seminar arif

29
BAB 1 TINJAUAN TEORI BRONKITIS ALERGIKA 1.1 DEFINISI Bronkitis akut adalah penyakit infeksi saluran nafas akut (inflamasi bronkus) yang biasanya terjadi pada bayi dan anak yang biasanya juga disertai dengan trakeitis (Ngastiyah; 1997; 36). Bronkitis biasa juga disebut dengan laringotrakeobronkitis akut atau croup dan paling sering menyerang anak usia 3 tahun (Ngastiyah; 1997; 37). 1.2 ETIOLOGI Bronkitis akut biasanya sering disebabkan oleh virus seperti Rhinovirus, Respiratory Syncitial virus (RSV), virus influenza, virus para influenza, dan coxsackie virus. Bronkitis akut juga dapat dijumpai pada anak yang sedang menderita morbilli, pertusis dan infeksi mycoplasma pneumoniae (Ngastiyah; 1997; 37). Penyebab lain dari bronkitis akut dapat juga oleh bakteri (staphylokokus, streptokokus, pneumokokus, hemophylus influenzae). Bronkitis dapat juga disebabkan oleh parasit seperti askariasis dan jamur (Purnawan Junadi; 1982; 206). Penyebab non infeksi adalah akibat aspirassi terhadap bahan fisik atau kimia. Faktor predisposisi terjadinya bronkitis akut adalah perubahan cuaca, alergi, polusi udara dan infeksi saluran nafas atas kronik memudahkan 1

Upload: alif-iffah

Post on 15-Feb-2015

68 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Seminar Arif

BAB 1

TINJAUAN TEORI

BRONKITIS ALERGIKA

1.1 DEFINISI

Bronkitis akut adalah penyakit infeksi saluran nafas akut (inflamasi bronkus) yang

biasanya terjadi pada bayi dan anak yang biasanya juga disertai dengan trakeitis

(Ngastiyah; 1997; 36).

Bronkitis biasa juga disebut dengan laringotrakeobronkitis akut atau croup dan

paling sering menyerang anak usia 3 tahun (Ngastiyah; 1997; 37).

1.2 ETIOLOGI

Bronkitis akut biasanya sering disebabkan oleh virus seperti Rhinovirus,

Respiratory Syncitial virus (RSV), virus influenza, virus para influenza, dan

coxsackie virus. Bronkitis akut juga dapat dijumpai pada anak yang sedang

menderita morbilli, pertusis dan infeksi mycoplasma pneumoniae (Ngastiyah;

1997; 37).

Penyebab lain dari bronkitis akut dapat juga oleh bakteri (staphylokokus,

streptokokus, pneumokokus, hemophylus influenzae). Bronkitis dapat juga

disebabkan oleh parasit seperti askariasis dan jamur (Purnawan Junadi; 1982;

206).

Penyebab non infeksi adalah akibat aspirassi terhadap bahan fisik atau kimia.

Faktor predisposisi terjadinya bronkitis akut adalah perubahan cuaca, alergi,

polusi udara dan infeksi saluran nafas atas kronik memudahkan terjadinya

bronkitis (Ngastiyah; 1997; 37).

1

Page 2: Seminar Arif

1.3 PATHOFISIOLOGI

Virus dan kuman biasa masuk melalui “port de entry” mulut dan hidung

“dropplet infection” yang selanjutnya akan menimbulkan viremia/ bakterimia

dengan gejala atau reaksi tubuh untuk melakukan perlawanan.

1.4 MANIFESTASI KLINIK

1. Tanda toksemi : Malaise, demam, badan terasa lemah, banyak keringat

“Diaphoresis”, tachycardia, tachypnoe.

2. Tanda iritasi : Batuk, ekspektorasi/ peningkatan produksi sekret, rasa

sakit dibawah sternum

2

Virus/ bakteri memasuki tubuh (bakterimia/ viremia)

Infeksi sekunder oleh beberapa penyakit

Batuk kering, setelah 2-3 batuk mulai berdahak dan

timbul lendir.

Mungkin dahak berwarna kuning (infeksi sekunder)

Peningkatan frekwensi pernafasan

Penggunaan otot-otot bantu pernafasan.

