resume batuan ii
DESCRIPTION
cdcdcdcdTRANSCRIPT
PENGENALAN BATUAN II
A. Batuan Metamorf1. Pengertian Batuan Metamorf
Batuan metamorf merupakan batuan yang berasal dari batuan induk baik
itu batuan beku, batuan sedimen atau juga batuan metamorf yang telah
mengalami perubahan mineralogi, tekstur serta struktur dari adanya perubahan
temperatur dan tekanan yang sangat tinggi dapat disebut batuan metamorf.
Proses metamorfisme biasanya terjadi di dalam permukaan bumi pada
kedalaman berkisar antara 3 kilometer sampai 20 kilometer. Pada proses-proses
metamorfisme terjadi perubahan mineral-mineral suatu batuan karena adanya
pengaruh atau respon terhadap kondisi fisika dan kimia yang terjadi di dalam
kerak bumi yang berbeda dengan kondis yang sebelumnya.
Suatu proses meamorfisme adalah proses dimana suatu batuan
mengalami perubahan-perubahan pada tekanan dan tempeartur yang tinggi
diman tekanan dan temperatur yang tinggi ini mampu merubah tekstur batuan
dan mineraloginya. Tekanan dan temperatur yang terjadi berada diatas
diagenesa dan dibawah pelelehan .
2. Pembentukan Batuan MetamorfBatuan metamorf yang berasal dari batuan sedimen atau batuan beku
yang mengalami proses-proses metamorfisme yaitu, batuan-batuan tersebut
mendapatkan tekanan dan temperatur yang tinggi dimana tekanannya itu berada
diatas diagenesa dan temperaturnya berada dibawah pelelehan sehingga dapat
terbentk batuan baru atau yang sering disebut batuan metamorf.
Perubahan yang terjadi pada batuan metamorf hanyalah pada saat
batuan tersebut kondisinya padat dan perubahan komposisi di dalam batuan
tidak terlalu berarti pada tahap ini, perubahan tersebut adalah proses itu isokimia
yang mana terdiri dari distribusi ulang elemen-elemen lokal dan volatil diantara
mineral-mineral yang sangat reaktif. Dilihat dari beberapa eksperimen yang telah
dilakukan oleh para ahli batas antara diagenesa dan metamorfisme adalah
menentukan batsa terbawah yang mana batas ini dapat dilihat dari kenampakan
pertama dar mneral yang tidak terbentuk secara normmal pada batuan sedimen
yang ada dipermukaan dan pada eksperimen-eksperimen reaksi ini terjadi pada
temperatur antara 200°C – 350°C yang tergantung juga pada pH dan kandungan
material-material disekitarnya. Batas atas dari proses metamorfisme dilihat dari
terjadinya pelelehan pada batuan, kondisi ini terjadi pada suhu antara 650°C –
800°C .
Batuan metamorf apabila dilihat dari tingkat malihannya , batuan ini dibagi
menjadi dua yaitu metamorfisme tingkat rendah dan metamorfisme tingkat tinggi
Gambar 1Tingkat Metamorfisme
Pembentukan batuan metamorf tidak hanya didasarkan pada tingkat
malihannya tetapi juga berdasarkan penyebabnya. Batuan metamorf dibagai
menjadi tiga bagian berdasarkan penyebabnya yaitu metamorfisme kontak,
metamorfisme dinamo dan juga metamorfisme regional.
Gambar 2Lokasi Terbentunya Batuan Metamorf
3. Tipe- Tipe MetamorfosaBerdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya metamorfosa dapat
dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
Metamorfosa Thermal
Metamorfosa thermal atau kontak merupakan metamorfosa yang
diakibatkan oleh kenaikan temperatur (T), biasanya jenis ini ditemukan pada
kontak antara tubuh intruksi magma atau batuan di sekitarnya.
Panas tubuh intrusi yang diteruskan pada batuan sekitarnya
mengakibatkan metamorfosa kontak. Zona metamorfosa kontak di sekitar tubuh
batuan tersebut terlihat pada batuan sekitarnya. Lebar daerah penyebaran
panas tersebut berkisar dari beberapa sentimeter sampai kilometer.
