laporan kasus aryanti ikj

31
BAB I STATUS PENDERITA I. Identifikasi Penderita Nama : Ny. A Usia : 51 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Status Perkawinan : Bercerai Suku / Bangsa : Palembang Pendidikan : Tamat SD Pekerjaan : Tidak bekerja Agama : Katolik Alamat : Jl. Pangeran Antasari no.124, 14 ilir. Dempo dalam Datang ke RS : Senin, 19 November 2012, pukul 11.00 wib. Cara ke RS : Diantar keluarga Tempat Pemeriksaan : UGD RS. dr. Ernaldi Bahar Palembang dan di bangsal Kenanga RS. dr. Ernaldi Bahar Palembang. II. Riwayat Psikiatri Riwayat psikiatri diperoleh dari: 1. Autoanamesiss a. Rabu , 12 Desember 2012 b. Kamis, 13 Desember 2012 c. Jumat , 14 Desember 2012 1

Upload: aryanti-zilzal

Post on 01-Dec-2015

51 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

BAB I

STATUS PENDERITA

I. Identifikasi Penderita

Nama : Ny. A

Usia : 51 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Status Perkawinan : Bercerai

Suku / Bangsa : Palembang

Pendidikan : Tamat SD

Pekerjaan : Tidak bekerja

Agama : Katolik

Alamat : Jl. Pangeran Antasari no.124, 14 ilir. Dempo dalam

Datang ke RS : Senin, 19 November 2012, pukul 11.00 wib.

Cara ke RS : Diantar keluarga

Tempat Pemeriksaan : UGD RS. dr. Ernaldi Bahar Palembang dan di

bangsal Kenanga RS. dr. Ernaldi Bahar Palembang.

II. Riwayat Psikiatri

Riwayat psikiatri diperoleh dari:

1. Autoanamesiss

a. Rabu , 12 Desember 2012

b. Kamis, 13 Desember 2012

c. Jumat , 14 Desember 2012

d. Sabtu, 15 Desember 2012

2. Alloanamnesis ( minio, 80 tahun, ibu kandung pasien)

a. Jumat , 14 Desember 2012

b. Sabtu, 15 Desember 2012

1

A. Keluhan Utama

Pasien sering mengoceh-ngoceh sendiri dan mengamuk ( membantingkan

perabotan rumah) ± 2 hari sebelum masuk rumah sakit yang lalu

B. Riwayat Penyakit Sekarang

± 20 tahun yang lalu penderita bercerai dengan suaminya dikarenakan

tidak adanya kecocokan akibat perjodohan oleh orang tua nya, suaminya

yang meminta cerai karena suaminya tidak bekerja dan hanya penderita

yang mencari uang. Selama menikah penderita tidak pernah bertengkar.

Mereka tidak dikaruniai seorang anak dan mereka hanya menikah ± 6 bulan.

Setelah bercerai penderita sering melamun dan menyendiri.

± 17 tahun yang lalu usaha toko pakaian penderita terbakar beserta

isinya, sehingga penderita mengalami kebangkrutan. Setelah kejadian

tersebut penderita tampak mengalami perubahan perilaku, penderita sering

melamun, menyendiri, marah-marah dan mengoceh tanpa sebab. Namun

penderita belum berobat kedokter, karena penderita merasa dirinya sehat.

± 16 tahun yang lalu penderita mulai mengalami perubahan perilaku,

penderita menjadi sering melamun, menangis dan menyendiri. Penderita

mulai mengoceh sendiri karena seolah-olah ada orang yang diajak berbicara.

