laporan kasus rifa imaroh ksb

41
BAB I PENDAHULUAN Penyakit kanker kulit dewasa ini cenderung mengalami peningkatan jumlahnya terutama di kawasan Amerika, Australia dan Inggris. Berdasarkan beberapa penelitian, orang-orang kulit putih yang lebih banyak menderita jenis kanker kulit ini. Hal tersebut diprediksikan sebagai akibat seringnya mereka terkena (banyak terpajan) cahaya matahari. Di Indonesia penderita kanker kulit terbilang sangat sedikit dibandingkan ke-3 negara tersebut, namun demikian kanker kulit perlu dipahami karena selain menyebabkan kecacatan (merusak penampilan) juga pada stadium lanjut dapat berakibat fatal bagi penderita. Kanker ini dapat dilihat secara visual langsung dan dengan mengadakan pemeriksaan biopsi, diagnosis dapat ditegakkan dengan cepat. Oleh karena itu sebelumnya kanker kulit dapat dideteksi secara dini. Tetapi kenyataannya masih banyak pasien datang berobat untuk kanker kulit berada dalam stadium lanjut, disertai kerusakan-kerusakan setempat yang sulit diobati atau dengan anak sebar. Hal ini sangat disayangkan oleh karena kalau dideteksi sedini mungkin dapat segera dilakukan tindakan pengobatan, maka hasilnya akan sangat memuaskan. Oleh karena itu pengetahuan mengenai tanda-tanda dini dari kanker kulit 1

Upload: rifa-imaroh

Post on 23-Dec-2015

56 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

laporan kasus karsinoma sel basal

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kasus Rifa Imaroh Ksb

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit kanker kulit dewasa ini cenderung mengalami

peningkatan jumlahnya terutama di kawasan Amerika, Australia dan Inggris.

Berdasarkan beberapa penelitian, orang-orang kulit putih yang lebih banyak

menderita jenis kanker kulit ini. Hal tersebut diprediksikan sebagai akibat

seringnya mereka terkena (banyak terpajan) cahaya matahari. Di Indonesia

penderita kanker kulit terbilang sangat sedikit dibandingkan ke-3 negara tersebut,

namun demikian kanker kulit perlu dipahami karena selain menyebabkan

kecacatan (merusak penampilan) juga pada stadium lanjut dapat berakibat fatal

bagi penderita.

Kanker ini dapat dilihat secara visual langsung dan dengan

mengadakan pemeriksaan biopsi, diagnosis dapat ditegakkan dengan cepat. Oleh

karena itu sebelumnya kanker kulit dapat dideteksi secara dini. Tetapi

kenyataannya masih banyak pasien datang berobat untuk kanker kulit berada

dalam stadium lanjut, disertai kerusakan-kerusakan setempat yang sulit diobati

atau dengan anak sebar. Hal ini sangat disayangkan oleh karena kalau dideteksi

sedini mungkin dapat segera dilakukan tindakan pengobatan, maka hasilnya akan

sangat memuaskan. Oleh karena itu pengetahuan mengenai tanda-tanda dini dari

kanker kulit sangat penting, baik untuk pasien, maupun untuk para praktisi dokter

dan petugas kesehatan.

Jenis tumor ganas kulit yang banyak ditemukan diseluruh dunia ialah

karsinoma sel basal (basalioma), karsinoma sel skuamosa, yang tergolong

nonmelanoma dan melanoma maligna. Karsinoma sel basal adalah paling umum.

Di Amerika, sekitar 800.000 orang mengidap kanker ini setiap tahun, 75% kanker

kulit adalah kanker sel basal. Karsinoma sel skuamosa juga didapati pada 200.000

orang Amerika setiap tahun. Di Australia jumlah kasus baru KSB 652 per tahun

/100 ribu penduduk, sedangkan di AS 480 per tahun/100 ribu penduduk. Di

Indonesia menurut data Badan Registrasi Ikatan Ahli Patologi Indonesia tahun

1989, dari 1530 kasus kanker kulit, yang terbanyak adalah kasus karsinoma sel

basal yaitu 39,93% (Tambunan G,W.1995).

1

Page 2: Laporan Kasus Rifa Imaroh Ksb

BAB II

LAPORAN KASUS

1.1 Status Pasien

1.1.1 Identitas

Nama : Ny. M

Umur : 48 tahun

Pendidikan : SD

Pekerjaan : IRT dan petani

Agama : Islam

Alamat : RT 02 RW 11 Sindangjaya, Bangbayang, Gekbrong,

Kabupaten Cianjur

1.1.2 Anamnesis

Pasien datang ke Poli RSUD Cianjur pada tanggal 27 Januari 2015 pukul

10.00 WIB

1. Keluhan Utama:

Borok pada sela lipat hidung bagian kanan

2. Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien mengeluh ada borok pada sela lipat hidung bagian kanan yang tidak

sembuh-sembuh, awalnya hanya tai lalat lalu dalam jangka waktu kurang

lebih dua tahun tai lalat melebar disertai dengan rasa perih, nyeri, dan

gatal. Os mengaku kadang menggaruk tai lalatnya, kemudian tai lalat yang

melebar menjadi menimbul lama-lama menjadi seperti borok, warnanya

berubah menjadi seperti kulit biasa. Borok semakin membesar disertai

dengan rasa gatal yang hilang timbul. Kemudian borok berubah warna

menjadi kemerahan, kadang digaruk dengan tangan lama-lama timbul

seperti luka kemudian mengering dibagian tengahnya. saat ini os

merasakan borok semakin keras dan masih gatal yang dirasakan hilang

timbul. Os mengaku tidak mengalami penurunan berat badan selama 2

tahun ini. Os bekerja sebagai ibu rumah tangga dan petani, namun

2

Page 3: Laporan Kasus Rifa Imaroh Ksb

kesehariannya sering dihabiskan di sawah. Os mengakui sering terpapar

sinar matahari karena pekerjaannya sebagai petani.

