refreshing mmvm mata

37
PENDAHULUAN Kornea merupakan bagian anterior dari mata yang harus dilalui cahaya, dalam perjalanan pembentukan bayangan di retina. Karena itu kornea harus tetap jernih dan permukaannya rata agar tidak menghalangi proses pembiasan sinar. Kelainan yang bisa merusak bentuk dan kejernihan kornea dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat, terutama bila letaknya di sentral (daerah pupil), bila kelainan ini tidak diobati maka dapat terjadi kebutaan. Kelainan kornea yang paling sering ditemukan adalah keratitis. Keratitis merupakan suatu proses peradangan kornea yang dapat bersifat akut maupun kronis yang disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain bakteri, jamur, virus atau karena alergi. Keratitis dapat dibagi menjadi beberapa golongan berdasarkan kedalaman lesi pada kornea (tempatnya), penyebab dan bentuk klinisnya. Berdasarkan tempatnya keratitis secara garis besar dapat dibagi menjadi keratitis pungtata superfisialis, keratitis marginal dan keratitis interstitial. Berdasarkan penyebabnya keratitis digolongkan menjadi keratitis bakterialis, keratitis fungal, keratitis viral, keratitis akibat alergi. Kemudian berdasarkan bentuk klinisnya dapat dibagi menjadi keratitis sika, keratitis flikten, keratitis numularis dan keratitis neuroparalitik. Gejala umum keratitis adalah visus turun, mata merah, rasa silau, dan merasa ada benda asing di matanya. Gejala 1

Upload: fitri-larasati

Post on 09-Dec-2015

242 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

mmvm

TRANSCRIPT

PENDAHULUAN

Kornea merupakan bagian anterior dari mata yang harus dilalui cahaya, dalam perjalanan

pembentukan bayangan di retina. Karena itu kornea harus tetap jernih dan permukaannya

rata agar tidak menghalangi proses pembiasan sinar. Kelainan yang bisa merusak bentuk

dan kejernihan kornea dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat, terutama

bila letaknya di sentral (daerah pupil), bila kelainan ini tidak diobati maka dapat terjadi

kebutaan.

Kelainan kornea yang paling sering ditemukan adalah keratitis. Keratitis merupakan suatu

proses peradangan kornea yang dapat bersifat akut maupun kronis yang disebabkan oleh

berbagai faktor, antara lain bakteri, jamur, virus atau karena alergi. Keratitis dapat dibagi

menjadi beberapa golongan berdasarkan kedalaman lesi pada kornea (tempatnya),

penyebab dan bentuk klinisnya.

Berdasarkan tempatnya keratitis secara garis besar dapat dibagi menjadi keratitis pungtata

superfisialis, keratitis marginal dan keratitis interstitial. Berdasarkan penyebabnya

keratitis digolongkan menjadi keratitis bakterialis, keratitis fungal, keratitis viral, keratitis

akibat alergi. Kemudian berdasarkan bentuk klinisnya dapat dibagi menjadi keratitis sika,

keratitis flikten, keratitis numularis dan keratitis neuroparalitik.

Gejala umum keratitis adalah visus turun, mata merah, rasa silau, dan merasa ada benda

asing di matanya. Gejala khususnya tergantung dari jenis-jenis keratitis yang diderita oleh

pasien. Gambaran klinik masing-masing keratitis pun berbeda-beda tergantung dari jenis

penyebab dan tingkat kedalaman yang terjadi di kornea, jika keratitis tidak ditangani

dengan benar maka penyakit ini akan berkembang menjadi suatu ulkus yang dapat

merusak kornea secara permanen sehingga akan menyebabkan gangguan penglihatan

bahkan dapat sampai menyebabkan kebutaan. Maka, pengobatan keratitis haruslah cepat

dan tepat agar tidak menimbulkan komplikasi yang merugikan di masa yang akan datang

terutama pada pasien yang masih muda.

1

KORNEA

Anatomi dan Fisiologi Kornea

Kornea merupakan bagian selaput mata yang tembus cahaya, bersifat transparan, berukuran

11-12 mm horizontal dan 10-11 mm vertikal, tebal 0,6-1 mm. Indeks bias kornea 1,375

dengan kekuatan pembiasan 80%. Sifat kornea yang dapat ditembus cahaya ini disebabkan

oleh struktur kornea yang uniform, avaskuler dan diturgesens atau keadaan dehidrasi relatif

jaringan kornea yang dipertahankan oleh pompa bikarbonat aktif pada endotel dan oleh

fungsi sawar epitel dan endotel. Endotel lebih penting daripada epitel dalam mencegah

dehidrasi, dan cedera kimiawi atau fisik pada endotel jauh lebih berat daripada cedera pada

epitel. Kerusakan sel-sel endotel jauh menyebabkan sifat transparan hilang dan edema

kornea, sedangkan kerusakan epitel hanya menyebabkan edema lokal sesaat karena akan

menghilang seiring dengan regenerasi epitel.

Batas antara sclera dan kornea disebut limbus kornea. Kornea merupakan lensa cembung

dengan kekuatan refraksi sebesar + 43 dioptri. Jika kornea oedem karena suatu sebab, maka

kornea juga bertindak sebagai prisma yang dapat menguraikan sinar sehingga penderita akan

melihat halo.

Kornea bersifat avaskuler, maka sumber-sumber nutrisi kornea berasal dari pembuluh-

pembuluh darah limbus, humor aquaeus dan air mata. Kornea superfisial juga mendapatkan

oksigen sebagian besar dari atmosfer. Kornea dipersarafi oleh banyak serat saraf sensorik

yang didapat dari percabangan pertama (oftalmika) dari nervus kranialis V yang berjalan

supra koroid, masuk kedalam stroma kornea, menembus membran bowman dan melepaskan

selubung schwannya. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan didaerah limbus. Daya

regenerasi saraf sesudah dipotong didaerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.

Kornea merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri atas lima

lapisan dari anterior ke posterior yaitu: lapisan epitel (yang bersambung dengan lapisan epitel

konjungtiva bulbaris), membran bowman, stroma, membran descemet dan lapisan endotel.

2

1) Epitel

Lapisan epitel kornea tebalnya 50m berbentuk pipih berlapis tanpa tanduk, ada satu lapis

sel basal dan sel polygonal. Sel bersifat fat soluble substance. Pada sel basal sering

terlihat mitosis sel dan sel muda ini terdorong kedepan menjadi lapis sel sayap dan

semakin maju kedepan menjadi sel pipih, sel basal berikatan erat dengan sel basal

disampingnya dan sel polygonal didepannya melalui desmosom dan macula okluden.

Ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa melalui barrier. Sel basal

menghasilkan membran basal yang saling melekat erat. Bila terjadi gangguan akan

menjadi erosi rekuren. Ujung saraf kornea berakhir di epitel, oleh karena itu kelainan

pada epitel akan menyebabkan gangguan sensibilitas korena, rasa sakit, dan mengganjal.

Daya regenerasi epitel juga cukup besar.

2) Membran Bowman

Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang tersusun

tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma. Lapisan ini tidak

mempunyai daya regenerasi. Kerusakan pada lapisan ini akan berakhir dengan

terbentuknya jaringan parut.

3) Stroma

Stroma merupakan lapisan yang paling tebal dari kornea, mencakup sekitar 90% dari

ketebalan kornea. Bersifat water soluble substance. Terdiri atas jaringan kolagen yang

tersusun atas lamel-lamel, pada permukaannya terlihat anyaman yang teratur sedang

dibagian perifer serat kolagen bercabang. Stroma bersifat higroskopis yang menarik air,

kadar air diatur oleh fungsi pompa sel endotel dan penguapan oleh sel epitel.

Terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai

3

15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak di

antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen

dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.

4) Membran Descemet

Merupakan membran aselular yang tipis, kenyal, kuat dan bening, terletak dibawah

stroma dan pelindung atau barrier infeksi dan masuknya pembuluh darah. Membran ini

sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40m.

5) Endotel

Merupakan lapisan kornea yang penting untuk mempertahankan kejernihan kornea,

mengatur cairan didalam stroma kornea dan tidak mempunyai daya regenerasi, sehingga

endotel mengkompensasi sel-sel yang mati dengan mengurangi kepadatan seluruh endotel

dan memberikan dampak pada regulasi cairan, jika endotel tidak lagi dapat menjaga

keseimbangan cairan akibat gangguan sistem pompa endotel, maka stroma akan bengkak

karena kelebihan cairan (edema kornea) dan hilangnya transparansi (kekeruhan) akan

terjadi. Dapat rusak atau terganggu fungsinya akibat trauma bedah, penyakit intraokuler

dan usia lanjut. Lapisan endotel berasal dari mesotalium, terdiri atas satu lapis sel

berbentuk heksagonal dengan tebal 20-40m yang melekat pada membran descmet

melalui hemi desmosom dan zonula okluden.

4

MATA MERAH DENGAN VISUS MENURUN

1. KERATITIS

Keratitis merupakan peradangan pada kornea yang biasanya diklasifikasikan dalam lapis

yang terkena, seperti keratitis superfisial dan interstisial atau profunda. Keratitis dapat

disebabkan oleh berbagai hal, seperti infeksi bakteri, virus atau jamur, berkurangnya air

mata, keracunan obat, reaksi alergi pada pemberian obat topikal, dan reaksi terhadap

konjungtivitis menahun.

Patogenesis: kornea merupakan bangunan yang avaskuler sehingga menyebabkan respon

pertahanan tidak cepat terhadap peradangan, sehingga badan kornea dan sel-sel stroma

akan segera bekerja sebagai makrofag yang kemudian akan disusul dengan terjadinya

dilatasi dari pembuluh darah yang terdapat di limbus dan akan tampak seperti injeksi

perikornea. Kemudian akan terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuklear, sel plasma dan sel

polimorfonuklear yang akan mengakibatkan timbulnya infiltrat yang selanjutnya dapat

berkembang dengan terjadinya kerusakan epitel dan menimbulkan tukak (ulkus) kornea.

Pada peradangan yang dalam, penyembuhan berakhir dengan pembentukan jaringan parut

(sikatriks) yang dapat berupa nebula, makula dan leukoma. Nebula timbul jika ulkus tidak

terlalu dalam dan tampak sebagai bercak seperti awan, yang dapat dilihat hanya di kamar

gelap dengan cahaya buatan. Makula terjadi bila terjadi ulkus lebih dalam dan tampak

sebagai bercak putih yang tampak di kamar biasa. Leukoma didapat bila ulkus lebih

dalam lagi dan tampak sebagai bercak putih seperti porselen yang sudah tampak dari

jarak jauh.

Manifestasi klinis:

Rasa nyeri disebabkan karena kornea mempunyai banyak serabut saraf nyeri.

Kebanyakan lesi kornea, baik superfisial maupun dalam (benda asing, kornea, abrasi

kornea) menimbulkan rasa nyeri. Rasa nyeri diperberat oleh gerak palpebra di atas

kornea.

Penurunan penglihatan terjadi karena kornea berfungsi sebagai jendela bagi mata dan

untuk membiaskan berkas cahaya, terutama bila letaknya di tengah.

Fotofobia terjadi akibat kontraksi iris meradang yang menyebabkan nyeri, terutama

bila terkena sinar. Fotofobia yang berat pada kebanyakan penyakit kornea, hanya

5

minimal pada keratitis herpes yang disebabkan karena hipostesia pada penyakit ini

yang juga merupakan suatu tanda diagnostik penting.

Mata merah: injeksi siliar atau perikornea

Blefarospasme karena adanya fotofobia sehingga mata

berusaha ditutup oleh palpebra

Epifora disebabkan karena terdapatnya nyeri.

Pemeriksaan:

Terdapat infiltrat pada kornea, dapat ada di seluruh lapisan kornea.

Uji Fluoresen untuk melihat adanya defek pada epitel kornea. Kertas fluoresein yang

dibasahi terlebih dahulu dengan garam fisiologis diletakkan pada sakus konjungtiva

inferior. Penderita diminta untuk menutup matanya selama 20 detik, beberapa saat

kemudian kertas ini diangkat. Dilakukan irigasi konjungtiva dengan garam fisiologik.

Dilihat permukaan kornea bila terlihat warna hijau dengan sinar biru berarti ada

kerusakan epitel kornea misalnya terdapat pada keratitis superfisial epitelial, tukak

kornea, dan erosi kornea. Defek kornea akan terlihat berwarna hijau, akibat pada setiap

defek kornea, maka bagian tersebut akan bersifat basa dan memberikan warna hijau

pada kornea. Pada keadaan ini disebut uji fluoresein positif.

Uji Plasido untuk melihat kelengkungan kornea. Dipakai papan plasido dengan

gambaran lingkaran konsentris putih hitam yang menghadap pada sumber cahaya atau

jendela, sedang pasien sendiri membelakangi jendela. Papan plasido merupakan papan

yang mempunyai gambaran garis melingkar dengan lobang kecil pada bagian

sentralnya. Melalui lubang di tengah plasidoskop dilihat gambaran lingkaran konsentris

dan bila :

- Lingkaran konsentris berarti permukaan kornea licin dan reguler

- Lingkaran lonjong berarti adanya astigmatisme kornea

- Garis lingkaran tidak beraturan berarti astigmatisme irregular akibat adanya infiltrat

ataupun parut kornea.