Penderita membenci kepada ayahnya, karena ayahnya dituduh memanggil

roh jahat untuk memasuki tubuhnya. Penderita juga membenci sahabatnya

karena penderita beranggapan bahwa sahabatnya telah berselingkuh dengan

suaminya dan penderita juga mencurigai sahabatnya karena sahabatnya

sudah mengambil harta dan uang penderita. Selain itu, penderita juga tidak

bisa mengurus diri sendiri. Penderita juga sering meminta uang kepada

orang lain ditengah parkiran. Penderita sering merangkul laki-laki dan

sering menari-nari apabila hujan turun. Menurut ibu penderita perubahan

tersebut terjadi setelah usaha toko pakaianya terbakar dan bercerai dengan

suaminya. Lalu pasien dibawa berobat ke RSJ Ernaldi Bahar dan dirawat

dengan diagnosis skizofrenia paranoid selama perawatan diberi obat HDL 5

mg, TFL 5 mg dan THP 5 mg dengan dosis 2 x 1. Penderita dirawat ± 10

hari dan mengamuk meminta pulang dan akhirnya pulang dalam keadaan

2

relatif tenang. Selang beberapa minggu setelah pulang dari RSJ Ernaldi

Bahar, penderita mengalami perubahan perilaku dikarenakan tidak minum

obat secara teratur dan penderita merasa dirinya sudah sembuh. Perubahan

perilaku penderita tersebut antara lain keluyuran tanpa tujuan yang jelas,

menari-nari, apabila mendengar lagu kadang-kadang penderita sering

menangis dan tertawa sendiri, penderita juga sering menyendiri dan suka

marah-marah. Kemudian penderita dirawat kembali ke RSJ Ernaldi Bahar

dengan diagnosis skizofrenia paranoid, selama perawatan diberi obat HDL 5

mg, TFL 5 mg dan THP 5 mg dengan dosis 2 x 1.

± 15 tahun yang lalu, pendererita mulai lagi sering mengoceh-ngoceh,

marah-marah, masih mencurigai sahabatnya, melamun dan sering keluyuran

keluar rumah tanpa tujuan, penderita tidak minum obat secara teratur karena

merasa dirinya sudah sembuh dan tidak pernah kontrol ke dokter selama ± 7

bulan. Sehingga penderita dirawat,dengan diadnosis skizofrenia paranoid

episode berulang selama perawatan diberi obat HDL 5 mg, TFL 5 mg dan

THP 5 mg dengan dosis 2 x 1. Penderita dirawat ± 10 hari

± 6 tahun yang lalu penderita putus obat ± selama 1 minggu dan dia

tidak minum obat karena merasa dirinya sudah sembuh dan penderita

mengalami perubahan perilaku, seperti sering melamun sendiri, gelisah,

kurang tidur, membongkar isi lemari, marah-marah, mengoceh-ngoceh

namun penderita tidak mendengar suara bisikan dan melihat sesuatu

penampakan. Penderita tidak bekerja, penderita sebelumnya minum obat

trihexyphenidyl 2 mg 3 x1, HDL 5 mg 2 x ½, trifluperazine 5 mg 3 x 1.

Penderita dirawat di RSJ Ernaldi Bahar dengan diagnosis skizofrenia

paranoid episode berulang

± 5 tahun yang lalu penderita putus obat selama ± 6 bulan karena tidak

kontrol lagi kedokter disebabkan meras dirinya sudah sembuh dan penderita

menunjukkan hal aneh yaitu tampak gelisah, mengamuk dirumah dan rumah

tetangga, telanjang didepan umum, penderita juga sering melamun dan

merasa ada suara bisikan dari hatinya. Penderita merasa ada orang yang

mengikuti dirinya dari belakang. Penderita juga sering keluyuran tanpa

tujuan pergi pagi dan pulang tengah malam setiap hari. Penderita juga sering

3

mengoceh-ngoceh sendiri namun penderita masih bisa mengurus diri sendiri

dan akhirnya penderita dirawat di RSJ Ernaldi Bahar dengan diagnosis

skizofrenia paranoid dan diberi obat obat trihexyphenidyl 2 mg 2 x1, HDL 5

mg 2 x 2, trifluperazine 5 mg 2 x 1. Selang waktu 2 bulan penderita kembali

dirawat ke RSJ Ernaldi Bahar dikarenakan mengalami putus obat ± 1 bulan,

penderita tidak mau minum obat dikarenakan merasa dirinya sudah sembuh.

Akibat tidak minum obat tersebut penderita mengalami perubahan perilaku

seperti tampak marah-marah. Penderita juga hampir menujah keponakanya,

karena merasa keponakanya akan mencelakakanya. Penderita juga suka

telanjang di depan umum, penderita merasa curiga dengan semua orang,

penderita kurang tidur dan tidak bisa mengurus diri sendiri, selain itu

penderita suka menakut-nakuti atau menggertak orang lain, penderita

mendapat pengobatan CPZ 100 mg, HDL 2 x 5 dengan diagnosis

skizofrenia paranoid.

