askep bronkitis
TRANSCRIPT
P a g e | 0
TUGAS MATA KULIAH PKKDM IKoordinator Mata Kuliah:
Grace Polii, S. Kep., NsDosen Pembimbing:
Irmacakti Sumaraw, S. Kep., NsAngela R. Napitupulu, S. Kep., Ns
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN BRONKITIS
Disusun oleh:
1. Fernando Hengkelare 090610302. Fransisco Polandos 09061048
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE
MANADO
2010
P a g e | 1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat
penyelenggaraan-Nya, makalah tentang Proses Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Bronkitis ini bisa diselesaikan. Makalah ini ditulis dengan tujuan sebagai tugas
mata kuliah Proses Keperawatan Kebutahan Dasar Manusia I (PKKDM I)
Universitas Katolik De La Salle Manado. Tujuan yang lebih khusus dari penulisan
makalah ini ialah untuk memberi pelatihan bagaimana cara membuat ASKEP
serta menambah pengetahuan tentang penyakit Bronkitis.
Tim Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen beserta
asisten dosen yang telah memberikan tugas untuk membuat makalah ini, serta
kepada siapa saja yang telah terlibat dalam proses penulisannya, terlebih kepada
teman–teman seangkatan Fakultas Keperawatan 2009 Universitas Katolik De La
Salle Manado yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini..
Akhirnya, harapan tim penulis semoga makalah tentang Proses Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Bronkitis ini bermanfaat bagi pembaca. Tim Penulis
telah berusaha sebisa mungkin untuk menyelesaikan makalah ini, namun tim
penulis menyadari makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, tim penulis
mengharapakan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
menyempurnakan makalah ini.
Manado, Oktober 2010
Penulis
P a g e | 2
D A F T A R I S I
KATA PENGANTAR..............................................................................................................1
D A F T A R I S I................................................................................................................2
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG.............................................................................................4
B. TUJUAN PENELITIAN..........................................................................................4
C. METODE PENULISAN..........................................................................................5
D. SISTEMATIKA PENULISAN................................................................................6
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN...............................................................................7
I. DEFINISI.................................................................................................................7
II. ETIOLOGI...............................................................................................................8
III. ANATOMI FISIOLOGI.........................................................................................9
A. Organ-Organ Pernafasan..............................................................................10
B. Fisiologi Pernafasan.....................................................................................12
IV. PATOFISIOLOGI..................................................................................................13
V. PATOFLOW..........................................................................................................14
VII. MANIFESTASI KLINIK......................................................................................15
VIII. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.........................................................................15
IX. TERAPI..................................................................................................................16
X. KOMPLIKASI.......................................................................................................18
XI. PROGNOSIS.........................................................................................................18
XII. PENCEGAHAN.....................................................................................................18
BAB II ASKEP TEORI....................................................................................................19
1. Data Dasar Pengkajian Pasien................................................................................19
2. Diagnosa dan Perencanaan/Rasional.....................................................................21
BAB III ASKEP PADA KLIEN......................................................................................30
III.1 PENGKAJIAN DATA DASAR............................................................................30
III.2 ANALISA DAN DIAGNOSA DATA..................................................................42
III.3 PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN.................................................46
III.4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN.................53
BAB III PENUTUP.........................................................................................................77
P a g e | 3
A. KESIMPULAN......................................................................................................77
B. SARAN..................................................................................................................77
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................79
DAFTAR ISTILAH.........................................................................................................80
P a g e | 4
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi (ektasis)
bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik. Perubahan
bronkus tersebut disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding
bronkus berupa destruksi elemen-elemen elastis dan otot-otot polos bronkus.
Bronkus yang terkena umumnya bronkus kecil (medium size), sedangkan
bronkus besar jarang terjadi.
Bronkitis kronis dan emfisema paru sering terdapat bersama-sama
pada seorang pasien, dalam keadaan lanjut penyakit ini sering menyebabkan
obstruksi saluran nafas yang menetap yang dinamakan cronik obstructive
pulmonary disease ( COPD ).
Bronkitis kronis ditemukan dalam angka-angka yang lebih tinggi
daripada normal diantara pekerja-pekerja tambang, pedagang-pedagang biji
padi-padian, pembuat-pembuat cetakan metal, dan orang-orang lain yang
terus menerus terpapar pada debu. Namun penyebab utama adalah merokok
sigaret yang berat dan berjangka panjang, yang mengiritasi tabung-tabung
bronchial dan menyebabkan mereka menghasilkan lendir yang berlebihan.
Kenyataannya penyakit ini sering ditemukan di klinik-klinik dan diderita
oleh laki-laki dan wanita. Penyakit ini dapat diderita mulai dari anak bahkan
dapat merupakan kelainan congenital.
Berdasarkan dari latar belakang diatas maka penulis (mahasiswa)
mencoba untuk mengangkat kasus pada pasien Tn. “AS” dengan gangguan
sistem Pernapasan Bronkitis kronis.
B. TUJUAN PENELITIAN
a. Tujuan Umum
Penulis dapat melakukan tindakan keperawatan terhadap pasien
dengan Gangguan sistem Pernafasan; Bronkitis kronis secara langsung
dan cepat.
P a g e | 5
b. Tujuan Khusus
Penulis mampu :
i. Mengkaji klien dengan Gangguan system Pernafasan; Bronkitis
kronis.
ii. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan Gangguan
system Pernafasan; Bronkitis kronis.
iii. Menentukan tujuan dan rencana tindakan keperawatan pada klien
dengan Gangguan sistem Pernafasan; Bronkitis kronis.
iv. Mengimplementasikan rencana yang telah disusun dalam bentuk
pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien dengan Gangguan
sistem Pernafasan; Bronkitis kronis.
v. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
pada klien dengan Gangguan sistem Pernafasan; Bronkitis kronis.
vi. Menyusun laporan hasil pengamatan dan Asuhan Keperawatan
kasus dalam bentuk Asuhan Keperawatan dengan pedoman yang
telah ditetapkan.
C. METODE PENULISANMetode Penulisan yang digunakan dalam menyusun Asuhan
Keperawatan ini adalah metode deskriptif yaitu metode yang bersifat
menggambarkan suatu keadaan dengan objektif selama mengamati klien,
mulai dari pengumpulan data sampai melakukan evaluasi yang disajikan
dalam bentuk teori dan format-format Asuhan Keperawatan.
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam Asuhan Keperawatan
ini Penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :
1. Wawancara
Wawancara dilakukan secara allo anamnese dengan anak klien untuk
memperoleh data yang diharapkan.
2. Observasi
Penulis mengadakan pengamatan langsung pada klien sehingga Penulis
dapat menyimpulkan data dengan tepat.
3. Pemeriksaan fisik
P a g e | 6
Sumber data berikut dilakukan pada klien dengan cara : inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi untuk melengkapi data.
4. Studi Keperawatan
Untuk melengkapi data, Penulis menggunakan catatan status klien,
catatan keperawatan klien, data-data medik dan pemeriksaan diagnosa.
5. Studi Dokumentasi
Penulis dalam menyusun asuhan keperawatan serta konsep dasar tentang
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan sistem Pernapasan;
Bronkitis kronis adalah dari beberapa buku sumber.
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika Penulisan Asuhan Keperawatan ini terdiri dari:
PENDAHULUAN
Di dalam pendahuluan ini Penulis menjelaskan tentang latar belakang
masalah, tujuan Penulisan, metode Penulisan dan sistematika
Penulisan.
BAB I : LAPORAN PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang : konsep dasar medis yaitu Definisi,
Etiologi, Anatomi Fisiologi, Patofisiologi dan Patoflow, Manifestasi
Klinis, Diagnosis, Terapi, Komplikasi, Prognosis dan Pencegahan
BAB II : ASKEP TEORI
Bab ini menjelaskan tentang Askep dalam bentuk teori yang meliputi:
1. Data dasar pengkajian pasien
2. Diagnosa dan Perencanaan/rasional
BAB III : ASKEP PADA KLIEN
Bab ini merupakan penerapan asuhan keperawatan secara langsung
pada klien dengan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari
Pengkajian, Analisa dan Diagnosa, Perencanaan, Implementasi, dan
Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR ISTILAH
P a g e | 7
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
I. DEFINISI
Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya
inflamasi pada pembuluh bronkus, trakea dan bronkioli. Inflamasi
menyebabkan bengkak pada permukaannya, mempersempit ruang
pembuluh dan menimbulkan sekresi dari cairan inflamasi.
Bronkitis juga ditandai dengan adanya dilatasi (pelebaran) pada
bronkus lokal yang bersifat patologis. Dilatasi bronkus disebabkan oleh
perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen-elemen
elastis dan otot-otot polos bronkus. Pada umumnya bronkus berukuran
kecil yang diserang. Hal ini dapat menghalangi aliran udara ke paru-paru
dan dapat merusaknya.
Secara klinis para ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu
penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala
utama dan dominan. Ini berarti bahwa bronkitis bukan merupakan
penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit lain juga.
Definisi Bronkitis menurut beberapa sumber, Bronkhitis adalah
hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulang-ulang minimal
selama 3 bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut
pada pasien yang diketahui tidak terdapat penyebab lain (Perawatan
Medikal Bedah 2, 1998, hal. 490).
Bronkhitis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya
dilatasi/ektasis (pelebaran) bronkus lokal yang bersifat patologis dan
berjalan kronik. Perubahan bronkus tersebut disebabkan oleh perubahan-
perubahan dalam dinding bronkus berupa desrtuksi elemen-elemen
elastis dan otot-otot polos bronkus. Bronkus yang terkena umumnya
bronkus kecil (medium size), sedangkan bronkus besar jarang terjadi. Hal
ini dapat memblok aliran udara ke paru-paru dan dapat merusaknya.
(Gunawan, Iriyan. 2006).
P a g e | 8
Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh
inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai
suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan
gejala yang utama dan dominan. Ini berarti bahwa bronkitis bukan
penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit lain tetapi
bronkitis ikut memegang peran.( Ngastiyah, 1997 )
Bronkitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan
penyakit tersendiri, tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi
saluran peranpasan atas atau bersamaan dengan penyakit saluran
pernapasan atas lain seperti Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis,
Bronkitis pada asma dan sebagainya (Gunadi Santoso, 1994)
Bronkitis dibedakan menjadi bronkitis akut dan kronik. Bronkitis
Akut adalah batuk yang tiba-tiba terjadi karena infeksi virus yang
melibatkan jalan nafas yang besar. Bronkitis akut pada umumnya ringan.
Berlangsung singkat (beberapa hari hingga beberapa minggu), rata-rata
10-14 hari. Meski ringan, namun adakalanya sangat mengganggu,
terutama jika disertai sesak, dada terasa berat, dan batuk
berkepanjangan..
Bronchitis kronik merupakan inflamasi berulang dan degenerasi
bronkus yang bisa berhiubungan dengan infeksi aktif. Bronchitis kronik
dapat merupakan proses dasar dari suatu penyakit, seperti asma, fibrosis
kistik, sindrom diskinesia silia, aspirasi benda asing, atau paparan
terhadap iritan jalan nafas. Pada orang dewasa, dikatakan bronchitis
kronik apabila terdapat batuk kronik dan pembentukan sputum selama
sedikitnya 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dalam dua tahun
berturut-turut.
II. ETIOLOGI
Bronkitis berhubungan dengan infeksi virus, bakteri sekunder,
polusi udara, alergi, aspirasi kronis, refluks gastroesophageal, dan infeksi
jamur. Virus merupakan penyebab tersering bronkitis (90%), sedangkan
P a g e | 9
sisanya (10%) oleh bakteri. Virus penyebab yang sering yaitu yaitu virus
Influenza A dan B, Parainfluenza, Respiratory Syncitial Virus (RSV),
Rinovirus, adenovirus dan corona virus. Bronkitis akut karena bakteri
biasanya dikaitkan dengan Mycoplasma pneumoniae, Mycobacterium
tuberculosis, Bordatella pertusis, Corynebacterium diphteriae, Clamidia
pneumonia, Streptococcus pneumonia, Moraxella catarrhalis, H.
influenza, Penyebab lain agen kimia ataupun pengaruh fisik.
