bab i kelompok 8 kelapa gading imunisasi revisi - copy (2)
DESCRIPTION
PuskesmasTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
1.1.1. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Kelapa Gading
1.1.1.1 Keadaan Geografis
Kecamatan Kelapa Gading dengan luas 1.633,7 hektar, terdiri atas tiga kelurahan,
yaitu Kelapa Gading Barat, Kelapa Gading Timur, dan Pegangsaan Dua. Populasi warga
Kelapa Gading sekitar 5% dari jumlah penduduk Jakarta dan 20% penduduk Jakarta Utara.
Hampir 65 % penduduknya adalah warga keturunan Tionghoa.
Luas wilayah Kecamatan Gading terbagi menjadi 3 (Tiga) Kelurahan yaitu :
a) Kelurahan Kelapa Gading Timur.
b) Kelurahan Kelapa Gading Barat.
c) Kelurahan Pegangsaan Dua.
Batas wilayah Kecamatan Kelapa Gading :
Sebelah Utara : Kali Bendungan Batik Kelurahan Tugu Selatan dan Rawa Badak
Kecamatan Koja – Jakarta Utara.
Sebelah Selatan : Jl. Raya Bekasi Kecamatan Cakung – Jakarta Timur.
Sebelah Timur : Kali Cakung dan Kali Petukangan Kecamatan Cakung – Jakarta Timur.
Sebelah Barat : Jl. Raya Yos Sudarso Kec. Tanjung Priok – Jakarta Utara.
1.1.1.2 Keadaan Demografi
Menurut data Biro Pusat Statistik Jakarta Utara periode Januari – Desember 2013,
Kecamatan Kelapa Gading mempunyai jumlah penduduk sebanyak 134.113 jiwa, dengan
kepadatan penduduk 67/Ha. Berikut rincian jumlah penduduk yang ada di kecamatan Kelapa
Gading periode Januari - Desember 2013.
Tabel 1.1. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk di Wilayah
Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading Tahun 2013
No. Kelurahan Luas Wilayah (km2) Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk (per km2)
1. Kelapa Gading Timur 355,13 41.053 11.560
2. Kelapa Gading Barat 650,12 38.645 7.681
3. Pegangsaan Dua 628,45 54.415 8.659
Jumlah 1633,70 134.113 27.900
Sumber : Laporan Bulanan Statistik Kependudukan dan Catatan Sipil Kecamatan Kelapa
Gading tahun 2013.
Tabel 1.2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Wilayah Puskesmas
Kecamatan Kelapa Gading Periode Januari – Desember 2013
No Keterangan Jumlah
1 Laki-laki 67.326
2 Perempuan 66.787
Jumlah 134.113
Sumber : Laporan Bulanan Statistik Kependudukan dan Catatan Sipil Kecamatan
Kelapa Gading tahun 2013.
Tabel.1.3. Jumlah Penduduk, Kepala Keluarga (KK), Rukun Warga (RW), dan Rukun
Tetangga (RT) di Wilayah Kecamatan Kelapa Gading tahun 2013
No
.Kelurahan Jumlah Penduduk Jumlah KK Jumlah RW
Jumlah
RT
1. Kelapa Gading Timur 41.053 13.065 21 241
2. Kelapa Gading Barat 38.645 10.235 21 208
3. Pegangsaan Dua 54.415 13.615 25 231
Jumlah 134.113 34.074 67 680
Sumber : Laporan Bulanan Statistik Kependudukan dan Catatan Sipil Kecamatan Kelapa
Gading tahun 2013.
Berikut merupakan data demografi Kecamatan Kelapa Gading :
a) Data Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Tabel 1.4. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Wilayah Kecamatan Kelapa
Gading tahun 2013
No Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan
1 Tidak sekolah 10.695 9.802
2 Tidak tamat sekolah 6.869 6.055
3 Tamat SD 10.695 14.093.
4 Tamat SLTP 10.714 12.021
5 Tamat SLTA 18.189 16.347
6 Tamat Akademi / Perguruan tinggi 15.623 14.259
Sumber : Laporan Bulan Statistik Kependudukandan Catatan Sipil Kecamatan Kelapa Gading tahun
2013.
b) Data Penduduk Menurut Pekerjaan
Tabel 1.5. Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan di Wilayah Kecamatan Kelapa Gading tahun
2013
No Pekerjaan Laki-laki Perempuan
1 Tani 416 342
2 Karyawan swasta/pemerintah/ABRI 23.430 23.140
3 Pedagang 6.867 6.321
4 Nelayan 442 252
5 Buruh tani 284 195
6 Pensiunan 4.793 4.279
7 Pertukangan 643 0
8 Pengangguran 4.449 4.354
9 Fakir miskin 2.406 1.918
10 Lain-lain 10.241 10.613
Sumber : Laporan Bulanan Statistik Kependudukan dan Catatan Sipil Kecamatan Kelapa Gading
tahun 2013.
c) Data Sarana Peribadatan
Tabel 1.6. Sarana Peribadatan di Wilayah Kecamatan Kelapa Gading Tahun 2013
No Sarana peribadatan Jumlah
1 Masjid 28
2 Mushola 43
3 Gereja 36
4 Wihara 2
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading Tahun 2013.
d) Data Sarana Kesehatan
No. Jenis Fasilitas Kesehatan JUMLAH
1 Rumah Sakit 2
2 Puskesmas 5
3 RB Puskesmas 1
4 Klinik 24 jam 3
5 Praktek Dokter Umum 119
6 Praktek Dokter Gigi 79
7 Praktek Dokter Spesialin 241
8 Praktek Bidan Swasta 9
9 Balai Pengobatan 24
10 Apotik 64
11 Laboratorium Klnik 5
12 Posyandu 42
Tabel 1.7 Data Sarana Kesehatan
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading tahun 2013.
e) Data Sarana Perdagangan dan Hiburan
Tabel 1.8. Sarana Perdagangan dan Hiburan di Wilayah Kecamatan Kelapa Gading Tahun
2013
No Sarana perdagangan dan hiburan Jumlah
1 Hotel 5
2 Pasar tradisional 7
3 Pasar swalayan 9
4 Rumah makan 72
5 Jasa boga 21
6 Salon 53
7 Konveksi 1
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading Tahun 2013.
1.1.2. Gambaran Umum Puskesmas
1.1.2.1 Definisi Puskesmas
Puskesmas ialah suatu unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
Puskesmas merupakan suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan
kesehatan yang berada di garda terdepan dan mempunyai misi sebagai pusat pengembangan
pelayanan kesehatan, yang melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat di suatu wilayah kerja tertentu yang telah
ditentukan secara mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanan namun tidak mencakup
aspek pembiayaan.
Seiring dengan semangat otonomi daerah, maka puskesmas dituntut untuk mandiri
dalam menentukan kegiatan pelayanannya yang akan dilaksanakan. Tetapi pembiayaannya
tetap didukung oleh pemerintah. Sebagai organisasi pelayanan mandiri, kewenangan yang
dimiliki puskesmas juga meliputi : kewenangan merencanakan kegiatan sesuai masalah
kesehatan di wilayahnya, kewenangan menentukan kegiatan yang termasuk public goods atau
private goods serta kewenangan menentukan target kegiatan sesuai kondisi geografi
puskesmas. Jumlah kegiatan pokok puskesmas diserahkan pada tiap puskesmas sesuai
kebutuhan masyarakat dan kemampuan sumber daya yang dimiliki, namun puskesmas tetap
melaksanakan kegiatan pelayanan dasar yang menjadi kesepakatan nasional.
Peran puskesmas adalah sebagai ujung tombak dalam mewujudkan kesehatan
nasional secara komprehensif. Tidak terbatas pada aspek kuratif dan rehabilitatif saja seperti
di Rumah Sakit.
Puskesmas merupakan salah satu jenis organisasi yang sangat dirasakan oleh
masyarakat umum. Seiring dengan semangat reformasi dan otonomi daerah maka banyak
terjadi perubahan yang mendasar dalam sektor kesehatan, yaitu terjadinya perubahan
paradigma pembangunan kesehatan menjadi “Paradigma Sehat”. Dengan paradigma baru ini,
mendorong terjadinya perubahan konsep yang sangat mendasar dalam pembangunan
kesehatan, antara lain :
a. Pembangunan kesehatan yang semula lebih menekankan pada upaya kuratif dan
rehabilitatif, menjadi lebih fokus pada upaya preventif dan kuratif tanpa
mengabaikan kuratif-rehabilitatif,
b. Pelaksanaan upaya kesehatan yang semula lebih bersifat terpilah-pilah (fragmented)
berubah menjadi kegiatan yang terpadu (integrated),
c. Sumber pembiayaan kesehatan yang semula lebih banyak dari pemerintah, berubah
menjadi pembiayaan kesehatan lebih banyak dari masyarakat,
d. Pergeseran pola pembayaran dalam pelayanan kesehatan yang semula fee for service
menjadi pembayaran secara pra-upaya,
e. Pergeseran pemahaman tentang kesehatan dari pandangan konsumtif menjadi
investasi,
f. Upaya kesehatan yang semula lebih banyak dilakukan oleh pemerintah, akan
bergeser lebih banyak dilakukan oleh masyarakat sebagai “mitra” pemerintah
(partnership),
g. Pembangunan kesehatan yang semula bersifat terpusat (centralization), menjadi
otonomi daerah (decentralization),
h. Pergeseran proses perencanaan dari top down menjadi bottom up seiring dengan
era desentralisasi.
1.1.2.2 Wilayah Kerja
Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan.
Faktor kepada kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik, dan keadaan
infrastruktur lainnya merupakan pertimbangan dalam penentuan wilayah kerja puskesmas.
Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah Tingkat II, sehingga pembagian wilayah
kerja puskesmas ditetapkan oleh Walikota/Bupati, dengan saran teknis dari kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Sasaran penduduk yang dilayani oleh satu puskesmas adalah
sekitar 30.000 penduduk. Untuk jangkauan yang lebih luas, dibantu oleh Puskesmas
Pembantu dan Puskesmas Keliling. Puskesmas di ibukota kecamatan dengan jumlah
penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan ”Puskesmas Pembina” yang berfungsi sebagai
pusat rujukan bagi puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi.
1.1.2.3. Pelayanan Kesehatan Menyeluruh
Pelayanan kesehatan menyeluruh yang diberikan puskesmas meliputi :
1. Promotif (peningkatan kesehatan).
2. Preventif (upaya pencegahan).
3. Kuratif (pengobatan).
4. Rehabilitatif (pemulihan kesehatan).
Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk, tidak membedakan jenis
kelamin, umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai meninggal.
