laporan pendahuluan bronkitis

32
LAPORAN PENDAHULUAN BRONKITIS I. DEFINISI Bronkitis adalah suatu peradangan pada saluran bronkial atau bronki. Peradangan tersebut disebabkan oleh virus, bakteri, merokok, atau polusi udara (Samer Qarah, 2007). Bronkitis akut adalah batuk dan kadang-kadang produksi dahak tidak lebih dari tiga minggu (Samer Qarah, 2007). Bronkitis kronis adalah batuk disertai sputum setiap hari selama setidaknya 3 bulan dalam setahun selama paling sedikit 2 tahun berturut-turut. Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulang-ulang minimal selama 3 bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut pada pasien yang diketahui tidak terdapat penyebab lain (Perawatan Medikal Bedah 2, 1998, hal : 490). Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius.

Upload: ecca-ajjah-part-iii

Post on 15-Jan-2016

83 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

lp

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PENDAHULUAN BRONKITIS

LAPORAN PENDAHULUAN BRONKITIS

I.             DEFINISI

  Bronkitis adalah suatu peradangan pada saluran bronkial atau bronki. Peradangan tersebut

disebabkan oleh virus, bakteri, merokok, atau polusi udara (Samer Qarah, 2007).

  Bronkitis akut adalah batuk dan kadang-kadang produksi dahak tidak lebih dari tiga minggu

(Samer Qarah, 2007).

  Bronkitis kronis adalah batuk disertai sputum setiap hari selama setidaknya 3 bulan dalam setahun

selama paling sedikit 2 tahun berturut-turut.

  Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulang-ulang minimal selama 3

bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut pada pasien yang diketahui tidak

terdapat penyebab lain (Perawatan Medikal Bedah 2, 1998, hal : 490).

Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada

penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru)

dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius.

Macam-macam Bronchitis

Bronchitis terbagi menjadi 2 jenis sebagai berikut.

       Bronchitis akut. Yaitu, bronchitis yang biasanya datang dan sembuh hanya dalam waktu 2

hingga 3 minggu saja. Kebanyakan penderita bronchitis akut akan sembuh total tanpa masalah

yang lain.

Page 2: LAPORAN PENDAHULUAN BRONKITIS

       Bronchitis kronis. Yaitu, bronchitis yang biasanya datang secara berulang-ulang dalam jangka

waktu yang lama. Terutama, pada perokok. Bronchitis kronis ini juga berarti menderita batuk

yang dengan disertai dahak dan diderita selama berbulan-bulan hingga tahunan.

II.          ETIOLOGI

1. Merokok merupakan satu-satunya penyebab kausal yang terpenting. Peningkatan resiko mortalitas akibat bronkitis hampir berbanding lurus dengan jumlah rokok yang dihisap setiap hari (Rubenstein, et al., 2007).

2. Polusi udara yang terus menerus juga merupakan predisposisi infeksi rekuren karena polusi memperlambat aktivitas silia dan fagositosis. Zat-zat kimia yang dapat juga menyebabkan bronkitis adalah O2, N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.

3. Infeksi. Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah Hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie dan organisme lain seperti Mycoplasma pneumonia.

4. Defisiensi alfa-1 antitripsin adalah gangguan resesif yang terjadi pada sekitar 5% pasien emfisema (dan sekitar 20% dari kolestasis neonatorum) karena protein alfa-1 antitripsin ini memegang peranan penting dalam mencegah kerusakan alveoli oleh neutrofil elastase (Rubenstein, et al., 2007).

5. Terdapat hubungan dengan kelas sosial yang lebih rendah dan lingkungan industri banyak paparan debu, asap (asam kuat, amonia, klorin, hidrogen sufilda, sulfur dioksida dan bromin), gas-gas kimiawi akibat kerja.

6. Riwayat infeksi saluran napas. Infeksi saluran pernapasan bagian atas pada penderita bronkitis hampir selalu menyebabkan infeksi paru bagian bawah, serta menyebabkan kerusakan paru bertambah.

Bronkhitis kronis dapat merupakan komplikasi kelainan patologik pada beberapa alat tubuh,

yaitu:

a.       Penyakit jantung menahun, yang disebabkan oleh kelainan patologik pada katup maupun

miokardia. Kongesti menahun pada dinding bronkhus melemahkan daya tahan sehingga infeksi

bakteri mudah terjadi.

b.   Infeksi sinus paranasalis dan rongga mulut, area infeksi merupakan cumber bakteri yang dapat

menyerang dinding bronkhus.

c.    Dilatasi bronkhus (bronkInektasi), menyebabkan gangguan susunan dan fungsi dinding bronkhus

sehingga infeksi bakteri mudah terjadi.

Page 3: LAPORAN PENDAHULUAN BRONKITIS

d.   Rokok dapat menimbulkan kelumpuhan bulu getar selaput lendir bronkhus sehingga drainase

lendir terganggu. Kumpulan lendir tersebut merupakan media yang baik untuk pertumbuhan

bakteri.

III.       PATOFISIOLOGI

Serangan bronkhitis akut dapat timbul dalam serangan tunggal atau dapat timbul kembali

sebagai eksaserbasi akut dari bronkhitis kronis. Pada umumnya, virus merupakan awal dari

serangan bronkhitis akut pada infeksi saluran napas bagian atas. Dokter akan mendiagnosis

bronkhitis kronis jika pasien mengalami batuk atau mengalami produksi sputum selama kurang

lebih tiga bulan dalam satu tahun atau paling sedikit dalam dua tahun berturut-turut.