3. Riwayat pengobatan:

Belum pernah diobati sebelumnya

4. Riwayat Penyakit Dahulu:

Keluhan dirasakan sudah dua tahun tidak sembuh-sembuh dan tidak

memiliki riwayat penyakit lain.

5. Riwayat penyakit keluarga:

Tidak ada keluhan yang sama di keluarga

6. Riwayat Alergi

Tidak ada

7. Riwayat Psikososial:

OS mengaku sering mengonsumsi semua jenis makanan serta bekerja

sebagai ibu rumah tangga dan petani. kesehariannya sering dihabiskan di

sawah. Os mengakui sering terpapar sinar matahari karena pekerjaannya

sebagai petani.

1.1.3 Pemeriksaan Fisik (27 Januari 2015)

1. Status Generalisata

Keadaan umum : baik

Kesadaran : CM

BB : 47 kg

TB : 148 cm

2. Tanda Vital

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 86 x/menit

Temperatur : 36,8oC

RR : 20 x/menit

3. Kepala

Normocephal, rambut hitam, lurus, tidak rontok

4. Mata

Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

3

Page 4: Laporan Kasus Rifa Imaroh Ksb

5. Hidung

Tidak ada deformitas dan epistaksis, terdapat tumor pada sela lipat hidung

bagian kanan.

Status lokalis at regio nasolabialis dexstra

Inspeksi:

Terdapat tumor ukuran diameter 3 cm, menimbul, berwarna kemerahan

disertai squama dan krusta yang tipis, dan kering.

Palpasi:

Benjolan keras, permukaan tidak rata, berbatas tegas, terfiksir, tidak

terdapat nyeri tekan

Status dermatologi

Distribusi : regional

At regio : nasolabialis dextra

Lesi : soliter, konfluens, bentuk tidak teratur, berbatas tegas, ukuran

diameter 3 cm, menimbul dengan tepi yang meninggi keras, dan

kering.

Efloresensi: makula eritema, makula hiperpigmentasi, nodul, ulkus,

ekskoriasi, krusta tipis.

Gambar 1.

Pasien kasus dengan karsinoma sel basal.

4

Page 5: Laporan Kasus Rifa Imaroh Ksb

6. Mulut

Mukosa bibir basah, lidah bersih

7. Leher

Tidak teraba massa, tidak ada pembesaran KGB dan tiroid

8. Thorax

Jantung:

I : Ictus kordis tidak terlihat

P : Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicularis sinistra

P : Batas kanan jantung ICS IV, linea parasternalis dekstra

Batas kiri jantung ICS IV, linea midclavikularis sinistra

A : Bunyi jantung I dan II reguler , murmur (-),gallop (-)

Pulmo :

I : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis

P : Vocal fremitus kanan = kiri

P : Sonor pada kedua lapang paru

A : Vesikuler pada kedua lapang paru, tidak ada ronkhi dan wheezing

pada kedua lapang paru

9. Abdomen

I : Perut tampak datar, tidak distensi

A : Bising usus (+) pada 4 kuadran

P : timpani pada 4 kuadran

P : lembut, tidak ada nyeri tekan pada seluruh abdomen dan Deffanse

Muskular, tidak ada hepatomegali dan splenomegali, terdapat

pekak hepar

10. Ektremitas atas dan bawah

CRT<2 detik, akral hangat

1.1.4 Resume

Pasien mengeluh ada borok pada sela lipat hidung bagian kanan yang tidak

sembuh-sembuh, awalnya hanya tai lalat lalu dalam jangka waktu kurang

lebih dua tahun tai lalat melebar disertai dengan rasa perih, nyeri, dan

5

Page 6: Laporan Kasus Rifa Imaroh Ksb

gatal. Os mengaku kadang menggaruk tai lalatnya, kemudian tai lalat yang

melebar menjadi menimbul lama-lama menjadi seperti borok, warnanya

berubah menjadi seperti kulit biasa. Borok semakin membesar disertai

dengan rasa gatal yang hilang timbul. Kemudian borok berubah warna

menjadi kemerahan, kadang digaruk dengan tangan lama-lama timbul

seperti luka kemudian mengering dibagian tengahnya. saat ini os

merasakan borok semakin keras dan masih gatal yang dirasakan hilang

timbul. Os mengaku tidak mengalami penurunan berat badan selama 2

tahun ini. Os bekerja sebagai ibu rumah tangga dan petani, namun

kesehariannya sering dihabiskan di sawah. Os mengakui sering terpapar

sinar matahari karena pekerjaannya sebagi petani.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan benjolan pada sela lipat hidung bagian

kanan, Status lokalis ad regio nasolabialis dexstra, inspeksi: terdapat tumor

ukuran diameter 3 cm, menimbul, berwarna kemerahan disertai squama

dan krusta yang tipis, dan kering. Pada palpasi: Benjolan keras, permukaan

tidak rata, berbatas tegas, terfiksir, tidak terdapat nyeri tekan.

Status dermatologi: Distribusi: regional, Ad regio : nasolabialis dextra,

Lesi: soliter, konfluens, bentuk tidak teratur, berbatas tegas, ukuran

diameter 3 cm, menimbul dengan tepi yang meninggi keras, dan kering.

Efloresensi: makula eritema, makula hiperpigmentasi, nodul, ulkus,

ekskoriasi, krusta tipis.

1.1.5 Differensial Diagnosis

Karsinoma sel basal

Karsinoma sel squamosa

Melanoma maligna

1.1.6 Pemeriksaan Penunjang

Usulan pemeriksaan:

1. Foto polos di daerah lesi

2. Pemeriksaan histopatologi

1.1.7 Penatalaksanaan

6

Page 7: Laporan Kasus Rifa Imaroh Ksb

Rencana operasi dengan eksisi luas

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Anatomi kulit

Kulit merupakan pembungkus yang elastisk yang melindungi tubuh dari

pengaruh lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas

ukurannya, yaitu 15% dari berat tubuh dan luasnya 1,50 – 1,75 m2. Rata- rata

tebal kulit 1-2 mm. Paling tebal (6 mm) terdapat di telapak tangan dan kaki dan

paling tipis (0,5 mm) terdapat di penis.

Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok, yaitu epidermis, dermis atau korium,

dan jaringan subkutan atau subkutis.

Gambar 2 Lapisan-lapisan Kulit

7

Page 8: Laporan Kasus Rifa Imaroh Ksb

Epidermis

Epidermis terbagi atas empat lapisan yaitu :

1. Lapisan Basal atau Stratum Germinativum

2. Lapisan Malpighi atau Stratum Spinosum

3. Lapisan Granular atau Sratum Granulosum

4. Lapisan Tanduk atau Stratum Korneum

Pada telapak tangan dan kaki terdapat lapisan tambahan di atas lapisan

granular yaitu Stratum Lusidium atau lapisan-lapisan jernih. Stratum Lusidium,

selnya pipih, bedanya dengan stratum granulosum ialah sel-selnya sudah banyak

yang kehilangan inti dan butir-butir sel telah menjadi jernih sekali dan tembus

sinar. Dalam lapisan terlihat seperti suatu pita yang bening, batas- batas sel sudah

tidak begitu terlihat, disebut stratum lusidium.

Lapisan basal atau germinativum, disebut stratum basal karena sel-selnya

terletak di bagian basal. Stratum germinativum menggantikan sel-sel yang di

atasnya dan merupakan sel-sel induk. Bentuknya silindris (tabung) dengan inti

yang lonjong. Di dalamnya terdapat butir-butir yang halus disebut butir melanin

warna. Sel tersebut disusun seperti pagar (palisade) di bagian bawah sel tersebut

terdapat suatu membran yang disebut membran basalis. Sel-sel basalis dengan

membran basalis merupakan batas terbawah dari epidermis dengan dermis.

Ternyata batas ini tidak datar tetapi bergelombang. Pada waktu kerium menonjol

pada epidermis tonjolan ini disebut papila kori (papila kulit), dan epidermis

menonjol ke arah korium. Tonjolan ini disebut Rete Ridges atau Rete Pegg

(prosessus interpapilaris).

Lapisan Malpighi atau lapisan spinosum/akantosum, lapisan ini merupakan

lapisan yang paling tebal dan dapat mencapai 0,2 mm terdiri dari 5-8 lapisan. Sel–

selnya disebut spinosum karena jika kita lihat di bawah mikroskop sel–selnya

terdiri dari sel yang bentuknya poligonal (banyak sudut) dan mempunyai tanduk

(spina). Disebut akantosum karena sel–selnya berduri. Ternyata spina atau tanduk

tersebut adalah hubungan antara sel yang lain disebut Interceluler Bridges atau

jembatan interseluler.

8

Page 9: Laporan Kasus Rifa Imaroh Ksb

Lapisan granular atau stratum granulosum, stratum ini terdiri dari sel–sel

pipih seperti kumparan. Sel–sel tersebut terdapat hanya 2-3 lapis yang sejajar

dengan permukaan kulit. Dalam sitoplasma terdapat butir–butir yang disebut

keratohiolin yang merupakan fase dalam pembentukan keratin oleh karena

banyaknya butir–butir stratum granulosum.

Stratum korneum, selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel (inti selnya

sudah mati) dan mengandung zat keratin. Epidermis juga mengandung kelenjar

ekrin, kelenjar apokrin, kelenjar sebaseus, rambut dan kuku. Kelenjar keringat ada

dua jenis, ekrin dan apokrin. Fungsinya mengatur suhu tubuh, menyebabkan

panas dilepaskan dengan cara penguapan. Kelenjar ekrin terdapat di semua daerah

di kulit, tetapi tidak terdapat pada selaput lendir. Seluruhnya berjumlah antara 2

sampai 5 juta, yang terbanyak di telapak tangan. Sekretnya cairan jernih, kira–kira

99% mengandung klorida, asam laktat, nitrogen, dan zat lain. Kelenjar apokrin

adalah kelenjar keringat besar yang bermuara ke folikel rambut. Tardapat di

ketiak, daerah anogenital, puting susu, dan areola. Kelenjar sebaseus terdapat di

seluruh tubuh, kecuali di tapak tangan, tapak kaki, dan punggung kaki. Terdapat

banyak kulit kepala, muka, kening, dan dagu. Sekretnya berupa sebum dan

mengandung asam lemak, kolesterol, dan zat lain.

Rambut terdapat diseluruh tubuh, rambut tumbuh dari folikel rambut di

dalamnya epidermis. Folikel rambut dibatasi oleh epidermis sebelah atas, dasrnya

terdapat papil tempat rambut tumbuh. Akar berada di dalam folikel pada ujung

paling dalam dan bagian sebelah luar disebut batang rambut. Pada folikel rambut

terdapat otot polos kecil sebagai penegak rambut. Rambut terdiri dari rambut

panjang di kepala, pubis dan jenggot, rambut pendek dilubang hidung, liang

telinga dan alis, rambut bulu lanugo diseluruh tubuh, dan rambut seksual di pubis

dan aksila (ketiak).

Kuku merupakan lempeng yang terbuat dari sel tanduk yang menutuoi

permukan dorsal ujung jari tangan dan kaki. Lempeng kuku terdiri dari 3 bagian

yaitu pinggir bebas, badan, dan akar yang melekat pada kulit dan dikelilingi oleh

lipatan kulit lateral dan proksimal. Fungsi kuku menjadi penting waktu mengutip

benda–benda kecil.

