pendekar seruling gading harimau putih

Upload: muhammad-furkon

Post on 16-Jul-2015

811 views

Category:

Documents


41 download

TRANSCRIPT

Kakek Jubah Putih Dan Bocah Harimau Home Bacaan ~Seruling Gading Harimau Putih~ Kakek Jubah Putih Dan Bocah Harimau Lapor chucky 4 November 2011 jam 8:35pm Hujan 3 hari berlalu... Perubahan alam, bukan hanya menyiratkan adanya kejadian tetapi juga menyiratkan getaran dalam batin, entah perubahan itu merupakan kejadian yang akan berlangsung dalam waktu lama maupun kejadian yang akan merubah hidup seseorang...dan perubahan alam yang terjadi dalam 3 hari ini ternyata adalah isyarat bergolaknya dunia persilatan puluhan tahun kedepan...Setidaknya seperti itulah firasat batin seorang kakek tua yang bersemedi di sebuah goa pada puncak gunung tak bernama... Keprihatinannya akan nasib persilatan membuat kakek tua itu begitu sedih, wajahnya buram tak lagi memancarkan kelihayannya di masa lalu. Si kakek tua itu bukanlah orang sembarangan, ia seorang tokoh persilatan termasyhur di masanya. Selama 50 tahun menjadi tonggak golongan lurus, kaum persilatan kemudian menjulukinya Pendekar Aneh Jubah Putih. Salah satu dari 3 Tokoh Sakti yang pernah mengharumkan persilatan Tanah Tondong dalam pertarungan melawan jagoan silat aliran Ang-Ba-Hit dari Tanah Berpasir, kaum Lhokmah dari Tanah Merah serta jagoan Karsa dari Tanah Salju yang mengacau persilatan tanah Tondong 40 tahun lampau. Sejak saat itulah si kakek tua dianggap sebagai salah satu dari 3 Tokoh Sakti Pelindung Tanah Tondong... Tidak banyak yang mengetahui akan asal usulnya, setelah menjadi pendekar pengelana selama 50 tahun, akhirnya si kakek tua mengundurkan diri dari dunia persilatan untuk menyelami perjalanan hidupnya di masa lalu...sayang, getaran-getaran yang meyentuh batinnya sejak 3 hari ini telah mengusik jiwa kesatrianya. Teringat pertemuannya dengan seorang pendeta dari Tanah Salju 70 tahun lampau. Pendeta itu meramalkan akan adanya pergolakan dahsyat yang melanda persilatan Tanah Tondong. Pergolakan yang dipicu oleh sebuah tulisan kuno karya seorang Sastrawan Tanah Salju 400 tahun lampau...Sastrawan yang sebenarnya tidak memiliki kemampuan ilmu silat tetapi kecerdasannya dalam ilmu surat dan perbintangan menginspirasinya menciptakan suatu ilmu silat maha dahsyat yang di tulis dalam sebuah tulisan kuno berbentuk syair...tulisan kuno itu berada di Tanah Tondong akibat pertukaran kesusastraan antara Kerajaan Meskara Tanah Tondong dengan Kerajaan Karsa dari Tanah Salju... Hem...suara batuk yang begitu serak mengakhiri semedi si kakek tua...

Apa firasatku ini berhubungan dengan ramalan Pendeta Tanah Salju itu...?? sahut si kakek tua... Ahhh...Jika ramalan pendeta itu benar adanya maka bisa dipastikan peninggalan Satrawan Salju akan menggoncang persilatan Tanah Tondong...kata kakek tua lirih... Kembali sang kakek tua teringat kawan seperjuangannya selama berkelana puluhan tahun. Dua sahabat karibnya Si Pedang Malaikat yang bertapa di puncak gunung Kemala dan Pendekar Kelana Tangan Sakti... bertiga dengan kedua kawannya itu mereka dikenal sebagai Sang Abadi Tanah Tondong... bertiga pula bahu membahu memimpin kaum persilatan tanah Tondong melawan tokoh lihay tanah seberang di puncak gunung Penjuru Angin saat pibu 40 tahun lalu... Aihhh...Mudah-mudahan mereka juga merasakan keanehan ini...desah si kakek tua, dengan umurku yang seabad ini tidaklah mungkin mengatasi pergolakan yang terjadi nantinya...lanjut si kakek tua Ahhh...baiknya aku kunjungi saja kakang Belana, sahut si kakek tua lirih...Pasti dengan ketajaman batinnya, kakang Belana merasakan keanehan yang aku rasakan... Di sebuah Lembah Tak Bertuan... Ibu...umurku sekarang berapa..? tanya seorang bocah kecil Umurmu sudah 5 tahun...jawab ibunya Ibu...kenapa ayah tidak pernah menengok kita...? sahut si bocah memandang ibunya Wajah perempuan berusia 30 tahunan itu nampak murung mendengar pertanyaan anaknya. Teringat kejadian 5 tahun lalu saat sang suami mengunsikannya di Lembah Tak Bertuan. Sang suami khawatir akan keselamatan istri dan anaknya setelah beberapa kali orang berkedok menyatroni rumahnya. Tapi sayang perpisahan 5 tahun lalu itu merupakan pertemuan terakhir dengan ayah si bocah yang di temukan tewas beberapa hari kemudian. Begitulah ibu si bocah dan anaknya yang masih bayi kemudian berdiam di Lembah Tak Bertuan. Akan tetapi kejadian 5 tahun lalu itu telah meninggalkan banyak teka-teki misteri kematian suaminya. Ibu si bocah ingat betul saat terakhir kali bertemu, ayah si bocah menghafalkan sebuah syair yang merupakan karya sastra tak ternilai harganya... Kenapa ibu menangis...? tanya si bocah, apa Prahara telah menyakiti perasaan ibu...? sahut si Bocah Engkau tidak menyakiti perasaan ibumu Praharaibu hanya teringat ayahmu. Ayahmu adalah seorang yang sangat penyayang, seorang yang sastrawan yang lihay dalam ilmu surat(sastra). orang menjulukinya Sastrawan Putih. Kepandaiannya dalam ilmu surat dan perbintangan tidak ada duanya. Sayang, ayahmu terlalu cepat pergi...tutur ibu si bocah sedih...

Prahara...sahut ibu si bocah... Ya ibu... Ibu berharap kau nantinya seperti ayahmu. Giatlah belajar ilmu surat, pahamilah semua catatan peninggalan ayahmu.. engkau mesti bisa mengikuti jejak ayahmu kelak...sahut ibu si bocah penuh harapan Baik ibu...Prahara janji akan lebih giat lagi...sahut si bocah Sang ibu gembira melihat kesungguhan anaknya. Selama 5 tahun ini, Prahara telah menunjukkan bakat yang mengagumkan. Bakatnya dalam memahami berbagai hal yang rumit sekalipun menunjukkan kecerdasannya yang tinggi...bahkan ibunya pun takjub akan kecerdasan Prahara yang tidak ada batasnya. Semua catatan peninggalan ayahnya si sastrawan putih dipelajarinya sungguh-sungguh. Sayang ayahnya hanya meninggalkan catatan ilmu surat, sama sekali tidak memahami ilmu silat. Ibunya pun banyak membimbing Prahara tentang dunia luar. Sekali-kali ibunya mengajak Prahara ke desa terdekat dari lembah tak bertuan untuk mengenalkannya dunia luar. Hanya saja ibunya khawatir dengan sikap aneh Prahara. Terkadang ibunya melihat pancaran aura yang lain dari wajahnya anaknya. Tak jarang aura itu membuat batin ibunya bergetar. Bahkan keanehan lain yang mengejutkan sang ibu adalah Prahara paling suka berkawan dengan binatang buas, seolah-olah binatang itu paham akan kemauan Prahara. Terakhir kekhawatiran ibunya memuncak saat Prahara membawa seekor anak harimau putih yang ditemukannya terluka dalam hutan. Anak harimau itu kemudian menjadi kawan bermain Prahara dan berdiam di lembah. Prahara memberinya nama Si Putih... 2 tahun kemudian saat malam purnama, Prahara di kawani Si Putih sibuk merawat ibunya. Sejak seminggu lalu, ibunya jatuh sakit dan begitu lemah kondisinya. Sudah berapa kali Prahara ke desa mengundang tabib tetapi toh penyakit ibunya tak kunjung sembuh. Hal itu telah membuatnya begitu sedih. Ibu yang merupakan satu-satunya keluarga yang ia miliki, kini terbaring lemah dengan kondisi yang sungguh menghawatirkan... Bagaimana keadaan ibu..? tanya Prahara sedih seraya mengusap kepala ibunya Tidak apa-apa anakku...ibu baik-baik saja...janganlah menghawatirkan ibu...sahut ibunya lirih... Satu hal yang membuat ibu Prahara begitu sayang pada anaknya yakni ketabahan dan keteguhan Prahara. Walaupun Prahara adalah anak berusia 7 tahun akan tetapi wataknya yang begitu dewasa tidak menunjukkan ketakutan akan nasibnya kelak... Anakku...ibu ingin bicara denganmu...dengarlah perkataanku!! Ya ibu...sahut Prahara yang memandang wajah ibunya penuh perhatian

Ambillah buntalan yang ibu simpan di bawah pembaringan...!! perintah ibunya Prahara memeriksa pembaringan ibunya, ia melihat sebuah buntalan putih yang tidak begitu besar... Anakku buntalan itu berisi catatan-catan peninggalan ayahmu termasuk catatan ilmu surat yang ayahmu kumpulkan, jagalah baik-baik dan pelajarilah dengan tekun semoga wawasanmu bertambah. Berjanjikah engkau anakku...? tanya ibunya Baik ibu...Prahara berjanji akan mempelajarinya dengan tekun...jawab si bocah tanggung mengandung kesedihan Anakku janganlah engkau bersedih...ingatlah takdir itu datangnya dari yang Kuasa. Dia tahu akan nasib hambanya...engkau mesti paham hal itu...!! Iya ibu... Prahara paham... Hemm...ibu bersyukur kau adalah anak yang berbakti. Ingatlah kematian ayahmu adalah takdir begitupula dengan nasib ibumu nantinya...!! termasuk hidupmu selanjutnya juga adalah takdir...jalanilah dengan sabar!! jangan pernah menolaknya...!! kata ibu Prahara tegas Ingatlah Prahara...saat ibumu telah tiada, kau tinggalkanlah lembah ini...!! pergilah kau mengenal dunia luar, belajarlah bergaul dengan orang lain...!! di dalam buntalan itu ibu telah siapkan bekal buatmu...sahut ibu Prahara yang semakin lemah Carilah seorang pamanmu...!! Ibu...apakah Prahara masih memiliki keluarga...? dimanakah pamanku itu ibu...? tanya Prahara pada ibunya Ibumu juga tidak tahu dimana pamanmu berada anakku...terakhir kali ibumu bertemu saat kau masih dalam kandungan...saat itu pamanmu berkunjung...dia juga yang memberikan nama Prahara saat engkau dilahirkan nantinya...ibu cuma tahu pamanmu seorang pesilat tangguh dari Perguruan Pedang Manunggal yang terletak di daerah barat. Nama pamanmu adalah Narana, Dia adalah saudara tua ayahmu. kaum pesilat mengenalnya dengan julukan Si Pedang Gaib karena keahliannya menggunakan pedang. Carilah pamanmu itu dan berikan benda ini...!! Prahara mengambil sebuah benda dari tangan ibunya. Benda yang menyerupai sebuah gelang kayu berwarna putih... kenakanlah di lenganmu Prahara...!! gelang itu adalah peninggalan ayahmu...gelang itu sepasang dengan gelang yang dimiliki pamanmu Narana...saat bertemu dengan pamanmu, perlihatkanlah gelang itu. Saat melihatnya, pamanmu akan paham siapa engkau...patuhilah pamanmu itu Prahara...!! jadikanlah dia sebagai pengganti orang tuamu nantinya...!! kata ibu Prahara yang semakin tersendat-sendat... Baik ibu...Prahara akan berusaha menemukan paman Narana...sahut Prahara sedih...

Prahara...jadilah orang yang berguna bagi orang lain...!! janganlah engkau berlaku jahat!! Ingat pesan ibu baik-baik...!! simpanlah didalam hatimu...!! Baik ibu...Prahara berjanji akan mematuhi pesan ibu... Peluklah ibumu Prahara...!! sahut ibunya lirih... Prahara berbaring memeluk ibunya...terasa air mata ibunya membasahi rambutnya. Prahara merasakan nafas ibunya begitu lemah...kemudian ibunya menarik nafas panjang...nampak sebuah senyum tipis di bibir ibu Prahara...Prahara diam memeluk tubuh ibunya yang tak bernafas lagi...kekuatannya dia kokohkan..Prahara berusaha tegar, namun tetap saja tangisnya tak tertahankan...Prahara kehilangan orang yang sangat disayanginya...lama Prahara terdiam memandang jazad ibunya...perasaan kalut begitu menerpanya...seekor harimau putih turut menyaksikan kesedihannya di malam itu... Perlahan-lahan Prahara menemukan keseimbangannya...teringat akan pesan ibunya untuk tegar dalam menghadapi cobaan, Prahara mengumpulkan semua kekuatannya... Putih...ayo kita makamkan ibu...sahut praha lirih... Si Putih, harimau kawan Prahara mengeram lirih kemudian mengikuti langkah Prahara yang membopong jazad ibunya keluar... Tengah malam itu, Prahara memakamkan jenazah ibunya. Derai air mata dan kesedihan mengiringi jazad ibunya yang terbenam kaku dalam makam yang sederhana... Aummmm...raungan Si Putih menggema di pelosok lembah itu...raungan kesedihan sang harimau putih Seorang kakek tua yang berkelebat seolah bayangan pun tak luput mendengar raungan harimau itu...rasa geli menyentuh batinnya... Aneh...tengah malam begini ada raungan harimau...sahut si kakek tua lirih Tak lama terdengar lagi suara raungan harimau itu...aummmmm....... Penasaran dengan raungan harimau itu, si kakek tua melayang dengan peringan tubu lihay mengikuti suara raungan harimau itu...belasan tombak di pinggiran lembah. si kakek tua melihat seekor harimau putih bersama seorang bocah. Bocah itu sedang duduk bersimpuh di depan sebuah gundukan tanah yang masih basah...rasa takjub si kakek tua bukan pada harimau putih itu, tetapi mata batin si kakek tua melihat pancaran perbawa si bocah yang begitu besar dengan kekuatan batin yang kental... Harimau putih yang menyadari kehadiran si kakek tua mengeram keras... ..gerrrrrrr.....

