revisi makalah 05.pdf

Upload: aziza

Post on 02-Mar-2018

247 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 05.pdf

    1/32

    iii

    ASPEK PEMBAHARUAN DALAM ISLAM

    Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

    Studi Islam II

    Disusun Oleh Kelompok V Farmasi 2B

    Adha Dastu Ilahi (11151020000062)

    Elfira Rosalia (11151020000083)

    Hafidzatul Azkia Chamanda (11151020000101)

    Nuri Zayanah (11151020000097)

    Dosen Pembimbing : Siti Nadroh, M.Ag

    PROGRAM STUDI FARMASI

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

    SYARIF HIDAYATULLAH

    TAHUN AKADEMIK 2015-2016

  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 05.pdf

    2/32

    2

    KATA PENGANTAR

    Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas

    segala rahmat dan karunia-Nya lah sehingga tugas Makalah yang berjudul Aspek

    Pembaharuan Dalam Islamini dapat kami selesaikan. Tidak lupa kita sampaikan

    shalawat pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita

    dari zaman jahiliah ke zaman islamiah. Makalah ini kami buat sebagai kewajiban

    untuk memenuhi tugas kelompok Studi Islam 2.

    Makalah ini disusun dalam rangka memberikan perdalaman materi

    pembelajaran tentang pengertian Pembaharuan Dalam Islam, perbedaannnya

    dengan modernisasi, reformasi, revitalisasi, rekonstruksi, reaktualisasi, dan

    reinterpretasi, latar belakang lahirnya Pembaharuan Dalam Islam, pro dan kontra,

    tokoh-tokoh, pembaharuan dalam islam, serta manfaat pembaharuan islam bagi

    kemajuan islam.

    Karena adanya keterbatasan pengetahuan dari kami semua, mungkin

    makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Semoga makalah ini bermanfaat

    khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca, kurang dan lebihnya kamimohon maaf. Terimakasih.

    Ciputat, 20 Maret 2016

    Penulis

  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 05.pdf

    3/32

    3

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR............................................................................................ii

    DAFTAR ISI ........................................................................................................... 1

    BAB IPENDAHULUAN ....................................................................................... 4

    1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 4

    1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 4

    BAB IIPEMBAHASAN ........................................................................................ 5

    2.1 Pengertian Pembaharuan Islam ................................................................ 5

    2.2 Perbedaan pembaharuan islam dengan modernisasi, reformasi,

    revitalisasi, rekonstruksi, reaktualisasi, dan reinterpretasi .................................. 8

    A. Modernisasi .............................................................................................. 8

    B. Reformasi ............................................................................................... 10

    C. Revitalisasi ............................................................................................. 12

    D. Rekonstruksi ........................................................................................... 15

    E. Reinterpretasi .......................................................................................... 17

    F. Reaktualisasi ........................................................................................... 18

    2.3 Latar Belakang Pemikiran Dan Pembaharuan Islam ................................... 20A. Periode klasik (650-1250M) ...................................................................... 20

    B. Periode Pertengahan (1250-1800M) .......................................................... 20

    C. Periode Modern (1800M-Sekarang) .......................................................... 22

    D. Perkembangan Islam Pada Masa Modern pada Berbagai Bidang ............. 23

    2.4 Tokoh- Tokoh Pembaharu Islam dan Manfaatnya Bagi Kemajuan Umat

    Islam. ................................................................................................................. 24

    A. M. Ibn Abd al-Wahhab dan Gerakan Wahabiyah .................................. 24

    B. Napoleon Bonaparte ............................................................................... 26

    C. Jamaluddin al-Afghani ........................................................................... 27

    D. Muhammad Rasyid Rida ........................................................................ 27

    E. Mustafa Kamil ........................................................................................ 28

    BAB IIIPENUTUP .............................................................................................. 30

    1.3 Kesimpulan .................................................................................................. 30

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 31

  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 05.pdf

    4/32

    4

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1

    Latar Belakang

    Pembaharuan dalam islam dikenal juga dengan modernisasi islam, yang

    mempunyai tujuan untuk menyesuaikan ajaran yang terdapat dalam agama dengan

    ilmu pengetahuan dan Falsafah modern, tetapi perlu diingat bahwa dalam islam

    ada ajaran yang tidak bersifat mutlak, yaitu penafsiran atau interpretasi dari

    ajaran-ajaran yang bersifat abadi dari masa ke masa. Dengan kata lain

    pembaharuan mengenai ajaran-ajaran yang bersifat mutlak tak dapat diadakan

    karena sudah tidak bisa lagi diganggu gugat seperti pada hukum- hukum yang

    tercantum dalam Al-Quran. Pembaharuan dapat dilakukan dengan meninjau

    kembali beberapa aspek yang memang memerlukan untuk diperbaharui seiring

    dengan perkembangan zaman yang semakin modern sehingga mampu diterapkan

    dalam kehidupan sehari-hari seperti sekarang ini.

    1.2 Rumusan Masalah

    1. Apakah itu pembaharuan dalam islam?

    2.

    Apakah perbedaan pembaharuan islam dengan modernisasi, reformasi,

    revitalisasi, rekonstruksi, reaktualisasi, dan reinterpretasi?

    3. Seperti apakah latar belakang lahirnya pembaharuan dalam islam dan

    Seperti apakah pro dan kontra pembaharuan dalam islam?

    4. Siapa saja tokoh-tokoh pembaharuan dalam islam dan apakah ada

    manfaatnya bagi kemajuan umat Islam?

  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 05.pdf

    5/32

    5

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 Pengertian Pembaharuan Islam

    Dalam bahasa Arab, sesuatu dikatakan jadid (baru), jika bagian-

    bagiannya masih erat menyatu dan masih jelas. Dalam kosa kata Islam kata

    pembaruan digunakan kata tajdidyang berasal dari katajadid. Kemudian terdapat

    berbagai istilah yang dipandang memiliki relevansi makna dengan pembaharuan

    yaitu modernisasi, reformisasi, revitalisasi, dan lainnya. Selain kata tajdid ada

    istilah lain dalam kosa kata Islam tentang kebangkitan atau pembaruan, yaitu kata

    islah. Kata tajdidbiasa diterjemahkan sebagai pembaharuan dan islah sebagai

    perubahan. Kedua kata tersebut secara bersama-sama mencerminkan suatu

    tradisi yang berlanjut, yaitu suatu upaya menghidupkan kembali keimanan Islam

    beserta praktek-prakteknya dalam komunitas kaum muslimin.

    Pembaharuan berarti proses atau kegiatan memperbaiki supaya menjadi

    baru.1Hans Wehr mengartikan; renewal, creation of something new, innovation,

    reorganization, reform, modernization, renovation, restoration etc.2 Jadi, seluruh

    kegiatan memperbaharui, menata kembali, dan mengubah disebut pembaharuan.

    Pembaharuan dalam Islam berarti pikiran dan gerakan untuk menyesuaikan

    paham-paham keagamaan Islam dengan perkembangan baru yang ditimbulkan

    oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.3

    Berkaitan dengan pengertian tersebut, maka pembaharuan dalam Islam

    bukan dalam hal yang menyangkut dengan dasar atau fundamental ajaran Islam;

    artinya bahwa pembaharuan Islam bukan dimaksudkan untuk mengubah,

    memodifikasi, ataupun merevisi nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam supaya sesuaidengan selera zaman, melainkan lebih berkaitan dengan penafsiran atau

    interpretasi terhadap ajaran-ajaran dasar yaitu Al-Quran dan Hadis agar sesuai

    dengan kebutuhan perkembangan. Maka dapat dipahami bahwa pembaruan

    merupakan aktualisasi ajaran tersebut dalam perkembangan sosial. Pokok- pokok

    pembaharuan Islam penting ditegaskan karena beberapa hal. Pertama, di tengah

    1Depdikbud,Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990, hlm. 601

    2Hans Wehr, Arabic-English Dictionary, Ithaca: Spoken Languange Service Inc, 1976.3Nasution, Harun,Pembaharuan Dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta: Bulan Bintang, 1975.

  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 05.pdf

    6/32

    6

    situasi zaman yang kian kompleks, kita tak cukup hanya bersandar pada pikiran-

    pikiran keislaman lama yang sudah tidak relevan dengan konteks zaman. Sebab,

    apa yang dirumuskan ulama terdahulu mungkin telah berhasil memecahkan

    masalah di masa lalu, tapi belum tentu terampil menyelesaikan masalah di masa

    kini. Kedua, di tengah berbagai usaha yang mengerdilkan Al-Quran, kita

    membutuhkan cara pandang baru terhadap Al-Quran. Ketiga, sejumlah orang

    hendak menjadikan Islam sebagai lading persemaian diskriminasi dan

    dehumanisasi. Kita menyaksikan kian tingginya diskriminasi terhadap perempuan,

    misalnya. Keempat, perang telah mendominasi diskursus umat Islam

    belakangan. 4

    Di Indonesia sebelum ide pembaharuan atang telah terlebih dahulu masuk

    gera2an pemurnian wahabiah di minangkabau. Ide wahabiah itu dibawa oleh haji-

    haji yang pulang dari mekah, diantaranya haji miskin. Gerakan wahabiah di

    minangkabau ini dalam sejarah Indonesia dikenal dengan gerakan padre melawan

    adat-istiadat minangkabau yang bertentangan dengan ajaran islam. Kaum adat

    maminta bantuan belanda dan akhirnya pecahlah perang padri dipermulaan abad

    ke 19.

    Ide-ide pembaharuan masuk ke Indonesia dipermulaan abad ke 20 melalui

    majalah al-imamyang diterbitkan di Malaysia oleh Said Muhammad Agil, Syekh

    Muhammmad Al-kalali dan Syekh Taher Jalaluddin. Yang tersebut akhir ini

    pernah meeruskan studi di Al-Azhar,Cairo. al-imam mengandung ide-ide

    pembaharuan yang terdapat dalam majalah al-manar kepunyaan Rasyid Rida.

