refreshing kulit oliz.docx

40
MIKROBI0LOGI KULIT PENDAHULUAN Kulit manusia tidak bebas hama (steril). Kulit steril hanya didapatkan pada waktu yang sangat singkat setelah lahir. Bahwa kulit manusia tidak steril mudah dimengerti oleh karena permukaan kulit mengandung banyak bahan makanan (nutrisi) untuk pertumbuhan organisme antara lain lemak, bahan-bahan yang mengandung nitrogen, mineral, dan Iain-Iain yang merupakan hasil tambahan proses keratinisasi atau yang merupakan hasil apendiks kulit. Mengenai hubungannya dengan manusia, bakteri dapat bertindak sebagai: - parasit yang dapat menimbulkan penyakit, atau sebagai - komensal yang merupakan flora normal. PATOGENESIS DAN VIRULENSI Spesies bakteri yang mampu menimbulkan penyakit dianggap sebagai patogen. Patogenesitas atau sifat patogen merupakan istilah yang relatif dan bakteri mempunyai frekuensi untuk menimbulkan penyakit yang sangat berbeda. Organisme dengan patogenesitas rendah, kadang-kadang patogen atau patogen oportunistik, sering muncul tanpa menimbulkan penyakit. Organisme dengan patogenesitas tinggi atau patogen habitual umumnya berasosiasi dengan penyakit. Patogen oportunistik ialah

Upload: ibnusinab

Post on 19-Nov-2015

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MIKROBI0LOGI KULIT

PENDAHULUANKulit manusia tidak bebas hama (steril). Kulit steril hanya didapatkan pada waktu yang sangat singkat setelah lahir. Bahwa kulit manusia tidak steril mudah dimengerti oleh karena permukaan kulit mengandung banyak bahan makanan (nutrisi) untuk pertumbuhan organisme antara lain lemak, bahan-bahan yang mengandung nitrogen, mineral, dan Iain-Iain yang merupakan hasil tambahan proses keratinisasi atau yang merupakan hasil apendiks kulit.Mengenai hubungannya dengan manusia, bakteri dapat bertindak sebagai: parasit yang dapat menimbulkan penyakit, atau sebagai komensal yang merupakan flora normal.

PATOGENESIS DAN VIRULENSISpesies bakteri yang mampu menimbulkan penyakit dianggap sebagai patogen. Patogenesitas atau sifat patogen merupakan istilah yang relatif dan bakteri mempunyai frekuensi untuk menimbulkan penyakit yang sangat berbeda. Organisme dengan patogenesitas rendah, kadang-kadang patogen atau patogen oportunistik, sering muncul tanpa menimbulkan penyakit.Organisme dengan patogenesitas tinggi atau patogen habitual umumnya berasosiasi dengan penyakit. Patogen oportunistik ialah organisme nonpatogen yang dapat menimbulkan infeksi pada hospes dengan debilitas atau hospes yang mempunyai predisposisi. Pembawa kuman (carrier) ialah hospes yang mengandung bakteri patogen, tanpa adanya penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri tersebut.Istilah virulensi dipakai untuk melukiskan perbedaan galur (strain) dalam suatu spesies patogen dan mencakup semua bahan-bahan di dalam organisme tersebut yang dapat menyebarkan kuman atau menimbulkan penyakit pada hospes yang baru.

KOLONISASIBakteri yang mengontaminasi kulit dapat hidup dan bermultiplikasi disebut kolonisasi dan kemudian dapat menimbulkan penyakit infeksi. Kolonisasi berbeda daripada infeksi, yakni pada kolonisasi hospes tidak memberi respons dan dengan demikian pada kolonisasi juga tidak terdapat kenaikan titer antibodi.Frekuensi kontaminasi menimbulkan kolonisasi dan kolonisasi menimbulkan penyakit infeksi bergantung pada:1. Virulensi organisme.2. Besarya inokulasi.3. Tempat masuk kuman.4. Pertahanan atau imunitas hospes.

PATOGENESIS INFEKSISifat respons inflamasi kulit terhadap bakteri tertentu, di samping bergantung pada banyaknya bakteri yang masuk ke dalam kulit (inokulasi kulit), juga bergantung pada cara bakteri tersebut mencapai daerah yang bersangkutan. Dinding pem-buluh darah sering merupakan tempat utama kelainan kulit pada penyebaran infeksi. Manifestasi permulaan berupa perdarahan atau trombosis disertai infark. Kemudian diikuti reaksi selular akibat inokulasi bakteri ke dalam kulit, lalu timbul inflamasi setempat dan supurasi. Hal ini dapat menimbulkan penyebaran sistemik.Ada bakteri-bakteri tertentu yang dapat menimbulkan bakteriemia atau lesi jauh tanpa menimbulkan respons inflamasi yang jelas pada tempat masuk kuman (porte d'entre'e). Contohnya ialah kuman Yersinia pestis, dan Streptobacillus moniliformis (rat-bite fever).

