resume buku manajemen

26
RESUME BUKU Judul Buku : MENGGUGAT MANAJEMEN (BARAT) Penulis : Fu‟ad Mas‟ud Penerbit : Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang, Indonesia

Upload: zhie-syathira

Post on 21-Jul-2015

218 views

Category:

Economy & Finance


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Resume buku manajemen

RESUME BUKU

Judul Buku : MENGGUGAT MANAJEMEN (BARAT)

Penulis : Fu‟ad Mas‟ud

Penerbit : Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang, Indonesia

Page 2: Resume buku manajemen

I. Bias Pandangan Dunia Barat dalam Studi Manajemen

1. Manajemen di Masyarakat Barat

engertian kita tentang manajemen pada dasarnya merupakan produk dari

pengertian manajemen Barat, khususnya Amerika Serikat. Hal ini

disebabkan riset dan publikasi dalam bidang manajemen dan organisasi berasal

dari Barat. Drucker (1977) menyatakan bahwa kata „manajemen‟ sudah berabad-

abad lamanya. Namun, penerapannya sebagai alat pengelolaan (pengurusan) suatu

lembaga, terutama perusahaan, adalah khas Amerika. Karena itu, pengertian

manajemen tidak ada padanannya yang persis dalam bahasa lain manapun. Dalam

pemakaian kata manajemen di Amerika juga bukan istilah yang mudah. Hal ini

dikarenakan lembaga-lembaga di luar perusahaan tidak menggunakan kata

manajemen atau manajer. Badan pemerintah, universitas dan rumah sakit

menggunakan administrator, sedangkan angkatan bersenjata menyebutnya

komandan.

2. Fondasi Pandangan Dunia Barat

Hakikatnya, semua disiplin ilmu dan teori-teori yang datang dari barat,

berakar dari empat paham, yaitu:

a. Rasionalisme

Rasionalisme adalah

paham yang menyatakan bahwa

rasio (akal) manusia merupakan

satu-satunya sumber

pengetahuan (sain). Segala

fenomena yang terjadi harus

berdasar dan dapat dijelaskan

rasio. Jika tidak, maka hal

tersebut dikategorikan sebagai

anomali belaka. Meski begitu,

masyarakat pada zaman itu

tetap memercayai adanya

Tuhan dengan analogi sebagai

pembuat jam (watch maker).

P

Page 3: Resume buku manajemen

Mereka beranggapan, setelah alam semesta (jam) diciptakan, maka penciptanya

tidak diperlukan lagi. Paham seperti ini yang kemudian hari disebut dengan Deism.

Setidaknya, ada dua faktor pendorong munculnya rasionalisme di

masyarakat barat. Pertama, dominasi mitologi Yunani yang sarat mitos (tahayul)

dan tidak dapat diterima rasio (akal). Kedua, peristiwa “Copernicus dan Galelio”

yang bertentangan pendapat dengan gereja.

Di masa pencerahan (abad XVII-XVIII), para tokoh ilmuwan di Barat

menjadikan rasionalisme sebagai satu-satunya pedoman dalam hidup manusia.

Mereka menolak paham yang datang dari ajaran agama dan menggantinya dengan

sistem keyakinan humanisme.

Secara umum paradigma sain Barat ada dua macam, yakni modernisme

(modernism) dan posmodernisme (postmodernism). Keduanya berasal dari satu

sumber yakni manusia itu sendiri. Sain Barat hanya berpijak pada kemampuan

akal (rasio) manusia. Mereka menolak wahyu dari Tuhan sebagai salah satu

sumber sain. Hanya pengetahuanlah yang mutlak menjadi pedoman hidup

manusia.

b. Materialisme

Materialisme merupakan keyakinan bahwa realitas yang ada hanya materi

(fisik). Semua penjelasan peristiwa yang terjadi harus dapat diamati secara

langsung (empiris) dan dapat diukur. Paham ini juga berkaitan erat dengan paham

rasionalisme. Keduanya menilai bahwa esensi manusia ditentukan oleh esensi

luarnya. Keberhasilan seseorang hanya diukur dengan banyaknya materi dan

kemegahan fisik yang dimiliki. Para penganutnya percaya bahwa hidup di dunia

ini pada dasarnya hanya mencari kesenangan (pleasure) dan menghindari

kesengsaraan (pain).

c. Humanisme

Humanisme merupakan keyakinan bahwa manusialah yang menjadi

patokan (standar)segala sesuatu. Mulai dari hakekat, tujuan hingga ukuran

kebenaran dan kesalahan (etika), ditentukan oleh manusia. Mereka tidak percaya

hal-hal yang diluar fisik (metafisik) seperti Tuhan, wahyu dan lain-lain. Mereka

hanya meyakini bahwa sain sebagai satu-satunya pedoman hidup manusia dan

Page 4: Resume buku manajemen

manusia adalah pengendali alam yang dapat menentukan nasibnya sendiri

(antroposentrisme).

Penganut paham ini juga mengamini relativitas kebenaran dan etika.

Mereka menafikan kebenaran absolut dan menganggap kebenaran adalah relatif.

Menurut mereka, manusia tidak dapat menemukan kebenaran sejati (final). Oleh

karena itu, penganut paham ini menjadikan paham pragmatis sebagai ukuran

kebenaran. Artinya, sesuatu dianggap benar jika memberikan manfaat nyata atau

keuntungan dalam kehidupan manusia.

d. Sekulerisme

Sekulerisme adalah paham yang menyatakan bahwa urusan agama harus

dipisahkan dari urusan dunia. Paham ini timbul akibat penyalahgunaan agama

oleh para pemimpin agama dan pemimpin negara sendiri sebelum abad ke 15.

Penyalahgunaan ini berimbas pada penderitaan rakyat banyak. Selain itu, paham

ini merupakan konsekuensi logis dari ketiga macam paham sebelumnya.

Dalam paham ini, terlihat jelas dikotomi antara sain dan agama. Keduanya

dipandang tidak memiliki integritas satu sama lain. Hal ini dikarenakan

pandangan masyarakat Barat tentang agama sebagai lembaga yang menakutkan,

inkuisisi (menghukum mati para penentangnya), intoleransi dan membelenggu

kebebasan manusia.

Kedepannya, manajemen pun tidak pernah dikaitkan dengan agama.

