refreshing kulit oliz.ppt

93
REFRESHING REFRESHING MIKROBIOLOGI KULIT DAN MIKROBIOLOGI KULIT DAN DERMATO-TERAPI DERMATO-TERAPI Disampaikan Oleh : Nurcholis, S.Ked Pembimbing : dr. H.Dindin Budhi R. Pembimbing : dr. H.Dindin Budhi R. Sp.KK Sp.KK

Upload: ibnusinab

Post on 19-Nov-2015

12 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • REFRESHINGMIKROBIOLOGI KULIT DAN DERMATO-TERAPIDisampaikan Oleh : Nurcholis, S.KedPembimbing : dr. H.Dindin Budhi R. Sp.KK

  • PENDAHULUANKulit steril hanya didapatkan dalam waktu yang singkat setelah lahir.Kulit manusia tidak bebas hama (steril) karena permukaan kulit mengandung banyak bahan makanan (nutrisi) untuk pertumbuhan organisme, antara lain lemak, bahan - bahan yang mengandung nitrogen, mineral dan lain - lain

  • Dalam hal hubungannya dengan kulit manusia, bakteri dapat bertindak sebagai :

    Parasit yang dapat menimbulkan penyakitKomensal yang merupakan flora normal

  • PATOGENESIS dan VIRULENSIBakteri patogen spesies bakteri yang mampu menimbulkan penyakit.Patogenitas atau sifat patogen merupakan istilah yang relatif dan bakteri mempunyai frekuensi untuk menimbulkan penyakit yang berbeda.Terdapat 2 jenis patogenitas bakteri, yaitu :

    Patogen habitualPatogen oportunistik

  • Carrier (pembawa kuman) hospes yang mengandung bakteri patogen, tanpa adanya penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri tersebut.Virulensi istilah yang digunakan untuk menggambarkan galur (strain) dlm suatu spesies patogen dan mencakup semua bahan - bahan di dalam organisme tersebut yg dapat menyebarkan kuman atau menimbulkan penyakit pada hospes yang baru.

  • KOLONISASIBakteri yang mengkontaminasi kulit dapat hidup dan bermultiplikasi disebut kolonisasi dan kemudian menimbulkan penyakit infeksi.Kolonisasi berbeda dari infeksi, yakni pada kolonisasi hospes tidak memberi respons dan dengan demikian pada kolonisasi juga tidak didapatkan kenaikan titer antibodi.

  • Frekuensi kontaminasi menimbulkan kolonisasi dan kolonisasi menimbulkan penyakit infeksi bergatung pada :

    Virulensi organismeBesarnya inokulasiTempat masuk kumanPertahanan atau imunitas hospes

  • PATOGENESIS INFEKSISifat respons inflamasi kulit terhadap bakteri tertentu bergantung pada :

    Banyaknya bakteri yang masuk ke dalam kulit (inokulasi kulit).Bergantung pada cara bakteri tersebut mencapai daerah yang bersangkutan.Dinding pembuluh darah sering merupakan tempat utama kelainan kulit pada penyebaran infeksi.

  • Manifestasi permulaan berupa perdarahan atau trombosis disertai infark. Kemudian diikuti reaksi selular akibat inokulasi bakteri ke dalam kulit, lalu timbul inflamasi setempat dan supurasi. Hal ini dapat menimbulkan penyebaran sistemik.

  • Terdapat beberapa bakteri yang menyebabkan bakterimia atau lesi jauh tanpa menimbulkan respon inflamasi yang jelas pada tempat masuk kuman (port dentre e) :

    Yernisia PestisStreptobacillus Moniliformis

  • PERTAHANAN KULITKeadaan KeringKulit mempunyai perlindungan yang kering dan secara mekanik kontaminasi organisme dengan jalan deskuamasi.Mekanisme KimiawiAsam - asam lemak berantai karbon yang tidak jenuh terbentuk di permukaan kulit sebagai hasil pemecahan ester - ester sebum oleh flora komensal.Dari hasil penyellidikan telah diketahui bahwa bahan aktif asam - asam lemak tidak jenuh yang mempunyai efek anti bakteri, ialah terutama asam oleat.

