metode tadarruj dalam menghafal al-repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49403... ·...
TRANSCRIPT
METODE TADARRUJ DALAM MENGHAFAL AL-
QURʻAN (STUDI KASUS TERHADAP SANTRI PESMADAI
DALAM MENGHAFAL AL-QURʻAN)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Sundari Aryanti
NIM. 11150340000028
PROGRAM STUDI ILMU AL-QURʻAN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M/1441 H
ii
iii
iv
v
ABSTRAK
Sundari Aryanti
Metode Tadarruj dalam Menghafal AL-Qurʻan (Studi Kasus terhadap
Santri Pesmadai dalam Al-Qurʻan)
Metode Tadarruj adalah sebuah formulasi metode menghafal AL-
Qurʻan untuk pemula. Metode ini dicetuskan dan dikembangkan oleh ustadz
Ahmad Muzakky sejak awal tahun 2019. Dari beberapa cabang Pesmadai di
wilayah Jabodetabek, baru Pesmadai Ciputat dan Muara Angke yang secara
resmi menggunakan metode tadarruj ini. Urgensi penelitian ini terletakn pada
keunikan metode tadarruj ini adalah terletak pada cara menghafal sepuluh juz
terakhir dalam AL-Qurʻan. Di dalam menghafal sepuluh juz terakhir urutan
surat tiap juznya tidak sesuai dengan urutan mushaf AL-Qurʻan. Akan tetapi,
berdasarkan jumlah baris (kosakata) yang paling sedikit dari tiap suratnya.
Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan pendekatan deskriptif
kualitatif. Adapun metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah
observasi partisipatif, sehingga data-data yang bersumber dari hasil
wawancara dan pengamatan di lapangan. Kemudian data ini diolah dengan
cara reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, melalui proses observasi
lapangan dan wawancara, ditemukan fakta menarik. Metode ini dinilai cocok
oleh sebagian besar santri dalam proses menghafal, terkhusus bagi santri
pemula dalam menghafal AL-Qurʻan. Selain itu metode ini juga memudahkan
santri dalam beradaptasi dengan proses menghafal, karena surat-surat yang
dihafal pertama dalam setiap juznya dimulai dari yang terpendek terlebin
dahulu. Adapun beberapa hambatan santri dalam menghafal, tercatat faktor
utamanya dari rasa malas, bosan, dan tidak fokus.
Kata Kunci : Metode tadarruj, Pesmadai, Menghafal
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah Swt,, Rabb semesta alam yang telah
menjadi Al-Qurʻan yang mulia sebagai petunjuk dan pedoman hidup manusia.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad
shallallahu `alaihi wa salla, manusia yang paling mulia yang menjadi utusan-
Nya, dan yang paling patut untuk diteladani.
Alhamdulillah, atas izin dan rahmat Allah SWT penulis bisa
menyelesaikan skripsi S1 ini pada program studi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir,
dengan judul ”Metode Tadarruj dalam Menghafal Al-Qurʻan (Studi Kasus
terhadap Santri Pesmadaʻi dalam Menghafal Al-Qurʻan )”. Skripsi ini diajukan
dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar
akademik Sarjana Agama (S. Ag.)
Melalui kata pengantar ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya, sekaligus penghargaan dan penghormatan yang
setinggi-tingginya kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis Lc, M.A, selaku
Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Yusuf Rahman, M.A, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Program Studi Ilmu Al-
Qur`an dan Tafsir dan Bapak Fahrizal Mahdi, Lc. MIRKH, selaku
sekretaris Jurusan Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir.
4. Dosen pembimbing skripsi penulis, Bapak Hasanuddin Sinaga, M.A,
yang senantiasa membimbing, mengarahkan, dan memberikan
motivasi penulis dalam melakukan penelitian sehingga pemulisan
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
vii
5. Dosen penasehat akademik bapak Dr. Ahzami Samiun Jazuli, M.A,
yang telah memberikan masukan kepada penulis.
6. Seluruh dosen di Program Studi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir yang
dengan tulus memberikan ilmunya kepada penulis.
7. Kedua orangtua penulis yang senantisa memberikan dukungan dan
dorongan untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
8. Pihak yayasan Pesmadai, khususnya ustadz Ahmad Muzakky yang
telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian mengenai
metode tadarruj.
9. Kepada para sahabat wisudawatiku serta sahabatku Nadine dan juga
Iwan yang menjadi tempat curhat penulis.
Demikian, penulis memohon kepada Allah Swt, agar menetapkan kita semua
di atas keimanan dan ketaqwaan. Semoga tulisan ini bermanfaat, baik bagi diri
penulis sendiri maupun bagi pembaca.
Ciputat, 15 Oktober 2019
Penulis
viii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini berpedoman pada
Keputusan Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2017 tentang pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis,disertasi) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Huruf
Arab
Huruf
Latin
Keterangan
Tidak dilambangkan ا
b Be ب
t Te ت
ts te dan es ث
j Je ج
h h dengan garis bawah ح
kh ka dan ha خ
d De د
dz de dan zet ذ
r Er ر
z Zet ز
s Es س
sy es dan ye ش
ix
s es dengan garis di bawah ص
d de dengan garis di bawah ض
t te dengan garis dibawah ط
z zet dengan garis bawah ظ
koma terbalik di atas hadap kanan ‘ ع
gh ge dan ha غ
f Ef ف
q Ki ق
k Ka ك
l El ل
m Em م
n En ن
w We و
h Ha ـھ
Apostrof ` ء
y Ye ي
Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal,
ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal
Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
x
A Fathah ـــ
I Kasrah ـــ
U Dammah ـــ
Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal
Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
Ai a dan i ـــ ي
Au a dan u ـــ و
Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang dalam bahasa Arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin Keterangan
â a dengan topi di atas ــا
ي î i dengan topi di atas ــ
و û u dengan topi di atas ــ
Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu
dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiyah maupun huruf
kamariah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân bukan ad-dîwân.
Syaddah (Tasydîd)
Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan
sebuah tanda ( dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan (ـــ
menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku
jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti
xi
oleh huruf-huruf syamsiyah. Misalnya, kata (الضرورة) tidak ditulis ad-darûrah
melainkan al-darûrah, demikian seterusnya.
Ta Marbûtah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat pada kata yang
berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1
di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika tamarbûtah tersebut diikuti oleh kata sifat
(na‘t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta marbûtah tersebut diikuti kata benda
(ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).
No Kata Arab Alih Aksara
Tarîqah طریقة 1
al-jâmî’ah al-islâmiyyah الجامعة الإسلامیة 2
wahdat al-wujûd وحدة الوجود 3
xii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ....................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah .............................. 6
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 7
E. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 8
F. Metode Penelitian ............................................................................... 14
G. Sistematika Pembahasan .................................................................... 24
BAB II METODE DALAM MENGHAFAL AL-QUR’AN
A. Pengetian Metode dan Menghafal ...................................................... 27
B. Macam-Macam Metode Menghafal Al-Qur’an ................................. 30
C. Syarat-Syarat Menghafal Al-Qur’an .................................................. 37
D. Adab-Adab Menghafal Al-Qur’an ..................................................... 43
E. Keutamaan Menghafal Al-Qur’an ...................................................... 44
BAB III SEPUTAR PESANTREN MAHASISWA DA’I (PESMADAI)
A. Pesantren Mahasiswa Da’i (Pesmadai) .............................................. 49
a. Profil ............................................................................................. 49
b. Sejarah .......................................................................................... 49
c. Visi dan Misi ................................................................................ 51
d. Struktur Organisasi ....................................................................... 52
e. Program Utama Kegiatan ............................................................. 53
f. Daftar Pengajar dan Santri ........................................................... 54
B. Biografi Ahmad Muzakky .................................................................. 56
C. Konsep Metode Tadarruj ................................................................... 57
xiii
BAB IV PENERAPAN METODE TADARRUJ DALAM
MENGHAFAL AL-QUR’AN DI PESMADAI
A. Penggunaan metode tadarruj di Pesmadai ........................................ 63
a. Proses Menghafal ......................................................................... 63
b. Menjaga Hafalan .......................................................................... 65
B. Keberhasilan metode tadarruj Pesmadai ........................................... 68
C. Faktor pendukung dan penghambat pengunaan metode tadarruj
dalam menghafal Al-Qur’an ............................................................... 73
D. Pandangan Penulis .............................................................................. 78
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 81
B. Saran ................................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 85
LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................... 91
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1: Daftar Pengajar ............................................................................. 55
Tabel 3.2: Daftar nama-nama santri ............................................................... 55
Tabel 4.1: Cara Menghafal al-Qur’an ............................................................ 67
Tabel 4.2: Klasifikasi berdasarkan waktu selama empat bulan ..................... 68
Tabel 4.3: Klasifikasi berdasarkan waktu selama tiga bulan ......................... 70
Tabel 4.4: Klasifikasi berdasarkan waktu selama satu bulan ......................... 70
Tabel 4.5: Klasifikasi berdasarkan waktu selama <1 bulan ........................... 70
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1: Contoh sistematika surat juz 30 ................................................ 60
Gambar 4.1: Memulai halaqah al-Qur’an ...................................................... 63
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menghafal al-Qur`an adalah kegiatan yang saat ini menjadi trend di
kalangan umat Islam. Mulai dari anak-anak, remaja, orang dewasa, hingga
yang lanjut usia, semuanya ikut dalam kegiatan menghafal al-Qur`an , baik
yang dilakukan secara individu ataupun secara bersama-sama.Terdapat
berbagai macam motivasi menghafal al-Qurʻan diantaranya; membahagiakan
kedua orangtua, menjadi ahl al-Qurʻan, menjadi seorang hafizh, dsb. Baik di
wilayah perkotaan maupun pedesaan, dapat kita temui adanya kegiatan
menghafal Al-Qur`an .1
Dalam proses menghafal al-Qur`an tentunya dibutuhkan metode guna
memudahkan penghafal dalam prosesnya. Pengertian sederhana mengenai
metode adalah cara atau jalan untuk mencapai maksud dan tujuan yang
diinginkan.2 Metode dalam proses menghafal al-Qur`an dirasa penting karena
menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan dalam menghafal al-Qur`an .
1 Ahmad Atabik,”The Living Qur’an : Potret Budaya Taḥfizh Al-Qur`an di
Nusantara”, Jurnal Penelitian, (Februari 2014): 163. 2 Poerwadarmita, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2011),
767.
2
Mengenai metode menghafal al-Qur`an , penulis memiliki pengalaman
tentang bagaimana menghafal al-Qur`an mengenai metode tadarruj ini.
Meskipun hanya sebentar tetapi metode ini cukup membekas bagi penulis.
Pada sebuah kesempatan penulis mendapat informasi mengenai dauroh
menghafal al-Qur`an dengan metode tadarruj. Di dalam informasi yang
didapat oleh penulis disebutkan kelebihan yang dimiliki metode tersebut.
Singkat cerita kemudian penulis mengikuti dauroh menghafal al-Qur`an
tersebut.
Di dalam dauroh itu dijelaskan bagaimana metode tadarruj dan
bagaimana cara penerapannya yang langsung dijelaskan oleh ustadz Ahmad
Muzakky selaku pencetus metode tadarruj ini. Latar belakang mengapa
metode tadarruj ini diciptakan adalah pengalaman pribadi ustadz Ahmad
Muzakky selama menghafal al-Qur`an dengan metode yang sudah cukup lama
dipakai para penghafal yakni menghafal al-Qur`an berdasarkan urutan mushaf
ataupun menghafal yang diawali dari juz pertama dalam al-Qur`an .
Sedikit bercerita, berdasarkan pengalaman yang penulis rasakan ketika
menghafal menggunakan metode tadarruj memang ada kesan yang sedikit
berbeda, sebelumya penulis juga pernah menggunakan metode lain dalam
menghafal al-Qur`an . Mengurangi kejenuhan karena bertemu dengan surat-
surat yang memiliki jumlah ayat yang panjang memang penulis rasakan.
Menghafal dengan metode ini juga terdapat buku panduan untuk memudahkan
para penghafal melihat urutan surat dalam sepuluh juz terakhir yang sudah
tersusun berdasarkan jumlah baris surat tersebut bukan berdasarkan jumlah
3
ayatnya. Hal ini dikarenakan tidak semua surat yang jumlah ayatnya pendek
memiliki jumah baris yang sedikit.
Pada acara dauroh menghafal tersebut terdapat 21 peserta dauroh.
Kebanyakan dari mereka adalah mahasiswa yang sedang mengisi liburan.
Menurut ustadz Ahmad Muzakky sebenarnya minat peserta untuk mengikuti
dauroh ini sangat besar tetapi kapasitas tempat yang tidak memungkinkan
untuk menambah jumlah peserta sehingga hanya dapat menerima sebanyak 21
orang saja.3
Dalam pembahasan mengenai metode menghafal al-Qur`an
mengadopsi sistem keberagaman. Maksudnya adalah setiap individu berlaku
metode yang tidak sama, tergantung pada karakter, daya serap, dan daya ingat
pada masing-masing individu. Metode yang dianggap terbaik dan efektif bagi
seseorang belum tentu hal ini dirasakan oleh individu lain. Oleh sebab itu
dalam menghafal Al-Qur`an ditawarkan banyak sekali metode menghafal dan
semua metode tersebut memiliki kelebihan dan kekuranganya masing-masing.
Banyak metode menghafal al-Qur`an yang sudah dikenal terutama di
kalangan penghafal al-Qur`an yakni metode talaqqi yakni dimana dalam
proses menghafal al-Qur`an langsung dipraktikkan oleh Rasullullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menerima wahyu dari Allah SWT.
3 3 Wawancara Pribadi dengan Ustadz Ahmad Muzakky, Asrama Pesmadai, Legoso
Tangerang Selatan, 3 Juli 2019.
4
beberapa ayat kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian
beliau mengikutinya sampai hafal.
Pada praktiknya, cara kerja metode ini adalah, ustadz atau guru terlebih
dahulu membacakan ayat yang hendak dihafal, sambil diperdengarkan secara
seksama oleh santri. Kemudian, secara perlahan santri mengikutinya sampai
benar-benar hafal. Selain metode talaqqi, ada banyak metode lain dalam
menghafal, seperti metoe Turki Utsmani, metode wahdah, metode MASTER,
metode tikrar, dll.4 Pada dasarnya munculnya keberagaman metode dalam
menghafal al-Qur`an merupakan hasil pengembangan dari metode yang sudah
ada sebelumnya, dan sebagiannya meruaokan temuan yang terbilang baru.
Tadarruj, merupakan metode baru dalam menghafal al-Qur`an .
Sebuah metode yang diperkenalkan oleh ustadz Ahmad Muzakky pada awal
tahun 2019. Aatu lebih tepatnya secara resmi metode ini diterapkan sekitar 6
bulan yang lalu. Metode ini diterapkan pada saat menghafal sepuluh juz
terakhir dalam al-Qur`an . Urutan surat yang tersusun ditiap juznya tidak sesuai
dengan urutan yang terdapat pada mushaf melainkan berdasarkan jumlah baris.
Surat yang memiliki jumlah baris terpendek akan menjadi urutan pertama
dalam juz tersebut dan jumlah baris yang terpanjang akan menjadi urutan yang
terakhir. Melalui metode ini, diharapkan proses menghafal al-Qur`an menjadi
tidak membosankan, serta dapat digunakan oleh banyak orang.
Alasan yang melatarbelakangi munculnya metode ini adalah
berdasarkan pengalaman pribadi ustadz Zakky dalam proses menghafal
4 Beberapa metode lainnya akan penulis paparkan pad bab 2.
5
dimana beliau merasakan jenuh ketika menghafal surat-surat yang cukup
panjang karena memakan waktu yang cukup lama. Hal ini menurut beliau
dapat membuat penghafal merasa bosan karena membutuhkan waktu yang
cukup lama untuk menghafal satu surat.5 Ide ini sebenarnya sudah cukup lama
yakni sekitar sepuluh tahun yang lalu. Namun baru dapat direalisasikan pada
awal tahun 2019.
Dalam keberlanjutannya, ustadz Ahmad Muzakky menjadi pengasuh
Pesantren Mahasiswa Da’i (Pesmadai) di bawah Yayasan Da’i Muda
Indonesia., sebuah lembaga non-profit yang bergerak di bidang sosial-
pendidikan dan pengkaderan da’i di kalangan mahasiswa. Di bawah naungan
yayasan tersebut, terdapat enam cabang Pesmadai di wilayah Jabodetabek.
Melalui cabang-cabang Pesmadai yang tesebar di berbagai wilayah inilah
ustadz Ahmad Muzakky memperkenalkan metode tadarruj.Namun, baru
Pesmadai yang terdapat di Ciputat dan Muara Angke yang sudah menerapkan
metode ini. Berdasarkan pengamatan penulis, dalam praktiknya, metode
tadarruj ini menawarkan kegiatan menghafal al-Qur`an yang mudah dan tidak
membosankan, serta dapat dibilang metode yang baru bagi para pemula dalam
menghafal.
5 Ahmad Muzakky (Pencetus metode tadarruj),diwawancari oleh Sundari Aryanti,
Ciputat 3 Juli 2019.
6
Melihat antusiasme dan tawaran yang diberikan oleh metode tadarruj
ini, serta keunikan metode ini, dan belum adanya tulisan yang membahas
mengenai metode ini dalam menghafal al-Qur`an , maka penulis menjadikan
“Metode Tadarruj dalam Menghafal Al-Qur`an bagi Pemula (Studi Kasus
terhadap Santri Pesantren Mahasiswa Da’i dalam Menghafal 10 Juz terakhir
al-Qur`an ) sebagai judul skripsi. Adapun lokasi yang penulis pilih dalam
melakukan penelitian terhadap metode ini adalah di Pesantren Mahasiswa Da’i
cabang Ciputat dan Muara Angke.
B. Identifikasi, Pembatasan , dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Mengamati latar belakang permasalahan yang telah
dikemukakan di atas, penulis mengidentifikasi beberapa masalah
yang kiranya perlu diteliti, antara lain sebagai berikut:
a. Adanya trend menghafal al-Qur`an di kalangan masyarakat.
b. Dibutuhkan penyegaran metode terbaru dari metode yang telah
ada dan ditawarkan.
c. Pada saat mengahafal al-Qur`an ditemukan kendala-kendala
yang dialami para penghafal.
d. Metode menghafal yang diterapkan bepotensi membuat santri
kesulitan dalam proses menghafal al-Qur`an karena urutan surat
yang tidak sesuai dengan mushaf.
2. Pembatasan Masalah
7
Berdasarkan dari identifikasi masalah di atas, penuulis
membatasi hanya fokus kepada permasalahan penerapan metode
tadarruj dalam menghafal al-Qur`an selama enam bulan terakhir.
3. Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis merumuskan sebuah
permasalahan tentang bagaimana penerapan metode tadarruj dalam
menghafal al-Qur`an ?.
C. Tujuan Penelitian
Berpijak dari peramasalahan di atas dapat dijelaskan tujuan penulisan
skripsi ini bertujauan:
1. Mengetahui bagaimana penggunaan metode tadarruj dalam menghafal
al-Qur`an bagi santri Pesmadai Ciputat dan Muara Angke.
2. Untuk mengetahui apakah bisa jika metode tadarruj ini diterapkan untuk
menghafal seluruh al-Qur`an .
3. Memenuhi syarat mendapat gelar Sarjana Agama (S.Ag) jurusan Ilmu
al-Qur`an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat menambah
khazanah kelimuwan dalam hal metode – metode atau cara- cara dalam
menghafal Al-Qur`an terutama untuk kalangan aktivis kampus.
8
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Lembaga
Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan
kualitas hafalan santri.
b. Bagi Ustadzah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan
evaluasi untuk mengembangkan metode dalam menghafal Al-
Qur`an .
c. Bagi santri
Hasil penelitian ini dapat dijadikan tolak ukur untuk
meningkatkan kemampuan santri dalam menghafal Al-Qur`an .
d. Bagi peneliti yang akan datang
Hasil penelitian ini dapat mnjadi rujukan dalam perumusan
desain penelitian yang lebih komperhensif.
