refrat miliaria christine

20
Referat Miliaria Oleh: Christine Juliana, S.Ked 04114705058 Pembimbing: Prof. Dr. Suroso Adi Nugroho, Sp.KK(K), FINSDV 1

Upload: benny-afriansyah

Post on 05-May-2017

234 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Refrat Miliaria Christine

Referat

Miliaria

Oleh:

Christine Juliana, S.Ked

04114705058

Pembimbing:

Prof. Dr. Suroso Adi Nugroho, Sp.KK(K), FINSDV

BAGIAN/DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

FK UNSRI/RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

2013

1

Page 2: Refrat Miliaria Christine

HALAMAN PENGESAHAN

Referat

Miliaria

Oleh:

Christine Juliana, S. Ked

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat untuk mengikuti kepaniteraan

klinik senior di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas

Sriwijaya Rumah Sakit Dr.Mohammad Hoesin Palembang periode 2 Desember 2013 – 6 Januari

2014

Palembang, Desember 2013

Pembimbing

Prof. Dr. Suroso Adi Nugroho Sp.KK(K), FINSDV

2

Page 3: Refrat Miliaria Christine

MILIARIA

Christine Juliana, S.Ked

Bagian/Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/

Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan daerah tropis sehingga sering terjadi biang keringat (miliaria)

karena cuaca yang panas sangat berpengaruh untuk terjadinya biang keringat. Miliaria

merupakan suatu penyakit akibat penyumbatan saluran keringat dimana biasanya terdapat

pada bayi dengan kondisi prematur.6 Namun, seiring dengan pertumbuhan anak,

kemungkinannya berkurang sehingga hanya kisaran 40% dewasa yang mempunyai

kecenderungan untuk terkena miliaria. .Hal ini tampaknya mencerminkan peningkatan

kekuatan stuktur dari saluran ekrin berdasarkan umur, sehingga disamping perkembangan

dari penutupan pori dan anhidrosis, ruptur saluran gagal terjadi dan tidak terdapat bentuk

vesikel dari miliaria.5,6,7

Di dalam kondisi tropis yang ekstrim dan kronik, jumlah dari orang dewasa yang

kemungkinan terkena miliaria terbukti meningkat dari 70% menjadi 90% dan lebih dari

40% pada kondisi panas yang sedang. Tidak ada predisposisi berdasarkan jenis kelamin

ataupun ras dan miliaria bisa didapatkan pada semua umur.5 Paparan panas dalam jangka

waktu lama, lingkungan yang lembab, seperti terdapat pada daerah tropis dan pekerjaan

yang berhubungan dengan hal itu, memungkinkan untuk terkena miliaria.4 Miliaria

kristalina biasanya diperlihatkan pada umur tua, pasien lemah yang relatif berbaring dan

tidak bergerak di tempat tidur, keadaan yang menimimalkan kemungkinan rupturnya

vesikel-vesikel ini. Tidak ada keadaan penyakit yang diketahui memungkinkan sebagai

penyebab miliaria.3

Data terbaik mengenai insidens miliaria pada bayi baru lahir adalah hasil survey di

Jepang pada lebih dari 5000 bayi. Survei ini mengatakan bahwa Miliaria kristalina

didapatkan 4,5% dari neonatus, dengan usia rerata 1 pekan. Miliaria Rubra

didapatkan 4% dari neonatus dengan usia rerata 11 – 14 hari. Di seluruh dunia, miliaria

paling banyak di lingkungan tropis, terutama pada orang yang baru pindah dari lingkungan

tropis yang temperaturnya lebih panas. 3

3

Page 4: Refrat Miliaria Christine

Miliaria pada dasarnya dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan serta prognosisnya

baik jika ditanganin secara tepat. Oleh karena itu, penulis membuat makalah mengenai

miliaria ini dengan harapan dapat memberikan informasi mengenai penyakit miliaria

sehingga dapat dilakukan penanganan secara tepat.

DEFINISI

Miliaria adalah gangguan umum dari kelenjar keringat ekrin yang sering terjadi

dalam kondisi dimana ada peningkatan panas atau suhu dan kelembaban.1 Miliaria

dianggap disebabkan oleh penyumbatan saluran keringat, yang menyebabkan kebocoran

keringat yang keluar dari kelenjar ekrin menuju ke epidermis atau dermis.3,4

EPIDEMIOLOGI

Ras

Miliaria terjadi pada individu dari semua ras, walaupun beberapa studi

menunjukkan bahwa orang Asia yang menghasilkan lebih sedikit keringat dari kulit putih,

kurang beresiko memiliki Miliaria rubra. 3,5

Jenis Kelamin

Tidak ada kecenderungan terhadap jenis kelamin tertentu. Resiko terhadap laki –

laki berbanding perempuan adalah sama.5

Usia

Miliaria kristalina dan miliaria rubra dapat terjadi pada orang dari segala usia,

tetapi yang paling umum terjadi adalah pada bayi. Dalam sebuah survei Jepang lebih dari

5.000 bayi, miliaria kristalina muncul pada 4,5% dari neonatus, dengan usia rerata 1

pekan. Miliaria rubra muncul pada 4% dari neonatus, dengan rerata usia 11-14 hari.

