resus afasia

12
I. PENGALAMAN Anamnesis Seorang laki-laki, 54 tahun datang ke IGD dengan kesulitan berbicara dan lemah anggota gerak kanan. 4 jam sebelum masuk rumah sakit pasien sedang membonceng kendaraan. Saat akan turun pasien kesulitan menahan berat badan dengan kaki sebelah kanan. Saat tiba di IGD pasien tidak dapat bicara, seperti sulit mengungkapkan isi pikiran. Pasien mengerti ucapan orang lain dan dapat menuruti perintah. Saat ditanya beberapa pertanyaan pasien tidak bisa mengucapkan kata atau kalimat dan hanya bisa mengangguk atau menggelengkan kepala. Pasien sulit menelan, jika minum tersedak. Pasien tidak mengalami penurunan kesadaran. Tidak ada nyeri kepala, mual dan muntah. Pasien memiliki riwayat keluhan serupa 4 bulan yang lalu, yaitu kesulitan bicara dan kelemahan anggota gerak kanan. Riwayat HT(+), riwayat kejang (-). Riwayat trauma (-). Riwayat Peny. Jantung (-). Di keluarga tidak ada yang memiliki keluhan serupa. Pemeriksaan fisik a. Status present Denyut nadi : 84 x/menit Tekanan darah : 155/89 mmHg Pernapasan : 20 x/menit Suhu : 36,5° C

Upload: ardila-waraduhita

Post on 28-Sep-2015

7 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

afasia motorik

TRANSCRIPT

I. PENGALAMANAnamnesisSeorang laki-laki, 54 tahun datang ke IGD dengan kesulitan berbicara dan lemah anggota gerak kanan. 4 jam sebelum masuk rumah sakit pasien sedang membonceng kendaraan. Saat akan turun pasien kesulitan menahan berat badan dengan kaki sebelah kanan. Saat tiba di IGD pasien tidak dapat bicara, seperti sulit mengungkapkan isi pikiran. Pasien mengerti ucapan orang lain dan dapat menuruti perintah. Saat ditanya beberapa pertanyaan pasien tidak bisa mengucapkan kata atau kalimat dan hanya bisa mengangguk atau menggelengkan kepala. Pasien sulit menelan, jika minum tersedak. Pasien tidak mengalami penurunan kesadaran. Tidak ada nyeri kepala, mual dan muntah. Pasien memiliki riwayat keluhan serupa 4 bulan yang lalu, yaitu kesulitan bicara dan kelemahan anggota gerak kanan. Riwayat HT(+), riwayat kejang (-). Riwayat trauma (-). Riwayat Peny. Jantung (-). Di keluarga tidak ada yang memiliki keluhan serupa. Pemeriksaan fisika. Status present Denyut nadi: 84 x/menit Tekanan darah: 155/89 mmHg Pernapasan: 20 x/menit Suhu: 36,5 C

b. Status internus Kepala: Mesochepal, bentuk simetris dan tidak ada bekas luka Leher: Limfonodi tak teraba, kaku kuduk (-). Toraks : Cor: S1-S2 reg, BJ(-), Pulmo: vesikuler+/+, wheezing-/- Abdomen: nyeri tekan (-), supel, hepar dan lien tidak teraba, Bising usus (+) normal Ekstremitas: edem -/- -/-, akral hangat c. Status neurologis Keadaan Umum: Baik Kesadaran: Compos mentis; GCS : E4VafasiaM6 Orientasi : Orang(baik),Waktu(baik),Tempat(baik),Situasi(baik). Daya Ingat: Baru (baik), Lama (baik). Kemampuan bicara: Tidak dapat dinilai Cara berjalan: Tidak dapat dinilaiPemeriksaan nervus Cranialis1. N. Olfaktorius : dbn/dbn2. N. Optikus : daya penglihatan (N/N), warna (N/N), medan penglihatan (N/N)3. N. Okulomotorius : Ptosis -/- Gerakan bola mata ke : Superior : +/+Inferior : +/+ Medial : +/+ Pupil: reaktif, isokor, 3mm/ 3mm, bentuk bulat/bulat 4. N. Troklearis : Gerak bola mata ke lateral bawah + / + Diplopia - / -5. N. Trigeminus Menggigit + / + Membuka mulut + / +6. N. Abdusens : gerakan mata ke lateral + / +7. N. Fasialis : Kerutan kulit dahi + / + Kedipan mata + / + Mengerutkan dahi + / + Mengerutkan alis + / + Menutup mata + / + Menggembungkan pipi + / + 8. N. Akustikus : mendengar suara + / + 9. N. Glossofaringeus Sengau - / - Reflek muntah + / +10. N. Vagus : Bersuara : -/ - Menelan : + / +11. N. Assesorius : Memalingkan kepala : + / + Sikap bahu : N / N Mengangkat bahu : N / N Trofi otot bahu : eutrofi / eutrofi12. N. Hipoglossus : Sikap lidah : N / N Tremor lidah : - / - Menjulurkan lidah : N / N Trofi otot lidah : - / -

