resume buku prof amsal bahtiar

30
Resume buku Prof Amsal Bahtiar. BAB I RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU A. Ilmu Sebagai Objek Kajian Filsafat Pada dasarnya filsafat atau berfilsafat bukanlah sesuatu yang asing dan terlepas dari kehidupan sehari-hari, karena segala sesuatu yang ada dan yang mungkin serta dapat difikirkan bisa menjadi objek filsafat apabila selalu dipertanyakan, difikirkan secara radikal guna mencapai kebenaran. Louis Kattsoff menyebutkan bahwa lapangan kerja filsafat itu bukan main luasnya yaitu meliputi segala pengetahuan manusia serta segala sesuatu yang ingin diketahui manusia, Langeveld (1955) menyatakan bahwa filsafat itu berpangkal pada pemikiran keseluruhan serwa sekalian secara radikal dan menurut sistem, sementara itu Mulder (1966) menjelaskan bahwa tiap-tiap manusia yang mulai berfikir tentang diri sendiri dan tentang tempat-tempatnya dalam dunia akan menghadapi beberapa persoalan yang begitu penting, sehingga persoalan-persoalan itu boleh diberi nama persoalan-persoalan pokok yaitu : 1) Adakah Allah dan siapakan Allah itu ?, 2) apa dan siapakah manusia ?, dan 3) Apakah hakekat dari segala realitas, apakah maknanya, dan apakah intisarinya ?. Lebih jauh E.C. Ewing dalam bukunya Fundamental Questions of Philosophy (1962) menyatakan bahwa pertanyaan-pertanyaan pokok filsafat (secara tersirat menunjukan objek filsafat) ialah : Truth (kebenaran), Matter (materi), Mind (pikiran), The Relation of matter and mind (hubungan antara materi dan pikiran), Space and Time (ruang dan waktu), Cause (sebab-sebab), Freedom (kebebasan), Monism versus Pluralism (serba tunggal lawan serba jamak), dan God (Tuhan). Pendapat-pendapat tersebut di atas menggambarkan betapa luas dan mencakupnya objek filsafat baik dilihat dari substansi masalah maupun sudut pandang nya terhadap masalah, sehingga dapat disimpulkan bahwa objek filsafat adalah segala sesuatu yang maujud dalam sudut pandang dan kajian yang mendalam (radikal). Secara lebih sistematis para akhli membagi objek filsafat ke dalam objek material dan obyek formal. Obyek material adalah objek yang secara wujudnya dapat dijadikan bahan telaahan dalam

Upload: rudy-irawan

Post on 16-Feb-2016

283 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

resume buku prof amsal bahtiar

TRANSCRIPT

Page 1: Resume Buku Prof Amsal Bahtiar

Resume buku Prof Amsal Bahtiar.

BAB IRUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU

A.  Ilmu Sebagai Objek Kajian FilsafatPada dasarnya filsafat atau berfilsafat bukanlah sesuatu yang asing dan terlepas dari kehidupan sehari-hari, karena segala sesuatu yang ada dan yang mungkin serta dapat difikirkan bisa menjadi objek filsafat apabila selalu dipertanyakan, difikirkan secara radikal guna mencapai kebenaran. Louis Kattsoff menyebutkan bahwa lapangan kerja filsafat itu bukan main luasnya yaitu meliputi segala pengetahuan manusia serta segala sesuatu yang ingin diketahui manusia, Langeveld (1955) menyatakan bahwa filsafat itu berpangkal pada pemikiran keseluruhan serwa sekalian secara radikal dan menurut sistem, sementara itu Mulder  (1966) menjelaskan bahwa tiap-tiap manusia yang mulai berfikir tentang diri sendiri dan tentang tempat-tempatnya dalam dunia akan menghadapi beberapa persoalan  yang begitu penting, sehingga persoalan-persoalan itu boleh diberi nama persoalan-persoalan pokok yaitu : 1) Adakah Allah dan   siapakan  Allah   itu ?, 2) apa  dan    siapakah   manusia ?, dan 3) Apakah hakekat dari segala realitas, apakah maknanya, dan apakah intisarinya ?. Lebih jauh E.C. Ewing dalam bukunya Fundamental Questions of Philosophy (1962) menyatakan bahwa pertanyaan-pertanyaan pokok filsafat (secara tersirat menunjukan objek filsafat)  ialah : Truth (kebenaran), Matter (materi), Mind (pikiran), The Relation of matter and mind (hubungan antara materi dan pikiran), Space and Time (ruang dan waktu), Cause (sebab-sebab), Freedom (kebebasan), Monism versus Pluralism (serba tunggal lawan serba jamak), dan God (Tuhan).Pendapat-pendapat tersebut di atas menggambarkan betapa luas dan mencakupnya objek filsafat baik dilihat dari substansi masalah maupun sudut pandang nya terhadap masalah, sehingga dapat disimpulkan bahwa objek filsafat adalah segala sesuatu yang maujud dalam sudut pandang dan kajian yang mendalam (radikal). Secara lebih sistematis para akhli membagi objek filsafat ke dalam objek material dan obyek formal. Obyek material adalah objek yang  secara wujudnya dapat dijadikan bahan telaahan dalam berfikir, sedangkan obyek formal adalah objek yang menyangkut sudut pandang dalam melihat obyek material tertentu.Menurut Endang Saefudin Anshori (1981) objek material filsafat adalah sarwa yang ada (segala sesuatu yang berwujud), yang pada garis besarnya  dapat dibagi  atas tiga persoalan pokok yaitu : 1). Hakekat Tuhan; 2). Hakekat Alam; dan 3). Hakekat manusia, sedangkan objek formal filsafat ialah usaha mencari keterangan secara radikal terhadap objek material filsafat. Dengan demikian objek material filsafat mengacu pada substansi yang ada dan mungkin ada yang dapat difikirkan oleh manusia, sedangkan objek formal filsafat menggambarkan tentang cara dan sifat berfikir terhadap objek material tersebut, dengan kata lain objek formal filsafat mengacu pada sudut pandang yang digunakan dalam memikirkan objek material filsafat.

B.  Pengertian Filsafat Ilmu1) Pengertian FilsafatSecara etimologis filsafat berasal dari bahasa Yunani dari kata “philo” berarti cinta dan” sophia” yang berarti kebenaran, sementara itu menurut I.R. Pudjawijatna (1963 : 1) “Filo artinya cinta dalam arti yang seluas-luasnya, yaitu ingin dan karena ingin lalu berusaha mencapai yang diinginkannya itu . Sofia artinya kebijaksanaan , bijaksana artinya pandai, mengerti dengan

Page 2: Resume Buku Prof Amsal Bahtiar

mendalam, jadi menurut namanya saja  Filsafat boleh dimaknakan ingin mengerti dengan mendalam  atau cinta dengan kebijaksanaan. Sutan Takdir Alisjahbana (1981) menyatakan bahwa pekerjaan berfilsafat itu ialah berfikir, dan hanya manusia yang telah tiba di tingkat berfikir, yang berfilsafat. Guna lebih memahami mengenai makna filsafat berikut ini akan dikemukakan definisi filsafat yang dikemukakan oleh para akhli :a) Plato salah seorang murid Socrates yang hidup antara 427 – 347 Sebelum Masehi mengartikan filsafat  sebagai pengetahuan tentang segala yang ada, serta pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli.b) Aristoteles  (382 – 322 S.M) murid Plato, mendefinisikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika. Dia juga berpendapat bahwa filsafat itu menyelidiki sebab dan asas segala benda.c) Cicero  (106 – 43 S.M). filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha mencapai hal tersebut.d) Al Farabi  (870 – 950 M). seorang Filsuf Muslim mendefinidikan Filsafat sebagai ilmu pengetahuan tentang alam maujud, bagaimana hakikatnya yang sebenarnya.e) Immanuel Kant (1724 – 1804). Mendefinisikan Filsafat sebagai ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan yaitu :a. Metafisika (apa yang dapat kita ketahui).b. Etika (apa yang boleh kita kerjakan).c. Agama ( sampai dimanakah pengharapan kita)d. Antropologi (apakah yang dinamakan manusia).f) H.C Webb dalam bukunya History of Philosophy menyatakan bahwa filsafat mengandung pengertian penyelidikan. Tidak hanya penyelidikan hal-hal yang khusus dan tertentu saja, bahkan lebih-lebih mengenai sifat – hakekat baik dari dunia kita, maupun dari cara hidup yang seharusnya kita selenggarakan di dunia ini.g) Harold H. Titus dalam bukunya Living Issues in Philosophy mengemukakan beberapa pengertian filsafat yaitu :

a.       Philosophy is an attitude toward life and universe (Filsafat adalah sikap terhadap kehidupan dan alam semesta).

