pp jakon revisi 05

46
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dibidang teknik sipil (“civil engineering”) di Indonesia telah berkembang sejak jaman penjajahan pemerintah Hindia Belanda, hal tersebut dapat terlihat dari adanya gedung-gedung bergaya eropa dibeberapa kota besar, pelabuhan armada laut, jalan raya “Daendels” (Anyer-Panarukan), jembatan baja, jalan kereta api, bangunan stasiun kereta api dan lainnya yang masih berfungsi sampai sekarang. Perkembangan tersebut diikuti pula oleh adanya peraturan perundangan (regulasi) maupun standar yang ditetapkan oleh pemerintah untuk hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan pada saat itu, seperti : - Analisis BOW (Burgerlijke Openbare Werken) adalah suatu ketentuan dalam penyususunan anggaran biaya bangunan yang ditetapkan dengan nomor 5372A pada tanggal 28 Februari 1921 oleh Pemerintah Belanda, - Algemeene Voorschriften 1941 yang dikenal dengan A.V. 1941 adalah suatu peraturan dan syarat-syarat yang mengatur lingkup tugas, tanggungjawag, wewenang dan hak pemborong dalam melaksanakan pekerjaan. Setelah memasuki jaman kemerdekaan, perkembangan teknik sipil dimulai kembali pada sekitar tahun 1960-1966 dengan dicanangkannya proyek “mercu suar” oleh Ir. Soekarno sebagai presiden pertama RI untuk membangun Jembatan Semanggi, Masjid Istiqlal, Hotel Indonesia, Stadion “Gelora Merdeka” Senayan, Monumen Nasional, Bendungan Asahan, Bendungan Jatiluhur dan lainnya. Pada masa ini belum ada regulasi khusus yang mengatur pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan konstruksi. Memasuki era “orde baru” dan sejak tahun 1970, pembangunan dibidang teknik sipil mejadi semakin luas karena selain dilaksanakan oleh pemerintah juga dilakukan oleh pihak swasta diberbagai bidang konsentrasi teknik sipil, seperti bangunan gedung bertingkat tinggi, bangunan prasarana 1

Upload: ruri-febri-ritwandanu

Post on 28-Nov-2015

23 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: PP Jakon Revisi 05

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan dibidang teknik sipil (“civil engineering”) di Indonesia telah berkembang sejak jaman penjajahan pemerintah Hindia Belanda, hal tersebut dapat terlihat dari adanya gedung-gedung bergaya eropa dibeberapa kota besar, pelabuhan armada laut, jalan raya “Daendels” (Anyer-Panarukan), jembatan baja, jalan kereta api, bangunan stasiun kereta api dan lainnya yang masih berfungsi sampai sekarang. Perkembangan tersebut diikuti pula oleh adanya peraturan perundangan (regulasi) maupun standar yang ditetapkan oleh pemerintah untuk hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan pada saat itu, seperti :- Analisis BOW (Burgerlijke Openbare Werken) adalah suatu

ketentuan dalam penyususunan anggaran biaya bangunan yang ditetapkan dengan nomor 5372A pada tanggal 28 Februari 1921 oleh Pemerintah Belanda,

- Algemeene Voorschriften 1941 yang dikenal dengan A.V. 1941 adalah suatu peraturan dan syarat-syarat yang mengatur lingkup tugas, tanggungjawag, wewenang dan hak pemborong dalam melaksanakan pekerjaan.

Setelah memasuki jaman kemerdekaan, perkembangan teknik sipil dimulai kembali pada sekitar tahun 1960-1966 dengan dicanangkannya proyek “mercu suar” oleh Ir. Soekarno sebagai presiden pertama RI untuk membangun Jembatan Semanggi, Masjid Istiqlal, Hotel Indonesia, Stadion “Gelora Merdeka” Senayan, Monumen Nasional, Bendungan Asahan, Bendungan Jatiluhur dan lainnya. Pada masa ini belum ada regulasi khusus yang mengatur pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan konstruksi.

Memasuki era “orde baru” dan sejak tahun 1970, pembangunan dibidang teknik sipil mejadi semakin luas karena selain dilaksanakan oleh pemerintah juga dilakukan oleh pihak swasta diberbagai bidang konsentrasi teknik sipil, seperti bangunan gedung bertingkat tinggi, bangunan prasarana transportasi (jalan, jembatan, landasan, pelabuhan), bangunan prasarana keairan (waduk, bendu-ngan, bendung, pintu air, saluran irigasi) dan bangunan prasarana kesehatan kota (perpipaan air minum, Instalasi Penjernihan Air, saluran drainasi kota, perpipaan air limbah, Instalasi Pengolahan Air Limbah). Beberapa regulasi yang terbit pada era ini, yaitu mengenai registrasi, klasifikasi dan kualifikasi dan pelaksanaan pelelangan yang diatur dalam Keputusan Prasiden (Keppres) No. 14 A (14 April 1980) yang disempurnakan dengan Keppres No. 18 (5 Mei 1981) yang diubah

1

Page 2: PP Jakon Revisi 05

dengan Keppres No. 16 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan Anggaran Pedapatan dan Belanja Negara yang terakhir diubah dengan Keppres No. 6 Tahun 1999.

Berbagai tantangan akan dihadapi oleh para pelaku pembangunan di Indonesia, yang pertama adalah diberlakukannya regulasi otonomi daerah, yang kedua adalah munculnya tuntutan reformasi, yaitu berantas KKN, melaksanakan demokrasi, keterbukaan dan pemberdayaan masyarakat dan yang ketiga adalah mulai berlakunya era global pada tahun 2003. Berbagai tantangan tersebut diantisipasi dengan diterbitkannya suatu regulasi yang mengatur pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan konstruksi di Indonesia, yaitu :Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi.

1.2. Pekerjaan Konstruksi

Konstruksi berasal dari kata bahsa Inggris construction yang berarti pembuatan atau pembangunan, dengan demikian konstruksi dapat diartikan pelaksanaan pembangunan yang lazim disebut dengan “Pekerjaan Konstruksi”, seperti :- pembangunan gedung,- pembangunan jalan dan jembatan,- pembangunan waduk, bendungan, bendung dan saluran irigasi,- pembangunan prasarana-sarana lingkungan, seperti penyediaan

air minum, penanganan air limbah dan sampah.

Pekerjaan konstruksi, secara umum memiliki tahapan sebagai berikut (ilham poernomo, 2001) : 1. Pra Konstruksi (precontruction) yang meliputi gagasan/ide dan

konsep proyek, studi kelayakan, perencanaan dan perancangan2. Konstruksi (contruction) yang merupakan pekerjaan pelaksanaan

pembangu-nan disertai dengan pengawasan,3. Pasca Konstruksi (postcontruction) yang meliputi kegiatan operasi

dan pemeliharaan bangunan yang telah selesai dibangun.

Seperti diuraikan di atas pekerjaan konstruksi memiliki ruang lingkup yang luas, terutama untuk pekerjaan pembangunan gedung yang sering digunakan sebagai acuan. Pekerjaan tersebut meliputi pekerjaan :- arsitektural, khusus untuk bangunan gedung- sipil, yaitu bangunan gedung, jalan & jembatan, irigasi dll- mekanikal,- elektrikal,- interior,

2

Page 3: PP Jakon Revisi 05

- tata lingkungan, yaitu bangunan penyehatan, drainasi kota termasuk lansekap,

- kelengkapan pendukung untuk mewujudkan suatu bangunan

Dengan ruang lingkup yang luas tersebut maka pada setiap pekerjaan konstruksi akan melibatkan berbagai tenaga ahli yang memiliki berbagai latar belakang pendidikan, seperti ahli teknik sipil/Civil Engineer (ahli struktur/stucture engineer, ahli transport/transport engineer, ahli hidro/hydraulic engineer, ahli sanitasi/ sanitary engineer, dll), ahli manajemen konstruksi/constructor, arsitek, ahli mekanikal/mecanical engineer, ahli elektikal/electrical engineer, ahli interior dan lansekap dan lainnya. Setiap pekerjaan konstruksi yang dilakukan, akan melibatkan beberapa/berbagai unsur atau pihak, yaitu :1. Pengguna Jasa

Pengguna jasa adalah perseorangan atau badan baik pemerintah maupun swasta berkedudukan sebagai “Pemberi Tugas” atau “Pemilik Bangunan” atau “Pemilik Proyek” yang memerlukan layanan jasa konstruksi,

2. Penyedia JasaPenyedia jasa adalah perseorangan atau badan baik pemerintah maupun swasta yang dalam kegiatan usahanya menyediakan layanan jasa konstruksi. Di Indonesia, penyedia jasa pada umumnya berbentuk badan usaha atau perusahaan yang berbadan hokum.Penyedia jasa, terdiri dari :- Perencana Konstruksi, yaitu Perusahaan Konsultan yang

memberikan layanan jasa konsultansi studi, perencanaan dan perancangan.

- Pengawas Konstruksi, yaitu Perusahaan Konsultan yang memberikan layanan jasa konsultansi pengawasan

- Pelaksana Konstruksi, yaitu Perusahaan Kontraktor/Pemborong yang membe-rikan layanan jasa pelaksanaan

Dengan mengingat bahwa setiap pekerjaan konstruksi :- memiliki tingkat kesulitan cukup tinggi (bersifat rumit dan

komplek),- melibatkan beberapa/berbagai unsur atau pihak yang terkait,

termasuk di dalamnya adalah masyarakat,- dibiayai oleh dana masyarakat baik swasta maupun anggaran

pemerintah,maka agar pekerjaan konstruksi tersebut :- berjalan dengan tertib dan sehat,- menghasilkan pekerjaan konstruksi yang berkualitas dan dapat

dipertanggung jawabkan,diperlukan suatu peraturan perundangan tentang jasa konstruksi.

3

Page 4: PP Jakon Revisi 05

Setiap negara memiliki peraturan perundangan mengenai jasa konstruksi yang antara satu dengan lainnya tidak sama (berbeda), namun secara umum memiliki tujuan yang sama seperti diuraikan di atas.