Nyeri pada retrosternal

Demam

Malaise

Hipertermia

Nutrisi kurang dari kebutuhan

Perubahan pola nafas

Ketidakefektifan bersihan jalan

nafas

Gangguan keseimbangan

cairan

Aktivasi IG.E

Alergen

Peningkatan pelepasan histamin

Edema mukosa sel goblet memproduksi mukus

Page 3: Seminar Arif

3. Tanda obstruksi : sesak nafas, rasa mau muntah.

1.5 PROGNOSIS

Bila tidak ada komplikasi prognosis bronkitis akut pada anak umumnya baik.

Pada bronkitis akut yang berulang dan bila anak merokok (aktif atau pasif) maka

dapat terjadi kecenderungan untuk menjadi bronkitis kronik kelak pada usia

dewasa (Ngastiyah; 1997; 37).

1.6 PENATALAKSANAAN DAN TERAPI

Untuk terapi disesuaikan dengan penyebab, karena bronkitis biasanya disebabkan

oleh virus maka belum ada obat kausal. Obat yang diberikan biasanya untuk

mengatasi gejala simptomatis (antipiretika, ekspektoran, antitusif, roburantia).

Bila ada unsur alergi maka bisa diberikan antihistamin. Bila terdapat

bronkospasme berikan bronkodilator.

Penatalaksanaannya adalah istirahat yang cukup, kurangi rokok (bila merokok),

minum lebih banyak daripada biasanya, dan tingkatkan intake nutrisi yang

adekuat.

Bila pengobatan sudah dilakukan selama 2 minggu tetapi tidak ada perbaikan

maka perlu dicurigai adanya infeksi bakteri sekunder dan antibiotik boleh

diberikan. Pemberian antibiotik adalah 7-10 hari, jika tidak ada perbaikan maka

perlu dilakukan thorak foto untuk menyingkirkan kemungkinan kolaps paru

segmental dan lobaris, benda asing dalam saluran pernafasan dan tuberkulosis.

1.7 PENGKAJIAN

1. Riwayat penyakit masa lalu

Faktor pencetus timbulnya bronkitis (infeksi saluran pernafasan atas, adanya

riwayat alergi, stress).

Frekwensi timbulnya wheezing, lama penggunaan obat-obat sebelumnya

(paling akhir), riwayat asthma, adanya faktor keturunan terhadap alergi.

2. Pemeriksaan fisik

Peningkatan usaha dan frekwensi pernafasan, penggunaan otot bantu

3

Page 4: Seminar Arif

pernafasan (mungkin didapatkan adanya bentuk dada barrel/ tong), suara

nafas (rales, ronchi, wheezing), peningkatan tekanan darah dan denyut nadi,

menunjukkan tanda dari terjadinya “failure respiratory” seperti diaporesis,

kelelahan, penurunan kemampuan bereaksi “decreased responsiveness” dan

cyanosis. Turgor kulit, ubun-ubun besar.

Perubahan pada pemeriksaan gas darah, perubahan pada eosinopil (pada

hitung jenis darah), pemeriksaan pada foto thoraks.

3. Faktor pertumbuhan dan psikososial

Usia, seberapa jauh faktor pencetus mempengaruhi kehidupan sosial

penderita, tingkat pengetahuan keluarga dan klien terhadap regimen

pengobatan yang diberikan, mekanisme koping keluarga dan klien,

kebiasaan yang dikaitkan dengan kenyamanan klien (waktu tidur, waktu

istirahat dan benda kesayangan). Pengalaman dirawat di rumah sakit

sebelumnya, kerabat keluarga dengan riwayat asthma.

4. Pengetahuan klien dan keluarga

Pengetahuan keluarga tentang pengobatan yang diberikan (nama, cara kerja,

frekwensi, efek samping dan tanda-tanda terjadinya kelebihan dosis).

Pengobatan non farmakologis “non medicinal intervenstions” seperti

olahraga secara teratur serta mencegah kontak dengan alergen atau iritan

(jika diketahui penyebab alergi), support sistem, kemauan dan tingkat

pengetahuan keluarga.

1.8 DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan bronchospasme,

edema mukosa, akumulasi mukus.