b.      Philosophy is a method of reflective thinking and reasoned inquiry (Filsafat adalahsuatu metode berfikir reflektif dan pengkajian secara rasional)

c.       Philosophy is a group of problems (Filsafat adalah sekelompok masalah).d.      d. Philosophy is a group of systems of thought (Filsafat adalah serangkaian sistem berfikir)

2) Pengertian IlmuIlmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, masdar dari ‘alima – ya’lamuyang berarti tahu atau mengetahui, sementara itu secara istilah ilmu diartikan sebagaiIdroku syai bi haqiqotih(mengetahui sesuatu secara hakiki). Dalam bahasa Inggeris Ilmu biasanya  dipadankan  dengan  kata  science, sedang    pengetahuan denganknowledge. Dalam bahasa Indonesia kata science(berasal dari bahasa lati dari kataScio, Scire yang berarti tahu) umumnya diartikan Ilmu tapi sering juga diartikan dengan Ilmu Pengetahuan, meskipun secara konseptual mengacu pada makna yang sama. Untuk lebih memahami pengertian Ilmu (science) di bawah ini akan dikemukakan beberapa pengertian :

Page 3: Resume Buku Prof Amsal Bahtiar

ü  Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu  dibidang (pengetahuan) itu (Kamus Besar Bahasa Indonesia)ü  Science is knowledge arranged in a system, especially obtained by observation and testing of fact (An English reader’s dictionary)ü  Science  is a systematized knowledge obtained by study, observation, experiment” (Webster’s super New School and Office Dictionary)ü  Science  is the complete and consistent description of facts and experience in the simplest possible term”(Karl Pearson)ü  Science  is a sistematized knowledge derives from observation, study, and experimentation carried on in order to determinethe nature or principles of what being studied” (Ashley Montagu)ü  Science  is the system of man’s knowledge on nature, society and thought. It reflect the world in concepts, categories and laws, the correctness and truth of which are verified by practical experience(V. Avanasyev)sementara itu The Liang Gie menyatakan dilihat dari ruang lingkupnya pengertian ilmu adalah sebagai berikut :Ilmu merupakan sebuah istilah umum untuk menyebutkan segenap pengetahuan ilmiah yang dipandang sebagai suatu kebulatan. Jadi ilmu mengacu pada ilmu seumumnya.Ilmu menunjuk pada masing-masing bidang pengetahuan ilmiah yang mempelajari pokok soal tertentu, ilmu berarti cabang ilmu khusus.3) Pengertian Filsafat IlmuDilihat dari segi katanya filsafat ilmu dapat dimaknai sebagai filsafat yang berkaitan dengan atau tentang ilmu. Filsafat ilmu merupakan bagian dari filsafat pengetahuan secara umum, ini dikarenakan ilmu itu sendiri merupakan suatu bentuk pengetahuan dengan karakteristik khusus, namun demikian untuk memahami secara lebih khusus apa yang dimaksud dengan filsafat ilmu, maka diperlukan pembatasan yang dapat menggambarkan dan memberi makna khusus tentang istilah tersebut.Para ahli telah banyak mengemukakan definisi/pengertian filsafat ilmu dengan sudut pandangnya masing-masing, dan setiap sudut pandang tersebut amat penting guna pemahaman yang komprehensif tentang makna filsafat ilmu, berikut ini akan  dikemukakan beberapa definisi filsafat ilmu :

      The philosophy of science is a part of philosophy which attempts to do for science what philosophy in general does for the whole of human experience (Peter Caws)

      The philosophy of science attemt, first, to elucidate the elements involved in the process of scientific inquiry-observational procedures, patterns of argument, methods of representation and calculation, metaphysical presupposition, and so on, and then to evaluate the grounds of their validity from  the points of view of formal logic, practical methodology anf metaphysics (Steven R. Toulmin).

      Philosophy of science questions and evaluates the methods of scientific thinking and tries to determine the value and significance of scientific enterprise as a whole (L. White Beck).

      Philosophy of science.. that philosophic discipline which is the systematic study of the nature of science, especially of its methods, its concepts and presupposition, and its place in the general scheme of intelectual discipline (A.C. Benyamin).

      Philosophy of science.. the study of the inner logic of scientific theories, and the relations between experiment and theory, i.e of scientific method (Michael V. Berry).

Page 4: Resume Buku Prof Amsal Bahtiar

Pengertian-pengertian di atas menggambarkan variasi pandangan beberapa akhli tentang makna filsafat ilmu. Peter Caw memberikan makna filsafat ilmu sebagai bagian dari filsafat yang kegiatannya menelaah ilmu dalam kontek keseluruhan pengalaman manusia,  Steven R. Toulmin memaknai filsafat ilmu sebagai suatu disiplin yang diarahkan untuk menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan prosedur penelitian ilmiah, penentuan argumen, dan anggapan-anggapan metafisik guna menilai dasar-dasar validitas ilmu dari sudut pandang logika formal, dan metodologi praktis serta metafisika. Sementara itu White Beck lebih melihat filsafat ilmu sebagai kajian dan evaluasi terhadap metode ilmiah untuk dapat difahami makna ilmu itu sendiri secara keseluruhan, masalah kajian atas metode ilmiah juka dikemukakan oleh Michael V. Berry setelah mengungkapkan dua kajian lainnya yaitu logika teori ilmiah  serta hubungan antara teori dan eksperimen, demikian juga halnya Benyamin yang memasukan masalah metodologi dalam kajian filsafat ilmu disamping posisi ilmu itu sendiri dalam konstelasi umum disiplin intelektual (keilmuan).

C.  Tujuan Filsafat IlmuTujuan Filsafat ilmu adalah :1. Memahami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeleuruh kita dapat memahami sumber, hakikat dan tujuan ilmu.2. Memahami sejatah pertumbuhan, perkembangan dan pertumbuhan ilmu diberbagai bidang, sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secara histories.3. Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam memahami studi di perguruan tingggi, terutama untuk membedakan persoalan yang ilmian dan non ilmiah.4. Mendorong pada calon ilmuwan untuk konsisten dalam mendalalmi ilmu dan mengembangkannya.5. Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama tidak ada pertentangan.

BAB IISEJARAH PERKEMBANGAN ILMU

A.  Landasan Ilmu pada Zaman Yunani1.      Thales (624-546 SM); ia digelari sebagai bapak Filsafat karena orang yang mula-mula berfilsafat

dan mempertanyakan ” Apa sebenarnya asal-usul semesta ini ?”. pertanyaan ini dijawab dengan rasional. Maka dari pernyataan Thales tersebut bahwa di berdasarkan pada rasional bukan pada mitos atau mistis.

2.      Anaximandros (610-540 SM); ia bependapat bahwa esesnsi dari alam adalah sutu hal yang tidak dapat dirasakan oleh pancaindra.

3.      Heraklitos (540-480 SM); ia manyatak bahwa yang mendasar dalam alam semesta ini bukanlah bahannya, melainkan aktor dan penyebabnya, yaitu api.

4.      Parminides (515-440 SM); menurut dia realitas merupakan keseluruhan yang bersatu tidak bergerak dan tidak berubah.

5.      Phitagoras (580-500 SM); ia berpendapat bahwa segala sesuatu atau realitas dapat diukur dengan bilangan dan bersifat rasional.

Page 5: Resume Buku Prof Amsal Bahtiar

6.      Tokoh Sofis : Protagoras dan Gorgias, mereka berpendapat bahwa manusia merupakan ukuran kebenaran dan ukuran kebenaran itu bersifat relative sesuai dengan waktu dan peruabahan alam atau juga disebut dengan teori relativisme.

7.      Socrates, Plato dan Aristoteles; mereka menentang segala teori kebenaran yang diunngkapkan oleh kaum sofis. Menurut mereka terdapat kebenaran bjektif yang bersumber kepada manusia. Mereka berusaha menyeimbangkan antara filsafat dan ilmu pengatahuan yang nantinya akan berkembang pesat menjadi beberapa objek kajian ilmiah.

