ta aryanti ikm

Upload: aryanti-hendro

Post on 04-Jun-2018

251 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/13/2019 Ta Aryanti Ikm

    1/39

  • 8/13/2019 Ta Aryanti Ikm

    2/39

    2

    dilakukan 3 kali (Sewaktu Pagi Sewaktu / SPS) secara mikroskopis sehingga hasil yang

    diperoleh dinilai tepat dalam menegakkan diagnosa TB Paru (Depkes RI, 2002).

    Laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota merupakan Laboratorium kesehatan

    daerah yang berada di Kabupaten/Kota yang berperan dalam pelayanan pembangunan

    kesehatan sebagai upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perorangan

    (UPK) berupa: pencegahan dan pemberantasan penyakit, penyediaan dan pengelolaan air

    bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman serta kegiatan lain yang ada di wilayahnya.

    Dalam pelaksanaan otonomi daerah, diharapkan setiap Kabupaten/Kota mempunyai

    laboratorium kesehatan yang mampu melakukan pemeriksaan laboratorium kimia

    lingkungan, toksikologi, mikrobiologi serta pemeriksaan laboratorium klinik untuk

    menunjang diagnosa penyakit sebagai salah satu upaya untuk peningkatan kesehatan

    masyarakat maupun perorangan.

    Pelayanan laboratorium sederhana di puskesmas adalah merupakan salah satu

    pelayanan esensial di bidang laboratorium kesehatan yang diperlukan di tingkat puskesmas.

    Pelayanan laboratorium tersebut diselenggarakan secara khusus atau terpadu dengan kegiatan

    pokok puskesmas lainnya, dan dilaksanakan oleh tenaga professional untuk dukungan peran

    aktif masyarakat di dalam maupun di luar gedung puskesmas. Pelayanan laboratorium

    tersebut mendukung mutu upaya pelayanan di Puskesmas dengan menggunakan teknologi

    yang disesuaikan menurut kondisi dan kebutuhan di tingkat puskesmas. Penyelengaraan

    pelayanan laboratorium kesehatan bertujuan untuk mendukung upaya peningkatan kesehatan,

    pencegahan penyakit, diagnose dini maupun monitoring terapi dalam rangka penyembuhan.

    Guna mendukung fungsi dan tujuan yang efektif dan efisien maka pelayanan laboratorium

    harus dilakukan dengan kualitas yang baik.

    Salah satu permasalahan yang masih dijumpai dalam pelaksanaan program P2TB Paru

    adalah mutu pemeriksaan dahak belum sepenuhnya terjamin secara merata. Ketidakmampuan

    untuk menafsirkan pemeriksaan laboratorium secara optimal dapat mengganggu perawatan

    penderita dan penggunaan laboratorium secara tidak tepat dapat mengganggu diagnosis

    (Suyono, 2000).

    Untuk menjamin ketepatan dan ketelitian hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis

    langsung harus dilakukan kegiatan pemantapan mutu laboratorium. Kegiatan pemantapan

    mutu laboratorium untuk memantau kualitas tata laksana pemeriksaan laboratorium

    Puskesmas

    Penyakit TB Paru penyebab kematian utama di masyarakat. Proporsi penyakit TB.Paru

    sebagai penyebab kematian berdasarkan untuk wilayah pedesaan merupakan penyebab

  • 8/13/2019 Ta Aryanti Ikm

    3/39

    3

    terbesar yaitu 12,3%, sedangkan untuk wilayah perkotaan merupakan urutan ke 4 terbesar

    yaitu 7,9 % (Depkes RI, 2008).

    Survei Dampak Bantuan Global Fund Komponen TB (2003 s/d 2009) menemukan

    bahwa pencapaian angka kesalahan laboratorium pada sebagian besar provinsi belum dapat

    diukur. Berdasarkan data seluruh provinsi yang dilaporkan ke Dirjen Pemberantasan dan

    Penanggulangan Penyakit Menular pada tahun 2009 diketahui bahwa suspek yang dilakukan

    pemeriksaan bakteriologis sebanyak 1.440.779 orang dan yang BTA positif sebanyak

    161.115 orang (11,18%). Tingkat error rate yang terjadi dalam pemeriksaan bakteriologis

    sebesar 11,1% (Warta Gerdunas, 2010).