Serangan bronkhitis disebabkan karena tubuh terpapar agen infeksi maupun non infeksi

(terutama rokok). Iritan (zat yang menyebabkan iritasi) akan menyebabkan timbulnya respons

inflamasi yang akan menyebabkan vasodilatasi, kongesti, edema mukosa, dan bronkospasme.

Tidak seperti emfisema, bronkhitis lebih memengaruhi jalan napas kecil dan besar dibandingkan

alveoli. Dalam keadaan bronkhitis, aliran udara masih memungkinkan tidak mengalami

hambatan.

Pasien dengan bronkhitis kronis akan mengalami:

a.    Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronkhus besar sehingga meningkatkan

produksi mukus.

b.    Mukus lebih kental

c.    Kerusakan fungsi siliari yang dapat menunjukkan mekanisme pembersihan mukus.

Pada keadaan normal, paru-paru memiliki kemampuan yang disebut mucocilliary defence,

yaitu sistem penjagaan paru-paru yang dilakukan oleh mukus dan siliari. Pada pasien dengan

bronkhitis akut, sistem mucocilliary defence paru-paru mengalami kerusakan sehingga lebih

mudah terserang infeksi. Ketika infeksi timbul, kelenjar mukus akan menjadi hipertropi dan

hiperplasia (ukuran membesar dan jumlah bertambah) sehingga produksi mukus akan meningkat.

infeksi juga menyebabkan dinding bronkhial meradang, menebal (sering kali sampai dua kali

ketebalan normal), dan mengeluarkan mukus kental. Adanya mukus kental dari dinding

bronkhial dan mukus yang dihasilkan kelenjar mukus dalam jumlah banyak akan menghambat

beberapa aliran udara kecil dan mempersempit saluran udara besar. Bronkhitis kronis mula-mula

Page 4: LAPORAN PENDAHULUAN BRONKITIS

hanya memengaruhi bronkhus besar, namun lambat laun akan memengaruhi seluruh saluran

napas.

Mukus yang kental dan pembesaran bronkhus akan mengobstruksi jalan napas terutama

selama ekspirasi. Jalan napas selanjutnya mengalami kolaps dan udara terperangkap pada bagian

distal dari paru-paru. Obstruksi ini menyebabkan penurunan ventilasi alveolus, hipoksia, dan

acidosis. Pasien mengalami kekurangan 02, iaringan dan ratio ventilasi perfusi abnormal timbul,

di mana terjadi penurunan PO2 Kerusakan ventilasi juga dapat meningkatkan nilai PCO,sehingga

pasien terlihat sianosis. Sebagai kompensasi dari hipoksemia, maka terjadi polisitemia (produksi

eritrosit berlebihan).

Pada saat penyakit bertambah parah, sering ditemukan produksi sejumlah sputum yang

hitam, biasanya karena infeksi pulmonari. Selama infeksi, pasien mengalami reduksi pada FEV

dengan peningkatan pada RV dan FRC. Jika masalah tersebut tidak ditanggulangi, hipoksemia

akan timbul yang akhirnya menuiu penyakit cor pulmonal dan CHF (Congestive Heart Failure).

IV.       TANDA DAN GEJALA

Gejalanya berupa:

      Batuk, mulai dengan batuk – batuk pagi hari, dan makin lama batuk makin berat, timbul siang

hari maupun malam hari, penderita terganggu tidurnya.

Batuk pada bronchitis mempunyai ciri antara lain batuk produktif berlangsung kronik dan

frekuensi mirip seperti pada bronchitis kronis, jumlah seputum bervariasi, umumnya jumlahnya

banyak terutama pada pagi hari sesudah ada perubahan posisi tidur atau bangun dari tidur. Kalau

tidak ada infeksi skunder sputumnya mukoid, sedang apabila terjadi infeksi sekunder sputumnya

purulen, dapat memberikan bau yang tidak sedap. Apabila terjadi infeksi sekunder oleh kuman

anaerob, akan menimbulkan sputum sangat berbau, pada kasus yang sudah berat, misalnya pada

saccular type bronchitis, sputum jumlahnya banyak sekali, puruen, dan apabila ditampung

beberapa lama, tampak terpisah menjadi 3 bagianLapisan teratas agak keruh, Lapisan tengah

jernih, terdiri atas saliva ( ludah )Lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis

dari bronkus yang rusak ( celluler debris ).

      Dahak, sputum putih/mukoid. Bila ada infeksi, sputum menjadi purulen atau mukopuruen dan

kental.

Page 5: LAPORAN PENDAHULUAN BRONKITIS

      Sesak bila timbul infeksi, sesak napas akan bertambah, kadang – kadang disertai tanda – tanda

payah jantung kanan, lama kelamaan timbul kor pulmonal yang menetap.

