referat neuroblastoma
DESCRIPTION
Psoriasis adalah penyakit kulit kronik residif dengan lesi yang khas berupabercak-bercak eritema berbatas tegas, ditutupi oleh skuama yang tebal berlapis-lapis berwarna putih mengkilap serta transparan, disertai fenomen tetesan lilin,Auspitz dan Kobner.Penyebab psoriasis hingga saat ini belum diketahui, tetapiyang pasti pembentukan epidermis dipercepat. Penyakit ini tidak menyebabkankematian, tidak menular, tetapi karena timbulnya dapat terjadi pada bagian tubuhmana saja sehingga dapat menyebabkan gangguan kosmetik, menurunkan kualitashidup, gangguan psikologis (mental), sosial, dan finansialTRANSCRIPT
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Referat
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
NEUROBLASTOMA
oleh:
Harry Hamyasa (0808015017)
Muhammad Taufik Adhyatma (0808015046)
Pembimbing
dr. William S. Tjeng, Sp. A
Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik
Pada Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
Rumah Sakit Umum Abdul Wahab Sjahranie
2013
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Neuroblastomas adalah kanker embrional dari sistem saraf simpatik perifer dengan
manifestasi klinis yang heterogen, mulai dari tumor yang mengalami regresi spontan sampai
tumor yang sangat agresif dan tidak responsif terhadap terapi multimodal sangat intensif.
Etiologi dari kebanyakan kasus tidak diketahui. Meskipun kemajuan signifikan dalam
pengobatan anak-anak dengan neuroblastoma, outcome pasien dengan neuroblastoma agresif
tetaplah jelek
Neuroblastoma merupakan tumor lunak, padat yang berasal dari sel-sel crest neuralis
yang merupakan prekusor dari medula adrenal dan sistem saraf simpatis. Neuroblastoma
dapat timbul di tempat terdapatnya jaringan saraf simpatis. Meninfestasi klinis neuroblastoma
berkaitan dengan lokasi timbulnya tumor dan metastasisnya. Kebanyakan pasien saat datang
sudah stadium lanjut. Penyakit ini memiliki kekhasan dapat remisi spontan dan transformasi
ke tumor jinak, terutama pada anak dalam usia 1 tahun. Terapi meliputi operasi, radioterapi,
kemoterapi dan terapi biologis. Survival 5 tahun untuk stadium I dan II pasca terapi
kombinasi adalah 90% lebih, stadium III kira-kira 40%-50%, stadium IV berprognosis buruk
yaitu hanya 15%-20%.
Neuroblastoma menjadi tumor padat ekstrakranial pada anak yang paling sering,
meliputi 8-10% dari seluruh kanker masa kanak-kanak, dan merupakan neoplasma bayi yang
terdiagnosis adalah 2 tahun, 90% terdiagnosis sebelum 5 tahun. Insiden tahunan 8,7 perjuta
anak, atau 500-600 kasus baru tiap tahun di Amerika Serikat. Insiden sedikit lebih tinggi pada
laki-laki dan pada kulit putih. Ada kasus-kasus keluarga dan neuroblastoma telah didiagnosis
pada penderita dengan neurofibrogematosis, nesidioblastosis dan penyakit Hischrung.
Angka ketahanan hidup bayi dengan penyakit neuroblastoma yang berstadium rendah
melebihi 90% dan bayi dengan penyakit metastasis mempunyai angka ketahanan hidup
jangka panjang 50% atau lebih. Anak dengan penyakit stadium stadium rendah umumnya
mempunyai prognosis yang sangat baik, tidak tergantung umur. Makin tua umur penderita
dan makin menyebar penyakit, makin buruk prognosisnya. Meskipun dengan terapi
konvensional atau CST yang agresif, angka ketahanan hidup bebas penyakit untuk anak lebih
tua dengan penyakit lanjut jarang melebihi 20%.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Neuroblastoma adalah tumor embrional dari sistem saraf otonom yang mana sel tidak
berkembang sempurna. Neuroblastoma umumnya terjadi bayi usia rata-rata 17 bulan. Tumor
ini berkembang dalam jaringan sistem saraf simpatik, biasanya dalam medula adrenal atau
ganglia paraspinal, sehingga menyebabkan adanya sebagai lesi massa di leher, dada, perut,
atau panggul. Insiden neuroblastoma adalah 10,2 kasus per juta anak di bawah 15 tahun.
Yang paling umum kanker didiagnosis ketika tahun pertama kehidupan (Jhon, 2010).
Neuroblastoma merupakan tumor lunak, padat yang berasal dari sel-sel crest neuralis
yang merupakan prekusor dari medula adrenal dan sistem saraf simpatis. Neuroblastoma
dapat timbul di tempat terdapatnya jaringan saraf simpatis. Tempat tumor primer yang umum
adalah abdomen, kelenjar adrenal atau ganglia paraspinal toraks, leher dan pelvis.