- Kurang tegas mungkin akibat edema kornea keruh.

Tes fistel untuk mengetahui letak dan adanya kebocoran kornea. Pada konjungtiva

inferior ditaruh kertas fluoresein atau diteteskan fluoresein. Kemudian dilihat adanya

cairan mata yang keluar dari fistel kornea. Bila terdapat kebocoran kornea adanya fistel

kornea akan terlihat pengaliran cairan mata yang berwarna hijau mulai dari lubang

6

fistel. Cairan mata terlihat bening dengan sekitarnya terdapat larutan fluoresein yang

berwarna hijau.

Pemeriksaan visus

Bakteriologik, usapan pada ulkus kornea

Sensibilitas kornea untuk mengetahui fungsi trigeminus kornea. Diketahui bahwa

serabut sensibel kornea melalui saraf trigeminus. Bila dirangsang akan terdapat refleks

aferen pada saraf fasial dan mata akan berkedip. Penderita yang diminta melihat jauh ke

depan dirangsang dengan kapas kering dari bagian lateral kornea. Dilihat terjadinya

refleks mengedip, rasa sakit dan mata berair. Bila ada refleks tersebut berarti fungsi

trigeminus dan fasial baik.

Klasifikasi

Klasifikasi Keratitis berdasarkan tempatnya:

a. Keratitis Pungtata

Keratitis pungtata adalah keratitis yang terjadi pada membran bowman dengan infiltrat

berbentuk bercak-bercak halus. Keratitis pungtata ini disebabkan oleh hal yang tidak

spesifik dan dapat terjadi pada moluskum kontangiosum, akne rosasea, infeksi virus

herpes simpleks, herpes zoster, blefaritis neuroparalitik, infeksi virus, vaksinia, trauma

radiasi, dry eyes, trauma, lagoftalmus, keracunan obat seperti neomisin dan bahan

pengawet lainnya.

Kelainan dapat berupa:

- Keratitis pungtata epitel

- Keratitis pungtata

7

KERATITIS

Superficial

epitel

subepitel

stroma

Profundainterstisial

sklerotikan

numularis, disiform,flikten

herpes zoster, herpes simpleks, punctate,sika

neuroparalitik

- Pada konjungtivitis vernal dan konjungtivitis atopik ditemukan bersama-sama papil

raksasa

- Pada trakoma, pemfigoid, sindrom Stevens Johnson dan pasca pengobatan radiasi

dapat ditemukan bersama-sama dengan jaringan parut konjungtiva.

Keratitis pungtata biasanya terdapat bilateral dan berjalan kronis tanpa terlihatnya

gejala kelainan konjungtiva ataupun tanda akut.

Keratitis pungtata superfisial terjadi pada permukaan kornea dengan infiltrat halus

bertitik-titik pada permukaan kornea. Keratitis ini dapat disebabkan sindrom dry eye,

blefaritis, keratopati lagoftalmus, keracunan obat topikal, sinar ultraviolet, trauma

kimia ringan dan pemakaian lensa kontak. Pasien akan mengeluh sakit, silau, mata

merah dan rasa kelilipan. Pengobatan dengan pemberian airmata buatan, tobramisin

tetes mata, dan sikloplegik.

Keratitis pungtata subepitel merupakan keratitis yang terkumpul di daerah membran

Bowman yang bersifat kronis dan bilateral tanpa terlihatnya gejala kelainan

konjungtiva ataupun tanda akut.

b. Keratitis Marginal

Keratitis marginal merupakan infiltrat yang tertimbun pada tepi kornea sejajar dengan

limbus. Penyakit infeksi lokal konjungtiva dapat menyebabkan keratitis marginal.

Keratitis marginal bersifat rekuren dengan infiltrat dan tukak yang terlihat diduga

merupakan timbunan kompleks antigen-antibodi. Pasien akan mengeluh sakit, seperti

kelilipan, lakrimasi, disertai fotobopia berat. Pada mata akan terlihat blefarospasme

pada satu mata, injeksi konjungtiva, infiltrat atau ulkus yang memanjang, dangkal

unilateral dapat tunggal atau multipel, sering disertai neovaskularisasi dari arah limbus.

Bila tidak diobati dengan baik akan menyebabkan tukak kornea. Pengobatan yang

diberikan adalah antibiotika yang sesuai dengan penyebab infeksi dan steroid dosis

ringan. Pada pasien dapat diberikan vitamin B dan C dosis tinggi. Pada kelainan

indolen dilakukan kauterisasi dengan listrik ataupun AgNO3 di pembuluh darahnya atau

dilakukan flep konjungtiva yang kecil.

Penyulit yang terjadi berupa jaringan parut pada kornea yang akan mengganggu

penglihatan atau ulkus meluas dan menjadi lebih dalam. Keratitis marginalis

8

trakomatosa merupakan keratitis dengan pembentukan membran pada kornea atas.

Keadaan ini akan membentuk pannus, berupa keratitis dengan neovaskularisasi.

c. Keratitis Interstisial

Keratitis pada jaringan kornea yang lebih dalam, nonsupuratif profunda disertai dengan

neovaskularisasi, disebut juga sebagai keratitis parenkimatosa. Keratitis dapat terjadi

akibat alergi atau infeksi spiroket ke dalam stroma kornea dan akibat tuberkulosis.

Biasanya keratitis interstisial ini akan memberikan keluhan fotofobia, lakrimasi dan

menurunnya visus. Pada keratitis interstitial maka keluhannya bertahan seumur hidup.

Seluruh kornea keruh sehingga iris sukar dilihat, terdapat injeksi siliar disertai dengan

serbukan pembuluh ke dalam sehingga memberikan gambaran merah kusam atau yang

disebut ”salmon patch”, kelainan biasanya bilateral. Pengobatan keratitis profunda

tergantung pada penyebabnya. Pada keratitis diberikan sulfas atropin tetes mata untuk

mencegah sinekia akibat terjadinya uveitis dan kortikosteroid tetes mata. Keratitis

profunda dapat juga terjadi akibat trauma, mata terpajan pada kornea dengan daya tahan

rendah.

d. Keratitis Bakterial

Setiap bakteri seperti staphylococcus, streptococcus, pseudomonas, dan

enterobacteriaceae dapat mengakibatkan keratitis bakterial. Dengan faktor predisposisi

pemakaian lensa kontak, trauma, kontaminasi obat tetes. Pengobatan keratitis bakterial

dapat diberikan antibiotik.

e. Keratitis Jamur

Biasanya dimulai dengan trauma pada kornea oleh

ranting pohon, daun, dan bagian tumbuh-tumbuhan.