  • Fenomena Interferensi BakteriFenomena ini ialah pengaruh supresif bakteri atau galur bakteri terhadap kolonisasi bakteri lainnya.Contoh : untuk menghadapi epidemi Staphylococcus pada tempat - tempat perawatan bayi, dipergunakan galur spesies yang kurang virulen. Galur tersebut diinokulsikan pada umbilikus. Dengan cara tersebut galur (strain) yang prevalen pada bayi, dapat dikurangi.Bakteri Normal di KulitAdanya bakteri tersebut menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat mikroorganisme lainnya.

  • FLORA NORMAL KULITPRICE pada tahun 1938 membedakan flora transien dan flora residen

    Flora ResidenFlora Transien1.PatogenNon - patogenPatogen/ non patogen2.Sifat di permukaan kulitStabilTidak stabil3.Mempertahankan diriDapatTidak dapat4.Memperbanyak diri secara tetap/ teraturDapatTidak dapat5.Dihilangkan dari kulit dengan cara menghapusSulitMudah

  • FLORA RESIDENFlora residen yang tersering ialah :

    MicrococcaceaeCorynebacteriaceae acnesAerobic diphteroidsFamili Micrococcaceae terdiri atas 3 genera :MicrococcusStaphylococcusSarcinaSifat - sifat famili Micrococcaceae ialah kokus positif - gram dan katalase positif

  • KLASIFIKASI SISTEM BAIRD PARKER (1963)Berdasarkan kemampuan membentuk asam dari glukosa dalam kondisi anaerobik, maka Micrococcaceae dibagi dalam :Genus Staphylococcus reaksi positifGenus Micrococcus reaksi negatif

    Kemudian masing - masing genus dibagi lagi dalam sub divisi, contoh : Staphylococcus mempunyai 6 tipe, dan Micrococcus mempunyai 7 tipe.

  • Micrococcus

    Tipe M1 dan M2 : sering dittemukan di daerah intertriginosa.Tipe M3 : dominan pada kulit kepala dewasa.Tipe M7 : sering disebut Sarcina lutes, lebih sering ditemukan pada kulit normal daripada dermatitis.

  • Staphylococcus

    S.I Staphylococcus aureusS.II dan V Staphylococcus epidermidisS.VI galur (strain) yang dapat memproduksi asam dari manitol secara aerobik, tetapi tidak secara anaerobik.

  • Corynebacteria

    Aerobic diphtheroids merupakan anggota genus Corynebacterium yang non - patogen. Organisme ini berbentuk batang positif - gram.

  • FLORA TRANSIENFlora transien terdiri atas :

    Organisme aerobik yang membentuk spora (Bacillus spp.)StreptococcusNeisseriaBasil negatif - gram yang berasal dari daerah intertriginosa dapat menjadi flora transien di tempat lain

  • FAKTOR MODIFIKASIPantang mandi tidak meningkatkan jumlah organisme.Musim rupanya hanya berpengaruh sedikit pada jumlah organisme. Jumlah organisme meningkat jika suhu luar dan kelembaban meningkat.Penambahan hidrasi akan meningkatkan flora total.

  • LOKALISASI FLORA BAKTERIMayoritas organisme aerobik terdapat di permukaan lapisan terluar stratum korneum. Juga banyak ditemukan organisme pada infundibulum folikel rambut.Organisme anaerobik terdapat dalam jumlah besar pada sebum yang disekresikan dan mungkin pada bagian dalam folikel pilosebaseus.

  • PERANAN FLORA NORMALYang terpenting ialah sebagai pertahanan terhadap infeksi bakteri, dengan jalan interferensi bakteri.Memproduksi asam lemak bebas. Terdapat banyak bukti Corynebacterium acnes dan kokus negatif - gram mampu menghidrolisiskan lemak dari sebum dan menghasilkan asam lemak bebas.