Neuroblastoma umumnya bersimpati dan seringkali bergeseran dengan jaringan atau organ
yang berdekatan (Cecily & Linda, 2002)
Neuroblastoma adalah tumor padat ekstrakranial pada anak yang paling sering,
meliputi 8-10% dari seluruh kanker masa knak-kanak, dan merupakan neoplasma bayi yang
terdiagnosis adalah 2 tahun, 90% terdiagnosis sebelum 5 tahun.Neuroblastoma berasal dari
sel krista neuralis sistem saraf simpatis dan karena itu dapat timbul di manapun dari fossa
kranialis posterior sampai koksik. Sekitar 70% tumor tersebut timbul di abdomen, 50% dari
jumlah itu di kelenjar adrenal. Dua pulu persen lainnta timbul di toraks, biasanya di
mediastinum posterior. Tumor itu paling sering meluas ke jaringan sekitar dengan invasi
lokal dan ke kelenjar limfe regional melalui nodus limfe. Penyebaran hematogen ke sumsum
tulang, kerangka, dan hati sering terjadi. Dengan teknik imunologik sel tumor dapat dideteksi
dalam darah tepi pada lebih dari 50% anak pada waktu diagnosis atau relaps. Penyebaran ke
otak dan paru pada kasus jarang (Nelson, 2000).
Neuroblastoma adalah tumor ganas yang berasal dari sel Krista neurak embronik,
dapat timbul disetiap lokasi system saraf simpatis, merupakan tumor padat ganas paling
sering dijumpai pada anak. Insiden menempati 8% dari tumor ganas anak, atau di posisi ke-4.
Umumnya ditemukan pada anak balita, puncak insiden pada usia 2 tahun. Lokasi predeileksi
di kelenjar adrenal retroperitoneal, mediastrinum, pelvis dan daerah kepala-leher. Tingkat
keganasan neuroblastoma tinggi, sering metastasis ke sumsum tulang, tulang, hati, kelenjar
limfe, dll (Willie, 2008).
Tumor ini biasanya tidak memungkiri asalnya, dengan mengeluarkan hormon
katekolamin. Tekanan darah tinggi yang merupakan akibat tumor ini jarang menimbulkan
keluhan, tetapi dapat berfungsi sebagai zat penanda tumor: di dalam air kemih dapat dilihat
hormon yang dikeluarkan, sehingga diagnosis tumor menjadi jelas. Dengan dapat dipastikan,
apakah tumornya neuroblastoma atau nefroblastoma (Wim De Jong, 2005)
2.2 Etiologi
Kebanyakan etiologi dari neuroblastoma adalah tidak diketahui. Ada laporan yang
menyebutkan bahwa timbulnya neuroblastoma infantile (pada anak-anak) berkaitan dengan
orang tua atau selama hamil terpapar obat-obatan atau zat kimia tertentu seperti hidantoin,
etanol, dll. (Willie , 2008).
Kelainan sitogenik yang terjadi pada neuroblastoma kira-kira pada 80% kasus,
meliputi penghapusan (delesi) parsial lengan pendek kromosom 1, anomali kromosom 17,
dan ampifilatik genomik dari oncogen N-Myc, suatu indikator prognosis buruk (Nelson,
2011).
Beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap kemunculan dari neuroblastoma
adalah sebagai berikut (American Cancer Society, 2012) :
Gaya Hidup
Gaya hidup yang berhubungan dengan faktor risiko seperti berat badan,
aktivitas fisik, diet, dan penggunaan tembakau memainkan peran utama dalam kanker
dewasa. Namun faktor-faktor ini biasanya memakan waktu bertahun-tahun untuk
mempengaruhi risiko kanker, dan dapat berpengaruh banyak peran dalam kanker pada
anak, termasuk neuroblastoma. Tidak ada faktor lingkungan (seperti eksposur selama
kehamilan ibu atau pada awal masa kanak kanak) diketahui dapat meningkatkan
kesempatan untuk mendapatkan neuroblastoma.
Usia
Neuroblastoma paling sering terjadi pada anak-anak yang sangat muda, tetapi
hal ini sangat jarang terjadi pada orang di atas usia 10 tahun.
Keturunan
Pada sekitar 1% sampai 2% dari semua neuroblastomas, anak mungkin telah
mewarisi peningkatan risiko terjadinya neuroblastoma. Namun mayoritas dari
neuroblastomas tampaknya tidak diwariskan. Anak-anak dengan bentuk keluarga dari
neuroblastoma (mereka yang memiliki kecenderungan diwariskan kepada
mengembangkan kanker ini) biasanya datang dari keluarga dengan satu atau lebih
anggota yang terkena dampak yang memiliki neuroblastoma saat bayi. Usia rata-rata
pada diagnosis kasus keluarga adalah awal dari usia untuk sporadis (tidak mewarisi)
kasus. Anak-anak dengan neuroblastoma keluarga dapat berkembang 2 atau lebih dari
kanker ini di berbagai organ (misalnya, dalam kedua kelenjar adrenal atau lebih dari
satu ganglion simpatik).