Miliaria profunda lebih sering terjadi pada orang dewasa dibandingkan pada bayi dan

anak-anak. 3

PATOGENESIS DAN KLASIFIKASI

Patogenesis pada miliaria belum diketahui pasti, namun terdapat 2 pendapat mengenai ini:

1. Miliaria terjadi karena ada sumbatan keratin pada saluran keringat. Stimulus primer

dari perkembangan miliaria adalah kondisi panas dan kelembaban yang tinggi yang

menyebabkan pengeluaran keringat yang banyak.3 Pada permulaan musim hujan,

udara mulai lembab, udara lembab ini mempengaruhi keratin di sekeliling lubang

4

Page 5: Refrat Miliaria Christine

keringat yang mula-mula kering menjadi lembab dan membengkak, sehingga lubang

keringat tertutup. Selain itu, bahan kimia juga dapat menyebabkan menjadi basah dan

menutupi lubang keringat sehingga sumbatan terjadi di dalam epidermis dan saluran

keringat yang pecah ada didalam epidermis, vesikula terjadi didalam epidermis,

ditandai dengan eritem dan rasa gatal. Tanda ini adalah akibat dari vasodilatasi dan

rangsangan reseptor gatal oleh enzim yang keluar dari sel epidermis karena keringat

yang masuk ke dalam epidermis.3,6,7

2. Miliaria terjadi karena kadar garam pada kulit menyebabkan spongiosis dan hal ini

terjadi pada muara kelenjar keringat.3,6

Flora normal pada kulit seperti Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus

Aureus, kemungkinan juga berperan dalam patogenesis miliaria.3 Pasien dengan

miliaria mempunyai bakteri per unit area kulit 3 kali lebih banyak dibanding orang

yang sehat. Pada fase akhir miliaria, bisa ditemukan hiperkeratosis dan parakeratosis

dari acrosyringium.3,6 Adanya sumbatan hiperkeratotik bisa menyumbat

saluran ekrin. Sumbatan parakeratotik pada saluran keringat mungkin dihasilkan

dari luka sel-sel epidermal yang melapisi saluran keringat. Pada keadaan yang biasa,

luka ini disebabkan maserasi akibat air keringat. Sumbatan juga dapat terjadi pada

dermatosis yang meradang serta perubahan kimia yang terjadi sehingga kelembaban

merangsang pembentukan luka pada keratin belum diketahui. Akan tetapi, hal ini

sekarang dipercaya tidak terlalu berpengaruh dan bukan penyebab utama

penyumbatan keringat.3

5

Miliaria Crystallina Miliaria Rubra Miliaria Profunda

Intraepidermal sweat

accumulation

Occlusion of sweat duct

Intradermal sweat

accumulation

Page 6: Refrat Miliaria Christine

Gambar 1. Patogenesis berdasarkan klasifikasi.2

KLASIFIKASI

Miliaria dibagi ke dalam empat tipe yang diklasifikasi berdasarkan level dimana

penyumbatan duktus keringat terjadi.1

A. Miliaria Kristalina (Sudamina)

Disebabkan oleh terjadinya penyumbatan di lapisan paling atas epidermis

yaitu di stratum korneum khususnya antara dua lapisan sel tanduk.2 Miliaria

kristalina dikarakteristikan dengan vesikel yang kecil, bersih, sangat superfisial,

dan tidak ada reaksi peradangan. Ini terjadi pada pasien yang berbaring di tempat

tidur selama demam yang menghasilkan banyak keringat atau pada situasi dimana

pakaian tidak bisa menyerap panas dan lembab. Lesi ini bersifat asimptomatik dan

durasi masa hidupnya pendek karena mereka cenderung akan pecah jika terkena

trauma sedikit. Lesi akan sembuh sendiri, tidak ada pengobatan yang diperlukan.1

Pada miliaria kristalina tidak ada perubahan histopatologi.4

Efloresensi/sifat-sifatnya:4

- Tampak vesikel berdiameter kurang dari 1mm tanpa peradangan di sekitarnya.

