referat pandas anak
DESCRIPTION
hjbjbjTRANSCRIPT
UNIVERSITAS TRISAKTI
FAKULTAS KEDOKTERAN RSAL DR. MINTOHARDJO
SINDROM KLINEFELTER
OLEH :
TERESA SHINTA PRAMESWARI
030.09.252
DEPARTEMEN ANAK-PROGRAM PROFESI DOKTER
KEPANITERAAN DASAR
2013
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang sebesar-besarnya penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga referat berjudul “Sindrom Klinefelter” ini dapat
selesai dengan baik dan tepat pada waktunya.
Referat ini disusun dalam rangka memenuhi tugas akhir Kepaniteraan Dasar Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti di RSAL dr. Mintohardjo periode 28 Oktober
2013 – 9 November 2013 dan juga bertujuan untuk menambah informasi bagi penulis serta
pembaca mengenai sindrom Klinefelter
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih atas bantuan dan kerja
sama yang telah diberikan selama penyusunan referat ini, kepada:
1. dr. J.B Lengkong, Sp.A, selaku Koordinator dan pembimbing Kepanitraan Dasar Ilmu
Kesehatan Anak RSAL dr. Mintohardjo.
2. dr. S.R. Sundoro, Sp.A, pembimbing Kepanitraan Dasar Ilmu Kesehatan Anak RSAL dr.
Mintohardjo.
3. dr. S. Abidin, Sp.A, selaku pembimbing Kepanitraan Dasar Ilmu Kesehatan Anak RSAL
dr. Mintohardjo.
4. dr. Dianto, Sp.A, selaku pembimbing Kepanitraan Dasar Ilmu Kesehatan Anak RSAL dr.
Mintohardjo.
5. dr. Lili Zulkarnaen, Sp.A, selaku pembimbing Kepanitraan Dasar Ilmu Kesehatan Anak
RSAL dr. Mintohardjo.
6. Rekan-rekan anggota Kepaniteraan Dasar Ilmu Kesehatan Anak RSAL Mintohardjo dari
Universitas Trisakti serta semua pihak yang ikut membantu dan menyelesaikan referat ini
sehingga dapat selesai dan dikumpulkan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari referat ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis mengharapkan saran
dan kritik yang dapat membangun dari semua pihak agar referat ini dapat menjadi lebih baik dan
2
berguna bagi semua pihak yang membacanya. Penulis memohon maaf sebesar-besarnya apabila
masih banyak kesalahan maupun kekurangan dalam referat ini.
Jakarta, November 2013
Penulis
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………...... 2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..................... 4
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………...…………..…5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………….…….... 6
II.1 DEFINISI …………………………………………………………………....... 6
II.2 ETIOLOGI…………………………………………………………………..... 7
II.3 MANIFESTASI KLINIK………………………………………….………......8
II.4PEMERIKSAAN PENUNJANG……………………………………………....9
II.5 DIAGNOSIS BANDING……………………………………………………... 12
II.6TATALAKSANA……………………………………………………………… 12
II.7 PROGNOSIS…………………………………………………………………. 14
BAB III KESIMPULAN…………………………………………………………….... 16
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….......... 17
4
BAB I
PENDAHULUAN
Sindroma Klinefellter adalah suatu kelainan kromosom pada pria, dimana orang yang
dilahirkan dengankondisi seperti ini mengalami kelebihan sedikitnya satu kromosom X. Pada
keadaan normal,manusia mempunyai total 46 kromosom dalam setiap selnya, dimana dua