B.  Perkembangan Ilmu Zaman IslamRene Descartes termasuk pemikir yang beraliran rasionalis. Ia cukup berjasa dalam membangkitkan kembali rasionalisme di barat. Muhammad Baqir Shadr memasukkannya ke dalam kaum rasionalis. Ia termasuk pemikir yang pernah mengalami skeptisme akan pengetahuan dan realita, namun ia selamat dan bangkit menjadi seorang yang meyakini realita. Bangunan rasionalnya beranjak dari keraguan atas realita dan pengetahuan. Ia mencari dasar keyakinannya terhadap Tuhan, alam, jiwa dan kota Paris. Dia mendapatkan bahwa yang menjadi dasar atau alat keyakinan dan pengetahuannya adalah indra dan akal. Ternyata keduanya masih perlu didiskusikan, artinya keduanya tidak memberika hal yang pasti dan meyakinkan. Lantas dia berpikir bahwa segala sesuatu bisa diragukan, tetapi ia tidak bisa meragukan akan pikirannya. Dengan kata lain ia meyakini dan mengetahui bahwa dirinya ragu-ragu dan berpikir. Ungkapannya yang populer dan sekaligus fondasi keyakinan dan pengetahuannya adalah ” Saya berpikir (baca : ragu-ragu), maka saya ada “.Argumentasinya akan realita menggunakan silogisme kategoris bentuk pertama, namun tanpa menyebutkan premis mayor. Saya berpikir, setiap yang berpikir ada, maka saya ada.Dalam dunia Islam adalah Imam al Ghazzali yang pernah skeptis terhadap realita, namun iapun selamat dan menjadi pemikir besar dalam filsafat dan tashawwuf. Perkataannya yang populer adalah ” Keraguan adalah kendaraan yang mengantarkan seseorang ke keyakinan “.Filusuf Ilahi Mulla Shadra ra. berkata, “Sesungguhnya ruh manusia jika lepas dari badan dan berhijrah menuju Tuhannya untuk menyaksikan tanda-tanda-Nya yang sangat besar, dan juga ruh itu bersih dari kamaksiatan-kemaksiatan, syahwat dan ketarkaitan, maka akan tampak padanya cahaya makrifat dan keimanan kepada Allah dan malakut-Nya yang sangat tinggi. Cahaya itu jika menguat dan mensubstansi, maka ia menjadi substansi yang qudsi, yang dalam istilah hikmah teoritis oleh para ahli hikmat disebut dengan akal efektif dan dalam istilah syariat kenabian disebut ruh yang suci. Dengan cahaya akal yang kuat, maka terpancar di dalamnya -yakni ruh manusia yang suci- rahasia-rahasia yang ada di bumi dan di langit dan akan tampak darinya hakikat-hakikat segala sesuatu sebagimana tampak dengan cahaya sensual mata (alhissi) gambaran-gambaran konsepsi dalam kekuatan mata jika tidak terhalang tabir. Tabir di sini -dalam pembahasan ini- adalah pengaruh-pengaruh alam tabiat dan kesibukan-kesibukan dunia, karena hati dan ruh -sesuai dengan bentuk ciptaannya- mempunyai kelayakan untuk menerima cahaya hikmah dan iman jika tidak dihinggapi kegelapan yang merusaknya seperti kekufuran, atau tabir yang menghalanginya seperti kemaksiatan dan yang berkaitan dengannya “Kemudian beliau melanjutkan, “Jika jiwa berpaling dari ajakan-ajakan tabiat dan kegelapan-kegelapan hawa nafsu, dan menghadapkan dirinya kepada Alhaq dan alam malakut, maka jiwa itu akan berhubungan dengan kebahagiaan yang sangat tinggi dan akan tampak padanya rahasia alam malakut dan terpantul padanya kesucian (qudsi) Lahut .” (al-Asfar al-Arba’ah jilid 7 halaman 24-25).

C.  Kemajuan Ilmu Zaman Renaissance dan Modern

Page 6: Resume Buku Prof Amsal Bahtiar

Kemajuan ilmu pada masa Renaisance tidak dapat dilepaskan dari kecemerlangan peradaban Islam pada masa Dinasti Umayyah berkuasa di Andalusia (Spanyol) dan hampir mnguasai seluruh daratan dan lautan Eropa pada saat itu. Ibn Rusyd adalh tokoh Bapak Filsafat Islam Modern yang menjadi sumber inspirasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi pada masa renaissance ini.Pada masa renaissance banyak ditemukan berbagai teori, alat dan bahan yang memudahkan manusia untuk mengetahui tentang alam dan sekitarnya. Seperti ditetapkannya bahwa bentuk bumi ini bulat, bagaimana persinggungan antara satu planet dengan plent yang lain, bagaimana tentang teori penciptaan bumi dan galaksi Bima Sakti.Adapaun perkembangan yang paling mutakhir pada masa modern ialah ditemukannya berbagai alat yang dapat mempermudah aktivitas manusia, seperti mesin pembuat benang, mesin uap, telegraf, telepon dan sebagainya.Dari perkembangan imu pada masa modrn ini semuanya bermula pad filsafat, dan induk dari sebuah ilmu pengetahun itu sendiri adalah filsafat, meskipun pada perkembangannya filsafat itu sendiripun merupakan sebuah ilmu, dan dibedakan dalam beberapa bidang kajian filsafat.

D.  Kemajuan Ilmu Zaman KontemporerDalam bab terdahulu telah dikemukakan ciri-ciri dari suatu ilmu, ciri-ciri tersebut pada prinsipnya merupakan suatu yang normatif dalam suatu disiplin keilmuan. Namun dalam perkembangannya ilmu khususnya teknologi sebagai aplikasi dari ilmu telah banyak mengalami perubahan yang sangata cepat, perubahan ini berdampak pada pandangan masyarakat tentang hakekat ilmu, perolehan ilmu, serta manfaatnya bagi masyarakat, sehingga ilmu cenderung dianggap sebagai satu-satunya kebenaran dalam mendasari berbagai kebijakan kemasyarakatan, serta telah menjadi dasar penting yang mempengaruhi penentuan prilaku manusia. Keadaan ini berakibat pada karakterisasi ciri ilmu modern, adapun ciri-ciri tersebut adalah :

1.    Bertumpu pada paradigma positivisme.  Ciri ini terlihat dari pengembangan ilmu dan teknologi yang kurang memperhatikan aspek nilai baik etis maupun agamis, karena memang salah satu aksioma positivisme adalah value free yang mendorong tumbuhnya prinsip science for science.

2.    Mendorong pada tumbuhnya sikap hedonisme dan konsumerisme. Berbagai pengembangan ilmu dan teknologi selalu mengacu pada upaya untuk meningkatkan kenikmatan hidup , meskipun hal itu dapat mendorong gersangnya ruhani manusia akibat makin memasyarakatnya budaya konsumerisme yang terus dipupuk oleh media teknologi modern seperti iklan besar-besaran  yang dapat menciptakan kebutuhan semu yang oleh Herbert Marcuse didefinisikan sebagai kebutuhan  yang ditanamkan ke dalam masing-masing individu demi kepentingan sosial tertentu dalam represinya (M. Sastrapatedja, 1982 : 125)

3.    Perkembangannya sangat cepat . Pencapaian sain ddan teknologi modern menunjukan percepatan yang menakjubkan , berubah tidak dalam waktu tahunan lagi  bahkan mungkin dalam hitungan hari, ini jelas sangat berbeda denngan perkembangan iptek sebelumnya yang kalau menurut Alfin Tofler dari gelombang pertama (revolusi pertanian) memerlukan waktu ribuan tahun untuk mencapai gelombang ke dua (revolusi industri, dimana sebagaimana diketahui gelombang tersebut terjadi akibat pencapaian sains dan teknologi.

4.    Bersifat eksploitatif terhadap lingkungan. Berbagai kerusakan lingkungan hidupdewasa ini tidak terlepas dari pencapaian iptek yang kurang memperhatikan dampak lingkungan.

Page 7: Resume Buku Prof Amsal Bahtiar

BAB IIIPENGETAHUAN DAN UKURAN KEBENARAN

A.  Defenisi dan Jenis PengetahuanSecara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu knowledge dalam encyclopedia of philosopy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief) sedangkan secara terminology menurut Drs sidi gazalba pengetahuan adalah apa yang diketahui  atau hasil pekerjaan tahu, pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi fikiran dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari hasil usaha manusia untuk tahu, dalam kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri.

Burhanudin salam mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki manusia ada 4 yaitu :

1.         Pengetahuan biasa, yaitu pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan dengan istilah common sense, dan sering diartikan sebagai good sense.

2.         Pengetahuan ilmu, yaitu ilmu sebagai terjemahan dari science yang diartikan sebagai pengetahuan yang kuantitatif dan objektif.

