rencana strategis direktorat jenderal ...ilmate.kemenperin.go.id/document/1589299130-0.1...

188
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI LOGAM MESIN ALAT TRANSPORTASI DAN ELEKTRONIKA TAHUN 2015 2019 DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI LOGAM MESIN ALAT TRANSPORTASI DAN ELEKTRONIKA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2016

Upload: others

Post on 12-Feb-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI LOGAM MESIN

    ALAT TRANSPORTASI DAN ELEKTRONIKA TAHUN 2015 – 2019

    DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI LOGAM MESIN ALAT

    TRANSPORTASI DAN ELEKTRONIKA

    KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

    2016

  • KATA PENGANTAR

    Sehubungan dengan perubahan Struktur Organisasi Kementerian Perindustriansesuai Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2015 tentang KementerianPerindustrian, dipandang perlu dilakukan penyusunan kembali RencanaStrategis (Renstra) Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasidan Elektronika periode 2015-2019.

    Renstra Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasi da nElektronika dimaksudkan untuk merencanakan kontribusi yang signifikan bagikeberhasilan pencapaian sasaran pembangunan nasional sebagaimanadiamanatkan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019 (Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015), Kebijakan Industri Nasional(Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008) dan Rencana PembangunanJangka Panjang Nasional (Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007), RencanaInduk Pembangunan Industri Nasional (Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun2015) serta disusun antara lain berdasarkan hasil evaluasi terhadappelaksanaan Renstra Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis TeknologiTinggi periode 2010-2014, analisa terhadap dinamika perubahan lingkunganstrategis baik tataran daerah, nasional, maupun di tataran global, sertaperubahan paradigma peningkatan daya saing dan kecenderunganpengembangan industri ke depan.

    Keberhasilan pelaksanaan dan terwujudnya pencapaian Visi Renstra DirektoratJenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika periode 2015-2019 yaitu “terwujudnya industri logam, alat transportasi, elektronika,telematika, permesinan dan alat pertahanan sebagai industri andalan masadepan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi” dapat direalisasikanmelalui evaluasi setiap tahun, dan untuk mengantisipasi kebutuhan sertaperubahan lingkungan strategis, maka apabila diperlukan akandisempurnakan sesuai dengan mekanisme yang berlaku dengan tanpamengubah visi dan misi Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin AlatTransportasi dan Elektronika periode 2015-2019.

    Target jangka menengah setiap sektor pencapaiannya akan dimonitor sehinggakelemahan dan kekuatannya dapat segera diketahui. Disamping itu renstra

    i

  • setiap eselon II akan direviu secara berkala.

    Renstra Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasi danElektronika periode 2015-2019 diharapkan akan mampu meningkatkanketerpaduan, keteraturan, dan keterkendalian perencanaan program dankegiatan dari seluruh unit kerja dilingkungan Direktorat Jenderal Industri LogamMesin Alat Transportasi dan Elektronika dan unit kerja terkait lainnya dalamrangka mencapai kinerja yang tinggi sebagaimana yang digariskan padaindikator kinerja Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasi danElektronika.

    Jakarta, 2016

    Direktur JenderalIndustri Logam Mesin Alat Transportasi dan

    Elektronika

    I Gusti Putu Suryawirawan

    ii

  • DAFTAR ISI

    HalamanKATA PENGANTAR..................................................................................iDAFTAR ISI ............................................................................................iiiDAFTAR TABEL .....................................................................................ivDAFTAR GAMBAR ................................................................................vBAB I PENDAHULUAN......................................................................1

    1.1 Kondisi Umum .................................................................1

    1.2 Kinerja ILMATE 2011 - 2014 ...........................................10

    1.3 Potensi dan Permasalahan .............................................13

    1.4 Perubahan Renstra Kemenperin .................................... 23

    1.5 Analisa Capaian Kinerja Tahun Sebelumnya.................. 24

    BAB II VISI, MISI, DAN TUJUAN PEMBANGUNAN ILMATE .........412.1 Visi Pembangunan Industri .............................................41

    2.2 Misi Pembangunan Industri ............................................43

    2.3 Tujuan .............................................................................45

    2.4 Indikator Kinerja Tujuan ....................................................46

    2.5 Sasaran Strategis Ditjen ILMATE .....................................48

    2.6 Indikator Kinerja Sasaran .................................................52

    2.7 Indikator Kinerja Sasaran ................................................55

    2.8 Indikator Kinerja Sasaran ................................................57

    BAB III ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ILMATE ...................................................................................633.1 Arah Kebijakan dan Strategi Nasional ...........................63

    3.2 Analisa SWOT Sektor ILMATE ......................................78

    3.3 Arah Kebijakan dan Strategi ILMATE................................86

    3.4 Fokus Pengembangan ILMATE .....................................116

    3.3 Penetapan IKU ILMATE .................................................131

    BAB IV TARGET KINERJA DAN PENDANAAN .............................1334.1 Target Kinerja .................................................................133

    4.2 Kerangka Pendanaan .................................................... 143

    BAB V PENUTUP ............................................................................ 145LAMPIRAN

    Rencana Strategis Ditjen ILMATE Tahun 2015 -2019 pERUBAHAN i

  • DAFTAR TABEL

    Hal

    Tabel 1.1. Pertumbuhan ILMATE Tahun 2011-2014 10

    Tabel 1.2. Ekspor ILMATE Tahun 2011-2014 11

    Tabel 1.3. Impor ILMATE Tahun 2011-2014 12

    Tabel 1.4. Nilai Produksi ILMATE Tahun 2011-2014 12

    Tabel 1.5. Nilai Investasi ILMATE Tahun 2011-2014 13

    Tabel 2.1. Indikator Kinerja Sasaran Ditjen ILMATE 53

    Tabel 2.2. Target Jangka Menengah 55

    Tabel 4.1. Sasaran dan Indikator Kinerja Program PenumbuhanDan Pengembangan Industri Alat Transportasi,Mesin, Elektronika dan Alat Pertahanan Tahun 2015– 2019.

    133

    Tabel 4.2. Program Quickwin Kampanye Sistematis dan Kreatifuntuk Menumbuhkan Apresiasi Terhadap KegiatanIndustri Dalam Negeri

    138

    Tabel 4.3. Program Quickwin Penguatan struktur industrimelalui keterkaitan antara industri hulu (dasar),industri intermediate dan industri hilir (light)

    139

    Tabel 4.4. Kebutuhan Pendanaan Program QuickwinKementerian Perindustrian Tahun 2015 – 2019

    143

    Tabel 4.5. Kebutuhan Pendanaan Program KementerianPerindustrianTahun 2015 – 2019

    144

    Rencana Strategis Ditjen ILMATE Tahun 2015 -2019 pERUBAHAN ii

  • DAFTAR GAMBAR

    Hal

    Gambar 1.1. Tahapan Pembangunan Industri Nasional 6

    Gambar 1.2. Bangun Industri Nasional 7

    Gambar 2.1. Peta Strategi Nasional 42

    Gambar 3.1. Strategi Pembangunan Nasional 68

    Gambar 3.2. Pembangunan 14 Kawasan Industri Luar Jawa 75

    Rencana Strategis Ditjen ILMATE Tahun 2015 -2019 pERUBAHAN iii

  • KEPUTUSANDIREKTUR JENDERAL INDUSTRI LOGAM MESIN ALAT TRANSPORTASI DAN

    ELEKTRONIKANOMOR : 001 /ILMATE/1/2016

    T E N T A N G

    RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI LOGAMMESIN ALAT TRANSPORTASI DAN ELEKTRONIKA 2015 – 2019 PERUBAHAN

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

    DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI LOGAM MESIN ALAT TRANSPORTASI DANELEKTRONIKA

    Menimbang

    Mengingat

    :

    :

    a. bahwa dalam rangka pelaksanaan pasal 19 ayat (2) Undang –undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem PerencanaanPembangunan Nasional, Pasal 17 ayat (3) Peraturan PemerintahNomor 40 tahun 2006 tentang Tata cara Penyusunan RencanaPembangunan Nasional, Pasal 3 Peraturan Presiden Nomor 2tahun 2015 tentang rencana Pembangunan Jangka MenengahNasional 2015 – 2019, dan Pasal 4 Peraturan MenteriPerindustrian Nomor 31.1/M-IND/PER/3/2015 tentang RencanaStrategis Kementerian Perindustrian, perlu disusun RencanaStrategis (Renstra) Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin AlatTransportasi dan Elektronika 2015 – 2019;

    b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud padahuruf a, perlu dikeluarkan Surat Keputusan Direktur JenderalIndustri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika tentangperubahan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Industri LogamMesin Alat Transportasi dan Elektronika 2015 - 2019;

    1. Undang - undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang KeuanganNegara (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2003 Nomor47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4286);

    2. Undang - undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang sistemPerencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran NegaraRepublik Indonesia tahun 2004 Nomor 104, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4421)

    3. Undang - undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RencanaPembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2007 Nomor 33,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

    4. Undang - undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian

  • Menetapkan

    :

    (Lembaran Negara republik Indonesia tahun 2014 Nomor 4);

    5. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang RencanaKerja Permerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2004 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4402);

    6. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata CaraPenyusunan Rencana Pembangunan Nasional (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 434);

    7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 47 tahun 2009tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negarasebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir denganPeraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2014tentang Organisasi Kementerian Negara;

    8. Peraturan Presiden Nomor 24 tahun 2010 tentang Kedudukan,Tugas, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negarasebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir denganPeraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 135 Tahun 2014;

    9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional2015 – 2019;

    10. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 107/M-IND/PER/11/2015tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian;

    11. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 85.1/M-IND/PER/12/2016tentang Rencana Strategis Kementerian Perindustrian 2015 –2019 Perubahan;

    M E M U T US K A N :

    PERATURAN DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI LOGAM MESINALAT TRANSPORTASI DAN ELEKTRONIKA TENTANG RENCANASTRATEGIS (RENSTRA) DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRILOGAM MESIN ALAT TRANSPORTASI DAN ELEKTRONIKA 2015 –2019;

    Pasal 1

    Dalam Peraturan Direktur Jenderal ini, yang dimaksud dengan :

    (1) Rencana Strategis Kementerian Perindustrian 2015 - 2019 yangselanjutnya disebut Renstra Kementerian Perindustrian 2015 -2019 adalah dokumen perencanaan pembangunan bidang industriuntuk periode 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2015 sampaidengan tahun 2019.

    (2) Rencana Strategis Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Alat

  • Transportasi dan Elektronika 2015 - 2019 yang selanjutnya disebutRenstra Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin AlatTransportasi dan Elektronika 2015 - 2019 adalah dokumenperencanaan pembangunan bidang industri logam, mesin, alattransportasi dan elektronika untuk periode 5 (lima) tahun terhitungsejak tahun 2015 sampai dengan tahun 2019.

    Pasal 2

    (1) Renstra Kementerian Perindustrian Tahun 2015-2019sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) merupakanpenjabaran dari RPJM Nasional Tahun 2015-2019

    (2) Renstra Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasidan Elektronika 2015 - 2019 sebagaimana dimaksud dalam Pasal1 merupakan penjabaran dari Renstra Kementerian Perindustrian2015 – 2019, tercantum dalam Lampiran Peraturan DirekturJenderal ini.