9

Page 10: Laporan Kasus Rifa Imaroh Ksb

Dermis

Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit. Batas dengan epidermis dilapisi

oleh membran basalis dan di sebelah bawah berbatasan dengan subkutis tetapi

batas ini tidak jelas hanya kita ambil sebagai patokan ialah mulainya terdapat sel

lemak. Dermis terdiri dari dua lapisan yaitu bagian atas, pars papilaris (stratum

papilar) dan bagian bawah, retikularis (stratum retikularis). Batas antara pars

papilaris dan pars retikularis adalah bagian bawahnya sampai ke subkutis . baik

pars papilaris maupun pars retikularis terdiri dari jaringan ikat longgar yang

tersusun dari serabut–serabut yaitu serabut kolagen, serabut elastis dan serabut

retikulus. Serabut ini saling beranyaman dan masing–masing mempunyai tugas

yang berbeda. Serabut kolagen, untuk memberikan kekuatan kepada kulit, dan

retikulus, terdapat terutama di sekitar kelenjar dan folikel rambut dan memberikan

kekuatn pada alai tersebut.

Subkutis

Subkutis terdiri dari kumpulan–kumpulan sel–sel lemak dan di antara

gerombolan ini berjalan serabut–serabut jaringan ikat dermis. Sel–sel lemak ini

bentuknya bulat dengan intinya terdesak ke pinggir, sehingga membentuk seperti

cincin. Lapisan lemak ini disebut penikulus adiposus yang tebalnya tidak sama

pada tiap–tiap tempat dan juga pembagian antar laki–laki dan perempuan tidak

sama (berlainan). Guna penikulus adiposus adalah sebagai shock braker atau

pegas bila tekanan trauma mekanis yang menimpa pada kulit, isolator panas atau

untuk mempertahankan suhu, penimbunan kalori, dan tambahan untuk kecantikan

tubuh. Di bawah subkurtis terdapat selaput otot kemudian baru terdapat otot.

3.2 Fisiologi Kulit

Kulit merupakan organ paling luas permukaannya yang membungkus

seluruh bagian luar tubuh sehingga kulit sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya

bahan kimia, cahaya matahari mengandung sinar ultraviolet dan melindungi

terhadap mikroorganisme serta menjaga keseimbangan tubuh terhadap

lingkungan.

10

Page 11: Laporan Kasus Rifa Imaroh Ksb

Kulit merupakan indikator bagi seseorang untuk memperoleh kesan umum

dengan melihat perubahan yang terjadi pada kulit. Misalnya menjadi pucat,

kekuning–kuningan, kemerah–merahan atau suhu kulit meningkat,

memperlihatkan adanya kelainan yang terjadi pada tubuh gangguan kulit karena

penyakit tertentu.

Gangguan psikis juga dapat menyebabkan kelainan atau perubahan pada

kulit. Misalnya karena stress, ketakutan atau dalam keadaaan marah, akan terjadi

perubahan pada kulit wajah. Perubahan struktur kulit dapat menentukan apakah

seseorang telah lanjut usia atau masih muda. Wanita atau pria juga dapat

membedakan penampilan kulit. Warna kulit juga dapat menentukan ras atau suku

bangsa misalnya kulit hitam suku bangsa negro, kulit kuning bangsa mongol, kulit

putih dari eropa dan lain-lain.

Perasaan pada kulit adalah perasaan reseptornya yang berada pada kulit.

Pada organ sensorik kulit terdapat 4 perasaan yaitu rasa raba/tekan, dingin, panas,

dan sakit. Kulit mengandung berbagai jenis ujung sensorik termasuk ujung saraf

telanjang atau tidak bermielin. Pelebaran ujung saraf sensorik terminal dan ujung

yang berselubung ditemukan pada jaringan ikat fibrosa dalam. Saraf sensorik

berakhir sekitar folikel rambut, tetapi tidak ada ujung yang melebaratau

berselubung untuk persarafan kulit.

Penyebaran kulit pada berbagai bagian tubuh berbeda-beda dan dapat dilihat

dari keempat jenis perasaan yang dapat ditimbulkan dari daerah-daerah tersebut.

Pada pemeriksaan histologi, kulit hanya mengandung saraf telanjang yang

berfungsi sebagai mekanoreseptor yang memberikan respon terhadap rangsangan

raba. Ujung saraf sekitar folikel rambut menerima rasa raba dan gerakan rambut

menimbulkan perasaan (raba taktil). Walaupun reseptor sensorik kulit kurang

menunjukkan ciri khas, tetapi secara fisiologis fungsinya spesifik. Satu jenis

rangsangan dilayani oleh ujung saraf tertentu dan hanya satu jenis perasaan kulit

yang disadari.

Fungsi Kulit

Kulit pada manusia mempunyai fungsi yang sangat penting selain menjalin

kelangsungan hidup secara umum yaitu :

1. Proteksi

11

Page 12: Laporan Kasus Rifa Imaroh Ksb

Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis,

misalnya terhadap gesekan, tarikan, gangguan kimiawi yang dapat menimbulkan

iritasi (lisol, karbol dan asam kuat). Gangguan panas misalnya radiasi, sinar

ultraviolet, gangguan infeksi dari luar misalnya bakteri dan jamur. Karena adanya

bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan serabut–serabut jaringan penunjang

berperan sebagai pelindung terhadap gangguan fisis. Melanosit turut berperan

dalam melindungi kulit terhadap sinar matahari dengan mengadakan tanning

(pengobatan dengan asam asetil).

2. Proteksi rangsangan kimia

Dapat terjadi karena sifat stratum korneum yang impermeable terhadap berbagai

zat kimia dan air. Di samping itu terdapat lapisan keasaman kulit yang melindungi

kontak zat kimia dengan kulit. Lapisan keasaman kulit terbentuk dari hasil

ekskresi keringat dan sebum yang menyebabkan keasaman kulit antara pH 5-6,5.

Ini merupakan perlindungan terhadap infeksi jamur dan sel–sel kulit yang telah

mati melepaskan diri secara teratur.

3. Absorbsi

Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi cairan

yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitu juga yang larut dalam lemak.

Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2 dan uap air memungkinkan kulit ikut

mengambil bagian pada fungsi respirasi. Kemampuan absorbsi kulit dipengaruhi

tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembapan dan metabolisme. Penyerapan dapat

berlangsung melalui celah di antara sel, menembus sel–sel epidermis, atau melalui

saluran kelenjar dan yang lebih banyak melalui sel–sel epidermis.

4. Pengatur panas

Suhu tubuh tetap stabil meskipun terjadi perubahan suhu lingkungan. Hal ini

karena adanya penyesuaian antara panas yang dihasilkan oleh pusat pengatur

panas, medulla oblongata. Suhu normal dalam tubuh yaitu suhu visceral 36-37,5

derajat untuk suhu kulit lebih rendah. Pengendalian persarafan dan vasomotorik

dari arterial kutan ada dua cara yaitu vasodilatasi (kapiler melebar, kulit menjadi

panas dan kelebihan panas dipancarkan ke kelenjar keringat sehingga terjadi

penguapan cairan pada permukaan tubuh) dan vasokonstriksi (pembuluh darah

12

Page 13: Laporan Kasus Rifa Imaroh Ksb

mengerut, kulit menjadi pucat dan dingin, hilangnya keringat dibatasi, dan panas

suhu tubuh tidak dikeluarkan).

5. Ekskresi

Kelenjar–kelenjar kulit mengeluarkan zat–zat yang tidak berguna lagi atau zat sisa

metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan amonia. Sebum yang

diproduksi oleh kulit berguna untuk melindungi kulit karena lapisan sebum (bahan

berminyak yang melindungi kulit) ini menahan air yang berlebihan sehingga kulit

tidak menjadi kering. Produksi kelenjar lemak dan keringat menyebabkan

keasaman pada kulit.

6. Persepsi

Kulit mengandung ujung–ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Respons

terhadap rangsangan panas diperankan oleh dermis dan subkutis, terhadap dingin

diperankan oleh dermis, peradaban diperankan oleh papila dermis dan markel

renvier, sedangkan tekanan diperankan oleh epidermis. Serabut saraf sensorik

lebih banyak jumlahnya di daerah yang erotik.

7. Pembentukan Pigmen

Sel pembentukan pigmen (melanosit) terletak pada lapisan basal dan sel ini

berasal dari rigi saraf. Melanosit membentuk warna kulit. Enzim melanosum

dibentuk oleh alat golgi dengan bantuan tirosinase, ion Cu, dan O2 terhadap sinar

matahari memengaruhi melanosum. Pigmen disebar ke epidermis melalui tangan–

tangan dendrit sedangkan lapisan di bawahnya dibawa oleh melanofag. Warna

kulit tidak selamanya dipengaruhi oleh pigmen kulit melainkan juga oleh tebal-

tipisnya kulit, reduksi Hb dan karoten.

8. Keratinisasi

Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan. Sel basal yang

lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuk menjadi sel spinosum. Makin ke

atas sel ini semakin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Semakin

lama intinya menghilang dan keratinosit ini menjadi sel tanduk yang amorf.

Proses ini berlangsung terus menerus seumur hidup. Keratinosit melalui proses

sintasis dan degenerasi menjadi lapisan tanduk yang berlangsung kira–kira 14-21

13

Page 14: Laporan Kasus Rifa Imaroh Ksb

hari dan memberikan perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis

fisiologik.

9. Pembentukan vitamin D

Dengan mengubah dehidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari.

Tetapi kebutuhan vitamin D tidak cukup dengan hanya dari proses tersebut.

Pemberian vitamin D sistemik masih tetap diperlukan.

Modalitas Rasa Kulit

Rasa mekanik, rasa suhu dan rasa nyeri berbeda dengan alat indra yang lain.

Reseptornya tergabungdalam satu organ tertentu. Masing–masing reseptor

modalitas rasa ini berdiri sendiri secara terpisah dan tersebar hampir diseluruh

bagian tubuh. Serat aferennya tidak membentuk berkas saraf khusus tetapi

tersebar pada banyak saraf perifer dan jaringan saraf di pusat. Dengan demikian

modalitas rasa ini tidak membentuk alat indra tertentu yang khas.

Rasa mekanik mempunyai beberapa modalitas (kualitas) yaitu rasa tekan,

rasa raba, dan rasa geli yang berbeda di setiap bagian tubuh tetentu. Dengan

menggunakan aestesiometer dapat diketahui bagian kulit yang paling peka

terhadap rangsangan. Pada permukaan kulit yang peka, titik tekan lebih padat

dibandingkan dengan kulit lain. Titik rasa tekan tersebut merupakan manifestasi

adanya reseptor tekan pada bagian kulit di bawahnya.

Rasa suhu mempunyai dua submodalitas yaitu rasa dingin dan rasa panas.

Reseptor dingin/panas berfungsi mengindrai rasa dingin/rasa panas dan refleks

pengaturan suhu tubuh. Reseptor ini dibantu oleh reseptor yang terdapat di dalam

sistem saraf pusat. Dengan pengukuran waktu reaksi, dapat dinyatakan bahwa

kecepatan hantaran rasa panas. Dengan anastesi blok rasa dingin/panas dapat

diblok sehingga objektif maupun subjektif rasa dingin dan panas dapat

dipisahkan.

Rasa propriosepsi berasal dari dalam tubuh sendiri atau disebut juga rasa

dalam. Reseptor tidak terdapat pada kulit tetapi dibagian lebih dalam yaitu di

dalam otot, tendo, dan sendi. Informasi propriosepsi dihantarkan ke medulla

spinalis melalui kolom dorsal masuk ke serebelum. Sebagian berjalan ke

14

Page 15: Laporan Kasus Rifa Imaroh Ksb

laminikus medial dan thalamus ke korteks. Impuls berasal dari komparan otot,

organ sensorik di dalam, dan sekitar sendi. Neuron dalam korteks sensoris

berespons terhadap gerakan–gerakan tertentu.