± 1 bulan yang lalu penderita mulai lagi sering berbicara dan tertawa

sendiri seolah-olah ada yang mengajaknya mengobrol, penderita mengaku

mendengar ada suara bisikan yang mengajaknya mengobrol dan tertawa

namun penderita tidak tahu suara siapa. Penderita menjadi lebih sensitive,

mudah tersinggung dan sering mengurung diri dikamar. Penderita juga

sering marah-marah tanpa alasan yang jelas. Penderita mengalami putus

obat selama ± 1tahun karena merasa dirinya sudah sembuh sehingga tidak

pernah lagi kontrol kedokter.

± 2 hari sebelum masuk rumah sakit penderita makin sering mengoceh-

ngoceh sendiri. Membantingkan barang-barang dirumah, menari-nari dan

kadang-kadang penderita sering melamun. Penderita juga sering mendengar

suara-suara ditelinganya, namun tidak tahu itu suara siapa, karena hal itu

penderita menjadi susah tidur, mudah marah dan menjadi lebih sensitive.

Penderita juga selalu curiga dengan orang disekitarnya, terutama merasa

benci dan curiga dengan sahabatnya dan penderita beranggapan juga bahwa

orang-orang jahat dan ingin menyakitinya, penderita juga sering menggertak

atau menakut-nakuti orang lain. Penderita juga mengaku bahwa dirinya

4

sebagai malaikat dan istri dari tomi soeharto yang memiliki harta yang

banyak.

C. Riwayat Penyakit Dahulu

1. Riwayat Gangguan Medis

- Riwayat trauma kepala (-)

- Riwayat kejang/ epilepsi (-)

- Riwayat alergi obat (-)

- Riwayat penggunaan Zat Psikoaktif disangkal.

- Riwayat Penyakit Sistemik :

Riwayat hipertensi (-).

Riwayat nyeri kepala (-)

Riwayat demam lama (-)

Riwayat DM (-)

Riwayat asma (-)

D. Riwayat Kehidupan Pribadi

1. Riwayat Prenatal dan Perinatal

Selama kehamilan tidak ada gangguan kesehatan, dilahirkan normal

saat usia kehamilan 9 bulan, dilahirkan di rumah dukun.

2. Masa Kanak-kanak (0-3 tahun)

Tumbuh kembang pasien sama dengan anak sebayanya.

3. Masa Pertengahan (3-11 tahun)

Pasien merupakan anak yang baik, mudah sensitif dan kurang pemaaf.

dan disekolah tidak pernah tinggal kelas

4. Masa Kanak Akhir dan Remaja

Pasien tumbuh seperti anak seusianyal,memiliki sifat tertutup, mudah

marah, sensitif, mudah tersinggung dan kurang pemaaf.

5. Masa Dewasa

a. Riwayat pendidikan

5

Pasien hanya sekolah Sd kelas 5, selalu naik kelas namun pasien

berencana untuk berhenti sekolah karena ingin mencari uang dan

akibat dari pergaulan teman-teman dilingkungan rumahnya

b. Riwayat pekerjaan

Pasien dulu memiliki toko pakaian namun terbakar, lalu penderita

pernah menjual kue dan kemplang keliling dipasar dan sekarang

tidak bekerja lagi

c. Riwayat pernikahan

Pasien menikah pada tahun 1992 dengan laki-laki pilihan orang

tua. Suami pasien tidak bekerja, dia hanya di rumah, selama

menikah mereka tidak pernah bertengkar. Pasien tidak dikaruniai

anak. Pasien hanya menikah ± 6 bulan dan mengalami

ketidakcocokan akibat hasil perjodohan sehingga mereka bercerai

baik-baik

d. Agama

Pasien beragama katolik dan semenjak pasien sakit, pasien sudah

jarang sembayang

e. Aktivitas social

menurut ibu pasien, pasien adalah pekerja keras, penderita

mempunyai hubungan yang baik dengan orang tua dan tetangga

sekitar rumah. Namun keluarga mengakui kalau penderita memiliki

sikap tertutup.

f. Riwayat keluarga

Pasien merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara, memiliki 2orang

kakak dan satu orang adik perempuan. Tidak terdapat anggota

keluarga pasien yang memiliki gangguan jiwa yang sama

6

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien , 51 tahun.

g. Situasi kehidupan sekarang

Sekarang pasien tinggal dengan orangtuanya. Status ekonomi

pasien cukup

h. Persepsi pasien tentang diri dan lingkungannya

Pasien menggambarkan dirinya sebagai seorang istri Tomi

Soeharto dan memiliki harta karun tersembunyi yang melimpah.