dari kromosom bertanggung jawab untuk menentukan jenis kelaminnya yaitu kromosom X
dan Y. Wanita mempunyai kromosom XX dan pria mempunyai kromosom XY. Pada
sindroma Klinefellter seringkali seorang pria mempunyai 47 kromosom pada setiap selnya,
kelebihan satu kromosom X, sehingga mempunyai kombinasi kromosom XXY. Pria dengan
sindroma Klinefellter nampak normal saat dilahirkan dan mempunyai genitalia pria yang
normal, tetapi dalam perkembangannya terjadi perubahan seperti ginekomastia, testis dan
penis menjadi lebih kecil dibanding normal serta proporsi tubuh yang abnormal. Diagnosa
dari sindroma Klinefellter ditegakkan bila terdapat kelebihan satu atau lebih kromosom X
pada pria yang dapat diketahui sejak masa kehamilan dengan pemeriksaan prenatal seperti
sampel villi chorionic atau amniosintesis. 1
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Sindrom klinefelter merupakan kelainan genetik yang terdapat pada pria. Pada sindrom
klinefelter tidak terdapat pertumbuhan seks sekunder normal yang terjadi pada pria, misalkan
tidak berkembangnya seks primer, seperti penis dan testis yang mempunyai ukuran lebih
kecil daripada pria seperti lainya. Ciri ciri yang sering nampak oleh penderita sindrom
klinefelter adalah perubahan suara yang umumnya tidak berubah, tidak tumbuh rambut
kemaluan dan biasanya sering tidak subur (infertil) yang diakibatkan oleh penambahan
kromosom X. Laki-laki normal memiliki kromosom seks berupa XY, namun penderita
sindrom klinefelter umumnya memilikikromosom seks XXY. Penderita sindrom klinefelter
akan mengalami infertilitas, keterbelakangan mental, dan gangguan perkembangan ciri-ciri
fisik yang diantaranya berupa ginekomastia (perbesaran kelenjar susu dan berefek pada
perbesaran payudara), dll.1
2.2. Epidemiologi
Laporan pertama mengenai sindrom klinefelter dipublikasikan oleh Harry Klinefelter dan
rekannya di Rumah Sakit Massachusetts, Boston. Ketika itu tercatat 9 pasien laik-laki yang
memiliki payudara membesar, rambut pada tubuh dan wajah sedikit, testis mengecil, dan
ketidakmampuan memproduksi sperma. Pada akhir tahun 1950-an, para ilmuwan
menemukan bahwa sindrom yang dialami 9 pasian tersebut dikarenakan kromosom X
tambahan pada lelaki sehingga mereka memiliki kromosom XXY. Pada tahun 1970-an, para
ilmuwan menyatakan bahwa kelainan Klinefelter merupakan salah satu kelainan genetik
yang ditemui pada manusia, yaitu 1 dari 500 hingga 1 dari 1.000 bayi laki-laki yang
dilahirkan akan menderita sindrom ini. Sindrom ini terjadi pada semua ras dan mempunyai
prevalensi 1-2 tiap 1000 orang laki-laki. 3,1 % dari lelaki infertile memiliki sindrom
Klinefelter. Berdasarkan meta-analisis, terjadi peningkatan angka kejadian sindrom ini
sekitar satu decade, namun hal ini tidak berhubungan dengan peningkatan kejadian ibu yang
hamil pada usia tua.2
6
2.3. Etiologi
Kelebihan kromosom X pada laki-laki terjadi karena terjadinya gagal memisah pada tahap
meiosis kromosom seks selama terjadi gametogenesis pada salah satu orang tua.
