revisi - copy
TRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
BENIGN PROSTAT HIPERTROFI
Pembimbing :
Dr.ASRIEL AZIZ Sp.B
Oleh :
Sofia Linda Bahariska Meli Makin S.Ked
06700077
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER MUDA
LAB/SMF BEDAH RSUD Dr.R.KOESMA TUBAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2012
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Benign Prostat Hipertrofi
Bidang studi : Bedah
Telah di periksa dan di setujui oleh pembimbing
Tuban , ...............................................................
Dr. Asriel Aziz Sp.B
KATA PENGANTAR
Puji Tuhan saya panjatkan atas kehadirat Allah Yang Maha Esa , karena berkat dan rahmat-
Nya ,saya dapat menyelesaikan tugas laporan kasus “ BPH “ sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti ujian program pendidikan Dokter Muda di bidang studi Bedah di SMF Bedah FK
UWK Surabaya – RSUD Dr.R.KOESMA Tuban.
Laporan kasus ini saya buat tidak hanya semata-mata untuk mengikuti ujian saja
tetapi juga dibuat untuk membantu saya dan teman-teman untuk mengetahui dan mempelajati
lebih dalam tentang BPH.
Dalam kesempatan ini saya ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Susilo Rahman Sp.B selaku kepala bagian Ilmu Bedah di RSUD Dr.R.Koesma
Tuban atas kesabaran dan ketekunan beliau dalam memberikan arahan serta
bimbingan kepada saya selama mengikuti pendidikan di SMF Bedah.
2. Dr. Asriel Aziz Sp.B dan Dr.Bella Barus Sp.B yang telah begitu sabar memeberikan
bimbingan dan masukan dalam pembuatan laporan kasus ini
3. Semua pihak ( Staf dan perawat-perawat SMF ilmu Bedah ) dan juga teman sejawat
dokter muda di RSUD Dr.R Koesma Tuban yang telah memberikan peranan dalam
menyelesaikan tugas ini.
Saya menyadari laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan
keterbatasan yang saya punya.Maka Dari itu,saran dan kritik untuk perbaikan serta
penyempurnaan tugas ini sangat saya hargai.Akhirnya dengan segala kerendahan hati,saya
mohon maaf atas segala kekurangan
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................................ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................iii
DAFTAR ISI................................................................................................................iv
BAB 1.PENDAHULUAN..........................................................................................
BAB 11.LAPORAN KASUS.....................................................................................
1. Identitas pasien................................................................................................
2. Anamnesa .......................................................................................................
3. Pemeriksaan fisik............................................................................................
4. Resume...........................................................................................................
5. Diagnosa kerja..................................................................................................
6. Penatalaksanaan...............................................................................................
BAB 111.TINJAUAN PUSTAKA
1. RETENSI URINE
i. Definisi ...................................................................................................
ii. Gambaran klinis.......................................................................................
iii. Pemeriksaan fisik....................................................................................
iv. Pemeriksaan penunjang..........................................................................
v. Penatalaksanaan.....................................................................................
2. BPH
i. Definisi................................................................................................
ii. Epidemiologi......................................................................................
iii. Anatomi..............................................................................................
iv. Fisiologi..............................................................................................
v. Etiologi...............................................................................................
vi. Patofisiologi........................................................................................
vii. Gambaran klinis...................................................................................
viii. Pemeriksaan fisik................................................................................
ix. Pemeriksaan penunjang......................................................................
x. Diagnosa banding..................................................................................
xi. Komplikasi............................................................................................
xii. Terapi....................................................................................................
BAB IV. PEMBAHASAN......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
Hipertrofi prostat merupakan kelainan yang sering di temukan.istilah hipertrofi
sebenarnya kurang tepat,karena yang terjadi sebenarnya ialah hiperplasi kelenjar periuretral
yang mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah.
Dengan bertambahnya usia , akan terjadi perubahan keseimbangan testosteron
estrogen karena produksi testosteron menurun dan terjadi konversi testosteron menjadi
estrogen pada jaringan adiposa di perifer.(2)
Berdasarkan angka autopsi perubahan miksroskopik pada prostat sudah dapat
ditemukan pada usia 30-40 tahun . Bila perubahan mikroskopik ini terus berkembang, akan
terjadi perubahan patologik anatomik.(2)
Pada lelaki usia 50 tahun ,angka kejadiannya sekitar 50% , dan pada lelaki usia 80
tahun sekitar 80% . sekitrar 50 % dari angka tersebut di atas akan menyebabkan gejala dan
tanda klinis.
Karena proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan , efek perubahan juga
terjadi perlahan-lahan.
Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat, resistensi pada leher vesika dan
daerah prostat meningkat , dan detrusor menjadi lebih tebal. Penonjolan serat detrusor
kedalam kandung kemih dengan sistoskopi akan terlihat seperti balok yang disebut
trabekulasi ( buli-buli balok ) . Mukosa dapat menerobos keluar diantara serat
detrusor.tonjolan mukosa yang kecil dinamakan sakula , sedangkan yang besar disebut
divertikulum.Fase penebalan detrusor ini disebut fase kompensasi otot dinding. Apabila fase
berlanjut, detrusor menjadi lelah dan ahirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi
untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urine.(2)
BAB 1
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
Nama : Tn. M
Umur : 72 tahun
Alamat : Ronggomulyotuban
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Marinir
Tinggi badan : 167 cm
Berat badan : 67 kg
Ruang : Bougenvil
MRS tanggal : 20 Oktober 2012
2.2 SOAP
Anamnesa ( 16-10-2012 )
Keluhan Utama : Buang air kecil berwarna merah
Riwayat penyakit sekarang : pada tanggal 11 – 10 – 2012 pasien datang ke poli Bedah
dengan keluhan buang air kecil sedikit- sedikit seperti tertahan,terasa panas , kalau mau
buang air kecil masih nunggu lama baru keluar,terasa nyeri saat buang air kecil dan setelah
buang air kecil, sering pipis malam hari biasanya 7 – 8 kali, miksi tersendat-sendat,dan
pancaranya lemah kurang lebih sejak satu tahun.
kemudian dipoli bedah direncanakan masuk Rumah Sakit untuk diacarakan operasi
prostatektomy
Pada tanggal 20-10-2012 pasien datang untuk persiapan operasi.
Riwayat penyakit dahulu :
- Ginjal : disangkal
- diabetes militus : disangkal
- hipertensi : disangkal
- asma : disangkal
- alergi obat : disangkal
- batuk lama : disangkal
Pemeriksaan fisik :
a) Status generalis :
Keadaan umum : cukup
Kesadaran : komposmentis
Vital sign : tekanan darah : 130/80 mmhg
nadi : 84 x/menit
temperatur : 36,5° C
pernafasan : 20x/menit
Tinggi badan :167 cm
Berat badan : 67 kg
Kepala : anemis : (-)
sianosis : (-)
ikterus : (-)
dispneu : (-)
oedem periorbital : (-)
Leher : Limfedenopati :(-)
Peningkatan JVP :(-)
Pembesaran tyroid : (-)
Thorax : inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada retraksi,tidak ada jejas
Palpasi : tidak ada nyeri tekan , fremitus raba simetris
Perkusi : batas paru jantung normal
Auskultasi Cor : S1 S2 tunggal , gallop (-)
Pulmo : Rh -/- , Wh -/-
Abdomen : Inspeksi : simetris , sejajar thorax , tidak ada bekas
operasi , tidak ada benjolan
Auskultasi : bising usus (+)
Perkusi : timpani
Palpasi : defans muscular ( - )
Nyeri tekan suprapubik (+)
Tidak teraba massa
Ekstremitas : dalam batas normal
-.Status Urologis
Ginjal : Palpasi Bimanual
Ginjal tidak teraba, nyeri tekan (-)
Buli-buli : Inspeksi : tidak menonjol pada suprapubik,
Palpasi : tidak ada tahanan, nyeri tekan( -)
Regio Genitalia
Inspeksi : scrotum tampak kemerahan
Rektal toucher : Rektum : mukosa licin
tidak ada benjolan
tonus sphingter cukup.
Prostat : prostat teraba membesar pada jam 12 dengan
konsistensi padat kenyal, batas prostat tidak jelas, Batas atas
tidak dapat di raba, simetri ,tidak bernodul, Permukaan rata ,
Ukuran kira-kira 4 cm , tidak teraba batu ( krepitasi ).