Pasien juga mengaku bahwa dirinya sebagai malaikat. Pasien

membenci dengan adiknya karena adiknya yang membawa dia ke

RSJ. Ernaldi Bahar. Pasien juga membenci sahabatnya karena dia

beranggapan bahwa sahabatnya mencuri harta dan suaminya.

i. Persepsi keluarga tentang diri pasien

Ibu pasien menggambarkan pasien sebagai orang yang baik,

pekerja keras, tertutup, namun memang cenderung pemarah,

sensitif, kurang pemaaf, dan mudah tersinggung. Ibu pasien

berharap pasien bisa sembuh, karena ia berharap ibu bisa seperti

dulu lagi. Menurut ibu pasien, kehidupan pasien tidak pernah

merasakan kebahagaian karena sakitnya ini.

j. Riwayat pelanggaran hukum

Pasien tidak pernah melakukan tindakan pelanggaran hukum

maupun berurusan dengan pihak berwajib.

III. Pemeriksaan Status Mental

Pemeriksaan di lakukan pada tanggal 12 Desember 2012

A. Gambaran Umum :

Penampilan

7

Pasien berjenis perempuan berusia 51 tahun dengan penampilan

sesuai dengan usia. Pada saat wawancara pasien menggunakan, baju

kaos berwarna coklat dan celana dasar pendek bewarna biru serta

menggunakan sandal jepit berwarna merah. Perawatan diri cukup baik.

Perilaku dan Akitivitas psikomotor

Selama wawancara pasien berdiri sambil bernyanyi-nyanyi dan

menari-nari. Kadang sering tampak gelisah, sedih dan mondar mandir.

Kontak mata pasien dengan pemeriksa kurang,

Sikap terhadap pemeriksa

Pasien kurang kooperatif dalam bercerita dan menjawab pertanyaan

yang diajukan oleh pemeriksa.sehingga pertanyaan yang diberikan

tidak sesuai dengan jawaban Pasien menolak untuk wawancara yang

lebih lanjut. Pasien menyangkal bila ia sakit.

B. Mood dan afek

Mood : mood yang labil

Afek : Appropriate

Keserasian : tidak serasi dalam hal pikiran, perasaan dan perilaku

C. Pembicaraan

Bicara lancar, spontan, volume suara naik-turun, intonasi cukup,

artikulasi jelas dan isi pembicaraan kadang tidak dapat dimengerti.

Selama wawancara, penderita menjawab semua pertanyaan tetapi

terdapat beberapa jawaban yang tidak benar. Namun sesekali juga

penderita mengalihkan pembicaraan, jika disuruh mengulang jawaban,

penderita pasti langsung menjawabnya dengan intonasi tinggi

D. Gangguan Persepsi

Dari hasil wawancara :

- Halusinasi Auditorik (+) dimana penderita mendengar seseorang

pria berkata pada malam hari disaat penderita akan tidur, dan

8

mengatakan bahwa pria tersebut seorang malaikat, pria tersebut

memerintahkan jangan melakukan hal yang aneh kalau tidak mau

mendapat hukuman. Sehingga penderita selalu merasa berhati-hati

setiap mengeluarkan perkataan, karena penderita takut dan sering

meras mendapat hukuman dari roh tersebut. Dia tidak tahu itu

siapa dan sering menakut-nakuti penderita. Penderita juga

mengalami waham kebesaran dan waham curiga

E. Pikiran

Bentuk pikiran

1. Produktivitas : wajar

2. Kontinuitas : asosiasi longgar.

3. Hendaya berbahasa : Tidak ada

Isi pikiran

- Preokupasi (-)

- Gangguan pikiran : waham curiga (+), waham kebesaran (+)

F. Sensorium dan kognitif

Taraf kesadaran

Compos mentis, Kesiagaan baik

Orientasi

Waktu : Baik, pasien dapat membedakan waktu saat pagi,

siang dan malam.

Tempat : Baik, pasien mengetahui bahwa dirinya berada di

RS ERBA Palembang.

Personal : Baik, Pasien dapat mengenali dokter pemeriksa,

koas, perawat, dan istrinya.

Daya ingat

Jangka Panjang :

Baik pasien dapat mengingat keluarga besarnya

Jangka sedang :

9

Baik, pasien dapat mengingat dengan siapa ia datang dan kapan ia

datang ke RS ERBA Palembang.