    Pengaruhnya kelihatan di padang tempat lahirnya majalah Al-munir di tahun 1911

    M, dibawah asuhan H. Abdullah Ahmad, H. Abdul Karim Amrullah dan H.

    Muhammad Taib.Di Jakarta jamiat khair yang didirikan tahun 1901 M mempunyai sekolah

    yang ke dalam kurikulumnya dimasukan bahasa ilmu pengetahuan barat.

    Siswanya kemudian dikirim ke Istanbul untuk meneruskan studi. Atas undangan

    4M. Dawam Rahardjo, Kautsar Azhari-Noer, Zuly Qodir, Ihsan Ali-Fauzi, Akhmad Sahal, Moh. Shofan, Taufik Adnan

    Amal, Suaidi Asyari, Neng Dara Affiah, A.D Kusumaningtyas, Atun Wardatun, Budhy Munawar-Rachman, Djohan

    Effendi, Tedi Kholiludin, Syamsul Arifin dan Sunaryo,Pembaruan Pemikiran Islam Indonesia, Jakarta: KomunitasEpistemik Muslim Indonesia (KEMI)5,6Cooper, John, dkk.2002.Pemikiran Islam.Jakarta : Penerbit Erlangga, hal : xii

    7

    Cooper, John, dkk.2002.Pemikiran Islam.Jakarta : Penerbit Erlangga, hal : xiii

  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 05.pdf

    7/32

    7

    perkumpulan ini datang ke Indonesia seorang ulama dari sudan bernama Syekh

    Ahmad Surkati. Ulama ini termasuk salah satu dari pengikut-pengikut

    Muhammad Abduh.

    Syekh Ahmad Surkati kemudian membentuk perkumpulan baru bernama

    al-islah wa al irsyad, yang juga mempunyai sekolah di Jakarta dan majalah Al-

    zakhirah. Di sekolah itu ide-ide pembaharuan dijalankan sedang Al-zakhirah

    menyiarkan ide-ide itu ke dalam masyarakat.

    Usaha yang dilakukan pembaharu- pembaharu diatas pengaruhnya

    terbatas. Pembaharu yang kemudian besar pengaruhnya dalam gerakan

    pembaharuan di Indonesia adalah Kyai H. Ahmad Dahlan, bapak muhammadiyah

    yang didirikan pada di tahun 1912 M. melalui sekolah-sekolah muhammadiyah

    yang terdapat di seluruh pelosok tanah air, ide pembaharuan memasuki

    masyarakat umat islam Indonesia. Karena banyak dipengaruhi aliran Rasyid Rida,

    dalam pembaharuan muhammadiyah terdapat unsure-unsur dari ajaran pemurniah

    wahabiah. Selanjutnya pemuka-pemuka muhammadiyah yang berasal dari

    minangkabau sedikit banyaknya terpengaruh juda oleh aliran padre yang ada

    disana.

    Dalam sejarah pembaharuan di Indonesia tidak dapat dilupakan nama H.

    Agus Salim yang banyak mempunyai pengaruh pada golongan intelejensia islam

    Indonesia yang berpendidikan barat. Demikian juga Said Umar cokroaminoto

    dengan sarekat islamnya dan Hasan Bandung dengan persisnya. Nahdlatul Ulama,

    jamiatul Washilah dan lain-lain juga tidak dapat menutup pintunya terhadap ide-

    ide pembaharuan5.

    Indonesia lebih banyak dipengaruhi ole hide-ide pembaharuan yang timbul

    di mesir daripada yang timbul di turki dan india, ialah karena bahasa arabmerupakan bahasa internasional dunia islam. Sedang bahasa turki dan urdu tidak.

    Bahasa inggris yang dipakai pembaharu- pembaharu india, dimasa yang lampau

    kurang dikenal di Indonesia. Disamping sebab tersebut diatas mesir berlainan

    dengan turkidan india, merupakan kiblat uamat islam untuk memperdalam ilmu

    pengetahuan keagamaan, Al-Azhar mempunyai pengaruh diseluruh dunia islam.

    5Cooper, John, dkk.2002.Pemikiran Islam.Jakarta : Penerbit Erlangga

  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 05.pdf

    8/32

    8

    2.2 Perbedaan pembaharuan islam dengan modernisasi, reformasi,

    revitalisasi, rekonstruksi, reaktualisasi, dan reinterpretasi

    A.

    Modernisasi

    Modernisasi adalah pengenalan artefak-artefak kehidupan masa kini ke

    dalam masyarakat, contoh : rel kereta api, komunikasi, industri, teknologi, dan

    peralatan rumah tangga.5 Modernisasi merupakan proses yang mengarah pada

    modernitas, yang berawal ketika suatu masyarakat mulai mengambil sikap ingin

    tahu mengenai bagaimana orang membuat pilihan, baik itu pilihan moral,

    pribadi, ekonomi, maupun politik.6Modernitas (modernisme) adalah pengertian

    umum mengenai proses kultural dan proses politis yang timbul dari upaya untuk

    mengintegrasikan gagasan baru, sistem ekonomi, atau pendidikan ke dalam

    masyarakat.7 Modernisme merupakan cara berpikir, cara hidup dalam dunia

    kontemporer, dan cara menerima perubahan.

    Pada akhir abad kesembilan belas, munculah sebuah pemikiran Barat.

    Pemikiran Barat merupakan pemikiran materi-naturalis di mana puncaknya ialah

    imperialisme Barat terhadap negara negara Islam dan negara yang memiliki

    kekayaan alam di Asia dan Afrika demi kepentingan industri Eropa. Pemikiran

    materialis ini dasarnya mengagung-agungkan kekuatan materi, fenomena

    kemajuan dan interpretasi ekonomi terhadap sejarah manusia. Juga

    mempersempit peranan spiritualisme agama, kemanusiaan yang ideal dan

    moralisme religius. 8Pada abad tersebut, terdapat sebuah keyakinan bahwa

    modern adalah kemajuan dan milik orang Eropa (Barat) dan yang tradisional

    adalah tebelakang dan non-Eropa.9

    Proses modernitas yang memuat berbagai macam pembaharuan-

    pembaharuan secara mendalam akan mempengaruhi gaya hidup masyarakat dannilai-nila yang dianut dan dijunjung tinggi oleh masyarakat.10 Pembaharuan

    pembaharuan tersebut sedikit demi sedikit akan mengikis nilai nilai dalam

    masyarakat bahkan dapat menghilangkannya secara keseluruhan. Namun ada

    juga masyarakat yang sama sekali tidak terpengaruh dengan adanya

    8Cooper, John, dkk.2002.Pemikiran Islam.Jakarta : Penerbit Erlangga, hal : xiii9Al Bahiy, Dr. Muhammad.1986.Pemikiran Islam Modern.Jakarta : Pustaka Panjimas

    10Beling dan Totten.1985.Modernisasi : Masalah Model Pembangunan.Jakarta : CV. Rajawali, hal :33

  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 05.pdf

    9/32

    9

    pembaharuan pembaharuan tersebut dan tetap mempertahankan gaya hidup

    tradisional.

    Pembaharuan dalam Islam sangat Identik dengan modernisasi.

    Pembaharuan-pembaharuan yang dilakukan oleh kaum intelektual muslim

    bertujuan untuk mengembangkan pandangan islam yang sesuai dengan

    pemikiran dan institusi-institusi modern, namun tetap berpijak pada tradisi dan

    dasar-dasar islam, demi pemurnian islam dan ketaatan pada Syariah (hukum).

    Persamaan Modernisasi dan Pembaharuan dalam Islam terletak pada kesamaan

    dalam hal bergerak ke arah yang lebih maju. Keduanya mengusung konsep

    transformasi dari keadaan yang kurang baik ke arah yang lebih baik dengan

    harapan terwujudnya tatanan masyarakat yang makmur.

    Jamaluddin Al-Afghani, seorang aktivis yang merupakan guru dari

    Muhammad Abduhsalah satu tokoh pembaharu Islam-, mengemukakan bahwa

    islam harus aktif dan bersemangat. Islam, menurut Al-Afghani yang paling

    utama adalah sebuah keyakinan terhadap transendensi Tuhan dan akal, dan tugas

    manusia adalah menerapkan prinsip prinsip Al-Quran dalamcara yang baru

    untuk mengatasi masalah-masalah baru di zaman mereka. Kaum muslimin harus

    menerima kebutuhan akan perubahan yang bersandarkan pada prinsp prinsip

    islam.11

    Meskipun pembaharuan dalam Islam dan Modernisasi adalah hal yang

    relatif identik, namun keduanya memiliki perbedaan yang fundamental.

    Modernisasi adalah perubahan sosial yang apabila dirunut dari sejarah, pada

    mulanya modernisasi berporos pada Eropa dengan industrialisasi dan

    komersialisasi atau komodifikasi. Modernisasi lebih mengunggulkan kekuatan

    materi dan memperkecil makna spiritualisme atau kemusiaan yang ideal.Sedangkan pembaharuan dalam Islam adalah gerakan dari pemikiran para

    cendiki6awan muslim untuk merespon segala dorongandorongan serta aspek

    11,Al Bahiy, Dr. Muhammad.1986.Pemikiran Islam Modern.1986. Jakarta : Pustaka Panjimas,hal : vii

  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 05.pdf

    10/32

    10

    aspek dari luar yang mempengaruhi kehidupan umat muslim dengan tetap

    mengindahkan nilainilai islam.