Pada sebagian besar pasien ( 50 % kasus ) ditemukan keluhan sesak nafas. Timbul dan beratnya

sesak nafas tergantung pada seberapa luasnya bronchitis kronik yang terjadi dan seberapa jauh

timbulnya kolap paru dan destruksi jaringan paru yang terjadi sebagai akibat infeksi berulang

( ISPA ), yang biasanya menimbulkan fibrosis paru dan emfisema yang menimbulkan sesak

nafas. Kadang ditemukan juga suara mengi ( wheezing ), akibat adanya obstruksi bronkus.

Wheezing dapat local atau tersebar tergantung pada distribusi kelainannya

sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan

sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu)

bengek

lelah

pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan

wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan

pipi tampak kemerahan

sakit kepala

gangguan penglihatan.

Bronkitis infeksiosa seringkali dimulai dengan gejala seperti pilek, yaitu hidung meler, lelah,

menggigil, sakit punggung, sakit otot, demam ringan dan nyeri tenggorokan. Batuk biasanya

merupakan tanda dimulainya bronkitis. Pada awalnya batuk tidak berdahak, tetapi 1-2 hari

kemudian akan mengeluarkan dahak berwarna putih atau kuning. Selanjutnya dahak akan

bertambah banyak, berwarna kuning atau hijau.

Pada bronkitis berat, setelah sebagian besar gejala lainnya membaik, kadang terjadi demam

tinggi selama 3-5 hari dan batuk bisa menetap selama beberapa minggu. Sesak nafas terjadi jika

saluran udara tersumbat. Sering ditemukan bunyi nafas mengi, terutama setelah batuk. Bisa

terjadi pneumonia.

Page 6: LAPORAN PENDAHULUAN BRONKITIS

V.          PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Sinar x dadaDapat menyatakan hiperinflasi paru – paru, mendatarnya diafragma, peningkatan area udara retrosternal, hasil normal selama periode remisi.  Tes fungsi paruUntuk menentukan penyebab dispnoe, melihat obstruksi, memperkirakan derajat disfungsi.  TLC                 : Meningkat.  Volume residu : Meningkat.  FEV1/FVC     : Rasio volume meningkat.  GDA               : PaO2 dan PaCO2 menurun, pH Normal.  BronchogramMenunjukkan di latasi silinder bronchus saat inspirasi, pembesaran duktus mukosa.  Sputum            : Kultur untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi patogen.  EKG                : Disritmia atrial, peninggian gelombang P pada lead II, III, AVF

VI.       KOMPLIKASI

Ada beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai pada pasien, antara lain :

a.       Bronchitis kronik

b.      Pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis, bronchitis sering mengalami infeksi berulang

biasanya sekunder terhadap infeksi pada saluran nafas bagian atas. Hal ini sering terjadi pada

mereka drainase sputumnya kurang baik.

c.       Pleuritis. Komplikasi ini dapat timbul bersama dengan timbulnya pneumonia. Umumnya

pleuritis sicca pada daerah yang terkena.

d.      Efusi pleura atau empisema

e.       Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman penyebab infeksi supuratif pada bronkus.

Sering menjadi penyebab kematian

Page 7: LAPORAN PENDAHULUAN BRONKITIS

f.        Haemaptoe terjadi kerena pecahnya pembuluh darah cabang vena ( arteri pulmonalis ) , cabang

arteri ( arteri bronchialis ) atau anastomisis pembuluh darah. Komplikasi haemaptoe hebat dan

tidak terkendali merupakan tindakan beah gawat darurat.

g.      Sinusitis merupakan bagian dari komplikasi bronchitis pada saluran nafas

h.      Kor pulmonal kronik pada kasus ini bila terjadi anastomisis cabang-cabang arteri dan vena

pulmonalis pada dinding bronkus akan terjadi arterio-venous shunt, terjadi gangguan oksigenasi

darah, timbul sianosis sentral, selanjutnya terjadi hipoksemia. Pada keadaan lanjut akan terjadi

hipertensi pulmonal, kor pulmoner kronik,. Selanjutnya akan terjadi gagal jantung kanan.

i.        Kegagalan pernafasan merupakan komlikasi paling akhir pada bronchitis yang berat da luas

j.        Amiloidosis keadaan ini merupakan perubahan degeneratif, sebagai komplikasi klasik dan

jarang terjadi. Pada pasien yang mengalami komplikasi ini dapat ditemukan pembesaran hati dan

limpa serta proteinurea.

VII.    PENATALAKSANAAN MEDIS

Untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada penderita dewasa bisa

diberikan aspirin atau acetaminophen; kepada anak-anak sebaiknya hanya diberikan

acetaminophen. Dianjurkan untuk beristirahat dan minum banyak cairan.

Antibiotik diberikan kepada penderita yang gejalanya menunjukkan bahwa penyebabnya

adalah infeksi bakteri (dahaknya berwarna kuning atau hijau dan demamnya tetap tinggi) dan

penderita yang sebelumnya memiliki penyakit paru-paru. Kepada penderita dewasa diberikan

trimetoprim-sulfametoksazol, tetracyclin atau ampisilin. Erythromycin diberikan walaupun

dicurigai penyebabnya adalah Mycoplasma pneumoniae. Kepada penderita anak-anak diberikan

amoxicillin. Jika penyebabnya virus, tidak diberikan antibiotik.

