arif supriyadi

22
LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI TUMBUHAN (Jaringan pada Daun Monokotil dan Dikotil) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK Nama Arif Supriyadi nim F05112064 kelompo k

Upload: maximus-tigo-busak

Post on 25-Sep-2015

246 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

kll

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM

ANATOMI FISIOLOGI TUMBUHAN

(Jaringan pada Daun Monokotil dan Dikotil)

Nama

Arif Supriyadi

nim

F05112064

kelompok

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2014

ABSTRAK

Ilmu mengenai struktur dan fungsi jaringan pada tumbuhan perlu dipelajari karena merupakan dasar dari penerapan pemanfaatan tumbuhan bagi kehidupan manusia. pengamatan jaringan pada batang dan akar tumbuhan monokotil maupun dikotil memiliki tujuan untuk pengenalan jaringan untuk mengetahui perbedaan struktur organ dikotil dan monokotil melalui penampang melintang pada akar dan batang, dimana pada praktikum kali ini kita mengamati perbedaan keduanya, untuk tanaman dikotil diantaranya adalah : Arachis hypogeae, Helianthus sp,dan untuk awetan segarnya Arthocarpus integra sedangkan pada tumbuhan monokotil yaitu : Zea mays, dan awetan segarnya adalah Cyperus sp, untuk batang tumbuhan monokotil pada hasil pengamatan yang menggunakan preparat Zea mays diketahui jaringan pada batangnya memiliki ikatan pembuluh (xylem dan floem) yang menyebar pada seluruh batang. Kemudian pada ikatan pembuluh floemnya berdampingan dengan xylem. Sedangkan pada preparat Arachis hypogea yang memiliki batang dikotil berkas pembuluhnya tersusun rapi. batang Zea mays merupakan tipe ikatan pembuluh bertipe koleteral tertutup dan pada batang Arachis hypogea merupakan tipe ikatan pembuluh bertipe koleteral terbuka. pada pengamatan akar monokotil menggunakan preparat Zea mays yang tampak pada akarnya memiliki berkas pembuluh xylem yang besar dan teratur, sedangkan xylem yang kecil berada diluarnya dan berselingan dengan floem. . tipe ikatan pembuluh pada akar berkebalikan dengan tipe ikatan pembuluh pada batang.Pengamatan struktur akar monokotil dan dikotil juga menggunakan awetan segar, adapun tanaman yang diambil untuk awetan segar yaitu : cyperus sp.

Kata kunci : jaringan, batang dikotil, batang monokotil, xylem, floem

PENDAHULUAN

The monocot habit represents a major reorganization of angiosperm vegetative conditions. Tomlinson (1995) took this argument of reorganization a step further and stated that the vascular system of monocots is so highly modified that it is not homologous to that of dicots and unlikely to have been derived from that of dicots. This statement is difficult to reconcile with the position of monocots within the angiosperms; monocots are clearly angiosperms, but although their exact position is not yet clear, it is nonetheless apparent that they are embedded within a grade of plants that are in the most general terms dicots (e.g., Amborellaceae, Austrobaileyales, Ceratophyllales, Chloranthaceae, eudicots, Nymphaeales, magnoliids). In this sense, monocots are derived from some sort of primitive dicot. However, the distinction between. monocots and dicots is most apparent when considering eudicotsvs. monocots and less clear against the background ofthe highly heterogeneous primitive dicots (i.e., Amborellaceae,Austrobaileyales, Chloranthaceae, Canellales, Laurales, Magnoliales, Nymphaeales, and Piperales). Monocots are relatively uniform for the characters described and differ from the other major clade of angiosperms, the eudicots, in their possession of uniaperturate, most commonly monosulcate, pollen, but within the seed plants only triaperturate pollen is a clear synapomorphy (i.e., of eudicots).

Mempelajari ilmu mengenai struktur dan fungsi jaringan pada tumbuhan sangatlah penting karena hal ini dijadikan sebagai dasar penerapan pemanfaatan tumbuhan bagi kehidupan manusia dan dapat memudahkan dalam memecahkan masalah dibidang keanekaragaman hayati.

Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang berhubungan erat satu sama lain dan mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Tumbuhan berpembuluh matang dapat dibedakan menjadi beberapa tipe yang semua dikelompokkan menjadi jaringan (Kimball, 1992).