Peranan imunoglobulin yang beredar dan hipersensitivitas tipe lambat dalam pertahanan kulit untuk ,menghadapi kuman tertentu masih banyak yang belum diketahui. IgM belum pemah ditemukan di dalam keringat, dan IgA, IgG dan IgD hanya ditemukan dalam jumlah yang kecil (0,01% dari kadar dalam serum). Akan tetapi banyaknya frekuensi infeksi jamur spesifik di kulit, dan mukosa, dan kandidosis pada penderita penyakit imuno-defisit memberi dugaan ada kaitan dengan respons imun.PERTAHANAN KULIT1. Keadaan keringKulit mempunyai perlindungan yang kering dan secara mekanik terhadap kon-taminasi organisme dengan jalan deskuamasi. Teori acid mantle yang mula-mula dikemuka-kan oleh ARNOLD, MERCHIONINI, dan yang lain, mengatakan bahwa pH permukaan kulit yang kebanyakan bersifat asam sebagai per-iahanan kulit yang penting, sekarang sama sekali ditolak. Rupanya yang bertanggung jawab terhadap perbedaan ukuran meng-hilangnya bakteri dari daerah asam atau alkali ialah desikasi. Derajat kekeringan kulit yang relatif dapat membatasi pertumbuhan kuman negatif-Gram.2. Mekanisme kimiawiAsam-asam lemak berantai karbon yang tidak jenuh terbentuk di permukaan kulit sebagai hasil pemecahan ester-ester sebum oleh flora komensal. Streptococcus pyogenes sangat sensitif terhadap asam-asam yang tidak jenuh yang berantai karbon panjang. Faktor kering dan bahan-bahan yang terdiri atas asam-asam lemak berantai karbon tidak jenuh rupanya juga dapat mengeliminasi Staphylococcus aureus. Dari hasil-hasil penyelidikan telah diketahui bahwa bahan aktif asam-asam lemak tidak jenuh yang mempunyai efek antibakteri, ialah terutama asam oleat.3. Fenomen interferensf bakteriFenomen ini ialah pengaruh supresif bakteri atau galur bakteri terhadap kolonisasi bakteri lainnya. Walaupun pengaruh tersebut merupakan sesuatu yang sulit diterangkan, akan tetapi relevansinya minimal jelas tampak dalam hal kolonisasi Staphylococcus di kulit dan hidung. Contoh: untuk menghadapi epidemi Staphylococcus aureus pada tempat-tempat perawatan bayi, dipergunakan galur spesies yang kurang virulen. Galur tersebut diinokulasikan pada umbilikus bayi yang baru lahir. Dengan cara tersebut kemungkinan untuk mendapat infeksi oleh epidemi faga 80/81, galur yang prevalens (yang lebih banyak dan lebih berkuasa) pada bayi, dapat dikurangi. Dengan kata lain kolonisasi di beberapa tempat oleh satu galur Staphylococcus akan mengganggu kolonisasi oleh galur lain.

4. Bakteri normal di kulitAdanya bakteri tersebut menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat mikroorganisme lainnya.

FLORA NORMAL KULITPRICE pada tahun 1938 membedakan flora transien dan flora residen. Flora transien terdiri atas organisme yang sangat beraneka ragam, dapat bersifat patogen atau nonpatogen, yang tiba di permukaan kulit dari sekitarnya dan bukan merupakan organisme yang secara teratur dijum-pai di permukaan kulit. Flora tersebut dianggap tidak memperbanyak din di permukaan kulit dan cepat menghilang dengan hapusan, jadi tidak dapat mempertahankan dirinya secara tetap pada kulit normal. Flora transien juga lebih muda dihilangkan dari kulit normal dengan desinfektan.Flora residen terdiri atas sejumlah kecil jenis organisme yang memperbanyak diri di permukaan kulit. Flora residen hampir selalu secara teratur terdapat pada kebanyakan individu normal, berupa organisme yang nonpatogen dan tidak mudah menghilang dengan hapusan.Perbedaan antara flora residen dengan flora transien dicantumkan di bawah ini.Flora residen1. Nonpatogen.2. Sebagai organisme yang stabil di permukaan kulit. Hampir selalu secara teratur terdapat pada kebanyakan individu normal.3. Dapat mempertahankan diri dari tekanan-tekanan kompetisi oleh organisme lainnya yang secara kontinyu mengontaminasikan permukaan kulit. Dapat memperbanyak diri secara teratur.4. Tidak mudah dihilangkan dengan cara menghapus.5. Jenis organismenya sangat kecil. Kebanyakan organismenya termasuk salah satu dari dua famili, yaitu famili Micrococcaceae atau famili Corynebacteriaceae.

Flora transien1. Patogen atau nonpatogen.2. Bukan merupakan organisme yang secara teratur terdapat di permukaan kulit.3. Tidak dapat mempertahankan dirinya secara tetap pada kulit normal. Tidak dapat memperbanyak diri.4. Mudah dihilangkan dari kulit normal dengan cara menghapus atau dengan desinfektan. Tetapi lebih sukar dihilangkan dari kulit yang sakit.5. Jenis organismenya sangat banyak (beraneka ragam).

FLORA RESIDENFlora residen yang tersering ialah :1. Micrococcaceae2. Corynebacterium acnes3. Aerobic diphteroidsFamili Micrococcaceae terdiri atas 3 genera:1. Micrococcus2. Staphylococcus3. SarcinaSifat-sifat famili Micrococcaceae ialah kokus Gram-positif dan katalase positif.

Klasifikasi sistem Baird Parker (1963):Berdasarkan kemampuan membentuk asam dari glukosa dalam kondisi anaerobik, makaMicrococcaceae dibagi dalam genus Staphylococcus yang memberi reaksi positif, dan genus Micrococcus yang memberi reaksi negatif. Kemudian masing-masing genus dibagi lagi dalam subdivisi, contoh : Staphylococcus mempunyai 6 tipe, dan Micrococcus mempunyai 7 tipe. Pembagian subdivisi tersebut berdasarkan kemampuan organisme memproduksi asam dari gula, memproduksi fosfatase, dan membentuk aseton dari glukosa.S.I. ialah Staphylococcus aureus, dapat dibedakan dari subdivisi lainnya berdasarkan sifat koagulase positif dan fermentasi anaerobik manitol positif. Organisme-organisme yang termasuk dalam subdivisi-subdivisi S II dan S V disebut Staphylococcus epidermidis. S VI ialah galur yang dapat memproduksi asam dari manitol secara aerobik, tetapi tidak secara anaerobik. S I jarang ditemukan dalam jumlah besar pada kulit normal dewasa. Galur S II dari grup ini dapat diisolasikan dari hampir setiap sampel kulit normal. S VI dapat meragi manitol secara aerobik.Micrococcus tipe Mi & M2 : seeing ditemukan di daerah intertriginosa tipe M3 : dominan pada kulit kepala dewasa tipe M7 : sering disebut Sarcina lutea, lebih sering ditemukan pada kulit normal daripadadermatitis.