E. Tinjauan Pustaka
Penulis telah melakukan tinjauan pustaka terhadap tema yang akan
penulis ambil guna mengetahui apakah telah ada penelitian lain yang telah
membahas judul dan pembahasan yang sama dengan penulis. Dan sepanjang
melakukan penelusuran, penulis mendapatkan judul- judul yang mirip. Akan
ttetapi tentu terdapat perbedaan dalam pembahasannya.
9
Skripsi yang ditulis oleh Arini Intan Maulidiah6 membahas tingkat
efektifitas metode tikrar dalam menghafal al-Qur`an juz 30. Metode Tikrar
yang digunakan sudah efektid berdasarkan hasil analisis akhir yang
menunjukkan bahwa hasil pencapaian level menunjukkan peningkatan begitu
pula hasil ujian menghafal al-Qur`an menunjukkan keefektifan pula.
Skripsi yang ditulis oleh Rofiqotul Munifah7 membahas tingkat
efektifitas penggunaan metode muraja’ah dalam menghafal al-Qur`an .
Dalam penerapannya metode muraja’ah yang digunakan dinilai efektif dalam
menambah hafalan para santri.
Skripsi yang ditulis oleh Nur Hasanah8 membahas tentang keefektifan
metode askar kauny dalam proses menghafal al-Qur`an di Rumah SDIT LHI
Yogyakarta. Implementasi dari metode askar kauny yang diterapkan di Rumah
6 Arini Intan Fadillahh, “Efektivtas Metode Tikrar dalam Menghafal Al-Qur`an juz
30 pada Mahasiswi Program Studi Ekonomi Islam Fakultas Agama Islam Universitas Islam
Indonesia Yogyakarta”, (Skripsi S1, Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indoneisa
Yogyakarta, 2018) 7 Rofiqotul Munifah, “Efektifitas Metode Muraja’ah dalam Menghafal Al-Qur`an
pada Santri Pondok Pesantren Al- I’tishom Kliwonan Grabag Kecamatan Grabag Kabupaten
Magelang”, (Skripsi S1, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Institut Agama Islam Negeri
Salatiga, 2017) 8 Nur Hasanah, “Efektivitas Metode Kauny Quantum Memory dalam Menghafal Al-
Qur`an di Rumah SDIT LHI Yogyakarta”, (Skripsi S1, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
UIN Sunan Kalijaga, 2017)
10
SDIT LHI Yogyakarta dinilai efektif hal ini dapat dilihat dari keefektifan
pembelajaran.
Skripsi yang ditulis oleh Cucu Susianti9 membahas tentang
penggunaan metode talaqqi pada anak usia dini dalam menghafal al-Qur`an .
Skripsi yang ditulis oleh Siti Nurhalimah10 menggunakan pendekatan
kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas sistem pendidikan
Taḥfizhul Qur’an di Pondok Pesantren Roudhotu ‘Usysyaaqil Qur’an
Rowosari Rowopolo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2012
berasa pada kategoti sangat baik. Kurikulum dan sistem pengajaran tersusun
dengan baik, sehingga proses belajar Al-Qur`an dan pengkajian kitab
terlaksana sesuai dengan yang direncanakan. Sistem menghafal Al-Qur`an
terbilang efektif karena dapat mencapai waktu sesuai target yaitu 5-6 tahun.
Skripsi yang ditulis Maidatul Faizah11 menunjukkan hasil penelitian
bahwa metode yang diterapkan dalam taḥfizhul Qur’an adalah metode
wahdah, metode sima’i, metode menghafal per hari satu halaman, metode
pengulangan umum. Penerapan metode tersebut secara umum terbagi dalam
dua waktu yakni setelah Subuh dan setelah Isya’. Untuk kelebihan dan
9 Cucu Susianti, “Efektivitas Metode Talaqqi dalam Meningkatkan Kemampuan
Menghafal Al-Qur`an Anak Usia Dini ( Studi Kasus Eksperimen Anak Usia 5-6 Tahun di TK
Al- Akhyar Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta)”, (Skripsi S1, Fakultas 10 Siti Nur Halimah, “Efektivitas Sistem Pembelajaran Tahfiszul Qur’an di Pondok
Pesantren Roudhotu ‘Usysyaaqil Qur’an Rowosari Rowolo Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang Tahun 2012”, (Skripsi S1, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, 2012) 11 Maidatul Faizah, “Metode Pembelajaran Tahfizdul Qur’an Pondok Pesantren
Saarul Qur’an ( Santri Usia Sekolah Menengah Pertama Colomadu Karanganyar) Tahun
2012”, (Skripsi S1, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, 2012)
11
kekurangan, selama ini tidak ada kekurangan yang terlihat jelas. Hal itu terlihat
dari hasil pembelajaran yang selalu melewati target.
Skripsi yang ditulis oleh Batrutin Nikmah12 menyimpulkan bahwa
metode wardah dan metode taḥfizh menunjukkan keberhasilan sedangkan
metode takrir menunjukkan hasil yang kurang efektif. Implementasi metode
wardah dan metode taḥfizh didasarkan pada kualitas hafalan Al-Qur`an
dengan tartil sesuai dengan kaidah tajwid yang lebih diprioritaskan pada
penguasaan materi yang diberikan. Sedangkan materi metode takrir PP.
Miftahul Ulum kurang efektif berdasarkan hasil penelitian.
Skripsi yang ditulis oleh Muhammad Iskandar13 menjelaskan bahwa
penerapan metode al- Qasimi di Pondok Pesantren Baitul Qur’an Sambirejo
Sragen telah sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai oleh pesantren yaitu
sebagai pencetak generasi Qur’ani yang berprestasi. Penggunaan metode al-
Qasimi berjalan dengan cukup baik dan efektif.
12 Batrutin Nikmah, “Efektivitas Metode Wahdah, Takrir dan Tahfiz terhadap
Hafalan Al-Qur`an di Pondok Pesantren Miftakhul Ulum Jejeran Wonokromo Pleret Bantul’,
(Skripsi S1, Fakultas Ilmu Tarbuyah dan Keguruan, UIN Sunan Kalijaga, 2008) 13 Muhammad Iskandar, “Penerapan Metode Al- Qasimi dalam Menghafalkan Al-
Qur`an di Pondok Pesantren Baitul Qur’an Garut, Dawung, Sambirejo Sragen 2012-2013”,
(Skripsi S1, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013)
12
Skripsi yang ditulis oleh Miftahul Rohman14 menjelaskan bahwa
metode menghafal Al-Qur`an yang digunakan bervariasi, diantaranya adalah
metode wahdah, metode sima’i, dan metode jama’.
Skripsi yang ditulis oleh M. Iqbal15 menjelaskan bahwa metode
menghafal Al-Qur`an sangat beraneka ragam. Namun yang menjadi perhatian
khusus adalah metode yang digunakan oleh Askar Kauny dalam praktiknya
menghafal Al-Qur`an yaitu dengan menghafal dengna menggunakan gerakan
tubuh.
Skripsi yang ditulis oleh Rony Prasetyawan16 menjelaskan tentang
berbagai metode yang digunakan para sanrtri dalam menghafal Al-Qur`an .
Selain itu di dalam skripsi tersebut juga menguraikna tentang berbagai faktor
yang menjadi pendukung ataupun penghalang dalam proses menghafal Al-
Qur`an .
Artikel yang ditulis oleh Ali Akbar dan Hidayatullah Ismail “Metode
Taḥfizh Al-Qur`an di Pondok Pesantren Kabupaten Kampar”. Penelitian ini
dilakukan dengan pendekatan kualitatif, dengan fokus kajian di beberapa
Pondok Pesantren di Kabupaten Kampar yaitu: Pondok Pesantren Daarun
Nahdhah, Al- Badr, Anshar al- Sunnah, Daar al- Salafi, Sabil al- Salam dan al-
14 Miftahul Rohman, “Penerapan Metode Sima’i dalam Menghafal Al-Qur`an pada
Santri Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Ta’mirul Islam Lawean Surakarta tahun 2016”,
(Skripsi S1, Institut Agama Islam Negeri Salatiga, 2016) 15, “Penggunaa Metode Master Dalam Menghafal Al-Qur`an di Yayasan Askar
Kauny tahun 2018”, (Skripsi S1, Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018) 16 Rony Prasetyawan, “Metode Mengahafal Al-Qur`an di Pondok Pesantren Al-
Wafa Palangkaraya tahun 2016”, (Skripsi S1, Institut Agama Islam Negeri Palangkaraya,
2016)
13
Taufik. Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa beberapa pondok
pesantren di Kabupaten Kampar menggunakan berbagai metode dalam
membina santri- santrinya dalam mengikuti kegiatan taḥfizh Al- Qur’a, yaitu
diantaranya dengan cara: membaca secara cermat ayat per-ayat al-Qur`an
yang akan dihafal dengan melihat mushaf secara berulang-ulang
(annadzar),menghafal ayat per ayat secara berulang sehingga akhirnya hafal
(al-wahdah), menyetorkan atau mendengarkan hafalan yang baru dihafal
kepada seorang guru (talaqqi), menghafal sedikit demi sedikit al-Qur`an yang
telah dibaca secara berulang-ulang (takrir) dan mendengarkan hafalan kepada
orang lain, baik kepada teman maupun kepada jama’ah lain (tasmi’).17
Buku yang ditulis oleh H. Sa’adullah, S.Q. yang berjudul “Cara Cepat
Menghafal Al-Qur`an ”. Buku ini berisi tentang bagaimana persiapaan awal
dalam proses menghafal al-Qur`an , berbagai macam metode menghafal al-
Qur`an mulai dari metode bin nadzar, taḥfizh, talaqqi, tikrar, tasmi’, dan
berisii faktor- faaktor apa saja yang menghambat proses menghafal al-Qur`an
dan faktor pendorong dalam menghafal al-Qur`an .18
Setelah membaca beberapa skripsi, jurnal, dan buku yang berkaitan dengan
tema yang diangkat penulis seperti yang disebutkan di atas. Maka yang
membedakan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang sekarang penulis
17 Ali Akbar dan Hidayatullah Ismail, Metode Tahfidz Al-Qur`an di Pondok
Pesantren Kabupaten Kampar, dalam Jurnal Ushuluddin, Vol. 24, No. 1, Januari-Juni 2016. 18 Sa’dullah SQ, 9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur`an , Jakarta: Gema Insani, 2008.
14
teliti adalah lebih terfokus pada penerapan metode tadarruj yang merupakan
salah satu metode menghafal terbaru yang diterapkan di Pesantren Mahasiswa
Da’i ( Pesmadai).
F. Metode Penelitian
Untuk memperoleh hasil yang maksimal dari suatu karangan ilmiah,
maka metode penelitian yang dijalankan akan memegang peranan yang sangat
penting. Hal ini sangat mempengaruhi samapi tidaknya isi penulisan itu kepada
tujauan yang ingin dicapai. Metode yang penulis gunakan dalam penelitian
skripsi ini adalah:
1. Jenis Penelitian
Agar mendapatkan hasil penelitian yang diharapkan, dalam
penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif. Metode penelitian
kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada
kondisi obyek yang alamiah, ( sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana
peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan
secara gabungan, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif
lebih menekankan makna dari pada generalisasi.19 Sedangkan kedalaman
analisisnya, penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yang mana analisis
hanya dilakukan sampai taraf pendeskripsian, yaitu dengan menganalisis dan
menyajikan fakta secara sistematis agar mudah dipahami.
19 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung:CV ALFABETA, 2014),
1.
15
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan. Penelitian lapangan
(field research), yaitu penelitian untuk mencari peristiwa- peristiwa yang
menjadi objek penelitian berlangsung, sehingga informasi, langsung dan
terbaru tentang masalah yang berkenaan, sekaligus sebagai cross checking
terhadap bahan- bahan yang telah ada.20 Penulis mendeskripsikan seluruh
kegiatan di Pesmadai khususnya dalam kegiatan menghafal al-Qur`an .
Deskripsi yang penulis sajikan ini didasarkan pada data yang dikumpulkan dari
lapangan, yakni menggambarkan dan menjelaskan tentang bagaimana
penerapan metode tadarruj dalam menghafal al-Qur`an di Pesmadai Ciputat
dan Muara Angke.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah Pesantren Mahasiswa
Da’i (Pesmadai) yang merupakan lembaga taḥfizh al-Qur`an dan pesantren
mahasiswa yang berlokasi di Ciputat dan Muara Angke. Peneliti mengambil
lokasi ini karena Pesmadai merupakan pesantren yang menggunakann metode
tadarruj dalam proses menghafal al-Qur`an .
3. Subjek Penelitian dan Data
20 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya
Ilmiah (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2012), 34
16
Dalam penelitian ini, subjek penelitian yang penulis gunakan adalah
segenap keluarga besar Pesmadai, dalam hal ini adalah para pengurus, para
pengasuh dan para santri di Pesmadai Ciputat.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua macam sumber data:
a. Sumber Data Primer
Yakni data yang diperoleh dari sumber- sumber asli yang memuat
informasai atau data yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini, data primernya
adalah observasi dan wawancara di Pesmadai Ciputat dan Muara Angke.
Observasi di dalam pengertian psikologik, observasi atau sering
disebut pula dengan pengamatan, merupakan satu kegiatan pemusatan
perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh panca indera.
Jadi observasi dapat dilakukan dengan melalui penglihatan, penciuman,
pendengaran, peraba, atau pengecap.21 Adapun macam-macam observasi
yakni observasi partisipatif, observasi terus-terang atau tersamar, dan
observasi tak berstruktur.
Observasi partisipatif yakni peneliti terlibat dengan kegiatan
sehari-hari orang yang sedang diamati atau digunakan sebagai sumber data
penelitian. Observasi partisipatif kemudian S
21 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, ( Jakarta:
Rineka Cipta, 1993), 133.
17
dibagi lagi menjadi empat bagian22 yaitu, partisipasi pasif,23 partisipasi
moderat24, partisipati aktif25, dan partisipati lengkap.26
Observasi terus terang atau tersamar yaitu peneliti dalam
melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data,
bahwa ia sedang melakukan penelitian. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga
tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari
kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih diharasiakan.27
Sedangkan observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak
dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi.28
Adapun peneliti dalam hal ini melakukan observasi partisipatif
yang sifatnya pasif yaitu peneliti datang ke lokasi penelitian untuk mengamati,
tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.
22 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R &D, (Bandung:CV
ALFABETA, 2009), 227. 23 Partisipasi pasif yakni peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi
tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. 24 Partisipasi moderat yakni keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam
dengan orang luar. 25 Partisipasi aktif yakni peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan leh nara sumber,
tetapi belum sepenuhnya lengkap. 26 Partisipasi lengkap yakni peneliti terlibat sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan
sumber data. 27 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R &D, 228. 28 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R &D, 228.
18
Sedangkan pengertian wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.29
b. Sumber Data Sekunder
Adalah data yang diperoleh dari sumber yang bukan asli yang
memuat informasi atau data yang dibutuhkan. Data sekunder dalam penelitian
ini adalah buku- buku yang menyajikan informasi berkaitan dengan penelitian
ini.
4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai
sumber, dan berbagai cara.30 Dalam melakukan penelitian lapangan, penulis
menggunakan metode pengumpulan data dengan berbagai cara yang terbagi
atas:
a. Dokumentasi
Disebutkan dalam buku Pendidikan Persspektif Islam bahwa
dokumentasi adalah metode yang dipergunakan dalam mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, surat
kabar, dan sebagainya.31 Dalam hal ini peneliti menggunakan
29 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R &D, 231. 30 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R &D, 137.
31 Faisol, Pendidikan Perspektif Islam (Jakarta: Guepedia,t,t), 10.
19
video,foto, dan rekaman suara sebagai bukti dokumentasi kegiatan
penelitian.
b. Interview atau wawancara
Wawancara adalah merupakan pertemuan antara daua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam sub tutopik tertentu.32 Dalam penelitian
ini, penulis mewawancari sejumlah orang yang dianggap penting
dalam penelitian ini, seperti; santri, para pengasuh, dan pengajar di
Pesmadai. Dala hal ini peneliti melakukan wawancara secra langsung
atau face to face kepada responden yang menjadi objek penelitian.
c. Observasi
Di dalam pengertian psikologik, observasi atau sering disebut
pula dengan pengamatan, merupakan satu kegiatan pemusatan
perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh
panca indera. Jadi observasi dapat dilakukan dengan melalui
penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, atau pengecap.33
Pengertian lain, observasi juga menyaratka pencatatan dan
perekaman sistematis mengenai sebuah peristiwa, artefak-
artefak, dan perilaku-perilaku informan yang terjadi dalam
32 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung:CV ALFABETA, 2014),
72. 33 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:
Rineka Cipta,1993), 133.
20
situasi tertentu, bukan seperti yang belakangan mereka ingat,
diceritakan kembali, dan digeneralisasikan oleh partisipan itu
sendiri.34 Dengan demikian, penelitian ini akan melihat dan
mencatat berbagai kegiatan santri dalam melaksanakan
program menghafal Al-Qur`an menggunakan metode tadarruj
di Pesmadai atau lebih tepatnya penulis menggunakan observasi
partisipatif yang bersifat pasif sehingga akan mendapatkan data
yang akurat guna mendukung proses penelitian ini.
5. Populasi dan Sampel
Populasi adalah sekelompok subyek yang dihadapi oleh peneliti
baik manusia, gejala, tes, atau peristiwa. Populasi yang dihadap tergantung
pada perumusan penyelidikan.35 Sampel adalah bagian dari populasi yang
mewakili keseluruhan.36 Dalam penelitian, pengambilan sampel merupakan
prosedur yang biasa digunakan jika jumlah populasi besar.
Prinsip-prinsip dasar penelitian sampel mengacu pada masalah
teknis pelaksanaan dan kualitas produk yang dihasilkan. Dalam hal ini
penentuan sampel dilakukan sesederhana mungkin dan sampel yang diambil
harus benar-benar mempresentasikan keadaan populasi yang sesungguhnya.
Dari beberapa literature atau bacaan metodologi penelitian dapat diperoleh
informasi bahwa besarnya sampel tidak boleh kurang dari 10% populasi, ada
34Christine Daymon dan Immy Holloway, Metode-Metode Riset Kualitatif dalam
Public Relation & Marketing Communication. Penerjemah Cahya Wiratama (Bandung:
Penerbit Bentang, 2008), 321. 35 Winarno Surachmad, Pengantar Penelitian Ilmiah (Bandung: Tarsito, 1990), 5. 36 Winarno Surachmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, 19.
21
pula yang menyatakan minimal 5% dari populasi.37 Dalam hal ini jumlah
populasi terbilang sedikit yakni hanya duapuluh orang. Oleh karena itu, jumlah
sampel sama dengan jumlah populasi.
Sampel utama pada penelitian ini adalah santri pengajian al-Qur`an
di Pesantren Mahasiswa Da’i Ciputat dan Muara Angke.
6. Teknik Pengolahan Data
Analisis data dari segi kualitatif penulis memperoleh data melalui
wawancara dan observasi. Selanjutnya data hasil penelitian yang telah
dikumpulkan dianalisis melalui persentase berdasarkan jumlah frekuensi
jawaban responden untuk setiap jawaban.
Berikut ini adalah langkah-langkah analisis pengolahan data yaitu:
a. Reduksi Data
Dalam melakukan penelitian di lapangan, data yang diperleh oleh
peneliti jumlahnya pasti banyak. Hal demikian perlu dicatat secara teliti
dan rinci. Jika penelitian lapangan semakin lama dilakukan maka data
yang akan diperoleh akan semakin banyak dan kompleks. Maka dari itu
diperlukan reduksi data. Maksud dari reduksi data ialah merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,
37 Abdul Basith, “Model Hafalan Al-Qur`an di Pesantren Nur Medina,”(Skripsi S-1
Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarih Hidayatullah Jakarta, 2017), 13.