Sekalipun mungkin para ahli dari Barat mengakui perilaku manusia sehari-hari

merupakan cermin dari keyakinannya, mereka lebih menekankan hasil tindakan

yang nyata. Dalam manajemen selalu diajarkan: anda tidak dapat mengelola jika

anda tidak dapat mengukur (you can’t manage, if you can’t measure). Atau, anda

hanya dapat mengelola apa yang dapat anda ukur (you can only manage, what you

can measure).

Keempat keyakinan utama yang mendasari pandangan dunia (worldview)

Barat tersebut menjadi „kerangkeng‟ yang telah mendarah daging dalam

kehidupan masyarakat Barat. Pandangan dunia tersebut menjadi landasan berfikir

dalam memahami segala realitas. Daniels, Fanz dan Wong (2000), dalam

tulisannya “A Clasroom with a Worldview: Making Spiritual Assumption Explicit

Page 5: Resume buku manajemen

in Management Education’ juga menyatakan bahwa pandangan dunia sangat

menentukan bagaimana manajemen dipahami, diajarkan dan dipraktekkan.

Dengan begitu, suatu istilah atau konsep mungkin akan mempunyai arti berbeda

dengan masyarakat selain Barat.

Berdasarkan gambar diatas, dapat ditarik tiga implikasi. Pertama, dengan

pandangan dunia yang berbeda, dapat dibangun konsep dan teori manajemen yang

berbeda.

Kedua, pandangan dunia Barat menyebabkan bias pemahaman dalam

studi manajemen. Manajemen yang dipahami banyak orang tidak dibarengi

pemahaman akan pandangan dunia Barat. Sehingga manajemen Barat seolah

merupakan satu-satunya sain manajemen yang valid.

Ketiga, memraktekkan teori dan konsep manajemen Amerika di luar

lingkungannya dapat menimbulkan masalah baik positif maupun negatif. Hal ini

disebabkan adanya perbedaan pandangan dunia dan lingkungan (sosial, budaya,

politik, hukum, dan sebagainya). Kesemuanya dapat menimbulkan keterasingan,

konflik psikologis dan kultural dalam masyarakat.

3. Manajemen dalam Islam

Sejak dicanangkannya abad XV Hijriyah (1980 M) sebagai abad

kebangkitan Islam, banyak ilmuwan muslim yang bermunculan. Mereka

membangun dan mengembangkan ilmu-ilmu sosial yang berdasarkan pandangan

islam. Sain manajemen pun tidak luput dari pembahasan. Namun, tentunya

terdapat beberapa perbedaan dengan pandangan dunia Barat. Pembahasan

manajemen dalam Islam tidak dapat dipisahkan dari agama. Semua tindakan

manusia dikaitkan dengan tujuan hidup manusia dan pandangan hidupnya. Oleh

karena itu, pengembangan sain manajemen berlandaskan pandangan dunia bukan

Barat sangat diperlukan agar manajemen tidak menyesatkan manusia. Manajemen

sebenarnya dapat saja tidak bersifat matrealistis dan sekularis. Manajemen tidak

Pandangan Dunia

(Sistem

Keyakinan/Sistem

Nilai) Amerika

Konsep & Teori

Manajemen &

Organisasi Amerika

Praktek Manajemen

& Organisasi

Amerika

Page 6: Resume buku manajemen

hanya digunakan sebagai metode untuk mengejar keuntungan yang bersifat materi,

tapi juga dapat bersifat sosial. Manajemen juga dapat bersifat agamis, dalam arti

dilandasi oleh nilai-nilai ilahiyah. Dengan demikian, konsep dan praktek

manajemen sangat tergantung pada pandangan dunia yang digunakan sebagai

dasar manajemen tersebut.

4. Urgensi Manajemen dalam Islam

Dalam manajemen, tujuan manajemen tak lain adalah untuk mencapai

tujuan organisasi itu sendiri. Namun dalam perspektif Islam, manajemen tidak

dapat dilepaskan dari konsep amanah dan tanggung jawab. Setiap orang wajib

memahami dan menjaga serta menunaikan amanah yang diterima. Oleh karena itu,

agar dapat menunaikan tanggung jawabnya dengan baik, seorang direktur

memerlukan manajemen.

Menurut paradigma manajemen Islam pula, konsep efisiensi dalam

manajemen tidak sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini dikarenakan pengertian dari

manajemen yang menyatakan, dengan pemasukan input sesedikit mungkin untuk

menghasilkan keluaran output tertentu (Brinkerhoff & Dressler, 1990). Sedangkan

dalam Al-Qur‟an (QS:17:26, 29) dan (QS:25:65) tidak ada konsep efisiensi.

Sebagai gantinya, Islam mengajukan konsep keadilan (jalan tengah antara boros

dan kikir). Dengan kata lain, Islam melarang boros dan kikir, tapi menganjurkan

keadilan. Konsep keadilan berarti juga meletakkan sesuatu pada tempatnya.

Keadilan mempunyai pengertian yang sama dengan keseimbangan.

Page 7: Resume buku manajemen

II. Manajemen dan Aliran-aliran Pemikirannya

1. Pengertian Manajemen

stilah manajemen pertama kali digunakan oleh Shakespeare dalam

karyanya “Love’s Labour’s Lost”. Selain itu, Adam Smith juga

menggunakannya dalam buku “The Wealth of Nations” yang kemudian diikuti

oleh John Stuart Mill. Meski begitu, dalam pengertian Amerika terdapat dua

rujukan arti kata manajemen. 1) Orang yang tidak memiliki bisnis, tetapi menjual

keahlian dan ketrampilan kepada pemilik perusahaan, 2) Orang yang tidak secara

langsung menghasilkan sesuatu, tetapi mereka membuat orang lain menghasilkan

sesuatu melaui pengarahan dan pengawasan (Hofstde, 1993).

Pengertian manajemen sendiri didapat dari paradigma yang mendasarinya.

Paradigma dominan dalam memahami manajemen selama ini adalah paradigma

fungsionalis dan pragmatis. Dengan begitu, pengertian manajemen berkaitan

dengan fungsi-fungsinya saja. Seperti menurut Henry Fayol dalam bukunya

General and Industrial Management (1924/1947). Ia menulis ada lima macam

elemen atau fungsi dalam manajemen. Kelimanya adalah: perencanaan,

pengorganisasian, pemberian perintah, pengkoordinasian dan pengendalian. Lain

halnya dengan Parker (2002), menurutnya manajemen adalah istilah yang

digunakan untuk mencakup pekerjaan dari sekelompok manajer (occupational

group of managers). Sedangkan, menurtu Knights (1992), manajemen dapat

dipahami sebagai metode untuk mendominasi dan menguasai kelompok tertentu.