3.         Pengetahuan filsafat, yaitu pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran yang bersifat kontemplatif dan spekulatif, pengetahuan filsafat lebih menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu.

4.         Pengetahuan agama, yaitu pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan lewat utusannya, pengetahuan agama bersifat mutlak dn wajib diyakini oleh parapemeluk agama.

Dari sejumlah pengertian yang ada sering ditemukan kerancuan antara pengertian pengetahuan dan ilmu, kedua kata tersebut dianggap memiliki kesamaan arti bahkan ilmu dan pengetahuan terkadang dirangkum menjadi kata majemuk yang mengandung arti tersendiri. Dalam kamus besar bahasa Indonesia ilmu disamakan artinya dengan pengetahuan, ilmu adalah pengetahuan. Pengetahuan terbagi menjadi 2 yaitu prailmiahdan ilmiah,  pengetahuan pra ilmiah adalah pengetahuan yang belum memiliki syarat syarat ilmiah pada umumnya, sebaliknya pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang harus memilki syarat syarat ilmiah. Syarat syarat yang dimiliki oleh pengetahuan ilmiah adalah : harus memiliki objek tertentu (formal dan material) dan harus bersistem (runtut) selain itu pengetahuan ilmiah harus  memiliki metode tertentu dengan sifatnya yang umum, metodenya berupa metode deduksi, induksi dan analisis.

B.  Hakikat dan Sumber PengetahuanHakikat pengetahuan yang meliputi apa itu pengetahuan dan bagaimana memperoleh pengetahuan tersebut.

Ada  2 teori untuk mengetahui hakikat pengetahuan itu yaitu :

a.     Realisme, teori ini mempunyai pandangan yang realistis terhadap alam pengetahuan, ajaran realism percaya bahwa dengan sesuatu atau lain cara ada hal hal yang hanya terdapat didalam dan tentang dirinya sendiri serta yang hakikatnya tidak terpengaruh oleh seseorang.

b.     Idealisme, ajaran idealism menegaskan bahwa untuk mendapatkan pengetahuan yang benar benar sesuai dengan kenyataan adalah mustahil, premis pokok yang diajukan oleh idealism

Page 8: Resume Buku Prof Amsal Bahtiar

adalah jiwa mempunyai kedudukan utama dalam alam semesta, idealism tidak  mengingkari adanya materi, namun materi adalah suatu gagasan yang tidak jelas dan bukan hakikat.

Semua orang mengakui memiliki pengetahuan, persoalnnya dari mana pengetahuan itu diperoleh atau lewat apa pengetahuan itu diperoleh, dalam hal ini ada beberapa pendapat tentang sumber pengetahuan antara lain :

a.    Empirisme, menurut aliran ini manusia mendapatkan pengetahuan dari pengalamannya, manusia bisa  mendapatkan nya melalui indera, pengetahuan inderawi bersifat parsial, itu disebabkan adanya perbedaan antara indera yang satu dengan yang lain, sehingga john locke (1632-1704) bapa empiris britania mengemukakan teori tabula rasa (sejenis buku catatan kosong). Jadi dalam empirisme sumber utama untuk memperoleh  pengetahuan adalah data empiris yang diterima oleh indera, akal tidak banyak berfungsi kalaupun ada hanya sebatas ide yang kabur. Kelemahan aliran ini adalah : indera terbatas, indera kadang menipu, objek yang menipu, berasal dari indera dan objek sekaligus.

b.    Rasionalisme, aliran ini menyatakan bahwaakal adalah dasar kepastian pengetahuan, pengetahuan yang benar diperoleh melalui akal manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan menangkap objek. Bagi aliran ini kelemahan aliran empirisme yang disebabkan kelemahan alat indera dapat dikoreksi seandainya akal digunakan.

c.    Intuisi, Menurut Henry Bergson intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi, kemampuan ini mirip dengan insting tetapi berbeda dengan kesadaran dan kebebasannya, kemampuan pengembangan kemampuan ini memerlukan suatu usaha. Menurutnya intuisi bersifat lahiriah pengetahuan simbolis yang pada dasarnya bersifat analisis menyeluruh dan mutlak dan tanpa dibantu penggambaran secara simbolis.

d.   Wahyu, Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Allah kepada manusia lewat perantara para nabi. Para nabi memperoleh pengetahuan dari Tuhan tanpa upaya, tanpa bersusah payah, tanpa memerlukan waktu untuk memperolehnya. Pengetahuan dengan jalan ini merupakan kekhususan para nabi. Hal inilah yang membedakan mereka dengan manusia lainnya. Bagi manusia tidak adajalan lain kecuali menerima dan membenarkan semua yang berasal dari Nabi. Kepercayaan inilah yang merupakan titik tolak dalam agama dan lewat pengkajian selanjutnya dapat meningkatkan atau menurunkan kepercayaan itu. Sedangkan ilmu pengetahuan sebaliknya, yaitu dimulai mengkaji dengan riset, pengalaman, dan percobaan untuk sampai kepada kebenaran yang faktual.

C.  Ukuran Kebenaran

Secara umum orang merasa bahwa tujuan pengetahuan adalah untuk mencapai kebanaran, namun masalahnya tidak hanya sampai disitu saja, problem kebenaran inilah yang memacu tumbuh dan berkembangnya epistimologi, telaah epistimologi terhadap kebenaran membawa kita pada sebuah kesimpulan bahwa perlu dibedakan adanya 3 jenis yaitu kebenaran epistimologis, kebenaran ontologis dan kebenaran semantik.  Kebenaran epistimologis adalah kebenaran yang berhubungan dengan pengetahuan manusia, kebenaran dalam arti ontologis adalah kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat pada hakikat segala sesuatu yang ada atau diadakan, kebenaran dalam arti semantic adalah kebenaran yang terdapat serta melekat dalam tutur kata dan bahasa.Dalam pembahasannya penulis membahas kebenaran epistimologis karena kebenaran

Page 9: Resume Buku Prof Amsal Bahtiar

yang lainnya secara inheren akan masuk dalam kategori kebenaran epistimologis, teori yang menjelaskan episyimologis adalah sebagai berikut :

1.    Teori korespondensi, atau the correspondence theory of truth, menurut teori ini kebenaran itu apabila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju oleh pernyataan itu. Suatu proposisi atau pengertian adalah benar apabila terdapat suatu fakta yang diselaraskannya, yaitu apabila ia menyatakan apa adanya, kebenaran adalah yang bersesuaian dengan fakta, yang berselaras dengan realitas yang serasi dengan situasi akal

2.    Teori koherensi tentang kebenaran, atau teori konsistensi atau the consistence of truth yang sering pula dinamakan the coherence of truth, menurut teori ini kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan dengan sesuatu yang lain yaitu fakta dan realitas, tetapi atas hubungan antara antara putusan putusan itu sendiri dengan kata lain kebenaran ditegakkan atas hubungan antara putusan yang baru itu dengan dengan putusan putusan lainnya yang telah kita ketahui dan akui kebenarannya terlebih dahulu.

3.    Teori Fragmatisme tentang kebenaran, atu the fragmatic theory of truth. Menurut teori ini benar tidaknya suatu ucapan, dalil atau teori semata mata tergantung kepada azas manfaat, sesuatu dianggap benar jika mendatangkan manfaat dan akan dikatakan salah jika tidak mendatangkan manfaat. Menurut teori ini suatu kebenaran dan suatu pernyataan diukur dengan criteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan manusia, teori hipotesa atau ide adalah benar apabila ia membawa pada akibat yang memuaskan, apabila ia berlaku dalam praktik apabila ia mempunyai nilai praktis, jadi kebenaran adalah sesuatu yang berlaku.

4.    Agama sebagai teori kebenaran, Manusia sebagai makhluk pencarikebenaran salah satu cara untuk menemukan suatu kebenaran adalah melalui agama, agama dengan karakteristiknya sendiri memberikan jawaban atas persoalan asasi yang dipertanyakan manusia baik tentang alam, manusia maupun tentang Tuhan, agama mengedepankan wahyu yang bersumber dari Tuhan. Dengan demikian suatu hal dianggap benar apabila sesuai dengan ajaran agama atau wahyu sebagai penentu kebenaran mutlak, oleh karena itu sangat wajar bila Imam Al Ghazali merasa tidak puas dengan penemuan penemuan akalnya dalam mencari suatu kebenaran, akhirnya Al Ghazali sampai kepada kebenaran  dalam tasawuf, tasawuf lah yang menghilangkan keragu raguan tentang segala sesuatu.