    Dalam program penanggulangan tuberkulosis, diagnosis ditegakkan melalui

    pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung. Pengetahuan petugas pemeriksaan dahak

    secara mikroskopis langsung sangat berguna bagi petugas laboratorium dalam menjalankan

    pekerjaannya untuk memperoleh kualitas pemeriksaan yang baik (Depkes RI, 2002).

    Peningkatan keterampilan petugas laboratorium melalui pelatihan merupakan upaya

    logis yang dapat dilakukan. Menurut Manulang (2001), bahwa jenis pelatihan yang diikuti

    seseorang yang berhubungan dengan bidang kerjanya akan mempengaruhi ketrampilan dan

    sikap mentalnya serta meningkatkan kepercayaan pada kemampuan dirinya, hal ini akan

    berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan yang bersangkutan. Kemampuan dan

    ketrampilan tenaga pemeriksa antara lain ditentukan oleh pelatihan. Pelatihan merupakan

    salah satu upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (Depkes RI, 2002). Setiap

    tenaga laboratorium perlu selalu meningkatkan kemampuan dan ketrampilannya melalui

    pelatihan berkelanjutan baik di dalam laboratorium maupun di luar laboratorium (Gerdunas

    TB, 2001)

    Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang

    pengaruh pengetahuan dan keterampilan petugas laboratorium terhadap pemeriksaan

    mikroskopis pada pasien TB.Paru serta ingin permasalahan-permasalahan yang ada di

    laboratorium Puskesmas Dempo

    1.2. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah di atas maka yang menjadi permasalahan adalah:

    Bagaimana pengetahuan dan keterampilan petugas laboratorium terhadap kepatuhan

  • 8/13/2019 Ta Aryanti Ikm

    4/39

    4

    menerapkan standar operasional prosedur dalam pemeriksaan mikroskopis pasien TB paru

    diPuskesmas Dempo

    1.3 Tujuan Penelitian

    1.3.1 Tujuan Umum

    Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui dan menganalisis pengaruh pengetahuan dan

    keterampilan petugas laboratorium terhadap kepatuhan menerapkan standar operasional

    prosedur dalam pemeriksaan mikroskopis pasien TB paru diPuskesmas Dempo

    1.3.2. Tujuan Khusus

    a. Mengetahui bahan-bahan dan cara yang dilakukan dalam pemeriksaan mikroskopislaboratorium pasien TB paru di puskesmas Dempo.

    b. Untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan pemeriksaanlaboratorium mikroskopis pasien TB paru di Puskesmas Dempo.

    c. Untuk menentukan langkah-langkah yang dapat diambil dalam pemecahan masalahpelaksanaan pemeriksaan laboratorium mikroskopis pasien TB paru di Puskesmas Dempo.

    1.4. Manfaat Penulisan1.4.1.Bagi PuskesmasDiharapkan dapat menjadi acuan, evaluasi, dan mengatasi permasalahan pengelolaan

    laboratorium sehingga tercipta efektifitas dalam pelaksanaan program kesehatan. Dan Bagi

    Petugas Laboratorium TB Paru Puskesmas, sebagai bahan masukan dalam pelaksanaan

    Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit TB Paru (P2 TB Paru).

    1.4.2.Bagi Dinas KesehatanSebagai masukan untuk melakukan evaluasi terhadap pengelola atau pelaksana program

    P2TB Paru serta membuat perencanaan yang mendukung peningkatan kinerja petugas

    kesehatan khususnya dalam pelaksanaan pemeriksaan laboratorium TB Paru di Puskesmas

    Dempo

    1.4.3.Bagi Instansi PendidikanDiharapkan dapat menambah pengetahuan serta informasi mengenai pengelolaan

    laboratorium di Puskesmas.

  • 8/13/2019 Ta Aryanti Ikm

    5/39

    5

    1.5. Lokasi dan Waktu

    Lokasi : Kegiatan dilakukan di Puskesmas Dempo

    Waktu : Bulan Mei 2013.