Rasa nyeri timbul oleh rangsangan yang merusak. Rasa nyeri ini terutama

berfungsi untuk pelindungi, mencegah kerusakan lebih lanjut dari jaringan yang

terkena. Modalitas rasa nyeri dibagi atas submodalitas nyeri somatik dan nyeri

visera. Nyeri somatik dibagi menjadi submodalitas nyeri permukaan dan nyeri

dalam. Zat kimia pada kadar tertentu dapat menimbulkan nyeri (misalnya :

asetilkoin, serotonin, histamine yang juga menimbulkan rasa gatal). Rasa nyeri

terdiri dari nyeri proyeksi. nyeri alih, hiperalgesia, hipalgesia dan nyeri kronis.

Rasa gatal merupakan bentuk khusus rasa nyeri yang timbul pada kondisi

perangsangan tertentu. Perangsangan yang berurutan dengan rangsangan makin

kuat. Suatu saat rasa gatal yang timbul diganti dengan rasa nyeri. Bila

rangsangannya mencapai intensitas yang tinggi, rasa gatal yang dialami dapat

hilang. Bila jaras spinotalamatik yang sedang dilewati rasa gatal. Rasa nyeri

dengan cara tertentu jika titik gatal sama dengan titik nyeri. Reseptor gatal terletak

pada bagian kulit permukaan sedangkan reseptor nyeri terdapat lebih dalam dari

kulit

3.3 Definisi

Basalioma adalah suatu tumor ganas kulit (kanker) yang berasal

dari pertumbuhan neoplastik sel basal epidermis dan apendiks kulit (Graham, R,

2005). Pertumbuhan tumor ini lambat, dengan beberapa macam pola pertumbuhan

sehingga memberikan gambaran klinis yang bervariasi, bersifat invasif, serta

jarang mengadakan metastasis (Nila, 2005). Basalioma adalah merupakan kanker

kulit yang timbul dari lapisan sel basal epidermis atau folikel rambut ; yang paling

umum dan jarang bermetastasis ; kekambuhan umum terjadi (Brunner and

Suddarth, 2000).

Kanker kulit adalah proses keganasan yang timbul dipermukaan kulit

dan berasal dari sel epitel, sel pluripotensial atau dari sel melanin di dalam kulit.

Tumor ganas kulit merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan

sel-sel kulit yang tidak terkendali, dapat merusak jaringan di sekitarnya dan

15

Page 16: Laporan Kasus Rifa Imaroh Ksb

mampu menyebar ke bagian tubuh yang lain. Karena kulit terdiri atas beberapa

jenis sel, maka kanker kulit juga bermacam-macam sesuai dengan jenis sel yang

terkena.

3.4 Epidemiologi

Menurut penelitian Tjarta di Indonesia peringkat kanker kulit adalah:

1. Karsinoma sel basal 36,67%

2. Karsinoma sel squamosa 11.4%

3. Melanoma maligna 0,59%

4. Tumor ganas adneksa kulit dan tumor ganas kulit lainnya 8,5%

3.5 Patogenesa

Komprecher (1903) mengatakan bahwa KSB berasal dari sel basal epidermis,

Adamson (1914) menyangsikan bahwa KSB berasal dari sel basal dan

mengajukan teori bahwa KSB berasal dari fokus embrionik laten yang timbul dari

keadaan dorman pada usia lanjut (Rata IGK. 1999).

Lever (1948) mengemukakan bahwa KSB bukan karsinoma dan tidak berasal

dari sel basal, tetapi adalah tumor nevoid dan hamartoma yang berasal dari sel

germinativum epithel primer (primary epithelial germ cell) yaitu sel-sel yang

belum matang (Rata IGK. 1999).

Teori lain dari Pinkus menyatakan bahwa KSB berasal dari sel pluri potensial

yang terbentuk secara kontinyu sepanjang hidup, menjadi aktif pada usia tua dan

mempunya potensi untuk membentuk rambut, kelenjar sebum, dan kelenjar

apokrin.

Patogenesis KSB didahului dengan kolagen yang sering dijumpai pada kulit

yang sedikit pigmennya dan mendapat sinar matahari yang berlebih sehingga

nutrisi epidermis terganggu yang mana hal ini merupakan predileksi terjadinya

suatu kelainan kulit (Ranhdle. 1999).

Melanin berfungsi sebagai energi amorf yang dapat menyerap energi dan

menghilangkan dalam bentuk panas. Jika energi terlalu besar dapat merusak dan

16

Page 17: Laporan Kasus Rifa Imaroh Ksb

mematikan sel atau mengalami mutasi untuk selanjutnya menjadi sel kanker

(Fitzpatrick TB. 1992).

3.6 Etiologi

Lebih dari 90% faktor pencetus basalioma yaitu terpapar sinar matahari

atau penyinaran ultraviolet lainnya. Sering muncul usia > 40 tahun. Faktor resiko

lainnya:

1. Faktor genetik (sering terjadi pada kulit terang, mata biru atau hijau dan

rambut pirang atau merah).

2. Pemaparan sinar X yang berlebihan.

3. Senyawa kimia arsen.

4. Trauma.

5. Ulkus kronis (Marwali, 2000).

3.7 Manifestasi klinis.

Predileksinya terutama pada wajah (pipi, dahi, hidung, lipat nasolabial,

daerah periorbital), leher. Meskipun jarang, dapat pula dijumpai pada lengan,

tangan, badan, tungkai, kaki, dan kulit kepala (Buditjahjono S.2000)

17

Page 18: Laporan Kasus Rifa Imaroh Ksb

Gambar 3

(sumber: Buditjahjono S.2000)

Gambaran klinik KSB bervariasi, Lever membagi KSB menjadi 5 bentuk:

1. Nodulo-ulseratif, termasuk ulkus rodens

2. Berpigmen

3. Morfea atau fibrosing atau sklerosing

4. Superfisial

5. Fibroepitelioma.

Tipe Nodulo-Ulseratif

Merupakan jenis yang paling sering dijumpai. Lesi biasanya tampak sebagai

lesi tunggal. Paling sering mengenai wajah, terutama pipi, lipat nasolabial, dahi,

dan tepi kelopak mata. Pada awalnya tampak papul atau nodul kecil, transparan

seperti mutiara, berdiameter kurang dari 2 cm, dengan tepi meninggi.