    Pasal 3

    Renstra Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasidan Elektronika 2015 - 2019 digunakan sebagai pedoman bagi setiapUnit Kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin AlatTransportasi dan Elektronika dalam :

    a. Penyusunan Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Kerja Anggaran;

    b. Penyusunan Rencana Strategis Unit Eselon II di LingkunganDirektorat Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasi danElektronika;

    c. Pengendalian pelaksanaan program dan kegiatan sertapelaksanaan anggaran;

    d. Pelaksanaan evaluasi Laporan Akuntablilitas Kinerja; dan

    e. Penetapan indikator kinerja setiap tahun;

    Pasal 4

    Unit Kerja Eselon II di lingkungan Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika melakukan :a. Penjabaran lebih lanjut Renstra Direktorat Jenderal Industri Logam

    Mesin Alat Transportasi dan Elektronika 2015 – 2019 kedalamRencana Strategis Unit Kerja masing – masing;

    b. Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah(LAKIP) Unit Kerja masing – masing kepada Direktur Jenderal

  • Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika setiaptahun 2015 - 2019;

    c. Penyampaian Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah(LAKIP) Unit Kerja masing - masing kepada Direktur JenderalIndustri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika setiaptahun 2015 – 2019;

    Pasal 5

    Pengendalian terhadap pelaksanaan Renstra Direktorat JenderalIndustri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika 2015 – 2019dilakukan oleh Direktur Jenderal Industri Logam Mesin AlatTransportasi dan Elektronika setiap tahun melalui Sekretaris DirektoratJenderal.

    Pasal 6

    Dalam hal terjadi perubahan pada lingkungan strategis, RenstraDirektorat Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasi danElektronika tahun 2015 – 2019 dilakukan perubahan dan/ataupenyesuaian yang ditetapkan dengan Peraturan Direktur Jenderal.

    Pasal 7

    Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakartapada tanggal: Januari 2016

    Direktur Jenderal

    I Gusti Putu Suryawirawan

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. KONDISI UMUM

    Berdasarkan   UndangUndang   Nomor   17   tahun   2007,

    dinyatakan bahwa visi  pembangunan nasional tahun 2005–

    2025   mengarah   pada   pencapaian   tujuan   nasional,   seperti

    tertuang   dalam   Pembukaan   UndangUndang   Dasar   Negara

    Republik Indonesia Tahun 1945. Visi pembangunan nasional

    tersebut harus dapat diukur untuk dapat mengetahui tingkat

    kemandirian,   kemajuan,   keadilan   dan   kemakmuran   yang

    ingin dicapai.

    Kemajuan   suatu   bangsa   juga   diukur   berdasarkan

    indikator   kependudukan,   ada   kaitan   yang   erat   antara

    kemajuan suatu bangsa dengan laju pertumbuhan penduduk,

    termasuk   derajat   kesehatan.   Bangsa   yang   sudah   maju

    ditandai   dengan   laju   pertumbuhan   penduduk   yang   lebih

    kecil;  angka harapan hidup yang  lebih   tinggi;  dan kualitas

    pelayanan sosial yang lebih baik. Secara keseluruhan kualitas

    sumber daya manusia yang makin baik akan tercermin dalam

    produktivitas yang makin tinggi.

    Ditinjau dari tingkat perkembangan ekonomi, kemajuan

    suatu   bangsa   diukur   dari   tingkat   kemakmurannya   yang

    tercermin   pada   tingkat   pendapatan   dan   pembagiannya.

    Tingginya   pendapatan   ratarata   dan   ratanya   pembagian

    ekonomi   suatu   bangsa   menjadikan   bangsa   tersebut   lebih

    makmur dan lebih maju. Negara yang maju pada umumnya

    adalah negara yang sektor industri dan sektor jasanya telah

    berkembang.   Peran   sektor   industri   manufaktur   sebagai

    1

  • penggerak utama laju pertumbuhan makin meningkat, baik

    dalam   segi   penghasilan,   sumbangan   dalam   penciptaan

    pendapatan   nasional   maupun   dalam   penyerapan   tenaga

    kerja.   Selain   itu,   dalam   proses   produksi   berkembang

    keterpaduan   antarsektor,   terutama   sektor   industri,   sektor

    pertanian, dan sektorsektor jasa; serta pemanfaatan sumber

    alam   yang   bukan   hanya   ada   pada   pemanfaatan   ruang

    daratan, tetapi  juga ditransformasikan kepada pemanfaatan

    ruang   kelautan   secara   rasional,   efisien,   dan   berwawasan

    lingkungan, mengingat   Indonesia  sebagai  negara kepulauan

    yang berciri nusantara. Lembaga dan pranata ekonomi telah

    tersusun,   tertata,   dan   berfungsi   dengan   baik,   sehingga

    mendukung perekonomian yang efisien dengan produktivitas

    yang tinggi. Negara yang maju umumnya adalah negara yang

    perekonomiannya   stabil.   Gejolak   yang   berasal   dari   dalam

    maupun   luar   negeri   dapat   diredam   oleh   ketahanan

    ekonominya.

    Dalam UndangUndang Nomor 17 tahun 2007  tentang

    Rencana Pembangunan  Jangka  Panjang  Nasional  (RPJPN)

    20052025,     disebutkan   bahwa   struktur   perekonomian

    diperkuat   dengan   mendudukkan   sektor   industri   sebagai

    motor   penggerak   yang   didukung   oleh   kegiatan   pertanian

    dalam   arti   luas,   kelautan,   dan   pertambangan   yang

    menghasilkan   produkproduk   secara   efisien,   modern,   dan

    berkelanjutan   serta   jasajasa   pelayanan   yang   efektif   yang

    menerapkan   praktik   terbaik   dan   ketatakelolaan   yang   baik

    agar   terwujud   ketahanan     ekonomi     yang     tangguh.

    Pembangunan   industri     diarahkan     untuk   mewujudkan

    industri  yang berdaya  saing dengan struktur   industri  yang

    sehat dan berkeadilan, yaitu sebagai berikut:

    2

  • 1. Dalam     hal     penguasaan     usaha,     struktur     industri

    disehatkan  dengan meniadakan praktekpraktek monopoli

    dan berbagai distorsi pasar.

    2. Dalam     hal     skala     usaha,     struktur     industri     akan

    dikuatkan     dengan   menjadikan   Industri   Kecil   dan

    Menengah   (IKM)   sebagai   basis   industri   nasional,   yaitu

    terintegrasi dalam mata rantai pertambahan nilai dengan

    industri berskala besar.

    3. Dalam hal  huluhilir,   struktur   industri  akan diperdalam

    dengan   mendorong   diversifikasi   ke   hulu   dan   ke   hilir

    membentuk rumpun industri yang sehat dan kuat.

    Untuk   mewujudkan   arah   kebijakan   pembangunan

    RPJPN   tersebut   di   atas,   telah   disusun   suatu   tahapan

    perencanaan jangka menengah dalam Rencana Pembangunan

    Jangka Menengah Nasional, yang selanjutnya disebut RPJM

    Nasional   yaitu   perencanaan   pembangunan   nasional   untuk

    periode 5 (lima) tahunan, yaitu RPJM Nasional I Tahun 2005–

    2009, RPJM Nasional II Tahun 2010–2014, RPJM Nasional III

    Tahun 2015–2019, dan RPJM Nasional IV Tahun 2020–2024.

    Dalam   rangka   memasuki   era   baru   RPJMN   III   dari

    perencanaan   pembangunan   jangka   panjang   nasional,   kita

    semua dituntut untuk menyusun suatu perencanaan RPJMN

    tahap   III   yang   terstruktur,   fokus   dan   berkesinambungan

    dengan   perencanaan   sebelumnya.   Pada   RPJMN   II   telah

    ditetapkan   visi   pembangunan   industri   nasional   yaitu

    Memantapkan  Daya  Saing  Basis   Industri  Manufaktur  yang

    Berkelanjutan   serta   Terbangunnya   Pilar   Industri   Andalan

    Masa  Depan dengan  fokus  prioritas  pembangunan  industri

    pada 3 (tiga) hal sebagai berikut :

    3

  • 1. Fokus  Prioritas  Penumbuhan  Populasi   Usaha  Industri

    dengan  hasil peningkatan jumlah populasi usaha industri

    dengan postur yang lebih sehat;

    2. Fokus Prioritas Penguatan Struktur Industri dengan hasil

    yang   diharapkan   adalah   semakin   terintegrasinya   IKM

    dalam   gugus   (cluster)   industri,   tumbuh   dan

    berkembangnya  gugus   (cluster)   industri   demi  penguatan

    daya saing di pasar global;

    3. Fokus Prioritas Peningkatan Produktivitas Usaha Industri

    dengan hasil yang diharapkan dari pelaksanaan fokus ini

    adalah   meningkatnya   nilai   tambah   produk   melalui

    penerapan iptek.

    UndangUndang   Nomor   3   Tahun   2014   tentang

    Perindustrian  telah meletakkan  industri  sebagai  salah satu

    pilar   ekonomi   dan   memberikan   peran   yang   cukup   besar

    kepada   pemerintah   untuk   mendorong   kemajuan   industri

    nasional secara terencana. Peran tersebut diperlukan dalam

    mengarahkan   perekonomian   nasional   untuk   tumbuh   lebih

    cepat dan mengejar ketertinggalan dari negara lain yang lebih

    dahulu maju.

    Berdasarkan   UndangUndang   Nomor   3   Tahun   2014

    tentang   Perindustrian,   dinyatakan   bahwa   perindustrian

    diselenggarakan dengan tujuan:

    a. Mewujudkan Industri nasional sebagai pilar dan penggerak

    perekonomian nasional;

    b. Mewujudkan kedalaman dan kekuatan struktur Industri;

    c. Mewujudkan   Industri   yang  mandiri,   berdaya   saing,   dan

    maju, serta Industri Hijau;

    d. Mewujudkan kepastian berusaha, persaingan yang sehat,

    serta mencegah pemusatan atau penguasaan Industri oleh

    4

  • satu   kelompok   atau   perseorangan   yang   merugikan

    masyarakat;

    e. Membuka   kesempatan   berusaha   dan   perluasan

    kesempatan kerja;

    f. Mewujudkan   pemerataan   pembangunan   Industri   ke

    seluruh   wilayah   Indonesia   guna   memperkuat   dan

    memperkukuh ketahanan nasional; dan

    g. Meningkatkan   kemakmuran   dan   kesejahteraan

    masyarakat secara berkeadilan.

    Visi   Pembangunan   Industri  Nasional   adalah   Indonesia

    Menjadi   Negara   Industri   Tangguh.   Industri   Tangguh

    bercirikan:

    1. Struktur  industri  nasional yang kuat, dalam, sehat, dan

    berkeadilan;

    2. Industri yang berdaya saing tinggi di tingkat global; dan

    3. Industri yang berbasis inovasi dan teknologi.

    Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, pembangunan

    industri nasional mengemban misi sebagai berikut:

    1. Meningkatkan peran  industri  nasional  sebagai  pilar  dan

    penggerak perekonomian nasional;

    2. Memperkuat   dan   memperdalam   struktur   industri

    nasional;

    3. Meningkatkan industri yang mandiri, berdaya saing, dan

    maju, serta Industri Hijau;

    4. Menjamin   kepastian   berusaha,   persaingan   yang   sehat,

    serta mencegahpemusatan atau penguasaan industri oleh

    satu   kelompok   atauperseorangan   yang   merugikan

    masyarakat;

    5

  • 5. Membuka   kesempatan   berusaha   dan   perluasan

    kesempatan kerja;

    6. Meningkatkan   persebaran   pembangunan   industri   ke

    seluruh   wilayahIndonesia   guna   memperkuat   dan

    memperkukuh ketahanan nasional;dan

    7. Meningkatkan   kemakmuran   dan   kesejahteraan

    masyarakat secaraberkeadilan.

