responsi ulkus dekubitus

43
1 BAB I PENDAHULUAN Geriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang memperhatikan kondisi fisik, mental, fungsional dan sosial yang muncul pada perawatan fase akut, penyakit kronis, rehabilitasi pencegahan, sosial dan situasi akhir hayat dari pasien lanjut usia. WHO (2002) menggunakan usia 60 tahun sebagai cutoff pasien geriatri. Cabang Ilmu yang kelompok pasien ini memiliki kerapuhan yang sangat dan penyakit aktif yang multipel, yang membutuhkan pendekatan yang holistik. Ilmu Geriatri melampaui pengobatan yang berbasis organ dan menawarkan terapi dengan setting multidisplin dengan tujuan untuk mengoptimalisasi status fungsional para lansia dan memperbaiki kualitas hidup dan otonomi lansia. Ulkus dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal akibat dari tekanan eksternal yang berhubungan dengan penonjolan tulang dan tidak sembuh dengan urutan waktu yang biasa. Gangguan ini dapat terjadi pada semua kelompok usia, tetapi hal ini merupakan masalah yang khusus pada lanjut usia. Biasanya terdapat warna kemerahan pada daerah bagian tulang yang menonjol, atau bagian kulit yang mengelupas, terkoyak, timbulnya blister dan nekrosis kulit (Potter dan Perry,2005) Ulkus dekubitus merupakan suatu hal yang serius, dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada penderita lanjut usia. Di negara – negara maju, prosentase terjadinya decubitus mencapai sekitar 11% dan terjadi dalam dua minggu pertama perawatan. Sensus sehari pada sebuah

Upload: mutiara-kristiani-putri

Post on 22-Dec-2015

111 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

endokrin

TRANSCRIPT

Page 1: Responsi Ulkus Dekubitus

1

BAB I

PENDAHULUAN

Geriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang memperhatikan kondisi fisik,

mental, fungsional dan sosial yang muncul pada perawatan fase akut, penyakit

kronis, rehabilitasi pencegahan, sosial dan situasi akhir hayat dari pasien lanjut

usia. WHO (2002) menggunakan usia 60 tahun sebagai cutoff pasien geriatri.

Cabang Ilmu yang kelompok pasien ini memiliki kerapuhan yang sangat dan

penyakit aktif yang multipel, yang membutuhkan pendekatan yang holistik. Ilmu

Geriatri melampaui pengobatan yang berbasis organ dan menawarkan terapi

dengan setting multidisplin dengan tujuan untuk mengoptimalisasi status

fungsional para lansia dan memperbaiki kualitas hidup dan otonomi lansia.

Ulkus dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit

normal akibat dari tekanan eksternal yang berhubungan dengan penonjolan

tulang dan tidak sembuh dengan urutan waktu yang biasa. Gangguan ini dapat

terjadi pada semua kelompok usia, tetapi hal ini merupakan masalah yang

khusus pada lanjut usia. Biasanya terdapat warna kemerahan pada daerah

bagian tulang yang menonjol, atau bagian kulit yang mengelupas, terkoyak,

timbulnya blister dan nekrosis kulit (Potter dan Perry,2005)

Ulkus dekubitus merupakan suatu hal yang serius, dengan angka

morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada penderita lanjut usia. Di negara –

negara maju, prosentase terjadinya decubitus mencapai sekitar 11% dan terjadi

dalam dua minggu pertama perawatan. Sensus sehari pada sebuah rumah sakit

daerah di London; yang melibatkan kasus bedah orthopedi, geriatri dan psikiatri,

didapatkan 25 % dari seluruh kasus adalah penderita dengan dekubitus, dimana

10% nya adalah penderita dengan usia kurang dari 70 tahun sedangkan 40 %

nya adalah usia lanjut di daerah predisposisi untuk terjadinya dekubitus adalah

40% pada sacrum, 20 % pada tumit, 15% pada tuberositas os ischia dan 10%

sendi panggul (Wicaksono, 2013)

Adanya ulkus dekubitus mengganggu proses pemulihan pasien, mungkin

juga diikuti komplikasi dengan nyeri dan infeksi sehingga menambah panjang

lama perawatan. Ulkus dekubitus dapat menjadi sangat progresif dan sulit untuk

disembuhkan. Komplikasi ulkus dekubitus sangat sering dan mengancam

kehidupan. Komplikasi ulkus dekubitus serius dan tersering adalah infeksi. Pada

kelompok pasien geriatri dengan multipatologi dan daya cadangan faali yang

Page 2: Responsi Ulkus Dekubitus

2

menurun, infeksi dapat pula menjadi sepsis, yaitu suatu respons sistemik

terhadap infeksi dimana pathogen atau toksin dilepaskan ke dalam sirkulasi

darah sehingga terjadi aktivitas proses inflamasi. (Pendland, 2005)

Ulkus dekubitus dan sepsis termasuk dalam daftar masalah kesehatan

dan daftar penyakit individu yang harus dikuasai dokter umum menurut SKDI

2012. Oleh karena itu, pada makalah ini kami akan membahas lebih dalam

mengenai ulkus dekubitus beserta penatalaksanaan dari komplikasi tersering

ulkus dekubitus, yaitu sepsis, sehingga akan menambah pengetahuan dan

memudahkan dokter umum dalam mengenali dan menatalaksana permasalahan

ini sesuai kompetensinya.

Page 3: Responsi Ulkus Dekubitus

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ulkus Dekubitus

2.1.1 Definisi

Ulkus dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan di

bawah kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya

penekanan pada suatu area secara terus menerus sehingga mengakibatkan

gangguan sirkulasi darah setempat (Nuralaila, dr. Gadis.2006). Ulkus dekubitus

ini disebabkan karena tekanan yang berlebihan dan gesekan kuat yang terjadi

pada jaringan atau tulang yang menonjol (Moore and Cowman,2007)

Sedangkan MOH (2001) mendefinisikan ulkus dekubitus adalah sebagai suatu

area kerusakan kulit, otot dan jaringan dibawahnya yang terlokalisir akibat

peregangan, gesekan dan penekanan yang terus menerus. Black dan Hokarison

(2005) mendefinisikan ulkus decubitus adalah lesi pada kulit yang disebabkan

karena adanya tekanan yang berlebihan dan mengakibatkan kerusakan pada

bagian dasar jaringan. Tekanan akan mengganggu mikrosirkulasi jaringan lokal

dan mengakibatkan hipoksia, serta memperlancar pembuangan metabolik yang

dapat menyebabkan nekrosis (Bryant,2007)

2.1.2 Etiologi

Ulkus dekubitusdisebabkan oleh tekanan yang cukup kuat dalam jangka

waktu lebih pendek atau dengan tekanan yang rendah dalam jangka waktu yang

lebih lama sehingga mengganggu jalannya aliran darah ke kapiler. Kebutuhan

oksigen dan nutrisi jaringan juga terganggu.Tekanan ini lebih besar dari tekanan

arteri yang menyebabkan gangguan aliran darah sehingga terjadi iskemia dan

kerusakan jaringan.Tekanan darah kapiler berkisar antara 16-33 mmHg. Pada

usia lanjut yang mengalami immobilisasi tidak dapat merubah posisi, maka

tekanan pada sakrum akan terjadi sekitar 60–70 mmHg atau tumit sekitar 35-45

mmHg, tekanan ini melebihi tekanan kapiler sehingga berakibat timbulnya daerah

iskemia yang bila berlanjut akan terjadi nekrosis sehingga timbul ulkus decubitus.

