referat ikj

35
Referat Gangguan Obsesif Kompulsif Disusun oleh: Citra Seftiani 04061001066 Dosen Pembimbing: dr. Laila Sylvia Sari, SpKJ

Upload: aphroditez88

Post on 27-Jun-2015

548 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Referat IKJ

Referat

Gangguan Obsesif Kompulsif

Disusun oleh:

Citra Seftiani

04061001066

Dosen Pembimbing:

dr. Laila Sylvia Sari, SpKJ

BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA

RUMAH SAKIT JIWA DAERAH JAMBI

2010

Page 2: Referat IKJ

HALAMAN PENGESAHAN

Referat

Judul

Gangguan Obsesif Kompulsif

Oleh:

Citra Seftiani

04061001066

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat

dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian

Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Univesitas Sriwijaya

Rumah Sakit Jiwa Daerah periode 25 Oktober - 22 November 2010.

Jambi, Oktober 2010

dr. Laila Sylvia Sari, SpKJ

ii

Page 3: Referat IKJ

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

referat yang berjudul gangguan obsesif kompulsif, yang merupakan salah satu

syarat untuk menempuh kepaniteraan klinik senior bagian ilmu kesehatan jiwa

RSJD Jambi.

Di dalam penyusunan referat ini penulis menyadari keterbatasan

pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki, tetapi penulis mengucapkan terima

kasih kepada dr. Laila Sylvia Sari, SpKJ, berkat bantuan dan bimbingan dalam

penyusunan referat ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih atas bantuan dari

teman-teman di bagian ilmu kesehatan jiwa RSJD Jambi, sehingga penyusunan

referat ini dapat diselesaikan walaupun masih jauh dari sempurna.

Palembang, Oktober 2010

Penulis

3

Page 4: Referat IKJ

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iv

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................. 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 6

BAB 3 KESIMPULAN .................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 22

4

Page 5: Referat IKJ

Bab I

Pendahuluan

Gangguan obsesif – kompulsif merupakan suatu kondisi yang ditandai

dengan adanya pengulangan pikiran obsesif atau kompulsif, dimana

membutuhkan banyak waktu (lebih dari satu jam perhari) dan dapat menyebabkan

penderitaan. Gangguan ini prevalensinya diperkirakan 2 – 3% dari populasi.1,2,3,4

Gangguan obsesif – kompulsif menduduki peringkat keempat dari

gangguan jiwa setelah fobia, gangguan penyalahgunaan zat dan gangguan depresi

berat.3 Kebanyakan pasien dengan gangguan obsesif – kompulsif datang ke

beberapa dokter sebelum mereka ke psikiater dan umumnya 9 tahun mendapat

terapi, baru kemudian mendapat diagnosis yang benar.4 Hal ini menunjukkan

bahwa dokter selain psikiater penting untuk mendapat diagnosis yang benar.

Bab II5

Page 6: Referat IKJ

Tinjauan Pustaka

A. Defiuisi

Suatu obsesi adalah pikiran, perasaan, ide, atau sensasi yang

mengganggu (intrusif). Suatu kompulsi adalah pikiran atau perilaku yang

disadari, dibakukan, dan rekuren, seperti menghitung, memeriksa atau

menghindari. Obsesi meningkatkan kecemasan seseorang, sedangkan

melakukan kompulsi bmenurunkan kecemasan seseorang. Tetapi, jika

seseorang memaksa untuk melakukuan kompulsi, kecemasan meningkat.

Seseorang dengan gangguan obsesif- kompulsif biasanya menyadari

irrasionalitas dari obsesi dan merasakan bahwa obsesi dan kompulsi sebagai

ego-distonik. Gangguan obsesif-kompulsif dapat merupakan gangguan yang

menyebabkan ketidakberdayaan, karena obsesi dapat menghabiskan waktu

dan dapat mengganggu secara bermakna pada rutinitas normal seseorang,

fungsi pekerjaan, aktifitas sosial yang biasanya, atau hubungan dengan teman

dan anggota keluarga.1

B. Epidemiologi

Prevalensi seumur hidup gangguan obsesif kompulsif pada populasi

umum diperkirakan adalah 2 sampai 3 persen. Beberapa peneliti

memperkirakan bahwa gangguan obsesif-kompulsif ditemukan pada sebanyak

10 persen pasien rawat jalan di klinik psikiatrik. Angka tersebut menyebabkan

gangguan obsesif-kompulsif sebagai diagnosis psikiatrik tersering keempat

setelah fobia, gangguan yang berhubungan dengan zat, dan gangguan depresif

berat. 1

Untuk orang dewasa, laki-laki dan perempuan sama mungkin terkena,

tetapi untuk remaja, laki-laki lebih sering terkena gangguan obsesif-kompulsif

dibandingkan perempuan. Usia onset rata-rata adalah kira-kira 20 tahun.