Pemeriksaan penunjang :
Laboratorium ( tanggal 11– 10 – 2012 )
Darah Rutin :
Hb : 15,1 g/dl
Pcv : 44,4 %
Eritrosit : 4.440.000/cmm
Hitung jns cell : -/-/1/79/18/2
Leukosit : 8.100/cmm
Trombosit : 184.000/cmm
Immunologi :
HbsAg : negatif
Hati :
SGOT : 136 U/L
SGPT : 174 U/L
Ginjal :
BUN : 20,7 mg/dl
Kreatinin : 1,45 mg/dl
Glukosa :
Gula darah sewaktu : 144 g/dl
Faal Hemodialisis :
APTT : 28,8 detik
PPT : 11,4 detik
Resume : pada tanggal 11 – 10 – 2012 pasien datang ke poli Bedah dengan keluhan
buang air kecil sedikit- sedikit seperti tertahan,terasa panas , kalau mau buang air
kecil masih nunggu lama baru keluar,terasa nyeri saat buang air kecil dan setelah
buang air kecil, sering pipis malam hari biasanya 7 – 8 kali, miksi tersendat-
sendat,dan pancaranya lemah kurang lebih sejak satu tahun. Pada pemeriksaan rektal
toucher di dapatkan benjolan pada prostat,pemeriksaan laboratorium ada peningkatan
pada fungsi ginjal dan hepar , pada pemeriksaan USG abdomen di dapatkan
gambaran pembesaran prostat.
Dari hasil pemeriksaan diatas pasien direncanakan untuk melakukan persiapan operasi
pada tanggal 20-10-2012
Diagnosa : Retensi urine e.c Benigh Prostat Hipertropi
Diagnosis banding :
1. Karsinoma prostat
Karsinoma prostat di jadikan diagnosis banding didasarkan pada gejala klinis
yang sama dan pada pemeriksaan Rektal toucher yang hampir mirip,tapi
dalam kasus ini biasanya konsistensi prostat lebih keras dari jaringan sekitar
dan biasanya pada karsinoma prostat ditemukan prostat yang bernodul.tapi
pada pemeriksaan rektal toucher pada pasien ini di dapatkan prostat
konsiitensi yang kenyal,jadi diagnosis ini dapat disingkirkan untuk
sementara.karena untuk menentukan kanker atau bukan dapat ditegakkan
dengan pemeriksaan patologi setelah biopsi/operasi.
2. Batu kandung kemih ( vesikolitiasis )
Batu kandung kemih dijadikan diagnosis banding didasarkan pada gejala
klinis yang sulit buang air kecil yang di alami pasien( retensi urine ) , tetapi
dapat disingkirkan dengan pemeriksaan foto abdomen yang tidak ditemukan
batu dalam kandung kemih.
3. Kelemahan detrusor kandung kemih karena gangguan neurogenik,seperti :
kelainan medula spinalis,neuropati diabetes melitus,pasca bedah radikal di
pelvis,karena efek obat penenang.
4. Kelainan leher kandung kemih,seperti : fibrosis
5. Resistensi uretra seperti : hipertropi prostat ganas atau jinak,kelainan yang
menyumbat uretra,uretralitiasis,uretritis akut atau kronis.kelainan tersebut
hanya dapat dilihat dengan sistoskopi.
Penatalaksanaan :
inform consent untuk persetujuan tindakan medis dan operasi
pasang infus RL 20 tpm
injeksi cefotaxim 2x1 gram
injeksi ketorolac 3x1 ampul
persiapan operasi tgl 22/10/2012
follow up :
Tanggal 22 – 10 – 2012
S : Nyeri dirasakan pada kemaluan karena di pasang selang, BAK +, BAB +, pusing
-, Sesak -
O : Warna urine : kuning jernih
Tensi : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,2 I C
RR : 20 x/menit
A : Retensi urine e.c BPH ( pre op hari ini )
P : -. Infus RL
-. Pasien di puasakan
-. Persiapan operasi
-. Injeksi Antibiotik
-. Kaji nyeri
-. Obs. TTV
Tanggal 23-10-2012
S : Nyeri pada bekas operasi, flatus -, BAB –
O : Warna urine : Merah
Drain : darah
Tensi : 110/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,5 IC
RR : 20 x/menit
A : Post op prostatectomy hari ke I
P : -. Bila pasien sadar boleh minum sedikit-sedikit
-. Kaki gerak boleh makan dan minum
-. Kaji nyeri
-. Rawat luka
-. Obs. TTV
-. Obs drain ( volume dan warna )
-. Obs urinebag ( volume dan warna )
-. Tx injeksi cefotaxim 1 g 2x1
Injeksi ketorolac 3x1
Laporan hasil opersi prostatectomy :
1. dilakukan anastesi SAB
2. desinfeksi lapangan operasi dengan bethadine
3. persempit lapangan opersai dengan doek steril
4. insisi supra pubis :- Identifikasi vesika
- Incisi vesica
- Identifikasi prostat
- Incisi prostat
5. Rawat perdarahan
6. Pasang cateter triway
7. Pasang drain
8. Jahit luka operasi lapis demi lapis
9. Luka operasi ditutup dengan kasa steri
10. Operasi selesai
Tanggal 24 – 10 – 2012
S : nyeri bekas luka operasi , flatus - , BAB -,kaki masih terasa berat.
O : tensi : 130/70 mmhg suhu : 36,5° C
Nadi : 76x/menit RR : 20x/menit
Drain : 30 cc merah
Cateter : 300 cc merah tadi pagi di buang
A : post op prostatektomy hari ke II
P : Diet TKTP
Rawat luka
Observasi TTV
Obs drain ( buang isinya )
Obs cateter
Tx: - Injeksi cefotaxim 2 x 1 gram
- Injeksi ketrolac 3x1 ampul
Tanggal 25 – 02 – 2012
S : nyeri bekas luka operasi berkurang , flatus + , BAB + , pusing - , mual - , muntah
-,kedua kaki sudah bisa di gerakkan
O : tensi : 120/70 mmhg suhu : 36,4 °C
Nadi : 80x/menit RR : 24x/menit
Drain : sudah berkurang produksinya
Urinebag : 400 cc warna
A : post operasi prostatektomy hari III
P : Diet TKTP
Rawat luka
Observasi drain
Observasi cateter
Tx : tetap
Tanggal 26 – 10 – 2012
S : nyeri bekas operasi sedikit , flatus + , BAB +,pusing - , mual - , muntah - , batuk –
O : tensi : 130/70 mmhg suhu : 36,7°C
Nadi : 76x/menit RR : 20x/menit
Urinebag : 500 cc warna merah berkurang
Drain : produksi sudah berkurang
A : post prostatektomy hari ke IV
P : Diet TKTP
Rawat luka
Observasi drain
Observasi produksi urine dan warna
Tx : tetap
Tanggal 27 – 10 – 2012
S : nyeri bekas luka operasi berkurang,flatus +,BAB +, pusing -,masih sedikit nyeri
kalau di buat gerak pada bekas operasi.