22
dicari tema dan polanya.38 Berdasarkan teori ini maka semua data yang
penulis peroleh selama melakukan penelitian di Pesmadai Ciputat dan
Muara Angke secara keseluruhan dikumpulkan, kemudian data yang
diperoleh menjadi data yang sudah terbagi pada kelompok-kelompok
tertentu sesuai dengan konsep yang telah dibentuk oleh peneliti. Proses
reduksi data bertujuan untuk lebih menajamkan, mengarahkan,
membuang bagian data yang tidak dipelukan, serta mengorganisir data
sehingga memudahkan untuk dilakukan penarikan kesimpulan.39
b. Penyajian Data
Pada penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan dalam
bentuk tabel, grafik, phi chard, pictogram dan sejenisnya.40 Melalui
penyajian data seperti ini tentu saja akan lebih mudah untuk dipahami
karena data lebih terorganisir dan tersusun dengan baik. Pada tahap ini
peneliti melakukan organisasi data serta mengaitkan hubungan-hubungan
tertentu antara data yang satu dengan data yang lain. Lebih jelasnya dalam
penelitian ini, data-data yang diperoleh penulis ketika melakukan
penelitian akan menghasilkan data yang lebih konkrit, tervisualisasi,
memperjelas iformasi agar nantinya dapat lebih dipahami pembaca.41
c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
38Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R &D, 247. 39 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitaif (Jakarta: Erlangga, 2009), 151. 40 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R &D, 249. 41 Moh. Soehada, Metode Penelitian Sosial Kualitatif untuk Studi Agama
(Yogyakarta: SUKA Press, 2012), 131.
23
Proses verifikasi data merupakan tahap akhir dalam pengolahan
data. Proses ini dimaknai sebagai penarikan arti data yang ditampilkan.
Verifikasi ini dilakukan dengan melihat hasil-hasil temuan terdahulu dan
melakukan pengecekan kembali dengan temuan-temuan lainnya. Pada
tahap ini juga menghasilkan penafsiran terhadap data, proses ini bertujuan
agar data tersebut memiliki makna. Sehingga dalam proses ini
menghasilkan jawaban dan rumusan masalah yang diajukan dalam
penelitian.42 Penulis melakukan pengecekan kembali terhadap hasil
penelitian agar nantinya dapat mempertahankan dan menjamin validitas
dan rehabilitas hasil temuan penulis terkait penerapan metode tadarruj di
Pesmadai Ciputat dan Muara Angke selama 3 hari melakukan observasi.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif dapat menjawab rumusan
masalah tetapi mungkin juga tidak, karena seperti yang telah dikemukakan
bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat
sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.43 Jika
kesimpulan didukung dengan data-data yang valid maka kesimpulan tersebut
dapat dijadikan kesimpulan yang kredibel.
Adapun deskripsi data, nantinya akan disajikan secara naratif
untuk menggambarkan seluruh kegiatan yang diteliti.
42 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif, 151. 43 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R &D, 253.
24
G. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah proses penelitian agar masalah yang
diteliti dapat diteliti dan dianalisa secara mendetail dan aktual, maka
penulisan skripsi disusun sebagai berikut:
Bab pertama, berisi pendahuluan yang mendeskripsikan secara utuh
penelitian ini. Ulasan bab ini terdiri dari; latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kajian pustaka,
metode penelitian dan sistematika penulisan. Dengan kata lain, tujuan
dari penulisan bab ini adalah untuk menunjukkan gambaran kerangka
dari seluruh isi penelitian. Sedangakan secara lebih rinci dijelaskan
pada bab selanjutnya.
Bab kedua¸sebagai pembahasan permasalahan, penulis menjelaskan
terkait dengan pengertian metode dan menghafal, kemudian penulis
memaparkan mengenai syarat-syarat dalam menghafal al-Qur`an ,
adab-adab mengahafal al-Qur`an , macam-macam metode menghafal
al-Qur`an , dan keutaman menghafal al-Qur`an , semua adalah sebagai
pembuka pembahasan tentang menghafal al-Qur`an .
Bab ketiga¸ berisi gambaran umum Pesantren Mahasiswa Da’i
(Pesmadai) yang terdiri atas: letak geografis, sejarah, visi misi, tujuan
pendidikan Pesmadai Ciputat, Struktur Organisasi, kondisi pendidik
dan peserta didik, sarana dan prasarana, dan administrasi. Penuli juga
memaparkan biografi dari pencetus metode tadarruj.
25
Bab keempat, menganalisis metode tadarrruj dalam menghafal al-
Qur`an yang digunakan di Pesmadai Ciputat yang terdiri atas: metode
tadarruj yang digunakan di Pesmadai Ciputat, keberhasilan metode
tadarruj di Pesmadai Ciputat, dan faktor pendukung dan penghambat
penggunaan metode tadarruj dalam menghafal al-Qur`an di Pesmadai
Ciputat.
Bab kelima, bagian akhir dari skripsi adalah daftar pustaka yang
digunakan peneliti dalam penelitian dan berbagi lampiran yang
berkaitan dengan penelitian.
26
27
BAB II
METODE DALAM MENGHAFAL AL-QURʻAN
A. Pengertian Metode dan Menghafal
Menghafal al-Qurʻan merupakan hal yang tidak mudah dan prosesnya
pun cukup lama. Selain membutuhkan waktu, tenaga, pikiran, menghafal al-
Qurʻan pun membutuhkan cara-cara tertentu atau khusus agar bisa mencapai
tujuan utama yakni dapat menghafal al-Qurʻan secara keseluruhan. Dalam
hal ini, cara-cara inilah yang lebih akrab disebut dengan “metode”.
Kata “metode” berasal dari bahasa Yunani, yakni methodos yang
berarti cara atau jalan yang ditempuh. Djamaluddin dan Abdullah Ali
mengatakan bahwa metode berasal dari kata meta yang berarti melalui dan
hodos yang berarti jalan.1 Departemen Agama Republik Indonesia dalam
buku Metodologi Pendidikan Agama Islam mengatakan bahwa metode
1 Darmadi, Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran Dalam Dinamika
Belajar Siswa (Yogyakarta: Penerbit Deepublish, 2012), 175.
28
adalah cara kerja yang bersistem utnuk memudahkan pelaksanakan suatu
kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.2
Dari beberapa definisi di atas mengenai metode, dan jika definisi
metode di atas dikaitkan dengan menghafal al-Qurʻan, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa metode adalah cara atau langkah-langkah yang harus
dilakukan. Itu berarti metode menghafal al-Qurʻan adalah cara atau langka-
langkah yang harus dilakukan dalam proses menghafal al-Qurʻan.
Sementara itu, definisi kata “menghafal” merupakan bentuk kata kerja
yang kata dasarnya adalah “hafal”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), menghafal didefinisikan sebagai usaha untuk meresapkan ke dalam
pikiran agar selalu ingat.3 Dalam keterangan lain, disebutkan bahwa menghafal
merupakan suatu proses belajar atu mempelajari sesuatu dan mencoba
menyimpannya di dalam ingatan.4 Adapun definisi menghafal dalam bahasa
Arab yakni tahfizh yaitu merupakan bentuk masdar dari lafal hafizha-
yahfazhu-hifzhan yang secara bahasa bermakna menghafal, menjaga,
memlihara, atau melindungi.5 Secara terminologi tahfizh yaitu menerima,
mengingat, menyimpan, dan memproduksi, kembali tanggapan-tanggapan yan
3 Tim Pustaka Pens, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gita Media Press, tt),
307. 4 Baidudu J.S. dan Zain Sutan Mohammad, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1994), 30. 5 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia Terlengkap
Edisi Kedua, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), 279.
29
diperolehnya melalui pengamatan baik dengan cara mendengarkan, menulis,
maupun membacanya.6
Menurut Quraish Shihab menghafal berarti memelihara dan
mengawasi.7 Sedangkan menghafal al-Qurʻan menurut Aa’dullah adalah suatu
proses mengingat dimana seluruh materi ayat (rincian-rinciannya seperti
fonetik, waqaf dan lain-lain) harus diingat scara sempurna. Oleh karena itu,
seluruh proses pengingatan terhadap ayat dan bagian-bagiannya tersebut mulai
dari proses awal hingga pengingatan terakhir harus cepat.8 Sementara dalam
ilmu psikologi, menghafal didefinisikan sebagai kemampuan untuk
memproduksi tangggapan-tanggapan yang telah tersimpan secara tepat dan
sesuai dengan tanggapan-tanggapan yang diterimanya.9
Dalam menghafal erat hubungannya dengan ingatan seseorang. Fungsi
ingatan itu sendiri meliputi tiga aktivitas yaitu, mencamkan yaitu menangkap
atau menerima kesan-kesan, meyimpan kesan-kesan, dan mereproduksi kesan-
6 Munjahid, Strategi Menghafal Al-Qurʻan 10 Bulan Khatam: Kiat-Kiat Sukses
Menghafal Al-Qurʻan, (Yogyakarta: Idea Press, 2007), 73. 7 M. Quraish Shihab, Menyingkap Tabir Ilahi al-Asma al-Husna Dalam Perspektif
al-Qurʻan, (Jakarta: Lentera Hati, 2006), 195. 8 Masagus H.A. Fauzan Yahya, Quantum Tahfizh, (Jakarta: Emir, 2015), 17. 9 Alex Sobur, Psikologi Umum Dalam Lintasan Sejarah (Bandung: CV. Pustaka
Setia, 2003), 25.
30
kesan.10 Ingatan seseorang dipengaruhi oleh sifat seseorang, alam sekitar,
keadaan jasmani, keadaan rohani (jiwa) serta umur manusia.11
Dari paparan di atas mengenai definisi metode dan menghafal, maka
dapat ditarik kesimpulan, bahwa metode menghafal al-Qurʻan adalah cara-cara
yang harus dilalui seseorang untuk dapat mengingat, menyimpan, dan
meresapi ayat-ayat al-Qurʻan ke dalam memory atau ingatan.
B. Macam- Macam Metode Menghafal
Dalam pembahasan mengenai metode dalam menghafal al-Qurʻan,
berlaku keberagaman. Maksudnya, antara satu individu dengan individu
lainnya memiliki perbedaan baik itu karakter maupun daya serap dalam
prosesnya menghafal al-Qurʻan. Metode yang dianggap efektif oleh
seseorang belum tentu efektif juga bagi oranag lain karena setiap orang
memiliki kemampuan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam menghafal al-
Qurʻan tersedia berbagai macam metode yang dapat digunakan yang tentunya
memiliki kelebihan dan kekurangannya masing- masing.
Berkaitan dengan metode menghafal, sebagian ada yang menemukan
caranya sendiri untuk menghafal al-Quran tetapi tidak sedikit pula yang
membutuhakan pilihan-pilihan metode yang kiranya tepat untuk dirinya
dalam proses menghafal.
10 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan,
(Jakarta: Rineka Cipta, 1998), 28. 11 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta,
2013), 26.
31
Berdasarkan tulisan/kajian sehumlah orang terkait hal ini, terdapat
beberapa macam metode daalm menghafal al-Qurʻan, yang diantaranya
sebagai berikut:
1. Metode Turki Utsmani
Metode ini merupakan salah satu metode menghafal al-Qurʻan yang
sudah diterapkan sejak zaman kekhalifahan Turki Utsmani. Metode telah
berkembang pesat tidak hanya di Turki tetapi juga hampir ke seluruh dunia.12
Metode ini mempunyai ciri unik dalam proses menghafal al-Qurʻan
yang disebut dengan urut-mundur. Cara kerjanya yakni dengan membagi
setiap juz al-Qurʻan ke dalam 20 halaman, yang setiap halaman terdiri dari
15 baris. Halaman yang pertama kali dihafal adalah halaman ke-210 dari
setiap juz. Contohnya, pada bulan pertama, di hari pertama menghafal
halaman ke-20 dari juz pertama, hari kedua halama ke-20 dari juz kedua,
hari ketiga menghafal halama ke-20 dari juz ketiga, dan seterusnya, hingga
dalam sebulan pertama hafal seluruh halama 20 dari tiap juznya. Kemudian
pada bulan kedua, pada hari pertama menghafal hal ke-29 dari juz pertama,
hari kedua menghafal halaman ke-29 dari juz kedua, hari ketiga menghafal
12 Ahmad Iqbal, “Penggunaan Metode Master Dalam Menghafal Al-Qurʻan Di
Yayasan Askar Kauny”, (Skripsi S-1, Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2018), 18.
32
halaman ke-29 dari juz ketiga, dan begitu seterusnya hingga selesai
hafalan.13
2. Metode Wahdah
Menghafalkan satu persatu ayat yang hendak dihafalkan. Untuk
mencapai hafalan awal, setiap ayat dapat dibaca sebanyak sepuluh kali atau
dua puluh kali atau lebihm sehingga proses ini mampu membentuk pola
bayangan.14 Dengan demikian metode wahdah ini akan mempermudah
penghafal dalam proses menghafal ayat per ayat al-Quran. Dengan metode
ini ayat yang dihafalkan akan melekat dengan baik dalam ingatan bukan saja
dalam bayangan akan tetapi hingga benar-benar melakat dalam ingatan dan
hatinya, barulah kemudian dilanjutkan pada ayat-ayat berikutnya dengan
menggunakan metode yang sama. Untuk menghafal yang demikian maka
langkah-langkah selanjutnya adalah dengan membaca dan mengulang-ulang
lembar tersebut hingga benar-benar lisan mampu melafalkannya dengan
lancar tanpa terbata-bata. Semakin sering diulang makan kualitas hafalan
akan semakin kuat.
3. Metode Kitabah
Metode ini merupakan metode yang juga sebagai metode alternatif
dalam menghafal al-Qurʻan. Pada metode ini penghafal al-Qurʻan terlebih
13 Hervina Kusumawati, “Implementasi Model Turki Utsmani Dalam Menghafal Al-
Qurʻan di Yayasan Tahfizhul Qur’an Sulaimaniyah Jawa Timur” (Skripsi S1, Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2018), 71. 14 Ahsin W. Al-Hafizh, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qurʻan, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2000), 63.
33
dahulu menuliskna ayat-ayat yang hendak dihafal pada selembar kertas.
Kemudian ayat tersebut dibaca sampai lancar dan benar, kemudian
dihafalkannya.15 Para penghafal al-Qurʻan dalam metode ini dapat
menghafal ayat yang sudah ditulis dengan membaca secara berulang-ulang.
Metode ini dinilai cukup bagus, karena disamping membaca, menulis juga
akan sangat membantu dalam mempercepat terbentuknya pola hafalan
dalam ingatan para penghafal.
4. Metode Talaqqî
Metode talaqqî nampaknya sudah tidak asing di telinga para pegiat
al-Qurʻan atau para penghafal al-Qurʻan. Metode talaqqî adalah metode
yang digunakan Rasulullah saw. dan para sahabat dalam menghafalkan Al-
Qurʻan. Pada praktiknya metode ini adalah sebagaimana yang dilakukan
Malaikat Jibril as. dalam menyampaikan wahyu kepada Nabi Muhammad
saw. dengan membacakannya di hadapan Rasulullah saw. yang kemudian
diikuti secara perlahan oleh beliau.
5. Metode Simâ’i
Simâ’i artinya mendengar. Maksud mendengat dalam metode ini
adalah mendengarkan suatu bacaan untuk dihafalkannya.16 Merode ini
15 Ahsin W. Al-Hafizh, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qurʻan, 64.
16 Ahsin W. Al-Hafizh, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qurʻan, 64.
34
dinilai sangat efektif bagi para penghafal yang memiliki daya ingat tinggi.
Metode in dapat dilakukan dengan du acara alternatif:
a. Mendengar dari guru yang membimbingnya, terutama bagi pengahafal
tunanetra dan anak-anak. Dalam hal ini, pembimbing harus berperan
aktif, sabar, dan teliti dalam membacakan ayat per ayat yang akan
dihafal. Dengan begitu penghafal mampu menghafal dengan baik dan
sempurna. Setelah hafal, kemudian dilanjutkan dengan ayat selanjutnya
dengan metode yang sama.
b. Cara yang kedua yakni dengan merekam terlebih dahulu ayat-ayat
yang hendak dihafal. Setelah itu hasil rekaman dapat diputar dan
didengar secara seksama sambil diikuti oleh para penghafal secara
perlahan.
6. Metode Tikrar
Metode ini adalah bentuk menghafal ataupun cara menghafal
yang paling banyak digunakan oleh para penghafal al-Qurʻan sejak
dulu hingga saat ini. Metode tikrar ini sangat sederhana, karena hanya
mengulang-ulang bacaan dengan melihat mushaf al-Qurʻan, sebanyak
hitungan atau jumlah tertentu yang sudah ada di mushaf Tikrar
sehingga mudah diingat.17
17 Arini Intan, “Efektivitas Metode Tikrar Dalam Menghafal Al-Qurʻan Juz 30 Pada
Mahasiswi Ta’lim Program Studi Ekonomu Islam’, (Skripsi S1, Fakultas Ilmu Agama Islam
Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, 2018), 23.
35
Metode ini dinilai cukup bagus karena dapat meningkatkan dan
membantu menguatkan hafalan, sehingga tidak mudah hilang. Hal ini
dapat terjadi karena seringnya melakukan pengulangan sehingga lisan
mudah mengucapkannya dan semakin kuat pula hafalannya.
7. Metode Jamaʻ
Metode jama’ ialah metode yang dilakukan dengan cara
kolektif, yang berarti ayat-ayat dihafal dibaca secara bersama-sama
yang dipimpin oleh seorang guru. Langkah-langkah dalam metode
jama’ , yaitu: guru membacakan satu atau beberapa ayat, peserta didik
menirukan bersama-sama dengan tetap melihat dan meperhatikan
tulisan ayatnya, setelah ayat itu dibaca dengan baik dan benar, guru
kembali membacakan beberapa ayat, peserta didik mengiktui bacaan
sedikit demi sedikit tanpa melihat mushaf sampai ayat itu benar-benar
masuk dalam bayangannya, dan kegiatan di atas diulang-ulang sampai
semua peserta didik menghafal seluruh ayat.18
8. Metode Munjahid
18 Ahsin W. Al-Hafizh, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qurʻan, , 66.
36
Metode ini merupakan metode yang dapat digunakan untuk menghafal
al-Qurʻan yakni metode pengulangan penuh.19 Metdode menghafal dengan
tulisan, memahami makna serta metode menghafal dengan bimbingan guru.
9. Metode Hanifida
Metode ini merupakan gagasan dari pasangan suami-istri asal
Jombang, Jawa Timur, yaitu Hanifudin Mahadun dan Khoirotul Idawati
Mahmud. Pada paraktiknya, metode ini menggunakan model penghafalan al-
Qurʻan dengan sistem asosiasi, yaitu objek yang dihafal dihubungkan dengan
kata atau kalimat yang mudah dan akrab di telinga atau pikiran. Biasanya,
dalam bentuk cerita yang mudah diingat atau beripa gambar dari makna ayat
yang sedag dihafal. Metode ini mengaktifkan otak kiri dan otak kanan yang
berbeda fungsinya secara bersamaan.20
10. Metode MASTER
Metode MASTER (Menghafal Al-Qurʻan Semudah Tersenyum)
adalah sebuah metode dalam menghafal al-Qurʻan yang memadukan antara
fungsi otak kiri (yakni kegiatan menghafal) dan fungsi otak kanan (yakni
gerakan tangan atau badan).21 Metode ini dapat menjadikan para penghafal al-
19 Munjahid, Strategi Meghafal Al-Qurʻan 10 Bulan Khatam, (Yogyakarta: Idea
Press, 2007), 77-80. 20 Zuhrotul Cahyati, “Efektifitas Metode HANIFIDA Dalam Menghafal Surat Al-
Ma’un Beserta Arti dan Nomor Ayatnya Pada Santri Pondok Pesantren Tahfizhul Qur’an Al-
Muntaha Kelurahan Cebongan Kecamatan ArgoMulyo Kota Salatiga Tahun 2017”, (Skripsi
S1, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga, 2017), 41. 21 Ahmad Iqbal, “Penggunaan Metode Master Dalam Menghafal Al-Qurʻan Di
Yayasan Askar Kauny”, (Skripsi S-1, Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2018), 43.