Secara keseluruhan, kira-kira dua pertiga dari pasien memiliki onset gejala

sebelum usia 25 tahun, dan kurang dari 15 persen pasien memiliki onset gejala

setelah usia 35 tahun. Orang yang hidup sendirian lebih banyak terkena 6

Page 7: Referat IKJ

gangguan obsesif-kompulsif dibandingkan orang yang menikah. Gangguan

obsesif-kompulsif ditemukan lebih jarang diantara golongan kulit hitam

dibandingkan kulit putih. 1

Pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif umumnya dipengaruhi

oleh gangguan mental lain. Prevalensi seumur hidup untuk gangguan depresif

berat pada pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif adalah kira-kira 67

persen dan untuk fobia sosial adalah kira-kira 25 persen. Diagnosis psikiatrik

komorbid lainnya pada pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif adalah

gangguan penggunaan alkohol, fobia spesifik, gangguan panik, dan gangguan

makan. 1

C. Etiologi

a. Faktor Biologis

Neurotransmiter. Banyak uji coba kinis yang telah dilakukan

terhadap berbagai obat mendukung hipotesis bahwa suatu disregulasi

serotonin adalah terlibat di dalam pembentukan gejala obsesi dan kompulsi

dari gangguan. Data menunjukkan bahwa obat serotonergik lebih efektif

dibandingkan obat yang mempengaruhi sistem neurotransmiter lain. Tetapi

apakah serotonin terlibat di dalam penyebab gangguan obsesif-kompulsif

adalah tidak jelas pada saat ini. 1

Penelitian pencitraan otak. Berbagai penelitian pencitraan otak

fungsional, sebagai contoh PET ( positron emission tomography), telah

menemukan peningkatan aktifitas (sebagai contoh, metabolisme dan aliran

darah) di lobus frontalis, ganglia basalis (khususnya kaudata), dan singulum

pada pasien dengan gangguan obsesif kompulsif. Baik tomografi komputer

(CT scan) dan pencitraan resonansi magnetik (MRI) telah menemukan adanya

penurunan ukuran kaudata secara biateral pada pasien dengan gangguan

obsesif-kompulsif. Baik penelitian pencitraan otak fungsional maupun

struktural konsisten dengan pengamatan bahwa prosedur neurologis yang

melibatkan singulum kadang-kadang efektif dalam pengobatan pasien dengan

7

Page 8: Referat IKJ

gangguan obsesif-kompulsif. Suatu penelitian MRI baru-baru ini melaporkan

peningkatan waktu relaksasi T1 di korteks frontalis. 1

Genetika. Penelitian kesesuaiaan pada anak kembar untuk gangguan

obsesif-kompulsif telah secara konsisten menemukan adanya angka

kesesuaian yang lebih tinggi secara bermakna pada kembar monozigotik

dibandingkan kembar dizigotik. Penelitian keluarga pada pasien gangguan

obsesif kompulsif telah menemukan bahwa 35 persen sanak saudara derajat

pertama pasien gangguan obsesif-kompulsif juga menderita gangguan. 1

Data biologis lainnya. Penelitian elektrofisiologis, penelitian

elektroensefalogram (EEG) tidur, dan penelitian neuroendokrin telah

menyumbang data yang menyatakan adanya kesamaan antara gangguan

depresif dan gangguan obsesif-kompulsif. Suatu insidensi kelainan EEG

nonspesifik yang lebih tinggi dari biasanya telah ditemukan pada pasien

gangguan obsesif-kompulsif. Penelitian EEG tidur telah menemukan kelainan

yang mirip dengan yang terlihat pada gangguan depresif, seperti penurunan

latensi REM (rapid eye movement). Penelitian neuroendokrin juga telah

menemukan beberapa kemiripan dengan gangguan depresif, seperti nonsupresi

pada dexamethasone-supprssion test pada kira-kira sepertiga pasien dan

penurunan sekresi hormon pertumbuhan pada infus clonidine (catapres). 1,3

b. Faktor Perilaku

Menurut ahli teori belajar, obsesi adalah stimuli yang dibiasakan.

Stimulus yang relatif netral menjadi disertai dengan ketakutan atau kecemasan

melalui proses pembiasaan responden dengan memasangkannya dengan

peristiwa yang secara alami adalah berbahaya atau menghasilkan kecemasan.

Jadi, objek dan pikiran yang sebelumnya netral menjadi stimuli yang

terbiasakan yang mampu menimbulkan kecemasan atau gangguan. 1,3

Kompulsi dicapai dalam cara yang berbeda. Seseorang menemukan

bahwa tindakan tertentu menurunkan kecemasan yang berkaitan dengan

pikiran obsesional. Jadi, strategi menghindar yang aktif dalam bentuk perilaku

kompulsif atau ritualistik dikembangkan untuk mengendalikan kecemasan.