Sangat penting untuk membedakan neuroblastomas yang dimulai di lebih dari
satu organ dari neuroblastomas yang telah dimulai pada satu organ dan kemudian
menyebar ke orang lain (metastasis neuroblastomas). Ketika tumor berkembang di
beberapa tempat sekaligus itu menunjukkan suatu bentuk familial yang mungkin
berarti bahwa anggota keluarga yang lain harus mempertimbangkan konseling genetik
dan pengujian. Metastasis dapat terjadi dengan baik.
2.3 Epidemiologi
Neuroblastoma adalah tumor yang paling umum pada bayi dan anak, mewakili 6%
sampai 10% dari semua kanker pada anak dan 15% dari semua penyebab kematian anak
akibat kanker di Amerika Serikat (Kim & Chung, 2009). Sekitar 600 kasus baru didiagnosa
setiap tahun di Amerika Serikat, sekitar 8-10% dari keganasan pada anak dan sepertiga pada
bayi. Neuroblastoma menyumbang lebih dari 15% dari kematian akibat kanker pada anak-
anak. Usia rata-rata anak-anak di diagnosis neuroblastoma adalah 22 bulan, dan 90% dari
kasus yang didiagnosis pada usia 5 tahun (Zage & Ater, 2011) Meskipun penelitian ilmu
yang luas sedang berlangsung secara klinis dan dasar, neuroblastoma tetap tumor misterius
dengan etiologi tidak diketahui dan perjalanan klinis tidak terduga (Kim & Chung, 2009).
2.4 Patofisiologi
Neuroblastomas timbul dari primordial sel pial neural, yang bermigrasi selama
embriogenesis untuk membentuk medula adrenal dan ganglia simpatik. Sebagai Hasilnya,
neuroblastomas terjadi di medula adrenal atau di mana saja sepanjang simpatik ganglia,
terutama di retroperitoneum dan mediastinum posterior. Nomenklatur luas neuroblastomas
didasarkan pada spektrum diferensiasi selular. Neuroblastoma merupakan tumor yang ganas
dan buruk, sedangkan ganglioneuroma merupakan tumor yang jinak dan tidak berbahaya.
Ganglioneuroblastoma mewakili keduanya karena memiliki diferensiasi buruk dari
neuroblasts dan sel ganglion matang.
Histologi
Neuroblastomas terdiri dari neuroblasts kecil mature, sel seragam padat, inti
dan sitoplasma yang sedikit hyperchromati. Diferensiasi sel memiliki penampilan sel
ganglion lebih matang dengan baik didefinisikan dan nukleolus eosinofilik sitoplasma
(Kim & Chung, 2009). Banyaknya neuropil juga merupakan ciri khas dari pembedaan
tumor. Klasifikasi Shimada telah banyak digunakan untuk mengkarakterisasi dan
memprediksi perilaku tumor, dengan mempertimbangkan usia pasien bersama dengan
fitur histologis seperti tingkat schwannian stroma, diferensiasi selular, dan indeks
mitosis-karyorrhexis.
Klasifikasi Shimada diubah pada tahun 1999 sebagai Klasifikasi Internasional
dari Patologi Neuroblastoma, berguna untuk memprediksi perilaku biologis dan
prognosis tumor (Kim & Chung, 2009). Indikator prognosis yang menguntungkan
adalah usia kurang dari 1 tahun, klinis tahap 1, 2, nonamplification 4S, dan N-myc.
Faktor prognosis baik lainnya adalah diferensiasi dan indeks mitosis karyorrhexis
yang rendah (Didefinisikan sebagai kurang dari 100 mitosis atau sel karyorrhectic per
5000 sel).
Sitogenetik
Kelainan sitogenetika telah diidentifikasi di neuroblastoma. Di beberapa hal
tertentu, hilangnya heterzygosity (LOH) pada kromosom 1 (wilayah penghapusan
1p36) terjadi pada lebih dari 70% dari tumor . Cacat ini sangat berkorelasi dengan
amplifikasi N-myc dan prognosis tidak menguntungkan. Penghapusan kromosom 11q
dan 14q juga umum ditemukan di neuroblastoma. Laporan terbaru menunjukkan
bahwa LOH 1p36 dan LOH 11q yang tidak seimbang terkait dengan hasil buruk pada
pasien yang memiliki neuroblastoma, menunjukkan penambahan sitogenetika ini
sebagai penanda untuk variabel prognostik, yang saat ini digunakan (Kim & Chung,
2009).
Meskipun fitur kromosom umum neuroblastoma menunjukkan keberadaan
gen penekan tumor, namun hal tersebut tidak ditemukan hingga sekarang. Selain itu,
DNA indeks neuroblastomas berkorelasi dengan chemosensitivity dan prognosis
keseluruhan. Kehadiran hyperdiploid konten DNA dikaitkan dengan stadium tumor
awal dan peningkatan prognosa (Kim & Chung, 2009). Tumor dengan konten diploid
DNA yang ditemukan pada sekitar dua pertiga dari stadium lanjut neuroblastomas dan
sering resisten terhadap pilihan kemoterapi (NCI, 2013).