Dengan demikian tempat-tempat yang sering dijumpai adalah sekitar
batuan intrusi seperti batolith, stock, lakkolit, sill, dike, dan sebagainya. Makin
jauh dari intrusi tersebut makin berkurang derajat metamorfosa karena
temperatur semakin rendah. Dengan demikian maka di sekitar batuan Intrusi
akan dijumpai zona metamorfosa yang melingkari batuan intrusi tersebut. Pada
zona metamorfosa tersebut banyak dijumpai mineral-mineral bahan galian yang
letaknya relatif teratur menurut jauhnya dari batuan intrusi. Urut-urutan tersebut
adalah muskovit di tempat yang agak jauh, kemudian chlorite, biotit dan akhirnya
cordiorit (suatu silikat besi, magnesium, alumunium yang kompleks) paling
dekat ke kontak magma. Banyak sekali mineral bahan galian yang terjadinya
lewat proses metamorfosa ini, misalnya besi, timah, tembaga, zink, dan
lainnya, yaitu yang dihasikan dari jenis batuan limestone dan jenis
calcareous shale.
Metamorfosa DinamoMetamorfosa dinamo adalah jenis metamorfosa yang diakibatkan oleh
kenaikan temperatur (P). Proses pembentukan batuan metamorf atau sering pula
disebut dengan dinamik metamorfisme adalah suatu perubahan mineral satu ke
mineral lainnya atau batuan yang disebabkan karena tekanan tinggi yang
dihasilkan oleh gerak diastropisme. Tekanan yang berpengaruh di sini ada dua
macam, yaitu :
Hidrostatis, yaitu yang mencakup ke segala arah.
Stress, yaitu tekanan searah saja.
Makin dalam ke arah kerak bumi pengaruh tekanan hidrostatis semakin
besar. Sedangkan tekanan pada bagian kulit bumi yang dekat dengan
permukaan saja, metamorfosa semacam ini biasanya didapatkan di daerah sesar
atau patahan yang tersebar luas di seluruh dunia. Karena itu sering pula disebut
regional metapmorphism.
Dengan adanya tekanan dari arah yang berlawanan maka butir-butir
kuarsa di dalam massa liat yang lebih halus, karena tertekan maka butir-butir
kuarsa menjadi pipih sedang partikel liat mengkristal kembali menjadi lapisan-
lapisan mika yang tipis.
Metamorfosa Regional Dalam metamorfosa regional ini terbagi lagi menjadi dua macam
metamorfosa, yaitu sebagai berikut:
Metamorfosa Dinamo Thermal
Metamorfosa ini terjadi di kulit bumi pada bagian dalam dan faktor
yang berpengaruh adalah temperatur dan tekanan yang sangat tinggi.
Secara geografis dan genetis, cara penyebaran batuan metamorf ini
sangat erat kaitannya terhadap aktivitas orogenesa.
Metamorfosa Beban atau Burial
Batuan metamorf ini terbentuk dari proses-proses sedimentasi yang
sangat tebal pada suatu cekungan yang sangat luas atau dikenal juga
dengan geosinklin.
4. Struktur Batuan MetamorfStruktur batuan metamorf umumnya terbagi ke dalam dua golongan besar
yaitu struktur foliasi dan struktur non foliasi. Peredaan antara dua golonan besar
struktur ini terletas pada penjajaran mineral-mineral penyusun batuan
metamorfnya. Apabila strukturnya foliasi berarti ada penjajaran mineral-mineral
penyusun batuan metamorfnya sedangkan struktur non foliasi tidak ada.
Berikut ini adalah struktur batuan metamorf yang termasuk golongan
struktur foliasi diantaranya adalah struktur Skitose, struktur gneisik, struktur
slatyclevage, dan juga struktur phylitic. Sedangkan struktur yang masuk ke dalam
golongan struktur non foliasi antara lain struktur hornfelsik, struktur kataklastik,
struktur milonitik, struktur pilonitik, struktur flaser, struktur augen, struktur
granulose, dan juga struktur linasi
Gneissic
Gneissic merupakan perlapisan dari mineral – mineral yang membentuk
jalur terputus – putus, dan terdiri dari tekstur – tekstur lepidoblastik dan
granoblastik.
Schistosity
Perlapisan mineral – mineral yang menerus dan terdiri dari selang –
seling tekstur lepodoblastik dan granoblastik.
Phyllitic
Perlapisan mineral – mineral yang menerus dan terdiri dari tekstur
lepidoblastik.
