responsi meningitis
TRANSCRIPT
5/16/2018 Responsi Meningitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/responsi-meningitis-55ab50e2f32e0 1/28
BAB I
PENDAHULUAN
Di Indonesia, penyakit infeksi merupakan masalah kesehatan yang cukup serius.
Salah satu diantara penyakit tersebut adalah infeksi susunan saraf pusat, yang
menduduki urutan ke-10 dari urutan prevalensi penyakit di Indonesia. Infeksi sistem
saraf pusat tersebut merupakan keadaan yang bisa membahayakan kehidupan anak dan
berpotensial menyebabkan kerusakan permanen pada pasien yang hidup.1,2
Infeksi pada susunan saraf pusat (SSP) dapat terjadi di beberapa tempat. Bagian
SSP yang paling sering terinfeksi adalah otak (enchepalitis), membrane yang
membungkus otak (meningitis), medulla spinalis (myelitis), rongga-rongga di otak (ventrikulitis), serta kombinasi antara medulla spinalis dan otak (myoenchepalitis).
Kerusakan system saraf pusat sebenarnya tidak hanya karena adanya mikroorganisme,
tetapi lebih diakibatkan proses inflamasi sebagai respon adanya mikroorganisme
tersebut. Penyakit meningitis dapat terjadi pada semua tingkat usia, namun kalangan
usia muda lebih rentan terkena penyakit ini. Meningitis dapat disebabkan oleh bakteri,
jamur, virus, mycobacterium, dan protozoa. Bakteri Neisseria meningitides lebih
banyak dijumpai pada penderita meningitis dewasa. Lanjut usia merupakan kelompok usia yang rentan terhadap infeksi pneumonia dan biasanya disertai dengan infeksi
streptococcus. Pada neonatus meningitis bakterial disebabkan oleh Group B
Streptococcus (49%), E coli (18%), Listeria monocytogenes (7%). Pada bayi dan anak-
anak dapat disebabkan oleh Haemophilus influenzae (40-60%), Neisseria meningitidis
(25-40%), Pneumococcus (10-20%).
Meningitis bakterial merupakan salah satu jenis penyakit infeksi pada selaput
pembungkus otak atau meningen serta cairan yang mengisi ruang subarakhnoid.
Meningitis bakterial merupakan penyakit yang serius atau penyakit kedaruratan medik
apabila tidak ditangani dengan baik dan tepat. Diagnosis dini masih
merupakan persoalan, karena kadang-kadang sulit membedakan apakah penyebabnya
virus(aseptik) atau bakteri bila hanya dengan pemeriksaan fisik saja. Oleh karena itu
perlu penting diketahui tentang batasan, etiologi, patogenesis, gambaran klinisdan
penatalaksanaan meningitis aseptik dalam upaya menekan komplikasi yang timbul lebih
lanjut.
1
5/16/2018 Responsi Meningitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/responsi-meningitis-55ab50e2f32e0 2/28
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Meningitis bakterial adalah suatu peradangan pada selaput otak (meningen)
yang disebabkan oleh berbagai bakteri pathogen. Meningitis bakterial ditandai dengan
peningkatan jumlah sel polimorfonuklear dalam cairan serebrospinal dan terbukti
adanya kuman penyebab infeksi pada cairan serebrospinal.2,3
1.2 Etiologi
Meningitis bakterial disebabkan oleh kuman nonspesifik dan nonvirus. Sebagaikuman penyebab ialah jenis Pneumococcus, Haemophilus influenzae, Staphylococcus,
Streptococcus, E.coli, Meningococcus dan Salmonella. Di Jakarta penyebab terbanyak
ialah Pneumococcus dan Haemophilus influenzae. Di Amerika penyebab terbanyak
Meningococcus, sedangkan di Jakarta jarang ditemukan. Pada neonatus meningitis
bakterial disebabkan oleh Group B Streptococcus (49%), E coli (18%), Listeria
monocytogenes (7%). Pada bayi dan anak – anak dapat disebabkan oleh Haemophilus
influenzae (40-60%), Neisseria meningitidis (25-40%), Pneumococcus (10-20%).
3,4
Tabel 1. Etiologi Meningitis Bakterial
Grup Usia Patogen Potensial
Neonatus
(<1 bulan)
Grup B Streptococcus
Escherichia Coli
Listeria monocytogenes
Salmonella
Staphylococci
Citrobacter diversus
Bayi
(1-24 bulan)
Haemophilus influenzae
Streptococcus pneumoniae
Neisseria meningitidis
Anak-anak
(>24 bulan)
Neisseria meningitidis
Streptococcus pneumoniae
Haemophilus influenzae
2
5/16/2018 Responsi Meningitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/responsi-meningitis-55ab50e2f32e0 3/28
1.3 Epidemiologi
Meningitis bakterial pada bayi dan anak masih sering dijumpai di Indonesia.
Angka kejadian tertinggi terjadi pada umur antara 2 bulan - 2 tahun. Umumnya terjadi
pada anak yang distrofik, yang daya tahan tubuhnya rendah, dan hidup di lingkungan
sosial ekonomi rendah. Di Amerika Serikat pada tahun 1994 angka kejadian untuk
anak-anak di bawah 5 tahun berkisar 8,7 per 100.000 sedangkan pada anak di atas 5
tahun 2,2 per 100.000. Lebih sering terjadi pada laki- laki dibandingkan pada
perempuan dengan perbandingan 1,7 – 3 : 1. Sekitar 80 % dari seluruh kasus meningitis
bakterial terjadi pada anak dan 70 % dari jumlah tersebut terjadi pada anak berusia 1
sampai 5 bulan.2,3
1.4 Patofisiologi
Meningitis bakterial umumnya sebagai akibat komplikasi penyakit lain.
Umumnya penyebaran bakteri secara hematogenous yang berasal dari infeksi di tempat
lain seperti faringitis, tonsilitis, endokarditis, pneumonia, infeksi gigi. Bakteriemia
biasanya mendahului meningitis atau terjadi dalam waktu yang sama, sehingga sering
didapatkan biakan kuman yang positif pada darah, yang sesuai dengan kuman yang ada
dalam cairan otak. Saluran napas merupakan port of entry utama bagi banyak penyebab
meningitis purulenta. Kuman dapat masuk dalam bentuk aerosol atau droplet dan
kemudian melekat pada sel epitel mukosa nasofaring untuk melakukan kolonisasi.
Kuman kemudian masuk ke dalam aliran darah dengan menembus mukosa dan
memperbanyak diri di dalam aliran darah yang dapat menimbulkan bakteriemia. Dari
aliran darah kuman masuk ke dalam cairan serebrospinal, kemudian memperbanyak diri
sampai akhirnya menimbulkan peradangan pada selaput otak. Meningitis juga bisa
terjadi karena perluasan langsung infeksi yang letaknya berdekatan dengan selaput otak
seperti sinusitis, mastoiditis, otitis media, abses otak, dan trombosis sinus cavernosus.