Secara bertahap, karena manfaat perilaku tersebut dalam menurunkan 8

Page 9: Referat IKJ

dorongan sekunder yang menyakitkan (kecemasan), strategi menghindar

menjadi terfiksasi sebagai pola perilaku kompulsif yang dipelajari. 1,3

c. Faktor Psikososial

Faktor kepribadian. Gangguan obsesif-kompulsif adalah berbeda

dari gangguan kepribadian obsesif-kompulsif. Sebagian besar pasien

gangguan obsesif-kompulsif tidak memiliki gejala kompulsif pramorbid.

Dengan demikian, sifat kepribadian tersebut tidak diperlukan atau tidak cukup

untuk perkembangan gangguan obsesif-kompulsif. Hanya kira-kira 15 sampai

35 persen pasien gangguan obsesif-kompulsif memiliki sifat obsesional

pramorbid.1

Faktor psikodinamika. Sigmund Freud menjelaskan tiga mekanisme

pertahanan psikologis utama yang menentukanbentuk dan kualitas gejala dan

sifat karakter obsesif-kompulsif; isolasi, meruntuhkan (undoing), dan

pembentukan reaksi. 1,3

Isolasi. Isolasi adalah mekanisme pertahanan yang melindungi

seseorang dari afek dan impuls yang mencetuskan kecemasan. Jika terjadi

isolasi, afek dan impuls yang didapatkan darinya adalah dipisahkan dari

komponen idesional dan dikeluarkan dari kesadaran. Jika isolasi berhasil

sepenuhnya, impuls dan afek yang terkait seluruhnya terepresi, dan pasien

secara sadar hanya menyadari gagasan yang tidak memiliki afek yang

berhubungan dengannya. 1

Undoing. Karena adanya ancaman terus-menerus bahwa impuls

mungkin dapat lolos dari mekanisme primer isolasi dan menjadi bebas,

operasi pertahanan sekunder diperlukan untuk melawan impuls dan

menenangkan kecemasan yang mengancam keluar ke kesadaran. Tindakan

kompulsif menyumbangkan manifestasi permukaan operasi defensif yang

ditujukan untuk menurunkan kecemasan dan mengendalikan impuls dasar

yang belum diatasi secara memadai oleh isolasi. Operasi pertahanan sekunder

yang cukup penting adal;ah mekanisme meruntuhkan (undoing). Seperti yang

disebutkan sebelumnya, meruntuhkan adalah suatu tindakan kompulsif yang

dilakukan dalam usaha untuk mencegah atau meruntuhkan akibat yang secara 9

Page 10: Referat IKJ

irasional akan dialami pasien akibat pikiran atau impuls obsesional yang

menakutkan. 1

Pembentukan reaksi. Pembentukan reaksi melibatkan pola perilaku

yang bermanifestasi dan sikap yang secara sadar dialami yang jelas

berlawanan dengan impuls dasar. Seringkali, pola yang terlihat oleh pengamat

adalah sangat dilebih-lebihkan dan tidak sesuai. 1

Faktor psikodinamik lainnya. Pada teori psikoanalitik klasik,

gangguan obsesif-kompulsif dinamakan neurosis obsesif-kompulsif dan

merupakan suatu regresi dari fase perkembangan oedipal ke fase psikoseksual

anal. Jika pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif merasa terancam oleh

kecemasan tentang pembalasan dendam atau kehilangan objek cinta yang

penting, mereka mundur dari fase oedipal dan beregresi ke stadium emosional

yang sangat ambivalen yang berhubungan dengan fase anal. Adanya benci dan

cinta secara bersama-sama kepada orang yang sama menyebabkan pasien

dilumpuhkan oleh keragu-raguan dan kebimbangan. Suatu ciri yang melekat

pada pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif adalah derajat dimana