2.5 Manifestasi Klinis
Neuroblastoma dapat menyerang setiap situs jaringan sistem saraf simpatik. Sekitar
setengah dari tumor neuroblastoma timbul di kelenjar adrenal, dan sebagian besar sisanya
berasal dari ganglia simpatis paraspinal. Metastase ditemukan lebih sering pada anak pada
usia > 1 tahun dari saat di diagnosis, terjadi melalui invasi lokal, hematogen, atau limfogen.
Organ yang paling umum dituju oleh proses metastasis ini adalah kelenjar getah bening
regional atau yang jauh, tulang panjang dan tengkorak, sumsum tulang, hati, dan kulit.
Metastasis ke paru-paru dan otak jarang terjadi, terjadi pada kurang dari 3% kasus.
Neuroblastoma dapat menyerupai gangguan lain sehingga sulit untuk mendiagnosa.
Tanda-tanda dan gejala dari neuroblastoma mencerminkan lokasi tumor dan luasnya
penyakit. Proses Metastasis dapat menyebabkan berbagai tanda dan gejala, termasuk demam,
iritabel, kegagalan dalam amsa berkembang, nyeri tulang, sitopeni, nodul kebiruan pada
subkutan , proptosis orbital, dan ekimosis periorbital. Penyakit lokal dapat bermanifestasi
sebagai massa asimptomatik atau sebagai gejala yang muncul terkait massa, termasuk
kompresi sumsum tulang belakang, obstruksi usus, dan sindrome vena cava superior.
Gambar 1.Metasmate periorbital dari neuroblastoma dengan proptosis dan ekimosis (Nelson,
2011)
Menurut Cecily & Linda (2002), gejala dari neuroblastoma yaitu: a) Gejala yang
berhubungan dengan massa retroperitoneal, kelenjar adrenal, paraspinal.
1. Massa abdomen tidak teratur,tidak nyeri tekan, keras, yang melintasi garis tengah.
2. Perubahan fungsi usus dan kandung kemih
3. Kompresi vaskuler karena edema ekstremitas bawah
4. Sakit punggung, kelemahan ekstremitas bawah
5. Defisit sensoris
6. Hilangnya kendali sfingter
b) Gejala-gejala yang berhubunngan dengan masa leher atau toraks.
1. Limfadenopati servikal dan suprakavikular
2. Kongesti dan edema pada wajah
3. Disfungsi pernafasan
4. Sakit kepala
5. Proptosis orbital ekimotik
6. Miosis
7. Ptosis
8. Eksoftalmos
9. Anhidrosis
Menurut Willie (2008) manifestasi klinis dari neuroblastoma berbeda tergantung dari
lokasi metastasenya:
o Neuroblastoma retroperitoneal
Massa menekan organ dalam abdomen dapat timbul nyeri abdomen, pemeriksaan
menemukan masa abdominal yang konsistensinya keras dan nodular, tidak bergerak, massa
tidak nyeri dan sering melewati garis tengah. Pasien stadium lanjut sering disertai asites,
pelebaran vena dinding abdomen, edema dinding abdomen.
o Neurobalstoma mediastinal
Kebanyakan di paravertebral mediastinum posterior, lebih sering di mediastinum
superior daripada inferior. Pada awalnya tanpa gejala, namun bila massa besar dapat
menekan dan timbul batuk kering, infeksi saluran nafas, sulit menelan. Bila penekanan terjadi
pada radiks saraf spinal, dapat timbul parastesia dan nyeri lengan.
o Neuroblastoma leher
Mudah ditemukan, namun mudah disalahdiagnosis sebagai limfadenitis atau limfoma
maligna. Sering karena menekan ganglion servikotorakal hingga timbul syndrome paralisis
saraf simpatis leher(Syndrom horner), timbiul miosis unilateral, blefaroptosis dan diskolorasi
iris pada mata.
o Neuroblastoma pelvis
Terletak di posterior kolon presakral, relative dini menekan organ sekitarnya sehingga
menimbulkan gejala sembelit sulit defekasi, dan retensi urin.
o Neuroblastoma berbentuk barbell
yaitu neuroblastoma paravertebral melalui celah intervertebral ekstensi ke dalam
canalis vertebral di ekstradural. Gejala klinisnya berupa tulang belakang kaku tegak, kelainan
sensibilitas, nyeri. Dapat terjadi hipomiotonia ekstremitas bawah bahkan paralisis.