D.  Klasifikasi dan Hierarki Ilmu

Para filosof muslim membedakan ilmu kepada ilmu yang berguna dan ilmu yang tidak berguna. Kategori ilmu yang berguna mereka kategorikan kepada ilmu ilmu duniawi seperti ilmu kedokteran, fisika, kimia, geografi, logika, etika, bersama disiplin yang khusus mengenai ilmu keagamaan. Ilmu sihir, alkemi dan numerologi (ilmu nujum dengan menggunakan bilangan) dimasukkan kedalam golongan cabang-cabang ilmu yang tidak beguna. Klasifikasi ini memberikan makna implisit menolak adanya sekularisme, karena wawasan Yang Kudus tidak menghalang-halangi orang untuk menekuni ilmu-ilmu pengetahuan dinuawi secara teoritis dan praksis.

Sedangkan Al Ghazali secara filosofis membagi ilmu kedalam ilmu syar’iyah dan ilmuaqliyyah. Oleh Al-Ghazali ilmu yang terakhir ini disebut juga sebagai ilmu ghair syar’iyyah. Begitu juga Quthb Al-Din membedakan jenis ilmu menjadi ulum hikmydan  ulum ghair hikmy. Ilmu nonfilosofis menurutnya dipandang sinonim dengan ilmu religius, karena dia menganggap ilmu itu berkembang dalam satu peradaban yang memiliki syari’ah (hukum wahyu).

Page 10: Resume Buku Prof Amsal Bahtiar

Sedangkan Dr Muhammad Al Bahi membagi ilmu dari sumbernya terbagi menjadi 2 yaitu ilmu yang bersumber dari Tuhan dan ilmu yang bersumber dari manusia. Al-Jurjani membagi ilmu kepada ilmu Qadim dan ilmu Hadis. Ilmu Qadim adalah ilmu Allah yang jelas sangat berbeda dari ilmu Hadist   yang dimiliki manusia sebagai hamba-Nya.

Karena semua bentuk pengetahuan yang bersifat empiris, rasionalis, dan iluminasioris ketiganya bersumber dari manusia yang bersifat relative. Relativitas itu tidak saja dari pemikiran tetapi juga perangkat yang dimiliki oleh manusia dalam memperoleh pengetahuan seperti panca indera, akal dan wahyu. Oleh karena itu, hanya adanya wawasan Yang Kudus-lah yang membedakan pemikiran Islam dengan Barat.

 

BAB IVDASAR-DASAR ILMU

A. Ontologi

Ontologi merupakan salah satu lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Dalam persoalan ontology orang menghadapi persoalan bagaimanakah kita menerangkan hakikat dari segala yang ada  ini ? pertama kali orang dihadapkan pada adanya 2 macam kenyataan, yang pertama kenyataan yang berupa materi yang kedua kenyataan yang berupa rohani.

Term ontologi pertamakali dikenalkan oleh rodolf goclenius pada tahun 1636 M, untuk menamai teori tentang hakikat yang ada yang bersifat metafisis, dalam perkembangannya Rudolf Wolf membagi metafisika menjadi 2 yaitu metafisika umum dan metafisika khusus, metafisika umum dimaksuidkan sebagai istilah lain ontology, dengan demikian metafisika umum atau ontology adalah cabang filsafat yang membicarakan prinsip yang paling dasar atau paling dalam dari segala sesuatu yang ada, sedang metafisika khusus masih dibagi lagi menjadi kosmologi, psikologi dan teologi.

Didalam pemahaman ontology dapat diketemukan pandangan pandangan pokok pemikiran sebagai berikut :

a.    Monoisme, paham ini menganggap bahwa hakikat yang berasal dari seluruh kenyataan hanyalah satu saja, tidk mungkin dua, faham ini kemudian terbagi 2 yaitu : materialism yang menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi bukan rohani aliran ini sering juga disebut naturalism, yang kedua yaitu idealisme aliran ini beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal dari ruh yaitu sesuati yang tidak berbentuk dan menempati ruang.

b.   Dualisme, aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari 2 macam hakikat yaitu hakekat materi dan hakekat ruhani , benda dan ruh, jasad dan spirit. Umumnya manusia tidak akan mengalami kesulitan untuk menerima prinsip dualism ini, karena setiap kenyataan lahir dapat segera ditangkap oleh panca indera kita, sedang kenyataan bathin dapat segera diakui adanya oleh akal dan perasaan hidup.

Page 11: Resume Buku Prof Amsal Bahtiar

c.    Pluralime, paham ini berpandangan bahwa segenap bentuk merupakan kenyataan, prularisme bertolak dari keseluruhan danmengakui bahwa segenap macam bentuk itu semuanya nyata.

d.   Nihilisme, sebuah doktrin yang tidak mengakui validits alternative yang positif, istilah nihilism sebenarnya sudah ada sejak yunani kuno.

e.    Agnotisisme yaitu mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakekat benda, baik hakekat materi maupun hakikat ruhani. Timbulnya aliran ini dikarenakan belum dapatnya orang mengenal dan mampu menerangkan secara konkrit akan adanya kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat kita kenal.

B.  Epistimologi

Epistimologi adalah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian dan dasar dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan yang diperoleh oleh manusia melalui akal, indera dan lain lain meiliki metode tersendiri dalam teori pengetahuan diantaranya adalah :

a.       Metode induktif, yaitu metode yang menyimpulkan pernyataan pernyataan hasil observasi disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum, dalam induksi setelah diperoleh pengetahuan, maka akan dipergunakan hal hal lain seperti ilmu mengajarkan kita bahwa kalau logam dipanaskan maka akan mengembang

b.      Metode deduktif, yaitu metode yang menyimpulkan bahwa data data empiric diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut, hal yang harus ada dalam metode deduktis adalah perbandingan logis antara kesimpulan kesimpulan itu sendiri.

c.       Metode positivisme, metode ini berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang factual dan dan positif, ia mengenyampingkan segala persoalan diluar yang ada sebagai fakta.menurut comte perkembangan pemikiran manusia melaui 3 tahap yaitu, teologis, metafisis dan positif.

d.      Metode kontemplatif, metode ini mengatakan adanya keterbatasan indera dan akal manusia untuk memperoleh pengetahuan, sehingga objek yang dihasilkan pun akan berbeda beda, harusnya dikembangkan suatu kemampuan akal yang disebut dengan intuisi, pengetahuan yang didapat melalui intuisi ini bias diperoleh dengan cara berkontemplasi seperti yang dilakukan oleh Al Ghazali.

e.       Metode dialektis, metode ini mula mula berarti metode Tanya jawab untuk mencapai kejernihan filsafat namun plato mengartikannya sebagai diskusi logika.

C. Aksiologi

Pengertian aksiologi yang dikutip penulis berasal dari buku jujun s suriasumantri yang berarti sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.

Dari definisi mengenai aksiologi, terlihat jelas bahwa permasalahan yang utama adalah mengenai nilai, niai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai, teori tentang nilai dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika. Makna etika dipakai dalam 2 bentuk arti, pertama etika merupakan suatu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan perbuatan manusia, arti kedua etika merupakan suatu predikat yang dipakai untk membedakan hal hal, perbuatan perbuatan atau manusia manusia yang lain.

Page 12: Resume Buku Prof Amsal Bahtiar

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan aksiologi disamakan dengan value and valuation:

1.      Nilai digunakan sebagai kata benda abstrak, Dalam pengertian yang lebih sempit seperti baik, menarik dan bagus. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas mencakup sebagai tambahan segala bentuk kewajiban, kebenaran dan kesucian.

2.      Nilai sebagai kata benda konkret. Contohnya ketika kita berkata sebuah nilai atau nilai-nilai. Ia sering dipakai untuk merujuk kepada sesuatu yang bernilai, seperti nilainya atau nilai dia.

3.      Nilai juga dipakai sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, member nilai atau dinilai.

            Dari definisi aksiologi di atas, terlihat dengan jelas bahwa permasalahan utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada masalah etika dan estetika.

            Aksiologi ilmu terdiri dari nilai-nilai yang bersifat normatif dalam mpemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana dijumpai dalam kehidupan, yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik atau pun fisik material.

BAB VSARANA ILMIAH

A.  Bahasa

Bahasa sebagai sarana komunikasi antar manusia, tanpa bahasa tiada komunikasi. Sebagai sarana komunikasi maka segala yang berkaitan dengan komunikasi tidak terlepas dari bahasa, seperti berpikir  sistematis dalam menggapai ilmu dan pengetahuan.