Jaringan Meristem

Pada akar tumbuhan dikotil, diantara xylem dan floem terdapat kambium, sedangkan pada akar tumbuhan monokotil di antara xylem dan floem tidak dijumpai kambium. Kambium merupakan titik pertumbuhan sekunder kearah dalam membentuk xylem dan kearah luar membentuk floem. Sedangkan pada batang monokotil memiliki ikatan pembuluh angkut dan anatomi batang muda dan batang tua sama. Dan untuk batang dikotil memiliki iktana pembuluh angkut dan anatomi batang muda dan batang muda berbeda yaitu di temukannya empelur pada batang muda dan sebaliknya pada batang tua (Atinirmala, 2006)

Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang berhubungan erat satu sama lain dan mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Tumbuhan berpembuluh matang dapat dibedakan menjadi beberapa tipe yang semua dikelompokkan menjadi jaringan. Jaringan menurut fungsinya dibedakan menjadi dua yaitu jaringan muda atau meristem dan jaringan dewasa atau permanen (Kimball, 1992).

Jaringan meristem adalah jaringan muda yang terdiri atas sel-sel yang mempunyai sifat membelah diri. Fungsinya untuk mitosis, dimana sel-selnya kecil, berdinding tipis tanpa vakuola tengan didalamnya. Jaringan muda yang sel-selnya selalu membelah atau bersifat meristematik. Fungsi sel meristematik adalah mitosis. Bentuk dan ukuran sama relatif, kaya protoplasma, umumnya rongga sel yang kecil (Prawiro, 1997).

Jaringan meristem dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu :

a. Jaringan meristem primer

Jaringan ini merupakan jaringan yang berasal dari pembelahan sel-sel lembaga (embrio) yang terdapat pada bagian apikal akar, batang dan daun serta menyebabkan pertumbuhan memanjang.

b. Jaringan meristem sekunder

Jaringan ini berasal dari bentuk-bentuk sel dewasa menjadi embrional lagi, terdapat pula kambium serta dapat menyebabkan pertumbuhan (Taryono,1995).

Jaringan dewasa merupakan kelompok sel tumbuhan yang berasal dari pembelahan sel - sel meristem dan telah mengalami pengubahan bentuk yang disesuaikan dengan fungsinya (Diferensiasi). Jaringan dewasa ada yang sudah tidak bersifat meristematik lagi (sel penyusunnya sudah tidak membelah lagi) sehingga disebut jaringan permanen. Berdasarkan bentuk dan fungsinya, jaringan dewasa pada tumbuhan dibedakan menjadi empat macam jaringan yaitu: jaringan epiderm, jaringan dasar (parenkim), jaringan penyokong, dan jaringan pengangkut (Steven, 2008).

Jaringan pembuluh: Anatomi batang. Pada batang herba, tumbuhan dikotil mempunyai berkas pembuluh dengan xilem dan floem terbuka, sedangkan pada tumbuhan monokotil sering tertutup. Berkas pembuluh terbuka berarti terbuka untuk tumbuh., sebab berkas tersebut mempunyai selapis sel kambium yang dapat menghasilkan xilem dan floem sekunder: berkas pembuluh tertutup tidak mempunyai kambium seperti itu, dan juga tertutup dalam arti bahwa berkas tersebut sering dikelilingi oleh seludang berkas yng terdiri dari sel serat berdinding tebal. Berkas pembuluh pada monokotil tersebar secara khas, hampir secara acak, pada empulur (seperti pada jagung), tapi kadang (pada gandum dan jenis rumputan lain, yang batangnya berongga) membentuk cincin yang hampir serupa dengan pada batang dikotil. Pada tumbuhan berkayu, xilem berupa kayu yang terpisah dari pepagan oleh selapis sel kambium. Pepagan mencakup floem dan jaringan lain, seperti korteks dan gabus. Floem merupakan tempat pengangkutan gula dan hasil asimilasi lain, yang berkonsentrasi tinggi dalam cairan floem. Cairan xilem adalah larutan encer, hampir berupa air murni (Salisbury, 1995).

Jaringan pembuluh: Anatomi akar. Air masuk kedalam tumbuhan melalui akar. Xilem di tengah akar bersambungan dengan xilem pada batang dan berhubungan erat pula dengan floem. Sel diantara xilem dan floem membentuk kambium pembuluh yang membuat xilem di sebelah dalam dan floem di sebelah luar. Ini semua akan membesarkan diameter akar (Salisbury, 1995).

Pertumbuhan sekunder pada akar, seperti juga pada batang, terdiri atas pembentukan jaringan pembuluh sekunder oleh kambium pembuluh dan pembentukan periderm oleh felogen. Peristiwa itu menambah tebal sumbu akar dan batang dan karena itu juga dinamakan pertumbuhan sekunder yang menyebabkan penebalan sekunder. Pertumbuhan sekunder merupakan sifat khas bagi Gymnospermae dan dikotil, meskipun jumlahnya tidak senantiasa sama banyak (Estiti, 1995).