1.1.2.4. Peran Puskesmas
Dalam konteks Otonomi Daerah saat ini, puskesmas mempunyai peran yang vital
sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan
jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk ikut serta menentukan kebijakan daerah
melalui sistem perencanaan yang matang, tatalaksana kegiatan yang tersusun rapi, serta
sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat.
1.1.2.5. Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan
komitmen nasional, regional dan global serta mempunyai daya ungkit tinggi untuk
peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini diselenggarakan oleh
setiap puskesmas yang ada di seluruh wilayah Indonesia.
Upaya kesehatan wajib tersebut adalah :
1. Promosi kesehatan masyarakat.
2. Kesehatan lingkungan.
3. KIA (Kesejahteraan Ibu dan Anak).
4. KB (Keluarga Berencana).
5. Perbaikan gizi masyarakat.
6. P2M (Pengendalian Penyakit Menular).
7. Pengobatan dasar.
Tabel 1.9. Program Kesehatan Wajib yang dilakukan di Puskesmas
No Upaya Kesehatan Wajib Kegiatan Indikator
1 Promosi Kesehatan Penyuluhan di Dalam dan
di Luar Gedung, PHBS
Tatanan sehat
Perbaikan perilaku
sehat
2 Kesehatan Lingkungan Penyehatan pemukiman Cakupan air bersih
Cakupan jamban
keluarga
Cakupan SPAL
Cakupan rumah sehat
3 Kesejahteraan ibu dan anak ANC Cakupan K1, K4
Pertolongan persalinan Cakupan linakes
MTBS Cakupan MTBS
Imunisasi Cakupan imunisasi
4 Keluarga Berencana Pelayanan
Keluarga Berencana
Cakupan MKET
5 Pemberantasan penyakit menular Diare Cakupan kasus diare
ISPA Cakupan kasus ISPA
Malaria Cakupan kasus
malaria
Cakupan
kelambunisasi
Tuberkulosis Cakupan penemuan
kasus
Angka penyembuhan
6 Pengobatan Medik dasar Cakupan pelayanan
USG Jumlah kasus yang
ditangani
Laboratorium sederhana Jumlah pemeriksaan
No Upaya Kesehatan Wajib Kegiatan Indikator
7 Gizi Distribusi vit A / Fe / cap
yodium
Cakupan vit A / Fe /
cap yodium
PSG % gizi kurang / buruk,
SKDN
Promosi Kesehatan % kadar gizi
1.1.2.6 Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas
Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan
dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya
kesehatan pokok puskesmas yang telah ada, yaitu :
1. Upaya Kesehatan Sekolah.
2. Upaya Kesehatan Olahraga.
3. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat.
4. Upaya Kesehatan Kerja.
5. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut.
6. Upaya Kesehatan Jiwa.
7. Upaya Kesehatan Mata.
8. Upaya Kesehatan Usia Lanjut.
9. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional.
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula bersifat upaya inovasi yaitu
upaya lain di luar upaya puskesmas tersebut di atas yang sesuai dengan kebutuhan.
Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi ini adalah dalam rangka mempercepat
tercapainya visi puskesmas.
Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh puskesmas bersama
dinas kesehatan kabupaten/kota dengan mempertimbangkan masukan dari
Konkes/BPKM/BPP. Upaya kesehatan pengembangan dilakukan apabila upaya kesehatan
wajib puskesmas telah terlaksana secara optimal dalam arti target cakupan serta peningkatan
mutu pelayanan telah tercapai. Penetapan upaya kesehatan pengembangan pilihan puskesmas
ini dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota. Dalam keadaan tertentu upaya kesehatan
pengembangan puskesmas dapat pula ditetapkan sebagai penugasan oleh dinas
kabupaten/kota.
Apabila puskesmas belum mampu menyelenggarakan upaya kesehatan
pengembangan, padahal telah menjadi kebutuhan masyarakat, maka dinas kesehatan
kabupaten/kota bertanggung jawab dan wajib menyelenggarakannya. Untuk itu dinas
kesehatan kabupaten/kota perlu dilengkapi dengan berbagai unit fungsional lainnya.
Kegiatan upaya kesehatan dasar dan upaya kesehatan pengembangan di Puskesmas
Kecamatan Kelapa Gading periode Januari - Juli 2014 adalah :
A. Upaya Kesehatan Dasar
1. Upaya Promosi Kesehatan.
2. Upaya Kesejahteraan Ibu dan Anak.
3. Upaya Keluarga Berencana.
4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat.
5. Upaya Kesehatan Lingkungan.
6. Upaya Pengendalian Penyakit Menular.
7. Upaya Pengobatan.
B. Upaya Kesehatan Pengembangan
1. Upaya Kesehatan Sekolah.
2. Upaya Kesehatan Olah Raga.
3. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat.
4. Upaya Kesehatan Usia Lanjut.
5. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut.
6. Upaya Kesehatan Jiwa.
7. Upaya Kesehatan Mata.
1.1.2.7 Azas Puskesmas
Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya pengembangan harus menerapkan
azas penyelenggaraan puskesmas secara terpadu. Azas penyelenggaraan tersebut
dikembangkan dari ketiga fungsi puskesmas. Dasar pemikirannya adalah pentingnya
menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi puskesmas dalam menyelenggarakan setiap
upaya puskesmas, baik upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan.
Azas penyelenggaran puskesmas yang dimaksud adalah :
1. Azas pertanggungjawaban wilayah
Puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini Puskesmas harus melaksanakan
berbagai kegiatan, antara lain sebagai berikut :
a. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan sehingga
berwawasan kesehatan.
b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan masyarakat
di wilayah kerjanya.
c. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan oleh
masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya.
d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara merata dan
terjangkau di wilayah kerjanya.
2. Azas pemberdayaan masyarakat
Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat, agar
berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap program puskesmas. Untuk ini, berbagai
potensi masyarakat perlu dihimpun melalui pembentukan Badan Penyantun
Puskesmas (BPP). Beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan oleh puskesmas dalam
rangka pemberdayaan masyarakat antara lain :
a. KIA : Posyandu, Polindes, Bina Keluarga Balita (BKB).
b. Pengobatan : Posyandu, Pos Obat Desa (POD).
c. Perbaikan Gizi : Panti Pemulihan Gizi, Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi).
d. Kesehatan Lingkungan : Kelompok Pemakai Air (Pokmair), Desa Percontohan
Kesehatan Lingkungan (DPKL).
e. UKS : Dokter Kecil, Saka Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan Pesantren
(Poskestren).
f. Kesehatan Usia Lanjut : Posyandu Usila, Panti Wreda.
g. Kesehatan Kerja : Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK).
h. Kesehatan Jiwa : Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM).
i. Pembinaan Pengobatan Tradisional : Tanaman Obat Keluarga (TOGA),
Pembinaan Pengobatan Tradisional (Battra).
3. Azas Keterpaduan
Untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta diperolehnya hasil yang optimal,
penyelenggaraan setiap program puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu.
Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan yaitu :
a. Keterpaduan Lintas Program
Upaya memadukan penyelengaraan berbagai upaya kesehatan yang menjadi
tanggung jawab Puskesmas. Contoh keterpaduan lintas program antara lain :
1) Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) : keterpaduan KIA dengan
P2M, gizi, promosi kesehatan & pengobatan.
2) UKS : keterpaduan kesehatan lingkungan dengan promosi kesehatan,
pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan reproduksi remaja dan kesehatan
jiwa.
3) Puskesmas keliling : keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB, Gizi,
promosi kesehatan, & kesehatan gigi.
4) Posyandu : keterpaduan KIA dengan KB, gizi, P2M, kesehatan jiwa &
promosi kesehatan.
b. Keterpaduan Lintas Sektor
Upaya memadukan penyelenggaraan program puskesmas dengan program dari
sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan dan dunia
usaha. Contoh keterpaduan lintas Sektoral antara lain :
1) UKS : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa,
pendidikan & agama.
2) Promosi Kesehatan : keterpaduan sektor kesehatan dengan dengan camat,
lurah/kepala desa, pendidikan, agama dan pertanian.
3) KIA : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa,
organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, PKK dan PLKB.
4) Perbaikan Gizi : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala
desa, pendidikan, agama, pertanian, koperasi, dunia usaha dan organisasi
kemasyarakatan.
5) Kesehatan Kerja : keterpaduan sektor kesehatan dengan dengan camat,
lurah, kepala desa, tenaga kerja dan dunia usaha.
2. Azas Rujukan
Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan yang
dimiliki oleh puskesmas terbatas. Pada hal puskesmas berhadapan langsung dengan
masyarakat dengan berbagai permasalahan kesehatan. Untuk membantu puskesmas
menyelesaikan berbagai masalah kesehatan tersebut dan juga untuk meningkatkan
efisiensi, maka penyelenggaraan setiap program puskesmas harus ditopang oleh azas
rujukan.
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas penyakit atau
masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara vertikal
dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan
kesehatan lainnya, maupun secara horizontal dalam arti antar strata sarana pelayanan
kesehatan yang sama.
Ada dua macam rujukan yang dikenal yakni :
a. Rujukan Medis
Apabila suatu puskesmas tidak mampu menangani suatu penyakit tertentu, maka
puskesmas tersebut dapat merujuk ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih
mampu (baik vertikal maupun horizontal). Rujukan upaya kesehatan perorangan
dibedakan atas :
1) Rujukan Kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan tindakan medis
(contoh : operasi) dan lain-lain.
2) Rujukan Bahan Pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium
yang lebih lengkap.
3) Rujukan Ilmu Pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang lebih
kompeten untuk melakukan bimbingan tenaga puskesmas dan atau
menyelenggarakan pelayanan medis spesialis di puskesmas.
b. Rujukan Kesehatan
Rujukan kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga macam :
1) Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan fogging,
peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman alat audio visual,
bantuan obat, vaksin, bahan habis pakai dan bahan pakaian.
2) Rujukan tenaga, antara lain tenaga ahli untuk penyidikan kejadian luar
biasa, bantuan penyelesaian masalah hukum kesehatan, gangguan
kesehatan karena bencana alam.
3) Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya kewenangan dan
tanggung jawab penyelesaian masalah kesehatan masyarakat dan atau
penyelenggaraan kesehatan masyarakat ke periode dinas kesehatan
kabupaten/kota. Rujukan operasional diselenggarakan apabila puskesmas
tidak mampu.
Gambar 1.1 Sistem Rujukan Puskesmas
Setiap upaya atau program yang dilakukan oleh puskesmas memerlukan evaluasi
untuk menilai apakah program yang dilaksanakan berhasil atau tidak. Untuk itu dibuat
indikator keberhasilan sesuai dengan fungsi puskesmas :
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Fungsi pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan dapat dinilai dari
seberapa jauh institusi jajaran non-kesehatan memperhatikan kesehatan bagi institusi dan
warganya. Keberhasilan fungsi ini bisa diukur melalui Indeks Potensi Tatanan Sehat (IPTS).
