referat pa bronkitis kronik
TRANSCRIPT
Patomekanisme
Bronkitis kronis ditandai dengan batuk dan produksi sputum yang
berlebihan dengan disertai rasa kelelahan/lemah dan tidak nyaman akibat batuk
kronis berdahak tersebut. Penderita dengan bronkitis kronis mengalami
eksaserbasi yang cukup sering sepanjang tahunnya, terutama pada musing saat
musim penghujan atau musim dingin pada negara yang memiliki 4 musim.
Penyebab tersering eksaserbasi adalah infeksi virus pernafasan dan infeksi bakteri,
penyebab lainnya seperti populasi lingkungan, gagal jantung kongesti, emboli
paru, pemberian oksigen yang tidak tepat, obat-obatan seperti narkotik dan lain-
lain (Anzueto;Scaberg, 2003).
Proses yang kompleks merupakan kombinasi berbagai mekanisme adalah
patofisiologis yang bertanggung jawab untuk terjadinya bronkitis kronis. Efek
kombinasi mekanisme tersebut menghasilkan kolonisasi bakteri dan infeksi kronis
yang berkontribusi terhadap kejadian eksaserbasi dan kerusakan mekanisme
pertahanan paru yang berakibat memudahkan terjadinya eksaserbasi dan demikian
seterusnya(Anzueto;Scaberg, 2003).
Inflamasi dan Mekanisme Pertahanan Paru
Berbagai faktor risiko untuk terjadinya bronkitis kronis (merokok, polusi
udara, infeksi berulang, dll) menimbulkan kondisi onflaasi pada bronkus.
Perubahan patologi yang terjadi pada trakea, bronki dan bronkiolus terus sampai
ke saluran nafas kecil (diameter 2-4mm) berupa infiltrasi permukaan epitel jalan
nafas, kelenjar duktus, kelenjar-kelenjar dengan eksudat inflasi (sel dan cairan)
yang didominasi oleh sel T limfosi (CD8+), makrofag dan neutrofil. Proses
inflamasi kronis itu berhubungan dengan metaplasia sel goblet dan sel squamos
dari epitelium, peningkatan ukuran epitel-epitel kelenjar, peningkatan banyak otot
polos dan jaringan penunjang pada dinding jalan nafas, serta degenerasi tulang
rawan jalan nafas. Semua perubahan patologi itu bertanggung jawab terhadap
gejala pada bronkitis kronis dan kemungkinan berkombinasi dengan masalah jalan
nafas perifer dan emfisema (Pillete;Quadhri;Godding, 2001).
Inflamasi melibatkan berbagai sel, mediator dan menimbulkan berbagai
efek. Sel makrofag banyak didapatkan di lumen jalan napas, parenkim paru dalam
cairan kurasan bronkoalveolar (BAL). Makrofag mempunyai peran penting pada
proses inflamasi tersebut. Aktivasi makrofag menghasilkan TNF-α dan berbagai
mediator inflamasi lainnya serta protease sebagai respons terhadap asap rokok dan
polutan. Mediator inflamasi tersebut sebagian bersifat kemokin dan bertanggung
jawab terhadap kemotaktik dan aktivasi sel neutrofil(Pillete;Quadhri;Godding,
2001).
Gambar 1. Sel inflamasi dan mediator yang terlbat pada bronkitis kronis
(Pillete;Quadhri;Godding, 2001)
Selain makrofag, sel limfosit T dan neutrofil berperan pada inflamasi ini
sehingga terjadi berbagai mediator dan sitokin (perforin, granzyme-B, TNF-α oleh
limfosit T dan II-8, LTB4, GM-CSF oleh neutrofil) yang saling berinteraksi dan
menimbulkan proses inflamasi kronis. Neutrofil yang teraktivasi meningkat
terbukti pada sputum dan cairan BAL penderita PPOK ataupun bronkitis kronis
dan semakin meningkat pada saat eksaserbasi akut. Peran nuertrofil pada bronkitis
kronis adalah berkontribusi pada hipersekresi mukus melalui produknya metease-
protease dan juga destruksi parenkim pada PPOK. Neutrofil mengeluarkan
elastase dan proteinase-3 yang merupakan mediator yang poten untuk merangsang
produksi mukus sehingga terlibat dalam hipersekresi mukus yang
kronis(Pillete;Quadhri;Godding, 2001).