O : tensi : 120/70mmhg suhu : 36,5°C
Nadi : 84x/menit RR : 24x/menit
Luka jahitan bagus
Drain: produksi sudah berkurang
Urine : warna kuning
A : post operasi prostatektomy hari V
P : Diet TKTP
Rawat luka
Observasi TTV
Mobilisasi(+)
Observasi drain
Obs urine dan warna
Tx : Oral : -Ciprofloxacin 2 x 500mg
- Asam mefenamat 3 x 500mg
Tanggal 28-10-2012
S : nyeri bekas luka op (-), flatus (+),BAB (+),sudah bisa miring kanan miring kiri
O : tensi : 130/70mmhg suhu : 36,4°C
Nadi : 68x/menit RR : 20x/menit
Drain : Produks sudah berkurang
Urine : jernih
Luka bagus
A : post op prostatektomy hari VI
P : Diet TKTP
Rawat luka
Obs TTV
Mobilisasi ( jalan-jalan)
Observasi drain
Observasi urine
Tx : Oral
Tanggal 29 -10-2012
S : Tidak ada keluhan
O : tensi : 120/70mmhg suhu : 36,7°C
Nadi : 72x/menit RR : 20x/menit
Drain: kosong
Urine : jernih
Luka bagus
A : post op prostatektomy hari ke VII
P : Diet TKTP
Rawat luka
Observasi TTV
OFF DC
Tx : oral
Tanggal 30-10-2012
S : Tidak ada keluhan
O : tensi : 130/80mmhg
Nadi: 72x/menit
RR: 20x/menit
suhu : 36,2°C
A :post op prostatektomy hari VIII
P : OFF Drain
Pasien KRS
Tx : oral
3 hari lagi kontrol ke poli bedah
BAB 111
TINJAUAN PUSTAKA
1. RETENSI URINE
1.1. DEFINISI
Kegawat daruratan urologi yang paling sering dijumpai diklinik kesehatan adalah
sumbatan urine akut. Sumbatan urine akut dapat terjadi pada saluran kemih bagian atas
maupun bagian bawah. Saluran kemih bagian atas akan memberikan manifestasi klinik
berupa kolik atau anuria, sedangkan saluran kemih bagian bawah akan memberi manifestasi
klinik berupa retensi urine
Proses miksi normal:
Pada saat kosong, buli-buli terletak dibelakang simpisis pubis dan saat penuh berada diatas
simpisis pubis sehingga dapat dipalpasi dan diperkusi. Buli-buli yang terisi penuh
memberikan rangsangan pada saraf aferen dan menyebabkan aktifitas pusat miksi dimedula
spinalis segmen sakral S2-4. Hal ini akan menyebabkan kontraksi otot destruksor, terbukanya
leher buli-buli, dan relaksasi spinter uretra sehingga terjadilah proses miksi.(1,2)
RETENSI URINE merupakan ketidakmampuan seseorang untuk mengeluarkan
urine yang terkumpul didalam buli-buli hingga kapasitas maksimal buli-buli terlampaui.
Retensi urine bisa terjadi secara akut atau kronis, bisa juga terjadi secara total atau partial.
Retensi urine juga harus bisa dibedakan dengan anuria atau oligouria
Pada anuria, keadaan dimana urine < 100 cc / 24 jam, sedang oligouria adalah berkurangnya
produksi air kencing, dikatakan oligouria urine < 400 cc / 24 jam. (2)
Berdasarkan lokasi penyebab retensi urine dapat dibagi menjadi :
1. Supra Vesika
Penyebab supra vesika adalah hal-hal yang disebabkan persarafan kandung kemih
misalnya trauma medula spinalis atau kerusakan saraf simpatis dan parasimpatis akibat
trauma operasi atau neuropati DM.
Obat-obatan antikholinergik, smooth muscle relaksasi, simpatikomimetik juga dapat
menyebabkan retensi urine.
2. Vesika
Penyebab vesika adalah kelainan kandung kemih yang diakibatkan obstruksi lama atau
infeksi kronis yang menyebabkan fibrosis buli-buli sehingga kontraksi buli-buli melemah.
3. Infra Vesika
Penyebab infra vesika adalah penyebab mekanik seperti klep uretra posterior kongenital,
meatus stenosis kongenital, striktur uretra, batu uretra, dan prostat hipertropi.(2,4)
1.2. Gambaran Klinis
Gejala klinis yang terlihat pada retensi urine akut adalah pasien mengeluh tidak
bisa miksi, kencingnya tertahan, terdapat benjolan (kistus) pada perut bagian bawah
disertai rasa nyeri hebat.(2). Pada retensi urine kronik seringkali pasien tidak merasa nyeri
pada supra pubik, atau cuma sedikit nyeri walaupun buli-buli terisi penuh.
1.3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan pada daerah supra pubik ditemukan:
Inspeksi : menonjol.
Palpasi : nyeri tekan pada buli-buli.
Perkusi suara redup pada daerah supra pubik.
Auskultasi : tidak terdengar suara bising usus pada daerah supra pubik.
Pada genital eksterna mungkin ditemukan:
1. Teraba batu di uretra anterior
2. Terlihat batu pada meatus uretra eksternum
3. Batu uretra posterior
4. Teraba spongifibrosis disepanjang uretra anterior
5. Terlihat fistel atau abses pada uretra
6. Fimosis atau parafimosis
7. Terlihat darah keluar dari uretra karena cidera uretra.
Pada pemeriksaan colok dubur setelah buli-buli dikosongkan bertujuan untuk mencari adanya
hiperplasi prostat/karsinoma prostat, dan pemeriksaan reflek bulbokavernosus untuk
mendeteksi adanya buli-buli neurogenik.(1,2,3,4,5)
1.4. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan foto pelvis menunjukkan bayangan buli-buli penuh, mungkin terlihat
bayangan batu opak pada uretra atau pada buli-buli. Pada pemeriksaan uretrografi
tampak adanya striktur uretra.
2. USG
Dari USG dapat diperkirakan besarnya prostat, memeriksa massa ginjal, mendektesi
residu urine, batu ginjal dan tumor buli-buli.
3. IVP
Untuk mengetahui adanya kelainan pada sistem tractus urinary, dengan melihat fungsi
ginjal dan ureter.
1.5. Penatalaksanaan
Urine yang tertahan didalam buli-buli harus segera dikeluarkan untuk menghindari
masalah seperti : mudah terjadi infeksi saluran kemih, kontraksi buli-buli menjadi lemah dan
timbul hidroureter dan hidronefrosis yang selanjutnya menimbulkan gagal ginjal.
Urine dapat dikeluarkan dengan cara kateterisasi atau sistotomi. Tindakan penyakit
primer dikerjakan setelah keadaan pasien stabil. Untuk kasus-kasus tertentu mungkin tidak
perlu pemasangan kateter terlebih dahulu melainkan dapat langsung dilakukan tindakan
definitif terhadap penyebab retensi urine, misalnya batu di meatus uretra eksternum atau
meatus stenosis dilakukan meatotomi, fimosis atau parafimosis dilakukan sirkumsisi atau
dorsumsisi.
Apabila penyebab retensinya kronis, maka perlu kateter di pertahankan 5-7 hari,
sambil di cari penyebabnya.(2,4,5)
11. BENIGNA PROSTATIC HIPERPLASIA
11.1. Definisi
Disebut juga hipertropi prostat jinak (Benign Prostat Hiperplasia = BPH) istilah
hipertrofi sebenarnya kurang tepat karena yang terjadi adalah hyperplasia kelenjar periuretra
yang mendesak prostat yang asli ke perifer. Insidens di Negara berkembang meningkat
karena adanya peningkatan umur harapan hidup.(2,3)
11.2. Epidemiologi
Hiperplasi prostat merupakan penyakit pada pria tua dan jarang ditemukan sebelum
usia 40 tahun. Prostat normal pada pria mengalami peningkatan ukuran yang lambat dari lahir
sampai pubertas, dimana pada elang waktu tersebut terjadi peningkatan cepat dalam ukuran
yang berkelanjutan sampai usia akhir 30-an. Pertengahan dasawarsa ke -5 prostat bisa
mengalami perubahan hyperplasia(6)
Berdasarkan angka autopsi, perubahan mikroskopik pada prostat sudah dapat
ditemukan pada usia 30-40 tahun. Bila perubahan mikroskopik berlanjut akan terjadi
perubahan patologi anatomi. Pada lelaki usia 50 tahun angka kejadiannya adala 50%, dan
pada usia 80 tahun angka kejadiannya sekitar 80 %. Sekitar 50 % dari angka tersebut akan
menyebabkan gejala dan tanda klinis(2)
11.3. Anatomi
Kelenjar prostat adalah salah salah satu organ genitalia pria yang terletak disebelah
inferior bull - buli dan membungkus uretra posterior. Bagian bawah kelenjar prostat
menempal pada diafragma urogenital atau sering disebut otot dasar Panggul.
Batas-batas prostat :
Dasar : berhubungan dengan leher vesika uronaria
Apex : berhadapan dengan diafragma urogenitalia
Posterior : dipisahkan dengan rectum oleh septum
Anterior : plexus venosus dan lemak memisahkan dengan sympisis pubis
Prostat diarterialisasi oleh A. Vesikalis Caudalis dan A. Perinealis. Prostat mendapat
inervasi otonomik simpatik dan parasimpatik dari pleksus prostatikus. Pleksus prostatikus
(pleksus pelvikus) menerima masukan serabut parasimpatik dari korda spinalis S2-4 dan
simpatik dari nervus hipogastrikus (T10-L2). (4,5)
parasimpatik meningkatkan sekresi kelenjar pada epitel prostate, sedangkan
rangsangan simpatik menyebabkan pengeluaran cairan prostat ke dalam uretra posterior,
seperti pada saat ejakulasi. Sistem simpatik memberikan inervasi pada otot polos prostat,
kapsul prostat dan leher buli-buli. Ditempat-tempat itu banyak terdapat reseptor adrenergic-a.
