revisi.doc

37
PENDAHULUAN Bayi berat lahir rendah ialah bayi yang baru dilahirkan dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi 1 , dimana morbiditas dan mortalitas neonatus tidak hanya bergantung pada berat badannya tetapi juga pada tingkat kematangan (maturitas) bayi tersebut. 1,2 Angka kejadian bayi berat lahir rendah di negara berkembang lebih tinggi dibandingkan negara maju, dikarenakan keadaan sosial ekonomi yang rendah, dimana para ibu yang hamil menderita kekurangan gizi, anemia, dan komplikasi kehamilan. Selain itu dari segi sarana peralatan, tenaga ahli, dan dana yang tidak memadai untuk antenatal care yang teratur. 3 Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui tentang permasalah yang dialami oleh BBLR dan bagaimana cara penanganannya. 1

Upload: budiono-mulyo

Post on 02-Dec-2015

216 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

PENDAHULUAN

Bayi berat lahir rendah ialah bayi yang baru dilahirkan dengan berat badan

lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi1, dimana morbiditas dan

mortalitas neonatus tidak hanya bergantung pada berat badannya tetapi juga pada

tingkat kematangan (maturitas) bayi tersebut. 1,2

Angka kejadian bayi berat lahir rendah di negara berkembang lebih tinggi

dibandingkan negara maju, dikarenakan keadaan sosial ekonomi yang rendah, dimana

para ibu yang hamil menderita kekurangan gizi, anemia, dan komplikasi kehamilan.

Selain itu dari segi sarana peralatan, tenaga ahli, dan dana yang tidak memadai untuk

antenatal care yang teratur. 3

Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui tentang permasalah

yang dialami oleh BBLR dan bagaimana cara penanganannya.

1

PEMBAHASAN

DEFINISI

Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat

badan kurang dari 2500 gram. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam

1(satu) jam setelah lahir atau paling lambat sampai bayi berusia satu hari. Bayi BBLR

sering dikaitkan dengan prematuritas dan retardasi pertumbuhan intrauteri (IUGR).

BBLR sebenarnya dapat terjadi pada bayi prematur (kurang bulan), aterm (cukup

bulan) atau postmatur (lebih bulan) tergantung kesesuaian masa kehamilan atau masa

gestasinya.

Pada Kongres European Perinatal Medicine ke II di London (1970) telah

diusulkan definisi berikut :

Bayi kurang bulan (preterm) ialah bayi dengan maka kehamilan kurang dari

37 minggu (259 hari);

Bayi cukup bulan (aterm) ialah bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu

sampai 42 minggu (259 sampai 293 hari);

Bayi lebih bulan (posterm) ialah bayi dengan masa kehamilan mulai 42

minggu atau lebih (294 hari atau lebih).

Organisasi kesehatan sedunia (WHO) menyatakan bayi lahir hidup yang

dilahirkan sebelum 37 minggu dari hari pertama menstruasi terakhir (HPHT) disebut

prematur. Prematur juga sering digunakan untuk menunjukan imaturitas. Bayi

dengan berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) yaitu kurang dari 1000 gram juga

disebut sebagai neonatus imatur. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)

dianggap prematur dengan masa kehamilan pendek menurut umur kehamilannya

mereka mengalami retardasi pertumbuhan intrauteri (disebut juga sebagai kecil untuk

umur kehamilannya (SGA)) atau keduanya. Prematuritas dan retaradasi pertumbuhan

intrauteri (IUGR) dihubungkan dengan kenaikan morbiditas dan mortalitas neonatus.

1. Prematuritas murni

Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan

berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan

sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK)

2. Dismaturitas

2

Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa

gestasi itu. Dismatur dapat terjadi dalam preterm, term, atau post

term. Dismatur ini dapat pula Neonatus Kurang Bulan Kecil untuk Masa

Kehamilan (NKB-KMK), Neonatus cukup bulan Kecil Masa Kehamilan

(NCB-KMK), dan Neonatus Lebih Bulan Kecil Masa kehamilan (NLB-

KMK). Setiap bayi yang berat lahirnya sama dengan atau lebih rendah dari 10

th persentil untuk masa kehamilan pada denver intra uterin growth curves,

berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi

yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK).

KLASIFIKASI

Klasifikasi Berat Bayi Lahir Rendah (1)

Bayi dengan berat lahir rendah sering diklasifikasikan berdasarkan :

1. Berat badan lahir

a. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR), dengan berat lahir <1000

gram.

b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), dengan berat lahir <1500 gram.

c. Bayi berat lahir rendah (BBLR), dengan berat badan <2500 gram.1,2,6,7

2. Usia kehamilan

a. Bayi Kurang Bulan (BKB) adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan

belum mencapai 37 minggu.

b. Bayi Cukup Bulan (BCB) adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan

diantara 37-42 minggu.

c. Bayi Lebih Bulan (BLB) adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan

lebih dari 42 minggu. 1,2,6,7

3. Usia kehamilan dan berat badan lahir

a. Sesuai untuk masa kehamilan/SMK

b. Kecil untuk masa kehamilan/KMK, yaitu bayi yang dilahirkan dengan berat

lahir <10 persentil menurut grafik lubchenco 1,2,6,7

3

Gambar 3. Grafik Lubchenco 5

Dari pengertian diatas, bayi BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu:

1. Prematuritas murni

masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan

berat badan pada masa gestasi tersebut, atau biasa disebut dengan neonatus

kurang bulan-sesuai dengan masa kehamilan (NKB-SMK)

2. Dismaturitas

Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya pada masa

gestasi. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine dan

merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK)

4

ETIOLOGI

Prematuritas murni

Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang

lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler,

kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya

BBLR1.