CorynebacteriaAerobic diphtheroids merupakan anggota genus Corynebacterium yang nonpatogen. Organisme ini berbentuk batang Gram-positif.

Anaerobic diphtheroidContohnya antara lain ialah Corynebacterium acnes, merupakan flora residen di kulit, terutama di folikel, yakni di tempat- tempat yang banyak sekresi sebum Jumlahnya akan bertambah banyak setelah akil balik. Organisme ini ber-tanggung jawab pada sebagian besar sebum lipolisis di dalam kanal folikel.Organisme negatif-GramFlora residen lainnya ialah Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, dan organisme grup Mima-Herella.

FLORA TRANSIENFlora transien terdiri atas :1. Organisme aerobik yang membentuk spora (Bacillus spp.)2. Streptococcus3. Neisseria4. Basil negatif-Gram yang berasal dari daerah intertriginosa dapat menjadi flora transien di tern pat lain.

FAKTOR MODIFIKASI1. Pantang mandi tidak meningkatkan jumlah organisme.2. Musim rupanya hanya berpengaruh sedikit pada jumlah organisme. Jumlah organisme meningkat jika suhu luar dan kelembaban meningkat.3. Penambahan hidrasi akan meningkatkan flora total. Mula - mula Staphylococcus dan Micrococci yang predominan, tetapi kemudian diphtheroid dan bentuk negatif-Gram yang lebih banyak.

LOKALISASI FLORA BAKTERIMayoritas organisme aerobik terdapat di perrnukaan lapisan terluar stratum komeum. Juga banyak ditemukan organisme pada infundibulum folikel rambut. Organisme anaerobik terdapat dalam jumlah besar pada sebum yang disekresikan dan mungkin pada bagian dalam folikel pilosebaseus. Kelenjar keringat, baik ekrin maupun apokrin dan saluran keluarnya mungkin bebas dari bakteri.

PERANAN FLORA NORMAL1. Yang terpenting ialah sebagai pertahanan ter-hadap infeksi bakteri, dengan jalan interferensi bakteri.2. Memproduksi asam lemak bebas. Terdapat banyak bukti Corynebacterium acnes dan kokus negatif-Gram mampu menghidrolisis-kan lemak dari sebum dan menghasilkan asam lemak bebas.FLORA PADA ORIFISIUM TUBUH Meatus Meatus auditorium eksternumDi samping Micrococci dan diphtheroid, juga terdapat basil tahan asam yang nonpatogen.Vestibulum nasiOrganisme yang tersering diisolasi ialah Micrococci dan diphtheroid. Staphylococcus dapat ditemukan pada separuh populasi yang diambil sampelnya. Streptococcus pyogenes kadang-kadang juga ditemukan.UretraMicrococci dan diphtheroid biasanya terdapat dalam jumlah kecil. Mycobacterium smegmatis mungkin ditemukan di sekret preputium pada laki-laki dan wanita.VulvaOrganisme aerobik, termasuk diphteroid, Micrococci, enterococci dan coliform banyak ditemukan pada vulva.UmbilikusUmbilikus bayi biasanya dikolonisasi oleh Staphylococcus aureus segera setelah lahir. Juga dapat dikolonisasi oleh Streptococcus pyogenus.

DERMATO-TERAPI

PENDAHULUANPenyakit kulit dapat diobati dengan bermacam-macam cara, ialah :a. Topikalb. Sistemikc. intralesi.Kalau cara pengobatan di atas ini belum memadai, maka masih dapat dipergunakan cara-cara lain, yaitu : radioterapi sinar ultraviolet pengobatan Laser krioterapi bedah listrik bedah skalpel.Dengan adanya kemajuan-kemajuan yang pesat dalam bidang farmasi, maka pengobatan penyakit kulit juga ikut berkembang pesat. Yang menarik perhatian ialah kemajuan dalam bidang pengobatan topikal yang berupa perubahan dari cara pengobatan nonspesifik dan empirik men-jadi pengobatan spesifik dengan dasar yang rasional.Maksud uraian ini ialah memperkenalkan bentuk dan cara pengobatan topikal yang dise-suaikan dengan keadaan penyakit kulit.

PENGOBATAN TOPIKALKegunaan dan khasiat pengobatan topikal didapat dari pengaruh fisik dan kimiawi obat-obat yang diaplikasi di atas kulit yang sakit. Pengaruh fisik antara lain ialah mengeringkan, membasahi (hidrasi), melembutkan, lubrikasi, mendinginkan, memanaskan, dan melindungi (proteksi) dari pengaruh buruk dari luar. Semua hal itu bermaksud untuk mengadakan homeostasis, yaitu mengembalikan kulit yang sakit dan jaringan di sekitamya ke keadaan fisiologik stabil secepat-cepatnya. Di samping itu untuk menghilangkan gejala-gejala yang mengganggu, misalnya rasa gatal dan panas.Cara pengobatan pada jaman dulu terutama ditujukan kepada efek fisik terhadap kulit yang sakit.Dalam jangka waktu 20 tahun terakhir ini telah dikembangkan preparat-preparat topikal yang mempunyai khasiat kimiawi yang spesifik terhadap organisme di kulit atau terhadap kulit itu sendiri. Secara ideal maka pemberian obat topikal harus berkhasiat fisis maupun kimiawi. Kalau obat topikal digunakan secara rasional, maka hasilnya juga optimal, sebaliknya kalau digunakan secara salah obat topikal menjadi tidak efektif dapat menyebabkan penyakit iatrogenik. Prinsip obat topikal secara umum terdiri atas 2 bagian :A. bahan dasar (vehikulum)B. bahan aktif

A. BAHAN DASAR (VEHIKULUM)Memilih bahan dasar (vehikulum) obat topikal merupakan langkah awal dan terpenting yang harus diambil pada pengobatan penyakit kulit. Pada umumnya sebagai pegangan ialah pada keadaan dermatosis yang membasah dipakai bahan dasar yang cair/basah, misalnya kompres; dan pada keadaan kering dipakai bahan dasar padat atau kering, misalnya salap. Secara sederhana bahan dasar dibagi menjadi :1. Cairan2. Bedak3. SalapDi samping itu ada 2 campuran atau lebih bahan dasar, yaitu :4. Bedak kocok (lotion), yaitu campuran cairan dan bedak.5. Krim, yaitu campuran cairan dan salap6. Pasta, yaitu campuran salap dan bedak7. Linimen (pasta pendingin), yaitu campuran cairan, bedak, dan salap.