Rangsangan simpatik menyebabkan dipertahankan tonus otot polos tersebut.
Kelenjar ini pada laki - laki dewasa kurang lebih sebesar buah kenari, dengan berat
normal pada orang dewasa sekitar 20 gram. Kelenjar ini terdiri atas jaringan fibromuskuler
dan glandular yang terbagi dalam beberapa daerah atau zona, yaitu zona perifer, zona sentral,
zona transisional, zona preprostatik sprinter, dan zona anterior (McNeal 1970). (2,4,5)
Secara histopatologik kelenjar prostat terdiri atas komponen kelanjar dan stroma.
Komponen stroma ini terdiri atas otot polos, fibroblas, pembuluh darah, saraf, dan jaringan
penyangga yang lain.
Prostat menghasilkan suatu cairan yang merupakan salah satu komponen dari cairan
ejakulat. Cairan ini dialirkan melalui duktus sekretorius dan bermuara di uretra posterior
untuk kemudian dikeluarkan bersama cairan semen yang lain pada saat ejakulasi. Volume
cairan prostat merupakan 25% dari seluruh volume ejakulat.
Prostate Anatomy
11.4. Fisiologi
Prostat adalah kelenjar sex sekunder pada laki-laki yang menghasilkan cairan dan
plasma seminalis, dengan perbandingan cairan prostat 13-32% an cairan vesikula seminalis
46-80 % pada waktu ejakulasi. Kelenjar prostat dibawah pengaruh Androgen Bodies dan
dapat dihentikan dengan pemberian Stilbestrol.(7)
11.5. Etiologi
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya hiperplasia
prostat, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasi prostat erat kaitannya
dengan peningkatan kadar dehidrotestosteron(DHT) dan proses aging(menjadi tua).(7)
Beberapa teori atau hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia
prostat adalah:
1.Teori Hormonal
Dengan bertambanya usia akan trjadi perubahan keseimbangan hormonal, yaitu antara
hormon testoteron dan hormon estrogen. Karena produksi testoteron menurun dan terjadi
konversi testosteron menjadi estrogen pada jaringan adiposa di perifer dengan
pertolonganenzim aromatase, dimana sifat estrogen ini akan merangsang terjadinya
hiperplasia pada stroma, sehingga timbul dugaan bahwa testosteron diperlukan untuk inisiasi
terjadinya proliferasi sel tetapi kemudian estrogenlah yang berperan untuk perkembangan
stroma. Kemungkinan lain ialah perubahan konsentrasi relatif testosteron dan estrogen akan
menyebabkan produksi dan potensiasi faktor pertumbuhan lain yang dapat menyebabkan
produksi dan potensiasi faktor pertumbuhan lain yang dapat menyebabkan terjadinya
pembesaran prostat.
Pada keadaan normal hormon gonadotropin hipofise akan menyebabkan produksi
hormon androgen testis yang akan mengontrtol perumbuhan prostat. Dengan makin
bertambahnya usia, akan terjadi penurunan dari fungsi testikuler (spermatogenesis) yang akan
menyebabkan penurunan yang progesf dari sekresi androgen. Hal in mengakibatkan hormon
gonadotropin akan sangat merangsang produksi hormon estrogen oleh sel sertoli. Dilihat dari
fungsional histologis, prostat teriri dari dua bagian yaitu sentral sekitar ureter yang bereaksi
terhadap estrogen dan bagian perifer yang tidak bereaksi terhadap estrogen.
2. Teori Growth Factor (Faktor Pertumbuhan)
Peranan dari growth factor ini sebagai pemicu perumbuhan stroma kelenjar prostat.
Terdapat empat peptic growth factor yaitu: basic transforming growth factor, transforming
growth factor B1, transormig growth factor B2 dan epidermal growth factor.
3. Teori peningkatan lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel yang mati
4. Teori Sel Stem ( stem cell hypothesis)
Seperti pada organ lain, prostat dalam hal ini kelenjar periuretral pada seorang dewasa
berada dalam keadaan keseimbangan” steady state”, antara pertumbuhan sel dan sel yang
mati, keseimbangan ini disebabkan adanya kadar testosteron tertentu dalam jaringan prostat
yang dapat mempengaruhi sel stem sehingga dapat berproliferasi. Pada keadaan tertentu
jumlah sel stem ini dapat bertambah sehingga terjadi proliferasi lebih cepat. Terjadinya
proliferasi abnormal sel stem sehingga menyebabkan produksi atau proliferasi sel stroma dan
sel epitel kelenjar periuretral prostat menjadi berlebihan.
5. Teori Dehidrotestosteron(DHT)
Testosteron yang dihasilkan oleh sel leydig pada testis(90%) dan sebagian dari kelenjar
adrenal (10%) masuk dalam peredaran darah dan 98% akan terikat oleh globulin menjadi sex
hormon binding globulin(SHBG). Sedang hanya 2% dalam keadaan testosteron bebas.
Testosteron bebas inilah yang bisa masuk kedalam “target cell” yaitu sel prostat melewati
membran sel langsung masuk kedalam sitoplasma, didalam sel testosteron direduksi oleh
enzim 5 alpha reductase menjadi 5 dehidrotestosteron yang kemudian bertemu dengan
reseptor sitoplasma menjadi “ hormon receptor complex”. Kemudian “ Hormone Resepor
complex” ini mengalami transformai reseptor, menjadi" nuclear receptor” yang masuk
kedalam inti yang kemudian melekat pada chromatin dan menyebabkan transkripsi m-RNA.
RNA ini akan menyebabkan sintese protein menyebabkan terjadinya pertumbuhan kelenjar
prostat. (7)
.
11.6. Patofisiologi
Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga perubahan pada
saluran kemih juga perlahan. Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra
pars prostatika dan akan menghambat aliran urine. Keadaan ini menyebabkan peningkatan
tekanan intravesikal . Untuk dapat mengeluarkan urin, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat
guna melawan tahanan itu. Kontraksi yang terus menerus ini menyebabkan perubahan
anatomik dari buli-buli berupa hipertrofi otot detrusor. Detrusor menjadi lebih tebal.
Penonjolan detrusor kedalam kandung kemih dengan sistokopi akan terlihat seperti balok
yang disebut trabekulasi (buli-buli balok). Mukosa dapat menerobos keluar diantara serat
detrusor. Tonjolan mukosa yang kecil dinamakan sakula, sedangkan yang besar disebut
divertikulum.(7)
Fase penebalan detrusor ini disebut fase ompensasi otot dinding. Apabila keadaan
berlanjut detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu
lagi berkontraksi, sehingga terjadi retensi urin.(2)
Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan oleh pasien sebagai keluhan pada saluran
kemih sebelah bawah atau lower urinary tract symptom(LUTS).(7)
Tekanan intravesikal yang semakin tinggi akan diteruskankeseluruh bagian buli-
bulitidak terkecuali pada kedua muara ureter .Tekanan pada edua muara ureter ini dapat
menimbulkan aliran balik urindari buli-buli ke ureter atau menjadi refluks vesico-ureter.
Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter,hidronefrosis, bahkan
akhirnya dapat jatuh kedalam gagal ginjal. (7)
Pada BPH terdapat dua komponen yang berpengaruh untuk terjadinya gejala yaitu
komponen mekanik dan komponen dinamik.Komponen mekanik ini berhubungan dengan
adanya pembesaran kelenjar periuretra yang akan mendesak uretra pars pars prostatika
sehingga terjadi gangguan aliran urine(obstruksi infra vesikal) sedangkan komponen dinamik
meliputi tonus otot polos prostat dan kapsulnya, yang merupakan alpha adrenergik reseptor.