Tujuan:

Jalan nafas bersih dan patent setelah mendapat tindakan keperawatan,

dengan kriteria:

Pada saat bernafas tidak menggunakan otot-otot bantu, frekwensi nafas 20-

24 kali permenit, suara nafas bronkovesikuler dan tidak ada suara nafas

tambahan.

4

Page 5: Seminar Arif

Intervensi:

a. Jelaskan pada klien dan keluarga beberapa tindakan yang dapat dilakukan

untuk meningkatkan proses pengeluaran sekret.

R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan keluarga dan klien

kooperatif dalam tindakan perawatan.

b. Anjurkan kepada klien dan keluarga agar memberikan minum lebih

banyak dan hangat kepada klien.

R/ Peningkatan hidrasi cairan akan mengencerkan sekret sehingga sekret

akan lebih mudah dikeluarkan.

c. Lakukan fisioterapi nafas dan latihan batuk efektif

R/ Fisoterapi nafas melepaskan sekret dari tempat perlekatan, postural

drainase memudahkan pengaliran sekret, batuk efektif mengeluarkan

sekret secara adekuat.

d. Kolaborasi dalam pemberian ekspektoran.

R/ Ekspektoran mengandung regimen yang berfungsi untuk

mengencerkan sekret agar lebih mudah dikeluarkan.

e. Observasi: Pernafasan (rate, pola, penggunaan otot bantu, irama, suara

nafas, cyanosis), tekanan darah, nadi, dan suhu.

R/ Tanda vital merupakan indikator yang dapat diukur untuk mengetahui

kecukupan suplai oksigen.

2. Resiko gangguan keseimbangan cairan (defisit) berhubungan dengan

penurunan intake oral, dyspnoe, tacypnoe.

Tujuan:

Tidak terjadi gangguan keseimbangan cairan selama dalam masa perawatan

dengan kriteria:

Produksi urine 50 cc/jam, tekanan darah 100/80 mmHg -120/80 mmHg,

denyut nadi 80 -100 kali permenit dan teraba penuh, ubun-ubun besar datar,

mata tidak cowong.

Intervensi:

a. Jelaskan pada klien dan keluarga tentang manfaat dari pemberian minum

yang adekuat.

R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan keluarga dan klien

5

Page 6: Seminar Arif

kooperatif terhadap tindakan keperawatan.

b. Anjurkan kepada keluarga untuk memberikan minum yang adekuat.

R/ Intake cairan yang adekuat mencegah timbulnya defisit cairan.

c. Kolaborasi dalam pemberian cairan perparenteral.

R/ anak yang mengalami dyspnoe akan mengalami kesulitan dalam

asupan perenteral/ per os.

d. Observasi intake dan output

R/ mengetahui sejak dini dengan menghitung secara tepat agar tidak

terjadi defisit cairan.

e. Observasi tanda vital dan produksi urine serta keadaan umum.

R/ Gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh dapat mengakibatkan

perubahan pada tanda vital, produksi urine.

3. Resiko tinggi peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses

penyakitnya

Tujuan:

Suhu tubuh dalam batas normal setelah mendapat tindakan keperawatan

dengan kriteria:

Suhu tubuh dalam batas normal, tekanan darah dalam batas normal, nadi

dan respirasi dalam batas normal.

Intervensi:

a. Jelaskan pada keluarga tindakan perawatan yang akan dilakukan.

R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan klien dan keluarga

kooperatif terhadap tindakan keperawatan.

b. Berikan kompres.

R/ Penurunan panas dapat dilakukan dengan cara konduksi melalui

kompres.

c. Anjurkan kepada keluarga dan klien untuk minum lebih banyak.

R/ Hidrasi cairan yang cukup dapat menurunkan suhu tubuh.

d. Anjurkan kepada keluarga untuk memakaikan baju yang tipis dan

menyerap keringat untuk klien.

R/ Penurunan suhu dapat dilakukan dengan tehnik evaporasi.

e. Kolaborasi dalam pemberian antipiretik.

6

Page 7: Seminar Arif

R/ Antipiretik mengandung regimen yang bekerja pada pusat pengatur

suhu di hipotalamus.

f. Observasi tanda-tanda vital.