1.3. Unsur-Unsur Jasa Konstruksi

Dalam dunia jasa konstruksi terdapat unsur-unsur yang terlibat dalam kegiatan jasa konstruksi, yaitu :

a. Pemerintah Pemerintah memiliki peran sebagai :

- Pembina jasa konstruksi, meliputi : pengaturan, yaitu membuat, melaksanakan dan melakukan

penegakan peraturan perundangan, pemberdayaan, pengawasan.

- Pengatur atau penyandang dana konstruksi untuk bangunan pemerintah

b. Pelaku Jasa KonstruksiPelaku jasa konstruksi, meliputi :- pengguna jasa, dapat berupa instansi pemerintah maupun

swasta,- penyedia jasa, dapat berupa badan usaha (perusahaan) milik

pemerintah (BUMN) maupun badan usaha swasta, meliputi : perencana dan pengawas konstruksi (perusahaan konsultan), pelaksana konstruksi (perusahaan kontraktor) dan pengadaan

barang (perusahaan supplier),

c. Masyarakat Jasa KonstruksiMasyarakat jasa konstruksi merupakan dari masyarakat yang mempunyai kepentingan dan kegiatan yang berhubungan dengan usaha dan pekerjaan jasa konstruksi.

Masyarakat jasa konstruksi terdiri dari :1. Asosiasi perusahaan jasa konstruksi, seperti :

GAPENSI : Gabungan Pengusaha Konstruksi Indonsesia, GAPEKNAS : Gabungan Pengusaha Konstruksi Nasional, INKINDO : Ikatan Nasional Konsultan Indonesia REI : Real Estate Indonesia

2. Asosiasi profesi jasa konstruksi, seperti : IAI : Ikatan Arsitek Indonesia, HAKI : Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia, HPJI : Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia, HATHI : Himpunan Ahli Teknik Hidraulika Indonesia, IATPI : Ikatan Ahli Teknik Penyehatan Indonesia,

4

Page 5: PP Jakon Revisi 05

HAMKI : Himpunan Ahli Manajemen Konstruksi Indonesia3. Asosiasi perusahaan pengadaan barang dan jasa mitra usaha

jasa konstruksi, seperti : AKLI (Asosiasi Kontraktor Listrik Indonesia), ARDIN (Asosiasi Rekanan Pengadaan Barang dan Industri Indonesia) APBI (Asosiasi Perawatan Bangunan Indonesia)

4. Pakar perguruan tinggi yang berkaitan dengan bidang jasa konstruksi,

5. Masyarakat intelektual,6. Organisasi kemasyarakatan (LSM) yang berkaitan dengan bi-

dang jasa konstruksi dan mewakili konsumen jasa konstruksi,7. Instansi pemerintah.

Masyarakat jasa konstruksi di atas membentuk Forum Jasa Konstruksi (FJK) dan Lembaga Jasa Konstruksi yang dikenal dengan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK)FJK, berfungsi untuk menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat dengan membuat rumusan pemikiran pengem-bangan jasa konstruksi.LPJK, berfungsi untuk melakukan registrasi dan akreditasi terhadap klasifikasi dan kualifikasi dari tenaga kerja konstruksi dan badan usaha jasa konstruksi.

d. Masyarakat adalah kelompok yang menerima manfaat, menggunakan, memakai hasil pekerjaan konstruksi, termasuk didalamnya adalah masyarakat yang menerima dampak negatif, menderita pada saat kegiatan konstruksi berlangsung maupun karena akibat kegagalan bangunan (keruntuhan).

Mekanisme hubungan antara unsur-unsur dalam masyarakat jasa konstruksi dapat dilihat pada diagram Gambar 1.1.

Registrasi dan Akreditasi Pemilihan/Pelelangan

5

Masyarakat

Masyarakat Jasa Konstruksi

Forum JK LPJK

Pengguna JasaPenyedia Jasa : Kontraktor Konsultan

Page 6: PP Jakon Revisi 05

Hubungan Kontrak

Gambar 1.1. Hubungan unsur-unsur masyarakat jasa konstruksi

1.4. Pemahaman Tahapan Pekerjaan Konstruksi

Sebelum mempelajari peraturan perundangan jasa konstruksi perlu dipahami tahapan pekerjaan konstruksi secara lengkap. Hal tersebut sangat penting karena setiap langkah atau tahapan kegiatan yang akan dilakukan dalam pekerjaan konstruksi akan selalu disertai oleh peraturan perundangan.Secara lengkap tahapan kegiatan dalam suatu pekerjaan konstruksi dapat diuraikan sebagai berikut :1. Tahap Pra konstruksi

- Gagasan/Ide- Rumusan gagasan/ide Konsep Proyek- Pembentukan organisasi proyek dan pembuatan rencana kerja

proyek- Penyiapan Dokumen Pengadaan/Pelelangan Jasa Konsultan Studi- Pengadaan/Pelelangan Jasa Konsultan Studi- Pembuatan Studi Kelayakan :

Kelayakan Teknis Kelayakan Ekonomi. AMDAL,lingkungan sosial budaya

- Penyerahan Hasil Studi Kelayakan- Pengusulan Dana dan Persetujuan Dana- Penyiapan Dokumen Pengadaan/Pelelangan Jasa Konsultan

Perencana- Pengadaan/Pelelangan Jasa Konsultan Perencana- Pembuatan Perencanaan dan Perancangan - Penyerahan Hasil Perencanaan dan Perancangan yang terdiri dari

: Gambar kerja Laporan Perencanaan dan Perancangan Buku “Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) Daftar Kuantitas Pekerjaan (Daftar Volume Pekerjaan)List Of Quantity

Rencana Anggaran Biaya (RAB)

6

Peraturan Perundangan Jasa Konstruksi

PEMERINTAH

Page 7: PP Jakon Revisi 05

2. Tahap Konstruksi- Penyiapan Dokumen Pengadaan/Pelelangan Jasa Konsultan

Pengawas- Pengadaan/Pelelangan Jasa Konsultan Pengawas- Penyiapan Dokumen Pengadaan/Pelelangan Jasa Pemborong - Pengadaan/Pelelangan Jasa Pemborong (Kontraktor)- Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi (Pembangunan) dengan

masing-masing unsur proyek sebagai berikut : Pemilik Proyek, melakukan pengawasan terhadap pekerjaan

seluruh penyedia jasa (Konsultan Perencana, Kontraktor dan Konsultan Penga-was) yang diwakili oleh Direksi Proyek

Pemborong/Kontraktor, melalukan kegiatan : membuat jadwal rencana kerja menyiapkan tenaga kerja, alat-alat dan bahan-bahan konstruksi melaksanakan pekerjaan konstruksi sesuai dengan gambar

kerja, RKS, Daftar Volume Pekerjaan dan RAB hasil negosiasi antara RAB yang diusulkan Kontraktor dengan “Owner Estimate” (RAB yang dibuat oleh Pemilik Proyek).

Konsultan Perencana, melakukan pengawasan berkala terhadap pe-kerjaan kontraktor, agar pekerjaannya sesuai dengan gambar perencana.

Konsultan Pengawas, melakukan pengawasan dan pengendalian terha-dap :

kualitas, kuantitas pekerjaan kontraktor harus sesuai dengan gam-bar kerja, RKS dan Daftar Volume Pekerjaan,

biaya konstruksi terkendali, sesuai RAB hasil negosiasi, waktu penyelesaian pekerjaan harus sesuai rencana.

- Penyerahan (Pertama) Bangunan yang telah selesai dari Pemborong/Kon-traktor kepada Pemilik Proyek disaksikan oleh Konsultan Pengawas.

- Masa Pemeliharaan (2 a 3 bulan), Kontraktor melakukan pemeliharaan dan perbaikan bangunan yang belum sesuai dengan persyaratan di atas.

Penyerahan (Kedua/Akhir) Bangunan yang telah selesai dari Pemborong/ Kontraktor kepada Pemilik Proyek disaksikan oleh Konsultan Pengawas.

3. Tahap Pasca konstruksi- operasional pemanfaatan dan penggunaan gedung sesuai

rencana,- pemeliharaan bangunan agar dapat berfungsi selama umur

bangunan,- perbaikan bangunan apabila terjadi kerusakan bangunan- renovasi bangunan apabila diinginkan perubahan fungsi

bangunan

7

Page 8: PP Jakon Revisi 05

Ketiga tahapan pekerjaan konstruksi tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.2.

Gambar 1.2. Diagram tahapan pekerjaan konstruksi

1.5. Peraturan Perundangan Jasa Konstruksi di Indonesia

Hal-hal yang akan dipelajari dalam mata kuliah peraturan perundangan jasa konstruksi dapat diuraikan sebagai berikut :- proses kegiatan jasa konstruksi di Indonesia mulai dari pra

konstruksi, konstruksi dan pasca konstruksi,- legalitas hubungan kerja antara unsur-unsur yang terlibat dalam

pekerjaan konstruksi,- kegagalan bangunan

Peraturan perundangan jasa konstruksi yang saat ini berlaku di Indonesia, meliputi :- Undang Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999

Tentang Jasa Konstruksi,

8

Gagasan/Ide

Rumusan gagasan/ide konsep

Studi kelayakan Kelayakan Teknis Kelayakan Ekonomi. AMDAL,lingkungan sosial budaya.

Pengusulan Dana dan Persetujuan Dana

Perencanaan dan Perancangan Gambar kerja, Rencana Kerjadan Syarat-syarat (spesifikasi) Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Pelaksanaan : Pengadaan Konstruksi

dan Fabrikasi

Pengawasan

Pemeliharaan Dan Perbaikan

Operasional

Peningkatan dan Pengembangan

Evaluasi Proyek

Page 9: PP Jakon Revisi 05

- Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 Tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi,

- Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi,

- Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan dan Pembinaan Jasa Konstruksi,

- Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah,

- Petunjuk Teknis Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah, Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan RI dan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor : S-42/A/2000 dan Nomor : S-2262/D.2/05/2000

BAB IIUSAHA JASA KONSTRUKSI

II.1. Jenis Usaha dan Lingkup Pelayanan

Jenis usaha jasa konstruksi meliputi :- Usaha jasa perencanaan pekerjaan konstruksi, yaitu memberikan

layanan jasa konsultansi perencanaan yang meliputi bidang pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektikal dan tata lingkungan,

- Usaha jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, yaitu memberikan layanan jasa pelaksanaan yang meliputi bidang pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektikal dan tata lingkungan,

9

Page 10: PP Jakon Revisi 05

- Usaha jasa pengawasan pekerjaan konstruksi, yaitu memberikan layanan jasa konsultansi pengawasan yang meliputi bidang pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektikal dan tata lingkungan,

Lingkup layanan jasa perencanaan pekerjaan konstruksi terdiri dari :- Survei,- Perencanaan umum, studi makro dan studi mikro,- Studi kelayakan proyek, industri dan produksi,- Perencanaan teknis, operasi dan pemeliharaan,- Penelitian.