1. CairanCairan terdiri atas:a. solusio artinya larutan dalam airb. tingtura artinya larutan dalam alkoholSolusio dibagi dalam:1. kompres2. rendam (bath), misalnya rendam kaki, rendam tangan3. mandi (full bath)Prinsip pengobatan cairan ialah membersihkan kulit yang sakit dari debris (pus, krusta dan sebagainya) dan sisa-sisa obat topikal yang pernah dipakai. Di samping itu terjadi perlunakan dan pecahnya vesikel, bula, dan pustula. Hasil akhir pengobatan ialah keadaan yang mem-basah menjadi kering, permukaan menjadi bersih sehingga mikroorganisme tidak dapat tumbuh dan mulai terjadi proses epitelisasi. Pengobatan cairan berguna juga untuk menghilangkan gejala, misalnya rasa gatal, rasa terbakar, parestesi oleh bermacam-macam dermatosis.Harus diingat bahwa pengobatan dengan cairan dapat menyebabkan kulit menjadi terlalu kering. Jadi pengobatan cairan harus dipantau secara teliti, kalau keadaan sudah mulai kering pemakaiannya dikurangi dan kalau perlu dihentikan untuk diganti dengan bentuk pengobatan lainnya. Cara kompres lebih disukai daripada cara rendam dan mandi, karena pada kompres terdapat pendinginan dengan adanya penguapan, sedangkan pada rendam dan mandi terjadi proses maserasi.Bahan aktif yang dipakai dalam kompres ialah biasanya bersifat astringen dan antimikrobial. Astringen mengurangi eksu-dat akibat presipitasi protein.Dikenal 2 macam cara kompres,yaitu:a. Kompres terbukaDasarPenguapan cairan kompres di-susul oleh absorbsi eksudat atau pus.

Indikasi dermatosis madidans infeksi kulit dengan eritema yang mencolok, misalnya erisipelas ulkus kotor yang mengandung pus dan krusta.Efek pada kulit kulit yang semula eksudatif menjadi kering permukaan kulit menjadi dingin vasokonstriksi eritema berkurang.CaraDigunakan kain kasa yang bersifat absorben dan non-iritasi serta tidak terlalu tebal (3 lapis). Balutan jangan terlalu ketat, tidak perlu steril, dan jangan menggunakan kapas karena lekat dan menghambat penguapan.Kasa dicetup ke dalam cairan kompres, diperas, lalu dibalutkan dan didiamkan, biasanya sehari dua kali selama 3 jam. Hendaknya jangan sampai terjadi maserasi. Bila kering di-basahkan lagi. Daerah yang dikompres luasnya 1/3 bagian tubuh agar tidak terjadi pendinginan.b. Kompres tertutupSinonim : Kompres impermeabel.DasarVasodilatasi, bukan untuk penguapan.IndikasiKelainan yang dalam, misalnya limfogranuloma venerium.CaraDigunakan pembalut tebal dan ditutilp dengan bahan impermeabel, misalnya selofan atau plastik.

2.BedakBedak yang dioleskan di atas kulit membuat lapisan tipis di kulit yang tidak melekat erat sehingga penetrasinya sedikit sekali.Efek bedak ialah : Mendinginkan antiinflamasi ringan karena ada sedikit efek vasokonstriksi anti-pruritus lemah mengurangi pergeseran pada kulit yang berlipat (intertrigo) proteksi mekanis.Yang diharapkan dari bedak terutama ialah efek fisis. Bahan dasarnya ialah taikum venetum. Biasanya bedak dicampur dengan seng oksida, sebab zat ini bersifat mengabsorpsi air dan sebum, astringen, antiseptik iemah dan antipruritus lemah.Indikasi pemberian bedak ialah :1. dermatosis yang kering dan superficial2. mempertahankan vesikel/bula agar tidak pecah, misalnya pada varisela dan herpes zoster.KontraindikasiDermatitis yang basah, terutama bila disertai dengan infeksi sekunder.3.SalapSalap ialah bahan berlemak atau seperti lemak, yang pada suhu kamar berkonsistensi seperti mentega. Bahan dasar biasanya vaselin, tetapi dapat pula lanolin atau minyak.Indikasi pemberian salap ialah :1. dermatosis yang kering dan kronik2. dermatosis yang dalam dan kronik, karena daya penetrasi salap paling kuat jika dibandingkan dengan bahan dasar lainnya.3. dermatosis yang bersisik dan berkrus-ta.Kontraindikasi ialah : dermatitis madidans. Jika kelainan kulit terdapat pada bagian badan yang berambut, penggunaan salap tidak dianjurkan dan salap jangan dipakai di seluruh tubuh.

4.Bedak kocokBedak kocok terdiri atas campuran air dan bedak, yang biasanya ditambah dengan gliserin sebagai bahan perekat. Supaya bedak tidak terlalu kental dan tidak cepat menjadi kering, maka jumlah zat padat maksimal 40% dan jumlah gliserin 10-15%. Hal ini berarti bila beberapa zat aktif padat ditambahkan, maka persentase ter-sebut jangan dilampaui.Indikasi bedak kocok ialah :1. dermatosis yang kering, superfisial dan agak luas, yang diinginkan ialah sedikit penetrasi.2. pada keadaan subakut.Kontraindikasi:1. dermatitis madidans2. daerah badan yang berambut5.KrimKrirn ialah campuran W (water, air), O (oil, minyak) dan emulgator. Krim ada 2 jenis :Krim W/O: air merupakan fase dalam dan minyak fase luar.Krim O/W: minyak merupakan fase dalam dan air fase luar.Selain itu dipakai emulgator, dan biasanya ditambah bahan pengawet, misalnya paraben dan juga dicampur dengan parfum. Berbagai bahan aktif dapat dimasukkan di dalam krim.Indikasi penggunaan krim ialah :1. indikasi kosmetik2. dermatosis yang subakut dan luas, yang dikehendaki ialah penetrasi yang lebih besar daripada bedak kocok.3. krim boleh digunakan di daerah yang berambut.Kontraindikasi ialah dermatitis madidans.