Pemeriksaan ekstremitasEkstremitas superiorEkstremitas inferior

Gerakan+/++/+

Sensibilitas+/++/+

Kekuatan3/53/5

TonusN/NN/N

Trofieutrofieutrofi

Refleks fisiologis Refleks PatologisBiseps : +/+Babinski +/+Triceps : +/+Chaddok -/-Patella : +/+Achilles : +/+

Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan LabHasil

Leukosit9,58

Eritrosit4,32

Hemoglobin12,4

Hematokrit38,5

Trombosit321.000

GDS110

Ureum25

Creatinin0,7

SGOT24

SGPT23

CT Scan Kepala polos: gambaran SNH di capsula eksterna sinistraAssessment: Diagnosis klinis: hemiparese dextra et afasia motoric Diagnosis topis : capsula eksterna sinistra Diagnosis etiologis: SNH

TerapiInfus RL +sohobion 20 tpmInfus mannitol 6x 75 ccInjeksi piracetam 2 x 3 gramInjeksi citicolin 2 x 500PO: Amlodipine 5 mg 0 0 1Clopidogrel 1 0 0Neurodex 1 0 1

II. MASALAH YANG DIKAJI1. Bagaimana klasifikasi afasia? Berdasarkan letak lesi, bagaimana penggolongannya?2. Bagaimana prognosis pasien dengan afasia?

III. ANALISIS MASALAHAfasia adalah suatu gangguan berbahasa yang diakibatkan oleh kerusakan otak. Afasia dapat timbul akibat cedera otak atau proses patologik pada area lobus frontal, temporal, atau parietal yang mengatur kemampuan berbahasa yaitu area broca, area wernicke dan jalur yang menghubungkan keduanya. Kedua area ini biasanya terletak di hemisfer kiri otak dan pada kebanyakan orang bagian hemisfer kiri merupakan tempat kemampuan berbahasa diatur.Area Broca atau area 44 dan 45 Broadmann, bertanggung jawab atas pelaksanaan motorik berbicara. Lesi pada area ini akan mengakibatkan kesulitan dalam artikulasi tetapi penderita bisa memahami bahasa dan tulisan.Area Wernicke atau area 41 dan 42 Broadmann, merupakan area sensorik penerima untuk impuls pendengaran. Lesi pada area ini akan mengakibatkan penurunan hebat kemampuan memahami serta mengerti suatu bahasa.Berdasarkan manifestasi klinis afasia dibedakan atas : Afasia tidak lancar atau non fluent Afasia lancar atau fluent Berdasarkan lesi anatomik afasia dapat dibedakan menjadi :Sindrom afasia peri silvian Afasia Broca (motorik, ekspresif) Afasia Wernicke (sensorik, reseptif) Afasia konduksiSindrom afasia daerah perbatasan (borderzone) Afasia transkortikal motorik Afasia transkortikal sensorik Afasia transkortikal campuranSindrom afasia subkortikal Afasia talamik Afasia striatalSindrom afasia non lokalisasi Afasia anomik Afasia global