Lingkup layanan jasa pengawasan pekerjaan konstruksi terdiri dari :- Pengawasan pelaksanaan pekerjaan konstruksi,- Pengawasan keyakinan mutu dan ketepatan waktu dalam proses

pekerjaan dan hasil pekerjaan konstruksi.

Lingkup layanan jasa perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan secara terintegrasi dapat terdiri dari :- Rancang bangun,- Perencanaan, pengadaan, dan pelaksanaan terima jadi,- Penyelenggaraan pekerjaan terima jadi

Lingkup layanan jasa perencanaan, dan atau pengawasan lainnya dapat mencakup antara lain jasa :- Manajemen Proyek,- Manajemen Konstruksi,- Penilaian kualitas, kuantitas dan biaya pekerjaan

II.2. Bentuk Usaha dan Bidang Usaha

Usaha jasa konstruksi berbentuk :- Orang perseorangan, dapat berupa : Kontraktor perseorangan, Konsultan perseorangan. - Badan usaha (perusahaan), baik swasta atau pemerintah, baik

nasional maupun asing yang berbadan hukum,Badan usaha tersebut dapat berupa : Perusahaan Kontraktor (pelaksana konstruksi), Perusahaan Konsultan (perencana dan pengawas konstruksi). Contoh : PT. Adi Karya, PT PP, merupakan perusahaan milik negara (BUMN)

berbentuk perseroan terbatas yang berbadan hukum dan begerak dibidang kontraktor (pelaksana kons-truksi),

PT Citra Lamtoro Gung merupakan perusahaan milik swasta berbentuk perseroan terbatas yang berbadan hukum dan begerak dibidang kontraktor (pelaksana konstruksi),

10

Page 11: PP Jakon Revisi 05

PT. Indra Karya, PT Virama Karya, merupakan perusahaan milik negara (BUMN) berbentuk perseroan terbatas yang berbadan hukum dan begerak dibidang konsultansi (perencana dan pengawas konstruksi),

PT Encona, merupakan perusahaan milik swasta berbentuk perseroan terbatas yang berbadan hukum dan begerak dibidang konsultansi (perencana dan pengawas konstruksi).

Bentuk usaha orang perseorangan yang jenis usahanya adalah pelaksana konstruksi (kontraktor perseorangan) hanya dapat melaksanakan pekerjaan konstruksi yang beresiko kecil, berteknologi sederhana dan berbiaya kecil Contoh : Rumah tinggal berlantai 1 s/d 2

Bentuk usaha orang perseorangan yang jenis usahanya adalah perencana konstruksi atau pengawas konstruksi (konsultan perseorangan) hanya dapat melaksanakan pekerjaan konstruksi yang sesuai dengan bidang keahliannya.Contoh : - seorang ahli struktur (lulusan S1 Teknik Sipil Struktur)

merencanakan sistem struktur bangunan,- seorang ahli transport (lulusan S1 Teknik Sipil Transport)

merancang konstruksi perkerasan jalan.

Untuk pekerjaan konstruksi yang beresiko tinggi, berteknologi tinggi dan berbiaya tinggi dapat dilakukan oleh badan usaha (perusahaan kontraktor maupun perusahaan konsultan) berbentuk perseroan terbatas (PT) atau badan usaha asing yang telah terakreditasi di Indonesia

Bidang usaha jasa konstruksi, meliputi :- bidang pekerjaan arsitektural yang meliputi antara lain arsitektur

bangunan berteknologi sederhana, menengah dan tinggi, arsitektur ruang dalam bangunan (interior), arsitektur lansekap termasuk perawatannya.

- bidang pekerjaan sipil yang meliputi jalan dan jembatan, jalan kereta api, landasan, terowongan, jalan bawah tanah, saluran darinasi dan pengendalian banjir, pelabuhan, bendung/bendu-ngan, bangunan dan jaringan pengairan atau prasarana sumberdaya air, struktur bangunan gedung, geoteknik, konstruksi tambang dan pabrik, termasuk perawatannya serta pekerjaan penghancuran bangunan (demolotion)

- bidang pekerjaan mekanikal yang meliputi antara lain instalasi tata udara/AC, instalasi minyak/gas/geothermal, instalasi Industri, isolasi termal dan suara, konstruksi lift dan escalator, perpipaan, termasuk perawatannya.

11

Page 12: PP Jakon Revisi 05

- bidang pekerjaan elektrikal yang meliputi instalasi pembangkit, jaringan transmisi dan distribusi, instalasi listrik sinyal dan telekomunikasi kereta api, bangunan pemancar radio, telekomunikasi dan sarana bantu navigasi udara dan laut, jaringan telekomunikasi, sentral telekomunikasi, instrumentasi, penang-kal petir, termasuk perawatannya.

- bidang pekerjaan tata lingkungan yang meliputi penataan perkotaan/planologi, analisis dampak lingkungan, tata lingkungan lainnya, pengembangan wilayah, bangunan pengolahan air bersih dan pengolahan air limbah, perpipaan air bersih dan perpipaan limbah, termasuk perawatannya.

II.3. Persyaratan Pendirian Badan Usaha (Perusahaan)

Setiap badan usaha (perusahaan) penyedia jasa konstruksi, baik pelaksana konstruksi (perusahaan kontraktor) maupun perencana dan pengawas konstruksi (perusahaan konsultan) harus memiliki persyaratan-persyaratan yang ditetapkan oleh peraturan perundangan yang berlaku.

Beberapa persyaratan pendirian perusahaan tersebut meliputi :1. Akte pendirian perusahaan yang dibuat oleh Notaris, berupa :

- CV, yang disyahkan oleh Pengadilan Negeri setempat,- PT (perseroan terbatas), yang disyahkan oleh Menteri Kehakiman

dan diumumkan dalam lembaran negara.2. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang dikeluarkan oleh Kantor

Pelayanan Pajak Propinsi, Direktorat Jenderal Pajak, Departemen Keuangan.

3. Surat Ijin Tempat Usaha (HO) yang dikeluarkan oleh Bupati/Walikota selaku kepala daerah Kabupaten/Kota.

4. Tanda Daftar Perusahaan (TDP) yang dikeluarkan oleh Kantor Perdagangan Kabupaten/Kota.

5. Menjadi anggota asosiasi perusahaan, contoh :- Perusahaan pelaksana konstruksi (perusahaan kontraktor),

dengan asosiasi terdiri dari : Gapensi : Gabungan Pengusaha Konstruksi Indonsesia, Gapeknas : Gabungan Pengusaha Konstruksi Nasional,

- Perusahaan perencana dan pengawas konstruksi (perusahaan konsultan), dengan asosiasinya INKINDO (Ikatan Nasional Konsultan Indonesia)

6. Menjadi anggota KADIN (Kantor Dagang Indonesia)7. Memiliki Sertifikat ; klasifikasi dan kualifikasi usaha yang

diterbitkan oleh Asosiasi masing-masing yang terakreditasi dan teregister oleh LPJK.

8. Surat Ijin Usaha Jasa Konstruksi yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

12

Page 13: PP Jakon Revisi 05

2.4. Klasifikasi, Kualifikasi Usaha dan Akreditasi Asosiasi Perusahaan Jasa Konstruksi

Untuk kepentingan pengembangan jasa konstruksi yang professional maka diperlukan klasifikasi dan kualifikasi usaha perseorangan dan badan usaha (perusahaan). Penilaian dan penentuan klasifikasi dan kualifikasi dilakukan oleh sebuah lembaga independen, yaitu LPJK (Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi) yang dinyatakan dalam bentuk sertifikat.

Semua bentuk usaha jasa konstruksi harus menjadi anggota (terdaftar) pada asosiasi perusahaan masing-masing, sebagai berikut :- Usaha jasa konstruksi perseorangan yang jenis usahanya

pelaksana konstruksi maupun perencana dan pengawas konstruksi harus terdaftar (teregistrasi) pada asosiasi profesi jasa konstruksi. Di Indonesia usaha jasa konstruksi perse-orangan belum diatur dalam peraturan perundangan tersendiri.

- Usaha jasa konstruksi berbentuk perusahaan (PT, CV, Firma, PB dan lainnya) yang jenis usahanya pelaksana konstruksi harus terdaftar (teregistrasi) pada asosiasi perusahaan kontraktor (GAPENSI, GAPEKNAS dan lainnya).

- Usaha jasa konstruksi berbentuk perusahaan (PT, CV, dan lainnya) yang jenis usahanya perencana dan pengawas konstruksi harus terdaftar (teregistrasi) pada asosiasi perusa-haan konsultan (INKINDO dan lainnya).

Semua Asosiasi perusahaan kontrakor (GAPENSI, GAPEKNAS dan lainnya) dan Asosiasi perusahaan konsultan (INKINDO dan lainnya) harus terdaftar (teregistrasi) pada LPJK.

Penentuan klasifikasi dan kualifikasi dari usaha jasa konstruksi tersebut dilakukan oleh masing-masing asosiasi yang kemudian diusulkan untuk diakreditasi (dinilai) oleh LPJK. Hasil akreditasi (penilaian) dari LPJK adalah berupa sertifikat yang mencantumkan klasifikasi dan kualifikasi yang sesuai dengan kemampuan dari usahanya dalam menangani pekerjaan konstruksi.

