rekayasa genetika

45
Kode Modul: 01.BIO-SMK-T.2005 MODUL DIKLAT BERJENJANG Jenjang Sekolah : SMK Bidang Studi : Biologi Jenjang Diklat : Tinggi REKAYASA GENETIKA Penyusun : Dra. Sumastri, M.Si Penyunting : Drs. Asep Suhendi Arifin DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PUSAT PENGEMBANGAN DAN PENATARAN GURU ILMU PENGETAHUAN ALAM (SCIENCE EDUCATION DEVELOPMENT CENTRE)

Upload: kolasasa

Post on 19-Oct-2015

78 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

gen

TRANSCRIPT

  • Kode Modul: 01.BIO-SMK-T.2005MODUL DIKLAT BERJENJANGJenjang Sekolah : SMKBidang Studi : BiologiJenjang Diklat : Tinggi

    REKAYASA GENETIKA

    Penyusun : Dra. Sumastri, M.SiPenyunting : Drs. Asep Suhendi Arifin

    DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONALDIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

    PUSAT PENGEMBANGAN DAN PENATARAN GURU ILMU PENGETAHUAN ALAM(SCIENCE EDUCATION DEVELOPMENT CENTRE)

  • iKATA PENGANTAR

    Pusat Pengembangan Penataran Guru Ilmu Pengetahuan Alam (PPPGIPA) sebagai lembaga diklat memiliki tugas pokok dan fungsi antara lainmengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan sains untuk tingkatSD, SMP, SMA, SMK , dan SLB. Sebagai lembaga pengembang, PPPG IPAselalu berupaya meningkatkan peran dan fungsinya dengan mengembangkanstandardisasi kompetensi tenaga kependidikan, menerapkan standar pelayanannasional, serta mengkaji dan mengembangkan bahan diklat yang inovativ,aktual, dan sesuai dengan kebutuhan lapangan.

    Modul adalah salah satu bahan diklat yang disusun untukmengembangkan model-model pembelajaran sains untuk dikaji, dipahami, dandiimplementasikan oleh guru-guru dalam proses pembelajaran, agar guru dansiswa lebih memahami bagaimana proses pemahaman sains. Oleh karena itu,pada proses belajar mengajar sains, guru harus berorientasi pada tiga halpokok, sebagai berikut.1. Proses sains, siswa belajar dan memahami sains melalui pengamatan,

    pengukuran, percobaan, menarik kesimpulan, dan lainnya.2. Struktur konsep sains yaitu: Fisika, Biologi, Kimia, dan IPBA.3. Kecakapan hidup siswa (life skills).

    Berdasarkan tiga aspek tersebut, cara yang ditempuh adalah denganlebih mengenalkan konsep-konsep sains dengan cara menggunakan modelketerampilan proses sains dan bahan diklat yang sesuai.

    Diharapkan modul ini dapat dimanfaatkan oleh guru-guru di sekolah,sehingga dapat meningkatkan kompetensi siswa dalam pembelajaran sains.

    Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu menyertai kita dalammeningkatkan mutu pendidikan khususnya sains di Indonesia

    .

    Bandung, November 2005Plh. Kepala PPPG IPA,

    DDrs. Suryadi, M.MNIP. 131 070 737

  • ii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    Kata Pengantar...... i

    Daftar Isi.. ii

    Daftar Gambar iii

    BAB I. PENDAHULUAN ... 1

    A. Standar Kompetensi...... 1

    B. Indikator.................. 1

    C. Deskripsi Materi ..... 1

    BAB II. PENGERTIAN REKAYASA GENETIKA. 2

    BAB III. PRINSIP UTAMA DALAM REKAYASA GENETIKA. 5

    A. Peranan Enzim dalam Rekayasa Genetika .. 5

    B. Kloning DNA ... 9

    C. Plasmid Merupakan vektor untuk Kloning DNA 9

    D. Prosedur Kloning Gen............................................................. 12

    BAB IV. DAMPAK NEGATIF DARI PENERAPAN REKAYASA

    GENETIKA.. 34

    BAB V. RANGKUMAN 37

    BAB VI. EVALUASI .. 38

    BAB VII. DAFTAR ISTILAH.. 40

    DAFTAR PUSTAKA ..... 41

  • iii

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 1. Plasmid bakteri....... 10

    Gambar 2. Pemasukan DNA asing ke dalam gen resisten ampisilin dantetrasiklin... 12

    Gambar 3. Pembuatan Insulin dengan menggunakan plasmid... 15

    Gambar 4. Penggunaan plasmid Ti untuk mendapat tanaman yangtahan terhadap virus 20

    Gambar 5. Proses rekayasa tanaman yang tahan terhadap serangga.. 21

    Gambar 6. Proses pembuatan antibodi monoklonal.. 28

    Gambar 7. Proses kloning pada Domba Dolly 31

    Gambar 8. Proses terapi gen pada manusia.. 33

  • 1BAB IPENDAHULUAN

    A. Standar KompentesiSetelah mempelajari modul ini, guru dapat mengembangkan

    keterampilan siswa dalam menjelaskan bioteknologi, prinsip, peran

    dan implikasinya bagi lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

    B. IndikatorSetelah mempelajari modul ini diharapkan peserta dapat :

    1. menjelaskan pengertian rekayasa genetika;

    2. menjelaskan peran bioteknologi (rekayasa genetika) bagi sains,

    lingkungan, teknologi dan masyarakat;

    3. menjelaskan implikasi rekayasa genetika bagi sains dan

    lingkungan;

    4. menjelaskan bahaya yang akan timbul dari rekayasa genetika.

    C. Deskripsi MateriMateri yang dibahas dalam modul ini adalah sebagai berikut.

    1. Pengertian rekayasa genetika

    2. Peranan enzim dalam rekayasa genetika

    3. Kloning DNA dan prosedur kloning gen

    4. Plasmid merupakan vektor dalam kloning DNA

    5. Tenik hibridoma untuk pembuatan antibodi monoklonal

    6. Kloning gen dengan menggunakan plasmid Ti pada tanaman

    7. Pembuatan vaksin dengan plasmid ragi

    8. Kloning organisme

  • 2BAB IIPENGERTIAN REKAYASA GENETIKA

    Rekayasa genetika secara umum adalah memanipulasi (mengubah

    susunan) gen untuk mendapatkan galur baru. Memanipulasi ini termasuk

    mutasi dan seleksi mutan dengan mengganti gennya. Termasuk juga

    memindahkan material genetik ke organisme lain di laboratorium.

    Prosedur pertukaran material genetik ini harus dalam kondisi terkontrol.

    Pemanipulasian materi genetik ini berkembang karena para ahli telah

    menemukan urutan basa nukleotida atau DNA (Deoxy Ribose Nucleic

    Acid).

    Rekayasa genetika disebut juga rekombinasi DNA. Perekayasaan

    genetik terhadap satu sel dapat dilakukan dengan hanya menghilangkan,

    menyisipkan, atau menukarkan satu atau beberapa pasang basa

    nukleotida penyusun molekul DNA. DNA ini merupakan unit terkecil yang

    membawa sifat keturunan (gen). Dalam penyisipan gen diperlukan

    mikroorganisme biasanya bakteri, beberapa jenis ragi, atau virus. Bakteri

    yang biasanya digunakan adalah Escherichia coli, yang berfungsi sebagai

    pembawa gen (vektor). Sifat bakteri atau ragi yang mengandung gen

    titipan itu dikendalikan oleh gen asing tadi. Jadi gen asing ini tetap

    melakukan fungsi seperti sel asalnya, walaupun berada dalam sel bakteri.

    Penelitian dalam bidang biologi molekuler dan biologi kedokteran

    mengalami kamajuan yang pesat dengan adanya perkembangan

    manipulasi gen. Manipulasi gen didefinisikan sebagai pembentukan baru

    materi genetik yang dapat diturunkan dengan cara menyisipkan molekul-

    molekul asam nukleat ke virus atau plasmid bakteri atau organisme

    pembawa lainnya yang memungkinkan terjadi penggabungan ke dalam

    organisme dan mampu mengadakan penggandaan lagi. Pemanipulasian

    gen secara invitro dilakukan pada awal tahun 1970 dengan adanya

    perkembangan teknik transformasi pada bakteri Eschericahia coli,

  • 3pemotongan dan penggabungan molekul-molekul DNA, dan pemantauan

    reaksi-reaksi pemotongan dan penggabungan.