Atau bisa juga infeksi terjadi secara langsung pada keadaan seperti trauma kepala
terbuka, tindakan bedah otak, dan pungsi lumbal yang kurang steril. Kuman atau bakteri
yang ada pada saluran genital ibu sangat mudah menginfeksi bayi baru lahir pada saat
ketuban pecah. Group B streptococcus dan Listeri monocytogenes dapat menginfeksi
janin secara transplasental. Keadaan ini dapat menimbulkan sepsis dan kemudian
meningitis. Resiko meningkat jika bayi lahir prematur atau dengan BBLR.1,2,5
Patofisiologi meningitis bakterial merupakan proses yang kompleks, komponen-
komponen bakteri dan mediator inflamasi berperan dalam menimbulkan respon radang
3
5/16/2018 Responsi Meningitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/responsi-meningitis-55ab50e2f32e0 4/28
pada selaput otak (meningen) yang kemudian menyebabkan peningkatan tekanan
intrakranial dan penurunan aliran darah otak yang dapat menimbulkan gejala sisa.
Umumnya otak dilindungi oleh sistem imun dan sawar darah otak pada selaput darah
otak yaitu antara aliran darah dengan otak. Jika bakteri dapat lolos masuk ke dalam
cairan otak maka bakteri akan memperbanyak diri dengan mudah dan cepat oleh karena
kurangnya pertahanan humoral dan aktivitas fagositosis dalam cairan otak. Bakteri yang
telah berkembang biak akan tersebar ke seluruh ruang subaraknoid secara pasif karena
aliran cairan serebrospinal. Bakteri pada waktu berkembang biak atau pada waktu mati
akan melepaskan dinding sel atau komponen – komponen membran sel (endotoksin,
teichoic acid ) yang menyebabkan kerusakan jaringan otak serta menimbulkan
peradangan diselaput otak. Bakteri Gram negatif pada waktu lisis akan melepaskan
lipopolisakarida/ endotoksin, dan bakteri Gram positif akan melepaskan asam teikoat.
Adanya komponen bakteri yang dilepaskan oleh bakteri akan menstimulasi sel Endotel
dan sel makrofag sistem saraf pusat untuk melepaskan mediator – mediator inflamasi
seperti Interleukin-1 (IL-1) dan tumor necrosis factor (TNF). Mediator – mediator ini
kemudian menginduksi Prostaglandin E2 yang menyebabkan peningkatan permeabilitas
sawar darah otak. Meningkatnya permeabilitas kapiler ini menyebabkan cairan
intravaskular akan merembes keluar ke dalam ruang ekstraselular (edema vasogenik).
Permeabilitas kapiler selaput otak mempermudah migrasi neutrofil, sel fagosit,
polimorfonuklear sehingga terjadi pleositosis pada cairan serebrospinalis yang
menyebabkan gangguan permeabilitas membran sel sehingga terjadi pengumpulan
cairan di dalam neuron, glia, dan sel endotel yang menyebabkan pembengkakkan sel
tersebut (edema sitotoksik). Terjadinya proses fagositosis bakteri oleh sel
polimorfonuklear di ruang subaraknoid menyebabkan terbentuknya debris sel dan
eksudat dalam ruang subaraknoid yang dapat menyumbat saluran cairan
serebrospinalis. Keadaan ini dapat menyebabkan tekanan hidrostatatik ruang
subaraknoid meningkat sehingga terjadi pemindahan cairan dari sistem ventrikel ke
jaringan otak (edema interstisial). Ketiga macam edema serebri ini dapat menyebabkan
peningkatan tekanan intrakranial. IL-1 dan TNF juga menyebabkan interaksi antara
endotel dengan leukosit dengan akibat terjadinya kerusakan endotel dan kemudian
meningkatkan permeabilitas sawar darah otak. Mediator diatas juga menginduksi
produksi platelet-activating factor (PAF) yang dapat menimbulkan trombosis yang
dapat mengganggu aliran darah ke otak. Tekanan intrakranial yang meningkat juga
menyebabkan penurunan aliran darah ke otak sehingga otak kekurangan O2 untuk
4
5/16/2018 Responsi Meningitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/responsi-meningitis-55ab50e2f32e0 5/28
metabolisme sehingga terjadi gangguan fungsi metabolik yang menimbulkan
ensefalopati toksik yaitu peningkatan kadar asam laktat dan penurunan pH cairan
serebrospinal dan asidosis jaringan yang disebabkan metabolisme anaerobik.2,3
1.5 Gejala Klinis
Gejala klinis meningitis bakterial bervariasi tergantung umur penderita, lamanya
sakit sebelum mendapat perawatan, dan jenis bakteri. Tidak ada gejala yang spesifik
dimana gejala meningitis juga bisa ditemukan pada anak – anak yang tidak menderita
meningitis. Ada 3 gejala yang umum terjadi pada meningitis bakterial yaitu gejala
infeksi akut seperti anak tampak lesu, panas, dan anoreksia. Gejala tekanan intrakranial
yang meningkat seperti sering muntah, nyeri kepala, tangis yang merintih (pada
neonatus), kesadaran menurun dari apatis sampai koma, kejang, ubun – ubun besar
menonjol dan tegang. Gejala rangsangan meningeal seperti kaku kuduk, tanda – tanda
spesifik seperti Kernig, Brudzinsky I dan II positif, kadang ada nyeri punggung.
Berdasarkan umur akan didapatkan gejala klinis meningitis yang bervariasi. Pada
neonatus tanda-tanda rangsangan meningeal jarang ada dan jika ada sulit untuk di
evaluasi. Biasanya pada neonatus didapatkan gejala demam, gelisah, nafsu makan
menurun, tangis yang merintih, dan muntah. Pada anak yang berumur 1 – 18 bulan
tanda dan gejala sering kali tidak spesifik yaitu terdiri dari demam, gelisah, apatis
sampai somnolen, muntah, nafsu makan menurun, nangis jika dipegang, ubun – ubun
besar menonjol, dan kejang. Pada anak yang lebih tua gejala yang timbul terdiri dari
demam, sakit kepala, tanda – tanda rangsangan meningeal, kejang, muntah, gelisah
sampai somnolen, dan jika sampai koma menandakan prognosisnya jelek.2,6
1.6 Diagnosis
Gejala-gejala dan tanda-tanda meningitis bakteri didahului oleh gejala saluran
nafas bagian atas atau saluran cerna selama beberapa hari sebelumnya. Biasanya radang
selaput otak akan disertai panas mendadak mual, muntah, anoreksia, fotofobia, dan
kaku kuduk. Bila infeksi memberat, timbul peradangan korteks dan edema otak dengan
gejala-gejala penurunan tingkat kesadaran, koma, kejang-kejang, kelumpuhan saraf
otak yang bersifat sementara atau menetap, dan pada bayi fontanella mencembung.