I

Page 8: Resume buku manajemen

Dengan banyaknya pendapat dan sudut pandang dari manajemen, maka

benarlah jika manajemen digambarkan dengan rimba atau hutan (jungle)

sebagaimana pendapat Koontz (1961).

Manajemen sendiri dituntut untuk dapat mengikuti perkembangan. Maka

dari itu, penguasan di bidang manajemen memerlukan berbagai disiplin ilmu.

Dengan kata lain, manajemen merupakan bidang studi yang tidak bertepi (karena

luasnya) dan tidak bertuan (siapapun dapat memasukinya).

Beberapa ahli manajemen mempunyai beberapa definisi atau batasan tentang

manajemen yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Diantaranya

sebagai berikut:

1) Manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan,

mengarahkan dan mengendalikan kegiatan untuk mencapai tujuan

organisasi dengan menggunakan sumber daya organisasi (Stoner, 1998)

2) Manajemen adalah usaha pencapaian tujuan organisasi melalui

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian dengan

menggunakan sumber daya organisasi (Daft, 2100)

3) Manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan,

menggerakkan dan mengendalikan untuk mencapai tujuan (Terry, 1978)

Manajemen juga seringkali didefiniskan dengan proses mencapai tujuan

yang diinginkan dengan memengaruhi perilaku manusia dalam lingkungan yang

tepat (management is defined as process of achieving desired result by influencing

human behavior in a suitable environment). Adapun definisi yang paling umum

adalah bahwa manjemen merupakan usaha untuk menyelesaikan pekerjaan

melalui orang lain atau mencapai tujuan melalui orang lain (management is

getting things done through other people). Dalam buku ini sendiri, managemen

diartikan sebagai menggunakan sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan

yang diinginkan (using resources to achieve the desired objectives).

2. Prinsip-prinsip Manajemen

Tidak ada persamaan batasan yang jelas tentang prinsip-prinsip

manajemen. Hal ini dikarenakan perbedaan sudut pandang manajemen yang

Page 9: Resume buku manajemen

mereka anut. Namun para ahli tidak berbeda pendapat tentang pengaruh

lingkungan terhadap manajemen.

Simon (1959, p.2) menyatakan bahwa sebelum sain dapat

mengembangkan prinsip-prinsip, sain harus mempunyai konsep yang jelas. Ia

percaya bahwa ada perubahan penekanan dari prinsip-prinsip administrasi itu

sendiri ke studi kondisi lingkungan dimana prinsip yang saling bersaing dapat

diaplikasikan. Sebaliknya, Koontz dan O‟Donell (1964), percaya bahwa

berdasarkan pengetahuan manajemen, kita mempunyai prinsip manajemen. Meski

berbeda, kedua kubu sepakat mengenai perlunya prinsip manajemen dan peran

lingkungan. Keduanya juga setuju bahwa prinsip bukanlah hukum karena terdapat

perbedaan antara hukum ilmu sosial dan hukum ilmu alam. Mereka juga sama-

sama menerima definisi sebagai berikut: sebuah prinsip merupakan kepercayaan

fundamental yang menjelaskan fenomena tertentu. Jika kondisi tertentu tetap

seperti semula dan fenomena baru sesuai dengan cakupan prinsip tersebut, maka

bila seseorang memiliki pengetahuan tentang prinsip dia akan mampu membuat

prediksi faktor-faktor perilaku dalam situasi yang baru (Haiman, 1962. P.11).

Sekalipun terdapat kesepakatan, pada perbedaan pendapat tetap ditemukan

beberapa masalah. Pada kenyataannya dalam manajemen tidak mungkin muncul

fenomena yang persis berulang. Oleh karena itu, memprediksi perilaku selalu

gagal dibuktikan secara empiris. Disamping itu, prinsip yang dinyatakan

cenderung membuat generalisasi sebelum studi mendalam. Sejauh ini, manajemen

hanya mengandalkan pada pendekatan logika deduktif (deductive logic),

sedangkan supaya menjadi sain diperlukan pendekatan logika induktif (inductive

logic) (Wadia, 1961). Oleh karena itu, prinsip manajemen tidak dapat digunakan

sebagai pedoman. Sebagaimana disaranakan Simon (1959), kita harus

menemukan „dalam kondisi apa‟ prinsip dapat berlaku.

Masalah lain berkaitan dengan kebijakan (policy). Bila prinsip

memberikan pedoman terhadap tindakan manajer, maka prinsip akan serupa

dengan kebijakan. Namun demikian, prinsip dipandang memiliki aplikasi yang

lebih luas, dari organisasi satu ke yang lain. Sedangkan kebijakan biasanya hanya

berlaku untuk organisasi tertentu.

Page 10: Resume buku manajemen

3. Peta Pemikiran Manajemen Barat Kontemporer

Munculnya aliran-aliran manajemen tidak lepas dari masalah atau kondisi

tertentu. Sehingga dalam manajemen Barat dirumuskan aliran-aliran sebagai

berikut:

1) Aliran Manajemen Saintifik (Scientific Management School)

Aliran ini dikaitkan dengan ide dan pekerjaan Frederick Winslow Taylor

(1911) yang kemudian disebut “Bapak Manajemen Ilmiah”. Dia menawarkan

empat prinsip dasar manajemen saintifik sebagai berikut:

a) Setiap pekerjaan harus dipecah-pecah menjadi elemen-elemen dan metode

ilmiah untuk menentukan pekerjaan

b) Karyawan harus diseleksi secara saintifik dan diberi pelatihan untuk

melaksanakan pekerjaan

c) Manajemen harus bekerja sama dengan para karyawan untuk menjamin

semua pekerjaan sesuai dengan prinsip-prinsip sain

d) Pekerjaan dan tanggung jawab dibagi secara saintifik antar pekerja dan

manajer

Manajemen saintifik sangat menekankan pentingnya rasionalitas ekonomi,

efisiensi dan standarisasi namun mengabaikan peran individu dan kelompok

dalam organisasi. Selain itu, manajemen ini juga mengabaikan aspek sosial dan

psikologi perilaku karyawan. Asumsi dasarnya, manusia bersifat rasional dan

kebanyakan manusia tertarik dengan imbalan ekonomi (uang). Tujuan manajemen

sendiri hanya untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Hal ini

dikarenakan manajemen ini didasari oleh pemikiran di jaman perbudakan. Para

budak bekerja dengan ketentuan dari majikan.