Gambar 2. Miliaria Kristalina 1

B. Miliaria Rubra (Prickly Heat)

Disebabkan oleh penyumbatan saluran keringat pada epidermis yang dalam

(acrosyringium) yaitu pada stratum spinosum sehingga keringat keluar dan masuk

ke dalam epidermis bagian bawah.2 Lesi miliaria rubra muncul sebagai diskret,

terlalu pruritik, papulovesikel eritema yang disertai rasa nyeri seperti tertusuk, rasa

6

Page 7: Refrat Miliaria Christine

terbakar, dan rasa geli. Tempat yang paling sering terkena adalah fossae antecubital

dan popliteal, batang tubuh, area inframammari (terutama di bawah pendulum

payudara), abdomen (terutama pada lingkar pinggang), dan regio inguinal. Tempat

ini sering menjadi tersumbat karena penguapan uap keringat yang terhalang.

Tempat yang luka dan pengeluaran keringat di dalam lapisan sel prickle, dimana

spongiosis dihasilkan.1

Efloresensi/sifat-sifatnya: 4

- Makula eritematosa miliar dengan vesikel-vesikel di atasnya. Dapat pula timbul

papula-papula di atas makula tersebut.

Gambar 3. Miliaria Rubra 1

C. Miliaria Pustulosa

Merupakan varian dari miliaria rubra yang mengalami respon inflamasi atau

terjadi infeksi sekunder atau setelah terjadi serangan berulang-ulang miliaria rubra.2

Miliria pustulosa didahului oleh infeksi kulit yang lain, seperti perlukaan, destruksi

atau menghalangin duktus keringat. Pustula jelas, superfisial, dan sendiri-sendiri

sesuai folikel rambut. Pustula terasa gatal paling sering tejadi pada area

intertrigonous, permukaan fleksure ekstremitas, skrotum, pada punggung pasien

yang lama berbaring di tempat tidur. Dermatitis kontak dan intertrigo berhubungan

dengan penyakit ini, walaupun pustula miliaria mungkin terjadi beberapa minggu

setelah penyakit ini mereda. Episode berulang mungkin sebuah tanda

7

Page 8: Refrat Miliaria Christine

pseudohipoaldosteron tipe I, dimana krisis kehilangan air mungkin mempercepat

miliaria pustulosa atau rubra, dengan pemecahan setelah stabilisasi.1

Gambar 4. Miliaria Pustulosa pada ras kulit hitam 1

Gambar 5. Miliaria pustulosa pada ras kulit putih 1

8

Page 9: Refrat Miliaria Christine

Gambar 6. Miliaria pustulosa pada bayi 4

D. Miliaria Profunda

Disebabkan oleh penyumbatan pada bagian distal duktus atau pada dermal-

epidermal junction (papilla dermis).2 Manifestasinya tidak gatal, warna seperti

daging, kedudukan lebih dalam, dengan karakteristik papul yang keputihan.

Miliaria ini bersifat asimptomatik, biasanya hanya 1 jam dari pengeluaran keringat

yang berlebihan, dan ini terpusat pada batang tubuh dan ektremitas. Kecuali untuk

muka, axilla, tangan dan kaki, yang mana bisa mengkompensasi produksi keringat

berlebih, semua kelenjar keringat tidak berfungsi. Bentuk ini hanya dilihat pada

iklim tropik dan biasanya mengikuti keparahan penyakit miliaria rubra.1

Efloresensi/sifat-sifatnya:4

- Efloresensi paling menonjol adalah papul berukuran 1-3mm.

Gambar 7. Miliaria Profunda4

E. Hipohidrosis Postmiliaria

9

Page 10: Refrat Miliaria Christine

Hipohidrosis postmiliaria dihasilkan dari penyumbatan pori-pori dan duktus

keringat, dan mungkin keparahan cukup mengganggu kemampuan individu untuk

bertahan berkerja di lingkungan yang panas. Orang yang terkena mungkin

memperlihatkan penurunan efisiensi, iritablitas, anoreksia, mengantuk, vertigo dan

sakit kepala. Mereka tampak seperti orang linglung.1

Hipohidrosis postmiliaria memperlihatkan penurunan produksi keringat

yang tidak berubah yang mengikuti miliaria serta keparahannya berhubungan

dengan keparahan miliaria. Selanjutnya, produksi keringat menurun setengah dari

jumlah normal untuk selama 3 pekan menderita miliaria.3

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Miliaria mempunyai banyak perbedaan secara klinis, oleh karena itu, beberapa tes