    Penahapan   capaian   pembangunan   industri   prioritas

    dilakukan   untuk   jangka   menengah   dan   jangka   panjang.

    Sejalan   dengan   Rencana   Pembangunan   Jangka   Panjang

    Nasional   (RPJPN),   tahapan dan arahrencana  pembangunan

    industri  nasional   secara   rigkas  dapat  digambarkan sebagai

    berikut:

    Gambar I.1 Tahapan Pembangunan Industri Nasional

    6

  • Berdasarkan   penetapan   industri   prioritas,   ditetapkan

    Bangun   Industri   Nasional   sebagaimana   tercantum   pada

    gambar berikut:

    Gambar I.2 Bangun Industri Nasional

    Dalam UndangUndang Nomor 25 tahun 2004  tentang

    Sistem   Perencanaan   Pembangunan   Nasional   disebutkan

    bahwa   tujuannya   adalah   (a)   mendukung   koordinasi   antar

    pelaku   pembangunan;   (b)   menjamin   terciptanya   integrasi,

    sinkronisasi   dan   sinergi   baik   antardaerah,   antarwaktu,

    antarfungsi pemerintah maupun antarpusat dan daerah;  (c)

    menjamin keterkaitan dan konsistensi  antara  perencanaan,

    7

  • penganggaran,   pelaksanaan   dan   pengawasan;   (d)

    mengoptimalkan   partisipasi   masyarakat;   (e)   menjamin

    tercapainya  penggunaan sumberdaya  secara  efisien,  efektif,

    berkeadilan   dan   berkelanjutan.UndangUndang   Nomor   25

    Tahun   2004   juga   menyatakan   bahwa   Perencanaan

    Pembangunan   Nasional   menghasilkan   (a)   rencana

    pembangunan   jangka   panjang   (b)   rencana   pembangunan

    jangka menengah (c) rencana pembangunan tahunan. 

    Penentuan   arah   kebijakan   pembangunan   industri

    nasional   jangka   menengah   mengacu   kepada   Rencana

    Pembangunan   Jangka   Panjang   Nasional   tahun   20052025

    yang tercantum pada UndangUndang Nomor 17 Tahun 2007.

    Dalam UndangUndang tersebut ditetapkan bahwa Rencana

    Pembangunan   Jangka   Menengah   (RPJM)   Kementerian/

    Lembaga   (Renstra   K/L)   adalah   dokumen   perencanaan

    Kementerian/   Lembaga   untuk   periode   lima   tahun.   Dalam

    RPJM   Kementerian   disusun   perencanaan   global

    pengembangan   industri   secara   umum   mengingat

    karakteristik   industri   yang   sangat   heterogen,   sedangkan

    strategi pengembangan secara detail hanya dapat dilakukan

    di   masingmasing   organisasi   yang   membina   industri   yang

    spesifik dan homogen. Penyusunan RPJM dimaksukan untuk

    menjembatani   tujuan pengembangan  industri   logam  jangka

    panjang dengan program tahunan, berdasarkan hasil analisis

    fakta   dan   situasi   yang   akurat   dengan   melibatkan   seluruh

    stakeholders terkait.

    Dalam rangka mewujudkan visi  pembangunan  industri

    tersebut,   Direktorat   Jenderal   Industri   Logam,   Mesin,   Alat

    Transportasi   dan   Elektronika   telah   melaksanakan

    serangkaian   program   dan   kegiatan   sebagaimana   yang

    tertuang   pada   Rencana   Strategis   (Renstra)   Direktorat

    8

  • Jenderal   Industri   Logam,   Mesin,   Alat   Transportasi   dan

    Elektronika tahun 2010 – 2014. Program dan kegiatan yang

    telah dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Industri Logam,

    Mesin,   Alat   Transportasi   dan   Elektronika   selama   periode

    tahun 2010 – 2014 adalah sebagai berikut:

    1. Program   Penumbuhan   Industri   Logam,   Mesin,   Alat

    Transportasi dan Elektronika   yang dilaksanakan melalui

    kegiatankegiatan: 

    Penumbuhan Industri Alat Transportasi Darat; 

    Penumbuhan Industri Elektronika dan Telematika; 

    Penumbuhan   Industri   Berbasis   Maritim,

    Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan; 

    Penumbuhan   Industri   Permesinan   dan   Alat   Mesin

    Pertanian; dan 

    Penyusunan   dan   Evaluasi   Program   Penumbuhan

    Industri Berbasis Teknologi Tinggi.

    Program   dan   kegiatan   tersebut   di   atas   merupakan

    penjabaran   dari   program   prioritas   nasional   RPJMN   II,

    program   Kabinet   Indonesia   Bersatu   II,   program   pilihan

    Presiden   tahun   2010   –   2014,   kontrak   kinerja   Menteri

    Perindustrian,   dan   program   prioritas   Kementerian

    Perindustrian.   Untuk   mengukur   tingkat   keberhasilan   dari

    pelaksanaan   program   dan   kegiatan,   di   dalam   Renstra

    Kementerian   Perindustrian   juga   telah   ditetapkan   sasaran

    sasaran strategis beserta indikator kinerja utama (IKU) yang

    bersifat kuantitatif dari masingmasing sasaran strategis.

    Penyusunan   Rencana   Strategi   dan   Langkah

    Pengembangan   Jangka   Menengah   Industri   Logam   Tahun

    20152019 perlu dilakukan untuk merumuskan strategi dan

    kebijakan   yang   tepat   untuk   mencapai   tujuan   Rencana

    9

  • Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN). Selanjutnya

    rencana strategi  dan  langkah pengembangan tersebut  akan

    dijadikan   acuan   dalam   menyusun   kegiatan   dan   kebijakan

    pengembangan  industri   logam selama masa  pengembangan

    lima tahun.

    Direktorat   Jenderal   lndustri   Logam   Mesin   Alat

    Transportasi  dan  Elektronika   (ILMATE)  menyusun Rencana

    Strategis   (Renstra)   yang   isinya   menguraikan   perencanaan

    strategi   dalam   rangka   mencapai   tujuan   dan   menjabarkan

    strategi   tersebut   ke   dalam   program   rencana   kerja,   serta

    indikator kinerja untuk kurun waktu tahun 20152019. Lebih

    lanjut   Renstra   diimplementasikan   ke   dalam   rencana

    pelaksanaan kegiatan tahunan dalam bentuk Rencana Kerja

    Tahunan masingmasing unit Eselon II di lingkungan Ditjen

    ILMATE.

    1.2. KINERJA INDUSTRI LOGAM MESIN ALAT TRANSPORTASI

    DAN ELEKTRONIKA TAHUN 2011  2014

    A. Pertumbuhan ILMATE

    Pertumbuhan   subsektor   Industri   Logam,   Mesin,   Alat

    Transportasi, dan Elektronika dari tahun 20112014 tumbuh

    berfluktuasi   antara   4,07%   sampai   10,74%.   Pertumbuhan

    tertinggi   terjadi   pada   tahun   2013   dimana   industri   yang

    mengalami   pertumbuhan   tertinggi   adalah   industri   alat

    transportasi.

    Tabel 1.1

    Pertumbuhan ILMATE Tahun 20112014

    10

  • sumber: BPS diolah

    B. Ekspor ILMATE

    Nilai ekspor ILMATE turun dari US$ 34.402,2 juta pada

    tahun   2011   menjadi   US$   31.629   juta   pada   tahun   2014.

    Sektor   industri   yang   mengalami   penurunan   nilai   ekspor

    terbesar adalah sektor industri logam, turun dari US$ 12.520

    juta pada tahun 2011 menjadi  US$ 9.168 juta pada tahun

    2014.

    Tabel 1.2

    Ekspor ILMATE Tahun 20112014

    US$ Juta 

    sumber: BPS diolah

    C. Impor ILMATE

    Nilai   impor  ILMATE turun dari  US$ 77.254,9   juta pada

    tahun 2011  menjadi  US$  72.584,8   juta  pada   tahun 2014.

    11

  • Sektor   industri   yang   mengalami   penurunan   nilai   impor

    terbesar adalah sektor industri alat transportasi, turun dari

    US$ 18.316,8 juta pada tahun 2011 menjadi US$ 12.077,9

    juta pada tahun 2014.

    Tabel 1.3

    Impor ILMATE Tahun 20112014

    US$ Juta 

    sumber: BPS diolah

    D. Nilai Produksi ILMATE

    Nilai   produksi   ILMATE   mengalami   kenaikan   dari   Rp.

    543.016,1   miliar   pada   tahun   2011   menjadi   Rp.   800.437,8

    miliar   pada   tahun   2014.   Sektor   industri   yang   mengalami

    kenaikan   tertinggi   adalah   industri   logam sedangkan  sektor

    industri yang memiliki nilai produksi tertinggi adalah industri

    alat transportasi.

    Tabel 1.4

    Nilai Produksi ILMATE Tahun 20112014

    12

  •     Rp. Miliar 

    sumber: BPS diolah

    E. Penambahan Nilai Investasi ILMATE

    Penambahan nilai investasi ILMATE tertinggi terjadi pada

    tahun  2013   yaitu   sebesar   Rp.   83.683,6  miliar.   Sedangkan

    sektor   industri   yang   mengalami   penambahan   investasi

    tertinggi adalah industri  alat transportasi  yaitu sebesar Rp.

    41.187,1 miliar.

    Tabel 1.5

    Nilai Investasi ILMATE Tahun 20112014

        Rp. Miliar 

    1.3. POTENSI DAN PERMASALAHAN

    Perkembangan   industri   nasional   memiliki   potensi   dan

    permasalahan secara garis besar sebagaimana berikut: 

    1. Potensi

    a. Dinamika Sektor Industri

    i. Perubahan jumlah dan penduduk, serta peningkatan

    kesejahteraan  penduduk  mendorong  sektor   industri

    13

  • untuk dapat tumbuh lebih tinggi dari pertumbuhan

    PDB Nasional.

    ii. Perkembangan   ilmu   pengetahuan   dan   teknologi   di

    masa depan akan memudahkan dan meningkatkan

    produksi produk industri.

    iii. Globalisasi   proses   produksi   akan   meningkatkan

    peluang akses pasar luar negeri.

    iv. Indonesia   memiliki   potensi   energi   berbasis   sumber

    daya alam (batubara, panas bumi, air).

    v. Peningkatan   kepedulian   terhadap   lingkungan

    mendorong   peningkatan   efisiensi   dan   efektivitas

    penggunaan   sumber   daya   secara   berkelanjutan

    sehingga   mampu   menyelaraskan   pembangunan

    industri dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup

    serta dapat memberi manfaat bagi masyarakat. 

    b. Perjanjian Kerjasama Ekonomi dengan Negara Lain

    i. Peluang   bagi   industri   nasional   untuk   memperluas

    pasar bagi produkproduk industri nasional.

    ii. Terbukanya akses untuk peningkatan Sumber Daya

    Industri   (5M:   man,   money,   method,   machine,

    material).

    iii. Adanya   fasilitasi   pengamanan   dan   penyelamatan

    industri dalam negeri akibat persaingan global.

    iv. Terbukanya   kesempatan   bagi   pekerja   profesional

    Indonesia untuk bekerja di negara lain.

    c. Kebijakan Otonomi Daerah

    Dengan   adanya   kesetaraan   hubungan   antara

    pemerintah   pusat   dengan   Pemerintah   daerah,   maka

    14

  • pemerintah   daerah   provinsi,   kabupaten   dan   kota

    berpeluang   untuk   mempercepat   pembangunan   dan

    persebaran industri di daerah.