Akhir-akhir ini, manajemen ini muncul dengan beberapa modifikasi.

Diantaranya neo-taylorism atau neo-scientific management, Total Quality

Management, Enterprise Resourcing Planning, Six Sigma, Balanced Score Card

dan lain sebagainya.

Page 11: Resume buku manajemen

2) Aliran Manajemen Birokrasi dan Administratif

Manajemen Birokrasi: Max Weber

Aliran birokrasi pertama kali diajukan oleh Max Weber (1864-1920).

Gagasannya tentang birokrasi dimaksudkan terhadap monarkhi (kerajaan), dimana

raja, ratu, pangeran, dan anggota pemerintahan memiliki ciri: ketidakefisienan,

uang pelicin dan seterusnya. Menurutnya, birokrasi adalah pelaksanaan

pengendalian berdasarkan pengetahuan rasional. Tujuan utamanya untuk

mencapai tujuan organisasi seefisien mungkin. Selain itu, Weber juga

mengidentifikasi dua hal penting yang terus menjadi ciri utama tipe ideal praktek

manajemen, yakni individualisme dan materialisme. Weber juga merumuskan

tujuh elemen dalam birokrasi.

1 Seleksi formal berdasarkan

kualifikasi (Formalized

qualification-based hiring)

Karyawan diseleksi dan dipekerjakan secara

formal berdasar pada latar belakang

pendidikan dan pelatihan mereka

2 Promosi berdasarkan sistem

merit (Merit-based

promotion)

Promosi berdasarkan prestasi dan

pengalaman. Manajer, dan bukan pemilik

organisasi yang menentukan siapa yang

dipromosikan

3 Rantai hirarkhi (Chain of

hirarchy)

Setiap pekerjaan dalam suatu hirarki, ada

rantai perintah, dimana setiap posisi

melaporkan dan bertanggungjawab kepada

posisi yang lebih tinggi

4 Pembagian kerja (Division of

Labor)

Tugas, tanggung jawab dan wewenag

didefinisikan dan dibagi secara jelas

5 Penerapan peraturan dan

prosedur secara impersonal

(impersonal application of

rule and procedures)

Peraturan dan prosedur diterapkan kepada

semua anggota organisasi, penerapannya

secara tak pandang bulu, menghindari

melibatkan perasaan (emosi), serta

pertimbangan adanya hubungan

kekeluargaan, kesukuan, dan preferensi

kepribadian

Page 12: Resume buku manajemen

6 Pelaporan secara tertulis

(record in writing)

Semua kebutuhan manajemen, tindakan dan

peraturan atau prosedur dilaporkan secara

tertulis

7 Manajer dipisahkan dari

pemilik (Managers separate

from owners)

Pemilik suatu organisasi seharusnya tidak

menjadi manajer pengelola organisasi

Manajemen Administratif: Henry Fayol

Menurut Fayol, kesuksesan perusahaan tergantung pada kemampuan

administratif pemimpinnya daripada kemampuan tekniknya. Disamping itu,

manajer yang efektif harus berdasarkan 14 prinsip sebagai berikut:

1 Pembagian kerja (Division of

work)

Meningkatkan produksi dengan membagi

pekerjaan sehingga setiap pekerja

mengerjakan tugas atau pekerjaan yang

lebih kecil

2 Tanggung jawab dan

wewenang (Authority and

responsibility)

Wewenang manajer memberi perintah

harus disesuaikan dengan

tanggungjawabnya. Namun, organisasi

harus melakukan pengendalian untuk

mencegah manajer menyalahgunakan

wewenangnya

3 Disiplin (Diclipine) Diperlukan kejelasan aturan untuk

mengatur perilaku karyawan. Pelanggarnya

mendapat sanksi yang setimpal

4 Kesatuan komando (Unity of

command)

Karyawan melapor dan menerima hanya

dari satu atasan untuk menghindari

kebingungan

5 Kesatuan arah (Unity of

direction)

Organisasi harusnya hanya mempunyai dan

diarahkan oleh seorang manajer dengan

satu rencana

6 Subordinasi kepentingan

individu terhadap

Semua anggota harus memprioritaskan

kepentingan organisasi di atas kepentingan

Page 13: Resume buku manajemen

kepentingan umum

(Subordination of individual

interests to the general

interest)

pribadi/kelompok

7 Renumerasi (Renumeration) Kompensasi harus adil. Tidak ada yang

overpaid ataupun underpaid

8 Sentralisasi (Centralization) Dalam pengambilan keputusan, tingkat

desentralisasi dan sentralisasi harus

seimbang

9 Rantai saklar (Saclar chain) Alur komunikasi dan perintah dari

pimpinan puncak ke jajaran yang lebih

rendah

10 Keteraturan (Order) Manusia dan barang harus ada di tempat

dan waktu yang sama

11 Kesetaraan (Equity) Perlakuan manajer atas anak buah yang adil

dan setara

12 Stabilitas Personalia

(Stability of personnel)

Bila ada posisi yang kosong harus segera

diganti

13 Inisiatif (Initiative) Manajer harus mendorong karyawan untuk

mengembangkan inisiatif dalam

pelaksanaan kerja

14 Kesetiaan Korps (Esprit de

corps)

Pengembangan semangat kebersamaan,

meningkatkan semangat kerja dan kesatuan

dalam organisasi

Page 14: Resume buku manajemen

3) Aliran Sistem (System School)

Aliran sistem pada mulanya berdasar menggunakan teori sistem umum

(general system theory) sebagai landasan berorganisasi. Sistem ini mengatakan

suatu bagian tidak dapat berdiri sendiri tanpa berkaitan bagian lain, yakni menjadi

satu mata rantai yang tidak terpisahkan. Namun kemudian, kata keseluruhan

(holistik) dan organik (organism) ditambahkan. Karena itu, sistem ini pun

dikembangkan berdasarkan pandangan biologis. Dengan demikian organisasi

diibaratkan seperti makhluk hidup, dimana manusia dalam organisasi merupakan

bagian dari sebuah organisasi. Sedangkan organisasi merupakan bagian dari

sistem yang lebih besar. Oleh karena itu, untuk memepertahankan hidupnya,

organisme tersebut harus melakukan persaingan dan adu kekuatan. Dengan begitu,

hanya pihak yang kuat saja yang pantas hidup (survival of the fittest).