Nondisjungsi meiosis adalah kegagalan sepasang kromosom seks untuk memisah (disjungsi)
selama proses meiosis terjadi. Akibatnya, sepasang kromosom tersebut akan diturunkan
kepada sel anaknya, sehingga terjadi kelebihan kromosom seks pada anak. Sebesar 40%
nondisjungsi meiosis terjadi pada ayah, dan 60% kemungkinan terjadi pada ibu. Sebagian
besar penderita sindrom klinefelter memiliki kromosom XXY, namun ada pula yang
memiliki kromosom XXXY, XXXXY, XXYY, dan XXXYY. 3
2.4. Patofisiologi
Manusia mempunyai 46 kromosom yang terdiri dari 44 kromosom tubuh (autosom) dan
dua kromosom seks (gonosom). Kromosom seks inilah yang membuat kita menjadi laki laki
(XY) atau perempuan (XX). Pada proses pembentukan gamet terjadi reduksi jumlah
kromosom yang mulanya berjumlah 46 menjadi 23. Pada tahap tersebut juga terjadi
pemisahan kromosom seks, misalnya pada pembuahan pria maupun wanita akan
menyumbangkan satu kromosom seksnya begitupun dengan kromosom tubuhnya sehingga
terbentuk individu baru dengan 46 kromosom. Pada sindrom klinefelter terjadi gagal berpisah
(non-disjunction) oleh kromosom seks pria dan wanita. Sehingga kromosom seks XY yang
nantinya menyatu dengan kromosom X dari wanita dalam proses pembuahan sehingga
menjadi bentuk abnormal 47, XXY. Selain itu juga dapat terjadi pada saat kromosom wanita
menyumbangkan kromosom XX dan pria menyumbangkan Y.
7
Selain Non-disjunction genom juga dapat disebabkan oleh gagal berpisah dalam tahap,
mitosis terjadinya pembentukan mosaik klinefelter 46,XY/47, XXY. Biasanya bentuk gejala
ini pada bentuk mosaik lebih ringan daripada bentuk klasiknya.
Sindrom Klinefelter juga dapat gagal berpisah pada saat tahap meiosis selama terjadi saat
gametogenesis pada salah satu orang tua.4
Gambar 1
2.5. Manifestasi Klinis
Mental
Anak laki-laki dengan kromosom XXY cenderung memiliki kecerdasan intelektual IQ di
bawah rata-rata anak normal. Sebagian penderita Klinefelter memiliki kepribadian yang
kikuk, pemalu, kepercayaan diri yang rendah, ataupun aktivitas yang dilakukan dibawah
level rata-rata (hipoaktivitas). Pada sebagian penderita sindrom ini juga terjadi autisme. Hal
ini terjadi karena perkembangan tubuh dan neuromotor yang abnormal. Kecenderungan
lain yang dialami penderita Klinefelter adalah keterlambatan dan kekurangan kemampuan
verbal, serta keterlambatan kemampuan menulis. Sifat tangan kidal juga lebih banyak
ditemui pada penderita sindrom ini dibandingkan dengan manusia normal. Pada pasien
dewasa, kemampuan seksualnya lebih tidak aktif dibandingkan laki-laki normal. 5
Fisik
8
Kiri: Gejala perbesaran payudara (ginekomastia) salah satu ciri sindrom klinefelter.
Gejala klinis dari sindrom Klinefelter ditandai dengan perkembangan ciri-ciri seksual yang
abnormal atau tidak berkembang, seperti testis yang kecil dan aspermatogenesis (kegagalan
memproduksi sperma). Testis yang kecil diakibatkan oleh sel germinal testis dan sel selitan
(interstital cell) gagal berkembang secara normal. Sel selitan adalah sel yang ada di antara
sel gonad dan dapat menentukan hormon seks pria. Selain itu, penderita sindrom ini juga
mengalami defisiensi atau kekurangan hormon androgen, badan tinggi, peningkatan level
gonadotropin, dan ginekomastia. Penderita Klinefelter akan mengalami ganguan koordinasi
gerak badan, seperti kesulitan mengatur keseimbangan, melompat, dan gerakan motor
tubuh yang melambat. Dilihat dari penampakan fisik luar, penderita klinefelter memiliki
otot yang kecil, namun mengalami perpanjangan kaki dan lengan. 6
2.6. Pemeriksaan Penunjang
Analisa semen7,8
Analisa semen adalah tes untuk mengukur jumlah dan kualitas semen dan sperma seorang
laki-laki. Semen adalah cairan putih, tebal dan mengandung sperma yang dilepaskan saat
ejakulasi. Tes ini kadang-kadang disebut juga tes menghitung jumlah sperma (sperm count).