R/ Peningkatan suhu tubuh mencerminkan masih adanya bakterimia,

viremia

4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan rasa nausea,

vomiting, malaise.

Tujuan:

Nutrisi terpenuhi secara adekuat setelah mendapat tindakan keperawatan

dengan kriteria:

Berat badan dalam batas normal, terjadi peningkatan berat badan, klien mau

menghabiskan makanan yang disajikan.

Intervensi:

a. Jelaskan pada klien dan keluarga tentang manfaat dari nutrisi yang

adekuat.

R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan klien dan keluarga

kooperatif terhadap tindakan perawatan yang diberikan.

b. Sajikan makanan dalam keadaan hangat dan menarik.

R/ Merangsang peningkatan nafsu makan pada fase sefal.

c. Berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering.

R/ Dilatasi lambung yang berlebihan merangsang rasa mual dan muntah.

d. Kolaborasi dalam pemberian vitamin/ roboransia.

R/ Roboransia memberikan efek dalam peningkatan nafsu makan.

e. Observasi kemampuan klien dalam menghabiskan makanan, berat

badan.

R/ Deteksi dini terhadap perkembangan klien.

5. Kecemasan berhubungan dengan rasa sesak, prosedur tindakan perawatan dan

pengobatan.

Tujuan:

Rasa cemas berkurang setelah mendapat penjelasan dengan kriteria:

Klien mengungkapkan sudah tidak takut terhadap tindakan perawatan, klien

tampak tenang, klien kooperatif.

7

Page 8: Seminar Arif

Interevensi:

a. Jelaskan pada klien setiap tindakan yang akan dilakukan.

R/ Penjelasan yang memadai memungkinkan klien kooperatif terhadap

tindakan yang akan dilakukan.

b. Berikan motivasi pada keluarga untuk ikut secara aktif dalam kegiatan

perawatan klien.

R/ Peran serta keluarga secara aktif dapat mengurangi rasa cemas klien.

c. Observasi tingkat kecemasan klien dan respon klien terhadap tindakan

yang telah dilakukan.

R/ Deteksi dini terhadap perkembangan klien.

6. Kurang pengetahuan tentang keadaan penyakit anaknya berhubungan dengan

terbatasnya informasi

Tujuan:

Keluarga memiliki pengetahuan yang cukup setelah mendapatkan

penjelasan dengan kriteria hasil:

Keluarga mampu menjelaskan lagi tentang :

- Rencana program pengobatan dan penatalaksanaan yang akan dijalani

pada anaknya

- Efek samping penggunaan obat-obatan.

- Olahraga yang dapat dilakukan

- Penjelasan dengan bahasanya sendiri.

Intervensi:

a. Jelaskan pada keluarga tentang pengobatan Bronchitis pada anak.

R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan klien dan keluarga

mengerti tujuan dilakukannya pemberian terapi/ pengobatan.

b. Jelaskan pada keluarga tentang olahraga yang dapat dilakukan.

R/ Olahraga ringan dapat membantu meningkatkan compliance paru.

c. Jelaskan pada keluarga tentang efek samping penggunaan obat-obatan.

R/ Mencegah terjadinya komplikasi akibat efek samping pengobatan.

d. Observasi pengetahuan keluarga tentang penjelasan yang diberikan oleh

petugas.

R/ Kemampuan keluarga dalam memberikan penjelasan mencerminkan

8

Page 9: Seminar Arif

tingkat pemahaman keluarga.

9

Page 10: Seminar Arif

BAB 2

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. N DENGAN BRONKITIS

ALERGIKA DI POLI ANAK RSUD DR. SOETOMO SURABAYA

2.1 PENGKAJIAN

Pengkajian dilakukan pada tanggal 1 Mei 2003 pukul 10.00 WIB di Poli Alergi

RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

1. IDENTITAS KLIEN / BIODATA

Nama : An. N

Tempat tanggal lahir : Surabaya, 3 Februari 1997

Usia : 6 tahun (anak pertama)

Jenis kelamin : perempuan.