Stimulasi pada alpha adrenergik reseptor akan menghasilkan kontraksi otot polos prostat
maupun kenaikan tonus. Komponen dinamik ini tergantung dari stimulasi syaraf simpatis,
yang juga tergantung dari beratnya obstruksi oleh komponen mekanik.(7)
11.7. Gambaran klinis
Gejala-gejala yang ditimbulkan prostat hiperplasi disebut sebagai sindroma prostatisme
atau disebut juga LUTS (Lower Urinary Tract Symptoms), yang dibagi menjadi dua yaitu
gejala obstruktif dan gejala iritatif
1. Obstruksi :
- Hesitancy, bila penderita ingin kencing tapi tidak bisa segera keluar, terjadi karena
muskulus destrusor membutuhkan waktu yang lama untuk dapat melawan tekanan
uretra.
- Intermittency, kencing tiba-tiba berhenti dan lancar kembali, terjadi karena destrusor
tidak dapat mengatasi resistensi uretra sampai akhir miksi.
- Terminal dribbling, atau menetes setelah miksi.
- Rasa belum puas sehabis miksi terjadi karena jumlah residu urin yang banyak pada
buli-buli.
- Pancaran miksi lemah.
2. Iritasi :
- Frekuensi terjadi karena pengosongan yang tidak lengkap pada tiap miksi sehingga
interval tiap miksi lebih pendek.
- Nokturia karena hamabatan normal dari korteks berkurang dan tonus sfingter dan
uretra berkurang selama tidur.
- Urgensi, jika ada disebabkan oleh ketidakstabilan destrusor sehingga terjadi kontraksi
involunter.
- Disuria atau rasa tidak enak saat kencing.(1,2,3,4,5)
Tingkat keparahan pada penderita BPH dapat diukur dengan skor II'SS, yang diklasifikasikan
dengan skor 0-7 untuk penderita ringan, 8-18 untuk penderita sedang dan 19-3 5 untuk
penderita berat.
Pertanyaan Jawaban dan skorKeluhan pada bulan terahir
Tidak sama sekali
<1 sampai 5 kali
>5 sampai 15 kali
15 kali Lebih dari 15x
Hampi selalu
Adakah anda merasa buli-buli tidak kosong setelah BAK
0
Berapa kali anda hendak buang air kecil lagi dalam waktu 2 jam setelah buang air kecil
0 1 2 3 4 5
Berapa kali air kecil berhenti sewaktu
0 1 2 3 4 5
buang air kecilBerapa kali anda tidak dapat menahan keinginan buang air kecil
0 1 2 3 4 5
Berapa kali arus air seni lemah sekali sewaktu buang air kecil
0 1 2 3 4 5
Berapa kali anda mengalami kesulitan memulai buang air kecil
0 1 2 3 4 5
Berapa kali anda bangun untuk buang air kecil pada malam hari
0 1x 2x 3x 4x 5x
Andaikata hal yang anda alami saat ini berlangsung seumur hidup , bagaimana perasaan anda
Sangat senang
Cukup senang
Biasa saja
Agak tidak senang
Tidak menyenangkan
Sangat tidak menyenangkan
Selain mengunakan II'SS, derajat BPH juga dapat didasarkan pada gambaran klinis:
(1,2,3,4,5)
-. Derajat I : colok dubur ; penonjolan prostat, batas atas mudah diraba, dan sisa volume
urine <50 ml.
-. Derajat II : colok dubur ; penonjolan prostat jelas, batas atas dapat dicapai, sisa volume
urine 50 - 100 ml
-. Derajat III : colok dubur ; batas atas prostat tidak dapat diraba, sisa volume urine >100 ml
-. Derajat IV : terj adi retensi urine total.
Berdasarkan perkiraan berat prostat saat RT:
-. Grade I : Perkiraan beratnya sampai dengan 30 gram
Besarnya kurang lebih sesuai prostat normal atau sedikit lebih besar.
-. Grade II : Perkiraan beratnya antara 30-60 gram
Prostat jelas menonjol, batas lateral lebih besar dan dangkal, sulkus
mediana tidak teraba tetapi batas atas masih dapat teraba.
-. Grade III : Perkiraan beratnya lebih dari 60 gram
Prostat jelas menonjol, batas atas prostat tidak dapat dicapai oleh ujung
jari telunjuk dan pada palpasi bimanual (tangan kiri
menekan diatas simpisis dan buli-buli kosong) prostat juga teraba oleh
tangan kiri.(1,2,3,4)
11.8. Diagnosa
1. Anamnesa
2. Pemeriksaan lokalis/ Urologi
-. Ginjal: Bila teraba perlu dicurigai adanya hidronefrosis karena stasis urin. Bila
penderita merasa nyeri saat ditekan mungkin terdapat pielonefritis.
-. Buli-buli: inspeksi akan terlihat menonjol pada suprapubik karena adanya retensi
urine, pada palpasi akan terasa tahanan, nyeri tekan dan perasaan ingin miksi.
-. Penis dan uretra: Untuk menceri kemungkinan penyebab lain misalnya ada stenosis,
striktur uretra, batu uretra, karsinoma maupun phimosis.
-. Scrotum: Untuk mencari ada tidaknya hernia, orchitis ataupun epididimistis.
-. Pemeriksaan colok dubur (Rectal Toucher)
Tujuan Pemeriksaan colok dubur: (1,2,3,5)
1. Menentukan konsistensi prostat.
Kostitensi prostat benigna biasanya rata, bila konsistensi berdungkul dungkul atau
terdapat bagian yang lebih keras maka harus dipikirkan adanya karsinoma.
2. Menentukan besar prostat.
Besar prostat normal ditandai dengan batas-batas yang jelas, yaitu sulkus lateralis mudah
teraba, batas atas (pole atas) juga mudah teraba. Dan ditengahnya terdapat sulkus mediana
yang juga mudah teraba.
3. Menentukan sistem saraf unit vesikouretra.
Tonus sphinter yang normal, tidak longgar waktu jari telunjuk dimasukkan dan reflek
bulbo kavernosa (BCR) yang positif menandakan persarafan unit vesiko uretra intak. Bila
dengan mendadak gland penis ditekan dengan tangan kiri dan pada jari telunjuk yang
directum terasa kontraksi sphinter ani maka dikatakan bahwa BCR positif.(1,2,4,5)
11.9. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Analisis urin dan pemeriksaan mikroskopik urin penting untuk melihat adanya sel
leukosit, bakteri dan infeksi. Bila terdapat hematuria, harus diperhitungkan etiologi lain
seperti keganasan pada saluran kemih, batu dan infeksi saluran kemih, walaupun BPH
sendiri dapat menyebabkan hematuria. Elektrolit, kadar ureum dan kreatinin darah
merupakan informasi dasar dari fungsi ginjal dan status metabolik. Pemeriksaan Prostate
Spesific Antigen (PSA) dilakukan sebagai dasar penentuan perlunya biopsy atau sebagai
deteksi dini keganasan. Bila nilai PA <4 ng/ml tidak perlu biopsy. Sedangkan bila nilai
PSA 4-10 ng/ml, hitunglah Prostat Spesific Antigen Density (PSAD). Yaitu PSA serum
dibagi dengan volume prostate. Bila PSAD > 0,15 maka sebaiknya dilakukan biopsi
prostat, demikian pula dengan nilai PSA >10 ng/ml.(1,2,3,4)
2. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah foto polos abdomen, pielografi
intravena, USG dan sistoskopi. Tujuan pencitraan ini adalah untuk memperkirakan
volume BPH, menentukan derajat disfungsi buli-buli dan volume residu urine dan
mencari kelainan patologis lainnya baik yang berhubungan atau tidak dengan BPH. Dari
foto polos dapat dilihat adanya batu pada traktus urinarius, pembesaran ginjal atau buli-
buli. Dapat pula dilihat lesi osteoblastik yang sebagai tanda metastatis dari keganasan
prostat dan osteoporosis akibat kegagalan ginjal.
Dari pielografi intravena dapat dilihat impresi prostat, "Hockey Stick" ureter,
traberkulasi, divertikel, dan residu urine.