    Modernitas merupakan salah satu dorongan yang tidak dapat dihindari oleh

    umat Islam, sehingga banyak pemikiran pemikiran intelektual muslim dalam

    menyikapi hal tersebut. Dalam hal ini, Muhammad Abduh berpendapat bahwa

    Islam seyogyanya menjadi basis moral dari masyarakat yang modern dan

    progesif, namun islam tidak dapat menyetujui semua yang dilaksanakan atas

    nama modernisasi.12 disamping itu ada pemikiran lain yang sangat keras

    menyikapi modernitas dan menolak segala hal yang berkaitan dengan kemajuan

    modern serta mengupayakan mengislamkan modernitas bukan memodernisasi

    Islam. Kesimpulannya, modernisasi merupakan perubahan dalam segala segala

    aspek yang terus meraksasa tanpa adanya aturan spiritual keagamaan, dan

    pembaharuan dalam Islam adalah perubahan dalam islam yang tetap

    mengindahkan nilainilai ajaran islam.

    B.

    Reformasi

    Istilah reformasi atau pembaharuan disini diterjemahkan dari kata ishlah

    atau tajdid yang biasa digunakan dalam literatur islam modern. Namun, istilah

    tajdid lebih umum dipergunakan daripada istilh ishlah untuk maksud, baik

    pembaharuan ataupun reformasi yang sebenarnya dalam bahasa inggris

    keduanya dibedakan7. Pengertiannya, memperbaharui sesuatu yang mengalami

    ketidaksesuaian dengan apa yang semestinya. Misalnya sesuatu itu tidak sesuai

    dengan tuntutan zaman atau dasar-dasarnya. Istilah tajdid yang berlaku di

    kalangan ilmuwan muslim diambil dari hadis Rasulullah, Sesungguhnya Allah

    mengutus untuk umat ini pada satiap penghujung seratus tahun, orang yang

    memperbaharui (yujaddidu) agamanya (Abu Daud, Sunan, Kitab Al-Malahim:109). Maksudnya, mempengaruhi pemahaman yang tidak cocok dan praktik

    keagamaan yang menyimpang. Dengan demikian, pembaharuan merupakan hal

    dalam kehidupan keagamaandan didasarkan syariat. Di samping landasan

    syariah, usaha reformasi atau bembaharuan tersebut dilakukan karena beberapa

    alasan. Sesuatu yang lama dinilai tidak lagi sejalan dengan perkembangan

    7Al Bahiy, Dr. Muhammad.1986.Pemikiran Islam Modern.1986. Jakarta : Pustaka Panjimas

  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 05.pdf

    11/32

    11

    zaman. Kemungkinan lain karena faham-faham yang ada dianggap keluar dari

    8maksud teks yang sebenarnya. Karena itu, faham tersebut perlu diperbaharui9,

    dalam arti dimurnikan. Sementara itu, ijtihad diartikan sebagai upaya keras

    untuk menggali hukum-hukum yang ada dalam teks agama, apakah upaya

    tersebut disebabkan oleh kedua kemungkinan di atas atau sebab munculnya

    suatu masalah baru yang belum ada status hukumnya secara implisit dalam teks.

    Dengan demikian, tujuan ijtihad adalah menentukan hukum-hukum untuk

    masalah-masalah yang baru muncul yang tidak terdapat dalam teks agama secara

    langsung. Dalam realitas sejarah, konsep dasar diaras mengalami perkembangan

    dan perbedaan. Untuk melihat perkembang dan perbedaan tersebut, ditampilkan

    tiga model pembaharuan dalam sejarah Islam yang masing-masing mempunyai

    konsep yang berbeda-beda.

    Kelompok pertama, mengartikan bahwa tajdid adalah mengembalikan

    pemahaman-pemahaman dan praktik-praktik agama yang tidak sesuai dengan

    dasarnya yang otentik, kepada faham serta ajaran Islam yang benar sebagaimana

    zaman Rasulullah dan sahabatny (Busthami, 1984: 10-19). Metode yang dipakai

    dalam memahami teks-teks agama menggunakan metode tekstual atau literal, di

    mana lafadz-lafadznya diartiakan apa adanya meskipun hasilnya menurut

    kebanyakan orang bertentangan dengan kenyataan serta kebutuhan suatu zaman.

    Kelompok kedua, mengartikan bahwa tajdid adalah reformasi (ishlah) atau

    modernoisasi (tahdits). Maksudnya, memperbaharui atau mengembangkan suatu

    pemahaman dan pelaksanaan ajaran-ajaran Islam sejalan dengan perkembangan

    dan kebutuhan suatu zaman. Metode yang dipakai adalah metode rasional, di

    mana teks-teks agama dipahami secara rasional untuk diambil inti pesan-

    pesannya dan tidak terikat kepada lafadz-lafadznya, khususnya dalam aspekmuamalah. Sedangkan untuk aspek ibadah, mereka menggunakan metode

    tekstual sebagaimana kaum salafi.

    Adapun kelompok ketiga, memahami tajdid sebagai upaya atau usaha

    memperbaharui faham-faham lama yang dianggap lemah dengan cara

    memasukkan unsur-unsur baru tanpa merusak bangunan, ciri-ciri, dan inti yang

    8Al Bahiy, Dr. Muhammad.1986.Pemikiran Islam Modern.1986. Jakarta : Pustaka Panjimas

    9Al Bahiy, Dr. Muhammad.1986.Pemikiran Islam Modern.1986. Jakarta : Pustaka Panjimas

  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 05.pdf

    12/32

    12

    lama (Qardlawy, 1986: 28). Konsep itu tampaknya berusaha menawarkan

    sesuatu yang baru dengan memkompromikannya dengan yang lama atau

    menarima dan menolak yang baru maupun yang lama secara kritis dan selektif

    Berdasarkan perspektif di atas, kita melihat tiga model pembaharuan.

    Pertama, pembaharuan berati menghidupkan kembali tradisi pada masa

    Rasulullah secara totalitas. Teks wahyu dipahami secara tekstual. Sebagai

    konsekuensinya, rasio dalam kelompok ini kurang memperoleh tempat. Kedua,

    pembaharuan berarti menggantikan yang lama dengan yang baru (modern).

    Yang lama ditinggalkan karena tidak sejalan dengan zaman modern. Namun,

    yang ditinggalkan mereka bukan teks wahyu, tetapi pemahaman orang terhadap

    teks. Disamping itu, jika teks dalam Islam ada dua macam, yaitu qathi dan

    zanny maka mereka hanya meninggalkan pemahaman lama teks-teks yang

    kedua. Sementara itu, terdapat jenis teks pertama, mereka tetap sepakat dengan

    pemahaman umum yang ada. Ketiga, pembaharuan berarti menyintesiskan

    antara yang lama dan yang baru (antara tradisi dan modernitas). Unsur lama

    yang baik dipertahankan dan unsur baru yang lebih baik dihadirkan. Teks

    diwahyukan dipahami secara tekstual dan konstektual. Rasio dan wahyu

    memperoleh tempat yang seimbang.

    C. Revitalisasi

    Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Revitalisasi Merupakan

    cara, proses, perbuatan menghidupkan kembali atau menggiatkan kembali1014 .

    Lebih jelasnya, Revitalisasi berarti suatu perbuatan untuk kembali

    menghidupkan suatu hal yang dulunya hidup pada suatu masyarakat namun

    seiring dengan berjalannya waktu hal tersebut mulai terkikis dan bahkan

    menghilang.Revitalisasi merupakan salah satu konsep yang terdapat pada pembaharuan

    dalam Islam. Revitalisasi yang merupakan perbuatan menghidupkan kembali

    segala sesuatau yang mulai meredup sangat relevan dengan pembaharuan dalam

    islam, melihat bahwa pembaharuan dalam islam (salah satunya) dilakukan akibat

    dari kondisi Islam sekarang yang sangat jauh dari konsep Islam yang

    14http://badanbahasa.kemendikbud.go.id/kbbi/index.php, diakses pada tanggal 17 maret 2016, pukul 22:42

    15

    kartanegara, mulyadhi.2007.Mengislamkan nalar : sebuah respon terhadap modernitas. Jakarta : PenerbitErlangga

    http://badanbahasa.kemendikbud.go.id/kbbi/index.phphttp://badanbahasa.kemendikbud.go.id/kbbi/index.phphttp://badanbahasa.kemendikbud.go.id/kbbi/index.php
  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 05.pdf

    13/32

    13

    sebenarnya. Maka para mujahid merasa bahwa perlu adanya menghadirkan nilai

    nilai islam yang pada era ini telah terkesampingkan, tentu saja hal ini

    merupakan tantangan yang berat. Pada zaman ini, proses menghadirkan nilai

    nilai Islam yang sesungguhnya di kalangan kaum muslimin harus

    memperhatikan aspek aspek budaya global yang telah bersatu dengan

    masyarakat saat ini.

    Dalam agama islam, revitalisasi telah dipraktekkan sejak zaman dahulu.

    Pada masa Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali (w.505/111) sekitar seribu tahun

    yang lalu, revitalisasi telah dilakukan. Pada saat itu terdapat ancaman yang

    membahayakan eksistensi ilmu ilmu agama (naqli) oleh ilmu ilmu rasional

    (aqli) akibat dari munculnya aliran teologi rasional Mutazilah, maka dari itu

    Al-Ghazali melakukan revitalisasi ilmu ilmu agama yang dirasa telah

    terkesampingkan oleh ilmu ilmu rasional. Upaya yang dilakukan Al-Ghazali

    berhasil mengembalikan titik tekan ilmu kepada ilmu ilmu agama dan

    mendegradasi disiplin ilmu filsafat dan ilmuilmu lainnya11

    Pada zaman sekarang, para cendikiawan serta intelektual muslim dituntut

    untuk segera melakukan Revitalisasi cahaya islam yang mulai memudar.