Geraman itu membuat si bocah terkejut...Si bocah yang tak lain adalah Prahara membalikkan tubuhnya...Ia melihat seorang kakek tua berjubah putih sedang memandangnya dengan pandangan welas asih... Kakek tua...aku tidak tahu kau manusia atau hantu...tetapi satu hal yang aku rasakan saat ini adalah kesedihan...janganlah engkau menggangguku...!! sahut Prahara tegas... Si kakek tua tersenyum mendengar ucapan si bocah...anak yang aneh...sikapnya yang tenang dengan perbawa yang kuat menunjukkan hatinya yang polos dan masih suci...batin si kakek tua... Siapakah namamu bocah...? tanya si kakek tua bijak... Aku Prahara kek...dan ini kawanku Si Putih...jawab Prahara sambil mengusap kepala harimau kesayangannya... ..gerrr....Si Putih mengeram ke arah si kakek tua... Aihhh bocah baik... boleh kakek tau siapa yang terkubur dalam makam itu...? tanya si kakek tua menunjuk makam yang masih basah... Makam itu adalah makam ibuku kek.. hari ini ibuku meninggal karena sakit...jawab Prahara lirih...siapakah kakek ini...? Setahuku lembah ini jarang dilewati manusia...selama 7 tahun ini selain ibuku baru kakek yang Prahara lihat memasuki lembah ini...tanya Prahara pada si kakek tua Hemmm...kau boleh memanggilku kakek Jubah Putih...sahut si kakek tua Di manakah rumahmu bocah...? Apa ayahmu tidak tinggal bersamamu...? tanya si kakek Jubah Putih... Prahara menatap wajah si kakek jubah putih kemudian menundukkan kepalanya... Ayahku telah lama meninggal kek...selama ini hanya ibu dan Si Putih yang menemaniku...jawab Prahara... Mari kek aku tunjukkan rumahku...rumahku ada di tengah lembah...kata Prahara hormat pada si kakek jubah putih kemudian berjalan menuju tengah lembah diikuti Si Putih... Si kakek Jubah Putih tersenyum melihat sikap Prahara yang tahu adat...si kakek Jubah Putih melihat makam ibu Prahara...sejenak di bacanya tulisan nisan pada makam itu...Nirina ibu Prahara, istri Arwana Sastrawan putih. Si kakek Jubah Putih terkejut membaca tulisan pada nisan itu...Arwana Sastrawan Putih...Setahuku Arwana adalah anak almarhum Tetua Perguruan Pedang Manunggal...cucu kakang Belana...batin si kakek Jubah Putih...seingatnya 20 tahun lalu sahabatnya Si Pedang

Malaikat menceritakan bahwa ia mempunyai 2 orang cucu bernama Narana yang digelari Si Pedang Gaib dan Arwana yang bergelar Sastrawan Putih karena kelihayannya dalam ilmu surat dan perbintangan...apa bocah itu adalah keturunan Si Pedang Malaikat...? sahut si kakek Jubah Putih lirih. Si kakek Jubah Putih kemudian berjalan mengikuti bocah tanggung yang menarik perhatinnya itu...di tengah lembah nampak sebuah gubuk sederhana yang di kelilingi taman bunga yang indah...anehnya taman bunga itu bukan taman bunga biasa tetapi sebuah taman formasi barisan bunga...hemm...tempat yang aneh...batin si kakek Jubah Putih Silahkan masuk kek...sapa Prahara yang menyambut si kakek jubah putih kemudian membimbing si kakek tua melewati formasi barisan ciptaannya dari catatan peninggalan ayahnya... Silahkan duduk kek...Prahara siapkan minuman dulu...sahut Prahara sopan seraya berjalan masuk menyiapkan hidangan buat si kakek Jubah Putih... Aihh...Anak ini begitu sopan dan kenal adat...sahut si kakek Jubah Putih lirih memandang punggung si bocah tanggung itu...Dari struktur tulangnya, dia adalah anak yang sangat berbakat dalam ilmu silat...batin si kakek Jubah Putih... Tak lama kemudian Prahara keluar membawa sebuah gelas bambu yang berisi minuman hangat... silahkan kek...hanya ini yang bisa Prahara hidangkan buat kakek...kata Prahara lugas Hahaha...Aku kagum sama sifatmu nak...ceritakanlah siapa adanya dirimu...!! kakek penasaran akan latar belakang hidupmu...kata si kakek Jubah Putih... Prahara terdiam sesaat...Ia menarik nafas kemudian menatap wajah si kakek Jubah Putih... Si kakek Jubah Putih yang melihat sikap keragu-raguan Prahara mengerti apa yang di pikirkannya... Jangan ragu nak...kakek bukanlah orang yang jahat...kata si kakek Jubah Putih lembut Baik kek, Prahara juga yakin kakek bukan orang yang jahat...Prahara kemudian menceritakan sekelumit kehidupannya dari cerita kematian ayahnya, kemudian berdiam di lembah Tak Bertuan dan pesan terakhir Ibunya untuk mencari pamannya Narana, Si Pedang Gaib... Ahhh...ternyata benar kau adalah keturunan Sahabatku Si Pedang Malaikat...sahut si kakek Jubah Putih gembira... Siapa Si Pedang Malaikat itu kek...? tanya Prahara heran mendengar perkataan si kakek Jubah Putih yang menyebutkan bahwa dirinya adalah keturunan Si Pedang Malaikat.

Aihh...ternyata kau tidak tau...Si Pedang Malaikat itu adalah salah satu dari 3 Tokoh Sakti Pelindung Tanah Tondong...dia adalah kakek dari ayahmu Si Sastrawan putih...jadi kau ini adalah cucu buyutnya...kata kakek Jubah putih jelas... Wajah Prahara berseri-seri mendengar kakek buyutnya adalah sahabat karib kakek Jubah Putih... apakah kakek buyutku masih hidup kek...? tanya Prahara penuh harap dapat bertemu dengan kakek buyutnya... Sudah 20 tahun aku tidak bertemu dengannya...kata kakek Jubah Putih lirih...begini saja, apa kau mau ikut bersamaku...? kebetulan kakek ingin berkunjung ke tempat kakekmu Si Pedang Malaikat... Ahhh...terimakasih kek...kapan kita berangkat...? tanya Prahara gembira... Besok saja kita berangkat...malam ini kau siapkan keperluanmu...bawalah yang menjadi wasiat ayah ibumu...!! kata kakek Jubah Putih lembut... kek...apa Si Putih boleh ikut...? cuman dia satu-satunya kawan yang aku miliki...kata Prahara yang tidak rela meninggalkan Si Putih... Biarlah harimau itu ikut serta...sahut kakek Jubah Putih lirih Ayo putih...kita tidur...bsok kita melakukan perjalanan dengan kakek Jubah Putih...kata Prahara mengajak Si Putih untuk tidur lebih awal... Hemmm...anak yang berbakat...jika anak ini mendapat pelajaran ilmu silat, namanya akan mengguncang dunia persilatan...apa ini adalah jodoh...? batin kakek Si Jubah Putih...Si Pedang Malaikat pasti senang bertemu dengan cucu buyutnya ini...sahutnya lirih ~Bersambung~ Lembah Kemala dan 2 Kakek Sakti Home Bacaan ~Seruling Gading Harimau Putih~ Lembah Kemala dan 2 Kakek Sakti Lapor chucky 4 November 2011 jam 8:35pm Esok harinya, seorang kakek tua bersama seorang bocah tanggung yang dikawani seekor harimau putih meninggalkan Lembah Tak Bertuan menuju Lembah Kemala yang jaraknya ratusan mil.

Selama perjalanan bocah itu yang tak lain adalah Prahara mulai di gembleng oleh si kakek Jubah Putih dengan dasar-dasar ilmu silat yang lihay. Dimulai dengan latihan dasar tenaga dalam yang membentuk tenaga dalam Prahara kemudian mempelajari dasar ilmu silat Sentuhan Roh 8 Penjuru serta ilmu Gerak Bayangan Cahaya. Tak luput Si Putih juga secara alamiah meresapi ilmu silat yang Prahara pelajari. Bahkan tak jarang Si Putih menjadi teman latih tanding Prahara... Selama 5 bulan perjalanan itu Prahara yang memasuki umur 8 tahun banyak mendapat pengajaran dari kakek Jubah Putih. Dengan watak Prahara yang cerdas, semakin membuat kagum kakek Jubah Putih. Bakatnya yang tinggi menjadikan Prahara cepat mencerna pelajaran yang di berikan kakek Jubah Putih. Bahkan pelajaran yang menurut kakek Jubah Putih seharusnya di kuasai dalam waktu 2 tahun, hanya dikuasai Prahara dalam waktu 5 bulan. Hal ini bukanlah hal yang aneh, sejak kecil Prahara telah menunjukkan kecerdasannya yang mengagumkan dalam memahami ilmu surat. Bakatnya itulah yang mebuat semua pelajaran dari kakek Jubah putih dicerna secara alamiah dan mendalam... Kecerdasan Prahara, memberikan kesenangan tersendiri bagi si Kakek Jubah Putih. Prahara seolah memiliki otak ganda dalam meresapi pelajaran, bahkan kekuatan batin Prahara yang sangat kuat mampu menyesuaikannya dengan alam sehingga Prahara peka akan keadaan di sekitarnya. Hal ini membuat kakek Jubah Putih semakin menggali potensi kekuatan batin Prahara. Kakek jubah Putih memahami bahwa pemahaman Prahara berdasar pada pemahaman alamiah disekitarnya yang kemudian melandasinya dengan kemampuan batin sehingga pemahamannya terkumpul menjadi satu titik konsep baru yang sifatnya murni tapi sarat akan fungsi...inilah kemampuan yang di namakan Tenaga Batin Merangkai Jazad. Bahkan dengan kekuatan batinnya, Prahara berhasil menciptakan interaksi tersendiri dengan Si Putih. Prahara mampu menyesuaikan gerak Si Putih dengan gerakan silat yang dia pelajari dengan memodifikasinya sesuai naluri gerak Si Putih...sungguh hal yang menakjubkan bagi si kakek Jubah Putih. Sejak meninggalkan lembah Tak Bertuan, Prahara telah menguasai dasar dari Ilmu silat Sentuhan Roh 8 Penjuru milik kakek Jubah Putih dan telah mengalami kemajuan pesat dalam Gerak Bayangan Cahaya. Kemampuan batinnya pun semakin tajam. Pagi itu, bersama kakek Jubah Putih dan Si Putih, mereka bertiga mendaki Puncak Kemala. Dari jarak ratusan tombak dari puncak, terdengar suara yang menggema.. Ha...ha...haaaaa....selamat datang saudaraku...lama tak berjumpa...firasatku memang benar adanyaHari ini kawan lama sudi berkunjung ke tempatku ini... suara itu terdengar bertalu-talu tapi membawa hawa kelembutan bagi telinga yang mendengarnya. Tenaga dalam yang mengiringi suara itu menunjukkan tingginya hawa sakti si pemilik suara... Kakek Jubah Putih tersenyum mendengar suara Si Pedang Malaikat yang menyambut kedatangannya. Kakek Jubah Putih kemudian mengajak Prahara dan Si Putih berkelebat cepat menggunakan Gerak Bayangan Cahaya memasuki pintu gua pada sebuah rongga batang pohon yang besarnya tiga pelukan orang dewasa.