Gambar 2. Manifestasi Klinis Neuroblastoma (Maris, 2010)
Karena neuroblastomas paling banyak terjadi di retroperitoneum atau posterior
mediastinum, gejala awal biasanya tidak spesifik (malaise umum, berat badan menurun,
demam yang tidak jelas). Intra-abdominal neuroblastomas sering hadir sebagai maasa
asimptomatik yang terdeteksi secara kebetulan oleh orang tua atau dokter anak selama
kunjungan klinik rutin. Tumor panggul dapat memampatkan rectosigmoid usus atau kandung
kemih, sehingga terjadi sembelit atau retensi urin (Kim & Chung, 2009).
Secara khusus, neuroblastoma toraks biasanya hadir dengan gejala nonspesifik dan
terdeteksi sebagai massa insidental pada rontgen dada rutin yang diambil karena adanya
gangguan nafas ringan. Perdarahan spontan dapat terjadi pada tumor, sehingga onset akut
nyeri perut dengan malaise karena anemia. Pada pemeriksaan, massa yang relatif tetap dalam
perut mungkin teraba. Metastasis hematogen sering hadir pada saat diagnosis.
Nyeri tulang dengan perubahan yang cepat dalam tingkat aktivitas dapat meramalkan
tulang metastasis. Periorbital ecchymosis atau proptosis sebagai akibat keterlibatan tengkorak
dapat menimbulkan kekeliruan yang dikaitkan dengan trauma. Nyeri lebam dengan warna
kebiruan yang berbeda pada bayi yang memiliki penyakit stadium 4S disebut blueberry
muffin dan menunjukkan kondisi yang menguntungkan dengan potensi tumor regresi secara
spontan (American Cancer Society, 2012). Massa serviks yang kronis pada bayi dan anak,
limfadenopati rutin, dapat mewakili primer atau metastasis neuroblastoma. Sebuah tumor
paraspinal melalui foramina vertebralis dan kompresi sumsum tulang belakang, menghasilkan
motorik defisit dan paraplegia progresif.
Syndromes
Pada kesempatan langka, pasien yang memiliki neuroblastoma dapat hadir dengan
paraneoplastic sindrom. Opsomyoclonus ditandai dengan gerakan anggota badan yang
menyentak dan cepat, serta gerakan mata yang tak terarah. Gejala-gejala ini secara klasik
digambarkan sebagai "mata menari, menari kaki "dan dianggap sebagai hasil dari respon
cerebellar untuk antibodi, sering terlihat di tahap awal tumor, biasanya bertahan meskipun
pengobatan terhadap tumor berhasil, sehingga terjadi keterlambatan perkembangan.
Dehidrasi dan hipokalemia akibat diare sekretorik adalah ciri gejala vasoaktif neuroblastoma
mensekresi usus polipeptida. Secara umum, sindrom ini terjadi lebih umum dengan
ganglioneuroblastoma dan ganglioneuroma, dan gejala hilang setelah reseksi tumor.
2.6 Stadium
Beberapa system penentuan stadium staging, sistem kelompok evans dan kelompok
Onkologi Pediatrik (Pediatrik Oncology Group POG ). Sistem klasifikasi stadium
neuroblastoma terutama memakai sistem klasifikasi stadium klinis neuroblastoma
internasional (INSS).
Stadium Karakteristik
Stadium 1
Stadium 2A
Stadium 2B
Stadium 3
Stadium 4
Stadium 4S
Tumor terbatas pada organ primer, secara makroskopik reseksi utuh, dengan
atau tanpa residif mikroskopik. Kelenjar limfe regional ipsilateral negatif.
Operasi tumor terbatas tak dapat mengangkat total, kelenjar limfe regional
ipsilateral negatif
Operasi tumor terbatas dapat ataupun tak dapat mengangkat total, kelenjar
limfe regional ipsilateral positif
Tumor tak dapat dieksisi, ekspansi melewati garis tengah, dengan atau tanpa
kelenjar limfe regional ipsi atau tanpa kelenjar limfe regional ipsilateral
positif
Tumor primer menyebar hingga kelenjar limfe jauh, tulang, sumsum tulang,
hati, kulit atau organ lainnya
Usia <1 tahun, tumor metastasis ke kulit,hati, sumsum tulang, tapi tanpa
metastasis tulang
.
Tabel 1. Klasifikasi Stadium INSS (NCI, 2013)
System Pediatric Oncologic group (POG) membagi stadium neuroblastoma menjadi :
o Stadium A
Tumor yang direseksi sacara kasar.
o Stadium B
Tumor local tidak direseksi.
o Stadium C
Metastasis ke kelenjar limfe intraktivita yang tidak berdekatan
o Stadium D
Metastasis di luar kelenjar limfe
o Stadium Ds
Bayi dengan adrenal kecil terutama dengan penyakit metastasis terbatas pada kulit, hati dan
sumsum tulang
o Stadium D Neonatus
Telah diketahui dengan mengalami remisi spontan. Keterlibatan sumsum tulang pada stadium
ini merupakan factor prognosis yang buruk (Nelson, 2000).