    2. Permasalahan

    Permasalahan   utama   yang   masih   dihadapi   dalam

    pembangunan industri nasional antara lain:

    a. Dinamika Sektor Industri

    i. Tidak meratanya persebaran dan tingkat pendapatan

    penduduk.

    ii. Rendahnya   tingkat   pendidikan,   ketrampilan,   dan

    produktivitas tenaga kerja.

    iii. Lemahnya penguasaan teknologi yang menyebabkan

    daya saing produk industri lemah dalam menghadapi

    persaingan.

    iv. Belum terpadunya pengembangan iptek di  lembaga

    lembaga penelitian yang tersebar di berbagai instansi

    dengan dunia industri.

    v. Keterlibatan   industri   nasional   dalam   rantai   pasok

    global  berpotensi  pada kerentanan terhadap gejolak

    perekonomian dunia.

    vi. Kelangkaan   energi   yang   disebabkan   oleh

    meningkatnya kebutuhan energi sektor indutri. Pada

    tahun   2030   kebutuhan   energi   diperkirakan   akan

    meningkat menjadi hampir tiga kali lipat.

    vii. Masih   banyak   industri   yang   belum   menerapkan

    standar industri hijau dalam kegiatan produksinya.

    b. Perjanjian Kerjasama Ekonomi dengan Negara Lain

    15

  • i. Semakin berkurangnya instrumen perlindungan, baik

    yang   bersifat   tarif   maupun   nontarif,   bagi

    pengembangan,   ketahanan   maupun   daya   saing

    industri di dalam negeri.

    ii. Semakin   derasnya   arus   impor   produk   barang   dan

    jasa   yang   berpotensi   mengancam   kondisi   neraca

    perdagangan dan neraca pembayaran.

    iii. Semakin   ketatnya   persaingan   antara   pekerja   asing

    dengan pekerja domestik dengan adanya pergerakan

    pekerja terampil (Movement of Natural Person – MNP),

    sehingga   dikhawatirkan   pekerja   terampil   asing

    mengungguli pekerja terampil domestik.

    iv. Semakin   meningkatnya   instrumen   non   tariff

    measures (NTMs) yang dibuat oleh negara lain untuk

    menghambat ekspor produk industri Indonesia.

    v. Semakin   meningkatnya   porsi   kepemilikan   saham

    asing   sehingga   berpotensi   mengendalikan   stabilitas

    ekonomi nasional, khususnya sektor jasa industri.

    c. Kebijakan Otonomi Daerah

    i. Permasalahan internal lambannya birokrasi,  kualitas

    SDM aparatur,   dan  koordinasi   dengan  pihakpihak

    terkait.

    ii. Permasalahan   eksternal:   keterbatasan   ketersediaan

    infrastruktur   dan   lahan   industri.   Otonomi   daerah

    berdampak   kepada   pengelolaan   keuangan   daerah

    dimana   ruang   gerak   daerah   dalam   pembiayaan

    sektorsektor   cenderung   terbatasi   oleh   dana   yang

    dimiliki   pemerintah   daerah   karena   sebagian   besar

    16

  • dari pendapatan daerah dialokasikan untuk   belanja

    pegawai.

    d. Infrastruktur

    i. Tidak tersedianya secara memadai fasilitas jalan dan

    pelabuhan   dalam   rencana   pembangunan   smelter

    untuk   industri   pengolahan   mineral   terutama   di

    kawasan timur Indonesia (Sulawesi, Kalimantan, dan

    Papua).

    ii. Semakin   menurunnya   tingkat   pelayanan   jalan   dan

    pelabuhan   di   Pulau   Jawa   terutama   di   sekitar

    Jabodetabek   yang   diindikasikan   dengan

    meningkatnya waktu tempuh dari kawasankawasan

    industri   ke   Pelabuhan   Tanjung   Priok   dan   waktu

    tunggu (dwelling time) yang lebih lama di Pelabuhan

    Tanjung Priok.

    e. Energi

    i. Kurangnya pasokan gas untuk industri manufaktur,

    sebagai  contoh rencana revitalisasi  5  pabrik pupuk

    yang   sudah   tua   dan   boros   energi   tidak   bisa

    direalisasikan   sepenuhnya   karena   keterbatasan

    pasokan gas.

    ii. Belum   tersedianya   energi   listrik   yang   dapat

    mencukupi   kebutuhan   pembangunan   smelter

    maupun industri baru lainnya.

    iii. Belum   optimalnya   diversifikasi   energi   termasuk

    program   konversi   BBM   ke   gas   karena   belum

    tersedianya   infrastruktur   pendukung   (Stasiun

    Pengisian BBG).

    f. Lahan

    17

  • i. Tidak tersedianya lahan untuk pembangunan pabrik

    gula   dan   perkebunan   tebu   dalam   rangka

    swasembada gula (300 ribu Ha untuk 20 pabrik gula)

    ii. Belum terselesaikannya Rencana Tata Ruang Wilayah

    (RTRW)   sehingga   menghambat   rencana   investasi,

    contoh   lahan   untuk   kawasan   industri   Sei   Mangke

    dan lahan untuk industri garam di Nagekeo.

    g. Regulasi

    i. Tidak harmonisnya tarif bea masuk produk – produk

    industri antara hulu dan hilir, contoh bea masuk PP

    dan PE sebagai bahan baku untuk industri kemasan

    plastik   sebesar   10   persen   sedangkan   bea   masuk

    produk   hilir   seperti   barang   jadi   plastik   sebesar   0

    persen.

    ii. Belum optimalnya pemanfaatan insentif fiskal seperti

    tax   holiday,   tax   allowance   dan     BMDTP   karena

    prosedur administrasi yang rumit dan panjang.

    iii. Prosedur   pengembalian   restitusi   pajak   bagi   wajib

    pajak yang memanfaatkan fasilitas KITE relatif lama

    sehingga mengganggu cash flow perusahaan.

    h. Ketergantungan impor bahan baku, barang modal dan

    bahan penolong

    Masih tingginya ketergantungan industri  dalam negeri

    terhadap impor bahan baku, barang modal dan  bahan

    penolong.  Pada  Tahun  2013,   impor  bahan  baku  dan

    penolong   sebesar   US$   89,54   miliar   (68,14   persen),

    diikuti   oleh   barang   modal   US$   31,49   miliar   (23,96

    persen), dan barang konsumsi US$ 10,37 miliar (7,38

    persen). Hal ini disebabkan belum kuat dan dalamnya

    18

  • struktur   industri   karena   belum   berkembangnya

    industri   hulu   dan   antara   sehingga   sangat   rentan

    terhadap pengaruh kondisi sosial ekonomi negara asal

    dan menghabiskan devisa dalam jumlah yang besar.

    Indonesia yang terdiri atas ribuan pulau yang tersebar

    dari Sabang sampai Merauke merupakan pasar yang sangat

    potensial   untuk   pengembangan   Industri   Alat   Transportasi

    seperti mobil, sepeda motor, kapal laut, sepeda, becak, dan

    pesawat terbang, sedangkan dengan jumlah penduduk yang

    kurang  lebih  sebesar  240  juta   jiwa merupakan pasar  yang

    sangat   menjanjikan   juga   bagi   industri   Permesinan,

    Elektronika  dan Telematika  yang  termasuk  industri  binaan

    Ditjen ILMATE. 

    Sumber  daya  alam  Indonesia   seperti   cadangan  hutan,

    kelautan   dan   perikanan,   migas,   mineral,   batubara   dan

    sebagainya   sangat   potensial  untuk  menumbuhkan   industri

    komponen   bagi   industriindustri   binaan   Ditjen.   ILMATE

    seperti Industri Alat Transportasi Darat, Industri Elektronika

    dan  Telematika,   Industri   Maritim,   Industri  Kedirgantaraan,

    Industri Alat Pertahanan, Industri Permesinan dan Alat Mesin

    Pertanian,   Industri  Berbasis  Logam Dasar.  Posisi   Indonesia

    yang   sangat   strategis   dapat   juga   dimanfaatkan   untuk

    menunjang pertumbuhan industri tersebut. 

    Industri yang masuk dalam binaan Direktorat Jenderal

    Industri   Logam   Mesin   Alat   Transportasi   dan   Elektronika

    disamping mempunyai kekuatan juga mempunyai kelemahan.

    Berikut Potensi dan Permasalahan Ditjen ILMATE:

    1. Industri Alat Transportasi

    19

  •     Potensi:

    a. Negara kepulauan dan memiliki 

    wilayah laut yang luas, sebagai 

    lahan ekonomi.

    b. Pengalaman dalam proses 

    produksi/perakitan industri alat 

    transportasi.

    c. Sudah berkembangnya industri 

    komponen alat transportasi serta 

    industri pendukung.

    d. Memiliki tenaga kerja yang 

    berpengalaman dalam bidang 

    produksi, rancang bangun dan 

    perekayasaan dan manufaktur alat 

    transportasi.

    e. Besarnya potensi/peluang pasar DN

    (jumlah penduduk cukup besar, 

    daya beli semakin meningkat).

    f. Pasar ASEAN dan APEC terutama 

    dengan adanya kerjasama AFTA 

    dan APEC.

    g. Tren global Sourcing, terutama 

    untuk bahan baku.

    h. Telah memiliki Pusat Desain dan 

    Rekayasa Kapal Nasional (PDRKN).

    i. Memiliki institusi pendidikan di 

    bidang perkapalan dan alat 

    pertahanan.

        Permasalahan:

    a. Ketergantungan   teknologi   proses

    dan   teknologi   produk   yang   masih

    tinggi kepada prinsipal atau pemilik

    teknologi di luar negeri.

    b. Ketergantungan   terhadap   bahan

    baku   dan   komponen   impor   yang

    masih tinggi.

    c. Kurangnya   kebijakan   pemerintah

    yang   mendukung   berkembangnya

    merk dagang industri nasional dan

    kemandirian teknologi.

    d. Infrastruktur   teknologi   pendukung

    (sertifikasi,   laboratorium   uji

    komponen,   dll)   masih   belum

    memadai.

    e. Kurang   dukungan   dari   Perbankan

    terutama   untuk   industri

    perkapalan.

    f. Fasilitas produksi industri galangan

    kapal sebagian besar berusia tua.

    2. Industri Elektronika dan Telematika

    20

  •     Potensi:

    a. Ketersediaan jumlah tenaga kerja 

    yang besar.

    b. Industri IC, CRT, PCB dan 

    komponen lainnya sudah tumbuh.

    c. Besarnya pasar domestik.

    d. Daya saing industri alat rumah 

    tangga cukup kuat di negara 

    ASEAN.

    e. Besarnya potensi sumber daya alam

    sebagai bahan baku/komponen.

        Permasalahan:

    a. Umumnya R&D masih lemah.

    b. Penerapan standar produk masih 

    terbatas.

    c. Negara tujuan ekspor masih 

    ditentukan prinsipal.

    d. Masih lemahnya industri dalam 

    negeri dalam QCD.

    e. Masih banyaknya produk ilegal.

    f. Ketergantungan terhadap bahan 

    baku dan komponen impor masih 

    cukup tinggi.