Prahara kagum melihat keajaiban pohon yang tetap tumbuh subur itu. Padahal pada tengah batangnya terdapat rongga yang menjadi pintu gua yang tembus ke dalam lembah. Setelah berjalan puluhan tombak dalam lorong gua, tampaklah ujung goa yang merupakan pintu masuk ke dalam lembah subur yang terletak pada puncak gunung berbentuk kawah. Di tengah kawah, terdapat telaga kecil yang jernih dan melahirkan kesejukan... Prahara melihat seorang kakek tua berjubah biru duduk diatas sebuah batu hitam pinggir telaga.. Bagaimana kabarmu kakang Belana...? baik-baikkah selama ini...? tanya si kakek Jubah Putih penuh haru. Aihhh...bertemu denganmu adik Puristha, telah membuat orang tua renta ini merasa muda lagi...sahut si kakek Belana tersenyum haru. Ternyata kakek berjubah biru ini tak lain adalah Si Pedang Malaikat sedangkan kakek berjubah putih yang bersama Prahara adalah Pendekar Aneh Jubah Putih. 2 kakek tua renta ini adalah 2 dari 3 Tokoh Sakti Pelindung Tanah Tondong. Kakek Belana kemudian menatap Prahara tajam. Sekejap kemudian, nampak wajah kakek Belana berkerut memandang tubuh Prahara dari ujung rambut sampai ujung kaki.. Ahhh....anak ajaib...semuda ini telah memiliki kekuatan batin yang kuat...aura tubuhnya begitu bercahaya...apakah anak ini muridmu adik Puristha...? sahut kakek Belana... Ha..haha...bagaimana kakang...? adakah yang aneh dalam diri anak itu...? memang benar dia adalah muridku...namanya Prahara...sahut kakek Jubah Putih penuh semangat... tapi pandanglah lebih dalam lagi...!! mungkin saja kakang akan menemukan sesuatu darinya... Adik puristha...adakah sesuatu hal yang berhubungan antara anak ini dengan diriku...? tanya kakek belana kaget...penglihatan batinku, anak ini erat hubungannya dengan keturunanku...apalagi dalam diri anak ini tersimpan kekuatan batin yang begitu kuat... Hahaha...ketajaman matamu masih lihay kakang...sangatlah wajar jika engkau di juluki Si Pedang Malaikat...sahut kakek Jubah Putih tertawa... Anak ini memang benar erat hubungannya dengan dirimu kakang...anak ini adalah cucu buyutmu...anak dari Arwana Si Saatrawan putih...kata kakek Jubah Putih jelas Ahh...terkejut Si Pedang Malaikat mendengar penuturan kakek Jubah Putih... Sedangkan Prahara yang mengetahui bahwa kakek Belana adalah Si Pedang Malaikat kakek buyutnya tak kalah terkejutnya. Prahara memandang kakek Jubah Putih sejenak. Saat Kakek jubah Putih anggukkan kepala, Prahara kemudian bersujud di kaki kakeknya... Kakek...maafkan kelancangan cucu sampai tidak mengenal kakek buyut...kata Prahara haru..

Kakek Belana atau Si Pedang Malaikat terharu melihat anak keturunannya yang begitu menghormatinya...sambil mengusap kepala Prahara, kakek Belana menarik tubuh Prahara berdiri.. Pantas matamu mirip dengan mendiang nenek buyutmu...haha..aaaaku bersyukur di hari tuaku masih sempat melihat cahaya mata yang ada di matamu anakku...seolah-olah dengan melihat matamu, kakekmu ini melihat mendiang nenek buyutmu...kata kakek Belana terharu sampai matanya berkaca-kaca... Aihhh...bagaimana anak ini bisa bersamamu adik Puristha...? tanya ketua Belana penasaran Kami bertemu secara kebetulan kakang...biarlah anak ini yang menceritakannya...sahut kakek Jubah Putih Prahara kemudian menceritakan sekelumit kehidupannya, di mulai dari kematian Ayahnya oleh orang-orang berkedok kemudian berdiamnya ibu dan anak di Lembah Tak Bertuan hingga saat bertemunya Prahara dengan kakek Jubah Putih sesaat setelah ibunya meninggal dunia. Kakek belana begitu terharu mendengar penderitaan yang di alami oleh cucu buyutnya itu. Perasaannya bangga akan sifat cucu buyutnya yang tegar dan sabar dalam menerima cobaan... Prahara...Apakah kau tahu sebab kematian ayahmu..? tanya kakek Belana... Aku tidak tahu secara jelas kek...Hanya saja sesaat sebelum ibu meninggal, ibu bercerita bahwa rumah ayah di satroni orang bertopeng yang meminta ayah menjelaskan makna sebuah tulisan kuno yang menurut ibu adalah sebuah syair... Ahh..., apa betul katamu itu...? tanya kakek Belana terkejut Iya kek...seingatku...dari cerita ibu, ayah sempat menghafalkan tulisan kuno itu pada ibu, sesaat sebelum ibu membawaku ke Lembah Tak Bertuan...kata Prahara tegas Apa ibumu memberitahukan hafalan tulisan kuno itu...? tanya kakek Jubah Putih penasaran Iya kek sejak kecil ibu telah menyuruhku menghafal tulisan kuno itu karena menurut ibu, tulisan itu adalah karya sastra yang tak ternilai harganya...bahkan ayah menghawatirkan jika tulisan kuno itu jatuh pada orang yang berperilaku jahat...kata Prahara jelas Ahhh...ternyata firasatku belakangan ini memang benar adanya...apakah kau juga merasakannya adik puristha...? tanya kakek Belana pada kakek jubah Putih dengan pandangan tegang... Iya kang...karena itulah aku mngunjungi kakang...sahut kakek Jubah putih... Aihhh...jika penglihatan mata batinku benar adanya maka akan terjadi banjir darah di Tanah Tondong, saat itu akan banyak tokoh-tokoh lihay bermunculan...bahkan menurutku semua itu

tidak terlepas dari tulisan kuno penyebab kematian Arwana Sastrawan Putih cucuku itu... kata kakek Belana dengan wajah miris... Apa benar begitu kakang...? tanya kakek Jubah Putih... Iya...hanya yang Maha Kuasa yang mengetahui jelas, bagaimana dahsyatnya pergolakan persilatan nantinya...tetapi hal yang menyentuh batinku adalah kematian Si Sastrawan putih sebenarnya adalah awal dari pergolakan itu...jawab kakek belana jelas. Kenapa kakek mengatakan kematian ayahku adalah awal pergolakan persilatan nantinya kek...? tanya Prahara pnasaran Menurut firasatku serta penglihatan mata batinku, kematian ayahmu adalah kunci dari pergolakan ituSecara tidak langsung kakek berfikir tulisan kuno yang merupakan tulisan syair yang kau hafalkan itu adalah benda pusaka persilatan yang memicu pergolakanBahkan mungkin telah ada tokoh-tokoh tertentu yang memiliki tulisan kuno atau sadurannya. Hanya saja tokoh tersebut belum mampu memahami maknanya...tutur kakek Belana Apa tulisan kuno itu sangat berarti kek...? sehingga menjadi benda pusaka rebutan kaum persilatan... tanya Prahara penasaran Kakek Belana mengalihkan pandangannya pada kakek Jubah Putih seraya berucap...kaulah adik yang menjelaskannya... Praharatulisan kuno itu sebenarnya bukan tulisan biasa tetapi tulisan kuno yang merupakan sebuah tulisan syair yang mengandung ilmu silat yang maha dahsyat... Tulisan kuno itu merupakan hasil karya seorang Sastrawan dari Tanah Salju di seberang lautan hampir 400 tahun lampau. Tulisan kuno itu kemudian tertukar saat adanya pertukaran kesusastraan antara Kerajaan Meskara dan Kerajaan Karsa dari Tanah Salju...Entah bagaimana caranya orang berkedok mendapatkan tulisan syair itu...Kemungkinan orang yang membunuh ayahmu mendapatkan sadurannya saja Setahuku, tulisan kuno itu merupakan benda pusaka yang berada di Kerajaan Meskara...tutur kakek Jubah Putih Kemungkinan ayahmu berkeras tidak menjelaskan maknanya pada orang berkedok yang menyatroni rumahmu 8 tahun lalu...aihh...pergolakan nantinya akan berlangsung dahsyat...tutur kakek Jubah Putih 2 orang tokoh sakti itu terlihat tegang menerawang pergolakan yang akan terjadi di dunia persilatan Tanah Tondong nantinya. Prahara yang melihat sikap 2 tokoh sakti itu ikut merasakan suasana tegang, bahkan dalam hati kecilnya telah timbul tekad untuk mencari tahu hubungan antara kematian ayahnya dengan pergolakan persilatan nanti. Tekad yang kuat itu telah memancing reaksi dari kekuatan batinnya. Sehingga Prahara tak sadar telah memunculkan kekuatan batin yang terpendam dalam dirinya. Aura kekuatan batin itu tak lepas dari penglihatan 2 kakek sakti itu...

...apa aku tidak salah lihat..? tanya kakek Belana pada kakek jubah Putih Tidak kakang...kakang tidak salah lihat...itulah yang membuatku begitu tertarik saat melihatnya...kata kakek Jubah Putih dengan wajah miris memandangi Prahara... Prahara...bawalah harimaumu ke pondok...!! printah kakeknya Si Pedang Malaikat...aku ingin bicara dengan kakekmu... Baik kek...ayo putih, kita ke pondok...ajak Prahara pada Si Putih... Setelah Prahara berlalu, barulah 2 kakek sakti itu bercakap... Kang...apa benar Prahara memiliki Tenaga Batin Merangkai Jazad...? tanya kakek Jubah Putih serius Tidak salah...Prahara memiliki kekuatan itu...untung hatinya polos dan masih suci...seandainya dia jatuh pada orang yang tak bertanggung jawab, dia akan menjadi bencana besar bagi dunia persilatan...kata kakek Belana... Jadi bagaimana kang...? apa kakang sudah meraba penyebab pergolakan yang akan terjadi...? tanya kakek jubah putih Belum adik...hanya saja sebagian kecil tak terlepas dari adanya tulisan kuno itu...dan yang terpenting...mata batinku melihat anak itu akan menjadi tonggak persilatan saat terjadi pergolakan...tutur kakek belana Wajah kakek Jubah Putih nampak menegang keras...apa adik Kelana Tangan Sakti juga meraba akan hal ini...sahut kakek Jubah Putih... Entahlah dik...tapi perasaanku, adik Kelana merasakan juga keanehan ini...bahkan mungkin saat ini adik Kelana telah menyelidikinya...mungkin dia akan berkunjung juga ke tempatku ini Terus langkah apa yang akan kita lakukan saat ini...? tanya kakek Jubah Putih... Hemm...kita bertiga dengan adik Kelana sudah uzur...untuk muncul lagi di dunia persilatan tidaklah menguntungkan...Apalagi pergolakan kali ini berlangsung dalam waktu yang lama, bahkan kejadiaanya kemungkinan saja berentetan...kejadian-kejadian kecil yang terjadi adalah awal dari pergolakan dahsyat yang akan terjadi...bahkan 8 perguruan utama pun harus terseokseok untuk menghadapinya...inilah yang menakutkan...tutur kakek Belana Ahh...kakek Jubah Putih menggeleng dengan wajah miris. Bahkan pancaran mata yang menggetarkan lawanya selama melintang di dunia persilatan begitu redup. Dia tahu pasti analisa Si Pedang Malaikat selalu akurat. Selama berkawan, kekuatan mata batin sahabatnya itu sangat ampuh menerawang suatu kejadian.

Kata kakang, anak itu menjadi tonggak pergolakan, apa itu berarti Prahara ikut andil dalam pergolakan nanti...? tanya kakek Jubah Putih Benar adik...kita mesti mempersiapkan anak itu mewakili nama besar 3 Tokoh Sakti Pelindung Tanah Tondong. Setidaknya memberikan harapan dan pegangan bagi kaum persilatan...sahut kakek Belana tegas... Apalagi...kakek belana tidak melanjutkan ucapannya... Apalagi apa kang..? tanya kakek Jubah Putih heran Ahhh...takdir siapa yang bisa melawan...ujar kakek Belana datar Maksud kakang...? Kakek Belana menatap mata kakek Jubah putih lama. Sambil menarik nafas panjang... Ahhh...benarkah kang...? kakek Jubah Putih yang melihat pancaran mata Si Pedang Malaikat sudah redup. Pahamlah kakek Jubah Putih apa maksud sahabat karibnya itu Iya adik...firasatku tak akan lama lagi...desah kakek Belana...sukur saya masih ada waktu untuk mempersiapkan anak itu...setidaknya kau dan adik Kelana bisa menyempurnakannya... Ahhh...kenapa kakang berkata begitu...kita adalah saudara...sepantasnyalah apa yang menjadi tanggung jawab kakang menjadi tanggung jawab kami pula...apalagi anak itu telah aku angkat jadi muridku sendiri...sahut kakek Jubah Putih Dari pengamatanku, anak itu memiliki kemampuan yang menakjubkan...pelajaran dasar silat dari ilmu Sentuhan Roh 8 penjuru dan Gerak Bayangan Cahaya yang semestinya bisa dikuasai dalam waktu 2 tahun hanya dia kuasai dalam waktu 5 bulan...bahkan hawa saktinya berkembang pesat...saat ini hawa saktinya telah sejajar dengan tokoh kelas lll Ehh...segitu anehnyakah kemampuan anak itu...? tanya kakek Belana terkejut Benar kang...kemampuannya menyerap pelajaran mungkin berhubungan dengan kemampuan batinnya...apalagi anak itu memiliki bakat dan otak yang cerdas.. Ajaib...Akupun dulunya mesti berlatih 10 tahun untuk menguasai hawa sakti sekelas tokoh kelas lll...Baiklah, kita gembleng anak itu sebisa mungkin...Mudah-mudahan adik Kelana datang tepat waktunya...Biarlah anak itu menentukan sendiri takdirnya... sahut ketua Belana mantap Prahara, Bocah tanggung 8 tahun dengan tekad membara menjalani latihan yang keras dan disiplin dibawah didikan 2 tokoh sakti, kakek Jubah Putih dan kakek Belana atau Si Pedang Malaikat.