Jika gejalanya menetap atau berulang atau jika bronkitisnya sangat berat, maka dilakukan

pemeriksaan biakan dari dahak untuk membantu menentukan apakah perlu dilakukan

penggantian antibiotik.

a.       Pengelolaan umum

a)      Pengelolaan umum ditujukan untuk semua pasien bronchitis,  meliputi :

Menciptakan lingkungan yang baik dan tepat untuk pasien :

Contoh :

   Membuat ruangan hangat, udara ruangan kering.

Page 8: LAPORAN PENDAHULUAN BRONKITIS

   Mencegah / menghentikan rokok

   Mencegah / menghindari debu,asap dan sebagainya.

b)      Memperbaiki drainase secret bronkus, cara yang baik untuk dikerjakan adalah sebagai berikut :

Melakukan drainase postural

Pasien dilelatakan dengan posisi tubuh sedemikian rupa sehingga dapat dicapai drainase sputum

secara maksimum. Tiap kali melakukan drainase postural dilakukan selama 10 – 20 menit, tiap

hari dilakukan 2 sampai 4 kali. Prinsip drainase postural ini adalah usaha mengeluarkan sputum (

secret bronkus ) dengan bantuan gaya gravitasi. Posisi tubuh saat dilakukan drainase postural

harus disesuaikan dengan letak kelainan bronchitisnya, dan dapat dibantu dengan tindakan

memberikan ketukan padapada punggung pasien dengan punggung jari.

Mencairkan sputum yang kental

Dapat dilakukan dengan jalan, misalnya inhalasi uap air panas, mengguanakan obat-obat

mukolitik dan sebagainya.

Mengatur posisi tepat tidur pasien Sehingga diperoleh posisi pasien yang sesuai untuk

memudahkan drainase sputum.

Mengontrol infeksi saluran nafas.

Adanya infeksi saluran nafas akut ( ISPA ) harus diperkecil dengan jalan mencegah penyebaran

kuman, apabila telah ada infeksi perlu adanya antibiotic yang sesuai agar infeksi tidak

berkelanjutan.

b.      Pengelolaan khusus.

   Kemotherapi pada bronchitis

Kemotherapi dapat digunakan secara continue untuk mengontrol infeksi bronkus ( ISPA ) untuk

pengobatan aksaserbasi infeksi akut pada bronkus/paru atau kedua-duanya digunakan

Kemotherapi menggunakan obat-obat antibiotic terpilih, pemkaian antibiotic antibiotic sebaikya

harus berdasarkan hasil uji sensivitas kuman terhadap antibiotic secara empiric.

Walaupun kemotherapi jelas kegunaannya pada pengelolaan bronchitis, tidak pada setiap

pasien harus diberikan antibiotic. Antibiotik diberikan jika terdapat aksaserbasi infeki akut,

antibiotic diberikan selama 7-10 hari dengan therapy tunggal atau dengan beberapa antibiotic,

sampai terjadi konversi warna sputum yang semula berwarna kuning/hijau menjadi mukoid

( putih jernih ). Kemotherapi dengan antibiotic ini apabila berhasil akan dapat mengurangi gejala

batuk, jumlah sputum dan gejala lainnya terutama pada saat terjadi aksaserbasi infeksi akut,

Page 9: LAPORAN PENDAHULUAN BRONKITIS

tetapi keadaan ini hanya bersifat sementara. Drainase secret dengan bronkoskop. Cara ini penting

dikerjakan terutama pada saat permulaan perawatan pasien. Keperluannya antara lain:

o   Menentukan dari mana asal secret

o   Mengidentifikasi lokasi stenosis atau obstruksi bronkus

o   Menghilangkan obstruksi bronkus dengan suction drainage daerah obstruksi.

         Pengobatan simtomatik

Pengobatan ini diberikan jika timbul simtom yang mungkin mengganggu atau mebahayakan

pasien.

         Pengobatan obstruksi bronkus

Apabila ditemukan tanda obstruksi bronkus yang diketahui dari hasil uji faal paru (%FEV 1 <

70% ) dapat diberikan obat bronkodilator.

         Pengobatan hipoksia.

Pada pasien yang mengalami hipoksia perlu diberikan oksigen.

         Pengobatan haemaptoe.

Tindakan yang perlu segera dilakukan adalah upaya menghentikan perdarahan. Dari berbagai

penelitian pemberian obat-obatan hemostatik dilaporkan hasilnya memuaskan walau sulit

diketahui mekanisme kerja obat tersebut untuk menghentikan perdarahan.

         Pengobatan demam.

Pada pasien yang mengalami eksaserbasi inhalasi akut sering terdapat demam, lebih-lebih kalau

terjadi septikemi. Pada kasus ini selain diberikan antibiotic perlu juga diberikan obat antipiretik.

         Pengobatan pembedahan

Tujuan pembedahan : mengangkat ( reseksi ) segmen/ lobus paru yang terkena.

o   Indikasi pembedahan :

Pasien bronchitis yang yang terbatas dan resektabel, yang tidak berespon yang tidak berespon

terhadap tindakan-tindakan konservatif yang adekuat. Pasien perlu dipertimbangkan untuk

operasi

Pasien bronchitis yang terbatas tetapi sering mengaami infeksi berulang atau haemaptoe dari

daerakh tersebut. Pasien dengan haemaptoe massif seperti ini mutlak perlu tindakan operasi.

o   Kontra indikasi

Pasien bronchitis dengan COPD, Pasien bronchitis berat, Pasien bronchitis dengan koplikasi kor

pulmonal kronik dekompensasi.