Penentuan klasifikasi dan kualifikasi perusahaan konsultan dilakukan oleh Badan Sertifikasi Nasional Usaha Jasa Konsultan INKINDO (BSN-UJK INKINDO) yang kemudian diusulkan ke LPJK untuk diakreditasi (dinilai). Hasil akreditasi (penilaian) dari LPJK adalah berupa sertifikat yang mencantumkan klasifikasi dan kualifikasi yang sesuai dengan kemampuan dari usahanya dalam menangani pekerjaan konstruksi. Proses tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Pendaftaran Pendaftaran

Klasifikasi & Kualifikasi Tergistrasi 13

PerusahaanKonsultan

BSN-UJKINKINDO

LPJK

Page 14: PP Jakon Revisi 05

Sertifikat Gambar 2.1. Diagram proses sertifikasi untuk Perusahaan Konsultan

Penentuan klasifikasi dan kualifikasi perusahaan kontraktor dilakukan oleh GAPENSI atau GAPEKNAS yang kemudian diusulkan untuk diakreditasi (dinilai) oleh LPJK. Hasil akreditasi (penilaian) dari LPJK adalah berupa sertifikat yang mencantumkan klasifikasi dan kualifikasi yang sesuai dengan kemampuan dari usahanya dalam menangani pekerjaan konstruksi. Proses tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Pendaftaran Pendaftaran

Klasifikasi & Kualifikasi Tergistrasi

Sertifikat

Gambar 2.2. Diagram proses sertifikasi untuk Perusahaan Kontraktor

Klasifikasi dan kualifikasi usaha jasa konstruksi yang dilakukan oleh LPJK diuraikan sebagai berikut :a. Klasifikasi usaha jasa konstruksi didasarkan atas kemampuan

perusahaan untuk menangani pekerjaan-pekerjaan bidang usaha jasa konstruksi, secara :- umum, memiliki kemampuan menangani pekerjaan lebih dari

satu bidang pekerjaan,- spesialis, memiliki kemampuan menangani pekerjaan hanya satu

bidang pekerjaan.Khusus untuk usaha perseorangan ditentukan hanya memiliki satu bidang pekerjaan.

b. Kualifikasi usaha jasa konstruksi didasarkan pada tingkat/kedalaman kompe-tensi dan potensi kemampuan yang dinilai dari pengalaman perusahaan, klasifikasi dan kualifikasi SDM, modal, peralatan serta pemenuhan kewajiban pajak-pajak peru-sahaan.

Hasil penilaian akhir dari Klasifikasi dan kualifikasi usaha adalah penggolongan penyedia jasa seperti diuraikan berikut :

a. Penggolongan untuk jasa pemborongan :1. Usaha kecil, dapat menangani pekerjaan konstruksi senilai

sampai dengan Rp 1 Milyar.2. Perusahaan menengah, dapat menangani pekerjaan kon-

struksi senilai Rp 1 Milyar sampai dengan Rp 10 Milyar.3. Perusahaan besar, dapat menangani pekerjaan

konstruksi :

14

PerusahaanKontraktor

GAPENSIGAPEKNAS

LPJK

Page 15: PP Jakon Revisi 05

- di atas Rp 10 Milyar, diprioritaskan perusahaan setempat,- di atas Rp 25 Milyar, wajib bekerjasama dengan Usaha kecil

setempat.4. Perusahaan asing, dapat menangani pekerjaan konstruksi

di atas Rp 25 Milyar, wajib bekerjasama dengan perusahaan nasional.

b. Penggolongan penyedia jasa untuk jasa konsultansi :1. Usaha kecil, dapat menangani pekerjaan konsultansi

senilai sampai dengan Rp 200 Juta.2. Perusahaan menengah, dapat menangani pekerjaan

konsul-tansi senilai Rp 200 Juta sampai dengan Rp 1 Milyar.3. Perusahaan besar, dapat menangani pekerjaan

konsultansi :- di atas Rp 1 Milyar, diprioritaskan perusahaan setempat,- di atas Rp 2 Milyar, wajib bekerjasama dengan Usaha kecil

setempat.4. Perusahaan asing, dapat menangani pekerjaan konsultansi

di atas Rp 2 Milyar, wajib bekerjasama dengan perusahaan nasional.

Tenaga Kerja Konstruksi

Tenaga kerja konstruksi adalah seseorang yang bekerja di bidang jasa konstruksi secara perseorangan atau terikat hubungan kerja dengan Badan Usaha Jasa Konstruksi (perusahaan).

Tenaga kerja konstruksi di Indonesia dibagi dalam 3 (tiga) kategori, yaitu :a. Tenaga Kasar, tanpa memiliki latar

belakang pendidikan atau memiliki lata belakang pendidikan maksimal SMK (STM),

b. Tenaga Asisten Engineer, seperti ; Surveyor, Draftman, Inspector, Teknisi, Laboran dan Mandor dengan latar belakang pendidikan minimal D3 atau Sarjana Muda,

c. Tenaga Engineer dengan latar belakang pendidikan minimal Sarjana S1.

Catatan : untuk kategori a dan b lebih diutamakan ketrampilan sedangkan untuk kategori c lebih diutamakan keahlian

Dengan berlakunya pasar bebas maka semua persyaratan standar tentang tenaga kerja harus mengikuti persyaratan Internasional. Persyaratan tenaga ahli yang harus dimiliki oleh perusahan konsultan menurut standar DICON yang ditetapkan oleh ADB adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan di luar negeri pada graduate studies dengan gelar Bachelor’s Degree, yaitu Bachelor of Science (B.Sc.) atau Bachelor of Engineering (B.Eng.).

15

Page 16: PP Jakon Revisi 05

American Council for Construction Education (ACCE) dalam Schools of Construction New Door to Top Management di majalah Enggineering News Record 28 Mei 1981 (Albert Kartaharja, Majalah Konstruksi Agustus 1981) mengakui pendidikan bakalauriat (graduate studies) 4 tahun untuk bidang construction dengan kurikulum :

- pendidikan umum : 15 jam semester- pengetahuan dasar : 18 jam semester- dasar-dasar strutur : 21 jam semester- sistem prosedur pembangunan : 15 jam semester- dasar-dasar administrasi : 18 jam semester- manajemen pembangunan : 21 jam semester- mata kuliah pilihan : 12 jam semester jumlah : 120 jam semester

Lulusan dari pendidikan tersebut meraih gelar Bachelor of Science (B.Sc.) in construction yang akan berprofesi sebagai Constructor (bidang pengawas dan pelaksanaan pembangunan). Profesi Constructor, Engineer (structural engineer /ahli struktur, hydraulic engineer/ahli hidrolik, dan lainnya) dan Architect (arsitek) lulusan pendidikan bakalauriat (graduate studies) 4 tahun di luar negeri merupakan profesi yang diakui oleh American Institute of Constructor’s (AIC).

Badan Sertifikasi Nasional Usaha Jasa Konsultan INKINDO (BSN-UJK INKINDO) pada bulan April 2000 menetapkan persyaratan tenaga ahli yang dimiliki oleh perusahahan konsultan dengan menggunakan standar DICON yang jelas-jelas menyebutkan bahwa tenaga ahli bidang maupun sector yang bekerja di perusahaan konsultan serta prinsipal (pimpinan operasi) perusahaan konsultan harus berpendidikan minimal sarjana S-1 ilmu teknik dengan pengalaman kerja minimal 4 tahun.

Di Indonesia, Badan Musyawarah Perguruan Tinggi Teknik Sipil Indonesia telah menetapkan “Pedoman kurukulum minimum untuk program studi teknik sipil untuk sarjana teknik S-1” adalah sebanyak 144 jam semester, terdiri dari :

- Humaniora & Penget. Sosial : 16 jam semester- dasar umu teknik : 24 jam semester- dasar khusus : 37 jam semester- keahlian teknik sipil : 44 jam semester- pelengkap : 15 jam semester- tugas akhir dan kerja praktek : 8 jam semester jumlah : 144 jam semester

Surat edaran bersama Deputi Ketua Bidang Pembiayaan dan Pengendalian Pelaksana Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Dirtektur Jenderal Anggaran Departemen Keuangan

16

Page 17: PP Jakon Revisi 05

Nomor : 604/D.VI/02/1998 Nomor : SE-35/A/21/0298

Tanggal 9 Februari 1998 telah menetapkan ketentuan acuan biaya langsung personil tenaga ahli perusahaan konsultan yang berpendidikan S-1 atau S2/S3 sebagai berikut :

KELOMPOKAHLI

PENDIDIKAN DAN TAHUN

PENGALAMAN

BIAYA LANGSUNG PERSONILRP-PERBULAN

SI S2/S3 SI S2/S3AHLI MUDA 1-4 - 4,4 – 5,2 JutaAHLI 5-8 1-4 5,5 – 7,1 Juta 5,2 – 6,1 JutaAHLI UTAMA 9-12 5-8 7,5 – 9 Juta 6,5 – 7,8 JutaAHLI KEPALA

13-16 9-12 9,5 – 11,1 Juta 8,2 – 9,8 Juta17-20 13-16 11,7 – 12,9

Juta10,4 – 13,1 Juta

17-20 14,3 – 18,6 Juta

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa :- lulusan Perguruan Tinggi Indonesia untuk program sarjana S-1

dengan gelar Sarjana Teknik (S.T) diakui sama dengan lulusan pendidikan bakalauriat (graduate studies) dari luar negeri bergelar Bachelor of Science (B.Sc.) atau Bachelor of Engineering (B.Eng.),

- lulusan Perguruan Tinggi Indonesia untuk program pasca sarjana S-2 dengan gelar Magister Teknik (M.T.) diakui sama dengan lulusan pendidikan postdraduate studies di luar negeri dengan gelar Master’s Degree yaitu Master of Science (M.Sc) atau Master of Engineering (M.Eng).

Semua tenaga kerja konstruksi yang diuraikan di atas harus memiliki sertifikasi “ketrampilan kerja” atau “keahlian kerja” yang dikeluarkan oleh asosiasi profesi yang terakreditasi di LPJK. Khusus untuk “engineer” yang terlibat dalam kegiatan atau pekerjaan konstruksi harus menjadi anggota Asosiasi profesi jasa konstruksi (IAI, HAKI, HPJI, HATHI, IATPI, HAMKI dan lainnya)

Tujuan dilakukannya sertifikasi “ketrampilan kerja” atau “keahlian kerja” para tenaga kerja konstruksi di Indonesia adalah untuk mengetahui klasifikasi dan kualifikasi ketrampilan dan keahliannya serta kemampuan kinerja dari tenaga kerja tersebut.