    3. Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian

        Potensi:

    a. Terkuasainya   beberapa   jenis

    teknologi   sederhana   s.d  medium  :

    foundry,  metal  cutting,   fabrication,

    metal joining & assembling 

    b. Upah kerja cukup bersaing 

    c. Sarana   produksi   yang   tersedia

    cukup memadai 

    d. Adanya   kemampuan   dan

    pengalaman   produksi   barang/jasa

    sejenis 

        Permasalahan:

    a. Teknologi   pembuatan/produksi

    yang   membutuhkan   presisi   tinggi

    belum   sepenuhnya   dikuasai   :   die

    casting, forging, heat treatment, tool

    making, tolerance & standard serta

    teknologi produk 

    b. Kelemahan   dalam   manajemen   &

    pemasaran 

    c. Keterbatasan   kemampuan   industri

    sub kontrakting 

    d. Terbatasnya penerapan SNI

    e. Kurangnya   dukungan   lembaga

    21

  • konsultansi & asosiasi profesi 

    f. Pengusaha   industri   umumnya

    berlatar belakang pedagang

    4. Industri Logam

        Potensi:

    a. Indonesia memiliki cadangan bahan

    baku yang cukup besar, dalam hal

    ini   sumber   daya   mineral   lokal

    sebagai bahan baku;

    b. Indonesia   memiliki   cadangan

    sumber energi berupa gas alam dan

    batubara;

    c. Indonesia   memiliki   tenaga   kerja

    industri   (sumber   daya   manusia)

    yang kompeten;

    d. Telah   diberlakukannya   SNI   Wajib

    untuk   beberapa   produk   industri

    logam dalam rangka meningkatkan

    daya   saing   industri   melalui

    penguasan   pasar   dalam   negeri

    maupun ekspor;

        Permasalahan:

    a. Belum   terintegrasinya   kebijakan

    pengembangan   dan   pembinaan

    industri logam;

    b. Struktur   industri   logam   masih

    lemah   ditandai   tingginya

    kandungan impor bahan baku serta

    lemahnya daya saing di pasar global

    c. Nilai   yang   dibutuhkan   untuk

    berinvestasi   sangat   tinggi,

    dikarenakan   infrastruktur

    industrinya   belum   memadai

    sehingga selain membangun pabrik,

    investor   harus   membangun

    infrastruktur pendukung lainnya.

    d. Ketergantungan   pada   bahan   baku

    impor serta produk antara tertentu,

    menjadikan   posisi   tawar   industri

    22

  • logam nasional, baik di pasar lokal

    apalagi pasar global menjadi lemah

    karena   cenderung   didikte   pasar

    dalam hal pasokan bahan baku;

    e. Pada   umumnya   industri   logam

    masih menggunakan teknologi  dan

    mesin produksi sudah tua;

    f. Efisiensi dan daya saing rendah;

    g. Penggunaan energi belum efisien;

    h. Belum   adanya   standarisasi

    kompetensi kerja nasional indonesia

    sektor industri logam

    i. Belum   sinkronnya   progam

    penelitian dan pengembangan yang

    dilakukan   oleh   lembaga   penelitian

    dan   akademisi   dengan   kebutuhan

    industri (skala ekonomis);

    j. Ekonomi biaya tinggi.

    1.4  PERUBAHAN   RENCANA   STRATEGIS

    KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

    Perubahan kondisi   ekonomi  global   sejak  krisis  2008,   telah

    memunculkan  berbagai   tantangan  baru   yang   semakin   komplek

    dalam pengelolaan stabilitas makro ekonomi. Di tengah berbagai

    upaya   yang   terus   ditempuh   untuk   mengatasi   berbagai

    23

  • permasalahan struktural di dalam negeri, perekonomian Indonesia

    selama tahun 2015 dihadapkan pada rangkaian kejutan eksternal

    dalam   perekonomian   global,   yang   berdampak   ke   Indonesia.

    Pemulihan ekonomi global ternyata tidak sesuai harapan, berjalan

    lambat, tidak berimbang, dan masih penuh ketidakpastian. Negara

    maju,   terutama  perekonomian  Amerika  Serikat  memperlihatkan

    pemulihan   yang   lebih   solid.   Sedangkan   perekonomian   negara

    berkembang,   terutama   Tiongkok,   mengalami   perlambatan

    struktural,   yang  pada   gilirannya   terus  menekan  kinerja   ekspor

    Indonesia.  Ketidakseimbangan  dalam pemulihan ekonomi  global

    tersebut   mengakibatkan   terjadinya   divergensi   siklus   kebijakan

    moneter antara berbagai negara.

    Struktur ekspor Indonesia lebih berbasis sumber daya alam

    sehingga merosotnya harga komoditas berdampak signifikan pada

    kinerja ekspor, yang pada gilirannya mempengaruhi perlambatan

    kinerja   di   berbagai   sektor   perekonomian.   Di   samping   itu,

    ketergantungan   bahan   baku   impor   yang   cukup   besar   dalam

    komoditas   ekspor   menjadikan   tidak   optimalnya   sektor   industri

    berorientasi ekspor dalam memanfaatkan depresiasi rupiah untuk

    meningkatkan kinerja ekspor.

    Beberapa kondisi ekonomi yang terjadi selama kurun waktu

    dari  penetapan dokumen Rencana  Strategis  Direktorat  Jenderal

    Industri   Logam   Mesin   Alat   Transportasi   dan   Elektronika   dan

    perubahan   Rencana   Strategis   Kementerian   Perindustrian   tahun

    2015   –   2019     sebagaimana   Peraturan   Menteri   Perindustrian

    Republik   Indonesia   Nomor   85.1/PER/12/2016,   menjadi   dasar

    pertimbangan dalam penyusunan perubahan dokumen Rencana

    Strategi   Direktorat   Jenderal   Industri   Logam   Mesin   Alat

    Transportasi dan Elektronika.

    24

  •   Perubahan   Rencana   Strategi   Direktorat   Jenderal   Industri

    Logam   Mesin   Alat   Transportasi   dan   Elektronika   ini   mencakup

    penyempurnaan   arah   kebijakan   baik   visi,   misi,   tujuan   dan

    sasaran strategis, maupun penyesuaian target kinerja Direktorat

    Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika.

    1.5 Analisa Capaian Kinerja Tahun Sebelumnya

    Ditinjau dari aspek pencapaian kinerja yang diamanahkan dalam RencanaStartegis, Rencana Kerja, dan kinerja sasaran sebagaimana ditetapkan dalamdokumen Penetapan Kinerja Direktorat Jenderal ILMATE tahun 2016, makasecara garis besar Ditjen ILMATE telah berhasil melaksanakan tugas pokok,fungsi dan misi yang diemban. Hal tersebut tercermin dari keberhasilanpencapaian sasaran strategis dan kinerja lainnya sebagaimana diurakandalam Bab III, yang merupakan dampak dari pelaksanaan tugas pokok danfungsi Direktorat Jenderal ILMATE.

    Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan hal-halsebagai berikut:1. Sasaran-sasaran strategis perspektif stakeholder sebagaiman ditetapkan

    dalam dokumen Penetapan Kinerja tahun 2016 berhasil dicapai DirektoratJenderal ILMATE dengan nilai rata-rata capaian sebesar 90 persen. Nilaicapaian ini sudah menggambarkan beberapa peningkatan dan perbaikanbaik dalam hal penetapan indikator dan target maupun dalampencapaiannya.

    2. Sasaran strategis perspektif proses internal yang telah ditetapkan dalamdokumen Penetapan Kinerja tahun 2016, Nilai rata-rata capaian sasaranstrategis perspektif proses internal yang berhasil dicapai DirektoratJenderal ILMATE sebesar 95 persen. Nilai capaian ini sudahmenggambarkan beberapa peningkatan dan perbaikan baik dalam halpenetapan indikator dan target maupun dalam pencapaiannya.

    3. Sasaran-sasaran strategis perspektif pembelajaran oganisasisebagaimana ditetapkan dalam dokumen Penetapan Kinerja tahun 2016berhasil dicapai Direktorat Jenderal ILMATE dengan nilai rata-rata capaiansebsar 90 persen. Nilai capaian ini sudah menggambarkan beberapapeningkatan dan perbaikan baik dalam hal penetapan indikator dan targetmaupun dalam pencapaiannya.

    4. Belum seluruh sasaran strategis dan indikatornya menunjukkan nilai

    25

  • capaian seperti yang diharapkan, karena itu perlu dilakukan evaluasi lebihlanjut terhadap proses perencanaan program dan penganggaran dalamrangka mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

    1.5.1 ANALISIS CAPAIAN KINERJA PEMANGKU KEPENTINGAN

    Pencapaian kinerja sasaran seperti yang telah ditetapkan sebagaiperjanjian kontrak dalam dokumen Penetapan Kinerja tahun 2016 merupakantahapan dari upaya pencapaian kinerja sasaran yang telah ditetapkan dalamRencana Strategis Direktorat Jenderal ILMATE tahun 2016 - 2019. Kinerjasasaran yang ditetapkan dalam Penetapan Kinerja Direktorat Jenderal ILMATEtahun 2014 mencakup 4 (empat) sasaran strategis dalam perspektifPemangku Kepentingan (Stakeholder) yang diukur melalui 8 (delapan)Indikator Kinerja Utama (IKU).

    1. Meningkatnya Peran Industri dalam PerekonomianNasional

    Peran industri dalam perekonomian diindikasikan dengan perkembanganlaju pertumbuhan PDB industri pengolahan non-migas dan Kontribusi PDBindustri pengolahan non-migas terhadap PDB nasional. Sasaran strategis iniakan dicapai melalui Indikator Kinerja Utama:a. Laju pertumbuhan PDB Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan

    Elektronika dengan target tahun 2014 sebesar 6,44 persen;b. Kontribusi PDB Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika

    terhadap PDB nasional dengan target sebesar 4,91 persen;

    Laju pertumbuhan PDB Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, danElektronika dihitung atas dasar harga berlaku konstan yang dipublikasikanoleh BPS.

    Kontribusi PDB Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronikaterhadap PDB nasional dihitung dengan membandingkan nilai PDB IndustriLogam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika terhadap PDB nasional.

    Tabel 3.9Capaian IKU dari Meningkatnya Peran Industri dalam Perekonomian

    Nasional

    SasaranStrategis IKU

    Realisasi TargetRealisa

    si

    Capaian

    (persen)

    Satuan

    2014 2015 2016

    26

  • Meningkatnyaperan industridalam perekonomiannasional

    Laju pertumbuhan PDB ILMATE

    5,52 5,6 6,44 5,18 80,43 Persen

    Kontribusi PDB ILMATE terhadap PDB nasional

    4,94 4,64 4,91 4,91 100 Persen

    Dilihat dari aspek pencapaian target dan realisasi, dibandingkan denganpencapaian tahun 2015, indikator laju pertumbuhan PDB ILMATE pada tahun2016 diprognosakan sebesar 5,18 persen, mengalami penurunan sebesar 0,42persen dibanding tahun 2015. Sementara itu Kontribusi PDB ILMATE padatahun 2016 diprognosakan sebesar 4,64 persen, nilai ini turun sebesar 0,30persen dibandingkan tahun 2014.

    2. Meningkatnya Penguasaan Pasar di Dalam dan LuarNegeri

    Meningkatnya penguasaan pasar dalam negeri dimaksudkan untukmeningkatkan penjualan produk dalam negeri dibandingkan dengan seluruhpangsa pasar. Sedangkan penguasaan pangsa pasar di luar negeridimaksudkan untuk meningkatkan nilai ekspor produk ILMATE sehingga dapatmeningkatkan rasio/perbandingan nilai ekspor ILMATE terhadap nilai eksporkeseluruhan. Indikator Kinerja Utama sasaran strategis ini adalah: Kontribusiekspor produk ILMATE terhadap ekspor nasional dengan target pada tahun2016 sebesar 18,97 persen.

