bronkitis asmatik

28
PENDAHULUAN Asma merupakan penyakit yang sering dijumpai pada anak. Kejadian asma meningkat baik di negara maju maupun di negara berkembang termasuk Indonesia. Peningkatan ini berhubungan dengan meningkatnya industri dan pola hidup, sehingga tingkat polusi cukup tinggi, walaupun hal ini masih perlu dibuktikan. Prevalensi asma anak di Indonesia sekitar 10 % pada anak usia 6-7 tahun, dan sekitar 6,5 % pada anak usia < 14 tahun, dan terjadi 2 kali lebih sering pada laki- laki daripada perempuan. 1,2 Asma adalah suatu penyakit obstruksi jalan napas yang bersifat intermiten yang bisa mengalami reversibel secara menyeluruh atau sebagian. Patogenesis dari asma mencakup inflamasi, bronkospasme, peningkatan produksi mukus dan edema jalan napas. Faktor presipitasinya bersifat multifaktorial, yang paling sering adalah infeksi saluran napas atas dan alergen lingkungan. 3 Penyebab asma yang pasti belum jelas. Terdapat beberapa teori yang meliputi teori imunologik dan kombinasi. Yang berhubungan dengan imunologik mengaitkan asma dengan faktor ekstrinsik sehingga dikenal dengan asma ekstrinsik dan yang berhubungan dengan faktor non imunologik dikaitkan dengan faktor intrinsik atau asma idiopatik. 4 1

Upload: ahmad-djunaid

Post on 31-Jul-2015

842 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: bronkitis asmatik

PENDAHULUAN

Asma merupakan penyakit yang sering dijumpai pada anak. Kejadian

asma meningkat baik di negara maju maupun di negara berkembang termasuk

Indonesia. Peningkatan ini berhubungan dengan meningkatnya industri dan pola

hidup, sehingga tingkat polusi cukup tinggi, walaupun hal ini masih perlu

dibuktikan. Prevalensi asma anak di Indonesia sekitar 10 % pada anak usia 6-7

tahun, dan sekitar 6,5 % pada anak usia < 14 tahun, dan terjadi 2 kali lebih sering

pada laki-laki daripada perempuan.1,2

Asma adalah suatu penyakit obstruksi jalan napas yang bersifat intermiten

yang bisa mengalami reversibel secara menyeluruh atau sebagian. Patogenesis

dari asma mencakup inflamasi, bronkospasme, peningkatan produksi mukus dan

edema jalan napas. Faktor presipitasinya bersifat multifaktorial, yang paling

sering adalah infeksi saluran napas atas dan alergen lingkungan.3

Penyebab asma yang pasti belum jelas. Terdapat beberapa teori yang

meliputi teori imunologik dan kombinasi. Yang berhubungan dengan imunologik

mengaitkan asma dengan faktor ekstrinsik sehingga dikenal dengan asma

ekstrinsik dan yang berhubungan dengan faktor non imunologik dikaitkan dengan

faktor intrinsik atau asma idiopatik.4

Faktor pencetus asma dapat berupa infeksi saluran pernapasan, cuaca,

tungau/debu rumah, serbuk bunga, bulu anjing/kucing, asap, latihan berlebihan

dan emosi yang berlebihan.4

Dasar penanganan asma pada unit gawat darurat antara lain: oksigen,

resusitasi cairan, nebulisasi bronkodilator, beta 2 agonis, epinefrin, kortikosteroid

dan intubasi yang tepat pada kegagalan napas, lebih ditekankan pada faktor

edukasi mengenai kontrol lingkungan yang menekankan pada tindakan untuk

menghindari alergi dan pemicu lainnya.5,6,7

Tujuan terapi asma adalah untuk mengontrol gejala-gejala yang kronik,

untuk mempertahankan aktivitas yang normal dan untuk mencegah serangan

episode akut dan untuk memenuhi harapan dan kepuasan penderita dan

keluarganya atas perawatan pasien.7

1

Page 2: bronkitis asmatik

Bronkitis adalah suatu inflamasi bronkus non spesifik yang sering

didiagnosis pada anak dan dapat merupakan suatu penyakit yang berdiri sendiri

maupun bagian dari suatu kondisi sistemik seperti fibrosis kistik, asma, atau

keadaan defisiensi imun.8

Penyebab bronkitis adalah:

1. Infeksi: virus, bakteri non spesifik, bakteri spesifik seperti: pertusis,

tuberkulosis dan mikoplasma.