    Jika pragmen DNA tidak direplikasikan, cara yang paling baik adalah

    melekatkannya ke replikon yang cocok. Replikon ini disebut juga vektor

    atau tempat pengklonan. Virus yang menyerang bakteri (bakteriofag) atau

    plasmid merupakan vektor yang tepat karena merupakan replikon mereka

    sendiri, tidak perlu pemeliharaan khusus dan DNA nya dapat dipisahkan

    dalam bentuk utuh. Pada mulanya plasmid dan fag yang tepat sebagai

    vektor hanya dijumpai pada bakteri Escherichia coli .

    Molekul majemuk yang mengandung DNAasing untuk disisipkan ke

    molekul vektor disebut juga kimera DNA. Penyusunan molekul majemuk

    atau molekul rekombinan buatan seperti itu disebut juga rekayasagenetika. Proses ini disebut juga pengklonan gen karena dihasilkansejumlah organisme yang secara genetis identik, mengandung molekul

    majemuk, dapat ditumbuhkan dalam jumlah yang banyak, dan setiap

    produk gen yang disintesis diatur oleh molekul tersebut.

    Dalam melakukan pengklonan suatu bagian DNA asing atau DNA

    penumpang atau DNA sasaran harus dipenuhi hal-hal sebagai berikut.

    DNA vektor harus dimurnikan dan dipotong sehingga terbuka. DNA yang

    diinginkan disisipkan ke molekul vektor untuk membentuk rekombinan

    buatan.

    Menurut Djajanegara manfaat teknologi rekayasa genetika adalah

    sebagai berikut.

    1. Meningkatkan produktivitas dan kualitas produk-produk pertanian

    secara nyata (James, 1998).

    2. Memberikan terobosan baru pada pemulian tanaman dimana

    teknik-teknik konvensional mengalami hambatan (Suwonto,

    2000).

    3. Memecahkan masalah-masalah di bidang kesehatan dengan

    menyediakan vaksin-vaksin baru dan hormon-hormon penting

    melalui teknik DNA rekombinan (Koesnandar, 2000).

  • 44. Membantu pelestarian keanekaragaman hayati melalui rekayasa

    genetik, misal jamur Cryphonectaria parasitica menjadi berkurang

    keganasannya dalam menyerang tanaman Chesnut (Chen &

    Nuss, 1999).

  • 5BAB IIIPRINSIP UTAMA DALAM REKAYASA GENETIKA

    A. Peranan Enzim dalam Rekayasa GenetikaSetelah tahun 1970 ditemukan metode yang dapat digunakan

    untuk memotong molekul DNA rangkap menjadi fragmen-fragmen.

    Dengan ditemukan enzim restriksi pada Escherichia coli dapat

    memecahkan masalah yang berhubungan dengan pemotongan

    (restriksi) dan modifikasi DNA. Akan tetapi ternyata enzim restriksi

    endonuklease ini bukan merupakan pilihan yang tepat karena

    tersembunyi dalam kekomplekan tingkah lakunya dan gagal memotong

    DNA sel Hemophilus influenzae yang telah diekstrak. Pada tahun 1970

    Hamilton Smith menemukan enzim pada Haemophilus influenzae yang

    sifatnya lebih sederhana.

    Enzim dari E. Coli ini membutuhkan ion magnesium dan kofaktor

    ATP, serta S-adenosil-metionin, di samping itu enzim ini hanya dapat

    memotong satu sisi untai DNA secara acak. Oleh sebab itu diperlukan

    enzim yang kedua untuk melengkapi pemotongan untaian ganda.

    Enzim dengan sifat seperti ini dikenal sebagai restriksi endonuklease

    tipe 1, walaupun enzim ini mengenal urutan nukleotid tertentu.

    Sifat-sifat yang aneh dari enzim restriksi ini mulai diungkapkan

    dengan ditemukan enzim restriksi nuklease dari H. Influenzae Rd (Kelly

    dan Smith1970, Smith dan Wilcok, 1970) yang menjadi prototipe dari

    sejumlah enzim restriksi endonuklease, yang pada saat ini dikenal

    sebagai enzim tipe II dan pada dasarnya penting dalam pemanipulasian

    DNA. Enzim tipe II mengenal urutan sasaran khusus molekul DNA

    ganda dan memotong rantai polinukletida di dalam, sehingga

    menghasilkan potongan DNA yang teratur dengan panjang dan urutan

    tertentu.

  • 6Sampai saat ini banyak sekali enzim restriksi endonuklease tipe II

    yang berhasil dipisahkan dari berbagai jenis bakteri. Beberapa ratus

    jenis enzim restriksi telah diidentifikasi dan sebagian besar telah

    diketahui sifat-sifatnya (Kessler et al, 1985) dan jumlah enzim ini makin

    bertambah karena makin banyaknya spesies bakteri yang telah diteliti

    dan diduga memiliki enzim restriksi endonuklease ini.

    Penemuan sejumlah enzim restriksi memerlukan penamaan yang

    seragam. Sistem penamaan yang berdasarkan usulan Smith dan

    Nathans (1973) yang sebagian besar telah diikuti adalah sebagai

    berikut. Nama spesies organisme inang penghasil enzim restriksi

    ditunjukkan oleh huruf pertama nama genus dan dua huruf pertama

    spesiesnya membentuk singkatan tiga huruf yang ditulis miring,

    misanya Escherichia coli = Eco dan Hemophilus influenzae = Hind. Tipe

    diidentifikasi dengan penulisan huruf di bawah garis, misalnya Ecok.

    Dalam hal sistem restriksi dan modifikasinya secara genetis ditentukan

    oleh suatu virus atau plasmid, nama singkatan spesies inang yang

    dituliskan dan unsur ekstra kromosomnya diidentifikasi sebagai tulisan

    di bawah garis yaitu Ecopv. Jika galur inang tertentu mempunyai

    beberapa sistem enzim restriksi dan mempunyai modifikasi yang

    berbeda akan diidentifikasi dengan angka romawi, misalnya sistem dari

    H. Influenzae galur Rd akan menjadi HinddI dan HinddIi . Angka Romawi

    tidak dikacaukan dengan enzim restriksi tipe I. Tabel 2. merupakan

    daftar beberapa enzim restriksi endonuklease yang umum digunakan.

    Sebagian besar enzim restriksi endonuklease tipe II mengenal

    dan memutuskan DNA dalam urutan tertentu dari tetra-, penta-, heksa-,

    atau hepta- nukleotida yang memiliki suatu sumbu simetri rotasional,

    misalnya Eco RI yang memutuskan DNA pada posisi yang ditunjukkan

    oleh anak panah yang menghasilkan suatu ujung yang membawa

    gugus 5-fosfat dan 3 hidrosil.

  • 7Sumbu Simetri

    5 ______ G AA T T C

    3 _______ C T T A A G

    Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa tidak semua enzim tipe II

    memotong sisi sasarannya (target) seperti Eco RI. Beberapa enzim

    misalnya Pst I menghasilkan potongan-potongan yang memiliki ujung 3

    yang kohesif, sedangkan enzim yang lain (Hae III) membuat potongan

    potongan genap yang menghasilkan fragmen yang berujung tumpul

    tanpa satupun yang kohesif. Beberapa enzim mengenal urutan

    tetranukleotida, yang lain mengenali urutan basa yang lebih panjang.

    Hal ini akan menentukan rata-rata panjang potongan yang dihasilkan.

    Beberapa enzim, misalnya Sau 3AI mengenali suatu urutan

    tetranukleotida yang dikenali oleh enzim yang lain yaitu oleh Bam HI.

    Ujung kohesif yang dihasilkan oleh enzim ini sedemikian rupa sehingga

    potongan yang dihasilkan oleh enzim enzim SAU 3 AI akan cocok satu

    sama lain dengan potongan yang dihasikan oleh Bam HI. Jika potongan

    itu digabungkan secara kovalen, potongan yang dihasilkan akan peka

    terhadap Sau 3 AI.