Page 10: LAPORAN PENDAHULUAN BRONKITIS

o   Syarat-ayarat operasi.

-          Kelainan ( bronchitis ) harus terbatas dan resektabel

-          Daerah paru yang terkena telah mengalami perubahan ireversibel

-          Bagian paru yang lain harus masih baik misalnya tidak ada bronchitis atau bronchitis kronik.

o   Cara operasi.

-          Operasi elektif : pasien-pasien yang memenuhi indikasi dan tidak terdaat kontra indikasi, yang

gagal dalam pengobatan konservatif dipersiapkan secara baik utuk operasi. Umumnya operasi

berhasil baik apabila syarat dan persiapan operasinya baik.

-          Operasi paliatif : ditujukan pada pasien bronchitis yang mengalami keadaan gawat darurat paru,

misalnya terjadi haemaptoe masif ( perdarahan arterial ) yang memenuhi syarat-syarat dan tidak

terdapat kontra indikasi operasi.

o   Persiapan operasi :

-          Pemeriksaan faal paru : pemeriksaan spirometri,analisis gas darah, pemeriksaan

broncospirometri ( uji fungsi paru regional )

-          Scanning dan USG

-          Meneliti ada atau tidaknya kontra indikasi operasi pada pasien Memperbaiki keadaan umum

pasien.

VIII. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Data dasar pengkajian pada pasien dengan bronchitis :

        Aktivitas/istirahat

Gejala     : Keletihan, kelelahan, malaise, Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari–hari,

Ketidakmampuan untuk tidur, Dispnoe pada saat istirahat.

Tanda     : Keletihan, Gelisah, insomnia, Kelemahan umum/kehilangan massa otot.

        Sirkulasi

Gejala     : Pembengkakan pada ekstremitas bawah.

Tanda     : Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat, Distensi

vena leher, Edema dependent, Bunyi jantung redup, Warna kulit/membran mukosa

normal/cyanosis Pucat, dapat menunjukkan anemi.

         Integritas Ego

Page 11: LAPORAN PENDAHULUAN BRONKITIS

Gejala     : Peningkatan faktor resiko Perubahan pola hidup

Tanda     : Ansietas, ketakutan, peka rangsang.

        Makanan/cairan

Gejala     : Mual/muntah, Nafsu makan buruk/anoreksia, Ketidakmampuan untuk makan,

Penurunan berat badan, peningkatan berat badan.

Tanda     : Turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat, Penurunan berat badan, palpitasi

abdomen.

        Hygiene

Gejala     : Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan.

Tanda     : Kebersihan buruk, bau badan.

        Pernafasan

Gejala     : Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama minimun 3 bulan berturut

– turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun, Episode batuk hilang timbul.

Tanda     : Pernafasan biasa cepat, Penggunaan otot bantu pernafasan,

Bentuk barel chest, gerakan diafragma minimal, Bunyi nafas ronchi, Perkusi hyperresonan pada

area paru, Warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku, abu – abu keseluruhan.

        Keamanan

Gejala : Riwayat reaksi alergi terhadap zat/faktor lingkungan, Adanya/berulangnya infeksi.

        Seksualitas

Gejala : Penurunan libido.

         Interaksi sosial.

Gejala : Hubungan ketergantungan, Kegagalan dukungan/terhadap pasangan/orang dekat,

Penyakit lama/ketidakmampuan membaik.

Tanda : Ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena distress pernafasan, Keterbatasan

mobilitas fisik, Kelalaian hubungan dengan anggota keluarga lain.

IX.       DIAGNOSA KEPERAWATAN

1)         Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.

2)         Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme

bronchus.

3)         Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.

Page 12: LAPORAN PENDAHULUAN BRONKITIS

4)         Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe, anoreksia,

mual muntah.

5)         Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses penyakit kronis.

6)         Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.

7)         Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

8)         Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan

perawatan dirumah.

X.          RENCANA KEPERAWATAN

NODIAGNOSAKEPERAWATAN

TUJUAN DAN CRITERIA HASIL (NOC)

INTERVENSI (NIC)

1 Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif

Definisi : Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas.

Batasan Karakteristik :        Dispneu, Penurunan suara nafas        Orthopneu        Cyanosis        Kelainan suara nafas (rales,

wheezing)        Kesulitan berbicara        Batuk, tidak efekotif atau tidak ada        Mata melebar        Produksi sputum        Gelisah        Perubahan frekuensi dan irama

nafas

Faktor-faktor yang berhubungan:         Lingkungan : merokok, menghirup

asap rokok, perokok pasif-POK, infeksi

        Fisiologis : disfungsi neuromuskular, hiperplasia dinding bronkus, alergi jalan nafas, asma.

        Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya jalan nafas buatan, sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan

NOC :   Respiratory status : Ventilation  Respiratory status : Airway

patency  Aspiration Control

Kriteria Hasil :  Mendemonstrasikan batuk

efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

  Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)

  Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan nafas

NIC :Airway suction

Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning

 Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning.

Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning

Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan.

Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal

Gunakan alat yang steril sitiap melakukan tindakan

Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan dari nasotrakeal

Monitor status oksigen pasien Ajarkan keluarga bagaimana cara

melakukan suksion Hentikan suksion dan berikan oksigen

apabila pasien menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi O2, dll.