Kelahiran prematur dari BBLR yang sesuai masa kehamilan dihubungkan

dengan kondisi medis yang berhubungan dengan ketidakmampuan uterus untuk

mempertahankan janin, tindakan-tindakan selama masa kehamilan, pecah ketuban

prematur atau solusio plasenta prematur, atau rangsangan-rangsangan yang tidak

dapat dijelaskan yang dapat menimbulkan konstraksi uterus sebelum waktunya.

Infeksi bakterial (Listeria monocytogenes, Streptococcus grup B, Ureaplasma

urealyticum, Mycoplasma hominis, Trichomanas vaginalis, Gardnerella vaginalis,

Bacteroides spp) baik yang menimbulkan gejala klinis atau asimtomatik pada cairan

amnion dan membrannya (chorioamnionitis) dapat menyebabkan kelahiran prematur.

Produk bakteri dapat menstimulasi produksi dari mediator inflamasi lokal (interleukin

6, prostaglandin) yang dapat menginduksi kontraksi uterus prematur. Terjadinya

IUGR berkaitan dengan kondisi medis yang mengganggu sirkulasi dan efisiensi dari

plasenta, dengan perkembangan dan pertumbuhan dari fetus, atau dengan kondisi

kesehatan umum dan nutrisi dari ibu.

Berikut adalah penyebab kelahiran bayi berat lahir rendah dan gangguan

pertumbuhan intrauterine :

a. Faktor Ibu:

Toksemia gravidarum, yaitu preeklampsi dan eklampsi

Kelainan bentuk uterus (contoh: uterus bikornis, inkompeten serviks)

Tumor (contoh: mioma uteri, cystoma)

Ibu yang menderita penyakit, seperti tifus abdominalis, malaria (akut), TBC,

penyakit jantung, glomerulonefritis kronis (kronis)

Trauma pada masa kehamilan , fisik (jatuh/terbentur), psikologis (stress)

Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun

b. Faktor Janin :

5

Kehamilan ganda

Hidramnion

Ketuban pecah dini

Cacat bawaan

Infeksi transplasenta (contoh: rubeolla, sifilis, toxoplasmosis)

Insufisiensi plasenta

Inkompatibilitas darah ibu dan janin (faktor rhessus, golongan darah ABO)

c. Faktor Plasenta :

Plasenta previa

Solusio plasenta

Plasentitis Villus (ec. Bakteri, virus, parasit)

Berat plasenta berkurang atau berongga

Tumor (contoh: chorioangima, mola hidatidosa)

Tanda dan Gejala Bayi Berat Lahir Rendah : (1)

Umur kehamilan kurang dari 38 minggu

Berat badan lahir kurang dari 2500 gram

Panjang badan lahir kurang dari 46 cm

Kuku panjangnya belum melewati ujung jari

Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas

Lingkar kepala lahir kurang dari 33 cm

Lingkar dada lahir kurang dari 30 cm

Rambut lanugo masih banyak

Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang

Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, sehingga seolah-

olah tidak teraba tulang rawan daun telinga

Tumit mengilap, telapak kaki halus

Alat kelamin pada bayi pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang, testis belum

turun ke dalam skrotum. Untuk bayi perempuan klitoris menonjol, labia minora

belum tertutup oleh labia mayora

Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah

Fungsi saraf yang belum matang, mengakibatkan reflek hisap, menelan dan batuk

masih lemah atau tidak efektif, dan tangisannya lemah

6

Jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan

lemak masih kurang

Verniks kaseosa sedikit atau tidak ada

FetalKelainan kromosom (contoh: Autosomal trisomies)Infeksi fetus kronis (contoh: Cytomegallovirus, herpes, Rubella kongenital, syphilis)Anomali kongenitalRadiasiKehamilan kembarHipoplasia pankreasDefisiensi insulinDefisiensi insulin like growth factors

Plasenta dan UterusPenurunan berat dan selularitas dari plasentaPenurunan dari area permukaanVillous placentitis (bakteri, virus, parasit)Infark plasentaTumor (chorioangioma, molahidatidosa, hemangioma)Insersi tali pusat yang tidak normalUterus bikornusSebagian plasenta lepasTransfusi dari kembar yang satu dengan kembar yang lain

MaternalToksemiaHipertensi, penyakit ginjal, atau keduanya, diabetes mellitus.Hipoksemia (tempat tinggal di daerah pegunungan, kardiak sianosis atau penyakitpulmoner)Malnutrisi atau penyakit kronisSickle cell anemiaObat-obatan (narkotik, alkohol, rokok, kokain, antimetabolik)

Penyebab LainKeadaan sosial ekonomi yang rendah

7

Tidak Diketahui

Tabel 2.2. Etiologi BBLR yang berkaitan dengan IUGR

Penilaian umur kehamilan sangat penting karena angka kematian dan kesakitan

menurun dengan meningkatnya umur kehamilan, selain itu terdapat hubungan antara

umur kehamilan dan tingkat maturitas fisiologis neonatus.

Menurut Dubowitz taksiran maturitas neonatus ditetapkan melalui penilaian 11 tanda

fisik luar dan 10 tanda neurologik, sedangkan Ballard menilai maturitas neonatus

berdasarkan 7 tanda kematangan dan 6 tanda kematangan neuromuskular.