Ultrasonografi dapat dilakukan dengan transabdominal ataupun transrektal
(TRUS). Cara ini diaanggap pemeriksaan yang paling baik oleh karena ketepatannya
dalam mendeteksi pembesaran prostat, tidak ada bahaya radiasi dan juga relatif lebih
murah. Selain untuk mengetahui pembesaran prostat pemeriksaan ultrasonografi dapat
pula menentukan volume buli-buli, mengukur sisa urine dan keadaan patologi lain seperti
divertikel, tumor dan batu. Dengan USG transrektal dapat diukur besar prostat untuk
menentukan jenis terapi yang tepat. Perkiraan besar prostat dapat dilakukan pula dengan
USG suprapubik.(2,4,5)
1. Pemeriksaan uroflowmetri
Jumlah urine yang cukup untuk pemeriksaaan flowmetrogram yang representatif paling
sedikit 150 ml dan maksima1400 ml, idealnya 200-300 ml.
Penilaian hasil Flow rate maksimal : > 15 ml/detik = non obstruktif
10-15 ml/detik = borderline
<10 ml/detik = obstruktif(2,4,5)
11.10. Diagnosa Banding
Lesi pada medula spinalis, neuropati diabetes, bedah radikal yang mengorbankan
persarafan didaerah pelvis
Penggunaan obat-obatan (penenang, penghambat reseptor ganglion dan
parasimpatolitik)
Kekakuan leher buli-buli disebabkan oleh fibrosis
Carsinoma prostat
Batu uretra
Striktur uretra
Infeksi saluran kemih(2)
11.11. Komplikasi
Dilihat dari sudut pandang perjalanan penyakitnya, hyperplasia prostat dapat
menimbulkan komplikasi yang dibagi menjadi akut dan kronis sebagai berikut :
1. Akut:
-. Retensi urine akut -. Hidroureter -.Hidronefrosis
-. Inkontinensia paradoks -. Hematuria -. Sistisis
-. Pielonefritis (ISK)
2. Kronis:
-. Divertikel -. Sakulasi
-. Batu kandung kemih -. Renal failure -.Hernia
-. Hemorroid(4,5)
11.12. Terapi
Berdasarkan derajat IPSS, terapi BPH dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Konservatif:
Observasi/watchful waiting bila skor IPSS antara 0-7 dan hasil flowmetri non obstruktif
2. Medikamentosa:
Bila skor IPSS antara 8-18
a. Penghambat α adrenergik
Obat yang sering dipakai adalah prazosin, doxazosin, terazosin, afluzosin atau yang
lebih selektif ala (tamsulosin). Dosis mulai 1 mg/ hari sedangkan tamsulosin adalah
0,2-0,4 mg/hari. Penggunaan antagonis α-l-adrenergik karena secara selektif
mengurangi obstruksi pada buli-buli tanpa harus merusak kontraktilitas destrusor.
Obat ini menghambat reseptor yang banyak ditemukan pada otot polos di trigonum,
leher vesika, prostate dan kapsul prostat sehingga terjadi relaksasi di daerah prostat.
Hal ini akan menurunkan tekanan pada urethra pars prostatika sehingga gangguan
aliran air seni dan gejalanya berkurang. Biasanya pasien merasakan berkurangnya
keluhan setelah 1-2 minggu setelah memakai obat. Efek samping yang timbul adalah
pusing, capek, sumbatan hidung dan rasa lemah.(2,4.5)
b. Penghambat 5a-reduktase
Obat yang dipakai adalah finasteride (Proscar) dengan dosis 1 x 5 mg/ hari. Obat
golongan ini dapat menghambat pembentukan DHT sehingga prostate yang membesar
akan mengecil. Namun lebih lambat daripada golongan a bloker dan manfaatnya
hanya jelas pada prostate yang sangat besar. Efektifitasnya masih diperdebatkan
karena baru menunjukkan perbaikan sedikit dari keluhan pasien setelah 6-12 bulan
pengobatan bila dimakan terus menerus. Salah satu efek samping obat ini adalah
melemahkan libido, ginekomastia dan dapat menurunkan nilai PSA (masking effect).
c. Fitoterapi
Pengobatan fitoterapi yang ada di Indonesia adalah Eviprostat. Substansinya
misalnya Pygeum africanum, Saw palmetto, Serenoa repeus, dll. Efeknya
diharapkan terjadi setelah pemberian selama 1-2 bulan. (2,3)
d. Hormonal
3. Operatif:
Indikasi Operasi :
-. IPSS skor antara 19-35 -. Retensi urine berulang
-. Retensi urine kronis (selalu > 300m1) -. Residual urine > 100m1
-. BPH dengan komplikasi -. Terapi medikamentosa tidak berhasil
-. Flowmerti obstruktif
Teknik Operasi :
Prostatektomi terbuka
a. Retropubic infravesica (Terence Millin)
Keuntungan :
-. Tidak ada indikasi absolut, baik untuk adenoma yang besar pada subservikal
-. Mortaliti rate rendah -. Langsung melihat fossa prostat
-. Dapat untuk memperbaiki segala jenis obstruksi leher buli
-. Tanpa membuka vesika sehingga pemasangan kateter tidak perlu selama bila
membuka vesika
Kerugian :
-. Dapat memotong pleksus santorini -. Mudah berdarah
-. Dapat terjadi osteitis pubis
-. Tidak bisa untuk BPH dengan penyulit intravesikal
-. Tidak dapat dipakai kalau diperlukan tindakan lain yang harus dikerjakan dari
dalam vesika.(2,4,5)
Komplikasi :
-. Perdarahan -. Infeksi
-. Osteitis pubis -. Trombosis
b. Suprapubic Transvesica / TVP (Freeyer)
Keuntungan :
-. Baik untuk kelenjar besar
-. Banyak dikerjakan untuk semua jenis pembesaran prostat
-. Operasi banyak dipergunakan pada hiperplasia prostat dengan penyulit :
1. Batu buli 2. Batu ureter distal
3. Divertikel 4. Uretrokel
5. Adanya sistsostomi 6. Retropubik sulit karena kelainan os pubis
Kerugian :
-. Kerusakan spingter eksterna minimal
-. Memerlukan pemakain kateter lebih lama sampai luka pada dinding vesica
sembuh
-. Sulit pada orang gemuk
-. Mortality rate 1 -5 %
Komplikasi :
-. Striktura post operasi (uretra anterior 2- 5%, bladder neck stenosis 4%)
-. Inkontinensia (<1%) -. Perdarahan
-. Epididimo orchitis -. Recurent (10 - 20%)
-. Carcinoma -. Ejakulasi retrograde
-. Impotensi -. Fimosis
-. Deep venous trombosis
c. Transperineal (4,5)
Keuntungan transperineal:
-. Dapat langssung pada fossa prostate
-. Pembuluh darah tampak lebih jelas
-. Mudah untuk pinggul sempit
-. Langsung biopsi untuk karsinoma
Kerugian transperineal :
-. Impotensi -. Inkontinensia
-. Bisa terkena rectum -. Perdarahan hebat
-. Merusak diagframa urogenital
Prostatektomi tertutup(2,4,5)
a. Trans Urethral Resection Prostatectomy(TUR P)
Yaitu reseksi endoskopik transuretra. Jaringan yang direseksi hampir seluruhnya
terdiri dari jaringan kelenjar sentralis. Jaringan perifer ditinggalkan bersama
kapsulnya. Metode ini cukup aman, efektif dan berhasil guna, bisa terjadi
ejakulasi retrograd dan pada sebagaian kecil dapat mengalami impotensi. Hasil
terbaik diperoleh pasien yang sungguh membutuhkan tindakan bedah. Mortalitas
TUR sekitar 1% dan morbiditas sekitar 8%.
Saat ini tindakan TUR P merupakan tindakan operasi paling banyak dikerjakan di
seluruh dunia. Reseksi kelenjar prostat dilakukan transuretra dengan
mempergunakan cairan irigan (pembilas) agar supaya daerah yang akan direseksi
tetap terang dan tidak tertutup oleh darah. Cairan yang dipergunakan adalah
berupa larutan non ionik, yang dimaksudkan agar tidak terjadi hantaran listrik
pada saat operasi.
Cairan yang sering dipakai dan harganya cukup murah adalah H20 steril
(aquades).