Airway Management       Buka jalan nafas, guanakan teknik

chin lift atau jaw thrust bila perlu       Posisikan pasien untuk

memaksimalkan ventilasi       Identifikasi pasien perlunya

pemasangan alat jalan nafas buatan        Pasang mayo bila perlu       Lakukan fisioterapi dada jika perlu

Page 13: LAPORAN PENDAHULUAN BRONKITIS

nafas.        Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

       Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

       Lakukan suction pada mayo       Berikan bronkodilator bila perlu       Berikan pelembab udara Kassa

basah NaCl Lembab       Atur intake untuk cairan

mengoptimalkan keseimbangan.       Monitor respirasi dan status O2

2 Gangguan Pertukaran gas

Definisi : Kelebihan atau kekurangan dalam oksigenasi dan atau pengeluaran karbondioksida di dalam membran kapiler alveoli

Batasan karakteristik : Gangguan penglihatan Penurunan CO2 Takikardi Hiperkapnia Keletihan somnolen Iritabilitas Hypoxia kebingungan Dyspnoe nasal faring AGD Normal sianosis warna kulit abnormal (pucat, kehitaman) Hipoksemia hiperkarbia sakit kepala ketika bangunfrekuensi dan kedalaman nafas abnormal

Faktor faktor yang berhubungan : ketidakseimbangan perfusi ventilasi perubahan membran kapiler-alveolar

NOC :  Respiratory Status : Gas

exchange  Respiratory Status : ventilation  Vital Sign Status

Kriteria Hasil :   Mendemonstrasikan

peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat

  Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress pernafasan

Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

Tanda tanda vital dalam rentang normal

NIC :Airway Management

       Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu

       Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

       Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan

       Pasang mayo bila perlu       Lakukan fisioterapi dada jika perlu       Keluarkan sekret dengan batuk atau

suction       Auskultasi suara nafas, catat adanya

suara tambahan       Lakukan suction pada mayo       Berika bronkodilator bial perlu       Barikan pelembab udara       Atur intake untuk cairan

mengoptimalkan keseimbangan.       Monitor respirasi dan status O2

Respiratory Monitoring

       Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi

       Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal

       Monitor suara nafas, seperti dengkur

       Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot

       Catat lokasi trakea       Monitor kelelahan otot diagfragma

(gerakan paradoksis)       Auskultasi suara nafas, catat area

penurunan / tidak adanya ventilasi dan suara tambahan

       Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan napas utama

Page 14: LAPORAN PENDAHULUAN BRONKITIS

       auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya

3 Pola Nafas tidak efektif

Definisi : Pertukaran udara inspirasi dan/atau ekspirasi tidak adekuat

Batasan karakteristik : -    Penurunan tekanan

inspirasi/ekspirasi -    Penurunan pertukaran udara per

menit -    Menggunakan otot pernafasan

tambahan -    Nasal flaring -    Dyspnea-    Orthopnea -    Perubahan penyimpangan dada -    Nafas pendek -    Assumption of 3-point position -    Pernafasan pursed-lip -    Tahap ekspirasi berlangsung sangat

lama -    Peningkatan diameter anterior-

posterior -    Pernafasan rata-rata/minimal Bayi : < 25 atau > 60Usia 1-4 : < 20 atau > 30Usia 5-14 : < 14 atau > 25Usia > 14 : < 11 atau > 24-    Kedalaman pernafasan

Dewasa volume tidalnya 500 ml saat istirahat

Bayi volume tidalnya 6-8 ml/Kg-    Timing rasio -    Penurunan kapasitas vital

Faktor yang berhubungan :         Hiperventilasi         Deformitas tulang         Kelainan bentuk dinding dada         Penurunan energi/kelelahan         Perusakan/pelemahan muskulo-

skeletal         Obesitas         Posisi tubuh         Kelelahan otot pernafasan         Hipoventilasi sindrom         Nyeri         Kecemasan         Disfungsi Neuromuskuler         Kerusakan persepsi/kognitif         Perlukaan pada jaringan syaraf

tulang belakang

NOC :   Respiratory status : Ventilation  Respiratory status : Airway

patency  Vital sign Status

Kriteria Hasil :  Mendemonstrasikan batuk

efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

  Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)

  Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)

NIC : Airway Management

       Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu

       Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

       Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan

       Pasang mayo bila perlu       Lakukan fisioterapi dada jika perlu       Keluarkan sekret dengan batuk atau

suction       Auskultasi suara nafas, catat adanya

suara tambahan       Lakukan suction pada mayo       Berikan bronkodilator bila perlu       Berikan pelembab udara Kassa

basah NaCl Lembab       Atur intake untuk cairan

mengoptimalkan keseimbangan.       Monitor respirasi dan status O2

Terapi Oksigen  Bersihkan mulut, hidung dan secret

trakea  Pertahankan jalan nafas yang paten  Atur peralatan oksigenasi  Monitor aliran oksigen  Pertahankan posisi pasien  Onservasi adanya tanda tanda

hipoventilasi  Monitor adanya kecemasan pasien

terhadap oksigenasi

Vital sign Monitoring

Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

Catat adanya fluktuasi tekanan darah

Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri

Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan

Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan

Page 15: LAPORAN PENDAHULUAN BRONKITIS

        Imaturitas Neurologis setelah aktivitas

Monitor kualitas dari nadi

Monitor frekuensi dan irama pernapasan

Monitor suara paru

Monitor pola pernapasan abnormal

Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit

Monitor sianosis perifer

Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)

Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

4 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan metabolisme tubuh.