Ada tiga tatanan yang bisa diukur yaitu :
a. Tatanan sekolah.
b. Tatanan tempat kerja.
c. Tatanan tempat-tempat umum.
2. Pusat pemberdayaan masyarakat
Segala upaya fasilitasi yag bersifat non-instruktif guna meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan masyarakat agar mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan &
melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat dan fasilitas yang ada,
baik instansi lintas sektoral maupun LSM dan tokoh mayarakat.
Fungsi ini dapat diukur dengan beberapa indikator :
a. Tumbuh kembang, Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM).
b. Tumbuh dan kembangnya LSM di bidang kesehatan.
c. Tumbuh dan berfungsinya konsil kesehatan kecamatan atau BPKM (Badan Peduli
Kesehatan Masyarakat) atau BPP (Badan Penyantun Puskesmas).
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
Indikator keberhasilan fungsi ini dapat dikelompokkan ke dalam IPMS (Indikator
Potensi Masyarakat Sehat), yang terdiri dari cakupan dan kualitas program puskesmas. IPMS
minimal mencakup seluruh indikator cakupan upaya kesehatan wajib dan kualitas atau mutu
pelayanan kesehatan.
1.1.3. Gambaran Umum Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading
Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading yang terletak di Jl. Pelepah Elok No.7 berdiri
di atas tanah seluas kurang lebih 4000 m². Berupa bangunan empat lantai didirikan pada
tahun 2000 dan siap dipergunakan awal tahun 2001. Puskesmas ini merupakan pindahan dari
Puskesmas Pegangsaan Dua. Puskesmas ini membawahi empat Puskesmas yang tersebar di 3
(tiga) kelurahan :
Gambar 1.2. Peta Pembagian Wilayah Kerja Puskesmas Kelapa Gading
Keterangan :
1. Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading beralamat di Jln. Pelepah Elok No.7 berlokasi pada
Kelapa Gading Barat.
2. Puskesmas Kelurahan Pegangsaan dua A beralamat di Jln. Kepu No. 32 berlokasi pada
Kelurahan Pegangsaan Dua.
3. Puskesmas kelurahan Pegangsaan dua B beralamat di Jln. Gamelan No. 23 berlokasi pada
Kelurahan Pegangsaan Dua.
4. Puskesmas Kelurahan Kelapa Gading Timur I beralamat di Jln. Puskesmas No. 1 berlokasi
pada Kelurahan Kelapa Gading Timur.
5. Puskesmas Kelurahan Kelapa Gading Timur II beralamat di Jln. Puskesmas No. 1 berlokasi
pada Kelurahan Kelapa Gading Timur.
Diagram 1.1. Struktur Organisasi Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading Tahun 2014
Sumber : Laporan Hasil Kegiatan di Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading Tahun 2014.
KEPALA PUSKESMAS KECAMATANDrg. Dini Indrawati
KA. SEKSI PELAYANANKA. SEKSI PENUNJANG & KESMAS
KA. TATA USAHA
UNIT PELAYANAN
Unit Kesehatan UmumUnit Kesehatan Gigi & MulutUnit Kesehatan Ibu & AnakUnit Kesehatan SpesialisUnit Rumah Bersalin
Unit Pelayanan 24 Jam & AmbulanUnit Pelayanan Keluarga Berencana
Unit Kamar Operasi
UNIT PENUNJANG
Unit FarmasiUnit GiziUnit LaboratoriumUnit Radiologi
UnitPemeliharaanPeralatanKesehatan
Kesehatan MasyarakatPenyakit MenularPenyakit Tidak Menular
Penyehatan Lingkungan & Kesehatan Kerja
Gizi & PPSMKesehatan Jiwa & NAPZA
PUSKESMAS KELURAHANKELOMPOK JABATAN FUNGISIONAL
1.1.3.1 Visi Puskesmas
a) Terwujudnya masyarakat yang sejahtera, mandiri melalui penyelenggara
pemeliharaan pelayanan kesehatan prima yang profesional dan manusiawi sejajar
dengan kota besar lainnya di dunia.
b) Dalam kaitannya dengan peran puskesmas sebagai suatu unit organisasi kesehatan
yang merupakan pusat pengembangan yamg melaksanakan, pembinaan dan juga
memberikan pelayanan para kesehatan upaya kesehatan secara menyuluruh dan
terpadu di wilayah kerjanya.
1.1.3.2. Misi Puskesmas
a) Membina komitmen dan profesionalisme tenaga kesehatan.
b) Mengembangkan upaya sistem pelayanan kesehatan paripurna yang bermutu prima
dan kompetitif sesuai dengan kebutuhan kemampuan masyarakat DKI Jakarta.
c) Memberdayakan masyarakat menuju kemandirian dan berprilaku hidup bersih dan
sehat.
d) Menjalin kerukunan dengan organisasi kesehatan yang lain dan non kesehatan, serta
masyarakat.
1.1.3.3. Tugas Puskesmas
Melaksanakan pelayanan kesehatan perorangan dengan mengutamakan upaya
penyembuhan (kuratif), pemulihan (rehabilitatif) yang dilakukan secara terpadu dengan
upaya pencegahan (preventif) dan peningkatan (promotif) serta melaksanakan pemberdayaan
puskesmas keluruhan.
1.1.3.4. Fungsi Puskesmas
1. Penyusunan rencana kerja dan anggaran puskesmas kecamatan.
2. Pelaksanaan rencana kerja dan anggaran yang telah ditetapkan.
3. Pelaksanaan pelayanan kesehatan perorangan.
4. Penyelenggaraan pelayanan medis umum.
5. Penyelenggaraan asuhan keperawatan.
6. Penyelenggaraan pelayanan persalinan.
7. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
8. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan spesialis terbatas kebidanan, kesehatan anak,
penyakit dalam, mata dan telinga, hidung dan tenggorokan.
9. Penyelenggaraan rawat inap terbatas.
10. Penyelenggaraan pelayanan penunjang medis laboratorium, radiologi, gizi, farmASI
dan optik.
11. Penyelenggaraan pelayanan ambulans rujukan.
12. Penyelenggaraan pelayanan Keluarga Berencana.
13. Penyelenggaraan pelayanan imunisasi.
14. Penyelenggaraan pelayanan 24 jam.
15. Penyelenggaraan pelayanan rujukan.
16. Penyelenggaraan konsultasi kesehatan perorangan.
17. Penyelenggaraan pemberdayaan puskesmas kelurahan.
18. Penyelenggaraan pencatatan medis.
19. Penyelenggaraan pemeliharaan perawatan peralatan kedokteran, peralatan
keperawatan, peralatan perkantoran dan perawatan medis lainnya.
20. Penyelenggaraan peningkatan dan penjaminan mutu pelayanan.
21. Penyusunan Standar Operasional Prosedur.
22. Pengelolaan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, surat menyurat dan kearsipan
serta kebersihan, keamanan dan keindahan puskesmas.
23. Pembinaan dan pengembangan kesehatan kerja.
24. Pemeriksaan Jenazah.
25. Pengumpulan dan pengolahan data seluruh hasil pelaksanaan tugas dan fungsi yang
diselenggarakan oleh puskesmas kelurahan.
26. Pengolahan data seluruh hasil pelaksanaan fungsi puskesmas kecamatan.
27. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi puskesmas
kecamatan secara berkala setiap bulan dan setiap triwulan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Propinsi DKI Jakarta melalui Suku Kepala Dinas Kesehatan.
1.1.3.5. Sumber Daya Manusia
Potensi tenaga kesehatan yang ada di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading
tahun 2014 berjumlah 105 orang, dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 1.10. Jumlah Pegawai di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading Tahun
2014
Puskesmas
Medis Paramedis Umum
JumlahNoPNS
Non
PNSPNS
Non
PNSPNS
Non
PNS
1 Kec. Kelapa Gading 6 1 22 10 9 12 60
2 Kel.Kelapa.Gading Timur 2 0 7 0 1 1 11
3 Kel.Kelapa.Gading Barat 2 0 5 0 0 1 8
4 Kel.Pegangsaan Dua 2 1 12 1 1 2 19
Jumlah 12 2 46 11 11 16 98
Sumber: Laporan Bulanan Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading tahun 2014.
1.1.3.6. Sarana dan Prasarana
Di Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading juga dilengkapi fasilitas perlengkapan
medis dan non medis. Perlengkapan medis dan non medis adalah perlengkapan dan alat-alat
tidak habis pakai yang diberikan kepada puskesmas.
Perlengkapan alat-alat medis diantaranya :
1. Basic Equipment
2. Public Health Nursing and Midwifery kit.
3. Diagnostic and Surgical Equipment.
4. Physician ki.
5. Health Education Equipment.
6. Laboratory Equipment.
7. Nebulizer.
8. Screening kit bagi UKS di Puskesmas.
9. Alat-alat Imunisasi.
10. Alat-alat penyuluhan
11. Perangkat peralatan gigi.
12. Perlengkapan/alat-alat pertolongan persalinan
13. USG
14. EKG
15. Treadmill
16. Slitlam
17. Optotip snellen/snellen chart
18. Optik kaca mata
19. Alat-alat KB
20. Bangku ginekologi
21. Rontgen
22. Klinik jiwa
23. Test Ishihara
24. Akupunktur
25. Inkubator neonatus
Sedangkan perlengkapan non medis yang dimiliki Puskesmas Kecamatan Kelapa
Gading adalah :
1. Meubel
a. Meja periksa 16 buah.
b. Meja rapat 2 buah.
c. Meja kerja 40 buah.
d. Kursi 60 buah.
e. Bangku tunggu 60 buah.
2. Kendaraan/transportasi
a. Mobil puskesmas keliling 2 buah.
b. Sepeda motor 9 buah.
3. Perlengkapan kantor
a. Administrasi (formulir,kertas,map,dll).
b. Mesin ketik (portable, elektronik).
c. Mesin hitung.
d. Brankas.
e. Personal komputer 3 (tiga) unit.
f. LCD 1 buah.
4. Alat komunikasi : Telepon, intercom.
5. Alat penerangan : PLN dan generator diesel.
6. Alat Rumah Tangga Kantor :
a. Televisi.
b. Radio kaset/radio.
c. Kulkas.
d. Peralatan dapur.
e. Kasur, bantal, gorden, taplak.
f. Alat-alat kebersihan.
1.1.4 Program Kesehatan Dasar di Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading
Program kesehatan dasar puskesmas terdiri dari :
-Promosi Kesehatan Masyarakat (PKM).
-Program Kesehatan Lingkungan.
-Program Kesehatan Ibu dan Anak.
-Keluarga Berencana (KB).
-Program Gizi.
-Pengendalian Penyakit menular (P2M).