    Berbeda dengan tantangan filosofi yang dihadapi Al-Ghazali ratusan tahun yang

    lalu, kali ini kaum muslimin dihadapkan pada tantangan filsafat yang jauh lebih

    serius dan radikal. Tantangan filosofi yang dihadapi Al-Ghazali berasal dari para

    filsuf yang masih mempercayai hal-hal ghaib, sedangkan tantangan filosofi yang

    dihadapi kaum muslimin saat ini berasal dari para filsuf yang tidak mempercayai

    adanya hal-hal yang metafisik. Hal ini disebabkan oleh munculnya pandangan

    Positivisme Barat (ketidakpercayaan pada hal metafisik) dan terus merajalela

    karena didukung oleh para ilmuwan di berbagai bidang, seperti astronomi,kesokteran, dan lain-lain, yang sangat diagung-agungkan umat pada saat ini,

    contohnya Darwin dengan teori evolusinya, Freud, dan Emile Durkhim. Para

    ilmuwan tersebut sangat mengagungkan akal dan rasionalitas sebagai satu-

    satunya kepercayaan mutlak. Freud, salah satu Ilmuwan dunia, mengatakan

    11

    kartanegara, mulyadhi.2007.Mengislamkan nalar : sebuah respon terhadap modernitas. Jakarta : PenerbitErlangga

  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 05.pdf

    14/32

    14

    bahwa agama adalah ilusi dan agama berasal dari ketidakberdayaan manusia

    dalam menghadapi daya-daya dari luar dan daya imajinatif dari dalam dirinya12.

    Tantangan filosofis yang begitu serius dan berbahaya terhadap bangunan

    metafisik, epistemologis, dan etis islam tidak boleh dibiarkan begitu saja tanpa

    respons, hal ini karena sebuah pemikiran akan dianggap benar selama tidak ada

    yang membantahnya. Maka kewajiban moral bagi cendikiawan muslim saat ini

    adalah untuk sedapat mungkin memberikan jawaban jawaban yang seimbang

    atau kritis logis terhadap pendirian filosofis mereka. Tujuannya adalah agar

    keyakinan kita pada yang ghaib dapat terpelihara dengan baik dalam hati kita,

    dibawah naungan benteng filosofis yang tangguh dan tahan serangan16

    Pembaharuan pemikiran Islam, dalam hal ini mengarah pada Revitalisasi

    nilai-nilai Islam yang semakin terkikis dan , dapat dilakukan dengan cara

    revitalisasi ilmu ilmu rasional. Mengingat bahwa pada masa lalu ilmu-ilmu

    rasional pernah hilang eksistensinya dalam dunia Islam, maka di era ini

    revitalisasi ilmu-ilmu rasional perlu dilakukan untuk melindungi kepercayaan

    agama dengan dan dalam sebuah benteng filosofis yang dibangun atas dasar

    dasar logika yang handal. Berbeda dengan tujuan al-Ghazali dalam

    menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama (yaitu menghantam ilmu-ilmu

    rasional), revitalisasi ilmu-ilmu rasional kali ini justru bertujuan untuk

    menguatkan dan melindungi kepercayaan agama dari serangan serangan

    filosofis dan ilmiah yang dilancarkan pendukung filsafat positif-sekuler. Karena

    tantangan filosofis seperti hanya dapat dihadapi secara filosofis dengan

    argumen-argumen rasional yang solid dan sistematik, dan bukan dengan dogma-

    dogma religius17.

    Penjelasan diatas merupakan bukti relevansi antara pembaharuan dalamislam dan revitalisasi, sementara perbedaan mendasar dari konsep revitalisasi

    dan pembaharuan Islam adalah terletak pada alasan dan tujuan daripada konsep

    tersebut. Lebih jelasnya, konsep revitalisasi, yang mengandung makna

    12kartanegara, mulyadhi.2007.Mengislamkan nalar : sebuah respon terhadap modernitas. Jakarta : Penerbit

    Erlangga16kartanegara, mulyadhi.2007.Mengislamkan nalar : sebuah respon terhadap modernitas. Jakarta : Penerbit

    Erlangga, hal:2817

    kartanegara, mulyadhi.2007.Mengislamkan nalar : sebuah respon terhadap modernitas. Jakarta : Penerbit

    Erlangga, hal : 33-34

  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 05.pdf

    15/32

    15

    menghidupkan kembali, berlaku untuk seluruh aspek kehidupan tergantung

    dari sudut pandang mana pelaku relativitas ini memandang. Tidak menutup

    kemungkinan bahwa konsep revitalisasi sekuler (non-islam) dapat muncul

    menjadi bumerang, dan mengacaukan eksistensi agama Islam. Sedangkan

    pembaharuan dalam Islam adalah pemikiran pemikiran berdasarkan dalil-dalil

    wahyu ilahi yang bertujuan untuk menghadirkan nilai nilai Islam yang

    sesungguhnya dalam kehidupan umat manusia di seluruh alam.

    D. Rekonstruksi

    Di era globalisasi sekarang ini, melakukan rekonstruksi pemikiran Islam

    akan sulit dilakukan. Namun bukan berarti tidak mungkin dilakukan, bahkan

    sangat mungkin dilakukan. Hal ini karena nilai-nilai Islam yang universal tidak

    bertentangan dengan nilai-nilai universal yang lahir dari rahim peradaban Barat.

    Yang harus dilakukan adalah bagaimana agar umat Islam secara mayoritas

    menyadari pentingnya rekonstruksi pemikirannya, sehingga proyek rekonstruksi

    ini tidak dilakukan hanya oleh individu-individu tertentu. Ia harus dilakukan

    secara bersinergi, simultan dan berkesinambungan oleh seluruh lapisan

    masyarakat Islam, bahkan oleh pihak penguasa (pemerintah), sebagaimana yang

    terjadi pada jaman kejayaan Islam di Baghdad dahulu di mana pengembangan

    ilmu pengetahuan dilakukan bukan secara sporadis dan individual, tapi juga

    didukung oleh kalangan penguasa seperti para khalifah13. Dalam hal ini

    diperlukan upaya-upaya penyadaran kepada umat Islam secara keseluruhan akan

    pentingnya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin hari

    semakin berkembang dan maju. Kepada umat Islam harus diberikan pemahaman

    yang komprehensif tentang perhatian Islam yang begitu dalam akan pandangan

    keduniawian, khususnya iptek ini. Bahwa akhirat itu lebih kekal, dan olehkarenanya lebih penting untuk diperhatikan, tidak berarti harus menafikan dunia.

    Pentingnya ilmu pengetahuan dan teknologi dalam penerapan Islam perlu

    disosialisasikan lebih intens kepada umat Islam sehingga umat Islam tidak hanya

    fasih dalam ibadah saja, tapi juga mendalami ilmu pengetahuan dan teknologi

    sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh Sardar,

    hal ini diungkapkannya dengan istilah perluasan syariah ke dalam domain-

    13

    kartanegara, mulyadhi.2007.Mengislamkan nalar : sebuah respon terhadap modernitas. Jakarta : PenerbitErlangga

  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 05.pdf

    16/32

    16

    domain kontemporer, seperti perencanaan lingkungan dan perkotaan,

    kebijaksanaan sains dan penaksiran teoknologi, partisipasi masyarakat dan

    pembangunan pedesaan18. Di sini, peran para dai dan aktivis pendidikan sangat

    strategis di mana merekalah ujung tombak bagi sosialisasinya ide-ide

    rekonstruksi peradaban ini di tengah-tengah masyarkat luas.

    Dalam melakukan upaya rekonstruksi peradaban Islam, ada enam hal

    penting yang perlu diperhatikan sebagai bahan pertimbangan. Keenam hal ini

    secara ringkas adalah:

    1. Pembangunan peradaban dengan melihat pertumbuhan ekonomi masyarakat.

    2. Pembangunan yang mencakup partisipasi masyarakat dalam pembangunan

    ekonomi.

    3. Pembangunan ini tidak semata-mata peniruan terhadap struktur dan

    kebijaksanaan negera-negara maju.

    4. Proses industrialisasi tidak boleh hanya mencangkok aktivitas-aktivitas

    industrial tertentu dari negara-negara maju. Ia harus disertai dengan

    penguasaan teknologi.

    5. Tidak semata-mata alih teknologi, tetapi juga dengan membangun

    infrasktruktur sains dan teknologi yang berupa sumber daya manusia (SDM),

    ilmu pengetahuan, keahlian dan kemampuan inovatif dan produktif untuk

    menyerap dan mengadaptasi teknologi impor.

    6. Memiliki kemampuan dasar untuk riset dan tidak puas hanya dengan literatur

    sains negara-negar.1419

    Adapun persamaan antara pembaharuan dengan rekonstruksi adalah sama

    sama mengacu pada perubahan menjadi lebih maju yang signifikan tidak hanya

    dalam satu bidang tetapi dalam banyak bidang, perubahan yang tentunyadiharapkan tidak hanya segenpa lapisan umat Islam tetapi segenap lapisan dan

    bahkan sampai kepada pemerinthan. Perbedaannya sendiri hanya terdapat pada

    konteks kalimanya saja karena sangat sulit membedakan antara keduanya.

    18Ziauddin Sardar, (Risalah Gusti:Surabaya, 1998),cet. pertamaJihad Intelektual, h. 12.

