bab ii batuan ubahan

16
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sayatan UB-10 Batuan dengan nomor sayatan peraga UB-10 ini merupakan jenis batuan ubahan, dimana sayatan tersebut diamati dengan perbesaran 4X. berdasarkan pengamatan tersebut, diketahui sayatan ini memiliki tekstur kristalitas berupa kenampakan komposisi sayatan yang berupa mineral-mineral tanpa gelasan, sehingga disebut holokristalin, bila diamati bentuk kristal pada mineral yang ada adalah euhedral dimana mineral memiliki bidang yang jelas. Dari hubungan antar kristal, pada sayatan ini memiliki ukuran yang beragam sehingga hubungan antar kristal pada sayatan ini termasuk ke dalam inequigranular, sedangkan untuk ukuran kristal pada sayatan ini dapat terlihat sehingga ukuran kristal pada sayatan ini adalah fanerit. Komposisi pada sayatan peraga UB-10 ini terususun atas beberapa mineral primer dan mineral sekunder. Mineral primer adalah mineral yang terbentuk langsung dari pembekuan magma sedangkan mineral skunder merupakan mineral hasil ubahan dari mineral primer

Upload: aaron-yoshefho

Post on 01-Feb-2016

290 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

ukukfdrrggtyhthdt

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II Batuan Ubahan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sayatan UB-10

Batuan dengan nomor sayatan peraga UB-10 ini merupakan jenis batuan

ubahan, dimana sayatan tersebut diamati dengan perbesaran 4X. berdasarkan

pengamatan tersebut, diketahui sayatan ini memiliki tekstur kristalitas berupa

kenampakan komposisi sayatan yang berupa mineral-mineral tanpa gelasan,

sehingga disebut holokristalin, bila diamati bentuk kristal pada mineral yang ada

adalah euhedral dimana mineral memiliki bidang yang jelas. Dari hubungan antar

kristal, pada sayatan ini memiliki ukuran yang beragam sehingga hubungan antar

kristal pada sayatan ini termasuk ke dalam inequigranular, sedangkan untuk

ukuran kristal pada sayatan ini dapat terlihat sehingga ukuran kristal pada sayatan

ini adalah fanerit.

Komposisi pada sayatan peraga UB-10 ini terususun atas beberapa mineral

primer dan mineral sekunder. Mineral primer adalah mineral yang terbentuk

langsung dari pembekuan magma sedangkan mineral skunder merupakan mineral

hasil ubahan dari mineral primer karena faktor tertentu. Mineral yang pertama

adalah mineral Biotit Sekunder, mineral ini memiliki warna coklat pada PPL,

XPL, dan Baji kuarsa, berbentuk seperti bercak-bercak, dan gelapannya hampir

tidak terlihat. Mineral yang kedua adalah mineral serisit dengan sifat optik khas

berbentuk serbuk. Mineral yang ketiga adalah mineral plagioklas dengan

kenampakan khas berupa memiliki kembaran kalsbat. Mineral yang keempat

adalah mineral Kuarsa primer dengan kenampakan khas mempunyai gelapan

bergelombang. Mineral yang terakhir adalah mineral kuarsa sekunder, mineral ini

berkenampakan memiliki gelapan bergelombang dan memiliki warna yang

bervariasi dibandingkan dengan kuarsa primer. Presentase rata-rata mineral biotit

sekunder pada sayatan ini 13.34%, serisit 36.67%, kuarsa sekunder 31.67%,

Page 2: BAB II Batuan Ubahan

plagioklas 11,67% dan kuarsa primer 5%. Berikut ini adalah kenampakan 3

medan pandang sayatan nomor peraga UB-10:

Gambar 1. Sayatan UB-10 Medan Pandang 1 Kenampakan PPL (kiri), XPL (tengah), dan Baji

Kuarsa(kanan)

Gambar 2. Sayatan UB-10 Medan Pandang 2 Kenampakan PPL (kiri), XPL (tengah), dan Baji

Kuarsa(kanan)

Gambar 3. Sayatan UB-10 Medan Pandang 3 Kenampakan PPL (kiri), XPL (tengah), dan Baji

Kuarsa (Kanan)

Penamaan sayatan ini adalah menggunakan mineral asalnya yang belum

terubahakan yang berasal dari batuan beku sehingga mineral yang digunakan

dalam penamaan adalah plagioklas dan kuarsa dengan kelimpahan masing-masing

70 % dan 29.99% sehingga nama sayatan ini adalah Granodiorite terubahkan

(IUGS, 1976).

Page 3: BAB II Batuan Ubahan

Gambar 4. Penamaan Sayatan UB 10 dengan Klasifikasi IUGS

Dilihat dari kehadiran mineral-mineral sekunder seperti Serisit, Biotit

Sekunder, dan Kuarsa sekunder pada sayatan ini maka dapat diketahui proses-

proses yang terjadi pada batuan beku asal sampai batuan ubahan ini terbentuk.