Bronchitis kronik dapat disebabkan oleh serangan bronchitis akut
yang berulang, yang dapat melemahkan dan mengiritasi bronkus, dan
pada akhirnya menyebabkan bronchitis kronik. Penyebab umum untuk
bronchitis akut dan kronik pada anak adalah sebagai berikut.
• Infeksi virus ; adenovirus, influenza, parainfluenza, respiratory
syncytial virus, rhinovirus, coxsackievirus, herpes simplex virus.
• Infeksi bakteri : S pneumonia, M catarrhalis, H influenza,
Chlamydia pneumoniae (Taiwan acute respiratory [TWAR] agent),
Mycoplasma species.
• Polusi udara, seperti merokok.
• Alergi
• Aspirasi kronik atau refluks gastrointestinal
• Infeksi fungi
III. ANATOMI FISIOLOGI
A. Organ-Organ Pernafasan
1. Organ saluran pernafasan atas
a) Hidung
Hidung merupakan
saluran udara yang pertama, mempunyai 2 lubang, dipisahkan oleh
P a g e | 10
sekat hidung (septum oli) di dalamnya terdapat bulu-bulu yang
berguna untuk menyaring udara, debu, dan kotoran-kotoran yagn
masuk ke dalam lubang hidung.
b) Faring
Merupakan tempat persimpangan antara janaln nafas dan jalan
makanan. Terdapat di bawah dasar teng korak, di belakang ronga
hidung dan mulut sebelah depan rusa tulang leher.
Faring dibagi tiga bagian :
(1)Bagian atas yang sama tingginya dengan koana yang disebut
nesofaring
(2)Bagian tengah yang sama tingginya denan istmus fausium
disebut orofaring.
(3)Bagian bawah sekat, dinamakan langiofaring.
c) Laring. Merupakan saluran pendek yang menghubugnkan faring
dan trakea, dan bertindak sebagai pembentukan suara.
2. Organ saluran pernafasan bawah
a) Trakhea
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 s/d 20 cincin
yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku
kuda. Panjang trakhea 9-11 cm dan di belakang terdiri dari jaringan
ikat yang dilapisi oleh otot polos.
b) Bronkhial dan alveoli
Ujung distal trachea membagi menjadi bronki primer kanan dan
kiri yang terletak di dalam rongga dada. Fungsi percabangan
bronkial untuk memberikan saluran bagi udara antara trakea dan
alveoli.
Alveoli berjumlah 300-500 juta di dalam paru-paru, fungsinya
adalah sebagai satu-satunya tempat pertukaran gas antara
lingkungan eksternal dan aliran darah.
c) Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri
dari gelembung-gelembung (gelembung hawa-alveoli).
P a g e | 11
Gelembung-gelembung alveolir ini terdiri dari sel-sel epitel dan
endotel.
Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000
buah (paru kiri dan kanan).
Kapasitas paru-paru :
(1) Kapasitas total
Jumlah udara yang dapat mengisi paru-paru pada inspiasi
sedalam dalamnya.
(2) Kapasitas vital
Jumlah udara yang dapat dikeluarkan setelah ekspirasi
maksimal.
d) Toraks
Rongga toraks terdiri dari rongga pleura kanan dan kiri dan bagian
tengah yang disebut mediastinum. Toraks mempunyai peranan
penting dalam pernafasan, karena bentuk elips dari tulang rusuk
dan sudut perlekatannya tulang belakang. Perubahan dalam ukuran
toraks inilah yang memungkinkan terjadinya proses inspirasi dan
ekspirasi.
Bagian paru-paru :
1) Pleura adalah bagian terluar dari paru-paru dikelilingi oleh
membran halus, licin atau pleura.
2) Mediastinum adalah bagian dinding yang membagi rongga
toraks menjadi 2 bagian
3) Lobus adalah bagian paru-paru dibagi menjadi lobus kiri terdiri
atas lobus bawah dan atas tengah dan bawah
4) Bronkus dan bronkiolus terdapat beberapa divisi bronkus di
dalam setiap lobus paru. Brokiolus adalah percabangan dari
bronkus
5) Alveoli paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli yang
tersusun dalam kloster antara 15-20 alveoli
P a g e | 12
B. Fisiologi PernafasanPernafasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang
banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh.
Penghisapan udara ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut
ekspirasi.
Pernafasan paru-paru Merupakan pertukaran oksigen dan
karbondioksida yang terjadi pada paru-paru. Pernafasan melalui paru-
paru atau pernafasan eksterna oksigen diambil melalui mulut dan hidung
pada waktu bernafas dimana oksigen masuk melalui trakea sampai ke
alveoli berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmonar, alveoli
memisahkan oksigen dari darah , O2 menembus membran, diambil oleh
sel darah merah dibawa ke jantung dan dari jantung dipompakan ke
seluruh tubuh.
Guna pernafasan :
1) Mengambil O2 yang kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh
(sel-selnya) untuk mengadakan pembakaran.
2) Mengeluarkan CO2 yang terjadi sebagai sisa dari pembakaran,
kemudian dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang (karena
tidak berguna lagi oleh tubuh).
3) Menghangatkan dan melembabkan udara.
Pernafasan dalam keadaan normal
Orang dewasa : 16 – 18 x/mnt
Anak-Anak kira-kira : 24 x/ mnt
Bayi kira-kira : 30 x/ mnt
Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar toraks,
yang merupakan suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat
menahan tekanan. Efek dari gerakan ini adalah secara bergantian
meningkatkan dan menurunkan kapasitas dada. Inspirasi adalah ketika
kapasitas dalam dada meningkat, udara masuk melalui trakea. Ekspirasi
adalah ketika dinding dada dan diafragma kembali ke ukurannya semula.
P a g e | 13
IV. PATOFISIOLOGIPenemuan patologis dari bronchitis adalah hipertropi dari kelenjar
mukosa bronchus dan peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan
infiltrasi sel radang dan ini mengakibatkan gejala khas yaitu batuk
produktif. Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi bronkus
tampaknya mempengaruhi bronchiolus yang kecil – kecil sedemikian
rupa sampai bronchiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar. Faktor
etiologi utama adalah merokok dan polusi udara lain yang biasa terdapat
pada daerah industri. Polusi tersebut dapat memperlambat aktifitas silia
dan pagositosis, sehingga timbunan mukus meningkat sedangkan
mekanisme pertahanannya sendiri melemah.
Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel – sel penghasil
mukus di bronkhus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami
kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan – perubahan
pada sel – sel penghasil mukus dan sel – sel silia ini mengganggu sistem
eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus dalam
jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari saluran nafas.
V. PATOFLOW
Etiologi
Penyebaran bakteri/virus ke Edema mukosa sel
Iritasi Mukosa Bronkus
Fenomene Infeksi
Peningkatan pelepasan Histamin
Aktivasi Ig. E
Infasi kuman ke jalan napasAlergen
P a g e | 14
VII. MANIFESTASI KLINIK Gejala utama bronkitis adalah timbulnya batuk produktif
(berdahak) yang mengeluarkan dahak berwarna putih kekuningan atau
hijau. Dalam keadaan normal saluran pernapasan kita memproduksi
mukus kira-kira beberapa sendok teh setiap harinya. Apabila saluran
pernapasan utama paru (bronkus) meradang, bronkus akan menghasilkan
mukus dalam jumlah yang banyak yang akan memicu timbulnya batuk.
Penyebaran bakteri/virus ke Edema mukosa sel
P a g e | 15
Selain itu karena terjadi penyempitan jalan nafas dapat menimbulkan
shortness of breath.
Menurut Gunadi Santoso dan Makmuri (1994), tanda dan gejala
yang ada yaitu :
a. Biasanya tidak demam, walaupun ada tetapi rendah
b. Keadaan umum baik, tidak tampak sakit, tidak sesak
c. Mungkin disertai nasofaringitis atau konjungtivitis
d. Pada paru didapatkan suara napas yang kasar
Menurut Ngastiyah (1997), yang perlu diperhatikan adalah akibat
batuk yang lama, yaitu :
a. Batuk siang dan malam terutama pada dini hari yang menyebabkan
seseorang kurang istirahat.
b. Daya tahan tubuh yang menurun.
c. Anoreksia sehingga berat badan sukar naik.
d. Kesenangan anak untuk bermain terganggu dan Konsentrasi belajar
anak menurun.
VIII. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIKa. Foto Thorax : Tidak tampak adanya kelainan atau hanya hyperemia
Tubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis yang
paralel, keluar dari hilus menuju apeks paru. bayangan tersebut
adalah bayangan bronchus yang menebal.
Corak paru bertambah.
b. Laboratorium : Leukosit > 17.500.
Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:
a. Tes fungsi paru-paru
b. Gas darah arteri
Analisa gas darah
Pa O2 : rendah (normal 25 – 100 mmHg)
Pa CO2 : tinggi (normal 36 – 44 mmHg).
Saturasi hemoglobin menurun.
Eritropoesis bertambah.
P a g e | 16
c. Rontgen dada.
IX. TERAPITujuan pengobatan bronkitis adalah untuk mengurangi gejala
batuk, melegakan pernapasan serta menyembuhkan bronkitis. Terapi
bronkitis meliputi :
1. Istirahat yang cukup.
2. Minum cairan yang banyak.
3. Bernapas dalam udara hangat serta menghindari udara dingin dan AC.
4. Penekan batuk, pengencer dahak dan antibiotik.
Rehabilitasi paru: rehabilitasi paru adalah program latihan
pernapasan di mana Anda bekerja dengan seorang terapis pernafasan
untuk membantu Anda belajar untuk bernapas dengan lebih mudah dan
meningkatkan kemampuan Anda untuk berolahraga.
Jenis obat yang dipakai untuk bronkitis:
a. Beberapa jenis obat bronkitis yang sering digunakan oleh dokter adalah :
1. Antibiotik. Bronkitis biasanya terjadi akibat infeksi virus , sehingga
antibiotik tidak efektif. Namun dokter mungkin meresepkan
antibiotik jika bronkitis disebabkan oleh infeksi bakteri.
2. Obat batuk. Jika batuknya kering maka diberikan obat penekan batuk
seperti DMP atau kodein, jika batuknya berdahak maka diberikan
obat pengencer dahak seperti Gliseril Guikolat (GG) dan epexol.
3. Obat lain. Jika Anda memiliki asma atau penyakit paru obstruktif
kronik (PPOK), dokter mungkin merekomendasikan inhaler dan
obat-obatan lain untuk mengurangi peradangan dan membuka bagian
dalam paru-paru yang menyempit .
b. Obat tradisional – herbal bronkitis.
Obat tradisional yang dapat digunakan untuk mengobati bronkitis
adalah propolis. Propolis adalah antibiotik alami yang dapat digunakan
untuk mengobati bronkitis akut dan bronkitis kronik. Propolis akan
semakin berkhasiat jika di campur dengan madu hutan. Selain propolis
P a g e | 17
dapat digunakan teripang. Teripang adalah hewan yang hidup di dasar
laut. Teripang sangat bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh
dan merangsang regenerasi sel – sel baru. Daun meniran merupakan
tanaman obat atau herbal yang bermanfaat untuk meningkatkan daya
tahan tubuh. Daun meniran telah tersedia dalam bentuk kapsul.
Kemoterapi pada bronkitis.
Kemotherapi dapat digunakan :
1. Secara kontinue untuk mengontrol infeksi bronkus ( ISPA )
2. Untuk pengobatan aksaserbasi infeksi akut pada bronkus/paru
3. atau kedua-duanya digunakan
Kemoterapi menggunakan obat-obat antibiotik terpilih, pemakaian
antibiotik antibiotik sebaikya harus berdasarkan hasil uji sensivitas
kuman terhadap antibiotik secara empirik.
Walaupun kemoterapi jelas kegunaannya pada pengelolaan
bronkitis, tidak pada setiap pasien harus di berikan antibiotik. Antibiotik
diberikan jika terdapat aksaserbasi infeksi akut, antibiotik diberikan
selama 7-10 hari dengan terapi tunggal atau dengan beberapa antibiotik,
sampai terjadi konversi warna sputum yang semula berwarna
kuning/hijau menjadi mukoid (putih jernih).
Kemoterapi dengan antibiotik ini apabila berhasil akan dapat
mengurangi gejala batuk, jumlah sputum dan gejala lainnya terutama
pada saat terjadi aksaserbasi infeksi akut, tetapi keadaan ini hanya
bersifat sementara.