Kakek Jubah Putih menurunkan Ilmu silat Sentuhan Roh 8 Penjuru dan Gerak Bayangan Cahaya yang pernah menjadi andalan Pendekar Aneh Jubah Putih saat mengalahkan jagoanjagoan dari tanah seberang 40 tahun lalu. Kemudian dilengkapi dengan ilmu silat Pedang Cahaya Bertahta Kemala dari kakek Si Pedang Malaikat. Bahkan secara khusus, Prahara mempelajari ilmu Batin Lembah Kemala untuk meningkatkan ketajaman batinnya. Ketajaman batinnya akan peka merespon alam sekitarnya. Bahkan mampu menghalau pengaruh dari sejenis ilmu sihir Selama 3 tahun dengan keuletan dan kerja keras, Prahara siang malam berlatih tanpa mengeluh sehingga kedua kakek sakti yakin Prahara akan menjadi pendekar yang menggetarkan persilatan Tanah Tondong. Untuk meningkatkan kekuatan hawa saktinya, kakek Jubah Putih mengajarkannya cara menghimpun hawa sakti dari alam sekitarnya. Cara menghimpun hawa sakti itu tertuang dalam suatu ilmu silat ciptaan kakek Jubah Putih selama puluhan tahun di sempurnakannya selama bertapa. Ilmu yang mengutamakan sinergi sukma dengan alam sehingga hawa murni dapat menyerap hawa kasat mata dari alam sekitar kemudian menyatukannya dalam tubuh. Hawa yang terkumpul ini kemudian di urai menjadi hawa sakti. Ilmu ini dinamakan Sukma Hawa Murni Alam. Selain melatih kemampuannya, Prahara juga melatih kemampuan Si Putih yang tubuhnya telah tumbuh besar. Dengan kemampuan batinnya, Prahara menggubah ilmu Gerak bayangan Cahaya dan Sentuhan Roh 8 Penjuru kemudian menyesuaikannya dengan naluri gerak dari Si Putih, sehingga kemampuan gerak Si Putih mengagumkan. Bahkan Si Putih memiliki kemampuan untuk mengikuti gerak silat yang diajarkan Prahara melalui kontak batin. Si Putih pun menjadi harimau yang kuat dan kokoh. Kemampuannya meningkat seiring kebiasaan Prahara menjadikannya lawan tanding... ~Bersambung~ 3 Tokoh Sakti Pelindung Home Bacaan ~Seruling Gading Harimau Putih~ 3 Tokoh Sakti Pelindung Lapor chucky 4 November 2011 jam 8:35pm Tiga tahun berselang. Saat itu, Prahara dan Si Putih sedang berlatih tanding di pinggiran Lembah Kemala. Prahara menggunakan jurus Selaksa Telapak Tangan 8 Penjuru menyerang Si Putih dengan ganasnya. Nampak Si Putih terkurung puluhan bayangan telapak tangan yang mencerca tubuhnya.

...gerrrrr... Si Putih mengeram keras menahan serangan Prahara. Setelah puluhan jurus berlalu Prahara berniat meningkatkan serangannya... Bagus Putih...terima serangan berikutnya...!! sahut Prahara yang kemudian menyerang dengan jurus Kibasan Angin Puyuh 8 Penjuru. Angin menderu-deru dari kibasan serangan telapak tangan Prahara membuat tubuh Si Putih goyah. Tetapi Si Putih pun tidak mau menyerah. Dengan kecepatan dan kekokohan tubuhnya, harimau putih itu bergerak cepat menghindari serangan Prahara. Kemudian balik menyerang dengan gubahan jurus Pedang Cahaya Bertahta Kemala dimana kaki depannya digunakan sebagai senjata untuk mencakar titik kematian tubuh Prahara... Hahaha....Jurus gubahan pedang cahaya bertahta kemalamu semakin lihay putih...Baik, aku melayanimu dengan jurus yang samateriak Prahara yang kemudian menyerang Si Putih dengan jurus Pedang Cahaya Bertahta Kemala. Pertarungan 2 tubuh yang berbeda jenis itu semakin seru. Setiap pihak bekerja keras menghindar dan menangkis serangan yang mengarah pada titik-titik kematian tubuh mereka... Prahara dan Si Putih yang sedang serius berlatih, tidak menyadari adanya sepasang mata yang memperhatikan gerakan mereka Aneh...Jurus yang digunakan anak itu adalah ilmu Sentuhan Roh 8 Penjuru dan ilmu Pedang Cahaya Bertatahta Kemala...Harimau itupun kelihatannya lihay mengolah gerakan-gerakan silat... Aihhh...anak yang aneh...dengan seumuran itu, kekuatan hawa saktinya telah sejajar dengan tokoh kelas II. Malah kekuatannya sudah mendekati tokoh kelas I... Batin si penguntit penasaran... Baiknya aku perhatikan lagi gerakannya... Putih...terima jurus Totokan Darah 8 Penjuru...teriak Prahara yang menyerang dengan mengincar 16 syaraf terpenting pada tubuh Si Putih... Hiaattt....dduarrr....Harimau putih itu terlempar dengan kerasnya, sedangkan Prahara terdorong 3 tindak... ......gerrrr ......Si Putih mengeram keras... seraya menyerang keras Prahara... Ahhh...kau masih kuat yah...baik...aku sambut seranganmu...sahut Prahara yang melayang naik melancarkan jurus Tarian Pedang Bertahta Kemala. Nampak Prahara berputar di Udara dengan gerakan seperti menari kemudian menukik tajam menyerang Si Putih dengan cepatnya. Si Putih sendiri yang melihat gencarnya serangan Prahara, meraung keras dan melompat menghindar kemudian menyerang Prahara dengan kibasan ekor.. Ehh...Anak itu telah menguasai jurus tingkat tinggi dari Pedang cahaya bertahta kemala...apaapaan ini...siapa sebenarnya anak ini...? kata si penguntit lirih...

Hebat kamu Putih...kau telah paham gerakan menghindar dan menyerang dengan jurus Pedang Cahaya Bertahta Kemala...sahut Prahara gembira...bagaimana... masih berani menerima jurus Pusaran Badai 8 Penjuru...? kata Prahara menantang Si Putih... Tiba-tiba kepekaan pendengaran Prahara mendengar adanya serangan dari arah kanan tubuhnya yang meluncur cepat dan bertenaga... Putih...Awas...!! teriak Prahara yang kemudian mengambil posisi jurus Pusaran Badai 8 Penjuru. Dengan kecepatan penuh, Prahara mengangkat kedua telapak tangannya kemudian memutarnya didepan dada dan menghentakkannya ke depan membentur serangan yang menuju ke arahnya. ..."dessss"....suara benturan terdengar keras. Prahara terdorong satu tombak. Sedang penyerang tergetar goyah Si Putih mengeram keras menyerang si penyerang gelap dengan serangan gubahan jurus Selaksa Telapak Tangan 8 Penjuru. Dengan Cakarnya Yang Tajam Si Putih menerjang dengan pesatnya. Tapi sayang si penyerang gelap begitu lihay. Serangan Si Putih dapat dielakkannya dengan mudah... Anak muda...tahan harimaumu...sahut si penyerang gelap.. Putih tahan...!! sahut Prahara yang melihat Si Putih semakin ganas... Si Putih yang mendengar suara Prahara meloncat mundur dengan geraman keras......gerrrrr..... Hahah...hebat...keduanya hebat...ilmu silatmu sudah lihay anak muda, sayang kekuatan hawa saktimu tidak seimbang dengan kelihayan jurus Sentuhan Roh 8 Penjuru dan Pedang Cahaya Bertahta Kemala yang kau gunakan...kata si penyerang gelap yang ternyata seorang kakek tua. Kakek tua itu menggenggam sebuah seruling berwarna putih yang terbuat dari gading... Maaf kakek...darimana kakek tahu jurus yang kami gunakan...? tanya Prahara hormat... Hahah...jurus itu adalah jurus Pendekar Aneh Jubah Putih dan Si Pedang Malaikat...sahut si kakek tua yang memegang seruling... Kemudian terdengar suara menggema dengan dialiri tenaga sakti dari dalam lembah... Prahara...bersujud pada Pendekar Kelana Tangan Sakti...jangan berlaku tidak sopan...!! Prahara yang mendengar suara kakek Si Pedang Malaikat terkejut tak buatan...ternyata kakek tua yang berada di hadapannya adalah seorang dari 3 tokoh sakti Pelindung Tanah Tondong. Dengan bersujud, Prahara memohon maaf atas kelancangannya...Maaf...saya telah lancang menyerang kakek...sahut Prahara penuh hormat

Hahahaa...bangunlah anakku...saya kagum akan kemampuanmu...sahut Pendekar Kelana Tangan Sakti memuji Prahara... Saya masih perlu berlatih kakek...sahut Prahara merendah... Haha...anak yang baik... ayo antar aku menemui kakekmu...kata Pendekar Kelana Tangan Sakti menepuk pundak Prahara... Baik kek...ayo putih...kita kembali ke pondok...sahut Prahara yang berjalan ke arah pondok diiringi Pendekar Kelana Tangan Sakti... Sesampainya di pondok, Si Putih mengeram lirih kemudian berlari mengelilingi kakek Jubah putih dan Kakek Belana... Sudah putih...jangan mengganggu kakek...!! sahut Prahara Hahahh...hewan aneh...sungguh aneh...baru kali ini aku melihat ada hewan yang pandai bersilat. Gerakannya cepat dan bertenaga...ternyata harimau ini peliharaan 2 kakek sakti...kata kakek Kelana mengagumi Si Putih... Si Pedang Malaikat dan kakek Jubah Putih tersenyum sumringah mendengar ucapan sahabatnya itu... Dugaanku ternyata benar, kakang Puristha berada di Lembah Kemala...beberapa bulan lalu aku mengunjungi tempat pertapaan kakang, tetapi ternyata gunung Tak Bernama telah kosong...sahut kakek Kelana Iya adik...sudah 3 tahun aku berdiam di lembah ini...ujar kakek Jubah Putih Baik-baikkah keadaan kakang berdua...? tanya kakek Kelana Baik adik...bagaimana dengan adik Kelana sendiri...? bukan tidak mungkin, kedatanganmu mengandung makna yang dalam...? ujar kakek Belana Hahhaa...ketajaman batin kakang ternyata makin lihay...sahut kakek Kelana...oh yah, siapa anak muda itu...? tanya kakek Kelana seraya memandang Prahara yang duduk disamping Si Pedang Malaikat dikawani Si Putih... Anak itu bernama Prahara...jawab kakek Belana Prahara beri hormat pada kakekmu...!! perintah kakek Jubah Putih Hormat pada kakek...sahut Prahara yang maju bersimpuh di depan kakek Kelana... Anak yang berbakat...Nampaknya anak ini memiliki kekuatan batin yang kuat. Kekuatan itu akan menggetarkan persilatan...ujar kakek Kelani

Ahhh...ternyata bukan hanya kami yang merasakannya...sahut kakek Jubah Putih... Praharakakekmu inilah yang dikenal dengan Pendekar Kelana Tangan Sakti...kelihayannya dalam ilmu totokan dan pengobatan, tiada bandingannya di dunia persilatan...baik-baiklah kau mengikuti petunjuknya...!! perintah kakek Belana Baik kek...Prahara berjanji mengikuti semua petunjuk kakek...kata Prahara yang mengangguk hormat pada kakek Kelana... Baiklah Prahara...lanjutkan latihanmu dengan Si Putih...!! kami ingin bercakap dulu...kata kakek Belana... Kakang...awalnya saya kuatir dengan pergolakan yang akan terjadi...tetapi setelah melihat anak itu, menjadikan hatiku sedikit tenang...kata kakek Kelana yang menatap 2 sahabat karibnya... Begitulah adik...mudah-mudahan anak itu mampu membendung pergolakan nanti...ujar kakek Jubah Putih... Tapi siapa sebenarnya anak itu kang...? Bagaimana asal usulnya...? tanya kakek Kelana lebih jelas Anak itu adalah muridku...sekaligus cucu buyut kakang Belana...kakek Jubah Putih kemudian menceritakan riwayat hidup Prahara hingga berdiam di Lembah Nirmala Aihhh...ternyata anak itu murid kakang Puristha dan cucu buyut kakang Belana...mungkin usianya sama dengan cucu buyutku...mudah-mudahan mereka kelak bersahabat, seperti persahabatan kita...ujar kakek Kelana Mudah-mudahan adik...bahkan aku berharap mereka dapat bersama-sama membendung pergolakan persilatan nantinya...biarlah mereka menentukan takdirnya sendiri...kita hanya bisa mendidik dan mengarahkannya...sahut kakek Belana... Adik kelana, berita apa yang telah adik ketahui...? pastilah adik telah melakukan penyelidikan...tanya kakek Jubah Putih Benar kakang, dunia persilatan sekarang ini mulai terusik oleh kekuatan yang tak nampak...bahkan gerakan mereka lebih teratur dan rahasia...jejak yang aku dapatkan adalah benda ini kang...kata kakek kelana menunjukkan sebuah panji kecil berbentuk segitiga emas Aihh...perkumpulan ini muncul lagi...ucap kakek Jubah Putih dengan muka miris...Kalau kelompok ini kembali mengacau, sudah dipastikan keadaan persilatan betul-betul tak terkendali Si Pedang Malaikat duduk terpekur. Seolah-olah saat ini dunia persilatan Tanah Tondong berada pada ujung tanduk...