Salah satu kerugian dari aquades adalah sifatnya yang hipotonik sehingga cairan
ini dapat masuk ke sirkulasi sistemik melalui pembuluh darah vena yang terbuka
pada saat reseksi. Kelebihan air dapat menyebabkan terjadinya hiponatremia
relatif atau gejala intoksikasi air atau dikenal dengan sindroma TUR P. Sindroma
ini ditandai dengan pasien yang mulai gelisah, kesadaran somnolen, tekanan darah
meningkat, dan terdapat bradikardi. Jika tidak segera diatasi, pasien akan
mengalami edema otak yang akhirnya jatuh dalam keadaan koma dan meninggal
Angka mortalitas sindroma TUR P ini adalah sebesar 0,99%. Karena itu untuk
mengurangi timbulnya sindroma TUR P dipakai cairan non ionik yang lain tetapi
harganya lebih mahal daripada aquades, antara lain adalah cairan glisin ,
membatasi jangka waktu operasi tidak melebihi 1 jam, dan memasang sistostomi
suprapubik untuk mengurangi tekanan air pada buli-buli selama reseksi prostat.
(2,4,5)
Keuntungan TUR-P :
-. Luka incisi tidak ada -. Lama perawatan lebih pendek
-. Morbiditas dan mortalitas rendah -. Prostat fibrous mudah diangkat
-. Perdarahan mudah dilihat dan dikontrol
Kerugian TUR-P :
-. Tehnik sulit -. Resiko merusak uretra
-. Intoksikasi cairan -. Trauma spingter eksterna dan trigonum
-. Tidak dianjurkan untuk BPH yang besar
-. Alat mahal -. Ketrampilan khusus
b) Trans Urethral Incision of Prostate (TUIP)
Metode ini di indikasikan untuk pasien dengan gejala obstruktif, tetapi ukuran
prostatnya mendekati normal. Pada hiperplasia prostat yang tidak begitu besar dan
pada pasien yang umurnya masih muda umumnya dilakukan metode tersebut atau
incisi leher buli-buli atau bladder neck incision (BNI) pada jam 5 dan 7. Terapi ini
juga dilakukan secara endoskopik yaitu dengan menyayat memakai alat seperti
yangg dipakai pada TUR P tetapi memakai alat pemotong yang menyerupai alat
penggaruk, sayatan dimulai dari dekat muara ureter sampai dekat ke
verumontanum dan harus cukup dalam sampai tampak kapsul prostat. Kelebihan
dari metode ini adalah lebih cepat daripada TUR dan menurunnya kejadian
ejakulasi retrograde dibandingkan dengan cara TUR. (4,5)
c) Pembedahan dengan laser (Laser Prostatectomy)
Penggunaan laser untuk operasi prostat pertama kali diusulkan oleh Sander
(1984). Untuk mengobati ca prostat yang masih lokal dengan memakai Nd YAG
(Neodymium, Yttrium Aluminium Garnet) Solid state Nd YAG ini pertamakali
diperkenalkan tahun 1964 tapi baru tahun 1975 baru dicoba dibidang urologi
untuk mengablasi tumor bull superficial (Hoffstetter). Pc Phee menulis mengenai
penggunaan YAG laser untuk photo irradiasi segmental pada mukosa buli. (7)
YAG laser ini mempunyai panjang gelombang yang cocok untuk pengobatan
prostat oleh karena mempunyai daya penetrasi yang cukup dalam. Mula-mula
laser untuk prostat ini hanya dipakai untuk pengobatan tambahan setelah TUR P
pada ca prostat, yang biasanya diberikan 3 minggu setelah TUR P (Shanberg
1985, Mc Nicholas 1990).(4,5)
Kemudian Shenberg mengajukan pemakaian Nd YAG ini untuk melaser prostat
pada penderita yang tidak dapat mentoleransi perdarahan apabila dilakukan TUR.
Roth dan Aretz (1991) menjadi pelopor penggunaan laser Transuretral
Ultrasound Guided Laser
Induced Prostatectomy (TULIP), yang dibimbing dengan pemakaian USG
untuk dapat menembak prostat yang disempurnakan dengan menggunakan alat
pembelok (deflektor) sinar laser dengan sudut 90 derajat sehingga sinar laser
dapat diarahkan ke arah kelenjar prostat yang membesar.
Nd YAG mempunyai panjang gelombang 1064 nm sehingga gelombang ini
tidak banyak diserap oleh air seperti laser C02 dan mempunyai sifat divergensi
tetapi masih mempunyai daya penetrasi yang cukup dalam. Apabila laser Nd
YAG ini mengenai jaringan prostat energinya akan berubah menjadi energi
termal yang dapat menguapkan j aringan dengan Nd YAG tanpa konta~ dengan
jaringan mempunyai efek laser maksimal pada kedalaman 3mm dibawa mukosa
dan efek termal dapat mencapai 100°C sehingga pada kekuatan 40 - 60 watts
akan menyebabkan koagulasi pada kedalaman 3mm sehingga akan terjadi
letusan kecil yang disebut "pop corn effect". Nd YAG ini aman untuk
pengobatan prostat oleh karena pembuluh darah yang agak besar dan pembuluh
darah pada kapsul prostat akan menjadi penahan panas (heat sink) sehingga tidak
akan terjadi penjalaran panas keluar dari prostat.
Tahun 1989 Johnson menemukan alat pembelok Nd YAG sehingga sinar laser
tersebut dapat dibelokkan 90° dengan menggunakan pembelok dari emas yang
ditempelkan diujung serat laser, sehingga sinar laser dapat diarahkan ke jaringan
prostat dari dalam uretra. Dengan alat pembelok ini 92% dari energi laser masih
dapat mencapai jaringan preostat. Costello (1992) mempelopori penggunaan
laser ini utnuk ablasi pembesaran prostat jinak menggunakan laser yang
dibelokkan 90° melalui sistoskopi. Waktu yang diperlukan untuk melaser prostat
biasanya sekitar 2-4 menit untuk masing-masing lobus prostat (lobus lateralis
kanan, kiri dan medius). Pada waktu ablasi akan ditemukan pop corn effect
sehingga tampak melalui sistoskop terjadi ablasi pada permukaan prostat,
sehingga uretra pars prostatika akan segera akan menjadi lebih lebar, yang
kemudian masih akan diikuti efek ablasi ikutan yang kan menyebabkan "laser
nekrosis" lebih dalam setelah 4-24 minggu sehingga hasil akhir nanti akan terjadi
rongga didalam prostat menyerupai rongga yang terjadi sehabis TUR. Keuntungan
bedah laser ialah (2,4,5)
1. Tidak menyebabkan perdarahan sehingga tidak mungkin terjadi retensi akibat
bekuan darah dan tidak memerlukan transfusi
2. Teknik lebih sederhana
3. Waktu operasi lebih cepat
4. Lama tinggal di rumah sakit lebih singkat
5. Tidak memerlukan terapi antikoagulan
6. Resiko impotensi tidak ada
7. Resiko ejakulasi retrograd minimal
Kerugian :
Penggunaan laser ini masih memerlukan anestesi (regional)
Invasif Minimal
a. Transurethral Microwave Thermotherapy
Merupakan pemanasan dengan gelombang mikro pada frekuwensi 915-1296 Mhz
yang dipancarkan melalui antena yang diletakan didalam uretra. Dengan
pemanasan yang melebihi 44°C menyebabkan destruksi jaringan pada zona
transisional prostat karena nekrosis koagulasi.(2)
Prosedur ini dapat dikerjakan secara poliklinis tanpa pembiusan. Cara ini
direkomendasikan bagi prostat yang ukurannya kecil.(2)
b. Transurethral ballon dilatation
Dengan mengunakan balon kateter yang berkapasitas antara 75110°F dengan
tekanan 3-5 atmosfer, uretra prostatika di delatasi selamal0-30 menit. Prsedur ini
dikerjakan untuk BPH yang kecil dan tanpa pembesaran lobus medius prostat.(6)
c. Transurethral needle ablation
Yaitu dengan menggunakan gelombang radio frekuensi tinggi untuk menghasilkan
ablasi termal pada prostat. Cara ini mempunyai prospek yang baik guna mencapai
tujuan untuk menghasilkan prosedur dengan perdarahan minimal, tidak invasif
dan mekanisme ejakulasi dapat dipertahankan.
d. Stent urethra dengan prostacath
Pada hakekatnya cara ini sama dengan memasang kateter uretra, hanya saja
kateter tersebut dipasang pada uretra pars prostatika. Bentuk stent ada yang spiral
dibuat dari logam bercampur emas yang dipasang diujung kateter (Prostacath).
Pemasangan stent ini merupakan cara mengatasi obstruksi infravesikal yang juga
kurang invasif, yang merupakan alternatif sementara apabila kondisi penderita
belum memungkinkan untuk mendapatkan terapi yang lebih invasif.