Dari kelimpahan mineral serisit dapat menunjukan bahwa batuan mengalami

proses alterasi sericitic. Alterasi ini terbentuk oleh dekomposisi feldspar, sehingga

mineral serisit ini menggantikan mineral feldspar tersebut. Alterasi ini menunjukan

suatu kondisi lingkungan yang low acid. Alterasi lainnya adalah alterasi Potassic

yang mengubah mineral botit menjadi biotit sekunder. Alterasi potassic relatif

terjadi pada kondisi yang high temperature yang merupakan hasil pegayaan unsur

Potassium. Alterasi yang terakhir adalah alterasi silisifikasi, alterasi ini merupakan

proses penambahan kuarsa sekunder yang umumnya dalam bentuk ‘silica

flooding’ atau ‘stockwoods’ di mana mineral silika mengendap ke dalam rekahan

batuan dan umumnya menghasilkan urat kuarsa yang polikristalin. Alterasi ini

dapat terjadi pada berbagai macam temperature. Dari keterdapatan mineral serisit

yang melimpah dapat dimasukan ke dalam zona Phyllic.

Page 4: BAB II Batuan Ubahan

2.2 Sayatan UB-9

Pengamatan preparat nomor UB 9 menggunakan nikol sejajar dan nikol

bersilang. Pada pengamatan sayatan nikol bersilang, terlihat adanya mineral-

mineral baru hasil perubahan suatu mineral yang berwarna-warni. Sayatan ini

seluruhnya tersusun dari mineral-mineral dapat diinterpretasikan memiliki tekstur

kristalisasi holokristalin, memiliki kristal yang terlihat jelas oleh mata sehingga

dapat diketahui ukuran mineralnya fanerik. batas-batas antara kristal satu dengan

yang lain kurang jelas dan bentuk kristalnya sedikit sempurna sehingga

hubungan antar butirnya adalah subhedral. Ukuran dari tiap mineral berbeda-

beda di mana mineral yang besar mengelilingin mineral yang berukuran lebih

kecil sehingga granuralitasnya adalah inequigranular faneroporfiritik.

Pada sayatan ini terdapat 5 mineral yang dapat diidentifikasi. Mineral

pertama pada pengamatan nikol sejajar terlihat colorless. Saat diubah menjadi

pengamatan XPL, terlihat mineralnya berwarna hitam putih dengan gelapan

tanpa kembaran dan tekstrunya yang seperti gula pasir. Berdasarkan sifat optik

khas tersebut, dapat disimpulkan mineral ini adalah serisit dengan kelimpahan

pada MP 1 20%, MP 2 20%, dan MP 3 10% sehingga rata-rata kelimpahannya

pada sayatan adalah 16,67%. Mineral kedua adalah mineral yang berwarna hijau

translucent pada pengamatan PPL dan terlihat berbentuk fibrous dan seperti

bercak. Berdasarkan sifat optik khas tersebut disimpulkan bahwa mineral ini

adalah klorit dengan perkiraan kelimpahan pada MP 1 10%, MP 2 10%, dan MP

3 20% sehingga rata-rata kelimpahannya pada sayatan adalah 13,3%. Mineral

ketiga adalah mineral yang colorless pada pengamatan PPL, tapi pada

pengamatan XPL berwarna terang (cenderung kekuningan) di pinggiran dan

menjadi gelap (cenderung ungu kemerahan) di bagian tengahnya. Berdasarkan

sifat optik khas tersebut dapat disimpulkan bahwa mineral ini adalah epidot

dengan perkiraan kelimpahan pada MP 1 5%, MP 2 10%, dan MP 3 10%

sehingga rata-rata kelimpahannya pada sayatan adalah 8,33%. Mineral keempat

Page 5: BAB II Batuan Ubahan

adalah mineral yang colorless dan terlihat seperti satu mineral yang besar pada

pengamatan PPL. Pada pengamatan XPL, terlihat bahwa mineral ini ternyata

mineral polikristalin dengan kenampakan warna hitam, kuning, dan putih serta

memiliki gelapan gelombang yang kurang jelas. Berdasarkan sifat optik khas

tersebut, dapat disimpulkan bahwa mineral ini adalah mineral kuarsa sekunder

dengan kelimpahan pada pada MP 1 42%, MP 2 42%, dan MP 3 47% sehingga

rata-rata kelimpahannya pada sayatan adalah 43,67. Mineral kelima adalah

mineral yang berwarna gelap (cenderung hitam) dan opaque pada setiap

pengamatan sehingga disimpulkan sebagai mineral opaque dengan kelimpahan

pada MP 1 15%, MP 2 10%, dan MP 3 5% sehingga rata-rata kelimpahannya

pada sayatan adalah 10%. Mineral keenam adalah mineral yang sifat optik

khasnya tidak terlihat lagi karena kelimpahannya yang sudah sangat sedikit, yaitu