    Tabel 1. Beberapa enzim restriksi dan urutan pemotongannya (Kessler,1985)

    Mikroorganisme Singkatan namaenzim

    Rangkaian Pemotongan5 33 5

    Anabaena variabilitis Ava1 G (T) CG (G) GG A G C C C

    Bacillusamyloliquifaciens H

    Bam HI G G A T C CC C T A G G

    Bacillus globigii Bgl II A G A T C TT C T A G A

    Escherichia coli RY13

    Eco RI G A A T T C

  • 8Mikroorganisme Singkatan namaenzim

    Rangkaian Pemotongan5 33 5

    C T T A A GEscherichia coli R245

    Eco RII C C T G G GGT A C C

    Haemophliusaegybtius

    Hae III Pu G C G C PyPy C G C G Pu

    Haemophliusgallinarum

    Hga I C G A C GCG C T G C G

    Haemophliushaemolyticus

    Hha I G C G CC G C G

    Haemophliusinfluenzae Rd

    Hind I

    Hind III

    G T (T) (G) A CC A (A) (C) T GA A G C T TT T C G A A

    Haemophliusparainflunzae

    Hpa I G T T A A CC A A T T G

    Klebsiellapnewmoniae

    Kpn III G G T A C CC C A T G G

    Moraxella bovis Mbo I G A T C C T A G

    Providencia stuartii Pst I C T G C A GG A C G T C

    Serratia marcescens Sma I C C C G G GG G G C C C

    Streptomycesstanford

    Sst I G A G C T CC T C G A G

    Xanthomonasmalvacearum

    Xma C C C G G GG G G C C C

  • 9B. Kloning DNAKloning DNA adalah memasukkan DNA asing ke dalam plasmid

    suatu sel bakteri, DNA yang dimasukkan ini akan bereplikasi

    (memperbanyak diri) dan diturunkan pada sel anak pada waktu sel

    tersebut membelah. Jadi gen asing ini tetap melakukan fungsi seperti

    sel asalnya, walaupun berada dalam sel bakteri. Pembentukan DNA

    rekombinan ini disebut juga rekayasa genetika. Pereka-yasaan

    genetika terhadap satu sel dapat dilakukan dengan hanya menghi-

    langkan, menyisipkan atau menularkan satu atau beberapa pasang

    basa nukleotida penyusun molekul DNA tersebut. Untuk kloning ini

    diperlukan plasmid dan enzim untuk memotong DNA, serta enzim untuk

    menyam-bungkan gen yang disisipkan itu ke plasmid.

    C. Plasmid Merupakan vektor untuk Kloning DNABeberapa jenis bakteri mempunyai sejumlah molekul DNA

    melingkar yang ukurannya kecil sekali, hanya mengandung beberapa

    ribu pasang basa, selain mempunyai kromosom utama dengan 4 juta

    pasang basa. Kromosom mini ini dinamakan juga plasmid. Plasmid

    dapat bereplikasi secara otonom. Plasmid ini merupakan elemen

    genetis yang tidak berhubungan dengan kromosom utama dan

    mengandung gen-gen yang resisten terhadap antibiotik, antara lain yaitu

    antibiotik tetrasiklin dan ampisilin (lihat Gambar 1). Keresistenan

    terhadap antibiotik memerlukan sejumlah enzim yang secara kimiawi

    dapat menetralisir antibiotik tersebut.

  • 10

    Gambar 1. Plasmid bakteri

    Dengan menempatkan gen pada plasmid, masing-masing gen

    ada dalam salinan (copy) sejumlah plasmid tertentu yang dinamakan

    episom. Plasmid ini mampu bergerak mendekati dan menjauhi elemen

    kromosom utama. Hal ini menunjukkan bahwa plasmid memiliki

    elemen-elemen genetis yang bergerak, yang dilakukan melalui fusi

    secara bebas dari dua unit DNA replikasi (replikon). Plasmid dapat

    diintegrasikan (dimasukkan) ke dalam kromosom bakteri dan dapat

    dipindahkan dari satu sel bakteri ke bakteri yang lain melalui

    transformasi, jika kromosom sel-sel tersebut merupakan pasangannya.

    Transformasi adalah pemindahan satu sifat mikroba melalui bagian

    DNA tertentu dari mikroba.

    Oleh karena DNA plasmid sangat kecil daripada fragmen DNA

    kro-mosom, maka dapat dengan mudah dipisahkan dan dimurnikan. Di

    dalam laboratorium, jika plasmid dicampurkan dengan bakteri, dengan

    adanya ion Ca ++, DNA plasmid tersedot ke dalam sel bakteri, sehinggabakteri mengandung plasmid yang tersedot tersebut. Umumnya dengan

    alasan yang tidak jelas, sel bakteri mempunyai satu bentuk plasmid.

    Kenyataannya bahwa enzim Eco Ri menghasilkan potongan

    ujung khusus yang kohesif yang selanjutnya merupakan metode praktis

    untuk kloning fragmen DNA. Cara yang penting adalah memasukkan

  • 11

    suatu frag-men DNA yang telah dipotong dengan enzim restriksi Eco Ri

    ke dalam plas-mid hibrid yang dapat digunakan untuk mempengaruhi

    bakteri. Masing-masing sel bakteri memperoleh satu sel plasmid

    rekombinan yang me-ngandung fragmen DNA asing yang dimasukkan.

    Mengapa menggunakan plasmid yang resisten terhadap

    antibiotik? Penggunaan antibiotik secara ekstensif dan penyalahgunaan

    antibiotik dalam pengobatan manusia dan hewan ternak menyebabkan

    strain bakteri alami menjadi resisten terhadap kebanyakan antibiotik

    yang bersifat umum. Biasanya keresistenan ini tergantung pada respon

    (tanggapan) plasmid bakteri yang mempunyai enzim khusus yang

    dapat menguraikan antibiotik. Jika digunakan plasmid yang resisten

    antibiotik bersama-sama dengan sel bakteri yang plasmidnya sensitif

    terhadap antibiotik, dengan memasukkan plasmid resisten terhadap

    antibiotik yang mengandung gen rekombinan, plasmid ini dapat

    dideteksi dengan mudah. Plasmid pbR 322 adalah salah satu contoh

    plasmid yang mengandung gen resisten terhadap dua jenis antibiotik

    yaitu ampisilin dan tetrasiklin.

    Selain itu tempat untuk enzim restriksi bekerja berada di antara

    gen-gen yang resisten terhadap antibiotik tersebut (lihat Gambar 2).

    Dengan demikian, jika sepotong DNA asing dikombinasikan ke dalam

    satu atau lebih gen resisten antibiotik, gen tersebut tidak akan aktif. Hal

    ini berarti bahwa keberhasilan pemotongan DNA asing ke dalam satu

    gen resisten antibiotik dengan mudah dideteksi. Potensi genetis untuk

    resisten tersebut dieleminir. Jika plasmid dimasukkan ke dalam sel

    bakteri (hos), bakteri akan memperoleh keresistenan khusus yang

    kedua karena gen tersebut masih utuh.

  • 12

    Gambar 2. Pemasukan DNA asing ke dalam gen resisten ampisilin dantetrasiklin.

    Plasmid yang membawa gen resisten antibiotik itu tersebar luas

    di alam dan plasmid tersebut dimutasikan agar tidak dapat bergerak

    secara spontan dari satu sel ke sel yang lain. Dengan menggunakan

    strain bakteri tertentu, percobaan dengan menggunakan plasmid yang

    resisten obat sangat berguna tanpa menimbulkan resiko yang berarti.

    Plasmid yang pertama kali dipakai sebagai vektor untuk rekombinan

    DNA adalah plasmid dari sel bakteri Escherichia coli. Plasmid ragi

    Saccharomyces cerevisiae, dan plasmid bakteri Bacillus subtilis dan

    virus saat ini juga digunakan sebagai vektor untuk rekombinan DNA.

    D. Prosedur Kloning Gen1. Kloning Gen dengan Menggunakan Plasmid

    Dalam melakukan pengklonan suatu DNA asing atau DNA

    yang diinginkan atau DNA sasaran harus memenuhi hal-hal sebagai

    berikut. DNA plasmid vektor harus dimurnikan dan dipotong

    dengan enzim yang sesuai sehingga terbuka. DNA yang akan

    disisipkan ke molekul vektor untuk membentuk rekombinan buatan

    harus dipotong dengan enzim yang sama. Reaksi pemotongan dan

  • 13

    penggabungan harus dipantau dengan menggunakan elektroforesis

    gel. Rekombinan buatan harus ditransformasikan ke E. coli atau ke

    vektor lainnya.

    Rekayasa genetik dengan menggunakan plasmid bakteri E.

    coli dapat dilakukan sebagai berikut.

    1. Menentukan gen yang diinginkan untuk disisipkan, misalnya gen

    pengkode hormone insulin dari sel-sel pankreas manusia atau

    gen pengkode hormon pertumbuhan dari kelenjar pituitari.

    Kromosom sel-sel pankreas dikeluarkan dengan memecah

    membran plasma. Membran plasma ini dipecah dengan diberi

    kejutan listrik atau dengan pemberian zat kimia yaitu polietilen

    glikol atau kalsium klorida (CaCl2), sehingga kromosom dapat

    keluar dari sel pankreas.

    2. Kromosom yang diinginkan tadi dipotong dengan menggunakan

    enzim restriksi endonuklease untuk melepaskan bagian DNA

    yang diinginkan, kemudian memurnikan DNA tersebut.

    Elektroforesis dapat juga digunakan untuk persiapan

    memurnikan fragmen DNA tertentu, selain digunakan untuk

    menganalisis.