Slaty
Merupakan perlapisan, umumnya terdiri dari mineral yang pipih dan
sangat luas.
Gambar 3Struktur Batuan Metamorf
5. Tekstur Batuan MetamorfTekstur yang ada pada batuan metamorf penamaanya mengikuti kata-
kata yang mempunyai akhiran blastik. Contohnya seperti batuan metamorf yang
berkomposisi kristal dengan ukuran yang seragam disebut granoblastik. Tekstur
pada batuan metamorf dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu tekstur
kristoblas dan tekstur palimpset, kelompok ini dibedakan berdasarkan tekstur
yang dicirikan dengan tekstur batuan asalnya yang tidak terlihat lagi atau pula
yang masih nampak tekstur batuan asalnya.
Tekstur kristoblas adalah tekstur dari batuan metamorf yang dicirikan
dengan tekstur batuan asalnya yang sudah tidak terlihat lagi atau kenampakan
dari batuan yang baru, yang termasuk kedalam tekstur ini antara lain :
Tekstur porfiroblastik
Tekstur lepidoblastik
Tekstur granoblastik
Tekstur nematoblastik
Tekstur idioblastik
Tekstur xenoblastik
Sedangkan tekstur palimpset adalah tekstur batuan metamorf yang
dicirikan dengan tekstur sisa dari batuan asal yang masih terlihat atau diamati,
yang termasuk tekstur palimpset adalah:
Tekstur blastoporfiritik
Tekstur blastopsefit
Tekstur blastopsamit
Tekstur blastopellit
Sumber : ayobelajargeologi.blogspot.com Gambar 4
Tekstur Batuan Metamorf
6. Contoh Batuan MetamorfContoh batuan metamorf yang mengalami foliasi atau berfoliasi diantaranya
adalah sebagai berikut:
Batu sabak
Berbutir halus, bidang foliasi tidak memperlihatkan pengelompokkan
mineral. Jenis mineral seringkali tidak dapat dikenal dengan megakopis,
terdiri dari mineral lempung, serisit, kompak dan keras.
Sumber : leggeo.unc.edu Foto 4 Batu Sabak
Sekis
Batuan yang paling umum yang dihasilkan oleh metamorfosa regional.
Menunjukkan tesktur yang sangat khas yaitu kepingan – kepingan dari
mineral – mineral yang menyeret, dan mengandung mineral felspar, augit,
hornblende, garnet, epidot.
Sumber : leggeo.unc.edu Foto 5 Batu Sekis
Filit
Derajat metamorfisme lebih tinggi dari slate, dimana lembar mika sudah
cukup besar untuk dapat diliihat secara megaskopis, memberikan
belahan phyllitic, berkilap sutera pecahan – pecahannya.
Sumber : leggeo.unc.edu Foto 6 Batu Filit
Gneis
Merupakan hasil metamorfosa regional derajat tinggi, berbutir kasar,
mempunyai sifat bended. Terdiri dari mineral – mineral yang
mengingatkan kepada batuan beku seperti kuarsa, felspar, dan mineral –
mineral mafic, dengan jalur – jalur yang tersendiri dari mineral yang pipih.
Sumber : leggeo.unc.edu Foto 7 Batu Gneis
B. Batuan Piroklastik1. Batuan Piroklastik
Kata piroklastik berasal dari kata, Pyro=pijar, dan Klastik=fragmen, jadi
dapat diartikan juga yaitu, batuan piroklastik adalah batuan yang terdiri dari
material atau bahan-bahan yang dihasilkan oleh suatu letusan atau erupsi
gunung api dan memiliki fragmen - fragmen, sehingga batuannya sering disebut
juga batuan volkanik. Dapat terbentuk karena proses transportasi dan
sedimentasi oleh medium angin akibat letusan gunung api tersebut. Batuan
piroklastik ini juga biasanya memiliki komposisinya yang bersifat magmatis
karena terdiri dari fragmen batuan dan mineral seri bowen sebagai hasil
pendinginan magma yang naik ke atas dan ikut dilemparkan oleh letusan
gunung api.