Stadium Bayi Berat Lahir Rendah dengan tanda “wasting”atau insufisiensi

plasenta (Clifford):

Stadium I

Bayi tampak kurus dan relatif lebih panjang, kulitnya longgar, kering seperti

perkamen, tetapi belum terdapat noda mekonium.

Stadium II

Terdapat tanda stadium I, ditambah warna kehijauan pada kulit plasenta dan

umbilikus, hal ini disebabkan oleh mekonium yang tercampur dalam amnion yang

kemudian akan mengendap ke dalam kulit, umbilikus dan plasenta sebagai akibat

anoksia intrauteri.

Stadium III

Terdapat tanda stadium II ditambah dengan kulit, kuku dan tali pusat yang berwarna

kuning, ditemukan juga anoksia intrauterin yang lama.

PENENTUAN STATUS BBLR DALAM KURVA PERTUMBUHAN

Untuk menentukan status BBLR digunakan kurva pertumbuhan janin

Lubchenko, 1966 Pediatrix, 2001. Kurva ini menggunakan patikan berat badan yang

seharusnya pada umur kehailan tertentu. Kriteria yang digunakan adalah BMK (Besar

Masa Kehamilan), SMK (Sesuai Masa Kehamilan), dan KMK (Kecil Masa

Kehamilan). Berat badan kurang dari presentil ke 10 memiliki makna KMK (Kecil

Masa Kehamilan) atau PJT (Pertumbuhan Janin Terhambat).9

8

GAMBARAN KLINIS

Gambaran klinik dari bayi BBLR tergantung dari tuanya umur kehamilan. Makin

muda umur kehamilan makin jelas tanda-tanda imaturitas. Karakteristik untuk bayi

BBLR adalah berat lahir sama atau kurang dari 2500 gam, panjang badan kurang atau

sama dengan 45 cm, lingkaran dada kurang dari 30 cm, lingkaran kepala kurang dari

33 cm. Kepala relatif lebih besar dari badannya, kulit tipis, transparan, lanugonya

banyak lemak subkutan kurang, sering tampak peristaltik usus. Frekuensi pernapasan

bervariasi terutama pada hari-hari pertama. Walaupun demikian bila frekuensi

pernafasan terus meningkat atau selalu di atas 60/menit, harus waspada akan

kemungkinan terjadinya penyakit membrane hialin (sindrom gangguan pernafasan

idiopatik) atau gangguan pernafasan karena sebab lain. Dalam hal ini penting sekali

melakukan pemeriksaan radiologis thoraks. Tangisnya lemah dan jarang, pernafasan

tidak teratur dan sering terjadi apnea. Bila hal ini sering terjadi dan tiap serangan lebih

dari 20 detik maka kemungkinan timbulnya kerusakan otak yang permanen lebih

besar. Otot-otot masih hipotonik, sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua paha

selalu abduksi, sendi lutut dan pergelangan kaki dalam fleksi atau lurus dan kepala

mengarah ke satu sisi.

Daya isap lemah terutama dalam hari-hari pertama. Bayi yang lapar akan menangis,

gelisah dan menggerak-gerakkan tangannya. Bila tanda-tanda lapar itu tidak muncul

dalam 96 jam, maka harus curiga akan terjadinya perdarahan intraventrikuler atau

infeksi. Edema biasanya sudah terlihat segera sesudah lahir dan makin bertambah

9

jelas dalam 24-28 jam berikutnya. Kulit mengkilat, licin, pitting edema dan edema ini

dapat berpindah dengan perubahan posisi. Edema ini sering berhubungan dengan

perdarahan antepartum, toksemia gravidarum, dan diabetes mellitus.

DIAGNOSIS

Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam

jangka waktu 1 jam setelah lahir, dapat diketahui dengan dilakukan anamesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.8

A. Anamnesis

Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan

mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya

BBLR (3):

1. Umur ibu

2. Riwayat hari pertama haid terakir

3. Riwayat persalinan sebelumnya

4. Paritas, jarak kelahiran sebelumnya

5. Kenaikan berat badan selama hamil

6. Aktivitas

7. Penyakit yang diderita selama hamil

8. Obat-obatan yang diminum selama hamil

B. Pemeriksaan Fisik.

C. Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain3:

1. Berat badan > 2500 gram

2. Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)

3. Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa

kehamilan).

D. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain 3:

1. Pemeriksaan Skor Ballard

10

2. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan

3. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa

kadar elektrolit dan analisa gas darah.

4. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur

kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau

didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.

EPIDEMIOLOGI

Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh

kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara

berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian

BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi

dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram.

BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan

disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang

terhadap kehidupannya dimasa depan. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi

antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%. Secara nasional

11

berdasarkan analisa lanjut Survei Demografi dan Kesehatan (SDKI), angka BBLR

sekitar 7,5%. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran

program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7%. Menurut

perkiraan, setiap tahunnya sekitar 400.000 bayi lahir dengan berat rendah

Selama tahun 1991 7,1% kelahiran hidup di Amerika Serikat yang beratnya

kurang dari 2500 gram, frekuensi untuk bayi kulit hitam dua kali lebih tinggi dari

frekuensi untuk bayi kulit putih. Sejak tahun 1981 frekuensi BBLR telah naik

terutama karena adanya kenaikan jumlah kelahiran preterm. Sekitar 30% bayi BBLR

di Amerika Serikat mengalami IUGR dan dilahirkan sesudah 37 minggu. Pada angka

BBLR yang lebih besar dari 10% kontribusi IUGR bertambah dan kontribusi

prematuritas berkurang.