mereka terpaku dengan agresi atau kebersihan, baik secara jelas dalam isi

gejala mereka atau dalam hubungan yang terletak di belakangnya. Dengan

demikian, psikogenesis gangguan obsesif-kompulsif, mungkin terletak pada

gangguan dan perkembangan pertumbuhan normal yang berhubungan dengan

fase perkembangan anal-sadistik. 1

Ambivalensi. Ambivalensi adalah akibat langsung dari perubahan dalam

karakteristik kehidupan impuls. Hal ini adalah ciri yang penting pada anak

normal selama fase perkembangan anal-sadistik; yaitu anak merasakan cinta

dan kebencian kepada suatu objek. Konflik emosi yang berlawanan tersebut

mungkin ditemukan pada pola perilaku melakukan-tidak melakukan pada

seorang pasien dan keragu-raguan yang melumpuhkan dalam berhadapan

dengan pilihan. 1

Pikiran magis. Pikiran magis adalah regresi yang mengungkapkan cara

pikiran awal, ketimbang impuls; yaitu fungsi ego, dan juga fungsi id,

dipengaruhi oleh regresi. Yang melekat pada pikiran magis adalah pikiran

10

Page 11: Referat IKJ

kemahakuasaan. Orang merasa bahwa mereka dapat menyebabkan peristiwa

di dunia luar terjadi tanpa tindakan fisik yang menyebabkannya, semata-mata

hanya dengan berpikir tentang peristiwa tersebut. Perasaan tersebut

menyebabkan memiliki suatu pikiran agresif akan menakutkan bagi pasien

gangguan obsesif-kompulsif. 1

D. Diagnosis

Kriteria diagnostik untuk gangguan obsesif-kompulsif menurut DSM IV:

1. Salah satu obsesi atau kompulsi

Obsesi seperti yang didefinisikan sebagai berikut:

Pikiran, impuls, atau bayangan-bayangan yang rekuren dan persisten

yang dialami, pada suatu saat dimana selama gangguan, sebagai

intrusif dan tidak sesuai, dan menyebabkan kecemasan dan penderitaan

yang jelas.

Pikiran, impuls, atau bayangan-bayangan tidak semata-mata

kekhawatiran yang berlebihan tentang masalah kehidupan yang nyata.

Orang berusaha untuk mengabaikan atau menekan pikiran, impuls,

atau bayangan-bayangan tersebut untuk mentralkannya dengan pikiran

atau tindakan lain.

Orang menyadari bahwa pikiran, impuls, atau bayangan-bayangan

obsesional adalah keluar dari pikirannya sendiri( tidak disebabkan dari

luar seperti penyisipan pikiran).

Kompulsi seperti yang didefinisikan sebagai berikut:

Perilaku (misalnya, mencuci tangan, mengurutkan, memeriksa) atau

tindakan mental (misalnya berdoa, menghitung, mengulangi kata-kata

dalam hati) yang berulang yang dirasakannya mendorong untuk

melakukannya sebagai respon terhadap suatu obsesi, atau menurut

dengan aturan yang harus dipatuhi secara kaku.

Perilaku atau tindakan mental ditujukan untuk mencegah atau

menurunkan penderitaan atau mencegah suatu kejadian atau situasi

yang menakutkan, tetapi perilaku atau tindakan mental tersebut tidak

11

Page 12: Referat IKJ

dihubungkan dengan cara yang realistik dengan apa mereka dianggap

untuk menetralkan atau mencegah, atau jelas berlebihan.

2. Pada suatu waktu selamaperjalanan gangguan, orang telah menyadari

bahwa obsesi atau kompulsi adalah berlebihan atau tidak beralasan.

Catatan: ini tidak berlaku bagi anak-anak

3. Obsesi atau kompulsi menyebabkan penderitaan yang jelas, menghabiskan

waktu (menghabiskan lebih dari satu jam sehari), atau secara bermakna

mengganggu rutinitas normal orang, fungsi pekerjaan (atau akademik),

atau aktifitas atau hubungan sosial yang biasanya.

4. Jika terdapat gangguan aksis I lainnya, isi obsesi atau kompulsi tidak

terbatas padanya (misalnya preokupasi dengan makanan jika terdapat

gangguan makan, menarik rambut jika terdapat trikotilomania,

permasalahan pada penampilan jika terdapat gangguan dismorfik tubuh,

preokupasi dengan obat jika terdapat suatu gangguan penggunaan zat,

preokupasi dengan menderita suatu penyakit serius jika terdapat

hipokondriasis, preokupasi dengan dorongan atau fanatasi seksual jika

terdapat parafilia, atau perenungan bersalah jika terdapat gangguan

depresif berat).

5. Tidak disebabkan oleh efek langsung suatu zat (misalnya obat yang

disalahgunakan, medikasi) atau kondisi medis umum.

Sebutkan jika: Dengan tilikan buruk:jika selama sebagian besar waktu

selama episode terakhir, orang tidak menyadari bahwa obsesi dan

kompulsi adalah berlebihan atau tidak beralasan. 1

Pedoman diagnosis menurut PPDGJ III:

Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesif atau tindakan

kompulsif, atau kedua-duanya, harus ada hampir setiap hari selama

sedikitnya dua minggu berturut-turut.

Hal tersebut merupakan sumber penderitaan (distress) atau mengganggu

aktivitas penderita.