Pada anak dengan demam dan kejang, bila diagnosis kejang demam dan epilepsi telah
disingkirkan, maka diagnosinya hampir pasti meningitis atau meningoensefalitis.
5
5/16/2018 Responsi Meningitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/responsi-meningitis-55ab50e2f32e0 6/28
Pada bayi umur 28 hari gejala mungkin samar dan tidak spesifik, seperti tidak
mau menyusu, menjadi sangat tenang atau sangat gelisah, muntah, atau tampak tidak
sehat. Temperatur cenderung rendah daripada tinggi. Jika ada muntah, maka fontanel
akan mendatar atau mencekung. Sehingga lingkaran kepala bayi harus diukur setiap
hari. Pada bayi yang lebih besar (sampai umur dua tahun), gejala meliputi kegelisahan,
demam, muntah, fotofobia, ketegangan, dan kejang.
Anak tampak kejang dan gugup. Pada bagian akhir penyakit, fontanel akan
menggelembung, terasa nyeri bila menekuk leher dan akan timbul Kernig’s sign yang
positif (tidak dapat menaikkan tungkai dengan membengkokkannya di sendi pinggul).4
Pada anak yang berumur lebih dari dua tahun, sebagai tambahan dari gejala di atas,
mungkin mengeluh sakit kepala, pusing, bahkan sampai koma. 4 Gejala klinis meningitis
virus yang benigna, gejalanya dapat sedemikian rupa ringannya sehingga diagnosis
meningitis menjadi tidak terlihat. Jika gejala agak berat biasanya ditandai dengan nyeri
kepala dan nyeri kuduk. Tanda-tanda kaku kuduk biasanya sulit ditemukan pada
keaadaan tertentu seperti pada neonatus. Pemeriksaan kesadaran pasien, pemeriksaan
saraf-saraf kranial dan tepi, serta dilakukan pemeriksaan pada mata yaitu untuk melihat
apakah telah terjadi udem pada papil. Diagnosis meningitis tidak dapat dibuat hanya
dengan melihat gejala dan tanda saja. Karena tanda dan gejala seperti tersebut diatas
bisa juga ditemukan pada anak-anak yang tidak menderita meningitis bakterial.7,8
6
5/16/2018 Responsi Meningitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/responsi-meningitis-55ab50e2f32e0 7/28
Gambar1. Algoritme pasien dengan suspek meningitis bakterial.
7
5/16/2018 Responsi Meningitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/responsi-meningitis-55ab50e2f32e0 8/28
Diagnosis pasti dari meningitis bakterial hanya dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan cairan serebrospinalis melalui pungsi lumbal. Oleh karena itu pungsi
lumbal harus dilakukan jika dicurigai meningitis bakterial dari tanda dan gejala yang
didapat. Pada fase awal penyakit bisa saja hasil pemeriksaan cairan serebrospinalis
normal, maka dari itu jangan sampai menghilangkan kewaspadaan terhadap penderita
yang dicurigai meningitis bakterial dengan hasil pemeriksaan cairan serebrospinalis
normal. Pada meningitis bakterial umumnya cairan serebrospinalis berwarna opalesen
sampai keruh. Dari pemeriksaan cairan serebrospinalis pada penderita meningitis
bakterial akan ditemukan pleositosis (500-10.000/mm3) dimana sel yang dominan
adalah polimorfonuklear yaitu neutrofil dan granulosit sampai sekitar 95 %. Dengan
perjalanan penyakit ada kenaikan bertahap limfosit dan sel mononuklear yang besar dan
adanya pengobatan antibiotik sebelum pungsi lumbar dapat mengacaukan gambaran
cairan serebrospinalis. Glukosa menurun < 30 mg/dl kurang dari setengah kadar
glukosa serum. Protein meningkat biasanya diatas 75 % tapi perlu diperhatikan kadar
protein normal yang berbeda menurut umur. Reaksi Nonne dan Pandy umumnya positif
kuat. Kultur dan uji resistensi bakteri pada cairan serebrospinalis baru ada hasil setelah
24 – 72 jam. Hasil dari kultur dan uji resistensi akan mengarahkan kita pada pengobatan
yang tepat. CT scan diperlukan untuk evaluasi kontra indikasi pungsi lumbal dan
komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi.2,3,4,6
Tabel 2. Komposisi Cairan Serebrospinal pada infeksi susunan saraf pusat akut pada
bayi dan anak-anak.
Komponen Normal Meningitis
Bakterial
Herpes
Encephalitis
Meningitis
Virus
Encephalitis
Spirochetal
Glukosa
(mg/dL)
40-80 <30 >30 >30 42-110
Protein (mg/dL) 20-50 >100 >75 50-100 13-150
Leukocytes/µL 0-6 >1000 10-1000 100-500 20-500
Neutrophils (%) 0 >50 <50 <20 <10
Eritrosit 0-2 0-10 10-500 0-2 0-2
1.7 Diagnosis banding
8
5/16/2018 Responsi Meningitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/responsi-meningitis-55ab50e2f32e0 9/28
Ada beberapa penyakit yang memiliki gejala dan tanda yang hampir sama
dengan meningitis bakterial seperti meningitis aseptik, meningitis tuberkulosa,
meningitis fungi, meningoensefalitis, abses otak. Untuk membedakannya diperlukan
pemeriksaan cairan serebrospinalis.
1.8 Penatalaksanaan
Pasien meningitis purulenta pada umumnya kesadarannya menurun dan
seringkali disertai muntah dan atau diare. Oleh karena itu, penderita perlu langsung
mendapat cairan intravena. Bila anak kejang dapat diberikan diazepam 0,5
mg/kgBB/kali intravena yang dapat diulang dengan dosis yang sama 15 menit
kemudian bila kejang belum berhenti.
Pada penelitian pemberian steroid dapat mengurangi produksi mediator-
mediator radang, sehingga dapat mengurangi kecacatan seperti paresis dan tuli.
Diberikan 10-20 menit sebelum terapi antibiotika. Kortikosteroid yang memberikan
hasil baik ialah deksametason dengan dosis 0,6 mg/kgBB/hari selama 4 hari. 9,10
Pemberian antibiotik terdiri dari 2 fase, yaitu fase pertama sebelum ada hasil
biakan dan uji sensitifitas. Pada fase ini pemberian secara empirik. Karena penyebab
terbanyak H. influenzae dam Pneumococcus maka digunakan kombinasi ampisilin dan
kloramfenikol secara intravena. Dosis ampisilin 200-300 mg/kgBB/hari dibagi dalam 6
dosis, kloramfenikol 100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis, pada neonatus 50
mg/kgBB/hari.
