resensi buku dwilogi padang bulan

Upload: nabilla-desyalika-putri

Post on 16-Jul-2015

84 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

DWILOGI PADANG BULAN: CINTA DAN PENDIDIKAN DALAM SECANGKIR KOPI

Penulis Penerbit Cetakan Tebal

: Andrea Hirata : Penerbit Bentang, Anggota IKAPI (PT Bentang Pustaka) : Pertama, Juni 2010 : Padang Bulan 254 halaman Cinta Dalam Gelas 270 halaman

Sastrawan Belitong, Andrea Hirata memang gemar memberi kejutan-kejutan kecil di dunia sastra Indonesia. Setelah khatam menulis novel fenomenal Tetralogi Laskar Pelangi, ia kembali membuat gebrakan dengan Dwilogi Padang Bulan. Secara fisik, novel ini berbeda dengan novel pada umumnya yang hanya memiliki satu cover di bagian depan. Andrea Hirata mengemas dua novel itu dalam satu buku, sekaligus dengan dua cover novel dalam keadaan terbalik. Keunikan yang baru tercipta disini. Jangan berharap akan menjumpai setting yang berbeda dengan tetralogi Laskar Pelangi. Pembaca akan tetap menjumpai kisah asmara dua ras, Ikal dan A Ling dalam buku pertama

dwilogi Padang Bulan. Kisah di novel pertama juga cenderung melompat-lompat. Pada mozaik awal, ia menghabiskan beberapa paragraf untuk mengenalkan Enong pada pembaca, lalu pada mozaik selanjutnya Andrea Hirata bercerita tentang kisah asmara Ikal dengan A Ling. Pada novel pertama Padang Bulan, pembaca langsung disambut mozaik Lelaki Penyayang, tentang sebuah kisah keluarga penambang yang mengharukan. Zamzani, ayah Enong meninggal tertimbun tanah saat menggali tambang. Kecelakaan kerja itu terpaksa membuat Enong, selaku anak tertua dalam keluarga, putus sekolah dan melupakan mimpi mulianya menjadi seorang pengajar bahasa dari Barat, guru Bahasa Inggris. Ia berinisiatif untuk bekerja membantu Ibunya untuk menghidupi kedua adiknya. Nalurinya sebagai anak tertua pun muncul, ia rela putus sekolah, asal kedua adiknya tidak bernasib serupa. Tak banyak pilihan pekerjaan yang bisa di dapat oleh anak kelas 6 SD yang bahkan belum berijazah. Setelah bertarung dengan waktu dan merasakan kerasnya persaingan kerja di Tanjong Pandan, Enong kembali pulang dan memutuskan untuk menjadi penambang timah mengikuti jejak ayahnya, sebuah keputusan yang sangat berani untuk gadis seusia dia. Lain halnya dengan kisah si bujang lapuk, Ikal. Ia tak kunjung berangkat ke Jakarta untuk menjadi pegawai pemerentah. Awalnya, ia berencana untuk ke Jakarta bersama pujaan hatinya, A Ling. Ikal terpaksa kabur dari rumah dan memusuhi ayahnya selama berbulan-bulan demi menuruti kebutuhan hatinya akan cinta. Hingga suatu ketika, ayahnya jatuh sakit dan Ikal mendengar kabar tak sedap dari seorang detektif kampung amatiran, Detektif M. Nuh. Ia bersama merpatinya yang cerdas, Jose Rizal, mengabari Ikal bahwa A Ling telah dijodohkan dengan Zinar, seorang lelaki Tionghoa yang kaya dan menang secara fisik jika dibandingkan dengan Ikal. Kabar tak sedap itu membuat rencana Ikal berantakan. Setelah melalui berbagai usaha konyol, mulai dari meninggikan badan secara kilat, menjadi pegawai warung kopi, dan kalah telak saat bertanding catur melawan Zinar, ia mulai merenungkan omelan Ibunya berharihari yang tidak betah melihat Ikal menganggur di rumah. Berbekal rasa bersalah yang tertanam subur dan puluhan lembar ijazah, Ikal menemui Mualim Syahbana dan pergi merantau ke Jakarta untuk menjadi pegawai pemerentah. Diajaknya serta Detektif M. Nuh. Namun karena jeratan tali cinta yang begitu dalam, Ikal kembali membatalkan kepergiannya ke Jakarta sesaat sebelum nahkoda memberangkatkan kapal. Ia bertekad tidak akan meninggalkan Belitong tanpa gadis Tionghoa itu. Sungguh cinta telah membutakan segalanya. Mata Ikal kembali berbinar ketika menemukan fakta bahwa Zinar bukanlah tunangan A Ling. Bunga-bunga cinta kembali merekah di hati kedua insan yang kasmaran.

Berbeda dengan novel pertama yang sarat akan kisah cinta dan didominasi oleh Ikal, pada novel kedua Dwilogi Padang Bulan, Cinta Dalam Gelas, lebih mengajarkan kepada pembaca mengenai balas dendam yang cerdas dan secangkir cinta dalam kopi khas melayu. Hal itu tergambar dalam persaingan pertandingan catur antara Enong dengan Matarom, mantan suaminya yang keji. Cinta Dalam Gelas mengobati rasa penasaran pembaca yang tak puas akan novel terakhir dari tetralogi Laskar Pelangi yang tidak menjelaskan asal usul nama Maryamah Karpov. Maryamah sendiri tak lain adalah Enong, seorang wanita yang cerdas dan kuat, tak hanya kuat secara fisik, ia adalah sosok wanita melayu bermental baja. Kelembutan hatinya terbungkus rapi dibalik otot-otot kekar khas penambang timah. Ia menginspirasi banyak wanita lain dan mematahkan anggapan bahwa wanita Melayu tak bisa bermain catur. Sedangkan Karpov, adalah nama belakang Anatoly Karpov, seorang Grand Master asal Rusia. Maryamah dinilai berbakat untuk menggunakan stategi benteng bersusun ala Grand Master Anatoly Karpov. Maryamah mendapat bimbingan eksklusif via internet dari rekan Ikal, Grand Master asal Georgia, Ninochka Stronovsky untuk mengembangkan bakat terpendamnya itu. Novel ini lebih dari sekedar berkualitas. Andrea Hirata mengemas novel ini dengan latar sosialbudaya melayu dan dengan humor-humor cerdas, membuat para pembaca tak bosan membacanya. Kultur melayu yang kental terlukis dalam budaya minum kopi, catur, haus pendidikan, tradisi memiliki anak banyak, menjelek-jelekkan pemerintah, dan keluhan para bujang lapuk. Ia juga memberikan kritikan yang cerdas terhadap realita sosial-politik yang kini sedang terjadi lewat karya sastranya. Namun, novel ini akan terasa membosankan bagi mereka yang anti-catur. Karena pada buku Cinta Dalam Gelas, 80% isinya membicarakan mekanisme bermain catur yang tetap dibungkus dengan bahasa sastra dan budaya melayu. Untuk karya sastra fenomenal selanjutnya, semoga Andrea bisa belajar memberi latar belakang budaya yang lain dalam karyanya, sehingga pembaca tak kunjung jenuh dan tetap menikmati kejutankejutan kecil yang ia hadirkan.