plagioklas. Mineral ini diperkirakan masih ada dalam sayatan karena serisit yang

merupakan ubahan dari mineral plagioklas, masih memiliki bentuk seperti

plagioklas sehingga diperkirakan plagioklaslah yang memberi bentuk pada

mineral serisit. Jika plagioklasnya sudah terubahkan semua maka bentuk serisit

akan lebih berantakan dan tersebar, tidak seperti pada sayatan ini. Diperkirakan

kelimpahan pada MP 1 3%, MP 2 3%, dan MP 3 3% sehingga rata-rata

kelimpahannya pada sayatan adalah 3%. Mineral ketujuh adalah mineral yang

colorless pada pengamatan PPL, mempunyai gelapan bergelombang yang jelas

pada pengamatan XPL sehingga disimpulkan sebagai mineral kuarsa dengan

perkiraan kelimpahan pada MP 1 5%, MP 2 5%, dan MP 3 5% sehingga rata-rata

kelimpahannya pada sayatan adalah 5%.

Page 6: BAB II Batuan Ubahan

Gambar 5. Kenampakan Sayatan UB 9 Medan Pandang 1 Pada Analisa PPL (kiri), XPL

(tengah), dan Baji Kuarsa (kanan)

Gambar 6. Kenampakan Sayatan UB 9 Medan Pandang 2 Pada Analisa PPL (kiri), XPL

(tengah), dan Baji Kuarsa (kanan)

Gambar 7. Kenampakan Sayatan UB 9 Medan Pandang 3 Pada Analisa PPL (kiri), XPL

(tengah), dan Baji Kuarsa (kanan)

Penamaan sayatan ini adalah menggunakan mineral asalnya yang belum

terubahakan yang berasal dari batuan beku sehingga mineral yang digunakan

dalam penamaan adalah plagioklas dan kuarsa dengan kelimpahan masing-

masing 37,5 % dan 62,5% sehingga nama sayatan ini adalah Granite terubahkan

(IUGS, 1976).

Page 7: BAB II Batuan Ubahan

Gambar 8. Penamaan Sayatan UB 9 dengan Klasifikasi IUGS

Setelah menjadi batuan beku, granit tersebut mengalami alterasi

hidrotermal sebelum tersingkap. Alterasi hidrotermal tersebut dikarenakan adanya

campuran air meteoric, air magmatic, dan panas dari dalam bumi. Alterasi tersebut

mengenai batuan granit yang sudah retak akibat aktivitas tektonisme atau

vulkanisme sehingga air hidrotermal dapat mengalir masuk ke rekahan tersebut

dan mengubah mineral di dalamnya. Karena batuan terkena aliran air hidrotermal

dalam waktu yang lama, banyak bagian dari mineral batuan yang terubahkan

sehingga hanya sedikit mineral primer yang tersisa. Air hidrotermal tersebut

mengakibatkan alterasi Propilitik , Serisitik, dan alterasi Silifikasi Kuarsa. Alterasi

Propilitik mengubah batuan, baik keseluruhan atau sebagian, menjadi hijau karena

mineral yang dihasilkan adalah mineral berwarna hijau. Mineral tersebut dalam

sayatan ini adalah klorit. Klorit terbentuk dari dekomposisi mineral Fe-Mg tapi

juga bisa dari mineral feldspar seperti plagioklas. Alterasi ini terjadi pada suhu

rendah. Alterasi Serisitik mengubah mineral feldspar menjadi mineral serisit.

Alterasi ini menunjukkan kondisi yang asam. Alterasi Silifikasi Kuarsa merupakan

Page 8: BAB II Batuan Ubahan

proses penambahan kuarsa sekunder yang umumnya dalam bentuk ‘silica

flooding’ atau ‘stockwoods’ di mana mineral silika mengendap ke dalam rekahan

batuan dan umumnya menghasilkan urat kuarsa yang polikristalin. Alterasi ini

dapat terjadi pada berbagai macam temperature. Berdasarkan mineral asosiasi

berupa klorit dan serisit serta suhu pembentukan yang tinggi dan keasaman tinggi,

dapat diperkirakan alterasi ini terjadi di zona Potasik yang kebentulan disayat pada

bagian urat kuarsanya.