Analisa semen merupakan salah satu pemeriksaan pertama untuk menilai tahap kesuburan
seorang laki-laki. Tes ini berguna untuk menentukan apakah ada masalah dalam produksi
sperma ataupun kualitas sperma yang menyebabkan infertilitas. Tes ini juga dapat sigunakan
setelah vasektomi untuk memastikan tidak ada sperma dalam cairan semen.hal ini dapat
mengkonfirmasi keberhasilan vasektomi. Tes ini juga dilakukan untuk kondisi tertentu
misalnya sindroma Klinefelter.
Pengumpulan sampel mungkin melibatkan masturbasi untuk mengumpulkan sperma ke
wadah steril. Sampel juga dapat dikumpulkan saat sexual intercourse dengan kondom
9
khusus. Petugas laboratorium akan memeriksa sampel dalam 2 jam setelah pengumbilan dan
semakin cepat dianalisa hasilnya semakin baik dan akurat.
Nilai rujukan adalah:
• Volume normal bervariasi dari 1,5-5,0 mililiter per ejakulasi
• Jumlah sperma antara 20-150 juta sperma per mililiter
• Setidaknya 60% dari sperma memiliki bentuk normal dan motilitas (gerak maju) yang
normal.
Kriteria WHO untuk tes Semen yang normal
• Jumlah sperma > 20 juta/ML
• >40% motilitas progresif
• >30% bentuk normal.
Tabel 1
Oligozoospermia (poor count) Konsentrasi sperma <20x106/ml
Asthenozoospermia (poor motility) Kurang sperma dengan gerak progresif
Teratozoospermia (abnormal morphology) Banyak sperma dengan bentuk abnormal
Azoospermia Tidak ada sel sperma dalam cairan ejakulasi
Istilah yang digunakan untuk menggambarkan kelainan analisa semen
Tes FSH 9
Tes FSH biasanya dilakukan untuk membantu mendiagnosa masalah dengan perkembangan
seksual, menstruasi, dan kesuburan serta diindikasikan juga untuk pasien dengan sindroma
Klinefelter yaitu laki-laki dengan testis yang tidak berkembang dan infertilitas. .
Nilai rujukan untuk FSH normal berbeda tergantung pada usia seseorang dan jenis kelamin.
Berikut adalah nilai rujukan untuk laki-laki mengikut umur:
Sebelum pubertas : 0-5 mIU/ml
Selama pubertas : 0,3-10,0 mIU/ml
Dewasa : 1,5-12.4 mIU/ml
Pada pasien klinefelter, akan didapatkan nilai FSH yang abnormal.
LH 9
10
Dokter biasanya menyarankan tes ini dilakukan terutama untuk wanita yang mengalami
kesulitan untuk hamil, siklus menstruasi yang tidak teratur, dan tanda-tanda lain yang
berhubungan dengan kadar LH yang abormal.
Nilai rujukan untuk LH normal pada wanita dewasa adalah : 5-25 IU/L
Kadar LH yang abnormal (meningkat) biasanya ditemukan pada
Anorchia (tidak memiliki testis atau testis ada tapi tidak berfungsi)
Hypogonadism
Sindroma klinefelter
Testosterone (serum testosterone) 9
Pada laki-laki, testis memproduksi sebagian besar testosteron yang beredar dalam sirkulasi.
Hormon LH dari kelenjar hipofisis merangsang sel leydig pada testis untuk memproduksi
testosteron.
Kadar testosteron biasanya digunakan untuk menilai:
1. Pubertas pada anak laki-laki yang terlalu awal atau terlambat
2. Impotensi dan infertilitas pada
pria
3. Pertumbuhan rambut berlebihan
(hirsutism), dan siklus mentruasi yang
tidak teratur pada wanita.
Nilai rujukan untuk testosterone
normal adalah
Laki-laki : 300-1200 ng/dl
Wanita : 30-90 ng/dl
Estrogen 9
Hormon estrogen yang dapat diperiksa yaitu estrone (El), estradiol (E2), dan estriol (E3).