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik pada neuroblastoma menurut Suriadi dan Rita (2006), antara lain :
a) Foto abdomen bisa memperlihatkan klasifikasi tumor. Tumor adrenalis menggeser
ginjal, tetapi biasanya tidak merubah system pelvicalyces pada urogram intravena atau
pemeriksaan ultrasonografi.
b) Peningkatan kadar kartekolamin urina (VMA dan VA) mengkonfirmasi diagnosis
pada 90% kasus dan juga merupakan indicator rekuensi yang sensitive. Kadang-kadang
timbul metastasis tulang.
c) CT Scan untuk mengetahui keadaan tulang pada tengkorak, leher, dada dan abdomen.
d) Punksi sumsum tulang untuk mengetahui lokasi tumor atau metastase tumor.
e) Analisa urine untuk mengetahui adanya Vanillymandelic acid (VMA) homovillic acid
(HVA), dopamine, norepinephrine.
f) Analisa kromosom untuk mengetahui adanya gen N myc.
g) Meningkatnya ferritin, neuron spesific enolase (NSE), ganglioside (GDZ).
2.8 Penatalaksanaan
Menurut Cecily (2002), International Staging System untuk neuroblastoma
menetapkan definisi standar untuk diagnosis, pertahapan, dan pengobatan serta
mengelompokkkan pasien berdasarkan temuan-temuan radiografik dan bedah, ditambah
keadaan sumsum tulang.
Tumor yang terlokalisasi dibagi menjadi tahap I, II, III, tergantung cirri tumor primer
dan status limfonodus regional. Penyakit yang telah mengalami penyebaran dibagi menjadi
tahap IV dan IV (S untuk spesial ), tergantung dari adanya keterlibatan tulang kortikal yang
jauh, luasnya penyakit sumsum tulang dan gambaran tumor primer.
Anak dengan prognosis baik umumnya tidak memerlukan pengobatan, pengobatan minimal,
atau banyak reseksi. Reseksi dengan tumor tahap I. Untuk tahap II pembedahan saja
mungkin sudah cukup, tetapi kemoterapi juga banyak digunakan dan terkadang ditambah
dengan radioterpi lokal. Neuroblastoma tahap IVS mempunyai angka regresi spontan yang
tinggi, dan penatalaksanaannya mungkin hanya terbatas pada kemoterapi dosis rendah dan
observasi ketat.
Neuroblastoma tahap II dan IV memerlukan terapi intensif, termasuk kemoterapi,
terapi radiasi, pembedahan, transplantasi sumsum tulang autokolog atau alogenik,
penyelamatan sumsum tulang, metaiodobenzilquainid (MIBG), dan imunoterapi dengan
antibody monklonal yang spesifik terhadap neuroblastoma.
Pengobatan terdiri atas penggunaan kemoterapi multiagens secara simultan atau bergantian.
1. Siklofosfamid – menghambat replikasi DNA.
2. Doksorubisin – mengganggu sintesis asam nukleat dan memblokir transkripsi DNA.
3. VP-16 – menghentikan metaphase dan menghambat sintesis protein dan asam nukleat.
Jenis terapi :
a) Neuroblastoma berisiko rendah
Perawatan untuk pasien neuroblastoma beresiko rendah meliputi:
a) Operasi yang diikuti oleh watchful waiting (penungguan yang diawasi dengan
ketat).
b) Watchful waiting sendirian untuk bayi-bayi tertentu.
c) Operasi diikuti oleh kemoterapi, jika kurang dari separuh dari tumor yang
dikeluarkan atau jika gejala-gejala serius tidak dapat dibebaskan dengan operasi.
d) Terapi radiasi untuk merawat tumor-tumor yang menyebabkan persoalan-
persoalan serius dan tidak merespon secara cepat pada kemoterapi.
e) Kemoterapi dosis rendah.
b) Neuroblastoma beresiko sedang
Perawatan untuk pasien neuroblastoma berisiko sedang mungkin meliputi :
a) Kemoterapi.
b) Kemoterapi yang diikuti oleh operasi dan/atau terapi radiasi.
c) Terapi radiasi untuk merawat tumor-tumor yang menyebabkan persoalan-
persoalan yang serius dan tidak merespon secara cepat pada kemoterapi.
c) Neuroblastoma beresiko tinggi
a) Kemoterapi dosis tinggi yang diikuti oleh operasi untuk mengeluarkan sebanyak
mungkin tumor.
b) Terapi radiasi pada tempat tumor dan, jika diperlukan, pada bagian-bagian lain
tubuh dengan kanker.
c) Transplantasi sel induk (Stem cell transplant).
d) Kemoterapi yang diikuti oleh 13-cis retinoic acid.
e) Percobaan klinik dari monoclonal antibody therapy setelah kemoterapi.
f) Percobaan klinik dari terapi radiasi dengan yodium ber-radioaktif sebelum stem
cell transplant.
g) Percobaan klinik dari stem cell transplant yang diikuti oleh 13-cis retinoic acid.