Di Amerika Serikat pada tahun 1991 angka BBLSR mendekati sekitar 1,2%,

dengan 2,6% pada bayi kulit hitam dan 0,9% pada bayi kulit putih. Bayi BBLSR

mencakup lebih dari 50% kematian neonatus dan 50% bayi yang cacat dimana

ketahanan tubuhnya terkait langsung dengan berat badannya.

12

Gambar 4. Data Statistik BBLR 4

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan Bayi Berat Lahir Rendah (1,3)

Bayi berat bayi lahir rendah biasanya tampak haus dan harus diberikan

makanan dini (early feeding), hal ini sangat penting untuk menghindari terjadinya

hipoglikemia, kadar gula darah harus diperiksa setiap 8-12 jam.

Frekuensi pernafasan terutama dalam 24 jam pertama harus selalu diawasi untuk

mengetahui adanya sindrom aspirasi mekonium atau sindrom gangguan pernafasan

idiopatik, sebaiknya setiap jam dihitung frekuensi pernafasan lahir dan bila frekuensi

lebih dari 60 x/menit dibuat foto thoraks.

Pencegahan terhadap infeksi sangat penting, karena bayi sangat rentan

terhadap infeksi, yaitu karena pemindahan IgG dari ibu ke janin terganggu.

Temperatur harus diperbaiki, jangan sampai kedinginan karena mudah terjadi

hipotermik, hal ini disebabkan oleh karena luas permukaan tubuh bayi relatif lebih

besar dan jaringan lemak subkutan kurang.

13

Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk

pertumbuhan, perkembangan, dan penyesuaian diri dengan lingkungan hidup di luar

uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan dan

bila perlu pemberian oksigen, mencegah infeksi serta mencegah kekurangan vitamin

dan zat besi.

a. Pengaturan Suhu

Untuk mencegah hipotermi, diusahakan lingkungan yang cukup hangat untuk

bayi, bila dirawat dalam inkubator, maka suhunya unuk bayi dengan berat badan

kurang dari 2000 gram adalah 35 C dan untuk bayi dengan berat badan 2000-2500

gram adalah 34 C, agar bayi dapat mempertahankan suhu tubuh sekitar 37 C.

Kelembaban inkubator berkisar antara 50-60%. Saat ini telah digunakan inkubator

yang dilengkapi dengan alat temperatur sensor, yang ditempelkan pada kulit bayi.

Kelembaban yang tinggi diperlukan pada bayi dengan sindroma gangguan pernafasan,

suhu inkubator dapat diturunkan 1 C per minggu untuk bayi dengan berat badan 2000

gram dan secara berangsur-angsur ia dapat diletakkan di dalam tempat tidur bayi

dengan suhu lingkungan 27 C - 29 C.

Bila inkubator tidak ada, pemanasan dilakukan dengan membungkus bayi dan

meletakkan botol hangat di sekitarnya atau dengan memasang lampu pijar atau

petromaks di dekat tempat tidur bayi. Cara lain untuk mempertahankan suhu tubuh

bayi sekitar 36,5C-37,5C adalah dengan memakai alat perspexheat shield yang

diselimuti pada bayi di dalam inkubator, alat ini berguna untuk mengurangi

kehilangan panas karena radiasi.

b. Nutrisi Enteral

Pada bayi prematur reflek isap, telan dan batuk belum sempurna, kapasitas

lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase masih kurang,

disamping itu kebutuhan protein 3-5 g/hari dan tinggi kalori (110 kal/kg/hari) agar

berat badan bertambah baik.

Pemberian nutrisi enteral dimulai pada bayi dengan berat lebih dari 1500

gram, dan masa gestasi lebih dari 32 minggu serta tidak terdapat distres dimulai saat

berumur 2-4 jam agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia. Pada

bayi lebih kecil, walaupun tidak distress, jangan diberikan nutrisi enteral selama 12-

14

24 jam pertama, lebih baik diberikan infus larutan glukosa 5-10 % sejak lahir dan

diobservasi, bila keadaan bayi stabil maka pemberian nutrisi enteral dapat dimulai.

Syarat lain untuk memulai nutrisi enteral adalah keluarnya mekonium, yang

menunjukkan adanya kontinuitas dan motilitas traktus gastrointestinal.

Masalah yang sering menghambat pemberian nutrisi enteral adalah sindrom

distress pernafasan, sindrom aspirasi, pneumonia, apnea karena prematuritas dan

gagal jantung akibat duktus arteriosus paten

Sebelum pemberian minum pertama harus dilakukan pengisapan cairan

lambung, hal ini perlu untuk mengetahui ada tidaknya atresia esofagus dan mencegah

muntah. Pada umumnya bayi dengan berat lahir 2000 gram atau lebih dapat menyusu

pada ibunya, bayi dengan berat kurang dari 1500 gram kurang mampu mengisap air

susu ibu atau susu botol, terutama pada hari-hari pertama, dalam hal ini bayi diberi

minum melalui sonde lambung (orogastric-intubation).

Sesudah 5 hari bayi dicoba menyusu pada anaknya, bila daya isap cukup baik,

maka pemberian air susu ibu diteruskan. Adakalanya daya isap bayi kecil ini lebih

baik dengan dot dibandingkan dengan puting susu ibu, pada keadaan ini air susu ibu

dipompa dan diberikan melalui botol, cara pemberian melalui susu botol adalah

dengan frekuansi pemberian yang lebih sering dalam jumlah susu yang sedikit.