    19Ziauddin Sardar, Tantangan Dunia Islam Abad 21: Menjangkau informasi, (Bandung: Mizan, Mei 1988), cet. ke-1, h.81-82

  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 05.pdf

    17/32

    17

    E. Reinterpretasi

    Reinterpretasi adalah penafsirkan kembali (ulang); proses, cara, perbuatan

    menafsirkan kembali terhadap interpretasi yang sudah ada20

    Reinterpretasi dapat dinilai sebagai kegiatan penafsiran kembali terhadap

    hukum hukum Islam atau ketentuan-ketentuan yang telah diterapkan

    sebelumnya. Penafsiran yang atau penelaahan kembali ini dilakukan dengan

    tujuan kembalinya pemahaman-pemahaman tentang islam yang belum berbur

    dengan budaya. Memurnikan ajaran-ajaran keislaman yang telah melebur kepada

    kulturisasi budaya masyarakat setempat. Menurut Fazlur Rahman dalam

    jurnalnya yang berjudul Rein terpretasi Sumber Hukum I slam, dalam Abstrak

    dituliskan bahwa; membiarkan dua dimensi hukum Islam yakni teks dalil hukum

    dan fenomena hukum (waqiat) dalam sifat dan konteksnya masing-masing,

    jelasakan menimbulkan kesenjangan atau perbedaan antara hukum dengan

    kenyataan hukum yang dihukumi; oleh karena itu Rahman dengan ijtihadnya

    menganggap perlu perubahan cara pandang dan penafsiran (reinterpretasi) atas

    sumber hukum Islam. Rahman membedakan antara Islam historis dan Islam

    normatif. Islam normatif adalah Islam par excellence, dalam kitab suci dan

    Sunnah Nabi sedang Islam historis adalah sebagaimana dipahami dan

    dipraktekan kaum Muslim. Islam historis inilah yang sering disebut Rahman

    sebagai tradisi Islam atau tradisi kaum muslim yang memungkinkan

    dilakukannyaRevitalisasi21

    Ide pemikiran pembaharuan Fazlur Rahman tentang perlunya metodologi

    baru dalam memahami teks Alquran dimulai dengan penelitian historisnya

    mengenai evolusi perkembangan empat prinsip dasar (Alquran, Sunnah, Ijtihad

    dan Ijma), yang diungkapkannya dalam buku Islamic Methodology in History(1965). Pandangan Fazlur Rahman ini dilatarbelakangi oleh pergumulannya

    dalam upaya-upaya pembaruan (hukum) Islam di Pakistan, yang kemudian

    mengantarkannya pada agenda yang lebih penting lagi; yaitu perumusan kembali

    penafsiran Alquran. Dalam kajian historisnya, Fazlur Rahman menemukan

    adanya hubungan organis antara sunnah ideal Nabi Saw. dan aktifitas ijtihad-

    20http://badanbahasa.kemendikbud.go.id/kbbi/index.php. diakses pukul 20:32 tanggal 17 maret 2016.

    21Fazlur Rahman dalam jurnalnya yang berjudul Reinterpretasi Sumber Hukum I slam

    http://badanbahasa.kemendikbud.go.id/kbbi/index.php.diakses%20pukul%2020:32http://badanbahasa.kemendikbud.go.id/kbbi/index.php.diakses%20pukul%2020:32http://badanbahasa.kemendikbud.go.id/kbbi/index.php.diakses%20pukul%2020:32http://badanbahasa.kemendikbud.go.id/kbbi/index.php.diakses%20pukul%2020:32
  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 05.pdf

    18/32

    18

    ijma. Bagi Fazlur Rahman, sunnah kaum Muslim awal merupakan hasil ijtihad

    personal, melalui instrumen qiys, terhadap sunnah ideal Nabi Saw. yang

    kemudian menjelma menjadi ijma atau sunnah yang hidup.

    Akan tetapi, persoalannya terletak pada kemampuan kaum Muslim untuk

    mengkonsepsi Alquran secara benar. Fazlur Rahman menegaskan: ..bukan

    hanya kembali kepada Alquran dan sunnah sebagaimana yang dilakukan pada

    masa lalu, tetapi suatu pemahaman terhadap keduanyalah yang akan

    memberikan pimpinan kepada kita dewasa ini. Kembali ke masa lampau secara

    sederhana, tentu saja kembali keliang kubur. Dan ketika kita kembali kepada

    generasi Muslim awal, pasti kita temui pemahaman yang hidup terhadap

    Alquran dan sunnah22

    Adapun persamaan reinterpretasi dengan pembaharuan adalah terletak pada

    acuan kepada penyegaran atau peningkatan pemahaman terhadap pemahaman-

    pemahaman Islam baik subjektif maupun objektif, sama sama mengandung

    maksud untuk membawa Islam menuju peradaban yang lebih maju seperti

    dengan merujuk kepada perkembangan bangsa eropa. Reinterpretasi sendiri lahir

    karena adanya keinginan umat manusia pada umumnya dan umat islam pada

    khususnya untuk melakukan pembaharuan. Perdedaannya sendiri sulit untuk

    diidentifikasi karena sangat eratnya kesamaan redaksi kalimat antara

    reinterpretasi dan pembaharuan, perbedaan yang dapat ditangkap oleh penulis

    adalah bahwa pembaharuan adalah hal yang sudah ada kemudian dibuat menjadi

    lebih mengikuti zaman atau lebih terbaru sedangkan rainterpretasi adalah

    dilakukannya penafsiran kembali terhadap pandangan-pandangan tentang

    keislaman sehingga lahir definisi yang baru.

    F.

    ReaktualisasiMenurut KBBI, reaktualisasi adalah proses, cara, perbuatan

    mengaktualisasikan kembali, penyegaran dan pembaruan nilai-nilai kehidupan

    masyarakat. Reaktualisasi merupakan salah satu metode yang diusung dalam

    pembaharuan Islam.

    22Fazlur Rahman,Islamic Methodology in History, (Delhi: Adam Publisher and Distributors, 1994), h.143

  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 05.pdf

    19/32

    19

    Sejak kemunculan Renaissance pada abad pertengahan, cara hidup dan cara

    pikir umat manusia mulai berubah. Sehingga berdampak pada terciptanya

    kehidupan yang hanya mementingkan kepentingan dunia.Renaissance juga

    merupakan gerbang baru lahirnya peradaban modern. Hadirnya sains modern

    telah memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap umat manusia, bukan

    hanya bukan bidang ekonomi, politik, sosial, namun juga dalam bidang filsafat

    dan agama. Umat islam pun tidak luput dari pengaruh renaissance tersebut.

    Menghadapi rasionalitas ilmiah modern dan permasalahan-permasalahan yang

    bersifat universal, berbagai khazanah pemikiran islam sudah saatnya untuk

    disegarkan dan dibangun kembali, dengan kata lain perlu diadakannya

    reaktualisasi khazanah islam yang telah semakin terpendam oleh nilai-nilai baru

    yang muncul dalam masyarakat.

    Contoh diatas merupakan gambaran tentang relevansi antara pembaharuan

    dalam islam dan gerakan reaktualisasi. Sedangkan perbedaan mendasarnya

    terletak pada penggunaan konsep reaktualisasi itu sendiri, mengingat

    reaktualisasi bukanlah konsep yang berasal dari ajaran Islam. Konsep

    reaktualisasi pernah dilakukan oleh orang non-muslim terdahulu untuk

    menyegarkan nilai-nilai kehidupan mereka dan bangkit dari lingkar kemunduran

    yang disebabkan oleh dominansi gereja, yaitu pada abad ke-15 hingga abad ke-

    16. Akhirnya, reaktualisasi nilai-nilai kehidupan yang dilakukan pada zaman

    tersebut melahirkan sebuah pemikiran baru yang secara umum berisi tentang

    keutamaan kehendak manusia, manusia berhak merubah nasib dengan ikhtiar

    yang maksimal dan satu-satunya pembimbing yang sempurna dan mutlak untuk

    menuju kearifan dan kebijaksanaan adalah15 akal manusia. Namun akibat dari

    pembaharuan nilai tersebut, hal-hal yang berhubungan dengan ketuhananmenjadi tersingkirkan dan tidak dianggap sesuatu yang sakral. Tentunya hal ini

    sangat bertentangan dengan ajaran Islam yang berpegang teguh pada keyakinan

    Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT.

    15Nasution,Harun.2012.Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya Jilid II. Jakarta. UI-Press

  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 05.pdf

    20/32

    20

    2.3 Latar Belakang Pemikiran Dan Pembaharuan Islam

    Pembaharuan dalam Islam mempunyai tujuan dan latarbelakan berbeda-beda

    dalam setiap periode sejarah Islam. Sejarah Islam dapat dibagi ke dalam 3

    periode, yaitu:

    A. Periode klasik (650-1250M)

    Periode ini dimulai dari masa Khulafaur Rasyidin, Bani Umayyah, sampai

    Bani Abbasiyah. Pada periode ini pembaharuan dalam Islam sudah nampak,

    yaitu pemikiran para sahabat mengenai hukum-hukum dalam Islam yang belum

    terdapat pada Al-Quran dan As-Sunnah. Contohnya : ijtihad para sahabat dalam

    pembukuan Al-Quran pada masa Khalifah Abu Bakar dan pembukuan Hadits.

    B. Periode Pertengahan (1250-1800M)

    1.

    Kerajaan Utsmani

    Pada periode pertengahan, telah muncul pemikiran dan usaha pembaharuan

    Islam dikerajaan Usmani di Turki. Akan tetapi usaha itu gagal karena ditentang

    golongan militer dan ulama. Pada abad ke-17, kerajaan Usmani mulai

    mengalami kekalahan dalam peperangan dengan Negara Eropa. Kekalahan itu

    mendorong raja dan pemuka kerajaan Usmani untuk menyelidiki sebab-sebabnya. Kemudian diketahui bahwa penyebabnya adalah ketertinggalan

    mereka dalam teknologi militer. Orang-orang Eropa yang dahulu dianggap

    sebagai kafir dan rendah sekarang mulai di hargai. Mereka selidiki pula rahasia

    keunggulan Barat. Mereka temukan bahwa rahasianya adalah karena Barat

    memiliki sains dan teknologi tinggi yang diterapkan dalam kemiliteran.