  • FLORA pada ORIFISIUM TUBUH MEATUS

    Jenis FloraMeatus Auditorium EkternumMicrococci dan diphtheroid, juga terdapat BTA yang Non - patogenVestibulum NasiMicrococci dan diphtheroid, Staphylococcus, Streptococcus pyogenesUretraMicrococci dan diphtheroid, Mycobacterium smegmatisVulvaOrganisme aerobik termasuk diphtheroid, Micrococci, enterococci dan coliformUmbilikusBiasanya dikolonisasi oleh Staphylococcus aureus segera setelah lahir. Juga dapat dikolonisasi oleh Streptococcus pyogenes.

  • DERMATO - TERAPI

    *

  • MACAM2 CARA PENGOBATAN PENYAKIT KULIT:TOPIKALSISTEMIKINTRA LESI

    Cara lain :RADIOTERAPI 4. KRIOTERAPISINAR UV 5. BEDAHLISTRIKPENGOBATAN LASER 6. BEDAH SKALPEL

    *

  • PENGOBATAN TOPIKAL

    KEGUNAAN & KHASIAT Pengaruh fisik & kimiawi obat2 yang dipakai di atas kulit yang sakit.Pengaruh Fisik antara lain : Mengeringkan Membasahi(Hidrasi) Melembutkan Mendinginkan Memanaskan Melindungi ( proteksi )

    *

  • HOMEOSTASIS

    MENGEMBALIKAN KULIT YG SAKIT & JARINGAN DI SEKITARNYA

    FISIOLOGIK STABIL SECEPATNYA.

    Ex : rasa gatal dan rasa panas

    *

  • PRINSIP OBAT TOPIKAL SECARA UMUM :

    BAHAN DASAR (VEHIKULUM)BAHAN AKTIF

    *

  • BAHAN DASAR ( vehikulum )Merupakan langkah awal dan terpenting

    Ex pada keadaan dermatosis yang membasah dipakai bahan dasar yang cair/basahEx pada keadaan kering dipakai bahan dasar padat/kering ---- mis : salap

    *

  • Bahan dasar vehikulumCairan BedakSalapDi samping itu ada 2 campuran atau lebih bahan dasar, yaitu :Bedak kocok ( lotion ), yaitu campuran cairan dan bedak.Krim, yaitu campuran cairan dan salapPasta, yaitu campuran salap dan bedakLinimen ( pasta pendingin ), yaitu campuran, cairan, bedak, dan salap.

    *

  • Bedak kocokkrimPasta berlemakPasta pendingincairanbedak

    BAGAN VEHIKULUMSALAP

    *

  • Vehikulum pada terapi topikal terbagi atas:I. Vehikulum MonofasikII. Vehikulum BifasikIII. Vehikulum Trifasik

    *

  • A. CAIRANI . VEHIKULUM MONOFASIKCairan terdiri atas : Solusio: larutan dalam airTingtura: larutan dalam alkohol

    *

  • Solusio dibagi dalam :KompresRendam ( bath ), misalnya rendam kaki, rendam tanganMandi ( fullbath )

    *

  • Prinsip pengobatan cairanMembersihkan kulit yang sakit dari debris ( pus, krusta dan sebagainya ) dan sisa sisa obat topical yang pernah dipakai.

    Disamping itu terjadi perlunakan dan pecahnya vesikel, bula, dan pustule.

    *

  • Hasil akhir pengobatan ialah keadaan yang membasah menjadi kering, permukaan menjadi bersih sehingga mikroorganisme tidak dapat tumbuh dan mulai terjadi proses epitelisasi.

    Pengobatan cairan berguna juga untuk menghilangkan gejala, misalnya rasa gatal, rasa terbakar, parastesi oleh bermacam macam dermatosis.

    *

  • Kompres Tipe : Kompres terbuka

    Penguapan cairan kompres disusul olehabsorbsi eksudat atau pus.