Gejala-gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut:

12

Page 13: Referat IKJ

o Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri.

o Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan,

meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita.

o Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut di atas bukan merupakan

hal yang memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega

dari ketegangan atau anxietas, tidak dianggap sebagai kesenangan

seperti dimaksud di atas.

o Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan

pengulangan yang tidak menyenangkan (unpleasantly repetitive)

Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran obsesif, dengan

depresi. penderita gangguan obsesif kompulsif seringkali juga

menunjukkan gejala depresif, dan sebaliknya penderita gangguan depresi

berulang dapat menunjukkan pikiran-pikiran obsesif selama episode

depresifnya.

Dalam berbagai situasi dari kedua hal tersebut, meningkat atau

menurunnya gejala depresif umumnya dibarengi secara paralel dengan

perubahan gejala obsesif. Bila terjadi episode akut dari gangguan tersebut,

maka diagnosis diutamakan dari gejala-gejala yang timbul lebih dahulu.

Diagnosis gangguan obsesif kompulsif ditegakkan hanya bila tidak ada

gangguan depresif pada saat gejalobsesif kompulsif tersebut timbul. Bila

dari keduanya tidak adayang menonjol, maka baik menganggap depresi

sebagai diagnosis yang primer. Pada gangguan menahun, maka prioritas

diberikan pada gejala yang paling bertahan saat gejala yang lain

menghilang.

Gejala obsesif ”sekunder” yang terjadi pada gangguan skizofrenia,

sindrom Tourette, atau gangguan mental organk, harus dianggap sebagai

bagian dari kondisi tersebut. 2

F42.0 Predominan Pikiran Obsesif atau Pengulangan

Pedoman Diagnostik

13

Page 14: Referat IKJ

Keadaan ini dapat berupa gagasan, bayangan pikiran, atau impuls

( dorongan perbuatan), yang sifatnya mengganggu (ego alien)

Meskipun isi pikiran tersebut berbeda-beda, umumnya hampir selalu

menyebabkan penderitaan (distress) 2

F42.1 Predominan Tindakan Kompulsif ( obsesional ritual)

Pedoman Diagnostik

Umumnya tindakan kompulsif berkaitan dengan kebersihan (khususnya

mencuci tangan), memeriksa berulang untuk meyakinkan bahwa suatu

situasi yang dianggap berpotensi bahaya terjadi, atau masalah kerapian dan

keteraturan.

Hal tersebut dilatarbelakangi perasaan takut terhadap bahaya yang

mengancam dirinya atau bersumber dari dirinya, dan tindakan ritual

tersebut merupakan ikhtiar simbolik dan tidak efektif untuk menghindari

bahaya tersebut.

Tindakan ritual kompulsif tersebut menyita banyak waktu sampai

beberapa jam dalam sehari dan kadang-kadang berkaitan dengan

ketidakmampuan mengambil keputusan dan kelambanan. 2

F42.2 Campuran Pikiran dan Tindakan Obsesif

Pedoman Diagnostik

Kebanyakn dari penderita obsesif kompulsif memperlihatkan pikiran

obsesif serta tindakan kompulsif. Diagnosis ini digunakan bialmana kedua

hal tersebut sama-sama menonjol, yang umumnya memang demikian.

Apabila salah satu memang jelas lebih dominan,sebaiknya dinyatakan

dalam diagnosis F42.0 atau F42.1. hal ini berkaitan dengan respon yang

berbeda terhadap pengobatan. Tindakan kompulsif lebih respondif

terhadap terapi perilaku. 2

F42.8 Gangguan Obsesif Kompulsif Lainnya

F42.9 Gangguan Obsesif Kompulsif YTT2

14

Page 15: Referat IKJ

E. Gambaran Klinis

Obsesif dan kompulsi memiliki ciri tertentu secara umum:

Suatu gagasan atau impuls yang memaksakan dirinya secara bertubi-tubi

dan terus-menerus ke dalam kesadaran seseorang.

Suatu perasaan ketakutan yang mencemaskan yang menyertai manifestasi

sentral dan seringkali menyebabkan orang melakukan tindakan kebalikan

melawan gagasan atau impuls awal.

Obsesi dan kompulsi adalah asing bagi ego (ego-alien), yaitu dialami

sebagai suatu yang asing bagi pengalaman seseorang tentang dirinya

sendiri sebagai makhluk psikologis.

Tidak peduli bagaimana jelas dan memaksanya obsesi atau kompulsi

tersebut, orang biasanya menyadarinya sebagai mustahil dan tidak masuk

akal.

Orang yang menderita akibat obsesi dan kompulsi biasanya merasakan

suatu dorongan yang kuat untuk menahannya. 1

Tetapi kira-kira separuh dari semua pasien memiliki pertahanan yang kecil

terhadap kompulsi. Kira-kira 80 persen dari semua pasien percaya bahwa

kompulsi adalah irasional. 1

Gambaran obsesi dan kompulsi adalah heterogen pada dewasa, pada

anak-anak dan remaja. Gejala pasien individual mungkin bertumpang tindih

dan berubah dengan berjalannya waktu, tetapi gangguan obsesif-kompulsif

memiliki empat pola gejala yang utama. Pola yang paling sering ditemukan

adalah suatu obsesi tentang kontaminasi, diikuti oleh mencuci disertai

penghindaran obsesif terhadap objek yang kemungkinan terkontaminasi.