    Karena itulah, pada 1720, kerajaan Usmani mengangkat Celebi Mehmed

    sebagai utusan kerajaan untuk berangkat menuju ke Paris. Dia bertugasmempelajari benteng-benteng pertahanan, pabrik-pabrik, serta institusi-institusi

    Perancis lainnya. Laporan Celebi Mehmed tertuang dalam bukunya,

    seferetname. Di tahun 1741 said mehmed dikirim pula ke Perancis sehingga

    laporan tersebut menarik perhatian Sultan Ahmad III untuk memulai

    Pembaharuan di Kerajaan Usmani16.

    16Nasution,Harun.2012.Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya Jilid II. Jakarta. UI-Press

  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 05.pdf

    21/32

    21

    Usaha pembaharuan itu mendapat tantangan dari dua golongan. Tantangan

    pertama datang dari tentara tetap yang disebut Yanissary (Pasukan Baru).

    Yanissary mempunyai hubungan erat dengan Tarekat Bektasyi yang

    berpengaruh besar dalam masyarakat. Tantangan selanjutnya datang dari pihak

    ulama. Ide-ide baru yang didatangkan dari Eropa itu dianggap bertentangan

    dengan paham tradisional yang dianut masyarakat Islam ketika itu. Karena itu,

    usaha pembaharuan pertama di Kerajaan Usmani tidak berhasil seperti yang

    diharapkan.

    2. India

    Sebelum periode modernisasi, muncul juga ide dan usaha pembaharuan.

    Pada awal abad ke-18, kerajaan mogul memasuki zaman kemunduran. Perang

    saudara untuk merebut kekuasaan sering terjadi. Golongan hindu yang

    merupakan mayoritas masyarakat dalam negara tersebut, ingin melepaskan diri

    dari kekuasaan mogul. Selain itu, inggris juga telah mulai memperbesar

    usahanya untuk memperoleh daerah kekuasaan di India pada tahun 175717.

    Suasana itu menyadarkan para pemimpin Islam India akan kelemahan umat

    Islam. Salah seorang yang menyadari hal itu ialah Syah Waliyullah (1703-1762)

    dari Delhi. Ia berpendapat Salah satu penyebab kelemahan umat Islam ialah

    perubahan system pemerintahan dari system khilafah ke system kerajaan.

    System pertama bersifat demokratis, sedang system kedua bersifat otokratis.

    Karena itu system ke Khalifahan seperti pada masa al- Khulafa al-Rasyidun

    perlu dihidupkan kembali.

    Perpecahan semakin panjang di kalangan umat Islam bebrapa faktor yang

    membuat kekacauan tersebut ialah perbedaan Madzhab antara Islam Sunny dan

    Syiah selain perbedaan antara madzhab, masuknya adat istiadat dan ajaran-ajaran yang bukan dari islam ke dalam keyakinan umat Islam.

    3. Arab

    Pembaharuan islam di Arab bisa dikatakan pelopornya adalah Mohammad bin

    Abdul Wahab (1703-1787). Menurut Wahab, penyebab kelemahan umat Islam

    saat itu ialah tauhid umat Islam yang tidak lagi murni bukan masalah politik

    17Nasution,Harun.2012.Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya Jilid II. Jakarta. UI-Press

  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 05.pdf

    22/32

    22

    yang ada di dalam kerajaan Utsmani dan Mughol. Kemurnian tauhid mereka

    telah dirusak oleh ajaran tarekat. Tarekat menurut Muhammad bin Abdul

    Wahab, mengajarkan pemujaan kepada syekh dan wali. Umat Islam menunaikan

    haji dan meminta pertolongan kekuburan-kuburan syekh dan wali itu.

    Karenanya, semua hal itu harus dihilangkan karena tidak sesuai dengan ajaran-

    ajaran yang berlaku dalam agama islam. Ia juga menganjurkan ijtihad. Inti

    pemikirannya adalah al-Quran dan hadislah sumber ajaran Islam, taqlid kepada

    ulama tidak dibenarkan dan pintu ijtihad tidak tertutup18.

    C. Periode Modern (1800M-Sekarang)

    Usaha pembaharuan dalam periode ini dimulai oleh Muhammad Ali

    Pasya, seorang perwira Turki. Muhammad Ali Pasya berkeyakinan bahwa

    ketinggian dan kemajuan Eropa didasarkan atas kekuatan militernya dan

    dibelakang kekuatan militer pasti ada kekuatan ekonomi yang sanggup

    mempelajari biaya pembaharuan dalam lapangan militer. Untuk mendapatkan

    para ahli-ahli yang mumpuni pada bidang militer dan ekonomi, maka ia

    mendatangkan para ahli dari Eropa, mendirikan sekolah-sekolah, dan

    mengirimkan pemuda-pemuda Mesir belajar ke Eropa.

    Hal ini mempercepat perkembangan dan gerakan pembaharuan di Mesir.

    Salah satu pemikir pembaharuan islam di zama ini adalah At-Tahtawi. Salah satu

    pemikiran Al-Tahtawi adalah Ajaran Islam bukan hanya mementingkan soal

    akhirat tetapi juga soal hidup di dunia. Umat Islam harus mementingkan hidup

    duniawinya.

    Pemikir pembaharuan Islam pada periode modern ini selanjutnya adalah

    Muhammad Abduh (1849-1905M). Ia berpendapat bahwa islam yang dianut

    umat bukan lagi Islam yang sebenarnya. Inilah salah satu kemunduran umat

    Islam. Untuk dapat maju lagi umat Islam harus kembali kepada Islam sejati,

    Islam dipraktekkan di Zaman Klasik. Ia berpendapat bahwa Islam adalah agama

    yang rasional. Wahyu tidak membawa hal-hal yang bertentangan dengan

    pendapat akal. Ia juga menentang sifat jumud atau statis yang terdapat dalam

    18Nasution,Harun.2012.Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya Jilid II. Jakarta. UI-Press

  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 05.pdf

    23/32

    23

    kalangan umat Islam. Sifat jumud membuat mereka berhenti berpikir dan

    berusaha. Umat Islam harus memiliki sifat dinamis.

    Pemikir pembaharuan Islam selanjutnya aalah Rasyid Ridha (1865-

    1935M). Ia merupakan murid dan pengikut Muhammad Abduh. Ia berpendapat

    bahwa kemunduran umat Islam disebabkan karena umat muslim tidak lagi

    menganut Islam yang murni dan untuk mengetahui Islam murni, orang harus

    kembali kepada Al-Quran dan hadits. Ajaran Islam tidak membawa kepada

    kepasifan, tetapi sebaliknya kepada dinamisme. Pembaharuan harus juga

    memasuki lapangan fikih.19

    D. Perkembangan Islam Pada Masa Modern pada Berbagai Bidang

    1. Pada Bidang Akidah

    Salah satu pelopor pembaha r ua n adalah Muhammad Abdul

    Wahab (1703-1787 M) yang berasal dari Nejed, Saudi Arabia.

    Pemikiran yang di kemukakan oleh Muhammad Abdul Wahab adalah upaya

    memperbaiki kedudukan umat Islam dan merupakan reaksi terhadap paham

    tauh idyang terdapat d i ka langan umat Is lam pada saat i tu .

    Paham tauhid mereka telah bercampur aduk oleh ajaran-ajaran

    tarikat yang sejak abad ke-13 tersebar luas didunia Islam

    Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila Muhammad Abdul

    Wahabmemusatkan perhatiannya pada persoalan ini. Ia memiliki pokok-pokok

    pemikiransebagai berikut :

    a. Yang harus disembdari Nya telah dinyatakan sebagai musrik

    b. Keb an yakan orang Is lam bukan lagi pen ganut paham tau hid yang

    sebenarnya karena mereka meminta pertolongan bukan kepada

    Allah, melainkan kepada syekh, wali atau kekuatan gaib. Orang

    Islam yang berperilaku demikian jugadinyatakanj sebagai musyrik

    c . Men d ek a tk an sy i r ik

    d. Meminta syafaat selain kepada Allah juga perbuatan syirik

    e. Bernazar kepada selain Allah juga merupakan syirik

    f. Tidak percaya kepada Qada dan Qadar Allah merupakan kekufuran

    2.

    Pada Bidang Ilmu Pengetahuan

    19Nasution,Harun.2012.Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya Jilid II. Jakarta. UI-Press

  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 05.pdf

    24/32

    24

    Ilmu pengetahuan adalah salah satu hal yang sangat penting bagi ummat

    islam . Oleh karena itu, Islam menghendaki manusia menjalankan kehidupan

    yang didasarkan rasionalitas atau akal dan iman. Ayat-ayat Al-Quran banyak

    memberi tempat yang lebih tinggi kepada orang yang memiliki ilmu

    pengetahuan, Islam pun menganjurkan agar manusia jangan pernah merasa puas

    dengan ilmu yang telah dimilikinya karena berapa pun ilmu dan pengetahuan

    yang dimiliki itu masih belum cukup untuk dapat menjawab pertanyaan atau

    maslah yang ada di dunia ini. Seperti dalam Firman Allah SWT,

    Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut menjadi

    tinta,ditambahkan kepada tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak

    akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha

    Perkasa lagi MahaBijaksana (QS Luqman : 27)20

    3. Pada Bidang Kebudayaan

    Didunia Islam, ilmu pengetahuan modern mulai menjadi tantangan nyata

    sejak akhir abad ke-18, terutama sejak Napoleon Bonaparte menduduki Mesir

    pada tahun 1798dan semakin meningkat setelah sebagian besar dunia Islam

    menjadi wilayah jajahan atau dibawah pengaruh Eropa.akhirnya serangkaian

    kekalahan berjalan hingga memuncak dengan jatuhnya dinasti Usmani di Turki.