Kebanyakan disebabkan oleh candida, fusarium,

cephalocepharium, dan curvularia. Keluhan baru

timbul setelah 5 hari rudapaksa atau 3 minggu

kemudian. Pasien akan mengeluh sakit mata yang hebat, berair, dan silau. Pada mata

akan terlihat infiltrat yang berhifa dan satelit bila terletak di dalam stroma. Biasanya

disertai dengan cincin endotel dengan plaque tampak bercabang-cabang, dengan

endotelium plaque, gambaran satelit pada kornea dan lipatan Descement.

Diagnosis pasti dengan pemeriksaan mikroskopis KOH 10% terhadap kerokan kornea

yang menunjukkan adanya hifa. Disarankan pasien dengan infeksi jamur dirawat dan

9

diberi pengobatan natamisin 5%, amphoterisin B 0,15% - 0,30%. Diberikan pengobatan

sistemik ketokonazole (200–600 mg/hari) dan sikloplegik. Bila disertai peningkatan

tekanan intra okuler diberikan obat oral anti glaukoma. Bila tidak ada perbaikan

dilakukan keratoplasti. Penyulit yang dapat terjadi adalah endoftalmitis.

f. Keratitis Virus

Keratitis Herpetik

Keratitis herpetik disebabkan oleh herpes simpleks dan herpes zoster. Yang

disebabkan herpes simpleks dibagi dalam dua bentuk, yaitu epitelial dan stromal.

Pada yang epitelial kerusakan terjadi akibat pembelahan virus di dalam sel epitel,

yang akan mengakibatkan kerusakan sel dan membentuk tukak kornea superfisial.

Stromal diakibatkan reaksi imunologik tubuh pasien sendiri terhadap virus yang

menyerang. Antigen (virus) dan antibodi bereaksi di dalam stroma kornea dan

menarik sel leukosit dan sel radang lainnya. Sel ini mengeluarkan bahan proteolitik

untuk merusak antigen yang juga akan merusak jaringan stromal di sekitarnya.

Yang disebabkan herpes simpleks dibagi dalam dua bentuk yaitu :

o Pada epitel disebut keratitis dendritik. Kerusakan terjadi akibat pembelahan

virus di dalam sel epitel, yang akan mengakibatkan kerusakan sel dan

membentuk tukak kornea superfisial. Keratitis yang membentuk garis infiltrat

pada permukaan kornea yang kemudian membentuk cabang geografik, yang

tidak mengenai jaringan stroma kornea. Pengobatan kadang-kadang tidak

diperlukan karena dapat sembuh spontan atau dapat sembuh dengan melakukan

debridement. Dapat juga diberikan pengobatan antivirus dan sikloplegik,

antibiotika dengan bebat tekan.

10

o Pada stromal disebut keratitis disiformis. Diakibatkan reaksi imunologik tubuh

pasien sendiri terhadap virus yang menyerang. Antigen (virus) dan antibodi

(pasien) bereaksi di dalam stroma kornea dan menarik sel leukosit dan sel

radang lainnya. Sel ini mengeluarkan bahan proteolitik untuk merusak antigen

(virus) yang juga akan merusak jaringan stromal di sekitarnya. Keratitis

membentuk kekeruhan infiltrat yang bulat atau lonjong di dalam jaringan

kornea. Biasanya merupakan keratitis profunda superfisial, yang terjadi akibat

infeksi virus herpes simpleks. Maka pengobatannya dengan menyerang virus

dan reaksi radangnya.

Gambaran klinis

Secara subjektif: kelopak yang sedikit membengkak atau mata berair yang bila

sering diusap menyebabkan lecet pada palpebra, silau, penglihatan kabur

Secara objektif:

- iritasi yang ringan, mata berair, dan unilateral, injeksi konjungtiva dan silier,

infiltrat stroma yang dapat disertai uveitis dan hipopion

- konjungtivitis folikularis akut

- blefaritis vesikuler yang ulseratif

- pembengkakan kelenjar limfa regional.

Diagnosis

- Anamnesis riwayat penggunaan obat yang menurunkan resistensi kornea

(kortikosteroid, obat imunosupresif)

- Melihat gambaran spesifik (gambaran dendrit)

- Gambaran klinik infeksi kornea yang cukup tenang dengan tanda-tanda

peradangan yang tidak berat

Pengobatan. IDU (Idoxyuridine) merupakan obat antiviral, bekerja dengan

menghambat sintesis DNA virus dan manusia, sehingga bersifat toksik untuk epitel

normal dan tidak boleh dipergunakan lebih dari 2 minggu. Terdapat dalam larutan

1% dan diberikan setiap jam. Salep 0,5% diberikan setiap 4 jam. Vibrabin sama

dengan IDU akan tetapi hanya terdapat dalam bentuk salep. Trifluorotimidin (TFT)

sama dengan IDU, diberikan 1% setiap 4 jam. Acyclovir, bersifat selektif terhadap

sintesis DNA virus. Dalam bentuk salep 3% yang diberikan setiap 4 jam. Sama

efektif dengan anti virus lain akan tetapi dengan efek samping yang kurang. Untuk

11

menekan proses radang pada keratitis stroma diberikan NSAID. Kortikosteroid

kontraindikasi untuk segala tingkatan keratitis herpes simpleks.

Keratitis Herpes Zoster

Virus herpes zoster dapat memberikan infeksi pada ganglion Gaseri saraf

trigeminus. Bila yang terkena ganglion cabang oftalmik maka akan terlihat gejala-

gejala herpes zoster pada mata. Gejala ini tidak akan melampaui garis median

kepala. Biasanya herpes zoster akan mengenai orang dengan usia lanjut.

Secara subjektif biasanya penderita datang dengan rasa nyeri disertai edema kulit

yang tampak kemerahan pada daerah dahi, alis, dan kelopak atas serta sudah disertai

dengan vesikel.

Gambaran klinis secara objektif:

- Erupsi kulit pada daerah yang dipersarafi cabang oftalmik nervus trigeminus.

- Rima palpebra tampak menyempit apabila kelopak atas mengalami

pembengkakan.

- Bila kornea atau jaringan yang lebih dalam terkena, maka timbul lakrimasi, mata

yang silau dan sakit

- Kelainan mata berupa bercak-bercak atau bintik-bintik putih kecil yang tersebar

di epitel kornea yang dengan cepat sekali melibatkan stroma.

- Bila infeksi mengenai jaringan mata yang lebih dalam dapat menimbulkan

iridosiklitis disertai sinekia iris serta menimbulkan glaukoma sekunder.

- Komplikasi lain adalah paresis otot penggerak mata serta neuritis optik.