6.PastaPasta ialah campuran homogen bedak dan vaselin. Pasta bersifat protektif dan mengeringkan.

Indikasi : penggunaan pasta iaiah dermatosis yang agak basah. Kontraindikasi : dermatosis yang ek-sudatif dan daerah yang berambut. Untuk daerah genital eksterna dan lipatan-lipatan badan pasta tidak dianjurkan karena terlalu melekat.7. LinimenLinimen atau pasta pendingin ialah campuran cairan, bedak, dan salap. Indikasi: dermatosis yang subakut. Kontraindikasi: dermatosis madidans.GelGel ialah sediaan hidrokoloid atau hidrofilik berupa suspensi yang dibuat dari senyawa organik. Zat untuk membuat gel di antaranya ialah karbomer, metilselulosa, dan tragakan. Bila zat-zat tersebut dicampur dengan air dengan perbandingan tertentu akan terbenfuk gel. Karbomer akan membuat gel menjadi sangat jemih dan halus.Gel segera mencair, jika berkontak dengan kulit dan membentuk satu lapisan. Absorpsi per kutan lebih baik daripada krim.

B. BAHAN AKTIFMemilih obat topikal selain faktor vehikulum, juga faktor bahan aktif yang dimasukkan ke dalam vehikulum yang mempunyai khasiat tertentu yang sesuai untuk pengobatan topikal. Khasiat bahan aktif topikal dipengaruhi oleh keadaan fisiko-kimia permukaan kulit, di samping komposisi formulasi zat yang dipakai.Di dalam resep harus ada bahan aktif dan vehikulum. Bahan aktif dapat berinteraksi satu sama lain. Yang penting ialah, apakah bahan yang kita campurkan itu dapat tercampurkan atau tidak, sebab ada obat/zat yang sifatnya O.T.T. (= obat tidak tercampurkan).Asam salisilat, misalnya dapat dicampur dengan asam lainnya, contohnya asam benzoat atau dengan ter, resorsinol tidak tercampurkan dengan yodium, garam, besi atau bahan yang bersifat oksidator.Penetrasi bahan aktif melalui kulit dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk kon-sentrasi obat, kelarutannya dalam vehikulum, besar partikel, viskositas, dan efek vehikulum terhadap kulit.

Bahan aktif yang digunakan di antaranya ialah:1. Aluminium asetatContohnya ialah larutan Burowi yang mengandung aluminium asetat 5%. Efek-nya ialah astringen dan antiseptik ringan. Jika hendak digunakan sebagai kompres diencerkan 1:10.2. Asam asetatDipakai sebagai larutan 5% untuk kompres, bersifat antiseptik untuk infeksi Pseudomonas.3. Asam benzoat Mempunyai sifat antiseptik terutama fungisidal. Digunakan dalam salap, contohnya dalam salap Whitfield dengan konsentrasi 5%. Menurut British Pharmaceutical Codex susunannya demikian:R/ Acidi benzoici 5 Acidi salicylici 3 Petrolati 28 Olei cocos 64Modifikasi salap tersebut ialah A.A.V. II yang di bagian kami digunakan untuk penyakit jamur superfisial. Salap tersebut berisi asam salisilat 6% dan asam benzoat 12%. Sedangkan salap lain ialah A.A.V. I berisi asam salisilat 3% dan asam benzoat 6%, jadi konsentrasi bahan aktif hanya separuhnya.4. Asam boratKonsentrasinya 3%, tidak dianjurkan untuk dipakai sebagai bedak, kompres atau dalam salap berhubung efek antiseptiknya sangat sedikit dan dapat bersifat toksik, terutama pada kelainan yang luas dan erosif terlebih-lebih pada bayi.5. Asam salisilatMerupakan zat keratolitik yang tertua yang dikenal dalam pengobatan topikal Efeknya ialah mengurangi proliferasi epitel dan menormalisasi keratinisasi yang terganggdi. Pada konsentrasi rendah (1 - 2%) mempunyai efek keratoplastik, yaitu menu njang pembentukan keratin yang baru. Pada konsentrasi tinggi (3 - 20%) bersifat keratolitik dan dipakai untuk keadaan dermatosis yang hiperkeratotik. Pada konsentrasi sangat tinggi (40%) dipakai untuk kelainan-kelainan yang dalam, misalnya kalus dan veruka plantaris. Asam salisil dalam konsentrasi 1 %o dipakai sebagai kompres, bersifat antiseptik. Penggunaannya, misalnya untuk dermatitis eksudatif. Asam salisil 3% - 5% juga bersifat mempertinggi absorbsi per kutan zat-zat aktif.6. Asam undesilenatBersifat antimikotik dengan konsentrasi 5% dalam salap atau krim. Dicampur dengan garam seng (Zn undecylenic) 2Q%.7. Asam vit.A (tretinoin, asam retinoat)Efek memperbaiki keratinisasi menjadi normal, jika terjadi gangguan meningkatkan sintesis D.N.A. dalam epitelium germinatif meningkatkan laju mitosis menebalkan stratum granulosum menormalkan parakeratosis.Indikasi penyakit dengan sumbatan folikular penyakit dengan hyperkeratosis pada prosis menua kulit akibat sinar matahari.