2. Reaktivitas: asma

3. Kimiawi: inhalasi asap rokok dan gas iritatif.

Bronkitis asmatis yaitu suatu peradangan bronkus yang ditandai dengan

adanya mengi, ditemukan secara integral pada asma dan eksaserbasi asma

umumnya dipicu oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas.9

Berikut ini adalah laporan kasus bronkitis asmatis pada anak di Bagian

Ilmu Kesehatan Anak BLU RSUP Prof.DR. R. D. Kandou Manado.

2

Page 3: bronkitis asmatik

LAPORAN KASUS

Seorang anak perempuan, umur 8 tahun 9 bulan, BB=19 kg, suku

Sangihe, kebangsaan Indonesia, alamat Karombasan Selatan, masuk rumah sakit

tanggal 18 Juni 2012, jam 04.15 Wita, dengan keluhan utama : Sesak napas.

ANAMNESIS UTAMA

Riwayat Penyakit Sekarang

- Sesak napas dialami penderita sejak 20 jam sebelum masuk rumah sakit,

sesak dialami saat penderita tidak melakukan aktivitas. Saat sesak penderita

hanya dapat berbicara beberapa kata saja, namun penderita masih bisa sedikit

beraktivitas diatas tempat tidur seperti mambaca. Saat sesak penderita tidak

bisa tidur berbaring, hanya bisa duduk bersandar.

- Batuk dialami penderita sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, hilang

timbul, lendir (+) warna putih, darah (-), batuk selalu diikuti dengan sesak.

- Panas dialami penderita sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, panas

sumer-sumer pada perabaan, panas turun sampai normal pada pemberian obat

penurun panas.

- Penderita memiliki riwayat sesak berulang sejak 1 tahun yang lalu dan

dirawat di RS. Dalam sebulan hanya sekali mendapat serangan.

- Menggigil tidak dialami penderita

- Kejang tidak dialami penderita

- Keringan tengah malam tidak dialami penderita

- BAB dan BAK biasa normal

Anamnesis Antenatal

Pemeriksaan ANC teratur 6 kali di RS, saat hamil ibu sehat, suntikan TT 2 kali.

3

Page 4: bronkitis asmatik

Penyakit Yang Pernah Diderita

- Morbili (-)

- Varicella (-)

- Pertusis (-)

- Diare (-)

- Cacing (-)

- Batuk Pilek (+)

- Asma bronkiale (+) tahun 2003

- Bronkopneumonia (+) tahun 2004

Kepandaian / Kemajuan bayi :

- Pertama kali membalik : 3 bulan

- Pertama kali tengkurap : 4 bulan

- Pertama kali duduk : 8 bulan

- Pertama kali merangkak : 10 bulan

- Pertama kali berdiri : 14 bulan

- Pertama kali berjalan : 18 bulan

- Pertama kali tertawa : 6 bulan

- Pertama Kali Berceloteh : 8 bulan

- Pertama kali memanggil mama : 12 bulan

- Pertama kali memanggil papa : 12 bulan

Anamnesis Makanan

- ASI : Lahir – 14 bulan

- PASI : 4 bulan

- Bubur susu : -

- Bubur saring : 4 bulan – 6 bulan

- Bubur halus : 6 bulan – 1 tahun

- Nasi + lauk : 1 tahun - sekarang

4

Page 5: bronkitis asmatik

Imunisasi

- BCG I

- Polio I, II, III

- DPT I, II, III

- Campak I

- Hepatitis I, II, III

Riwayat Keluarga

Hanya penderita yang sakit seperti ini dalam keluarga

Keadaan Sosial, Ekonomi dan Lingkungan :

Tinggal bersama keluarga dirumah permanen, dinding beton, atap seng. Terdiri

dari 5 buah kamar dihuni oleh 4 orang ( dewasa 2, anak-anak 2 ), WC/KM

didalam rumah, sumber air minum dari air sumur, penerangan PLN, sampah di

buang di tempat sampah.

PEMERIKSAAN FISIK

Tanggal 18 Juni 2012, jam 17.30 Wita

Berat badan : 19 Kg

Panjang badan : 117 cm

Keadaan umum : cukup

Kesadaran : kompos mentis

Gizi : Cukup

Tanda vital : T:100/70,N:88 x/m,reguler isi cukup,RR:34 x/m,SR:37,00C

Kulit : Sawo matang, effloresensi, pigmentasi, jaringan parut dan

edema tidak ada, lapisan lemak cukup, turgor kembali cepat.