Pada tanaman jagung seperti halnya semua tanaman hibrida selalu mempunyai apa yang disebut dengan batas genetis. Pada batasan tersebut terdapat potensi genetic, dimana dengan memacu pertumbuhan seperti apapun akan tetap tidak dapat melampaui batasan genetic tersebut, dan jumlah daun adalah salah satu batasan genetic pada tanaman semusim (Budi, 2009).

Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu kooditas pangan yang banayk digunakan dan dikonsumsi masyarakat. Dalam penggunaan sehari-hari, biji kacang tanah umumnya dikonsumsi langsung dalam bentuk kacang goreng, kacang rebus, bumbu dan sebagainya sedangkan sebagai bahan baku industri, kacang tanah diolah menjadi minyak goreng. Dalam proses pembuatan minyak goreng juga dihasilkan bungkil kacang yang sangat berguna untuk pakan ternak (Bustami, 2011).

Tumbuhan Dikotil

Tumbuhan dikotil yaitu tumbuhan yang memiliki biji berkeping dua yang merupakan cabang dari tumbuhan Angiospermae. Ciri tumbuhan dikotil adalah bercabang-cabang, berkambium, akar tunggang, pertulangan daun menyirip dan mempunyai ikatan pembuluh kolateral terbuka (Kimball, 1992).

Batang bagian bawah tanaman dikotil lebih besar daripada ujungnya, hal ini dikarenakan tumbuhan dikotil mempunyai kambium (Suprapto, 1994).

Arachis hypogeaeatau kacang tanah merupakan tumbuhan berkeping dua yang memiliki lembaga dengan dua daun lembaga serta pucuk lembaga yang tidak memiliki pelindung yang khusus (Mukhtar, 1992).

Tumbuhan dikotil mempunyai cabang ikatan pembuluh kolateral berkambium, mempunyai akar tunggang dan pembuluh akut tersusun dalam lingkaran (Saktiyono, 1989).

Tumbuhan Monokotil

Tumbuhan monokotil tidak memiliki cabang, ikatan pembuluh tertutup, tidak berkambium, mempunyai akar serabut, biji berkeping satu, dan jumlah biji tiga atau berkelipatan tiga (Saktiyono, 1989).

Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan pada preparat awetan batang dan akar dikotil dan preparat segar batang dan akar dikotil dan monokotil untuk mengetahui bagaimana sistem jaringan pada akar tumbuhan, tipe berkas pengangkut pada akar tumbuhan, tipe stele pada akar tumbuhan kemudian perbedaan antara jaringan yang menyusun akar, batang, dan daun pada tumbuhan dikotil dan monokotil.

Tujuan dari praktikum ini adalah pengenalan jaringan untuk mengetahui perbedaan struktur organ dikotil dan monokotil melalui penampang melintang pada akar dan Batang organ tanaman jagung dan kaacang tanah. Manfaat dari praktikum ini yaitu dapat mengetahui perbedaan-perbedaan struktur organ pada dikotil dan monokotil yang dapat dilihat dari penampang melintang akar dan batang dari tanaman jagung sebagai monokotil dan kacang tanah sebagai dikotil.

METODOLOGI

Praktikum anatomi dan fisologi tumbuhan dengan acara praktikum tentang jaringan pada akar dan batang tumbuhan dikotil dan monokotil yang dilaksanakan pada hari 13 Maret 2014, pukul 13.00 15.00 WIB, bertempat di Laboratorium pendidikan biologi FKIP Universitas Tanjungpura, Pontianak. Alat-alat yang digunakan pada acara praktikum ini: mikroskop, kaca benda, kaca gelas, dan silet. Untuk bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini preparat awetan akar Arachis hypogae, akar Zea mays, batang Zea mays, batang Helianthus sp. kemudian penggunaan tumbuhan yang digunakan sebagai preparat segar yaitu batang Cyperus sp., batang Arthrocarpus integra .Tujuan dari praktikum ini mempelajari system jaringan pada batang dikotil dan monokotil, mempelajari tipe berkas pengangkut pada batang dikotil dan monokotil, dan mempelajari tipestele pada batang dikotil dan monokotil