Pemeriksaan estadiol dipakal , untuk mengetahui aksis hipotalamus-hipofise-gonad (ovarium
dan testis), penentuan waktu ovulasi, menopause dan monitoring pengobatan fertilitas.
11
Waktu pengambilan sampel untuk pemeriksaan estradiol adalah pada fase folikular
(preovulasi) dan fase luteal Kadar estrogen meningkat pada keadaan ovulasi, kehamilan,
pubertas prekoks, ginekomastia, atropi testis, tumor ovarium., dan tumor adrenal. Kadarnya
akan menurun pada keadaan menopause, disfungsi ovarium, infertilitas, sindroma turner,
amenorea akibat hipopituitari, anoreksia nervosa, keadaan stres, dan sindroma testikular
ferninisasi pada wanita. Faktor interfeernsi yang meningkatkan estrogen adalah preparat
estrogen, kontrasepsi oral, dan kehamilan. Serta yang menurunkan kadarnya yaitu obat
clomiphene.
2.7. Diagnosis
Diagnosis pada kasus ini adalah sindrom Klinefelter
2.8. Diagnosis Banding 10
1. Sindrom X Fragile
Adalah suatu sindrom genetik yang menyebabkan anak menjadi autis dan retardasi
mental. Biasanya penyakit ini diderita oleh anak lelaki
2. Kallmann syndrome
Adalah suatu kondisi dimana gejala utamanya adalah gagal untuk mencapai fase
pubertas. Sindrom ini terjadi pada pria dan wanita dan mempunyai tambahan gejala
berupa hypogonadism dan biasanya menjadi infertile. Selain itu penderita juga
mengalami anosmia atau hiposmia.
2.9. Penatalaksanaan
Jika seseorang terdiagnosis dengan sindroma Klinefelter, pengobatan dini dapat membantu
meminimalkan masalah. Untuk penatalaksanaan yang komplit, mungkin diperlukan
kerjasama dengan tim penyedia pelayanan kesehatan termasuk dokter yang spesialisasi dalam
mendiagnosis dan mengobati gangguan yang melibatkan kelenjar tubuh dan hormon
(endokrinologi), ahli terapi bicara, dokter anak, ahli terapi fisik, konselor genetik, spesialis
dalam bidang reproduksi dan infertilitas, serta seorang penasihat atau psikolog.1,10
12
Meskipun tidak ada cara untuk memperbaiki perubahan kromosom seks karena sindroma
klinefelter, perawatan dapat meminimalkan dampaknya. Semakin dini diagnosis dibuat dan
pengobatan dimulai, semakin besar manfaat. Tapi tidak akan ada kata terlambat untuk
mendapatkan bantuan. Pengobatan untuk Klinefelter termasuk:
1. Medikamentosa
Terapi penggantian testosteron/testosterone replacement therapy
Laki-laki dengan sindroma Klinefelter tidak menghasilkan hormon testosteron yang cukup
dan efeknya dapat berkepanjangan seumur hidup. Mulai saat onset pubertas yang biasa,
penggantian testosteron dapat membantu mengobati dan mencegah sejumlah masalah.
Testosteron dapat diberikan sebagai suntikan, dengan gel, atau patch pada kulit. Terapi
penggantian testosteron memungkinkan seseorang anak untuk mengalami perubahan tubuh
yang biasanya terjadi pada pubertas misalnya perkembangan suara lebih dalam, tumbuh
rambut pada wajah dan tubuh, meningkatnya massa otot dan juga ukuran penis. Terapi
testosteron juga dapat membantu mengurangi pertumbuhan jaringan payudara, meningkatkan
kepadatan tulang, dan mengurangi resiko patah tulang. Namum ini tidak akan menghasilkan
perubahan pembesaran testis atau meningkatkan infertilitas.