Tabel 3. Dosis rekomendasi terapi antimikroba pada pasien dengan meningitis bakteri
Agen
Antimikroba
Total dosis per hari
Neonatus Bayi dan anak-anak Dewasa
0-7 hari 8-28 hari
Amikasin
Ampisilin
Aztreonam
Cefepime
Cefotaxime
Ceftazidime
Ceftriaxone
Chloramphenicol
Ciprofloxacin
Gatifloxacin
Gentamicin
15-20 mg/kg (12)
150 mg/kg (8)
-
-
100-150 mg/kg (8-12)
100-150 mg/kg (8-12)
-
25 mg/kg (24)
-
-
5 mg/kg (12)
30 mg/kg (8)
200 mg/kg (6-8)
-
-
150-200 mg/kg (6-8)
150 mg/kg (8)
-
50 mg/kg (12-24)
-
-
7,5 mg/kg (8)
20-30 mg/kg (8)
300 mg/kg (6)
-
150 mg/kg (8)
225-300 mg/kg (6-8)
150 mg/kg (8)
80-100 mg/kg (12-24)
75-100 mg/kg (6)
-
-
7,5 mg/kg (8)
15 mg/kg (8)
12 g (4)
6-8 g (6-8)
6 g (8)
8-12 g (4-6)
6 g (8)
4 g (12-24)
4-6 g (6)
800-1200 mg (8-12)
400 mg (24)
5 mg/kg (8)
9
5/16/2018 Responsi Meningitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/responsi-meningitis-55ab50e2f32e0 10/28
Meropenem
Moxifloxacin
Nafcillin
Oxacillin
Penicillin G
Rifampin
Tobramycin
TMP-SMZ
Vancomycin
-
-
75 mg/kg 8-12)
75 mg/kg 8-12)
0,15 mU/kg (8-12)
-
5 mg/kg (12)
-
20-30 mg/kg (8-12)
-
-
100-150 mg/kg (6-8)
150-200 mg/kg (6-8)
0,2 mU/kg (6-8)
10-20 mg/kg (12)
7,5 mg/kg (8)
-
30-45 mg/kg (6-8)
120 mg/kg (8)
-
200 mg/kg (6)
200 mg/kg (6)
0,3 mU/kg (4-6)
10-20 mg/kg (12-24)
7,5 mg/kg (8)
10-20 mg/kg (6-12)
60 mg/kg (6)
6 g (8)
400 mg (24)
9-12 g (4)
9-12 g (4)
24 mU (4)
600 mg (24)
5 mg/kg (8)
10-20 mg/kg (6-12)
30-45 mg/kg (8-12)
Durasi pemberian antibiotik pada meningitis bakteri berdasarkan
mikroorganisme penyebabnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. Durasi pemberian antibiotik pada
meningitis bakteri
Mikroorganisme Lama terapi
Neisseria meningitidis
Haemophilus influenzae
Streptokokus pneumoniae
Streptokokus agalactiae
Aerobic gram-negatif bacilli
Listeria monositogen
7 hari
7 hari
10-14 hari
14-21 hari
21 hari
≥ 21 hari
Pengobatan secara empirik lain adalah pada neonatus digunakan kombinasi
antara ampisilin dengan aminoglikosid (gentamisin) atau ampisilin dengan cefotaxim.
Pada umur 3 bulan – 10 tahun digunakan kombinasi ampisilin dengan cefotaxim atau
ampisilin dengan seftriakson, atau ampisilin dengan kloramfenikol. Pengobatan fase
kedua dilakukan setelah ada hasil biakan dan uji sensitifitas disesuaikan dengan kuman
penyebab dan obat yang serasi. Berdasarkan identifikasi jenis kuman, antibiotik yang
digunakan untuk meningitis purulenta karena H. influenzae adalah ampisilin,
kloramfenikol, seftriakson dan sefotaxim. Jika penyebabnya S. pneumoniae diberikan
penisilin, kloramfenikol, seftriakson, cefuroksim, dan vankomisin. Jika penyebabnya N.
meningitidis dapat diberikan penisilin, kloramfenikol, sefuroksim, dan seftriakson.
Dosis antibiotika pada meningitis purulenta : ampisilin 200 – 300 mg/kgBB/hari,
kloramfenikol 100 mg/kgBB/hari, cefuroksim 250 mg/kgBB/hari, cefotaksim 200
mg/kgBB/hari, seftriakson 100 mg/kgBB/hari, gentamisin neonatus ( 0 – 7 hari ) 5
mg/kgBB/ hari, ( 7 – 28 hari ) 7,5 mg/kgBB/hari. Pungsi lumbal ulangan dilakukan
10
5/16/2018 Responsi Meningitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/responsi-meningitis-55ab50e2f32e0 11/28
apabila klinis membaik pada hari ke-10 pengobatan, dan jika keadaan laboratorium
membaik pengobatan diteruskan 2 hari lagi, kemudian dipulangkan. Pada neonatus
lamanya pengobatan 21 hari.3,11,12
1.9 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada meningitis bakterial dapat terjadi sebagai akibat
pengobatan yang tidak sempurna atau pengobatan yang terlambat. Komplikasi bisa akut
atau bisa juga timbul dalam waktu yang lama setelah penderita sembuh. Komplikasi
akut yang mungkin terjadi ialah acute serebral edema, ventrikulitis, efusi subdural,
nekrosis dan destruksi nervus cranialis, DIC, shock dan gagal napas, sekresi ADH yang
berlebihan, kejang, hidrosefalus, tuli, abses otak dan bisa juga karena pengobatan.
Komplikasi jangka panjang yang bisa terjadi antara lain tuli saraf, kebutaan, sekuele
neurologis berupa hemi paresis, hipertonia muskulorum, defisit motorik, epilepsi,
retardasi mental, gangguan belajar, gangguan perhatian, dan gangguan bahasa.