Jangka pendek :

Baik, pasien dapat mengingat kemana ia pergi sebelum dibawa ke

RS ERBA Palembang.

Jangka Segera :

Baik, pasien tidak mengalami kesulitan untuk mengulang 6 angka

maju dan selanjutnya mundur.

Konsentrasi dan perhatian

Baik, pasien tidak mengalami kesalahan saat melakukan penguarangan

100-7 dan seterusnya serta mengeja kata ”dunia” dari belakang.

Kemampuan membaca dan menulis

Pasien dapat membaca dan menulis

Kemampuan visuospasial

Baik, pasien dapat mengambarkan jam dan memperlihatkan arah jarum

panjang dan jarum pendek dengan baik.

Pikiran abstrak

Baik, pasien dapat mengartikan peribahasa sederhana yang diberikan

oleh pemeriksa “Tong Kosong Nyaring Bunyinya” maupun peribahasa

lain.

Intelegenesia dan kemampuan informasi

Baik, pasien dapat menjawab dengan benar nama presiden RI dan

nama presiden pertama RI.

Kemampuan menolong diri sendiri

Baik, pasien masih bisa berpakaian serta masih dapat makan, minum,

dan mandi sendiri.

G. Pengendalian impuls

Selama wawancara yang pertama pasien kurang dapat mengendalikan

diri dan berperilaku. Pasien menolak diwawancarai lebih lanjut, dan

menyangkal bahwa is sakit.

10

H. Daya Nilai dan tilikan

Daya Nilai Sosial

Baik, pasien bersikap sopan terhadap dokter, koas, perawat dan seluruh

penghuni bangsal kenanga

Penilaian Realita

Terganggu, karena pasien kurang mampu membedakan antara hal

yang nyata dan tidak nyata.

Tilikan

Derajat 1, pasien menyangkal menderita penyakit.

I. Reliabilitas

Secara umum, dapat dipercaya pada alloananmnesis. Sedangakan

autoanamnesis penjelasan yang diberikan penderita kadang-kadang tidak

dapat dipercaya karena adanya gangguan jiwa

IV. Pemeriksaan Diagnosa Lebih Lanjut

Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 12 Desember 2012.

A. Status Interna

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Status Gizi : terlihat cukup

Tanda – tanda vital

TD : 130/70 mmHg

Pulse : 90x/menit

RR : 20x/menit

Suhu : 36,5 o c

Mata : Konjungtiva tidak anemik, Sklera tidak ikterik

Thorax

Cor : Bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)

Pulmo : Vesikuler kiri dan kanan, wheezing dan rhonki (-)

Abdomen : Tidak ada nyeri tekan, bising usus normal

Ekstrimitas : Akral hangat, capillary refill time <2”, edema (-)

11

Kulit : dalam batas normal

B. Status Neurologis

GCS 15

- E : membuka mata spontan (4)

- V : berbicara spontan (5)

- M : gerakan sesuai perintah (6)

Tanda Rangsangan Meningeal : Negatif

Tanda efek ekstrapiramidal : Tidak ada tremor, bradikinesia (-),

dan rigiditas (-).

Motorik : 5/5/5/5

Sensorik : Baik

Refleks fisiologis : normal

Refleks patologis : tidak ditemukan refleks patologis

V. Ikhtisar Penemuan Bermakna

Berdasarkan wawancara didapatkan informasi bahwa pasien seorang

perempuan berusia 51 tahun, agama katolik, suku Tionghoa/ indonesia, pekerjaan

pedagang, status bercerai. Pasien dirawat dengan keluhan sering mengoceh dan

marah-marah, dan membantingkan perabotan rumah

Pada pemeriksaan status mental pada tanggal 12 Desember 2012 didapatkan

seseorang perempuan, penampilan sesuai dengan usia, berbadan kurus, perawatan

diri cukup. Perilaku dan aktivitas psikomotorik pasien selama wawancara pasien

berdiri dengan gelisah dan mondar-mandir, setta tampak juga bernyanyi dan

menari-nari. Kontak mata pasien dengan pemeriksa kurang, emosinya tidak

terkendali. Sikap terhadap pemeriksa, pasien kurang kooperatif dalam bercerita

dan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pemeriksa walaupun jawabnya

tidak sesuai dengan pertanyaan. Pasien menolak untuk wawancara yang lebih

lanjut. Pasien menyangkal bila ia sakit. Mood labil, afek appropriate, pembicaraan

dengan afek sesuai. Pada gangguan persepsi ditemukan halusinasi auditorik.