Daerah yang sering mengalami ulkus dekubitus adalah sacrum, tumit, tuberosita

ischail, trochanter major dan malleolus lateral (Nuralia, dr. Gadis.2012).Menurut

Bouten, ulkus dekubitus disebabkan oleh 3 teori, teori pertama karena tekanan

yang terus menerus pada jaringan tertentu yang menyebabkan kerusakan pada

jaringan karena terhambatnya alirah darah ke kapiler yang akhirnya jaringan

Page 4: Responsi Ulkus Dekubitus

4

menjadi hipoksia. Teori yang kedua menjelaskan bahwa ulkus dekubitus dapat

disebabkan karena tegangan geser.Gesekan ini mengakibatkan keadaan yang

lebih parah dan secara signifikan mempercepat timbulnya ulkus dekubitus.Teori

yang terakhir ditujukan pada interstitium diantara sel dan kapiler terminal.

Tekanan mekanis dari luar akan mengubah tekanan interstitial, aliran cairan

interstitial, dan konsentrasi dari molekul dan ion. Tekanan ini juga mempengaruhi

transport nutrisi ke dalam sel yang dimana sel berfungsi sebagai drainase limfatik

produk buangan metabolisme tubuh (Bouten, Carlijn V.C.1996). Daerah yang

paling sering terjadi ulkus dekubitus adalah sakrum, tumit, tuberosita ischial,

trochanter major dan malleolus lateral.Berikut gambar 2.2.1 lokasi yang paling

sering terjadi ulkus dekubitus

Gambar 2.1 Lokasi dan Persentase Ulkus Dekubitus. 1: studi Yeoman dan

Hardy, 2: studi Dansereaou

2.1.3 Epidemiologi

Epidemiologi ulkus decubitus bervariasi di beberapa tempat, insiden

berkisar antara 0,4% - 38% di unit perawatan akut, 2,2 % - 23,9% di unit long

term care (perawatan) jangka panjang, 0% - 7% di home care (perawatan di

rumah) (Lyder CH,2003). Fasilitas perawatan akut di amerika serikat

Page 5: Responsi Ulkus Dekubitus

5

memperkirakan 2,5 juta luka tekan ditangani setiap tahunnya (Reddy et al,2006).

Ayello (2007) menyebutkan prevalensi ulkus dekubitus 10-17% di perawatan

akut, 0-29% di perawatan rumah, 2,3-28% di tatanan perawatan jangka panjang,

dengan rentang insiden 0,4 – 38% di perawatan akut dan 2,2 – 23,9 % di

tatanan perawatan jangka panjang. Prevalensi ulkus dekubitus di Indonesia

dilaporkan dari RS Dr. Sardjito Yogyakarta sebesar 40 % (Purwaningsih,2001).

Di RS Dr. Moewardi Surakarta pada bulan Oktober 2002 ditemukan kejadian

ulkus dekubitus sebesar 38,18% (Setyati,2002). Laporan mutu dari RS Dr. H.

Abdul Moeloek Provinsi Lampung pada tahun 2009 menunjukkan rata – rata

angka kejadian ulkus dekubitus periode November – Desember 2009 di Unit

Bedah pada tiga ruangan yaitu Mawar 0,5, Kutilang 12,8% dan Gelatik 0,45%.

2.1.4 Faktor Resiko

Terdapat 2faktor resiko pada ulkus dekubitus, faktor ekstrinsik dan faktor

intrinsik. Faktor ekstrinsik atau faktor dari lingkungan terdiri dari tekanan,

gesekan, kelembapan, panas, tinggal lama di internal care unit, istirahat dalam

waktu lama, menjalani proses operasi dalam waktu lama, dan menunggu waktu

operasi dalam waktu yang lama.Sedangkan pada faktor intrinsik berhubungan

dengan struktur, fungsi tubuh dan faktor personal. Faktor tersebut meliputi

malnutrisi, diabetes mellitus, memiliki riwayat memiliki ulkus dekubitus

sebelumnya, riwayat kandung kencing dan buang air besar inkontinen, usia

lanjut, penyakit kardiovaskular, penyakit saluran pernafasan, terganggunya

persepsi sensoris, serum albumin yang rendah, kadar hemoglobin yang rendah,

menurunnya status mental, jenis kelamin, patah tulang, edema, penyakit kritis,

menurunnya aliran darah, stroke, terganggunya mobilitas, dan berat badan

(Campbell,2009).

Sedangkan menurut Hartman, faktor resiko untuk ulkus decubitus dibagi

menjadi faktor resiko primer dan faktor resiko sekunder.Faktor resiko primer

terdapat pada orang yang mengalami imobilisasi. Imobilisasi sendiri ada 2

kriteria, imobilisasi total dan imobilisasi relative. Pada kasus imobilisasi total

apabila pergerakan spontan sudah tidak didapatkan, contohnya pada pasien

tidak sadar, pasien dengan bius total. Sedangkan imobilisasi relative didapatkan

gerakan spontan didapatkan terbatas, contohnya karena pengaruh obat yang

ada efek mengantuk/sedasi, patah tulang, sakit parah, multiple sclerosis,

paraplegia, hemiplegia, dan polyneuropathy. Sedangkan pada faktor resiko

sekunder, meliputi tidak cukupnya aliran darah ke kulit, demam, inkontinesia,

Page 6: Responsi Ulkus Dekubitus

6

keadaan umum yang lemah, dan penuaan fisiologis pada kulit (Hartmann

AG,2008).

Berikut tabel pembagianfactor resiko dari ulkus decubitus.

Tabel 2.1. Faktor Resiko Ulkus Dekubitus (Bluestein, Am Fam Physician:2008;78(10):1186-1194)

Intrinsik Ekstrensik Mobilitas terbatas− Spinal cord injury− Cerebrovascular accident− Gangguan neurologi

progresif(Parkinson, Alzheimer, multiple sclerosi)

− Nyeri − Fraktur − Perawatan setelah operasi− Koma atau tidur− Arthropathies Nutrisi Buruk− Anoreksia− Dehidrasi− Geligi yang buruk/tidak sehat/tidak

bergigi− Keterbatasan diet/gizi− Lemahnya indera penciuman dan

pengecap− Kemiskinan atau kurangnya

asupan makanan Komorbiditas− Diabetes mellitus− Depresi atau psikosis− Vasculitis atau penyakit vaskuler

kolaen lainnya − Penyakit vaskuler perifer− Penurunan sensasi nyeri− Immunodefciency atau

penggunaan terapi kortikosteroid− Gagal jantung kongesti− Keganasan − Gagal ginjal− Penyakit paru obstruktif kronik− Dementia Aging skin− Elastisitas menurun− Aliran darah kulit menurun− Perubahab pH kulit− Flattening of rete ridges− Hilangnya lemak subkutan− Aliran darah dermal-epidermal

Penekanan dari permukaan yang keras (tempat tidur, kursi roda, tandu)

Gesekan karena ketidakmampuan pasien bergerak di tempat tidur

Pergeseran karena pergerakan otot Kelembapan

− Inkontinensia urin atau alvi− Keringat berlebihan− Aliran udara pada luka

Page 7: Responsi Ulkus Dekubitus

7

menurun

Sedangkan menurut Braden dan Bergstrom (1987) dalam Handayani (2010)

faktor – faktor yang berhubungan dengan resiko terjadinya ulkus decubitus

diuraikan sebagai berikut :

2.1.4.1 Faktor Tekanan

Efek patologis tekanan yang berlebihan dihubungkan dengan intensitas

tekanan dan

durasi tekanan

2.1.4.1.1 Intensitas Tekanan

Intensitas tekanan menggambarkan besarnya tekanan antar muka

kulit bagian luar dengan permukaan matras. Jika tekanan antar muka

melebihi tekanan kapiler maka pembuluh kapiler akan kolaps dan

selanjutnya jaringan akan hipoksia dan iskemi. Tekanan kapiler rata – rata

diperkirakan 32 mmHg di arteriol, 30 – 40 mmHg di akhir arteri, 25 mmHg

di pertengahan arteri, 12 mmHg di vena, dan 10-14 mmHg di bagian akhir

vena. Lindan (1961) dalam Bryant (2007) mengukur tekanan antar muka

laki – laki dewasa sehat dalam posisi supine, prone, sidelying dan duduk

di atas bed percobaan mendapatkan data tekanan antar muka antara 10

0 100 mmHg. Tekanan antar muka 300 mmHg ditemukan pada posisi

duduk tanpa alas kursi (Kosiak dalam Bryant, 2000). Pada individu sehat,

tekanan antar muka tidak selalu akan mengakibatkan hipoksia karena

individu sehat mempunyai kemampuan mengenali sensasi dengan baik

sehingga mampu berpindah posisi ketika merasa tidak nyaman, tapi pada

individu yang tidak mampu mengenali sensasi ataupun tidak mampu

berpindah posisi dengan sendirinya tekanan antar muka akan berisiko

mengakibatkan hipoksia.