Prosedur proses sertifikasi dan akreditasi tenaga kerja konstruksi dapat dilihat pada diagram Gambar 2.3.

17

CALON ANGGOTALulus Sarjana Teknik, Pengalaman Kerja Sebidang

Page 18: PP Jakon Revisi 05

registrasi akreditasi

Gambar 2.3. Prosedur proses sertifikasi dan akreditasi tenaga kerja konstruksi

Masyarakat Jasa Konstruksi

Terdapat 2 (dua) kelompok masyarakat, yaitu :

a. Masyarakat umum, yaitu masyarakat yang tidak mempunyai kepentingan atau kegiatan yang berhubungan dengan usaha dan pekerjaan jasa konstruksi, namun kelompok masyarakat ini terkena dampak negatif dan menikmati dampak positif dari kegiatan konstruksi,

b. Masyarakat jasa konstruksi, yaitu masyarakat yang mempunyai kepentingan atau kegiatan yang berhubungan dengan usaha dan pekerjaan jasa konstruksi. Masyarakat ini membentuk suatu Forum Jasa Konstruksi dan LPJK.

Akreditasi Oleh LPJK

LPJK dibentuk di tingkat nasional yang berkedudukan di Ibu Kota Negara dan di tingkat propinsi yang berkedudukan di Ibu Kota Propinsi.LPJK mempunyai sifat nasional, independen, mandiri dan terbuka serta kegiatannya bersifat nirlaba.

LPJK memiliki tugas seperti diuraikan berikut ini :a. melakukan dan mendorong penelitian pengembangnan

jasa konstruksi.b. menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan jasa

konstruksi.c. melakukan registrasi tenaga kerja konstruksi yang meliputi

klasifikasi kualifikasidan sertifikasi ketrampilan dan keahlian kerja.

18

Penerimaan Persyaratan Adiministrasi

Pendaftaran Anggota Asosiasi Profesi

Anggota Asosiasi Kartu Anggota

Pengusulan klasifikasi dan kualifikasiketrampilan dan keahlian sesuai

bidangnya oleh Asosiasi

LPJK

Sertifikat klasifikasi dan kualifikasiketrampilan dan keahlian

Page 19: PP Jakon Revisi 05

d. melakukan registrasi badan usaha jasa konstruksie. mendorong dan meningkatkan peran arbitrase, mediasi

dan penilai ahli di bidang jasa konstruksi. LPJK beranggotakan wakil-wakil dari :a. Asosiasi perusahaan jasa konstruksi,b. Asosiasi profesi jasa konstruksi,c. Pakar dan Perguruan Tinggi yang

berkaitan dengan bidang jasa konstruksi,d. Instansi Pemerintah. Semua asosiasi perusahaan jasa konstruksi dan asosiasi profesi jasa konstruksi harus diakrediatasi oleh LPJK. Untuk dapat memenuhi persyaratan akreditasi, asosiasi harus memenuhi kriteria :a. bergerak dibidang jasa

konstruksi.b. bersifat nasional,

artinya organisasi tersebut harus memiliki cabang-cabang di daerah propinsi di Indonesia.

c. mempunyai tujuan memperjuangkan kepentingan dan aspirasi anggota.

d. memiliki dan menjunjung tinggi kode etik asosiasi.

e. melakukan pembinaan untuk meningkatkan kemampuan kinerja anggotanya.

Sanksi Administrasi

Sanksi administrasi dilakukan secara berjenjang menurut hirarki, seperti diuraikan sebagai berikut :a. sanksi yang diberikan

asosiasi kepada anggota :- peringatan tertulis,- pencabutan keanggotaan,- pencabutan sertifikat ketrampilan atau sertifikat keahlian (untuk

asosiasi profesi),- pencabutan sertifikat perusahaan (untuk asosiasi perusahaan).

b. sanksi yang diberikan LPJK kepada penyedia jasa dan asosiasi : - peringatan tertulis,- memasukan dalam daftar pembatasan/larangan kegiatan usaha,- pencabutan akreditasi,- pembatasan bidang usaha,- pencabutan tanda registrasi badan usaha,- pencabutan sertifikat ketrampilan dan keahlian kerja.

19

Page 20: PP Jakon Revisi 05

c. sanksi yang diberikan pemerintah kepada penyedia jasa dan asosiasi :- peringatan tertulis,- pembekuan ijin usaha,- pencabutan ijin usaha, - larangan melakukan pekerjaan.

d. sanksi yang diberikan pemerintah kepada LPJK, berupa peringatan tertulis apabila LPJK menyimpang dari tugasnya.

BAB IIIPENGADAAN BARANG/JASA

Pengertian Pengadaan dan Pelaksanaan Pengadaan

“Pemberi Tugas” atau “Pemilik Bangunan” atau “Pemilik Proyek” atau Owner atau Bouwheer sebagai Pengguna Jasa yang akan melaksanakan pembangunan (pekerjaan konstruksi) akan memerlukan dan bekerja sama dengan Penyedia Jasa, yaitu Perencana Konstruksi, Pelaksana Konstruksi dan Pengawas Konstruksi. Kerja sama antara kedua belah pihak dapat terjalin melalui suatu proses Pengadaan Barang/Jasa yang dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip persaingan yang sehat. Dalam dunia jasa konstruksi dikenal 2 bentuk proses pengadaan barang/jasa, yaitu :

20

Page 21: PP Jakon Revisi 05

a. Pengadaan untuk Perencana dan Pengawas Konstruksi (Perusahaan Konsultan) yang dilakukan dengan cara Seleksi Umum, Seleksi Langsung dan Penunjukan Langsung,

b. Pengadaan untuk barang/jasa Pemborongan (Perusahaan Kontraktor dan supplier) dan jasa yang lain yang dilakukan dengan cara Pelelangan, Pemilihan Langsung dan Penunjukan Langsung.

Kedua Proses pengadaan barang/jasa di atas merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pengguna Jasa (Pemilik Proyek) untuk mendapatkan barang, jasa konsultansi, jasa pemborongan dan jasa lainnya dari penyedia jasa.

Kegiatan pengadaan barang/jasa merupakan salah satu bagian dari kegiatan pembangunan (pekerjaan konstruksi) yang tahapannya diuraikan berikut ini :

1. Tahap Pra konstruksi- Penyiapan Dokumen Pengadaan/Pelelangan Jasa Konsultan Studi- Pengadaan/Pelelangan Jasa Konsultan Studi- Penyiapan Dokumen Pengadaan/Pelelangan Jasa Konsultan

Perencana- Pengadaan/Pelelangan Jasa Konsultan Perencana

2. Tahap Konstruksi- Penyiapan Dokumen Pengadaan/Pelelangan Jasa Konsultan

Pengawas- Pengadaan/Pelelangan Jasa Konsultan Pengawas- Penyiapan Dokumen Pengadaan/Pelelangan Jasa Pemborong - Pengadaan/Pelelangan Jasa Pemborong (Kontraktor)

3. Tahap Pasca konstruksiUntuk kegiatan atau pekerjaan operasional, pemeliharaan, perbaikan, renovasi bangunan dapat dilaksanakan dengan menggunakan Penyedia Jasa, yaitu Perencana Konstruksi, Pelaksana Konstruksi dan Pengawas Konstruksi melalui melalui suatu proses Pengadaan Barang/Jasa seperti dilakukan pada tahap Pra konstruksi dan tahap Konstruksi.

Untuk pekerjaan konstruksi yang dibiayai pemerintah, pelaksanaan pengadaan barang/jasa diatur dalam Keputusan Presiden RI No. 18 Tahun 2000 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah. Sedang untuk pekerjaan konstruksi yang dibiayai swasta dapat menggunakan acuan yang terdapat dalam Keputusan Presiden tersebut.

Prinsip Pengadaan/Pelelangan

21

Page 22: PP Jakon Revisi 05

Pengadaan/Pelelangan barang/jasa dilakukan dengan menggunakan prinsip-prinsip :- Efisien, menggunakan dana dan daya terbatas dan diselesaikan

dalam waktu singkat,- Efektif, sesuai kebutuhan dan memberikan manfaat maksimal- Bersaing secara sehat,- Transparan, sifatnya terbuka,- Adil/tidak diskriminatif, semua mendapat perlakuan sama- Dapat dipertanggungjawabkan.

Pemimpin Proyek

Agar pembangunan dapat berhasil sesuai keinginan Pemilik Proyek maka penanganannya selalu dilakukan oleh sebuah tim yang dipimpin oleh seorang Pemimpin Proyek atau Manajer Proyek yang dalam pelaksanaannya selalu menerapkan sistem “Manajemen Proyek”. Pengangkatan atau penunjukan seorang Pemimpin Proyek atau Manajer Proyek sangat dipengaruhi oleh asal sumber dana yang akan digunakan untuk membiayai proyek tersebut, seperti diuraikan berikut ini :- untuk proyek yang dibiayai dana Pemerintah, penanganan

proyek dilakukan dengan menunjuk seorang Pemimpin Proyek (Pimpro),

- untuk proyek yang dibiayai dana Swasta, penanganan proyek dilakukan dengan menunjuk seorang Manajer Proyek,

Pemimpin proyek/Manajer proyek dalam operasionalnya sehari-hari akan dibantu oleh :- sekertaris proyek,- bendahara proyek,- tim teknis proyek (direksi proyek)

Untuk proyek-proyek yang dibiayai oleh anggaran Pemerintah maka tugas pokok Pemimpin Proyek adalah :a. menyusun rencana dan jadwal pelaksanaan proyek,b. mengangkat/menunjuk panitia pengadaan barang/jasa,c. menetapkan paket-paket pekerjaan serta menentukan

keharusan bagi rekanan (penyedia barang/jasa) untuk meng-gunakan produksi dalam negeri dan perluasan kesempatan usaha bagi usaha kecil, koperasi kecil, LSM dan masyarakat setempat,

d. menetapkan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) Owner Estimatee. menetapkan besaran uang muka yang menjadi hak penyedia

barang/jasa,f. menyiapkan dan melaksanakan perjanjian/kontrak dengan pihak

penyedia barang/jasa,g. melaporkan pelaksanaan/penyelesaian pengadaan barang/jasa

kepada pimpi-nan instansinya atau Pemilik Proyek,

22

Page 23: PP Jakon Revisi 05

h. memantau, mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan perjanjian kontrak di atas (no. f),

i. menyerahkan asset proyek dengan Berita Acara Penyerahan kepada pimpinan instansinya atau Pemilik Proyek.