Nama ayah/ ibu : Tn. S/ Ny. T

Pendidikan ayah/ ibu : SMA/ SMA

Agama : Islam

Suku bangsa : Jawa/ Indonesia

Alamat : Surabaya

No. DMK : 10135091

Sumber informasi : Ibu dan anak

Diagnosa medis : Bronkhitis alergika.

2. RIWAYAT KEPERAWATAN

1) Keluhan utama

Ibu mengungkapkan An. N sejak minum es batuk terus menerus selama 2 hari,

batuk disertai dahak yang kental dan susah keluarnya. Bila lari anak merasa

sesak.

2) Riwayat penyakit sekarang

2 hari sebelum kunjungan ke poli alergi, klien minum es + ½ jam setelah klien

minum es klien batuk-batuk, diserta dengan riak dan rasa sesak. Sesak

bertambah berat saat anak lari-lari. Kemudian oleh ibu anak dibawa ke Poli

Alergi RSUD Dr. Soetomo surabaya.

3) Riwayat penyakit dahulu

10

Page 11: Seminar Arif

Klien menderita alergi sejak usia 10 bulan dengan keluhan batuk disertai

dengan sesak kemudian berobat dan sembuh. Pada usia anak 2 tahun kambuh

lagi kemudian klien periksa dan rutin kontrol selama + ½ tahun. Pada usia 10

tahun kambuh lagi setelah memakan buah melon. Klien bisa memenuhi

kebutuhan tidurnya, ibu mengungkapkan sulit mengontrol makanan yang

dikonsumsi anakanya terutama hal-hal yang dingin yang dapat menyebabkan

alergi.

4) Riwayat penyakit keluarga

Ibu mengungkapkan bahwa ayah klien alergi terhadap debu rumah dan buah

kelengkeng, tetapi didalam anggota keluarga tidak ada yang menderita asma.

5) Riwayat kehamilan dan persalinan

Klien lahir dengan berat badan lahir 3100 gram, lahir langsung menangis,

menurut ibu klien selama hamil ibu periksa ke bidan praktek. Klien minum

ASI sampai usia 6 bulan, PASI dan bubur susu diberikan sampai anak berusia 5

tahun. Susu yang diberikan adalah Lactogen.

6) Riwayat imunisasi

Klien telah mendapatkan imunisasi dasar yang lengkap yaitu: BCG, Polio,

DPT, Campak dan hepatitis.

7) Riwayat nutrisi

Ibu mengungkapkan An. N diberikan ASI sampai usia 6 bulan, PASI dimulai

pada saat usia anak mencapai 4 bulan, makanan tambahan berupa bubur susu

diberikan pada saat anak berusia 4 bulan. Pada saat pengkajian BB 19 kg, TB

105 cm. Ibu mengungkapkan anak sulit makan selam sakit ini, makanan yang

disajikan tidak pernah dihabiskan.

8) Riwayat tumbuh kembang

Pada saat ini anak memasuki masa Industri Vs Inferior. Pada saat ini

bersekolah di SD kelas 1 dan anak mampu bermain dengan anak lainnya di

sekolah dan di rumah.

9) Data Psikososial

Ibu mengungkapkan bertempat tinggal di daerah yang penduduknya padat.

Pendapatan keluarga + 750.000,-/ bulan.

11

Page 12: Seminar Arif

3. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK (HEAD-TO-TOE).

1) Keadaan umum

Anak duduk di meja pemeriksaan kesadaran compomentis, anak tampak batuk-

batuk, tampak agak sesak, nadi 92 x/mnt, suhu 37OC, pernafasan 28 x/mnt

Kepala dan leher

Kepala berbentuk simetris, rambut bersih, hitam dan penyebarannya merata,

terpotong pendek.

Mata tidak ada anemi, ikterus tidak ada.

Telinga tidak ada serumen.

Hidung tidak terdapat pernafasan cuping hidung.

Mulut bersih, tidak terdapat karies gigi.

Leher tidak terdapat pembesaran kelenjar, klien mampu menelan tanpa terasa

sakit/ nyeri, tidak ada kaku kuduk.

2) Dada dan thoraks

Pergerakan dada simetris, Wheezing +/+, Ronchi +/+, retraksi otot bantu

pernafasan ringan. Pemeriksaan jantung, ictus cordis terletak di midclavicula

sinistra ICS 4-5, S1S2 tunggal tidak ada bising/ murmur.