4) Aliran Hubungan Manusia (Human Relation School)

Aliran manajemen ini disebut juga aliran perilaku yang juga berdasarkan

sistem teori umum. Para penganut aliran ini percaya bahwa dengan pemahaman

manusia yang baik, maka akan meningkatkan produktivitas kerja. Hal ini berarti

pabrik atau kantor bukan hanya tempat kerja. Keduanya juga merupakan

lingkungan sosial yang digunakan para karyawan untuk saling berinteraksi.

Dengan begitu manusia adalah makhluk sosial, dimana proses interaksi dengan

Page 15: Resume buku manajemen

sesamanya akan memengaruhi kualitas dan kuantitas hasil kerja yang

dilaksanakan.

Sejak dekade akhir abad XX, aliran hubungan manusia berganti nama

menjadi neo-human relations. Para penganutnya mengembangkan beberapa

konsep seperti budaya organisasi (organization culture), kerja tim (team work),

tim kerja swakelola (self-managing team), dan organisasi pembelajar (learning

organization). Tujuan utama dari semua itu adalah untuk meningkatkan efisiensi,

daya saing, dan akhirnya diharapkan perusahaan dapat memeroleh keuntungan

yang lebih besar.

5) Aliran Kontijensi (Contigency School)

Dalam aliran ini pendapat adanya sejumlah prinsip dan metodologi

universal yang dapat diterapkan untuk mengelola organisasi (Tosi dan Slocum,

1984) tidak diterima. Hal ini berarti tidak ada satu cara terbaik dalam mengelola

organisasi. Cara terbaik tergantung pada situasi dan kondisi organisasi.

Ada dua pendekatan (Burn dan Stalker 1961) yang menjadi fungsi dari

tingkat kestabilan relatif lingkungan luar organisasi. Kedua pendekatan itu adalah

model organik dan model mekanistik. Model mekanik bercirikan sentralisasi

pengendalian dan wewenang, tingkat spesialisasi tugas yang tinggi, dan garis

komunikasi vertikal yang kaku. Sedangkan model organik biasanya

menunjukkan tingkat saling ketergantungan tugas yang tinggi, desentralisai

pengendalian dan wewenang yang lebih besar dan komunikasi yang lebih

horizontal.

6) Aliran Pemikiran Kritis (Critical Study School)

Perhatian para ahli dibidang manajemen organisasi terhadap pendekatan

studi kritis semakin besar. Hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya masalah

yang muncul akibat praktek manajemen organisasi yang menyimpang.

Pendekatan ini juga berlandaskan pada tiga sudut pandang dalam memelajari

perilaku organisasi dan manajemen. Ketiganya adalah 1) Aspek pandangan dunia

(ideologis), 2) Aspek kekuasaan (power), dan 3) Aspek keadilan.

Page 16: Resume buku manajemen

III. Paradigma Dominan dalam Manajemen

1. Pengertian Paradigma dan Tahap Awal Kemunculannya

aradigma berasal dari kata “paradeigma” (Yunani) yang artinya model,

kerangka kerja (framework), pola atau contoh. Menurut Kuhn (1970)

paradigma adalah sejumlah ide yang sistematis, nilai-nilai, metode, masalah

maupun standar solusi, yang menjelaskan tentang dunia dan memberi petunjuk

tindakan. Paradigma adalah cara kita melihat dunia, tetapi bukan dalam arti visual

dari penglihatan. Namun, dalam arti memandang, mempersepsikan dan

menginterprestasikan (Covey, 1991).

Paradigma dalam manajemen jauh lebih beragam daripada yang digunakan

Kuhn dalam ilmu alam (natural science). Paradigma memungkinkan kita

memahami beberapa hal tertentu dalam cara tertentu atau justru sebaliknya. Oleh

karena itu, semakin tersamar (implisit), asumsi-asumsi dalam paradigma tersebut,

semakin kuat paradigma tersebut kita pegang.

Kemunculan manajemen, khususnya manajemen Barat modern tidak dapat

dilepaskan dari perbudakan manusia (kulit hitam putih atas kulit hitam).

Penyebanya adalah manajemen modern berkembang pesat setelah adanya revolusi

industri yang terjadi di Eropa dan ekspansi orang Eropa ke benua lainnya. Hal ini

sesuai dengan tujuan manajemen yakni proses menyelesaikan kegiatan secara

efisien melalui orang lain (the process of getting activities completed efficiently

through other people-Robbins & Coulter, 1998).

2. Macam-macam Paradigma dalam Manajemen

Burrel dan Morgan (1979), menguraikan empat macam paradigma yang

menjadi dasar pijakan dalam teori sosial. Paradigma tersebut adalah:

1) Paradigma Fungsionalis (Functionalist Paradigms)

Paradigma fungsionalis sering disebut dengan instrumentalis dan

pragmatis. Masyarakat dianggap sebagai eksistensi yang konkrit dan mengikuti

aturan keteraturan tertentu. Selain itu, aliran ini juga mengasumsikan bahwa teori-

teori ilmiah (scientific theories) dapat dinilai secara obyektif berdasarkan bukti-

bukti empiris. Maka terdapat independensi antara ilmuwan (subyek) dan yang

diamati (obyek). Sehinga ilmuwan mengamati obyek tanpa memengaruhi obyek

yang diamati. Para penganutnya berusaha memberikan penjelasan secara rasional

P

Page 17: Resume buku manajemen

tentang masalah-masalah sosial. Pendekatannya pun berasal dari tradisi

positivisme. Selain itu, mereka memandang individu sebagai atom (bagian

terkecil dari yang lain).