8. BenzokainBersifat anestesia. Konsentrasinya 1/2 - 5%, tidak larut dalam air, lebih larut dalam minyak (1 : 35), dan lebih larut lagi dalam alkohol. Dapat digunakan dalam vehikulum yang lain. Sering menyebabkan sensitisasi.9. Benzil benzoatCairan berkhasiat sebagai skabisid dan pedikulosid. Digunakan sebagai emulsi dengan konsentrasi 20% atau 25%.

10. CamphoraKonsentrasinya 1 - 2%. Bersifat antiprutitus berdasarkan penguapan zat tersebut sehingga terjadi pendinginan. Dapat dimasukkan ke dalam bedak atau bedak kocok yang mengandung alkohol agar dapat larut. Juga dapat dipakai dalam salap dan krim.11. Kortikosteroid topikalPadatahun 1952 SULZBERGER dan WITTEN memperkenalkan hidrokortison dan hidrokortison asetat sebagai obat topikal pertama dari golongan kortikosteroid (K.S.). Hal ini merupakan kemajuan yang sangat besar dalam pengobatan penyakit kulit topikal karena KS mempunyai khasiat yang sangat luas, yaitu: anti inflamasi, anti alergi, anti pruritus, anti mitotik dan vasokonstriksi. Pada penyelidikan temyata bahwa kortison dan Adreno-Cortico-Trophic Hormone (A.C.T.H.) tidak efektif sebagai obat topikal.Pada perkembangan selanjutnya, pada tahun 1960 diperkenalkan KS yang lebih poten daripada hidrokortison, yaitu KS yang bersenyawa halogen yang dikenal sebagai fluorinated corticosteroid. Penambahan 1 atom F pada posisi 6 dan 9 dan satu rantai samping pada posisi 16 dan 17, menghasilkan bentuk yang mempunyai potensi tinggi. Zat-zat ini pada konsentrasi 0,025% sampai 0,1 % memberikan pengaruh anti inflamasi yang kuat, yang termasuk dalam golongan ini ialah, antara lain : betametason, betametason valerat, betametason benzoat, fluosinolon asetonid, dan triamsinolon asetonid.

PenggolonganKortikosteroid topikal dibagi menjadi 7 golongan besar, di antaranya berdasarkan anti-inflamasi dan antimitotik (lihattabel 49-1). Golongan I yang paling kuat daya anti-inflamasi dan anti-mitotiknya (superpoten). Sebaliknya golongan VII yang terlemah (potensi lemah)

IndikasiK.T. dengan potensi kuat belum tentu merupakan obat pilihan untuk suatu penyakit kulit (MARKS, 1985). Harus selalu diingat bahwa K.T. bersifat paliatif dan supresif terhadap penyakit kulit dan bukan merupakan psngobatan kausal.Dermatosis yang responsif dengan K.T. ialah: psoriasis, dermatitis atopik, dermatitis kontak, dermatitis seboroik, neurodermatitis sirkumskripta, dermatitis numularis, dermatitis stasis, dermatitis venenata, dermatitis intertriginosa, dan dermatitis Solaris (fotodermatitis).Dermatosis yang kurang responsif ialah lupus eritematosus diskoid, psoriasis di telapak tangan dan kaki, nekrobiosis lipoidika diabetikorum, vitiligo, granuloma anulare, sarkoidosis, liken planus, pemfigoid, eksantema fikstum.Dermatosis yang responsif dengan kortikosteroid intralesi ialah keloid, jaringan parut hipertrofik, alopesia areata, akne berkista, prurigo nodularis, morfea, dermatitis dengan likenifikasi, liken amiloidosis, dan vitiligo (sebagian responsif).Di samping K.T. tersebut ada pula kortikosteroid yang disuntikan intralesi, misalnya triamsinolon asetonid.

Pemilihan Jenis K.TDipilih K.T. yang sesuai, aman, efek samping sedikit dan harga murah; di samping itu ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan, yaitu jenis penyakit kulit, jenis vehikulum, kondisi penyakit, yaitu stadium penyakit, luas atau tidaknya lesi, dalam atau dangkalnya lesi, dan lokalisasi lesi. Perlu juga dipertimbangkan umur penderita.Aplikasi klinisa. Cara aplikasiPada umumnya dianjurkan pema-kaian salap 2-3 x/hari sampai penyakit tersebut sembuh. Perlu dipertimbangkan adanya gejala takifilaksis. Takifilaksis ialah menurunnya respons kulit terhadap glukokortikoid karena pernberian obat yang berulang-ulang; berupa toleransi akut yang berarti efek vasokonstriksinya akan menghilang, setelah diistirahatkan beberapa hari efek vasokonstriksi akan timbul kembali dan akan menghilang lagi bila pengolesan obat tetap dilanjutkan.b. Lama pemakaian steroid topikalLama pemakaian steroid topikal sebaiknya tidak lebih dari 4-6 minggu untuk steroid potensi lemah dan tidak lebih dari 2 minggu untuk potensi kuat.Sebagai ilustrasi dapat diberikan contoh sebagai berikut:1. PsoriasisPenyakit psoriasis dengan skuama tebal berupa plakat, memerlukan steroid yang poten (golongan I) dengan vehikulum salap atau krim.2. Dermatitis atopikPada anak diperlukan steroid topikal yang lemah mengingat umur anak, lokalisasi penyakit dan kulit pada anak masih halus dan tipis. Dipilih bentuk krim. Pada dewasa diperlukan K.T. yang poten dalam bentuk salap.3. Dermatitis kontak alergik Pemakaian steroid dengan potensi sedang biasanya cukup untuk mengatasi penyakit ini. Zat penyebab harus dihindari.4. Dermatitis dishidrotik Dermatitis ini memerlukan steroid yang poten dalam bentuk salap, sebab kulit di daerah itu tebal.5. Dermatitis numularLesi biasanya multipel dan memerlukan K.T. yang poten.6. Dermatitis seboroikDermatitis ini cukup sensitif terha-dap K.T. dan memerlukan steroid potensi sedang.7. Dermatitis intertriginosa Dermatitis ini memerlukan K.T. dengan potensi sedang untuk menghilangkan gejala gatal dan rasa panas.Efek sampingEfek samping terjadi bila:1. penggunaan K.T. yang lama dan berlebihan2. penggunaan K.T. dengan potensi kuat atau sangat kuat atau penggunaan secara oklusif.Harus diingat bahwa makin tinggi potensi K.T., makin cepat terjadinya efek samping.