Unsur-unsur dalam bahasa :

      Simbol-simbol  : Things that   stand for other things atau sesuatu yang menyatakan sesuatu yang lain, jika dikatakan bahwa bahasa adalah suatu system simbol-simbol, hal tersebut mengandung makna bahwa ucapan si pembicara di hubungkan secara simbolis dengan objek-objek ataupun kejadian dalam dunia praktis

      Simbol-simbol vokal : bunyi-bunyi  yang urutan-urutan bunyinya dihasilkan dari kerja sama berbagai organ atau alat tubh dengan system pernapasan

      Simbol-simbol vokal arbitrer : arbitrer = ‘mana suka” misalnya untuk menyatkan jenis binatang yang disebut Equus Caballu,   orang Inggris menyebutnya horse, orang Perancis menyebutnya Cheval dan orang Indonesia menyebutnya Kuda semuanya merupakan sejenis persetujuan yang

Page 13: Resume Buku Prof Amsal Bahtiar

tidak diucapkan atau kesepakatan secara diam-diam antara sesame anggota masyarakat yang memberi setiap makna tertentu.

      Suatu sistem yang berstruktur dari simbol-simbol  yang arbitrer

      Dipergunakan oleh para anggota suatu kelompok sosial sebagai alat bergau satu sama lainnya.

1.      Fungsi Bahasa

Para pakar telah berselisih pendapat dalam hal fungsi bahasa. Aliran filsafat bahasa dan psikolinguistikmelihat fungsi bahasa sebagai sarana untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan emosi, sedangkan aliran sosiolinguistik berpendapat bahwa fungsi bahasa adalah sarana untuk perubahan masyarakat.

Menurut Halliday sebagaimana yang dikutip oleh Thaimah bahwa fungsi bahasa adalah sebagai berikut :

•       Fungsi Instrumental : penggunaan bahasa untuk mencapai suatu hal yang bersifat materi seperti makan, minum, dan sebagainya.

•       Fungsi Regulatoris : penggunaan bahasa untuk memerintah dan perbaikan tingkah laku.

•       Fungsi Interaksional : penggunaan bahasa untuk saling mencurahkan perasaan pemikiran antara seseorang dan orang lain.

•       Fungsi personal : seseorang menggunakan bahasa untuk mencurahkan perasaan dan pikiran.

•       Fungsi Heuristik : penggunaan bahasa untuk mencapai mengungkap tabir fenomena dan keinginan untuk mempelajarinya.

•       Fungsi Imajinatif : Penggunaan bahasa untuk mengungkapkan imajinasi seseorang dan gambaran-gambaran tentang discovery seseorang dan tidak sesuai dengan realita (dunia nyata).

•       Fungsi Representasional : pengunaan bahasa untuk menggambarkan pemikiran dan wawasan serta menyampaikannya pada orang lain.

2.      Bahasa Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah

Untuk dapat berpikir ilmiah, seseorang selayaknya menuasai criteria maupun langkah-langkah dalam kegiatan ilmiah. Dengan menguasai hal tersebut tujuan yang akan digapai akan terwujud. Di samping menguasai langkah-langkah tentunya kegiatan ini dibantu oleh sarana berupa bahasa, logika matematika, dan statistika.

3.      Bahasa Ilmiah dan Bahasa Agama

Ada dua pengertian mendasar tentang bahasa agama

Page 14: Resume Buku Prof Amsal Bahtiar

a.    bahasa agama adalah kalam ilahi yang terabadikan ke dalam kitab suci.

b.    Kedua, bahasa agama merupakan ungkapan serta perilaku keagamaan dari seseorang atau sebuah kelompok social.

Dengan kata lain, bahasa agama dalam konteks ke dua ini merupakan wacana keagamaan yang dilakukan oleh umat beragama maupun sarjana ahli agama, meskipun tidak selalu menunjuk serta menggunakan ungkapan-ungkapan kitab suci. Walaupun ada erbedaan antara kedua bahasa ini namun keduanya merupkan sarana untuk menyampikan sesuatu dengan gaya bahasa yang khas.

B.  Matematika

Dalam abad ke-20 ini, seluruh kehidupan manusia sudah mempergunakan matematika, baik matematika sangat sederhana hanya menghitung satu, dua, tiga, maupun yang sampai sangat rumit, misalnya perhitungan antariksa. Demikian pula ilmu-ilmu pengetahuan, semuanya sudah mempergunakan matematika, baik matematika sebagai pengembanagn aljabar maupun statistika. Hampir dapat dikatakan bahwa fungsi matematika sama luasnya dengan fungsi bahasa yang berhubungan dengan pengetahuan dan ilmu pengetahuan

1.      Matematika Sebagai Bahasa

Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari serangkaain pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat “artifisial” yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tampa itu maka matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati. Dalam hal ini matematika mempunyai sifat yang jelas, spesifik, dan informative dengan tidak menimbulkan konotasi yang bersifat emosional.

2.      Matematika Sebagai Sarana Berpikir Deduktif

Matematika merupakan ilmu deduktif. Nama ilmu deduktif diperoleh karena penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi tidak didasari atas pengalaman seperti halnya yang terdapat dalam ilmu empirik, melainkan didasarkan atas deduksi-deduksi (penjabaran-penjabaran) pola berpikir deduktif banyak digunakan baik dalam bidang ilmiah maupun bidang lain yang merupakan proses pengambilan kesimpulan yang didasarkan kepada premis-premis yang kebenarannya telah ditentukan. Misalnya: jika diketahui A termasuk dalam lingkungan B, sedangkan B tidak ada hubungan dengan C, maka A tidak ada hubungan dengan C.

3.      Matematika untuk Ilmu Alam dan Ilmu Sosial

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan alam matematika memberikan kontribusi yang cukup besar. Kontribusi matematika dalam perkembangan ilmu alam, lebih ditandai dengan penggunaan lambang-lambang bilangan untuk perhitungan dan pengukuran, di samping hal lain seperti bahasa, metode, dan lainnya. Hal ini sesuai dengan objek ilmu alam, yaitu gejala-gejala alam yang dapat diamati dan dilakukan penelaahan yang berulang-ulang. Berbeda dengan ilmu sosial yang memiliki objek penelaahan yang kompleks dan sulit dalam melakukan pengamatan,

Page 15: Resume Buku Prof Amsal Bahtiar

di samping objek penelaahan yang tak berulang maka kontribusi matematika tidak mengutamakan kepada lambang-lambang bilangan.

Adapun ilmu-ilmu sosial dapat ditandai oleh kenyataan bahwa kebanyakan dari masalah yang digadapinya tidak mempunyai pengukuran yang mempergunakan bilangan dan pengertian tentang ruang adalah sama sekali tidak relevan.

C.  Statistik

1.      Pengertian Statistik

Secara etimologi, kata “statistic” berasal dari kata status (bahasa latin) yang mempunyai persamaan dengan dengan arti kata state (bahasa inggris), yang dalam bahasa Indonesia di terjemahkan dengan Negara

Pada mulanya, kata “statistic” diartikan sebagai “kumpulan bahan keterangan (data), baik yang berwujud angka (data kuantitatif) maupun yang tidak berwujud angka (data kualitatif), yang mempunyai arti penting dan kegunaan yang besar bagi suatu Negara”. Namun pada perkembangannya, arti kata statistic hanya dibatasi pada kumpulan bahan keterangan yang berwujud angka (data kuantitatif saja)

Dari segi terminologi, dewasa ini istilah statistik terkandung  berbagai macam pengertian.

•       Pertama, istilah statistik kadang diberi pengertian sebagai data statistic, yaitu kumpulan bahan keterangan berupa angka atau bilangan.

•       Kedua, sebagai kegiatan statistik kadang atau kegiatan perstatistikan.

•       Ketiga, kadang juga dimaksudkan sebagai metode statistic yaitu cara-cara tertentu yang perlu ditempuh dalam rangka mengumpulkan, menyusun atau mengatur menyajikan, menganalisis, dan memberikan interpretasi terhadap sekumpulan bahan keterangan yang berupa angkaitu dapat berbicara atau dapat memberikan makna tertentu.

•       Keempat, istilah statistik dewasa ini juga dapat diberi pengertian sebagai “ilmu statistik”. Ilmu statistik tidak lain adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari dan memperkembangkan secara ilmiah tahap-tahap yang ada dalam kegiatan statistik.  Jadi statistika merupakan sekumpulan metode untuk membuat keputusan yang bijaksana dalam keadaan yang tidak menentu.