MediatorLTB4Il-8-GRO
MCP-1, MIP-
GM-CSFEndotelinSubstance P
SelMakrofag NeutrofilCD8+LimfositEosinofilSel epitelial
Proteinase Neutrofil elastaseCatepsin PrroteinaseMMP
Efek Hipersekresi mukusFribrosisDinding Alveolar destruksi
Mediator inflamasi yang terlibat pada bronkitis kronis, yaitu
(Pillete;Quadhri;Godding, 2001) :
1. Faktor hemotaktik
a. Mediator lipid misalnya LTB4 dan limfosit T menarik neutrofil
b. Kemokin misalnya Il-8 menjad netrofil
2. Sitokin inflamasi misalnya TNF- , IL- , IL-6, meningkatkan proses
inflamasi dan berefek pada inflamasi sistemik.
3. Faktor pertumbuhan misalnya TGF- menimbulkan fibrosis pada
saluran nafas kecil
Mekanisme pertahanan paru/saluran napas yang sangat kompleks meliputi
mekanik, imuniti alamiah, imuniti humoral yang didapat, baik dari saluran napas
atas dan bawah. Selain itu juga melimbatkan mekanisme pertahanan parenkim
(alveoli) dan imuniti selular didapat khususnya pada saluran napas bawah.
Imunoglobulin (Ig) A sekretori merupakan Ig yang berperan pada saluran napas
disebabkan fungsinya sebagai barier pada epitel saluran napas mencegah penetrasi
antigen ke dalam mukosa selain fungsi sebagai antibodi pada umumnya kecuali
tidak untuk merangsang komplemen aktivasi sebagaimana peran IgG. Asap
rokok/polusi udara melemahkan mekanisme pertahanan saluran napas antara lain
melalui pengaruhnya terhadap ekspresi reseptor polimerik Ig yang mengakibatkan
penurunan produksi komponen sekretori juga IgA sekretori dan melemahkan
transport komponen sekretori yang mengakibatkan rendahnya kadar IgAs dalam
lumen saluran napas. Hal itu menyebabkan penurunan mekanisme pertahanan
saluran napas menimbulkan mudahnya kolonisasi bakteri menimbulkan refluks
neutrofil dan degradasi IgAs oleh neutrofil maupun produk-produk bakteri.
Sehingga kejadian menimbulkan inflamasi, juga semakin melemahkan mekanisme
pertahanan, memudahkan infeksi kronis dan meningkatkan jumlah neutrofil dan
seterusnya (Pillete;Quadhri;Godding, 2001).
Mekanisme Kerusan Paru pada Bronkitis Kronis
Mekanisme hipersekresi mucus disebabkan pada kelenjar-kelenjar besar
yang memproduksi mukus dan peningkatan banyaknya sel goblet akibat pengaruh
mediator- mediator inflamasi. Leukotrien, protease, neuropeptida dapat
menyebabkan sekresi mukus. Iritasi anata lain yang disebabkan asap rokok
menyebabkan peningkatan sel-sel sekretori dan hiperplasia mukus
(Pillete;Quadhri;Godding, 2001).
Penyempitan jalan napas merupakan hasil dari berbagai mekanisme seperti
edema mukosa jalan napas akibat inflamasi, banyaknya mukus pada saluran napas
kecil dan metaplasi sel goblet serta fibrosis saluran napas kecil sebagai dampak
inflamasi. Kerusakan pada saluran napas kecil baik secara langsung akibat zat-zat
yang dihirup maupun secara tak langsung akibat mediator-mediator inflamasi.
Epitelium jalan napas mempunyai kemampuan untuk melakukan perbaikan yang
berdampak pada perubahan anatomi dan fugnsi jalan napas. Proses perbaikan
jaringan menimbulkan fibrosis matriks ekstraselular atau jaringan ikat sehingga
terjadi penyempitan jalan napas(Pillete;Quadhri;Godding, 2001).
Fibrosis peribronkial seperti proses fibrosis pada inflamasi lazimnya
ditandai dengan akumulasi sel-sel mesenkimal (fibroblast dan miofibroblas)
bersama matriks ekstraselular jaringan penunjang. Mediator-mediator inflamasi
seperti TGF-β, endotelin 1, IGF-1, fibronektin, platelet-derived growth factor
(PDGF) dan lain-lain memperantarai akumulasi sel-sel mesenkimal tersebut.
Selain itu inflamasi, sel fagosit mononuklear dan sel epitel menghasilkan
mediator-mediator yang berperan pada proses fibrosis (Pillete;Quadhri;Godding,
2001).