    Kompres tertutup vasodilatasi, memperlambat penguapan

    *

  • Kompres terbuka

    INDIKASI :Dermatosis madidansInfeksi kulit dengan eritema yang mencolok, misalnya erisepelasUlkus kotor yang mengandung pus dan krusta.

    EFEK PADA KULIT :Kulit yang semula eksudative menjadi keringPermukaan kulit mnejadi dinginVasokontriksiEritema berkurang

    *

  • CARA KOMPRESDigunakan kain kasa yang bersifat absorben dan non-iritasi serta tidak terlalu tebal ( 3 lapis ). Balutan jangan terlalu ketat, tidak perlu steril dan jangan menggunakan kapas karena lekat dan menghambat penguapan.

    Kasa dicelup ke dalam cairan kompres, diperas, lalu di balutkan dan didiamkan, biasanya sehari dua kali selama 3 jam. Hendaknya jangan sampai terjadi maserasi. Bila kering dibasahkan lagi. Daerah yang di kompres luasnya 1/3 bagian tubuh agar tidak terjadi pendinginan.

    *

  • Kompres tertutup

    INDIKASI :Kelainan yang dalam, misalnya limfogranuloma venerium.

    CARA :Digunakan pembalut tebal dan di tutup dengan bahan impermeable, misalnya selofan atau plastic.

    *

  • Efek bedak :

    - Mendinginkan- Antiinflamasi ringan karena ada sedikit - efek vasokontriksi- Antipruritus lemah- Mengurangi pergeseran pada kulit yang berlipat ( intertrigo )- Proteksi mekanisB. BEDAK

    *

  • Yang diharapkan dari bedak terutama ialah efek fisis. Bahan dasarnya ialah talcum venetum. Biasanya bedak dicampur dengan seng oksida, sebab zat ini bersifat mengabsorbsi air dan sebum, astringen, antiseptic lemah dan antipruritus lemah.

    *

  • Indikasi pemberian bedak ialah :Dermatosis yang kering dan superficialMempertahankan vesikel/bula agar tidak pecah, misalnya pada varicela dan herpes zoster.

    Kontraindikasi Dermatitis yang basah, terutama bila disertai dengan infeksi sekunder.

    *

  • Sinonim : bedak kocok, liquid powder mixture(bedak campuran).Definisi : suspensi dari bahan padat di air.

    II . Vehikulum BifasikL O T I O N

    ( bedak kocok )

    *

  • Efek pemberian lotion :mendinginkan. astringents.mengeringkan.Anti inflamasi superfisial.

    *

  • Indikasi :

    1. Dermatosis yang kering, superficial dan agak luas, yang diinginkan ialah sedikit penetrasi.2. Pada keadaan subakut

    Kontraindikasi : dermatitis Madidans & daerah badan yg berambut.

    *

  • Efek samping : mengeringkan diindikasikan untuk jangka pendekAbrasif partikel2 bedak mungkin clump.

    *

  • AGAR BEDAK TDK TERLALU KENTAL & TDK CEPAT KERING JML ZAT PADAT MAKSIMAL 40% & JML GLISERIN 10-15%.HAL INI BERARTI BILA BBRP ZAT AKTIF PADAT DITAMBAHKAN, MAKA PERSENTASE TERSEBUT JGN DILAMPAUI

    *

  • Sinonim : krim hidrofilik.Definisi : emulsi oil in water (O / W), sistem dua fase air dan substansi lemak.

    B. K R I M

    *

  • Efek :mendinginkan.Efek anti inflamasi.Melembabkan & efek emolienPenetrasi cepat ke kulit.Dapat dicuci dengan air.

    *

  • Indikasi :

    Indikasi penggunaan krim ialah :

    Indikasi kosmetikDermatosis yang subakut dan luas, yang dikehendaki ialah penetrasi yang lebih besar daripada bedak kocok.Krim boleh digunakan di daerah yang berambut.

    Kontraindikasi ialah dermatitis madidans.