Tabel 5. Komplikasi Meningitis Bakterial
Komplikasi Tanda klinis Terapi
Oedem Serebri Tidak ada respon
okulosefali, koma, fixed
eye deviation
Mannitol intravena,
dekompresi mekanik
Empiema subdural Kejang, defisit motorik Evakuasi
pembedahan
Ventrikulitis Perburukan klinis,
namun hasil lumbal
pungsi membaik
Ventrikulostomi,
antibiotik
intraventrikular
Abses Defisit motorik fokal
dengan peningkatan
tekanan intrakranial
Drainage
Efusi Subdural Disproporsi
kranioserebral
-
1.10 Prognosis
Ada banyak faktor yang menentukan prognosis dari meningitis bakterial
diantaranya umur pasien, jenis bakteri penyebab, berat ringannya infeksi, lamanya sakit
sebelum mendapat pengobatan, dan kepekaan bakteri terhadap antibiotik yang
11
5/16/2018 Responsi Meningitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/responsi-meningitis-55ab50e2f32e0 12/28
diberikan. Prognosis buruk pada bayi yang berumur dibawah 6 bulan. Angka kematian
meningitis bakterial yang disebabkan oleh H. influenzae adalah 6,5%, N. meningitidis
12%, dan S. pneumoniae 28%. Apabila infeksi yang terjadi disertai kejang – kejang
lebih dari 4 hari, DIC, dan coma menunjukkan prognosis yang buruk. Apabila
pengobatan terlambat dan tidak adekuat dapat menimbulkan kematian dan kecacatan
yang permanen. Infeksi yang disebabkan bakteri yang resisten terhadap antibiotik
bersifat fatal. Terapi antibiotik yang tepat dan pengobatan supportif dapat menurunkan
angka kematian meningitis bakterial pada masa setelah neonatus yaitu dibawah 10%.2,6,7
12
5/16/2018 Responsi Meningitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/responsi-meningitis-55ab50e2f32e0 13/28
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Chandra M.
Umur : 8 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Bali
Bangsa : Indonesia
Agama : Hindu
Alamat : Jalan Angsoka 2 No. 28 Denpasar
MRS : 7 Maret 2012 ( pukul 15:30 WITA di Jempiring )
II. ANAMNESIS ( Heteroanamnesis )
Keluhan Utama : Demam
Penderita kiriman dari dokter umum ke Bag. Anak RS Sanglah. Penderita diantar orang
tua dikeluhkan demam sejak tanggal 6 Maret 2012 pukul 02.00 WITA yaitu 1 hari
SMRS. Demam dikatakan mendadak tinggi, timbul sepanjang hari, dan turun dengan
obat penurun panas. Namun setelah beberapa jam pasien demam lagi. Panas badan saat
diukur di dokter umum mencapai 39° C. Riwayat kejang dan menggigil disangkal.
Sebelum mengalami demam, penderita dikatakan pilek sejak 4 hari SMRS, keluar
sekret encer, namun sudah sembuh sejak satu hari SMRS. Riwayat batuk, mual dan
muntah, serta penurunan kesadaran disangkal. Tanda perdarahan, mimisan, gusi
berdarah, bintik-bintik merah di kulit tidak ada. Makan/minum normal. Buang air besar
dan buang air kecil normal seperti biasanya.
Setelah dua hari dirawat dirumah sakit, ternyata demamnya tetap muncul setelah
beberapa jam pemberian obat penurun panas. Pasien bertambah rewel, terkesan gelisah,
dan menangis terutama saat dipegang akan diangkat dari tempat tidur oleh ibunya.
Hingga pasien sulit untuk tidur. Makan dan minum berkurang dari biasanya. Keluhan
lain disangkal oleh ibu pasien.
13
5/16/2018 Responsi Meningitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/responsi-meningitis-55ab50e2f32e0 14/28
Riwayat Penyakit Sebelumnya
Pasien dikatakan belum pernah mengalami keluhan demam naik turun seperti ini
sebelumnya. Sebelum demam, penderita dikatakan pilek sejak 4 hari SMRS, keluar
sekret encer, namun sudah sembuh sejak satu hari SMRS.
Riwayat Pengobatan
Satu hari SMRS pasien sempat dibawa ke praktek dokter umum. Di sana diberikan obat
penurun panas dan panas mau turun. Sore harinya penderita demam lagi dan dibawa ke
dokter lagi. Penderita disarankan melakukan pemeriksaan darah lengkap pada tanggal 7
Maret 2012. Setelah ada hasil pasien kemudian dirujuk ke Bag. Anak RSUP Sanglah
untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Riwayat Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gejala yang sama seperti pasien. Riwayat
hipertensi, kencing manis, asma, dan gagal jantug pada keluarga pasien disangkal.
Riwayat Persalinan
Lahir di RS dengan persalinan normal, ditolong oleh dokter Sp OG, BBL : 3000 gram,
PBL : 50 cm, segera menangis.
Riwayat Nutrisi
ASI : 0 - sekarang
Riwayat Imunisasi
Riwayat imunisasi dasar diakui lengkap oleh ibu penderita. BCG, Polio tiga kali,
Hepatitis B empat kali, dan DPT tiga kali.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Present :
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis GCS E4V4M4
Nadi : 120 x/ menit
Respirasi : 43 x/ menit
Temp Aksila : 37,60C
14
5/16/2018 Responsi Meningitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/responsi-meningitis-55ab50e2f32e0 15/28
Panjang Badan : 69 cm
Berat Badan : 9 kg
BBI : 8,2 kg
LK : 45 cm
LLA : 15 cm
Status gizi menurut
1. Nelson : BBI
BBX 100 % = %7,109%100
2,8
9= X Gizi baik
2. CDC 2000.
- Berat badan ~ Umur : Persentil 75-95- Tinggi badan ~ Umur : Persentil 50-75
3. Lingkar kepala menurut Kurva Nellhaus terletak antara -2 SD sampai +2SD,
sedangkan menurut CDC didapatkan pada persentil 50 -75 ~ kriteria normal.