  • 8/13/2019 Ta Aryanti Ikm

    6/39

    6

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Penyakit TuberkulosisTuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB

    (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga

    mengenai organ tubuh lainnya2. Patogenesis tuberkulosis paru ada 2, yaitu tuberkulosis

    primer dan tuberkulosis post primer. Pada tuberkulosis primer, penularan tuberkulosis paru

    terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara.

    Bila partikel infeksius ini terisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada jalan napas atau

    paru-paru. Bila kuman menetap di jaringan paru, ia bertumbuh dan berkembang biak dalam

    sitoplasma makrofag. Kuman yang bersarang di jaringan paru-paru akan membentuk sarang

    tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut afek primer. Dari afek primer akan timbul

    peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal), dan diikuti pembesaran

    kelenjar getah bening hilus (limfadenitis regional). Sarang primer + limfangitis lokal +

    limfadenitis regional disebut kompleks primer. Kuman yang dorman pada tuberkulosis

    primer akan muncul bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis

    dewasa (tuberkulosis post-primer). 6

    2.2. Penularan Tuberkulosis

    Sumber penularan adalah penderita dengan TB BTA positif, yang dapat menularkan TB

    kepada orang disekelilingnya, terutama kontak erat. Pada waktu batuk atau bersin, penderita

    menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet nuclei (percikan dahak). Sekali batuk

    dapat dikeluarkan 3000 droplet. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan

    dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan,

    sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama

    beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab. 2,7

    Penularan umumnya terjadi dalam ruangan dengan ventilasi kurang. Orang dapat

    terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernafasan. Setelah itu kuman TB

    dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah dan

    sistem limfe. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang

    dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin

    menular pasien tersebut. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB

  • 8/13/2019 Ta Aryanti Ikm

    7/39

    7

    ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

    Karena proses terjadinya infeksi oleh kuman TB biasanya secara inhalasi, maka TB paru

    merupakan manifestasi klinis yang paling sering dibandingkan organ lainnya. 2,7

    Resiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak. Pasien TB paru

    dengan BTA positif memberikan kemungkinan resiko penularan lebih besar dari pasien TB

    paru dengan BTA negatif. Resiko penularan setiap tahunnya ditunjukkan denganAnnual Risk

    of Tuberculosis Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama

    satu tahun. ARTI sebesar 1%, berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk terinfeksi

    setiap tahun. ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3%. Infeksi TB dibuktikan dengan

    perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif. 2

    Adapun resiko menjadi sakit TB hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB akan menjadi

    sakit TB. Dengan ARTI 1%, diperkirakan diantara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 1000

    terinfeksi TB dan 10% diantaranya (100 orang) akan menjadi sakit TB setiap tahun. Sekitar

    50 diantaranya adalah pasien TB BTA positif. Faktor yang mempengaruhi kemungkinan

    seseorang menjadi pasien TB adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi

    HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi buruk). HIV merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi

    yang terinfeksi TB menjadi sakit TB. Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya

    tahan tubuh seluler (cellular immunity), sehingga jika terjadi infeksi penyerta (oportunistic),

    seperti tuberkulosis, maka yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan bisa

    mengakibatkan kematian. Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah pasien

    TB akan meningkat, dengan demikian penularan TB di masyarakat akan meningkat pula. 2

    Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman diwilayah perkotaan

    kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas

    peningkatan jumlah kasus TB. Sudah dibuktikan bahwa lingkungan sosial ekonomi yang

    baik, pengobatan yang teratur dan pengawasan minum obat ketat berhasil mengurangi angka

    morbiditas dan mortalitas di Amerika selama 19501960. 6,8

    2.3.Penemuan dan Gejala Klinis Pasien TB

    Kegiatan penemuan pasien terdiri dari penjaringan suspek, diagnosis, penentuan

    klasifikasi penyakit dan tipe pasien. Penemuan pasien merupakan langkah pertama dalam

    kegiatan program penanggulangan TB. Penemuan dan penyembuhan pasien TB menular,

    secara bermakna akan dapat menurunkan kesakitan dan kematian akibat TB, penularan TB di

    masyarakat dan sekaligus merupakan kegiatan pencegahan penularan TB yang paling efektif

    di masyarakat. Strategi penemuan pasien TB yang diberlakukan DEPKES RI dilakukan

  • 8/13/2019 Ta Aryanti Ikm

    8/39

    8

    secara pasif dengan promosi aktif. Penjaringan tersangka pasien dilakukan di unit pelayanan

    kesehatan; didukung dengan penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun

    masyarakat, untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka pasien TB.

    Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih.

    Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak

    nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam

    hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. Gejala-gejala tersebut diatas

    dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis,

    asma, kanker paru, dan lain-lain. Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi,

    maka setiap orang yang datang ke UPK dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai

    seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara

    mikroskopis langsung. 2

    2.4.Pemeriksaan Dahak Mikroskopis

    Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan

    pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk penegakan

    diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua

    hari kunjungan yang berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS) 2:

    A.Pengambilan Spesimen1.wadah

    Botol dengan syarat :

    a. Bermulut Lebarb. Mempunyai tutup berulirc. Suci hamd. Tidak udah pecahe. Tidak bocorf. Bersihg. Sekali pakai buangh. Berlabel

    2.cara pengambilan

    S (sewaktu): dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali.

    Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada

    hari kedua

  • 8/13/2019 Ta Aryanti Ikm

    9/39

    9

    P (Pagi): dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur.

    Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK.

    S (sewaktu): dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi.

    Pengumpulan dahak yang bail adalah dahak pagi hari ataupun dahak semalam dengan

    jumlah dahak yang terkumpul sebanyak 3-5 ml setiap botol dahak

    Cara pengambilan dahak :

    a. Pasien disuruh kumur-kumur dahulu, kemudian sediakan wadah yang memenuhi syarattersebut diatas

    b. Pasien dalam posisi berdir, tetapi bila tidak memungkinkan diminta duduk agak condongkedepan

    c. Pagi hari setelah bangun tidur biasanya rangsangan batk sangat kuat, tetapi penderitadianjurkan untuk menahanya kuat-kuat. Tarik nafas dalam-dalam

    d. Kemudiansegera batukkan sekuat-kuatnya sampai merasakan dahak yang dibatukkankeluar dari dada bukan dari tenggorokan

    e. Bagi pasien yang sulit mengeluarkan dahk dapat diatasi dengan beberapa cara :- Gelitik bagian anak lidah/batang tenggorokan dengan lidi kapas- Masukkan seline dingin sebanyak 5-10 ml atau air steril kedalam batang tenggorokan

    sedikit demi sedikit

    - Penderita menjemur diri dibawah matahari dengan posisi terlengkup diatas dipan dengankedua tangan jatuh bebas dan batuk kalau dada merasa panas

    f. Dahak yang keluar ditampung dalam wadah yang disediakan. Bersihkan bagian mulutbotol kemudian baru ditutup(setelah diperiksa bahwa yang ditampung benar-benar dahak

    bukan ludah)

    g. Wadah diberi label yang berisi nama, alamat, tanggal pengambilan serta dokter pengirim

    B.Pembuatan sediaan1.alat

    a. sengkelit/ose/lidi

    b.kaca objek yang bersih, tidak berminyak dan tidak bergores

    c.lampu spritus

    d.pensil kaca

    e.rak pewarna

    f.rak pengering

  • 8/13/2019 Ta Aryanti Ikm

    10/39

    10

    2. reagen

    a. larutan kinyoun gabbett

    b.larutan ziehl neelsen

    3.cara pembuatan

    a. kaca objek diberi nomor kode/nomor pasien/ nama pada sisi kanan kaca objek

    b. pilih bagian dahak yang kental, warna kuning kehijauan, ada perkejuan, ada pus atay

    darah. Ambil sedikit bagian tersebut dengan memakai sengkelit/ose yang sebelumnya dibakar

    dahulu sampai pijar, kemudian didinginkan

    c. ratakan diatas kaca objek dengan ukuran 2-3 cm. Adapun dahak jangan terlampau tebal

    atau terlampau tipis, keringkan pada suhu kamar

    d. ose sebelum dibakar dicelupkan dulu kedalam botol yang berisi campuran alkohol 70%

    dan pasir dengan perbandingan 2:1 dengan tujuan untuk melepaskan partikel yang melekat

    pada ose (untuk mencegah terjadinya percikan atau aerosol pada waktu ose dibakar yang

    dapat menularkan kuman tuberculose)

    e. kemudian rekatkan / fiksasi dengan cara melakukan diatas lidah api dengan cepat sebanyak