Gejala efek samping.1) Atrofi.2) Strie atrofise.3) Telangiektasis.4) Purpura.5) Dermatosis akneformis.6) Hipertrikosis setempat.7) Hipopigmentasi.8) Dermatitis perioral.9) Menghambat penyembuhan ulkus.10) Infeksi mudah terjadi dan meluas.11) Gambaran klinis penyakit infeksi menjadi kabur.Dermatofitosis yang diobati dengan K.T. gambaran klinisnya menjadi tidak khas karena efek anti-inflamasinya. Piggir yang eritematosa dan berbatas tegas menjadi kabur dan meluas dikenal sebagai tinea incognito.

Pencegahan efek sampingEfek samping sistemik jarang sekali terjadi, agar aman dosis yang dianjurkan ialah jangan melebihi 30 gram sehari tanpa oklusi.Pada bayi kulit masih tipis, hendaknya dipakai K.T. yang lemah. Pada kelainan akut dipakai puia K.T. yang lemah. Pada kelainan subakut digunakan K.T. sedang. jika kelainan kronis dan tebal dipakai K.T. kuat. Bila telah membaik pengolesan dikurangi, yang semunyaa dua kali sehari menjadi sekali sehari atau diganti dengan K.T. sedang atau lemah untuk mencegah efek samping.Jika hendak menggunakan cara oklusi jangan melebihi 12 jam sehari dan pemakaiannya terbatas pada lesi yang resisten.Pada daerah lipatan (inguinal, ketiak) dan wajah digunakan K.T. lemah/sedang. K.T. jangan digunakan untuk infeksi bak-terial, infeksi mikotik, infeksi virus, dan skabies.Di sekitar mata hendaknya berhati-hati untuk menghindari timbulnya glaukom dan katarak.Terapi intralesi dibatasi 1 mg pada satu tempat, sedangkan dosis maksimum per kali 10 mg.

12. MentolBersifat antipruritik seperti camphora. Pemakaiannya seperti pada camphora, konsentrasinya 1/4 - 2%.

13. PodofilinDamar podofilin digunakan dengan konsentrasi 25% sebagai tingtur untuk kondiloma akuminatum. Setelah 4-6 jam hendaknya dicuci.14. Selenium disulfidDigunakan sebagai sampo 1% untuk dermatitis seboroik pada kepala dan tinea versikolor. Kemungkinan terjadinya efek toksik rendah.15. SulfurMerupakan unsur yang telah digunakan selama berabad-abad dalam dermatologi. Bersifat antiseboroik, anti-akne, anti-skabies, antibakteri positif. Gram dan anti-jamur Yang digunakan ialah sulfur dengan tingkat terhalus, yaitu sulfur presipitatum (belerang endap) berupa bubuk kuning kehijauan. Biasanya dipakai dalam konsentrasi 4-20%. Dapat digunakan dalam pasta, krim, salap, dan bedak kocok. Contoh dalam salap ialah salap 2-4 yang mengandung asam salisilat 2% dan sulfur presipitatum 4%. Sedangkan contoh dalam bedak kocok ialah losio Kummerfeldi dipakai untuk akne. Susunannya ialah sebagai berikut:R/ Camphorae3Sulfuris praecipitati20Mucilaginis gummi arabici10Solutionis hydratis calcici134Aquae rosarum133

16. TerPreparat golongan ini didapat sebagai hasil destilasi kering dari batubara, kayu dan fosil. Yang berasal dari batubara, misalnya liantral dan likuor karbonis detergens. Yang berasal dari kayu, misalnya oleum kadini dan oleum ruski. Contoh yang berasal dari fosil ialah iktiol.Preparat ter yang kami sering guna-kan ialah likuor karbonis detergens karena tidak berwarna hitam seperti yang lain dan tidak begitu berbau. Konsentrasi 2-5%. Efeknya antipruritus, antiradang, antiek-zem, antiakantosis keratoplastik, dapat digunakan untuk proriasis dan dermatitis kronik dalam salap. Jika terdapat lesi yang universal, misalnya pada psoriasis, tidak boleh dioleskan di seluruh lesi karena akan diabsorbsi dan memberi efek toksik terhadap ginjal. Cara pengolesan digilir, tubuh dibagi 3, hari I: kepala dan ekstremitas atas, hari II: batang tubuh dan hari III ekstremitas bawah.Efek sampingnya pada pemakaian ter perlu diperhatikan adanya reaksi fototoksik, pada ter yang berasal dari batubara dapat juga terjadi folikulitis dan ter akne. Efek karsinogen ter batubara dapat terjadi pada pemakaian yang lama. Pada pemakaian . dalam waktu yang singkat efek samping ini tidak pernah terjadi.17.UreaDengan konsentrasi 10% dalam krim mempunyai efek sebagai emolien, dapat dipakai untuk iktiosis atau xerosis kutis. Pada konsentrasi 40% melarutkan protein.18.Zat antiseptikZat ini bersifat antiseptik dan atau bakteriostatik. Zat-zat antiseptik lebih disukai dalam bidang dermatologi daripada zat antibiotik, sebab dengan memakai zat antiseptik persoalan resistensi terhadap antibiotik dapat dihindarkan.Golongan antiseptik :a. Alkohol.b. Fenol.c. Halogen.d. Zat-zat pengoksidasi.e. Senyawa logam berat.f. Zat warna