2.1.4.1.2 Faktor Durasi Tekanan

Durasi tekanan digambar kan sebagai lama periode waktu

tekanan yang diterima oleh jaringan. Hubungan antara intensitas dan

durasi tekanan dengan terbentuknya iskemi jaringan. Secara lebih

spesifik dinyatakan intensitas tekanan yang rendah dalam waktu yang

lama dapat membuat kerusakan jaringan dan sebaliknya intensitas

tekanan tinggi dalam waktu singkat juga akan mengakibatkan kerusakan

jaringan (Bryant, 2007).

Page 8: Responsi Ulkus Dekubitus

8

Potter and Perry (2005) menyatakan luka akan terjadi sebagai

hubungan antara waktu dan tekanan. Semakin besar tekanan dan

durasinya, maka semakin besar insiden terbentuknya luka. Kulit dan

jaringan subkutan dapat mentoleransi beberapa stekanan, namun pada

tekanan eksternal yang besar dan melebihi dari tekanan kapiler akan

menurunkan aliran darah ke jaringan sekitarnya, jika tekanan dihilangkan

pada saat sebelum titik kritis maka sirkulasi ke jaringan tersebut akan

pulih kembali.

2.1.4.1.3 Faktor Toleransi Jaringan

Faktor toleransi jaringan dideskripsikan sebagai kemampuan kulit

dan struktur pendukungnya untuk menahan tekanan tana akibat yang

merugikan. Kemampuan tersebut dilakukan dengan cara

mendistribusikan tekanan yang diterima ke seluruh permukaan jaringan

sehingga tidak bertumpu pada satu lokasi. Integritas kulit yang baik,

jaringan kolagen, kelmbapan pembuluh limfe, pembuluh darah, jaringan

lemak dan jaringan penyambung berperan dalam baik atau tidaknya

toleransi jaringan seorang individu. Konsep toleransi jaringan ini pertama

kali didiskusikan oleh Trumble (1930) dan selanjutnya Hussain (1953)

membuktikan dengan sensitisasi otot tikus dengan 50 mmHg tekanan

dalam waktu 1 jam terjadi degenerasi jaringan Pada jaringan yang kurang

baik akan lebih mudah mengalami ulkus decubitus disbanding jaringan

yang toleransinya baik jika diberi intensitas tekanan yang sama

(Bryant,2007).

2.1.5 Tipe Ulkus Dekubitus

Berdasarkan waktu yang diperlukan untuk penyembuhan dari suatu ulkus

decubitus dan perbedaan temperature dari ulkus dengan kulit sekitarnya,

decubitus dapat dibagi menjadi tiga tipe :

1. Tipe normal

2. Tipe arteriosklerotik

3. Tipe terminal

Ulkus dekubitus tipe normal, mempunyai beda temperatur sampai dibawah

lebih kurang 2,5℃ dibandingkan kulit sekitarnya dan akan sembuh dalam

perawatan sekitar 6 minggu. Ulkus ini terjadi karena iskemia jaringan setempat

akibat tekanan, tetapi aliran darah dan pembuluh – pembuluh darah sebenarnya

baik.Ulkus dekubitus tipe arteriosklerotik, mempunyai beda temperatur kurang

Page 9: Responsi Ulkus Dekubitus

9

dari 1℃ antara daerah ulkus dengan kullit sekitarnya. Keadaan ini menunjukkan

gangguan aliran darah akibat penyakit pada pembuluh darah (arterosklerotik) ikut

berperan untuk terjadinya decubitus disamping faktor tekanan. Dengan

perawatan, ulkus ini diharapkan sembuh dalam 16 minggu.Sedangkan untuk

ulkus dekubitus tipe terminal terjadi pada penderita yang akan meninggal dan

tidak dapat menyembuh (Nuralaila, dr. Gadis,2006).

2.1.6 Patofisiologi Ulkus Dekubitus

Patofisiologi dari ulkus decubitus dimulai dari meningkatnya tekanan

cairan interstitial, lalu terjadi penurunan sirkulasi arteri, akibat tertekannya arteri

yang terlalu lama, maka kapiler akan kolaps dan mengalami thrombosis. Terjadi

kehilangan cairan interstitial melalui kapiler.Tidak lama kemudian, terjadi edema

pada jaringan, lalu terjadi lisis pada jaringan. Setelah lisis, maka nutrisi dan

oksigen jaringan akan menurun. Pada akhirnya terjadi proses inflamasi lalu

iskemik,tidak lama kemudian jaringan nekrosis / mati dan ulkus muncul (Rappi,

Laurie and Hamm,Rose, 2009).

Tekanan darah pada kapiler berkisar antara 16 mmHg – 33 mmHg. Kulit

akan tetap utuh karena sirkulasi darah terjaga, bila tekanan padanya masih

berkisar pada batas – batas tersebut. Tetapi sebagai contoh bila seorang

penderita imobilisasi pada tempat tidur secara pasif dan berbaring di atas kasur

busa biasa maka tekanan daerah sacrum akan mencapai 60 – 70 mmHg, dan

daerah tumit mencapai 30 – 45 mmHg. Tekanan ini akan menimbulkan daerah

iskemik dan bila berlanjut terjadi nekrosis jaringan kulit. Percobaan pada

binatang didapatkan bahwa sumbatan total pada kapiler masih bersifat reversible

bila kurang dari 2 jam. Seseorang yang terpaksa berbaring berminggu minggu

tidak akan mengalami dekubitus selama dapat berganti posisi perjamnya

(Ichwani, 2011).

Selain faktor tekanan ada beberapa faktor lain yang dapat memengaruhi

timbulnya dekubitus yaitu sebagai berikut :

- Terjadinya regangan pada kulit oleh karena tubuh bergerak melorot ke

bawah pada penderita yang berada pada posisi setengah duduk atau

separuh berbaring

- Pada penderita usia lanjut yang cachectis atau sangat kurus, kulit pada

daerah yang terkena yang terkena tekanan dapat terlipat oleh karena

gesekan dengan alas tempat tidur sehingga kulit seakan akan tertinggal

Page 10: Responsi Ulkus Dekubitus

10

dari bagian tubuh yang lain (Ichwani, 2011). Berikut bagan alur terjadinya

ulkus dekubitus.