    3. Mengektraksi plasmid dari sel bakteri. Plasmid dipisahkan dari

    sel dengan cara memecah dinding sel bakteri. Hal ini dapat

    dilakukan dengan menggunakan deterjen atau dengan enzim

    lisozim, kemudian dilisis dengan natrium hidroksida (NaOH) dan

    larutan dedosil sulfat. DNA kromosom akan menggumpal dan

    dinetralisir dengan natrium asetat. DNA plasmid ini akan

    menggumpal membentuk jaring-jaring dan dengan mudah

    mengendap. Untuk memisahkan DNA ini dilakukan sentrifugasi.

    4. Cairan yang mengandung plasmid ini dijenuhkan dengan

    pengendapan etanol. DNA plasmid yang dimurnikan dengan

    filtrasi gel. Plasmid yang berbentuk lingkaran itu dipotong

    dengan enzim restriksi endonuklease yaitu enzim yang sama

  • 14

    digunakan untuk memotong DNA pankreas. Enzim ini memecah

    ikatan fosfodiester pada molekul DNA. Endonuklease memecah

    asam nukleat pada posisi internal, sedangkan enzim

    eksonuklase memecah molekul DNA dari ujung molekulnya.

    5. Kemudian pemasangan gen pengkode yang diinginkan tadi ke

    dalam plasmid dengan menggunakan enzim ligase yang

    fungsinya menggabungkan ikatan fosfodiester antara fragmen

    ujung-ujung yang terpotong tadi. Proses penyambungan

    tersebut disebut ligasi. Karena enzim yang digunakan untuk

    memotong DNA sel pankreas dan plasmid sama jenisnya, akan

    menghasilkan ujung-ujung yang lengket yang sama strukturnya,

    sehingga penyambungannya akan menyatu sempurna. Suhu

    optimum untuk ligasi adalah 37 0C, tetapi ikatannya tidak stabil.

    Ligasi akan berhasil jika dilakukan pada suhu 4-150 0C.

    6. Plasmid yang telah disisipi gen pengkode yang diinginkan itu

    dimasukkan ke dalam sel bakteri coli dengan cara tranformasi.

    Transformasi dilakukan dengan memasukkan bakteri E. coli ke

    dalam larutan CaCl2 sehingga terbentuk lubang-lubang

    sementara, sehingga plasmid dapat masuk ke dalam sel bakteri.

    Diharapkan bakteri yang telah disisipi gen tersebut mewarisi

    sifat gen baru, sehingga bakteri yang telah disisipi dengan gen

    pengkode insulin dapat memproduksi insulin. (Lihar gambar 3

    berikut).

    7. Langkah selanjutnya adalah mengembangbiakkan bakteri hasil

    rekayasa dalam tabung fermentasi yang berisi medium untuk

    pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri E. coli untuk

    memproduksi insulin dalam jumlah yang banyak. Insulin yang

    terbentuk kemudian dipisahkan dari senyawa yang lain.

  • 15

    Langkah pembuatan insulin dengan menggunakan plasmid

    bakteri yang dapat dilihat pada Gambar 3 berikut.

    Gambar 3. Pembuatan Insulin dengan menggunakan plasmid.

    Dengan menggunakan plasmid bakteri dapat dihasilkan

    hormon pertumbuhan (somatotropin) untuk manusia dan hormon

    pertumbuhan untuk sapi. Prosedur pembuatannya sama dengan

    pembuatan hormon insulin, tetapi gen yang disisipkan berasal dari

    sel-sel pituitari dari sapi atau manusia.

  • 16

    Interferon dan interleukin dapat juga dihasilkan dengan

    rekayasa genetika melalui plasmid E. coli yaitu dengan menyisipkan

    gen dari sel yang diserang oleh virus. Interferon adalah molekul

    protein yang dihasilkan oleh sel-sel mamalia yang diserang oleh

    virus. Interferon ini dibentuk segera setelah terjadi infeksi dan

    prosesnya lebih cepat daripada pembentukan antibodi. Interferon itu

    tidak spesifik, tetapi efektif untuk melawan infeksi virus,

    meningkatkan sistem kekebalan tubuh, mengobati penyakit kanker

    kulit, kerusakan pada sistem kekebalan, dan mengobati beberapa

    bentuk leukemia. Fungsi interleukin adalah mengaktifkan sel-sel T

    (limposit), oleh karena itu interleukin dapat digunakan untuk

    mengobati penyakit kanker dan kerusakan pada sistem kekebalan

    tubuh.

    Di samping itu, plasmid dapat juga digunakan untuk

    memproduksi enzim-enzim tertentu dengan menyisipkan gen

    pengkode enzim yang diinginkan. Enzim dapat dihasilkan oleh

    bakteri dengan cepat karena bakteri berkembangbiak dengan

    cepat yaitu umumnya dalam waktu 20 menit membelah dari satu

    sel menjadi dua sel.

    3. Kloning gen dengan Menggunakan Plasmid Ti pada TumbuhanTumbuhan dapat dimanipulasi secara genetik karena jaringan

    tumbuhan dapat tumbuh dalam medium kultur. Pada medium kultur

    jaringan yang cocok, setiap sel atau jaringan dapat dirangsang

    untuk tumbuh menjadi tumbuhan yang lengkap (ada akar, batang,

    dan daun).

    Untuk mendapatkan tumbuhan yang diinginkan perlu

    dilakukan penyi-sipan gen. Untuk hal ini, biasanya digunakan bakteri

    Agrobacterium tumefaciens. Bakteri ini bersifat patogen dan

    menyebabkan tumor pada batang tumbuhan. Molekul dasar dari

    pertumbuhan tumor ini dipindahkan dari bakteri ke genom sel

  • 17

    tumbuhan yang terinfeksi dari suatu pemberi tanda urutan DNA yaitu

    DNA transfer (DNAt) dari suatu plasmid penginduksi tumor atau

    disebut juga plasmid Ti. Bakteri Agrobacterium ini mempunyai

    plasmid Ti yang ukurannya agak besar. DNAt mengandung gen

    bakteri yang secara normal aktif pada sel-sel tanaman, gen

    pengkode protein terlibat dalam biosintesis hormon. Ekspresi gen ini

    menyebabkan pembelahan sel dengan cepat dan menyebabkan

    pertumbuhan yang tidak terkontrol yaitu pertumbuhan tumor pada

    sel-sel yang yang diinfeksi. DNA t juga mengandung gen pengkode

    enzim yang bertanggung jawab terhadap sintesis asam amino baru

    dan derivat gula yang secara umum dikenal sebagai opine. Jenis

    opine yang dihasilkan oleh sel-sel tumor, contohnya adalah

    nopaulin, oktopin atau agrosinopin. Zat yang dihasilkan ini

    tergantung pada strain bakteri dan plasmid Ti yang bertanggung

    jawab terhadap terjadinya infeksi. Plasmid Ti juga mengandung gen

    pengkode enzim yang diperlukan untuk katabolisme sintesis opine

    khususnya oleh sel-sel yang terkena infeksi.

    Proses alami tranfer DNAt dari bakteri ke sel tumbuhan yang

    cocok adalah sebagai berikut.

    1. Diperlukan kontak secara langsung antara bakteri Agrobacterium

    dan sel tumbuhan yang terluka untuk terjadinya transfer.

    2. Batas-batas DNA t ditentukan dengan imferfek 25 basa 2 yang

    terulang, kiri dan kanan batas untai dan ini diperlukan untuk

    tranfer.

    3. Pengkode gen secara normal oleh DNA t tidak terlibat dalam

    tranfer DNA ke sel tumbuhan dan tidak terintegrasi ke genom.

    4. Diperlukan enzim dari sel-sel yang terluka dan proses

    tranformasi dikode oleh bagian yang kena penyakit (virulen) atau

    virulen dari plasmid Ti yang dipisahkan dari DNA-T.

  • 18

    Tranformasi vektor ke tumbuhan yang telah dikembangkan

    oleh para ahli adalah menggunakan bakteri Agrobacterium dengan

    menggabungkan dua vektor. Vektor yang terintegrasi merupakan

    derivat plasmid Ti dari DNA-T pada batas untaian yang telah diganti

    dengan untaian DNA yang lain. DNA ditranfer ke gen tanaman yang

    telah direkayasa melalui plasmid intermediet yang juga

    mengandung sekuen yang umum dengan ujung sekuen dari vektor

    yang terintegrasi. Vektor intermediet dapat direplikasikan dalam

    Escherichia coli yang dimanipulasi dengan metode teknik

    rekombinan DNA standar, tetapi plasmid tidak dapat mereplikasi

    dalam bakteri Agrobacterium. Vektor intermediet ini dimasukkan kedalam bakteri Agrobacterium yang mengandung vektor gabungan

    dengan cara transformasi. Untuk pembentukan DNA rekombinan

    diperlukan pemilihan plasmid yang resisten terhadap antibiotik yang

    dibawa oleh vektor intermediet dalam bakteri Agrobacterium.