X. KOMPLIKASIa. Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik
b. Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan
gizi kurang dapat terjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumonia.
c. Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi.
d. Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasisi atau
Bronkietaksis.
P a g e | 18
XI. PROGNOSIS a. Bronkitis akut biasanya sembuh total, dengan prognosis yang bagus.
b. Pasien dengan bronkitis kronik dan didiagnosis asma, penyakit struktur
saluran napas, atau imunodefisiensi perlu pengawasan secara teratur
untuk meminimalkan kerusakan paru dan perkembangan menjadi
penyakit paru kronik yang ireversibel.
XII. PENCEGAHAN Menurut Ngastiyah (1997), untuk mengurangi gangguan tersebut
perlu diusahakan agar batuk tidak bertambah parah.
Membatasi aktivitas anak.
Tidak tidur di kamar yang ber AC atau gunakan baju dingin, bila ada
yang tertutup lehernya.
Hindari makanan yang merangsang.
Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan mandikan
anak dengan air hangat.
Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan.
Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi
P a g e | 19
BAB II
ASKEP TEORI
1. Data Dasar Pengkajian Pasien
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : Keletihan, kelelahan, malaise.
Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari – hari karna sulit
bernapas.
Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi.
Dispnae pada saat istirahat/respon terhadap aktivitas/latihan.
Tanda : Keletihan
Gelisah, insomnia.
Kelemahan umum/kehilangan massa otot.
b. Sirkulasi
Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah.
Tanda : Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung/takikardia
berat.
Distensi vena leher.
Edema dependent
Bunyi jantung redup.
Warna kulit/membran mukosa: normal/sianosis
Pucat, dapat menunjukkan anemia.
c. Integritas Ego
Gejala : Peningkatan faktor resiko.
Perubahan pola hidup
Tanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsang.
d. Makanan/cairan
Gejala : Mual/muntah.
Nafsu makan buruk/anoreksia.
Ketidakmampuan untuk makan karna distress pernapasan.
P a g e | 20
Penurunan berat badan menetap, peningkatan berat badan
menunjukan edema (bronkitis).
Tanda : Turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat.
Penurunan berat badan, palpitasi abdominal dapat menayatakan
hepatomegali.
e. Hygiene
Gejala : Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan melakukan aktivitas.
Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.
f. Pernafasan
Gejala : Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama minimun
3 bulan berturut – turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun.
Episode batuk hilang timbul.
Tanda : Pernafasan biasa cepat.
Penggunaan otot bantu pernafasan.
Bentuk barel chest (dada tong), gerakan diafragma minimal.
Bunyi napas ronchi
Perkusi hiperesonan pada area paru.
Warna pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku, abu – abu
keseluruhan.
g. Keamanan
Gejala : Riwayat reaksi alergi terhadap zat/faktor lingkungan.
Adanya/berulangnya infeksi.
h. Seksualitas
Gejala : Penurunan libido
i. Interaksi sosial
Gejala : Hubungan ketergantungan
Kegagalan dukungan/terhadap pasangan/orang dekat
Penyakit lama/ketidakmampuan membaik.
Tanda : Ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena distress
pernapasan
Keterbatasan mobilitas fisik.
Kelalaian hubungan dengan anggota keluarga lain..
P a g e | 21
j. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Penggunaan/penyalahgunaan obat pernapasan.
Kesulitan menghentikan merokok.
Penggunaan alkohol secara teratur.
Kegagalan untuk membaik.
2. Diagnosa dan Perencanaan/Rasional
1. Diagnosa keperawatan : Bersihan Jalan Napas, Takefektif
Dapat dihubungkan dengan : Peningkatan produksi sekret
Tujuan : Mempertahankan jalan napas paten dengan
bunyi napas bersih
Kriteria evaluasi : Menunjukan perilaku untuk memperbaiki
bersihan jalan napas, mis: batuk efektif dan
mengaeluarkan sekret
Tindakan/intervensi Rasional
1. Auskulatasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas, mis: krekels, ronki.
2. Kaji/pantau frekuensi pernapasan. Catat rasio inspirasi/ekspirasi.
3. Catat adanya/derajat dispnea, mis: keluhan “lapar udara”, gelisah, ansietas, distres pernapasan, penggunaan otot bantu.
4. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman mis: peninggian kepala tempat tidur, duduk sandaran tempat tidur.
5. Pertahankan polusi lingkungan minimum, mis: debu, asap, dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi individu.
6. Dorong/bantu latihan napas abdomen/bibir.
- Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas adventisius, mis: penyebaran krekels basah (bronkitis)
- Takipnee biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan selama / adanya proses infeksi akut. Pernapasan melambat dan frekuensi pernapasan memanjang dibandingkan ekspirasi.
- Disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan dirumah sakit, mis: infeksi, reaksi alergi.
- Peninggian kepala temat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan menggunakan graavitasi.
- Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode akut.
- Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara
P a g e | 22
Intervensi Rasional7. Observasi karakteristik batuk, mis: menetap, batuk pendek basah.
Bantu tindakan untuk memperbaiki keefektifan upaya batuk.
8. Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai teloransi jantung. Memberikan air hangat. Anjurkan masukan cairan antara, sebagai pengganti makanan.
9. Berikan obat sesuai indikasi:-Bronkidalator (mis: epinefrin, albuterol, isoetarin)-Xatin (mis: aminofilin, oxtrifilin, teofilin)-Kromolin-Antimikrobial-Analgesik(mis: kodein)
10. Berikan humidifikasi taambahan, mis: nebuliser.
11. Bantu pengobatan pernapasan, mis: fisioterapi dada.
12. Awasi/buat grafik seri GDA, nadi oksimetri, foto dada.
- Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada lansia, penyakit akut atau kelemahan. Batuk paling efektif pada posisi duduk tinggi atau kepala dibawah setelah di perkusi dada.
- Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret, mempermudah pengeluaran. Penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus. Cairan selama makan dapat meningkatkan distensi gaster dan tekanan pada diagfragma.
- Merilekskan otot halus dan menurunkan spasme jalan napas.- Menurunkan edema mukosa dan spasme otot polos.- Menurunkan inhalasi jalan napas lokal.- Mengontrol infeksi pernapasan.- Batuk menetap yang melelahkan perlu ditekan untuk menghemat
energi dan memungkinkan pasien untuk istirahat.- Kelembaban menurunkan kekentalan sekret mempermudah
pengeluaran dan dapat membantu menurunkan/mencegah pembentukan mukosa tebal pada bronkus.
- Drainase postural dan perkusi bagian penting untuk membuang banyak sekresi/kental dan memperbaiki ventilasi pada segmen dasar paru.
- Membuat dasar untuk pengawasan kemajuan/kemunduran proses penyakit dan komplikasi.
P a g e | 23
2. Diagnosa keperawatan : Pertukaran Gas, Kerusakan
Dapat dihubungkan dengan : Gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan napas oleh sekresi, spasme bronkus, jebakan udara)
Tujuan : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang adekuat dengan GDA dalam rentang
normal dan bebas gejala distress pernafasan.
Kriteria evaluasi : Pasien dapat berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat kemampuan situasi.
Intervensi Rasional
1. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot aksesori, napas bibir, ketdakmampuan bicara/berbincang.
2. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernapas. Dorong napas dalam perlahan/napas bibir sesuai kebutuhan/toleransi individu.
3. Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa.4. Dorong mengeluarkan sputum; penghisapan bila diindikasikan.5. Auskultasi bunyi napas catat area penurunan aliran udara
dan/bunyi tambahan.6. Palpasi fremitus.7. Awasi tingkat kesadaran/status mental. Selidiki adanya
perubahan.8. Evaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan tenang
dan kalem. Batasi aktivitas pasien atau dorong untuk tidur/istirahat di kursi selama fase akut.
9. Awasi tanda vital dan irama jantung10. Awasi/gambarkan seri GDA dan Nadi oksimetri.11. Berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil
GDA dan toleransi pasien.
- Berguna dalam evaluasi derajat distres pernapasan dan/atau kronisnya proses penyakit
- Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan napas untuk menurunkan kolaps jalan napas, dan kerja napas.
- Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat sekitar bibir/atau daun telinga. Keabu-abuan dan dianosis sentral mengidentifikasikan beratnya hipoksemia.
- Kental, tebal, dan banyak sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas pada jalan napas kecil. Penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak efektif.
- Bunyi napas redup karena penurunan aliran udara atau area konsolidasi. Adanya mengi mengindikasikan spasme bronkus/ tertahannya sekret. Krekels basa menyebar menunjukkan cairan pada interstisial jantung
- Penurunan getasan vibrasi diduga ada pengumpulan cairan atau jebakan udara
- Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum pada hipoksia. DGA memburuk disertai bingung menunjukan
P a g e | 24
12. Berikan penekan SSP ( mis: antiansietas) dengan hati-hati13. Bantu intubasi, berikan/pertahankan ventilasi mekanik, dan
pindahan ke UPI sesuai instruksi untuk pasien.
disfungsi serebral yang berhubungan dengan hipoksemia- Selama distres pernapasan berat/akut pasien secara total tak
mampu melakukan aktivitas sehari-hari karena hipoksemia dan disprea. Istirahat diselingi aktivitas perawatan masih penting dari program pengobatan. Program latihan ditunjukkna untuk meningkatkan ketahanan dan kekuatan tanpa menyebabkan dispnea berat, dan dapat meningkatkan rasa sehat.
3. Diagnosa keperawatan : Nutrisi, Perubahan, Kurang dari Kebutuhaan Tubuh
Dapat berhubungan dengan : Dispnea, Kelemahan, Efek Samping Obat, Produksi sputum, Anoreksia, mual/muntah.
Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat.
Hasil evaluasi : Menunjukkan perilaku pola hidup untuk meningkatkan dan/atau mempertahankan berat yang tepat.
Intervensi Rasional1. Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat
kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.2. Auskultasi bunyi usus.3. Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah
khusus untuk sekali pakai dan tisu.4. Dorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah
makan. Berikan makan porsi kecil tapi sering.
5. Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.
- Pasien distres pernapasan akut sering anokreksia karena dispnea, produksi sputum, dan obat.
- Penurunan bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster.- Rasa tidak enak, bau adalah pencegahan utama yang dapat
membuat mual dan muntah.- Membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dam
memberikan kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori utama.
- Dapat menghasilkan distensi abdomen yang menggangu napas abdomen dan gerakan diafrgma, dan dapat meningkatkan
P a g e | 25
6. Hindari makanan sangat panas dan sangat dingin.
7. Timbang berat badan sesuai indikasi.
8. Konsul ahli gizi/nutrisi pendukung tim untuk memberikan makanan yang mudah cerna secara nutrisi seimbang (mis: tambahan nutrisi tambahan oral/selang).
dispnea.- Suhu ekstrem dapat mencetuskan/meningkatkan spasme batuk.
- Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan berat badan, dan evaluasi keadekuatan rencan nutrisi.
- Kebutuhan kalori yang didasarkan pada kebutuhan individu memberikan nutrisi maksimal.
4. Diagnosa Keperawatan : Infeksi, Resiko Tinggi Terhadap
Dapat berhubungan dengan : Menetapnya sekret, proses penyakit kronis.
Tujuan : Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah resiko tinggi
Menunjukan teknik, perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman.
Kriteria evaluasi : Mendemonstrasikan teknik mencuci tangan yang tepat dan melaksanakan tindakan pencegahan
yang sesuai
Untuk mencegah infeksi.
Intervensi Rasional1. Awasi suhu
2. Kaji pentingnya latihan napas, batuk efektif, perubahan posisi
sering, dan masukan cairan adekuat.
- Demam dapat terjadi karena infeksi dan/atau dehidrasi.
- Aktivitas ini meningkatkan mobilisasi dan pengeluaran sekret
untuk menurunkan arisiko terjadinya nfaeksi paru.
P a g e | 26
3. Observasi warna, karakter, bau sputum.
4. Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan tisu dan
sputum. Tekankan cuci tangan yang benar (perawat dan pasien)
dan pengunaan sarung tangan bila memegang/membuang tisu,
wadah sputum.
5. Awasi pengunjung; berikan masker sesuai indikasi.
6. Dorong keseimbangan antara aktivitas dan istirahat.
7. Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat.