    Kebudayaan Turki merupakan perpaduan antara kebudayaan Persia,

    Bizantium, dan Arab. Dari kebudayaan Persia, mereka banyak menerima ajaran-

    ajaran tentang etika dan tata krama kehidupan kerajaan atau organisasi

    pemerintahan. Prinsip kemiliteran mereka dapatkan dari Bizantium, sedangkan

    dariArab, mereka mendapat ajaran ajaran tentang prinsip ekonomi,

    kemasyarakatan, dan ilmu pengetahuan21.

    2.4 Tokoh- Tokoh Pembaharu Islam dan Manfaatnya Bagi Kemajuan UmatIslam.

    A. M. Ibn Abd al-Wahhab dan Gerakan Wahabiyah

    Muhammad ibn Abd al-Wahhab lahir di Uyaynah, Nejd, pada tahun 1703 M

    (1115 H). Sejak kecil ia telah belajar Al-Quran pada ayahnya, dan sebelum

    berusia 10 tahun ia sudah hafal seluruh isi Al-Quran. Pengetahuan dasar

    20Nasution,Harun.2012.Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya Jilid II. Jakarta. UI-Press21Nasution,Harun.2012.Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya Jilid II. Jakarta. UI-Press

  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 05.pdf

    25/32

    25

    diperolehnya di kampungnya sendiri dari tokoh-tokoh mahzab Hambali.23

    Sebagian usianya ia habiskan untuk mencari ilmu. Pada saat masa pencarian

    ilmu ia menyadari ada perbedaan mencolok antara apa yang diajarkan oleh hadis

    dengan kenyataan yang ada dalam masyarakat. 24

    Semenjak abad ke 13 umat Islam banyak mengalami kemunduran di

    berbagai bidang, seperti bidang agama, sosial, dan intelektual. Pengaruh tarekat

    dan animisme berkembang semakin pekat. Di kalangan tarekat terdapat

    keyakinan bahwa guru, syaikh dan wali dianggap pempimpin yang bukan saja

    mengawasi kehidupan lahir murid-muridnya tetapi ia juga merupakan pemimpin

    kerohanian yang tinggi25. Hal ini membuat penghormatan kepada syaikh dan

    wali menjadi sangat berlebihan. Makam wali dianggap sebagai tempat keramat

    untuk mereka meminta pertolongan sebagai perantara dari Allah SWT. Selain

    pengaruh tarekat, terdapat pula pengaruh animisme pada umat Islam dengan

    menyembah benda mati pada abad ke 13. Dalam karyanya Kasyf al-Syuhbat

    dikatakan bahwa tauhid adalah pembenaran di dalam hati, diucapkan dengan

    lidah, dan dilakukan dengan perbuatan. Jika kurang dari satu saja dari unsur di

    atas, maka seseorang tidaklah termasuk orang Islam.26

    Dalam keadaan masyarakat seperti ini, pada pertengahan abad ke 18, di

    Jazirah Arab muncul suatu gerakan yang berusaha memurnikan ajaran Islam

    dengan semboyan kembali kepada Islam yang asli seperti yang dianut dan

    dipraktikan di zaman nabi, sahabat, serta tabiin sampai abad ketiga hijiriah.27

    Gerakan ini terkenal dengan nama Gerakan Wahabi yang dicetuskan oleh

    Muhammad ibn Abd al-Wahhab.Gerakan Wahabi kemudian disebarkan

    keseluruh pelosok dunia dengan mayoritas penduduk muslim. Pemikiran

    Muhammad ibn Abd al-Wahhab mempunyai pengaruh yang besar padaperkembangan pemikiran pembaharuan di abad ke Sembilan belas.

    Pemikirannnya yang berpengaruh tersebut adalah :

    1. Hanya Al-Quran dan hadislah yang merupakan sumber asli dari ajaran-

    ajaran Islam. Pendapat ulama tidak merupakan sumber.

    23Ibid., hlm. 49. H.A.R. Gibb dan Kramers, Shorter Encyclopedia of Islam, E.J. Brill, Leiden, 1974, hlm. 618.24John Obert Voll,Islam Continuity and Change in the Modern World, Westview, Colorado, 1982, hlm. 8225Rusli, Risan,Pembaharuan Pemikiran Modern dalam Islam, Jakarta, 2013

    26Ali al-Hafidzah,Al-Ittijahat al-Fikriyah Inda al-Arab, fi Ashr al-Nahda, Beirut 1798-1914, hlm. 41.27Harun Nasution,Pembaharuan Dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), hlm. 24.

  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 05.pdf

    26/32

    26

    2. Taklid kepada ulama tidak dibenarkan.

    3. Pintu ijtidah terbuka dan tidak tertutup.28

    B.

    Napoleon Bonaparte

    Napoleon Bonaparte adalah seorang tokoh dunia yang sudah tidak asing lagi

    bagi kita. Hingga Michael H. Hart menempatkan namanya pada urutan ke -34

    dalam jajaran tokoh-tokoh dunia yang paling berpengaruh dalam sejarah.29

    Napoleon Bonaparte, seorang jenderal berkebangsaan Perancis, sebagai konsul

    yang pertama kemudian bertahta sebagai seorang Kaisar Perancis, telah

    melakukan berbagai reformasi yang sampai sekarang masig menjadi kenangan di

    institusi-institusi di Perancis dan juga Eropa Barat.

    Setelah masuk abad ke-18, dunia Islam benar-benar mengalami kemunduran

    yang sangat parah dalam bidang politik, ekonomi, sosial dan agama. Ketika

    dunia Islam mundur, Eropa mulai menata dirinya. IPTEK dan perekonomian

    semakin maju hingga pengembangan ekonomi berubah menjadi penetrasi

    politik. Dunia Timur yang mengalami kemunduran, dengan mudah ditaklukan

    oleh Eropa pada saat itu. Hingga pada tahun 1798, Napolen Bonaparte

    mengadakan eskpansi ke Mesir. Mesir, kota yang sangat strategis itu berhasil

    dikuasainya meskipun dalam waktu yang singkat. Ekspedisi ini menghasilkan

    suatu dampak bagi umat Islam di Mesir dengan menyadarkan kemunduran yang

    dialami umat Islam dan berusaha merebut kembali kejayaan yang pernah

    dicapai. Ekspedisi ini meninggalkan peninggalan yang merubah pemikiran umat

    Islam. Contoh adanya lembaga ilmiah yang diberi nama institute dEgyptedan

    percetakan dan penerbitanBulaq(Mathba al-Bulaq) yang didirikan Napoleon di

    Mesir yang membuka mata para penduduk Mesir tentang dunia penerbitan.30

    Selain bentuk fisik dari peninggalan Napoleon Bonaparte terdapat pula ide-ideyang berkembang dan membuka fikiran umat Islam, seperti pengenalan sistem

    pemerintahan republik yang diperkenalkan olehnya. Hasil ekspedisi ini pada

    akhirnya memunculkan tokoh-tokoh pembaharu Islam yang ingin memajukan

    28Harun Nasution, Ibid., hlm -2529Michael H. Hart, Seratus Tokoh Yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah (Terj.) Mahbub, Junaidi, (Jakarta: Pustaka

    Jaya, 1990), hlm. 193.

    30Hitti, Phillip K.History of Arabs, London: The Macmillan Press, 1970

  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 05.pdf

    27/32

    27

    kembali Islam seperti masa kejayaannya seperti Muhammad Ali dan Rifaah al -

    Tahtawi.

    C.

    Jamaluddin al-Afghani

    Sejak abad ke XVII umat Islam berada pada masa kemunduran. Kondisi ini

    meminta para raja dan pemuka agama untuk membangkitkan Islam yang dahulu

    pernah berjaya. Salah satu cendekiawan itu adalah Jamaluddin al-Afghani. Dia

    merupakan seorang pemimpin pembaharuan dan pemimpin politik di masanya.

    Tempat tinggal dan aktivitasnya berpindah dari satu Negara Islam ke Negara

    Islam lainnya, sehingga pemikiran dan pembaharuan politik yang dibawanya

    cepat merambah hampir ke seluruh dunia Islam. Jamaluddin al-Afghani

    berkeyakinan untuk memajukan umat Islam haruslah terlebih dahulu menghapus

    pengertian-pengertian salah yang dianut umat Islam diluruskan kembali pada

    ajaran yang sebenarnya. Untuk itu menurut Afghani umat Islam harus

    menyesuaikan dengan perkembangan yang ada dengan tetap berpedoman pada

    Al-Quran. Maka dari itu ia berfikiran bahwa ijtihad masih tetap terbuka.31

    Afghani yang berkecimpung di bidang politik juga mengubah sisstem

    pemerintahan yang bersifat absolut menjadi sistem demokrasi. Ia juga

    melontarkan ide pan-islamisme untuk mengeluarkan rasa solidaritas umat Islam

    yang mempunyai rasa tanggung jawab di mana setiap anggotanya memiliki rasa

    kebersatuan sehingga dapat hidup berdampingan dalam kehidupan

    bermasyarakat dan bekerja sama untuk mencapai kesejahteraanm kemajuan, dan

    kemakmuran. 32Afghani mendirikan Al-Urwah Al-Wutsqapada saat ia di Paris

    yang bertujuan untuk memperkuat rasa persaudaraan antar sesama muslim yang

    beranggotakan Muslim dari berbagai macam Negara.

    D.

    Muhammad Rasyid RidaRasyid Rida lahir pada tanggal 23 september 1865 M di suatu desa di

    Lebanon. Menurut keterangan, ia berasal dari keturunan Husain, cucu Nabi

    Muhammad Saw. Oleh karenanya, ia memakai gelar Sayyid di depan namanya.

    Pemikiran pemikirannya banyak dipengaruhi oleh ide-ide Jamaluddin al-

    Afghani dan Muhammad Abduh melalui majalah al-Urwah al-Wutsqa.22Ide-ide

    31Nasution, Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI. Press, 1992.