Pada pengamatan preparat awetan batang monokotil dan batang dikotil diletakkan di bawah mikroskop dan mulai diamati dengan perbesaran yang tepat untuk mengamati susunan jaringan pada batang.digunakan perbesaran 10 x 25 setelah objek ditemukan, selanjutnya digambar dan diberi keterangan (sistem jaringan, tipe berkas pengangkut dan tipe stele pada batang monokotil maupun dikotil). Pada pengamatan preparat awetan akar monokotil dan akar dikotil. Preparat awetan akar monokotil Zea mays dan akar dikotil Helianthus sp. diletakkan di bawah mikroskop dan diamati untuk mengamati susunan jaringan yang terdapat pada akar. Untuk preparat awetan akar monokotil Zea mays dan akar dikotil Arachis hypogae sp. digunakan perbesaran 10 x 25. Setelah objek didapat lalu digambar dan diberi keterangan (sistem jaringan, tipe berkas pengangkut dan tipe stele pada akar monokotil maupun dikotil). Untuk preparat segar batang dikotil dan batang monokotil yang disayat tipis secara melintang menggunakan silet. Kemudian, sayatan tersebut diambil dengan pinset dan diletakkan di atas kaca objek dan ditetesi dengan akuades. Setelah itu, preparat diamati dan digambar serta diberi ketarangan. Untuk preparat segar batang monokotil dan dikotil digunakan perbesaran 10 x 25

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil pengamatan

Objek : batang Zea mays (monokotil)

Perbesaran : 10 x 25

gambar

keterangan

1. epidermis

2. floem

3. xylem

4. korteks

5. empulur

Objek : batang Arachis hypogae (dikotil)

Perbesaran : 10 x 25

gambar

keterangan

1.epidermis

2. korteks

3. endodermis

Objek : akar zea mays (monokotil)

Perbesaran : 10 x 25

Gambar

keterangan

1. epidermis

2. korteks

3. xylem

4. floem

5. endodermis

Objek : akar Helianthus t.s (dikotil)

Perbesaran : 10 x 25

Gambar

keterangan

1. epidermis

2. endodermis

3. Floem

4. xylem

5. korteks

Objek : batang Cyperus sp. (monokotil)

Perbesaran : 10 x 25

Gambar

keterangan

1. epidermis

2. endodermis

3. Floem

4. xylem

5. empulur

Objek : batang Artocharpus integra (dikotil)

Perbesaran : 10 x 25

Gambar

keterangan

1. epidermis

2. korteks

3. endodermis

4. xylem

5. empulur

6. Floem

7. kambium

2. pembahasan

Pada praktikum tentang jaringan pada akar dan batang monokotil dan dikotil ini bertujuan untuk mengetahui sistem jaringan, tipe berkas pengangkut maupun tipe stele dari tumbuhan dikotil maupun monokotil. Praktikum ini menggunakan preparat awetan akar dan batang Zea mays untuk monokotil dan awetan akar Helianthus dan batang Arachis hypogea untuk tumbuhan dikotilnya. Sedangkan untuk pengamatan preparat segarnya kelompok kami menggunakan batang Cyperus Sp. ntuk perwakilan tumbuhan monokotil sedangkan untuk tumbuhan dikotilnya menggunakan batang Arthocarpus integra.

Pada pengamatan preparat batang Zea mays dengan perbesaran 4 x 10 terlihat adanya epidermis, korteks, dan berkas pengangkut. Begitu pula pada pengamatan preparat batang Arachis hypogea terlihat bagian yang sama pula pada perbesaran yang sama yaitu epidermis, korteks, dan berkas pengangkut.

Kekurangan hasil pengamatan ini dapat terjadi dikarenakan kelalaian praktikan maupun karena keterbatasan media seperti terbatasnya perbesaran pada mikroskop sehingga pengamatan yang diperoleh kurang atau bahkan sangat tidak mendetail.

Dan jika melihat gambar dari hasil pengamatan yang dilakukan pada batang Zea mays terlihat susunan berkas pengangkut yang tersebar. Sedangkan susunan berkas pengangkut yang ada pada batang Arachis hypogea sudah lebih teratur dan tersusun. Adapun tipe ikatan pembuluh pada batang dikotil yaitu tipe kolateral terbuka, artinya diantara xylem dan floem tedapat kambium yang berfungsi menjadi penghubung keduanya. Sedangkan tipe pembuluh pada batang monokotil yaitu tipe kolateral tertutup karena tidak adanya kambium sistem jaringannya.

Pada pengamatan akar monokotil dengan menggunakan akar dari Zea mays maka dapat dilihat bagian epidermis, endodermis, xylem, floem,korteks. Begitu pula pada pengamatan akar dikotil menggunakan akar Helianthua juga dapat dilihat bagian epidermis,endodermis, berkas pengangkut, dan korteksnya. Jadi dari pengamatan tersebut belum dapat dibedakan dengan jelas penyusun sistem jaringan yang membedakan antara dikotil dan monokotil. Hal ini mungkin dikarenakan kelalaian praktikan dalam mengamati preparat yang ada.