Frekuensi pemberian minum makin berkurang dengan bertambahnya berat bayi,

jumlah cairan yang diberikan pertama kali adalah 1-5 ml/jam dan jumlahnya dapat

ditambah sedikit demi sedikit setiap 12 jam. Penambahan susu tersebut tergantung

dari jumlah susu yang tertinggal pada pemberian minum sebelumnya, untuk

mencegah regurgitas (muntah) atau distensi abdomen. Banyaknya cairan yang

diberikan adalah 60 ml/kg/hari, dan setiap hari dinaikkan sampai 200 ml/kg/hari pada

akhir minggu kedua.

Bila air susu ibu tidak ada, susunya dapat diganti dengan susu buatan yang

mengandung lemak yang mudah dicerna bayi (middle chain triglycerides) dan

mengandung 20 kalori per 30 ml air atu sekurang-kurangnya bayi mendapat 110

kal/kg berat badan perhari.

Kadang-kadang diperlukan pemberian makanan melalui kateter (polietilen)

yang dapat tinggal di lambung selama 4-5 hari tanpa iritasi, kateter no. 8 untuk bayi

kurang dari 1500 gram dan no.10 untuk bayi diatas 1500 gram. Kateter yang telah

dimasukkan ke dalam lambung dihubungkan dengan botol infus yang berisi susu yang

digantungkan setinggi 1 meter dari atas bayi, susu diberikan dengan tetes yang teratur

15

sebanyak 60 ml/kg berat badan sehari, dan tiap hari dinaikkan sampai 200 ml/kg berat

badan pada akhir minggu kedua. Bila daya isap dan menelan mulai baik, kateter

secara berangsur-angsur dapat diganti dengan pipet, sendok atau botol dengan dot.

c. Kebutuhan Cairan

Kehilangan air insensible secara tidak langsung terkait dengan umur

kehamilan, keadaan lingkungan, dan status penyakit, bayi preterm yang amat imatur

(<1000 gram) memerlukan sebanyak 2-3 mL/kg/jam. Bayi yang premature akan

kehilangan cairan insisible sebesar 0,6 – 0,7 ml/kgBB/jam, bila dirawat dalam

incubator. Jumlah cairan yang dianjurkan pada neonatus yang memerlukan susu botol

atau cairan intravena adalah 60-70 mL/kgBB pada hari pertama dan dinaikkan

sampai 100-120 mL/kgBB pada hari ke-2 dan ke-3, dan pada hari ke 4-5 mencapai

150 ml/kgBB, selanjutnya dapat mencapai 160 - 180ml/kgBB/hari.

Bayi lebih prematur dan kecil dimulai dengan 70-100 mL/kgBB pada hari pertama

dan dilanjutkan sampai 150 mL/kgBB atau lebih pada hari ke-3 dan ke-4.

Penimbangan badan setiap hari, pengeluaran urin, pemeriksaan fisik harus dipantau

secara cermat untuk mendeteksi adanya kelainan status hidrasi.

d. Nutrisi Parenteral Total

Bila pemberian makanan oral untuk masa waktu yang lama tidak

memungkinkan, makanan intravena total dapat memberikan cairan yang cukup,

kalori, asam amino, elektrolit dan vitamin untuk mempertahankan pertumbuhan pada

bayi BBLR.

Tujuan dari pemberian nutrisi parenteral adalah memasukkan kalori nonprotein yang

cukup, sehingga memungkinkan bayi menggunakan sebagian terbesar proteinnya

untuk pertumbuhan. Infus harus mengandung asam amino sintetik 2,5-3 g/dL dan

glukosa hipertonik pada kisaran antara 10-25 g/dL sebagai tambahan disamping

kuantitas elektrolit, mineral, dan vitamin yang cukup.

Infus awal harian harus memasukkan 10-15 g/kgBB/24 jam glukosa dan menambah

sedikit demi sedikit sampai 25-30 g/kgBB/24 jam, bila hanya glukosa saja yang

digunakan untuk memenuhi kebutuhan penuh nonprotein 100-120 kkal/kgBB/24 jam.

Jika yang digunakan vena perifer, dianjurkan untuk mempertahankan kadar glukosa

dibawah 12,5 g/dL. Emulsi lemak intravena seperti 20% intralipid (2,2 kkal/mL)

dapat digunakan untuk memberikan kalori tanpa beban osmotik yang nyata, sehingga

16

dapat mengurangi akan kebutuhan infus dengan kadar glukosa yang lebih tinggi,

melalui vena sentral atau perifer, dan biasanya mencegah perkembangan defisiensi

asam lemak essensial. Intralipid dapat dimulai pada 0,5 g/kgBB/24 jam dan

selanjutnya diberikan sampai 3 g/kgBB/24 jam.

Komplikasi makanan intravena terkait dengan kateter, sepsis adalah masalah

yang paling penting pada infus vena sentral dan dapat diminimalkan dengan

perawatan keteter yang cermat dan prefarat infus aseptic.

Komplikasi metabolic meliputi hiperglikemia yang berasal dari kadar glukosa infus

yang tinggi, yang dapat menyebabkan diuresis osmotic dan dehidrasi, azotemia,

hipoglikemia, hiperlipidemia, hipoksemia.

e. Infeksi

Bayi prematur mudah sekali diserang infeksi, hal ini disebabkan oleh karena

daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang, relatif belum sanggup membentuk

antibody dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik. Oleh

karena itu perlu dilakukan tindakan pencegahan yang dimulai pada masa perinatal,

yaitu dengan memperbaiki keadaan lingkungan, kebersihan makanan, mencegah

terjadinya infeksi silang para dokter, perawat, bidan dan petugas lain.