Patofisiologi Bronkits Kronis
Perubahan struktur pada paru menimbulkan perubahan fisiologik yang
merupakan karakteristik bronkitis kronis seperti batuk kronik, sputum produksi,
obstruksi jalan napas, gangguan pertukaran gas, hipertensi pulmonal dan kor-
pulmonale (NHLBI, 2001).
Akibat perubahan bronkiolus dan elveoli terjadi gangguan pertukaran gas
yang menimbulkan 2 masalah yang serius yaitu (NHLBI, 2001):
1. Aliran darah dan aliran udara ke dinding alveoli yang tidak sesuai
(mismatched). Sebagian tempat (alveoli) terdapat adekuat aliran darah
tetapi sangat sedikit aliran udara dan sebagian tempat lain sebaliknya
2. Performance yang menurun dari pompa respirasi terutama otot-otot
respirasi sehingga terjadi overinflasi dan penyempitan jalan napas,
menimbulkan hipoventilasi dan tidak cukupnya udara ke alveoli
menyebabkan CO2 darah meningkat dan O2 dalam darah berkurang.
Mekanisme patofisiologik yang bertanggung jawab pada bronkitis kronis
sangat kompleks, berawal dari rangsang toksik pada jalan napas menimbulkan 4
hal besar seperti inflamasi jalan napas, hipersekresi mukus, disfungsi silia dan
rangsangan refleks vagal saling mempengaruhi dan berinteraksi menimbulkan
suatu proses yang sangat kompleks(NHLBI, 2001).
Gambar 2. Mekanisme patofisiologi Bronkitis
Kronik (NHLBI, 2001)
Vicious Circle
Infeksi jalan nafas diduga merupakan penyebab penting terjadinya
perburukan pada bronkitis kronis. Hipotesis Vicoious circle mengatakan pada
bronkits kronis dengan mengungkapkan pada bronkitis kronis dengan
mengungkapkan kerusakan jalan nafas akibat infeksi kronik dan kolonisasi bakteri
adalah melalui pelepasan mediator inflamasi yang terus menerus. Kondisi tersebut
Rangsangan Toksik
Disfungsi silia Inflamasi Hipersekresi Reflek vegal
Infeksi
Emfisema Sekresi bronkial meningkat
Tonus bronkomotor
meningkat
Obstruksi bronkial
melemahkan pertahanan paru dan menyebabkan persisten infeksi sehingga
menyebabkan persisten infeksi sehingga menyebabkan inflamasi kronis dengan
konsekuensi penurunan fungsi paru secara progesif. Kondisi ini sebagai lingkaran
setan atau lingkaran yang tidak jelas ujungnya (GOLD, 2006).
Gambar 3. Hubungan kerusakan paru dan persistensi infeksi pada bronkitis kronis
(GOLD, 2006)
Faktor inisial (merokok, penyakit pernafasaan saat usia anak-anak)
Melemahya bersihan mukosilier
Eksernasi akut
Kerusakan epitel jalan nafas
Kolonisasi bakteri
Produk-produk bakteri Respon inflamasi
Keseimbangan Elastase-
antielastase
Progesif bronkitis
kronis
Peningkatan aktivasi elastolitik
PMN (respon imun selular)
Produksi mukus Fungsi silia menurunIgAs menurun
Enzim proteinase Radikal oksigen
Kerusakan silia, epitel, rheologi mukus
Infeksi merupakan penyebab utama eksaserbasi yang tersering pada
bronkitis kronis disebabkan kondisi kerusakan paru seperti yang telah di jelaskan
pada gambar, baik infeksi pernafasan akibat virus maupun bakter aatau kombinasi
keduanya. Pemutusan mata rantai lingkaran tersebut melalui pengobatan uang
adekuat dengan menurunkan kolonisasi serendah mungkin dan menghentikan
produk-produk bakteri serta secara tidak langsung menurunkan mediator-mediator
inflamasi merupakan salah satu solusi yang baik (GOLD, 2006).
Gambar 4. Vicious circle dari infeksi dan inflamasi pada bronkitis kronis (GOLD,
2006)
Penegakan Diagnosis
1. Anamnesis (Sutoyo DK, 2009)
a. Batuk dengan dahak/batuk produktif dalam jumlah banyak, dimulai
batuk-batuk pagi hari dan makin lama makin berat. Timbul pada siang
hari maupun malam hari, penderita mengalami gangguan tidur.