laboratorium cukup diperlukan.6,7

a. Pemeriksaan Sitologik 

Pada miliaria kristalina, pemeriksaan sitologik untuk kandungan vesikel

tidak didapatkan sel radang atau sel giant multinukleat (seperti yang terdapat pada

vesikel dari penyakit herpes). Pada miliaria pustulosa, pemeriksaan sitologik

memperlihatkan adanya kandungan dari sel radang dan kokus positif. Tidak seperti

eritema toksikneonatorum, eosinofil tidak terlalu menonjol pada miliaria

pustulosa.6,7

b. Pemeriksaan Histopatologik 

Pada miliaria kristalina, terdapat vesikel intrakorneal atau subkorneal yang

berhubungan dengan saluran keringat dan sumbatan keratin. Pada miliaria rubra,

vesikel spongiotik terdapat di dalam stratum spinosum, di bawah sumbatan keratin

dan infiltrat radang kronis terdapat di sekitarnya dan di dalam vesikel serta

mengelilingi dermis, infiltrasi limfositik perivaskuler dan vasodilatasi terlihat pada

dermis superfisial. Dengan perwarnaan khusus dapat terlihat kokus positif di bawah

dan di dalam sumbatan keratin. Pada saluran keringat intraepidermal di isi dengan

substansi amorf yang Periodic Acid Schiff (PAS) positif dan diastase resisten. Pada

miliaria profunda, terlihat sumbatan pada daerah taut dermoepidermal dan

pecahnya saluran keringat pada dermis bagian atas dan juga adanya edema

intraseluler periduktal pada epidermis (spongiosis) serta infiltrat radang kronis.

Pada miliaria pustulosa, terdapat campuran infiltrat dengan sel mononuklear dan

10

Page 11: Refrat Miliaria Christine

lekosit polimorfonuklear dan sumbatan ekrin pada taut dermoepidermal dengan

gangguan pada sistem ekrin dermal.6,7

c. Pemeriksaan Patologi Klinik 

Pada pemeriksaan ini, tidak didapatkan hasil pemeriksaan yang abnormal.6,7

DIAGNOSIS BANDING

1. Prurigo

Gambaran klinis seringkali mirip Miliaria, lesinya berupa papul. Papul berbentuk

kubah dengan vesikel pada puncaknya atau papul berkrusta, kadang disertai lepuh.

Prurigo lebih mudah diraba dari pada dilihat dan disertai rasa gatal.3,5

2. Gigitan Serangga

Biasanya jelas karena gigitan serangga, gejala lokal meliputi rasa terbakar dan sakit

setelah sengatan diikuti oedem setempat, urtikaria eritem yang jelas, di tengah lesi

tampak ekskoriasi dan pruritus.3,5

3. Folikulitis

Terlihat pustula folikuler kecil berbentuk kubah, biasanya lesi banyak meskipun

lesi tunggal dapat terjadi, masing-masing lesi saling terpisah diantara kulit normal

tanpa adanya kecenderungan untuk bergabung, biasanya disertai nyeri, suhu tubuh

meningkat.5,6,7

PENATALAKSANAAN

Umum

1. Kunci pengobatan Miliaria adalah menempatkan penderita didalam lingkungan

yang dingin, sehingga keringat bisa berkurang.1,3

2. Pasien dianjurkan untuk mengurangi aktivitasnya karena aktifitas yang berlebihan

bisa menyebabkan keringat yang dapat menimbulkan kembali Miliaria.2,4

3. Memakai pakaian yang menyerap keringat.4

Khusus

A. Topikal

Lotion anhidros diberikan untuk mencegah atau menghilangkan sumbatan

sehingga keringat dapat keluar ke permukaan kulit. Selain itu juga diberikan salep

hidrofilik, talk untuk bayi dan losio. Pemberian colamin lotion dapat memberikan

rasa sejuk, juga dapat diberikan antibiotik topikal seperti krim kloramfenikol.5,7

11

Page 12: Refrat Miliaria Christine

B. Sistemik

Dapat diberikan antibiotik bila terjadi infeksi sekunder dan anti histamin

sebagai anti pruritus, pemberian vitamin C dosis tinggi dapat diberikan untuk

mencegah atau mengurangi timbulnya Miliaria. 3,6

PENCEGAHAN

Usaha-usaha preventif dilaksanakan dengan mengontrol panas dan kelembaban sehingga

keringat tidak distimulasi. Cara-caranya antara lain:1,2,3

- Mengobati demam

- Tidak menggunakan pakaian yang tidak menyerap keringat

- Mencegah evaporasi

- Membatasi aktivitas yang berlebihan, penggunaan air kondisioner

- Pindah ke tempat yang iklim lebih dingin.