Gambar 2.2 Bagan Alur Patofisiologi Ulkus Dekubitus (Bryant. 2008)

2.1.7 Lokasi Ulkus Dekubitus

Lokasi ulkus dekubitus seebenarnya bisa terjadi diseluruh permukaan

tubuh bila mendapat penekanan secara terus menerus.Namun yang paling

sering terbentuk pada daerah kulit diatas tulang yang menonjol. Lokasi tersebut

diantaranya adalah

- Tuberositas Ischii (Frekuensinya mencapai 30%) dari lokasi tersering

- Trochanter Mayor (Frekuensinya mencapai 20% dari lokasi tersering

TEKANAN

Oklusi pembuluh darah

Hipoksia jaringan

Pallor

Tekanan dihilangkan Tekanan menetap

Hiperemia Reaktif

Hipoksia berubah

Resolusi

Iskemi Jaringan

Akumulasi sampah metabolik

Akumulasi protein di ruang interstitial

meningkat

Kebocoran kapiler karena permeabilitas

meningkat

Edema jaringan

Perfusi buruk

ULKUS DEKUBITUS

Page 11: Responsi Ulkus Dekubitus

11

- Sacrum (Frekuensinya mencapai 15%) dari lokasi tersering

- Tumit (Frekuensinya mencapai 10%) dari lokasi tersering

- Maleolous

- Genu

- Lainnya meliputi cubiti scapula dan processus spinosus vertebrae

Gambar 2.3. Lokasi yang Beresiko Mengalami Ulkus Dekubitus (Handayani,

2010)

2.1.8 Diagnosis Ulkus Dekubitus

Diagnosis ulkus dekubitus ditentukan berdasarkan atas gejala maupun tanda yang ditemukan pada kulit. Gejala klinis biasanya berupa kulit kemerahan sampai terbentuknya ulkus. Kerusakan dapat meliputi epidermis, dermis, jaringan otot sampai tulang. Kerusakan area di bawah ulkus dapat lebih besar daripada ukuran ulkus itu sendiri (Firdausi,2011) Tipe ulkus dekubitus ada tiga yaitu tipe normal, arteriosklerosis dan terminal, seperti pada tabel 2.2.2 (Ichwani,2011)Tabel 2.2.Tipe Ulkus DekubitusTipe Manifestasi Klinis Perkiraan

Lama Perawatan

Normal Beda temperatur dengan kulit sekitarnya hingga dibawah lebih kurang 2,5ºC

6 Minggu

Arterioskeloris Selain faktor tekanan, terdapat gangguan aliran darah akibat arteriosklerosis. Beda temperatur dengan kulit sekitarnya < 1ºC

16 Minggu

Terminal Terjadinya pada pasien yang akan

meninggal

Tidak sembuh

Page 12: Responsi Ulkus Dekubitus

12

Setiap pasien yang mempunyai faktor resiko terjadinya ulkus dekubitus

harus dilakukan penilaian resiko terjadinya ulkus dekubitus yang meliputi status

kesehatan secara umum, pemeriksaan kondisi kulit, identifikasi adanya ulkus

dekubitus sebelumnya, dan penentuan nilai Braden Score atau Norton score

sebagaimana dianjurkan oleh Agency for Health care policy and Reserch

(AHCPR)(Firdausi,2011).

Tabel 2.3 Skor NortonNama penderita Skor Tanggal

Kondisi FisikBaikLumayanBurukSangat buruk

4321

KesadaranKompos mentisApatisSoporStupor/koma

4321

AktivitasAmbulanAmbulan dengan bantuanHanya bisa dudukTiduran

4321

MobilitasBergerak bebasSedikit terbatasSangat terbatasTidak bisa bergerak

4321

InkontinensiaTidakKadang-kadangSering inkontinensi urinInkontinensia urin dan alvi

4321

Keterangan :Skor ≥ 14:: resiko sangat kecil, Skor 12-13 : resiko sedang, Skor ≤ 12 : resiko 50 kali lebih besar

Penilaian ulkus meliputi evaluasi medis pasien secara lengkap. Riwayat

penyakit meliputi onset dan durasi ulkus, perawatan ulkus sebelumnya, faktor

resiko, dan masalah kesehatan dan pengobatan lainnya. Faktor lain seperti

kesehatan psikologi, prilaku dan status kognitif,sosial dan sumber penghasilan,

dan terjangkaunya fasilitas pelayanan kesehatan juga merupakan hal yang

penting pada penilaian awal pasien dan mungkin akan berdampak pada rencana

terapi. Adanya ulkus dekubitus dapat menunjukkan pasien tidak dapat

Page 13: Responsi Ulkus Dekubitus

13

menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan. Pasien tersebut mungkin

memerlukan pelayanan perawatan atau tenaga kesehatan perlu pelatihan.

Pasien dengan gangguan komunikasi dan sensorik lebih rentan terjadi ulkus

dekubitus karena meraka tidak merasakan nyeri atau mereka menyatakan tidak

merasa nyaman dengan cara tidak khas (Bluestein D dan Javaheri A,2008).

Penilainya ulkus dekubitus juga melihat jumlah, lokasi dan ukuran

(panjang,lebar dan kedalaman) dan menilai adanya eksudat, bau, saluran sinus,

nekrosis, eskar formation, tunneling, undermining, infeksi, penyembuhan

(granulation and epithelialization) dan tepi luka. Stadium tersebut bisa sulit

ditentukan sampai pengelupasan kulit dan eschar di lepaskan dari dasar luka.

Paling penting adalah menentukan stadium ulkus dekubitus, menurut National

Pressure Ulcer Advisory Panel’s staging system (NPUAP) ada 6 stadium ulkus

dekubitus seperti terlihat pada tabel 2.4

Tabel 2.4 Stadium Ulkus Dekubitus (NPUAP, 2014)

Stadium 1Reaksi peradangan terbatas pada epidermis,tampak sebagai daerah kemerahan/eritema, indurasi atau lecet

Stadium 2Reaksi lebih dalam lagi sampai mencapai seluruh dermis hingga lapisan lemak subkutan. Tampak sebagai ulkus yang dangkal, tepi jelas dan perubahan warna pigmen kulit

Stadium 3Ulkus lebih dalam, meliputi jaringan lemak subkutan, menggaung dan berbatasan dengan fascia otot

Stadium 4Perluasan ulkus menembus otot sehingga tampak tulang di dasar ulkus serta dapat mengakibatkan infeksi pada tulang dan sendi

UnstageableDasar ulkus tertutup lapisan berwarna kuning, coklat, abu-abu atau hijau

Page 14: Responsi Ulkus Dekubitus

14

Dicurigai Deep Tissue InjuryPerubahan warna kulit menjadi merah keungungan pada kulit yang utuh, bila berisi darah, perabaan terasa lunak seperti bubur, nyeri, lebih hangat atau dingin dibanding jaringan sekitarnya

2.1.9 Pencegahan Ulkus Dekubitus

Banyak tinjauan literatur mengindikasikan bahwa luka dapat

dicegah.Meskipun kewaspadaan perawat dalam memberikan perawatan tidak

dapat sepenuhnya mencegah terjadinya ulkus dekubitus dan perburukannya

pada beberapa individu yang sangat berisiko tinggi. Dalam kasus seperti ini,

tindakan intensif yang dilakukan harus ditujukan untuk mengurangi faktor risiko,

melaksanakan langkah – langkah pencegahandan mengatasi ulkus dekubitus.

Upaya pencegahan luka tekan dinyatakan dalam beberapa literature (Handayani,

2010) yang merujuk kepada beberapa hasil penelitian dan evidence secara garis

besar terdiri dari upaya – upaya :

2.1.9.1 Pengkajian risiko dengan menggunakan tool

Beberapa tool pengkajian telah dikembangkan seperti Braden,s

Scale, Norton’s, Waterflow’s, clinical judgement dan lain – lain. Namun

menurut AHCPR(2008) hanya Braden’s Scale dan Norton’s yang telah

dan sedang di uji secara ekstensif. Braden’s Scale telah diuji

penggunannya pada setting perawatan medical bedah, perawatan intensif

dan nursing home. Sedangkan Norton’s telah diuji pemakaiannya pada

unit perawatan usia lanjut di rumah sakit.