Kepala : Bentuk mesosefal, ubun-ubun besar menutup, rambut hitam

sukar dicabut.

Mata : Tekanan bola mata normal pada perabaan, konjungtiva

anemis -/-, sklera ikterus -/- lensa jernih, refleks kornea +/+

5

Page 6: bronkitis asmatik

normal, gerakan normal, pupil bulat isokor, kiri sama dengan

kanan, refleks cahaya +/+ normal, fundus dan visus tidak

dievaluasi, mata cowong -/-, air mata +/+.

Telinga : Sekret tidak ada

Hidung : Septum tidak deviasi, epistaksis atau sekret tidak ada

Mulut : Bibir tidak sianotis, lidah kotor (-), karies pada gigi (-),

perdarahan gusi (-), bau pernapasan normal.

Tenggorokan : Tonsil T1/T1 hiperemis (-), faring hiperemis (-)

Leher : Trakea di tengah, pembesaran kelenjar getah bening kiri dan

kanan (-).

Dada : Bentuk simetris normal, ruang interkostal retraksi (+) IC

Paru : Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris kiri = kanan

Palpasi : Stem fremitus kiri = kanan

Perkusi : Sonor kiri = kanan

Auskultasi : Sp. bronkovesikuler, ekspirium memanjang,

ronki -/-, wheezing +/+

Jantung : Denyut jantung 100 x/mnt, iktus tak tampak, batas-batas

jantung normal, bunyi jantung I dan II murni, bising (-)

Abdomen : Datar, lemas, peristaltik usus (+) normal, hepar/lien tak

teraba, turgor kembali cepat

Genitalia : Perempuan, tidak ada kelainan

Anggota gerak : Bagian akral hangat, edema (-).

Tulang-belulang : Deformitas (-)

Otot : Atrofi (-)

Refleks-refleks : RF (+) N , RP (-)

DIAGNOSIS KERJA

- Asma episodik sering serangan berat.

PENATALAKSANAAN

- O2 1 – 2 liter / menit

- Bolus Aminofilin 126 mg dalam D5% sebanyak 20 mL: selama 30 menit

- IVFD Aminofilin 83mg in D5% 500mL →21-22gtt/mnt

6

Page 7: bronkitis asmatik

- Inj Dexamethason 3x3,5mg IV

- Nebulisasi Combivent 1 respul / 4 jam

- Sporetik 2 x 1 cth

- Sanmol 3 x 1 cth

- Epexol 3 x ¾ cth

- Ventolin syr 3 x 1 cth

ANJURAN PEMERIKSAAN:

- Darah Lengkap

- DDR

- Na, K, Cl

- Foto Thorax

FOLLOW UP

19 Juni 2012 ( hari I )

S : Batuk (+), Sesak berkurang, Demam (↓)

O : K U : Cukup; Kes. : kompos mentis

Tanda vital : T: 100/60, N : 88 x/m R : 34 x/m SR : 36,7OC

Kepala : Konj an -/-, Skl. Ikt. -/-, PCH (-)

Toraks : Retraksi (+) minimal, Jantung : Bising (-), Paru : Sp.

Bronkovesikuler, ronki -/-, wheezing +/+.

Abdomen : Datar, lemas, peristaltik usus (+) normal, Hepar/ lien: tak

teraba

Ekstremitas : Akral hangat.

A : Asma episodik sering post serangan berat.

P :

- O2 2 – 4 liter / menit

- IVFD Aminofilin 83mg in D5% 500mL : 21-22 gtt/mnt

- Inj Dexamethason 3x3,5mg IV (I)

- Nebulisasi Combivent 1 respul/4 jam

7

Page 8: bronkitis asmatik

- Sporetik 2 x 1 cth

- Sanmol 3 x 1 cth

- Epexol 3 x ¾ cth

- Ventolin syr 3 x 1 cth

Rencana:

- Foto toraks AP

Hasil Lab :

DDR : - Ur : 15,2 Na : 137 Batang : 2

HCT : 34,7 Cr : 0,41 K : 2,7 Segmen : 70

HB : 11,7 SGOT : 26 Cl : 104 Lymp : 18

Leu : 12.900 SGPT : 16 Eos : 3 Monosit : 7

Trombo : 276.103 Ca : 9 Bas : 0 Montoux test : (-)

20 Juni 2012 ( hari II )

S : Batuk (-), Sesak (-), Demam (-), intake (+) baik

O : K U : cukup; Kes. : kompos mentis

Tanda vital : T: 90/60, N : 120 x/m R : 34 x/m SR : 37,5OC

Kepala : Konj an -/-, Skl. Ikt. -/-, PCH (-)

Toraks : Retraksi (-), Jantung : Bising (-), Paru : Sp.