a. Afasia Broca (motorik, ekspresif). Disebabkan lesi di area broca. Pemahaman auditif dan membaca tidak terganggu tetapi sulit mengungkapkan isi pikiran. Gambaran klinis afasia broca ialah bergaya afasia non fluent.b. Afasia Wernicke (sensorik, reseptif). Disebabkan lesi di area wernicke. Pada kelainan ini pemahaman bahasa terganggu. Penderita tidak mampu memahami bahasa lisan dan tulisan sehingga ia juga tidak mampu menjawab dan tidak mengerti apa yang ia sendiri katakan. Gambaran klinis afasia wernicke ialah bergaya afasia fluent.c. Afasia konduksi. Disebabkan lesi di area fasciculus arcuatus yaitu penghubung antara area sensorik (wernicke) dengan area motorik (broca). Lesi ini menyebabkan kemampuan berbahasa dan pemahaman yang baik tetapi didapati adanya gangguan repetisi atau pengulangan.d. Afasia transkortikal. Disebabkan lesi di sekitar pinggiran area pengaturan bahasa. Pada dasarnya afasia transkortikal ditandai oleh terganggunya fungsi berbahasa tetapi didapati repetisi bahasa yang baik dan terpelihara.e. Afasia transkortikal motorik. Ditandai dengan tanda afasia broca dengan bicara non fluent, tetapi repetesi atau kemampuan mengulangnya baik dan terpelihara.f. Afasia transkortikal sensorik. Ditandai dengan tanda afasia wernicke dengan bicara fluent tetapi repetisi atau kemampuan mengulangnya baik dan terpelihara.g. Afasia transkortikal campuran. Ditandai dengan campuran tanda afasia broca dan wernicke. Penderita bicara non fluent tetapi juga disertai kemampuan memahami bahasa yang buruk, sementara kemampuan mengulang tetap baik.h. Afasia talamik, disebabkan lesi pada talamus dan afasia striatal disebabkan lesi pada capsular striatal, yang keduanya juga berperan dalam pengaturan bahasa. Pada kedua afasia ini terdapat tanda afasia anomik.i. Afasia anomik, merupakan suatu afasia dimana penderita kesulitan menemukan kata dan tidak mampu menamai benda yang dihadapkan kepadanya. Bicara, gramatika, dan irama lancar tetapi sering tertegun ketika mencari kata dan mengenal nama objek.j. Afasia global, adalah bentuk afasia yang paling berat. Disebabkan lesi yang luas dan merusak sebagian besar atau semua area bahasa pada otak. Keadaan ini ditandai oleh tidak ada lagi atau berkurang sekali bahasa spontan dan menjadi beberapa patah kata yang diucapkan secara berulang ulang. Pemahaman bahasa hilang atau berkurang. Repetisi, membaca, dan menulis juga terganggu berat. Afasia global hampir selalu disertai dengan hemiparese atau hemiplegia.

PROGNOSISPrognosa hidup untuk pendertia afasia tergantung pada penyebab afasia. Suatu tumor otak dapat dihubungkan dengan angka harapan hidup yang kecil, sedangkan afasia dengan stroke minor mungkin memiliki prognosis yang sangat baik. Prognosis hidup ditentukan oleh penyebab afasia tersebut.Prognosis kesembuhan kemampuan berbahasa bervariasi, tergantung pada ukuran lesi dan umur serta keadaan umum pasien. Secara umum, pasien dengan tanda klinis yang lebih ringan memiliki kemungkinan sembuh yang lebih baik. Afasia Broca secara fungsional memiliki prognosis yang lebih baik daripada afasia Wernicke. Terakhir, afasia akibat penyakit yang tidak dapat atau sulit disembuhkan, misalnya tumor otak, memiliki tingkat prognosis yang buruk.IV. KESIMPULANBerdasarkan letak lesi, afasia dibagi menjadi afasia perisilvii dan ekstraperisilvii. Afasia perisilvii meliputi afasia Broca, afasia Wernicke, afasia Konduksi dan afasia Global, ditandai dengan pengulangan yang buruk. Sedangkan afasia ekstra perisilvii meliputi afasia anomik, transkortikal sensorik, transkortikal motoric, dan transkortikal campuran, ditandai dengan pengulangan yang baik. Prognosis penderita afasia bervariasi tergantung dari penyebaab, luas lesi, umur penderita serta keadaan umum pasien. Secara umum afasia broca memiliki prognosis yang lebih baik dari afasia Wernicke.

V. Daftar Pustaka1. Sidiarto L, Kusumoputro S. Cermin Dunia Kedokteran No.34, Afasia Sebagai Gangguan Komunikasi Pada Kelainan Otak. Bagian Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2. Kirshner HS, Jacobs DH. eMedicine Neurology Specialties: Aphasia. 2009. Available at: http://emedicine.medscape.com/article/1135944-print

REFLEKSI KASUS AFASIA MOTORIK

Diajukan kepada :dr.Ardiansyah, Sp.S.

Oleh :Ardila Waraduhita20090310182

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAFFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTARSUD SALATIGA2014