Batuan piroklastik ini juga dapat berupa batuan lelehan/ lava atau batuan
beku ekstrusi dan produksi ledakan dari suatu letusan gunung api. Produk
ledakan gunung api bersifat fragmental yang berasal dari semua material baik
magma maupun sumbat lava, karena pengaruh gaya eksplosif yang berupa
letusan/erupsi gunung api, magma tersebut yang naik ke atas adalah berupa
cairan dan gas serta sumbat lava yang naik keatas tersebut lah yang membentuk
endapan piroklastik. Dan juga sumbat lava yang naik keatas ini biasanya terdiri
dari material piroklastik yaitu:pecahan gelas, abu,debu gunung api, kristal,lithik.
2. Pembentukan Batuan Piroklastik
Batuan piroklastik ini terbentuk akibat diawalinya dengan letusan –
letusan dari gunung berap atau erupsi gunung apii, yang kemudian gunung
berapi tersebut akan mengeluarkan magma atau menyemburkan magma yang
bersuhu kurang lebih 8500C. Ketika magma yang bersuhu sangat panas tersebut
tersemburkan ke udara maka suhu magma akan turun secara drastis. Hal itu
dikarnakan suhu magma yang diatas 6000C tersebut akan menyesuaikan dengan
suhu lingkungan di sekitarnya yaitu sekitar 250C. Oleh karena itu batuan
piroklastik dapat terbentuk di udara. Oleh karena itu , batuan piroklastik dapat
disebut hampir sama dengan proses keterbentukan batuan beku. Karna proses
keterbentukanya yang sama – sama langsung terbentuk dari magma yang panas
kemudian mendingin.
Proses keterbentukan batuan piroklastik tidak hanya sampai situ saja.
Batuan piroklastik akan yang terbentu di udara sudah tentu akan turun
kepermukaan bumi yaitu tanah. Setelah batuan piroklastik itu jatuh ke tanah
maka ia akan mengalami proses pembentukan kembali yang diawali dengan
bentuk bongkah maka setelah tertransportasikan kemudian terendapkan dan
terlitifikasi maka ia akan mengalami perubahan bentuk menjadi bulatan – bulatan
sehingga namanya akan berubah menjadi batuan piroklastik bom. Namun,
dalam dunia geologi batuan – batuan piroklastik yang telah tertransportasikan
akan berubah nama menjadi batuan epiklastik. Biasanya batuan epiklastik ini
terbat pada daerah – daerah yang rendah, hal itu disebabkan oleh suatu
medium yang mentransportasikan batuan piroklastik itu ke daratan – daratan
yang lebih rendah. Biasanya batuan epiklastik banyak terdapat disekitar sungai,
danau, laut, juga memiliki kemungkinan terdapat dipegunungan.
3. Klasifikasi Batuan Piroklastik Berdasarkan Ukuran
Berdasarkan dari ukurannya batuan piroklastik ini dapat di klasufikasikan
lagi menjadi beberapa seperti pada tabel berikut :
Berdasarkan Terbentuknya Fragmen Adapun berdasarkan keterbentukan fragmen nya batuan piroklastik ini
dapat diklasifikasikan menjadi :
Juvenile pyroclasts
Hasil langsung akibat letusan, membeku dipermukaan (fragmen gelas,
kristal pirojenik)
Cognate pyroclasts Fragmen batuan hasil erupsi terdahulu (dari gunungapi yang sama)
Accidental pyroclasts
Fragmen batuan berasal dari basement (komposisi berbeda)
4. Tekstur dan Komposisi Batuan PiroklastikSecara tekstur batuan piroklastik selalu memiliki tekstur yang menyudut
itu dikarnakan pembentukan batuan piroklastik ini terbentuk secara langung
tanpa ada proses transportasi terlebih dahulu. Selain itu tingkat keseragama butir
pada penyusun batuan piroklastik akan sama dikarnakan pembentukan butiran
piroklastik terbentuk secara langsung tanpa ada proses yang lain lagi
Pada dasarnya komposisi merupakan jumlah material yang terdapat pada
suatu batuan. Pada batuan piroklastik material penyusunya terbentuk secara
stabil dan tidak stabil. Hal tersebut diakibatkan oleh material – material tersebut
terbentuk langsung dari letusan gunung berapi
5. Klasifikasi Endapan Piroklastik Endapan Jatuhan Piroklastik (pyroclastic fall deposit)
Merupakan endapan piroklastika yang disebabkan oleh jatuhan material
gunung api yang terbawa angin(ditunjukan gambar 1) Endapan hasil
letusan terdiri atas gas dan tefra, proses pengendapan akibat gravitasi,
sorting baik, penyebarannya mengikuti topografi,ada struktur graded
bedding normal dan reverse, tebal endapan merata. Endapan ini
umumnya menipis dan butir menghalus menjauhi pusat erupsi. Macam-
macam endapan :
Scoria fall deposit
komposisi basaltis, andesitis bertekstur vesikuler, erupsi tipe hawaian,
strombolian.