    *

  • Efek samping :Kekeringan (pemakaian jangka panjang)Efek pruritus (sebab tendensi kekeringan)

    *

  • Sinonim : krim lipofilic.Definisi : bahan berlemak atau seperti lemak, yang pada suhu kamar berkonsistensi seperti mentega. Bahan dasar biasanya vaselin, tetapi dapat pula lanolin atau minyak.

    C. S A L A P

    *

  • Efek pemberian salap :melindungi.melembutkan skuama, krustamenghaluskan.

    *

  • Indikasi pemberian salap ialah :

    Dermatosis yang kering dan kronikDermatosis yang dalam dan kronik, karena daya penetrasi salap paling kuat jika dibandingkan dengan bahan dasar lainya.Dermatosis yang bersisik dan berkrusta

    *

  • Kontra indikasi :dermatitis madidans, jika kelainan kulit terdapat pada bagian badan yang berambut, penggunaan salap tidak dianjurkan dan salap jangan dipakai di seluruh tubuh.Efek samping :Inflamasi menetap efek oklusi.Hidrasi menetap.

    *

  • Definisi :

    D. P A S T Acampuran homogen bedak dan vaselin.

    *

  • Efek pemberian pasta :mendinginkan.Anti-inflamasiSekresi absorbsi (mengeringkan).Melindungi kulit.

    *

  • Indikasi:

    Pengguanaan pasta ialah dermatosis yang agak basah.

    Kontraindikasi : dermatosis yang eksudatif dan daerah yang berambut. Untuk daerah genital eksterna dan lipatan lipatan badan pasta tidak dianjurkan karena terlalu melekat.

    *

  • Definisi :

    III . Vehikulum TriphasicPASTA PENDINGIN ( Linimen )campuran cairan, bedak dan salap.

    *

  • Efek :Menghaluskan.Mendinginkan.Weeping skin.Formula dasar untuk pasta pendingin : zinc oxide, calcium hydroxide solution, & oil.

    *

  • Indikasi:

    Dermatosis yang sub akut

    Kontra indikasi:

    Dermatosis madidans

    *

  • BAHAN AKTIFMemilih obat topical selain faktor vehikulum, juga faktor bahan aktif yang dimaksudkan ke dalam vehikulum yang mempunyai khasiat tertentu yang sesuai untuk pengobatan topical.

    Asam salisilat misalnya dapat dicampur dengan asam lainya, contohnya asam benzoate atau denga ter, resorsinol tidak tercampur dengan yodium, garam, besi atau bahan yang bersifat oksidator.

    *

  • Bahan aktif yang digunakan di antaranya ialah :

    Aluminium asetat

    Contohnya ialah larutan Burowi yang mengandung alumunium asetat 5%. Efeknya ialah astrinen dan antiseptic ringan.

    *

  • Asam asetat

    Diapkai sebagai larutan 5% untuk kompres, bersifat antiseptic untuk infeksi pseudomonas.

    Asam benzoate

    Mempunyai sifat antiseptic terutama fungisidal.

    *

  • Asam borat

    Konsentrasinya 3% tidak dianjurkan untuk dipakai sebagai bedak, kompres atau dalam salap berhubung untuk antiseptiknya sangat sedikit dan dapat bersifat toksik, terutama pada kelalinan yang luas dan erosive terlebih lebih pada bayi.

    *

  • Asam salisilat

    Merupakan zat keratolitik yang tertua yang dikenal dalam pengobatan topical.Efeknya ialah mengurangi proliferasi epitel dan menormalisasi keratinisasi yang terganggu. Pada konsentrasi yang rendah ( 1-2% ) mempunyai efek keratoplastik, yaitu menunjang pembentukan keratin yang baru. Pada konsentrasi yang tinggi ( 3-20% ) Asam

    *

  • bersifat keratolitik dan dipakai untuk keadaan dermatosis yang hiperkeratolitik. Pada konsentrasi yang sangat tinggi ( 40% ) dipakai untuk kelainan kelainan yang dalam, misalnya kalus dan veruka plantaris. Asam salisil dalam konsentrasi 1 % dipakai sebagai kompres, bersifat antiseptic. Penggunaanya, misalnya untuk dermatitis eksudatif, asam salisilat 3% - 5% juga bersifat mempertinggi absorbsi per kutan zat zat aktif.