    Kontribusi ekspor produk ILMATE terhadap ekspor nasional diukur melaluipenghitungan perbandingan nilai ekspor industri Logam, Mesin, AlatTransportasi, dan Elektronika terhadap nilai ekspor nasional.

    Tabel 3.10Capaian IKU dari Meningkatnya Penguasaan Pasar di Dalam dan Luar

    Negeri

    SasaranStrategis IKU

    Realisasi TargetRealisa

    siCapaian(persen

    ) Satuan2014

    2015 2016

    Meningkatnya penguasaan pasar di dalam dan luar negeri

    Kontribusi ekspor produk ILMATE terhadap ekspor nasional

    12,55

    13,29 19,13 19,15 100,1 Persen

    Pada periode 2014 sampai dengan 2016, ekspor produk ILMATE terusmengalami peningkatan. Tren peningkatan ekspor produk ILMATE pada

    27

  • periode tersebut sebesar 4,64 persen. tahun 2016 nilai ekspor produk ILMATEdiproyeksikan sebesar US$ 13,29 miliar. Terjadi penurunan yang cukupsignifikan yang disebabkan karena melemahnya ekonomi dunia, penurunanekspor ini terjadi pada seluruh sektor di ILMATE. Produk terpilih ILMATE yangmenjadi kontribusi terbesar terhadap ekspor ILMATE yaitu :komponenelektronika, komponen KBM, elektronika konsumsi, KBM Roda 4, AlatPemrosesan data (terutama printer), peralatan listrik rumah tangga, danperkapalan.

    3. Meningkatnya Penyerapan Tenaga Kerja di SektorILMATE

    Sasaran strategis ini dimaksudkan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitaspenyerapan tenaga kerja melalui penciptaan lapangan kerja yang produktif.Sasaran strategis ini dicapai dengan Indikator Kinerja Utama: Jumlahpenyerapan tenaga kerja di sektor ILMATE dengan target sebanyak 100.000tenaga kerja.

    Jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor ILMATE diukur denganmenghitung jumlah tenaga kerja yang terserap di sektor industri Logam,Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika selama tahun 2016.

    Tabel 3.11Capaian IKU dari Meningkatnya Penyerapan Tenaga Kerja di Sektor

    ILMATE

    SasaranStrategis

    IKU Realisasi Target RealisasiCapaian(persen

    ) Satuan

    2014 2015 2016

    Meningkatnya penyerapan tenaga kerja disektor ILMATE

    Jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor ILMATE

    170.195

    142.185 100.000 215.400 215,4

    TenagaKerja

    Selama periode tahun 2016, penambahan jumlah tenaga kerja ILMATEadalah 215.400 tenaga kerja. Secara keseluruhan jumlah tenaga kerja ILMATEpada tahun 2016 sebanyak 1.976.400 tenaga kerja, meningkat 12,25 persenatau 215.400 tenaga kerja dibandingkan tahun 2014.

    4. Menguatnya Struktur Industri

    Sasaran strategis ini bertujuan untuk memperkuat struktur industripengolahan non-migas dengan menumbuhkan industri hulu dan antara yang

    28

  • berbasis sumber daya alam. Sasaran strategis ini diukur melalui indikatorkinerja utama: Rasio impor bahan baku, bahan penolong, barang modalterhadap PDB industri non migas dengan target 17,53 persen.

    Rasio impor bahan baku, bahan penolong, barang modal terhadap PDBindustri non migas merupakan perbandingan nilai impor bahan baku, bahanpenolong, dan barang modal terhadap PDB industri pengolahan non-migasyang diharapkan terus menurun.

    Tabel 3.12Capaian IKU dari Menguatnya Struktur Industri

    SasaranStrategis IKU

    Capaian TargetRealisa

    si

    Capaian

    (persen) Satuan

    2013 2015 2016

    Menguatnyastruktur industri

    Rasio impor bahan baku, bahan penolong, barang modal terhadap PDB industri non migas

    - 9,71 17,53 8,74 49,86 Persen

    Selama periode tahun 2016, Rasio impor bahan baku, bahan penolong,barang modal terhadap PDB industri non migas sebesar 8,74 %, rasiomenunjukan kekuatan struktur industri dalam negeri semakin kecil rasio,semakin kuat struktur industri. Diharapkan tahun berikutnya rasio akansemakin menurun.

    1.5.2 ANALISIS CAPAIAN KINERJA PROSES INTERNAL

    1. Tersusunnya Kebijakan Pembangunan Industri Searahdengan Ideologi TRISAKTI dan Agenda PrioritasPresiden (NAWACITA)Merupakan arah kebijakan pembangunan industri sesuai dengan ideologi

    TRISAKTI dan Agenda Prioritas Presiden (NAWACITA). Capaian sasaranstrategis ini diukur melalui Indikator Kinerja Utama: a. Tersusunnya Peraturan Pemerintah (PP) dengan target 1 Peraturan;b. Tersusunnya Peraturan Presiden (Perpres) dengan target 0 Peraturan;c. Tersusunnya Peraturan Menteri (Permen) dengan target 1 Peraturan.

    29

  • Tabel 3.13Capaian IKU dari Tersusunnya Kebijakan Pembangunan IndustriSearah dengan Ideologi TRISAKTI dan Agenda Prioritas Presiden

    (NAWACITA)

    SasaranStrategis IKU

    Capaian TargetRealisa

    si

    Capaian

    (persen) Satuan

    2014

    2015 2016

    Tersusunnya Kebijakan Pembangunan Industri Searah dengan IdeologiTRISAKTI dan Agenda Prioritas Presiden (NAWACITA)

    Tersusunnya Peraturan Pemerintah

    - - 1 1 100 Peraturan

    Tersusunnya Peraturan Presiden

    - - 0 - 0 Peraturan

    Tersusunnya Peraturan Menteri

    - - 1 - 0 Peraturan

    Salah satu Peraturan Pemerintah (PP) yang telah selesai dibahas yaituterevisi Peraturan Pemerintah nomor 52 Tahun 2011 mengenai PerubahanKedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Fasilitas PajakPenghasilan Untuk Penanaman Modal Di Bidang-Bidang Usaha TertentuDan/Atau Di Daerah-daerah Tertentu.

    Untuk pembahasan tersusunnya kebijakan pembangunan industri DitjenILMATE telah melakukan pembahasan beberapa peraturan menteridiantaranya :

    • Peraturan Menteri (Permen) terkait Solar Panel• Revisi Peraturan Menteri Perindustrian (Permenperin) nomor 68 tahun

    2014 mengenai Ketentuan Pemberian Rekomendasi Penetapan SebagaiImportir Terdaftar Telepon Seluler, Komputer Genggam (Handheld), DanKomputer Tablet.

    • Revisi Peraturan Menteri Perindustrian (Permenperin) nomor 65 tahun2016 mengenai Ketentuan Dan Tata Cara Penghitungan Nilai TingkatKomponen Dalam Negeri Produk Telepon Seluler, Komputer Genggam(Handheld), Dan Komputer Tablet.

    • Revisi Peraturan Menteri Perindustrian (Permenperin) nomor 38 tahun2013 mengenai Katub Tabung Baja Elpiji

    Saat ini keempat draft tersebut telah selesai proses pembahasan di Uniteselon 2 dan saat ini sedang dikaji oleh bagian Biro Hukum KementerianPerindustrian.

    2. Meningkatkan Daya Saing Industri melalui

    30

  • Pengembangan Standarisasi Industri

    Meningkatnya daya saing industri pengolahan non-migas melaluiPenyusunan SNI, ST dan PTC sesuai arah kebijakan pembangunan industri,penerapan SNI secara sukarela dan penerapan SNI, ST dan PTC yangdiberlakukan secara wajib serta penguatan infrastruktur mutu standardisasiindustri. Capaian sasaran strategis ini diukur melalui Indikator Kinerja Utama:Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) dengan target sebanyak10 RSNI.

    Tabel 3.14Capaian IKU dari Meningkatkan Daya Saing Industri melalui

    Pengembangan Standarisasi Industri

    SasaranStrategis IKU

    Realisasi Target RealisasiCapaian(persen) Satuan201

    4201

    52015

    Meningkatkan Daya Saing Industri melalui Pengembangan Standarisasi Industri

    Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI)

    - 8 10 13 130 RSNI

    Sasaran strategis dalam rangka meningkatnya daya saing industri melaluipengembangan standardisasi industri telah selesainya 13 RSNI/SNI di sektorindustri ILMATE diantaranya :

    RSNI Peralatan dan Aksesories LPG-Sistem Propulsi LPG untuk Kapal RSNI Insinerator RSNI Road Vehicles RSNI Baut Bantuan Belah Jepit Baja RSNI Rol Karet Pengupas Gabah Revisi SNI 1591-2012 Katup Tabung RSNI Spesifikasi Teknis Boiler di bawah 300 ton/jam RSNI Road Vehicles-Compressed Natural Gas (CNG) fuel system Part 2:

    Test Methods RSNI Road Vehicles-Compressed Natural Gas (CNG) fuel system Part 17:

    Flexible Fuel Line RSNI Road Vehicles-Compressed Natural Gas (CNG) fuel system Part 18:

    Filter RSNI Produk Aluminium Foil RSNI Baja Tulangan Beton

    31

  • Sedangkan untuk SNI Wajib, pada tahun 2016 Ditjen ILMATE telahmemberlakukan SNI wajib untuk 1 (satu) produk yaitu SNI Wajib Produk PipaBaja Saluran Air

    3. Meningkatnya Investasi Sektor Industri melaluiFasilitasi Pemberian Insentif Fiskal dan Nonfiskal

    Merupakan Upaya meningkatkan investasi di industri pengolahan non-migas melalui pemberian fasilitasi, promosi investasi industri, serta pemberianinsentif bagi investasi di bidang industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, danElektronika. Capaian sasaran strategis ini diukur melalui Indikator KinerjaUtama: Nilai investasi di sektor industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, danElektronika dengan target Rp. 15,73 Triliun.

    Nilai investasi di sektor industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, danElektronika merupakan jumlah realisasi investasi di sektor industri Logam,Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika.

    Tabel 3.15Capaian IKU dari Meningkatnya Investasi Sektor Industri melalui

    Fasilitasi Pemberian Insentif Fiskal dan Nonfiskal

    Sasaran StrategisIKU Realisasi Target Realisasi Capaian Satua

    n2014 2015 2016

    Meningkatnya aksespembiayaan dan bahan baku untuk meningkatkan kapasitas produksi

    Nilai investasi disektor industri

    53,21 74,1 15,73 93,23 592,7 % Rp.Triliun

    Tabel 3.16Realisasi investasi per sektor industri

    Sektor Nilai Investasi (Triliun)

    2013 2014 2015 2016

    ILMATE 83,51 53,21 74,1 93,23

    Logam 31,17 19,04 37,88 42,89

    Mesin 4,75 5,61 8,09 9,69

    Alat Transportasi 40,99 22,02 24,61 35,86

    Elektronika 6,6 6,54 3,52 4,8

    32

  • Realisasi nilai investasi ILMATE tahun 2016 sebesar Rp. 93,23 Triliun.Sektor Industri Logam pada tahun 2016 memiliki realisasi investasi tertinggiyaitu sebesar Rp. 42,89 Triliun, diikuti dengan sektor industri alat transportasidengan total investasi Rp. 35,86 triliun, lalu sektor industri mesin dengan nilaiRp. 9,69 triliun, dan sektor industri elektronika dengan nilai investasi Rp. 4,8triliun.