3) Abdomen

Bentuk supel, tidak ada meteorismus, bising usus + normal 5 x/ mnt, tidak ada

nyeri tekan, hepar dan limpa tidak teraba.

4) Ekstrimitas

Tidak ada kelainan dalam segi bentuk, uji kekuatan otot adalah 5 untuk

masing-masing ekstrimitas. Klien mampu menggerakkan ekstrimitas sesuai

dengan arah gerak sendi.

4. DIAGNOSTIC TEST / PEMERIKSAAN PENUNJANG MEDIS

Darah Lengkap : tanggal 30 April 2003

Hb 13 gr %, LED14-28, leukosit 6800, diff. Count -/ -/ 2/ 61 / 35/ 2

Pemeriksaan alergi:

House dust 10,3 mm, tomat 12,7 mm, udang 12,5 mm, histamin 30,8 mm.

Foto thoraks:

Tidak didapatkan kelainan, sinus phrenicostalis tajam.

12

Page 13: Seminar Arif

5. ANALISA DAN SINTESA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH

S:

O:

Ibu mengungkapkan anak batuk

disertai riak dengan sesak sejak 2

hari yang lalu.

- Wheezing +/+.

- Rhonci +/+.

- RR 28 x/mnt, teratur.

- Retraksi intercosta ringan.

- Pergerakan dada simetris, irama

nafas teratur.

Alergen

Aktivasi Ig. E

Pengeluaran histamin

Organ target (saluran pernafasan)

Edema mukosa

Proses peradangan

Peningkatan produksi mukus

Bersihan jalan

nafas

S:

O:

- Ibu mengungkapkan sulit

mengontrol makanan yang

dimakan oleh anak yang menjadi

sumber alergi.

- Klien menderita alergi sejak 10

bulan dan kambuh kembali pada

usia 2 dan 10 tahun.

Klien batuk disertai sputum, agak

sesak, RR 28 x/mnt.

Alergi

Membutuhkan pengetahuan

orang tua dan kepatuhan anak

untuk penghindaran alergen

Tidak patuh

Ketidakefektifan

penatalaksanaan regimen

pengobatan

Resiko tinggi

Pelaksanaan

regimen tidak

efektif

S:

O:

Ibu klien mengeluh merasa cemas

bagaimana kelanjutan keadaan

sakit klien

Ekspresi wajah ibu yang terlihat

cemas

Rencana program pemeriksaan

dan pengobatan yang lama

Kecemasan

orang tua

13

Page 14: Seminar Arif

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan

produksi sekret yang ditandai dengan Ibu mengungkapkan anak batuk

disertai riak dengan sesak sejak 2 hari yang lalu, Wheezing +/+, Rhonki

+/+, RR 28 x/mnt irama teratur.

b. Resiko tinggi pelaksanaan regimen pengobatan tidak efektif berhubungan

dengan ketidakpatuhan yang ditandai dengan Ibu mengungkapkan sulit

mengontrol makanan yang dimakan oleh anak yang menjadi sumber

alergi.

c. Kecemasan orang tua berhubungan dengan rencana pelaksanaan program

pengobatan yang lama ditandai dengan keluhan cemas tentang kelanjutan

keadaan sakit klien dan ekspresi wajah ibu yang terlihat cemas.

14

Page 15: Seminar Arif

II. PERENCANAAN

NO. DIAGNOSA

KEPERAWATAN

TUJUAN KRITERIA

HASIL

INTERVENSI RASIONAL

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret yang ditandai dengan Ibu mengungkapkan anak batuk disertai riak dengan sesak sejak 2 hari yang lalu, Wheezing +/+, Rhonci +/+, RR 28 x/mnt, teratur, Retraksi intercosta ringan.

Jalan nafas bersih dan patent setelah mendapat tindakan keperawatan.

- Pada saat bernafas tidak menggunakan otot-otot bantu.

- frekwensi nafas dalam batas normal 15-30 x/mnt.