Bronkovesikuler, ronki -/-, wheezing -/-.

Abdomen : Datar, lemas, peristaltik usus (+) normal, Hepar/ lien: tak

teraba

Ekstremitas : Akral hangat.

A : Asma episodik sering post serangan berat.

P :

- IVFD NaCl 0,45% in 5% → 8 gtt/mnt

- Inj Deksametason 3x3,5 mg IV (II)

- Nebulisasi Combivent/ 4 jam

- Sanmol 3 x 1 cth

- Sporetik 2 x 1 cth

8

Page 9: bronkitis asmatik

- Epexol 3 x ¾ cth

- Ventolin syr 3 x 1 cth

21 Juni 2012 ( hari III )

S : Batuk (-), Sesak (-), Panas (-)

O : K U : cukup; Kes. : kompos mentis

Tanda vital : T: 100/50, N : 100 x/m R : 34 x/m SR : 37,4OC

Kepala : Konj an -/-, Skl. Ikt. -/-, PCH (-)

Toraks : Retraksi (-), Jantung : Bising (-), Paru : Sp.

Bronkovesikuler, ronki -/-, wheezing +/+.

Abdomen : Datar, lemas, peristaltik usus (+) normal, Hepar/ lien: tak

teraba

Ekstremitas : Akral hangat.

A : Asma episodik sering serangan berat.

P : - Inj Dexametasone 3x3,5mg IV (III)

- Sporetik 2 x 1cth

- Epexol syr 3 x ¾ cth

- Ventolin syr 3 x 1cth

- Sanmol syr 3x2cth

22 Juni 2012 ( hari IV )

S : Batuk (-), Sesak (-), Panas (-), intake baik.

O : K U : Cukup; Kes. : kompos mentis

Tanda vital : T: 100/60, N : 100 x/m R : 32 x/m SR : 37,6OC

Kepala : Konj an -/-, Skl. Ikt. -/-, PCH (-)

Toraks : Retraksi (-), Jantung : Bising (-), Paru : Sp.

Bronkovesikuler, ronki -/-, wheezing +/+.

Abdomen : Datar, lemas, peristaltik usus (+) normal, Hepar/ lien: tak

teraba

Ekstremitas : Akral hangat.

A : Asma episodik sering post serangan berat.

9

Page 10: bronkitis asmatik

P : - Inj Dexametasone 3x3,5mg IV (III)

- Sporetik 2 x 1cth

- Epexol syr 3 x ¾ cth

- Ventolin syr 3 x 1cth

- Sanmol syr 3x2cth

23 Juni 2012 ( hari V )

S : (-)

O : K U : Cukup; Kes. : kompos mentis

Tanda vital : T: 90/60, N : 96 x/m R : 32 x/m SR : 37,3OC

Kepala : Konj an -/-, Skl. Ikt. -/-, PCH (-)

Toraks : Retraksi (-), Jantung : Bising (-), Paru : Sp.

Bronkovesikuler, ronki -/-, wheezing +/+.

Abdomen : Datar, lemas, peristaltik usus (+) normal, Hepar/ lien: tak

teraba

Ekstremitas : Akral hangat.

A : Asma episodik sering post serangan berat.

P : - Sporetik 2 x 1cth

- Epexol syr 3 x ¾ cth

- Ventolin syr 3x1cth

- Sanmol syr 3x2 cth k/p

Hasil Lab :

LED : 13 Trombo : 317.10 Leu : 11.200

HB : 13,7 Na : 141 Cl : 107

Erit : 3,20 K : 4,0

24 Juni 2012 ( hari VI )

S : (-)

O : K U : Cukup; Kes. : kompos mentis

Tanda vital : T: 100/70, N : 120 x/m R : 34 x/m SR : 36,4OC

Kepala : Konj an -/-, Skl. Ikt. -/-, PCH (-)

Toraks : Retraksi (-), Jantung : Bising (-), Paru : Sp.