    3 kali selama 3-5 detik. Setelah itu sediaan langsung diwarnai dengan pewarnaan kinyoun

    gabbet atau ziehl neelsen

    Pewarnaan kinyoun gebbetta. Tuangkan laruta kinyoupada sediaa n yang telah difiksasi sampai menutupi

    seluruh permukaan sediaan dan tunggu sampai 3-5 menit

    b. Cuci dengan air mengalir sehingga semua larutan kinyoun hilangc. Tuang larutan gabbett seperti diatastunggu 1-3 menitd. Cuci dengan air mengalire. Keringkan dirak pengering

    Pewarnaan ziehl neelsena. Letakkan sediaan diatas rak pewarna, kemudian tuang larutan carbol fuchsin

    sampai menutupi seluruh sediaan

    b. Panasi sediaan secara hati-hati diatas selama 3 menit sampai keluar uap, tetapijangan sampai mendidih. Biarkan selama 5 menit

    c. Cuci dengan aquadest/air mengalir

  • 8/13/2019 Ta Aryanti Ikm

    11/39

    11

    d. Tuangkan Hck alkohol 3% sampai warna merah dari fuchsin hilang. Tunggu 2menit

    e. Cuci dengan air mengalirf. Tuangkan larutan methylen blue 0,1 % dan tunggu 10-20 detikg. Cuci dengan air mengalirh. Keringkan dirak pengering

    C. Cara pemeriksaan1.alat/bahan yang diperlukan

    a. mikroskop

    b. minyak immersi

    c. xylol

    3. Caraa. Sediaan yang sudah diwarnai dan sudah kering diperiksa dibawah mikroskop

    b. Teteskan 1 tetes minyak immersi diats sediaan dan periksa dengan pembesarabobjektif 100x dan okuler 10x

    c. Carilah basil tahan asam yang oleh pengecatan berwarna merah, berbentuk batangdengan dasar berwarna biru

    d. Periksalah sediaan dengan memperhatikan jumlah kuman dengan cara paling sediktperiksa 100 lapangan pandang atau dalam waktu 10 menit

    4. PelaporanMenurut cara IUAT

    4.3.Tidak ditemukan basil tahan asam dalam 100 lapangan pandang = 04.4. Dijumpai 1-9 basil tahan asam / 100 lapangan pandang : ditulis jumlah yang

    dijumpai

    4.5.Dijumpai 10-99 basil tahan asam / 100 lapangan pandang : +4.6.Dijumpai 1-10 basil tahan asam / 1 lapangan pandang : ++4.7.Dijumpai lebih dari 10 basil tahan asam / 1 lapangan pandang : +++

    2.5.Pemeriksaan Biakan

    Peran biakan dan identifikasi M.tuberkulosis pada penanggulangan TB khususnya

    untuk mengetahui apakah pasien yang bersangkutan masih peka terhadap OAT yang

  • 8/13/2019 Ta Aryanti Ikm

    12/39

    12

    digunakan. Selama fasilitas memungkinkan, biakan dan identifikasi kuman serta bila

    dibutuhkan tes resistensi dapat dimanfaatkan dalam beberapa situasi 2:

    1. Pasien TB yang masuk dalam tipe pasien kronis

    2. Pasien TB ekstraparu dan pasien TB anak.

    3. Petugas kesehatan yang menangani pasien dengan kekebalan ganda.

    2.6. Pemeriksaan Tes ResistensiTes resistensi tersebut hanya bisa dilakukan di laboratorium yang mampu

    melaksanakan biakan, identifikasi kuman serta tes resistensi sesuai standar internasional, dan

    telah mendapatkan pemantapan mutu (Quality Assurance) oleh laboratorium supranasional

    TB. Hal ini bertujuan agar hasil pemeriksaan tersebut memberikan simpulan yang benar

    sehinggga kemungkinan kesalahan dalam pengobatan MDR dapat di cegah. 2

    2.7. Diagnosis TB paruSemua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu - pagi

    - sewaktu (SPS). Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya

    kuman TB (BTA). Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak

    mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji

    kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya.