Mereka bertiga akhirnya membisu. Memikirkan langkah pemecahan untuk mengatasi pergolakan nanti. Setengah jam berlalu, barulah mereka mendusin Kakang Belana, adik Kelana...anak itu mesti kita persiapkan... Benar adik, saat ini cuma dia harapan kita...kata kakek Belana Sudah 2 tahun aku menyelidiki gerakan perkumpulan rahasia ini, tetapi belum juga bisa menemukan markas utamanya...hanya jejak mereka yang berhasil aku dapatkan. Besarnya kekuatan mereka masih kabur. Bahkan aku perkirakan banyak tokoh lihay yang mendukung gerakan mereka kali ini...tutur kakek Kelana Sebenarnya sangat wajar jika 3 tokoh sakti Pelindung Tanah Tondong merasa khawatir. 30 tahun lalu muncul sebuah perkumpulan yang menamakan dirinya Perkumpulan Rahasia Panji Emas. Keberadaanya ditandai dengan sebuah panji emas berbentuk segitiga. Gerakan mereka begitu rahasia dan telengas. Tidak tanggung-tanggung 30 tahun lalu gerakan ini mengacau persilatan Tanah Tondong secara membabi buta. Banyak tokoh-tokoh lihay menghilang dan ditemukan tewas mengenaskan. Bahkan beberapa perguruan utama tak luput dari keganasan mereka. Akhirnya atas inisiatif 3 Tokoh Sakti Pelindung Tanah Tondong, 8 Perguruan Utama tonggak persilatan Tanah Tondong bersatu dan membentur Perkumpulan Rahasia Panji Emas. Perkumpulan Rahasia Panji Emas mengalami kekalahan besar. Siapa pemimpin perkumpulan itu tidak diketahui secara jelas. Mereka menghilang karena jeri akan nama besar 3 Tokoh Sakti Pelindung Tanah Tondong yang membentengi 8 Perguruan Utama. Dan sekarang perkumpulan rahasia itu telah muncul kembali dengan cara yang berbeda. Dapat dipastikan, kemunculan mereka kali ini, kembali mengacaukan persilatan Tanah Tondong... Apa menurut kakang, anak itu sanggup memikul beban ini...? tanya kakek Kelana menatap kedua sahabat karibnya itu...apa kita akan melibatkan diri dalam pergolakan nanti...? Aihh...masa kita sudah lewat...lagipula pergolakan nanti akan berlangsung lama... kata kakek Jubah Putih Sedangkan Si Pedang Malaikat memandang kakek kelana secara mendalam. Kakek Kelana tentu saja dapat menyelami maksud tatapan sahabatnya itu. Apalagi kakek Kelana telah melihat pancaran sinar mata Si Pedang Malaikat yang telah meredup. Diapun menyadari bahwa usia mereka telah uzur. Bahkan Si Pedang Malaikat yang usianya paling tua telah memasuki masamasa akhirnya. Si Pedang Malaikat memandang kedua saudaranya seraya tersenyum ramah. Senyum yang jarang sekali di perlihatkan oleh Si Pedang Malaikat. Kecuali kepada dua orang sahabatnya ini. Sebuah senyum persahabatan, persaudaraan, dan seperjuangan... Yakinlah...anak itu pasti bisa...selama hidupku baru kali ini aku melihat seseorang memiliki kekuatan batin begitu kuat, kekuatan yang membuatnya mudah memahami ilmu silat dan ilmu surat...bahkan kecerdasannya melebihi kecerdasan kita bertiga...lagipula, anak itu sangat peka

akan keadaan sekitarnya...tekadnya yang kuat akan menuntunnya pada pilihan tepat...tutur Si Pedang Malaikat. Kita tinggal mendidiknya dalam masa 5 tahun iniJika dia tidak berhasil menyelesaikan semua ajaran kita, maka itu sudah menjadi takdirnyaPengamatanku selama 3 tahun ini, anak itu sungguh ajaibPelajaran yang semestinya dia kuasai selama 15 tahun hanya diselaminya dalam waktu 3 tahunDengan adanya kekuatan batin yang menggiriskan itu, dia bisa meresapi secara cepat semua pelajaran yang di terimanya...Bahkan pergolakan kali ini sangat berhubungan dengan keberadaannya" Maksud kakang...? tanya kakek Kelana heran mendengar perkataan Si Pedang Malaikat. "Kalau benar apa yang pernah diceritakan anak itu, kematian ayahnya Si Sastrawan Putih, sangatlah berhubungan dengan rahasia ilmu silat ciptaan Sastrawan Tanah Salju sekitar 400 tahun lampau"...kata Si Pedang Malaikat. Ahh"...kakek Kelana meloncat berdiri..."benarkah ada yang seperti itu kakang...? selidik kakek Kelana. Biarlah adik mendengar langsung dari anak itu...kata kakek Jubah Putih Baiklah...nanti setelah berlatih, kita menanyakannya...sahut Si Pedang Malaikat. Sore harinya, Prahara dihadapkan pada 3 kakek sakti. Prahara...masih ingatkah kau dengan hafalan tulisan kuno yang di wasiatkan ayahmu...? tanya Si Pedang Malaikat... Iya kek...Saya sangat menghafalnya...Sejak kecil, ibu selalu memerintahkan untuk menghafalkan tulisan itu dalam hati... Coba kau lafalkan Prahara...perintah kakek Jubah Putih Baik kek tetapi lafalannya dalam bahasa Karsa...bagusnya Prahara lafalkan terjemahannya saja dalam bahasa Meskara...sahut Prahara Apa kau tahu bahasa Karsa...? tanya kakek Kelana Bisa kek...ibu selalu mengajariku melalui catatan ayah Coba sekarang lafalkan dalam bahasa Meskara...!! pinta kakek Jubah Putih. Keharuman insan persilatan Air tenang mengalir jernih

Sang surya menapaki alam Kelihayan pendekar dalam karya Bunga warna-warni dalam taman Indah dengan pandang kesejukan Keharuman yang menggelitik kalbu Kerasnya besi, lunaknya kayu Menerawang sejuta perasaan Itulah keharmonisan Itulah hafalannya kakek...sampai sekarang Prahara belum bisa mengetahui maknanya...pernah Prahara mencoba menyelami maknanya, akan tetapi seolah-olah sesuatu yang kuat menyelubungi tubuhku. Aliran darahku seperti mengalir terbalik. Tubuhku seakan-akan di tusuk ribuan jarum yang menyerang hingga tulang terdalam. Ahhengkau terlalu ceroboh Prahara...makna dari hafalan itu sangat berat...salah sedikit saja bisa menyesatkan dirimu...jangan sekali-kali memaksa meresapi maknanya!!...Biarlah kami bertiga yang mencoba memecahkannya...sahut kakek Jubah Putih Tapi kakang...kalau kita perhatikan, dalam hafalan syair menggambarkan unsur keras dan lunak saling tindih menindih...tetapi jika keras dan lunak digabungkan hingga menyatu, itu adalah hal yang mustahil...sahut kakek Kelana Bagaimana jika dalam penggabungannya menggunakan kekuatan Tenga Batin Merangkai Jazad... tanya kakek Jubah Putih Entahlah...hanya yang berjodoh bisa menyelami makna dari tulisan itu...Tetapi mungkin saja suatu saat Prahara dapat memahami makna dari tulisan kuno itu melalui kekuatan Tenaga Batin Merangkai Jazad. Hanya saja saat penggabungan tenaga keras dan lunak itu, sangatlah fatal resikonya...bahkan kematian membayanginya...tutur Si Pedang Malaikat. Selama ini tenaga keras dan lunak bisa bersatu dalam arti satu wadah yang tidak saling mengganggu...tetapi untuk menciptakan satu tenaga keras dan lunak bersatu dalam satu titik itu belum pernah ada. Kecuali makna dari tulisan ini benar adanya"...ujar kakek jubah putih. "sayang Sastrawan Putih tidak meninggalkan penjelasan tentang makna dari tulisan itu...desah kakek Kelana. Prahara terdiam membisu mendengar pembicaraan 3 gurunya itu. Terbayang dalam pikirannya, makna dari syair itu bisa membuat dirinya tersesat.

Saat ini janganlah kau memikirkan makna dari tulisan itu Prahara...!! persiapkanlah pikiranmu melatih ilmu silat dan kemampuan batinmu...!! Jika memang kau berjodoh, nantinya kau dapat memahaminya sendiri...kata kakek Jubah Putih Baik kakek...Prahara tidak akan mencobanya lagi sebelum memahami betul makna dan penyerapannya"... Bagus...kakek juga akan membantu meningkatkan kemampuan ilmu silatmu...manfaatkan waktu beberapa tahun ini untuk mengembangkan potensi yang kau miliki...sahut kakek Kelana. ~Bersambung~ Wasiat Dan Perpisahan Home Bacaan ~Seruling Gading Harimau Putih~ Wasiat Dan Perpisahan Lapor chucky 4 November 2011 jam 8:35pm Sejak berkumpulnya 3 Tokoh Sakti, Prahara semakin giat berlatih. Siang malam waktunya difokuskan untuk memahami segala pengajaran dari 3 gurunya itu. Dunia luar benar-benar terpisah dari kehidupannya. Tekadnya yang kuat membuatnya tidak pernah mengeluh. Segala kemampuannya ia kembangkan. Baginya nama besar 3 Tokoh Sakti berada di pundaknya. Pendekar Kelana Tangan Sakti mengajarkan Prahara ilmu Totokan Tangan Sakti yang merupakan ilmu silat andalannya. Selain itu kakek Kelana juga mendidik Prahara mengenal berbagai macam pengetahuan. Seperti kerasnya kehidupan di rimba persilatan, trik-trik menyamar, cara bermain seruling, terutama pengetahuan mengenai ilmu pertabiban. Maklum saja, kakek Kelana merupakan seorang tokoh lihay dalam pertabiban. Bahkan sebagian kaum persilatan menjulukinya Si Tabib Kelana. Kemampuannya dalam meramu obat dan menawar racun hampir menyamai tokoh tua Si Tabib Sakti yang hidup satu tingkat diatasnya. Karena kemampuan pertabibannya itu, kakek Kelana berhasil meramu Pil Perangsang Tenaga yang sangat mujarab dalam meningkatkan hawa sakti. Ramuan obat itu berasal dari berbagai macam bahan-bahan langka yang berusia ratusan tahun. Bahkan untuk mendapatkan bahannya pun memerlukan pengorbanan yang tidak sedikit. Tak jarang kakek Kelana mempertaruhkan nyawanya. Karena bahannya yang langka kakek Kelana hanya bisa meracik 10 biji pil perangsang tenaga itu... Prahara yang menelan obat ramuan itu, merasakan adanya ransangan yang begitu kuat meningkatkan hawa murninya. Sehingga efeknya, Prahara mengalami penambahan tenaga sakti yang setara 40 tahun hasil latihan. Jadi dengan usia Prahara yang berumur 16 tahun, kekuatan hawa saktinya setara dengan pendekar yang telah berlatih selama 50 tahun. Di tambah

kemampuan Prahara menghimpun hawa sakti menggunakan ilmu Sukma Hawa Murni Alam, semakin meningkatkan kekuatan hawa saktinya. Segala curahan pikiran dan tenaga digunakan 3 Tokoh Sakti untuk menggembleng Prahara. Mulai dari 5 jurus sakti Ilmu Sentuhan Roh 8 Penjuru yang sifatnya keras dan mengutamakan kekuatan serangan tangan kosong. Kemudian 5 jurus ilmu Pedang Cahaya Bertahta Kemala yang sifatnya lunak dan mengutamakan penggunaan pedang. Dan 5 jurus Totokan Tangan Sakti yang juga bersifat keras menyerang titik saraf tubuh lawan. Dalam hal gerak dan peringan tubuh, Prahara menguasai Ilmu Gerak Bayangan Cahaya. Ilmu kakek Jubah Putih itu, melemaskan semua otot gerak dalam tubuh sehingga meningkatkan kecepatan gerak tubuhnya. Selama berkelana, Pendekar Aneh Jubah Putih terkenal dengan kecepatan gerak dan peringan tubuhnya yang lihay. Kaum persilatan meyakini jika ilmu Gerak Bayangan Cahaya adalah ilmu gerak dan peringan tubuh terlihay dalam persilatan Tanah Tondong. Prahara juga mengembangkan kemampuan tenaga batinnya dengan merafalkan ilmu Batin Lembah Kemala sehingga kemampuan Tenaga Batin Merangkai Jazad Prahara semakin peka. Kepekaan itu sendiri telah menginspirasi Prahara menciptakan suatu gubahan Ilmu silat dari gabungan 3 jenis ilmu silat yang di warisinya dari 3 Tokoh Sakti. Ilmu silat itu Prahara namakan 3 Jurus Sang Pelindung Abadi yang terdiri dari 3 tahap. Jurus tahap I Tenaga Sakti Pantulan Abadi yakni jurus yang sifatnya memantulkan daya serang target dan mengembalikannya dengan penambahan kekuatan dua kali lipat. Kemudian jurus tahap II Tenaga Sakti Alam Abadi, sifatnya menyerap kekuatan alam dan menggunakan saripati dari kekuatan alam itu untuk menyerang. Dan jurus tahap III, Tenaga Sakti Selubung Abadi yakni jurus yang menyelubungi target dengan tenaga sakti total di tambah hawa kasat mata dari alam untuk menyerang target. Sampai 4 tahun berselang Prahara hanya mampu menguasa jurus I dari 3 jurus Sang Pelindung Abadi. Dibutuhkan kemampuan batin kuat dan tenaga sakti besar untuk menguasai 3 jurus itu secara sempurna. Dengan efeknya yang keras dan sangat menggiriskan, 3 Tokoh Sakti mewanti-wanti Prahara untuk menghindari penggunaan ilmu Sang Pelindung Abadi jika tidak dalam keadaan hidup mati... Karena keseringan berlatih dengan Si Putih, Prahara terinspirasi menggubah jurus pertahanan dari 3 ilmu silat yang di warisinya. Atas bantuan ketiga gurunya, Prahara berhasil menciptakan gerak olah langka yang sifatnya berdasar pada kecepatan gerak tubuh. Gerak olah langkah itu sendiri di namakan Prahara, Jurus Pemisah Langkah. Akhir tahun ke 4. Saat kekuatan Tenaga Batin Merangkai Jazadnya semakin peka,Prahara sering mendapatkan firasat yang selalu menggetarkan mata batinnya. Bahkan dalam pandangan mata batinnya, setiap Prahara memandang 3 Tokoh Sakti, seakan-akan ada jarak yang membatasi mereka. Prahara menyadari getaran-getaran yang kerap kali hadir dalam mata batinnya, menggambarkan saat terakhir kebersamaanya dengan 3 Tokoh Sakti Pelindung Tanah Tondong. Hal itu membuatnya murung dan sangat bersedih. Tak urung konsentrasi berlatihnya menjadi terganggu. Terbukti saat dalam puncak kegelisahannya, 3 Tokoh Sakti memintanya menghadap. Hari itu, Prahara di kawani Si Putih menghadap pada ketiga gurunya di sebuah gua yang berada di pinggiran lembah.