Bronkovesikuler, ronki +/+ basah kasar, wheezing +/+.

10

Page 11: bronkitis asmatik

Abdomen : Datar, lemas, peristaltik usus (+) normal, Hepar/ lien: tak

teraba

Ekstremitas : Akral hangat.

A : Asma episodik sering post serangan berat.

P : - Ambroksol 10 mg + CTM 2 mg + Salbutamol ½ tablet (3 x 1 pulv)

- Amoxan 4 x 250 mg

- Sanmol 3 x 250 mg (kp)

- R/: Cek hasil foto toraks

25 Juni 2012 ( hari VII )

S : Batuk (±), Sesak (+) malam, Panas (-)

O : K U : Cukup; Kes. : kompos mentis

Tanda vital : T: 100/60, N : 100 x/m R : 32 x/m SR : 36,4OC

Kepala : Konj an -/-, Skl. Ikt. -/-, PCH (-)

Toraks : Retraksi (-), Jantung : Bising (-), Paru : Sp.

Bronkovesikuler, ronki +/+ basah kasar, wheezing +/+.

Abdomen : Datar, lemas, peristaltik usus (+) normal, Hepar: jpp, lien:

tak teraba

Ekstremitas : Akral hangat.

A : Asma episodik sering post serangan berat.

P : - Sporetik 2 x 1cth

- Epexol syr 3 x ¾ cth

- Ventolin syr 3x1cth

- Sanmol syr 3x2 cth k/p Hasil foto: Cor dan pulmo tidak ada kelainan

11

Page 12: bronkitis asmatik

DISKUSI

Diagnosis bronkitis asmatis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan penunjang.

Pada penderita ini dari anamnesis didapatkan adanya gejala bronkitis dan

asma, tapi yang lebih berperan yaitu gejala asma berupa sesak napas yang

berulang disertai batuk lebih dari 2 minggu dan adanya panas sumer-sumer.

Sehari sebelum MRS, penderita merasa sesak napas, namun berkurang setelah

minum obat sesak. Serangan selanjutnya penderita langsung dibawa ke rumah

sakit. Selain itu, penderita ini juga didapatkan gejala sesak napas episodik, mengi

(wheezing berulang), rasa dada tertekan, dimana gejala timbul bila penderita

terpajan dengan faktor pencetus.9,10

Pada riwayat penyakit dahulu didapatkan penderita sudah sering mendapat

serangan asma sejak 1 tahun yang lalu. Penderita hanya sekali dalam sebulan

mendapat serangan asma dan biasanya terjadi bila penderita dimarahi. Ini berarti

sesuai literatur dikatakan asma penyebabnya bisa faktor non-imunologik yaitu

infeksi virus atau bakteri, olahraga dan emosi yang berlebihan, pada penderita ini

adalah emosi yang berlebihan.11

Asma ditandai oleh 3 kelainan utama pada bronkus yaitu: konstriksi otot

bronkus, inflamasi mukosa dan bertambahnya sekret jalan napas. Stadium awal

mukosa jalan napas pucat, terdapat edema dan sekresi lendir bertambah, lumen

bronkus dan bronkioli menyempit karena spasme. Terlibat kongesti pembuluh

darah, infiltrat eosinofil bahkan juga dalam lumen saluran napas. Selain itu juga

sel mast memberi peranan penting dimana mengalami degranulasi dan

mengeluarkan berbagai mediator yang menyebabkan bronkonstriksi dan

mengiritasi reseptor iritan.12

Bronkitis biasanya didahului oleh suatu infeksi traktus respiratorius bagian

atas oleh virus. Umumnya anak-anak datang dengan gejala infeksi saluran napas

atau yang tidak spesifik seperti rinitis. Tiga sampai 4 hari kemudian timbul batuk

kering yang cukup sering. Timbulnya batuk menunjukkan adanya perluasan

infeksi kearah trakea dan bronkus.13

12

Page 13: bronkitis asmatik

Batuk merupakan gejala klinis pasien, batuk kemudian menjadi produktif.

Setelah beberapa hari sputum mungkin menjadi purulen. Nyeri dada dapat

dikeluhkan oleh anak yang lebih besar yang diperberat oleh adanya batuk.