Bentuk pikiran non realistik, isi pikir waham curiga , waham kebesaran dengan

proses isi pikir asosiasi longgar, penderita terus menerus berbicara, bicaranya

12

tidak terputus dan produktivitasnya baik. RTA terganggu dengan tilikan derajat

satu. Pada pemeriksaan fisik Interna dan pemeriksaan yang lain tidak ditemukan

kelainan.

VI. Formulasi Diagnosis

Aksis I :

Berdasarkan anamnesis, riwayat perjalanan penyakit dan pemeriksaan,

pada pasien ini ditemukan adanya pola perilaku, pikiran, dan perasaan yang

secara klinis bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan (distress) dan

hendaya (disability) dalam fungsi pekerjaan dan sosial. Dengan demikian

berdasarkan PPDGJ III dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami

suatu gangguan jiwa.

Selain itu, berdasarkan anamnesis riwayat penyakit medis, pasien

tidak pernah mengalami trauma kepala atau penyakit lainnya yang secara

fisiologis dapat menimbulkan disfungsi otak sebelum menunjukkan gejala

gangguan jiwa. Oleh karenanya, gangguan mental organik dapat

disingkirkan (F00-09). Pada pasien tidak didapatkan riwayat penggunaan

alkohol atau zat psikoaktif sebelum timbul gejala penyakit yang

menyebabkan perubahan fisiologis otak, sehingga kemungkinan adanya

gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif dapat

disingkirkan (F10-19).

Pada pasien terdapat adanya gangguan dalam penilaian realita karena

adanya psikopatologi gangguan persepsi yaitu halusinasi auditorik. Dan juga

ditemukan adanya gejala positif dan Gangguan isi pikir yaitu waham curiga,

waham kebesaran.

Pada aksis I ditemukan adanya halusinasi auditorik, dan pada

penderita gejala-gejala definitif adanya skizofrenia dan gangguan afektif

sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan. Selain itu juga

ditemukan kegelisahan pada penderita. Maka diagnosis pada penderita ini

termasuk dalam “Gangguan Skizoafektif Tipe Manik (F25.0).

Aksis II

13

Pada pasien ini didapatkan informasi yang bermakna dari riwayat

premorbid, riwayat kehidupan pribadi pada masa kanak, remaja, dan dewasa

yaitu ia punya sifat kurang pemaaf, sensitif, sehingga untuk aksis II F 60.0

Gangguan Kepribadian paranoid.

Aksis III

Pada pasien ini berdasarkan pemeriksaan fisik tidak ditemukan

kelainan.

Aksis IV

Pada pasien untuk aksis IV yaitu Masalah pekerjaaan dan ekonomi

Aksis V

GAF pada saat ini adalah 70-61, adanya beberapa gejala ringan dan

menetap dan diabilitas ringan, misalnya pekerjaan, hubungan dengan

keluarga dan proses pikir.

VII. Diagnosis Multiaksial

Aksis I : F25.0 gangguan Skizoafektif tipe manik

Aksis II : F60.0 Gangguan Kepribadian Paranoid

Aksis III : Tidak ada diagnosis

Aksis IV : Masalah pekerjaan dan ekonomi

Aksis V : GAF Current 70-61

MRS GAF Scale 80-71

VIII. Daftar Masalah

A. Organobiologik

Tidak Ada faktor genetik gangguan kejiwaan

B. Psikologik

Mood : labil

Afek : Appropriate

Keserasian : tidak Sesuai dalam hal pikiran, perasaan dan

perilaku

Gangguan Persepsi : Halusinasi auditorik (+)

Isi pikir : Waham curiga (+), waham kebesaran (+)