-Program Pengobatan Dasar.
1.2.1 Program Imunisasi di Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa
tidak terjadi penyakit (Ranuh. et. all, 2008:40).
Imunisasi adalah pemberian vaksin kepada seseorang untuk melindunginya
dari beberapa penyakit tertentu (Wahab, A. Samik, 2002: 22).
Imunisasi adalah prosedur untuk meningkatkan derajat imunitas, memberikan
imunitas protektif dengan menginduksi respon memori terhadap pathogen
tertentu/toksin dengan menggunakan preparat antigen non virulen/non toksik (Wong.
DL, 2008: 28).
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak
dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk
mencegah terhadap penyakit tertentu.Sedangkan vaksin adalah bahan yang dipakai
untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui
suntikan seperti vaksin BCG, DPT, campak, dan melalui mulut seperti vaksin polio.Di
negara Indonesia terdapat jenis imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah dan ada
juga yang hanya dianjurkan.Imunisasi wajib di Indonesia sebagaimana telah
diwajibkan oleh WHO ditambah dengan Hepatitis B. Imunisasi yang dianjurkan oleh
pemerintah dapat digunakan untuk mencegah suatu kejadian yang luar biasa atau
penyakit endemik, atau untuk kepentingan tertentu (bepergian) seperti jemaah haji
yaitu imunisasi meningitis (Hidayat. AA, 2008: 37)
Imunisasi adalah suatu prosedur rutin yang akan memberi kekebalan pada
bayi. Fungsi imunisasi adalah untuk memberi perlindungan menyeluruh terhadap
penyakit-penyakit yang berbahaya dan sering terjadi pada tahun tahun awal kehidupan
seorang anak.Tujuan program imunisasi adalah menurunkan angka kematian bayi
akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Keberhasilan program
imunisasi diukur dengan pencapaian target cakupan imunisasi. Sasaran kegiatan ini
adalah bayi dan ibu hamil.
Imunisasi merupakan hal yang terpenting dalam usaha melindungi kesehatan
anak untuk memberikan kekebalan khusus terhadap seseorang yang sehat, dengan
tujuan utama menurunkan angka kesakitan dan kematian karena berbagai penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi. Tanpa imunisasi, kira-kira tiga dari 100
kelahiran anak akan meninggal karena penyakit campak, dua dari 100 kelahiran anak
akan meninggal karena batuk rejan. satu dari 100 kelahiran anak akan meninggal
karena penyakit tetanus. Setiap 200.000 anak, satu akan menderita penyakit polio.
Imunisasi yang dilakukan dengan memberikan vaksin tertentu akan melindungi anak
terhadap penyakit-penyakit tertentu.
Sesuai dengan program pemerintah (Departemen kesehatan) tentang program
pengembangan imunisasi, maka anak harus mendapat perlindungan terhadap tujuh
jenis penyakit utama yaitu penyakit TBC dengan pemberian vaksin BCG, penyakit
difteri tetanus pertusis dengan pemberian vaksin DPT, penyakit poliomyelitis dengan
vaksin polio, penyakit hepatitis B dengan vaksin hepatitis B, dan penyakit campak
dengan vaksin campak.
Ada dua Imunisasi yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.Perbedaan antara
imunisasi aktif dan imunisasi pasif berhubungan dengan kekebalan yang didapat.
Kekebalan Aktif yaitu tubuh anak sendiri membuat zat anti yang akan bertahan
selama bertahun–tahun, Sedangkan Imunisasi pasif ialah tubuh anak tidak membuat
sendiri zat anti, si anak mendapatnya dari luar tubuh dengan cara penyuntikan bahan
atau serum yang telah mengandung zat anti atau anak tersebut mendapat zat anti dari
ibunya semasa dalam kandungan. Kekebalan yang diperoleh dengan imunisasi pasif
tidak berlangsung lama.
1.2.2 Jenis vaksin
Pada dasarnya vaksin dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Live attenuated (kuman atau virus hidup yang dilemahkan)
2. Inactivated (kuman, virus atau komponennya yang dibuat tidak aktif).
Sifat vaksin attenuated dan inactivated berbeda sehingga hal ini menentukan
bagaimana vaksin ini digunakan.
1. Vaksin hidup attenuated
Vaksin hidup dibuat dari virus atau bakteri liar (wild) penyebab
penyakit.Virus atau bakteri liar ini dilemahkan di laboratorium, biasanya
dengan pembiakan berulang-ulang.
Vaksin hidup yang tersedia: berasal dari virus hidup yaitu vaksin
campak, gondongan (parotitis), rubella, polio, rotavirus, demam kuning
(yellow fever). Berasal dari bakteri yaitu vaksin BCG dan demam tifoid.
2. Vaksin inactivated
Vaksin inactivated dihasilkan dengan cara membiakkan bakteri atau
virus dalam media pembiakan (persemaian), kemudian dibuat tidak aktif
(inactivated) dengan penanaman bahan kimia (biasanya formalin). Untuk
vaksin komponen, organisme tersebut dibuat murni dan hanya komponen-
komponennya yang dimasukkan dalam vaksin (misalnya kapsul polisakarida
dari kuman pneumokokus). Vaksin inactivated tidak hidup dan tidak dapat
tumbuh, maka seluruh dosis antigen dimasukkan dalam suntikan. Vaksin ini
selalu membutuhkan dosis multipel, pada dasarnya dosis pertama tidak
menghasilkan imunitas protektif, tetapi hanya memacu atau menyiapkan
sistem imun.
3. Vaksin polisakarida
Vaksin polisakarida adalah vaksin sub-unit yang inactivated dengan
bentuknya yang unik terdiri atas rantai panjang molekul-molekul gula yang
membentuk permukaan kapsul bakteri tertentu. Vaksin ini tersedia untuk tiga
macam penyakit yaitu pneumokokus, meningokokus, dan haemophillus
influenzae type b.
4. Vaksin rekombinan
Terdapat tiga jenis vaksin rekombinan yang saat ini telah tersedia :
a. Vaksin hepatitis B dihasilkan dengan cara memasukkan suatu segmen
gen virus hepatitis B ke dalam gen sel ragi.
b. Vaksin tifoid (Ty21a) adalah bakteri salmonella typhi yang secara
genetik diubah sehingga tidak menyebabkan sakit.
Tiga dari empat virus yang berada di dalam vaksin rotavirus hidup
adalah rotavirus kera rhesus yang diubah secara genetik menghasilkan antigen
rotavirus manusia apabila mereka mengalami replikasi
Program imunisasi dasar ( bayi ) yang dilaksanakan di puskesmas
kecamatan Kelapa Gading terdiri dari :
a. BCG
b. Hepatitis B
c. Polio
d. Campak
e. DPT
1.2.3 Penyimpanan dan Transportasi VaksinSecara umum vaksin terdiri dari vaksin hidup dan vaksin mati yang mempunyai ketahanan dan stabilitas yang berbeda terhadap perbedaan suhu.Syarat-syarat penyimpanan dan transportasi vaksin harus diperhatikan untuk menjamin potensinya ketika diberikan kepada seorang anak.1.2.3.1 Rantai VaksinAdalah rangkaian proses penyimpanan dan transportasi vaksin dengan menggunakan berbagai peralatan sesuai prosedur untuk menjamin kualitas vaksin sejak dari pabrik sampai diberikan kepada pasien. Rantai vaksin terdiri dari proses penyimpanan vaksin di kamar dingin atau kamar beku, di lemari pendingin, di dalam alat pembawa vaksin, pentingnya alat-alat untuk mengukur dan mempertahankan suhu. Dampak perubahan suhu pada vaksin hidup dan mati berbeda.Untuk itu harus diketahui suhu optimum untuk setiap vaksin sesuai petunjuk penyimpanan dari pabrik masing-masing.Gambar 1.4 Macam-macam tempat penyimpanan Vaksin1.2.3.2.1 Suhu Optimum Untuk Vaksin HidupSecara umum semua vaksin sebaiknya disimpan pada suhu +2°C sampai dengan +8ºC, diatas suhu +8ºC vaksin hidup akan cepat mati, vaksin polio hanya bertahan dua hari, vaksin BCG dan campak yang belum dilarutkan mati dalam tujuh hari. Vaksin hidup potensinya masih tetap baik pada suhu kurang dari 2ºC sampai dengan beku. Vaksin oral polio yang belum dibuka lebih bertahan lama (2 tahun) bila disimpan pada suhu -25ºC sampai dengan -15ºC, namun hanya bertahan enam bulan pada suhu +2°C sampai dengan +8ºC. Vaksin BCG dan campak berbeda, walaupun disimpan pada suhu -25ºC sampai dengan -15ºC, umur vaksin tidak lebih lama dari suhu +2°C sampai dengan +8ºC, yaitu BCG tetap satu tahun dan campak tetap dua tahun. Oleh karena itu vaksin BCG dan campak yang belum dilarutkan tidak perlu disimpan di suhu -25ºC sampai dengan -15ºC atau didalam freezer.1.2.3.2.2 Suhu Optimum Untuk Vaksin MatiVaksin mati (inaktif) sebaiknya disimpan dalam suhu +2°C sampai dengan +8ºC juga, pada suhu dibawah +2ºC (beku) vaksin mati (inaktif) akan cepat rusak. Bila beku dalam suhu -0.5ºC vaksin hepatitis B dan DPT-Hepatitis B (kombo) akan rusak dalam ½ jam, tetapi dalam suhu diatas 8ºC vaksin hepatitis B bisa bertahan sampai tiga puluh hari, DPT-hepatitis B kombinasi sampai empat belas hari. Dibekukan dalam suhu -5ºC sampai dengan -10ºC vaksin DPT, DT dan TT akan rusak dalam 1,5 sampai dengan dua jam, tetapi bisa bertahan sampai empat belas hari dalam suhu di atas 8ºC. 1.2.3.3 Kamar Dingin dan Kamar BekuKamar dingin (cold room) dan kamar beku (freeze room) umumya berada dipabrik, distributor pusat, Dinas Kesehatan Provinsi, berupa ruang yang besar dengan kapasitas 5-100 m³, untuk menyimpan vaksin dalam jumlah yang besar. Suhu kamar dingin berkisar +2°C sampai dengan +8ºC, terutama untuk menyimpan vaksin-vaksin yang tidak boleh beku. Suhu kamar beku berkisar antara -25ºC sampai dengan -15ºC, untuk menyimpan vaksin yang boleh beku, terutama vaksin polio. Kamar dingin dan kamar beku harus beroperasi terus menerus, menggunakan dua alat pendingin yang bekerja bergantian. Aliran listrik tidak boleh terputus sehingga harus dihubungkan dengan pembangkit listrik yang secara otomatis akan berfungsi bila listrik mati. Suhu ruangan harus dikontrol setiap hari dari data suhu yang tercatat secara otomatis.Pintu tidak boleh sering dibuka tutup.1.2.3.4.1 Lemari Es dan FreezerSetiap lemari es sebaiknya mempunyai satu stop kontak tersendiri. Jarak lemari es dengan dinding belakang 10-15 cm, kanan kiri 15 cm, sirkulasi udara disekitarnya harus baik.Lemari es tidak boleh terkena sinar matahari langsung. Suhu didalam lemari es harus berkisar +2°C sampai dengan +8ºC, digunakan untuk