Mukusnya kemudian menjadi lebih encer, biasanya berlangsung sekitar 2 minggu

dan jarang sampai melebihi 3 minggu.14

Pada pemeriksaan fisik didapatkan penderita cukup, dalam keadaan sesak,

ada pernapasan cuping hidung, takipnea, takikardi dengan tekanan darah normal.

Dari hal ini dikategorikan asma sedang. Menurut literatur asma dapat dibagi

dalam beberapa kategori yaitu dapat dilihat pada tabel I (pembagian derajat

penyakit asma pada anak).Tabel I: Pembagian derajat penyakti asma pada anak.15

Parametri klinis,

Kebutuhan obat dan faal

paru

Asma episodik

jarang (asma

ringan)

Asma episodik

sering (asma

sedang)

Asma persisten

(asma berat)

1. Frekuensi serangan

2. Lama serangan

3. Intensitas serangan

4. Diantara serangan

5. Tidur dan aktifitas

6. Pemeriksaan fisis

7. Obat pengendali

(anti inflamasi)

8. Uji Faal paru (diluar

serangan)

9. Variabilitas faal paru

(bila ada serangan)

< 1 x / bulan

< 1 minggu

Biasanya ringan

Tanpa gejala

Tidak terganggu

Normal

Tidak perlu

PEF/FEVI > 80%

Variabilitas>15%

> 1 x/ bulan

= 1 minggu

Biasanya sedang

Sering ada gejala

Sering terganggu

Ditemukan

kelainan

Perlu, non steroid

PCP/FEVI

60-80%

Variabilitas > 30%

Sering

Hampir sepanjang

tahun, tidak ada

remisi

Biasanya berat

Gejala siang dan

malam

Sangat terganggu

Tidak pernah

normal

Perlu steroid

PEF/FEVI < 60%,

variabilitas20-

30%

Variabilitas> 50%

Pada dinding toraks terlihat retraksi interkostal, gerakan pernapasan sama

kiri dan kanan dan tidak tampak pelebaran sela iga, stem fremitus sama di kedua

13

Page 14: bronkitis asmatik

lapangan paru, sonor pada perkusi paru dan pada auskultasi didapatkan wheezing

pada kedua paru dan setelah diterapi wheezing menghilang. Ditemukan adanya

ronki basah kasar pada kedua paru. Dari pemeriksaan tersebut diatas, didapatkan

kesan terjadi perubahan anatomis yang besar pada paru dan dinding toraks diluar

serangan.

Ini sesuai literatur baik bronkitis maupun asma ditemukan adanya ronki basah

kasar disertai mengi.

Pemeriksaan foto toraks berupa corakan corakan paru yang meningkat bisa

terjadi hiperaerasi (hiperinflasi pada serangan asma kronik dan pada bronkitis

biasanya normal) atau kadang-kadang terlihat penebalan peribronkial.

Hiperinflasi menunjukkan adanya keterlibatan saluran napas yang lebih perifer.16

Pada penderita ini hasil foto toraks cor dan pulmo tidak ada kelainan.

Pemberian oksigen 2-4 liter/ menit dimaksudkan untuk mengurangi sesak

napas yang ditandai dengan takipnea dan pernapasan cuping hidung. Obat asma

ada 2 kelompok besar yaitu: obat pereda (relieveri) dan obat pengendali

(controller). Pada penderita ini hanya diberikan obat pereda asma yaitu :17

1. Aminofilin.

Status asmatikus seharusnya dipandang sebagai keadaan emergensi. Terapi

optimal untuk pasien asma umumnya memerlukan obat yang diberikan secara

parenteral, monitoring ketat dan perawatan intensif. Berikut adalah dosis untuk

pasien yang belum menggunakan teofilin.

