resensi cerpen filosopi kopi

4
RESENSI BUKU KUMPULAN CERPEN 1. RENDRA FAUZI 2. NI GUSTI MADE S. 3. ANNISA RAUDATUL J 4. DWI LESTARI R. 5. BQ. KATIA L. 6. BQ KHALFIA N.

Upload: rendrafauzi

Post on 22-Jan-2018

341 views

Category:

Entertainment & Humor


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Resensi cerpen filosopi kopi

RESENSI

BUKU KUMPULAN

CERPEN

1. RENDRA FAUZI 2. NI GUSTI MADE S.

3. ANNISA RAUDATUL J 4. DWI LESTARI R.

5. BQ. KATIA L. 6. BQ KHALFIA N.

Page 2: Resensi cerpen filosopi kopi

Filosofi Kopi

Judul Buku : Filosofi Kopi

Pengarang : Dewi "Dee" Lestari

Penerbit : Gagas Media

Cetakan : 1 / Februari 2006

Tebal : (xii) + 132 hal. 20.5 Cm

RESENSI

FILOSOFI kopi? Perlukah memahami filsafat saat kita minum kopi? Atau adakah

semacam konsep hubungan transendental antara seorang peminum kopi dengan zat yang

diminumnya? Atau setiap jenis minuman memang memiliki filosofi? Andai benar terjadi,

pertanyaan ini bisa sangat memanjang dan kita siap-siap mengerutkan kening atau sengaja

menyisihkan waktu untuk memaknai sesuatu yang kita minum, dan dalam 'kasus' ini adalah

kopi.

Akan tetapi, sebenarnya kita tidak akan minum kopi. "Filosofi Kopi" adalah judul

buku

buah karya Dewi (Dee) Lestari, sebuah kumpulan cerita dan prosa yang diterbitkan oleh

Gagas Media bulan Februari 2006. Agaknya, selain menghasilkan novel trilogi Supernova

(Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh; Akar; Petir), Dee juga menulis cerita pendek dan

sejenisnya, yang berlangsung sepanjang satu dekade (sepuluh tahun, dari 1995 sampai

dengan 2005). Sejumlah tulisannya itu (dalam buku Filosofi Kopi terhimpun 18 karya)

mendapat komentar positif dari Goenawan Mohammad, yang petikan pengantarnya

dicabtumkan dalam sampul buku: "Tidak ruwet, bahkan terang benderang; tak berarti tanpa

isi yang menjentik kita untuk berpikir. Ada sebuah kata bahasa Inggris, wit, yang mungkin

bisa diterjemahkan dengan ungkapan 'cerkas'. Kumpulan prosa ini menghidupkan yang

cerkas dalam sastra Indonesia."

Filosofi Kopi, ketika membaca judulnya hanya sepintas, memang cukup unik,

namun tidak

Page 3: Resensi cerpen filosopi kopi

banyak orang – khususnya remaja – yang langsung jatuh hati lantas langsung membawanya

ke kasir. Karena Dee memang penulis komunitas, yang dikenal oleh orang-orang penikmat

sastra, sehingga sudah barang tentu sangat berbeda dengan kumpulan cerpen pop yang biasa

disukai oleh remaja pada umumnya. Bahasa yang digunakan Dee memang ringan, tapi bukan

Dee namanya jika membiarkan kalimat itu sederhana tanpa ornament khas sastra, ia telah

sukses membuat banyak penggemarnya berpikir dalam Supernova, maka dalam penggarapan

cerpennya ini, ia menyelipkan interpretasi yang membutuhkan usaha lebih dari sang pembaca

untuk meluangkan waktu dua atau tiga kali membaca. Jadi wajar, jika kalangan remaja

tingkat menengah kurang tertarik, karena karakter remaja memang lebih menyukai cerita

instant pop sejenis Teenlit. Walau demikian, pesan yang ingin Dee sampaikan pada tiap

lembar cerita yang disuguhkan, sesungguhnya sangat dekat dengan kehidupan dan remaja

juga didalamnya.

Cerpen Filosofi Kopi (ditulis tahun 1996), merupakan cerita yang deskriptif, tentang

dua lelaki yang

bersahabat dan sepakat membangun kedai kopi yang tidak biasa. Kedai Koffie Ben & Jody,

itulah nama kafé yang menggunakan nama panggilan pemiliknya. Ben, sebagai ahli minuman

kopi, sebelumnya telah melanglang ke seluruh penjuru dunia hanya untuk mempelajari

ramuan kopi ternikmat dari kafe-kafe kelas dunia. Kemampuannya memahami setiap rasa

kopi yang memiliki efek sensasi sesuai harapan peminumnya, membuat kedainya ramai

dikunjuingi pelanggan, dan nama kedainya berganti menjadi Filosofi Kopi, Temukan Diri

Anda di Sini. Tapi dalam setiap perjalanan sukses, selalu ada aral sebagai batu ujian. Suatu

hari, seorang enterpreuner yang tidak menemukan tegukan kopi sebagai Wujud

Kesempurnaan Hidup, telah membuat Ben menutup warungnya demi mencari ramuan itu.

Perjuangan ini dilukiskan dengan bagus oleh Dee. Ia mencoba mengurasemosi dua sahabat

dalam pelbagai peristiwa, yang meskipun berbeda haluan pemikiran, tetap dapat bersatu visi

untuk melakukan bisnis bersama. Dan apa yang terjadi ketika seorang lelaki dari desa yang

sangat 'culun' untuk sebuah suasana kafe memasuki kedai Ben dan Jody untuk mencicipi

ramuan Ben's Perfecto? Jawaban lelaki Jawa yang 'ndeso' itu membuat Ben frustrasi. Seolah-

olah, seluruh perjalanan panjangnya untuk mendapatkan rasa kopi terbaik di seluruh

permukaan bumi jadi sia-sia, dinafikan oleh sepotong lidah laki-laki yang mungkin seumur

hidupnya hanya merasakan 'kopi tiwus'. Ah, apa hebatnya 'kopi tiwus'? Lebih baik anda

membaca sendiri.

Kelebihan:

Page 4: Resensi cerpen filosopi kopi

Sampul bukunya sesungguhnya menarik, menyesuaikan judulnya: mengambil

gagasan

kemasan biji kopi dengan label yang biasanya dibuat menggunakan kertas sampul coklat dan

tera merk yang dihasilkan oleh teknis sablon atau cetak sederhana. Meski tulisan-tulisan itu

pendek namun harus diakui, bahasanya begitu nyastra dan padat makna.

Kekurangan:

Keegoisan penulis untuk memaksakan kehendak dengan memasukkan tulisan-

tulisan

pendeknya sungguh sebentuk pemaksaan kepada khalayak pembaca. Saya merasa terganggu

oleh tulisan-tulisan tersebut. Secara tidak langsung hal itu memengaruhi rasa suka saya pada

karya lainnya yang luar biasa, seperti Supernova dan Perahu Kertas yang berkualitas prima

itu. “Mumpungisme” telah dipraktikkan oleh penulisnya. Seolah semua tulisan pasti disukai

oleh pembaca.