Sebuah modalitas gabungan operasi, kemoterapi, dan radioterapi berdasarkan stadium
penyakit dan umur pasien pada presentasi digunakan untuk neuroblastoma.
Bedah
Tujuan dari intervensi bedah adalah reseksi lengkap dari tumor. Jika reseksi lengkap
tidak layak, maka tujuannya adalah untuk melakukan biopsi tumor. Reseksi tumor primer
dinilai menggunakan pencitraan, dengan mempertimbangkan ukuran tumor, ekstensi
kedekatan struktur seperti sumsum tulang belakang, keterlibatan kelenjar getah nodal; dan
kemungkinan penyembuhan setelah bedah. Untuk tahap 1, 2A atau penyakit 2B, eksisi
lengkap merupakan tujuan terapi utama, namun, ahli bedah harus menggunakan penilaian
bedah suara untuk menghindari komplikasi yang dapat dicegah seperti cedera pada struktur
yang berdekatan atau kehilangan darah. Misalnya, dumbbell tumor dengan komponen
intraspinal mungkin lebih baik dikelola bertahap, dengan kemoterapi adjuvan atau
penghapusan awal tumor intraspinal diikuti oleh reseksi bedah lengkap (Thiele, 2012).
Untuk tahap lanjutan 3 dan 4, intervensi bedah awal harus dibatasi biopsi jaringan,
yang didiagnosis bersama dengan analisis biomarker sitogenetik dan tumor. Menunda reseksi
bedah sampai ajuvan kemoterapi diberikan telah mengakibatkan penurunan morbiditas dan
tingkat reseksi lengkap. Untuk bayi yang telah stadium penyakit 4S, reseksi bedah dari tumor
primer tidak menunjukkan manfaat signifikan bagi kelangsungan hidup pasien secara
keseluruhan karena tumor ini sering ditemukan menunjukkan diferensiasi dan regresi spontan
bahkan tanpa pengobatan khusus (Kim & Chung, 2009).
Kemoterapi
Kemoterapi adalah pengobatan utama untuk stadium lanjut neuroblastoma. Ketika
digunakan dalam kombinasi dan berdasarkan sinergi obat, mekanisme kerja, dan resistensi
obat potensi tumor, pengobatan kemoterapi telah efektif untuk pasien yang memiliki luas
primer, berulang, atau metastasis neuroblastomas (Henry, 2012). Agen umum digunakan
sekarang adalah cyclophosphamide, iphosphamide, vincristine, doxorubicin, cisplatin,
carboplatin, etoposid, dan melphalan. Peningkatan kelangsungan hidup jangka panjang
dicatat dengan lebih intens pada terapi kombinasi dengan mengorbankan toksisitas (Kim &
Chung, 2009). Pencarian untuk mengintensifkan efek samping kemoterapi telah
menyebabkan penurunan sumsum tulang-ablatif. Terapi dengan iradiasi total tubuh atau
melphalan diikuti oleh transplantasi sumsum tulang untuk pasien yang memiliki penyakit
berisiko tinggi
Radioterapi
Secara umum, neuroblastoma dianggap radiosensitive. Ada sedikit manfaat
radioterapi untuk tahap 1 dan 2 tumor meskipun ada sisa (Henry, 2012). Radioterapi,
bagaimanapun, telah terbukti mengurangi tingkat kekambuhan lokal untuk neuroblastomas
resiko tinggi. Iradiasi lokal ke hati ditunjukkan pada bayi yang memiliki neuroblastoma
stadium 4S dan gangguan pernapasan akibat hepatomegali.
Iradiasi lesi intraspinal kurang ideal karena seiring kerusakan tubuh vertebral
mengakibatkan hambatan pertumbuhan dan scoliosis. Kombinasi radioterapi dan kemoterapi
telah digunakan baru-baru ini untuk stadium lanjut penyakit untuk meningkatkan
resectability. Penggunaan lain dari radioterapi untuk radiasi total tubuh, untuk mencapai
ablasi sumsum tulang sebelum transplantasi sumsum. Target MIBG pengobatan, digunakan
secara luas di Eropa, menunjukkan manfaat dalam pengobatan stadium lanjut neuroblastomas
sebagai lini pertama terapi dan untuk neuroblastomas refraktori, Namun, sejumlah komplikasi
seperti terjadinya keganasan sekunder dan tiroid disfungsi telah dilaporkan (Henry, 2012).
Neuroblastoma resiko tinggi terus menunjukkan respon yang jelek untuk modalitas
pengobatan gabungan dan tetap sulit bagi kelompok tumor untuk mencapai kontrol lokal.
Baru-baru ini, agresif bedah pengobatan dengan iradiasi lokal dan kemoterapi myeloablative
dengan penyelamatan sel induk telah menunjukkan kontrol lokal yang sangat baik di
neuroblastomas resiko tinggi.