Pengobatan infertilitas/fertility treatment
Kebanyakan laki-laki XXY tidak bisa mempunyai anak karena tidak ada sperma yang
diproduksi dalam testis. Beberapa dari mereka mungkin memiliki produksi sperma namun
sangat minimal. Salah satu pilihan yang bisa bermanfaat untuk laki-laki seperti ini adalah
injeksi sperma intrasitoplasmik (ICSI). Dalam prosedur ini, sperma dalam testis diambil
dengan menggunakan jarum biopsi dan disuntikkan langsung ke dalam sel telur. Waktu yang
optimal untuk biopsi testis adalah ketika spermatogenesis sedang berlangsung menuju tahap
penyelesaian dan sperma yang bergerak dapat diambil. Biasanya dilakukan pada laki-laki
yang tidak bisa ejakulasi atau tidak ada sperma dalam ejakulatnya. Saat ini ada yang
menggunakan USG skrotum dan spektroskopi MRI untuk pasien dewasa untuk menentukan
waktu yang optimal untuk biopsi testis. Alternatif lain untuk memiliki anak termasuklah
adopsi dan inseminasi buatan dengan sperma donor.
2. Non medika mentosa
13
Terapi bicara dan terapi fisik/speech and physical therapy
Perawatan ini dapat membantu anak laki-laki dengan sindroma Klinefelter mengatasi
masalah dalam pidato dan bicara, kemampuan bahasa, dan juga kelemahan otot. Terapi fisik
harus direkomendasikan pada anak laki-laki yang mengalami hipotonia atau keterlambatan
kemampuan motorik yang mempengaruhi tonus otot, keseimbangan, dan kordinasi.
Dukungan pendidikan/educational support
Beberapa anak laki-laki dengan sindroma klinefelter memiliki kesulitan belajar dan
sekiranya diberikan dukungan dan bantuan terbukti sangat bermanfaat buat mereka. Jadi
harus adakan diskusi dengan guru sekolah, konselor sekolah, dan juga perawat sekolah
tentang jenis dukungan dan bantuan yang mungkin diperlukan. Laki-laki yang menderita
Sindrom Klinefelter harus dilakukan evaluasi psikoedukasi yang komprehensif untuk
mengetahui kelebihan dan kelemahan mereka. Informasi yang diperoleh dari evaluasi ini bisa
membantu dalam merencanakan jenis dan penempatan kelas dan sekolah.
Konseling psikologi/psychological counseling
Memiliki sindroma Klinefelter bisa menjadi suatu tantangan, khususnya selama masa
pubertas dan dewasa muda. Untuk laki-laki dengan kondisi tersebut, menerima hakikat dan
mengatasi infertilitas itu sangat sulit. Seorang terapis keluarga, konselor, atau psikolog dapat
membantu untuk kerja seperti ini yang melibatkan masalah emosional.
3. Terapi bedah
Pengangkatan jaringan payudara/breast tissue removal
Pada laki-laki yang mengalami pembesaran payudara (genikomastia), jaringan payudara
yang berlebihan dapat dihilangkan oleh dokter ahli bedah plastik, untuk menjadikan dada
tampak normal. Hanya sekitar 10% pria XXY yang memerlukan mastektomi. Mastektomi
diindikasikan pada ginekomastia yang menimbulkan tekanan psikologis pada pasien dan
meningkatkan resiko kanker payudara.
2.10. Prognosis
Diagnosis dini dan pengobatan yang cepat dapat membantu seorang lak-laki sindroma
klinefelter untuk hidup seperti laki-laki normal juga dengan tehnik-tehnik tertentu pasien ini
dapat mempunyai anak. Walaupun banyak penyakit dan komplikasi yang berisiko untuk
didapat, namun dengan pengobatan yang teratur resiko ini dapat dikurangkan dan prognosis
akan lebih baik.
14
2.11. Pencegahan
Mencegah klinefelter memang tidak bisa, namun deteksi dini sudah bisa dilakukan walaupun
belum rutin. Dalam beberapa tahun terakhir ini, banyak laku-laki XXY telah didiagnosis
sebelum lahir (prenatal diagnosis) melalui pemeriksaan amniosintesis atau chorionic villus
sampling (CVS). Pada amniosentesis, sampel cairan yang mengeliling janin diambil dan sel-sel
janin yang ada dalam cairan tersebut diperiksa untuk melihat ada tidaknya kelianan kromosom.