Batasan karakteristik : -    Berat badan 20 % atau lebih di

bawah ideal -    Dilaporkan adanya intake makanan

yang kurang dari RDA (Recomended Daily Allowance)

-    Membran mukosa dan konjungtiva pucat

-    Kelemahan otot yang digunakan untuk menelan/mengunyah

-    Luka, inflamasi pada rongga mulut -    Mudah merasa kenyang, sesaat

setelah mengunyah makanan -    Dilaporkan atau fakta adanya

kekurangan makanan -    Dilaporkan adanya perubahan

sensasi rasa -    Perasaan ketidakmampuan untuk

mengunyah makanan -    Miskonsepsi -    Kehilangan BB dengan makanan

cukup -    Keengganan untuk makan -    Kram pada abdomen

NOC :  Nutritional Status : food and

Fluid IntakeKriteria Hasil :

  Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan

  Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

  Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

  Tidak ada tanda tanda malnutrisi

  Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

NIC :Nutrition Management

Kaji adanya alergi makanan Kolaborasi dengan ahli gizi untuk

menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.

Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe

Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C

Berikan substansi gula Yakinkan diet yang dimakan

mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi

Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)

Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.

Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori

Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

Nutrition MonitoringBB pasien dalam batas normal Monitor adanya penurunan berat

Page 16: LAPORAN PENDAHULUAN BRONKITIS

-    Tonus otot jelek -    Nyeri abdominal dengan atau tanpa

patologi -    Kurang berminat terhadap makanan-    Pembuluh darah kapiler mulai rapuh -    Diare dan atau steatorrhea -    Kehilangan rambut yang cukup

banyak (rontok) -    Suara usus hiperaktif-    Kurangnya informasi, misinformasi

Faktor-faktor yang berhubungan : Ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis, psikologis atau ekonomi.

badanMonitor tipe dan jumlah aktivitas yang

biasa dilakukan Monitor interaksi anak atau orangtua

selama makanMonitor lingkungan selama makan Jadwalkan pengobatan  dan tindakan

tidak selama jam makan Monitor kulit kering dan perubahan

pigmentasiMonitor turgor kulit Monitor kekeringan, rambut kusam,

dan mudah patahMonitor mual dan muntah Monitor kadar albumin, total protein,

Hb, dan kadar HtMonitor makanan kesukaan Monitor pertumbuhan dan

perkembangan Monitor pucat, kemerahan, dan

kekeringan jaringan konjungtivaMonitor kalori dan intake nuntrisi Catat adanya edema, hiperemik,

hipertonik papila lidah dan cavitas oral.

Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet

5 Resiko infeksi

Definisi : Peningkatan resiko masuknya organisme patogen

Faktor-faktor resiko :         Prosedur Infasif        Ketidakcukupan pengetahuan untuk

menghindari paparan patogen         Trauma         Kerusakan jaringan dan

peningkatan paparan lingkungan         Ruptur membran amnion        Agen farmasi (imunosupresan)        Malnutrisi         Peningkatan paparan lingkungan

patogen         Imonusupresi         Ketidakadekuatan imum buatan         Tidak adekuat pertahanan sekunder

(penurunan Hb, Leukopenia, penekanan respon inflamasi)

        Tidak adekuat pertahanan tubuh primer (kulit tidak utuh, trauma jaringan, penurunan kerja silia, cairan tubuh statis, perubahan sekresi pH, perubahan peristaltik)

NOC :   Immune Status  Knowledge : Infection control  Risk control

Kriteria Hasil :  Klien bebas dari tanda dan

gejala infeksi  Mendeskripsikan proses

penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya,

  Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi

  Jumlah leukosit dalam batas normal

  Menunjukkan perilaku hidup sehat

NIC :Infection Control (Kontrol infeksi)

       Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain

       Pertahankan teknik isolasi       Batasi pengunjung bila perlu       Instruksikan pada pengunjung

untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien

       Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan

       Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan

       Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung

       Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat

       Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum

       Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing

       Tingktkan intake nutrisi

Page 17: LAPORAN PENDAHULUAN BRONKITIS

        Penyakit kronik        Berikan terapi antibiotik bila perlu

Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)

       Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal

       Monitor hitung granulosit, WBC       Monitor kerentanan terhadap

infeksi       Batasi pengunjung       Saring pengunjung terhadap

penyakit menular       Partahankan teknik aspesis pada

pasien yang beresiko       Pertahankan teknik isolasi k/p       Berikan perawatan kuliat pada area

epidema       Inspeksi kulit dan membran

mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase

       Ispeksi kondisi luka / insisi bedah       Dorong masukkan nutrisi yang

cukup       Dorong masukan cairan       Dorong istirahat       Instruksikan pasien untuk minum

antibiotik sesuai resep       Ajarkan pasien dan keluarga tanda

dan gejala infeksi       Ajarkan cara menghindari infeksi       Laporkan kecurigaan infeksi       Laporkan kultur positif

6 Intoleransi aktivitas b/d curah jantung yang rendah, ketidakmampuan memenuhi metabolisme otot rangka, kongesti pulmonal yang menimbulkan hipoksinia, dyspneu dan status nutrisi yang buruk selama sakit

Intoleransi aktivitas b/d fatigueDefinisi : Ketidakcukupan energu secara fisiologis maupun psikologis untuk meneruskan atau menyelesaikan aktifitas yang diminta atau aktifitas sehari hari.