8. Dapatkan spesimen sputum dengan batuk atau penghisapan untuk
pewarnaan kuman Gram, kultur/sensivitas.
9. Berikan antimikrobial sesuai indikasi.
- Sekret berbau, kuning/kehijauan menunjukkan adanya infeksi
paru.
- Mencegah patogen melalui cairan.
- Menurunkan potinsial terpajan pada penyakita infeksius
- Menurunkan konsumsi/kebutuhan keseimbangan oksigen dan
memperbaiki pertahanan pasien terhadap infeksi, meningkatkan
penyembuhan.
- Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan
menurunkan tekanan darah terhadap infeksi.
- Dilakukan untuk mengidentifikasikan organisme penyebab dan
kerentanan terhadap berbagai antimikrobial.
- Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi
dengan kultur.
P a g e | 27
5. Diagnosa keperawatan : Intoleran Aktifitas Berhubungan
Dapat berhubungan dengan : Insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.
Tujuan : - Pasien akan mengidentifikasi aktivitas yang menimbulkan kelemahan
- Berpartisipasi dalam aktivitas yang dibutuhkan dengan TTV dalam rentang normal
- Mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang kebutuhan oksigen, pengobatan dan atau
peralatan yang dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas.
Kriteria Evaluasi : - Pasien dapat menidentifikasi aktivitas yang menimbulkan kelemahan.
- Pasien mengungkapkan kebutuhan akan oksigen.
Intervensi Rasional1. Kaji keadaan umum pasien
2. Kaji tingkat kemampuan aktivitas.
3. Observasi tanda-tanda vital.
4. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat di tempat tidur.
5. Bantu pasien untuk beraktivitas
6. Libatkan keluarga dalam mendampingi pasien.
7. Kolaborasi medik dalam pemberian O2
- Menentukan intervensi yang tepat
- Mengetahui sejauh mana kemampuan aktivitas pasien &
menentukan tindakan selanjutnya.
- Mengetahui perubahan curah jantung sehingga tidak terjadi
hipotensi
- Mengurangi kerja jantung.
- Dapat memenuhi kebutuhan sehari – hari dan kebutuhan O2.
- Membantu memenuhi kebutuhan sehari – hari.
P a g e | 28
6. Diagnosa keperawatan : Kurang Pengetahuan [Kebutuhan Belajar] Mengenai Kondisi, Tindakan
Dapat berhubungan dengan : Kurang Informasi/tidak mengenal sumber infomasi.
Tujuan : Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan.
Kriteria evaluasi : Pasien memahami kondisi penyakitnya dan melakukan perubahan pola hidup
Intervensi Rasional1. Jelaskan/kuatkan penjelasan proses penyakit individu. Dorong
pasien/orang terdekat untuk menanyakan pertanyaan.
2. Instuksikan/kuatkan rasional untuk latihan napas, batuk efektif,
dan latihan kolaborasi umum.
3. Diskusikan obat pernapasan, efek samping, dan reaksi yang tak
diinginkan.
4. Tunjukkan teknik penggunaan dosis inhaler.
5. Sistem alat untuk mencatat obat intermitten/penggunaan inhaller.
6. Anjurkan meghindari agen sedatif antiansietas.
7. Tekankan pentingnya perawatan oral/kebersihan gigi.
8. Diskusikan pentingnya menghindari orang yang sedang infeksi
pernapasan aktif
- Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan partisipasi pada
rencana pengobatan.
- Napas bibir dan napas abdominal/diafragmatik membantu otot
pernapasan. Meningkatkan toleransi aktivitas,
- Penting bagi pasien memeahami perbedaan antara efek samping
menggangu dan efek samping merugikan.
- Pemberian yang tepat obat meningkatkan penggunaan dan
keefektifan.
- Menurunkan resiko kelebihan dosis dari obat.
- Agen sedatif antansietas dapat menekan pernapsan.
- Menurunkan pertumbuhan bakteri pada mulut, dimana dapat
menimbulkan infeksi saluran napas atas.
- Menurunkan pemajanan dan insiden mendapatkan infeksi saluran
napas atas.
P a g e | 29
9. Diskusikan faktor individu yang meningkatkan kondisi.
10. Kaji efek bahaya merokok dan nasehatkan menghentikan rokok
pada pasien/orang terdekat.
- Faktor lingkungan dapat menimbulkan iritasi bronchial dan
peningkatan produksi sekret jalan nafas.
- Penghentian merokok dapat memperlambat/menghambat
kemajuan penyakit PPOM.
P a g e | 30
BAB III
ASKEP PADA KLIEN
III.1 PENGKAJIAN DATA DASARI. Identitas Diri Klien
N a m a : Tn. AS
Tanggal masuk RS : 14 Oktober 2010
Tempat/Tgl. Lahir : Manado, 13 Maret 1962
Sumber Informasi : Keluarga
U m u r : 48 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki Keluarga terdekat yang dapat
Alamat : Kec. Singkil segera dihubungi (Orang
Tua/Wali, Suami, Istri, dan
lain-lain): Anak
Status Perkawinan : Kawin
A g a m a : Kristen Pendidikan : SMA
S u k u : Sanger Pekerjaan : Tukang Parkir
Pendidikan : SMA Alamat : Kec. Singkil
Pekerjaan : Tukang Bangunan
Lama Bekerja : 25 tahun
II. Status Kesehatan Saat ini
1. Alasan Kunjungan/Keluhan Utama :
Batuk disertai sputum(dahak) selama 4 bulan terakhir, dada terasa nyeri
saat batuk, sesak nafas, dan mual-mual.
2. Faktor Pencetus :
Pasien perokok berat, mengkonsumsi rata-rata 2 bungkus per hari (Rokok
Surya)
3. Lamanya Keluhan : 4 hari
4. Timbulnya Keluhan : () bertahap
( ) mendadak
P a g e | 31
5. Faktor yang memperberat : Debu dan serbuk bahan-bahan bangunan (mis.
Sebuk kayu dan semen)
6. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya :
Sendiri membeli obat Mextril dan Konidin di warung
Oleh orang lain Memberi saran
7. Diagnosa Medik :
1. Bronkitis Kronis Tanggal : 14 Oktober 2010
II. Riwayat Kesehatan yang lalu
1. Penyakit yang pernah dialami :
a. Kanak – Kanak :
b. Kecelakaan : Sepeda Motor
c. Pernah dirawat penyakit waktu
d. Operasi : tidak
2. Alergi :
Tipe Reaksi Tindakan
Terhadap debu flu dan batuk
3. Imunisasi :
Tipe Reaksi Tindakan
Campak bercak-bercak merah
pada kulit
DPT suhu tubuh naik minum obat
Paracatamol
Kebiasaan : merokok/kopi/obat/alkohol/lain-lain
4. Obat – obatan :
Lamanya
Sendiri :
Orang lain (resep)
5. Pola Nurtisi :
Frekwensi makan :
Berat Badan : 59 kg
P a g e | 32
Tinggi Badan : 160 cm
Jenis makanan : Daging, sayur, nasi
Makanan yang disukai : Pisang goreng dan tinutuan
Makanan yang tidak disukai : Ikan laut
Makanan pantang : kacang-kacangan
Nafsu makan : ( ) baik
( ) Sedang – alasan : mual/muntah/sariawan
() Kurang – alasan : mual/muntah/sariawan
Perubahan berat badan 6 bulan terakhir :
( ) bertambah ……………………kg
( ) tetap
() berkurang 3 kg
6. Pola Eliminasi :
1. Buang air besar
Frekwensi : 2 kali Penggunaan pencahar : tidak
W a k t u : pagi/siang/sore/malam
W a r n a : kekuningan
Konsistensi : padat
2. Buang air kecil
Frekwensi : normal
W a r n a : kuning encer
B a u : normal
8. Pola tidur dan istirahat
Waktu tidur (jam) : 11 malam
Lama tidur/hari : 6 jam / hari
Kebiasaan pengantar tidur : merokok
Kebiasaan saat tidur : mendengkur
Kesulitan dalam hal tidur : ( ) menjelang tidur
( ) sering/mudah terbangun
( ) merasa tidak puas setelah bangun
tidur
P a g e | 33
9. Pola Aktifitas dan Latihan
1. Kegiatan dalam pekerjaan : mencampurkan material bangunan
2. Olah Raga : - Jenis : tidak
- Frekwensi : tidak
3. Kegiatan di waktu luang : santai dengan anak dan cucu
4. Kesulitan/keluhan dalam hal : ()pergerakan tubuh
( )mandi
( )mengenakan pakaian
( )bersolek
( )berhajat
()sesak napas setelah mengadakan
aktifitas
()mudah merasa kelelahan
10. Pola bekerja :
1. Jenis pekerjaan : Kuli Bangunan Lama : 25 tahun
2. Jumlah jam kerja : ± 8 jam / hari Lama : 6 hari kerja
3. Jadwal Kerja : senin s.d sabtu
4. Lain-lain (sebutkan) :
VI. Riwayat Keluarga
Genogram :
Pasien Bronkitis
Pasien Bronkitis
P a g e | 34
V. Riwayat Lingkungan
Kebersihan : lingkungan temapat tinggal di daerah kumuh yang sistem
sanitasinya tidak baik
Bahaya : rentan terhadap penyakit kulit dan diare
Polusi : terhadap udara
VI. Aspek Psikososial
1. Pola pikir & persepsi
a. Alat bantu yang digunakan :
( ) Kaca mata
( ) alat bantu pendengaran
b. Kesulitan yang dialami :
()sering pusing
( )menurunnya sensitifitas terhadap sakit
( )menurunnya sensitiftas terhadap panas/dingin
( ) membaca/menulis
2. Persepsi Diri
Hal yang amat dipikirkan saat ini :
pasien berharap segera sembuh agar dapat kembali bekerja
Harapan setelah menjalani perawatan:
lebih memperhatikan kebersihan lingkungan dan berhenti merokok
Perubahan yang dirasa setelah sakit :
badan terasa lemah, nyeri saat batuk dan merasa tidak nyaman.
3. Suasana Hati : gelisah
Rentang perhatian : anak dan cucu menjadi lebih perhatian
4. Hubungan/komunikasi
1. Bicara Bahasa Utama : Bahasa Indonesia
( )jelas
()relevan Bahasa Daerah: dialek
Manado
( )mampu mengekspresikan
P a g e | 35
( )mampu mengerti orang lain
2. Tempat Tinggal
( )sendiri
()bersama orang lain, yaitu Anak dan cucu
3. Kehidupan Berkeluarga
- Adat istiadat yang dianut : ……………………………
- Pembuat keputusan dalam keluarga : Kepala keluarga (pasien)
- Pola komunikasi : lancar terhadap anak dan
cucu
- Keuangan : ( ) memadai
() Kurang
4. Kesulitan dalam Keluarga : ( ) Hubungan orang tua
( ) Hubungan dengan sanak saudara
( ) Hubungan perkawinan
5. Kebiasaan Seksual
1. Gangguan hubungan seksual disebabkan kondisi sebagai berikut :
( ) fertilitas ( ) menstruasi
() Libido ( ) kehamilan
( ) Ereksi ( ) alat kontrasepsi
2. Pemahaman terhadap fungsi seksual :
pasien tidak terlalu memahami tentang gangguan seksual yang
dialami
6. Pertahanan Koping
1. Pengambilan Keputusan : ( ) sendiri
() dibantu orang lain :