2.1.9.2 Perawatan kulit

Perawatan kulit bertujuan untuk mencegah terjadinya ulkus

dekubitus melalui upaya – upaya mempertahankan dan memperbaiki

toleransi kulit terhadap tekanan. Perawatan kulit menurut Deasley (2009)

terdiri dari tindakan – tindakan seperti :

- Pengkajian kulit dan resiko ulkus dekubitus

- Massage

- Manajemen kulit kering

- Manajemen kulit lembab yang berlebihan

2.1.9.3 Dukungan permukaan

Dukungan permukaan termasuk pelapisan (ditempatkan di atas

tempat tidur standar) atau kasur khusus.Ada 2 jenis dukungan permukaan

statis tanpa bergerak dan dinamis dengan bagian yang bergerak yang

Page 15: Responsi Ulkus Dekubitus

15

dijalankan oleh energy.Matras udara dan air efektif tetapi mungkin bocor,

jadi mereka perlu terus – menerus dirawat. Kadang – kadang digunakan

glove yang diisi dengan air atau bantalan donat. Namun bantalan donat

kini mulai ditinggalkan karena terbukti menimbulkan efek tekanan baru

pada area pinggir donat. Termasuk upaya memperbaiki dukungan

permukaan adalah menjaga alat tenun.Tetap licin dan kencang, kasur

yang rata dan tebal serta pemberian bantal pada area – area berisiko

tekanan seperti tumit, siku, bahu dan sakrum (Handayani,2010)

2.1.9.4 Nutrisi

Nutrisi adalah faktor pendukung yang penting untuk

mempertahankan kulit yang sehat dan elastis. Pemberian secara oral,

parenteral maupun melalui sonde feeding sama efektifnya asalkan jumlah

yang diberikan cukup sesuai kebutuhan. Suplemen nutrisi dapat diberikan

jika diperlukan. Beberapa penelitian menunjukkan nutrient yang penting

untuk pencegahan dan proses penyembuhan luka tekan adalah protein,

vitamin C, kalori, zat besi dan zink (Handayani,2010)

2.1.9.5 Posisi dan reposisi

Karena penyebab utama luka tekan adalah yang terus menerus di

suatu tempat maka menghindari penekanan terus menerus di satu tempat

dengan cara reposisi menjadi penting. Hasil penelitian Defloor et al (2005)

dari Reddy et al (2006) menyatakan perubahan posisi setiap 4 jam diatas

matras busa khusus mampu menurunkan insiden luka tekan

dibandingkan dengan reposisi setiap 2 jam diatas kasus standar.

Beberapa penelitian yang juga menganjurkan penggunaan posisi miring

30° dengan cara mengganjal bantal dibagian bokong dan salah satu kaki

(Handayani,2010). Seluruh upaya pencegahan luka tekan dilaksanakan

secara multidisiplin karena pencegahan luka tekan menjadi tanggung

jawab tidak hanya perawat, dokter tetapi juga keluarga pasien dan semua

orang yang terlibat dalam perawatan pasien.Skema 2.2.6 menjelaskan

pathway pencegahan ulkus decubitus.

Page 16: Responsi Ulkus Dekubitus

16

Page 17: Responsi Ulkus Dekubitus

17

Gambar 2.4 Bagan Alur Pengkajian dan Pencegahan Ulkus Dekubitus dari IEWCAP (2008)

2.1.10 Manajemen Ulkus Dekubitus

Pengelolaan dekubitus diawali dengan kewaspadaan untuk mencegah

terjadinyadekubitus dengan mengenal penderita dengan resiko tinggi terjadinya decubitus,

misalnya pada penderita yang im-mobil dan konfusio (Nuralia, dr. Gadis, 2006).

Usaha untuk meramalkan akan terjadinya dekubitus ini antara lain dengan memakai

system skor dari Norton. Skor dibawah 14 menunjukkan adanya resiko tinggi untuk

terjadinya dekubitus. Dengan evaluasi skor ini dapat dilihat perkembangan penderita

(Nuralia, dr. Gadis, 2006).

Penerimaan

Pengkajian kulit dengan seksama (termasuk riwayat)

Ya Membuat perencanaan individu untuk mengatasi dan mencegah erusakan

kulit lebih lanjut

Pengkajian risiko ulkus decubitus harian :Braden’s scale atau tool yang telah validReview holistic lengkap untuk faktor risiko

Braden score > 18

Apakah ada resiko kerusakan kulit atau ulkus

dekubitus

Braden score < 18 atau faktor resiko lain

Membuat intervensi dengan target masing – masing area resiko dan

termasuk rencana perawatan individu

Review hasil rencana dan tindakan

Pengkajian risiko ulkus decubitus

harian

Tidak

YaTidak

Braden ScoreBerisiko 15 – 18Risiko sedang 13 – 14Risiko tinggi 10 – 12Risiko sangat tinggi <9

Page 18: Responsi Ulkus Dekubitus

18

Tindakan berikutnya adalah menjaga kebersihan penderita khususnya kulit,

dengan memandikan setiap hari.Sesudah dikeringkan dengan baik dan digosok

dengan lotion, terutama di bagian kulit yang ada pada tonjolan – tonjolan

tulang.Sebaiknya masase untuk melancarkan sirkulasi darah. Semua

eksreta/sekreta, harus dibersihkan dengan hati – hati agar tidak menyebabkan

lecet pada kulit penderita (Nuralia, dr. Gadis, 2006).

Tindakan selanjutnya yang berguna baik untuk pencegahan maupun

setelah terjadinya dekubitus adalah :

a. Meningkatkan status kesehatan penderita :

o Umum : Memperbaiki dan menjaga keadaan umum penderita misalnya

anemia diatasi, hipoalbuminemi dikoreksi, nutrisi dan hidrasi yang cukup,

vitamin (vitamin C) dan mineral (Zn) ditambahkan.

o Khusus : Coba mengatasi / mengobati penyakit – penyakit yang

ada pada penderita, misalnya diabetes yang belum terkontrol baik, paru,

dan sebagainya.

b. Mengurangi/memeratakan factor tekanan yang mengganggu aliran darah :

o Alih posisi/alih baring / tidur selang seling, paling lama tiap dua jam

Keberatan cara ini adalah ketergantungan pada tenaga perawat yang

kadang –

kadang sudah sangat kurang, dan dapat mengganggu istrahat penderita

bahkan

menyakitkan.

o Kasur khusus untuk lebih membagi rata tekanan yang terjadi pada tubuh

penderita, misalnya :

o Kasur dengan gelombang tekanan udara yang naik turun

o Kasur air yang temperature airnya dapat diatur

Keberatan perlengkapan canggih ini adalah harganya mahal,

perawatannya sendiri harus baik dan dapat rusak (Nuralia, dr. Gadis.2006)

Regangan kulit dan lipatan kulit yang menyebabkan sirkulasi darah setempat

terganggu, dapat dikurangi antara lain :

Menjaga posisi penderita, apakah ditidurkan rata pada tempat tidurnya,

atau sudah memungkinkan untuk duduk di kursi. Bantuan dai balok penyangga

kedua kaki, bantal – bantal kecil untuk menahan tubuh penderita, “kue donat”

untuk tumit, dapat mendukung usaha pencegahan dan pengobatan decubitus. Di

Page 19: Responsi Ulkus Dekubitus

19

luar negeri sering dimanfaatkan kulit domba dengan bulu yang lembut dan tebal

sebagai alas tubuh penderita (Nuralia, dr. Gadis, 2006)

Begitu tampak darah yang hiperemis pada tubuh penderita, khususnya

pada tempat tempat yang sering terjadi dekubitus, semua usaha – usaha di atas

harus dikerjakan dengan lebih cermat untuk memperbaiki iskemia yang terjadi.

Sebab, sekali terjadi kerusakan jaringan upaya penyembuhan akan lebih rumit

(Ichwani, 2011).

o Pada suspected deep tissue injury dan Dekubitus stadium I

Kulit kemerahan dibersihkan hati – hati dengan air hangat dan abun, diberi

lotion, pemijatan secara hati – hati 2 – 3 kali sehari.

o Dekubitus stadium II

Perawatan luka secara septik dan aseptik.Daerah yang terkena diberi

rangsang dingin dan panas berganti ganti untuk merangsang sirkulasi.Salep

topical dapat diberikan untuk merangsang jaringan granulasi.

o Dekubitus stadium III

Usahakan luka selalu bersih, eksudat sedapatnya dapat mengalir

keluar.Pembalut tidak terlalu tebal agar jaringan tetap mendapatkan oksigen

dan penguapan secara optimal.Kelembapan luka dijaga tetap bersih, hal ini

untuk mempermudah regenerasi sel – sel kulit.Luka yang kotor dapat

dibersihkan dengan cadiran NaCl fisiologis. Antibiotik sistemik juga dapat

diberikan

o Dekubitus stadium IV

Penatalaksanaan seperti derajat III.Dilakukan nekrotomi, agar jaringan –

jaringan dapat timbul dan tidak terhalang jaringan nekrotik. Beberapa usaha

untuk mempercepat penyembuhan luka antara lain adalah preparat enzim,

fototerapi dengan infra merah monokromatik, obat anti-agregaai platelet

untuk maksud preventif dan preparat topical yang mengandung kolagenase.

o Pada dekubitus yang unstageable harus dilakukan debridemen sebelum

dilakukan terapi selanjutnya.