2.      Sejarah Perkembangan Statistik

Statistika yang relatif sangat muda dibandingkan dengan matematika berkembang dengan sangat cepat terutama dalam dasawarsa lima puluh tahun belakangan ini. Penelitian ilmiah, baik yang berupa survei maupun eksperimen, dilakukan lebih cermat dan teliti dengan menggunakan teknik-teknik statistika yang diperkembangkan sesuai dengan kebutuhan. Di Indonesia sendiri

Page 16: Resume Buku Prof Amsal Bahtiar

kegiatan dalam bidang penelitian sangat meningkat, baik kegiatan akademik maupun pengambilan keputusan telah memberikan momentum yang baik untuk pendidikan statistika.

3.      Hubungan Antara Sarana Ilmiah Bahasa, Logika, Matematika, dan Statistika

Ditinjau dari pola berpikirnya, maka ilmu merupakan gabungan antara deduktif dan berpikir induktif. Untuk itu, penalaran ilmiah menyandarkan diri kepada proses logika deduktif dan logika induktif.

Matematika mempunyai peranan yang sangat penting dalam berpikir deduktif, sedangkan statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. Jadi keempat sarana ilmiah ini saling berhubungan erat satu sama lain.

Bahasa merupakan sarana komunikasi, maka segala sesuatu yang berkaitan erat dengan komunikasi tidak terlepas dari bahasa. Seperti berpikir sistematis dalam menggapai ilmu dan pengetahuan.

Dengan kata lain, tanpa mempunyai kemampuan berbahasa, maka seseorang tidak dapat melakukan kegiatan ilmiah secara sistematis dan teratur.

4.      Tujuan Pengumpulan Data Statistik

Tujuan dari pengumpulan data statistika dapat dibagi ke dalam dua golongan besar :

•       Secara kasar dapat dirumuskan sebagai tujuan kegiatan praktis dan kegiatan kelimuan.

•       Kedua tujuan sebenarnya tidak mempunyai perbedaan yang hakiki karena kegiatan keilmuan merupakan dasar dari kegiatan praktis.

•       Dalam bidang statistika, perbedaan yang penting dari kedua kegiatan ini dibentuk oleh kenyataan bahwa dalam kegiatan praktis hakikat alternative yang sedang dipertimbangkan telah diketahui, paling tidak secara prinsip, di mana konsekuensi dalam memilih salah satu dari alternative tersebut dapat di exaluasi berdasarkan serangkaian perkembangan yang akan terjadi.

5.      Statistika dan Cara Berpikir Induktif

Pengambilan kesimpulan secara induktif menghadapkan kita kepada sebuag permasalahan mengenai banyaknya kasus yang kita hadapi. Dalam hal ini statistikka memberikan jalan keluar untuk dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan mengamati hanya sebagian dari populasi yang bersangkutan. Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut, yakni makin besar contoh yang diambil, maka makin tinggi pula tingkat ketelitian kesimpulan tersebut.

6.      Peranan Statistika dalam Tahap-tahap Metode Keilmuan

Page 17: Resume Buku Prof Amsal Bahtiar

Observasi. Ilmuwan melakukan observasi mengenai apa yang terjadi, mengumpilkan dan mempelajari fakta yang berhubungan dengan masalah yang sedang di selidikinya. Peranan statistika dalam hal ini, statistika dapat mengemukakan secara terperinci tentang analisis mana yang akan dihasilkan dari observasi tersebut.

Hipotesis. Untuk menerangkan fakta yang diobservasi dugaan yang sudah ada dirumuskan dalam sebuah hipotesis, atau teori, yang menggambarkan sebuah pola yang menurut anggapan ditemukan dalam tata tersebut. Dalam tahap kedua ini, statistika membantu kita dalam mengklasifikasikan, mengikhtisarkan, dan menyajikan hasil observasi dalam mengembangkan hipotesis

Ramalan. Dari hipotesis atau teori dikembangkanlah deduksi. Jika teori yang dikemukakan itu memenuhi syarat deduksi akan merupakan sesuatu pengetahuan yang baru, yang belum diketahui sebelumnya secara empiris, tetapi dideduksikan dari teori. Nilai dari suatu teori tergantung dari kemampuan ilmuan yang menghasilkan pengetahuan baru tersebut. Fakta baru ini disebut ramalan, bukan dalam pengertian menuju hari depan, namun menduga apa yang akan terjadi berdasarkan syarat-syarat tertentu.

Pengujuan kebenaran. Ilmuwan lalu mengumpulkan fakta untuk menguji kebenaran ramalan yang dikembangkan dari teori. Mulai thap ini, keseluruhan tahap-tahap sebelumnya berulang seperti sebuah siklus. Jika teorinya didukung sebuah data, teori tersebut mengalami pengujian dengan lebih berat, dengan jalan membuat lamaran yang lebih spesifik dan mempunyai jangkauan lebih jauh, dimana ramalan ini kebenarannya diuji kembali sampai akhirnya ilmuwan tersebut menemukan beberapa penyimpangan yang memerlukan beberapa perubahan dalam teorinya.

7.      Penerapan Statistika

Statistika diterapkan secara luas dalam hampir semua pengambilan keputusan dalam bidang managemen. Statistika diterapkan dalam penelitian pasar, penelitian produksi, kebijaksanaan penanaman modal, control kualitas, seleksi pegawai, kerangka percobaan industry, ramalan ekonomi, auditing, pemilihan risiko dalam pemberian kredit, dan masih banyak lagi. Singkatnya statistika adalah alat yang dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah yang timbul dalam penelaahan secara empiris hampir disemua bidang.

D.  Logika

Logika adalah sarana berpikir sistematis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Karena itu berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir, seperti setengah tidak boleh lebih besar dari pada satu.

Hukum-hukum pikiran beserta mekanismenya dapat digunakan secara sadar dalam mengontrol perjalanan pikiran yang sulit dan panjang itu.

Page 18: Resume Buku Prof Amsal Bahtiar

1)   Aturan Cara Berpikir yang Benar

Kondisi adalah hal-hal yang harus ada supaya sesuatu dapat terwujud, dapat terlaksana. Untuk berpikir baik, yakni berpikir benar, logis-dialektis, juga dibutuhkan kondisi-kondisi tertentu:

a.    Mencintai kebenaran

Sikap ini sangat fundamental untuk berpikir yang baik, sebab sikap ini senantiasa menggerakkan si pemikir untuk mencari, mengusut, meningkatkan mutu penalarannya;  manggerakkan si pemikir untuk senantiasa mewaspadai “ruh-ruh” yang akan menyelewengkannya dari yang benar. Misalnya, menyederhanakan kenyataan, menyempitkan cakrawala/perspektif, berpikir terkotak-kotak. Cinta terhadap kebenaran diwujudkan dalam kerajinan  (jauh dari kemalasan, jauh dari takut sulit, dan jauh dari kecerobohan) serta diwujudkan dengan kejujuran, yakni disposisiatau sikap kejiwaan(dan pikiran) yang selalu siap sedia menerima kebenaran meskipun berlawanan dengan prasangka dan keinginan/kecenderungan pribadi atau golongannya.

b.    Ketahuilah (dengan sadar) apa yang sedang Anda kerjakan

Kegiatan yang sedang dikerjakan adalah kegiatan berpikir. Seluruh aktivitas intelek kita adalah suatu usaha terus menerus mengejar kebenaran yang diselingi dengan diperolehnya pengetahuan tentang kebenaran tetapi parsial sifatnya. Untuk mencapai kebenaran, kita harus bergerak melalui berbagai macam langkah dan kegiatan.

c.    Ketahuilah (dengan sadar) apa yang Anda katakan

Pikiran diungkapkan ke dalam kata-kata. Kecermatan pikiran diungkapkan ke dalam kecermatan kata-kata, karenanya kecermatan ungkapan pikiran ke dalam kata merupakan sesuatu yang tidak boleh ditawar lagi. Anda senantiasa perlu menguasai ungkapan pikiran kedalam kata tersebut. Waspadalah terhadap term-term ekuivokal (bentuk sama, tetapi arti berbeda), analogis (bentuk sama, arti sebagian sama sebagian berbeda). Ketahuilah pula perbedaan kecil arti (nuansa) dari hal-hal yang Anda katakan.