Bentuk lain ialah adanya mesh dari logam yang juga dipasang di uretra pars
prostatika dengan kateter pendorong dan kemudian didilatasi dengan balon sampai
mesh logam tersebut melekat pada dinding uretra.(2,4,5)
Penyulit terapi pembedahan:
1. Durante operasi
-. Perdarahan
Perdarahan pada operasi prostat sekarang ini jarang terjadi, Penderita operasi prostat
jarang yang sampai memerlukan transfusi.
-. Sindroma TUR P
Sesuai dengan namanya, penyulit ini hanya terjadi pada TUR P. Biasanya terjadi bila
sinus venosus terbuka dan tidak diketahui sehingga reseksi diteruskan sehingga
sebagian cairan irigan masuk sirkulasi dan terjadi hiponatremia.
-. Perforasi
Perforasi atau robek dapat terjadi di dinding buli-buli daerah trigonum ataupun kapsul
prostat. Perforasi ini hanya terjadi pada TUR P.
Perforasi biasanya terjadi pada saat memasukkan alat reseksi atau pada saat evakuasi
menggunakan evakuator.
2. Paska operasi dini
- Infeksi saluran kemih sampai septikemia
Pada penderita BPH yang mengalami retensi urine pra operasi biasanya memakai
kateter cukup lama sehingga biakan urine sering kali positif. Untuk mencegah infeksi
saluran kencing dan septikemia maka pada pembedahan prostate perlu diberi
antibiotika. Bentuk ISK pasca operasi prostate adalah prostatitis akut, pyelonefritis,
uretritis, epididimistis. Insidennya berkisar antara 2-5%.(1,2,3,4)
- Retensi bekuan darah
Retensi bekuan darah dapat terjadi sebelum maupun setelah kateter dilepas. Bila
terjadi sebelum kateter dilepas menyebabkan pembuntuan kateter. Bila bekuan darah
terjadi setelah kateter dilepas dapat menyebabkan retensi urine. (2,5)
Pencegahannya adalah dengan melakukan perawatan perdarahan sebaikbaiknya saat
operasi dan melakukan irigasi kontinyu pasca operasi menggunakan kateter 3 saluran
serta melakukan sedikit traksi pada kateter tersebut.
- Retensi urine
Setelah kateter dilepas sebagian penderita dapat mengalami retensi urine. Insidennya
sekitar 10%. 9. (2,5)
- Perdarahan sekunder
Yang dimaksud perdarahan sekunder adalah perdarahan atau hematuria yang terjadi
setelah sebelumnya urine jernih. Perdarahan yang ringan akan berhenti sendiri.
Penderita dianjurkan untuk minum yang banyak, mengurangi aktivitas dan tidak boleh
mengejan. (2,5)
- Inkontinensia urine
Setelah kateter dilepas, pada sebagian penderita dapat terjadi inkontinensia urine, baik
yang urge inkontinensia maupun total incontinensia. Urge inkontinensia artinya
penderita tidak mampu menahan kencing, begitu terasa ingin kencing maka penderita
ngompol, biasanya sembuh sendiri.Incontinensia totalis adalah penderita selalu
ngompol, jadi buli-buli selalu kosong dan tidak pernah miksi. Keadaan ini disebabkan
oleh rusaknya sphinter eksternus misalnya tereseksi, bila kerusakan ringan dapat
sembuh sendiri, bila kerusakan berat dapat menyebabkan permanen inkontinensia.
(2,4,5)
3. Pasca operasi lambat
- Impotensia
Bundel neuro vaskuler yang memelihara penis berjalan disebelah posterolateral dari
kelenjar prostate. Open prostatectomy secara teoritis tidak menyebabkan impotensia
karena manipulasi operasi disebelah anterior prostat. Pada reseksi prostat transuretra,
trauma termal dan elektrik dapat menyebabkan kerusakan pada bundel neurovaskuler
tersebut.
- Ejakulasi retrograd
Merupakan ejakulat yang tidak keluar melalui uretra tetapi masuk ke dalam buli-buli.
- Uretra striktur
Penyempitan uretra pasca operasi prostat biasanya terjadi didaerah meatus dan fossa
navikularis serta daerah penoskrotal. Penyebab terjadinya striktur adalah infeksi
disproporsi antara lumen uretra dengan alat operasi dan perawatan kateter yang
kurang baik.
- Stenose leher buli-buli
Stenose leher buli-buli dapat terjadi karena reseksi yang berlebihan didaerah tersebut
atau oleh karena traksi pada kateter yang terlalu lama atau terlalu berat.
- Osteitis pubis
Osteitis os pubis dapat terjadi pasca operasi Millin, insidennya sangat jarang.
Penderita mengeluh nyeri kronis daerah simphisis pasca operasi Millin patut dicurigai
menderita osteitis pubis.
- Prostat kambuh
Pembedahan prostat pada BPH apapun caranya, tidak membuang seluruh jaringan
prostat, karena itu ada kemungkinan jaringan prostat hiperplasi lagi.(2,3,4,5)
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada tanggal 11-10 -2012 pasien yang bernama : Tn .M , umur 72 tahun ,datang ke poli
bedah dengan keluhan buang air kecil sedikit- sedikit seperti tertahan,terasa panas ,
kalau mau buang air kecil masih nunggu lama baru keluar,terasa nyeri saat buang air
kecil dan setelah buang air kecil.Pada pemeriksaan fisik lokal pada rectal tocher
didapatkan pembesaran prostat dengan ukuran 4 cm,batas tidak jelas,konsistensi padat
kenyal, tepi atas prostat tidak teraba. Pada pemeriksaan USG didapatkan gambaran
pembesaran prostat.
Gejala yang di alami pasien hampir sama dengan yang ada pada teori,meskipun tidak
semua gejala yang ada di teori di alami pasien ini seperti :
Hesitancy, bila penderita ingin kencing tapi tidak bisa segera keluar
Rasa belum puas sehabis miksi
Nokturia
Urgensi,
Disuria atau rasa tidak enak saat kencing.
Berdasarkan beratnya gejala dan pembesaran prostat yang dialami pasien maka di
pilihlah terapi dengan pembedahan yang berupa prostatectomy terbuka.
Dilakukan pembedahan prostatectomy terebuka berdasarkan standar yang ada di teori
dengan tolak ukur perkiraan derajat BPH
Keuntungan prostatektomy terbuka : Baik untuk kelenjar besar
-. Banyak dikerjakan untuk semua jenis pembesaran prostat
-. Operasi banyak dipergunakan pada hiperplasia prostat dengan penyulit :
1. Batu buli
2. Batu ureter distal
3. Divertikel
4. Uretrokel
5. Adanya sistsostomi
6. Retropubik sulit karena kelainan os pubis
Kerugian
-. Kerusakan spingter eksterna minimal
-. Memerlukan pemakain kateter lebih lama sampai luka pada dinding vesica
sembuh
-. Sulit pada orang gemuk
-. Sulit untuk kontrol perdarahan
-. Merusak mukosa kulit
-. Mortality rate 1 -5 %
Pada hasil operasi yang dilakukan pada pasien ini di dapatkan pembesaran
prostat,kemudian dilakukan prostatektomy dan jaringan di bawa ke laboratorium
untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan pemeeriksaan patologi anatomi
untuk mengetahui benjolan itu ganas atau jinak.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mansyur Arif, dkk ; Kapita Selekta Kedokteran, 'Bedah Urologi', edisi III jilid 2. FKUI,
Jakarta, 2000.
2. Sjamsuhidajat R dan Jong WD ;`Buku Ajar Ilmu Bedah', edisi 2, Penerbit EGC, Jakarta,
2005.
3. Widjosono Gardjito, dkk ;`Pedoman Diagnosis dan Terapi UPF Bedah, RSUD Dr.
Soetomo, Surabaya, 2008.
4. http://www.medicinenet.com/benign_prostatic_hyperplasia/article.htm
5. http://kidney.niddk.nih.gov/kudiseases/pubs/prostateenlargement/
6. http:/yayanakhyar.wordpress.com/2008/04/25/benign-prostatic-hiperplasia-bph-pembesaran-
prostat-jinak-ppj/
7. http://ababar.blogspot.com/2008/12/benigna-prostate-hyperplasia-html