(Ichwani, 2011)

Debridement adalah membersihkan jaringan nekrotik dan debris yang

memicu infeksi, menghambat granula dan penyembuhan.Penentuan stadium

ulkus juga tidak dapat dilakukan dengan tepat jika jaringan nekrotik belum

dibersihkan.Terdapat tiga prosedur debridemen yang umum digunakan yaitu

debridemen enzimatis, debridemen mekanik, dan debridemen tajam.Sedangkan

Page 20: Responsi Ulkus Dekubitus

20

untuk dressing luka, bertujuan untuk memelihara kelembapan luka. Kelembapan

luka yang baik akan meningkatkan kecepatan penyembuhan dibandingkan

apabila luka dibiarkan terpapar udara. Pemilihan jenis dressing tergantung pada

kondisi ulkus dan karakteristik dressing.Berikut adalah tabel pilihan berbagai

jenis dressing untuk ulkus dekibitus (Ichwani, 2011).

Tabel 2.5 Pilihan Berbagai Jenis Dressing untuk Ulkus Dekubitus

AgentMechanism

of ActionDressing Changes

Benefits Side Effects Notes

Hydrocolloid Maintains moist environment

Change 3 to 7 days, depending on drying

Accelerates rate of healing compared to dry dressing

None Five trials have shown improved rate healing compared to dry dressings; no difference among types of hydrocolloid has been found

Hydogel Mainstains moist environment

Daily to four times per day depending on drying

Accelerates rate of healing compared to dry dressing

None Moist trials have not shown inferiority compared to hydroclloid dressings

Film Dressing Protects wound

Daily or less frequently

Use insuperficial ulcer may protect undamaged skin

None Most trials have not shown inferiority compared to hydrocolloid dressings

Alginates Absorbent maintains moist environment when sufficient wound fluid is present

Daily to less frequently depending on exudate

Absorbs exudates

None May be useful in overly moist wound; may be used under other dressing or sequentially with other dressings

Moist saline gauze

Mainstains moist environment

Three times daily or more frequently

Mainstains moist environment

May macerate healthy tissue

Most trials show superiority of hydrocolloid dressing

Petroleum gauze

dressing

Maintains moist environment

Daily to four times daily

Maintains moist environment

None May require more frequent dressings changes

Hypertonic saline wet

gauze dressing

Maintains moist environment

Twice daily to more frequently

Has antimicrobial activity

Hypertonicity may damage healthy tissue

Iodine solution wet

gauze dressing

Broad spectrum antiseptic

Daily to four times daily

Has antimicrobial activity

May damage healthy tissue

Specifically not recommended by some experts due to potential toxicity fibroblasts

(Ichwani, 2011)

Page 21: Responsi Ulkus Dekubitus

21

Pemberian antibiotika pada penderita ulkus dekubitus stadium tertentu

juga diperlukan.Khususnya antibiotika topikal jika didapatkan koloni bakteri

sangat banyak namun penggunaan rutin secara umum tidak

direkomendasikan.Pemberian antibiotika sistemik hanya diindiksikan pada pasien

dengan sepsis, selulitis dan osteomyelitis. Pemberian antibiotika awal

berspektrum luas untuk kuman gram – positif dan negative serta anaerob dapat

diberikan sambil menunggu hasil kultur. Ampicilin-sulbactam, imipenem,

meropenem, tikarsilin klavunat, piperasilin tazobactan, serta kombinasi

klindamisin dengan siprofloksasin atau aminoglikosida merupakan pilihan yang

sesuai untuk terapi inisial (Ichwani, 2011).

2.1.11 KIE Pasien Ulkus Dekubitus

Edukasi pada pasien bertujuan agar pasien dan keluarga terlibat aktif

dalam perawatan ulkus. Pemahaman pasien bias mencegah timbulnya ulkus

baru, dan penunggu pasien (caregiver) menjadi lebih faham pada pencegahan

dan perawatan ulkus dekubitus di rumah. Berikut adalah tabel edukasi pasien

ulkus decubitus (Nuralia, dr. Gadis.2012).

Tabel 2.6 Topik Edukasi yang Diberikan pada Pasien

No Topik Edukasi

1 Ciri – ciri kulit yang sehat dan kulit yang tidak sehat

2 Faktor resiko ulkus decubitus dan strategi mencegahnya

3 Penilaian kulit, perawatan dan pembersihan

4 Nutrisi yang bagus untuk mencegah ulkus dan membantu penyembuhan

ulkus decubitus

5 Teknik untuk mengurangi tekanan : memiringkan pasien / turning,

memposisikan yang benar/posisioning, alat bantu mengurangi

tekanan/devices dan support surfaces

6 Teknik untuk mencegah trauma karena friction dan shear

7 Mengurangi nyeri

2.2 Sepsis

2.2.1 Definisi Sepsis

Sepsis adalah suatu sindroma klinik yang terjadi oleh karena adanya

respon tubuh yang berlebihan terhadap rangsangan produk mikroorganisme.

Ditandai dengan panas, takikardia, takipnea, hipotensi dan disfungsi organ

berhubungan dengan gangguan sirkulasi darah.

Page 22: Responsi Ulkus Dekubitus

22

2.2.2 Derajat Sepsis

Menurut Guntur (2008), sepsis dapat diklasifikasikan sebagai berikut

Tabel 2.7 Derajat Sepsis

Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS)

Ditandai dengan .2 gejala sebagai berikut:a) Hyperthermia/hypothermia (>38,3°C; <35,6°C)b) Takipnea (resp >20/menit)c) Tachycardia (nadi >100/menit)d) Leukositosis >12.000/mm atau Leukopenia

<4.000/mm> atau 10% cell imatureSepsis SIRS disertai focus infeksi yang jelasSepsis Berat Sepsis yang disertai hipoperfusi jaringan atau

disfungsi organ.Sepsis-induced Hipotensi

Tekanan sistolik < 90 mmHg atau MAP < 70 mmHg atau sistolik menurun > 40 mmHg pada kondisi tidak ada penyebab hipotensi lainnya.

Syok Septic Sepsis induced hypotension yang menetap walaupun telah diberikan resusitasi cairan yang adekuat

2.3 Penatalaksanaan Ulkus Dekubitus dengan Sepsis

Penatalaksanaan ulkus dekubitus harus dilakukan dengan baik dan

terpadu, karena proses penyembuhannya yang membutuhkan waktu yang lama.

Agency for Health Care Policy and Research (AHCPR) telah membuat standar

baku dalam penatalaksanaan ulkus dekubitus (Bergstrom, 1994). Ketika ulkus

dekubitus telah terbentuk, maka pengobatan harus diberikan dengan segera.

Pengobatan yang diberikan dapat berupa tempat tidur yang termodifikasi baik

untuk penderita ulkus dekubitus, pemberian salap, krim, ointment, solution, kasa,

gelombang ultrasonik, atau lampu panas ultraviolet, gula, dan tindakan bedah.

Pemilihan terapi, tergantung pada stadium ulkus dekubitus dan tujuan

pengobatan.seperti proteksi, pelembaban dan membuang jaringan nekrosis. Hal

yang harus diperhatikan dalam penatalaksanaan ulkus dekubitus adalah

1. Perawatan luka harus dibedakan ke dalam metode operatif dan

nonoperatif.