    2

    Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja.

    Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering

    terjadi overdiagnosis. Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas

    penyakit. Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek TB paru. 2

  • 8/13/2019 Ta Aryanti Ikm

    13/39

    13

    Gambar 2.1. Alur prosedur diagnostik untuk suspek TB paru2

    2.8. Pemantauan dan Evaluasi Program P2TBKeberhasilan pelaksanaan program pemantauan dilaksanakan secara berkala dan terus

    menerus, untuk dapat segera mendeteksi bila ada masalah dalam pelaksanaan kegiatan yang

    telah direncanakan, supaya dapat dilakukan tindakan perbaikan segera. Evaluasi dilakukan

    setelah suatu jarak-waktu (interval) lebih lama, biasanya setiap 6 bulan s/d 1 tahun. Dengan

    evaluasi dapat dinilai sejauh mana tujuan dan target yang telah ditetapkan sebelumnya

    dicapai. Dalam mengukur keberhasilan tersebut diperlukan indikator. Hasil evaluasi sangat

    berguna untuk kepentingan perencanaan program. 2

    Masing-masing tingkat pelaksana program (UPK, Kabupaten/Kota, Propinsi, dan Pusat)

    bertanggung jawab melaksanakan pemantauan kegiatan pada wilayahnya masing-masing.

    Seluruh kegiatan harus dimonitor baik dari aspek masukan ( input), proses, maupun keluaran

    (output). Cara pemantauan dilakukan dengan menelaah laporan, pengamatan langsung dan

    wawancara dengan petugas pelaksana maupun dengan masyarakat sasaran. Dalam

    pelaksanaan monitoring dan evaluasi, diperlukan suatu sistem pencatatan dan pelaporan baku

    yang dilaksanakan dengan baik dan benar. 2

    Dalam Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, salah satu komponen penting

    dari survailans yaitu pencatatan dan pelaporan dengan maksud mendapatkan data untuk

  • 8/13/2019 Ta Aryanti Ikm

    14/39

    14

    diolah, dianalisis, diinterpretasi, disajikan dan disebarluaskan untuk dimanfaatkan. Data yang

    dikumpulkan pada kegiatan survailans harus valid (akurat, lengkap dan tepat waktu) sehingga

    memudahkan dalam pengolahan dan analisis. Data program Tuberkulosis dapat diperoleh

    dari pencatatan di semua unit pelayanan kesehatan yang dilaksanakan dengan satu sistem

    yang baku. Formulir-formulir yang dipergunakan dalam pencatatan TB di Unit Pelayanan

    Kesehatan/UPK (Puskesmas, Rumah Sakit, BP4, klinik dan dokter praktek swasta dll) dalam

    melaksanakan pencatatan antara lain 2:

    Daftar tersangka pasien (suspek) yang diperiksa dahak SPS (TB.06).

    Formulir permohonan laboratorium TB untuk pemeriksaan dahak (TB.05).

    Kartu pengobatan pasien TB (TB.01).

    Kartu identitas pasien TB (TB.02).

    Register TB UPK (TB.03 UPK)

    Formulir rujukan/pindah pasien (TB.09).

    Formulir hasil akhir pengobatan dari pasien TB pindahan (TB.10).

    Register Laboratorium TB (TB.04).