a. Golongan alkoholEtanol 70% mempunyai potensi antiseptik yang optimal. Efek sampingnya menyebabkan kulit menjadi kering.b. Golongan fenol-Fenol: pada konsentrasi tinggi, misalnya fenol likuifaktum yang berkonsentrasi jenuh mempunyai efek kaustik, sedangkan pada konsentrasi rendah bersifat bakteriostatik dan antipruritik (1/2-1%).-Timol : bersifat desinfektan pada konsentrasi 0,5% dalam bentuk tingtur.-Resorsinol: efeknya ialah antibakterial, antimikotik, keratolitik, antiseboroik, konsentrasi 2 - 3%.-Heksaklorofen : senyawa ini mengandung klor. Bersifat bakteriostatik. Larutan heksaklorofen 3% berkhasiat terhadap kuman positif-gram. c. Golongan HalogenYodium. Bersifat bakteriostatik, nya pada tingtur yodium dan lugol. Tingtur yodium berwarna coklat, dapat menyebabkan iritasi, vesikulasi kulit, dan deskuamasi. Khasiatnya antibakterial dan antimikotik dengan konsentrasi 1%. Dalam klinik yodium dipakai untuk desinfeksi kulit pada pembedahan. Segera sesudah itu kulit harus dibersihkan dengan alkohol 70%. d.Zat pengoksidasiZat pengoksidasi dipakai sebagai desinfektan pada dermato-terapi topikal.1. Permanganas kalikusZat ini mempunyai efek antiseptik lemah dalam larutan encer dalam air. Pada konsentrasi tinggi bersifat astringen dan kaustik. Dipakai sebagai kompres terbuka (1 :10.000) untuk dermatosis yang akut dan eksudatif. Untuk ulkus yang eksudatif dapat dipakai konsentrasi 1 : 5000. Larutan harus dibuat segar karena cepat mengadakan dekomposisi (warna coklat).2. Benzoil - peroksidZat ini merupakan zat pengoksidasi kuat pada konsentrasi 2,5 - 10%. Bersifat antiseptik, merangsang jaringan granulasi dan bersifat keratoplastik. Efek samping: kadang-kadang terjadi alergi dan memutihkan pakaian.e.Senyawa logam berat 1. Merkuri Zat ini dulu banyak dipakai dalam dermatologi. Sekarang tidak dipakai lagi karena sensitisasi garam-garam merkuri. 2.Peraka) Larutan perak nitratPerak nitrat berbentuk kristal putih, mudah larut dalam air, wama perak nitrat berubah menjadi hitam bila terkena sinar matahari, karena itu harus di-simpan dalam botol berwarna gelap.Larutan perak nitrat kami pakai untuk ulkus yang disertai pus yang disebabkan oleh kuman negatif-Gram. Konsentrasinya 0,5% atau 0,25% bersifat antiseptik dan astringen. Kompres ini mewarnai kulit, tetapi akan hilang sendiri perlahan-lahan. Jika terkena lantai akan menjadi hitam dan tidak dapat hilang. Dapat pula dipakai dengan konsentrasi 1 %o untuk dermatitis eksudatif yang ku-rang atau tidak memberi perbaikan dengan kompres lain.Larutan dengan konsentrasi 20% bersifat kaustik dipakai pada ulkus dengan hiper-granulasi. Caranya ditutul dengan lidi dan kapas sehari sekali. Kulit di sekitamya tidak boleh terkena karena akan rusak.b) Sulfadiazin perakSulfadiazin perak dipakai untuk pengobatan luka bakar. Di bagian kami juga dipakai untuk nekrolisis epidermal toksik. Kerjanya sebagai antiseptik berdasarkan gugus sulfa dan gugus peraknya. Sulfa berkhasiat untuk kuman positif-Gram, sedangkan perak bersifat astringen dan untuk kuman negatif-Gram. Konsentrasi 1% dalam krim.f. Zat warnaZat warna masih sering dipakai dalam pengobatan topikal. Efeknya ialah astringen dan antiseptik. Misalnya: Zat warna akridin, umpamanya akridin laktat (rivanol) dipakai untuk kompres dengan konsentrasi 1%o, juga bersifat deodoran. Metil rosanilin klorida atau gentian violet, dipakai dalam konsentrasi 0,1-1% dalam air. Zat ini juga mempunyai efek antimikroba terhadap Candida albicans, di daerah intertrigo atau anogenital

19. Obat imunomodulator topikalTelah banyak kemajuan yang dicapai dalam riset obat yang bersifat imunomodulator yaitu yang tercakup dalam terapi imun. Salah satu obat imunomodulator adalah takrolimus (TKL) suatu calcinerin inhibitors (CnLs) yaitu suatu makrolactam yang pertama-tama diisolasi dari streptomyces.TKL dapat diberikan secara oral, topikal, dan intravena. TKL di metabolisasi di hati dan mempunyai bioavailabilitas lebih tinggi. Formulasi topikal mempunyai konsentrasi 0,03% dan 0,1% dalam bentuk salap.TKL terutama diindikasikan untuk dermatitis atopik dan mencegah sel T, dengan demikian mencegah sintesis IL2-IL3-IL4, IL5 dan sitokin yang lain misalnya CSF, TNFa dan TFNy. TKL tidak menyebabkan atrofi kulit dan tidak berpengaruh pada sintesis kolagen kulit.Pimekrolimus juga dikenal sebagai ASM981 adalah derivat gugusan asli ascomycin yang semula diisolasi dari hasil fermentasi S.Higroscopicus ascomyticus. Pimekrolimus mempunyai mekanisme kerja yang sama dengan CnLs yang lain. Pimekrolimus diformulasi dalam bentuk krim 0,1%, 0,6%, dan 1,0%.

DAFTAR PUSTAKA

Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Editor. 2009. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi kelima. Jakarta : FKUI. Harahap, Marwali. 2000. Ilmu penyakit kulit. Jakarta : Perpustakaan Nasional.

REFRESHINGMIKROBIOLOGI KULIT DAN DERMATO-TERAPI

DISUSUN OLEH

NURCHOLIS2006730070

PEMBIMBING KLINIKdr. H.Dindin Budhi R. Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK STASE KULITRUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIANJURFAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA2011