- suara nafas broncho vesikuler.

a. Jelaskan pada klien dan keluarga beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan proses pengeluaran sekret.

b. Anjurkan kepada klien dan keluarga agar memberikan minum lebih banyak dan hangat kepada klien.

c. Ajarkan pada keluarga fisioterapi nafas dan latihan batuk efektif

d. Kolaborasi dalam pemberian ekspektoran.

e. Observasi: Pernafasan (rate, pola, penggunaan otot bantu, irama, suara nafas, cyanosis), tekanan darah, nadi, dan suhu.

a. Pengetahuan yang memadai memungkinkan keluarga dan klien kooperatif dalam tindakan perawatan.

b. Peningkatan hidrasi cairan akan mengencerkan sekret sehingga sekret akan lebih mudah dikeluarkan.

c. Fisoterapi nafas melepaskan sekret dari tempat perlekatan, postural drainase memudahkan pengaliran sekret, batuk efektif mengeluarkan sekret secara adekuat.

d. Ekspektoran mengandung regimen yang berfungsi untuk mengencerkan sekret agar lebih mudah dikeluarkan.

e. Tanda vital merupakan indikator yang dapat diukur untuk mengetahui kecukupan suplai oksigen, suplai oksigen yang cukup merupakan tanda jalan nafas sudah bebas dan patent

15

Page 16: Seminar Arif

NO. DIAGNOSA

KEPERAWATAN

TUJUAN KRITERIA

HASIL

INTERVENSI RASIONAL

2. Ketidakefektifan pelaksanaan regimen pengobatan berhubungan dengan ketidakpatuhan yang ditandai dengan Ibu mengungkapkan sulit mengontrol makanan yang dimakan oleh anak yang menjadi sumber alergi.

Orang tua menunjukkan keinginan untuk berperan aktif dalam penata laksanaan pengobatan dan perawatan agar efektif setelah mendapat penjelasan dari petugas.

- Orang tua mengetahui faktor-faktor yang mem pengaruhi timbulnya alergi.

- Orang tua mengetahui cara dan tindakan yang dilakukan untuk menghindari kontak dengan alergen.

a. Berikan penyuluhan pada keluarga tentang bahan-bahan terutama makanan yang menjadi bahan alergen bagi anak.

b. Diskusikan dengan keluarga mengenai alternatif tindakan yang mungkin dilakukan untuk menghindari kontak dengan alergen.

c. Berikan positif reinforcement pada orang tua dan anak jika kooperatif.

a. Pengetahuan yang memadai memungkinkan klien dan keluarga koopertif terhadap tindakan perawatan.

b. Alternatif cara yang dipilih oleh keluarga merupakan jalan keluar yang sesuai dengan keadaan keluarga.

c. Positif reinforcement meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi keluarga untuk berperan aktif dalam perawatan klien.

NO. DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL 16

Page 17: Seminar Arif

KEPERAWATAN HASIL

3. Kecemasan orang tua (ibu) berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang program pengobatan yang lama ditandai dengan keluhan cemas tentang kelanjutan keadaan sakit klien dan ekspresi wajah ibu yang terlihat cemas

Kecemasan ibu berkurang atau tidak ada lagi

- -Ibu tidak tampak cemas

- Dalam waktu 1 jam, orang tua (ibu ) dapat mengerti program pengobatan anaknya

- ibu dapat menguraikan program pemeriksaan yang dianjurkan pihak medis dalam penanganan masalah anaknya.

a. Kaji pengetahuan ibu tentang program pengobatan

b. Terangkan bahwa anak mengalami keterlambatan perkembangan bicara dan dapat di perbaiki secara maksimal dalam batas waktu tertentu dengan usaha yang keras.

c. Dorong keluarga untuk mau melakukan pemeriksan yang lengkap terhadap alergi yang di alami anaknya.

d. Support keluarga dalam melakukan stimulasi pada anak

e. Kuatkan koping keluarga dalam menerima kondisi anak.