KOMPLIKASI

Komplikasi yang paling umum pada miliaria adalah infeksi sekunder yang dapat

muncul sebagai impetigo atau karena beberapa abses terpisah dikenal sebagai periporitis

staphylogenes. Selain itu, intoleransi panas yang paling mungkin untuk berkembang pada

pasien dengan Miliaria profunda yang dikenal dengan anhidrosis kulit. Dalam bentuk yang

paling parah, intoleransi panas ini dikenal sebagai anhidrotic tropis asthenia.3

PROGNOSIS

Umumnya baik dan sebagian penderita dapat sembuh dalam beberapa minggu

setelah pindah ke lingkungan yang lebih sejuk.3,5

RINGKASAN

Miliaria merupakan penyimpanan keringat yang dihasilkan karena sumbatan pada

duktus eksokrin, yang menghasilkan sebuah erupsi yang biasanya pada cuaca panas,

lembab seperti iklim tropis dan selam musim panas pada iklim sedang.

Terdapat 4 bentuk klasifikasi miliaria yaitu miliaria kristalina, miiaria rubra,

miliaria profunda serta miliaria pustula. Miliaria kristalina dikarakteristikan dengan vesikel

kecil, bersih, sangat superfisial, tidak ada reaksi peradangan, bersifat asimptomatik.

Miliaria rubra muncul sebagai diskret, pruritik, papulovesikel, eritema, disertai nyeri

seperti tertusuk, rasa terbakar, dan rasa geli. Miliaria pustulosa ditandai dengan pustula

12

Page 13: Refrat Miliaria Christine

jelas, gatal, superfisial, sendiri-sendiri sesuai folikel rambut, dan biasanya didahului oleh

infeksi kulit yang lain. Miliaria profunda ditandai dengan papul yang keputihan, tidak

gatal, warna seperti daging, kedudukan lebih dalam, bersifat asimptomatik.

Faktor utama yang berperan bagi perkembangan miliaria adalah kondisi panas

tinggi dan kelembaban yang menyebabkan berkeringat berlebihan. Penyumbatan kulit

karena pakaian, perban dapat berkontribusi untuk pengumpulan keringat pada permukaan

kulit dan pengeluaran cairan atau keringat berlebih (overhydration) dari lapisan korneum.

Pada orang yang rentan, termasuk bayi, yang relatif belum matang kelenjar ekrinnya,

pengeluaran cairan atau keringat (overhydration) dari stratum korneum dianggap cukup

untuk menyebabkan penyumbatan sementara dari acrosyringium.

Pada prinsipnya pengobatan yang paling efektif untuk pasien mialiaria adalah

menempatkan pasien di lingkungan yang dingin. Lotion anhidros diberikan untuk

mencegah atau menghilangkan sumbatan sehingga keringat dapat keluar ke permukaan

kulit. Selain itu juga diberikan salep hidrofilik, talk untuk bayi dan losio. Pemberian

kolamin lotion dapat memberikan rasa sejuk juga dapat diberikan antibiotik topikal seperti

krim kloramfenikol.

DAFTAR PUSTAKA

1. James WD, Berger TG, Elston DM. Miliaria. Andrew’s Disease of The Skin Clinical

Dermatology. 10th ed. Philadhephia: Elsivier’s Health Sciences Rights Department.

WB Saunders Company; 2006: p.23-24.

2. Shimizu H. In Shimizu’s Textbook of Dermatology. Japan: Department of

Dermatology Hokkaido University; 2006. Chapter 19, Disorders of the skin

appendages; p.312-315.

3. Levin NA. Dermatologic Manifestations of Miliaria Treatment & Management. New

York: Medscape. 2012. (diakses pada tanggal 2 Desember 2013

http://emedicine.medscape.com/article/1070840-overview)

4. Carter R, Garcia AM, Souhan BE. Patients presenting with miliaria while wearing

flame resistant clothing in high ambient temperatures: a case series. J Med US Case

Report. 2011; 5: 474.

5. Siregar RS. Miliaria. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi Kedua. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran Universitas Indonesia. EGC; 2005: h.50-51.

13

Page 14: Refrat Miliaria Christine

6. Natahusada EC. Miliaria. Dalam: Juanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu

Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Kelima. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia; 2007: h.276-277.

7. Sastrodiprodjo S, Harahap M. Miliaria. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates;

2000: h.245-247.

14