37
Qurʻan tidak hanya sekadar menghafal teks Arabnya saja, tetapi juga paham
makna ayat yang terkandung di dalamnya.
11. Metode Gabungan
Metode ini merupakan kombinasi antara metode wahdah dan kitabah.
Hanya saja kitabah (menulis) di sini lebih memiliki fungsional sebagai uji coba
terhadap ayat-ayat yang telah dihafalnya.22 Ketika penghafal sudah berhasil
menyelesaikan ayat yang dihafalnya, kemudian ia menuliskannya di atas kertas
yang dengan hafaln pula. Jika ia telah mampu mereproduksi apa yang telah
dihafalkannya dalam betuk tulisan dengan baik dan benar, maka penghafal
dapat melanjutkan hafalan pada ayat berikutnya.
C. Syarat-Syarat Menghafal Al-Qurʻan
Sebelum menghafal al-Qurʻan tentu kita perlu memperhatikkan aspek-
aspek yang perlu kita penuhi sebelum memulai hafalan. Dalam menghafal al-
Qurʻan terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum
seseorang memulai untuk menghafalkan al-Qurʻan. Berikut ini adalah syarat-
syarat dalam menghafal al-Qurʻan menurut Ahsin W. Al-Hafizh:
Mampu mengosongkan benaknya dari pikiran-pikiran dan teori-teori, atau
permasalahan-permasalahan yang sekiranya akan mengganggunya.
22 Ahsin W. Al-Hafizh, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qurʻan,), 65.
38
Membersihkan diri dari segala sesuatu perbuatan yang kemungkiann dapat
merendahkan nilai studinya, kemudian menekuni secara baik dengna hati
terbuka, lapang dada dan dengan tujuan yang suci.23 Hal seperti ini akan terjadi
apabila kita mampu mengendalikan diri dari perbuatan-perbuatan yang
tercela.
1. Niat yang Ikhlas
Niat yang kuat dan sungguh-sungguh akan mengantar seseoragn ketempat
tujuan dan akan membentengi terhadap kendala-kendala yang mungkin
akan datang merintangi.24 Niat memiliki peranan yang cukup vital dalam
melakukan segala aktivitas terlebih dalam menghafal al-Qurʻan. Niat
memiliki peran sebagai motivasi diri dalam usaha mencapai suatu tujuan.
Tanpa adanya niat yang jelas ini sangat mempengaruhi proses pencapaian
tujuan. Jika niat jelas, maka prosesnya akan berjalan dengan mudah dan
tidak mudah terganggu. Niat yang juga beorientsi pada ibadah, dan ikhlas
dalam menghafal karena Allah SWT akan memacu rasa konsisten dalam
menghafal al-Qurʻan, menghafal tidak lagi menjadi beban atau merasakan
terpaksa dalam menghafal. Dengan begitu menghafal al-Qurʻan menjadi
suatu hal yang menyenangkan dan menjadi kebutuhan.
2. Memiliki Keteguhan dan Kesabaran
23 Ahsin W. Al-Hafizh, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qurʻan, 48.
24 Ahsin W. Al-Hafizh, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qurʻan, 49.
39
Keteguhan dan kesabaran merupakan faktor-faktor yang ssangata penting
bagi yang sedang dalam proses menghafal al-Qurʻan.25 Dalam perjalanan
menghafal al-Qurʻan tentu akan menemui banyak kendala yang tidak
mudah. Oleh sebab itu, faktor utama keberhasilan dalam menghafal al-
Qurʻan adalah keteunan menghafal dan mengulang-ulang ayat-ayat yang
telah dihafal.
3. Istiqamah
Istiqamah berarti konsisten, maksud dari konsisten di sini adalah tetap
menjaga keajekan dalam menghafal al-Qurʻan.26 Seorang penghafal al-
Qurʻan harus dapat menjaga konsistensi waktu dalam menghafal al-
Qurʻan.
4. Menjauhkan Diri dari Maksiat dan Sifat Tercela
Seseorang yang sedang dalam proses menghafalkan al-Qurʻan harus selalu
berusaha menjauhkan dirinya dari maksiat dan sifat tercela karan hal
tersebut dapat menghambat atau menganggu konsentrasi seseorang dalam
menghafal al-Qurʻan. Perbuatan maksiat dan sifat t ercela memounyai
pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan jiwa dan mengusik
keternangan hati orang yang sedang dalam proses menghafal al-Qurʻan.27
25 Ahsin W. Al-Hafizh, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qurʻan, 50. 26 Ahsin W. Al-Hafizh, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qurʻan, 51.
27 Ahsin W. Al-Hafizh, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qurʻan, 52.
40
5. Izin Kepada Orang tua, Wali, atau Suami
Seseorang ynag hendak menghafalkan al-Qurʻan harus telebih dahulu
meminta izin, hal ini dilakukan supaya ada pengertian dari oran tua, wali,
ataupun suami terhadap kesediaan waktu, serta memberikan dukungan
moral maupun materiil sehingga nantinya tidak menjadi kendala dalam
proses menghafal al-Qurʻan. Maka dari itu, izin orang tua, wali atau suami
sangat penting dalam menghafal al-Qurʻan.28
6. Mampu Membaca dengan Baik
Sebelum seorang penghafal melangkah pada tahap menghafal, hendaknya
penghafal memperbaiki dan memperlancar bacaannya. Bahkan sebagian
besar ulama tidak memperkenankan anak didik yang diampunya untuk
menghafal al-Qurʻan sebelum terlebih dahulu ia mengkhatamkan al-
Qurʻan dengan membaca.29
Selain itu terdapat pula syarat-syarat lain yang harus dipenuhi seorang
penghafal al-Qurʻan ketika menghafalkan al-Qurʻan dalam buku Meski
Sibuk pun Bisa Hafal Al-Qurʻan karya Ir. Amjad Qosim, berikut adalah
syarat-syaratnya:
a. Membaca dengan Benar
28 Ahsin W. Al-Hafizh, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qurʻan, 55. 29 Ahsin W. Al-Hafizh, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qurʻan, 54.
41
Kebanyakan para penghafal kurang memperhatikan
pentingnya memiliki bacaan Al-Qurʻan sebelum memulai hafalan.
Terdapat hal-hal ynag perlu diperhatikan dalam hal ini, seperti:
- Memperbaiki Makhraj
Sangat penting untuk mempelajari makharij al-huruf bagi
para penghafal Al-Qurʻan sebelum memulai hafalan. Bagaimana
melafalkan huruf hijaiyah secara benar sesuai dengan tempat keluar
hurufnya. Mengapa memperbaiki makhraj sangat penting ?
Memperbaiki makhraj sangat prnting karena jika telah terbiasa
membaca Al-Qurʻan dengan makhraj yang kurang tepat maka akan
berpengaruh pada hafalan Al-Qurʻan yang dimiliki.
- Mengakuratkan Harakat
Sebab terlalu tergesa-gesa atau terlalu pelan dalam membaca
Al-Qurʻan, sebagian orang mengucapkan harakat secara tumpeng-
tindih atau kurang jelas. Hal ini dapat merupakan kesalahan yang
terkadang mengakibatkan berubahnya makna yang terkandung dalam
Al-Qurʻan.30
- Mengakuratkan Kata
30 Amjad Qosim, Meski Sibuk pun Bisa Hafal Al-Quran, terj. Saiful Aziz (Solo: Al-
Kamil Publishing, 2013), 114.
42
Pelafalan kata-kata yang terdapat dalam ayat-ayat Al-Qurʻan
haruslah jelas. Ini menjadi sangat penting karena jika terdapat
kesalahan dalam pelafalan kata akan mempengaruhi arti dan makna
ayat.
- Mencermati Akhir Ayat dengan Sungguh-sungguh
Banyak dari penghafal Al-Qurʻan sering lengah dan tergesa-
gesa terhadap ayat akhir. Sehingga para penghafal kurang
memperhatikan bacaannya yang kemudian memyebabkan kesalahan.
b. Menghafal dengan Kuat
Hafalan yang baru haruslah menjadi hafalan yagn kuat;
tidak ada kesalahan di dalamnya, tidak berhenti (karena lupa),
dan tidak membaca dengan terbata-bata.31
Jika seorang penghafal Al-Qurʻan ingin menghafal
halaman baru tetapi kemudian halaman yang sebelumnya
dihafal belum kuat ini akan menjadi masalah. Mengapa
demikian ? Karena hafalan baru adalah sebagai dasar jika
dasarnya saja belum kokoh maka akan meruntuhkan hafalan
yang tertanam dalan ingatan.
c. Memperdengarkan Hafalan pada Orang Lain
31 Amjad Qosim, Meski Sibuk pun Bisa Hafal Al-Qurʻan, 122.
43
Maksud dari hal ini adalah meminta orang lain untuk menyimak
hafalan kita utnuk mengetahui letak kesalahan yang terdapat pada hafalan.
Seringkali seorang penghafal Al-Qurʻan hanya memperdengarkan
hafalannya pada dirinya sendiri dan menganggapnya telah sempurna
(benar) padahal memperdengarkannya pada orang lain akan
mempermudah kita untuk mengoreksi kesalahan jika terdapat dalam
hafalan.32
d. Mengulang-ulang dalam Waktu Berdekatan
Mengulang hafalan dalam waktu yang berdekatan sangat baik
untuk memperkuat hafalan yang dimiliki
e. Menggabungkan Halaman yang Baru Dihafal dengan Halaman
Sebelumnya
Maksudnya adalah menggabungkan beberapa halaman yang telah
dihalaman sebelumya. Misal dalam satu hari seorang penghafal al-Qurʻan
mampu menghafal 1 halaman dalam seminggu ia mampu menghafal 7
halaman. Dari 7 halaman yang sudah dihafal digabungkan menjadi 1
hafalan yang utuh.33
D. Adab-Adab Terhadap Al-Qurʻan
32 Amjad Qosim, Meski Sibuk pun Bisa Hafal Al-Qurʻan, 124. 33 Amjad Qosim, Meski Sibuk pun Bisa Hafal Al-Qurʻan, 126.
44
Sebelum kita membaca al-Qurʻan tetu terdapat adab-adab yang haus
diperhatikan. Berikut adalah hal-hal yang harus diperhatikan terhadap Al-
Qurʻan:
1. Sebelum membaca al-Qurʻan hendkanya berwudhu terlebih dahulu
2. Membacanya di tempat yang suci dan bersih. Ini dimaksudkan untuk
menjaga keagungan al-Qurʻan34
3. Membacanya dengan khusyu’, tenang, dan penuh hikmat.
4. Membaca ta’awudz sebelum membaca ayat al-Qurʻan. Seperti firman
Allah :
فإذا قـرأت القرآن فاستعذ بلله من الشهیطان الرهجیم
“Maka apabila engkau (Muhammad) hendak membaca Al-Qurʻan, mohonlah
perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk”(QS. An-Nahl:98)35
5. Membaca basmalah pada setiap permulaan surah, keculi permulaan surat
At-Taubah.
6. Membaca Al-Qurʻan dengan tartil
أو زد علیه ورت ل القرآن تـرتیلا
“Dan bacalah Al-Qurʻan itu dengan perlahan-lahan.” (QS. Al-
Muzammil:4)
7. Menghadap Kiblat36
E. Keutaman Menghafal Al-Qurʻan
34 Ahsin W. Al-Hafizh, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qurʻan, 32. 35 Arham bin Yasin, Lc, Mushaf As-Shahib, (Jakarta:Hilal Media, tt), 267.
36 Imam Abu Zakaria Yahya bin Syaraf An-Nabawi, At-Tibyan: Adab Penghafal Al-
Qurʻan, terj. Umniyyati Sayyidatul Hauro,dkk, (Sukoharjo: Al-Qowam, 2015), 74.
45
Menghafal Al-Qurʻan tentu saja memiliki banyak keutamaan, berikut
adalah keutaman menghafal Al-Qurʻan:
1. Meninggikan Derajat Manusia di Surga
یقال لصاحب القرآن اقرأ وارتق ورتل كما كنت ترتل في الدنیا فإن منزلتك عند آخر
، برقم 5/281آیة تقرأ بها )والحدیث صححه الألباني في السلسلة الصحیحة،
2240
“Dikatakan kepada pemilik Al-Qurʻan, bacalah dan
mendakilah. Bacalah dengan tartil sebagaimana engkau membaca
secara tartil di dunia. Karena kedudukanmu di akhir ayat yang engkau
baca.” (Hadits ini dishahihkan oleh Al-Albany dalam As-silsilah As-
Shahihah, 5/281 no. 2240) Telah diriwayatkan oleh Tirmizi, 2914 dan
Abu Daud, 1464.37
Para ulama menjelaskan arti shahib Al-Qurʻan adalah orang
yag hafal Al-Qurʻan semuanya atau sebagiannya, selalu membaca dan
mentadabur serta men gamalkan isinya sekaligus berakhlak sesuai
dengan tuntunannya.38
2. Menjadi Keluarga Allah SWT
37 Muhammad Nashiruddin al-Albany, Silsilah al-Haditsu al-Shahihah, (Riyadh:
Maktabah Ma’arif, 1991), 281 38 Abdud Daim Al-Kahil, Hafal Al-Qurʻan Tanpa Nyatri, Terj. Ummu Qadha
Nahbah Al-Muqoffi, (Sukoharjo: Pustaka Arafah, 2017), 26.
46
إنه لله أهلين من النهاس قالوا : ي رسول الله ، من هم ؟ قال: هم أهل القرآن ، أهل الله
وخاصهته
Dari Annas r.a. ia berkata: Sesungguhnya Rasulullah saw.
bersabda: “Sesungguhnya Allah itu mempunyai keluarga yang terdiri
dari para manusia. Kata Anas selanjutnya: Lalu Rasulullah saw.
ditanya: Siapakah mereka itu wahai Rasulullah ? Jawab beliau: Yaitu
Ahlul- Qur’an. Mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang
istimewa baginya.” (HR. Ahmad, Ibn Majah, An-Nasa’i, Ad-Darami)39
3. Para Penghafal Al-Qurʻan bersama para Malaikat yang Mulia dan Taat
الهذي یـقرأ القرآن وهو ماهر به مع السهفرة الكرام البـررة، والهذي یـقرأ القرآن
أجران ویـتـتـعتع فیه وهو علیه شاق له
“Orang yang mahir membaca Al-Qurʻan itu bersama
para malaikat pencatat yang mulia yang berbakti. Orang yang
membaca Al Qur’an dengan terbata-bata (tidak lancar) dan
Qur’an itu terasa susah baginya saat dibaca, dia mendapatkan
dua pahala.”40
4. Menghafal Al-Qurʻan Merupakan Ciri Orang yang Diberi Ilmu
بل هو آيت بـی نات في صدور الهذین أوتوا العلم وما يحد بيتنا إله الظهالمون
“Sebenarnya, Al-Qurʻan itu adalah ayat-ayat yang nyata di
dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang
40 Imam An-Nawawi. Shahih Muslim bi Syarh an-Nawai,(Qahirah: Daar al-
Hadits,1994), 343.
47
mengingkari ayat-ayat Kami kecuali oarng-orang yang
zhalim.”( QS. Al-Ankabut: 49)41
5. Mendapatkan banyak pahala.
Saat menghafal Al-Qurʻan tentu saja seorang penghafal al-Qur`an
akan mengulang berkai-kali ayat yang dihafalnya. Jika satu huruf
balasannya 10 pahala, berapa banyak huruf dibaca sekaligus pahala yang
diperoleh akan berlipat ganda. Hal ini berdasarkan hadis Nabi Muhammad
saw.:
د رضي الل عنه قال:قال رسول الل صلى الل علي وسلم من قـرأ حرفا من كتاب الل فـله بهعن ابن مسعو
اقول الم حرف ولكن الف ولآم حرف ومیم حــرف. )رواه الترمذي وقال حسنة والحسنة عشر امثالا لآ
حدیث حسن صحیح غریب اسنادا والدارمى(هذا
Dari Ibnu Mas’ud r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda:
“Barangsiapa membaca satu huruf dari kitabullah, maka
baginya satu kebaikan dan kebaikan itu mendpat pahala sepuluh
kali lipat. Aku tidak mengatakan alif laam miim satu huruf.
Tetapi alif satu huruf, laam satu huruf, miim satu huruf.” (HR.
Tirmidzi)42
41 Arham bin Yasin, Lc, Mushaf As-Shahib, (Jakarta:Hilal Media, tt), 402. 42 Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa at-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, (Mesir: Daar Ibnu
Jauzi, tahunnya), 234.
48
49
BAB III
SEPUTAR PESANTREN MAHASISWA DA’I (PESMADAI)
A. Pesantren Mahasiswa Da’i (Pesmadai)
a. Profil
Pesantren Mahasiswa Dai (Pesmadai) adalah lembaga swadaya utnuk
pengembangan dakwah dan pendidikan khususnya untuk kalangan mahasiswa
di bwah Yayasan Dai Muda Indonesia. Sebagaimana namnya, Pesmadai
berkomitmen menjadi wadah pembinaan yang secara embrional1 kelak
diharapkan melahirkan peserta didik yang tinggi ilmunya, kokoh imannya,
meluas amalnya, mulia akhlaknya, cinta negeri serta menjadi pererat ukhuwah.
Secaa resmi Pesmadai berdiri pada tahun 2018, namun sejak 2013 Pesmadai
sebenarnya sudah terbentuk . Pesmadai memiliki 6 cabang di wilayah Jakarta,
Tangerang Selatan, dan Muara Angke. Untuk fokus penelitian yang dilakukan
penulis yakni Pesmadai yang berada di Tangerang Selatan yang beralamat di
Jalan Legoso Raya No. 66 Pisangan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan,
Ciputat Timur, Tangerang Selatan dan Pesmadai Muara Angke yang beralamat
di Jalan Angke Jaya XIII No.17 Kelurahan Angke, Kecamatan Tambora,
Jakarta Barat. Adapun nomor telepon 0852-3123-0141 dan alamat website
resmi Pesmadai yaitu www.pesmadai.org.
b. Sejarah
1 Embrional dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah benih(bibit) yang kaan
menjadi sesuatu
50
c. Sejarah awal berdiri Pesmadai sudah cukup lama yakni sejak tahun
2013. Berawal di Jakarta Selatan di dekat LIPIA2 (Lembaga Ilmu
Pengetahuan Islam dan Arab). Para mahasiswa LIPIA yang ingin
terkumpul dalam satu organisasi yang memliki motivasi yang
samauntuk saling mengingatkan dan belajar serta lebih menjalin
kedekatan dengan Al-Qur’an.3
d. Kebutuhan mahasiswa LIPIA untuk berada di lingkungan yang
bernuansa Al-Qur’an menjadi faktor utama terbentuknya
Pesmadai. Inilah yang menjadi alasan ketika itu Ahmad Muzakky
mendirikan Pesantren Mahasiswa Da'i. Sampai saat ini Pesmadai
LIPIA sudah meluluskan beberapa angkatan dan alumninya sudah
tersebar di berbagai pondok ataupun sekolah sebagai mudir
e. Pada awal berdirinya, Pesmadai tidak memiliki kurikulum baku
yang mengatur kegiatan pesantren karena masih terbatasnya sarana
maupun prasarana. Sehingga kegitan yang berjalan di Pesmadai
kala itu hanya belajar mengenai kajian-kajian ke-Islaman dan
menghafal Al-Qur’an.