    Dua vektor yang mengandung gen yang resisten terhadap

    antibiotik dan sekuen yang sesuai pada batas kiri dan kanan dari

    DNA-T. DNA-T ditransfer ke genom tumbuhan yang dapat

    dikloning. Pada waktu rekayasa, gen yang diperlukan dimasukkan

    ke plasmid gabungan, kemudian ditransfer ke hos yaitu bakteri

    Agrobacterium yang mengandung palsmid T penolong. Plasmid Ti

    penolong mengandung suatu bagian yang virulen (vir) dan gen

    yang resisten terhadap antibiotik yang berbeda dengan yang ada

    dalam plasmid. Keberadaan plasmid gabungan dan plasmid

    penolong dalam hos Agrobacterium dapat diketahui dengan

    pertumbuhannya pada medium yang mengandung antibiotik yang

    cocok. Plasmid rekombinan ini sangat stabil dalam hos bakteri

    Agrobacterium.Tranformasi melalui perantara Agrobacterium telah berhasil

    diaplikasikan ke beberapa varietas tanaman, khususnya tanaman

    dikotil. Akhir-akhir ini juga telah berhasil ditransformasikan pada

  • 19

    tanaman monokotil. Transformasi melibatkan kultur jaringan dengan

    tujuan Agrobacterium kontak langsung dengan sel-sel tumbuhan

    yang luka sehingga transformasi dapat berlangsung dan terjadi

    regenerasi dari sel-sel transgenik. Protoplasma kokultivasi

    melibatkan penginkubasian protoplasma. Setelah diinkubasikan

    biasanya 48 jam, bakteri dipisahkan dengan sentrifugasi dan

    protoplasma dikulturkan dalam medium nutrien yang mengandung

    antibiotik, protoplasma tersebut akan membentuk kalus.

    Penggunaan antibiotik tidak hanya untuk menyeleksi sel-sel

    transgenik yang tumbuh, juga diperlukan untuk mencegah

    pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan. Inokulasi jaringan

    eksplan (bagian jaringan tumbuhan) juga melibatkan inkubasi

    eksplan, contohnya potongan daun atau hipokotil atau potongan

    akar ditempatkan bersama-sama dengan bakteri Agrobacterium

    dalam medium akan terjadi pembentukan kalus.

    Dengan menggunakan metode seperti di atas telah

    dikembangkan tumbuhan yang tahan terhadap infeksi virus, tahan

    terhadap serangan serangga, tahan terhadap herbisida, dan

    tanaman unggul lainnya. Virus tanaman merupakan masalah yang

    serius untuk tanaman yang dibudidayakan. Infeksi dapat

    menurunkan tingkat pertumbuhan, hasil panen, dan kualitas

    tanaman. Infeksi tanaman oleh strain virus tertentu menghasilkan

    usaha perlindungan pada tanaman untuk melawan infeksi virus lain

    yang lebih merusak. Yang bertanggung jawab terhadap usaha

    perlindungan tersebut adalah bagian virus yang mengkode protein.

    Percobaan pertama dilakukan terhadap tanaman tembakau. Virus

    mozaik tembakau (TMV) adalah RNA virus yang ukurannya 6,5 kb

    dan telah ditentukan bahwa gen mengkode 4 polipeptida,

    mereplikasi dua subunit, satu protein selubung, dan satu protein

    penting untuk pergerakan dari sel ke sel. Dengan mengkloning DNA

    c (selubung) virus, akan dihasilkan selubung protein. Tanaman

  • 20

    transgenik meng-ekspresikan protein selubung yang dihasilkan oleh

    gen yang ditransfer melalui Agrobacterium (lihat gambar 4).

    Tanaman yang telah disisipi gen protein selubung akan tahan

    terhadap serangan virus tersebut.

    Rekayasa genetik untuk tanaman yang tahan terhadap virus

    dengan menggunakan plasmid Ti dapat dilihat pada Gambar 4

    berikut.

    Gambar 4 Penggunaan plasmid Ti untuk mendapat tanaman yangtahan terhadap virus

    Juga telah dikembangkan tanaman yang tahan terhadap

    serangga. Inseksida alami dihasilkan oleh bakteri Bacillus

    thuringiensis (Bt). Pada waktu menghasilkan spora bakteri Bacillus

  • 21

    menghasilkan suatu kristal protein yang bersifat racun terhadap

    larva beberapa jenis serangga dan tidak membahayakan serangga

    yang tidak rentan dan juga tidak berpengaruh terhadap vertebrata.

    Saat ini telah dikembangkan tanaman yang mengekspresikan gen

    toksin Bt dalam sel-sel tanaman tersebut. Kristal protein secara

    normal diekspresikan protoksin inaktif kira-kira 1200 rangkaian

    asam amino panjangnya. Gen pengkode kristal protein ini diklon

    pada DNA-T vektor gabungan antara pembatas kiri dan kanan.

    Vektor gabungan yang telah diinduksi gen pengkode protein

    ditransfer ke dalam bakteri Agrobacterium kemudian diinfeksikan ke

    kecambah (hipokotil) tanaman kapas. (lihat Gambar 5).

    Gambar 5 Proses rekayasa tanaman yang tahan terhadap serangga

  • 22

    Peneliti dari Balai Penelitian Biologi (Balitbio) telah

    menemukan padi yang tahan terhadap serangga penggerek batang

    pada tahun 2000 dengan memasukkan gen pengkode kristal protein

    yang bersifat racun yang dapat mematikan serangga (gen Bt). Gen

    Bt ini ditransferkan ke sel tanaman dan sel tanaman padi tersebut

    ditumbuhkan dalam medium kultur jaringan, padi yang telah tumbuh

    ini akan tahan terhadap serangan serangga. Juga P3 B LIPI telah

    menghasilkan tanaman padi yang tahan terhadap serangga

    penggerek batang dan hama wereng coklat dengan menyisipkan

    gen Bt dan gen GNA ke sel tanaman padi.

    Balitbio dan ICI Seed Co. juga telah menghasilkan jagung

    yang tahan terhadap hama penggerek batang dengan ditransfer

    dengan gen Bt. Balitbio telah menginduksi dengan gen Pin II yang

    menghasilkan tanaman jagung tahan terhadap hama penggerek

    batang.

    Kacang kedelai telah ditransfer dengan gen Pin II, sehingga

    kacang tersebut tahan terhadap serangga penggerek polong.

    Begitu juga kacang tanah telah ditransfer dengan gen pengkode

    selubung virus (Cp), sehingga kacang tersebut tahan terhadap

    serangan virus. Juga telah dihasilkan kentang yang tahan terhadap

    serangga karena ditransfer dengan gen Bt. Ubi jalar ditransfer

    dengan gen Pin II yang tahan terhadap hama boleng dan ditransfer

    dengan gen CP akan tahan terhadap virus. Telah dihasilkan tebu

    yang tahan terhadap penggerek batang karena ditransfer dengan

    gen Bt.

    Di bidang pertanian para peneliti telah berhasil

    mengekspresikan 2 gen pembentuk provitamin A di dalam biji padi.

    Gen pengkode phytoene synthase berasal dari tumbuhan daffodil

    (Narcissus pseudonarcissus) dan gen pengkode phytoene

    denaturase dari bakteri Erwinia uredovora. Pada ujung 5 kedua gen

    tersebut disisipi dengan sekuen peptida transit dari subunit Robisco

  • 23

    yang berasal dari kacang buncis, sehingga dapat ditransformasikan

    ke dalam kloroplas sel-sel endosperma. Hasil kontruksi ini

    disisipkan ke plasmid vektor dan ditransfer ke embrio padi melalui

    Agrobacterium tumefaciens. Biji padi hasil rekayasa ini ditanam,

    setelah menghasilkan buah bijinya mengandung provitamin A. Padi

    yang mengandung provitamin A ini warnanya kuning. Dengan

    mengkonsumsi beras yang mengandung provitamin A ini

    diharapkan dapat mengatasi masalah kekurangan vitamin A.

    Tumbuhan yang direkayasa secara genetik telah

    menguntungkan petani. Pada tahun 1994 telah dipasarkan tomat

    hasil rekayasa (transgenik) di supermaket di AS. Tomat tersebut

    tidak cepat lunak dan busuk karena gen spesifik yang bertanggung

    jawab untuk pelunakan diblokir. Enzim poligalakturonidase

    merupakan enzim yang memecah dinding sel pada pematangan

    buah tomat dan menyebabkan tomat berwarna jingga kemerahan.