2.3 Sayatan UB-8

Batuan dengan nomor sayatan peraga UB-8 ini merupakan jenis batuan

ubahan, dimana sayatan tersebut diamati dengan perbesaran 4X. berdasarkan

pengamatan tersebut, diketahui sayatan ini memiliki tekstur kristalitas berupa

kenampakan komposisi sayatan yang berupa mineral-mineral tanpa gelasan,

sehingga disebut holokristalin, bila diamati bentuk kristal pada mineral yang ada

adalah euhedral dimana mineral memiliki bidang yang jelas. Dari hubungan antar

kristal, pada sayatan ini memiliki ukuran yang beragam sehingga hubungan antar

kristal pada sayatan ini termasuk ke dalam inequigranular, sedangkan untuk

ukuran kristal pada sayatan ini dapat terlihat sehingga ukuran kristal pada sayatan

ini adalah fanerit.

Komposisi pada sayatan peraga UB-10 ini terususun atas beberapa

mineral primer dan mineral sekunder. Mineral primer adalah mineral yang

terbentuk langsung dari pembekuan magma sedangkan mineral skunder

merupakan mineral hasil ubahan dari mineral primer karena faktor tertentu.

Mineral yang pertama adalah mineral Biotit, mineral ini memiliki warna coklat

pada PPL, XPL, dan Baji kuarsa. Mineral yang kedua adalah mineral klorit dengan

kenampakan coklat di PPL, XPL, dan Baji Kuarsa. Mineral yang ketiga adalah

mineral plagioklas dengan kenampakan khas berupa memiliki kembaran kalsbat.

Mineral yang keempat adalah mineral Kuarsa primer dengan kenampakan khas

mempunyai gelapan bergelombang. Mineral yang terakhir adalah mineral kuarsa

Page 9: BAB II Batuan Ubahan

sekunder, mineral ini berkenampakan memiliki gelapan bergelombang dan

memiliki warna yang bervariasi dibandingkan dengan kuarsa primer. Presentase

rata-rata mineral biotit pada sayatan ini 6.67%, klorit 6.67%, kuarsa sekunder

50%, plagioklas 26,67% dan kuarsa primer 10%. Berikut ini adalah kenampakan 3

medan pandang sayatan nomor peraga UB-8:

Gambar 9. Kenampakan Sayatan UB 8 Medan Pandang 1 Pada Analisa PPL (kiri), XPL

(tengah), dan Baji Kuarsa (kanan)

Gambar 10. Kenampakan Sayatan UB 8 Medan Pandang 1 Pada Analisa PPL (kiri), XPL

(tengah), dan Baji Kuarsa (kanan)

Page 10: BAB II Batuan Ubahan

Gambar 11. Kenampakan Sayatan UB 9 Medan Pandang 1 Pada Analisa PPL (kiri), XPL

(tengah), dan Baji Kuarsa (kanan)

Penamaan sayatan ini adalah menggunakan mineral asalnya yang belum

terubahakan yang berasal dari batuan beku sehingga mineral yang digunakan

dalam penamaan adalah plagioklas, kuarsa, dan biotit dengan kelimpahan masing-

masing 61.5 %, 15.3 % dan 23.2% sehingga nama sayatan ini adalah Granite

terubahkan (IUGS, 1976).

Page 11: BAB II Batuan Ubahan

Gambar 12. Penamaan Sayatan UB 8 dengan Klasifikasi IUGS

Setelah menjadi batuan beku, granit tersebut mengalami alterasi

hidrotermal sebelum tersingkap. Alterasi tersebut mengenai batuan granit yang

sudah retak akibat aktivitas tektonisme atau vulkanisme sehingga air hidrotermal

dapat mengalir masuk ke rekahan tersebut dan mengubah mineral di dalamnya.

Karena batuan terkena aliran air hidrotermal dalam waktu yang lama, banyak

bagian dari mineral batuan yang terubahkan sehingga hanya sedikit mineral primer

yang tersisa. Air hidrotermal tersebut mengakibatkan alterasi Propilitik dan

alterasi Silifikasi Kuarsa. Alterasi Propilitik mengubah batuan, baik keseluruhan

atau sebagian, menjadi hijau karena mineral yang dihasilkan adalah mineral

berwarna hijau. Mineral tersebut dalam sayatan ini adalah klorit. Klorit terbentuk

dari dekomposisi mineral Fe-Mg tapi juga bisa dari mineral feldspar seperti

plagioklas. Alterasi ini terjadi pada suhu rendah. Alterasi Silifikasi Kuarsa

merupakan proses penambahan kuarsa sekunder yang umumnya dalam bentuk

‘silica flooding’ atau ‘stockwoods’ di mana mineral silika mengendap ke dalam

rekahan batuan dan umumnya menghasilkan urat kuarsa yang polikristalin.

Alterasi ini dapat terjadi pada berbagai macam temperature. Karena presentase

kuarsa sekunder yang sangat dominan sebesar 50%, maka proses alterasi

silisifikasi ini sangatlah dominan pada batuan granit tersebut. Berdasarkan mineral

asosiasi berupa klorit dan kuarsa sekunder serta suhu pembentukan yang tinggi

dapat diperkirakan alterasi ini terjadi di zona Potasik.