    Beberapa perusahaan yang melakukan investasi baik perluasan maupunpembangunan pabrik baru antara lain:a. PT. Indoferro memproduksi pig iron dengan kapasitas 500.000 ton/tahun

    dan nikel pig iron dengan kapasitas 250.000 ton/tahunb. PT. Krakatau Osaka Steel secara trial yang memproduksi besi beton, besi

    siku, besi U, dan besi plat dengan kapasitas produksi 500ribu ton/tahunc. PT. Jogja Magasa Iron dengan kapasitas 1juta ton/tahund. PT. Sebuku Lateritic Iron & Steel untuk pembangunan Pabrik yang

    memproduksi Pig Iron dengan kapasitas 3juta ton per tahun di Sebuku e. PT Antam Tbk (Joint Venture antara PT Antam dengan Hangzhou Jinjiang

    Group) dengan Proyek Pembangunan Alumina Refinery Plant/ SmelterGrade Alumina (SGA)

    f. PT. Well Harvest Winning Alumina Refinery dengan Proyek PembangunanAlumina Refinery Plant/ Smelter Grade Alumina (SGA)

    g. PT. Feni Haltim sebesar 300 Ribu Ton dan PT. Bumi Selaras sebesar 60 RibuTon serta PT. Weda Bay Nickel sebesar 60 Ribu Ton

    Untuk meningkatkan daya saing industri di pasar domestik, Ditjen ILMATEtelah menyusun pemberian insentif fiskal berupa Bea Masuk DitanggungPemerintah (BMDTP) sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor273/PMK.010/2015 perihal Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP) SektorIndustri Tertentu Tahun Anggaran 2016. Dari pagu anggaran untuk BMDTPsebesar Rp. 254.892.000.000,- (dua ratus lima puluh empat miliar delapanratus Sembilan puluh dua juta rupiah), yang terealisasin adalah sebesar Rp.130.390.324.000,- (seratus tiga puluh miliar tiga ratus Sembilan puluh jutatiga ratus dua puluh empat ribu rupiah) atau 51,15 persen dari pagu anggaranuntuk BMDTP.

    BMDTP tahun 2016 dimanfaatkan oleh 48 perusahaan di lingkup ILMATEyaitu:1. Dit. IL sebanyak 0 perusahaan dengan total nilai Rp. 0,-2. Dit. IPAMP sebanyak 5 perusahaan dengan total nilai Rp. 2.659.924.000,-

    33

  • 3. Dit. IMATAP sebanyak 28 perusahaan dengan total nilai Rp.108.943.515.000,-

    4. Dit. IET sebanyak 15 perusahaan dengan total nilai Rp. 18.786.885.000,-

    Selain usulan insentif fiskal, Direktorat Jenderal ILMATE juga memberikaninsentif non fiskal berupa fasilitasi bantuan peralatan. tahun 2016 DirektoratJenderal ILMATE memberikan bantuan mesin/peralatan kepada instansi dalamrangka mendukung pelaksanaan SNI wajib dan penguatan teknologi industri.Bantuan mesin/peralatan tersebut antara lain:

    a. Pengadaan peralatan industri manufaktur untuk peningkatan TKDN diSTMI Jakarta;

    b. Pengadaan bantuan mesin peralatan untuk BBIHP di Makassar; c. Pengadaan furniture Bandung Technopark di Bandung; d. Pembuatan Prototype KBM Multiguna Pedesaan (Dump Pick Up) di Solo;e. Pembuatan Prototype KBM Multiguna Pedesaan (PTO) di Solo;f. Pengadaan bantuan alat untuk design center kereta api (large format

    printer) di Bandung;g. Pembangunan gedung PPTIK-Alkes (lanjutan tahun 2015) di Bandung;

    4. Meningkatnya Ketersediaan Data Sektor Industrimelalui Penyelenggaraan Sistem Informasi IndustriNasional

    Membangun Sistem Informasi yang mampu mengumpulkan dan mengolahdata dan informasi industri secara elektronik, terkoneksi antar sistem,terjamin keamanan dan kerahasiannya serta mudah diakses, sehingga dapatmeningkatkan pelayanan publik, efisiensi, inovasi dalam pembangunanindustri. Capaian sasaran strategi ini diukur melalui Indikator Kinerja Utama:1. Jenis Data yang tersedia pada Sistem Informasi Industri Nasional dengan

    terget 2 Database.2. Jenis Informasi yang tersedia pada Sistem Informasi Industri Nasional

    dengan target 4 Jenis Informasi.

    Jenis Data yang tersedia pada Sistem Informasi Industri Nasionalmerupakan data yang tersedia dalam Sistem Informasi Industri Nasionalpaling sedikit meliputi : Data Industri; Data Kawasan Industri; dataperkembangan dan peluang pasar; dan data perkembangan Teknologi Industri.

    Jenis Informasi yang tersedia pada Sistem Informasi Industri Nasionalmerupakan Informasi yang tersedia dalam Sistem Informasi Industri Nasional

    34

  • paling sedikit meliputi : perkembangan Industri; perkembangan dan peluangpasar; perkembangan Teknologi Industri; perkembangan investasi dan sumberpembiayaan Industri; perwilayahan Industri; sarana dan prasarana Industri;sumber daya Industri;dan kebijakan Industri dan fasilitas Industri.

    Tabel 3.17Capaian IKU dari Meningkatnya Ketersediaan Data Sektor Industri

    melalui Penyelenggaraan Sistem Informasi Industri Nasional

    SasaranStrategis

    IKU RealisasiTarge

    tRealisa

    siCapaian(Persen

    ) Satuan2015 2016

    MeningkatnyaKetersediaan Data Sektor Industri melalui Penyelenggaraan Sistem Informasi Industri Nasional

    Jenis Data yang tersedia pada Sistem Informasi Industri Nasional

    2 2 2 100 Database

    Jenis Informasi yang tersedia pada Sistem Informasi Industri Nasional

    4 4 2 50 JenisInformasi

    Pada tahun 2016 Ditjen ILMATE menyusun 2 (dua) jenis Database yaitu: 1. ILMATE dalam angka tahun 2016 yang berisi data-data kinerja sektor

    ILMATE pada tahun 2016 yang mencakup: pertumbuhan, ekspor, impor,tenaga kerja, investasi, neraca perdagangan industri, serta sebaranindustri.

    2. Profil perusahaan dibawah binanan Direktorat Jenderal Industri Logam,Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika.

    Selain itu Ditjen ILMATE juga telah mengembangkan 2 (dua) jenis sisteminformasi guna mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Ditjen ILMATE,keempat sistem informasi itu adalah sebagai berikut:1. Penyempurnaan website Ditjen ILMATE; dan2. Pembuatan majalah Ditjen ILMATE sebanyak 4 edisi

    1.5.3 ANALISIS CAPAIAN KINERJA PEMBELAJARAN ORGANISASI

    1. Meningkatnya Ketersediaan Sarana dan PrasaranaPendukung Pelaksanaan Tugas dan Fungsi

    35

  • Sasaran strategis ini bertujuan untuk melihat peningkatan pemenuhansarana dan prasarana di lingkungan Ditjen ILMATE. Capaian sasaran strategisini diukur melalui Indikator Kinerja Utama: Tingkat pemenuhan sarana danprasarana kerja dengan target sebesar 90 persen.

    Tabel 3.18Capaian IKU dari Meningkatnya Ketersediaan Sarana dan Prasarana

    Pendukung Pelaksanaan Tugas dan Fungsi

    SasaranStrategis IKU

    RealisasiTarget

    Realisasi

    Capaian

    (persen)

    Satuan

    2014 2015 2016Meningkatnya Ketersediaan Sarana dan Prasarana Pendukung Pelaksanaan Tugas dan Fungsi

    Tingkat pemenuhansarana dan prasarana kerja

    - 90 90 90 100 Persen

    Pada tahun 2016 Direktorat jenderal ILMATE telah melakukanpemeliharaan dan peremajaan peralatan dan perlengkapan perkantoran diseluruh Direktorat di lingkungan Direktorat Jenderal ILMATE dengan totalanggaran sebesar Rp. 303.500.175,- (tiga ratus tiga juta lima ratus ribuseratus tujuh puluh lima rupiah).

    2. Meningkatnya Kualitas Perencanaan danPenganggaran

    Sasaran Strategis ini bertujuan untuk menganalisa pelaksanaan tugasperencanaan dan penganggaran melalui sistem perencanaan danpenganggaran yang aplikatif, terukur, dan akuntabel guna melayanipengembangan industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronikasehingga program-program dapat berjalan dengan baik. Capaian sasaranstrategis ini diukur melalui Indikator Kinerja Utama :a. Tingkat kesesuaian rencana kegiatan dengan dokumen perencanaan

    dengan target sebesar 90 persen. Tingkat kesesuaian rencana kegiatandengan dokumen perencanaan merupakan persentase realisasi jumlahoutput dangan output dokumen RKAKL Ditjen ILMATE.

    Tabel 3.19

    36

  • Capaian IKU dari Meningkatnya Kualitas Perencanaan dan Pelaporan

    SasaranStrategis IKU

    Realisasi TargetRealisa

    siCapaian(persen) Satua

    n2014

    2015 2016

    Meningkatnya Kualitas Perencanaan dan Penganggaran

    Tingkat kesesuaian rencana kegiatan dengan dokumen perencanaan

    90 90 90 90 100 Persen

    Pelaksanaan kegiatan Ditjen ILMATE tahun 2016 dan realisasi per outputsebagaimana terlampir dalam lampiran.

    3. Meningkatnya Kualitas Pelaporan PelaksanaanKegiatan dan Anggaran

    Sasaran strategis ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas sistempelaporan pelaksanaan kegiatan dan anggaran melalui sistem pelaporan yanghandal. Capaian sasaran strategis ini diukur melalui Indikator Kinerja Utama:Nilai SAKIP Ditjen ILMATE dengan target predikat nilai B. Nilai SAKIP DitjenILMATE merupakan nilai SAKIP yang dinilai oleh Kementerian PAN danReformasi Birokrasi.

    Tabel 3.20Capaian IKU dari Terbangunnya Organisasi yang Profesional dan Pro

    Bisnis

    Sasaran Strategis IKURealisasi Target

    Realisasi

    Capaian

    (persen) Satuan

    2014

    2015 2016

    Meningkatnya Kualitas Pelaporan PelaksanaanKegiatan dan Anggaran

    Nilai SAKIP Ditjen ILMATE

    B C B - - Predikat

    Pada tahun 2015 Ditjen ILMATE memperoleh nilai penilaian SAKIP 55,90atau ekuivalen dengan predikat C (cukup), hal ini dikarenakan jatuhnya nilairealisasi anggaran Ditjen ILMATE tahun 2014 dimana ada beberapa kegiatanprioritas yang tidak dapat dilaksanakan antara lain: konverter kit danpengembangan Kendaraan Angkutan Umum Murah (KAUM).

    Dibandingkan dengan capaian tahun 2014, Nilai SAKIP Ditjen ILMATEsebesar 72,21. Penurunan ini disebabkan adanya perubahan dalam kriteriapenilaian oleh KemenPAN dalam menilai laporan kinerja instansi pemerintah.