sebutkan Anak
2. Yang disukai tentang diri sendiri : pasien tidak tergantung pada
orang lain
3. Yang ingin dirubah dari kehidupan : kebiasaan
merokok
P a g e | 36
4. Yang dilakukan jika stress :
( ) pemecahan masalah
( ) makan
( ) tidur
( ) makan obat
( ) cari pertolongan
() lain-lain (misal : marah, diam, dll) sebutkan : DIAM
5. Apa yang dapat dilakukan perawat agar anda nyaman dan aman :
Perawat memberikan dukungan agar pasien cepat sembuh
7. Sistem Nilai - Kepercayaan
1. Siapa atau apa sumber kekuatan : Doa kepada Tuhan dan Keluarga
2. Apakah Tuhan, Agama, Kepercayaan penting untuk anda ?
( ) Ya ( ) Tidak
3. Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan (macam dan
frekwensi) sebutkan:
Masuk gereja setiap minggu jika tidak ada lembur kerja
4. Kegiatan agama atau kepercayaan yang ingin dilakukan selama di
Rumah Sakit, Sebutkan :
Berdoa
8. Tingkat Perkembangan :
Usia : Middle age Karakteristik : normal sesuai usia
dan kulit mulai
keriput
VII. Pengkajian Fisik
Tanda-tanda Vital Saat Pasien Masuk Rumah Sakit
- Suhu tubuh : 400 C (demam)
- Denyut Nadi : 80 kali /menit
- Pernafasan : 28 kali /menit
- Tekanan Darah : 130/80 mmHg
P a g e | 37
Kepala, Mata, Kuping, Hidung & Tenggorokan
Kepala : bentuk : simetris dan oval
Keluhan yang berhubungan : tidak ada
Pusing/sakit kepala : tidak
M a t a : Ukuran pupil 5 mm Isokor: baik
Reaksi terhadap cahaya : pupil mengecil
Akomodasi : baik
Bentuk : simetris
Konjunctiva : merah pucat
Fungsi penglihatan : baik
- Baik/kabur/tidak jelas : baik
- Dua bentuk: tidak
- Rasa sakit : tidak
Tanda-tanda radang tidak ada
Pemeriksaan mata terakhir : tidak pernah
Operasi tidak
Kaca mata : tidak menggunakan kaca mata
Lensa Kontak pasien tidak menggunakan lensa kontak
Hidung : Reaksi Alergi : bersin bila berdebu
Cara mengatasinya dibiarkan saja
Pernah mengalami flu : Pasie pernah mengalami
influensa
Bagaimana frekwensinya dalam setahun sering
Sinus normal perdarahan tidak ada
Mulut & Tenggorokan : Gigi geligi geraham 2 atas tercabut
Kesulitan/gangguan berbicara tidak
Kesulitan menelan tidak
Pemeriksaan gigi terakhir tidak pernah
P a g e | 38
Pernafasan : Suara paru : krekels
Pola Nafas : tidak teratur(takhipnoe) Batuk sering
Sputum: ada Nyeri: terasa
Kemampuan melakukan aktifitas sulit
Batuk darah pernah (6 bulan lalu)
Rontgen Foto terakhir 4 bulan lalu Hasil bronkitis
Sirkulasi : Nadi Perifer -------
Capilary Refilling : 3 detik
Distensi Vena Jugularis Tampak
Suara Jantung redup
Suara Jantung tambahan Tidak dilakukan
Irama jantung (monitor) Tidak dilakukan
Nyeri : pada bagian thorax Edema : tidak
Palpitasi Tidak ada Baal: tidak
Perubahan warna (kulit, Kuku, Bibir, dll) : kemerahan
Clubbing tidak ada
Keadaan Ekstremitas :(mobilitas berkurang)
Syncobe Tidak
Rasa pusing : ada
Monitoring Hemodinamik : CVP Tidak dilakukan mm
H2O
Nutrisi : Jenis Diet : tidak ada nafsu makan : berkurang
Rasa mual : sering Muntah : Kadang
Intake Cairan 6-7 gelas/hari
Eliminasi :Pola rutin ------
(b.a.b) Penggunaan Laxan Tidak diterapkan
Colostomy Tidak diterapkan
Ileostomy Tidak diterapkan
P a g e | 39
Konstibasi tidak diterapkan
Diare Kadang-kadang
(b.a.k) Inkontinensia
Infeksi Tidak ada
Nematuri -
Catheter Tidak diterapkan
Urine Output > 2000 ml
Reproduksi : Kehamilan ______________________
Buah dada _______________ Perdarahan
Pemeriksaan Pap Smear terakhir
Hasil ________________________________________
Keputihan _____________________________________
Pemeriksaan Sendiri ___________________________
Prostat tidak ada
Penggunaan Kateter tidak ada
Neurologis : Tingkat kesadaran sadar
Orientasi : pasien dapat berorientasi terhadap waktu
Koordinasi : pasien dapat berkoordinasi dengan anggota
gerak tubuh
Pola tingkah laku normal
Riwayat epilepsi/kejang/parkinson tidak ada
Refleks tidak ada
Kekuatan menggenggam : pasien dapat menggenggam
objek
Pergerakan Ekstremitas : ekstremitas baik
Muskuloskeletal : Nyeri pada bagian dada (thorax)
Kekakuan tidak ada
Pola latihan gerak _______________________________
Kulit : Warna : kemerahan seara umum
Integritas : kering
Turgor : kering
P a g e | 40
Data Laboratorium
Laboratorium :
Leukosit > 17.500.
Analisa gas darah
Pa O2 : 16 = rendah (normal 25 – 100 mmHg)
Pa CO2 : 67 mmHg = tinggi (normal 36 – 44 mmHg).
Saturasi hemoglobin menurun.
Eritropoesis bertambah.
Pengobatan
Hasil Pemeriksaan Diagnostik lain
Foto Thorax : Tidak tampak adanya kelainan namun nampak
bayangan bronchus yang menebal dan corak paru
bertambah.
Persepsi Klien Terhadap Penyakitnya
Pasien memperkirakan bahwa penyakitnya disebabkan oleh profesi
kerjanya sebagai seorang pekerja bangunan yang setiap harinya
berhadapan dengan debu atau serbuk/ampas bahan.
Patofisiologi
Penemuan patologis dari bronchitis adalah hipertropi dari
kelenjar mukosa bronchus dan peningkatan sejumlah sel goblet
disertai dengan infiltrasi sel radang dan ini mengakibatkan gejala khas
yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi
bronkus tampaknya mempengaruhi bronchiolus yang kecil – kecil
sedemikian rupa sampai bronchiolus tersebut rusak dan dindingnya
melebar. Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara lain
P a g e | 41
yang biasa terdapat pada daerah industri. Polusi tersebut dapat
memperlambat aktifitas silia dan pagositosis, sehingga timbunan
mukus meningkat sedangkan mekanisme pertahanannya sendiri
melemah.
Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel – sel
penghasil mukus di bronkhus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus
mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia.
Perubahan – perubahan pada sel – sel penghasil mukus dan sel – sel
silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan
penumpukan mukus dalam jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari
saluran nafas.
Kesan Perawat Terhadap Klien
Kesimpulan
P a g e | 42
III.2 ANALISA DAN DIAGNOSA DATA
No DATA ETIOLOGI MASALAHDIAGNOSA
KEPERAWATAN1 DS:
- Pasien mengatakan batuk disertai sputum sejak 4 bulan terakhir (menetap)
- Sesak napas
DO:- Suara napas terdengar krekels- Keadaan umum pasien gelisah- pernapasan cepat (takhipnoe)- TTV:
-. Suhu tubuh : 40 0 C (normal: 26-270 C)-. Denyut Nadi : 80 kali /menit (normal: 60 kali/menit)-. Pernafasan : 28 kali /menit (normal dewasa: 12-20 kali/menit)-. Tekanan Darah : 130/80 mmHg (normal: 120/80 mmHg)
Alergen
Aktivasi Ig. E
Peningkatan pelepasan Histamin
Edema mukosa meningkat
(sel goblet memproduksi mukus)
Peningkatan akumulasi sekret
Ndx. Bersihan jalan napas tak efektif
Bersihan jalan napas tak efektif
Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret yang ditandai dengan batuk disertai sputum
P a g e | 43
2 DS:- Pasien mengatakan terasa nyeri saat
batuk- Pernah batuk darah
DO:- Keadaan umum pasien gelisah- Broncus menebal- Corak paru bertambah- Suara jantung redup- Leukosit lebih dari 17.500- Saturasi hemoglobin menurun- Eritropoesis bertambah- Nilai GDA tak normal:
Analisa gas darahPa O2 : 16rendah (normal 25 – 100
mmHg)Pa CO2 : 67tinggi (normal 36 – 44
mmHg).- TTV:
-. Suhu tubuh : 400 C (normal: 26-270 C)-. Denyut Nadi : 80 kali /menit (normal: 60 kali/menit)-. Pernafasan : 28 kali /menit (normal dewasa: 12-20 kali/menit)
Alergen
Aktivasi IG. E
Peningkatan pelepasan Histamin
Edema mukosa meningkat
(sel goblet memproduksi mukus)
Peningkatan akumulasi sekret
Batuk produktif
Bronkiolus melebar
Kerusakan Pertukaran Gas
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplay oksigen (obstruksi jalan napas oleh sekresi) yang ditandai dengan nilai GDA tak normal (hipoksia dan hiperkapnia)
P a g e | 44
3
-. Tekanan Darah : 130/80 mmHg (normal: 120/80 mmHg)
DS:- Pasien sering mual- Nafsu makan berkurang
DO:- Berat badan pasien turun 3 kg 6 bulan
terakhir menjadi 59 kg
Kerusakan bronkiolus
Ndx. Kerusakan pertukaran gas
Alergen
Aktivasi Ig. E
Peningkatan pelepasan Histamin
Edema mukosa meningkat
(sel goblet memproduksi mukus)
Peningkatan akumulasi sekret
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual yang ditandai dengan kehilangan berat badan
P a g e | 45
Batuk produktif
Nyeri
Tidak nafsu makan
Ndx. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
P a g e | 46
III.3 PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn. AS Umur : 48 Tahun Ruangan : B
DIAGNOSA KEPERAWATAN
RENCANA TINDAKAN
RASIONALTUJUANKRITERIA EVALUASI
INTERVENSI/PERENCANAAN
Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret yang ditandai dengan batuk disertai sputum.
DS:- Pasien mengatakan
batuk disertai sputum sejak 4 bulan terakhir (menetap)- Sesak napas
DO:- Suara napas terdengar
krekels- Keadaan umum
pasien gelisah- pernapasan cepat
(takhipnoe)
Mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih/jelas
Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas, misalnya batuk efektif dan mengeluarkan sektet.
DO:- Suara napas
vesikuler-KU membaik- Frekuensi
pernapasan Normal (12-20 kali/menit)- Suhu tubuh
normal (26-270 C)-Denyut nadi
1. Asukultasi bunyi napas dan catat adanya bunyi napas
2. Kaji frekuensi pernapasan
3. Catat jika adanya/derajat dispnea misalnya keluhan gelisah
1. Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas adventisius, mis: penyebaran krekels basah (bronkitis)
2. Takipnee biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan selama / adanya proses infeksi akut. Pernapasan melambat dan frekuensi pernapasan memanjang dibandingkan ekspirasi.
3. Disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses kronis selain proses akut yang
P a g e | 47
- TTV:-. Suhu tubuh : 400
C (normal: 26-270 C)-. Denyut Nadi
: 80 kali /menit (normal: 60
kali/menit)-. Pernafasan : 28
kali /menit (normal dewasa: 12-
20 kali/menit)-. Tekanan Darah :
130/80 mmHg (normal: 120/80
mmHg)
normal (60 kali/menit)-Tekanan darah
normal (120/80 mmHg)
DS:- Pasien
mengatakan sudah tidak batuk berlendir- Pasien
mengatakan sudah tidak sesak napas lagi
4. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman misalnya peninggian kepala tempat tidur atau duduk pada sandaran tempat tidur
5. Pertahankan polusi lingkungan seminimum mungkin dari debu atau asap
6. Bantu pasien latihan napas abdomen atau bibir.
7. Memberikan obat sesuai indikasi: Kromolin 3x1, Antimikrobial 1x1, Analgesik (mis: kodein) 3x1.
menimbulkan perawatan dirumah sakit, mis: infeksi, reaksi alergi.
4. Peninggian kepala temat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan menggunakan graavitasi.
5. Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode akut.
6. Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara
7. Menurunkan inhalasi jalan napas lokal, mengontrol infeksi pernapasan, dan batuk menetap yang melelahkan perlu ditekan untuk menghemat energi dan memungkinkan pasien untuk istirahat.