\

Gambar 4

(sumber: Fitzpatrick TB. 1992)

Permukaannya tampak mengkilat, sering dijumpai adanya telengiektasia,

dan kadang-kadang dengan skuama yang halus atau krusta tipis. Berwarna seperti

mutiara, kadang-kadang seperti kulit normal sampai eritema pucat. Lesi membesar

secara perlahan dan suatu saat bagian tengah lesi menjadi cekung, meninggalkan

tepi yang meninggi keras. Jika terabaikan, lesi-lesi ini akan mengalami ulserasi

(disebut ulkus rodent), dengan dekstruksi jaringan disekitarnya.

Tipe Berpigmen

Gambaran klinisnya sama dengan tipe nodulo ulceratif. Bedanya, pada jenis

ini berwarna coklat, atau hitam berbintik-bontik atau homogen yang secara klinis

dapat menyerupai melanoma.

18

Page 19: Laporan Kasus Rifa Imaroh Ksb

Gambar 5

(sumber: Fitzpatrick TB. 1992)

Tipe Morfea atau Fibrosing atau Sklerosing

Biasanya terjadi pada kepala dan leher, lesi tampak sebagai plak sklerotik

yang cekung, berwarna putih kekuningan, dengan batas tidak jelas. Pertumbuhan

perifer diikuti oleh perluasan sklerotik di tengahnya.

Gambar 6.

(sumber: Fitzpatrick TB. 1999)

Tipe Superfisial

19

Page 20: Laporan Kasus Rifa Imaroh Ksb

Lesi biasanya multiple, mengenai badan. Secaran klinis tampak sebagai plak

transparan, eritematosa sampai berpigmen terang, berbentuk oval sampai irreguler

dengan tepi berbatas tegas, sedikit meninggi, seperti benang atau kawat atau

kawat. Biasanya dihubungkan dengan ingesti arsenik kronik.

Gambar 7.

(sumber: Fitzpatrick TB. 1992)

Tipe Fibroepithelial.

Paling sering terjadi pada punggung bawah. Secara klinis, lesi berupa papul

kecil yang tidak bertangkai atau bertangkai pendek, dengan permukaan halus

dengan warna yang bervariasi.

Sindrom Epitelioma Sel Basal Nevoid

Dikenal pula sebagai sindrom Gorli-goltz. Merupakan kelainan autosomal

dominan dengan penetrasi yang bervariasi, ditandai oleh 5 gejala mayor:

1. KSB multiple yang terjadi pada usia muda.

2. Cekungan-cekungan pada telapak tangan dan telapak kaki.

3. Kelainan pada tulang, terutama tulang rusuk.

4. Kista pada tulang rahang.

5. Kalsifikasi ektopik dari falks serebri dan struktur lainnya.

Disamping gejala mayor ini, dijumpai banyak kelainan sistem organ multiple,

yang berhubungan dengan sindroma ini.

20

Page 21: Laporan Kasus Rifa Imaroh Ksb

Multiple Nodular Palmar Pits

Gambar 8

(sumber: Fitzpatrick TB. 1992)

Nevus Sel Basal Unilateral Linier

Merupakan jenis yang sangat jarang dijumpai. Lesi berupa nodul dan

komedo, dengan daerah atropi bentuk striae, distribusi zosteriformis atau linier,

unilateral. Lesi biasa dijumpai sejak lahir, dan lesi ini tidak meluas dengan

meningkatnya usia.

Sindrom Bazex

Sindroma ini digambarkan pertama kalinya oleh Bazex, diturunkan secara

dominan dengan ciri khas:

1. Atrofoderma folikuler, yang ditandai oleh folikuler yang terbuka lebar, seperti

ice pick marks, terutama pada ekstremitas.

2. Epitelioma sel basal kecil, multiple pada wajah, biasanya timbul pertama kali

saat remaja atau awal dewasa. Namun kadang-kadang dapat juga timbul pada

akhir masa anak-anak.

Di samping itu dapat pula di jumpai anhidrosis lokal atau hipohidrosis

generalisata, hipotrikosis kongenital pada kulit kepala dan daerah lainnya.

Klasifikasi T.N.M

Tis: Carcinoma in situ (pre-invasive carcinoma)

To: Tidak jelas bentuk tumor primer

T1: <2cm

T2: (2-5)cm

T3: >5cm

T4: Menyebar ke tulang atau otot

N0: Tidak ada penyebaran ke kelenjar getah bening regional.

N1: Penyebaran homolateral dan mudah di gerakkan.

N2: Kontra atau bilateral dan mudah digerakkan.

21

Page 22: Laporan Kasus Rifa Imaroh Ksb

N3: Melekat di jaringan sekitarnya.

M0: Tidak jelas metastasis.

M1: Jelas metastasis jauh.

3.8 Histopatologi

Lever membagi KSB dalam beberapa tipe histopatologi yang terdiri atas

KSB yang berdiferensi dan KSB tidak berdiferensi.