menyimpan vaksin-vaksin hidup maupun mati, dan untuk membuat cool pack (kotak dingin cair). Sedangkan suhu di dalam freezer berkisar antara -25ºC sampai dengan -15ºC, khusus untuk menyimpan vaksin polio dan pembuatan cold pack (kotak es beku). Termostat di dalam lemari es harus diatur sedemikian rupa sehingga suhunya berkisar antara +2 sampai dengan +8ºC dan suhu freezer berkisar -15ºC sampai dengan -25ºC. Di dalam lemari es lebih baik bila dilengkapi freeze watch atau freeze tag pada rak ke-3, untuk memantau apakah suhunya pernah mencapai di bawah 0 derajat.Sebaiknya pintu lemari es hanya dibuka dua kali sehari, yaitu ketika mengambil vaksin dan mengmbalikan sisa vaksin, sambil mencatat suhu lemari es.Lemari es dengan pintu membuka ke atas lebih dianjurkan untuk penyimpanan vaksin. Karet-karet pintu harus diperiksa kerapatannya, untuk menghindari keluarnya udara dingin. Bila pada dinding lemari es telah terdapat bunga es, atau di freezer telah mencapai tebal 2-3 cm harus segera dilakukan pencairan (defrost). Sebelum melakukan pencairan, pindahkan vaksin ke cool box atau lemari es yang lain. Cabut kontak listrik lemari es, biarkan pintu lemari es dan freezer terbuka selama 24 jam, kemudian dibersihkan. Setelah bersih, pasang kembali kontak listerik, tunggu sampai suhu stabil.Setelah suhu lemari sedikitnya mencapai +8ºC dan suhu freezer-15ºC, masukkan vaksin sesuai tempatnya.Gamba1.5 Lemari es penyimpanan Vaksin1.2.3.4.2 Susunan Vaksin di Dalam Lemari EsKarena vaksin hidup dan vaksin inaktif mempunyai daya tahan berbeda terhadap suhu dingin, maka kita harus mengenali bagian yang paling dingin dari lemari es.Letakkan vaksin hidup dekat dengan bagian yang paling dingin, sedangkan vaksin mati jauh dari bagian yang paling dingin.Di antara kotak-kotak vaksin beri jarak selebar jari tangan (sekitar 2 cm) agar udara dingin bias menyebar merata ke semua kotak vaksin.Bagian paling bawah tidak untuk menyimpan vaksin tetapi khusus untuk meletakkan cool pack, untuk mempertahankan suhu bila listerik mati. Pelarut vaksin jangan disimpan di dalam lemari es atau freezer, karena akan mengurangi ruang untuk vaksin, dan akan pecah bila beku. Penetes (dropper) vaksin polio juga tidak boleh di letakkan di lemari es atau freezer karena akan menjadi rapuh, mudah pecah. Tidak boleh menyimpan makanan, minuman, obat-obatan atau benda-benda lain di dalam lemari es vaksin, karena mengganggu stabilitas suhu karena sering di buka.1.2.3.4.3
Lemari Es dengan Pintu Membuka ke DepanBagian yang paling dingin lemari es ini adalah di bagian paling atas (freezer).Di dalam freezer disimpan cold pack, sedangkan rak tepat di bawah freezer untuk meletakkan vaksin-vaksin hidup, karena tidak mati pada suhu rendah.Rak yang lebih jauh dari freezer (rak ke 2 dan 3) untuk meletakkan vaksin-vaksin mati (inaktif), agar tidak terlalu dekat freezer, untuk menghindari rusak karena beku. Thermometer Dial atau Muller diletakkan pada rak ke-2, freeze watch atau freeze tag pada rak ke 3. Gambar 1.6 Lemari es penyimpanan vaksin1.2.3.4.4 Lemari Es dengan Pintu Membuka ke AtasBagian yang paling dingin dalam lemari es ini adalah bagian tengah (evaporaor) yang membujur dari depan ke belakang. Oleh karena itu vaksin hidup diletakkan di kanan-kiri bagian yang paling dingin (evaporator).Vaksin mati diletakkan dipinggir, jauh dari evaporator.Beri jarak antara kotak-kotak vaksin selebar jari tangan (sekitar 2 cm).Letakkan termometer Dial atau Muller atau freeze watch/freeze tag dekat vaksin mati.
Gambar 1.7 Lemari es dengan pintu membuka ke atas1.2.3.5.1 Wadah Pembawa VaksinUntuk membawa vaksin dalam jumlah sedikit dan jarak tidak terlalu jauh dapat menggunakan cold box (kotak dingin) atau vaccine carrier (termos).Cold box berukuran lebih besar, dengan ukuran 40-70 liter, dengan penyekat suhu dari poliuretan, selain untuk transportasi dapat pula untuk menyimpan vaksin sementara.Untuk mempertahankan suhu vaksin di dalam kotak dingin atau termos dimasukkan
cold pack atau cool pack. Gambar 1.8 Wadah pembawa vaksin1.2.3.5.2 Cold Pack dan Cool PackCold pack berisi air yang dibekukan dalam suhu -15ºC sampai dengan -25ºC selama 24 jam, biasanya di dalam wadah plastik berwarna putih. Cool pack berisi air dingin (tidak beku)yang didinginkan dalam suhu +2°C sampai dengan +8ºC selama 24 jam, biasanya di dalam wadah plastik berwarna merah atau biru. Cold pack (beku) dimasukkan ke dalam termos untuk mempertahankan suhu vaksin ketika membawa vaksin hidup sedangkan cool pack (cair) untuk membawa vaksin hidup dan vaksin mati (inaktif).
Gambar 1.9 Ice pack1.2.4 Menilai Kualitas VaksinVaksin hidup akan mati pada suhu di atas batas tertentu, dan vaksin mati akan rusak di bawah suhu tertentu. Kualitas rantai vaksin dan tanggal kadaluwarsa
Untuk mempertahankan kualitas vaksin maka penyimpanan dan
transportasi vaksin harus memenuhi syarat rantai vaksin yang baik, antara
lain : disimpan di dalam lemari es atau freezer dalam suhu tertentu,
transportasi vaksin di dalam kotak dingin atau termos yang tertutup rapat,
tidak terendam air, terlindung dari sinar matahari langsung, belum
melewati tanggal kadaluarsa, indikator suhu berupa VVM (vaccine vial
monitor) atau freeze watch/tag belum melampaui batas suhu tertentu.
1. VVM (vaccine vial monitor)
Untuk menilai apakah vaksin sudah pernah terpapar suhu di atas batas
yang dibolehkan, dengan membandingkan warna kotak segi empat dengan
warna lingkaran di sekitarnya. Bila waran kotak segi empat lebih muda
daripada lingkaran dan sekitarnya (disebut kondisi VVM A atau B) maka
vaksin belum terpapar suhu di atas batas yang diperkenankan. Vaksin
dengan kondisi VVM B harus segera dipergunakan. Bila warna kotak segi
empat sama atau lebih gelap daripada lingkaran dan sekitarnya (disebut
kondisi VVM C atau D) maka vaksin sudah terpapar suhu di atas batas
yang diperkenankan, tidak boleh diberikan pada pasien.
Gambar 1.10 Vaccine Vial Monitor (VVM)
2. .Freeze watch dan freeze tag
Alat ini untuk mengetahui apakah vaksin pernah terpapar suhu dibawah
0°C. Bila dalam freeze watch terdapat warna biru yang melebar ke
sekitarnya atau dalam freeze tag ada tanda silang (X), bearti vaksin pernah
terpapar suhu di bawah 0°C yang dapat merusak vaksin mati. Vaksin-
vaksin tersebut tidak boleh diberikan kepada pasien.
3. Warna dan kejernihan vaksin
Warna dan kejernihan beberapa vaksin dapat menjadi indikator praktis
untuk menilai stabilitas vaksin.Vaksin polio harus berwarna kuning
oranye.Bila warnanya berubah menjadi pucat atau kemerahan berarti
pHnya telah berubah, sehingga tidak stabil dan tidak boleh diberikan
kepada pasien.
Vaksin toksoid, rekombinan dan polisakarida umumnya berwarna putih
jernih sedikit berkabut.Bila menggumpal atau banyak endapan berarti
sudah pernah beku, tidak boleh digunakan karena sudah rusak.Untuk
meyakinkan dapat dilakukan uji kocok seperti dibawah ini.Bila vaksin
setelah dikocok tetap menggumpal atau mengendap maka vaksin tidak
boleh digunakan karena sudah rusak.
4. Pemilihan vaksin
Vaksin yang harus segera dipergunakan adalah : vaksin yang belum dibuka
tetapi telah dibawa ke lapangan, sisa vaksin telah dibuka (dipergunakan),
vaksin dengan VVM B, vaksin dengan tanggal kadaluarsa sudah dekat
(EEFO = Early Expire First Out), vaksin yang sudah lama tersimpan
dikeluarkan segera (FIFO = First In First Out).
1.2.5. Macam – Macam Vaksin dan Fungsinya
1.2.5.1 Imunisasi BCG
Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit Tuberkulosis
(TB).Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette-Guerrin hidup yang
dilemahkan.BCG diberikan satu kali sebelum anak berumur dua bulan.
Di Indonesia TBC merupakan penyakit rakyat yang mudah menular, di negara
yang sudah berkembang penyakit ini sudah jarang ditemukan karena
dilaksanakannya imunisasi BCG yang luas, pengawasan ketat terhadap penderita
TBC dan perbaikan keadaan sosial ekonomi.