    Asam undersilenat

    Bersifat antimitotik dengan knsentrasi 5% salap atau krim. Dicampur dengan garam seng 20%

    *

  • vit.A ( tretonin,asam retinoat )Efek : memperbaiki keratinisasi menjadi normal jika terjadi gangguan, meningkatkan sintesis D.N.A dalam epithelium germinatif, meningkatkan laju mitosis, menebalkan staratum granulosum, menormalkan parakeratosis.Indikasi : penyakit dengan sumbatan folikular, penyakit dengan hiperkertaosis, pada proses menua kulit akibat sinar matahari

    *

  • Benzokain

    Bersifat anastesia

    Benzyl benzoate

    Cairan berkhasiat sebagai skabisid dan pedikulosid. Digunakan sebagai emulsi dengan konsentrasi 20% dan 25%.

    Camphor

    Konsentrasinya 1-2%. Bersifat anti pruritus berdasarkan penguapan zat tersebut sehingga terjadi pendinginan. Dapat dimasukan ke dalam bedak atau bedak kocok yang mengandung alcohol agar dapat larut. Juga dapat di pakai dalam salap dank rim.

    *

  • KORTIKOSTEROID TOPIKALMempunyai khasiat yang sangat luas, yaitu : anti inflamasi, anti alergi, anti pruritus, anti mitotic, dan vasokontriksi.

    Zat zat ini pada konsentrasi 0.025% sampai 0.1% memberikan pengaruh anti inflamasi yang kuat, yang termasuk dalam golongan ini ialah : betametason valerat, betametason benzoate, fluinolon, setonid dan triamnisolon asetonid.

    *

  • Penggolongan

    Kortikosteroid topical dibagi menjadi 7 golongan besat, diantaranya berdasarkan anti-inflamasi dan anti mitotic. Golongan 1 yang paling kuat daya anti inflamasinya dan anti mitotiknya ( superpoten ). Sebaliknya golongan VII yang terlemah ( potensi lemah ).

    *

  • INDIKASIDermatosis yang responsive dengan K.T.Dermatosis yang kurang responsive Dermatosis yang responsive dengan kortikosteroid intralesi

    *

  • Pemilihan jenis K.T

    Dipilih K.T yang sesuai, aman, efek samping sedikit dan harga murah : disamping itu ada beberapa faktor yang perlu di pertimbangkan, yaitu jenis penyakit kulit, jenis vehikulum, kondisi penyakit, luas/tidaknya lesi, dalam/dakangkalnya lesi, dan lokallisasi lesi. Perlu juga di pertimbangkan umur penderita.

    *

  • EFEK SAMPINGGejala efek sampingAtrofiStriae atrofiseTelangiketasisPurpuraDermatosis akneformis.Hyperkeratosis setempatHipopigmentasiDermatitis perioralMenghambat penyembuhan ulkusInfeksi mudah terjadi dan meluasGambaran klinis penyakit infeksi menjadi kaburPencegahan efek samping

    *

  • Pencegahan efek sampingEfek samping jarang sekali terjadi, agar aman dosis yang dianjurkan ialah, jangan melebihi 30 gram sehari.

    Pada bayi kulit masih tipis, hendaknya di pakai K.T yang lemah.

    Pada kelainan sub akut digunakan K.T sedang. Jika kelainan kronis dan tebal dipakai K.T kuat. Bila telah membaik pengolasan dikurangi, yang semula dua kali sehari menjadi sehari sekali untuk mencegah efek samping.

    *

  • Pada daerah lipatan ( inguinal , ketiak ) dan wajah digunakan K.T lemah/sedang. K.T jangan digunakan untuk infeksi bacterial, infeksi mikotik, infeksi virus dan scabies.