Berdasarkan Brenna (1995) dan Weston (2000), teori dan kebijakan dalam

manajemen keuangan yang termasuk dalam paradigma ini antara lain:

a. Teori pasar efiisen (efficient market theory)

b. Teori portofolio (portofolio theory)

c. Capital asset pricing theory

d. Option pricing theory

e. Agency theory

f. Capital budgeting policy

g. Capital structure policy

h. Dividend policy

Disamping itu, dalam paradigma fungsionalis ada keyakinan umum yang

dijadikan landasan, yakni:

a. Ada mekanisme sebab-akibat yang mendasari semua kegiatan manusia

b. Hal tersebut dapat diketahui dengan koneksi hukum alam (nomological

connection) antara kondisi awal dan hasil akhir

c. Manusia berinteraksi satu sama lain sesuai dengan mekanisme tersebut

d. Informasi semua kegiatan manusia dan fenomena alam diperoleh dari

observasi dan pengukuran secara obyektif

Secara umum, dalam paradigma ini fungsi sain mencakup empat macam,

yakni: 1) mendeskripsikan, 2) menjelaskan, 3) memprediksikan, dan 4)

mengendalikan.

2) Paradigma Interpretif (Interpretive Paradigms)

Dalam paradigma ini, periset mengakui peran mereka dalam fenomena

selama investigasi. Tujuan riset interpretif adalah menemukan keteraturan yang

berlaku dalam fenomena dengan pertimbangan tertentu. Meskipun begitu, peran

periset tidaklah obyektif. Paradigma ini juga percaya bahwa dalam sain budaya

(sosial), subyek (pokok permasalahan) bersifat spiritual. Dan karena manusia

dipersepsikan dengan bebas, kehidupan manusia dapat diperoleh melalui intuisi

secara keseluruhan. Berdasarkan paradigma ini, manajemen dapat menyelidiki

Page 18: Resume buku manajemen

realitas organisasi, perilaku manusia dengan etika, budaya, politik dan masalah

sosial lainnya. Paradigma ini juga meyakini bahwa tidak ada peraturan universal

yang dapat diterapkan dalam manajemen.

3) Paradigma Humanis Radikal (Radical Humanist Paradigms)

Para penganut paradigma humanis radikal beranggapan bahwa realitas

diciptakan secara sosial dan dipertahankan. Paradigma ini cenderung memandang

masyarakat sebagai anti-manusia. Selain itu proses penciptaan realitas dipandang

sebagai umpan balik pada diri sendiri. Sehingga individu dan masyarakat

terhalangi untuk merealisasikan potensi yang paling tinggi. Dengan kata lain,

kesadaran manusia didominsai oleh struktur super ideologis (ideologist

superstructure). Oleh sebab itu, hal ini mengahalangi manusia untuk mencapai

pemenuhan dirinya. Tambahan pula, fokus penganut paham ini terhadap aspek-

aspek struktural super (superstructural) masyarakat mencerminkan usaha

penerapan dialektika. Disamping itu, paradigma ini menganggap bahwa sain yang

netral (bebas nilai) tidak ada, dan selau ada kepentingan terselubung dalam sain.

Sain, menurut mereka digunakan untuk melayani kepentingan kelompok dominan

tertentu untuk mengatur dan mengendalikan masyarakat.

4) Paradigma Strukturalis Radikal (Radical Structuralist Paradigms)

Paradigma strukturalis radikal beranggapan bahwa realitas bersifat

obyektif dan konkrit. Mereka menggunakan sain untuk menemukan keteraturan

dalam fenomena. Selain itu, paradigma ini berdasarkan empat macam gagasan

penting. Pertama gagasan tentang totalitas, dimana keseluruhan dipandang

menentukan unsur-unsur bagian. Kedua, gagasan tentang struktur yang berfokus

pada konfigurasi hubungan sosial. Ketiga, gagasan tentang kontradiksi yang

terkandung dan berlawanan dengan pihak lain. Keempat, gagasan tentang krisis

akibat dari kontradiksi yang terjadi tidak dapat dipertahankan lagi.

Para penganutnya memandang untuk dapat hidup dan mereproduksi diri

manusia, mereka harus mementingkan realitas material. Bahkan, sebagian besar

penganutnya percaya bahwa tidak ada realitas kecuali realitas materi saja.

Disamping itu, sain sangat bersifat ideologis. Artinya, sain merumuskan realitas

dan menyelesaikan masalah dari sudut pandang kelas tertentu.

Page 19: Resume buku manajemen

3. Paradigma Pragmatisme (Fungsionalisme) dalam Manajemen

Pragmatisme adalah paham yang lahir di Amerika pada awal abad 20 yang

dipelopori oleh Charles Sanders Peirce, William James dan John Dewey. Secara

etimologis, pragmatisme berasal dari kata Yunani pragmata ‘act, affairs, business.

Menurut Dewey sendiri, pragmatic berarti peraturan berfikir reflektif yang tujuan

akhirnya adalah hasil. Paham ini berpendapat bahwa manusialah yang membuat

realitas dan menentukan nasibnya saendiri. Sedangkan berkaitan dengan

kebenaran, standar kebenaran adalah kemampuan untuk menghasilkan guna

(manfaat) dalam kehidupan nyata (riil). Dengan demikian, tidak ada kebenaran

dalam kata „kebenaran‟ kecuali apabila hasil dan manfaatnya terlihat jelas dan

dapat dirasakan dalam kehidupan. Maka sifat kebenaran adalah temporer

(relativisme)

4. Pendorong Perubahan Paradigma

Perubahan paradigma mungkin sekali terjadi dikarenakan perubahan

lingkungan bisnis. Oleh karena itu, diperlukan pemikiran ulang strategi dan

pengembangan strategi. Adapun perubahan yang terjadi meliputi beberapa aspek

antara lain:

1) Deregulasi, dapat mempengaruhi kemampuan untuk meraih keuntungan,

pola persaingan pasar dan kesempatan pasar

2) Perubahan struktural, dibutuhkan untuk revolusi struktur pasar menjadi

semakin kompetitif, terfragmentasi, terdesentralisasi karena pemain-

pemain baru

3) Kelebihan kapasitas, disiasati dengan mengekspor kelebihan barang ke

negara lain khususnya negara berkembang

4) Kepedulian terhadap lingkungan, membawa akibat yang besar dalam

semua aspek bisnis

5) Berkurangnya proteksi, karena mulai berlakunya kesepakatan dalam WTO,

GATT, dan sebagainya

6) Perubahan harapan pelanggan, pelanggan yang semakin cerdas dalam

memilih produk dan jasa yang berkualitas

7) Diskontinuitas teknologi, transformasi teknologi yang digunakan

berdampak besar bagi industri

Page 20: Resume buku manajemen

IV. Sistem Nilai Bisnis Amerika

1. Tanggung Jawab Sosial Korporasi (Corporate Social Responsibillity)

eberhasilan suatu perusahaan tidak terlepas dari masyarakat dan

sebaliknya. Dengan demikian, tanggung jawab sosial melibatkan

pelaksanaan kegiatan yang dapat membantu masyarakat (meski tidak langsung)

memberikan keuntungan ekonomis bagi perusahaan. Akan tetapi, di Amerika

gagasan korporasi mempunyai tanggung jawab sosial (corporate social

responsibility), tidak

sepenuhnya dapat diterima.