Sedikitnya batuk timbul dalam waktu 3 bulan dalam setahun selama 2
tahun berturut-turut.
Kolonisasi mikrobial
Infeksi asap rokok
Pertahanan lokal melemah
Kerusakan jaringan
Inflamasi
b. Dahak, sputum putih / mukoid. Bila pada infeksi menjadi purulen atau
mukopurulen dan kental. Pada serangan akut (eksaserbasi), kadang dapat
dijumpai batuk berdarah.
c. Sesak bila ditemukan infeksi, sesak nafas akan bertambah kadang-kadang
disertai tanda-tanda payah jatung.
d. Kadang kala dijumpai suara mengi.
Secara klinis, Bronkitis kronis terbagi menjadi 3 jenis, yaitu (Sutoyo DK,
2009):
1. Bronkitis kronis ringan (simple chronic bronchitis), ditandai dengan
batuk berdahak dan keluhan lain yang ringan.
2. Bronkitis kronis mukopurulen (chronic mucopurulent bronchitis),
ditandai dengan batuk berdahak kental, purulen (berwarna kekuningan).
3. Bronkitis kronis dengan penyempitan saluran napas (chronic bronchitis
with obstruction), ditandai dengan batuk berdahak yang disertai dengan
sesak napas berat dan suara mengi.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada stadium ini tidak ditemukan kelainan fisik. Hanya kadang-
kadang terdengar ronchi pada waktu ekspirasi dalam. Bila sudah ada keluhan
sesak, akan terdengar ronchi pada waktu ekspirasi maupun inspirasi disertai
bising mengi. Juga didapatkan tanda-tanda overinflasi paru seperti barrel
chest, kifosis, pada perkusi terdengar hipersonor, peranjakan hati mengecil,
batas paru hati lebih ke bawah, pekak jantung berkurang, suara nafas dan
suara jantung lemah, kadang-kadang disertai kontraksi otot-otot pernafasan
tambahan. Khas pada bronkitis kronis penampilan blue bloater gambaran
menunjukan penderita gemuk sianosis, terdapat edema tungkai dan ronchi
basah di basal paru, sianosis central dan perifer (Sutoyo DK, 2009).
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan radiologis (Sutoyo DK, 2009)
Tubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis yang
paralel, keluar dari hilus menuju apeks paru. Bayangan tersebut adalah
bayangan bronchus yang menebal, corak paru bertambah. Pemeriksaan
laboratorium patologi menunjukkan adanya infiltrasi mukosa oleh
limfosit dan leukosit mononuklear, corakan bronko vaskuler bertambah
21% kasus.
Pemeriksaan darah : Leukosit > 17.500
b. Pemeriksaan fungsi paru(Sutoyo DK, 2009)
1) FEV1 (FEV1 : menurun 4,8 liter).
3,1 liter, KV (kapasitas vital) : menurun (normal 1,2 liter)).
1,1 liter, VR (volume residu) : bertambah (normal))
2) KTP (kapasitas total paru) : normal (normal 6,0 liter)).
3) KRF (kapasitas residu fungsional) : sedikit naik atau normal
(normal 2,2 liter). 1,8 liter.
c. Analisa gas darah (Sutoyo DK, 2009)
Pa O2 : rendah (normal 25 – 100 mmHg)
Pa CO2 : tinggi (normal 36 – 44 mmHg).
Saturasi hemoglobin menurun.
Eritropoesis bertambah.
Daftar Pustaka
Anzueto AR, Schaberg T, 2003. Acute exacerbation of Chronic bronchitis. London. Science Press Ltd.
Pillette C, Quadrhiri Y, Godding V, Vaerman JP, Sibille Y, 2001. Lung Mucosal Immunity : Immunoglobulin-A revisited. Eur Respir J; 18 : 571-88
NHLBI, 2001. Pathogenesis, Pathology and Pathophysiology. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. Global strategy for the diagnosis, management and Prevention of COPD. NHLBI/WHO Report. NHLBI.
Global Initiative for chronis obstructive lung disease (GOLD), 2006. Global strategy for the diagnosis, management and prevention of COPD.
Sutoyo DK, 2009. Bronkitis Kronik dan Lingkarang yang tak Berujung Pangkal. Di unduh : http://http//jurnalrespirologi.org/jurnal/Jan09/File%20dr.%20Titi
%20JRI.pdf