PEMBERIAN NUTRISI PADA BBLR

Bayi dengan BBLR sering mengalami masalah pada nutrisi karena fungsi

saluran pencernaan yang belum sempurna, seperti reflex hisap yang kurang, motilitas

usus lambat sehingga bayi mudah kembung, volume gaster yang kecil sehingga bayi

mudah muntah, dan defisiensi enzim. Penyakit lain seperti asfiksia, infeksi, dan sesak

nafas juga sering menyertai. Hal ini membuat masukan oral menjadi sulit dan

tertunda.

Pemberian nutrisi pada bayi BBLR yang sehat sebaiknya dilakukan sesegera

mungkin dengan cara IMD (Inisiasi Menyusu Dini). Sedangkan pada bayi BBLR

yang sakit, sebagian besar dapat mengatasi penyakitnya sendiri dengan cepat,

sehingga hanya memerlukan cairan, elektrolit, dan glukosa. Pemberian kolostrum

sebagai minum pertama sangat dianjurkan.

Keperluan Cairan dan Elektrolit BBLR Berat 1500-2500 g

Jumlah cairan Sodium Potassium Kalsium

17

(cc/kg/hari) (mEq/kg/hari) (mEq/kg/hari) elemental

(mg/kg/hari)

Hari ke 1 60 D10 W 0 0 45

Hari ke 2 90-110 D10W 2-3 1-2 45

Hari ke 3-14 120-150

D10W

2-4 2-4 45

Cara menilai kecukupan cairan dan elektrolit:

1. Secara klinis: edematous atau dehidrasi

2. Berat badan

3. Jumlah urin (2-3 ml/kg/hari), warna urin, berat jenis (1.005-1.010)

4. Elektrolit Na 135-145 mEq/l, K: 3.5-5 mEq/l

5. Bila mendapat fototerapi, jumlah cairan + 20%

Pemberian nutrisi parenteral dipertimbangkan bila sampai hari ketiga bayi

masih memerlukan puasa. Garis besar program nutrisi parenteral adalah:

1. Keperluan cairan dan elektrolit. Keperluan cairan setelah hari ketiga: 120-150

cc/kg.

2. Keperluan kalori dan glukosa. Kalori: 90-100 kkal/kg.

3. Keperluan protein dan lemak.

4. Tambahan vitamin/ mineral/ trace element.

Bayi dapat mulai diberikan minum bila keadaannya sudah stabil, yaitu:

1. Kontrol suhu baik

2. Sesak nafas/ retraksi berkurang

3. Keperluan O2 berkurang

4. Frekuensi denyut jantung baik, ekstremitas hangat

5. Bising usus cukup

6. Menunjukkan tanda-tanda lapar

KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah(2)

a. Enterokolitis nekrotikans neonatal

Enterokolotis nekrotikan merupkan penyakit salurann cerna yang serius pada bayi

yang baru lahir dan ditandai dengan bercak nekrosis atau nekrosis difus pada mukosa

18

tau submukosa usus serta vaskularisasi usus. Insidensi terjadinya dihubungkan denga

umur kehamilan yang kurang, dan merupakan komplikasi yang penting yang terjadi

pada kelahiran premature. Terhitung 7,5 % kasus EKN sebagai penyebab kematian

neonatal.

Ileum bagian distal dan kolon proksimal sangat sering terlibat. Beberapa stress

perinatal , terutam asfiksia dan hipotermia dianggap sebagai factor predisposisi

terjadinya EKN. Permulaan penyakit biasanya pada 2 minggu pertama tetapi dapat

terlam bat sampai umur 2 bulan.

Dapat menimbulkan gejala seperti apneu, bradikardi, dan distensi abdominal.

Mekonium keluar secara normal dan sebagai tanda pertama ialah distensi perut

dengan retensi lambung. Timbulnya penyakit ini nsering tidak jelas, dan dapat terjadi

sepsis sebelum dicurigai terjadi lesi pada usus. Sekali terkena kondisi anak biasanya

buruk, dengan cepat menjadi lemah dan asidosis serta dapat berkembang kearah syok

dan DIC.

b. Hipotermia

Perbedaan suhu di dalam kandungan dan lingkungan akan memberi pengaruh

pada kehilangan panas tubuh bayi, selain itu hipotermia dapat terjadi karena

kemampuan untuk untuk mempertahankan panas dan kesanggupan menambah

produksi panas sangat terbatas, karena pertumbuhan otot-otot yang belum cukup

matang, lemak subkutan yang sedikit, belum matangnya sistem saraf pengatur suhu

tubuh, luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibanding dengan berat badan

sehingga mudah kehilangan panas.

Tanda klinis hipotermia:

Suhu tubuh dibawah normal

Kulit dingin

Akral dingin

Sianosis

c. Sindrom Gawat Nafas

Sampai saat ini penyakit membrane hyaline dianggap terjadi karena defisiensi

pembentukan surfaktan pada paru bayi yang belum matang. Surfaktan adalah zat yang

penting dalam pangembangan paru dan merupakan suatu kompleks yang terdiri dari

protein, karbohidrat dan lemak. Senyawa utama zat tersebut adalah lesitin dan mulai

19

terbentuk pada kehamilan 22 – 24 minggu dan berjumlah lengkap dan mulai berfungsi

normal pada minggu ke-35 kehamilan.