Diagnosis:

- Gambaran klinis

- Biasanya didapatkan juga pembengkakan

kelenjar pre-aurikuler regional yang

sesuai dengan sisi cabang oftalmik N.V

yang terkena

Pengobatan:

- Acyclovir oral maupun topikal

- Bila disertai infeksi sekunder bakterial dapat diberikan antibiotik

12

- Dapat pula diberikan obat-obatan yang meningkatkan sistem imunitas tubuh,

obat-obatan neurotropik, serta dapat dibantu dengan vitamin C dosis tinggi

- Pada mata, pengobatan yang bersifat simtomatik adalah tetes metil selulose,

siklopegia.

g. Keratitis Flikten

Keratitis flikten merupakan radang kornea yang merupakan reaksi imun yang mungkin

sel mediated pada jaringan yang sudah sensitif terhadap antigen. Untuk mengetahui

penyebabnya maka perlu dicari penyebab alerginya. Pada kornea akan terjadi

penimbunan sel limfoid, secara histopatologi ditemukan sel eosinofil. Selain itu,

terdapat daerah yang berwarna keputihan yang merupakan degenerasi hialin, terjadi

pengelupasan lapis sel tanduk epitel kornea. Gejala: lakrimasi, fotofobia, rasa sakit.

Ditemukan infiltrat dan neovaskularisasi pada kornea. Gambaran karakteristiknya

adalah dengan terbentuknya papul atau pustula pada kornea ataupun konjunctiva. Pada

mata terdapat flikten pada kornea berupa benjolan berbatas tegas berwarna putih

keabuan dengan atau tanpa neovaskularisasi yang menuju ke arah benjolan tersebut.

Biasanya bersifat bilateral yang dimulai dari daerah limbus. Pengobatannya adalah

dengan steroid.

h. Keratitis Dimmer atau Keratitis Numularis

Keratitis dengan ditemukannya infiltrat yang bundar berkelompok dan tepinya berbatas

tegas sehingga memberikan gambaran halo. Keratitis ini berjalan lambat yang sering

terdapat unilateral. Gambaran klinisnya ialah: secara objektif, mata yang terserang

tampak merah karena injeksi siliar, disertai lakrimasi, Infiltrat multipel dan bundar yang

terdapat di lapisan kornea bagian superfisial biasanya tidak menyebabkan ulserasi.

Pengobatan dengan pemberian kortikosteroid lokal memberikan hasil yang baik yaitu

hilangnya tanda-tanda radang dan lakrimasi tetapi penyerapan infiltrat terjadi dalam

waktu yang lama, dapat 1-2 tahun.

i. Keratitis Neuroparalitik

Merupakan keratitis akibat kelainan saraf trigeminus, sehingga terdapat kekeruhan

kornea yang tidak sensitif disertai kekeringan kornea. Gangguan persarafan ke v ini

dapat terjadi akibat herpeks zoster, tumor fosa posterior kranium dan keadaan lain

sehingga akan mengakibatkan terbentuknya tukak kornea.

13

Gangguan persarafan ke lima dapat terjadi akibat herpes zoster, tumor fosa posterior

cranium, peradangan atau keadaan lain sehingga kornea menjadi anestetis. Pada

keadaan anestetis dan tanpa persarafan, kornea kehilangan daya pertahanannya terhadap

iritasi dari luar, diduga terjadi juga kemunduran metabolism kornea yang memudahkan

terjadinya peradangan kornea. Kornea mudah terjadi infeksi yang akan mengakibatkan

terbentuknya tukak kornea.

Pasien akan mengeluh tajam penglihatan menurun, silau, dan tidak nyeri. Mata akan

memberikan gejala jarang berkedip karena hilangnya reflex mengedip, injeksi siliar,

permukaan kornea keruh, infiltrate dan vesikel pada kornea. Dapat terlihat terbentuknya

deskuamasi epitel seluruh permukaan kornea yang dimulai pada bagian tengah dan

meninggalkan sedikit lapisan epitel kornea yang sehat di dekat limbus. Pada keadaan

ini, pengobatan diberikan dengan air mata buatan dan salep untuk menjaga kornea tetap

basah, sedangkan untuk mencegah infeksi sekundernya berupa pengobatan keratitis,

tarsorafi, dan menutup pungtum lakrimal.

j. Keratitis Sika

Suatu keadaan keringnya permukaan kornea. Kelainan ini terjadi pada penyakit yang

mengakibatkan:

Defisiensi komponen lemak air mata. Misalnya: blefaritis menahun, distikiasis dan

akibat pembedahan kelopak mata

Defisiensi kelenjar air mata: Sindrom Sjogren, obat-obat diuretik, atropin, usia tua.

Defisiensi komponen musin: defisiensi vitamin A, trauma kimia, dll

Akibat penguapan berlebihan seperti pada keratitis neroparalitik, hidup di gurun

pasir, keratitis lagoftalmus

Karena parut kornea atau menghilangnya mikrovili kornea

Gejala: gatal, mata berpasir, silau, penglihatan kabur, sekresi mukus berlebihan, sukar

menggerakkan kelopak mata, mata kering karena erosi kornea.

Tes pemeriksaan:

Tes Schirmer: bila resapan air mata pada kertas Schirmer kurang dari 10 mm dalam

5 menit dianggap abnormal.

Tes zat warna Rose Bengal konjungtiva: konjungtiva terlihat berwarna titik merah

karena jaringan konjungtiva yang mati menyerap warna.

14

Tear film break up time: waktu antara kedip lengkap sampai timbulnya bercak

kering sesudah mata dibuka minimal terjadi sesudah 15-20 detik, tidak pernah

kurang dari 10 detik.

Pengobatan bergantung pada penyebabnya, yaitu:

- Pemberian air mata tiruan bila kurang komponen air

- Pemberian lensa kontak apabila komponen mukus yang berkurang

- Penutupan pungtum lakrima bila terjadi penguapan yang berlebihan.

k. Keratitis Sklerotikan

Kekeruhan berbentuk segitiga pada kornea yang menyertai radang sklera atau skleritis.

Penyebabnya diduga karena terjadi perubahan susunan serat kolagen yang menetap.

Perkembangan kekeruhan kornea ini biasanya terjadi akibat proses yang berulang-ulang

yang selalu memberikan sisa-sisa baru sehingga defek makin luas bahkan dapat

mengenai seluruh kornea. Kekeruhan kornea terlokalisasi dan berbatas tegas unilateral.

Kadang mengenai seluruh limbus. Kornea terlihat putih menyerupai sklera.

Pengobatan: steroid. Pemberian kortikosteroid dan anti randang non steroid ditujukan

terhadap skleritisnya, apabila terdapat iritis, selain kortikosteroid dapat diberikan tetes

mata atropin.