Batasan karakteristik :a.       melaporkan secara verbal adanya

kelelahan atau kelemahan.b.       Respon abnormal dari tekanan darah

atau nadi terhadap aktifitasc.        Perubahan EKG yang menunjukkan

NOC :   Energy conservation  Self Care : ADLs

Kriteria Hasil :  Berpartisipasi dalam aktivitas

fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR

  Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri

NIC :Energy Management

  Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas

  Dorong anal untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan

  Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan

  Monitor nutrisi  dan sumber energi tangadekuat

  Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan

  Monitor respon kardivaskuler  terhadap aktivitas

  Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien

Activity Therapy

Page 18: LAPORAN PENDAHULUAN BRONKITIS

aritmia atau iskemiad.       Adanya dyspneu atau

ketidaknyamanan saat beraktivitas.

Faktor factor yang berhubungan :       Tirah Baring atau imobilisasi       Kelemahan menyeluruh       Ketidakseimbangan antara suplei

oksigen dengan kebutuhan       Gaya hidup yang dipertahankan.

  Kolaborasikan dengan Tenaga RehabilitasiMedik dalammerencanakan progran terapi yang tepat.

  Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan

  Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social

  Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan

  Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek

  Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai

  Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang

  Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas

  Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas

  Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan

  Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual

7 Cemas b/d penyakit kritis, takut kematian atau kecacatan, perubahan peran dalam lingkungan social atau ketidakmampuan yang permanen.

Definisi : Perasaan gelisah yang tak jelas dari ketidaknyamanan atau ketakutan yang disertai respon autonom (sumner tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan keprihatinan disebabkan dari antisipasi terhadap bahaya. Sinyal ini merupakan peringatan adanya ancaman yang akan datang dan memungkinkan individu untuk mengambil langkah untuk menyetujui terhadap tindakanDitandai dengan

       Gelisah       Insomnia       Resah       Ketakutan       Sedih       Fokus pada diri

NOC :  Anxiety control  Coping  Impulse control

Kriteria Hasil :  Klien mampu mengidentifikasi

dan mengungkapkan gejala cemas

  Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas

  Vital sign dalam batas normal  Postur tubuh, ekspresi wajah,

bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan

NIC :Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)

       Gunakan pendekatan yang menenangkan

       Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien

       Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur

       Pahami prespektif pasien terhdap situasi stres

       Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut

       Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis

       Dorong keluarga untuk menemani anak

       Lakukan back / neck rub       Dengarkan dengan penuh perhatian       Identifikasi tingkat kecemasan        Bantu pasien mengenal situasi yang

menimbulkan kecemasan       Dorong pasien untuk

mengungkapkan perasaan,

Page 19: LAPORAN PENDAHULUAN BRONKITIS

       Kekhawatiran       Cemas

ketakutan, persepsi       Instruksikan pasien menggunakan

teknik relaksasi       Barikan obat untuk mengurangi

kecemasan

8 Kurang pengetahuan b/d keterbatasan pengetahuan penyakitnya, tindakan yang dilakukan, obat obatan yang diberikan, komplikasi yang mungkin muncul dan perubahan gaya hidup

Definisi : Tidak adanya atau kurangnya informasi kognitif sehubungan dengan topic spesifik.

Batasan karakteristik : memverbalisasikan adanya masalah, ketidakakuratan mengikuti instruksi, perilaku tidak sesuai.

Faktor yang berhubungan : keterbatasan kognitif, interpretasi terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi.

NOC :  Kowlwdge : disease process  Kowledge : health Behavior

Kriteria Hasil :  Pasien dan keluarga

menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan

  Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar

  Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya.

NIC :Teaching : disease Process

1.       Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik

2.       Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.

3.       Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat

4.       Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat

5.       Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat

6.       Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat

7.       Hindari harapan yang kosong 8.       Sediakan bagi keluarga atau SO

informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat

9.       Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit

10.    Diskusikan pilihan terapi atau penanganan

11.    Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan

12.    Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat

13.    Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang tepat

14.    Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat

Page 20: LAPORAN PENDAHULUAN BRONKITIS

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth,  alih bahasa;

Agung Waluyo, editor; Monica Ester, Edisi 8. EGC: Jakarta.

Carolin, Elizabeth J. 2002. Buku Saku Patofisiologi. EGC: Jakarta.

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien, alih bahasa; I Made Kariasa, editor; Monica Ester, Edisi

3. EGC: Jakarta.

Tucker, Susan Martin. 1998. Standar Perawatan Pasien; Proses Keperawatan, Diagnosis dan Evaluasi,

Edisi 5. EGC. Jakarta.

Soeparman, Sarwono Waspadji. 1998. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II. Penerbit FKUI: Jakarta.

Long, Barbara C. 1998. Perawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta.

http://botol-infus.blogspot.com/2010/07/askep-bronkitis.html

http://medicastore.com/penyakit/14/Bronkitis.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Bronkitis