    4. Meningkatnya Implementasi Kebijakan Industri Melalui

    37

  • Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan.

    Sasaran strategis ini bertujuan untuk mamantau dan mereviewpelaksanaan kebijakan penumbuhan industri Logam, Mesin, Alat Transportasi,dan Elektronika. Capaian sasaran strategis ini diukur melalui Indikator KinerjaUtama: Jumlah rekomendasi perbaikan kebijakan industri dengan target 1rekomendasi.

    Jumlah rekomendasi perbaikan kebijakan industri merupakan jumlahrekomendasi untuk perbaikan kebijakan penumbuhan industri Logam, Mesin,Alat Transportasi, dan Elektronika.

    Tabel 3.21Capaian IKU dari Terbangunnya Sistem Informasi yang Terintegrasi

    dan Handal

    SasaranStrategis IKU

    Realisasi TargetRealisa

    siCapaian(persen

    ) Satuan201

    42015 2016

    Meningkatnya Implementasi Kebijakan Industri Melalui Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan

    Jumlah rekomendasi perbaikan kebijakan industri

    - 1 1 1 100 Rekomendasi

    Pada tahun 2016 Ditjen ILMATE telah melakukan monitoring dan evaluasiterhadap bantuan mesin/peralatan yang telah diserahkan keinstansi/balai/masyarakat untuk dapat mengetahui kemanfaatan dari bantuanyang telah diberikan dengan metode kunjungan langsung / survey lapangandengan wawancara dan pengisian kuesioner. Rekomendasi yang dihasilkandari hasil monev tersebut adalah agar lebih selektif dalam memilih calonpenerima bantuan dan spesifikasi teknis bantuan mesin/peralatan yangdiberikan harus sesuai dengan kebutuhan penerima.

    38

  • BAB II 

    VISI, MISI, DAN TUJUAN

    PEMBANGUNAN INDUSTRI LOGAM MESIN ALAT

    TRANSPORTASI DAN ELEKTRONIKA

    2.1. VISI DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI LOGAM, MESIN,

    ALAT TRANSPORTASI, DAN ELEKTRONIKA

    Berdasarkan kondisi umum, potensi, permasalahan, dan

    tantangan yang dihadapi ke depan sebagaimana yang telah

    dijelaskan   pada   Bab   I,   maka   Direktorat   Jenderal   Industri

    Logam,   Mesin,   Alat   Transportasi,   dan   Elektronika   sesuai

    dengan   tugas   pokok   dan   fungsinya   sebagai   lembaga   yang

    menyelenggarakan urusan pemerintahan di  bidang   Industri

    Logam,   Mesin,   Alat   Transportasi,   dan   Elektronika  dituntut

    untuk   melakukan   pengaturan,   pembinaan,   dan

    pengembangan industri. Untuk itu, maka disusunlah visi dan

    misi   Pembangunan   Industri   yang   akan   dicapai   melalui

    39

  • pencapaian   tujuan,   sasaran   strategis,   dan   pelaksanaan

    program dan kegiatan utama maupun kegiatan pendukung

    sebagaimana   digambarkan   pada   peta   strategis   Direktorat

    Jenderal   Industri   Logam,   Mesin,   Alat   Transportasi,   dan

    Elektronika pada gambar 2.1 berikut:

    Gambar 2.1 Peta Strategi Ditjen ILMATE

    Apabila keseluruhan hal tersebut dapat terpenuhi, maka

    berarti   Direktorat   Jenderal   Industri   Logam,   Mesin,   Alat

    Transportasi, dan Elektronika telah mampu berperan dalam

    mendukung   pencapaian   visi,   misi,   sasaran,   dan   target

    pembangunan   nasional   sebagaimana   diamanatkan   pada

    RPJMN 2015    2019,   serta  mendukung  pencapaian   tujuan

    berbangsa dan bernegara sesuai dengan amanat UUD 1945,

    yaitu   mewujudkan   masyarakat   Indonesia   yang   adil   dan

    makmur. Oleh karena itu, Visi Pembangunan Industri tahun

    2015 – 2019 adalah:

    “Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing

    dengan   Struktur   Industri   yang   Kuat   Berbasiskan

    Sumber Daya Alam dan Berkeadilan”.

    Sedangkan   visi   Direktorat   Jenderal   Industri   Logam,

    Mesin,  Alat   Transportasi,   dan  Elektronika   sebagai   turunan

    40

  • dari   visi   Kementerian   Perindustrian   tahun   2015   –   2019

    adalah:

    “Terwujudnya   Struktur   Industri   Logam,   Mesin,   Alat

    Trasportasi,   dan   Elektronika   yang   kuat   berbasiskan

    sumberdaya   alam   dan   berkeadilan   dalam   rangka

    meningkatkan daya saing industri”.

    2.2. MISI DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI LOGAM, MESIN,

    ALAT TRANSPORTASI, DAN ELEKTRONIKA

    Untuk   mewujudkan   visi   tersebut   di   atas,   diperlukan

    tindakan   nyata   dalam   bentuk   3   (tiga)   misi   sesuai   dengan

    tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin,

    Alat Transportasi, dan Elektronika sebagai berikut:

    41

  • 1. Memperkuat dan memperdalam struktur industri logam,

    mesin,   alat   transportasi,   dan   elektronika   untuk

    mewujudkan   industri   nasional   yang   mandiri,   berdaya

    saing, maju, dan berwawasan lingkungan;2. Meningkatkan nilai  tambah industri  logam, mesin, alat

    transportasi,   dan   elektronika  di   dalam   negeri   melalui

    pengelolaan   sumber daya  industri  yang berkelanjutan

    dengan   meningkatkan   penguasaan     teknologi   dan

    inovasi;3. Menumbuhkan   populasi  industri  logam,   mesin,   alat

    transportasi,   dan   elektronika   guna   memberikan

    kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja;

    Pemerataan   pembangunan   Industri   ke   seluruh   wilayah

    Indonesia  guna  memperkuat  dan memperk6kuh  ketahanan

    nasional.  Sesuai  dengan hasil  analisis   lingkungan strategis

    yang telah diidentifikasi dan dengan memperhatikan visi dan

    misi   Industri   Nasional   Indonesia   yang   tertuang   dalam

    Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN), maka

    dapat dirumuskan kondisi mendatang yang diharapkan dapat

    diwujudkan   oleh   Industri   Nasional.   Kondisi   mendatang   ini

    dibagi ke dalam tiga tahapan waktu, yaitu kurun waktu 2015

    2019   sebagai   fase   untuk   mewujudkan   visi   pembangunan

    industri  nasional  yang  memiliki  nilai   tambah sumber  daya

    alam pada industri  hulu berbasis  agro,  mineral dan migas,

    yang diikuti dengan pembangunan industri  pendukung dan

    andalan secara selektif melalui penyiapan SDM yang ahli dan

    kompeten   di   bidang   industri,   serta   meningkatkan

    penguasaan teknologi. Kurun waktu 20202024 sebagai fase

    mewujudkan   visi   pembangunan   industri   nasional   yang

    memiliki keunggulan kompetitif dan berwawasan lingkungan

    melalui   penguatan   struktur   industri   dan   penguasaan

    42

  • teknologi, serta didukung oleh SDM yang berkualitas. Kurun

    20252035 sebagai kelanjutan untuk mewujudkan kedua visi

    tersebut yaitu menjadikan Indonesia Negara Industri Tangguh

    Dunia.   Arah   Pembangunan   Jangka  Panjang  adalah

    pembangunan   daya   saing   bangsa   dengan   menghasilkan

    Sumber   Daya   Manusia   yang   berkualitas,   terwujudnya

    perekonomian   domestik   berorientasi   dan   berdaya   saing

    global, penguasaan, pengembangan, dan pemanfaatan Iptek,

    tersedianya sarana dan prasarana yang memadai dan maju

    serta reformasi hukum dan birokrasi.

    Pembangunan  industri  diarahkan   untuk   mewujudkan

    industri   yang   berdaya   saing,   baik   di   pasar   lokal   maupun

    internasional,   dengan   struktur   industri   yang   sehat   dan

    berkeadilan serta mendorong perkembangan ekonomi di luar

    Pulau Jawa terutama untuk industri komponen dan industri

    perkapalan. Struktur  industri dalam hal penguasaan usaha

    akan   disehatkan   dengan   meniadakan   praktikpraktik

    monopoli   dan   berbagai   distorsi   pasar   melalui   penegakan

    persaingan usaha yang sehat dan prinsipprinsip pengelolaan

    usaha yang baik dan benar. Struktur industri dalam hal skala

    usaha akan diperkuat dengan menjadikan industrI kecil dan

    menengah   sebagai   basis   industri   nasional   yang   sehat,

    sehingga mampu tumbuh dan terintegrasi dalam mata rantai

    pertambahan nilai dengan industri hilir dan industri berskala

    besar.

    Lima   garis   besar   pengembangan   yang   dijabarkan   pada

    RPJPN   adalah   pengembangan   industri   yang   mengolah

    Sumber   Daya   Alam,   pengembangan   industri   yang

    memperkuat   kemampuan   dan   pembangunan   jaringan

    interaksi, komunikasi dan informasi, pengembangan industri

    43

  • yang mampu merespon dinamika pasar dalam negeri maupun

    pasar global  dan pengembangan  industri  yang memperkuat

    integrasi   ekonomi   nasional,   kemandirian   bangsa,   dan

    keterkaitan antar industri ke depan.

    2.3. TUJUAN   DIREKTORAT   JENDERAL   INDUSTRI   LOGAM,

    MESIN, ALAT TRANSPORTASI, DAN ELEKTRONIKA

    Pembangunan  Industri   Logam   Mesin   Alat   Transportasi

    dan   Elektronika   merupakan   bagian   dari   penyokong   dan

    penopang     pembangunan   nasional,   oleh   sebab   itu

    pembangunan   industri   harus   diarahkan   untuk   mendorong

    terwujudnya industri   yang mampu memberikan sumbangan

    berarti   bagi   pembangunan   ekonomi,   sosial   dan   politik

    Indonesia.  Pembangunan sektor  industri   logam, mesin,  alat

    transportasi,  dan elektronika   tidak hanya ditujukan untuk

    mengatasi  permasalahan dan kelemahan di   sektor   industri

    yang   disebabkan   oleh   melemahnya   daya   saing   dan   krisis

    global   yang   melanda   dunia   saat   ini   saja,   melainkan   juga

    mampu   turut   mengatasi   permasalahan   nasional,   serta

    meletakkan dasardasar membangun industri andalan masa

    depan.

    Adapun   tujuan   rencana   strategis   Direktorat   Jenderal

    Industri   Logam,   Mesin,   Alat   Transportasi,   dan   Elektronika

    adalah   meningkatnya   peran   industri   Logam,   Mesin,   Alat

    Transportasi dan Elektronika dalam perekonomian nasional.

    Untuk  mewujudkan  pencapaian   tujuan   pembangunan

    industri logam mesin alat transportasi dan elektronika maka

    perlu   dirumuskan   indikatorindikator   kinerja   tujuan   yang

    sifatnya   kuantitatif   sehingga   mudah   untuk   diukur

    44

  • keberhasilan pencapaiannya. Adapun indikator ketercapaian

    tujuan sebagiaman yang telah ditetapkan yaitu:

    1. Laju   pertumbuhan   industri   logam,   mesin,   alat

    transportasi, dan elektronika

    2. Kontribusi industri logam, mesin, al