    Untuk menilai kemajuan atau keberhasilan penanggulangan TB digunakan beberapa

    indikator. Indikator penanggulangan TB secara Nasional ada 2 yaitu: Angka Penemuan

    Pasien baru TB BTA positif (Case Detection Rate = CDR) dan Angka Keberhasilan

    Pengobatan (Success Rate = SR). 2Disamping itu ada beberapa indikator proses untuk

    mencapai indikator Nasional tersebut di atas, yaitu 2:

    Angka Penjaringan Suspek

    Proporsi Pasien TB Paru BTA positif diantara Suspek yang diperiksa dahaknya

    Proporsi Pasien TB Paru BTA positif diantara seluruh pasien TB paru

    Proporsi pasien TB anak diantara seluruh pasien

    Angka Notifikasi Kasus (CNR)

    Angka Konversi

    Angka Kesembuhan

    Angka Kesalahan Laboratorium

    Untuk mempermudah analisis data diperlukan indikator sebagai alat ukur kemajuan

    (marker of progress). Indikator yang baik harus memenuhi syarat-syarat tertentu seperti:

    sahih (valid), sensitif dan Spesifik (sensitive and specific), dapat dipercaya (realiable), dapat

    diukur (measureable), dapat dicapai (achievable). Analisa dapat dilakukan dengan

    membandingkan data antara satu dengan yang lain untuk melihat besarnya perbedaan, dan

    melihat kecenderungan (trend) dari waktu ke waktu.

  • 8/13/2019 Ta Aryanti Ikm

    15/39

    15

    2.9. Penanggulangan Tuberkulosis di IndonesiaPenanggulangan Tuberkulosis (TB/TBC) di Indonesia sudah berlangsung sejak zaman

    penjajahan Belnda namun terbatas pada kelompok tertentu. Setelah perang kemerdekaan, TB

    ditangulangi melalui Balai Pengobatan Paru-Paru (BP-4). Sejak tahun 1969 penanggulangan

    dilakukan secara nasional melalui puskesmas.

    Pada tahun 1995, program penanggulangan TB mulai menerapkan strategi DOTS dan

    dilaksanakan di Puskesmas secara bertahap. Sejak tahun 2000 strategi DOTS

    dilaksanakansecara nasional di seluruh Unit Pelayanan Puskesmas terutama Puskesmas yang

    diintegrasikan dalam pelayanan kesehatan dasar.

    Visi penanggulangan TB di Indonesia adalah masyarakat yang mandiri dalam hidup

    sehat dimana tuberculosis tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat. Sedangkan

    misinya adalah menjamin bahwa setiap pasien TB mempunyai akses terhadap pelayanan

    yang bermutu, untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian karena TB, menurunkan

    resiko penularan TB dan mengurangi dampak social dan konomi akibat TB. Target program

    penanggulangan TB adalah tercapainya penemuan pasien baru TB BTA positif paling sedikit

    70% dari perkiraan dan menyembuhkan 85% dari semua pasien tersebut dan

    memperytahankanya. Target ini diharapkan dapat menurunkan tingkat prevalensi dan

    kematian akibat TB hingga separuhnya pada tahub 2010 dibanding tahun 1990, dan mencapai

    tujuanMillennium Development Goals(MDGs) pada tahun 2015.

    Strategi DOTS ( Directly Observed Treatment Short-course) terdiri 5 kunci:

    1. Dukungan politik para pimpinan wilayah di setiap jenjangDengan keterlibatan pimpinan wilayah, TB akan menjadi salah satu prioritas utama dalam

    program kesehatan, dan akan tersedia dana yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan

    kegiatan strategi DOTS.

    2. MikroskopMikroskop merupakan komponen utama untuk mendiagnosa penyakit TB melalui

    pemeriksaan dahak lansung pada penderita tersangka TB.

    3. Pengawas Minum Obat (PMO)PMO ini yang akan ikut mengawasi penderita minum seluruh obatnya. Keberadaan PMO ini

    untuk memastikan bahwa penderita betul minum obatnya dan bisa diharapkan akan sembuh

    pada masa akhir pengobatannya. PMO haruslah orang yang dikenal dan dipercaya oleh

    penderita maupun oleh petugas kesehatan. Mereka bisa petugas kesehatan sendiri, keluarga,

    tokoh masyarakat maupun tokoh agama.

  • 8/13/2019 Ta Aryanti Ikm

    16/39

    16

    4. Pencatatan dan PelaporanPencatatan dan pelaporan ini merupakan bagian dari sistem survailans penyakit TB. Dengan

    rekam medik yang dicatat dengan baik dan benar akan bisa dipantau kemajuan pengobatan

    penderita, pemeriksaan follow up, sehingga akhirnya penderita dinyatakan sembuh atau

    selesai pengobatannya.