    Untuk memperoleh tomat yang tahan dilakukan pengisolasian gen,

    pengklonan, dan mereserve gen yang bertanggung jawab untuk

    memproduksi enzim poligalakturonidase yang menyebabkan tomat

    menjadi lunak dan busuk. Gen yang membuat antisen untuk mRNA

    poliga lakturonidase disisipkan ke dalam plasmid bakteri dan bakteri

    itu ditumbuhkan dalam medium yang sesuai bersama potongan

    daun tomat. Daun tomat akan menyerap plasmid bakteri tersebut,

    sehingga gen tersebut menjadi bagian genetik daun tomat dan

    kemudian ditumbuhkan dalam medium kultur jaringan akan tumbuh

    menjadi individu yang akan menghasilkan buat tomat yang tidak

    cepat lunak dan busuk.

    4. Pembuatan vaksin dengan Menggunakan plasmid bakteriDengan ditemukannya teknik DNA rekombinan para ahli telah

    berhasil memproduksi vaksin subunit yang terdiri hanya protein

    permukaan virus yang bertanggung jawab terhadap sistem

  • 24

    imunitas. Dengan menggunakan jenis vaksin jenis ini tidak ada

    resiko terjadinya infeksi terhadap penderita.

    Vaksin sub unit yang pertama diproduksi adalah untuk virus

    hepatitis B (VHB) yang menginfeksi hati manusia dan hewan

    mamalia. Partikel virus ini diselubungi oleh suatu antigen

    permukaan (HbsAg). Antigen permukaan ini ditemukan dalam darah

    pasien yang terinfeksi. Percobaan sebelumnya menunjukkan bahwa

    antigen permukaan ini merupakan vaksin yang potensial. Dengan

    mengkloning gen VHB dari sub unit dapat dilakukan untuk

    memperbanyak antigen permukaan tersebut. Usaha pertama untuk

    menghasilkan protein HbsAg dalam bakteri Escherichia coli gagal,

    akhirnya para ahli beralih ke sel ragi (Saccharomyces cerevisiae).

    Gen pengkode HbsAg tersebut dimasukkan ke dalam plasmid ragi.

    Metode transformasinya sama dengan transformasi ke plasmid E.

    coli. Sel ragi yang telah ditransformasi dengan plasmid ini akan

    menghasilkan sejumlah protein virus ( 1-2 % dari total proteinragi).

    Dengan menumbuhkan ragi dalam medium perbenihan ragi

    dalam fermentor akan dihasilkan 50-100 g protein virus perliter

    kultur. Protein hasil rekombinan ini sama dengan selubung virus

    alami, bahkan bahan-bahan imunologi yang lain juga sama dengan

    yang ditemukan pada pasien yang terinfeksi virus.

    5. Antibodi Monoklonal, Pembuatan dan KegunaannyaAntibodi dibuat oleh tubuh kita untuk merespon serangan

    bakteri atau virus. Antibodi ini melindungi tubuh terhadap serangan

    infeksi. Antibodi ini melakukan hal ini dengan pengenalan yang

    sangat teliti pada permukaan bakteri atau mikroba. Antibodi

    dihasilkan oleh sel-sel limfosit dan dapat juga dihasilkan dengan

    menumbuhkan sel-sel ini dalam Laboratorium. Sel-sel tersebut

  • 25

    kemungkinan menghasilkan sejumlah besar antibodi yang sejenis,

    ini dikenal dengan antibodi monoklonal.

    Jika dihasilkan sejumlah besar sel-sel yang identik, sel-sel ini

    dinamakan juga klon. Jika banyak sekali antibodi yang sejenis

    dihasilkan, antibodi ini dinamakan monoklonal. Ilmuwan tertarik

    untuk mempelajari antibodi yang dihasilkan oleh satu jenis limfosit,

    untuk melakukan hal ini mereka harus merangsang limfosit untuk

    bereproduksi di luar tubuh kita. Limfosit ini kemudian menghasilkan

    antibodi yang sejenis untuk dipelajari.

    Bagaimana antibodi monoklonal dihasilkan di Laboratorium ?Dua ahli IPA Cambridge, Cesar Milstein dan George Kohler,

    adalah ahli yang pertama menghasilkan antibodi monoklonal di

    laboratorium pada tahun 1975. Pada tahun 1984 mereka menerima

    hadiah Nobel untuk penelitian ini. Masalah besar yang harus

    mereka atasi adalah limfosit cepat mati jika berada di luar tubuh.

    Milstein dan Kohler harus merangsang limfosit untuk dapat hidup di

    luar tubuh makhluk hidup dan berkembangbiak dalam tabung

    reaksi. Untuk melakukan hal ini mereka menggunakan sel-sel

    tumor. Sel tumor ini disebut juga sel mieloma. Sel-sel mielomakehilangan kontrol untuk berkembangbiak secara tidak terkendali

    dan menghasilkan satu jenis antibodi, oleh sebab itu tumor dalam

    tubuh dapat menjadi masalah yang serius dan beberapa jenis tumor

    dapat menyebabkan kanker. Mieloma dihasilkan oleh sumsum

    tulang yang terinfeksi oleh penyakit. Sel-sel tumor dapat masuk ke

    dalam tubuh dan dapat juga berkembangbiak di luar tubuh makhluk

    hidup.

    Ahli IPA menggunakan sel-sel tumor untuk menghasilkan

    sel-sel hibridoma. Hibridoma merupakan gabungan antara sel-sel mieloma dan B-limfosit. Sel-sel hibridoma dapat menghasilkan

  • 26

    antibodi seperti limfosit, tetapi hibridoma dapat hidup di luar tubuh

    seperti sel-sel tumor.

    Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa tikus biasanya

    menghasilkan beberapa jenis antigen. Limfosit B di dalam limfa

    hewan yang disuntik dengan beberapa jenis antigen menghasilkan

    beberapa jenis antibodi yang berbeda untuk menyerang antigen-

    antigen yang masuk. Beberapa jenis antibodi yang berbeda ini

    disebut juga antibodi poliklonal. Antibodi poliklonal ini dapat

    diperoleh secara langsung dari hewan dan serum ini mengandung

    ribuan jenis antibodi.

    Untuk menghasilkan antibodi monoklonal diambil sel-sel

    limfosit dari tubuh (limfa hewan) dan mencampurkan dengan sel-sel

    mieloma dalam tabung reaksi. Untuk menurunkan tegangan

    permukaan sel-sel, ditambahkan suatu bahan kimia (polietilen

    glikol) dan kemudian campuran dikocok perlahan-lahan atau dapat

    juga dengan menggunakan kejutan listrik. Tegangan permukaan

    yang rendah menyebabkan sel-sel berfusi (bergabung). Beberapa

    limfosit bergabung dengan sel tumor dan sel sel yang tidak

    bergabung akan mati. Hibrid dari limfosit dan sel-sel tumor disebut

    juga sel hibrid mieloma yang dapat berkembang biak dan hidup diluar tubuh yaitu di dalam kultur medium yang cocok. Hibrid sel-sel

    limfosit tumor kemudian dapat digunakan untuk menghasilkan

    antibodi monoklonal.

    Hasil Hibridoma ditanamkan dalam medium yang selektif

    sehingga yang akan tumbuh hanya sel-sel hibridoma saja. Setelah

    10-30 hari hibridoma dipilih (diskrin) untuk menghasilkan antibodi

    monoklonal khusus yang diperlukan dari campuran. Hibridoma

    penghasil antibodi yang diinginkan dipisahkan dari campuran yang

    lainnya dan dibiakkan dalam skala besar dalam tabung fermentasi.

  • 27

    Mengapa metode ini penting?Milstein dan Kohler yang pertama kali mengembangkan

    pembuatan antibodi monoklonal untuk percobaan ilmiah. Tetapi hal

    itu segera menjadi jelas karena antibodi ini penggunaannya penting

    dalam pengobatan. Antibodi bekerja dengan mengenal suatu

    protein pada bagian permukaan sel-sel tertentu dan menempel

    pada sel sel itu. Ini artinya suatu sel khusus dijadikan target oleh

    antibodi. Antibodi akan menempel pada sel-sel itu dan sel yang lain

    tidak.

  • 28

    Urutan langkah-langkah pembuatan antibodi monoklonal

    ditunjukkan seperti diperlihatkan pada Gambar 6.