Sepanjang berjalannya, Pesmadai telah berkembang dan memiliki
cabang di beberapa di beberapa wilayah. Setelah Pesmadai di Jaksel sudah
mulai berkembang, Yayasan Pesmadai membuka Pesmadai di Kota Depok
2 LIPIA (Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab) adalah lembaga pendidikan
yang mengajarkan ilmu tentang agama Islam yang berada di bawah naungan Universitas
Islam Imam Muhammad bin Saudh Riyadh. 3 Wawancara Pribadi dengan Ustadz Ahmad Muzakky, Asrama Pesmadai, Legoso
Tangerang Selatan, 3 Juli 2019.
51
tepatmya di wilayah Margonda. Letak yang cukup strategis yakni di dekat
wilayah kampus besar seperti Univeristas Indonesia dan Gunadharma
memudahkanm Pesmadai untuk melaksanakan tujuannya yakni melakukan
syiar Islam di kalangan mahasiswa guna membangun generasi Al-Qur΄an
dandapat menjadi da’i kelak di masyarakat.
Mulai 2017, dengan trend tahfizh al- Qur’an dan semangat
mendekatkan diri kepada Al-Qur’an semakin ramai.4 Dengan syiar-syiar ke-
Islaman yang semakin bertransformasi secara modern dan mudah diakses oleh
siapa saja kini menjadi santri bukan lagi hal yang tidak mungkin karena siapa
saja bisa menjadi santri. Dengan kondisi saat ini kehadiran pesantren sangat
dibutuhkan terutama di kalangan mahasiswa yang belum memiliki kesempatan
untuk mengenyam pendidikan agama sebelum kuliah. Terdapat kerinduan di
kalangan mahasiswa tersebut untuk berada di lingkungan Islami yang
bernuansa Al-Qur’an untuk menjaga semangat menghafal Al-Qur’an.
f. Visi dan Misi
Visi: Menjadi lembaga pembinaan pemuda yang melahirkan Kader Da’i
intelektual, ideologis, dan religious dalam membina ummat menuju
Indonesai Bermartabat.S
Misi:
4 Wawancara Pribadi dengan Ustadz Ahmad Muzakky, Asrama Pesmadai, Legoso
Tangerang Selatan, 3 Juli 2019.
52
Kaderisasi Da’i: Menghimpun, membina dan menggerakan potensi
mahasiswa bersama Pesantren Mahasiswa Da’i guna mempersiapkan da’i dari
kalangan akademisi yang memiliki kemampuan berdakwah dalam konteks
kekinian serta sesuai dengan bahasa kaumnya.
Kiprah Da’i: Lahirnya da’i yang berintegritas siap berdakwah, ditugaskan dan
ditempatkan bersama Pesantren Mahasiswa Da’i ke berbagai bidang dakwah
dan medan dakwah.
Eksistensi Lembaga: Menjadikan Pesantren Mahasiswa Da’i sebagai rumah
bersama para dai muda dalam memainkan peran dai dalam membangun
Indonesia.
g. Struktur Organisasi Pesmadai
Di bawah ini adalah struktur organisasi kepengerusuan Pesantren
Mahasiswa Da’i:
Dewan Penasehat : Marwan Mujahidin
Muhaimin
Pembina Pesmadai :
- Ketua Pembina : Suhardi Soekiman
- Anggota : Imam Nawawi
Pengawas : Lailman
Pengurus :
53
- Ketua : Ahmad Muzakky
- Sekretaris I : Ainuddin
- Sekretaris II : Muhammad Fahmi Robbani
- Bendahara : Tri Winarno
h. Program Utama Pesantren Mahasiswa Da’i
Dalam mewujudkan visi dan misinya, Pesantren Mahasiswa Da’i
memiliki beberapa program utama sebagai beriikut:
1. Tahfizh Al-Qur’an
Melakukan agenda halaqah tahfizh rutin untuk menjadikan para
santri mencapai target hafalan minimal 6 juz selama 2 tahun.
2. Hafalan dan Syarah Hadis Arba’in Nawawi
Melakukan agenda setoran dan pembelajaran hafalan hadis
arba’in dilakukan setaip hari (setiap pertemuan halaqah), beserta
pembahasan Syarah Arba’in Nawawi.
3. Bahasa Arab, Nahwu & Sharaf
Melakukan agenda pembelajaran Bahasa Arab dengan tujuan
menjadikan para santri bisa berbahasa Arab aktif maupun pasif.
4. Tahsin dan Tajwid
54
Melakukan agenda pembelajaran tahsin dan tajwid dengan
muqarrar Matan Jazariyyah untuk memperbaiki bacaan santri dan
menjadikan para santri paham kaidah tajwid dengan benar.
5. Diskusi & Sharing, Taujih, Motivasi, dan Evaluasi
Melakukan agenda penyampaian materi, motivasi, pembelajaran
untuk membangun motivasi santri agar kondisi tetap semangat, serta
membangun kedekatan dan kepedulian antar santri.
6. Enterpreneur Stadium Generale
Menambah wawasan yang dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan zaman.
7. Riyadhah
Melakukan agenda olahraga utnuk menjadikan jasad yang kuat dan
membangun kebersamaan sesame santri dan asatidzah.
8. Aksi Peduli PESMADAI
Melaksanakan agenda aksi kepedulian dan donasi terhadap
musibah yang terjadi di Indonesia untuk menumbuhkan rasa kepedulian
terhadap orang-orang yang membutuhkan.
i. Daftar Pengajar dan Santri
Dalam melaksanakan kegiatan di Pesmadai tentu ustadz Muzakky tidak
dapat berjalan sendirian. Oleh karena itu, beliau dibantu pengajar yang
membantu beliau untuk mendampingi santri dalam berkegiatan baik itu
55
menghafal atau kegiatan rutin asrama. Pengajar yang mendampingi beliau atau
lebih sering disebut musyrif atau musryrifah adalah mereka yang telah
menyelesaikan hafalannya. Hal ini dikarenakan para pengajar juga menerima
dan memantau setoran para santri. Berikut adalah daftar pengajar di Pesmadai
baik itu di Ciputat dan Muara Angke:
Tabel 3.1:Tabel daftar pengajar
No. Nama Pengajar
1 Ustadz Muhammad Fahmi Rabbani
2 Ustadzah Tamimah Kartiana
3 Ustadzah Avrillia Citra Mahadewi
4 Ustadzah Izzatul Hidayah
5 Ustadzah Irda
Adapun daftar nama-nama santri yang berada di Pesmadai Ciputat dan
Muara Angke sebagai berikut:
Tabel 3.2: Daftar nama-nama santri
No. Nama Santri
1 Hajar Fitrotul
2 Susi Susanti
3 Hafidzah
4 Milla Nida
5 Putri Nanda
6 Riska Indah Wijayanti
56
7 Intania
8 Anna Azzahra
9 Putri Ramayani
10 Ikna Halizan Tika
11 Nadia Wafa Zahira
12 Nurul Mashfiroh
13 Iffah Zaidah
14 Nur Izmi Islamiyah
15 Syahda Ariska Safitri
16 Azka Nada Qurrota Aini
17 Fitria Hartanti
18 Nurul Fadillah Annisa
19 Yayang Istiqomah
20 Ainurrafidah
B. Biografi Ahmad Muzakky
Ustadz Ahmad Muzakky atau akrab disapa dengan Ustasd Zakky,
beliau merupakan sosok pencetus metode tadarruj yang diterapkan di
Pesmadai. Ustad Zakky lahir di Teluk Betung, Bandar Lampun, 2 Agustus
1989. Beliau menamatkan sekolah dasar di SDN 2 Sukaraja. Kemudian beliau
melanjutkan sekolah tingkat pertama di SMPN 16 Lampung.
Setelah menyelesaikan studi tingkat SMP beliau hijrah ke Malang
untuk melanjutkan sekolah menengah atas di SMA Ar-Rahmah Malang,
57
namun sayang beliau hanya 2 bulan di sana kemudian beliau pindah ke
Balikpapan yaitu di MA Radhiyatan Mardiyah Putra utntuk menamatkan
pendidikan tingkat menengah atas.
Kemudian beliau melanjutkan sekolah tingkat tinggi di STIBA Ar-
Rayyah yang terletak di Sukabumi5. Di Ma’had Ar-Rayyah beliau belajar
Bahasa Arab dan menghafal Al-Qur’an. Selain itu beliau juga mengenyam
pendidikan di STAI Luqman Al-Hakim. Beliau merupakan pembina di
Pesmadai dan menjadi pengurus pusat Syabab Hidayatullah se-Indonesia.6
Temuan beliau berupa metode tadarruj dalam menghafal Al-Qur’an,
kini mulai cukup dikenal dan digunakan juga di beberapa sekolah. Tidak hanya
digunakan oleh Pesmadai saja namun mulai banyak yang mencoba metode ini
karena dinilai memudahkan santri dalam proses menghafal Al-Qur’an.
C. Konsep Metode Tadarruj
Metode tadarruj adalah sebuah formulasi metode menghafal al-Qur`an
untuk pemula. Makna kata tadarruj secara bahasa adalah darija yang artinya
5 Wawancara Pribadi dengan Ustadz Ahmad Muzakky, Asrama Pesmadai, Legoso
Tangerang Selatan, 3 Juli 2019. 6 Syabab Hidayatullah adalah organisasi kepemudaan nasional yan berfokus pada
pembinaan dan pemberdayaan generasi muda dalam rangka menyiapkan kader bangsa dalam
bingkai Islam yang berdedikasi serta memiliki loyalitas ke-Indonesian. Aktivitas utama kader
Syabab Hidayatullah adalah pada upaya menggalakkan pendidikan dan dakwah, web resmi
Syabab Hidayatullah diakses pada 26 Agustus 2019 dari
https://www.syababhidayatullah.or.id/p/sejarah.html
58
berangsur-angsur. Menurut pendapat Dr. Yusuf al-Qardawi dalam bukunya
‘Al-Khoshoish Al-Ammah lil Islam yaitu apa yang boleh dimaksudkan dengan
tadarruj adalah suatu pendekatan secara bertahap atau berangsur-angsur.7
Metode ini ditemukan dan dikembangkan oleh ustadz Ahmad Muzakky
yang dimulai sejak awal tahun 2019. Beliau adalah seorang pegiat dakwah
yang memfokuskan dirinya dalam pengkaderan da’i terutama di kalangan
mahasiswa. Melalui metode ini, diharapkan semakin banyak orang yang
tertarik untuk dapat menghafal al-Qur`an.
Adapun latar belakang dibentuknya metode tadarruj adalah
berdasarkan pengalaman penyusun ( ustadz Muzakky) dalam mengajarkan
tahfizh Al-Qur`an, kombinasi dari berbagai metode, hikmah Al-Qur`an
diturunkan secara berangsur-angsur, perlunya metode untuk menghafal untuk
memudahkan para penghafal Al-Qur`an dengan mudah, kuat dan
menyenangkan, serta memberntuk persepsi bahwa menghafal Al-Qur`an itu
mudah.8
Metode tadarruj ini dikhususkan untuk mereka para pemula dalam
menghafal Al-Qur`an. Menurut penuturan ustadz Muzakky kategori pemula
dalam metode ini adalah mereka yang belum memiliki sama sekali hafalan Al-
Qur`an. Adapun istilah penghafal senior dalam metode tadarruj ini adalah
mereka yang sudah hafal di atas 5 juz Al-Qur`an.
7 Buku Panduan Menghafal Metode Tadarruj 8 Buku Panduan Menghafal Metode Tadarruj
59
Selain itu metode ini juga memiliki kekhasan tersendiri yakni;
menghafal 10 juz terakhir; mulai dari surat yang memiliki jumlah baris
terpendek di setiap juznya; memahami terjemahan juz 30; menerapkan ragam
cara menghafal sesuai kesesuaian penghafal; sesuai diterapkan bagi penghafal
pemula, dan smeua usia anak sampai dewasa; hafal al-Qur`an mutqin.9
Terdapat alasan khusus mengapa hanya 10 juz terakhir dalam Al-
Qur`an yang menggunakan metode tadarruj ini, diantaranya;10 a. masih
terdapat ayat-ayat pendek; b. terdapat beberpa metode yang menerapkan
bahwa 5 juz terakhir sebagai zona merah (susah untuk dihafal); c. sebagai
percepatan bagi santri yang sedang dalam proses menghafal.
Sistematika dalam menghafal menggunakan metode ini dimulai dari
juz 30 dengan awal surat yang memiliki jumlah baris terpendek sampai ke yang
terpanjang. Sistematika seperti ini juga berlaku sampai juz 21. Tujuan
penyusunan surat berdasarkan jumlah baris guna memudahkan penghafal agar
tidak mudah jenuh.
9 Buku Panduan Metode Tadarruj. 10 Wawancara Pribadi dengan Ustadz Ahmad Muzakky, Asrama Pesmadai, Legoso
Tangerang Selatan, 3 Juli 2019.
60
Gambar 3.1 Contoh sistematika surat juz 30
Di dalam konsep menghafal metode tadarruj terdapat hal-hal yang
harus diperhatikan atau dalam metode ini disebut dengan 1P4M.11 Maksud dari
1P4M yakni; 1P adalah persiapan, di dalam metode tadarruj persiapan
diletakkan pada posisi awal karena persiapan merupakan titik awal sebelum
berjalannya proses menghafal. Di dalam metode tadarruj persiapan dibagi
menjadi 2 yaitu: persiapan fisik dan persiapan psikis. Persiapan fisik yakni
fisik atau secara jasmani harus dalam keadaan sehat lahir maupun batin. Selain
itu dari segi makanan juga sangat diperhatikan, karena faktor gizi juga dapat
menentukan kecepatan anak dalam menghafal. Kemudian persiapan psikis,
faktor psikis tentu sangat berpengaruh dalam proses berjalannya menghafal al-
Qur`an. Faktor semangat sangat berperan penting untuk memacu semangat
penghafal agar terus termotivasi dan istiqamah dalam menghafal Al-Qur`an.
11 Wawancara pribadi dengan Ustadz Ahmad Muzakky 3 Juli 2019.
61
Kemudian 4M yakni; mendengarkan; melihat; memahami; menghafal.
Tahap M yang pertama ialah mendengarkan. Mendengarkan yang dimaksud
adalah mendengarkan murattal dari ayat atau surat yang hendak dihafal secara
berulang-ulang.12 Selanjutnya melihat, yaitu melihat dengan seksama tulisan
ayat yang terdapat al-Qur`an mulai dari huruf-huruf hingga tajwidnya. M yang
ketiga adalah memahami, maksud dari memahami adalah memahami ayat
yang dihafal baik itu utuh satu ayat ataupun perkata. Yang terakhir adalah
menghafal. Jika tahapan mendengar, melihat, memahami sudah dilewati maka
tahapan yang menjadi puncaknya adalah menghafal menggunakan metode
tadarruj.
12 Buku Panduan Metode Tadarruj .
62
63
BAB IV
PENERAPAN METODE TADARRUJ DALAM MENGHAFAL AL-
QURʻANDI PESMADAI
A. Penggunaan Metode Tadarruj di Pesmadai
a. Proses Menghafal
Sebelum memulai menghafal para santri Pesmadai tentunya melakukan
pendaftaran melalui pesan broadcast whastsapp. Setelah mendaftar para santri
kemudian dites membaca al-Qurʻan untuk menentukan halaqah1 hafalan
santri. Terdapat santri yang masih perlu diperbaiki bacaan al-Quran baik itu
dari segi tajwid atau pelafalan huruf per huruf hijaiyah.2 Selain itu, para santri
juga diwajibkan untuk mengkhatamkan al-Qurʻansebelum memulai
menghafal. Sebab untuk membiasakan para penghafal agar nantinya dapat
lebih mudah dalam proses menghafal. Santri wajib minimal mengkhatamkan
Al-Qurʻansekali selama sebulan.
Gambar 4.1: Memulai halaqah al-Qur`an
1 Halaqah adalah tradisi diskusi yang dilakukan mayarakat pesantren, yang
pesertanya duduk membentuk lingkaran. Halaqah sendiri memang bermakna lingkaran.
Diakses, 26 Desember 2019, http://www.nu.or.id/post/read/40946/halaqah. 2Ahmad Muzakky, Wawancara.
64
Para santri Pesmadai yang penulis wawacarai tidak semuanya memiliki
latar belakang pesantren tetapi terdapat juga santri yang berasal dari sekolah
umum. Begitu pula mengenai hafalan tidak semua santri memiliki hafalan, ada
juga beberapa santri yang belum pernah menghafal, atau hanya menghafal juz
30 dan itu pun karena tuntutan dari pesantrennya. Pembagian kelompok
hafalan berdasarakan tingkat kelancaran bacaan karena ada beberapa santri
yang harus ditalaqqi-kan sebelum menghafal.3
Memasuki proses menghafal, kegiatan menghafal di Pesmadai baik
yang di Legoso ataupun di Muara Angke sama yakni setiap hari Senin-Jum’at,
sejak shalat shubuh hingga pukul 09.00 pagi. Secara keseluruhan penulis
melakukan pengamatan dalam proses menghafal sebanyak tiga kali yaitu 3 Juli
2019, 29 Juli 2019, 3 Agustus 2019.
Pada tanggal 3 Juli 2019 adalah kunjungan pertama penulis ke
Pesmadai. Sesampainya disana penulis mendapati para santri sedang
menghafal di sudut-sudut ruangan rumah. Pada saat itu penulis datang ketika
waktu asar, yakni waktu dimana para santri harus menyetorkan hafalannya.
Sebelum waktu menghafal dimulai terlebih dahulu para santri
melakukan doa bersama, kemudian para santri berpencar mencari posisi atau
tempat paling nyaman untuk mereka menghafal. Salah satu santri yang saya
3 Catatan observasi lapangan 29 Juli 2019.
65
wawancarai mengungkapkan bahwa jika ia menghafal posisinya harus
menghadap ke kiblat karena dirasa lebih utama dan mudah fokus.4
Para santri diberi batas waktu sampai tiba waktu maghrib untuk
menyetorkan hafalannya. Dalam aturannya para santri harus saling menyimak
hafalannya sebelum hafalan tersebut disetorkan kepada ustadzah.5 Hal ini guna
memperlancar hafalan santri sebelum benar-benar disetorkan. Para santri
menyetorkan hafalan mereka sesuai dengan buku panduan masing-masing
santri. Di awal proses menghafal dengan metode ini para santri wajib
menghafalkan juz 30 beserta artinya baru kemudian melanjutkan hafalan
mereka.
Misalnya Hajar Fitrotul, dalam buku panduan miliknya ia tercatat
sudah sampai sura Al-Bayyinah. Fitrotul harus menyetorkan surat selanjutnya
yakni surat al-Ghasiyah sepeti urutan surat yang tertera dalam buku panduan.
Hal yang sama juga dilakukan oleh santri lain.
b. Menjaga Hafalan
Dalam proses menghafal al-Qurʻanhal yang tak kalah pentingnya adalah
bagaimana cara untuk menjaga hafalan yang sudah dihafal. Terkadang ini
menjadi problematika bagi para penghafal untuk mengulang hafalannya karena
4 Hajar Fitrotul ( Santri Pesmadai), diwawancarai oleh Sundari Aryanti, Ciputat 29
Juli 2019. 5 Catatan observasi lapangan 29 Juli 2019.
66
mereka juga harus membagi waktu antara menambah hafalan dan mengulang
hafalan. Berdasarkan hasil wawancara beberapa santri, berikut adalah cara
dalam menjaga hafalan mereka:
a. Disediakan waktu khusus6
Di Pesmadai disediakan waktu khsusus untuk para santri mengulang
hafalan mereka.yaitu disetiap hari jum’at sebagai hari khusus untuk me-
murajaah hafalan mereka selama satu minggu. Setiap santri pun memiliki
waktu muraja’ah-nya masing-masing yakni disesuaikan dengan aktifitas
mereka. Dari 20 orang santri sebanyak 16 orang yang menyatakan bahwa
mereka menyediakan waktu khusus untuk mengulang hafalan.
b. Mengulang dalam shalat7
Cara ini dilakukan dengan membaca ayat-ayat yang telah mereka hafal
sebelumnya baik dalam shalat wajib ataupun shalat sunnah. Hal ini dinilai
efektif untuk muraja’ah hafalan karena dapat dilakukan lebih khusyu’.