P a g e | 48
Nama Klien : Tn. AS Umur : 48 Tahun Ruangan : B
DIAGNOSA KEPERAWATAN
RENCANA TINDAKAN
RASIONALTUJUANKRITERIA EVALUASI
INTERVENSI/PERENCANAAN
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplay oksigen (obstruksi jalan napas oleh sekresi) yang ditandai dengan nilai GDA tak normal (hipoksia dan hiperkapnia)
DS:- Pasien mengatakan
terasa nyeri saat batuk- Pernah batuk darah
DO:- Keadaan umum
pasien gelisah- Broncus menebal- Corak paru
bertambah- Suara jantung redup
Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distres pernapasan
Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat kemampuan/situasi
DO:- KU membaik- Broncus
membaik- Corak paru
membaik- Suara jantung
tunggal- Leukosit normal
(4000-11.000 mm3)- Saturasi
hemoglobin (Laki-laki: 13-18 g/dl, Perempuan: 11,5-16,5 g/dl)- Eritropoesis
1. Kaji frekuensi dan kedalaman pernapasan
2. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernapas
3. Kaji secara rutin kulit dan warna membran mukosa
4. Anjurkan pasien mengeluarkan sputum
5. Asukultasi bunyi napas
1. Berguna dalam evaluasi derajat distres pernapasan dan kronisnya proses penyakit
2. Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan napas untuk menurunkan kolaps jalan napas, dispnea dan kerja napas
3. Sianosis mungkin perifer atau sentral. Keabu-abuan dan dianosis sentral mengindikasikan bertanya hipoksemia
4. Sputum tebal, kental dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas pada jalan napas kecil. Penghisapa dibutuhkan bila batuk tidak efektif.
5. Bunyi napar redup karena penurunan aliran udara atau
P a g e | 49
- Leukosit lebih dari 17.500- Saturasi hemoglobin
menurun- Eritropoesis
bertambah- Nilai GDA tak
normal:Analisa gas darahPa O2 : 16rendah (normal 25 – 100 mmHg)Pa CO2 : 67tinggi (normal 36 – 44 mmHg).
- TTV:-. Suhu tubuh
: 400 C (normal: 26-270 C)-. Denyut Nadi
: 80 kali /menit (normal: 60
kali/menit)-. Pernafasan : 28
kali /menit (normal dewasa:
12-20 kali/menit)-. Tekanan Darah :
normal (L: 4,5 – 6,5 x 106/mm3, P: 3,8 – 5,8 x 106/mm3)- GDA normal
Pa O2= 25-100 mmHg.Pa CO2= 36-44 mmHg- TTV normal
Suhu tubuh 26-270CDenyut nadi 60 kali/menitPernapasan 12-20 kali/menitTekanan darah 120/80 mmHg
DS:- Pasien
mengatakan sudah tidak nyeri saat batuk
6. Palpasi fremitus
7. Awasi tingkat kesadaran
8. Evaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan yang tenang. Batasi aktivitas pasien.
area konsoidasi. Adanya mengi mengindikasikan spasme bronkus/ tertahannya sekret. Krekels basah menyebar menunjukkan cairan pada interstisial jantung
6. Menurunan getaran vibrasi diduga adanya pengumpulan cairan atau jebakan udara
7. Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum pada hipoksia. GDA memburuk disertai bingung menunjukkan disfungsi serebral yang berhubungan dengan hipoksemia
8. Selama distres pernapasan berat/akut pasien secara total tak mampu melakukan aktivitas sehari-hari karena hipoksemia dan dispnea.istirahat diselingi aktivitas perawat masih penting dari program pengobatan. Program latihan ditujukan untuk meningkatkan ketahanan dan kekuatan tanpa menyebabkan dispnea berat,
P a g e | 50
130/80 mmHg (normal: 120/80
mmHg) 9. Awasi tanda vital dan irama jantung
10. Berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA dan toleransi pasien
dan dapat menigkatkan rasa sehat.
9. Takikardia dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkna efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung
10.Dapat memperbaiki/mencegah memburuknya hipoksia.
P a g e | 51
Nama Klien : Tn. AS Umur : 48 Tahun Ruangan : B
DIAGNOSA KEPERAWATAN
RENCANA TINDAKAN
RASIONALTUJUANKRITERIA EVALUASI
INTERVENSI/PERENCANAAN
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual yang ditandai dengan kehilangan berat badan.
DS:- Pasien sering mual- Nafsu makan
berkurangDO:- Berat badan pasien
turun 3 kg 6 bulan terakhir menjadi 59 kg
Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan
1. Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala yang ada dari proses penyakit dan menghubungkan dengan faktor penyebab
2. Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan
DO:- Berat badan
pasien meningkat
DS:- Pasien sudah
tidak mual lagi
1. Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.
2. Auskultasi bunyi usus.
3. Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai dan tisu.
4. Dorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan makan porsi kecil tapi sering.
5. Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.
1. Pasien distres pernapasan akut sering anokreksia karena dispnea, produksi sputum, dan obat.
2. Penurunan bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster.
3. Rasa tidak enak, bau adalah pencegahan utama yang dapat membuat mual dan muntah.
4. Membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dam memberikan kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori utama.
5. Dapat menghasilkan distensi abdomen yang menggangu napas abdomen dan gerakan diafrgma, dan dapat meningkatkan dispnea.
P a g e | 52
- Nafsu makan pasien membaik
6. Hindari makanan sangat panas dan sangat dingin.
7. Timbang berat badan sesuai indikasi.
8. Konsul ahli gizi/nutrisi pendukung tim untuk memberikan makanan yang mudah cerna secara nutrisi seimbang (mis: tambahan nutrisi tambahan oral/selang).
6. Suhu ekstrem dapat mencetuskan/meningkatkan spasme batuk.
7. Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan berat badan, dan evaluasi keadekuatan rencan nutrisi.
8. Kebutuhan kalori yang didasarkan pada kebutuhan individu memberikan nutrisi maksimal.
P a g e | 53
III.4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn. AS Umur : 48 Tahun Ruangan : B
HARI / TANGGAL
WAKTU Dx / Int
IMPLEMENTASI PARAF
Kamis, 14 Oktober 2010
08:30
08:40
08:55
09:00
09:15
09:30
1 1. Mengobservasi TTV Pasien.Hasil: - Suhu tubuh : 400
- Denyut Nadi : 80 kali /menit- Pernafasan : 28 kali /menit- Tekanan Darah : 130/80 mmHg
2. Mengauskultasi bunyi napas.Hasil: Bunyi napas: Krekels
3. Mengkaji frekuensi pernapasan.Hasil: Frekuensi pernapasan: Takiphnoe
4. Mencatat jika adanya/derajat dispnea.Hasil: pasien gelisah karna sesak napas
5. Mengkaji pasien untuk posisi yang nyaman misalnya peninggian kepala tempat tidur atau duduk pada sandaran tempat tidur.Hasil: pasien tidur dengan kepalanya di sandaran tempat tidur
6. Menjaga lingkungan sekitar pasien seminimum mungkin dari debu atau asap.
P a g e | 54
09:35
11:00
08:55
09:20
09:10
09:40
08:40
2
Hasil: menutup jendela dan pintu sesuai dengan situasi dan keadaan lingkungan
7. Membantu pasien melatih napas secara abdomen atau bibirHasil: jika sesak napas pasien dapat menggunakan cara bernapas melalui mulut.
8. Memberikan obat sesuai indikasi: Kromolin 3x1, Antimikrobial 1x1, Analgesik (mis: kodein) 3x1.Hasil: pasien bisa nyaman beristirahat.
1. Mengkaji frekuensi dan kedalaman pernapasan.Hasil: frekuensi pernapasan: Takiphnoe dan dangkal
2. Meninggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernapas.Hasil: posisi kepala pasien diatas sandaran tempat tidur.
3. Mengkaji secara rutin kulit dan warna membran mukosa.Hasil: pasien mengalami sianosis.
4. Menganjurkan pasien mengeluarkan sputumHasil: sputum kental, tebal, dan banyak sekresi.
5. Mengauskultasi bunyi napas.Hasil: bunyi napas: krekels
Fernando HengkelareKamis, 14 Oktober
2010
P a g e | 55
09:50
10:00
10:15
10:20
10:25
10:30
10:40
10:50
3
6. Mengpalpasi fremitus.Hasil: Getaran vibrasi menurun dugaan terdapat pengumpulan cairan/ udara terjebak.
7. Mengawasi tingkat kesadaran.Hasil: Pasien gelisah (manifestasi umum pada hipoksia)
8. Mengevaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan yang tenang. Batasi aktivitas pasien.Hasil: aktivitas pasien dibatasi, istirahat diutamakan.
9. Mengawasi tanda vital dan irama jantung.Hasil: tanda vital dan irama jantung normal.
10. Memberikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA dan toleransi pasien.Hasil: oksigen yang diberikan dengan menggunakan masker oksigen.
1. Mengkaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.Hasil: pasien susah makan, berat badan: 58 kg, tinggi badan: 160 cm.
2. Mengauskultasi bunyi usus.Hasil: Bunyi usus: 40 kali/menit
3. Memberikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai dan tisu.
Fernando HengkelareKamis, 14 Oktober
2010
P a g e | 56
11:15
11:20
11:25
11:30
12:00
Hasil: pasien dapat melakukan instruksi perawat.
4. Mendorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan makan porsi kecil tapi sering.Hasil: pasien dapat istirahat 1 jam sebelum dan sesudah makan, porsi makan kecil tapi sering diberikan.
5. Menghindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.Hasil: makanan penghasil gas, minuman karbonat dihentikan karna dapat meningkatkan dispnea.
6. Menghindari makanan sangat panas dan sangat dingin.Hasil: makanan sangat panas dan sangat dingin dapat meningkatkan spasme batuk.
7. Menimbang berat badan sesuai indikasi.Hasil: berat badan: 58 kg
8. Mengkonsultasikan dengan ahli gizi/nutrisi pendukung tim untuk memberikan makanan yang mudah cerna secara nutrisi seimbang (mis: tambahan nutrisi tambahan oral/selang).
Fernando HengkelareKamis, 14 Oktober
2010
P a g e | 57
HARI / TANGGAL
WAKTU Dx / Int
EVALUASI PARAF
Kamis, 14 Oktober 2010
12:30 1 S: - Pasien sudah merasa nyaman dengan posisi tidurnya sekarang
-Pasien belum merasa sembuh karna masih batuk
O: TTV pasien:
- Suhu tubuh : 400
- Denyut Nadi : 80 kali /menit
- Pernafasan : 28 kali /menit
- Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Bunyi napas: krekels, Frekuensi pernapasan: takiphnoe, pasien gelisah
karna sesak napas, pasien tidur dengan kepalanya di sandaran tempat
tidur, menutup jendela dan pintu sesuai dengan situasi dan keadaan
lingkungan, jika sesak napas pasien dapat menggunakan cara bernapas
melalui mulut, pasien bisa nyaman beristirahat setelah diberikan obat.
A: Masalah belum teratasi.
P: Intervensi Lanjut:
1. Mengobservasi TTV Pasien.
2. Mengauskultasi bunyi napas.
3. Mengkaji frekuensi pernapasan.
P a g e | 58
2
4. Mencatat jika adanya/derajat dispnea.
5. Mengkaji pasien untuk posisi yang nyaman misalnya peninggian
kepala tempat tidur atau duduk pada sandaran tempat tidur.
6. Menjaga lingkungan sekitar pasien seminimum mungkin dari debu
atau asap.
7. Membantu pasien melatih napas secara abdomen atau bibir
8. Memberikan obat sesuai indikasi: Kromolin 3x1, Antimikrobial 1x1,
Analgesik (mis: kodein) 3x1.
S: - pasien belum merasa nyaman dengan kondisinya sekarang
O: - Frekuensi pernapasan: Takiphnoe dan dangkal, posisi kepala pasien
diatas sandaran tempat tidur, pasien mengalami sianosis, sputum
kental, tebal, dan banyak sekresi, bunyi napas: krekels, Getaran
vibrasi menurun dugaan terdapat pengumpulan cairan/ udara terjebak,
Pasien gelisah (manifestasi umum pada hipoksia), aktivitas pasien
dibatasi, istirahat diutamakan, tanda vital dan irama jantung normal,
oksigen yang diberikan dengan menggunakan masker oksigen.
A: Masalah belum teratasi.
P: Intervensi Lanjut:
Fernando HengkelareKamis, 14 Oktober 2010
P a g e | 59
3
1. Mengkaji frekuensi dan kedalaman pernapasan.
2. Meninggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih
posisi yang mudah untuk bernapas.
3. Mengkaji secara rutin kulit dan warna membran mukosa.
4. Menganjurkan pasien mengeluarkan sputum.
5. Mengauskultasi bunyi napas.
6. Mengpalpasi fremitus.
7. Mengawasi tingkat kesadaran.
8. Mengevaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan yang
tenang. Batasi aktivitas pasien.