    - Disekitar mata hendaknya berhati hati untuk menghindari timbulnya glaukoma dan katarak

    *

  • Gol.I (super poten) : betamethasone diproprionate 0.05%, clobetasol proprionate 0.05%Gol.II (poten) :desoximetasone 0.25%.

    c.Gol.III(poten):desoximetasone 0.5%,betamethasone valerate 0.01% Klassifikasi Kortikosteroid Topikal:

    *

  • d.Gol.IV (potensi medium) : triamcinolone asetinode 0.1%, momethasone furoate 0.1%.

    e.Gol.V (potensi medium) : prednicarbate 0.1%, desonide 0.05%

    f.Gol.VI (potensi ringan): fluocinolone asetonide 0.01%, triamcinolone asetinode 0.025%

    g.Gol.VII (potensi lemah): obat topikal dg hidrokortison, dexametason, glumetalon, prednisolon & metil prednisolon

    *

  • Lama pemakaian KS topikal sebaiknya:tidak lebih dari 4-6 minggu untuk KS potensi LEMAHtidak lebih dari 2 minggu untuk KS potensi KUAT

    *

  • Kortikosteroid sistemikFluodrokortison asetat 0.1 mgHidrokortison 5 20 mgPrednison 5 mgMetilprednisolon 4 mg

    *

  • MENTOLBersifat antipruritik seperti campora.

    Pemakainanya seperti pada campora, konsentrasinya - 2%

    *

  • Pedofilin

    Dammar pedofilin digunakan dengan konsentrasi 25% sebagai tingtur untuk kondiloma akuminata. Setelah 4-6 jam hendaknya di cuci.

    *

  • Selenium disulfide

    Selenium disulfideDigunakan sebagai sampo 1% untuk dermatitis seboroik pada kepala dan tinea versikolor. Kemungkinan terjadinya efek toksik rendah.

    *

  • SulfurBersifat antiseboroik, anti-akne, anti scabies, antibakteri positif, gram dan anti jamur.Yang digunakan ialah sulfur dengan tingkat terhalus, yaitu sulfur presipatum ( belerang endap ) berupa bubuk kuning kehijauan, biasanya dipakai dalam konsentrasi 4-20%.Dapat digunakan dalam pasta, krim, salap dan bedak Kocok.

    *

  • Contoh : dalam salap ialah 2-4 yang mengandung asam salisilat 2% dan sulfur presipatum 4%

    *

  • T e r

    Preparat golongan ini di dapat sebagai hasil destilasi kering dari batubara kayu dan fosil. Preparat ter yang kami gunakan ialah likuor karbonis detergens karena tidak berwarna hitam seperti yang lain dan tidak begitu berbau. Konsentrasinya 2-5%. Efeknya antipruritus, anti radang, anti ekzem, anti kantosis keratoplastik, dapat digunakan untuk psoriasis dan dermatitis kronik dan salap.

    *

  • Cara pengolesan digilir, tubuh dibagi 3, hari 1 : kepala dan ekstremitas atas, hari II : batang tubuh dan hari III ekstremitas bawah.

    *

  • Efek sampingnya pada pemakaian ter perlu diperhatikan adanya reaksi fototoksik, pada ter yang berasal dari batubara dapat juga terjadi folikulitis dan ter akne.Terjadi Efek karsinogen ter batubara dapat terjadi pada pemakain yang lama. Pada pemakain dalam waktu yang singkat efek samping ini tidak pernah terjadi.

    *

  • Tiosulfas natrikus

    Kristal mudah larut dalam air. Bersifat antimikotik untuk tinea versikolor dengan larutan 25%

    *

  • Urea

    Dengan konsentrasi 10% dalam krim mempunyai efek sebagai emolien, dapat dipakai untuk iktiosis atau xerosis kutis. Pada konsentrasi 40% melarutkan protein.

    *

  • Zat antiseptic

    Zat ini bersifat bakteriostatik.Golongan :AlcoholFenolHalogenZat zat pengoksidasiSenyawa logam beratZat warna

    *

  • *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *