uang syariah, pasar interbank dan linkage di

industri keuangan syariah;

5. Implementasi dan pengembangan risk management, prudential regulations, good

corporate governance, dan syariah compliance pada lembaga keuangan syariah;

6. Mendorong terciptanya a uniform regulatory; standard akad, produk dan transaksi.

Selain permasalahan yang ditemukan melalui riset diatas, secara operasional perbankan

syariah si Indonesia menghadapi kendala yang memerlukan pemecahan. Kendala yang

terpenting adalah sebagai berikut:

1. Kurangnya Perangkat Hukum

Ketiadaan perangkat hukum pendukung menyebabkan perbankan syariah berusaha

untuk menyesuaikan produk-produknya dengan hukum yang berlaku. Akibatnya ciri-

ciri khusus yang melekat pada perbankan syariah tersamar sehingga perbankan

syariah tampil seperti perbankan konvensional, ketika masalah likuiditas misalnya,

belum tersedia likuiditas tanpa bunga dari Bank Sentral. Demikian juga untuk

Page 5: RIFA ARIF JUANAN

menjalankan produk-produk kerjasama antar Bank Indonesia dengan bank syariah

yang selalu didasarkan atas tingkat pengembalian yang tetap (fixed), kasus yang sama

juga terjadi dalam standar akutansi yang digunakan.

2. Masalah Sekuritisasi

Sekuritisasi merupakan faktor utama di belakang kemajuan di bidang pasar modal.

Pasar tersebut menyediakan suatu alat di mana aktiva financial dapat diperdagangkan

guna memobilisasi sumber-sumber dana dan mengamankan likuiditas apabila

diperlukan. Masalah ini memberikan dampak yang negative bagi pengelolaan

likuiditas maupun pengelolaan investasi jangka panjang. Akibatnya mendorong bank

syariah memusatkan portofolio mereka pada aktiva jangka pendek yang terkait

dengan perdagangan, yang berdampak berlawanan dengan investasi dan

pembangunan ekonomi.

Belum ada bukti bahwa bank-bank syariah ini telah melakukan investasi besar untuk

penelitian dan pengembangan produk, dan belum ada bukti bahwa produk keuangan

yang baru telah dikembangkan, terutama dalam derivasi modal yang telah digunakan

secara meyakinkan oleh kebanyakan bank syariah belakangan ini.

3. Masalah Sumber Daya Insani

Dikotomi antara pendidikan syariah/Islam dengan pendidikan umum menyebabkan

adanya dualisme intelektual antara para ulama dengan sarjana-sarjana muslim,

semetara produk perbankan syariah harus diciptakan oleh kedua disiplin tersebut

secara bersama-sama.

4. Perlakuan dan penilaian yang menyamakan perbankan syariah dengan konvensional.

5. Tekhnologi yang masih mengacu kepada konvensional

Setelah menelaah beberapa aspek, terutama kendala-kendala yang masih dihadapi oleh

perbankan syariah seperti yang disebutkan di atas maka dalam pengembangan perbankan

syariah diperlukan pengembangan infrastruktur berupa:

Page 6: RIFA ARIF JUANAN

1. Undang-undang perbankan syariah diperlukan untuk mengatur prosedur pendirian

bank syariah, sistem operasi, ketentuan-ketentuan yang mengatur hak dan kewajiban

pelaku-pelaku dalam sistem perbankan syariah, dan ketentuan mengenai piranti

(instrument) keuangan syariah, termasuk sistem administrasi dan akutansi.

2. Instrumen Pasar Keuangan Syariah.

3. Dewan Syariah Nasional dan DPS.

4. Litbang dan Pusat Informasi.

5. Permodalan.

6. Pengembangan Jaringan

Page 7: RIFA ARIF JUANAN

PEMBAHASAN

Produk dan Jasa Perbankan Syariah

1) Produk dan Jasa Bank Syariah

Dalam bank syariah produk-produk penghimpunan dana ini dapat diterapkan berdasarkan

prinsip masing masing

• Wadiah

– Wadiah adalah akad titipan dimana barang yang dititipkan dapat diambil sewaktu-

waktu. Pihak yang menerima titipan dapat meminta jasa untuk keamanan dan

pemeliharaan.

– Karena prinsip wadiah adalah titipan yang dapat diambil seaktu-waktu dan tidak

dapat menghasilkan keuntungan, maka produk yang dapat diterapkan untuk

prinsip ini adalah Giro dan Tabungan.

• Mudharabah

– Akad usaha dua pihak dimana salah satunya memberikan modal (Sahibul Mal)

sedangkan yang lainnya memberikan keahlian (Mudharib), dengan nisbah

keuntungan yang disepakati dan apabila terjadi kerugian, maka pemilik modal

menanggung kerugian tersebut. Karena karakter Mudharabah seperti ini, maka ia

dapat diterapkan pada dua produk, yaitu Tabungan dan Deposito

– Dengan menerapkan Mudharabah pada tabungan dan deposito, maka nasabah

bertindak selaku Sahibul Mal dan Bank selaku Mudharib Nasabah dan bank harus

menyepakati nisbah bagi hasil ketika pembukaan tabungan dan deposito

Mudharabah.

Simpanan dalam Tabungan dan Deposito Mudharabah hanya dapat ditarik setelah

jangka waktu tertentu (tidak dapat ditarik sewaktu-waktu) untuk memastikan dana

Page 8: RIFA ARIF JUANAN

tersebut digunakan dalam usaha bank, pembagian hasil menurut tradisi yang

berlaku. Di Indonesia, pembagian hasil dilakukan pada tiap akhir bulan

• Mudharabah Muqayyadah Adalah akad Mudharabah dimana bank diminta oleh nasabah

untuk menyalurkan dana kepada proyek atau nasabah tertentu.

– Untuk tugas ini bank dapat memperoleh fee atau porsi keuntungan

– Keuntungan yang diperoleh dari penyaluran dana ini dibagi antara nasabah

sebagai sahibul mal dan pelaksana proyek sebagai mudharib.

– Dalam dunia perbankan dikenal dengan nama chanelling function, bukan

executing.

• Qardh Di Iran dan beberapa negara Timur Tengah lainnya akad Qardh dijadikan dasar

untuk produk giro dan tabungan. Bank diasumsikan meminjam dana dari nasabah dan

dapat ditarik sewaktu-waktu. Bank dapat memberikan “hadiah” atas pinjaman yang

diberikan oleh nasabah, sepanjang tidak diperjanjikan dimuka.

Dalam menyalurkan dananya, bank syariah menggunakan berbagai produk yang dibagi

menjadi 3 kategori besar:

1. Jual Beli

a. Murabahah

Akad jual beli dimana harga dan keuntungan disepakati antara penjual dan pembeli. Jenis

dan jumlah barang dijelaskan dengan rinci. Barang diserahkan setelah akad jual beli dan

pembayaran bisa dilakukan secara mengangsur/cicilan atau skaligus.

b. Salam

Jual beli dengan cara pemesanan, dimana pembeli memberikan uang terlebih dahulu

terhadap barang yang telah disebutkan spesifikasinya, dan barang dikirim kemudian. Salam

biasnya dipergunakan untuk produk-produk pertanian jangka pendek. Dalam hal ini

Page 9: RIFA ARIF JUANAN

lembaga keuangan bertindak sebagai pembeli produk dan memberikan uangnya lebih dulu

sedangkan para nasabah menggunakannya sebagai modal untuk mengelola pertaniannya.

c. Istishna

Jual beli barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang berdasarkan persyaratan serta

kriteria tertentu, sedangkan pola pembayaran dapat dilakukan sesuai dengan kesepakatan

( dapat dilakukan di depan atau pada saat pengiriman barang ).

d. Ijarah

Akad sewa menyewa barang antara kedua belah pihak, untuk memperoleh manfaat atas

barang yang disewa. Akad sewa yang terjadi antara lembga keuangan ( pemilik barang )

dengan nasabah ( penyewa ) dengan cicilan sewa yang sudah termasuk cicilan pokok harga

barang sehingga pada akhir masa perjanjian penyewa dapat membeli barang tersebut

dengan sisa harga yang kecil atau diberikan saja bank. Karena itu biasanya Ijarah ini

biasanya dinamai dengan al Ijarah Waliqtina’ atau al Ijarah al Muntahia Bittamiliik.

e. Bai’ Almuthalaq

Jual beli biasa, yaitu pertukaran barang dengan uang. Uang berperan sebagai alat tukar,

biasanya jual beli ini dilakukan untuk pelaksanaan barang keperluan kantor ( fixed assets ).

f.Muqayyad

Jual beli dimana pertukaran terjadi antara barang dengan barang ( barter ) jual beli

semacam ini dilakukan sebagai jalan keluar bagi eskspor yang tidak bisa menghasilkan

mata uang asing ( valas ).

g. Sharf

Jual beli mata uang asing yang saling berbeda, seperti Rupiah dengan Dolar, Dolar dengan

Yen. Sharf dilakukan dalam bentuk bank notes dan transfer, dengan menggunakan nilai

kurs yang berlaku pada saat transaksi.

Page 10: RIFA ARIF JUANAN

2. Bagi Hasil

a. Mudharabah

Akad yang dilakukan antara pemilik modal ( sahibulmaal ) dengan pengelola ( mudharib )

dengan nisbah bagi hasil disepakati diawal, sedangkan kerugian ditanggung oleh pemilik

modal.

b. Mudharabah Muqayyadah

Akad yang dilakukan antara pemilik modal untuk usaha yang ditentukan oleh pemilik

modal ( sahibulmaal ) dengan pengelola ( mudharib ) dengan nisbah bagi hasil disepakati

diawal untuk dibagi bersama, sedangkan kerugian ditanggung oleh pemilik modal.

c. Musyarakah

Akad antara dua pemilik modal atau lebih untuk menyatukan modalnya pada usaha

tertentu, sedangkan pelaksanaanya bisa ditunjuk salah satu dari mereka.

d. Musyarakah Mutanaqisah

Akad antara dua pihak atau lebih yang berserikat atau berkongsi terhadap suatu barang

dimana salah satu pihak kemudian membeli bagian pihak lainnya secara bertahap.

– 3. Sewa atau Jasa

a. Wakalah

Akad perwakilan antara satu pihak kepada yang lain. Wakalah biasanya diterapkan untuk

pembuatan letter of credit atas pembelian barang diluar negeri ( L/C Import ) atau

penerusan permintaan.

b. Kafalah

Page 11: RIFA ARIF JUANAN

Akad jaminan satu pihak kepada pihak lain. Dalam lembaga keuangan biasanya digunakan

untuk membuat garansi atau suatu proyek.

c. Hawalah

Akad pemindahan utang/piutang suatu pihak kepada pihak yang lain. Dalam lembaga

keuangan hawalah diterapkan pada fasilitas tambahan kepada nasabah pembiayaan yang

ingin menjual produknya kepada pembeli dengan jaminan pembayaran dari pembeli

tersebut dalam bentuk giro mundur.

d. Rahn

Akad menggadaikan barang dari satu pihak kepada pihak yang lain , dengan uang sebagai

gantinya. Akad ini digunakan sebagai akad tambahan pada pembiayaan yang berisiko dan

memerlukan jaminan tambahan. Lembaga keuangan tidak menarik manfaat apapun kecuali

biaya pemeliharaan atau keamanan barang tersebut.

e. Qard

Pembiayaan kepada nasabah untuk dana talangan segera dalam jangka waktu yang relatif

pendek, dan dana tersebut akan dikembalikan secepatnya sejumlah uang yang dipinjamnya.

Dalam transaksi pinjam meminjam ini nasabah hanya mengembalikan pokok.

f.Wadi’ah

Akad yang terjadi antara dua pihak, dimana pihak pertama menitipkan suatu barang kepada

pihak kedua. Lembaga keuangan menerapkan akad ini pada rekening giro.

Page 12: RIFA ARIF JUANAN

Rekomendasi dan Usulan Implementasi

Setelah mengemukakan hasil riset permasalahan perbankan syariah serta mengemukakan

strategi untuk pengembangan perbankan syariah maka rekomendasi dan usulan implementasinya

adalah :

1. Megupayakan agar pemerintah secepatnya membentuk/mengeluarkan perakat hukum

yang khusus untuk perbankan syariah.

2. Mengembangkan instrument pasar uang syariah, karena instrument pasar uang syariah

diperlukan untuk mobilisasi dana-dana untuk mengatasi kesulitan likuiditasi perbankan

syariah apabila diperlukan dan perbankan syariah pun akan dapat melaksanakan

fungsinya secara penuh.

3. Memberdayakan dewan syariah nasional ( DSN ) dengan semaksimalnya, karena DSN

sangat diperlukan sebagai referensi untuk kegiatan operasi dan transaksi-transaksi serta

piranti yang dipergunakan dalam sistem perbankan dan juga diperlukan untuk menjamin

agar undang-undang perbankan yang mengadopsi sistem syariah tersebut benar-benar

terlaksana sesuai prinsip-prinsip syariah dan menurut rekomendasi riset yang dilakukan

oleh BI dan lembaga penelitian perguruan tinggi, DPS adalah tokoh kunci yang

menjamin bahwa kegiatan operasional bank sesuai dengan prinsip syariah.

4. Mengembangkan litbang dan pusat informasi, kajian-kajian akademis tentang masalah

ekonomi syariah perlu dikembang dan ditingkatkan lagi guna memperkaya wawasan dan

wacana keilmuan dan kerangka ilmiah yang credible yang pada akhirnya dapat

diimplementasikan dalam kebijakan ekonomi oleh pemerintah.

5. Strategi permodalan, kebutukan permodalan bagi perbankan syariah dapat dibedakan

kedalam dua kategori yaitu : modal perusahaan dan modal penyertaan yang memiliki

karakteristik dan risiko yang sama. Modal perusahaan adalah modal permanen yang

dicatat sebagi modal setoran perusahaan, sedangkan Modal penyertaan adalah modal

Page 13: RIFA ARIF JUANAN

yang bersifat sementara, yakni penyertaan dari pihak ketiga dalam bentuk investasi yang

dapat dijual kepada pihak lain atau dikonversi menjadi moadal permanen.

6. Mengembangkan jaringan menjadi faktor penting yang harus dilakukan dan beberapa

faktor penting yang diperlukan sebagai dasar dari pengembangan jaringan adalah, skala

pasar, sumber daya manusia, sistem dan teknologi. Dalam rangka mengembangkan

perbankan syariah diperlukan suatu strategi yang dapat mengurangi semaksimal mungkin

kendala-kendala yang sedang dialami selama ini.

Dalam makalah yang dibahas diatas adalah mengenai produk dan jasa dari bank syariah.

Produk dan jasa bank syariah tidak jauh beda dengan bank-bank konvensioanl yang terdapat di

Indonesia dari segi fungsi atau kegunaanya. Setiap bank syariah maupun bank konvensional

mempunyai produk dan jasa masing-masing yang berbeda bentuk serta pelaksanaannya tetapi

mempunyai tujuan yang sama yaitu menghimpun dan menyalurkan dana untuk mendapatkan

keuntungan dari kegiatan tersebut. Perbedaan yang jelas terlihat atau signifikan yaitu dari bank

syariah dan konvensional adalah dari segi memperoleh keuntungan yang kita semua sudah tahu

yaitu, apabila di bank syariah keuntungan yang diperoleh dari produk dan jasa yang dihasilkan

yaitu bagi hasil dan sudah jelas pemaparannya dari penjelasan diatas mengenai produk dan jasa

dari bank syariah. Sedangkan untuk bank konvensional sendiri keuntungan yang diperoleh dari

produk dan jasa yang dihasilkan adalah dari bunga. Produk dan jasa dari bank konvensional

adalah sebagai berikut:

Produk dari Bank Konvensional:

1. Giro

Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998

menjelaskan bahwa giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat

dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan

cara pemindahbukuan.

2. Tabungan

Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 menjelaskan bahwa tabungan adalah

simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang

Page 14: RIFA ARIF JUANAN

disepakati, tetapi tiadak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang

dipersamakan dengan itu. Alat penarikan tabungan adalah buku tabungan, slip penarikan,

kwitansi (kombinasi), dan kartu yang terbuat dari plastik.

3. Deposito

Menurut Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 yang dimaksud dengan

deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu

berdasarkan perjanjian nasabah penyimapa dengan bank.

Jasa dari Bank Konvensional

1. Kiriman Uang ( Transfer )

Merupakan jasa pengiriman uang lewat bank baik dalam kota maupun luar kota atau

luar negeri.

2. Kliring ( Clearing )

Merupakan jasa penyelesian utang piutang antar bank dengan cara saling

menyerahkan warkat-warkat yang akan dikliringkan di lembaga kliring ( penagihan

warkat seperti cek, bilyet giro yang berasal dari dala kota ).

3. Inkaso ( Collection )

Merupakan jasa bank untuk menagihkan warkat-warkat yang berasl dari luar kota

atau luar negeri.

4. Safe Deposito Box ( SDB )

Merupakan jasa-jasa bank yang diberikan kepada nasabah-nasabahnya yang dikenal

dengan nama safe loket. SDB berbentuk kotak dengan ukuran tertentu dan disewakan

kepada nasabah yang berkepentingan untuk menyimpan dokumen-dokumen atau

benda-benda berhrga miliknya.

5. Bank Card

Page 15: RIFA ARIF JUANAN

Merupakan kartu plastik yang dikelurkan oleh bank yang diberikan kepada nasabahnya

untuk dapat dipergunakan sebagai alat pembayaran di tempat-tempat tertentu.

6. Bank Notes

Merupakan uang kartal asing yang dikeluarkan dan diterbitkan oleh bank diluar

negeri.

7. Cek Wisata ( Travellers Cheque )

Cek wisata tau cek perjalanan yang biasanya digunakan oleh mereka yang hendak

bepergian atau sering dibawa oleh turis.

8. Letter Of Credit ( L/C )

Merupakan salah satu jasa bank yang diberikan kepada masyarakat untuk

memperlancar arus barang ( ekspor-impor ) termasuk barang dalam negeri ( antar

pulau ).

9. Bank Garansi dan Referensi Bank

Bank Garansi yaitu jaminan pembayaran yang diberikan oleh bank kepada suatu

pihak, baik perorangan, perusahaan atau badan/lembaga lainnya dalam bentuk surat

jaminan.

10. Memberikan Jasa-jasa di Pasar Modal

Di dalam pasar modal pihak perbankan mempunyai peranan yang sangat besar dalam

rangka memajukan perkembangan pasar modal.

11. Menerima Setoran-setoran

Jasa ini diutamakan untuk membantu nasabahnya dalam mengumpulkan setoran atau

pembayaran lewat bank.

12. Melakukan Pembayaran

Kegiatan ini meliputi gaji. Pensiun, bonus, hadiah, dan deviden.

Page 16: RIFA ARIF JUANAN

DAFTAR PUSTAKA

Bank Syariah untuk Kita Semua, Jakarta, Bank Indonesia.

Kasmir, SE,MM, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta, PT. Rajagrafindo Persada,

2008.

Sudarsono Heri, Bank dan Lembaga Keungan Syariah Deskriptif dan Ilustrasi, Yogyakarta,

Ekonosia, 2003.

Rodoni Ahmad, Prof. DR, dan Hamid Abdul, Prof. DR, Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta,

Zikrul Media Intelektual, 2008.

Syukur Mahmudin, S.HI, Outline Lembaga Keuangan Syariah Produk Bank Syariah, 2010.

http://shariaeconomy.blogspot.com/2008/08/strategi-dan-masalah-dalam-

pengembangan.html

http://katakarim.blogspot.com/2010/03/produk-dan-jasa-perbankan-syariah.html