Defisiensi Surfaktan menyebabkan gangguan kemampuan paru untuk

mempertahankan stabilitasnya, alveolus akan kembali kolaps setiap akhir ekspirasi

sehingga untuk pernafasan berikutnya dibutuhkan tekanan negatif intratoraks yang

lebih besar yang disertai usaha inspirasi yang kuat.

Pada aspirasi mekonium terjadi hipoksia intrauterin akan mengakibatkan janin

mengalami gasping dalam uterus, selain itu mekonium akan dilepaskan dan

bercampur dengan cairan amnion, cairan amnion yang mengandung mekonium

tersebut akan masuk ke dalam paru janin karena inhalasi. Ketika bayi lahir akan

menderita gangguan pernafasan karena melekatnya mekonium dalam saluran

pernafasan.

Tanda klinis sindrom gawat nafas :

Pernafasan cepat

Sianosis perioral

Merintih sewaktu ekspirasi

Retraksi substernal dan interkostal

d. Hipoglikemia.

Penyelidikan kadar gula darah pada 12 jam pertama menunjukkan bahwa

hipoglikemia dapat terjadi sebanyak 50% pada bayi matur. Kecepatan glukosa yang

diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu karena terputusnya hubungan

plasenta dan janin yang menyebabkan terhentinya pemberian glukosa.

Bayi aterm dapat mempertahankan kadar gula darah 50-60 mg/dL selama 72

jam pertama, sedangkan bayi berat badan lahir rendah dalam kadar 40 mg/dL. Hal ini

disebabkan cadangan glikogen yang belum mencukupi. Hipoglikemia terjadi bila

kadar gula darah 20 mg/dL.

Tanda klinis hipoglikemia :

Gemetar

Sianosis

Apatis

Kejang

Apnea Intermiten

Tangisan lemah atau melengking

Kelumpuhan atau letargi

Kesulitan minum

Terdapat gerakan putar mata

Keringat dingin

Hipotermia

Gagal jantung dan henti jantung

20

Hipoglikemia pada neonatus terjadi bila gula darah < 47 mg/dl, Pada hipoglikemia

berat didapatkan hasil gula darah < 25 mg/dl, dan hipoglikemia ringan/sedang jika

kadar gula darah >25 - <47 mg/dl.

e. Perdarahan Intrakranial

Pembuluh darah pada bayi prematur masih sangat rapuh dan mudah pecah,

sehingga perdarahan intrakranial dapat terjadi karena trauma lahir, diseminated

intravascular coagulopathy atau trombositopenia idiopatik. Matriks germinal epidimal

yang kaya pembuluh darah merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap

perdarahan selama minggu pertama kehidupan.

Tanda klinis perdarahan intrakranial :

Kegagalan umum untuk bergerak

normal

Refleks moro menurun atau tidak ada

Letargi

Pucat dan sianosis

Apnea

Kegagalan menetek dengan baik

Muntah yang kuat

Tonus otot menurun

Tangisan bernada tinggi dan tajam

Kejang

Fontanela mayor tegang dan

cembung

f. Hiperbilirubinemia

Terjadi karena belum maturnya fungsi hepar, dimana terjadi kekurangan enzim

glukoronil transferase sehingga konjugasi bilirubin indirek menjadi bilirubin direk

belum sempurna, dan kadar albumin darah yang berperan dalam transportasi bilirubin

dari jaringan ke hepar berkurang. Kadar bilirubin normal pada bayi prematur 10

mg/dL. Jika terjadi hiperbilirubinemia pada bayi prematur, bila tidak segera diatasi

dapat menjadi kern ikterus yang akan menimbulkan gejala yang permanen.

Tanda klinis hiperbilirubinemia :

Sklera, puncak hidung, sekitar mulut, dada, perut dan ekstremitas berwarna

kuning

Letargi

Kemampuan mengisap menurun

Kejang

21

Ikterus yang kemungkinan menjadi patologi atau dapat dianggap sebagai

hiperbilirubinemia adalah :

- Ikterus terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran.

- Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg% atau lebih setiap 24 jam.

- Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg% pada neonatus kurang bulan dan

12,5 mg% pada neonatus cukup bulan.

- Ikterus yang disertai proses hemolisis (inkompatibilitas darah, defisiensi enzim

G6PD dan sepsis).

- Ikterus yang disertai berat lahir kurang dari 2000 gram, masa gestasi kurang dari

36 minggu, asfiksia, hipoksia, sindrom gangguan pernafasan, infeksi

hipoglikemia, hiperkapnia, hiperosmolalitas darah.

g. Lebih rentan terhadap infeksi :

Bayi prematur mudah menderita infeksi karena imunitas humoral dan seluller

masih kurang, sehingga bayi mudah menderita infeksi. Selain itu pada kulit dan

selaput lendir membran tidak memiliki perlindungan seperti pada bayi cukup bulan.

Sensitivitas yang kurang akan memudahkan terjadinya kerusakan integritas kulit,

terutama pada daerah yang sering tertekan dalam waktu yang lama.

Defisit in uteri mengakibatkan gawat janin, dan dalam arti luas gawat janin dibagi

menjadi 3 golongan, yaitu :

1. Gawat Janin Akut, defisit mengakibatkan gawat perinatal tetapi tidak

mengakibatkan retardasi pertumbuhan dan pelisutan (wasting).

2. Gawat Janin Subakut, bila defisit tersebut menunjukkan tanda pelisutan (wasting)

tetapi tidak mengakibatkan retardasi pertumbuhan.