Status General :
Kepala : Normocephali, UUB kesan menonjol
Mata : Konjungtiva pucat ( -/- ), ikterus ( -/- ), refleks pupil ( +/+ ) isokor
THT :
Telinga: Sekret (-)
Hidung: NCH (-), sekret (-)
Tenggorokan : faring hiperemis (-), T1/T1 hiperemis (-)
Lidah : dalam batas normal
Bibir : sianosis (-)
Leher : pemesaran kelenjar (-)
Thorax :
Jantung :
Inspeksi : Prekordial bulging (-), ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Thrill (-), ictus cordis teraba pada ICS V midclavicular line
sinistra
Auskultasi : S1 S2 Normal, reguler, murmur (-)
Paru :
Inspeksi : Simetris (+), retraksi (-)
15
5/16/2018 Responsi Meningitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/responsi-meningitis-55ab50e2f32e0 16/28
Palpasi : Gerakan dada simetris (+)
Auskultasi : Bronkovesikuler +/+, Rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen :
Inspeksi : Distensi ( - )
Auskultasi : BU ( + ) normal
Palpasi : nyeri tekan (-)
Hepar dan lien tidak teraba
Perkusi: timpani
Ekstremitas : akral hangat ( + ), cyanosis ( - )
Status Neurologi :
Meningeal Sign:
- Kaku Kuduk : (-)
- Brudzinski I : (-)
- Brudzinski II : (-)
- Kernig Sign : (-)
Tonus : kesan normal
Tropik : kesan normal
Tenaga : kesan normal
Refleks fisiologis :
- Bisep : N/N
- Trisep : N/N
- APR : N/N
- KPR : N/N
Refleks Patologis:
- Hoffman-Tromner : -/-
- Babinski : -/-
- Chaddoks : -/-
- Oppenheim : -/-
IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah Lengkap
Nilai Rujukan 7/3/2012 7/3/2012 10/3/2012
16
5/16/2018 Responsi Meningitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/responsi-meningitis-55ab50e2f32e0 17/28
16.34 WITA 21.09 WITA 08.56 WITA
WBC (x103/µL)
HB (g/dL)
HCT (%)
PLT (x103/µL)
MCV
MCH
MCHC
6,00-14,00
12,00-16,00
36,00-49,00
140,00-440,00
78,00-102,00
25,00-35,00
31,00-36,00
14,38
9,8
29,7
34,6
76,8
35,3
32,90
13,06
10,10
30,10
25,70
76,60
25,70
33,60
14,90
8,20
27,20
114,00
74,10
22,30
30,10
Liquor Cerebrospinalis (10/3/2012)
Warna : jernih
None : negatif
Pandy : positif (+1)
Sel leukosit : 486
PMN : 50%
MN : 50%
Erytrosit : 0-1 / LPB
Total protein : 82,72 mg/dL
Glukosa : 20,88 mg/dL
Pengecatan Gram (12/3/2012)
- Bahan : liquor
- Pengecatan gram : Bakteri Gram Positif Kokus
VI. USULAN PEMERIKSAANKultur LCS
VII. DIAGNOSIS KERJA
Meningitis bakterial dengan gizi baik
VIII. PENATALAKSANAAN
- Kebutuhan cairan maintenance 900 cc per hari
- IVFD D5 ¼ NS 500 cc/hari 7 tetes makro per menit
17
5/16/2018 Responsi Meningitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/responsi-meningitis-55ab50e2f32e0 18/28
- Mampu minum kurang lebih 200 cc per hari
- Cefotaxim 200 mg/kg BB/hari
- Dexametason 0,6 mg/kg BB/hari (30 menit sebelum antibiotik)
- Paracetamol 10 mg/kg BB/kali dan kompres hangat bila temperatur axilla
lebih dari 380C
18
5/16/2018 Responsi Meningitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/responsi-meningitis-55ab50e2f32e0 19/28
FOLLOW UP PENDERITA DI RUANGAN
TGL S O A P
7/3/2012 Demam (+),
muntah (-),
Kejang (-),
minum baik
St Present
-Ku: Tampak sakit
sedang
-Kes: CM
-HR:120X/mnt,
-RR:30X/mnt
-Tax : 38,80C
St. Generalis
- Kepala : N
cephali, UUB
:menonjol
-Mata: an(-), ikt(-)
Rp +/+ isokor. doll
eye mov (-),
nistagmus (-), dev
conjugee (-)
- THT:NCH(-),
cyan(-)
- Leher : KK
(-), PK(-)
- Thoraks
:Co/po dbn
- Abdomen:Dist
ensi(-), BU (+) N,
H/L ttb,
- Ext: Akral
hangat (+), cyan (-)
Kernig dan
brudzinski (-)
Susp.
Meningitis
bakteri
dengan
Gizi Baik
- Kebutuhan cairan
maintenance 900 cc per
hari
- Mampu minum
200cc/hari
- IVFD D5 ¼ NS 500
cc/hari 7 tetes makro per
menit
- Paracetamol 10 mg/kg
BB/kali
8/3/2012 Kejang (-),
demam ↓, minum
St Present
-Ku: Tampak sakit
Susp.
Meningitis
- Kebutuhan cairan
maintenance 900 cc per
19
5/16/2018 Responsi Meningitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/responsi-meningitis-55ab50e2f32e0 20/28
(+) sedang
-Kes: CM
-HR:110X/mnt,
-RR:32X/mnt-Tax : 37,30C
St Generalis idem
bakteri
dengan
Gizi Baik
hari
- Mampu minum 200 cc
per hari
- IVFD D5 ¼ NS 500cc/hari 5 tetes makro per
menit
9/3/2012 Kejang (-),
demam (-),
minum (+)
St Present
-Ku:Sedang
-Kes: CM
-HR:115X/mnt,
-RR:35X/mnt
-Tax : 37,2 0C
St Generalis idem
Susp.
Meningitis
bakteri
dengan
Gizi Baik
- Kebutuhan cairan
maintenance 900 cc per
hari
- Mampu minum 200
cc/hari
- IVFD D5 ¼ NS 500
cc/hari 7 tetes makro per
menit
- Cefotaxim 200
mg/kg /hari
10/3/2012 Kejang (-),
demam (-),
minum (+)
St Present
-Ku: Sakit Sedang
-Kes: CM-HR:115X/mnt,
-RR:35X/mnt
-Tax : 37,2 0C
St Generalis idem
Meningitis
bakteri
denganGizi baik
- Kebutuhan cairan
maintenance 900 cc per
hari- IVFD D5 ¼ NS 500
cc/hari 7 tetes makro per
menit
- mampu minum 200 cc
per hari
-Cefotaxim 200 mg/kg
/hari
- Dexametason 0,6 mg
/kg/hari (30 menit sebe-
lum antibiotik)
11/3/2012 Kejang (-),
demam (-),
minum (+)
St Present
-Ku: Sakit Sedang
-Kes: CM
-HR:125X/mnt,
Meningitis
bakteri
dengan
Gizi baik
- Kebutuhan cairan
maintenance 900 cc per
hari
- IVFD D5 ¼ NS 500
20
5/16/2018 Responsi Meningitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/responsi-meningitis-55ab50e2f32e0 21/28
-RR:35X/mnt
-Tax : 37,5 0C
St Generalis idem
cc/hari 7 tetes makro per
menit
- mampu minum 400 cc
per hari-Cefotaxim 200 mg/kg
/hari
- Dexametason 0,6 mg
/kg/hari (30 menit sebe-
lum antibiotik)