Pasien Dosis awal Dosis

Pemeliharaan

Anak 1-9 tahun 6,3 mg/kg a 1 mg/kg/jam a

Anak 9-16 tahun dan perokok dewasa 6,3 mg/kg a 0,8 mg/kg/jam a

Dewasa bukan perokok 6,3 mg/kg a 0,5 mg/kg/jam a

Orang lanjut usia dan pasien dengan

gangguan paru-paru

6.3 mg/kg a 0,3 mg/kg/jam a

Pasien gagal jantung kongestiv 6.4 mg/kg a 0,1-0,2

mg/kg/jam a

Tabel 5 Dosis Aminofilin

14

Page 15: bronkitis asmatik

Untuk pasien yang sudah menggunakan teofilin, pastikan jika

memungkinkan, waktu, jumlah, bentuk sediaan dan rute pemberian dari dosis

terakhir yang diterima pasien. Pemberian dosis awal dari aminofilin dapat

diberikan melalui intravena lambat atau diberikan dalam bentuk infus (biasanya

dalam 100-200 mL) dekstrosa 5% atau injeksi Na Cl 0,9%. Kecepatan pemberian

jangan melebihi 25mg/mL. Setelah itu terapi pemeliharaan dapat diberikan

melalui infus volume besar untuk mencapai jumlah obat yang diinginkan pada

setiap jam. Terapi oral dapat langsung diberikan sebagai pengganti terapi

intravena, segera setelah tercapai kemajuan kesehatan yang berarti.

2. Teofilin

Dosis yang diberikan tergantung individu. Penyesuaian dosis berdasarkan

respon klinik dan perkembangan pada fungsi paru-paru. Dosis ekivalen

berdasarkan teofilin anhidrat yang dikandung. Monitor level serum untuk level

terapi dari 10-20 mcg/mL.

Berikut adalah dosis yang direkomendasikan untuk pasien yang belum

menggunakan teofilin.

Pasien Dosis Oral

Awal

Dosis Pemeliharaan

Anak 1-9 tahun 5 mg/kg 4 mg/kg setiap 6 jam

Anak 9-16 tahun dan dewasa perokok 5 mg/kg 3 mg/kg setiap 6 jam

Dewasa bukan perokok 5 mg/kg 3 mg/kg setiap 8 jam

Orang lanjut usia dan pasien dengan

gangguan paru-paru

5 mg/kg 2 mg/kg setiap 8 jam

Pasien gagal jantung kongestive 5 mg/kg 1-2 mg/kg setiap 12

jam

Pada prinsipnya pemberian antibiotik tidak diperlukan karena bronkitis pada

penderita ini disebabkan oleh reaktivasi asma, tapi apabila bronkitis sudah

disertai infeksi sekunder maka pemberian antibiotik diindikasikan. Pada penderita

ini diberikan antibiotik spektrum luas seperti amoksan mengingat batuk penderita

15

Page 16: bronkitis asmatik

sudah lama dan sputum purulen disertai dengan panas.12 Selain itu diberikan obat

oral lain seperti Epexol 3 x ¾ cth, Ventolyn syr 3x1cth, dan Sanmol 3 x 2cth

kalau perlu.

Penderita memberikan respon yang baik terhadap terapi yang diberikan

dimana keluhan sesak napas menghilang, batuk sudah sembuh, tidak panas lagi

setelah diberikan terapi, PCH (-), Wheezing (-), respirasi kembali normal,

sehingga terapi dilanjutkan sampai penderita pulang.

Pencegahan bronkitis asmatis pada penderita ini yaitu dengan menghindari

faktor-faktor pencetus seperti alergen, infeksi, iritan, cuaca, kegiatan fisik yang

berat, ISPA, obat-obatan dan faktor emosi. Pada penderita ini diharapkan

menghindari emosi yang berlebihan, dimana orang tua turut berperan dengan

mendidik anak tidak terlalu keras dan memberi waktu yang cukup untuk rekreasi

dan suasana yang tenang.

Sebagian besar asma anak hilang atau berkurang dengan bertambahnya

umur. Faktor yang mempengaruhi prognosis asma anak ialah: umur, banyak

sedikitnya faktor atopi pada anak dan keluarganya, usaha pengobatan dan

penanggulangannya. Pada bronkitis dapat sembuh sendiri karena bersifat self

limiting.16,17

Apabila pasien terus mengalami gangguan pernapasan walaupun telah

ditangani dengan obat-obat simpatomimetik dengan atau tanpa teofilin, maka

harus dipikirkan diagnosis asma bronkial dengan serangan berat. Status

asmatikus adalah suatu asma bronkial dengan serangan berat.

Status asmatikus adalah diagnosis klinis yang ditandai dengan meningkatnya

serangan asma yang tidak responsif terhadap obat-obat yang biasa diberikan atau

dengan terapi adrenalin 1/ 1000; 0,01 ml/ kgBB secara subkutan yang diberikan

setiap 15-20 menit 3 kali pemberian. Pasien yang telah didiagnosis dengan status

asmatikus harus dirawat di Unit Gawat Darurat dimana keadaan pasien dapat

dimonitor dengan seksama.17,18

Prognosis pada pasien ini baik, pasien ini pulang dalam keadaan sembuh dan

dianjurkan kontrol ke poli anak.