Friedman (1962. P. 133),

menyatakan bahwa:

“Ada satu dan hanya satu

tanggung jawab sosial

bisnis-menggunakan sumber

dayanya dan melakukan

kegiatan yang dimaksudkan

untuk meningkatkan

keuntungannya selama

bisnis tetap berada dalam

aturan main yang berlaku”.

Dengan demikian, bila

perusahaan menggunakan sebagian sumber dayanya tidak untuk meningkatkan

keuntungan berarti dipandang menyalahi tanggung jawab bisnis. Di bawah ini

tabel ringkasan argumen pendukung dan penentang tanggung jawab sosial

perusahaan.

Pendukung Tanggung Jawab Sosial Penentang Tanggung Jawab Sosial

Kegiatan sosial dapat menguntungkan

perusahaan

Kegiatan sosial tidak dapat diukur

Tanggung jawab sosial sangat etis bila

dilakukan

Tanggung jawab sosial mungkin ilegal

bila dilakukan

K

Page 21: Resume buku manajemen

Kegiatan sosial dapat memperbaiki citra

perusahaan

Kegiatan sosial menyimpang dari

tujuan utama perusahaan (mendapat

profit)

Tanggung jawab sosial dapat

meningkatkan kelangsungan hidup

masyarakat

Biayanya dapat sangat tinggi sehingga

meningkatkan harga produk yang dijual

sehingga menurunkan kemampuan

bersaing perusahaan

Masyarakat memberi kesempatan pada

perusahaan untuk menyelesaikan

masalah sosial

Perusahaan tidak mempunyai

ketrampilan untuk menyelesaikan

masalah sosial

Perusahaan dapat mencegah timbulnya

masalah karena mempunyai sumber

daya yang diperlukan

Keterlibatan perusahaan dalam kegiatan

sosial membuatnya terlalu berkuasa

terhadap masyarakat

Page 22: Resume buku manajemen

V. Etika dan Manajemen Bisnis

1. Pengertian Etika dan Moralitas

ecara etimologis, etika berasal dari bahasa Yunani ethikos dan ethos.

Aslinya, ethos berarti tempat tinggal, namun Ariestoteles

menggunakannya dengan makna karakter.

Sedangkan, terjemahan ethos ke bahasa Latin adalah mos, moris kemudian

menjadai moral dalam bahasa Inggris yang berarti sesuatu yang dianggap baik

dan dapat diterima. Maka kedua kata tersebut, etika dan moral mempunyai

arti ;karakter‟.

Beberapa penulis membedakan etika dan moralitas, seperti DeGeorge

(1999, p.19). ia menyatakan bahawa etika mengkaji moralitas. Moralitas adalah

istilah yang dipakai untuk mencakup praktek dan kegiatan yang dipandang benar

atau salah, aturan yang mengatur kegiatan dan nilai yang melekat, mendorong

atau dicari oleh kegiatan dan praktek. Sedangkan Grace dan Cohen (1998,p.4)

menyatakan bahwa „ ....tidak ada alasan untuk membedakan arti keduanya‟.

Dalam bahasa Indonesia kata atau istilah etika juga digunakan untuk moral,

sehingga kedua kata tersebut dapat dipakai bergantian. Disamping itu, etika

seringkali disebut dengan akhlak, budi pekerti dan sopan santun. Sedangkan

dalam praktek, tindakan etis berarti tindakan yang sesuai dengan nilai-nilai moral

dan dinilai baik dan benar.

2. Etika Bisnis

Lewis (1985) mendefinisikan etika bisnis adalah aturan (rules), standar,

kode atau prinsip yang memberikan pedoman untuk perilaku yang benar secara

moral dan benar dalam situasi tertentu. Sedangkan Ferrel, Fraederick dan Ferrel

(2000), menyatakan bahwa etika bisnis mencakup prinsip-prinsip dan standar

yang membimbing perilaku di dunia bisnis.

3. Problematika Etika Bisnis

Problem moral atau etika muncul ketika seeorang melakukan tindakan

tertentu namun bertentangan dengan kepentingan sendiri, organisasi, hukum

ataupun orang lain. Velasquez menyajikan lima kriteria untuk mengidentifikasi

standar moral dan rujukan. Kelimanya adalah sebagai berikut:

S

Page 23: Resume buku manajemen

1) Standar moral berkaitan dengan apa-apa yang kita fikir secara serius dapat

menguntungkan atau merugikan manusia

2) Standar moral dirubah dan ditentukan oleh lembaga tertentu yang

berwenang

3) Kita merasa bahwa standar moral lebih disukai dari nilai-nilai lain

4) Standar moral didasarkan kepada pertimbangan yang tidak memihak

5) Standar moral diasosiasikan dengan emosi dan kosakata khusus

Sedangkan DeGeorge, Business Ethics (1999), mengidentifikasikan tiga

karakteristik berkaitan dengan pertimbangan moral. Pertama, pertimbangan moral

adalah tentang benar atau slah suatu tindakan secara universal. Kedua,

pertimbangan moral adalah penting. Ketiga, pujian moral dapat mendorong

tindakan secara moral, dan celaaan moral dapat mendorong tindakan mengabaikan

moral.

Dalam bertindak atau memutuskan keputusan, seorang manajer harus

mempertimbangkan setidaknya lima aspek untuk menghindari problem moral,

yaitu finansial, hukum, organizational, sosial (masyarakat) dan pribadi.

4. Teori-teori Etika Barat

Barten (2000) menyatakan bahwa teori etika membantu kita untuk menilai

keputusan etis. Berdasarkan suatu teori etika, keputusan moral yang diambil

menjadi beralasan. Dengan demikian, akhirnya teori etika dijadikan sebagai

pedoman normatif dalam keputusan bisnis.