RTA : Terganggu

Tilikan : Derajat 1

14

C. Lingkungan dan Sosioekonomi

Kurangnya pengetahuan keluarga, mengenai penyakit pasien, gejala-

gejalanya, faktor-faktor yang memberatkan lainnya. Selain itu, masalah lingkungan

sosial, bagaimana hubungan ia dengan para tetangganya. Penderita selalu

menyimpan perasaanya sendiri. Enggan menceritakanya pada orang lain.Sekarang

pasien tinggal dengan orangtuanya. Status ekonomi pasien cukup

IX. Prognosis

Ad vitam : bonam

Ad Sanationam : dubia

Ad Fungsionam : dubia ad bonam

X. Rencana Terapi

A. Psikofarmaka

Risperidone 2 mg dosis 2 x 2 mg

Tryhexyphenidyl 2 mg dosis 2 x 2 mg

B. Psikoterapi

Memberikan pengertian dan penjelasan pada pasien yang bersifat

komunikatif, edukatif dan informatif tentang keadaan pasien bahwa

pasien harus bisa mengendalikan diri dan mau mematuhi pengobatan

demi kepentingan si pasien tersebut sehingga pasien dapat menjaga

kepatuhan minum obat, mengerti tentang gangguan yang dideritanya dan

juga menyadari bahwa ada kemungkinan bahwa keluhan-keluhan yang

dideritanya disadari oleh faktor psikologis dan dapat meminta bantuan

psikiatri pada saat pasien membutuhkannya.

Mengembalikan kepercayaan diri pasien pada fungsi optimal

terutama dalam kehidupan sosioekonomi, sehingga pasien bisa

menjalani aktivitas sehari-hari dan merawat kebersihan diri dengan baik

tanpa disuruh.

Memberikan dukungan untuk meningkatkan rasa percaya diri

individu, perbaikan fungsi sosial, dan pencapaian kualitas hidup yang

15

baik serta memotivasi penderita agar tidak merasa putus asa dan

semangat dalam menjalani hidup.

Memberikan penjelasan yang bersifat komunikatif, informatif dan

edukatif mengenai penyebab penyakit pasien, gejala-gejalanya, faktor-

faktor yang memberatkan, dan bagaimana cara pencegahannya. Pada

keluarga. Sehingga keluarga bisa menerima dan mengerti keadaan

pasien serta mendukung proses terapi dan mencegah kekambuhan.

Menjelaskan pada keluarga bahwa pasien perlu dukungan penuh, perlu

dirangkul dan di ajak berkomunikasi dengan lebih sabar lagi, jangan di

kurung maupun jangan membuat pasien merasa di kucilkan, karena hal

tersebut dapat memparah keadaan pasien.

Keluarga diharapkan mampu mengawasi kepatuhan pasien untuk

kontrol minum obat maupun kontrol berobat jika obat habis untuk

memantau perjalanan penyakit pasien dan tindak lanjut dari pengobatan

yang didapat pasien.

BAB II

DISKUSI

Pada penderita ditemukan halusinasi auditorik, waham curiga dan waham

kebesaran. Selama wawancara sikap penderita kurang kooperatif, ekspresi wajah

tidak sesuai, penderita tertawa namun terlihat seperti sedang menangis, artikulasi

16

jelas dan volume suara naik turun, pandangan tertuju pada pemeriksa kalau

dipanggil..

Pengobatan pada pasien ini dipilih risperidone dengan dosis awal 2 mg

diberikan 2 kali perhari. Karena risperidon merupakan obat antipsikotik atipikal

dengan efek samping yang minimal.

Indikasi pemberiannya adalah terapi pada skizofrenia akut dan kronik serta

pada kondisi psikosis yang lain, dengan gejala-gejala tambahan (seperti;

halusinasi, delusi, gangguan pola pikir, kecurigaan dan rasa permusuhan) dan atau

dengan gejala-gejala negatif yang terlihat nyata (seperti; blunted affect, menarik

diri dari lingkungan sosial dan emosional, sulit berbicara). Juga mengurangi gejala

afektif (seperti; depresi, perasaan bersalah dan cemas) yang berhubungan dengan

skizofrenia. Aktivitas antipsikosis diperkirakan melalui hambatan terhadap

reseptor serotonin dan dopamine.

Pemberian obat-obatan antipsikotik diberikan dari dosis terkecil yang

menimbulkan efek terapeutik, dalam hal ini pemberian Risperidone yaitu :

2 mg/hari, 1-2 x sehari, jika belum ada perbaikan, dinaikkan menjadi

4 mg/hari, 1-2 x sehari, jika belum ada perbaikan, dinaikkan menjadi

6 mg/hari, 1-2 x sehari. Dosis umum Risperidon adalah 3-6 mg per hari.

Trihexylphenidil diberikan apabila terjadi efek samping ekstrapiramidal.