12/3/2012 Kejang (-),
demam (-),
minum (+)
St Present
-Ku: Sakit Sedang
-Kes: CM
-HR:130X/mnt,
-RR:38X/mnt
-Tax : 37,3 0C
St Generalis idem
Meningitis
bakteri
dengan
Gizi baik
- Kebutuhan cairan
maintenance 900 cc per
hari
- IVFD D5 ¼ NS 500
cc/hari 7 tetes makro per
menit
- mampu minum 400 cc
per hari
-Cefotaxim 200 mg/kg
/hari
- Dexametason 0,6 mg
/kg/hari (30 menit sebe-
lum antibiotik)
13/3/2012 Kejang (-),
demam (-),
minum (+)
St Present
-Ku:Sedang
-Kes: CM
-HR:135X/mnt,
-RR:35X/mnt
-Tax: 36,5 0C
St Generalis idem
Meningitis
bakteri
dengan
Gizi baik
- Kebutuhan cairan
maintenance 900 cc per
hari
- IVFD D5 ¼ NS 500
cc/hari 7 tetes makro per
menit
- mampu minum 400 cc
per hari
-Cefotaxim 200 mg/kg
/hari
21
5/16/2018 Responsi Meningitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/responsi-meningitis-55ab50e2f32e0 22/28
- Dexametason 0,6 mg
/kg/hari (30 menit sebe-
lum antibiotik)
14/3/2012 Kejang (-),
demam (-),
minum (+)
St Present
-Ku:Sedang
-Kes: CM
-HR:140X/mnt,
-RR:40X/mnt
-Tax : 36,6 0C
St Generalis idem
Meningitis
bakteri
dengan
Gizi baik
- Kebutuhan cairan
maintenance 900 cc per
hari
- IVFD D5 ¼ NS 500
cc/hari 7 tetes makro per
menit
- mampu minum 400 cc
per hari
-Cefotaxim 200 mg/kg
/hari
- Dexametason 0,6 mg
/kg/hari (30 menit sebe-
lum antibiotik)
15/3/2012 Kejang (-),demam (-),
minum (+)
St Present-Ku:Sedang
-Kes: CM
-HR:134X/mnt,
-RR:36X/mnt
-Tax : 36,7 0C
St Generalis idem
Meningitis bakteri
dengan
Gizi baik
IdemAff infus
Stop Dexamethasone
injeksi
16/3/2012 Kejang (-),
demam (-),
minum (+)
St Present
-Ku:Sedang
-Kes: CM
-HR:133X/mnt,
-RR:35X/mnt
-Tax : 36,7 0C
St Generalis idem
Jawaban Co THT:
Keadaan THT tenang
Meningitis
bakteri
dengan
Gizi baik
- Kebutuhan cairan
maintenance 900 cc per
hari
- mampu minum 800 cc
per hari
-Cefotaxim 200 mg/kg
/hari
17/3/2012 Kejang (-), St Present Meningitis - Kebutuhan cairan
22
5/16/2018 Responsi Meningitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/responsi-meningitis-55ab50e2f32e0 23/28
demam (-),
minum (+)
-Ku:Sedang
-Kes: CM
-HR:140X/mnt,
-RR:40X/mnt-Tax : 37,80C
St Generalis idem
bakterial +
gizi baik
maintenance 900 cc per
hari
- mampu minum
sepenuhnya-Cefotaxim 200 mg/kg
/hari
-Paracetamol 10 mg/kg
BB/kali bila Tax > 380C
18/3/2012 Kejang (-),
demam (-),
minum (+)
St Present
-Ku:Sedang
-Kes: CM
-HR:128X/mnt,
-RR:34X/mnt
-Tax : 360C
St Generalis idem
Meningitis
Bakterial
+ gizi baik
- Kebutuhan cairan
maintenance 900 cc per
hari
- mampu minum
sepenuhnya
-Cefotaxim 200 mg/kg
/hari
-Paracetamol 10 mg/kg
BB/kali bila Tax > 380C
19/3/2012 Kejang (-),demam (-),
minum (+)
St Present-Ku:Sedang
-Kes: CM
-HR:120X/mnt,
-RR:36X/mnt
-Tax : 36,50C
St Generalis idem
MeningitisBakterial
+ gizi baik
- Kebutuhan cairanmaintenance 900 cc per
hari
- mampu minum
sepenuhnya
-Cefotaxim 200 mg/kg
/hari
-Paracetamol 10 mg/kg
BB/kali bila Tax > 380C
20/3/2012 Kejang (-),
demam (-),
minum (+)
St Present
-Ku:Sedang
-Kes: CM
-HR:125X/mnt,
-RR:35X/mnt
-Tax : 36,50C
St Generalis idem
Meningitis
Bakterial
+ gizi baik
- Kebutuhan cairan
maintenance 900 cc per
hari
- mampu minum
sepenuhnya
-Cefotaxim 200 mg/kg
/hari
23
5/16/2018 Responsi Meningitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/responsi-meningitis-55ab50e2f32e0 24/28
-Paracetamol 10 mg/kg
BB/kali bila Tax > 380C
21/3/2012 Kejang (-),
demam (-),
minum (+)
St Present
-Ku:Sedang
-Kes: CM
-HR:130X/mnt,
-RR:35X/mnt
-Tax : 36,70C
St Generalis idem
Meningitis
Bakterial
+ gizi baik
- Kebutuhan cairan
maintenance 900 cc per
hari
- mampu minum
sepenuhnya
-Cefotaxim 200 mg/kg
/hari
-Paracetamol 10 mg/kg
BB/kali bila Tax > 380C
24
5/16/2018 Responsi Meningitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/responsi-meningitis-55ab50e2f32e0 25/28
BAB IV
PEMBAHASAN
Menurut literatur yang ada, tidak ada gejala yang spesifik dimana gejala
meningitis juga bisa ditemukan pada anak- anak yang tidak menderita meningitis. Ada
3 gejala yang umum terjadi pada meningitis bakterial yaitu gejala infeksi akut seperti
anak tampak lesu, panas, dan anoreksia. Pada pasien ini didapatkan keluhan demam
sejak 1 hari SMRS. Gejala tekanan intrakranial yang meningkat seperti sering muntah,
nyeri kepala, tangis yang merintih (pada neonatus), kesadaran menurun dari apatis
sampai koma, kejang, ubun – ubun besar menonjol dan tegang tidak ditemukan pada
pasien ini. Gejala rangsangan meningeal seperti kaku kuduk, tanda – tanda spesifik seperti Kernig, Brudzinsky I dan II positif juga tidak ditemukan, dimana berdasarkan
literatur dikatakan pada neonatus tanda – tanda rangsangan meningeal jarang ada dan
jika ada sulit untuk di evaluasi.
Dari anamnesis tidak ada gejala yang spesifik dimana gejala meningitis.
Biasanya radang selaput otak akan disertai panas mendadak mual, muntah, anoreksia,
fotofobia, dan kaku kuduk. Bila infeksi memberat, timbul peradangan korteks dan
edema otak dengan gejala-gejala penurunan tingkat kesadaran, koma, kejang-kejang,kelumpuhan saraf otak yang bersifat sementara atau menetap, dan pada bayi fontanella
mencembung. Pada anak dengan demam dan kejang, bila diagnosis kejang demam dan
epilepsi telah disingkirkan, maka diagnosinya hampir pasti meningitis atau
meningoensefalitis. Pada pasien ini tidak ditemukan gejala seperti mual, muntah, dan
kejang.