9. Mengawasi tanda vital dan irama jantung.
10. Memberikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil
GDA dan toleransi pasien.
S: - pasien belum merasa nyaman dengan kondisinya yang sekarang.
O: - pasien susah makan, berat badan: 58 kg, tinggi badan: 160 cm, Bunyi
usus: 40x/menit, pasien dapat melakukan instruksi perawat, pasien
dapat istirahat 1 jam sebelum dan sesudah makan, porsi makan kecil
tapi sering diberikan, makanan penghasil gas, minuman karbonat
Fernando HengkelareKamis, 14 Oktober 2010
P a g e | 60
dihentikan karna dapat meningkatkan dispnea, makanan sangat panas
dan sangat dingin dapat meningkatkan spasme batuk, Berat badan: 58
kg.
A: Masalah belum teratasi.
P: Intervensi Lanjut:
1. Mengkaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat
kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.
2. Mengauskultasi bunyi usus.
3. Memberikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah
khusus untuk sekali pakai dan tisu.
4. Mendorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah
makan. Berikan makan porsi kecil tapi sering.
5. Menghindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.
6. Menghindari makanan sangat panas dan sangat dingin.
7. Menimbang berat badan sesuai indikasi.
8. Mengkonsultasikan dengan ahli gizi/nutrisi pendukung tim untuk
memberikan makanan yang mudah cerna secara nutrisi seimbang
(mis: tambahan nutrisi tambahan oral/selang).
Fernando HengkelareKamis, 14 Oktober 2010
P a g e | 61
Nama Klien : Tn. AS Umur : 48 Tahun Ruangan : B
HARI / TANGGAL
WAKTU Dx / Int
IMPLEMENTASI PARAF
Jumat, 15 Oktober 2010
08:30
08:40
08:55
09:00
09:15
09:30
1 1. Mengobservasi TTV Pasien.Hasil: - Suhu tubuh : 38,50C
- Denyut Nadi : 80 kali /menit- Pernafasan : 28 kali /menit- Tekanan Darah : 130/80 mmHg
2. Mengauskultasi bunyi napas.Hasil: Bunyi napas: Krekels
3. Mengkaji frekuensi pernapasan.Hasil: Frekuensi pernapasan: Takiphnoe
4. Mencatat jika adanya/derajat dispnea.Hasil: pasien gelisah karna sesak napas
5. Mengkaji pasien untuk posisi yang nyaman misalnya peninggian kepala tempat tidur atau duduk pada sandaran tempat tidur.Hasil: pasien tidur dengan kepalanya di sandaran tempat tidur
6. Menjaga lingkungan sekitar pasien seminimum mungkin dari debu atau asap.Hasil: menutup jendela dan pintu sesuai dengan situasi dan keadaan lingkungan
P a g e | 62
09:35
11:00
08:55
09:20
09:10
09:40
08:40
09:50
2
7. Membantu pasien melatih napas secara abdomen atau bibirHasil: jika sesak napas pasien dapat menggunakan cara bernapas melalui mulut.
8. Memberikan obat sesuai indikasi: Kromolin 3x1, Antimikrobial 1x1, Analgesik (mis: kodein) 3x1.Hasil: pasien bisa nyaman beristirahat.
1. Mengkaji frekuensi dan kedalaman pernapasan.Hasil: frekuensi pernapasan: Takiphnoe dan dangkal
2. Meninggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernapas.Hasil: posisi kepala pasien diatas sandaran tempat tidur.
3. Mengkaji secara rutin kulit dan warna membran mukosa.Hasil: pasien mengalami sianosis.
4. Menganjurkan pasien mengeluarkan sputumHasil: sputum kental, tebal, dan banyak sekresi.
5. Mengauskultasi bunyi napas.Hasil: bunyi napas: krekels
6. Mengpalpasi fremitus.Hasil: Getaran vibrasi menurun dugaan terdapat pengumpulan cairan/ udara terjebak.
Fernando Hengkelare
Jumat, 15 Oktober 2010
P a g e | 63
10:00
10:15
10:20
10:25
10:30
10:40
10:50
11:15
3
7. Mengawasi tingkat kesadaran.Hasil: Pasien gelisah (manifestasi umum pada hipoksia)
8. Mengevaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan yang tenang. Batasi aktivitas pasien.Hasil: aktivitas pasien dibatasi, istirahat diutamakan.
9. Mengawasi tanda vital dan irama jantung.Hasil: tanda vital dan irama jantung normal.
10. Memberikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA dan toleransi pasien.Hasil: oksigen yang diberikan dengan menggunakan masker oksigen.
1. Mengkaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.Hasil: pasien susah makan, berat badan: 58,5 kg, tinggi badan: 160 cm.
2. Mengauskultasi bunyi usus.Hasil: Bunyi usus: 35 kali/menit
3. Memberikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai dan tisu.Hasil: pasien dapat melakukan instruksi perawat.
4. Mendorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan makan porsi kecil tapi sering.
Fernando Hengkelare
Jumat, 15 Oktober 2010
P a g e | 64
11:20
11:25
11:30
12:00
Hasil: pasien dapat istirahat 1 jam sebelum dan sesudah makan, porsi makan kecil tapi sering diberikan.
5. Menghindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.Hasil: makanan penghasil gas, minuman karbonat dihentikan karna dapat meningkatkan dispnea.
6. Menghindari makanan sangat panas dan sangat dingin.Hasil: makanan sangat panas dan sangat dingin dapat meningkatkan spasme batuk.
7. Menimbang berat badan sesuai indikasi.Hasil: berat badan: 58,5 kg
8. Mengkonsultasikan dengan ahli gizi/nutrisi pendukung tim untuk memberikan makanan yang mudah cerna secara nutrisi seimbang (mis: tambahan nutrisi tambahan oral/selang).
Fernando Hengkelare
Jumat, 15 Oktober 2010
P a g e | 65
HARI / TANGGAL
WAKTU Dx / Int
EVALUASI PARAF
Jumat, 15 Oktober 2010
12:30 1 S: - Pasien sudah merasa nyaman dengan posisi tidurnya sekarang
-Pasien belum merasa sembuh karna masih batuk
O: TTV pasien:
- Suhu tubuh : 38,50C
- Denyut Nadi : 80 kali /menit
- Pernafasan : 28 kali /menit
- Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Bunyi napas: krekels, Frekuensi pernapasan: takiphnoe, pasien gelisah
karna sesak napas, pasien tidur dengan kepalanya di sandaran tempat
tidur, menutup jendela dan pintu sesuai dengan situasi dan keadaan
lingkungan, jika sesak napas pasien dapat menggunakan cara bernapas
melalui mulut, pasien bisa nyaman beristirahat setelah diberikan obat.
A: Masalah belum teratasi.
P: Intervensi Lanjut:
1. Mengobservasi TTV Pasien.
2. Mengauskultasi bunyi napas.
3. Mengkaji frekuensi pernapasan.
P a g e | 66
2
4. Mencatat jika adanya/derajat dispnea.
5. Mengkaji pasien untuk posisi yang nyaman misalnya peninggian
kepala tempat tidur atau duduk pada sandaran tempat tidur.
6. Menjaga lingkungan sekitar pasien seminimum mungkin dari debu
atau asap.
7. Membantu pasien melatih napas secara abdomen atau bibir
8. Memberikan obat sesuai indikasi: Kromolin 3x1, Antimikrobial 1x1,
Analgesik (mis: kodein) 3x1.
S: - pasien belum merasa nyaman dengan kondisinya sekarang
O: - Frekuensi pernapasan: Takiphnoe dan dangkal, posisi kepala pasien
diatas sandaran tempat tidur, pasien mengalami sianosis, sputum,
kental, tebal, dan banyak sekresi, bunyi napas: krekels, Getaran
vibrasi menurun dugaan terdapat pengumpulan cairan/ udara terjebak,
Pasien gelisah (manifestasi umum pada hipoksia), aktivitas pasien
dibatasi, istirahat diutamakan, tanda vital dan irama jantung normal,
oksigen yang diberikan dengan menggunakan masker oksigen.
A: Masalah belum teratasi.
P: Intervensi Lanjut:
Fernando HengkelareJumat, 15 Oktober 2010
P a g e | 67
3
1. Mengkaji frekuensi dan kedalaman pernapasan.
2. Meninggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih
posisi yang mudah untuk bernapas.
3. Mengkaji secara rutin kulit dan warna membran mukosa.
4. Menganjurkan pasien mengeluarkan sputum.
5. Mengauskultasi bunyi napas.
6. Mengpalpasi fremitus.
7. Mengawasi tingkat kesadaran.
8. Mengevaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan yang
tenang. Batasi aktivitas pasien.
9. Mengawasi tanda vital dan irama jantung.
10. Memberikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil
GDA dan toleransi pasien.
S: - pasien belum merasa nyaman dengan kondisinya yang sekarang.
O: - pasien susah makan, berat badan: 58,5 kg, tinggi badan: 160 cm,
Bunyi usus: 35x/menit, pasien dapat melakukan instruksi perawat,
pasien dapat istirahat 1 jam sebelum dan sesudah makan, porsi makan
kecil tapi sering diberikan, makanan penghasil gas, minuman
Fernando HengkelareJumat, 15 Oktober 2010
P a g e | 68
karbonat dihentikan karna dapat meningkatkan dispnea, makanan
sangat panas dan sangat dingin dapat meningkatkan spasme batuk,
Berat badan: 58,5 kg.
A: Masalah belum teratasi.
P: Intervensi Lanjut:
1. Mengkaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat
kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.
2. Mengauskultasi bunyi usus.
3. Memberikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah
khusus untuk sekali pakai dan tisu.
4. Mendorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah
makan. Berikan makan porsi kecil tapi sering.
5. Menghindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.
6. Menghindari makanan sangat panas dan sangat dingin.
7. Menimbang berat badan sesuai indikasi.
8. Mengkonsultasikan dengan ahli gizi/nutrisi pendukung tim untuk
memberikan makanan yang mudah cerna secara nutrisi seimbang
(mis: tambahan nutrisi tambahan oral/selang).
Fernando HengkelareJumat, 15 Oktober 2010
Nama Klien : Tn. AS Umur : 48 Tahun Ruangan : B
P a g e | 69
HARI / TANGGAL
WAKTU Dx / Int
IMPLEMENTASI PARAF
Sabtu, 16 Oktober 2010
08:30
08:40
08:55
09:00
09:15
09:30
09:35
1 1. Mengobservasi TTV Pasien.Hasil: - Suhu tubuh : 37,50C
- Denyut Nadi : 80 kali /menit- Pernafasan : 28 kali /menit- Tekanan Darah : 130/80 mmHg
2. Mengauskultasi bunyi napas.Hasil: Bunyi napas: Krekels
3. Mengkaji frekuensi pernapasan.Hasil: Frekuensi pernapasan: Takiphnoe
4. Mencatat jika adanya/derajat dispnea.Hasil: pasien gelisah karna sesak napas
5. Mengkaji pasien untuk posisi yang nyaman misalnya peninggian kepala tempat tidur atau duduk pada sandaran tempat tidur.Hasil: pasien tidur dengan kepalanya di sandaran tempat tidur
6. Menjaga lingkungan sekitar pasien seminimum mungkin dari debu atau asap.Hasil: menutup jendela dan pintu sesuai dengan situasi dan keadaan lingkungan
7. Membantu pasien melatih napas secara abdomen atau bibirHasil: jika sesak napas pasien dapat menggunakan cara bernapas melalui
P a g e | 70
11:00
08:55
09:20
09:10
09:40
08:40
09:50
10:00
2
mulut.
8. Memberikan obat sesuai indikasi: Kromolin 3x1, Antimikrobial 1x1, Analgesik (mis: kodein) 3x1.Hasil: pasien bisa nyaman beristirahat.
1. Mengkaji frekuensi dan kedalaman pernapasan.Hasil: frekuensi pernapasan: Takiphnoe dan dangkal
2. Meninggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernapas.Hasil: posisi kepala pasien diatas sandaran tempat tidur.