CVS mirip dengan amniosentesis, kecuali prosedur ini dilakukan pada trimester pertama dan
sel-sel janin yang ingin diperiksa diambil dari plasenta. Namun demikian, prosedur ini tidak
digunakan secara rutin kecuali bila ada riwayat keluarga cacat genetik, wanita hamil lebih tua
dari 35 tahun, atau ketika ada indikasi medis yang lain
15
BAB III
Penutup
Sindrom Kinefelter merupakan kelainan kromosom seks yang sering ditemukan. Kelainan ini
didapatkan pada laki-laki yang membawa kromosom X tambahan yang menyebabkan
hipogonadisme, defisiensi androgen, dan kerusakan spermatogenesis. Sebagian pasien
menunjukkan semua gejala klasik kelainan ini yakni ginekomastia, testis yang kecil, rambut
tubuh yang jarang, postur tinggi, dan infertil. Sedangkan pasien lainnya tidak menunjukkan
semua gejala ini. Penanganannya terdiri atas terapi sulih testosteron untuk mengoreksi defisiensi
androgen agar pasien mengalami virilisasi yang sesuai. Terapi ini juga memberi efek yang positif
pada perbaikan mood, citra diri, dan terbukti melindungi pasien dari osteoporosis, walaupun
tidak bisa mengembalikan kesuburan. Selain itu pananganan dari aspek dukungan moral, terapi
bicara dan fisik, serta konseling juga sangat penting untuk pasien seperti ini. 6
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Bock R. Understanding Klinefelter syndrome: A guide for XXY males and their families.
National Institute of Child Health & Human Development. Diunduh dari
http://www.nichd.nih.gov/publications/pubs/klinefelter.cfm. 7 November 2013.
2. Klinefelter syndrome. U.S national library of Medicine, National Center for
Biotechnology Information, 1 November 2010. Diunduh dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0001420/ 7 November 2013
3. Klinefelter syndrome. Genetics Home Reference. 30 Aug 2010. Diunduh dari
http://www.ghr.nlm.nih.gov/condition/klinefelter-syndrome. 7 November 2013
4. Chen H. Klinefelter syndrome: Treatment and Medication. eMedicine. March 22, 2010
Diunduh dari : http://emedicine.medscape.com/article/945649-treatment. 7 November 2013
5. Learning about klinefelter syndrome. National human genome research institute, national
institutes of health, 20 July 2010. Diunduh dari http://www.genome.gov/19519068, 7 November
2013
6. Mayo clinic staff. Klinefelter syndrome. 28 Oktober 2010. Diunduh
darihttp://www.mayoclinic.com/health/klinefelter-syndrome/DS01057 7 November 2013
7. Englert C.H. Klinefelter syndorme. Wake Forest University School of Medicine,
Department of Pediatrics, Section on Medical Genetics, Winston-Salem, NC. 11/1/2010 U.S.
Department of Health and Human ServicesNational Institutes of Health. Diunduh dari
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000382.htm 7 November 2013.
8. Adkinson R.L, Brown M.D. Disorders of gender differentiation and sexual development
in Elsevier’s Integrated Genetics 2007. Hal 190-195
9. Suryo. Abnormalitas akibat kelainan kromosom dalam Genetika manusia, Universitas
Gadjah Mada press, cetakan ke 6 tahun 2001. Hal 241-254
10. Okada H, Fujioka H, Tatsumi N, Kanzaki M, Okuda Y, et al. Klinefelter's syndrome in
the male infertility clinic, Oxford Journals Medicine Human Reproduction Volume 14, Issue4
17
Pp. 946-952. 17 JULY 1998, diunduh dari
http://humrep.oxfordjournals.org/content/14/4/946.full 7 November 2013
18