1.2.5.2 Imunisasi DPTImunisasi DPT adalah suatu vaksin three-in-one yang melindungi
terhadap difteri, pertusis dan tetanus.Di Indonesia vaksin terhadap ketiga penyakit
tersebut dipasarkan dalam tiga jenis kemasan, yaitu dalam bentuk kemasan tunggal
khusus bagi tetanus, dalam bentuk kombinasi DT (difteri dan tetanus) dan
kombinasi DPT.Vaksin difteri terbuat dari toksin kuman difteri yang telah
dilemahkan. Biasanya diolah dan dikemas bersama-sama dengan vaksin tetanus
dalam bentuk vaksin DT atau dalam bentuk tetanus dan pertusis dalam bentuk
DPT.Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat
menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal.Penyakit difteri disebabkan oleh
corynebacterium diphtheriae, sifatnya sangat ganas dan mudah menular.Seorang
anak akan terjangkit difteri bila ia berhubungan langsung dengan anak lain sebagai
penderita difteri atau sebagai pembawa kuman (karier). Dalam hal inilah perlunya
dilakukan imunisasi. Dengan imunisasi anak akan terhindar, sedangkan anak yang
belum mendapat imunisasi akan tertular penyakit difteri yang diperoleh dari
temannya sendiri yang menjadi karier. Pertusis (batuk rejan) adalah infeksi bakteri
Bordetella pertussis ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi
pernafasan yang melengking.Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan
dapat menyebabkan serangan batuk sehingga anak sulit bernafas, makan atau
minum.Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia,
kejang dan kerusakan otak.Sementara tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa
menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang. Gejala yang khas yaitu anak
tiba-tiba batuk keras secara terus-menerus, sukar berhenti, muka menjadi merah
atau kebiruan, keluar air mata dan kadang-kadang sampai muntah.Vaksin DPT
diberikan dengan cara disuntikkan pada otot lengan atau paha. Imunisasi DPT
diberikan sebanyak tiga kali, yaitu pada saat anak berumur dua bulan (DPT I), tiga
bulan (DPT II) dan empat bulan (DPT III); selang waktu tidak kurang dari empat
minggu. Imunisasi DPT ulang diberikan satu tahun setelah DPT III dan pada usia
prasekolah (5-6 tahun). Jika anak mengalami reaksi alergi terhadap vaksin pertusis,
maka diberikan DT, bukan DPT.Daya proteksi atau daya lindung vaksin difteri
cukup baik yaitu sebesar 80-95% dan daya proteksi vaksin tetanus sangat baik
yaitu sebesar 90-95% sedangkan daya proteksi vaksin pertusis masih rendah yaitu
50-60%.Oleh karena itu tidak jarang anak yang telah mendapat imunisasi pertusis
masih terjangkit penyakit batuk rejan, tetapi dalam bentuk yang lebih
ringan.1.2.5.3 Imunisasi PolioImunisasi polio memberikan kekebalan aktif
terhadap penyakit poliomielitis. Terdapat dua jenis vaksin yang masing-masing
mengandung virus polio tipe I, II & III yang sudah dimatikan (Vaksin Salk), cara
pemberiannya dengan penyuntikan. Dan yang masih hidup tapi dilemahkan
(Vaksin Sabin) cara pemberiannya melalui mulut berupa cairan. Di Indonesia
vaksin yang lazim diberikan ialah vaksin jenis Sabin.Vaksin polio dapat mencegah
penyakit poliomielitis yang disebabkan oleh virus polio, yaitu tipe I, II dan III.
Virus polio akan merusak bagian anterior susunan saraf pusat tulang belakang.
Penyakit ini terutama banyak terdapat di negara yang sedang berkembang.Di
Indonesia tercatat beberapa kali wabah polio misalnya di Belitung tahun 1948, di
Semarang tahun 1954, di Medan tahun 1957.Gejala penyakit ini sangat bervariasi,
dari gejala ringan sampai timbul kelumpuhan bahkan sampai timbul
kematian.Gejala yang umum dan mudah dikenal ialah anak mendadak lumpuh
pada salah satu anggota gerak setelah menderita demam selama 2-5 hari.Polio juga
bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan otot untuk
menelan.Imunisasi dasar polio diberikan pada anak umur 0-4 bulan sebanyak
empat kali (polio I, II, III, dan IV) dengan interval tidak kurang dari empat
minggu.Imunisasi polio ulangan diberikan satu tahun setelah imunisasi polio IV,
kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12
tahun).Daya proteksi vaksin polio sangat baik yaitu sebesar 95-100%.1.2.5.4
Imunisasi CampakImunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap
penyakit campak (tampek) yang disebabkan oleh sejenis virus termasuk golongan
paramiksovirus.Gejala yang khas yaitu timbulnya bercak–bercak merah dikulit
setelah anak demam 3-5 hari, bercak merah ini semula timbul pada pipi di bawah
telinga kemudian menjalar ke muka, tubuh dan anggota gerak.Imunisasi campak
diberikan sebanyak dua kali.Pertama, pada saat anak berumur sembilan bulan atau
lebih, Campak kedua diberikan pada umur 5-7 tahun.Pada kejadian luar biasa dapat
diberikan pada umur enam bulan dan diulangi enam bulan kemudian.Vaksin
disuntikkan secara langsung di bawah kulit (subkutan).Campak I diperlukan untuk
menimbulkan respon kekebalan primer, sedangkan Campak II diperlukan untuk
meningkatkan kekuatan antibodi sampai pada tingkat yang tertingi.Efek samping
yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare.Daya proteksi imunisasi
campak sangat tinggi yaitu 96-99%, Menurut penelitian, kekebalan yang diperoleh
ini berlangsung seumur hidup.1.2.5.5 Imunisasi Hepatitis B (HBV)Hepatitis
B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan
kematian.Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B. Imunisasi
ini diberikan sebanyak empat kali.Antara suntikan HBV1 dengan HBV2 diberikan
dengan selang waktu satu bulan pada saat anak berumur di bawah empat
bulan.Kepada bayi yang lahir dari ibu dengan hepatitis, vaksin HBV disuntikan
dalam waktu 12 jam setelah lahir.Sedangkan pada bayi yang lahir dari ibu yang
status hepatitisnya tidak diketahui, HBV I diberikan dalam waktu 12 jam setelah
lahir. HBV3 diberikan pada usia antara 6-18 bulan. Imunisasi HBV empat
diberikan saat anak berusia 10 tahun.Dosis pertama diberikan segera setelah bayi
lahir atau jika ibunya memiliki Hepatitis B. Imunisasi juga bisa diberikan pada saat
bayi berumur dua bulan. Program imunisasi di Puskesmas Kecamatan Kelapa
Gading adalah imunisasi dasar. Imunisasi dasar yang diberikan pada anak
adalah:BCG untuk mencegah penyakit TB,
a. DPT untuk mencegah penyakit Difteria, Pertusis dan Tetanus,
b. Polio untuk mencegah penyakit Poliomyelitis,
c. Campak untuk mencegah penyakit Measles,
d. Hepatitis B untuk mencegah penyakit Hepatitis B.
1.3 Hasil Kegiatan Program Imunisasi di Puskesmas Wilayah Kecamatan Kelapa Gading Periode Januari – Juli 2014
Tabel 1.11 Indikator Program Imunisasi Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading Periode Januari – Juli 2014
Program Indikator Target 1 tahun Target 1 bulan Target Januari-Juli
Imunisasi HB0 87 % 7.25 % 50.75 %
BCG 87 % 7.25 % 50.75 %
Polio 1 87 % 7.25 % 50.75 %
DPT/HB (1) 87 % 7.25 % 50.75 %
Polio 2 87 % 7.25 % 50.75 %DPT/HB (2) 87 % 7.25 % 50.75 %
Polio 3 87 % 7.25 % 50.75 %
DPT/HB (3) 87 % 7,25 % 50.75 %
Polio 4 87 % 7,25 % 50.75 %
Campak 87 % 7,25 % 50.75 %
Tabel 1.12 Cakupan Peserta Imunisasi HB0 di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading Periode Januari - Juli 2014
Nama Puskesmas Kelurahan
Jumlah Bayi Baru Lahir
(Bayi)
% Target 1 Tahun
% Target Bayi yang diimunisasi Januari
s/d Juli 2014
Januari s/d JuliJumlah Bayi
yang diimunisasi
(Bayi)
% Bayi yang diimunisasi
Kelapa Gading Timur 785
87 % 50, 75 %183
23,3 %
Kelapa Gading Barat 1039
87 % 50, 75 %246
23,7 %
Pegangsaan 2A 589 87 % 50, 75 % 375 63,7 %Pegangsaan 2B 542 87 % 50, 75 % 118 21,8 %Total 2955 87 % 50, 75 % 922 31,2 %
Berdasarkan tabel 1.12 didapatkan bahwa Peserta Imunisasi HB0 Kecamatan Kelapa Gading
Periode Januari – Juli 2014 adalah 31,2 %, dimana target selama 7 bulan adalah 50, 75 %
dengan jumlah sasaran sebanyak 2955 bayi.
Tabel 1.13 Cakupan Peserta Imunisasi BCG di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading Periode Januari – Juli 2014
Nama Puskesmas Kelurahan
Jumlah Bayi Baru
Lahir (Bayi)
% Target 1 Tahun
% Target Bayi yang diimunisasi Januari s/d Juli
2014
Januari s/d JuliJumlah Bayi
yang diimunisasi
(Bayi)
% Bayi yang diimunisasi
Kelapa Gading Timur 785
87 % 50, 75 %299 38.1
Kelapa Gading Barat 1039
87 % 50, 75 %358 34.5
Pegangsaan 2A 589 87 % 50, 75 % 385 65.4Pegangsaan 2B 542 87 % 50, 75 % 202 37.3Total 2955 87 % 50, 75 % 1244 42,1 %
Berdasarkan tabel 1.13 didapatkan bahwa Peserta Imunisasi BCG Kecamatan Kelapa Gading Periode Januari – Juli 2014 adalah 42,1 %, dimana target selama 7 bulan adalah 50, 75 % dengan jumlah sasaran sebanyak 2955 bayi.
Tabel 1.14 Cakupan Peserta Imunisasi Polio 1 di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading Periode Januari - Juli 2014
Nama Puskesmas Kelurahan
Jumlah Bayi Baru
Lahir (Bayi)
% Target 1 Tahun
% Target Bayi yang diimunisasi Januari s/d Juli
2014
Januari s/d JuliJumlah Bayi
yang diimunisasi
(Bayi)
% Bayi yang diimunisasi
Kelapa Gading Timur 785
87 % 50, 75 %297 37.8
Kelapa Gading Barat 1039
87 % 50, 75 %349 33.6
Pegangsaan 2A 589 87 % 50, 75 % 386 65.5Pegangsaan 2B 542 87 % 50, 75 % 203 37.5Total 2955 87 % 50, 75 % 1235 41,8 %
Berdasarkan tabel 1.14 didapatkan bahwa Peserta Imunisasi Polio 1 Kecamatan Kelapa
Gading Periode Januari – Juli 2014 adalah 41,8 %, dimana target selama 7 bulan 50, 75 %
dengan jumlah sasaran sebanyak 2955 bayi.