Panitia Pengadaan

Panitia pengadaan/pelelangan barang/jasa diangkat/ditunjuk oleh Pemimpin Proyek atau Manajer Proyek dengan kriteria dan kualifikasi sebagai berikut :a. memiliki integritas moral tinggi, disiplin dan tanggung jawab

dalam melak-sanakan tugas,b. memahami lingkup pekerjaan yang diadakan/dilelangkan,c. mengetahui dan menguasai isi dokumen pengadaan/pelelangan

dan metode serta prosedur pengadaan/pelelangan,d. tidak mempunyai hubungan keluarga dengan Pemimpin Proyek

atau Manajer Proyek yang mengangkat/menunjuk dirinya.

Tugas, wewenang dan tanggung jawab panitia pengadaan/pelelangan adalah :

a. menyusun jadwal dan menetapkan cara pelaksanaan pengadaan/pelelangan,

b. menyiapkan dokumen pengadaan, dokumen prakualifikasi termasuk criteria dan tata cara penilaian penawaran dan dokumen usulan pengadaan yang dibuat oleh rekanan (penyedia barang/jasa),

c. mengumumkan pengadaan/pelelangan barang/jasa melalui media cetak atau elektronik atau papan pengumuman resmi untuk penerangan umum,

d. menyusun daftar calon peserta penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan klasifikasi bidang dan sub bidang usahanya serta memenuhi peryaratan prakualifikasi yang ditetapkan panitia untuk diundang mengikuti pengadaan/pelela-ngan,

e. menyampaikan undangan kepada para calon peserta pengadaan/pelelangan,

f. memberikan penjelasan pekerjaan (“aanwijzing”) mengenai dokumen penga-daan termasuk syarat-syarat penawaran, cara penyampaian penawaran dan tata cara penilaian dan evaluasi penawaran, kegiatan tesebut dimuat dalam berita acara penjelasan pekerjaan,

g. membuka dokumen penawaran dan membuat berita acaranya,h. menilai penawaran yang masuk, mengadakan klarifikasi dan

menetapkan uru-tan atau calon pemenang pelelangan, melakukan negosiasi serta membuat berita acaranya,

i. membuat laporan mengenai proses dan hasil pengadaan/pelelangan kepada Pemimpin Proyek sebagai pengguna barang/jasa.

23

Page 24: PP Jakon Revisi 05

Penyiapan Dokumen Pengadaan

Sebelum dilaksanakan pengadaan/pelelangan untuk Jasa Konsultan Studi, Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas dan Pemborong (Kontraktor) maka Panitia Pengadaan harus menyi-apkan Dokumen Pengadaan/Pelelangan untuk masing-masing tahapan pekerjaan, yaitu :

- Dokumen Pengadaan/Pelelangan Konsultan Studi, berupa KAK (Kerangka Acuan Tugas) atau TOR (Term Of Reference) yang berisi mengenai : tata cara pengadaan/pelelangan, pedoman, petunjuk bagi Konsultan Studi dalam membuat Studi

Kelayakan.

- Dokumen Pengadaan/Pelelangan Jasa Konsultan Perencana, berupa KAK (Kerangka Acuan Tugas) atau TOR (Term Of Reference) yang berisi mengenai : tata cara pengadaan/pelelangan, pedoman, petunjuk bagi Konsultan Perencana dalam membuat Perencanaan.

- Dokumen Pengadaan/Pelelangan Jasa Konsultan Pengawas

berupa KAK (Kerangka Acuan Tugas) atau TOR (Term Of Reference) yang berisi mengenai : tata cara pengadaan/pelelangan, pedoman, petunjuk bagi Konsultan Pengawas dalam melaksanakan

penga-wasan.

- Dokumen Pengadaan/Pelelangan Jasa Pemborong, berupa : Gambar kerja Buku “Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) Daftar Kuantitas Pekerjaan (Daftar Volume Pekerjaan) List Of Quantity

Tahapan Pengadaan/Pelelangan Barang/Jasa

Setelah semua dokumen pengadaan/pelelangan disiapkan secara lengkap maka dilaksanakan proses pengadaan/pelelangan dengan tahapan sebagai berikut :a. Mengumumkan pekerjaan yang akan dilelangkan pada media

cetak, eletronik atau papan pengumuman resmi milik pemerintah,b. Pendaftaran peserta lelang dengan menyerahkan persyaratan

prakualifikasi (berupa formulir yang harus di isi peserta lelang),c. Pemasukan berkas formulir prakualifikasi oleh peserta lelang,

24

Page 25: PP Jakon Revisi 05

d. Penilaian dan evaluasi berkas formulir prakualifikasi oleh Panitia Pengada-an/Pelelangan,

e. Pengumuman hasil prakualifikasi, bagi peserta lelang yang lulus prakualifikasi diminta untuk mengambil dokumen pengadaan/pelelangan dan diundang untuk menghadiri penjelasan pekerjaan (“aanwijzing”)

f. Penjelasan pekerjaan (“aanwijzing”) oleh Panitia Pengadaan/ Pelelangan yang dihadiri peserta lelang,Dalam “aanwijzing” oleh Panitia akan dijelaskan mengenai :- lingkup pekerjaan yang dilelang,- tata cara pengajuan penawaran berupa Dokumen Penawaran

yang terdiri dari 3 (tiga) Dokumen : Peryaratan Administrasi aspek legal dari perusahaan peserta

lelang. Teknis metode pelaksanaan penanganan pekerjaan yang

diusulkan pe-serta lelang Perhitungan Harga (Penawaran Biaya) yang diusulkan peserta

lelang. g. Pemasukan dokumen penawaran,h. Penilaian dan evaluasi terhadap dokumen penawaran dengan

membuat urutan pemenang lelangi. Pengumuman pemenang lelangj. Masa sanggahk. Pemberian Surat Perintah Kerja (SPK) dari Pemimpin Proyek

kepada Penyedia Jasa yang menang lelang,j. Perjanjian/kontrak antara Pemimpin Proyek dengan pihak

penyedia barang/jasa yang mendapat SPK.

Prakualifikasi Penyedia Barang/Jasa

Prakualifikasi terhadap calon peserta pelelangan dilakukan oleh Panitia Pengadaan/Pelelangan dengan persyaratan sebagai berikut :

a. Persyaratan prakualifikasi untuk Penyedia Barang/Jasa :- memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan teknis dan

manajerial yang dibuktikan dengan sertifikat kualifikasi dan klasifikasi dari asosiasi perusahaan,

- memiliki sumberdaya manusia, modal, peralatan dan fasilitas yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaannya,

- secara hukum mempunyai kapasitas menandatangani kontrak,- tidak dalam pengawasan pengadilan dan tidak bangkrut,- sudah memenuhi kewajiban pajak,- belum pernah dihukum berdasarkan keputusan pengadilan atas

tindakan yang berkaitan dengan profesi perusahaan. b. Persyaratan prakualifikasi khusus untuk Tenaga Ahli yang

bekerja pada perusahaan Jasa Konsultan :

25

Page 26: PP Jakon Revisi 05

- memiliki NPWP,- lulusan PTN atau PTS yang lulus ujian negara atau terakreditasi- memiliki pengalaman kerja dibidangnya yang diuraikan dalam

CV dan ditandatangani/diketahui oleh pimpinan perusahaan.Metode Pengadaan Barang/Jasa Pemborongan

Pengadaan Barang/Jasa Pemborongan dilakukan secara terbuka untuk umum dengan mengumumkan secara luas melalui media cetak dan papan pengumuman resmi untuk penerangan umum, media elektronik, sehingga masyarakat luas/dunia usaha yang berminat dan memenuhi syarat dapat mengikutinya.

Pengadaan Barang/Jasa Pemborongan dilakukan melalui beberapa cara :a. Pelelangan

Pelelangan adalah serangkaian kegiatan untuk mengadakan kebutuhan barang/ jasa pemborongan dengan menciptakan persaingan yang sehat diantara penyedia barang/jasa pemborongan (rekanan) yang “setara”, memenuhi syarat berdasarkan metode dan tata cara tertentu yang telah ditetapkan sehingga terpilih penyedia barang/jasa pemborongan (rekanan) terbaik.

b. Pemilihan LangsungJika Pelelangan sulit dilaksanakan atau tidak menjamin pencapaian sasaran maka dilakukan Pemilihan Langsung yang dilakukan dengan cara membandingkan penawaran dari beberapa penyedia barang/jasa pemborongan (rekanan) yang memenuhi syarat melalui permintaan harga ulang atau permintaan teknis dan harga untuk kemudian dilakukan negosiasi secara bersaing, baik dilakukan untuk usulan teknis dan usulan harga, sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.

c. Penunjukan LangsungPenunjukan Langsung merupakan pengadaan barang/jasa pemborongan yang dilakukan oleh Pemilik Proyek/Pemimpin Proyek dengan cara menunjuk sebuah penyedia barang/jasa pemborongan (rekanan). Penunjukan Langsung dapat dilakukan dengan ketentuan :- penanganan darurat (salah satunya bencana alam) untuk

keamanan dan keselamatan masyarakat yang pelaksanaan-nya tidak dapat ditunda,

- pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang menyangkut keamanan dan keselamatan negara yang ditetapkan oleh presiden,

- pekerjaan berskala kecil dengan nilai maksimum Rp 50 juta,- pekerjaan/barang spesifik yang hanya dapat dilaksanakan oleh

satu penyedia barang/jasa pemborongan, pabrikan dan pemegan Hak Paten,

- pekerjaan yang seluruhnya dilaksanakan oleh kelompok swadaya masyarakat setempat.