2. Perawatan luka dengan metode nonoperatif dilakukan untuk ulkus

dekubitus stadium 1 dan 2, sedangkan untuk stadium 3 dan 4 harus

menggunakan metode operatif.

3. Sekitar 70-90% ulkus dekubitus adalah superfisial dan sembuh dengan

penyembuhan sekunder.

4. Mengurangi tekanan lebih lanjut pada daerah ulkus.

Page 23: Responsi Ulkus Dekubitus

23

Secara umum penatalaksanaan ulkus dekubitus dibagi menjadi

nonmedikamentosa dan medikamentosa.

A. Nonmedikamentosa

Penatalaksanaan ulkus dekubitus dengan nonmedikamentosa adalah

meliputi pengaturan diet dan rehabilitasi medik. Seperti telah disebutkan di atas,

nutrisi adalah faktor risiko untuk terjadinya ulkus dekubitus.

Pemberian diet yang tinggi kalori, protein, vitamin dan mineral akan

meningkatkan status gizi penderita ulkus dekubitus. Meningkatnya status gizi

penderita ini akan memperbaik sistem imun penderita sehingga mempercepat

penyembuha ulkus dekubitus.

Terapi rehabilitasi medik yang diberikan untuk penyembuhan ulkus

dekubitus adalah dengan radiasi infra merah, short wave diathermy, dan

pengurutan. Tujuan terapi ini adalah untuk memberikan efek peningkatan

vaskularisasi sehibgga dapat membantu penyembuhan ulkus. Sedangkan

penggunaan terapi ultrasonik, sampai saat ini masih terus diselidiki manfaatnya

terhadap terapi ulkus dekubitus.

B. Medikamentosa

Penatalaksanaan ulkus dekubitus dengan metode medikamentosa meliputi:

1. Mempertahankan keadaan bersih pada ulkus dan sekitarnya

Keadaan tersebut akan menyebabkan proses penyembuhan luka lebih

cepat dan baik. Untuk hal tersebut dapat dilakukan kompres, pencucian,

pembilasan, pengeringan dan pemberian bahan-bahan topikal seperti larutan

NaC1 0,9%, larutan H202 3% dan NaC10,9%, larutan plasma dan larutan

Burowi serta larutan antiseptik lainnya.

Kompres yang diberikan pada ulkus dekubitus adalah semipermiabel dan

tertutup, yang memungkinkan terjadinya pertukaran gas dan transfer

penguapan air dari kulit dan mencegah maserasi kulit. Selain itu, kompres

dapat mencegah terjadinya infeksi sekunder dan mencegah faktor trauma.

Tetapi, kompres ini tidak berfungsi baik pada pasien dengan diaforesis dan

eksudat yang banyak.

Beberapa kategori untuk kompres dan topikal yang dapat digunakan

adalah antimikrobial, moisturizer, emollient, topical circulatory stimulant,

kompres semipermiabel, kompres kalsium alginate, kompres hidrokoloid dan

Page 24: Responsi Ulkus Dekubitus

24

hidrogel, penyerap eksudat, kompres dari basah/lembab ke kering dan ezim

dan cairan atau gel pembentuk film.

Table 2.8 Delapan Tipe Kompres Mayor dan karakteristiknya

Major Dressing Categories

Key Performance Characteristics

Alginates (sheets and fillers)

Exudate absorption, obliterate dead space, and autolytic debridement

Foams (sheets and fillers)

Obliterate dead space, retain moisture, exudate absorption, and mechanical debridement

Gauzes (woven and nonwoven)

Obliterate dead space, retain moisture, absorb exudate, and mechanical debridement

Hydrocolloids (wafers and fillers)

Occlusion, moisture retention, obliterate dead space, and autolytic debridement

Hydrogels (sheets and fillers)

Retain moisture and autolytic debridement

Transparent films Occlusion, retain moisture, and autolytic debridement

Wound fillers Obliterate dead space, absorb exudate, retain moisture, and autolytic debridement

Wound pouches Exudate control

2. Mengangkat jaringan nekrotik.

Adanya jaringan nekrotik pada ulkus akan menghambat aliran bebas dari

bahan yang terinfeksi dan karenanya juga menghambat pembentukan

jaringan granulasi dan epitelisasi. Oleh karena itu pengangkatan jaringan

nekrotik akan mempercepat proses penyembuhan ulkus. Terdapat 7 metode

yang dapat dilakukan antara lain,

Autolytic debridement. Metode ini menggunakan balutan

yang lembab untuk memicu autolisis oleh enzim tubuh. Prosesnya lambat

tetapi tidak menimbulkan nyeri.

Biological debridement, or maggot debridement therapy.

Metode ini menggunakan maggot (belatung) untuk memakan jaringan

nekrosis. Oleh karena itu dapat membersihkan ulkus dari bakteri. Pada

Januari 2004, FDA menyetujui maggot sebagai live medical devic untuk

ulkus dekubitus.

Chemical debridement, or enzymatic debridement. Metode

ini menggunakan enzim untuk membuang jaringan nekrosis.

Page 25: Responsi Ulkus Dekubitus

25

Mechanical debridement. Teknik ini menggunakan gaya

untuk membuang jaringan nekrosis. Caranya dengan menggunakan kasa

basah lalu membiarkannya kering di atas luka kemudian mengangkatnya.

Teknik ini kurang baik karena kemungkinan jaringan yang sehat akan ikut

terbuang. Pada ulkus stadium 4, pengeringan yang berlebihan dapat

memicu terjadinya patah tulang atau pengerasan ligamen.

Sharp debridement. Teknik ini menggunakan skalpel atau

intrumen serupa untuk membuang jaringan yang sudah mati.

Surgical debridement. Ini adalah metode yang paling

dikenal. Ahli bedah dapat membuang jaringan nekrosis dengan cepat

tanpa menimbulkan nyeri.

Ultrasound-assisted wound therap. Metode ini memisahkan

jaringan nekrosis dari jaringan yang sehat dengan gelombang ultrasonik.

3. Menurunkan dan mengatasi infeksi.

Perlu pemeriksaan kultur dan tes resistensi. Antibiotika sistemik dapat

diberikan bila penderita mengalami sepsis dan selulitis. Ulkus yang terinfeksi

harus dibersihkan beberapa kali sehari dengan larutan antiseptik seperti

larutan H202 3%, povidon iodin 1%, seng sulfat 0,5%. Radiasi ultraviolet

(terutama UVB) mempunyai efek bakterisidal.

Antibiotik sistemik kurang dianjurkan untuk pengobatan ulkus dekubitus

karena akan menimbulkan resistensi. Antibiotik sistemik yang dapat

diberikan meliputi gologan penicillins, cephalosporins, aminoglycosides,

fluoroquinolones, dan sulfonamides. Antibiotik lainnya yang dpat digunakan

adalah clindamycin, metronidazole dan trimethoprim.

4. Merangsang dan membantu pembentukan jaringan granulasi dan

epitelisasi.

Untuk mempercepat pembentukan jaringan granulasi dan epitelisasi pada

ulkus dekubitus sehingga mempercepat penyembuhan dapat diberikan:

Bahan-bahan topikal misalnya: salep asam salisilat 2%,

preparat seng (ZnO, ZnSO4).

Oksigen hiperbarik; selain mempunyai efek bakteriostatik

terhadap sejumlah bakteri, juga mempunyai efek proliferatif epitel,

menambah jaringan granulasi dan memperbaiki keadaan vaskular.

5. Tindakan bedah

Page 26: Responsi Ulkus Dekubitus

26

Tindakan bedah bertujuan untuk membersihkan ulkus dan mempercepat

penyembuhan dan penutupan ulkus, terutama ulkus dekubitus stadium III &

IV dan karenanya sering dilakukan tandur kulit, myocutaneous flap, skin graft

serta intervensi lainnya terhadap ulkus.