2. ULKUS KORNEA

Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan

kornea. Ulkus kornea diakibatkan oleh infeksi kuman yang dapat menular seperti bakteri,

virus, dan jamur. Selain itu, dapat juga disebabkan oleh reaksi toksis degeneratif, alergik,

dan penyakit kolagen vaskular. Tukak kornea dibagi dalam bentuk tukak kornea sentral

dan tukak kornea marginal.

15

a. Tukak Bakteri

Banyak jenis ulkus kornea bakteri yang mirip satu sama lain dan hanya bervariasi

dalam beratnya penyakit. Ini terutama berlaku untuk ulkus yang disebabkan oleh

bakteri oportunistik (misal Streptococcus alfa-hemolyticus, Staphylococcus aureus,

Staphylococcus epidermidis, nocardia, dan m fortuitum-chelonei), yang menimbulkan

ulkus kornea indolen yang cenderung menyebar perlahan dan superfisial.

Tukak Streptokokus

Ulkus kornea pneumokokal biasanya muncul 24-48 jam setelah inokulasi pada kornea

yang mengalami abrasi. Infeksi ini secara khas menimbulkan sebuah ulkus kelabu

dengan batas cukup tegas yang cenderung menyebar secara tak teratur dari tempat

infeksi ke sentral kornea. Batas yang “bergerak maju” menampakkan ulserasi dan

infiltrasi aktif, sementara batas yang ditinggalkan mulai sembuh (efek merambat ini

menimbulkan istilah “ulkus serpiginosa akut”). Lapisan superfisial kornea adalah yang

pertama terkena, kemudian diikuti oleh parenkim bagian dalam. Kornea di sekeliling

ulkus seringkali jernih. Biasanya ada hipopion. Kerokan dari tepian depan ulkus ini

biasanya mengandung diplokokus gram-positif berbentuk-lancet.

Tukak Stafilokokus

Ulkus kornea sentral yang disebabkan oleh organisme-organisme Staphylococcus kini

lebih sering dijumpai dibandingkan sebelumnya; banyak di antaranya ada pada kornea

yang telah biasa terkena kortikosteroid topical. Ulkusnya sering indolen, tetapi

mungkin disertai hipopion dan sedikit infiltrate pada kornea sekitar. Ulkus ini

seringkali superfisial, dan dasar ulkus terasa pada saat dikerok. Kerokan dapat

mengandung kokus gram-positif (satu-satu, berpasangan, atau berbentuk rantai).

Tukak Pseudomonas

Ulkus kornea pseudomonas berawal sebagai

infiltrate kelabu atau kuning di tempat epitel kornea

yang retak. Biasanya terasa sangat nyeri. Lesi ini

cenderung cepat menyebar ke segala arah karena

pengaruh enzim proteolitik yang dihasilkan oleh

organisme ini. Meskipun pada awalnya superfisial, ulkus ini dapat mengenai seluruh

kornea dengan cepat dan mengakibatkan kerusakan yang parah, seperti perforasi

kornea dan infeksi intraocular berat. Seringkali terdapat hipopion besar yang

16

cenderung membesar dengan berkembangnya ulkus. Infiltrate dan eksudat mungkin

berwarna hijau-kebiruan. Ini disebabkan oleh pigmen yang dihasilkan organisme dan

patognomonik untuk infeksi P. aeruginosa.

Ulkus kornea ini biasanya berhubungan dengan penggunaan lensa kontak. Organisme

penyebab ditemukan melekat pada permukaan lensa kontak. Kerokan dari ulkus

mengandung batang gram-negatif halus panjang yang jumlahnya sering tidak banyak.

b. Tukak Virus

Tukak kornea sentral akibat virus dapat disebabkan oleh infeksi herpes simpleks dan

herpes zoster. Infeksi herpes simpleks sering merupakan infeksi rekuren. Biasanya

gejala didahului dengan beberapa faktor pencetus, seperti faktor psikogenik dan

trauma. Biasanya, gambaran khusus infeksi herpes simpleks pada kornea adalah

bentuk dendritik, geografik, dan indolen. Bentuk ini dapat disebabkan karena

pemakaian obat anti-herpes yang berlebihan. Betuk ini dapat berubah menjadi bentuk

amuboid atau geografik. Pada pemeriksaan sensibilitas kornea akan terdapat

penurunan yang nyata. Pengobatan yang diberikan adalah antiviral dalam bentuk tetes

mata atau salep.

Infeksi herpes zoster akan memberikan gejala prodromal berupa rasa terbakar pada

dermatom yang terkena, yang disusul dengan rasa demam dan sakit kepala. Vesikel

dapat terlihat pada kelopak yang disertai dengan terdapatnya tukak pada kornea.

Pengobatan herpes zoster adalah dengan memberikan obat-obat yang menekan gejala

dan infeksi sekunder.

c. Tukak Jamur

Ulkus kornea yang disebabkan oleh jamur ini bersifat indolen, dengan infiltrate kelabu,

sering dengan hipopion, peradangan nyata pada bola mata, ulserasi superfisial, dan

lesi-lesi satelit. Di bawah lesi utama—dan juga lesi-lesi satelit—sering terdapat plak

endotel disertai reaksi bilik mata depan yang hebat. Abses kornea sering dijumpai.

Kebanyakan ulkusjamur disebabkan oleh organisme

oportunis, seprti candida, fusarium, aspergillus,

penicilium, cephalosporium, dan lain-lain. Tidak ada

ciri khas yang memebedakan macam-macam ulkus

jamur ini. Kerokan dari ulkus ini mengandung unsur-

unsur hifa.

17

d. Tukak Marginal

Bentuk tukak kornea marginal sering ditemukan yang umumnya menyertai

konjungtivitis ataupun blefaritis. Jarang sekali ditemukan bakteri pada pembiakan

kuman yang berasal dari tukak kornea marginal sehingga sebagian besar diduga akibat

suatu reaksi hipersensitivitas. Pengobatan secara umum adalah dengan kortikosteroid

yang biasanya menyembuh dalam waktu yang pendek. Bila pada pembiakan terdapat

kuman seperti staphylococ, basil Koch Week, dan M. Axenfeld maka diberikan

antibiotik yang sesuai bersama-sama dengan steroid. Bentuk ulkus kornea marginal

yang dikenal adalah:

Ulkus kataral simpleks

Ulkus cincin

Ulkus Mooren

Ulkus Kataral Simpleks

Letak ulkus perifer yang tidak dalam ini berwarna abu-abu dengan sumbu terpanjang

tukak sejajar dengan limbus. Di antara infiltrate tukak yang aktif dengan limbus di

tepinya terlihat bagian yang bening. Ulkus kataral simpleks biasanya menyertai

konjungtivitis kronik yang disebabkan Moraxella atau H. aegypti. Penyakit ini lebih

sering mengenai pasien usia lanjut, dapat sembuh sendiri dan kambuh kembali

sehingga perjalanannya sangat kronis. Akibat perjalanan penyakit yang kronis, maka

timbul pembuluh darah dari bagian tepinya. Pengobatan ulkus ini adalah dengan

memberikan antibiotic yang sesuai, steroid, dan vitamin.