Berbeda halnya bila dibandingkan dengan literatur yang ada, pada gambarnya lebih jelas terlihat perbedaan penyusun sistem jaringan pada akar dikotil maupun monokotilnya. Dan untuk akar monokotil maupun dikotil berkas pengangkutnya tersusun teratur. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Campbell.

Untuk pengamatan dengan menggunakan preparat segar digunakan batang Zea mays pada pengamatan untuk jaringan monokotil dan batang Arthocarpus integra pada pengamatan untuk jaringan dikotilnya.

Berdasarkan gambar hasil pengamatan preparat segar dari tumbuhan monokotil dan dikotil sudah bisa dibedakan, terlihat pada batang Arthocarpus integra adanya korteks dan endodermis. Sedangkan untuk epidermis, xilem, dan flome sama sama terdapat pada batang monokotil maupun dikotil.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil pengamatan dari praktikum ini diketahui bahwa struktur jaringan batang dan akar pada tumbuhan dikotil dan monokotil berbeda. Struktur batangnya disusun oleh jaringan epidermis yang berkutikula. Sistem jaringannya berupa korteks, kemudian memiliki berkas pembuluh yang terdiri dari xilem dan floem. Pada tumbuhan dikotil xilem dan floemnya tersusun rapi melingkari struktur batang, sedangkan pada tumbuhan dikotil xilem dan floem berselang-seling membentuk lingkaran yang tersebar pada seluruh batang. Ikatan pembuluh pada tumbuhan dikotil bertipe kolateral terbuka sedangkan pada tumbuhan monokotil bertipe kolateral tertutup.

Pada tumbuhan dikotil terdapat kambium yang dapat membuat batang membesar melalui pertumbuhan sekunder. Hal tersebut berbeda dengan tumbuhan monokotil yang tidak terdapat kambium.

Struktur akarnya tersusun dari jaringan epidermis, korteks, endodermis, parenkim empulur, dan berkas pembuluh berupa xilem dan floem. Pada akar dikotil floem terletak diluar xilem sedangkan pada akar monokotil terdapat xilem primer yang dikeliling oleh xilem kecil dan floem.

Dalam pengamatan seharusya praktikan lebih teliti dalam mengamati preparat awetan agar mendapatkan hasil yang lebih akurat. Dalam pelaksanaan praktikum sebaiknya dapat menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya agar dapat memperoleh hasil yang diharapkan. Dalam pembuatan preparat awetan segar sebaiknya lebih diperhatikan dengan terampil sehingga perolehan hasil gambar lebih mudah di analisis.

REFERENSI

Atinirmala, P.2006.Biologi.Yogyakarta:Kreasi Wacana.

Budi, M.A.S.2009.Pengaruh Pemberian Pupuk Organik dan 4 Efektif Organisme (EM4) pada Pertumbuhan Fase Vegetatif Tanaman Jagung (Zea mays) var. sweet com.Vol 2, No. 3 April 20092256-263 Jurnal FORMAS ISSN I 1978-8452. http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:vUUg5zUMhusJ:jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/2409256263.pdf+Kurva+Sigmoid+Pertumbuhan+Jagung+Pdf&hl=id&gl=id.(Diakses pada tanggal 16 maret 2014).

Bustami, M.U.2011.Penggunaan 2,4-D Untuk Induksi Kalus Kacang Tanah.Vol IV No.2 Hal:137-141.Sulawesi Tengah:Media Litbang.

Estiti B, H.1995.Anatomi Tumbuhan Berbiji.Bandung:Penerbit ITB.

Kimball, J.W. 1992. Biologi. Jakarta : Erlangga

Prawiro. 1997. Biologi Sains. Jakarta : Bumi Aksara.

Saktiyono. 1989. Biologi 2.Jakarta : Bumi Aksara

Salisbury, F.B.1995.Fisiologi Tumbuhan.Bandung:Institut Teknologi.

Soeprapto. 1994. Biologi Jilid 1. Semarang : Universitas Diponegoro Press.

Taryono.1995.Prinsip Belajar Biologi.Jakarta:PT.Tiga Serangkai.

TOMLINSON, P. B. 1995. Non-homology of vascular organisation in monocotyledons and dicotyledons. In P. J. Rudall, P. J. Cribb, D. F. Cutler, and C. J. Humphries [eds.], Moncotyledons: systematics and evolution, 589 622. Royal Botanic Gardens, Kew, London, UK.