Dari 20 orang santri yang penulis wawancarai terdapat lima orang yang
menggunakan cara ini untuk menjaga hafalannya.
c. Menjauhkan diri dari maksiat8
6 Intania, Susi Susanti, Hafidzah, Milla Nida, Putri Nanda, Riska Indah, Azka Nadd,
Fitria Hartanti, Putri Ramayani, Nurul Maghfiroh, Iffah Zaidah, Nur Izmi Islamiyah, Nurul
Fadillah Annisa pada 7 Agustus 2019, Yayang Istiqomah dan Ainurrafidah (Santri Pesmadai
Ciputat dan Muara Angke), diwawancari oleh Sundari Aryanti, Ciputat pada 29 Juli, 3
Agustus, dan 8 Agustus 2019. 7 Anna Azzahra Putri Nanda, Ikna, Nadia Wafa, dan Nurul Maghfiroh (Santri
Pesmadai), diwawancarai oleh Sundari Arynati, Ciputat 29 Juli dan 3 Agustus 2019. 8 Iffah Zaidah (Santri Pesmadai), diwawancari oleh Sundari Aryanti, Ciputat 3
Agustus 2019.
67
Bagi para penghafal Al-Qurʻanmelakukan kesalahan sedikit pun
terkadang dapat menganggu mereka dalam proses menghafal. Hal ini juga
sangat dihindari oleh para santri karena mereka khawatir maksiat sekecil
apapun yang mereka laku kan dapat menghilangkan hafalan mereka. Jadi
sebisa mungkin mereka menghindari maksiat baik itu kecil apalagi besar.
d. Mendengarkan murattal dan tadarrus Al-Qur`an9
Untuk menjaga hafalan al-Qur`an, para penghafal al-Qurʻantentu harus
terbiasa untuk selalu dekat dengan al-Qur`an. Diantara cara penghafal
untuk menjaga hafalannya adalah mendengarkan murattal yang bisa
diakses melalui al-Qurʻan digital dan juga membiasakan diri untuk
tadarrus al-Qurʻan secara rutin.
Tabel 4.1: Tabel Cara Menjaga Hafalan Al-Qur`an
No. Responden Tips Menjaga Hafalan
1 Intania Terdapat waktu khusus
untuk mengulang hafalan
biasanya setiap hari
Jum’at
2 Anna Azzhara Dipakai dalam shalat dan
ada waktu khusus
3 Hajar Fitrotul Belum ada tips khsusus
4 Susi Susanti Terdapat waktu khusus
yaitu hari Sabtu dan
Minggu
9 Nadia Wafa Zahira dan Nurul Fadillah Annisa, Wawancara.
68
5 Hafidzah Satu malam disediakan
waktu khusus untuk
mengulang
6 Milla Nida Malam hari untuk
muraja’ah
7 Putri Nanda Hari Sabtu dan Minggu
adalah waktu mengulang
hafalan
8 Riska Indah
Wijayanti
Dipraktikkan dalam
shalat sunnah maupun
wajib dan disiapkan
waktu luang untuk
mengulang
9 Azka Nada Qurrota
Aini
Terdapat waktu khusus
untuk mengulang hafalan
10 Fitria Hartati Waktu khusus untuk me-
muraja’ah hafalan
11 Putri Ramayani Muraja’ah di waktu pagi
jam 4-5 Subuh
12 Ikna Halizan Tika Dipakai dalam shalat dan
muraja’ah ketika
beraktifitas biasa
13 Nadia Wafa Zahira Mendengar murattal dan
dipakai dalam shalat
14 Nurul Maghfiroh Dipakai shalat sunnah
dan muraja’ah di hari
libur
15 Iffah Zaidah Menghindari maksiat dan
diulang ketika waktu
kosong
16 Nur Izmi Islamiyah Muraja’ah dari jam 10-11
siang sebelum tidur
17 Syahda Ariska Safitri Terdapat waktu khusus
untuk me-muraja’ah
18 Nurul Fadillah
Annisa
Membiasakan diri untuk
muraja’ah dan tadarrus
69
hafalan al-Qurʻanyang
telah disetorkan
19 Yayang Istiqomah Muraja’ah
20 Ainurrafidah Mengulang-ulang bacaan
B. Keberhasilan Metode Tadarruj di Pesmadai
Berdasarkan data yang penulis dapat dari hasil observasi dan
wawancara, diperoleh data bahwa dari 20 santri yang menjadi sampel terdapat
perbedaan waktu dalam menggunakan metode tadarruj ini. Oleh karenanya
penulis mengklasifikasikan santri berdasarkan lama waktu menggunakan
metode ini. Berikut tabel klasifikasi santri berdasarkan waktu:
a. Rentan waktu 4 bulan
Tabel 4.2: Klasifikasi berdasarkan waktu selama 4 bulan
No. Nama Lama
Waktu
Cap
aian
Sesuai/
Tisdak
Mencapai target/
Tidak
1 Nur Izmi 4
bulan
5
juz
Sesuai Mencapai
2 Syahda
Anska
Safitri
4
bulan
3
juz
Sesuai Tidak
3 Ikna
Halizan
Tika
4
bulan
4
juz
Sesuai Mencapai
4 Nada
Wafa
Zahira
4
bulan
5
juz
Sesuai Mencapai
5 Intania 4
bulan
2
juz
Sesuai Tidak
70
6 Nurul
Maghfiroh
4
bulan
5
juz
Tidak
Sesuai
Mencapai
7 Iffah
Zaidah
4
bulan
4
juz
Tidak
Sesuai
Mencapai
b. Rentan waktu 3 bulan
Tabel 4.3: Klasifikasi berdasarkan waktu selama 3 bulan
No. Nama Lama
Waktu
Capaian Sesuai/Tidak
Sesuai
Mencapai
target/
Tidak
1 Azka Nada
Qurrota
Aini
3
bulan
1 juz Sesuai Tidak
2 Putri
Ramayani
3
bulan
1 juz Sesuai Tidak
3 Yayang
Istiqomah
3
bulan
1 juz Sesuai Tidak
4 Ainurafidah 3
bulan
3 juz Sesuai Mencapai
c. Rentan waktu 1 bulan
Tabel 4.4: Klasifikasi berdasarkan waktu selama 1 bulan
No. Nama Lama
Waktu
Capaian Sesuai/Tidak
Sesuai
Mencapai
target/
Tidak
1 Fitria
Hartanti
1
bulan
1 juz Sesuai Mencapai
2 Riska
Indah
Wijayanti
1
bulan
1,5 juz Sesuai Mencapai
3 Milla
Nida
1
bulan
2 juz Sesuai Mencapai
4 Nurul
Fadillah
Annisa
1
bulan
2 juz Sesuai Mencapai
71
d. Rentan waktu <1 bulan
Tabel 4.5: Klasifikasi berdasarkan waktu selama <1 bulan
No. Nama Lama
Waktu
Capaian Sesuai/Tidak
Sesuai
Mencapaai
target/
Tidak
1 Anna
Azzahra
2
minggu
1,5 juz Sesuai Tidak
2 Putri
Nanda
3
minggu
1 juz Sesuai Mencapai
3 Hajar
Fitrotul
2
minggu
1 juz Sesuai Mencapai
4 Susi
Susanti
2
minggu
1 juz Tidak Sesuai Mencapai
5 Hafidzah 3
minggu
1 juz Sesuai Mencapai
Pada tabel 4.2 memuat informasi santri yang menggunakan metode
tadarruj selama kurun waktu empat bulan. Rata-rata capaian mereka dalam
waktu tersebut adalah empat juz. Jika dilihat berdasarkan target yang dimiliki
oleh Pesmadai yakni dengan waktu sebulan santri harus menghafal satu juz,
dapat dikatakan bahwa pencapaian santri sesuai dengan target. Bahkan
terdapat dua orang snatri yang melampaui target hafalan yaitu Nur Izmi dan
Nada Wafa Zahiara. Kecepatan mereka dalam menghafal tak lepas dari faktor
lain yakni mereka sebelumnya berasal dari pesantren dan sudah pernah
menghafal. Namun, empat orang dari mereka masih dikatakan pemula karena
jumlah hafalan mereka masih kurang dari 5 juz yakni Nur Izmi, Syahda Anska
Safitri, Nada Wafa Zahira, dan Intania.(Lihat Lampiran) Kesesuaian metode
72
tadarruj ini dengan hasil capaian mereka dapat dikatakan sesuai. Hal ini
dibuktikan hanya dua orang yang hasil capaiannya tidak mencapai target
hafalan. Menurut hasil wawancara dan pengamatan penulis ketidaksesuaian
tersebut terjadi karena pola hafalan yang sebelumnya sudah terlanjur sangat
melekat dan sulit untuk beradaptasi kembali dengan metode hafalan baru.
Pada tabel 4.3 data yang disajikan adalah data santri yang
menggunakan metode tadarruj selama 3 bulan. Berdasarkan hasil wawancara
dan observasi yang dilakukan penulis di Pesmadai Ciputat dan Muara Angke,
jika dilihat dari capaian santri tentu tidak sesuai dengan target. Seperti yang
telah disinggung sebelumnya jika Pesmadai sendiri memiliki target 1 juz
selama sebulan. Akan tetapi, para santri merasa metode tadarruj sesuai dengan
kemampuan mereka. Dari empat orang yang masuk ke dalam klasifikasi ini,
semua mengatakan bahwa metode ini sesuai. Dari data yang didapat oleh
penulis dapat diketahui alasan mengapa pada kelompok ini terlihat sedikit
lambat dalam progres menghafal yaitu belum terbiasa menghafal Al-
Qurʻansebelumnya sehingga butuh waktu untuk melakukan adaptasi dengan
proses menghafal. Hal ini juga dipengaruhi latar belakang pendidikan yang
bukan berasal dari pesantren.(Lihat Lampiran)
Pada tabel 4.4 data yang diperoleh penulis atas capaian yang diperoleh
santri dalam kurun waktu satu bulan hampir sama yakni mencapai target.
Bahkan kecepatan santri dalam menghafal bisa dibilang cepat. Hasil capain
yang diperleh oleh para santri sejalan dengan kesesuaian mereka menggunakan
metode ini. Dari empat santri yang masuk dalam kategori ini, semua santri
mengatakan bahwa metode tadarruj ini sesuai dengan mereka. Dengan
perolehan 1-2 juz dalam sebulan ini adalah hal capaian yang sangat cepat
73
dalam metode tadarruj karena dapat mencapai bahkan melampui target. Dari
tabel dapat diketahui terdapat tiga orang santri yang mencapai target yaitu
Riska Indah Wijayanti, Milla Nida, dan Nurul Fadillah Annisa.
Pada tabel 4.5 data yang disajikan adalah data santri menggunakan
metode tadarruj selama kurang dari sebulan. Dilihat dari tabel di atas dapat
diketahui bahwa para santri termasuk kategori cepat dalam menghafal. Dalam
kurun waktu 2-3 minggu, para santri berhasil mencapai target yakni sebanyak
satu juz. Dari data yang diperoleh penulis, dari jumlah lima orang santri hanya
satu santri yang merasa metode tadarruj ini tidak sesuai. Namun, mengenai
hasil capaian para santri, semua santri mencapai target hafalan. Hal ini tidak
lepas dari latar belakang para santri yang sebelumnya pernah menghafal dan
pesantren.
C. Faktor pendukung dan penghambat penggunaan metode tadarruj dalam
menghafal Al-Qur`an
Dalam menghafal al-Qurʻan tentunya kita memiliki faktor-faktor
pendukung dan penghambat. Berdasarkan hasil wawancara yang dilkukan
penulis, berikut adalah faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam
menghafal al-Qur`an:
a. Faktor Pendukung
Berdasarkan analisis yang dilakukan penulis faktor pendukung terbagi
menjadi dua yakni faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu :
74
- Niat10
Dalam menghafal Al-Qurʻandiperlukan niat yang kuat. Niat dalam
menghafal Al-Qurʻandapat berbagai macam misalnya untuk
menggapai ridha Allah, karena keutamaan menghafal Al-Qur`an,
sebagai sarana dakwah, dan masih banyak lagi. Hasil wawancara yang
penulis peroleh dari 20 orang santri sebanyak 8 orang menyatakan
menghafal berdasarkan niat yaitu Anna Azzahra, Susi Susanti, Riska
Indah Wijayanti, Nur Izmi Islamiyah, Syahda Arinska Putri, Nurul
Fadillah Annisa, Yayang Istiqomah, dan Ainurrafidah.
Kemudian faktor eksternal yang mempengaruhi proses menghafal al-
Qurʻan yaitu :
- Untuk membanggakan kedua orangtua11
Banyak dari para penghafal al-Qurʻanmenghafalkan Al-Qurʻankarena
ingin membanggakan kedua orangtua abik di dunia maupun di
akhirat. Inilah yang menjadi alasan terbanyak disebutkan oleh para
santri. Dari 20 orang santri sebanyak 12 orang menyatakan bahwa
mereka menghafal karena kedua orangtua yaitu Intania, Hajar
Fitrotul, Susi Susanti, Riska Indah Wijayanti, Hafidzah, Azka Nada
Qurrota Aini, Fitria Hartanti, Putri Ramayani, Ikna Halizan Tika,
Nadia Wafa Zahira, Iffah Zaidah, dan Syahda Arinska Putri.
10 Anna Azzahra, Susi Susanti, dan Riska Indah Wijayanti Nur Izmi Islamiyah,
Syahda Arinska Putri Nurul Fadilllah Annisa, Yayang Istiqomah, dan Ainurrafidah,
Wawancara. 11 Intania, Hajar Fitrotul, Susi Susanti, Hafidzah, Riska Indah Wijayanti Azka Nada
Qurrota Aini, Fitria Hartanti, Putri Ramayani, Ikna Halizan Tika, Nadia Wafa Zahira, Iffah
Zaidah, dan Syahda Arinska Putri, Wawancara.
75
- Berada dalam lingkungan menghafal Al-Qur`an12
Di dalam proses menghafal al-Qurʻantentu saja faktor lingkungan
menjadi faktor yang sangat penting bagi para penghafal. Faktor
lingkungan baik itu tempat ataupun teman memiliki pengaruh kepada
santri dalam menghafal. Data yang diperoleh penulis sebanyak dua
orang dari 20 orang santri menyatakan bahwa lingkungan menjadi
salah satu pendukung mereka dalam menghafal Al-Qurʻanyaitu Milla
Nida dan Putri Nanda.
b. Faktor Penghambat
Dari hasil wawancara kepada 20 santri Pesmadai dapat diketahui hal-hal
yang menghambat proses menghafal secara garis besar, diantaranya:
- Malas13
Malas adalah salah satu penyakit yang sering mengjangkiti para
penghafal al-Qur`an. Hal ini membuat santri enggan untuk
melanjutkan hafalan mereka. Biasanya rasa malas malas muncul
karena rasa jenuh akan rutinitas menghafal. Dari 20 santri, sebanyak
7 orang menjawab malas sebagai faktor penghambat dalam
menghafal yaitu Intania, Hajar Fitrotul, Susi Susanti, Riska Indah
Wijayanti, Azka Nada Qurrota Aini, Fitria Hartati, dan Ikna Halizan
Tika.
12 Milla Nida dan Putri Nanda, Wawancara. 13 Intania, Hajar Fitrotul, Susi Susanti, Riska Indah serta wawancara dengan Azka
Nada Qurrota Aini, Fitria Hartanti, dan Ikna Halizan, Wawancara.
76
- Jenuh14
Kejenuhan memang salah satu hal yang pasti dialami hampir seluruh
penghafal dalam proses menghafal al-Qur`an. Rutinitas yang setiap
harinya sama membuat para santri merasa jenuh untuk melanjutkan
hafalan. Dari 20 orang santri, sebanyak 5 santri menjawab jenuh
sebagai faktor penghambat mereka dalam menghafal yaitu Anna
Azzahra, Susi Susanti, Hafidzah, Nadia Wafa Zahira, dan Nurul
Mahgfiroh.
- Tidak fokus15
Di dalam menghafal al-Qurʻanmemang membutuhkan tingkat fokus
yang cukup tinggi karena mengingat kosakata dalam al-Quran yang
cukup sulit. Tidak fokus adalah satu masalah para penghafal al-
Qurʻankarena hal ini dapat menganggu proses menghafal al-Qur`an.
Rata-rata penyebab para santri ridak fokus adalah adanya tugas kuliah
dan kelelahan. Dari 20 santri, sebanyak 3 orang yang menjawab tidak
fokus sebagai faktor penghambat dalam menghafal.
- Kehilangan semangat16
Dalam proses menghafal terkadang kita memiliki emosi yang tidak
stabil. Hal ini mempengaruhi semangat atau motivasi kita dalam
menghafal. Biasanya kehilangan semangat disebabkan oleh rasa
lelah, bosan, dan rindu kepada orangtua. Dari 20 santri, sebanyak 1
14 Anna Azzahra, Susi Susanti, Hafidzah Nadia Wafa Zahira dan Nurul Maghfiroh,
Wawancara. 15 Syahda, Nur Izmi, dan Nadia Wafa, Wawancara. 16 Iffah Zaidah, Wawancara.
77
orang yang menjawab kehilangan semangat sebagai faktor
penghambat.
- Berada di keramaian17
Tidak semua orang nyaman dengan suasana yang ramai. Terlebih
ketika kita sedang dalam proses menghafal. Sebagian orang merasa
kurang nyaman karena saat keramaian merasa sulit untuk konsentrasi.
Hal ini juga terjadi pada santri yang sedang dalam proses menghafal.
Berada di situasi yang ramai membuat sulit untuk menghafal. Dari 20
orang, sebanyak 1 orang yang menjawab berada di keramaian sebagai
faktor penghambat dalam menghafal.
- Stress18
Stress biasanya terjadi di saat seseorang berada di bawah tekanan. Hal
ini juga yang menyebabkan santri sulit untuk menghafal. Di bawah
tekanan, dikejar target, dan tugas adalah faktor-faktor yang dapat
membuat para santri merasa stress dalam menghafal. Dari 20 orang,
sebanyak 1 orang yang menjawab stress sebagai faktor penghambat
dalam menghafal.
- Melakukan maksiat kecil19
Seperti diketahui bahwa melakukan maksiat sekecil apapun adalah
suatu perbuatan dosa. Bagi para penghafal ini adalah hal yang harus
17 Syahda Arinska Putri, Wawancara. 18 Syahda Arinska Putri, Wawancara. 19 Hajar Fitrotul, Wawancara.
78
diperhatikan serius karena maksiat sekecil apapun yang dilakukan
dapat menyebabkan hilangnya hafalan al-Qurʻanyang telah kita hafal
baik disadari atau tidak. Dari 20 orang santri sebanyak satu orang santri
yang menjawab melakukan maksiat kecil.
D. Pandangan Penulis
Dicetuskannya metode tadarruj di kalangan kaum muslimin –
khususnya bagi para penghafal al-Qur`an- dapat dijadikan alternatif
baru dalam metode menghadal al-Qur`an. Metode ini muncul di tengah
ramainya orang-orang berlomba-lomba untuk menghafal al-Qur`an.
Sejumlah temuan dari hasil penelitian terhadap penggunaan
metode tadarruj di Pesmadai Ciputat dan Muara Angke telah penulis
paparkan. Berbagai temuan yang ada adalah berdasarkan hasil
pengamatan penulis selama melakukan penelitian. Dalam poin ini,
penulis akan menyampaikan beberapa pandangan penulis terkait
metode tadarruj dan penerapannya di Pesmadai Ciputat dan Muara
Angke.