Tabel 1.15 Cakupan Peserta Imunisasi DPT-HB 1 di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading Periode Januari – Juli 2014Nama Puskesmas Jumlah % % Target Bayi yang Januari s/d Juli
Kelurahan Surviving Infant (Bayi)
target /tahun
diimunisasi Januari s/d Juli
Jumlah Bayi yang diimunisasi (Bayi)
% Bayi yang diimunisasi
Kelapa Gading Timur
784 87 % 50,75 % 339 43,2%
Kelapa Gading Barat
1038 87 % 50,75 % 330 31,8
Pegangsaan 2 A 566 87 % 50,75 % 318 56,1%Pegangsaan 2 B 563 87 % 50,75 % 201 35,7%Total 2951 87 % 50,75 % 1188 40,3%
Berdasarkan tabel 1.15 didapatkan bahwa Peserta Imunisasi DPT-HB1 Kecamatan Kelapa
Gading Periode Januari – Juli 2014 adalah 40,3 %, dimana target selama 7 bulan 50,75 %
dengan jumlah sasaran sebanyak 2951 bayi.
Tabel 1.16 Cakupan Peserta Imunisasi Polio 2 di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading Periode Januari – Juli 2014Nama Puskesmas
KelurahanJumlah
Surviving Infant (Bayi)
% target/ta
hun
% Target Bayi yang diimunisasi Januari s/d
Juli
Januari s/d JuliJumlah Bayi yang diimunisasi (Bayi)
% Bayi yang diimunisasi
Kelapa Gading Timur
784 87 % 50,75 % 342 43,6%
Kelapa Gading Barat
1038 87 % 50,75 % 334 32,2%
Pegangsaan 2 A 566 87 % 50,75 % 322 56,9%Pegangsaan 2 B 563 87 % 50,75 % 197 35%Total 2951 87 % 50,75 % 1195 40,5%
Berdasarkan tabel 1.16 didapatkan bahwa Peserta Imunisasi Polio 2 Kecamatan Kelapa
Gading Periode Januari – Juli 2014 adalah 40,5 %, dimana target selama 7 bulan 50,75 %
dengan jumlah sasaran sebanyak 2951 bayi.
Tabel 1.17 Cakupan Peserta Imunisasi DPT-HB 2 di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading Periode Januari – Juli 2014Nama Puskesmas
KelurahanJumlah
Surviving Infant (Bayi)
% target/ tahun
% Target Bayi yang diimunisasi Januari s/d
Juli
Januari s/d JuliJumlah Bayi yang diimunisasi (Bayi)
% Bayi yang diimunisasi
Kelapa Gading Timur
784 87 % 50,75 % 350 44,6%
Kelapa Gading Barat
1038 87 % 50,75 % 353 34%
Pegangsaan 2 A 566 87 % 50,75 % 287 50,7%Pegangsaan 2 B 563 87 % 50,75 % 192 34,1%Total 2951 87 % 50,75 % 1182 40,1%
Berdasarkan tabel 1.17 didapatkan bahwa Peserta Imunisasi DPT-HB 2 Kecamatan Kelapa
Gading Periode Januari – Juli 2014 adalah 40,1 %, dimana target selama 7 bulan 50,75 %
dengan jumlah sasaran sebanyak 2951 bayi.
Tabel 1.18 Cakupan Peserta Imunisasi DPT-HB 3 di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading Periode Januari – Juli 2014
Nama Puskesmas Kelurahan
Jumlah Surviving
Infant (Bayi)
% target/Tahun
% Target Bayi yang diimunisasi Januari
s/d Juli
Januari s/d AprilJumlah Bayi yang diimunisasi (Bayi)
% Bayi yang diimunisasi
Kelapa Gading Timur
784 87 % 50.75 % 400 51 %
Kelapa Gading Barat
1038 87 % 50.75 % 380 36.6 %
Pegangsaan 2 A 566 87 % 50.75 % 224 39.6 %Pegangsaan 2 B 563 87 % 50.75 % 191 33.9 %Total 2951 87 % 50.75 % 1195 40.5 %
Berdasarkan tabel 1.18 didapatkan bahwa Peserta Imunisasi DPT-HB 3 Kecamatan Kelapa
Gading Periode Januari – Juli 2014 adalah 40,5 %, dimana target selama 7 bulan 50,75 %
dengan jumlah sasaran sebanyak 2951 bayi.
Tabel 1.19 Cakupan Peserta Imunisasi Polio 3 di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading Periode Januari – Juli 2014
Nama Puskesmas Kelurahan
Jumlah Surviving
Infant (Bayi)
% target/ tahun
% Target Bayi yang
diimunisasi Januari s/d Juli
Januari s/d AprilJumlah Bayi
yang diimunisasi
(Bayi)
% Bayi yang diimunisasi
Kelapa Gading Timur
784 87 % 50.75 % 345 44 %
Kelapa Gading Barat
1038 87 % 50.75 % 352 33.9 %
Pegangsaan 2 A 566 87 % 50.75 % 283 50 %Pegangsaan 2 B 563 87 % 50.75 % 192 34.1 %Total 2951 87 % 50.75 % 1172 39.7 %
Berdasarkan tabel 1.19 didapatkan bahwa Peserta Imunisasi Polio 3 Kecamatan Kelapa
Gading Periode Januari – Juli 2014 adalah 39.7 %, dimana target selama 7 bulan 50.75 %
dengan jumlah sasaran sebanyak 2951 bayi.
Tabel 1.20 Cakupan Peserta Imunisasi Polio 4 di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading Periode Januari – Juli 2014
Nama Puskesmas Kelurahan
Jumlah Surviving
Infant (Bayi)
% target/ tahun
% Target Bayi yang
diimunisasi Januari s/d Juli
Januari s/d AprilJumlah Bayi
yang diimunisasi
(Bayi)
% Bayi yang diimunisasi
Kelapa Gading Timur
784 87 % 50.75 % 385 49.1 %
Kelapa Gading Barat
1038 87 % 50.75 % 381 36.7 %
Pegangsaan 2 A 566 87 % 50.75 % 214 37.8 %Pegangsaan 2 B 563 87 % 50.75 % 192 34.1 %Total 2951 87 % 50.75 % 1172 39.7 %
Berdasarkan tabel 1.20 didapatkan bahwa Peserta Imunisasi Polio 4 Kecamatan Kelapa
Gading Periode Januari – Juli 2014 adalah 39.7 %, dimana target selama 7 bulan 50.75 %
dengan jumlah sasaran sebanyak 2951 bayi.
Tabel 1.21 Cakupan Peserta Imunisasi Campak di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading Periode Januari – Juli 2014
Nama Puskesmas Kelurahan
Jumlah Surviving
Infant (Bayi)
% target/ tahun
% Target Bayi yang
diimunisasi Januari s/d Juli
Januari s/d AprilJumlah Bayi
yang diimunisasi
(Bayi)
% Bayi yang diimunisasi
Kelapa Gading Timur
784 87 % 50.75 % 226 28.8 %
Kelapa Gading Barat
1038 87 % 50.75 % 411 39.6 %
Pegangsaan 2 A 566 87 % 50.75 % 163 28.8 %Pegangsaan 2 B 563 87 % 50.75 % 219 38.9 %Total 2951 87 % 50.75 % 1019 34.5 %
Berdasarkan tabel 1.21 didapatkan bahwa Peserta Imunisasi Campak Kecamatan Kelapa
Gading Periode Januari – Juli 2014 adalah 34.5 %, dimana target selama 7 bulan 50.75 %
dengan jumlah sasaran sebanyak 2951 bayi.
Tabel 1.22 Drop Out Imunisasi BCG – Campak Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading Periode Januari – Juli 2014
NoNama Puskesmas
Kelurahan
Sasaran Bayi Pencapaian Januari - Juli (%)
Drop Out % (DO) (<10%)
Bayi Baru Lahir (BCG)
Bayi Lahir Hidup
(Campak)
BCG Campak BCG – Campak BCG
x 100%
1 Kelapa Gading Timur 785 784 299 226
24,4
2 Kelapa Gading Barat 1039 1038 358 411
14,8
3 Pegangsaan 2A 589 566 385 163 57,64 Pegangsaan 2B 542 563 202 219 8,4
Jumlah 2955 2951 1244 1019 18,0
Berdasarkan tabel 1.22 didapatkan bahwa Drop Out Imunisasi BCG Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading Periode Januari – Juli 2014 adalah 18,0 % dimana minimal angka drop out adalah 10%.
1.4 Identifikasi MasalahSasaran program imunisasi dasar adalah bayi baru lahir dan bayi lahir hidup. Setelah
didapatkan identifikasi masalah dari program Imunisasi dasar di Puskesmas Kecamatan
Kelapa Gading maka dengan cara menghitung dan membandingkan nilai kesenjangan
antara apa yang diharapkan (expected) dengan apa yang telah terjadi (observed) akan
dipilih dua masalah yang menjadi prioritas utama untuk diselesaikan. Selanjutnya
dilakukan perumusan masalah untuk membuat perencanaan yang baik sehingga masalah
yang ada dapat diselesaikan.
Dari berbagai hasil pencapaian program kegiatan imunisasi dasar bayi yang dievaluasi di
Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading periode Januari – Juli 2014 maka didapatkan
identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Cakupan imunisasi BCG pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Kelapa Gading Timur periode Januari – Juli 2014 sebesar 38.1%.
2. Cakupan imunisasi BCG pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Kelapa Gading Barat periode Januari – Juli 2014 sebesar 23.7%.
3. Cakupan imunisasi BCG pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Pegangsaan 2 A periode Januari – Juli 2014 sebesar 63.7%.
4. Cakupan imunisasi BCG pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Pegangsaan 2 B periode Januari – Juli 2014 sebesar 21.8%.
5. Cakupan imunisasi HB0 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Kelapa Gading Timur periode Januari – Juli 2014 sebesar 38.1%.
6. Cakupan imunisasi HB0 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Kelapa Gading Barat periode Januari – Juli 2014 sebesar 34.5%.
7. Cakupan imunisasi HB0 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Pegangsaan 2 A periode Januari – Juli 2014 sebesar 65.4%.
8. Cakupan imunisasi HB0 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Pegangsaan 2 B periode Januari – Juli 2014 sebesar 37.3%.
9. Cakupan imunisasi DPT/HB 1 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Kelapa Gading Timur periode Januari – Juli 2014 sebesar 43.2%.
10. Cakupan imunisasi DPT/HB 1 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Kelapa Gading Barat periode Januari – Juli 2014 sebesar 31.8%.
11. Cakupan imunisasi DPT/HB 1 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Pegangsaan 2 A periode Januari – Juli 2014 sebesar 56.1%.
12. Cakupan imunisasi DPT/HB 1 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Pegangsaan 2 B periode Januari – Juli 2014 sebesar 35.7%.
13. Cakupan imunisasi DPT/HB 2 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Kelapa Gading Timur periode Januari – Juli 2014 sebesar 44.6%.