Duduklah Prahara...biarkan Si Putih mengasoh di sampingmu...!! sahut kakek Jubah Putih Setelah menyembah hormat pada 3 Tokoh Sakti, Prahara kemudian duduk bersila seraya memandang wajah 3 gurunya. Anehnya tatapan mata 3 kakek tua itu begitu teduh dengan pancaran kewibawaan yang membuat jantung Prahara berdetak keras. Prahara...anakku...sahut Si Pedang Malaikat...sudah 7 tahun kau berdiam di Lembah Kemala...selama 7 tahun ini, kau telah bekerja keras melatih diri dan mewarisi semua keahlian kami. Harus kau ketahui kami bertiga menjadi Pelindung Tanah Tondong dan menjadi tonggak golongan lurus bahkan menjaga nama baik persilatan tanah Tondong dengan mengalahkan lawan-lawan lihay dari Tanah Sebrang. Sekarang segala nama besar kami berada di pundakmu. Menurutku, ilmu silatmu sudah semakin lihay. Kecepatan gerak dan penguasaan kekuatan batinmu sudah hampir sempurna. Sudah jarang pesilat yang mampu menandingi kemampuanmu di Tanah Tondong saat ini. Karenanya, dengan kemampuanmu yang tinggi itu maka semakin besar pula tanggung jawab yang kau sandang Pahamkah kau Prahara...? tanya Si Pedang Malaikat Prahara paham kakek...sahut Prahara ringkas Bagus...kakek yakin dengan keluruhan budimu, kau akan mengikuti jejak kami menjadi penopang golongan lurus sebagaimana jalan yang kami tempuh di masa lalu...ujar kakek Belana Prahara...Sekarang dunia persilatan Tanah Tondong dalam situasi yang goyah...akan ada badai yang mengguncangnyaBadai ini akan berlangsung dalam waktu yang lamaDiperlukan kecermatan pikiran, dan pemahaman yang luas...selama ini kau telah tertutup oleh dunia luar, dari kakek Kelana kau telah banyak mengetahui kerasnya dunia persilatanBerkelana di dunia persilatan diperlukan kehati-hatian karena segala tipu daya dan keculasan akan kau jumpai... Kadang hal yang baik menjadi buruk dan hal yang buruk jadi baikDari kawan menjadi lawan atau lawan menjadi kawanDisinilah kau memerlukan kecerdasan dan kemampuan yang kau pahami selama iniJanganlah muda mempercayai manisnya kata-kata dan sifat seseorang...selamilah dengan kemampuan batinmu...tutur kakek Jubah Putih Mendengar perkataan gurunya, tubuh Prahara bergetar keras...ia tak mampu memandang wajah 3 kakek tua itu. Tidak tertahankan, kedua matanya pun berkaca-kaca Belajarlah bersikap sabar, janganlah mengikuti hawa nafsu. Karena tanganmu adalah racun jika pikiranmu di kendalikan oleh nafsu dan dendam...lanjut kakek Jubah Putih ...Prahara berjanji akan selalu mengingat petuah kakek...sahut Prahara Kakek Jubah Putih tersenyum haru melihat kesungguhan tekad murid yang dikasihinya itu... Prahara...giliran kakek Kelana yang berbicara... Iya kakek...sahutnya penuh haru...Prahara tertunduk lemah mendengar petuah 3 Tokoh Sakti.

Engkau seorang anak yang memiliki tekad kuat...keberhasilan langkahmu nantinya saat berkelana di dunia persilatan secara tak langsung akan membawa nama 3 Tokoh Sakti Pelindung Tanah Tondong...segala pengetahuan yang kami berikan gunakanlah di jalan kebenaran!! Lindungilah kaum lemah!! Berusahalah menyadarkan mereka yang tersesat!! Berilah ketegasan bagi mereka yang tetap bertahan di jalan yang salah!! Saat kau mulai berkelana nantinya, maka mulai pulalah tanggung jawab itu. Terutama gejolak yang mengguncang persilatan Tanah Tondongujar kakek Kelana dengan penuh kewibawaan. 4 tahun lalu sebelum berdiam di Lembah Kemala, saya menemukan jejak munculnya gerakan perkumpulan rahasia yang menamakan dirinya Perkumpulan Rahasia Panji EmasKeberadaannya ditandai dengan sebuah panji kecil berwarna emas seperti ini...kata kakek Kelana menunjukkan sebuah panji emas berbentuk segitiga dari dalam sakunya. Perkumpulan ini sangatlah rahasia...tidak jelas latar belakang dan tokoh-tokoh yang membentenginya...hampir 40 tahun lalu Perkumpulan rahasia itu pernah mengacaukan dunia persilatanTapi kekuatan gabungan 8 Perguruan Utama Tanah Tondong yang di bentengi oleh kami bertiga sebagai Pelindung Tanah Tondong, akhirnya perkumpulan rahasia itu mampu di halau hingga menghilang jejaknya. Tentunya hal ini menjadi tugasmu untuk membendung gerakan mereka karena kemunculannya pasti menyebabkan kekacauan dalam persilatan. Berhatihatilah mengawasi perkumpulan rahasia itu. Bukan tidak mungkin, Perkumpulan Rahasia Panji Emas memiliki tokoh-tokoh lihay yang tersembunyi...!! Yang harus kau pahamigerakan dari Perkumpulan itu adalah awal dari goncangan besar yang melanda dunia persilatan tanah TondongPerkiraan kami, akan banyak tokoh-tokoh lihay yang bermunculanBaik itu tokoh lihay dari persilatan Tanah Tondong sendiri, maupun jagoan sakti dari tanah seberangEntah kedatangan mereka karena ingin menguasai persilatan atau bermaksud lain...Untuk sementara rahasiakanlah latar belakangmu kecuali orang tertentu yang telah kami syaratkanLebih jelasnya di dalam pondok, saya menyiapkan buntalan di atas mejaNanti kau bisa membukanya...tutur kakek Kelana Prahara semakin bersedih. Mendengar penuturan kakek Kelana, ia yakin pertemuan kali ini adalah pertemuan terakhirnya dengan 3 Tokoh Sakti sekaligus guru yang mendidiknya selama beberapa tahun... 3 Tokoh Sakti memandangnya penuh keharuan. Kakek buyutnya Si Pedang Malaikat meneteskan air mata saat menatapnya. Kakek Jubah Putih menatapnya penuh kelembutan. Sedangkan kakek Kelana Nampak kedua matanya berkaca-kaca Prahara...hari ini adalah terakhir kalinya kita berjumpa...bahkan bagi kami bertiga tak terkecuali...masing-masing dari kami akan kembali ke tempat pertapaan...untuk seterusnya menutup diri dan tak akan pernah muncul lagi di dunia persilatan... semua yang telah kami berikan telah cukup sebagai bekalmu...janganlah bersedih hati dengan perpisahan ini...tutur Si Pedang Malaikat 1 tahun ke depan perdalamlah ilmumu!! Perdalamlah ketajaman batinmu!! Selamilah arti dari perjuangan yang akan kamu hadapi nantinya...!!! Pelajarilah semua ilmu surat peninggalan

ayahmu karena nantinya kau akan sangat membutuhkannya!! Setelah 1 tahun, setelah yakin benar akan kebulatan tekadmu, kau boleh turun gunung...kata kakek Jubah Putih Dan kau putih...kawanilah Prahara dalam perjuangannya...!! ...Gerrr.....Si Putih mengeram lirih...seakan mengerti maksud perkataan Si Pedang Malaikat Prahara...tutuplah matamu!! Pusatkan pikiranmu!! fokuskan hawa murni dalam tubuhmu dan jangan menolak aliran tenaga yang mengalir masuk...perintah Si Pedang Malaikat tegas. Bersamaan saat itu 3 Tokoh Sakti melayang kemudian duduk bersila mengelilingi tubuh Prahara...Si Pedang Malaikat menempelkan telapak tangannya pada dada Prahara. Sedangkan Kakek Jubah Putih dan kakek Kelana menempelkan telapak tanganya pada punggung Prahara. Sesaat Prahara merasakan aliran tenaga dari 3 Tokoh Sakti mendesak masuk ke dalam tubuhnya. Aliran tenaga itu kemudian membuka seluruh simpul saraf yang ada di tubuhnya. Dengan terbukanya simpul saraf di seluruh tubuhnya, Prahara merasakan kekuatan hawa saktinya bergolak hebat. Hawa sakti itu seakan menembus tiap ruang dalam tubuhnya. Pandangannya menjadi samartubuhnya terasa melayang-layangBahkan terbentuk ilusi bayangan 3 Tokoh Sakti dalam pikirannyadirinya pun tak sadarkan diri Malam harinya barulah Prahara sadarkan diri. Dipusatkannya seluruh pikirannya mengingat kejadian sebelumnya bersama 3 Tokoh Sakti. Akhirnya segalanya ia ingat kembali. Sekarang tubuhnya terbaring dalam pondok. Di pintu nampak Si Putih setia menjaganya. Prahara kemudian duduk bersemedi untuk melancarkan hawa sakti dalam tubuhnya. Setelah semalaman mengatur hawa saktinya, ia merasakan kekuatan hawa saktinya semakin kuat. Tubuhnya pun terasa ringan. Barulah ia sadar, ternyata 3 gurunya telah membuka seluruh simpul saraf serta mengalirkan hawa sakti ke dalam tubuhnya... Tetapi kemana 3 kakeknya...? batinnya... Putih...mana kakek...? tanya Prahara Aummm...aumm...raung Si Putih dengan gerakan tertentu yang di mengerti oleh Prahara. Tahulah Prahara. 3 Tokoh Sakti telah pergi. Di atas meja, Prahara melihat sebuah buntalan dan sepucuk surat dari kakeknya... Prahara...Kami bertiga kembali bertapa...Janganlah kau bersedih...Sekarang adalah masa di mana kau akan menancapkan kakimu di persilatan Tanah Tondong. Dalam buntalan ada sebuah lempengan Medali Pelindung Tanah Tondong. Lempengan itu mewakili keberadaan kami...kaum persilatan sangat menghormati keberadaan medali pelindung itu...gunakanlah saat kau memerlukannya...dalam buntalan terdapat juga Pil Perangsang Tenaga serta kitab Pedang Cahaya Bertahta Kemala yang mesti kau serahkan pada waris kakekmu Si Pedang Malaikat yakni keturunan Pamanmu Narana di Perguruan Pedang Manunggal...satunya lagi kitab ilmu silat Totokan Tangan Sakti yang harus kau serahkan pada waris kakek Kelana di Perkampungan Teratai Lembah Nirmala...bimbinglah waris-waris kakekmu dan bangunlah kekuatan bersama

mereka untuk mengantisipasi pergolakan persilatan...ingat, Perkumpulan rahasia mesti kau hadapi secara rahasia pula...akan ada saat yang tepat untuk membuka jati dirimu yang sebenarnya pada kaum persilatan...berhati-hatilah pada kekuatan yang tersembunyi lainnya...mintalah petunjuk pada Tetua Pengemis Gila dari Golongan Pengemis...1 tahun ini mantapkan segala kemampuanmu...janganlah merasa sempurna...diatas langit masih ada langit...harapan kami di pundakmu..seruling putih dalam buntalan, hadiah dari kakek kelana... .....3 Tokoh Sakti Pelindung Tanah Tondong... Membaca surat 3 Tokoh Sakti, tak urung Prahara meneteskan air matanya. Perasaannya begitu sedih. Sosok 3 kakek tua itu merupakan orang terdekat bagi Prahara. Hanya kebualatan tekadnya sajalah yang bisa membuatnya tegar kakek, saya berjanji akan menjalankan semua petuah kaliankata Prahara dengan sikap penuh semangat. Selama 1 tahun kemudian, Prahara mengembangkan ilmu silatnya. Bersama harimau putihnya, Prahara berusaha menggali setiap potensi yang dimilikinya. Kemampuan ilmu silatnya pun semakin pesat, tiap gerakannya laksana bayangan. Kepekaan mata batinnya juga peka. Indranya sendiri semakin tajam pada keadaan sekitarnya. Tak lupa Prahara semakin meningkatkan kemampuan Si Putih. Bahkan Prahara melalui kemampuan batinnya bisa melakukan kontak dengan Si Putih melalui kekuatan Tenaga Batin Merangkai Jazad. Harimau putih itu pun menjadi satu-satunya kawan berlatih bagi Prahara. Prahara juga fokus menyelami penguasaan Jurus tahap II dari ilmu 3 Sang Pelindung Abadi. Hasilnya ternyata sangat memuaskan, jurus tahap ke 2 itu mampu di selaminya dalam waktu setahun. Saat mencoba merafalkan jurus Tenaga Sakti Alam Abadi yang memanfaatkan kekuatan alam, dinding tebing batu cadas di pinggiran lembah mampu di rubuhkannya. Akhirnya, setelah setahun lamanya memantapkan kemampuan dan kebulatan tekadnya, Prahara dikawani Si Putih meninggalkan Lembah Kemala. Setiap langkahnya di landasi tekad kuat, melaksanakan pesan gurunya 3 Tokoh Sakti untuk menopang dunia persilataan Tanah Tondong. ~Bersambung~