Setelah melakukan penelitian dan pengamatan terhadap metode
tadarruj, penulis menemukan beberapa hal yang perlu dikomentari.
Pertama, metode Kedua, perbedaan klasifikasi antara penghafal pemula dan
penghafal senior dalam metode ini membuat tidak semua santri dapat
menggunakan metode ini. Ketika proses penelitian ada beberapa santri yang
tidak ikut menggunakan metode ini karena termasuk ke dalam golongan
penghafal senior.
79
Ketiga, penerapan metode tadarruj yang hanya 10 juz yakni dari juz
21 sampai juz 30 dianggap penulis cukup baik. Mengapa demikian ? Karena
menurut penuturan ustadz Muzakky20 bahwa juz-juz yang sulit berada pada
sepuluh juz terakhir jadi fungsinya metode ini sebagai bentuk proses adaptasi
para penghafal sebelum menghafal bagian juz depan dalam al-Qur`an. Hal ini
cukup baik karena membuat para penghafal terbiasa dengan ayat-ayat yang
cukup sulit dan untuk meningkatakan semangat serta motivasi para penghafal.
Adapun temuan peneliti terkait penerapan metode tadarruj ini sebagi
berikut:
a. Metode tadarruj ini cukup membantu untuk pemula dalam menghafal al-
Qur ʻan.
b. Metode tadarruj tidak dapat diterapkan dalam menghafal al-Qurʻan
secara keseluruhan 30 juz. Hal ini dikarenakan pada juz 1-20 jumlah ayat
dan surat terlelu panjang dan dinilai sulit jika diterapkan metode tadarruj
dalam menghafal.
c. Metode tadarruj mengandung sisi kelemahan yaitu seorang penghafal
akan merasa kesulitan untuk mengingat urutaan surat, sehingga
diperlukan upaya lanjutan yaitu menghafal kembali dengan mengurutkan
urutan surat sesuai dengan urutan mushaf.
20 Ahmad Muzaky, Wawancara.
80
81
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan ini pada intinya adalah jawaban atas rumusan
masalah yang ada, yakni soal bagaimana penerapan metode tadarruj
dalam menghafal Al-Qur’an di Pesmadai Ciputat dan Muara Angke.
Metode tadarruj adalah sebuah formulasi metode menghafal
Al-Qur’an bagi pemula. Metode ini dicetuskan oleh ustadz Ahmad
Muzakky pada awal tahun 2019. Metode tadarruj diterapkan dalam
sepuluh juz terakhir Al-Qur’an karena dinilai sepuluh juz terakhir ini
merupakan bagian tersulit dalam proses menghafal.Metode ini
mengurutkan surat dalam setiap juznya dari surat yang memiliki baris
terpendek hingga terpanjang. Hasil penelitian yang ditemukan penulis
bahwa metode ini sangat membantu dan mayoritas santri menganggap
metode ini sesuai dengan mereka. Hal ini merujuk berdasarkan hasil
wawancara yang dilakukan penulis bahwa tingkat keberhasilan metode
ini mencapai 75%, yakni sebanyak 15 orang mencapai target hafalan
dari total santri yang menggunakan metode ini sebanyak 20 orang.
Meskipun metode tadarruj sesuai diterapkan di kalangan
pemula tetapi metode ini belum cukup maksimal untuk menghafal Al-
Qur’an secara keseluruhan. Hal ini disebabkan karena metode tadarruj
ini merupakan langkah awal bagi pemula untuk menghafal Al-Qur’an.
Metode tadarruj dinilai agak sulit diterapkan untuk menghafal juz 1-
20 sehingga penulis menyatakan metode tadarruj ini hanya sebagai
82
langkah awal bagi pemula dalam menghafal Al-Qur’an. Di dalam
metode ini masih dibutuhkan upaya lanjutan dalam menghafal Al-
Qur’an karena dalam prosesnya para santri selain harus meghafal ayat-
ayat Al-Qur’an juga harus mengahfal urusan surat yang sesuai dengan
mushaf.
B. Saran
Sebagai bagian akhir dari penelitian ini, penulis akan
sampaikan beberapa hal sebagai rekomendasi atau saran, baik kepada
pihak Pesmadai maupun bagi yang akan melakukan penelitian setupa
yang akan datang. Seluruh saran atau rekomendasi ini didasarkan atas
temuan-temuan yang ada di lapangan selama penelitian berlangsung.
• Bagi yayasan Pesmadai
a. Sebagai sebuah metode yang terbilang sangat baru dalam
menghafal Al-Qur’an, buku-buku atau informasi mengenai
metode tadaruuj ini sangat sulit untuk ditemukan. Untuk
mengetahui informasi terkait metode ini, penulis hanya
melalui wawancara dan melalui buku pedoman hafalan yang
dipegang oleh masing-masing santri. Sebagai saran, agar
pihak yayasan Pesmadai untuk melakukan publikasi terkait
metdode tadarruj tidak hanya berbentuk buku tapi juga dapat
ditampilkan di situs atau web yang dimiliki Pesmadai. Hal ini
memudahkan masyarakat atau khalayak umum mengetahui
metode tadarruj ini.
83
• Bagi penelitian selanjutnya
Sepanjang penulusuran informasi mengenai metode tadaruuj
melalui mesin pencari google, penulis belum menemukan
tulisan atau karya ilmiah yang membahas metode ini. Itu
artinya, masih terbuka lebar kesempatan untuk meeliti lebih
jauh terkait metode tadarruj ini. Dalam penelitian ini, penulis
memfokuskan diri pada pembahasan tentang penerapan metode
tadarruj dalam menghafal Al-Qur’an di Pesmadai Ciputat dan
Muara Angke. Masih terdapat hal lain yang bisa diangkat oleh
penelitian selanjutnya, seperti;
- Efektivitas metode tadarruj dalam menghafal Al-Qur’an.
- Studi komparatif metode tadarruj dengan metode
menghafal lainnya.
- Filosofi terkait metode tadarruj.
- Dan yang lainnya.
84
85
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Supriyono, Widodo. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka
Cipta. 2013.
Albany, Muhammad Nashiruddin. Silsilah al-Haditsu al-Shaḥihaḥ. Riyadh:
Maktabah Ma’arif, 1991.
Ali Akbar dan Hidayatullah Ismail. “Metode Tahfidz Al-Qur’an di Pondok
Pesantren Kabupaten Kampar”. Jurnal Ushuluddin, vol. 24, no. 1
(Januari-Juni 2016)
Al-Nawawi, Imam. Shaḥiḥ Muslim bi Syarḥ Al-Nawawi. Qahirah: Daar al-
Hadits, 1994.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Pratek. Jakarta:
Rineka Cipta, 1993.
Atabik, Ahmad. “The Living Qur’an: Potret Budaya Tahfizh Al-Qur’an di
Nusantara”, Jurnal Penelitian (Februari 2014), 163.
Cahyati, Zuhrotul, “Efektifitas Metode HANIFIDA Dalam Menghafal Surat
Al- Ma’un Beserta Arti dan Nomor Ayatnya Pada Santri Pondok
Pesantren Tahfizhul Qur’an Al-Muntaha Kelurahan Cebongan
Kecamatan ArgoMulyo Kota Salatiga Tahun 2017.” Skripsi S1.,
Institut Agama Islam Negeri Salatiga, 2017.
Darmadi, H. Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran. Jakarta:
Erlangga, 2011.
86
Daymon, Christine dan Holloway, Immy. Metode-Metode Riset Kualitatif
dalam Public Relation & Marketinf Communication. Penerjemah
Cahya Wiratama. Bandung: Penerbit Bentang, 2008.
Faisol. Pendidikan Perspektif Islam. Jakarta: Guepedia. Tt.
Hafizh, Ahsin W. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an. Jakarta: Bumi
Aksara, 2000.
Idrus, Muhammad. Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif. Jakarta: Erlangga, 2009.
Intan, Arini, “Efektivitas Metode Tikrar Dalam Menghafal Al-Qur’an Juz 30
Pada Mahasiswi Ta’lim Program Studi Ekonomi Islam.” Skripsi
S1., Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, 2018.
Iqbal, Ahmad, “ Penggunaan Metode Master Dalam Menghafal Al-Qur’an Di
Yayasan Askar Kauny.” Skripsi S1., Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018.
J.S., Baidudu dan Mohammad, Zain Sutan. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1994.
Kahil, Abdud Daim. Hafal Al-Qur’an Tanpa Nyatri. Terj. Ummu Qadha
Nahbah Al-Muqaffi. Sukoharjo: Pustaka Arafah, 2017.
Kusumawati, Hervina, “Implementasi Model Turki Utsmani Dalam
Menghafal Al-Qur’an di Yayasan Tahfizhul Qur’an Sulaimaniyah
Jawa Timur.” Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya, 2018.
87
Munawwir, Ahmad Warson. Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia
Terlengkap Edisi Kedua. Surabaya; Pustaka Progressif, 1997.
Munjahid. Strategi Menghafal Al-Qur’an 10 Bulan Khatam: Kiat-Kiat Sukses
Menghafal Al-Qur’an. Yogyakata: Idea Press, 2007.
Masagus, H.A. dan Yahya, Fauzan. Quantum Tahfizh. Jakarta: Emir, 2015.
Nawawi, Imam Abu Zakaria Yahya bin Syaraf. At-Tibyan.: Adab Penghafal
Al-Qur’an. Terj. Umniyyati Sayyidatul Hauro dkk. Sukoharjo: Al-
Qowwam, 2015.
Noor, Juliansyah. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya
Ilmiah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012.
Poerwadarmita. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
2011.
Qosim, Amjad. Meski Sibuk pun Bisa Hafal Al-Qur’an. Terj. Saiful Aziz. Solo:
Al-Kamil Publishing, 2013.
Sa’adulloh. 9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur’an. Jakarta: Gema Insani, 2008.
Shihab, M. Quraish. Menyingkap Tabir Ilahi al-Asma al-Husna Dalam
Perspektif Al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati, 2006.
Sobur, Alex. Psikologi Umum Dalam Lintasan Sejarah. Bandung: CV Pustaka
Setia, 2003.
88
Soemanto, Wasty. Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 1998.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV ALFABETA, 2014.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuanitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: CV
ALFABETA, 2009.
Surachmad, Winarno. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito, 1990.
Tim Pustaka Pena. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gita Media Press,
Tt.
Tirmidzi, Abu ‘Isa Muhammad bin Isa. Sunan at-Tirmidzi. Mesir: Daar Ibnu
Jauzi, Tt.
Yasin, Bin Arham. Mushaf As-Shahib. Jakarta: Hilal Media, Tt.
----------------------------------------
Muzakky, Ahmad (Pencetus metode tadarruj). Diwawancarai oleh Sundari
Aryanti, Ciputat, 3 Juli 2019.
Santri Pesmadai (Pesmadai Ciputat). Diwawancari oleh Sundari Aryanti,
Ciputat 29 Juli 2019. Transkip, Data Santri Pesmadai Ciputat, Banten.
Santri Pesmadai ( Pesmadai Muara Angke). Diwawancarai oleh Sundari
Aryanti, Muara Angke 3 Agustus 2019, Jakarta.
89
Web resmi Syabab Hidayatullah diakses pada 26 Agustus 2019 dari
https://www.syababhidayatullah.or.id/p/sejarah.html
Web NU dikases pada 26 Desember 2019 dari
http://www.nu.or.id/post/read/40946/halaqah
90
91
Lampiran Wawancara
Wawancara 1
Nama : Intania
Lokasi : Pesmadai Ciputat
Tanggal 29 Juli 2019
Pertanyaan :
1. Darimana asal sekolah anda ?
Jawab : Pesantren Dar El-Qalam
2. Apakah pernah menghafal Al-Qur’an sebelumnya? Kalau
sudah berapa juz ?
Jawab : Pernah, 1 juz
3. Apakah sudah pernah mendengar metode tadarruj
sebelumnya ?
Jawab : Belum pernah
4. Sejak kapan menggunakan metode tadarruj ?
Jawab : Sejak bulan April, tepatnya 3 bulan
5. Berapa juz yang telah dihafal menggunakan metode ini?
Jawab : 2 juz
6. Bagaiamana menurutmu penerapan metode tadarruj ini?
Jawab : Enak, lebi mudah mengingat surat
7. Apakah metode ini sesuai dengan anda?
Jawab : Cocok, karena lebih mudah
8. Bagaimana tips anda menjaga hafalan ?
92
Jawab : Ada waktu khusus untuk mengulang hafalan
biasanya setiap hari Jum’at
9. Apa yang menjadi hambatan selama menghafal?
Jawab : Malas, banyak tugas, kegiatan di luar, dan
malas mengulang hafalan
10. Apa saja yang menjadi faktor pendukung anda untuk
menghafal Al-Qur’an?
Jawab : Niat awal menghafal Al-Qur’an karena ingin
membahagiakan kedua orangtua.
Wawancara 2
Nama : Anna Azzahra
Lokasi : Pesmadai Ciputat
Tanggal : 29 Juli 2019
Pertanyaan :
1. Darimana asal sekolah anda ?
Jawab : SMAN Unggul Damasraya Boarding School
2. Apakah pernah menghafal Al-Qur’an sebelumnya? Kalau
sudah berapa juz ?
Jawab : Pernah, 7 juz depan
3. Apakah sudah pernah mendengar metode tadarruj
sebelumnya ?
Jawab : Pernah, dari teman-teman
4. Sejak kapan menggunakan metode tadarruj ?
Jawab : Baru 2 minggu
93
5. Berapa juz yang telah dihafal menggunakan metode ini?
Jawab : 1,5 juz
6. Bagaiamana menurutmu penerapan metode tadarruj ini?
Jawab : Untuk pemula metode ini bagus
7. Apakah metode ini sesuai dengan anda?
Jawab : Kurang cocok
8. Bagaimana tips anda menjaga hafalan ?
Jawab : Dipakai dalam shalat dan ada waktu khusus
9. Apa yang menjadi hambatan selama menghafal?
Jawab : Diri sendiri, merasa jenuh
10. Apa saja yang menjadi faktor pendukung anda untuk
menghafal Al-Qur’an?
Jawab : Merasa rugi kalau hidup tidak mengkhatam-
kan Al-Qur’an
Wawancara 3
Nama : Hajar Fitrotul
Lokasi : Pesmadai Ciputat
Tanggal : 29 Juli 2019
Pertanyaan :
1. Darimana asal sekolah anda ?
Jawab : Darul Ulum Jombang
94
2. Apakah pernah menghafal Al-Qur’an sebelumnya? Kalau
sudah berapa juz ?
Jawab : Pernah, juz 30
3. Apakah sudah pernah mendengar metode tadarruj
sebelumnya ?
Jawab : Belum pernah
4. Sejak kapan menggunakan metode tadarruj ?
Jawab : Sejak 21 Juli, tepatnya 1 minggu
5. Berapa juz yang telah dihafal menggunakan metode ini?
Jawab : 1 juz yaitu juz 30 dengan terjemahannya
6. Bagaiamana menurutmu penerapan metode tadarruj ini?
Jawab : Lumayan enak, tapi kelemahannya dalam
muraja’ah lupa urutan suratnya karena tidak sama
dengan mushaf
7. Apakah metode ini sesuai dengan anda?
Jawab : Lumayan cocok
8. Bagaimana tips anda menjaga hafalan ?
Jawab : Belum ada tips yang gimana gitu dari saya ka
9. Apa yang menjadi hambatan selama menghafal?
Jawab : Diri sendiri, maksiat kecil, malas dan
tergantung lingkungan
10. Apa saja yang menjadi faktor pendukung anda untuk
menghafal Al-Qur’an?
Jawab : Ingin memeperdalam Al-Qur’an dan membuat
bangga kedua orangtua
95
Wawancara 4
Nama : Susi Susanti
Lokasi : Pesmadai Ciputat
Tanggal : 29 Juli 2019
Pertanyaan :
1. Darimana asal sekolah anda ?
Jawab : SMAN Unggul Damasraya Boarding School
2. Apakah pernah menghafal Al-Qur’an sebelumnya? Kalau
sudah berapa juz ?
Jawab : Pernah, 6 juz depan
3. Apakah sudah pernah mendengar metode tadarruj
sebelumnya ?
Jawab : Belum pernha, baru ini
4. Sejak kapan menggunakan metode tadarruj ?
Jawab : Sejak 10 Juli, tepatnya 2 minggu ka
5. Berapa juz yang telah dihafal menggunakan metode ini?
Jawab : Juz 30 dengan terjemahannya
6. Bagaiamana menurutmu penerapan metode tadarruj ini?
Jawab : Enak, lebih paham arti tapi bingung dengan
urutan surat karena tidak sesuai dengna urutan mushaf
Al-Qur’an sehingga fokus terbagi-bagi
96
7. Apakah metode ini sesuai dengan anda?
Jawab : Tidak cocok
8. Bagaimana tips anda menjaga hafalan ?
Jawab : Ada waktu khsuus yaitu sabtu dan minggu
9. Apa yang menjadi hambatan selama menghafal?
Jawab : Diri sendiri, malasa, jenuh, dan sakit
10. Apa saja yang menjadi faktor pendukung anda untuk
menghafal Al-Qur’an?
Jawab : Karena Allah, karena orangtua, dan karena
ingin menjad hafidzah
Wawancara 5
Nama : Hafidzah
Lokasi : Pesmadai Ciputat
Tanggal : 29 Juli 2019
Pertanyaan :
1. Darimana asal sekolah anda ?
Jawab : SMA 1 Sungai Penuh Jambi
2. Apakah pernah menghafal Al-Qur’an sebelumnya? Kalau
sudah berapa juz ?
Jawab : Belum pernah
3. Apakah sudah pernah mendengar metode tadarruj
sebelumnya ?
Jawab : Belum
97
4. Sejak kapan menggunakan metode tadarruj ?
Jawab : Baru 3 minggu
5. Berapa juz yang telah dihafal menggunakan metode ini?
Jawab : Juz 30 dengan terjemahannya
6. Bagaiamana menurutmu penerapan metode tadarruj ini?
Jawab : Bagus untuk pemula karena tidak langsung
bertemu dengan ayat-ayat yang panjang tetapi sedikit
bingung dengan urutan surat
7. Apakah metode ini sesuai dengan anda?
Jawab : Cocok
8. Bagaimana tips anda menjaga hafalan ?
Jawab : Satu malam disediakan aktu khusus untuk
mengulang
9. Apa yang menjadi hambatan selama menghafal?
98
Jawab : Sedikit jenuh dalam menghafal
10. Apa saja yang menjadi faktor pendukung anda untuk
menghafal Al-Qur’an?
Jawab : Ingin membanggakan kedua orangtua
Wawancara 6
Nama : Milla Nida
Lokasi : Pesmadai Ciputat
Tanggal : 29 Juli 2019
Pertanyaan :
1. Darimana asal sekolah anda ?
Jawab : Al-Ittifaliyah
2. Apakah pernah menghafal Al-Qur’an sebelumnya? Kalau
sudah berapa juz ?
Jawab : Pernah, >3 juz
3. Apakah sudah pernah mendengar metode tadarruj
sebelumnya ?
Jawab : Belum, baru ini
4. Sejak kapan menggunakan metode tadarruj ?
Jawab : Sudah 1 bulan, sejak 18 Juni
5. Berapa juz yang telah dihafal menggunakan metode ini?
Jawab : 2 juz
6. Bagaiamana menurutmu penerapan metode tadarruj ini?
Jawab : Lebih mudah karena diawali dari juz belakang
tetapi lumayan sulit karena sudah ada hafalan di juz
depan
99
7. Apakah metode ini sesuai dengan anda?
Jawab : Lumayan cocok
8. Bagaimana tips anda menjaga hafalan ?
Jawab : Malam hari untuk muraja’ah
9. Apa yang menjadi hambatan selama menghafal?
Jawab : Tugas
10. Apa saja yang menjadi faktor pendukung anda untuk
menghafal Al-Qur’an?