    32Amin, ahmad, Zuama al-Islah fiAshr al-Hadits, Cairo: Maktabah al-Nadhah al-Misriyah, 1979.33Nasution, Harun,Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan(Jakarta: Bulan Bintang, 1982), hlm. 69.

  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 05.pdf

    28/32

    28

    yang dilontarkan Rasyid Rida mencakup system pemerintahan, system

    pendidikan dan agama. Tahun 1898, Rasyid Rida pindah ke Mesir karena ide

    pembaharuannya di negeri kelahirannya, Suria, mendapat tentangan dari

    kerajaan Utsmani. Kemudian ia menerbitkan majalah al-Manar yang bertujuan

    sama dengan majalah al-Urwat al-Wutsqadan menyebarkan artikel-artikel yang

    dikarang oleh Muhammad Abduh dan orang lain.23Pada tahun 1912 setelah

    sebelumnya ia gagal mendirikan sekolah Instambul, Rasyid Rida berhasil

    mendirikan sekolah yang diberi nama Madrasah al-Dawah wa al-Irsyad.24

    Menurutnya membangun sekolah lebih bermanfaat dibanding membangun

    masjid namun hanya diisi orang-orang tak berilmu. Karena dengan membangun

    madrasah, kebodohan dapat dihapus dan akan memberikan kemajuan duniawi

    dan ukhrawi bagi uma, satu-satunya jalan menuju kemakmuran adalah perluasan

    pendidikan secara merata.25

    Pembaharuan Rasyid Rida dalam dunia politik sama dengan Jamaluddin-al-

    Afhgani, ia juga melihat perihal dihidupkan kembali kesatuan umat Islam.

    Kesatuan yang dimaksudkannya bukan kesatuan didasarkan atas kesatuan

    bangsa atau bahasa, tetapi kesatuan atas dasar keyakinan yang sama. Negara

    yang dianjurkan oleh Rasyid Rida ialah dalam bentuk kekhalifahan. Khalifah

    adalah kepala khilafah tetapi tidak memerintah, dia berfungsi menciptakan

    undang-undang dan mengawasi pelaksanaannya. Khalifah haruslah mujtahid dan

    dengan bantuan ulama menerapkan prinsip-prinsip Islam sesuai dengan

    kebutuhan dan perkembangan masyarakat itu sendiri dan mampu

    memberlakukan undang-undang yang dihasilkan tersebut. Ia menganjurkan

    membentuk organisasi al-Jamiiyah al-Islamiyah di bawah naungan khalifah,

    berdasarkan prindip persaudaraan Islam yang menghapusb ikatan-ikatan rasialdan menyusun persatuan segenap kesatuan muslimin dalam satu komunitas.26

    E. Mustafa Kamil

    Mustafa Kamil adalah anak seorang insinyur kaya yang lahir pada tanggal

    14 Agustus 1874 di Kairo. Ia memasuki Fakultas Hukum di Prancis tahun 1981

    23Harun Nasution24Al-Syibasi, Ahmad, Rasyid Rida: Shahibu al-Manar, Mesir: Lajnah al-Tarif bi al-Islam, 1970.25C. Adam, Charles,Al-Islam wa al-Tajdid fi al-Misr, (terj. Abbas M aqqod), Lajnah Dairah al-Marifah al-Islamiyah,

    Kairo,tt.26Charles C. Adams,Islam and Moderism in Egypt, (London: Oxford University Press, 1993), hlm. 188.

  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 05.pdf

    29/32

    29

    dan memperoleh ijazah Sarjana Hukum dari Universitas Toulouse.27 Setelah

    menyelesaikan pendidikannya ia mengadakan perjalanan yang luas sekali di

    Eropa untuk mensosialisasikan gagasan mengenai perjuangan kemerdekaan

    Mesir.

    27Ahmad Athiyah Allah,Al-Kamus as-Siyasyi, Dar al-Nahdlah al-Arabiyah, 1978, hlm.181

  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 05.pdf

    30/32

    iii

    BAB III

    PENUTUP

    1.3 Kesimpulan

    Pembaharuan dalam islam memiliki banyak pengertian dan sangat

    berpengaruh terhadap kehidupan beragama, aspek-aspek kehidupan sehari-hari

    dan juga pandangan terhadap berbangsa dan beragama dengan tidak melulu

    berfikir itu-itu saja karena ada yang disebut dengan pembaharuan. Pembaharuan

    islam menyebar dengan cepat dan juga menyebabkan banyak terbentuk gerakan-

    gerakan yang tentunya memiliki tujuan masing-masing, maka kita sebagai umat

    muslim sebaiknya menghargai usaha pendahulu kita dan terus mengembangkan

    kemampuan sebagai umat Islam baik dalam segi keagamaan dan juga ilmu

    pengetahuan, serta tidak membeda-bedakan beberapa golongan atau sekte semata

    dengan berkaca pada Islam secara universal atau menyeluruh, agar islam dapat

    kembali bergerak maju dan kembali kepada kejayaan seperti yang telah

    diperjuangkan oleh para pemuka agama terdahulu.

  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 05.pdf

    31/32

    31

    DAFTAR PUSTAKA

    -Nasution, Harun, 1985. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya cetakan 5.UI

    Press. Jakarta.

    -Kartanegara, mulyadhi.2007.Mengislamkan nalar : sebuah respon terhadap

    modernitas. Jakarta : Penerbit Erlangga

    -http://badanbahasa.kemendikbud.go.id/kbbi/index.php, diakses pada tanggal 17

    maret 2016, pukul 22:42

    -Al Bahiy, Dr. Muhammad.1986.Pemikiran Islam Modern.1986. Jakarta : Pustaka

    Panjimas

    -Cooper, John, dkk.2002.Pemikiran Islam.Jakarta : Penerbit Erlangga

    -Beling dan Totten.1985.Modernisasi : Masalah Model Pembangunan.Jakarta :

    CV. Rajawali

    -Husein, Drs. Machnun.1955. Aliran-Aliran Modern Dalam Islam. Jakarta: PT

    Raja Grafindo Persada

    -Nurhakim, Moh. 2003. Islam, Tradisi, dan Reformasi Pragmatisme Agama

    dalam Pemikiran Hassan Hanafi. Malang : Bayumedia Publishing

    -Nasution, Prof.Dr.Harun. Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan

    Gerakan. Jakarta : PT. Bulan Bintang

    -Depdikbud,Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990

    -Hans Wehr, Arabic-English Dictionary, Ithaca: Spoken Languange Service Inc,

    1976.

    - Amin, ahmad, Zuama al-Islah fi Ashr al-Hadits, Cairo: Maktabah al-Nadhah

    al-Misriyah, 1979.- Rusli, Risan,Pembaharuan Pemikiran Modern dalam Islam, Jakarta, 2013

    -Ali al-Hafidzah,Al-Ittijahat al-Fikriyah Inda al-Arab, fi Ashr al-Nahda, Beirut

    1798-1914,

    -Nasution, Harun, Pembaharuan Dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan,

    Jakarta: Bulan Bintang, 1975.

    - M. Dawam Rahardjo, Kautsar Azhari-Noer, Zuly Qodir, Ihsan Ali-Fauzi,

    Akhmad Sahal, Moh. Shofan, Taufik Adnan Amal, Suaidi Asyari, Neng Dara

    http://badanbahasa.kemendikbud.go.id/kbbi/index.phphttp://badanbahasa.kemendikbud.go.id/kbbi/index.phphttp://badanbahasa.kemendikbud.go.id/kbbi/index.php
  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 05.pdf

    32/32

    Affiah, A.D Kusumaningtyas, Atun Wardatun, Budhy Munawar-Rachman,

    Djohan Effendi, Tedi Kholiludin, Syamsul Arifin dan Sunaryo, Pembaruan

    Pemikiran Islam Indonesia, Jakarta: Komunitas Epistemik Muslim Indonesia

    (KEMI)

    -Michael H. Hart, Seratus Tokoh Yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah (Terj.)

    Mahbub, Junaidi, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1990), hlm. 193.

    - Hitti, Phillip K.History of Arabs, London: The Macmillan Press, 1970

    -Ibid., hlm. 49. H.A.R. Gibb dan Kramers, Shorter Encyclopedia of Islam, E.J.

    Brill, Leiden, 1974, hlm. 618.

    -John Obert Voll,Islam Continuity and Change in the Modern World, Westview,

    Colorado, 1982, hlm. 82

    -Rusli, Risan,Pembaharuan Pemikiran Modern dalam Islam, Jakarta, 2013

    - Ali al-Hafidzah, Al-Ittijahat al-Fikriyah Inda al-Arab, fi Ashr al-Nahda,

    Beirut 1798-1914, hlm. 41.

    -Al-Syibasi, Ahmad, Rasyid Rida: Shahibu al-Manar, Mesir: Lajnah al-Tarif bi

    al-Islam, 1970.

    -C. Adam, Charles, Al-Islam wa al-Tajdid fi al-Misr, (terj. Abbas M aqqod),

    Lajnah Dairah al-Marifah al-Islamiyah, Kairo,tt.

    -Charles C. Adams, Islam and Moderism in Egypt, (London: Oxford University

    Press, 1993),

    -Ahmad Athiyah Allah,Al-Kamus as-Siyasyi, Dar al-Nahdlah al-Arabiyah, 1978.

    -Skripsi.Rahman, matufathu,2010.Gerakan Reaktualisasi Pemikiran Islam Hasan

    Hanafi.hhtp://digilib.uin-suka.ac.id/4323/1/BAB%20I,V.pdf.diakses.pada pukul

    8:13 tanggal 17 Maret 2016.

    -

    Nasution,Harun.2012.Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya Jilid I. Jakarta. UI-Press

    -Nasution,Harun.2012.Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya Jilid II. Jakarta.

    UI-Press