Ulkus Cincin

Ulkus cincin (ring ulcer) merupakan ulkus kornea perifer yang dapat mengenai seluruh

lingkaran kornea, bersifat destruktif dan biasanya mengenai satu mata. Kornea di

bagian sentral biasanya tetap sehat. Biasanya penyebabnya adalah reaksi alergi dan

ditemukan bersama-sama penyakit disentri basiler, influenza berat, periarteritis nodosa,

lupus eritematosus, dan penyakit imunologik lainnya. Penyakit ini sering bersifat

rekuren. Bila tidak terjadi infeksi pengobatan biasanya dapat diberikan steroid saja.

Ulkus Mooren

Kelainan ini merupakan ulkus kronik yang biasanya mulai dari bagian perifer kornea

berjalan progresif ke arah sentral tanpa adanya kecenderungan untuk perforasi.

Gambaran khas ulkus ini adalah terdapat tepi tukak tergaung, dengan bagian sentralnya

18

tanpa ada kelaianan walau dalam waktu yang agak lama. Tukak Mooren ini akan

berhenti bila telah mengenai seluruh permukaan kornea. Ulkus Mooren pada usia

muda hanya mengenai satu mata, sedangkan pada orang tua pada kedua matanya.

Penyakit ini sering ditemukan pada wanita umur pertengahan. Penyebab penyakit ini

tidak jelas mungkin hipersensitivitas terhadaptuberkuloprotein, bekuan darah

intravascular, virus, atau autoimun. Pada pemeriksaan histopatologik ditemukan sel

limfosit, sel plasma, sel raksasa, sel polimorfonuklear, dan kadang-kadang sel

eosinophil. Pasien dengan ulkus Mooren akan mengeluh rasa sakit berat pada matanya.

Pengobatan tidak ada yang efektif, dan bermacam-macam pengobatan telah dicoba

seperti steroid, radioterapi, flep konjungtiva, reseksi konjungtiva, keratektomi, dan

keratoplasti.

3. UVEITIS

Peradangan uvea biasanya unilateral, dapat disebabkan oleh efek langsung suatu infeksi

atau merupakan fenomena alergi terhadap antigen dari luar atau antigen dari dalam.

Radang iris dan badan siliar menyebabkan rusaknya Blood Aqueous Barrier sehingga

terjadi peningkatan protein, fibrin, dan sel-sel radang dalam humor akuos yang tampak

pada penyinaran miring menggunakan sentolop atau akan lebi jelas bila menggunakan slit

lamp, berkas sinar yang disebut fler. Fibrin dimaksudkan untuk menghambat gerakan

kuman akan tetapi justru mengakibatkan perlekatan-perlekatan misalnya perlekatan iris

pada permukaan lensa (sinekia posterior).

Sel-sel radang yang terdiri atas limfosit, makrofag, sel plasma dapat membentuk

presipitat keratik yaitu sel-sel radang yang menempel pada permukaan endotel kornea.

Apabila presipitat keratik ini besar, berminyak disebut mutton fat keratic precipitate.

Akumulasi sel-sel radang dapat pula terjadi pada tepi pupil disebut Koeppe nodules, bila

di permukaan iris disebut Busacca nodules, yang bisa ditemukan juga pada permukaan

lensa dan sudut bilik mata depan. Pada iridosiklitis yang berat sel radang dapat

sedemikian banyak hingga menimbulkan hipopion.

Uveitis Anterior

uveitis anterior adalah peradangan mengenai iris dan jaringan badan siliar (iridosiklitis)

biasanya unilateral dengan onset akut. Keluhan pasien pada awalnya dapat berupa sakit di

mata, sakit kepala, fotofobia, dan lakrimasi. Sakit mata lebih nyata pada iridosiklitis akut

daripada iridosiklitis kronik dan sangat hebat bila disertai dengan keratitis. Sakit terbatas

19

di daerah periorbita dan mata serta bertambah sakitnya bila dihadapkan pada cahaya dan

tekanan.

Pada uveitis anterior supuratif dapat disertai gejala umum sepertii panas, gelisah,

menggigil, dan sebagainya. Dari pemeriksaan akan didapatkan injeksi siliar, presipitat

keratik, fler serta sel dalam bilik mata depan serta endapan fibrin pada pupil yang dapat

menyebabkan sinekia posterior.

Pengobatan Iridosiklitis adalah tetes mata sulfas atropin 1 %, prinsipnya untuk membuat

pupil selebar-lebarnya dan tetap tinggal lebar selama 2 minggu, tetes mata steroid 4-6 x

sehari tergantung pada beratnya penyakit, kortikosteroid oral diberikan apabila pemberian

lkal dipertimbangkan tidak cukup, antibiotik diberikan apabila mikro-organisme

penyebab diketahui.

4. GLAUKOMA AKUT

Seseorang yang datang dalam fase serangan akut glaukoma memberi kesan seperti orang

yang sakit berat dan kelihatan payah; mereka diantar oleh orang lain atau dipapah.

Penderita sendiri memegang kepalanya karena sakit, kadang-kadang pakai selimut. Hal

inilah yang mengelabui dokter umum; sering dikiranya seorang penderita dengan suatu

penyakit sistemik.

Dalam anamnesis, keluarganya akan menceritakan bahwa sudah sekian hari penderita

tidak bisa bangun, sakit kepala dan terus muntah-muntah, nyeri dirasakan di dalam dan di

sekitar mata. Penglihatannya kabur sekali dan dilihatnya warna pelangi di sekitar lampu.

Pada pemeriksaan, ditemukan kelopak mata bengkak, konjungtiva bulbi yang sangat

hiperemik (kongestif), injeksi siliar dan kornea yang suram. Bilik mata depan dangkal

dapat dibuktikan dengan memperhatikan bilik mata depan dari samping. Pupil tampak

melebar, lonjong miring agak vertikal atau midriasis yang hampir total.

Refleks pupil lambat atau tidak ada. Tajam penglihatan menurun sampai hitung jari.

Sebenarnya dengan tanda-tanda luar ini ditambah anamnesis yang teliti sudah cukup.

Diagnosis baru dapat ditegakkan kalau tekanan bola mata diukur, lalu didapatkan tinggi

sekali. Mereka yang tidak biasa untuk mentransfer harus dipakai cara digital.

Pengobatan

20

Harus diingat bahwa kasus glaukoma akut adalah masalah pembedahan. Pemberian obat

hanya untuk tindakan darurat agar segera dirujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas

pembedahan mata.