Intervensi terbaru terhadap ulkus dekubitus adalah Negative Pressure

Wound Therapy, yang merupakan aplikasi tekanan negatif topikal pada luka.

Teknik ini menggunakan busa yang ditempatkan pada rongga ulkus yang

dibungkus oleh sebuah lapisan yang kedap udara. Dengan demikian,

eksudat dapat dikeluarkan dan material infeksi ditambahkan untuk

membantu tubuh membentuk jaringan granulasi dan membentuk kulit baru.

Terapi ini harus dievaluasi setiap dua minggu untuk menetukan terapi

selanjutnya.

Page 27: Responsi Ulkus Dekubitus

27

BAB III

RINGKASAN

Ulkus dekubitus adalah suatu daerah tertekan yang tidak nyeri dengan

batas yang tegas, biasanya batas penonjolan tulang, yang mengakibatkan terjadi

iskemik, kematian sel dan nekrosis jaringan (NPUAP, 1989).

Prevalensi ulkus dekubitus pada rumah sakit sekitar 17-25% dan dua dari

tiga pasien yang berusia 70 tahun atau lebih akan mengalami ulkus dekubitus. Di

antara pasien dengan kelainan neurologi, angka kejadian ulkus dekubitus setiap

tahun sekitar 5-8% dan ulkus dekubitus dinyatakan sebagai 7-8% penyebab

kematian pada paraplegia. Mortalitas pada pasien dengan ulkus dekubitus

meningkat sampai 50%. Sekitar 60.000 orang meninggal setiap tahun karena

ulkus dekubitus dan mortalitas meningkat menjadi empat sampai lima kali.

Infeksi kuman yang sering dijumpai pada ulkus dekubitus adalah Proteus

mirabilis, group D streptococci, Escherichia coli, Staphylococcus species,

Pseudomonas species, Corynebacterium dan Bacteroides sp. Komplikasi yang

dapat terjadi berupa osteomyelitis, amiloidosis sistemik, selulitis, abses sinus,

arthritis septic, karsinoma sel skuamousa, fistula periuretra dan osifikasi

heterotopik.

Berdasarkan faktor yang mempengaruhinya, mekanisme terbentuknya

ulkus dekubitus dibagi menjadi patomekanikal dan patofisilogi. Faktor

patomekanikal meliputi tekanan yang lama, gaya luncuran, gesekan, dan

immobilitas. Sedangkan faktor patofisiologi meliputi demam, anemia, infeksi,

iskemik, hipoksemia, hipotensi, malnutrisi, trauma medula spinalis, penyakit

neurologi, kurus, usia yang tua dan metabolisme yang tinggi.

Setiap bagian tubuh dapat terkena ulkus dekubitus, tetapi bagian tubuh

yang paling sering terjadi ulkus dekubitus adalah daerah tekanan dan penonjolan

tulang. Gejala klinik yang tampak oleh penderita, biasanya berupa kulit yang

kemerahan sampai terbentuknya suatu ulkus. Berdasarkan gejala klinis, NPUAP

mengklasifikasikan ulkus dekubitus menjadi empat stadium, yakni stadium1,

stadium 2, stadium 3 dan stadium 4. Berdasarkan waktu yang diperlukan untuk

Page 28: Responsi Ulkus Dekubitus

28

penyembuhannya ulkus dekubitus dibagi menjadi tiga yakni tipe normal, tipe

arterioskelerosis dan tipe terminal

Diagnosis ulkus dekubitus ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan penunjang seperti kultur dan analisis urin, kultur tinja,

biopsi dan kultur, pemeriksaan darah, pemeriksaan keadaan nutrisi, dan

pemeriksaan radiologis.

Penatalaksanaan ulkus dekubitus meliputi nonmedikamentosa (istirahat,

diet, dan rehabilitasi medik) dan terapi medikamentosa yang terdiri dari

mempertahankan keadaan bersih pada ulkus dan sekitarnya, mengangkat

jaringan nekrotik, menurunkan dan mengatasi infeksi, merangsang dan

membantu pembentukan jaringan granulasi dan epitelisasi dan tindakan bedah.

Page 29: Responsi Ulkus Dekubitus

29

DAFTAR PUSTAKA

Aloma ‘cookie’ gender, MSN RN CRRN. Pressure Ulcer prevention dan

Management. ARN network:2008; 8-9

Bluestein D dan Javaheri A. Pressure Ulcers: Prevention, Evaluation,

and

Management. Am Fam Physician:2008;78(10):1186-1194

Bouten, Carlijn V.C.1996.Etiology and Pathology of Pressure Sore: a

literature review.Department of Computational and Experimental Mechanics of

the Eindhoven University of Technology, in co-operation with the department of

Movement Sciences of

the University of Limburg, The Netherlands.

Bryant. 2008. Acute Chronic Wounds Nursing Management. Statewide

quality branch, rural and regional health and agedcare division of victorian state

government, department of health, Australia.

Brandon J Wihelmi. 2006. Pressure Ulcers, Surgical Treatment and

Principles. http://www.emedicine.com/plastic/topic462.htm diakses pada tanggal

27 November 2013

Campbell, Karen E. 2009.A New Model to Identify Shared Risk Factors for

Pressure Ulcers and Fraility in Older Adults. Rehabilitation Nursing, Vol.34, No 6

Dealey, C. (2009). Skin Care and Pressure Ulcer.Lippincot William &

Wilkins Adv wound care diakses dari www.WOUNDCAREJOURNAL.com

Firdausi H. Ulkus dekubitus. PKB:2011;101-105

Hartmann AG, Paul. 2008. Phase-Spesific wound management of

decubitus ulcer. Heidenheim. Germany

Handayani, Ririn Sri. 2010. Efektivitas Penggunaan Virgin Coconut Oil

(VCO) dengan Massage untuk Pencegahan Luka Tekan Grade I pada Paeien

yang Berisiko Mengalami Luka Tekan di RSUD. Hj. Abdoel Moeloek Provinsi

Lampung. Tesis. Diterbitkan, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Ichwani J. Konsensus Nasional Penatalaksanaan Imobilisasi dan

komplikasi akibat imobilisasi pada orang usia lanjut. PKB IPD:2011:146-157

Nurlaila, dr. Gadis.2006. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia

Lanjut).Balai Penerbit FKUI,Jakarta

Page 30: Responsi Ulkus Dekubitus

30

Nurlaila, dr. Gadis.2012. Workshop Geriatric Medicine. Pertemua Ilmiah

Tahunan XII.Tanggal 2 November 2011 diadakan di Rumah Sakit Dr. Saiful

Anwar Malang

Moore, Z.E.H and Cowman,S. 2007. Risk assessment tools for prevention

of pressure ulcers.The Cochrane Database of Systematic Reviews, 3.

Mukti, E.N. 1998. Penelusuran hasil penelitian tentang intervensi

keperawatan dalam pencegahan terjadinya luka decubitus pada orang dewasa.

JKI Vol 2 No 1, Jakarta : FIK-UI

Potter, P.A. Perry, A.G. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep

Proses, dan Praktik. Edisi 4, Volume 2 Alih Bahasa : Renata Komalasari, dkk.

Jakarta:EGC. 2005

Rappl, Laurie.Rose, Hamm. 2009. Pathophysiology, Prevention, and

Treatment of Pressure Ulcers. Combine Section Meeting;Las Vegas, NV,

February,9-12.

Setiati,Siti. Roosheroe, Arya Govinda. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam ; Edisi V. Interna Publishing;Jakarta

Kadir,Subhan.2007.Dekubitus.http://subhankadir.wordpress.com/2007/08/20/

dekubitus/ Diakses pada tanggal 27 November 2013)

Wicaksono, Emirza Nur. 2013. Ulkus Dekubitus. Diakses dari www.

Emirzanurwicaksono.blog.unissula.ac.id pada tanggal 27 November 2013