Objek yang ditakuti seringkali sukar untuk dihindari, sebagai contoh feses,

urin, debu atau kuman. Pasien mungkin secara terus-menerus menggosok kulit

tangannya dengan mencuci tangan secara berlebihan atau mungkin tidak

mampu pergi keluar rumah karena takut akan kuman. Walaupun kecemasan

adaloah respon emosional yang paling sering terhadap objek yang ditakuti,

rasa malu dan rasa jijik yang obsesif juga sering ditemukan. Pasien dengan

15

Page 16: Referat IKJ

obsesi kontaminasi biasanya percaya bahwa kontaminasi ditularkan dari objek

ke objek atau orang ke orang oleh kontak ringan. 1

Pola kedua yang sering adalah obsesi keragu-raguan, diikuti oleh

pengecekan yang kompulsi. Obsesi seringkali melibatkan suatu bahaya

kekerasan, seperti lupa mematikan kompor atau tidak mengunci pintu.

Pengecekan tersebut mungkin menyebabkan pasien pulang beberapa kali ke

rumah untuk memeiksa kompor. Pasien memiliki keragu-raguan terhadap diri

sendiri yang obsesional, saat mereka selalu merasa bersalah karena melupakan

atau melakukan sesuatu. 1

Pola ketiga yang tersering adalah pola dengan semata-mata pikiran

obsesional yang mengganggu tanpa suatu kompulsi. Nobsesi tersebut biasanya

berupa pikiran berulang akan suatu tindakan seksual atau agresi yang dicela

oleh pasien. 1 Pola keempat yang tersering adalah kebutuhan akan simetrisitas

atau ketepatan, yang dapat menyebabkan perlambatan kompulsi. Pasien secara

harfiah menghabiskan waktu berjam-jam untuk makan atau mencukur

wajahnya. Trikotilomania dan menggigit kuku mungkin merupakan kompulsi

yang beruhubungan dengan gangguan obsesif-kompulsif. 1,4,5

F. Diagnosis Bandimg

Kondisi medis

Gangguan neurologis utama yang dipertimbangkan dalam diagnosis banding

adalah gangguan Tourette, gangguan tik lainnya, epilepsi lobus temporalis,

dan kadang-kadang komplikasi trauma dan pascaensefalitik. Gejala

karakteristik dari gangguan Tourette adalah tik motorik dan vokal yang sering

dan hampir setiap hari terjadi. 1

Kondisi psikiatrik

Pertimbangan psikiatrik utama di dalam diagnosis banding gangguan obsesif-

kompulsif adalah skizofrenia, gangguan kepribadian obsesif-kompulsif, fobia,

dan gangguan depresif. Gangguan obsesif kompulsif biasanya dapat

dibedakan dari skizofrenia oleh tidak adanya gejala skizofrenik lain, oleh

kurang kacaunya sifat gejala, dan oleh tiikan pasien terhadap gangguan

16

Page 17: Referat IKJ

mereka. Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif tidak memiliki derajat

gangguan fungsional yang berhubungan dengan gangguan obsesif-kompulsif.

Fobia dibedakan dengan tidak adanya hubungan antara pikiran obsesif dan

kompulsi. Gangguan depresif berat kadang-kadang dapat disertai oleh gagasan

obseisf, tetapi pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif saja tidak

memenuhi kriteria diagnostik untuk gangguan depresif berat. 1,3

Kondisi psikiatrik lain yang dapat berhubungan erat dengan gangguan obsesif-

kompulsif adalah hipokondriasis, gangguan dismorfik tubuh, dan

kemungkinan gangguan impuls lainnya, seperti kleptomania dan judi

patologis. Pada semua gangguan tersebut pasien memiliki pikiran yang

berulang, sebagai contoh permasalahan tentang tubuhnya, atau perilaku yang

berulang sebagai contoh mencuri. 1

G. Terapi

Farmakoterapi

Data yang tersedia menyatakan bahwa semua obat yang digunakan untuk

mengobati gangguan depresif atau gangguan mental lain, dapat digunakan

dalam rentang dosis yang biasanya. Efek awal biasanya terlihat setelah empat

sampai enam minggu pengobatan, walaupun biasanya diperlukan waktu

delapan sampai enam belas minggu untuk mendapatkan manfaat terapeutik

yang maksimum. Walaupun pengobatan dengan obat antidepresan adalah

masih kontroversial, sebagian pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif

yang berespon terhadap pengobatan dengan antidepresan tampaknya

mengalami relaps jika terapi obat dihentikan. Pengobatan standar adalah

memulai dengan obat spesifik-serotonin, contohnya clomipramine (Anafranil)

atau inhibitor ambilan kembali spesifik serotonin (SSRI-serotonin specific

reuptake inhibitor), seperti Fluoxetine (Prozac). 1

Clomipramine. Clomipramine biasanya dimulai dengan dosis 25

sampai 50 mg sebelum tidur dan dapat ditingkatkan dengan peningkatan 25

mg sehari setiap dua sampai tiga hari, sampai dosis maksimum 250 mg sehari

atau tampak efek samping yang membatasi dosis. Karena Clopramine adalah

17

Page 18: Referat IKJ

suatu obat trisiklik, obat ini disertai dengan efek samping berupa sedasi,

hipotensi, disfungsi seksual dan efek samping antikolinergik, seperti mulut

kering. 1

SSRI. Penelitian tentang Fluoxetine dalam gangguan obsesif-

kompulsif menggunakan dosis sampai 80 mg setiap hari untuk mencapai

manfaat terapeutik. Walaupun SSRI mempunyai efek seperti overstimulasi,

kegelisahan, nyeri kepala, insomnia, mual, dan efek samping gastrointestinal,

SSRI dapat ditoleransi dengan lebih baik daripada obat trisiklik. Dengan

demikian, kadang-kadang SSRI digunakan sebagai obat lini pertama dalam

pengobatan gangguan obsesif kompulsif. 1

Jika pengobatan dengan Clomipramine atau SSRI tidak berhasil, banyak ahli

terapi menambahkan lithium (Eskalith). Obat lain yang dapat digunakan

dalam pengobatan gangguan obsesif kompulsif adalah inhibitor monoamin

oksidase (MAOI, monoamine oxidase inhibitor), khususnya Phenelzine

(Nardil). 1

Terapi perilaku

Walaupun beberapa perbandinga telah dilakukan, terapi perilaku sama

efektifnya dengan farmakoterapi pada gangguan obsesif-kompulsif. Dengan

demikian, banyak klinisi mempertimbangkan terapi perilaku sebagai terapi

terpilih untuk gangguan obsesif-kompulsif. Terapi perilaku dapat dilakukan

pada situasi rawat inap maupun rawat jalan. Pendekatan perilaku utama pada

gangguan obsesif-kompulsif adalah pemaparan dan pencegahan respon.

Desensitisasi, menghentikan pikiran, pembanjiran, terapi implosi, dan

pembiasaan tegas juga telah digunakan pada pasien gangguan obsesif

kompulsif. Dalam terapi perilaku pasien harus benar-benar menjalankannya

untuk mendapatkan perbaikan. 1

Terapi tingkah laku ini dimulai dengan pasien membuat daftar tentang

obsesinya kemudian diatur sesuai hierarki mulai dari yang kurang membuat

cemas sampai yang paling membuat cemas. Dengan melakukan paparan

18

Page 19: Referat IKJ

berulang terhadap stimulus diharapkan akan menghasilkan kecemasan yang

minimal karena adanya habituasi. 5

Psikoterapi

Psikoterapi suportif jelas memiliki bagiannya, khususnya untuk pasien

gangguan obsesif-kompulsif, walaupun gejalanya memiliki berbagai derajat

keparahan, adalah mampu untuk bekerja dan membuat penyesuaian sosial.

Dengan kontak yang kontinu dan teratur dengan tenaga yang profesional,

simpatik, dan mendorong, pasien mungkin mampu untuk berfungsi

berdasarkan bantuan tersebut, tanpa hal tersebut gejalanya akan menyebabkna

gangguan. Kadang-kadang jika ritual dan kecemasan obsesional mencapai

intensitas yang tidak dapat ditoleraansi, perlu untuk merawat pasien di rumah

sakit sampai tempat penampungan institusi dan menghilangkan stres

lingkungan eksternal menurunkan gejala sampai tingkat yang dapat

ditoleransi. 1

Anggota keluarga pasien seringkali menjadi putus asa karena perilaku

pasien. Tiap usaha psikoterapik harus termasuk perhatian pada anggota

keluarga melalui dukungan emosional, penentraman, penjelasan dan nasihat

tentang bagaimana menangani dan berespons terhadap pasien. 1,5

Terapi lain

Terapi keluarga seringkali berguna dalam mendukung keluarga,

membantu menurunkan percekcokan perkawinan yang disebabkan gangguan,

dan membangun ikatan terapi dengan anggota keluarga untuk kebaikan pasien.

Terapi kelompok berguna sebagai sistem pendukung bagi beberapa pasien.