Terapi dengan obat:

- Miotik: pilokarpin 2-4 % tetes mata yang diteteskan setiap menit 1 tetes selama 5 menit,

kemudian disusul 1 tetes tiap jam sampai 6 jam. Hasilnya adalah liosis dan karenanya

melepaskan iris dari jaringan trabekulum. Sudut mata depan akan terbuka.

- Carbonic Anhidrase Inhibitor: asetazolamid @250 mg, 2 tablet sekaligus, kemudian

disusul tiap 4 jam 1 tablet sampai 24 jam. Kerja obat ini adalah dengan mengurangi

pembentukan akuos humor.

- Obat hiperosmotik:

o Larutan gliserin, 50% yang diberikan oral. Dosis 1-1.5 gram/kg BB (0.7-1.5

cc/kgBB). Untuk praktisnya dapat dipakai 1 cc/kgBB. Obat ini harus diminum

sekaligus.

o Mannitol 20% yang diberikan per infus ± 60 tetes/menit.

Kerja obat hiperosmotik adalah mempertinggi daya osmosis plasma.

Morfin: injeksi 10-15 mg mengurangi sakit dan mengecilkan pupil.

5. ENDOFTALMITIS

Endoftalmitis merupakan radang purulen pada seluruh jaringan intraocular, disertai

dengan terbentuknya abses di dalam badan kaca. Bila terjadi peradangan lanjut yang

mengenai ketiga dinding bola mata, maka keadaan ini disebut sebagai panoftalmitis.

Pasien terlihat sakit disertai dengan demam, dan pada mata timbul gejala berupa mata

sakit, kelopak mata bengkak, edema kornea, keratik presipitat disertai hipopion, reflex

fundus hilang akibat adanya nanah di dalam badan kaca. Tajam penglihatan sangat

menurun. Tekanan bola mata sangat merendah dan kadang-kadang tekanan meninggi

akibat massa supuratif tertumpuk di dalam bola mata.

Penyebab peradangan ini adalah:

- Endogen akibat sepsis, selulitits orbita, dan penyakit seistemik lainnya

- Eksogen, yang sering terjadi dan merupakan akibat trauma tembus, tukak perforasi, dan

penyulit infeksi pada pembedahan.

21

Kuman penyebab biasanya oleh staphylococcus albus, staphylococcus aureus, proteus,

dan pseudomonas dengan masa inkubasi 24-72 jam. Bila endoftalmitis terjadi di dalam 2

minggu setelah trauma,maka keadaan ini mungkin disebabkan karena infeksi bakteri,

sedang bila gejala terlihat terlambat mungkin infeksi disebabkan oleh jamur. Jadi

endoftalmitis juga dapat disebabkan oleh jamur. Penyulit yang dapat timbul adalah ftisis

bulbi sehingga perlu dilakukan enuklesi bulbi.

Pengobatan disesuaikan dengan penyebabnya. Pengobatan infeksi bakteri dengan

memberikan antibiotic dosis tinggi topical, subkonjungtiva dan sistemik disertai dengan

analgetik. Bila disebabkan oleh jamur, maka diberikan amfoterisin dan nistatin

(mycostatin).

Bila telah terjadi penyulit panoftalmitis dilakukan evaserasi bulbi, sedang bila telah

terjadi ftisis bulbi dilakukan enukleasi bulbi. Enukleasi bulbi merupakan tindakan

pembedahan mengeluarkan bola mata dengan melepas dan memotong jaringan yang

mengikatnya di dalam rongga mata. Jaringan yang dipotong adalah seluruh otot-otot

penggerak mata, saraf optic, dan melepaskan konjungtiva dari bola mata. Enukleasi bulbi

biasanya dilakukan pada keganasan intraocular, mata yang dapat menimbulkan oftalmia

simpatika, mata yang tidak berfungsi dan memberikan keluhan rasa sakit, endoftalmitis

supuratif dan ptisis. Biasanya pasien setelah enukleasi bulbi diberi mata palsu atau

protesis.

Eviserasi bulbi merupakan tindakan mengeluarkan seluruh isi bola mota seperti kornea,

lensa, badan kaca, dan koroid. Setelah isi dikeluarkan maka limbus kornea dieratkan dan

dijahit. Eviserasi bulbi dilakukan pada mata dengan panoftalmitis dan endoftalmitis berat.

Endoftalmitis Nonpurulen

Endoftalmitis nonpurulen merupakan peradangan nonsupuratif intraocular yang

disebabkan oleh kuman nonpiogen seperti tuberculosis, sepsis, lepra, toksoplasmosis,

histoplasmosis dan cacing. Endoftalmitis nonpurulen akan memperlihatkan gejala

peradangan uvea berat tanpa adanya supurasi jaringan intraocular, mata merah dan tajam

penglihaatan pasien sangat menurun. Pengobatan yang diberikan adalah kortikosteroid

sistemik.

6. PANOFTALMITIS

22

Panoftalmitis merupakan radang supuratif intraocular disertai dengan radang jaringan

ekstraokular atau kapsul Tenon dan jaringan ikat jarang di dalam rongga orbita.

Penyebabnya terutama akibat perforasi operasi atau tukak yang disertai infeksi. Kuman

penyebab biasanya pneumococ, E.coli, Ps.Pysocyaneous, B.Subtilis, dan Cl Welchii.

Penyebabnya juga dapat terjadi secara endogen yang membawa embolus yang terinfeksi

akibat pneumoni, meningitis dan furunkulosis.

Pasien dengan panoftalmitis akan terlihat sakit, penglihatan mengalami kemunduran.

tanda klinis: mata menonjol, palpebra edema, konjungtiva kemotik, kornea keruh, COA

terdapat pus, di dalam fundus okuli terdapat refleks putih. Akibat jaringan ekstraokular

juga meradang, maka bola mata menonjol atau eksoftalmus disertai pergerakan mata yang

terganggu malah memberikan rasa sakit bila bergerak. Kelopak mata merah dan

membengkak.

Pengobatan panoftalmitis:

- Pasien dirawat

- Untuk rasa sakit dapat diberikan analgetik dan sedative

- Diberi antibiotik berspektrum luas secara sistemik dan sub konjungtiva

- Bila keluhan berat, dilakukan eviserasi bulbi dengan mengeluarkan nanah dari dalam

bola mata

23

DAFTAR PUSTAKA

Ilyas, Sidharta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Keempat. Balai Penerbit FKUI: Jakarta, 2012.

Ilyas, Sidharta. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Balai Penerbit FKUI: Jakarta,

2008.

Riordan-Eva, Paul. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. Edisi 17. EGC: Jakarta, 2013.

24