2.7 Komplikasi
Komplikasi dari neuroblastoma yaitu adanya metastase tumor yang relatif dini ke
berbagai organ secara limfogen melalui kelenjar limfe maupun secara hematogen ke sum-
sum tulang, tulang, hati, otak, paru, dan lain-lain. Metastasis tulang umumnya ke tulang
cranial atau tulang panjang ekstremitas. Hal ini sering menimbulkan nyeri ekstremitas,
artralgia, pincang pada anak. Metastase ke sum-sum tulang menyebabkan anemia, hemoragi,
dan trombositopenia (Willie, 2008)
2.8 Prognosis
Kelangsungan hidup 5 tahun 60%. Kadang-kadang dilaporkan pemulihan spontan.
Identifikasi factor prognosis spesifik adalah penting untuk perencanaan terapi. Prediktor
paling menonjol bagi keberhasilan adalah umur dan stadium penyakit. Anak yang berusia
kurang dari satu tahun agak lebih baik daripada anak berumur lebih tua dengan stadium
penyakit yang sama. Angka ketahanan hidup bayi dengan penyakit berstadium rendah
melebihi 90% dan bayi dengan penyakit metastasis mempunyai angka ketahanan hidup
jangka panjang 50% atau lebih. Anak dengan penyakit stadium stadium rendah umumnya
mempunyai prognosis yang sangat baik, tidak tergantung umur. Makin tua umur penderita
dan makin menyebar penyakit, makin buruk prognosisnya. Meskipun dengan terapi
konvensional atau CST yang agresif, angka ketahanan hidup bebas penyakit untuk anak lebih
tua dengan penyakit lanjut jarang melebihi 20% (Nelson, 2000)
Factor yang terpenting dalam prognosis neuroblastoma adalah ada tidaknya ampilifikasi
oncogen N-myc.
1. ampilifikasi oncogen N-myc di atas 10 kopi menunjukkan prognosis buruk dan terapi
perlu diperkuat.
2. Pasien stadium III tanpa ampilifikasi oncogen N-myc digunakan terapi kombinasi
agresif dan survival dapat mencapai 50%
3. Pasien stadium I/II dan IVS tanpa ampilifikasi oncogen N-myc dapat memiliki
survival mencapai 90% lebih (Willie, 2008)
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Neuroblastoma merupakan tumor lunak, padat yang berasal dari sel-sel crest neuralis
yang merupakan prekusor dari medula adrenal dan sistem saraf simpatis. Neuroblastoma
dapat timbul di tempat terdapatnya jaringan saraf simpatis.cvfev Tempat tumor primer yang
umum adalah abdomen, kelenjar adrenal atau ganglia paraspinal toraks, leher dan pelvis.
Neuroblastoma umumnya bersimpati dan seringkali bergeseran dengan jaringan atau organ
yang berdekatan (Cecily & Linda, 2002). Kebanyakan etiologi dari neuroblastoma adalah
tidak diketahui. Adapun manifestasi klinis dari neuroblastoma yaitu tergantung lokasinya, di
retroperitoneal, mediastinal leher, pelvis, dan lain-lain. Sedangkan penatalaksanaannya
tergantung stadium dari neuroblastoma itu sendiri
DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society. Neuroblastoma. Disitasi dari
http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003125-pdf.pdf pada 23 Maret
2013
Cecily, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 3. Jakarta: EGC.
Cheung, Nai-Kong & Chon, Susan L. 2005. Neuroblastoma-Pediatric Onkology. New
York: Springer Herlin Heidelberg
De Jong,Wim. 2005. Kanker, Apakah itu? Pengobatan, Harapan Hidup, dan
Dukungan Keluarga. Jakarta: ARCAN.
Henry, dkk. Neuroblastoma Update. Disitasi dari
http://www.pediatricsurgicalservices.com/docs/Neuroblastoma.pdf pada 23 Maret 2013
Japaries, Willie. 2008. Buku Ajar Onkologi Klinis Edisi 2. Jakarta: FKUI.
Kim & Chung. Pediatric Solid Malignancies : Neuroblastoma and Wilm’s Tumor.
Disitasi dari http://pax6.org/physician/WilmsTumorPediatricSolidMalignancies.pdf pada 23
Maret 2013
Maris, Jhon. 2010. Recent Advances in Neuroblastoma. Disitasi dari
http://www.nejm.org/ pada 5 November 2010.
National Cancer Institute. Information of Neuroblastoma. Disitasi dari
http://www.cancer.gov/cancertopics/pdq/treatment/neuroblastoma/HealthProfessional/page3
pada 23 Maret 2013
Nelson. 2011. Nelson Textbook of Pediatric 19th Edition. Philadelphia: Elsevier
Saunders.
Thiele CJ. Neuroblastoma Cell Lines. Disitasi dari
http://home.ccr.cancer.gov/oncology/oncogenomics/Papers/Neuroblastoma%20Cell
%20Lines%20--%20Molecular%20Features.pdf pada 23 Maret 2013