1. KSB yang berdiferensi

a. Jenis keratotik

Disebut juga tipe pilar oleh karena berdiferensiasi kearah rambut,

menunjukkan sel-sel parakeratotik dengan gambaran inti yang memanjang

dan sitoplasma agak eosinofilik dan di jumpai homcyst, selain sel-sel

undifferentiated dengan sitoplasma basofilik.

b. Jenis kistik

Di jumpai adanya bagian–bagian kistik di bagian tengah massa tumor

yang terjadi akibat generasi sel-sel tumor atau deferensiasi sel-sel kearah

kelenjar.

c. Jenis adenoid

Adanya gambaran struktur mirip kelenjar yang yang di batasi jaringan

ikat kadang-kadang ditemukan lumen yang di kelilingi sel

bersekresi .dalam lumen dapat di temukan semacam bahan koloid atau

massa amorf.

2. KSB tidak berdifferensiasi atau KSB solid

Merupakan gambaran histopatologik yang banyak di temukan. Berupa pulau-

pulau sel dengan bentuk dan ukuran bermacam-macam, terdiri dari sel-sel

basaloid, dengan inti basofilik yang bulat atau lonjong, sitoplasma sedikit sel-

sel pada tepi massa tumor tersusun palisade (Lever WF. 1983).

22

Page 23: Laporan Kasus Rifa Imaroh Ksb

Gambar 9.

(sumber: Elsevier.2004)

3.9 Diagnosis

Diagnosis ditegakkan dengan gejala klinis dan pemeriksaan histopatologi

(Handayani. 1999).

3.11 Diagnosa Banding

Secara klinis KSB didiagnosis banding dengan :

23

Page 24: Laporan Kasus Rifa Imaroh Ksb

1. Karsinoma sel skuamousa

Squamous Cell

Carcinoma

Gambar 10

(sumber : Elsevier,

2004).

2. Melanocytyc naevi

24

Page 25: Laporan Kasus Rifa Imaroh Ksb

Gambar 11

(sumber: Elsevier.2004)

Gambar 12

(sumber : Elsevier,

2004)

3. Melanoma maligna.

Gambar 13

(sumber: Elsevier, 2004).

25

Page 26: Laporan Kasus Rifa Imaroh Ksb

4.Keratosis seboroik.

Gambar 14

(sumber:

Elsevier.2004)

Gambar 15

(sumber : Tjarta A, 1995).

3.9 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan KSB bertujuan untuk mendapatkan kesembuhan dengan

hasil kosmetik yang baik serta hasil fungsional yang efektif. Dalam menentukan

cara penatalaksanaan KSB, banyak hal yang perlu diperhatikan, baik dari faktor

tumornya maupun pasiennya. Faktor tumor yang perlu di perhatikan adalah tipe

tumor, ukuran, lokasi, sifat pertumbuhan, dan apakah merupakan tumor primer

atau rekurens. Sedangkan faktor pasien yang perlu di pertimbangkan adalah usia,

riwayat penyakit lain, faktor psikologis dan riwayat pengobatan.

Secara garis besar, penatalaksanaan KSB di golongkan dalam 2 kelompok

yaitu dengan pembedahan dan tanpa pembedahan. Pembedahan dapat di lakukan

dengan cara eksisi dengan menggunakan skapel, bedah mikrografik Mohs,

kuretase dan elektrodesikasi jika diameter tumor kurang dari 0,5cm, bedah beku,

26

Page 27: Laporan Kasus Rifa Imaroh Ksb

serta bedah laser. Penatalaksanaan tanpa pembedahan dilakukan dengan cara

radioterapi jika ukuran tumor 0,5-kurang dari 8cm, interferon intralesi, kemotrapi,

pemberian retinoid dan foto dinamik (Handayani. 1999).

3.10 Komplikasi

Destruksi pada jaringan bawah kulit sampai tulang. Jarang sekali metastasis

ke organ lain (berbeda dengan karsinoma lainnya)

3.11 Prognosis

Pengobatan pada KSB primer memberikan angka kesembuhan sekitar 95%

sedangkan pada KSB rekuren sekitar 92%. Pengobatan pada KSB rekuren lebih

sulit dari pada KSB primer, dan angka kekambuhan setelah dilakukan prosedur

yang kedua adalah tinggi.

27

Page 28: Laporan Kasus Rifa Imaroh Ksb

BAB IV

PENUTUP

KSB adalah tumor kulit ganas yang jarang bermetastase, sering di jumpai

pada kulit putih, laki-laki lebih banyak dari pada wanita. Faktor predisposisi dan

matahari sangat berperan dalam perkembangan KSB. Diagnosa ditegakkan dari

gejala klinis dan pemeriksaan histopatologi penatalaksanaan KSB dapat di

lakukan dengan pembedahan atau tanpa pembedahan.

Page 29: Laporan Kasus Rifa Imaroh Ksb

2

DAFTAR PUSTAKA

Tambunan G,W. 1995. Karsinoma Kulit Dalam Sepuluh Jenis Kanker Terbanyak

di Indonesia. EGC. Jakarta.

Handayani. 1999. Penalaksanaan Karsinoma Sel basal. MDVI Vol I, no 26.

Hamzah.M. 2000. Kanker Kulit: Aspek Deteksi, Diagnosis Penentusn Tongkst

Penyskit dsn Pencegahannya Dalam Kumpulsn Makalah Lengkap. PIT

V, PERDOSKI, Semarang.

Rata IGK. 1999. Tumor Kulit. Dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. FKUI

edisi 3. Jakarta.

Ranhdle. 1999. Basal Cell Carcinoma In Dermatology Surg. Vol 22

Fitzpatrick TB. 1992. Dermatologi in General Medicine. Vol I, Mc-Graw Hill.

Habif TP. MD. Basal Cell Carcinoma Dalam : Premalignant and Malignant non

melanoma skin Tumor Clinical Dermatology. A Color Guide to

Diagnosis and Therapy.

Tjarta A. 1995. Spektrum Kanker Kulit di Indonesia MDVI, Vol . No 22.

Buditjahjono S.2000. Tumot-Tumor Kulit.: dalam Harahap M. Ilmu Penyakit

Kulit Hipokrates.

Lever WF. 1983. Histopathologi of The Skin. edition. JB Lippicont Company.

2