Jawab : Berada di lingkungan Al-Qur’an dan ignin
membanggakan kedua orangtua
Wawancara 7
Nama : Putri Nanda
Lokasi : Pesmadai Ciputat
Tanggal : 29 Juli 2019
Pertanyaan :
1. Darimana asal sekolah anda ?
Jawab : SMAN 1 Kutacane Aceh
2. Apakah pernah menghafal Al-Qur’an sebelumnya? Kalau
sudah berapa juz ?
Jawab : Belum pernah
100
3. Apakah sudah pernah mendengar metode tadarruj
sebelumnya ?
Jawab : Belum pernah
4. Sejak kapan menggunakan metode tadarruj ?
Jawab : Sudah 3 minggu
5. Berapa juz yang telah dihafal menggunakan metode ini?
Jawab : Juz 30 dan terjemahannya
6. Bagaiamana menurutmu penerapan metode tadarruj ini?
Jawab : Memudahkan bagi pemula karena dimulai
dari surat yang terpendek tapi yang menjadi kekurangan
adalah urutan suratnya
7. Apakah metode ini sesuai dengan anda?
Jawab : Cocok
8. Bagaimana tips anda menjaga hafalan ?
Jawab : Sabtu dan Minggu adalah waktu mengulang
hafalan
9. Apa yang menjadi hambatan selama menghafal?
Jawab : Belum menemukan hambatan
10. Apa saja yang menjadi faktor pendukung anda untuk
menghafal Al-Qur’an?
Jawab : Karena lingkungan, teman-teman, dan
orangtua
Wawancara 8
101
Nama : Riska Indah Wijayanti
Lokasi : Pesmadai Ciputat
Tanggal : 29 Juli 2019
Pertanyaan :
1. Darimana asal sekolah anda ?
Jawab : Al-Fatimah Bojonegoro
2. Apakah pernah menghafal Al-Qur’an sebelumnya? Kalau
sudah berapa juz ?
Jawab : Juz 30 dan surat-surat pilihan
3. Apakah sudah pernah mendengar metode tadarruj
sebelumnya ?
Jawab : Belum pernah, baru disini
4. Sejak kapan menggunakan metode tadarruj ?
Jawab : Sekitar 1 bulan sejak bulan Juni
5. Berapa juz yang telah dihafal menggunakan metode ini?
Jawab : 2 juz
6. Bagaiamana menurutmu penerapan metode tadarruj ini?
Jawab : Cocok bagi pemula karena diurutkan dari
surat yag terpendek tapi yang menjadi kendala adalah
ururtan surat yang tidak sesuai dengan urutan mushaf
7. Apakah metode ini sesuai dengan anda?
Jawab : Cocok
102
8. Bagaimana tips anda menjaga hafalan ?
Jawab : Dipraktikkan dalam shalat sunnah maupun
wajib dan disiapkan waktu luang untuk menghafal
9. Apa yang menjadi hambatan selama menghafal?
Jawab : Malas dan urutan surat yang membuat
bingung
10. Apa saja yang menjadi faktor pendukung anda untuk
menghafal Al-Qur’an?
Jawab : Karena Allah dan ingin membanggakan
keduaorangtua
Wawancara 9
Nama : Azka Nada Qurrota Aini
Lokasi : Pesmadai Muara Angke
Tanggal : 3 Agustus 2019
Pertanyaan :
1. Darimana asal sekolah anda ?
Jawab : Pesantren Al-Humaira
2. Apakah pernah menghafal Al-Qur’an sebelumnya? Kalau
sudah berapa juz ?
Jawab : Pernah, 12 juz
3. Apakah sudah pernah mendengar metode tadarruj
sebelumnya ?
Jawab : Belum pernah
4. Sejak kapan menggunakan metode tadarruj ?
103
Jawab : Akhi mei, sekitar 3 bulan
5. Berapa juz yang telah dihafal menggunakan metode ini?
Jawab : Juz 30 dan terjemahannya
6. Bagaiamana menurutmu penerapan metode tadarruj ini?
Jawab : Bagus, enak karena dimulai dari yang paling
sedikit
7. Apakah metode ini sesuai dengan anda?
Jawab : Cocok
8. Bagaimana tips anda menjaga hafalan ?
Jawab : Ada waktu khusus untuk mengulang hafalan
9. Apa yang menjadi hambatan selama menghafal?
Jawab : Malas
10. Apa saja yang menjadi faktor pendukung anda untuk
menghafal Al-Qur’an?
Jawab : Karean kedua orangtua dan keinginan diri
sendiri
Wawancara 10
Nama : Fitria Hartanti
Lokasi : Pesmadai Muara Angke
Tanggal : 3 Agustus 2019
Pertanyaan :
1. Darimana asal sekolah anda ?
104
Jawab : Sekolah PGRI Tunjungteja
2. Apakah pernah menghafal Al-Qur’an sebelumnya? Kalau
sudah berapa juz ?
Jawab : Belum pernah
3. Apakah sudah pernah mendengar metode tadarruj
sebelumnya ?
Jawab : Pernah mendengar
4. Sejak kapan menggunakan metode tadarruj ?
Jawab : Sekitar 1 bulan 2 minggu
5. Berapa juz yang telah dihafal menggunakan metode ini?
Jawab : 1 juz
6. Bagaiamana menurutmu penerapan metode tadarruj ini?
Jawab : Enak, gampang dalam menghafal untuk
pengaruh urutan surat biasa aja
7. Apakah metode ini sesuai dengan anda?
Jawab : Cocok
8. Bagaimana tips anda menjaga hafalan ?
Jawab : Waktu khusus untuk memuraja’ah hafalan
9. Apa yang menjadi hambatan selama menghafal?
Jawab : Malas
10. Apa saja yang menjadi faktor pendukung anda untuk
menghafal Al-Qur’an?
Jawab : Karena keduaorangtua
Wawancara 11
105
Nama : Putri Ramayani
Lokasi : Pesmadai Muara Angke
Tanggal : 3 Agustus 2019
Pertanyaan :
1. Darimana asal sekolah anda ?
Jawab : PAB 3 Soentis
2. Apakah pernah menghafal Al-Qur’an sebelumnya? Kalau
sudah berapa juz ?
Jawab : Belum pernah
3. Apakah sudah pernah mendengar metode tadarruj
sebelumnya ?
Jawab : Belum pernah
4. Sejak kapan menggunakan metode tadarruj ?
Jawab : Sekitar 3 bulan
5. Berapa juz yang telah dihafal menggunakan metode ini?
Jawab : Juz 30 beserta artinya
6. Bagaiamana menurutmu penerapan metode tadarruj ini?
Jawab : Mudah karena darisurat tersedikit, sulitnya
karena dengan artinya
7. Apakah metode ini sesuai dengan anda?
Jawab : Cocok
106
8. Bagaimana tips anda menjaga hafalan ?
Jawab : Muraja’ah di waktu pagi jam 4-5 subuh
9. Apa yang menjadi hambatan selama menghafal?
Jawab : Terkadang susah masuk
10. Apa saja yang menjadi faktor pendukung anda untuk
menghafal Al-Qur’an?
Jawab : Untuk membanggakan kedua orangtua
Wawancara 12
Nama : Ikna Halizan Tika
Lokasi : Pesmadai Muara Angke
Tanggal : 3 Agustus 2019
Pertanyaan :
1. Darimana asal sekolah anda ?
Jawab : Pondok Pesantren Al-Hidayah
2. Apakah pernah menghafal Al-Qur’an sebelumnya? Kalau
sudah berapa juz ?
Jawab : Pernah, 9 juz
3. Apakah sudah pernah mendengar metode tadarruj
sebelumnya ?
Jawab : Belum pernah
4. Sejak kapan menggunakan metode tadarruj ?
Jawab : Sekitar 4 bulan
5. Berapa juz yang telah dihafal menggunakan metode ini?
107
Jawab : 4 juz
6. Bagaiamana menurutmu penerapan metode tadarruj ini?
Jawab : Agak rumit karena belum terbiasa tapi
posistifnya memudahkan
7. Apakah metode ini sesuai dengan anda?
Jawab : Cocok
8. Bagaimana tips anda menjaga hafalan ?
Jawab :Dipakai dalam shalat dan muraja’ah ketka
beraktifatas biasa
9. Apa yang menjadi hambatan selama menghafal?
Jawab : Malas
10. Apa saja yang menjadi faktor pendukung anda untuk
menghafal Al-Qur’an?
Jawab : Ingin menjadi penjaga Al-Qur’an dan
memberikan mahkota
Wawancara 13
Nama : Nadia Wafa Zahira
Lokasi : Pesmadai Muara Angke
Tanggal : 3 Agustus 2019
1. Darimana asal sekolah anda ?
Jawab : Pesantren Al-Hidayah
108
2. Apakah pernah menghafal Al-Qur’an sebelumnya? Kalau
sudah berapa juz ?
Jawab : Pernah
3. Apakah sudah pernah mendengar metode tadarruj
sebelumnya ?
Jawab : Belum pernah
4. Sejak kapan menggunakan metode tadarruj ?
Jawab : Sekitar 4 bulan
5. Berapa juz yang telah dihafal menggunakan metode ini?
Jawab : 5 juz
6. Bagaiamana menurutmu penerapan metode tadarruj ini?
Jawab : Enak, karena bisa diurutkan dari surat
terpendek jadi lebih mudah. Tapi ga enaknya suka
terkecoh dengan urutan surat
7. Apakah metode ini sesuai dengan anda?
Jawab : Cocok
8. Bagaimana tips anda menjaga hafalan ?
Jawab : Mendengar murattal dan dipakai dalam shalat
9. Apa yang menjadi hambatan selama menghafal?
Jawab : Mood, tidak fokus, jenuh, dan berisik
10. Apa saja yang menjadi faktor pendukung anda untuk
menghafal Al-Qur’an?
Jawab : Ingin memberikan mahkota dan bisa
mengajarkan Al-Qur’an
109
Wawancara 14
Nama : Nurul Maghfiroh
Lokasi : Pesmadai Muara Angke
Tanggal : 3 Agustus 2019
Pertanyaan :
1. Darimana asal sekolah anda ?
Jawab : Pesantren Al-hidayah
2. Apakah pernah menghafal Al-Qur’an sebelumnya? Kalau
sudah berapa juz ?
Jawab : Pernah, 15 juz
3. Apakah sudah pernah mendengar metode tadarruj
sebelumnya ?
Jawab : Belum pernah, baru di sini
4. Sejak kapan menggunakan metode tadarruj ?
Jawab : Sekitar 4 bulan
5. Berapa juz yang telah dihafal menggunakan metode ini?
Jawab : 5 juz
6. Bagaiamana menurutmu penerapan metode tadarruj ini?
Jawab : Enaknya, memudahkan dan lebih paham arti
tapi kurangnya sedikit susah dalam urutan surat
7. Apakah metode ini sesuai dengan anda?
Jawab : Tidak cocok
110
8. Bagaimana tips anda menjaga hafalan ?
Jawab : Dipakai shalat sunnah dan muraja’ah di hari
libur
9. Apa yang menjadi hambatan selama menghafal?
Jawab : Bosan, mood, dan jenuh
10. Apa saja yang menjadi faktor pendukung anda untuk
menghafal Al-Qur’an?
Jawab : Ingin memberikan mahkota, syafa’at, ngajar,
dan mencari ridho Allah
Wawancara 15
Nama : Iffah Zaidah
Lokasi : Pesmadai Muara Angke
Tanggal : 3 Agustus 2019
Pertanyaan :
1. Darimana asal sekolah anda ?
Jawab : Pesantren Hidayatullah
2. Apakah pernah menghafal Al-Qur’an sebelumnya? Kalau
sudah berapa juz ?
Jawab : Pernah, 9 juz
3. Apakah sudah pernah mendengar metode tadarruj
sebelumnya ?
Jawab : Belum pernah
4. Sejak kapan menggunakan metode tadarruj ?
Jawab : 4 Bulan
111
5. Berapa juz yang telah dihafal menggunakan metode ini?
Jawab : 3 juz
6. Bagaiamana menurutmu penerapan metode tadarruj ini?
Jawab : Enak, memudahkan dan lebih paham arti tapi
ada sulitnya juga karena beda urutan
7. Apakah metode ini sesuai dengan anda?
Jawab : Tidak cocok
8. Bagaimana tips anda menjaga hafalan ?
Jawab : Menghindari maksiat dan diulang ketika
waktu kosong
9. Apa yang menjadi hambatan selama menghafal?
Jawab : Gak semangat dan nafsu
10. Apa saja yang menjadi faktor pendukung anda untuk
menghafal Al-Qur’an?
Jawab : Ingin memberikan mahkota, syafa’at, dan
dekat dengan Al-Qur’an
Wawancara 16
Nama : Nur Izmi Islamiyah
Lokasi : Pesmadai Muara Angke
Tanggal : 3 Agustus 2019
Pertanyaan :
112
1. Darimana asal sekolah anda ?
Jawab : SMA 1 Tirauta
2. Apakah pernah menghafal Al-Qur’an sebelumnya? Kalau
sudah berapa juz ?
Jawab : Belum pernah
3. Apakah sudah pernah mendengar metode tadarruj
sebelumnya ?
Jawab : Belum pernah
4. Sejak kapan menggunakan metode tadarruj ?
Jawab : Sekitar 4 bulan
5. Berapa juz yang telah dihafal menggunakan metode ini?
Jawab : 5 juz
6. Bagaiamana menurutmu penerapan metode tadarruj ini?
Jawab :Untuk pemula cocok banget karena kadang
kaget kalau langsung lihat ayat yang panjang
7. Apakah metode ini sesuai dengan anda?
Jawab : Cocok
8. Bagaimana tips anda menjaga hafalan ?
Jawab : Muraja’ah dari jam 10-11 iang sebelum tidur
siang
9. Apa yang menjadi hambatan selama menghafal?
Jawab : Tidak fokus
10. Apa saja yang menjadi faktor pendukung anda untuk
menghafal Al-Qur’an?
Jawab : Mencari ridho Allah
113
Wawancara 17
Nama : Syahda Ariska Safitri
Lokasi : Pesmadai Muara Angke
Tanggal : 3 Agustus 2019
Pertanyaan :
1. Darimana asal sekolah anda ?
Jawab : SMPN 1 Garung
2. Apakah pernah menghafal Al-Qur’an sebelumnya? Kalau
sudah berapa juz ?
Jawab : Pernah, 2 juz
3. Apakah sudah pernah mendengar metode tadarruj
sebelumnya ?
Jawab : Belum pernah
4. Sejak kapan menggunakan metode tadarruj ?
Jawab : Sekitar 4 bulan
5. Berapa juz yang telah dihafal menggunakan metode ini?
Jawab : 3 juz
6. Bagaiamana menurutmu penerapan metode tadarruj ini?
Jawab : Enak, biasa aja tapi susah menghafal urutan
surat
7. Apakah metode ini sesuai dengan anda?
114
Jawab : Cocok
8. Bagaimana tips anda menjaga hafalan ?
Jawab : Ada waktu khusus untuk muraja’ah
9. Apa yang menjadi hambatan selama menghafal?
Jawab : Ramai dan susah fokus
10. Apa saja yang menjadi faktor pendukung anda untuk
menghafal Al-Qur’an?
Jawab : Mencari ridho Allah dan memberikan
mahkota kepada kedua orangtua
Wawancara 18
Nama : Nurul Fadillah Annisa
Lokasi : Pesmadai Ciputat
Tanggal : 7 Agustus 2019
Pertanyaan :
1. Darimana asal sekolah anda ?
Jawab : Tidak disebutkan asal sekolahnya
2. Apakah pernah menghafal Al-Qur’an sebelumnya? Kalau
sudah berapa juz ?
Jawab : Pernah, 5 juz
3. Apakah sudah pernah mendengar metode tadarruj
sebelumnya ?
Jawab : Baru dengar saat di Pesmadai
4. Sejak kapan menggunakan metode tadarruj ?
Jawab : Sekitar 1 bulan
115
5. Berapa juz yang telah dihafal menggunakan metode ini?
Jawab : 2 juz
6. Bagaiamana menurutmu penerapan metode tadarruj ini?
Jawab : Cukup menarik, karena memotivasi
penggunanya untuk menyelesaikan hafalan dan
menambah hafalan yang baru
7. Apakah metode ini sesuai dengan anda?
Jawab : Sebenarnya cocok saja. Cuma kesulitannya itu
ketika ingin memuraja’ah per juz karena urutannya yang
tidak berurutan
8. Bagaimana tips anda menjaga hafalan ?
Jawab : Membiaskaan diri untuk muraja’ah dan
tadarrus hafalan Al-Qur’an yang telah disetorkan
9. Apa yang menjadi hambatan selama menghafal?
Jawab : In shaa Allah tidak ada hambatan
10. Apa saja yang menjadi faktor pendukung anda untuk
menghafal Al-Qur’an?
Jawab : Karena banyaknya keutamaan yang dimiliki
oleh penghafal Al-Qur’an baik dunia maupun akhirat.
Selain itu, dengan memudahkan kita dlam menyampaikan
ayat-ayat Allah dalam proses dakwah, dsb.
116
Wawancara 19
Nama : Yayang Istiqomah
Lokasi : Pesmadai Ciputat
Tanggal : 8 Agustus 2019
Pertanyaan :
1. Darimana asal sekolah anda ?
Jawab : Daruttakwien Islamic Boarding School
2. Apakah pernah menghafal Al-Qur’an sebelumnya? Kalau
sudah berapa juz ?
Jawab : Belum
3. Apakah sudah pernah mendengar metode tadarruj
sebelumnya ?
Jawab : Baru penah mendengar
4. Sejak kapan menggunakan metode tadarruj ?
Jawab : 3 bulan
5. Berapa juz yang telah dihafal menggunakan metode ini?
Jawab : 1 juz
6. Bagaiamana menurutmu penerapan metode tadarruj ini?
Jawab : Cukup baik
7. Apakah metode ini sesuai dengan anda?
Jawab : Cocok
8. Bagaimana tips anda menjaga hafalan ?
Jawab : Muraja’ah
9. Apa yang menjadi hambatan selama menghafal?
Jawab : Tidak ada
117
10. Apa saja yang menjadi faktor pendukung anda untuk
menghafal Al-Qur’an?
Jawab : Sebaik-baik nya manusia yang menghafal Al-
Qur’an dan mengamalkannya
Wawancara 20
Nama : Ainurrafidah
Lokasi : Pesmadai Ciputat
Tanggal : 8 Agustus 2019
Pertanyaan :
1. Darimana asal sekolah anda ?
Jawab : Tidak disebutkan sekolahnya
2. Apakah pernah menghafal Al-Qur’an sebelumnya? Kalau
sudah berapa juz ?
Jawab : Pernah, 4 juz
3. Apakah sudah pernah mendengar metode tadarruj
sebelumnya ?
Jawab : Pernah
4. Sejak kapan menggunakan metode tadarruj ?
Jawab : Sekitar 2 bulan
5. Berapa juz yang telah dihafal menggunakan metode ini?
Jawab : 3 juz
118
6. Bagaiamana menurutmu penerapan metode tadarruj ini?
Jawab : Bagus, sangat membantu bagi yang pertama
kali menghafal
7. Apakah metode ini sesuai dengan anda?
Jawab : Cocok
8. Bagaimana tips anda menjaga hafalan ?
Jawab : Mengulang-ulang bacaan
9. Apa yang menjadi hambatan selama menghafal?
Jawab : Kaget ketika bertemu dengan ayat-ayat yang
panjang
10. Apa saja yang menjadi faktor pendukung anda untuk
menghafal Al-Qur’an?
Jawab : Menghafal itu mudah bila disertai keinginan
yang kuat
119
Gambar Kegiatan
120
121
122