3. Mengkaji secara rutin kulit dan warna membran mukosa.Hasil: pasien mengalami sianosis.
4. Menganjurkan pasien mengeluarkan sputumHasil: sputum kental, tebal, dan banyak sekresi.
5. Mengauskultasi bunyi napas.Hasil: bunyi napas: krekels
6. Mengpalpasi fremitus.Hasil: Getaran vibrasi menurun dugaan terdapat pengumpulan cairan/ udara terjebak.
7. Mengawasi tingkat kesadaran.Hasil: Pasien gelisah (manifestasi umum pada hipoksia)
Fernando Hengkelare
Sabtu, 16 Oktober 2010
P a g e | 71
10:15
10:20
10:25
10:30
10:40
10:50
11:15
3
8. Mengevaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan yang tenang. Batasi aktivitas pasien.Hasil: aktivitas pasien dibatasi, istirahat diutamakan.
9. Mengawasi tanda vital dan irama jantung.Hasil: tanda vital dan irama jantung normal.
10. Memberikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA dan toleransi pasien.Hasil: oksigen yang diberikan dengan menggunakan masker oksigen.
1. Mengkaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.Hasil: pasien susah makan, berat badan: 59 kg, tinggi badan: 160 cm.
2. Mengauskultasi bunyi usus.Hasil: Bunyi usus: 25 kali/menit
3. Memberikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai dan tisu.Hasil: pasien dapat melakukan instruksi perawat.
4. Mendorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan makan porsi kecil tapi sering.Hasil: pasien dapat istirahat 1 jam sebelum dan sesudah makan, porsi makan kecil tapi sering diberikan.
Fernando Hengkelare
Sabtu, 16 Oktober 2010
P a g e | 72
11:20
11:25
11:30
12:00
5. Menghindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.Hasil: makanan penghasil gas, minuman karbonat dihentikan karna dapat meningkatkan dispnea.
6. Menghindari makanan sangat panas dan sangat dingin.Hasil: makanan sangat panas dan sangat dingin dapat meningkatkan spasme batuk.
7. Menimbang berat badan sesuai indikasi.Hasil: berat badan: 59 kg
8. Mengkonsultasikan dengan ahli gizi/nutrisi pendukung tim untuk memberikan makanan yang mudah cerna secara nutrisi seimbang (mis: tambahan nutrisi tambahan oral/selang).
Fernando Hengkelare
Sabtu, 16 Oktober 2010
HARI / TANGGAL
WAKTU Dx / Int
EVALUASI PARAF
P a g e | 73
Jumat, 15 Oktober 2010
12:30 1 S: - Pasien sudah merasa nyaman dengan posisi tidurnya sekarang
-Pasien belum merasa sembuh karna masih batuk
O: TTV pasien:
- Suhu tubuh : 37,50C
- Denyut Nadi : 80 kali /menit
- Pernafasan : 28 kali /menit
- Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Bunyi napas: krekels, Frekuensi pernapasan: takiphnoe, pasien gelisah
karna sesak napas, pasien tidur dengan kepalanya di sandaran tempat
tidur, menutup jendela dan pintu sesuai dengan situasi dan keadaan
lingkungan, jika sesak napas pasien dapat menggunakan cara bernapas
melalui mulut, pasien bisa nyaman beristirahat setelah diberikan obat.
A: Masalah belum teratasi.
P: Intervensi Lanjut:
1. Mengobservasi TTV Pasien.
2. Mengauskultasi bunyi napas.
3. Mengkaji frekuensi pernapasan.
4. Mencatat jika adanya/derajat dispnea.
5. Mengkaji pasien untuk posisi yang nyaman misalnya peninggian
P a g e | 74
2
kepala tempat tidur atau duduk pada sandaran tempat tidur.
6. Menjaga lingkungan sekitar pasien seminimum mungkin dari debu
atau asap.
7. Membantu pasien melatih napas secara abdomen atau bibir
8. Memberikan obat sesuai indikasi: Kromolin 3x1, Antimikrobial 1x1,
Analgesik (mis: kodein) 3x1.
S: - pasien belum merasa nyaman dengan kondisinya sekarang
O: - Frekuensi pernapasan: Takiphnoe dan dangkal, posisi kepala pasien
diatas sandaran tempat tidur, pasien mengalami sianosis, sputum,
kental, tebal, dan banyak sekresi, bunyi napas: krekels, Getaran
vibrasi menurun dugaan terdapat pengumpulan cairan/ udara terjebak,
Pasien gelisah (manifestasi umum pada hipoksia), aktivitas pasien
dibatasi, istirahat diutamakan, tanda vital dan irama jantung normal,
oksigen yang diberikan dengan menggunakan masker oksigen.
A: Masalah belum teratasi.
P: Intervensi Lanjut:
1. Mengkaji frekuensi dan kedalaman pernapasan.
Fernando HengkelareSabtu, 16 Oktober 2010
P a g e | 75
3
2. Meninggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih
posisi yang mudah untuk bernapas.
3. Mengkaji secara rutin kulit dan warna membran mukosa.
4. Menganjurkan pasien mengeluarkan sputum.
5. Mengauskultasi bunyi napas.
6. Mengpalpasi fremitus.
7. Mengawasi tingkat kesadaran.
8. Mengevaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan yang
tenang. Batasi aktivitas pasien.
9. Mengawasi tanda vital dan irama jantung.
10. Memberikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil
GDA dan toleransi pasien.
S: - pasien merasa nyaman dengan kondisinya yang sekarang.
O: - pasien susah makan, berat badan: 59 kg, tinggi badan: 160 cm, Bunyi
usus: 25 x/menit, pasien dapat melakukan instruksi perawat, pasien
dapat istirahat 1 jam sebelum dan sesudah makan, porsi makan kecil
tapi sering diberikan, makanan penghasil gas, minuman karbonat
Fernando HengkelareSabtu, 16 Oktober 2010
P a g e | 76
dihentikan karna dapat meningkatkan dispnea, makanan sangat panas
dan sangat dingin dapat meningkatkan spasme batuk, Berat badan: 59
kg.
A: Masalah teratasi.
P: Intervensi dihentikan
Fernando HengkelareSabtu, 16 Oktober 2010
P a g e | 77
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Asuhan Keperawatan mengambarkan dan mencerminkan
individualisasi perawatan yang perawat berikan. Proses-proses
keperawatan yang dilakukan menunjukan pentingnya peranan perawat
dalam proses pengobatan dan penyembuhan pasien. Intervensi yang
diberikan haruslah sesuai dengan masalah pasien dan diagnosa
keperawatan yang ada. Akhirnya, dengan penyusunan Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Bronkitis yang telah dibuat menunjukan dan
menjelaskan cara pembuatan asuhan keperawatan yang benar dalam
bentuk teori dan penangganan langsung kepada pasien. Penanganan
langung dan kerjasama yang baik dengan keluarga pasien dan pasien itu
sendiri dapat mempermudah intervensi yang akan dilakukan. Pemahaman
yang benar tentang penyakit bronkitis dapat mempermudah dalam
pembuatan Askep. Dengan mengetahui cara yang benar dalam pembuatan
Askep dapat meningkat keterampilan dan kualitas dari perawat itu sendiri.
Askep yang akurat juga dapat membantu dalam memenuhi syarat
akreditasi asuhan keperawatan.
B. SARAN.
Diharapkan dengan adanya penjelasan mengenai proses
keperawatan/asuhan keperawatan khusunya tentang asuhan keperawatan
pada pasien bronkitis, dapat menunjang kita dalam proses pembelajaran
pada mata kuliah PKKDM I serta menjadi pedoman dan bahan
pembelajaran dalam melaksanakan profesi kita sebagai perawat nantinya.
Oleh karena itu dengan adanya bahan materi ini diharapakan kita sebagai
mahasiswa mampu mengetahui definisi penyakit bronkitis, etiologinya,
anatomi dan fisiologi, patofisiologi dan patoflow bronkitis, manifestasi
P a g e | 78
klinik, pemeriksaan diagnosis, terapi penyakit, komplikasi dari penyakit
bronkitis, prognosis dan pencegahan yang dapat dilakukan dalam proses
keperawatan, dapat mengidentifikasi tujuan dalam proses keperawatan,
serta dapat mengetahui contoh bentuk asuhan keperawatan sebelum kita
turun ke lapangan/masyarakat.
P a g e | 79
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. EGC :
Jakarta.
Long, Barbara C. 1998. Perawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta.
Tamsuri, Anas. 2008. Klien Gangguan Pernapasan: Seri Asuhan Keperawatan.
EGC: Jakarta.
Booker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan Edisi 31. EGC: Jakarta.
Gunawan, Iriyan. 2006. Bronkitis pada anak.
http://www.asuhankeperawatan.blogspot.com. Diakses tanggal 2 oktober
2010 pukul 16.15 WIB.
Kurniawan. 2010. Makalah Kesehatan.
http://kurniawanwhu.wordpress.com/2010/05/09/makalah-kesehatan/.
Diakses tanggal 6 oktober 2010 pukul 15:35 WIB.
P a g e | 80
DAFTAR ISTILAH
Congenital : Sudah terdapat sejak lahir
Bronkitis : Inflamasi pada mukosa bronkus
Bronkitis Akut : Batuk yang tiba-tiba terjadi karena infeksi virus
yang melibatkan jalan nafas yang besar
Bronkitis Kronik : Bronkitis kronik adalah inflamasi luas jalan napas
dan peningkatan produksi sputum mukoid.
Laringotrakeobronkitis : Infeksi virus yang akut pada saluran napas atas
yang dapat disertai komplikasi infeksi bakteri
sekunder.
Septum oli : Sekat hidung.
Sel goblet : Sel-sel yang mensekresikan mukus yang terdapat
dalam lapisan mukosa pada traktus respiratorius
serta gastrointenstinal.
Silia : 1. Bulu mata, 2. Jonjot-jonjot mikroskopis pada sel
tertentu, mis: sel yang melapisi traktus
respiratorius.
Mukus : Sekresi viskus dari kelenjar mukus.
Alergen : Faktor-faktor pembawa alergi.
Histamin : Amina yang dilepaskan dalam sejumlah dan
menimbulkan konstriksi otot polos, sekresi
lambung serta vasodilatasi.
Mukosa : Selaput lendir.
Bronkus : Salah satu dari dua saluran napas yag besar dan
dibentuk oleh percabangan trakea.
Hipertermi : Kenaikan suhu tubuh.
Malaise : Suatu rasa sakit atau rasa tidak enak badan.
Nasofaringitis : Faring bagian atas yang berada diatas palatum
mole.
Konjungtivitis : Inflamasi konjungtiva.
P a g e | 81
Anoreksia : Keadaan hilangnya selera makan.
Eritropoesis : Pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang yang
dirangsang oleh hormon eritroprotein.
Otitis media : Inflamasi telinga tengah.
Sinusitis : Inflamasi sinus, khususnya membran mukosa yang
melapisi sinus paranasal.
Pneumonia : Inflamasi jaringan paru yang biasanya disebabkan
oleh infeksi bakteri/virus.
Bronkietaksis : Suatu penyakit dimana bronkus dan bronkiolus
mengalami dilatasi serta terisi oleh sputum yng
puluren, berbau dan banyak.
Prognosis : Perjalanan penyakit atau hasil akhir yang
diperkirakan.
Dispnea : Napas tidak teratur.
Insomnia : Keadaan tidak bisa tidur.
Takikardia : Frekuensi jantung yang cepat.
Distensi : Keadaan membengkak dan mengembang.
Hepatomegali : Pembesaran hepar.
Barel chest : Dada tong.
Ronchi : Suara bronkial berdedas/gemeretak yang terdengar
pada auskultasi.
Libido : Dorongan/implus yang menghasilkan
tindakan/perbuatan.
Hipoksemia : Kekurangan oksigen dalam darah.
Sputum : Bahan yang dibatukkan keluar dari saluran
pernapasan.
Spasme batuk : Kontraksi otot yang mendadak saat batuk.
Patogen : Bersifat menimbulkan penyakit (mis:
mikroorganisme)
Infeksius : 1. Penyakit yang dapat ditularkan, 2. Penyakit yang
disebabkan oleh infeksi.
P a g e | 82
Ansietas : Perasaan tidak tenang, perasaan takut,
khawatir/cemas, dan gelisah.
PPOM : Penayakit Paru Obstruksi Menahun
COPD : cronik obstructive pulmonary disease
GDA : Gas Darah Arteri