    Gambar 6 Proses pembuatan antibodi monoklonal

  • 29

    Kegunaan Antibodi monoklonal adalah sebagai berikut.

    a. Antibodi monoklonal dapat digunakan untuk menyalurkan obat-

    obatan ke bagian yang sakit.

    b. Dapat digunakan untuk mengambil sunstansi-substansi yang

    berguna dari campuran.

    c. KITS yang mengandung antibodi monoklonal dapat digunakan

    untuk mendeteksi penyakit dengan cepat dan akurat.

    d. Antibodi dapat digunakan untuk mendeteksi kehamilan.

    e. Antibodi monoklonal dapat digunakan untuk mengobati penyakit

    kanker.

    f. Antibodi monoklonal dapat digunakan untuk mengobati haemofili

    dengan memberikan faktor VIII.

    6. Kloning OrganismeKloning merupakan suatu teknik yang menghasilkan

    beberapa salinan gen tunggal atau kromosom, atau individu. Klon

    berasal dari bahasa Greek yang artinya ranting. Jaringan yang

    bukan jaringan reproduksi digunakan untuk kloning individu.

    Kloning pada wortel dilaksanakan oleh Fred Steward pada akhir

    tahun 1950 an. Ia menggunakan sel-sel yang berdifferensiasi

    secara penuh dari jaringan pembuluh tumbuhan, sehingga dapat

    menghasilkan organisme baru yang biasanya tidak dapat

    menghasilkan organisme baru. Dengan memanipulasi tempat

    tumbuh tumbuhan itu kelompok Steward dengan penuh harapan

    mengkondisikan sel-sel matang ini dalam keadaan embrionik,

    sehingga tumbuhan tersebut dapat menghasilkan semua bagian

    tumbuhan wortel yang baru.

    Pada hewan vertebrata, kloning yang pertama kali dilakukan

    adalah pada katak. Proses kloning tersebut adalah dengan cara

    menempatkan inti sel yang matang (dari sel-sel epitel intestin) ke

    sel telur matang yang telah dibuang intinya. Sel telur ini kemudian

  • 30

    ditumbuhkan dalam medium. Klon akan berkembang menjadi katak

    yang semua ciri-cirinya sama dengan inti yang ditransplantasikan.

    Dalam hal ini sitoplasma hanya berfungsi sebagai penyedia

    lingkungan yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan sel.

    Mamalia belum berhasil dikloning seperti katak, walaupun ternyata

    bahwa telah dibuat kloning pada tikus yang belum dibuktikan

    kebenarannya.

    Pada mamalia yang pernah dilakukan yaitu pada domba

    Dolly pada tahun 1997, kloning dihasilkan tidak hanya dengan

    menempatkan suatu inti dari sel somatik yang matang (berasal dari

    sel kelenjar susu) ke sel telur matang yang telah dibuang intinya,

    sel hasil rekayasa ini harus ditempatkan dalam uterus betina untuk

    menjamin suksesnya perkembangan sel telur tersebut menjadi

    organisme baru. Kloning terhadap manusia saat tidak

    diperbolehkan dan melanggar undang- undang.

  • 31

    Kloning pada domba dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.

    Gambar 7. Proses kloning pada Domba Dolly

  • 32

    7. Terapi Gen untuk Pengobatan PenyakitTerapi gen adalah melakukan perubahan genetik dengan

    cara menyisipkan gen yang normal pada tubuh pasien, sehingga

    pasien menjadi lebih baik. Dalam hal ini, ada dua pendekatan yaitu

    terapi sel benih dan terapi gen somatis. Perubahan pada sifat sel-

    sel benih (sel sperma dan ovum) mempunyai efek permanen pada

    individu yang turunannya dilakukan terapi sel-sel somatis,

    contohnya adalah sel-sel otot, sel-sel tulang, dan sel-sel saraf. Jika

    dilakukan perubahan pada sel-sel ini akan ber-pengaruh terhadap

    sel-sel benih, dan juga berpengaruh pada orang-orang yang sel-

    selnya direkayasa.

    Terapi gen terhadap sel-sel benih dinamakan teknologi

    transgenik. Terapi gen sel-sel manusia dipertimbangkan unik dan

    belum dicobakan secara legal. Terapi gen terhadap sel somatis

    dapat bertujuan memperbaiki genetik atau pengaruh non genetik.

    Sasaran pengobatan mutakhir termasuk ke dalam dua kategori ini.

    Terapi gen somatis yang relatif murah dilakukan adalah terapi sum-

    sum tulang karena relatif mudah diambil, diganti dan dimasukkan

    kembali ke dalam tubuh. Sel-sel batang yang direkayasa dapat

    menghasilkan sel-sel itu sendiri dalam sumsum tulang. Juga dapat

    dilakukan pembuatan sel-sel darah secara rekayasa genetik.

    Sasaran untuk terapi sumsum tulang yang pernah dillakukan

    adalah pada penderita immuno defisiensi (tidak mempunyai sistem

    kekebalan tubuh), penyakit genetik yang jarang terjadi ini

    disebabkan karena kekurangan enzim adenosin deaminase (ADA).

    Sel-sel T dan B limfosit penderita dalam sistem kekebalan tubuh

    tidak berfungsi karena kekurangan enzim ADA ini. W. French

    Anderson dan Michael Blaese melakukan pengobatan terapi gen

    pada anak usia 4 tahun pada akhir tahun 1991 dengan hasil

    sukses. Pada proses terapi gen, sel-sel batang diambil dari darah

    dan dinfeksikan dengan RNA retrovirus yang telah mengandung

  • 33

    gen yang normal. Kemudian sel-sel batang tersebut dikembalikan

    ke tubuh pasien (lihat Gambar 8).

    Gambar 8. Proses terapi gen pada manusia

    Sasaran lain termasuk pengobatan kanker kulit (melanoma)

    dengan memasukkan sel-sel limfosit penginfiltrasi kanker (Tils)

    yang telah direkayasa untuk menghasilkan faktor nekrosis tumor

    (TNF) atau interleukin (IL 4) pada pasien kanker kulit. Diharapkan

    interleukin yang terbentuk ini dapat membantu dalam

    menghancurkan sel-sel kanker kulit.

  • 34

    BAB IVDAMPAK NEGATIF DARI

    PENERAPAN REKAYASA GENETIKA

    Di samping rekayasa genetika sangat bermanfaat di bidang

    kehidupan manusia, seperti di bidang kedokteran, farmasi, peternakan,

    pertanian, dan perindustrian, ternyata dampak negatifnya juga ada.

    Menurut Kepala Centre for Alternatif Development Initiatives Filipina,

    Nicator Perlas, ditemukan fenomena dampak negatif dari bioteknologi ini.

    L-triptofan hasil rekayasa genetika yang digunakan untuk mengatasi

    orang yang sulit tidur (insomnia) dan depresi, ketika dilepas ke pasaran,

    belasan orang meninggal dan menderita sakit parah karena

    menggunakan produk ini. Insulin adalah produk pertama hasil rekayasa

    genetika, beberapa konsumen yang menggunakan hormon ini di Inggris

    pingsan setelah menggunakan produk ini.

    Di Amerika Serikat beberapa tahun yang lalu, ribuan anak yang

    diberi hormon pertumbuhan yang dihasilkan melalui rekayasa genetika

    mengalami gangguan kesehatan yang serius. Hormon pertumbuhan ini

    tidak hanya mahal dan tidak efektif, tetapi mengakibatkan anak-anak

    mudah jatuh sakit. Penggunaan obat turunan hormon pertumbuhan hasil

    rekayasa genetika ini ternyata berkaitan erat dengan penyakit leukemia

    dan melanoma (kanker kulit).

    Hormon pertumbuhan sapi yang dihasilkan dengan rekayasa

    genetika dapat meningkatkan susu sapi 5-20%, para pengambil

    keputusan mengkhawatirkan penggunaan hormon pertumbuhan sapi ini

    dalam skala besar akan menyingkirkan peternak kecil. Penggunaan

    hormon pertumbuhan sapi ini ternyata menimbulkan penyakit pada sapi.

    Senyawa endotoksin (BT) yang dihasilkan oleh bakteri Bacillus thuri-

    engensis yang dapat mematikan ulat-ulat yang merupakan serangga

    hama. Gen-gen endotoksin Bt ini ditranfer ke tanaman jagung, kedele atau

  • 35

    tanaman lain, supaya tanaman ini tahan terhadap serangan serangga,

    sehingga mengurangi ketergantungan petani pada pestisida. Akan tetapi

    vektor (Clavabacter xyli) menyebabkan kekerdilan pada tanaman jagung

    dan tanaman penting lainnya.

    Para ilmuwan yang melakukan rekayasa genetika terhadap bakteri

    yang bertanggung jawab terhadap kerusakan tanaman akibat suhu rendah

    (penyakit beku), ilmuwan itu berharap bakteri yang telah direkayasa

    tersebut mampu menjadikan tanaman kentang dan strawberi tumbuh pada

    suhu rendah. Ternyata bakteri ini lebih menyukai hidup pada gulma

    (tanaman pengganggu) daripada hidup pada kentang dan strawberi,

    sehingga gulma tumbuh secara tidak terkendali pada suhu rendah.