Adapun beberapa teori atau prinsip etika yang berasal dari Barat dan

paling sering dibahas dalam etika bisnis antara lain : Utilitarianisme, Deontologi,

Keadilan, Hak, dan Kebajikan/Keshalehan.

1) Utilitarianisme

Menurut paham ini, standar etis atau tidaknya suatu perbuatan dapat

ditentukan berdasarkan akibat dari suatu perbuatan tersebut. Jika tindakan atau

keputusan mengakibatkan manfaat bagi orang lain, maka tindakan tersebut dinilai

baik (etis) dan sebaliknya.

Page 24: Resume buku manajemen

2) Deontologi

Ketika seseorang tidak berbohong, dalam pandangan ini, tindakan tersebut

dinilai baik jika dilakukan semata-mata sebagai kewajiban, bukan diluar itu. Jadi,

untuk menentukan baik-buruknya suatu perbuatan tergantung alasan atau

motifnya. Kelemahannya, sistem ini sangat tergantung pada situasi individu.

3) Keadilan

Dalam pandangan ini, suatu tindakan dinilai benar dan adil jika tindakan

tersebut mendorong lebih besar kerjasama antar anggota masyarakat.

4) Hak (Kebebasan pribadi)

Dalam hal ini, kebebasan individu dianggap merupakan persyaratan utama

dalam suatu masayarakat. Lembaga atau hukum yang melanggar kebebasan

pribadi, sekalipun mungkin dapat menghasilkan kebahagiaan yang lebih besar,

harus ditolak karena dianggap tidak adil.

5) Kebajikan/keshalehan

Ukuran baik tidaknya tindakan, menurut keempat pandangan sebelumnya

terletak pada norma atau prinsip tertentu. Sedangkan, dalam teori kebajikan

(keshalehan) berpangkal pada orang yang melakukan tindakan. Dengan kata lain,

dalam sistem atau teori kebajikan baik buruknya tindakan dipandang dari orang

yang melakukan tindakan.

5. Etika Bisnis Islam

Pada dasarnya, agama Islam mencakup tiga aspek utama, yaitu aspek

aqidah, aspek syari‟ah dan aspek akhlaq. Ketiganya tidak dapat dipisahkan satu

sama lain karena mencakup seluruh aspek kehidupan manusia.

1. Aspek Aqidah

Aqidah, secara etimologis berarti ikatan atau sangkutan. Sedangkan secara

terminologis, aqidah berarti keyakinan atau keimanan. Adapun aqidah dalam

Islam dinamakan Rukun Iman yang menjadi fondasi, dasar, dan akar agama Islam.

Karena aqidah merupakan landasan pokok agama Islam, maka aqidah bersifat

kekal dan absolut.

2. Aspek Syariah

Secara bahasa, syari‟ah berarti jalan, yang ditempuh. Menurut Syeikh

Mahmud Syaltut (1967), syari‟ah Islam adalah peraturan dan hukum Allah yang

Page 25: Resume buku manajemen

telah digariskan dan dibebankan kepada kaum muslimin. Dengan demikian,

syari‟ah Islam merupakan peraturan dan hukum yang harus dijadikan jalan hidup

bagi umat Islam. Syari‟ah Islam ini mengatur dua hubungan. Hubungan terhadap

Allah dan hubungan terhadap manusia. Hubungan terhadap Allah disebut ibadah

dan hubungan kepada sesama disebut mu‟amalah. Dengan hidup seperti yang

diperintahkan dalam syari‟ah, manusia meletakkan dirinya ke dalam „tangan‟

Tuhan. Dengan begitu, kehidupan mereka disucikan dengan syari‟ah sehingga

dapat memberikan arti religius kepada hal-hal yang tampak duniawi sekalipun.

Tidak seperti aspek aqidah yang bersifat konstan (tidak ada perubahan),

dalam aspek syari‟ah penerapannya ada yang tetap dan berubah-ubah. Pada

dasarnya, hukum-hukum yang mengatur ibadah bersifat tetap. Syari‟ah di bidang

ibadah tidak hanya bertujuan untuk ibadah itu sendiri, tetapi untuk kebaikan

manusia dan masyarakat. Sedangkan dalam aspek mu‟amalah, ada yang bersifat

tetap dan juga berubah-ubah. Yang bersifat tetap contohnya talak, rujuk dan waris.

Adapun yang bersifat tidak tetap contohnya hukum pidana, khilafah dan hukum

perang. Hal-hal yang bersifat teknis dan praktis tidak diatur secara rinci sehingga

hukum Islam dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

3. Aspek Akhlaq

Aspek ketiga adalah akhlaq. Secara etimologis, akhlaq adalah bentuk

jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.

Berakar dari kata khalaqa yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata khaliq

(pencipta), makhluq (yang diciptakan) dan khalq (penciptaan). Kesamaan akar

kata diatas mengandung makna bahwa dalam akhlaq mencakup pengertian

terciptanya keterpaduan antara kehendak Khaliq (pencipta) dengan perilaku

makhluq (manusia). Dengan demikian, perilaku manusia yang didasarkan pada

kehendak Sang Pencipta berarti perilaku tersebut adalah perilaku yang berakhlaq.

Dalam Islam pun, akhlaq mencakup etika dan moral (moralitas), dan tidak ada

perbedaan antara etika dan akhlaq.

Dalam Islam, akhlaq terbagi menjadi tiga: pertama, akhlaq manusia

terhadap Khaliq (Tuhan), kedua akhlaq manusia terhadap selain makhluq. Akhlaq

yang ini terbagi lagi menjadi dua. Pertama, akhlaq manusia terhadap sesama

Page 26: Resume buku manajemen

manusia, dan kedua akhlaq manusia terhadap selain manusia (hewan dan alam).

Akhlaq manusia, dapat dirinci lagi menjadi sebagai berikut:

a) Akhlaq manusia terhadap diri sendiri

b) Akhlaq manusia terhadap keluarga

c) Akhlaq manusia terhadap tetangga

d) Akhlaq manusia terhadap masyarakat luas

Dengan demikian, dalam Islam apa yang dapat dinilai benar dan baik harus

selalu mengacu pada ketiga aspek tersebut sebagai standar ukurannya.