Untuk pasien yang sangat kebal terhadap pengobatan, terapi elektrokonvulsif

(ECT) dan bedah psiko (psychosurgery) harus dipertimbangkan. ECT tidak

seefektif bedah psiko tetapi kemungkinan harus dicoba sebelum pembedahan.

Prosedur bedah psiko yang paling sering dilakukan untuk gangguan obsesif

kompulsif adalah singulotomi, yang berhasil dalam mengobati 25 sampai 30

persen pasien yang tidak responsif terhadap pengobatan lain. Komplikasi yang

paling sering dari bedah psiko adalah perkembangan kejang, yang hampir 19

Page 20: Referat IKJ

selalu dikendalikan dengan pengobatan Phenytoin (Dilantin). Beberapa pasien

yang tidak respon dengan bedah psiko saja dan dengan farmakoterapi atau

terapi perilaku sebelum operasi menjadi respon terhadap farmakoterapi atau

terapi perilaku setelah bedah psiko. 1,4,6

H. Perjalanan Penyakit dan Prognosis

Lebih dari setengah pasien dengan gangguan obsesif kompulsif

memiliki onset gejala yang tiba-tiba. Kira-kira 50 sampai 70 persen pasien

memiliki onset gejala setelah suatu peristiwa yang menyebabkan stres, seperti

kehamilan, masalah seksual, dan kematian seorang sanak saudara. Karena

banyak pasien tetap merahasiakan gejalanya, mereka seringkali terlambat 5

sampai 10 tahun sebelum pasien datang ke psikiater, walaupun keterlambatan

tersebut kemungkinan dipersingkat dengan meningkatkan kesadaran akan

gangguan tersebut diantara orang awam dan profesional. Perjalanan penyakit

biasanya lama tetapi bervariasi. Beberapa pasien mengalami penyakit yang

berfluktuasi, dan pasien lain mengalami penyakit yang konstan. 1,3

Kira-kira 20 sampai 30 persen pasien dengan gangguan obsesif

kompulsif memiliki gangguan depresif berat, dan bunuh diri adalah risiko bagi

semua pasien dengan gangguan obsesif kompulsif. Suatu prognosis buruk

dinyatakan oleh mengalah (bukannya menahan) pada kompulsi, onset pada

masa anak-anak, kompulsi yang aneh (bizzare), perlu perawatan di rumah

sakit, gangguan depresif berat yang menyertai, kepercayaan waham, adanya

gagasan yang terlalu dipegang (overvalued)-yaitu penerimaan obsesi dan

kompulsi, dan adanya gangguan kepribadian (terutama gangguan kepribadian

skizotipal). Prognosis yang baik ditandai oleh penyesuaian sosial dan

pekerjaan yang baik, adanya peristiwa pencetus, dan suatu sifat gejala yang

episodik. Isi obsesional tampaknya tidak berhubungan dengan prognosis. 1

Bab III

Kesimpulan20

Page 21: Referat IKJ

Gangguan obsesif – kompulsif merupakan suatu kondisi yang ditandai

dengan adanya pengulangan pikiran obsesif atau kompulsif, dimana

membutuhkan banyak waktu (lebih dari satu jam perhari) dan dapat menyebabkan

penderitaan (distress). Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala – gejala obsesif

atau tindakan kompulsif, atau kedua – duanya, harus ada hampir setiap hari

selama sedikitnya 2 minggu berturut – turut.

Beberapa faktor berperan dalam terbentuknya gangguan obsesif-kompulsif

diantaranya adalah faktor biologi seperti neurotransmiter, pencitraan otak,

genetika, faktor perilaku dan faktor psikososial, yaitu faktor kepribadian dan

faktor psikodinamika. Ada beberapa terapi yang bisa dilakukan untuk

penatalaksanaan gangguan obsesif – kompulsif antara lain terapi farmakologi

(farmakoterapi) dan terapi tingkah laku. Prognosis pasien dinyatakan baik apabila

kehidupan sosial dan pekerjaan baik, adanya stressor dan gejala yang bersifat

periodik

DAFTAR PUSTAKA

21

Page 22: Referat IKJ

1. Kaplan, H.l dan Saddock B.J. 1993. Comprehensive Textbook of Psychiatry

vol.2 6th edition. USA: Williams and Wilikins Baltimore.

2. Gangguan obsesif – kompulsif. Dalam : Buku saku Diagnosis Gangguan

Jiwa; rujukan ringkas dari PPDGJ – III. Maslim R, penyunting. Jakarta;

2003.76

3. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, 4th ed. DSM-IV

Washington DC: American Psychiatry Association, 1994.

4. Khouzan HR. Obsessive compulsive disordes : what to do if you recognize

baffling behaviour. Postgard Med 1999; 106(7): 133-41.

5. Jenike MA. Obsessive compulsive disorder. N Engl J Med 2004; 350 : 259-

65

22