Pumice fall deposit
sangat vesikuler,porositas tinggi,terjadi karena letusan yang
mengeluarkan magma andesit-ryolit yang sangat kental. Batuannya
bersifat gelasan
Ash fall deposit
endapan berbutir halus kadang disertai debu berbentuk pelet(lapilli)
Endapan Piroklastik SurgeMerupakan pergerakan lateral fragmen piroklastik sebagai campuran
padatan /gas konsentrasi rendah yang panas. Endapan ini menunjukan
stratifikasi bersilang, struktur dunes, laminasi planar,endapan sedikit
menebal pada bagian topografi rendah dan menipis pada topografi tinggi.
Macam-macam endapan:
Sumber : www.google.comGambar 5
Endapan Piroklastik Surge
Endapan Aliran Piroklastik (pyroclastik flow deposit)Dihasilkan dari pergerakan lateral di permukaan tanah dari piroklas yamg
tertranspor dalam matrix berupa fluida( gas atau cairan)/ aliran debris
piroklastik. Material yang tertranspor umumnya mengikuti topografi
lembah dan tertranspor jauh dari gunung api. Ciri-ciri endapan antara lain:
terdapat kayu yang terbakar,bagian lapisan bawah berwarna merah
akibat pembentukan oksida besi(magnetit, hematit), ada welded
tuf,magnetisme berubah. Endapan ini umumnya pemilahannya buruk,
butiran litik yang padat semakin berkurang menjauhi pusat erupsi,
contohnya lahar. Macam –macam endapan;
Block&ash flow deposit
Scoria flow deposit
Pumice flow deposit/ ignimbrite
Sumber : www.google.comGambar 6
Endapan Aliran Piroklastik
KESIMPULAN
Batuan metamorf merupakan batuan yang berasal dari batuan induk atau
batuan yang ada sebelumnya kemudian mengalami proses-proses
metamorfisme yang diakibatkan oleh tekanan dan temperatur yang tinggi atau
juga batuan metamorf juga dapat berasal dari batuan metamorf itu sendiri namun
mengalami perubahan mineralogi, struktur dan tektur.
Struktur batuan metamorf umumnya dibagi menjadi dua kelompok besar
yaitu struktur foliase dan struktur non foliase. Struktur foliase adalah struktur
yang ada penjajaran mineral penyusun batuan metamorfnya sedangkan struktur
non foliase adalah struktur yang tidak ada penjajaran mineral penyusun batuan
metamorfnya.
Jenis metamorfisme diantaranya adalah metamorfisme thermal,
metamorfisme dinamis, metamorfisme regional.
Batuan piroklastik merupakan batuan yang terbentuk dari hasil letusan
gunung berapi yang disebabkan oleh gaya – gaya yang berpengaruh dari dalam
bumi. Pada saat pembentukannya batuan ini belum mengalami proses apapun.
Batuan ini terbentuk pada saat letusan gunung berapi dan terbentuk di udara
atau sebelum jatuh ke permukaan bumi. Ini karena jauhnya jarak hasil letusan
gunung berapi sehingga pada saat diudara pun terbentuk batuan piroklastik.
Batuan piroklastik dibagi menjadi tiga macam, yaitu batuan piroklastik
jatuhan, aliran, pengendapan aliran, pengendapan surge
DAFTAR PUSTAKA
Rizki, Muhammad, 2013, “Batuan Metamorf” . http://rizkigeos.blogspot.com. Diakses pada tanggal 18 Maret 2015 pukul
22.00 WIB
Wilman, 2012, “batuan-metamorf” . http://wingmanarrows.wordpress.com. Diakses pada tanggal 18 Maret
2015 pukul 22.30 WIB
Wini, 2013 “BATUAN PIROKLASTIK” .http://www.academia.edu. Diakses pada tanggal 18 Maret 2015 pukul
22.30 WIB