.

a. Agar lebih mudah batas mana mulai dari mana menerangkan

b. Peningkatan pemahaman dan kesadaran orangtua untuk bisa menerima keadaan anaknya dan menggali koping yang positip terhadap kemampuan yang ada pada

c. Membantu di dalam menentukan faktor pencetus alergi yang lebih pasti dan mempercepat proses penanganan yang lebih cepat dan tepat.anaknya

d. Meningkatkan harapan dan kemauan keluarga dalam melakukan stimulasi.

e. Meningkatkan penerimaan keluarga terhadap kondisi anak

17

Page 18: Seminar Arif

III. IMPLEMENTASI

TGL/

PUKUL

NO. DP PELAKSANAAN TINDAKAN

1 Mei 200310.30 WIB

1. a. Menjelaskan kepada ibu bahwa sekret dapat dikeluarkan dengan batuk, tetapi bila sekret kental akan mempersulit pengeluaran sekret. Oleh karena itu sekret perlu diencerkan dengan minum lebih banyak dan hangat, minum obat sesuai dosis dan tepat waktu.

b. Menganjurkan kepada ibu agar memberikan minum yang lebih banyak kepada anak dan yang hangat.

c. Mengajarkan kepada ibu dan klien cara batuk efektif yaitu menghirup nafas dalam 2 kali kemudian dibatukkan dengan keras sampai riak keluar.

d. Memberikan penjelasan tentang pengobatan dan perawatan klien dirumah.

e. Mengobservasi: Pernafasan (rate, pola, penggunaan otot bantu, irama, suara nafas, cyanosis), tekanan darah, nadi, dan suhu.

1 Mei 200310.30 WIB

2. a. Memberikan penjelasan tentang faktor alergen yang seharusnya dihindari oleh anak.

b. Berdiskusi dengan keluarga tentang tindakan yang dapat dilakukan untuk menghindari alergen yaitu:- Membersihkan rumah.- Tidak menyajikan makanan yang menjadi sumber alergen.- Mengganti jenis makanan yang menjadi sumber alergen dengan

makanan yang lain.- Memotivasi anak agar tidak mengkonsumsi makanan yang

menjadi sumber alergen.c. Memberikan pujian dan dorongan terhadap rencana tindakan

keluarga yang positif. 1 Mei 200311.00 WIB

3 a. Kaji pengetahuan ibu tentang rencana pelaksanaan program pengobatan selanjutnya.

b. Terangkan bahwa anak yang mengalami alergi dapat hidup normal seperti anak laninnya hanya dengan menghindari faktor pencetus alergi.

c. Dorong keluarga untuk mau melakukan pemeriksan yang lengkap terhadap alergi yang di alami anaknya.

d. Support keluarga dalam melakukan stimulasi pada anak

e. Kuatkan koping keluarga dalam menerima kondisi anak.

.

18

Page 19: Seminar Arif

IV. EVALUASI

NO. S O A P

1. S :

O :

A :

P :

Ibu mengungkapkan dapat memahami penjelasan yang diberikan oleh petugas

tentang tindakan yang mungkin dilakukan untuk memudahkan pengeluaran riak.

- Ibu mampu menjelaskan kembali apa yang telah dijelaskan petugas sesuai dengan

bahasa ibu sendiri.

- Ibu tampak menganggukkan kepala saat dijelaskan oleh petugas.

- Batuk (+), Wheezing +/+, ronchi +/+.

Masalah belum teratasi.

Ibu mengerti tentang penjelasan tentang tindakan untuk membantu pengeluaran

sekret.

Kontrol ke Poli anak 3 minggu lagi.

2. S :

O :

A :

P :

Ibu mengungkapkan sudah mengerti penjelasan tentang faktor yang menjadi

penyebab batuk-batuk dan sesak pada anaknya dan cara untuk menghindarinya.

Ibu dapat menjelaskan kembali tentang alergen dan usaha untuk menghindarinya.

Masalah teratasi.

Rencana perawatan dihentikan, kontrol 3 minggu lagi.

3. S :

O :

A :

P :

Ibu merasa sudah tidak cemas lagi

Ekspresi wajah ibu terlihat tenang

Kecemasan ibu teratasi

Rencana perawatan dihentikan, kontrol 3 minggu lagi

DAFTAR PUSTAKA

19

Page 20: Seminar Arif

Carpenito. L.D. (1997). Nursing diagnosis; application to clinical practice. 7th

Edition. Lippincott. Philadelpia. New York.

Ngastiyah (1998). Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta

Soetjiningsih (1995). Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta.

20