d.    Buatlah distingsi (pembedaan) dan pembagian (klasifikasi) yang semestinya

Jika ada dua hal yang tidak mempunyai bentuk yang sama, hal itu jelas berbeda. Tetapi banyak kejadian dimana dua hal atau lebih mempunyai bentuk sama, namun tidak identik. Disinilah perlu dibuat suatu distingsi, suatu pembedaan. Karena realitas begitu luas, perlu diadakan pembagian ( klasifikasi). Peganglah suatu prinsip pembagian yang sama, jangan sampai Anda menjumlahkan bagian atau aspek realitas prinsip klasifikasi yang sama.

e.       Cintailah definisi yang tepat

Penggunaan bahasa sebagai ungkapan sesuatu kemungkinan tidak ditangkap sebagaimana yang akan diungkapkan atau yang dimaksudkan. Karenanya jangan segan membuat definisi. Definisi artinya pembatasan, yakni membuat jelas batas-batas sesuatu. Hindari uraian-uraian yang tidak jelas artinya.

f.      Ketahuilah (dengan sadar) mengapa Anda menyimpulkan begini atau begitu

Anda harus bisa dan biasa melihat asumsi-asumsi, implikasi-implikasi, dan konsekuensi-konsekuensi dari suatu penuturan (assertion), pernyataan, atau kesimpulan yang Anda buat. Jika bahan yang ada tidak cukup atau kurang cukup untuk menarik kesimpulan, hendaknya orang

Page 19: Resume Buku Prof Amsal Bahtiar

menahan diri untuk tidak membuat kesimpulan atau membuat pembatasan-pembatasan (membuat reserve) dalam kesimpulan.

g.    Hindarilah kesalahan-kesalahan dengan segala usaha dan tenaga, serta sangguplah mengenali jenis, macam, dan nama kesalahan, demikian juga mengenali sebab-sebab kesalahan pemikiran (penalaran)

Dalam belajar logika Ilmiah (scientific) Anda tidak hanya mau tahu hukum-hukum, prinsip-prinsip, bentuk-bentuk pikiran sekadar untuk tahu saja. Anda perlu juga;

1.    Dalam praktik, menjadi cakap dan cekatan berpikir sesuai dengan hukum, prinsip, bentuk berpikir yang betul, tanpa mengabaikan dialektika, yakni proses perubahan keadaan. Logika ilmiah melengkapi dan mengantar kita untuk menjadi cakap dan sanggup berpikir kritis, yakni berpikir secara menentukan karena menguasai ketentuan-ketentuan berpikir yang baik.

2.    Selanjutnya sanggup mengenali jenis-jenis, macam-macam, nama-nama, sebab-sebab kesalahan pemikiran, dan sanggup menghindari, juga menjelaskan segala bentuk dan sebab kesalahan dengan semestinya.

2)      Klasifikasi

Sebuah konsep klasifikasi, seperti “panas” atau “dingin”, hanyalah menempatkan objek tertentu dalam sebuah kelas. Pertimbangan yang berdasarkan klasifikasi tentu saja lebih baik daripada tak ada pertimbangan sama sekali. Misal; terdapat tiga puluh lima orang yang melamar pekerjaan yang membutuhkan kemampuan tertentu, dan perusahaan yang akan menerima mempunyai psikolog harus menetapkan cara-cara pelamar dalam memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Ahli psikologi tersebut membuat klasifikasi kasar berdasarkan keterampilan, kemampuan dibidang matematika, stabilitas emosional, dan sebagainya. Ketiga puluh lima orang tersebut dibandingkan dengan pengetahuan yang berdasarkan klasifikasi kuat, lemah dan sedang, kemudian ditempatkan dalam urutan berdasarkan kemampuannya masing-masing.

3)      Aturan Defenisi

Definisi secara etimologi adalah suatu usaha untuk memberi batasan terhadap sesuatu yang dikehendaki seseorang untuk memindahkannya kepada orang lain. Dengan kata lain menjelaskan materi yang memungkinkan cendekiawan untuk membahas tentang hakikatnya.

Sedangkan pengertian definisi secara terminologi adalah sesuatu yang menguraikan makna lafadz kulli yang menjelaskan karakteristik khusus pada diri individu. Penulis member pengertian defenisi sebagai pengurai makna lafadz kullikarena lafadz ju’I  tidak mempunyai pengertian terminology dengan adanya perubahan karasteristik yang konsisten menyertainya.

Definisi yang baik adalah  jami’ wa mani (menyeluruh dan membatasi). Hal ini sejalan dengan kata definisi itu sendiri, yaitu definite (membatasi). Salah satu contoh yang sering di ungkapkan adalah manusia adalah binatang yang berakal. Binatang adalah genus sedangkan berakal adalah differensia, jadi defenisi yang valid dalam logika perlu batasan yang jelas antara objek-objek yang didefenisikan.

Page 20: Resume Buku Prof Amsal Bahtiar

BAB VI

TANTANGAN DAN MASA DEPAN ILMU

A.  Kemajuan Ilmu dan Krisis Kemanusiaan

Kemajuan ilmu dan teknologi yang semula bertujuan untuk mempermudah pekerjaan manusia, tetapi kenyataannya teknologi telah menimbulkan keresahandan ketakutan baru bagi kehidupan manusia ibarat cerita raja midas yang menginginkan setiap yang disentuhnya menjadi emas ternyata ketika keinginan dikabulkan dia tidak smakin senang tetapi semakin gila.

Ternyata teknologi layar mampu membius manusia untuk tunduk kepada layar dan mengabaikan yang lain. Jika manusia tidak sadar akan hal ini maka dia akan kesepian dan kehilangan sesuatu yang amat penting dalam dirinya yakni kebersamaan hubungn kekeluargaan,dan,sosialyang,hangat.

Karena itu, wajar kemudian timbul kontroversi di berbagai negara apakah pengembanan rekayasa genetik untuk manusia dibolehkan atau tidak. Bagi negara-negara liberal rekayasa genetik untuk manusia diperbolehkan bahkan didukung oleh pemerintah sedangkan para negara-negara yang konserpatif pengembangan fekayasa yang menjurus kepada perubahan manusia secara total amat ditentang. Pemusnahan embriao manusia tidak jadi diklon dianggap sebuah bentuk kekejian yang tidak normal.

Bila memacu pada pengertian diatas, pengetahuan merupakan mengetahui sesuatu tanpa ada ragu. Misalkan bila cuaca gelap pasti akan turun hujan. Pernyataan tersebut kita yakini tanpa ragu walaupun orang yang kita anggap pintar akan mengatakan bila cuaca gelap pasti akan panas. Kita akan tetap pada pendirian kita karena kita mengetahui hal tersebut tanpa ragu. Hal ini yang disebut pengetahuan yang sebatas hanya mengetahui tanpa ragu (sekedar tahu), akan tetapi berlanjut kepada timbul pernyataan mengapa hal itu bias terjadi atau penyebab dari hal itu. Jawaban dari pertanyan atas peristiwa yang telah dicontohkan diatas, itu baru merupakan sebuah ilmu. Jadi ilmu itu tidak hanya sebatas tahu, tapi bagaimanakitamemahamidaripengetahuantersebut.

B.  Agama, Ilmu dan Masa Depan Manusia

Agama dan ilmu dalam beberapa hal berbeda, namun pada sisi tertentu memiliki kesamaan. Agama lebih mengedepankan moralitasdan menjaga tradisi yang sudah mapan (ritual) cenderung ekslusif, dan subjektif. Sementara ilmu selalu mencari yang baru. Tidak perlu terikat dengan etika progresif. Agama memberikan ketenangan dari segi batin karena ada janji kehidupan setelah mati, sedangkan ilmu memberi ketenangandansekaligus, kemudahan, bagi kehidupan,di,dunia. Agama mendorong umatnya untuk menuntut ilmu hampir semua kitab suci menganjurkan umatnya untuk mencari ilmu sebanyak mungkin. Adapun menurut ilmu, gempa bumi terjadi akibat pergeseran lempengan bumi atau tersumbatnya lava gunung berapi oleh karena itu para ilmuan harus mencari ilmu dan teknologi untuk mendektes, kapan  gempa akan terjadi dan bahkan kala perlu mencari cara mengatasinya.

Disini ilmu dan teknologi tidak harus dilihat dari aspek yang sempit, tetapi harus dilihat dari tujuan jangka panjang dan untuk kepentingan kehidupan yang lebih abadi kalo visi ini yang

Page 21: Resume Buku Prof Amsal Bahtiar

diyakini oleh para ilmuwan dan agamawan maka harapan kehidupan ke depan akan lebih cerah dan sentosa tentu saja pemikiran-pemikiran seperti ini perlu dukungan dari berbagai pihak untuk terwujudnya masa depan yang lebih cerah.