Dari pemeriksaan fisik pasien ini didapatkan kesadaran kompos mentis, denyut
nadi 120 x/menit, laju pernafasan 43 x/mnt, temperatur axilla 37,6°C, tinggi badan 69
cm, berat badan 9 kg. Status generalis didapatkan dalam batas normal. Tanda-tanda
kaku kuduk dan tanda spesifik seperti Kernig, Brudzinsky I dan II tidak ditemukan.
Diagnosis meningitis tidak dapat dibuat hanya dengan melihat gejala dan tanda
saja. Karena tanda dan gejala seperti tersebut diatas bisa juga ditemukan pada anak –
anak yang tidak menderita meningitis bakterial. Diagnosis pasti dari meningitis
bakterial hanya dapat ditegakkan dengan pemeriksaan cairan serebrospinalis melalui
pungsi lumbal. Pada meningitis bakterial umumnya cairan serebrospinalis berwarna
opalesen sampai keruh. Dari pemeriksaan cairan serebrospinalis pada penderita
25
5/16/2018 Responsi Meningitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/responsi-meningitis-55ab50e2f32e0 26/28
meningitis bakterial akan ditemukan pleositosis (500 – 10.000/mm3) dimana sel yang
dominan adalah polimorfonuklear yaitu neutrofil dan granulosit sampai sekitar 95 %.
Glukosa menurun < 30 mg/dl kurang dari setengah kadar glukosa serum. Protein
meningkat biasanya diatas 75 % tapi perlu diperhatikan kadar protein normal yang
berbeda menurut umur. Reaksi Nonne dan Pandy umumnya positif kuat. Kultur dan uji
resistensi bakteri pada cairan serebrospinalis baru ada hasil setelah 24 – 72 jam. Pada
pasien ini hasil pemeriksaan cairan serebrospinalis (10/03/2012) menunjukkan
makroskopis yang jernih, reaksi none negatif dan pandy positif satu (+1). Jumlah sel
486/mm3 dimana perbandingannya 50% untuk sel polimorfonuklear dan 50% untuk sel
mononuklear. Protein meningkat yaitu 82,72 mg/dL dan glukosa rendah yaitu 28,08
mg/dL. Hasil ini mengarahkan ke arah diagnosis meningitis bakteri.
Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien ini adalah IVFD D5 ¼ NS 500
cc/hari 7 tetes makro per menit, Cefotaxim 200 mg/kg BB/hari sebagai antibiotik,
Dexametason 0,6 mg/kg BB/hari (30 menit sebelum antibiotik) sebagai antiinflamasi,
Paracetamol sebagai antipiretik bila temperatur axilla lebih dari 380C serta kompres
hangat.
Pada pasien ini direncanakan pemeriksaan Kultur LCS. Monitoring yang
dilakukan pada kasus ini yaitu keluhan kejang, demam, dan vital sign. Prognosis pasien
ini adalah dubius ad bonam.
26
5/16/2018 Responsi Meningitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/responsi-meningitis-55ab50e2f32e0 27/28
BAB V
KESIMPULAN
Meningitis bakterial merupakan salah satu jenis penyakit infeksi pada selaput
pembungkus otak atau meningen serta cairan yang mengisi ruang subarachnoid yang
disebabkan oleh bakteri patogen. Bakteri penyebab meningitis terbanyak disebabkan
oleh: Hemophilus influenzae, Streptococcus pneumoniae dan Neisseria meningitidis.
Meningitis bakterial pada bayi dan anak masih sering dijumpai di Indonesia. Angka
kejadian tertinggi terjadi pada umur antara 2 bulan – 2 tahun. Untuk menegakkan
diagnosis meningitis bakterial perlu dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik anak tampak lesu,demam, dan anoreksia. Gejala tekanan intrakranial yang meningkat seperti sering
muntah, nyeri kepala, tangis yang merintih (pada neonatus), kesadaran menurun dari
apatis sampai koma, kejang, ubun-ubun besar menonjol dan tegang. Gejala rangsangan
meningeal seperti kaku kuduk, Kernig, Brudzinsky I dan II positif, dan kadang ada
nyeri punggung. Komplikasi yang terjadi pada meningitis bakterial dapat terjadi sebagai
akibat pengobatan yang tidak sempurna atau pengobatan yang terlambat. Komplikasi
bisa akut atau bisa juga timbul dalam waktu yang lama setelah penderita sembuh.Komplikasi akut yang mungkin terjadi ialah acute serebral edema, ventrikulitis, efusi
subdural, nekrosis dan destruksi nervus cranialis, DIC, shock dan gagal napas, sekresi
ADH yang berlebihan, kejang, hidrosefalus, tuli, abses otak dan bisa juga karena
pengobatan. Komplikasi jangka panjang yang bisa terjadi antara lain tuli saraf,
kebutaan, sekuele neurologis berupa hemi paresis, hipertonia muskulorum, defisit
motorik, epilepsi, retardasi mental, gangguan belajar, gangguan perhatian, dan
gangguan bahasa. Perawatan jangka panjang dengan terus mengikuti perkembangan
penderita dari dekat merupakan hal yang krusial untuk mendeteksi adanya sekuele
secara dini.
27
5/16/2018 Responsi Meningitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/responsi-meningitis-55ab50e2f32e0 28/28
DAFTAR PUSTAKA
1. Honda H. Warren K. Central Nervous System Infections: Meningitis and Brain
Abscess. Infectious Disease Clin N Am 23 (2009) 609–623.
2. Pedoman Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana RSUP Sanglah Denpasar 2011.
3. Soetomenggolo TS, Ismael S. Neurologi Anak. Jakarta. Balai Penerbit Ikatan
Dokter Anak Indonesia; 2000
4. Hasan R, Alatas H. Ilmu Kesehatan Anak Buku Kuliah II. Jakarta. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2002
5. Kumar A. Bacterial Meningitis. Emedicine.2004 October,4. Available from:
www. Emedicine.com/PED/topic 198. htm – 101k – diakses pada 20 Maret 2012
6. Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, editors: Nelson Essentials of
Pediatrics, ed 16, Philadelphia, 2000, WB Saunders,p. 382 – 385
7. Johnson GM, Wagner GE, Virella G. Meningitis and Encephalitis, in:
Microbiology and Infectious Diseases.p. 429 – 434
8. Prober CG. Central Nervous System Infections. In : Nelson Text Book of
Pediatrics.p. 2038 - 2044
9. Ngoerah GNG. Dasar-dasar ilmu penyakit saraf. Cetakan pertama. Surabaya.
Penerbit Universitas Airlangga; 1990.hal.259-263.
10. Mann K, Jackson MA. Meningitis. Pediatrics in review 2008;29;417-429
11. Bueno SC, McCracken GH. Bacterial Meningitis in Children. Pediatr Clin N
Am 52 (2005) 795– 810.
12. Smith AL. Bacterial Meningitis. Pediatrics in Review 1993;14;11
28