3. Gawat Janin Kronik, bila bayi jelas menunjukkan retardasi pertumbuhan.

Masalah ASI pada BBLR Kurang Bulan

Masalah yang sering muncul dikarenakan reflex hisap dan menelan yang

belum kuat, sehingga rangsangan pada puting lemah. Hal ini berakibat pada

pengosongan payudara yang terhambat, produksi ASI menjadi menurun dan lama-

kelamaan menjadi habis.

22

Masalah ini dapat diatasi dengan pemberian Penguat ASI (HMF: Human Milk

Fortifier). HMF berisi protein, elektrolit, dan mineral. HMF dapat ditambahkan pada

ASI peras pada bayi < 1500 g setelah bisa minum > 100 ml/kg. HMF diberikan

sampai dengan berat 1800-2000 g. Bila tidak terdapat HMR atau ASI peras ibu

kurang, dapat diberikan susu formula yang dimulai dengan pengenceran setengah.

Komposisi Berbagai Susu

Susu

Sapi

ASI

Matur

ASI

Prematur

ASI

Prematur

+ Fortifier

Formula

BBLR

Formula

Biasa

Energy /

100 ml

67 70 67 74 80 66

Karbohidrat 4.6 7 6 - 8.5 6.9

Lemak 3.9 4.2 4 4 4.4 3.6

Protein 3.4 1.3 1.8-2.4 3.7 2.2 1.5

Natrium 22 7 22 31 13-20 8

Kalium 39 15 18 - 18 17

Calcium 30 9 6 27 18-27 12-20

Phosphor 30 5 5 38 11-17 12-18

MEMULANGKAN BAYI

Sebelum pulang bayi harus sudah harus mampu minum sendiri, baik dengan

botol maupun dengan puting susu ibunya, selain itu kenaikan berat badan berkisar

antara 10-30 g/hari dan suhu tubuh tetap normal di ruang biasa.bayi harus tidak

menderita apneu atau bradikardi, dan tidak memerlukan oksigen atau obat yang

diberikan melalui pembuluh darah Biasanya bayi prematur dipulangkan dengan berat

badan lebih dari 2000 gram dan semua masalah berat sudah diatasi.

Selanjutnya bayi harus dipantau secara teratur untuk melihat pertumbuhan dan

perkembangannya, serta menemukan kelainan yang mungkin baru timbul.

PERAWATAN DI RUMAH

Ibu bayi diajarkan cara merawat bayi baru lahir seperti cara memandikan,

merawat tali pusat, memberi ASI/PASI, mengganti popok, dan tidak lupa untuk

memberi tahukan agar tetap kontrol ke balai kesehatan terdekat.

23

PROGNOSIS (1,3,7)

Tergantung dari berat ringannya masalah perinatal, misalnya masa gestasi

(makin muda masa gestasi, makin rendah berat bayi makin tinggi angka kematian),

asfiksia, sindrom gangguan pernafasan, perdarahan intraventrikuler, infeksi gangguan

metabolik (asidosis, hipoglikemia, hiperbilirubinemia). Asfiksia sendiri merupakan

komplikasi yang paling serius dari bayi berat lahir rendah, bila tidak segera diatasi

maka prognosis neonatus menjadi buruk.

Prognosis ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan

perawatan pada saat kehamilan, persalinan, post natal (pengaturan suhu lingkungan,

resusitasi, makanan).

24

DAFTAR PUSTAKA

1. Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A. Buku Ajar Neonatologi.

Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2008

2. Marnoto BW, Indrasanto E, Suradi R, Rustina Y. Penatalaksanaan BBLR.

Jakarta : PERINASIA, 2015

3. Behrman , Kliegman , Arvin. Nelson : Ilmu Kesehatan Anak Esensial . Edisi ke-6.

Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2013

4. Child Health USA, 2013. Diundur dari :

http://mchb.hrsa.gov/chusa13/perinatalhealth-status-indicators/p/low-birth-

weight.html, tanggal 6 September 2015

5. Diunduh dari : https://www.google.com/search?

q=lubchenco+graphic&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0CAcQ_AUoAWo

VChMIzeHxsp3ixwIVknOOCh3tqAiB&biw=1366&bih=653#tbm=isch&q=grafi

k+lubchenko&imgrc=ADYH1O6FrWJFBM%3A , tanggal 6 September 2015

6. Rudolph AM, Hoffman JIE, Rudolph CD. Buku Ajar Pediatri Rudolph. Edisi ke-

20. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2006

7. Hay W, Levin MJ, Sondheimer JM, Detherding DR. Current Diagnosis and

Treatment : Pediatrics. 20th ed. Mc Graw Hill Companies, 2014

8. Surasmi A., Handayani S., Nurkusuma H. Perawatan Bayi Berat Badan Lahir

Rendah. Dalam: Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta: EGC, 2003

9. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah, artikel

tanggal 13 Januari 2005. Diunduh dari : http://www.idai.or.id/web/topik/detil.asp?

IDTopics=71 , tanggal 6 September 2015

10. Edmond, Karen; Bahl, Rajiv . Optimal feeding of low-birth-weight infants. World

Health Organization, 2006. Diunduh dari :

http://www.who.int/maternal_child_adolescent/documents/9241595094/en/ ,

tanggal 06 Septermber 2015

11. UCSF Children’s Hospital . Very Low and Extremely Low Birthweight Infants,

2008. Diunduh dari :

https://www.ucsfbenioffchildrens.org/pdf/manuals/20_VLBW_ELBW.pdf ,

tanggal 06 September 2015

25