Pertarungan Di Perguruan Pedang Manunggal Home Bacaan ~Seruling Gading Harimau Putih~ Pertarungan Di Perguruan Pedang Manunggal Lapor chucky 4 November 2011 jam 8:35pm

Siang itu, seorang pemuda dengan perawakan tegap yang rambutnya hitam terurai sampai pundak, memasuki sebuah warung di tengah kota Cimanuk. Penampilannya yang bersahaja dengan memakai jubah putih dan tatapan mata yang teduh menarik perhatian pengunjung kedai. Khususnya kaum hawa yang melirik kagum akan perbawa dari sosok pemuda yang membawa seruling itu. Saat itu, suasana warung terlihat ramai. Sebagian besar meja telah terisi oleh para pengunjung yang sedang mengisi perut. Banyak diantaranya membawa senjata sebagai gambaran seorang pesilat. Sambil menikmati hidangannya, pemuda berjubah putih yang tak lain adalah Prahara mendengarkan pembicaraan 2 orang di meja sebelah. Apa benar orang bertopeng pelakunya...? tanya orang yang berwajah brewok pada teman duduknya... Benar...menurut berita yang tersiar, penyusup yang membunuh ketua Perguruan Elang Perak memakai topeng merah...sahut kawan si brewok. Kabarnya, kemampuan orang bertopeng itu sangat lihay...pada saat 5 orang bertopeng menyatroni Perguruan Elang Perak, mereka dengan mudahnya menerobos kepungan puluhan murid perguruan...lanjut teman si Brewok Aneh...Perguruan Elang Perak adalah perguruan tingkat IIMereka jarang mencampuri urusan persilatanApa terbunuhnya ketua Perguruan Elang Perak karena dendam pribadi...? sahut si brewok Entahlah...jika dendam kenapa di beberapa perguruan lain juga ditemukan jejak orang bertopengLagipula ada beberapa pendekar yang di temukan tewas misterius...mungkin ada hubungannya dengan keberadaan orang bertopeng itu...sahut teman si Brewok... Prahara yang sudah beberapa bulan itu turun gunung, ikut menyelidiki tindak-tanduk orang bertopeng. Ia mencurigai hubungan antara orang bertopeng dengan Perkumpulan Rahasia Panji Emas. ....Hemm...nampaknya mereka telah bergerak...batin Prahara Pelayan...sahut Prahara pada seorang pelayan kedai Ya tuan...sahut pelayan kedai ramah Apa kau tahu arah ke Pegunungan Tanjung Pura...? tanya Prahara Ohhkalau tuan mau ke Pegunungan Tanjung Pura, tuan mengambil arah Barat...jawab si pelayan

Hemm...terimakasih...sahut Prahara sambil memberikan beberapa keping uang pada pelayan kedai. Setelah membayar hidangannya, Prahara meninggalkan kedai itu. Ia kemudian menikmati suasana kota Cimanuk yang terlihat ramai. Kota Cimanuk merupakan kota besar yang berada di wilayah utara Tanah Tondong. Posisi kota yang berada pada pesisir sungai, menjadikannya begitu ramai oleh para pendatang dari berbagai kalangan. Saat berjalan mengelilingi kota, Prahara merasakan seseorang sedang menguntitnya. Dengan langkah tenang, Prahara tetap berjalan mengenal seluk beluk kota Cimanuk. Ratusan tombak dari gerbang kota Cimanuk, Prahara masih merasakan kehadiran si penguntit... Hemm entah siapa dia...? batin Prahara. Di sebuah persimpangan jalan pinggiran kota, Prahara bergerak cepat ke dalam rimbunan pepohonan. Spontan sosoknya menghilang dari pandangan si penguntit Si penguntit terkejut melihat peringan tubuh Perahara yang begitu lihay... Ahh...kemana dia...? sahut si penguntit lirih. Dicobanya mengamati sekeliling persimpanagan jalan itu, tetap saja si penguntit tidak menemukan sosok Prahara. Perasaan orang itu hanya berjarak puluhan tombak dihadapanku...pikir si penguntit Aneh...jejaknya pun tak berbekas...apa dia tokoh lihay yang menyamar...? sahut si penguntit lirih... Ahh...mengikuti pemuda itu, membuat perjalananku tertundasesampainya di Perguruan Pedang Manunggal, biar aku tanyakan pada Permanamungkin saja dia mengetahui sosok pemuga berjubah putih itu Prahara yang bersembunyi di balik semak, mengamati sosok Si Penguntit. Prahara melihat seorang pemuda berusia 20 tahunan menggunakan baju hijau terang. Seingatnya, pemuda itu juga berada di kedai tempatnya bersantap. Dari gerak langkahnya, Prahara mengetahui jika pemuda berpakaian hijau memiliki kemampuan ilmu silat. Ternyata orang itu menuju Perguruan Pedang Manunggal...batin Prahara. Tapi siapa sebenarnya orang itu...? kenapa dia mengikutiku? Baiknya aku selidiki di Tanjung Pura...sahutnya lirih. Prahara kemudian berjalan menuju hutan di pinggiran kota Cimanuk, tempat Si Putih mengasoh. Prahara sengaja meninggalkan Si Putih dalam hutan itu untuk menyamarkan keberadaannya. Sesampainya di pinggiran hutan, Nampak seekor harimau putih berkelebat keluar menyambut kedatangan Prahara...

Maaf Putih...aku terlambat...ini aku bawakan santapan buatmu...sahut Prahara yang memberikan seonggok daging mentah pada Si Putih... Si Putih kemudian menikmati santapan daging yang di bawa Prahara Setengah jam kemudian, Prahara dan Si Putih bergerak ke arah Barat menuju pegunungan Tanjung Pura. Dengan menggunakan gerak bayangan cahaya mereka berlari melewati hutan untuk menghindari perhatian. Jauh di depan mereka, terdengar suara dentingan senjata dan suara bentakan... Hemm...nampaknya ada yang sedang bertarung...batin Prahara Putih..tungulah disini...!! saya mau melihat orang yang bertarung itu...Perintahnya di ikuti geram lirih Si Putih. Prahara kemudian melesat jauh ke depan kemudian melayang naik di sebuah pohon tinggi. Untuk meredam bunyi gerakannya, ia menggunakan gerak bayangan cahaya. Puluhan tombak dari tempatnya, ia melihat seorang pemuda berbaju hijau bertarung dengan seorang berpakaian merah bertubuh jangkung. 2 orang berpakaian merah lainnya berdiri mengamati pertarungan. Kakang...tidak usah menunggu...bagusnya kita kerubuti saja...sahut seorang berpakaian merah yang bertubuh gemuk... Baik...kita maju...!! perintah si muka bopeng bengis yang sepertinya pemimpin orang berpakaian merah...mereka kemudian membantu temannya yang bertubuh jangkung mengeroyok pemuda berbaju hijau... ...ternyata kalian pengecutberaninya cuman mengeroyok...geram si pemuda berbaju hijau meloncat mundur menghindari serangan si muka bopeng dan bertubuh gemuk. Kalau kau tidak ingin celaka, cepat serahkan barang yang kau bawa...bentak pemimpin orang berpakaian merah... Barang apa...? tanya si pemuda berbaju hijau berlagak pilon. Tidak usah berlagak pilonKetua Perguruan Pualam Hijau telah menyerahkan lambang kepemimpinan Perguruan Pualam hijau padamu...kata orang berpakaian merah yang tubuhnya gemuk... Hahah...apa hak kalian mengambil barang itu...toh kalian bukan murid Perguruan Pualam Hijaulagipula benda itu sangat penting bagi keberadaan perguruan kami...hardik pemuda berbaju hijau Apa kau kira bisa melawan kami...bentak si muka bopeng...

Hemm...ternyata pemuda berpakaian hijau itu adalah murid Perguruan Pualam Hijau. Kabarnya perguruan itu sedang mengalami goncangan dengan adanya perselisihan sesama anak muridnya sendiri...batin Prahara Baik...jika kau masih berkeras, kami akan mengambilnya dengan paksabentak si tubuh gemuk bengis.. Bangsat...apa Kalian kira murid Perguruan Pualam Hijau adalah pengecut...majulah...walaupun aku harus mati, aku tidak akan menyerahkan benda berharga perguruanku...kata si pemuda berpakaian hijau lantang 3 orang berpakaian hitam kemudian menyerang si pemuda dengan jurus-jurus yang kasar. Nampak si pemuda berbaju hijau bekerja keras menahan 3 serangan senjata orang berpakaian merah. Dengan menggunakan jurus pukulan, pemuda berbaju hijau mengincar orang berbadan gemuk karena dari ketiga lawannya, orang berbadan gemuklah yang paling lambat gerak tubuhnya. Hanya saja, 3 orang berpakaian merah itu nampaknya tidak memberikan ruang bagi pemuda melancarkan serangannya. Bahkan setelah puluhan jurus, pemuda itu kewalahan menghindari serangan 3 orang berpakain merah... Tetapi semangat si pemuda tidak kendor. Dengan memanfaatkan kecepatan geraknya, si pemuda berusaha bertarung dengan cara memisahkan 3 orang lawannya. Sayang tenaga si pemuda mulai terkuras. Puluhan jurus kemudian pemuda berpakaian hijau sudah terkena serangan orang berpakaian merah... Prahara melihat pertarungan yang tidak seimbang, memutuskan untuk membantu pemuda berpakaian hijau. Dengan memanfaatkan kekuatan hawa saktinya, Prahara melancarkan serangan jarak jauh dengan jurus Kibasan Angin Puyuh 8 Penjuru. Telapaknya menghentak ke arah orang berpakaian merah Aarghhh...jerit orang berpakaian merah setelah pundaknya tersambit hawa sakti Prahara diikuti teriakan kesakitan orang berbadan gemuk yang lengannya kaku terkena serangan kedua Prahara ..aduhhh. Siapa itu...? keluar...!! sahut orang bermuka bopeng yang terkejut melihat 2 kawannya terluka oleh serangan jarak jauh. Bangsat...siapa yang menyerangku!! teriak pemimpin berpakaian merah itu berusaha menghindari serangan gelap Prahara yang terus berdatangan... Kakang...nampaknya orang yang menyerang kita memiliki kemampuan lihay...sahut orang berbadan gemuk lirih... Sedangkan pemuda berbaju hijau berusaha mengatur nafasnya sambil melihat 3 orang berpakaian merah bergerak menghindari serangan jarak jauh yang tidak di ketahui asalnya

Kita mundur...sahut pemimpin orang berpakaian merah yang bermuka bopeng kemudian melesat jauh diikuti 2 orang kawannya... Pemuda berbaju hijau bernafas lega melihat 3 orang itu melarikan diri setelah menyadari kehadiran seorang pendekar lihay. Ia kemudian memandang sekeliling tempat itu untuk mengetahui sosok penolongnya.siapakah orang yang menolongku? batinnya penasaran Karena tidak menemukan sosok penolongnya, pemuda berbaju hijau kemudian berseru keras terimakasih atas pertolongan saudara pendekar...sahut si pemuda hijau sebelum melanjutkan perjalanannya... Prahara yang melihat kepergian pemuda berpakaian hijau kemudian bersuit nyaring memanggil Si Putih dan mengikuti jejak 3 orang berpakaian merah ....hemmsiapa 3 orang itu...? batin Prahara penasaran akan sosok orang berpakaian merah. Setelah Si Putih mendengus jejak 3 orang berpakaian merah. Akhirnya Prahara dan Si Putih mengikuti jejak mereka yang memasuki hutan lebat... Prahara kemudian berusaha mendekati tempat beradanya 3 orang berpakaian merah, dengan menyusup di semak belukar. Terdengar suara percakapan dari ke 3 orang itu Sial tugas kita gagal...kata orang berbadan gemuk...orang yang menyerang kita nampaknya memiliki kemampuan tinggiserangannya mengandung tenaga besar...sekali timpuk, pundakku seperti terkena bogkahan batu...apa kakang tahu jenis serangan itu...? tanyanya pada si muka kerempeng Entahlah...serangannya di lancarkan dari jarak jauh...sahut si pemimpin lirih Jadi bagaimana selanjutnya kakang...tanya orang yang bertubuh jangkung... Nanti kita laporkan pada orang bertopeng...lagipula kita hanya memastikan kebenaran benda yang di serahkan ketua Perguruan Pualam Hijau...sahut si wajah kerempeng. Hemmternyata mereka mendapat tugas dari orang bertopeng...batin Prahara. Apa kakang sudah tahu siapa orang bertopeng itu...? tanya orang berbadan gemuk. Belum...orangnya sangat misterius...dari gerak tubuhnya bisa di sejajarkan dengan tokoh kelas I... jawab si wajah kerempeng Kita tinggalkan tempat ini...sore nanti, kita mesti menemui orang bertopeng di tempat perjanjian...sahut si muka bopeng kemudian meninggalkan tempat itu bersama 2 kawannya...

Prahara yang melihat kepergian 3 orang itu kemudian mengajak Si Putih bergerak menuju Tanjung Pura. Ketajaman batin Prahara merasakan sesuatu akan terjadi di Perguruan Pedang Manunggal. Apalagi pemuda berpakaian hijau yang merupakan buruan orang bertopeng sedang menuju perguruan pamannya itu.. 3 hari perjalanan, Prahara yang menyamarkan mukanya telah memasuki wilayah pegunungan Tanjung Pura. Hanya saja Prahara menemukan jejak 3 bayangan hitam melayang dengan peringan tubuh lihay menuju arah Perguruan Pedang Manunggal. Dari bentuk tubuhnya, seorang diantaranya adalah sosok perempuan. Gerakan peringan tubuh 3 orang itu lebih lihay dibandingkan orang berpakaian merah yang mencegat pemuda berjubah hijau. Penasaran, Prahara kemudian mengikuti jejak 3 orang misterius itu. Benar saja setelah mengintai berapa lama, Prahara melihat 3 bayangan hitam itu menyelinap ke dalam Perguruan Pedang Manunggal. Hemm...nampaknya penyusup...bagusnya aku perhatikan gerak-gerik mereka...batin Prahara sambil melesat naik ke dahan pohon samping dinding perguruan. 3 orang penyusup itu meloncati dinding perguruan kemudian melayang naik ke atap bangunan induk Perguruan Pedang Manunggal. Tiba-tiba terdengar suara bentakan dari dalam bangunan Penyusup...teriak seorang pria tua baya meloncat keluar dari bangunan induk. suara teriakan itu terdengar keras, murid-murid perguruan Perguruan Pedang Manunggal pun berdatangan mengepung bangunan induk... Siapa Kalian....? bentak pria tua baya yang memergoki 3 penyusup yang berada di atap bangunan... 3 orang yang berada di atap bangunan induk melayang turun dengan peringan tubuh yang cukup lihay ke halaman perguruan... Ternyata 3 Iblis Pulau Bangkai...dengus pria tua baya...untuk apa kalian menyusup ke dalam Perguruan Pedang Manunggal...? tanya pria tua baya.. Ha..ha..haa, Reksa...ternyata ingatanmu masih tajam...sahut seorang penyusup. Nyali kalian berani juga setelah kejadian 15 tahun lalu..kata orang yang di panggil Reksa oleh 3 Iblis Pulau Bangkai... Hahaha...15 tahun lalu Tetua Perguruan Pedang Manunggal melepaskan kami... salahnya sendiri kenapa tidak membunuh kami waktu itu...ejek seorang anggota 3 Iblis Pulau Bangkai yang berperawakan perempuan tua baya. Kalian tidak usah banyak tingkah...!! Katakan saja apa maksud kalian...? tanya Si Reksa tegas

Wellehh...kami ingin bertemu dengan ketua Narana...sahut pria tua baya yang sepertinya pemimpin dari 3 penyusup itu...sampaikan padanya 3 Iblis Pulau Bangkai ingin bertemu... Bangsat...Kalian terlalu junawa...bukan begini caranya bila ingin bertemu dengan ketua Narana...bentak si Reksa yang memberikan isyarat pada murid Perguruan Pedang Manunggal mengepung 3 penyusup itu... Hahah...apa kalian kira bisa menangkap kami...ejek seorang pria tua baya anggota 3 Iblis Pulau Bangkai yang berkulit hehitaman... Tangkap mereka...!! printah si Reksa yang mulai menyerang pemimpin 3 Iblis Pulau Bangkai Tahan...!! sahut seorang pria tua baya yang keluar dari bangunan induk dikawani 2 pemuda dan seorang gadis cantik. Nampak pria tua baya itu berjalan menuju kepungan dengan sikap yang berwibawa... Hahah...ternyata ketua Perguruan Pedang Manunggal masih bersikap jantan...sahut pemimpin 3 Iblis Pulau Bangkai... Jadi orang tua baya itu adalah paman Narana yang dijuluki Si Pedang Gaib...batin Prahara gembira melihat saudara ayahnya. Tidak usah banyak basa-basi...Apa keperluan Kalian menemuiku...? sahut Ketua Narana...Kelakuan kalian seperti maling yang menyatroni rumah orang... Jangan sombong kau Narana... bentak perempuan Iblis Pulau Bangkai geram. Heheh...kenapa kalian mesti marah di sebut maling...toh Kalian masuk ke perguruanku dengan menyusup...ejek ketua Narana Narana...Sebenarnya, kami tidak punya urusan dengan perguruanmu...kami hanya ingin menangkap murid Perguruan Pualam Hijau yang kabarnya berada di tempat ini...kata pemipin 3 Iblis Pulau Bangkai... Untuk apa Kalian menangkap murid Perguruan Pualam Hijau...memangnya orang itu punya masalah dengan kalian...belum tentu juga orangnya rela kalian tangkap...sindir ketua Narana Tunjukkan saja murid Murid Perguruan Pualam Hijau itu Narana...kami janji tidak akan mengganggu Perguruan Pedang Manunggal...kata pemimpin 3 Iblis Pulau Bangkai Kenapa kalian ingin menangkapku...? sahut seorang pemuda yang berdiri di samping ketua Narana. ternyata pemuda itu adalah orang berpakaian hijau yang di tolong Prahara dari keroyokan 3 orang berpakaian merah beberapa hari sebelumnya...

hayhay...ternyata benar murid Perguruan Pualam Hijau bersembunyi di tempat iniKami mendapat perintah mengambil lambang kepemimpinan Perguruan Pualam Hijau dari tanganmu...sahut pemimpin 3 Iblis Pulau Bangkai Saya tidak akan menyerahkan lambang kepemimpinan Perguruan Pualam Hijau...benda itu adalah amanat almarhum ketua perguruan Pualam Hijau yang mesti saya gunakan untuk menyatukan murid perguruan. Lagipula kalian bukan berasal dari Perguruan Pualam Hijau...sahut pemuda berbaju hijau lantang Baik...kami akan memaksamu...kata si pemimpin 3 Iblis Pulau Bangkai yang memberikan isyarat pada ke 2 kawannya... Jangan harap kalian dapat bertingkah seenaknya di tempat inibentak pemuda berbaju biru di samping ketua Narana. Pemuda itu menghadang perempuan 3 Iblis Pulau Bangkai diikuti gadis cantik berbaju putih yang menghadang pria berkulit hitam... Siapa kau anak muda...belum pantas kau melawanku...bentak pria bermuka hitam Saya adalah Permana anak Ketua Narana dan gadis itu adalah Kelani...jika kalian memaksakami akan mengahalangi niatmu itu...hardik Permana pada orang berkulit hitam. Hahah...ayahmu saja belum tentu bisa melawan kami...apalagi bocah sepertimu...hardik perempuan Iblis Pulau Bankai... Ehh...nenek peyot terima seranganku...bentak Kelani yang menyerang dengan Jurus Pedang Manunggal...bersamaan dengan majunya Permana menyerang orang berkulit hitam... Serangan Permana dan Kelani menusuk tubuh lawannya pada titik mematikan Namun Iblis pulau bangkai bukanlah tokoh kelas bawah. Dengan memiringkan tubuhnya serangan Permana dan Kelani bisa dielakkan dengan mudah... Prahara melihat kemampuan Kelani dan Permana masih belum bisa mendesak 2 Iblis Pulau Bangkai. Bahkan bisa dipastikan dalam puluhan jurus berikutnya, Permana dan Kelani yang akan kewalahan. 2 Iblis pulau bangkai itu melancarkan serangan balasan yang kasar dan bengis. Seakan setiap serangannya akan langsung meremukkan tubuh 2 pemuda itu. Permana dan Kelani pun menjadi bingung melawan jurus 2 iblis pulau bangkai yang terlihat kasar tak beraturan itu. Setelah puluhan jurus, nafas mereka sudah memburu... ...Permana bantu adikmu, biar iblis ini aku yang hadapi...kata Si Reksa yang meloncat menghadang serangan iblis berkulit hitam. Permana kemudian bertarung berpasangan dengan Kelani melawan perempuan Iblis Pulau Bangkai. Pemimpin Iblis Pulau Bangkai yang bergerak menyerang Si Reksa di hadang oleh ketua Narana...

Aku yang menjadi lawanmu...Bentak ketua Narana menghadang pemimpin Iblis Pulau Bangkai. Pertarungan pun terbentuk menajdi 3 lingkaran...melihat kekuatan masing-masing, pertarungan berlangsung seimbang. Ketua Narana dan si Reksa nampak menyerang dengan jurus Pedang Manunggal yang lihay. Sedangkan Permana dan Kelani yang bertarung berpasangan, mengurung perempuan iblis Pulau Bangkai dengan tebasan dan tusukan pedang yang berkilauan. Pemuda berbaju hijau, murid Perguruan Pualam Hijau nampak tegang menyaksikan pertarungan itu. Dia bersiaga penuh mengamati pertarungan Permana dan Kelani... Setelah ratusan jurus, nampak Ketua Narana dan si Reksa berada di atas angin. Pemimpin Iblis Pulau Bangkai dan Iblis Berkulit Hitam nampak berusaha keras menghindari gencarnya jurus Pedang Manunggal ketua Narana dan si Reksa. Sepuluhan jurus kemudian, terdengar suara siulan dari pemimpin iblis pulau bangkai yang diikuti serangan licik 3 Iblis Pulau Bangkai yang menaburkan serbuk halus ke udara Ketua Narana yang melihat serangan licik itu berteriak keras...awas...serangan racun...tutup pernafasan kalian...!! sahutnya lantang. Walaupun mendapatkan peringatan, tak urung mereka menghirup juga serbuk racun itu. Permana dan Kelani merasakan ngilu pada persendian tulang-tulangnya. Efek racun yang mulai bereaksi, membuat gerakan mereka melambat dan serangan lawan mengancam jiwa mereka. Pemuda berbaju hijau mengeram keras kemudian menyerang perempuan Iblis Pulau Bangkai yang mendesak hebat Permana dan Kelani... ~Bersambung~

Harimau Putih Pemuda Berseruling Home Bacaan ~Seruling Gading Harimau Putih~ Harimau Putih Pemuda Berseruling Lapor chucky 4 November 2011 jam 8:35pm Melihat serangan licik 3 iblis Pulau Bangkai, Prahara berniat turun tangan. Hanya saja kepekaannya merasakan kehadiran sosok lihay yang bersembunyi di sebuah pohon rimbun sepuluhan tombak darinya...

Ahh...siapa lagi orang ini...? batin Prahara. Ia akhirnya memutuskan menunggu reaksi pendatang baru itu... Adik mundur...teriak pemuda berbaju hijau yang melancarkan serangan dengan jurus kepalan pualam hijau. Permana dan Kelani terhuyung mundur dengan mengadu lirih. Nampak wajah kedua orang itu meringis menahan rasa sakit yang mulai menusuk-nusuk tulangnya. Murid perguruan Pedang Manunggal yang melihat serangan licik 3 Iblis Pulau Bangkai serentak bergerak. Hanya saja ketua Narana menghawatirkan serangan beracun kembali di lancarkan Iblis Pulau Bangkai. Kalian mundur...!! mereka menggunakan serbuk racun...perintah ketua Narana yang mulai merasakan efek racun yang terhirup olehnya... Hahah...Kalian sudah terkena Racun Penghancur Tulang Pulau Bangkai...sahut pemimpin Iblis Pulau Bangkai yang mulai melihat perlawanan si Reksa dan ketua Narana melemah... Prahara melihat kondisi yang tidak menguntungkan bagi orang-orang Perguruan Pedang Manunggal, tak lagi bisa menunggu reaksi dari pendatang baru itu... kalau dia lawan apa boleh buat...batin Prahara. Saat itu ketua Narana dan si Reksa sudah terdesak hebat. Pemuda berbaju hijau pun nampak berusaha keras menghalau serangan perempuan Iblis Pulau Bangkai dengan sekuat tenaga. Pada situasi genting itu tiba-tiba terdengar suara bentakan yang menggema disertai aliran tenaga hawa sakti yang tinggi... Tahan...Kalian manusia-manusia licik...berani mengacau di tempat ini...bentak Prahara memotong laju serangan pemimpin Iblis Pulau Bangkai dan iblis berkulit hitam. Sedangkan Si Putih menyerang perempuan Iblis Pulau Bangkai dengan geraman yang memekakkan telinga. ...gerrrrr......Nampak perempuan Iblis Pulau Bangkai terkejut melihat seekor harimau putih menyerangnya. Bahkan perempuan itu terdesak hebat hingga lengan bajunya sobek terkena cakaran kaki Si Putih... Prahara yang menghadang serangan 2 Iblis Pulau Bangkai menggunakan jurus Taburan Pedang Senja Kemala yang menutup ruang gerak mereka. Terlihat Iblis Pulau bangkai kebingungan menangkis serangan pemuda berbaju putih yang menggunakan sebuah seruling sebagai senjata. Bahkan beberapa kali, tubuh 2 iblis itu terkena sabetan seruling yang seperti mata pedang... Ketua Narana dan si Reksa yang sudah sempoyongan terkejut melihat hadirnya seorang pemuda bersenjatakan seruling dan seekor harimau putih yang begitu lihay menghalau serangan 3 Iblis Pulau Bangkai