Semua antagonis reseptor dopamin berkaitan dengan efek samping ekstra

piramidal. Hal ini disebabkan karena berkurangnya aktivitas dopamin pada

ganglia basalis, yang diakibatkan karena afinitasnya terhadap reseptor D2.

Pada penderita ini juga diberikan terapi lain berupa psikoterapi. Dalam hal ini

diberikan melalui edukasi terhadap penderita agar memahami gangguannya, cara

pengobatan, efek samping yang dapat muncul, pentingnya kepatuhan dan

keteraturan minum obat sehingga penderita sadar dan mengerti akan sakitnya, dan

menjalankan pengobatan secara teratur, tidak dengan terpaksa. Hal lain yang

dilakukan adalah dengan intervensi langsung dan dukungan untuk meningkatkan

rasa percaya diri individu, perbaikan fungsi sosial dan pencapaian kualitas hidup

yang baik sehingga memotivasi penderita agar dapat menjalankan fungsi sosianya

dengan baik.

17

Keluarga penderita juga diberikan terapi keluarga dalam bentuk psikoedukasi

berupa penyampaian informasi kepada keluarga mengenai penyebab penyakit

yang dialami penderita serta pengobatannya sehingga keluarga dapat memahami

dan menerima kondisi penderita untuk minum obat dan kontrol secara teratur serta

mengenali gejala-gejala kekambuhan secara dini. Pengertian kepada keluarga

akan pentingnya peran keluarga pada perjalanan penyakit juga penting untuk

disampaikan.

Prognosis penderita ini adalah dubia dan gejala ini bisa berulang karena

adanya riwayat gangguan psikiatri dalam keluarga. Bila pasien taat menjalani

terapi, adanya motivasi penderita untuk sembuh, serta adanya dukungan dari

keluarga yang cukup maka akan membantu perbaikan pasien.

TABEL FOLLOW UP

Rabu, 12 Desember 2012

KU baik, os tampak tenang, kontak (+), os bisa makan, minum, mandi dan tidur. Waham curiga (+) Halusinasi (+). TD = 130/70 mmHg.Emosi : stabil

18

Th/ :Clonilex 2 x 25 mgNeripros 2 x 2 mgResperidone 2 x 2 mgDepakote 2 x 25 mgThrihexipenidil 2 x 2 mgSeroquil 2 x 300 mg

Kamis , 13 Desember 2012

KU baik, os tampak tenang, kontak (+), os bisa makan, minum, mandi dan tidur. Waham curiga (+) Halusinasi (+) TD = 130/70 mmHg.mmHg.Emosi : stabil Th/ :Clonilex 2 x 25 mgNeripros 2 x 2 mgResperidone 2 x 2 mgDepakote 2 x 25 mgThrihexipenidil 2 x 2 mgSeroquil 2 x 300 mg

Jumat, 14 Desember 2012

KU baik, os tampak tenang, kontak (+), os bisa makan, minum, mandi dan tidur. Halusinasi (+) TD = 130/70 mmHg.mmHg.Emosi : stabil Th/ :Clonilex 2 x 25 mgNeripros 2 x 2 mgResperidone 2 x 2 mgDepakote 2 x 25 mgThrihexipenidil 2 x 2 mgSeroquil 2 x 300 mg

Sabtu , 15 Desember 2012

KU baik, os tampak tenang, kontak (+), os bisa makan, minum, mandi dan tidur. Halusinasi (+) TD = 120/70 mmHg.mmHg.Emosi : stabil Th/ :Clonilex 2 x 25 mgNeripros 2 x 2 mgResperidone 2 x 2 mgDepakote 2 x 25 mgThrihexipenidil 2 x 2 mgSeroquil 2 x 300 mg

DAFTAR PUSTAKA

19

1. Sadock BJ and Sadock VA. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry:

Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, Lippincott Williams & Wilkins 10th

Edition. 2007.

2. Depkes RI. Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi ke-III.

Jakarta. 1993.

3. Jager M, Hintermayr M, Bottlender R, Strauss A, Möller HJ, Course and

outcome of first-admitted patients with acute and transient psychotic

disorders (ICD-10:F23) Focus on relapses and social adjustment, Eur Arch

Psychiatry Clin Neurosci. 2003.

4. Maslim Rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik edisi ketiga. Penerbit

bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK- Atma Jaya. Jakarta, 2007.

5. Tim Psikiatri FKUI. 2005. Buku Ajar: Psikiatri. Jakarta: FK UI P

20

1