14. Cakupan imunisasi DPT/HB 2 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Kelapa Gading Barat periode Januari – Juli 2014 sebesar 34%.
15. Cakupan imunisasi DPT/HB 2 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Pegangsaan 2 B periode Januari – Juli 2014 sebesar 34.1%.
16. Cakupan imunisasi DPT/HB 3 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Kelapa Gading Timur periode Januari – Juli 2014 sebesar 51%.
17. Cakupan imunisasi DPT/HB 3 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Kelapa Gading Barat periode Januari – Juli 2014 sebesar 36.6%.
18. Cakupan imunisasi DPT/HB 3 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Pegangsaan 2 A periode Januari – Juli 2014 sebesar 39.6%.
19. Cakupan imunisasi DPT/HB 3 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Pegangsaan 2 B periode Januari – Juli 2014 sebesar 33.9%.
20. Cakupan imunisasi Polio 1 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Kelapa Gading Timur periode Januari – Juli 2014 sebesar 37.8%.
21. Cakupan imunisasi Polio 1 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Kelapa Gading Barat periode Januari – Juli 2014 sebesar 33.6%.
22. Cakupan imunisasi Polio 1 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Pegangsaan 2 A periode Januari – Juli 2014 sebesar 65.5%.
23. Cakupan imunisasi Polio 1 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Pegangsaan 2 B periode Januari – Juli 2014 sebesar 37.5%.
24. Cakupan imunisasi Polio 2 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Kelapa Gading Timur periode Januari – Juli 2014 sebesar 43.6%.
25. Cakupan imunisasi Polio 2 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Kelapa Gading Barat periode Januari – Juli 2014 32.2%.
26. Cakupan imunisasi Polio 2 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Pegangsaan 2 A periode Januari – Juli 2014 sebesar 56.9%.
27. Cakupan imunisasi Polio 2 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Pegangsaan 2 B periode Januari – Juli 2014 sebesar 35%.
28. Cakupan imunisasi Polio 3 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Kelapa Gading Timur periode Januari – Juli 2014 sebesar 44%.
29. Cakupan imunisasi Polio 3 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Kelapa Gading Barat periode Januari – Juli 2014 33.9%.
30. Cakupan imunisasi Polio 3 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Pegangsaan 2 A periode Januari – Juli 2014 sebesar 50%.
31. Cakupan imunisasi Polio 3 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Pegangsaan 2 B periode Januari – Juli 2014 sebesar 34.1%.
32. Cakupan imunisasi Polio 4 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Kelapa Gading Timur periode Januari – Juli 2014 sebesar 49%.
33. Cakupan imunisasi Polio 4 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Kelapa Gading Barat periode Januari – Juli 2014 36.7%.
34. Cakupan imunisasi Polio 4 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Pegangsaan 2 A periode Januari – Juli 2014 sebesar 37.8%.
35. Cakupan imunisasi Polio 4 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Pegangsaan 2 B periode Januari – Juli 2014 sebesar 34.1%.
36. Cakupan imunisasi Campak pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Kelapa Gading Timur periode Januari – Juli 2014 sebesar 28.8%.
37. Cakupan imunisasi Campak pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Kelapa Gading Barat periode Januari – Juli 2014 39.6%.
38. Cakupan imunisasi Campak pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Pegangsaan 2 A periode Januari – Juli 2014 sebesar 28.8%.
39. Cakupan imunisasi Campak pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Pegangsaan 2 B periode Januari – Juli 2014 sebesar 38.9%.
1.5 Rumusan MasalahSetelah didapatkan identifikasi masalah dari program Imunisasi dasar di Puskesmas
Kecamatan Kelapa Gading maka dengan cara menghitung dan membandingkan nilai
kesenjangan antara apa yang diharapkan (expected) dengan apa yang telah terjadi
(observed) akan dipilih dua masalah yang menjadi prioritas utama untuk diselesaikan.
Selanjutnya dilakukan perumusan masalah untuk membuat perencanaan yang baik
sehingga masalah yang ada dapat diselesaikan. Rumusan masalah meliputi 4 W 1 H
(What, Where, When, Whose, How much) Rumusan masalah dari program imunisasi
dasar
Puskesmas adalah sebagai berikut :
1. Cakupan imunisasi BCG pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Kelapa Gading Timur periode Januari – Juli 2014 sebesar 38.1% lebih rendah
dari target 50.75%.
2. Cakupan imunisasi BCG pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Kelapa Gading Barat periode Januari – Juli 2014 sebesar 23.7% lebih rendah dari
target 50.75%.
3. Cakupan imunisasi BCG pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Pegangsaan 2 A periode Januari – Juli 2014 sebesar 63.7% lebih tinggi dari target
50.75%.
4. Cakupan imunisasi BCG pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Pegangsaan 2 B periode Januari – Juli 2014 sebesar lebih rendah 21.8% dari
target 50.75%.
5. Cakupan imunisasi HB0 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Kelapa Gading Timur periode Januari – Juli 2014 sebesar 38.1% lebih rendah
dari target 50.75%.
6. Cakupan imunisasi HB0 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Kelapa Gading Barat periode Januari – Juli 2014 sebesar 34.5% lebih rendah dari
target 50.75%.
7. Cakupan imunisasi HB0 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Pegangsaan 2 A periode Januari – Juli 2014 sebesar 65.4% lebih tinggi dari target
50.75%.
8. Cakupan imunisasi HB0 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Pegangsaan 2 B periode Januari – Juli 2014 sebesar 37.3% lebih rendah dari
target 50.75%.
9. Cakupan imunisasi DPT/HB 1 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Kelapa Gading Timur periode Januari – Juli 2014 sebesar 43.2 lebih
rendah dari target 50.75%.
10. Cakupan imunisasi DPT/HB 1 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Kelapa Gading Barat periode Januari – Juli 2014 sebesar 31.8% lebih
rendah dari target 50.75%.
11. Cakupan imunisasi DPT/HB 1 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Pegangsaan 2 A periode Januari – Juli 2014 sebesar 56.1% lebih
tinggi dari target 50.75%.
12. Cakupan imunisasi DPT/HB 1 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Pegangsaan 2 B periode Januari – Juli 2014 sebesar lebih rendah
35.7% dari target 50.75%.
13. Cakupan imunisasi DPT/HB 2 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Kelapa Gading Timur periode Januari – Juli 2014 sebesar 44.6% lebih
rendah dari target 50.75%.
14. Cakupan imunisasi DPT/HB 2 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Kelapa Gading Barat periode Januari – Juli 2014 sebesar 34% lebih
rendah dari target 50.75%.
15. Cakupan imunisasi DPT/HB 2 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Pegangsaan 2 B periode Januari – Juli 2014 sebesar 34.1% lebih
rendah dari target 50.75%.
16. Cakupan imunisasi DPT/HB 3 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Kelapa Gading Timur periode Januari – Juli 2014 sebesar 51% lebih
tinggi dari target 50.75%.
17. Cakupan imunisasi DPT/HB 3 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Kelapa Gading Barat periode Januari – Juli 2014 sebesar 36.6% lebih
rendah dari target 50.75%.
18. Cakupan imunisasi DPT/HB 3 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Pegangsaan 2 A periode Januari – Juli 2014 sebesar 39.6% lebih
rendah dari target 50.75%.
19. Cakupan imunisasi DPT/HB 3 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Pegangsaan 2 B periode Januari – Juli 2014 sebesar 33.9% lebih
rendah dari target 50.75%.
20. Cakupan imunisasi Polio 1 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Kelapa Gading Timur periode Januari – Juli 2014 sebesar 37.8% lebih rendah
dari target 50.75%.
21. Cakupan imunisasi Polio 1 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Kelapa Gading Barat periode Januari – Juli 2014 sebesar 33.6% lebih rendah dari
target 50.75%.
22. Cakupan imunisasi Polio 1 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Pegangsaan 2 A periode Januari – Juli 2014 sebesar 65.5% lebih tinggi dari target
50.75%.
23. Cakupan imunisasi Polio 1 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Pegangsaan 2 B periode Januari – Juli 2014 sebesar37.5% lebih rendah dari
target 50.75%.
24. Cakupan imunisasi Polio 2 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Kelapa Gading Timur periode Januari – Juli 2014 sebesar 43.6% lebih
rendah dari target 50.75%.
25. Cakupan imunisasi Polio 2 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Kelapa Gading Barat periode Januari – Juli 2014 sebesar 32.2% lebih
rendah dari target 50.75%.
26. Cakupan imunisasi Polio 2 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Pegangsaan 2 A periode Januari – Juli 2014 sebesar 56,9% lebih
tinggi dari target 50,75%
27. Cakupan imunisasi Polio 2 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Pegangsaan 2 B periode Januari – Juli 2014 sebesar 35% lebih rendah
dari target 50,75%
28. Cakupan imunisasi Polio 3 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Kelapa Gading Timur periode Januari – Juli 2014 sebesar 44% lebih
rendah dari target 50,75%
29. Cakupan imunisasi Polio 3 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Kelapa Gading Barat periode Januari – Juli 2014 sebesar 33,9% lebih
rendah dari target 50,75%
30. Cakupan imunisasi Polio 3 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Pegangsaan 2 A periode Januari – Juli 2014 sebesar 50% lebih
rendah dari target 50,75%
31. Cakupan imunisasi Polio 3 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Pegangsaan 2 B periode Januari – Juli 2014 sebesar 34,1% lebih
rendah dari target 50,75%
32. Cakupan imunisasi Polio 4 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Kelapa Gading Timur periode Januari – Juli 2014 sebesar 49% lebih
rendah dari target 50,75%
33. Cakupan imunisasi Polio 4 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Kelapa Gading Barat periode Januari – Juli 2014 sebesar 36,7% lebih
rendah dari target 50,75%
34. Cakupan imunisasi Polio 4 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Pegangsaan 2 A periode Januari – Juli 2014 sebesar 37,8% lebih
rendah dari target 50,75%
35. Cakupan imunisasi Polio 4 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Pegangsaan 2 B periode Januari – Juli 2014 sebesar 34,1% lebih
rendah dari target 50,75%
36. Cakupan imunisasi Campak pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Kelapa Gading Timur periode Januari – Juli 2014 sebesar 28,8% lebih
rendah dari target 50,75%
37. Cakupan imunisasi Campak pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Kelapa Gading Barat periode Januari – Juli 2014 sebesar 39,6% lebih
rendah dari target 50,75%
38. Cakupan imunisasi Campak pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Pegangsaan 2 A periode Januari – Juli 2014 sebesar 28,8% lebih
rendah dari target 50,75%
39. Cakupan imunisasi Campak pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Pegangsaan 2 B periode Januari – Juli 2014 sebesar 38.9% lebih
rendah dari target 50,75%.