26

Page 27: PP Jakon Revisi 05

d. SwakelolaSwakelola adalah pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan, dikerjakan dan diawasi sendiri dengan menggunakan tenaga dan alat sendiri.

Sistem penyampaian Dokumen Penawaran dapat dipilih 1 (satu) dari 3 (tiga) cara, yaitu :a. Sistem Satu Sampul

Seluruh Dokumen Penawaran yang terdiri dari ; Persyaratan Administrasi, Teknis dan Perhitungan Harga, dimasukan ke dalam 1 (satu) sampul tertutup dan disampaikan kepada panitian pengadaan.

b. Sistem Dua SampulPersyaratan Administrasi dan Teknis dimasukkan dalam sampul (Amplop) tertutup I, sedang Penawaran Harga dimasukkan dalam sampul tertutp II, selanjutnya sampul I dan II dimasukkan kedalam 1 (satu) sampul tertutup untuk disampaikan kepada panitia pengadaan.

c. Sistem Dua TahapPersyaratan Administrasi dan Teknis dimasukkan dalam sampul (Amplop) tertutup I, sedang Penawaran Harga dimasukkan dalam sampul tertutup II, yang disampaikan kepada panitia pengadaan dalam 2 (dua) tahap secara terpisah (sampul I disampaikan terlebih dahulu) dan dalam waktu yang berbeda.

Sistem evaluasi penawaran dapat dipilih 1 (satu) dari 3 (tiga) cara, yaitu

:a. Sistem Gugur

Sistem penilaian penawaran dengan cara memeriksa dan membandingkan 3 (tiga) dokumen penawaran terhadap pemenuhan persyaratan yang telah ditetapkan dalam dokumen pengadaan. Urutan pemeriksaan dan penilaian ada-lah Persyaratan Administrasi, Teknis dan Penawaran Harga, apabila Persyartan Administrasi tidak sesuai dengan ketentuan maka dinyatakan gugur dan dokumen Teknis serta Penawaran Harga tidak dilakukan pemeriksaan dan penilaiaan

b. Sistem NilaiSistem penilaian penawaran dengan cara memberikan nilai angka tertentu pada setiap dukomen penawaran, contoh :- Persyartan Administrasi = 20- Teknis = 40 - Penawaran Harga = 40

c. Sistem Penilaian Biaya Selama Umur EkonomisSistem penilaian penawaran dengan cara memberikan nilai angka tertentu pada dukomen penawaran ; Persyartan Administrasi dan Teknis yang dinilai menurut umur ekonomis barang yang ditawarkan, kemudian nilai dari unsur-unsur tersebut dikonversikan kedalam satuan mata uang tertentu dan dibandingkan dengan jumlah nilai penawaran peserta lainnya.

27

Page 28: PP Jakon Revisi 05

Metode Pengadaan Jasa Konsultan

Pengadaan Jasa Konsultansi dilakukan melalui beberapa cara :a. Seleksi Umum

Seleksi Umum adalah seleksi yang pesertanya dipilih melalui proses prakuali-fikasi, dilakukan secara terbuka melalui media cetak dan papan pengumuman resmi untuk penerangan umum, media elektronik, sehingga masyarakat luas/dunia usaha yang berminat dan memenuhi syarat dapat mengikutinya.

b. Seleksi LangsungSeleksi langsung adalah pengadaan jasa konsultansi yang pesertanya dipilih langsung dengan cara membandingkan penawaran dari beberapa penyedia jasa yang memenuhi syarat serta dilakukan negosiasi secara bersaing baik Teknis maupun Harga, sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.

c. Penunjukan LangsungPenunjukan Langsung merupakan pengadaan jasa konsultansi yang dilakukan oleh Pemilik Proyek/Pemimpin Proyek dengan cara menunjuk sebuah penyedia jasa kosnultansi (rekanan). Penunjukan Langsung dapat dilakukan dengan ketentuan :- pekerjaan dengan nilai maksimum Rp 50 juta,- pengadaan jasa konsultan yang setelah dilakukan pelelangan

ulang hanya 1 (satu) peserta yang memenuhi syarat,- pekerjaan yang bersifat mendesak/khusus dengan persetujuan

dari Menteri/Gubernur/Walikota/Bupati,- penyedia jasa tunggal.

Sistem penyampaian Dokumen Penawaran dapat dipilih 1 (satu) dari 3 (tiga) cara, yaitu :a. Sistem Satu Sampulb. Sistem Dua Sampulc. Sistem Dua Tahapsama seperti pada sistem penyampaian Dokumen Penawaran pada pengadaan barang/jasa pemborongan.

Sistem evaluasi penawaran dapat dipilih 1 (satu) dari 3 (tiga) cara, yaitu :

a. Sistem Evaluasi KualitasEvaluasi pengadaan jasa konsultansi berdasarkan kualitas penawaran Teknis terbaik, dilanjutkan dengan klarifikasi dan negosiasi Teknis dan Biaya.

b. Sistem Evaluasi Kualitas dan Biaya

28

Page 29: PP Jakon Revisi 05

Evaluasi pengadaan jasa konsultansi berdasarkan nilai kombinasi terbaik dari penawaran Teknis dan Biaya, terkoreksi dilanjutkan dengan klarifikasi Teknis dan Biaya.

c. Sistem Evakuasi Pagu AnggaranEvaluasi pengadaan jasa konsultansi berdasarkan kualitas penawaran Teknis terbaik dari peserta yang penawaran biayanya terkoreksi lebih kecil atau sama dengan pagu anggaran.

d. Sistem Evaluasi Biaya TerendahEvaluasi pengadaan jasa konsultansi berdasarkan penawaran terkoreksi terendah dari konsultan yang penawaran teknisnya di atas ambang batas peryaratan teknis yang telah ditentukan.

e. Sistem Evaluasi Penunjukan langsung. Evaluasi pengadaan jasa konsultansi berdasarkan evaluasi penawaran Teknis dan biaya konsultan yang ditunjuk, dilanjutkan dengan klarifikasi dan negosiasi Teknis dan Biaya.

Proses Sanggahan

Peserta pelelangan/calon penyedia barang/jasa yang merasa dirugikan baik secara sendiri maupun bersama-sama dengan peserta lainnya dapat mengajukan protes atau sanggahan kepada Pemilik Proyek atau Pemimpin Proyek apabila ditemukan :a. Penyimpangan terhadap ketentuan dan prosedur yang telah

ditetapkan dalam Dokumen Pengadaan,b. Rekayasa tertentu sehingga menghalangi terjadinya persaingan

yang sehat,c. Penyalahgunaan wewenang oleh panitia pengadaan dan atau

pejabat berwenang lainnya,d. Praktek atau adanya unsur korupsi, kolusi dan nepotisme antara

peserta sendiri atau antara peserta dengan anggota panitia pengadaan dan atau dengan pejabat yang berwenang.

29

Page 30: PP Jakon Revisi 05

BAB IVPENGIKATAN PEKERJAAN KONSTRUKSI

4.1. Unsur-Unsur Yang Mengadakan Pengikatan

Dalam setiap pekerjaan konstruksi akan melibatkan 2 (dua) pihak yang saling berhubungan, yaitu :1. Pengguna Jasa yang dikenal dengan beberapa sebutan,

yaitu Pemilik Bangunan, Pemilik Proyek, Owner, Bowheer.2. Penyedia Jasa yang terdiri dari :

- Perencana dan Pengawas Konstruksi yang berupa Perusahaan Konsultan,

- Pelaksana Konstruksi yang berupa Perusahaan Pemborong/Kontraktor.

Keberadaan masing-masing pihak di atas dilandasi oleh ketentuan hukum artinya masing-masing pihak merupakan instansi, lembaga, badan atau perusahaan yang berbadan hokum. Oleh karena itu hubungan kerja yang akan dijalin antara kedua pihak tersebut harus memiliki landasan hukum, yaitu dengan mewujudkannya kedalam Kontrak kerja konstruksi.

Dokumen-dokumen yang mengikat dalam hubungan kerja antara Pengguna jasa dengan Penyedia jasa kontrak kerja adalah :- Gambar-gambar perencanaan yang akan digunakan dalam

pelaksanaan konstruksi,- Buku “Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)”,- Dokumen Pengadaan barang/jasa beserta Berita Acara

perubahannya (“aanvulling”),

30

Page 31: PP Jakon Revisi 05

- Dokumen Penawaran Rencana Anggaran Biaya (RAB) Bangunan yang diajukan oleh Perusahaan kontraktor dan telah dilakukan klarifikasi maupun negosiasi dengan Pemilik Proyek,

- Kontrak Kerja Konstruksi atau juga sering disebut dengan Surat Perjanjian Kerja

4.2. Persyaratan Dalam Melakukan Pengikatan

Beberapa persyaratan Pengguna jasa dalam melakukan pengikatan dengan Penyedia jasa dapat diuraikan sebagai berikut :1. Pengguna jasa dapat menunjuk wakilnya untuk

melaksanakan kepentingannya dalam pekerjaan konstruksi,2. Pengguna jasa harus memiliki kemampuan finansial untuk

membayar biaya pekerjaan konstruksi yang didukung dengan adanya bukti dari lembaga perbankan dan atau lembaga keuangan bukan bank yang menunjukan keberadaan dana tersebut,

3. Jika Pengguna jasa adalah pemerintah maka pembuktian kemampuan untuk membayar diwujudkan dalam dokumen tentang ketersediaan anggaran pada tahun pekerjaan konstruksi tersebut akan dilaksanakan.

Persyaratan Penyedia jasa dalam melakukan pengikatan dengan Pengguna jasa adalah telah mengikuti proses pengadaan barang/jasa yang diselenggarakan oleh Pengguna jasa dan dinyatakan sebagai penerima pekerjaan dengan diberikan Surat Perintah Kerja (SPK) dari Pemimpin Proyek yang mewakili Pemilik Proyek.