    Para ilmuwan AS telah merekayasa gen-gen pertumbuhan manusia

    ke dalam susunan gen babi secara permanen untuk menciptakan babi

    yang lebih besar daripada babi biasa. Ternyata babi-babi itu bukan

    bertambah besar, tatpi lahir dengan penyakit artritis, kaki bengkok, dan

    mata juling.

    Perusahaan Unilever di Malaysia mengklon ribuan tanaman kelapa

    sawit untuk perkebunan. Selama enam tahun pertumbuhan, kelapa sawait

    tersebut memerlukan pestisida enam kali lebih banyak dari tanaman

    kelapa sawit biasa. Proyek Unilever ini gagal dan menyusul kegagalan

    pembuangan sejumlah tanaman kelapa sawit transgenik ini.

    Berbagai jenis ikan, seperti ikan mas, lele, trout, dan salmon

    direkayasa dengan gen manusia, sapi, tikus untuk meningkatkan pertum-

    buhan dan produksi ikan-ikan tersebut. Ikan-ikan transgenik tersebut jika

    dilepas ke lingkungan dapat kawin dengan jenis-jenis alami, sehingga

    akan mencemari gen-gen spesies asli dan sifatnya menetap.

    Vaksin hepatitis hasil rekayasa genetika ada yang dapat

    menimbulkan berbagai penyakit pada hewan dan menginfeksi petugas

    yang terlibat dalam percobaan tersebut di Argentina. Sehingga ujicoba

    vaksin tersebut dihentikan.

  • 36

    Kita sebagai anggota masyarakat juga harus berhati-hati terhadap

    produk-produk rekayasa genetik ini, misalnya penggunaan hormon insulin,

    dan hormon pertumbuhan, serta tanaman dan hewan transgenik. Jika

    ingin menggunakan produk ini atau ingin mengembangbiakan tanaman

    atau hewan transgenik harus yakin betul produk atau hewan dan

    tumbuhan transgenik tersebut tidak berbahaya.

  • 37

    BAB VRANGKUMAN

    Rekayasa genetika secara umum adalah memanipulasi (mengubah

    susunan) gen untuk mendapatkan galur baru. Proses ini berlawanan

    dengan proses perkawinan secara konvensional. Rekayasa genetika

    disebut juga rekombinasi DNA

    Dengan menggunakan biokimia dan peralatan mekanik untuk

    teknologi DNA, ilmuwan dapat membuat DNA rekombinan secara invitro.

    Kemudian DNA dimasukkan ke dalam kultur sel, sel mereplikasikan DNA

    tersebut, dan mengekspresikan DNA tersebut, sehingga dihasilkan produk

    yang berman-faat, seperti hormon insulin, hormon pertumbuhan, dan

    tanaman transgenik. Bakteri Escherichia Coli sering digunakan sebagai

    vektor (pembawa) da lam DNA rekombinan karena bakteri tersebut

    mudah dikembangbiakkan dan biokimianya telah diketahui. Selain bakteri

    E. coli juga digunakan bakteri Bacillus subtilis dan ragi Saccharomyces

    cerevisiae sebagai vektor untuk rekayasa genetika.

    Vaksin hepatitis B telah dibuat dengan mengkloning selubung

    permukaan virus (HbsAg) dalam plasmid ragi. Dengan menumbuhkan ragi

    dalam medium perbenihan ragi dalam fermentor akan dihasilkan 50-100 g

    protein selubung virus per liter kultur.

    Kloning organisme yang pernah dilakukan adalah pada katak,

    domba Dolly dengan cara menempatkan inti sel matang (sel-sel epitel

    kelenjar susu) ke sel telur matang yang telah dibuang intinya. Klon akan

    berkembang menjadi katak yang semua ciri-cirinya sama dengan katak

    yang intinya ditransplantasikan. Pada mamalia, misalnya domba Dolly,

    kloning dihasilkan tidak hanya menempatkan inti sel somatis ke sel telur

    matang yang telah dibuang intinya, sel ini harus ditempatkan dalam uterus

    domba untuk menjamin keberhasilan sel telur berkembang menjadi

    organisme baru.

  • 38

    BAB VIEVALUASI

    A. Jawablah pertanyaan berikut dengan singkat dan jelas!

    1. Jelaskan pengertian rekayasa genetika!

    2. Jelaskan langkah-langkah pembuatan insulin melalui rekombinan

    DNA!

    3. Jelaskan prosedur kloning gen!

    4. Bagaimana cara memperoleh antibodi monoklonal dengan teknik

    hibridoma?

    5. Bagaimana cara memperoleh tanaman yang tahan terhadap

    serangga dengan DNA rekombinan?

    6. Jelaskan keuntungan dan kerugian rekayasa genetika!

    7. Jelaskan dampak negatif dari rekayasa genetika!

    B. Pilahlah satu jawaban yang tepat

    1. Berikut ini merupakan bahan-bahan yang diperlukan untuk rekayasa

    genetika, kecuali ....

    a. Plasmid;

    b. Hormon;

    c. sel bakteri;

    d. enzim restriksi;

    e. enzim ligase.

    2. Salah satu pemanfaatan rekayasa genetika di bidang kedokteran

    adalah ....

    a. antibodi poliklonal yang dihasilkan klon sel-sel hibridoma;

    b. interferon yang dihasilkan oleh sel-sel kanker

    c. insulin dihasilkan dengan cara ekstraksi pankreas hewan;

    d. antibodi monoklonal yang dihasilkan oleh sel-sel hibridoma;

    e. vaksin yang berasal dari bibit penyakit yang dihilangkan sifat

    virusnya.

  • 39

    3. Manakah bakteri berikut ini yang sering digunakan dalam rekayasa

    genetika?

    a. Pseudomonas aeruginosa;

    b. Escherichia coli;

    c. Steptococcus lactis

    d. Bacillus anthraxis

    e. Staphylococcus lactis

    4. Terapi gen telah digunakan untuk pengobatan penyakit berikut,

    kecuali ...

    a. kistis fibrosis;

    b. hiperkolesterolemia

    c. talasemia

    d. siklemia

    e. anemia

  • 40

    BAB VIIDAFTAR ISTILAH

    1. Enzim ligase adalah enzim yang digunakan untuk menyambungkan

    po-tongan DNA yang digunting dari kromosom dengan potongan DNA

    yang digunting dari plasmid.

    2. Enzim restriksi endonuklease adalah enzim yang berfungsi untuk

    memotong dan mengenali tempat-tempat khusus di sepanjang

    untaian DNA.

    3. Kalus adalah masa sel-sel tanaman yang belum berdiferensiasi pada

    kultur jaringan.

    4. Hewan transgenik adalah hewan hasil rekayasa genetika

    5. Hibridoma adalah penyatuan dua sel dari jaringan yang sama atau sel

    dari dua organisme yang berbeda.

    6. Interleukin adalah senyawa yang berfungsi mengaktifkan sistem

    kekebalan tubuh.

    7. Interferon adalah sitokinin yang dibuat oleh sel-sel tertentu dari sistem

    kekebalan dan untuk mencegah terjadinya infeksi oleh virus.

    8. Organisme transgenik adalah organisme yang menerima gen-gen dari

    spesies lain.

    9. Plasmid adalah molekul DNA melingkar kecil yang terdapat dalam

    ekstra kromosom bakteri

  • 41

    DAFTAR PUSTAKA

    Association for science Education 1990. Science and Technology in

    Society. 16-19 (SATIS 16-19). Hartfiel: ASE. These units extend

    the original SATIS Project into the sixth form. In the first file of 25

    unit there is theme no.609. Hitting Target.

    Dorain Paulin M. 1989. Direction in Modern Biotechnology. Sydney:

    Hawker Brownnlow Education

    Fried G.H. 1995. Biology. The Study of Living Organisms. New York St.

    Louis San Fransisco Aukland Bogota Caracas Lisbon: Mc Graw

    Hill, Inc.

    Old R.W and Primrose S.B. 1989. Prinsip-prinsip Manipulasi gen.

    Pengantar Rekayasa Genetika .Terjemahan. Edisi ke empat.

    Oxford London : Black Well Scientific Publication.

    Trevan M.D. S. Boffey, K.H. Goulding, and P. Stanbury 1987.

    Biotechnology: The Biological Principles. New York Philadelphia:

    Open Unversity Press.

    Watson J.D. et all. 1992. Recombinant DNA. Second Edition. New York:

    Scientific American Books. Distributed by W.H Freeman and

    Company.