16

Page 17: bronkitis asmatik

DAFTAR PUSTAKA

1. Supriyanto B. Tatalaksana serangan asma pada anak. Updates in Pediatric

Emergencies. Jakarta: FKUI, 2003: 57-72

2. Kelly CS, Morrow AL, et al. Outcomes Evaluation of a comprehensive

intervention program for asthmaticus children enrolled in medical.

Pediatrics, 2000: 105, 1029-35

3. Gausche M. The pediatric emergency medicine course. 3rd ed. Dallas:

American College of Emergency Physicians and American Academy of

Pediatrics, 1998: 57-8

4. Heru & Sundaru, Staf Pengajar IKA FKUI. Asma bronkial. Dalam: Ilmu

kesehatan anak. Edisi ke-3. Jakarta: FKUI, 1995: 1203-28

5. UKK Pulmonologi PP IDAI. Pedoman nasional asma anak. In meet the

expert respirologi anak IV dan tatalaksana mutakhir penyakit respiratorik

pada anak. Medan: PP-IDAI UKK Pulmonologi, 2003: 1-11

6. Sly RM. Asthma. In: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, eds.

Nelson textbook of pediatrics; 16th ed. Philadelphia: WB Saunders

Company, 2000: 664-79.

7. Santoso G, Setyawati L, Makmuri MS. Tatalaksana serangan asma.

Dalam: Permong B, Soeprapto HP, Kapsari FM, dkk. Editor. Continuing

education ilmu kesehatan anak. Kapita selekta ilmu kesehatan anak II.

Surabaya: Laboratorium/ SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Universitas Airlangga, 2003: 107-20

8. Bierman CW, Pearlman DS. Asthma. In: Chernick V, Kendig EL, eds.

Kendig’s disorders of the respiratory tract in children; 14th ed.

Philadelphia: WB saunders Company, 1990: 557-96

9. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sam

Ratulangi. Status asmatikus. Dalam: Buku Pedoman Diagnosis dan

Terapi. Manado, 2001: 200-1.

10. Sly MR. Gangguan alergi. Dalam: Behrman, Kliegman, Arvin. Ilmu

Kesehatan Anak. Nelson vol.3. Jakarta: EGC, 1996: 82.

17

Page 18: bronkitis asmatik

11. Harsono A. Asma bronkiale. In: Nuer SM, Ismoedjianto, Untario CM,

Bunga rampai pediatri. Surabaya: Laboratorium/SMF Ilmu Kesehatan

Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga / RSUD Dr.Sutomo,

2002: 1-19.

12. Mills J, Luce JM. Seri diagnosis dan pengobatan darurat paru-paru.

Jakarta: EGC. 1993: 22-6.

13. Setiawan L, Makmuri MS, Santoso G. Inhalasi steroid pada

penatalaksanaan asma anak. Buletin ilmu kesehatan anak. Divisi

pulmonologi Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Universitas Airlangga / RSUD Dr.Sutomo. 2003: 402-16.

14. Goodman D. Inflamatory disorder of the small airways. In: Behrman RE,

Kliegman RM, Jenson HB, eds. Nelson textbook of pediatrics; 16th ed.

Philadelphia: WB Saunders Company, 2000: 1414-5.

15. Loughlin GM. Bronkhitis. In: Chernick V, Boat TF, Kendig EL, eds.

Kendig’s disorder of the respiratory tract in children, sixth ed.

Philadelphia: WB Saunders Company, 1998: 461-72.

16. Said M. Pendekatan diagnostik bronkitis pada anak. Dalam: Rahajoe N,

Budiman I et al, Bronkitis dan asma pada anak. Jakarta: Sub Bagian

Pulmonologi Bagian IKA FK UI, 1984: 193-204

17. Mellis CM. Bronchitis in children. Dalam: Rahajoe N, Budiman I et al,

Bronkitis dan asma pada anak. Jakarta: Sub Bagian Pulmonologi Bagian

IKA FK UI, 1984: 51-7

18. Wantania JM. Bronkitis akuta. Dalam: Mantik MFJ, Runtunuwu A,

Wantania JM, ed. Buku pedoman diagnosis dan terapi. Manado: Bagian

IKA FK Unsrat, 2001: 208.

18