4.3. Cakupan Uraian Dalam Kontrak Kerja Konstruksi

Prinsip-prinsip pengikatan yang harus dituangkan dalam Kontrak Kerja Konstruksi antara Pengguna jasa dengan Penyedia jasa adalah jaminan adanya kesetaraan kedudukan dalam hak dan kewajiban serta kepatuhan kepada peraturan perundangan yang berlaku.

Dalam kontrak kerja konstruksi harus mencakup beberapa hal sebagai berikut :1. identitas pihak-pihak yang akan bekerja sama,2. rumusan dan ruang lingkup pekerjaan,3. lingkup tugas, kewajiban, tanggungjawab, wewenang dan

hak dari masing pihak,4. jangka waktu pekerjaan,5. nilai biaya pekerjaan atau sering disebut “nilai kontrak”,6. cara pembayaran,

31

Page 32: PP Jakon Revisi 05

7. apabila penyedia jasa adalah perusahaan konsultan, maka di dalam kontrak kerja harus memuat tentang hak atas kekayaan intelektual,

8. apabila penyedia jasa adalah perusahaan kontraktor, maka di dalam kontrak kerja harus memuat tentang :- jangka waktu pemeliharaan,- memuat ketentuan tentang sub penyedia jasa serta pemasok

bahan atau komponen bangunan dan peralatan. 9. tata cara penyelesaian perselisihan akibat adanya

ketidaksepakatan10. ketentuan tentang pemutusan kontrak kerja yang timbul

akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban dari salah satu pihak,11. ketentuan tentang kejadian yang timbul diluar kemauan

dan kemampuan kedua belah pihak (force majeure) yang menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak,

12. ketentuan tentang kewajiban kedua belah pihak atas adanya kegagalan bangunan,

13. ketentuan tentang kewajiban kedua belah pihak dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja serta jaminan social,

14. kewajiban kedua belah pihak dalam memenuhi ketentuan tentang lingkungan hidup.

BAB V

KEGAGALAN BANGUNAN

5.1. Pengertian Kegagalan Bangunan

Kegagalan bangunan adalah keadaan bangunan yang setelah diserahterimakan oleh penyedia jasa (perusahaan kontraktor) kepada perngguna jasa (pemilik proyek) menjadi tidak berfungsi sesuai perencanaan semula baik secara keseluruhan maupun sebagian dan atau tidak sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam kontrak kerja konstruksi atau pemanfaatannya yang menyimpang sebagai akibat kesalahan penyedia jasa atau pengguna jasa.

Suatu bangunan dapat dikategorikan mengalami kegagalan bangunan setelah ditetapkan oleh pihak ketiga yang independen selaku Penilai Ahli.

Apabila dilakukan invetarisasi, kasus kegagalan bangunan di Indonesia pasti dijumpai dalam jumlah cukup besar, terutama terjadi pada bangunan-bangunan yang dibangun untuk kepentingan pelayanan

32

Page 33: PP Jakon Revisi 05

umum (mayarakat). Namun pada saat ini masih belum ada regulasi yang mengatur mengenai kegagalan bangunan. Demikian pula keberadaan Penilai Ahli masih belum di atur dalam peraturtan perundangan.

5.2. Katagori Kegagalan bangunan

Kegagalan bangunan dapat dikelompokan dalam 2 (dua) katagori, yaitu :

1. Kegagalan bangunan yang disebabkan oleh Penyedia Jasa- kegagalan bangunan yang menjadi tanggungjawab penyedia

jasa dihitung sejak penyerahan akhir pekerjaan konstruksi sampai jangka waktu 10 tahun,

- kegagalan bangunan yang disebabkan oleh kesalahan perencana atau pengawas konstruksi dan menimbulkan kerugian bagi pihak lain maka perencana dan pengawas konstruksi wajib bertanggung jawab sesuai bidang profesi dan dikenakan ganti rugi,

- kegagalan bangunan yang disebabkan oleh kesalahan pelaksana konstruksi dan menimbulkan kerugian bagi pihak lain maka pelaksana konstruksi wajib bertanggung jawab sesuai bidang usaha dan dikenakan ganti rugi,

2. Kegagalan bangunan yang disebabkan oleh Pengguna Jasa Jika terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan oleh kesalahan Pengguna jasa dalam pengelolaan bangunan dan hal tersebut menimbulkan kerugian bagi pihak lain maka Pengguna jasa wajib bertanggung jawab dan dikenakan ganti rugi.

BAB VI PENYELESAIAN SENGKETA

6.1. Sengketa Antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa

Hubungan kerja antara Pengguna jasa dengan Penyedia jasa yang terikat oleh suatu perjanjian kerja atau kontrak kerja konstruksi dapat dimungkinkan untuk terjadinya sengketa atau perselisihan antara kedua belah pihak.

Penyelesaian sengketa atau perselisihan yang terjadi antara Pengguna jasa dengan Penyedia jasa dapat diselesaikan berdasarkan pilihan secara sukarela dari kedua belah pihak melalui 2 (dua) cara :1. Penyelesaian Di Luar Pengadilan

33

Page 34: PP Jakon Revisi 05

Penyelesaian sengketa di luar Pengadilan tidak berlaku terhadap tindak pidana dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi sebagaimana di atur dalam Kitab Undang-Undang Hulum PidanaPenyelesaian sengketa di luar Pengadilan dapat ditempuh hanya untuk masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan pengadaan barang/jasa, pengikatan dan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi serta dalam hal terjadinya kegagalan bangunan. Penyelesaian sengketa yang di tempuh di luar Pengadilan dapat dilakukan dengan menggunakan jasa pihak ketiga yang disepakati oleh kedua belah pihak.

2. Penyelesaian Melalui PengadilanGugatan melalui pengadilan dapat dilakukan terhadap tindak pidana dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.Apabila dipilih upaya penyelesaian di luar pengadilan namun masih terdapat perselisihan maka dapat ditempuh gugatan melalui pengadilan.

6.2. Gugatan Masyarakat

Jika diketahui dan dapat dibuktikan bahwa masyarakat mengalami penderitaan sebagai akibat dari penyelenggaraan pekerjaan konstruksi baik pada tahap konstruksi maupun pasca konstruksi sedemikian rupa sehingga mempengaruhi peri kehidupan pokok masyarakat maka Pemerintah wajib berpihak pada kepentingan masyarakat dan bertindak secara tegas kepada penyelenggara pekerjaan konstruksi tersebut.

Masyarakat yang mengalami penderitaan dan kerugian tersebut di atas berhak mengajukan gugatan ke pengadilan baik secara perorangan, kelompok (dengan memberi kuasa perseorangan) atau kelompok orang melalui gugatan perwakilan atau lembaga kemasyarakatan dengan mengacu kepada Hukum Acara Perdata.Gugatan yang diajukan adalah tuntutan untuk melakukan tindakan tertentu atau tuntutan berupa biaya ganti rugi, pengeluaran nyata dan tuntutan lain yang sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

BAB VII SANKSI DAN PIDANA

7.1. Sangsi Terhadap Pelanggaran Undang-Undang

Dengan telah diberlakukannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi maka setia pelanggaran yang dilakukan terhadap Undang-Undang ini akan dikenai sanksi administrative dan atau pidana.Sanksi administrative yang dapat dikenakan kepada Penyedia jasa berupa :1. peringatan tertulis,2. pengehentian sementara pekerjaan konstruksi,

34

Page 35: PP Jakon Revisi 05

3. pembatasan kegiatan usaha dan atau profesi,4. pembekuan izin usaha dan atau profesi,5. pencabutan izin usaha dan atau profesi.Sanksi administrative yang dapat dikenakan kepada Pengguna jasa berupa :1. peringatan tertulis,2. pengehentian sementara pekerjaan konstruksi,3. pembatasan kegiatan usaha dan atau profesi,4. larangan sementara penggunaan hasil pekerjaan

konstruksi,5. pembekuan izin pelaksanaan pekerjaan konstruksi,6. pencabutan izin pelaksanaan pekerjaan konstruksi.

7.2. Pidana

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi, Perencana konstruksi, Pelaksana konstruksi dan Pengawas konstruksi dapat dikenai pidana dan denda, seperti diuraikan sebagai berikut :

1. Barang siapa yang melakukan perencanaan pekerjaan konstruksi yang tidak memenuhi ketentuan keteknikan dan mengakibatkan kegagalan pekerjaan konstruksi atau kegagalan bangunan dikenai pidana paling lama 5 (lima) tahun penjara atau dikenakan denga paling banyak 10% (sepuluh per seratus) dari nilai kontrak.

2. Barang siapa yang melakukan pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang bertentangan atau tidak sesuai dengan ketentuan keteknikan yang telah ditetapkan dan mengakibatkan kegagalan pekerjaan konstruksi atau kegagalan bangunan dikenakan pidana paling lama 5 (lima) tahun penjara atau dikenakan denga paling banyak 5% (lima per seratus) dari nilai kontrak.

3. Barang siapa yang melakukan pengawasan pelaksanaan pekerjaan konstruksi dengan sengaja memberi kesempatan kepada orang lain yang melaksanakan pekerjaan konstruksi melakukan penyimpangan terhadap ketentuan keteknikan dan menyebabkan timbulnya kegagalan pekerjaan konstruksi atau kegagalan bangunan dikenai pidana paling lama 5 (lima) tahun penjara atau dikenakan denga paling banyak 10% (sepuluh per seratus) dari nilai kontrak.

DAFTAR PUSTAKA

1. _____, Undang Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi.

2. _____, Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 Tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi.

35

Page 36: PP Jakon Revisi 05

3. _____, Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Penyeleng-garaan Jasa Konstruksi.

4. _____, Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Penyeleng-garaan dan Pembinaan Jasa Konstruksi.

5. _____, Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Instansi Peme-rintah.

6. _____, Petunjuk Teknis Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah, Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan RI dan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor : S-42/A/2000 dan Nomor : S-2262/D.2/05/2000

LAMPIRAN1. Contoh Surat Peritah Mulai Kerja (SPMU) dari

Pemilik Proyek kepada Perusahaan Konsultan,2. Contoh Kontrak Kerja Konstruksi antara Pemilik

Proyek dengan Perusahaan Konsultan,3. Contoh Kontrak Kerja Konstruksi antara Pemilik

Proyek dengan Perusahaan Kontraktor,

36