    5. Panduan OAT jangka pendekPanduan OAT jangka pendek yang benar, termasuk dosis dan jangka waktu pengobatan yang

    tepat sangat penting dalam keberhasilan pengobatan penderita. Kelangsungan persediaan

    panduan OAT jangka pendek harus selalu terjamin.

    2.10. Konsep Mutu Laboratorium

    Pelayanan yang baik adalah pelayanan berorientasi terhadap upaya peningkatan mutu

    untuk memenuhi harapan atau kepuasan pelanggan. Mutu sulit didefinisikan, namun esensi

    mutu dan aplikasinya dalam pelayanan kesehatan dapat diukur, dimonitor dan dinilai

    hasilnya. Menurut SNI 19-9000:2001 mutu adalah derajat yang dicapai oleh karakteristik

    yang inheren dalam memenuhi persyaratan. Definisi menurut Deming mutu tidak berarti

    segala sesuatu yang terbaik, tetapi pemberian kepada pelanggan tentang apa yang mereka

    inginkan dengan tingkat kesamaan yang dapat dipredikti serta ketergantunagnnya terhadap

    harga yang mereka bayar. Pendapat lain mengenai definisi mutu menurut Crosby adalah

    pemenuhan persyaratan dengan meminimalkan kerusakan yang mungkn timbul yaitu

    standard of zero defect atau memperlakukan prinsip benar sejak awal.

    Dalam kaitannya dengan laboratorium, data hasil pemeriksaan dan/atau kalibrasi bisa

    dikatakan mempunyai mutu tinggi apabila data hasil tersebut dapat memuaskan pelanggan

    dengan tetap mempertimbangkan aspek teknis sehingga precision and accuracy (ketelitian

    dan ketepatan) yang tinggi dapat dicapai. Selain itu, data tersebut harus mempunyai

    kemamputelusuran pengukuran dan terdokumentasi dengan baik, sehingga dapat

    dipertahankan secara ilmiah maupun hukum, hal itu berarti seluruh metode dan prosedur

    operasional laboratorium harus terpadu, mulai dari perencanaan pengambilan sampel,

    penanganan, pemeriksaan, sampai pemberian laporan hasil ke pelanggan.23

    Mutu dalam pelayanan kesehatan adalah kontroversial dan relatif. Oleh karena itu

    spesifikasi dalam dimensi mutu atau kinerja yang diterapkan dalam proses yang benar dan

    dikerjakan dengan baik akan dapat memberikan kepuasan pelanggan. Mutu itu dinamis,

    upaya peningkatan mutu tidak pernah berhenti tetapi selalu berkelanjutan sesuai dengan

    perkembangan iptek, tatanan nilai dan tuntutan masyarakat sertalingkungannya, agar dapat

  • 8/13/2019 Ta Aryanti Ikm

    17/39

    17

    tetap eksis dalam persaingan global. Peningkatan mutu berarti peningkatan kinerja. Dapat

    dimulai dari jaminan mutu dan berlanjut pada peningkatan mutu untuk memperoleh kepuasan

    pelanggan dan kepuasan karyawan dengan mempertimbangkan efisiensi (biaya) itu sendiri.

    Meningkatkan kinerja berarti meningkatkan mutu pelayanan telah dimulai agar dapat eksis

    dalam persaingan global.

    2.11. Evaluasi Pelayanan Laboratorium Kesehatan

    Untuk dapat mempertahankan konsistensi mutu data hasil pemeriksaan yang absah tak

    terbantahkan, laboratorium hendaknya merencanakan semua kegiatannya secara sistematik,

    sehingga memberikan kepercayaan kepada pelanggan bahwa data yang dihasilkan telah

    memenuhi persyaratan mutu.23

    Jaminan mutu (QA) adalah suatu proses untuk mengevaluasi perawatan pada suasana

    khusus, dengan mengembangkan standar pelayanan dan menerapkan mekanisme untuk

    menjamin bahwa standar dapat terpenuhi (Coyne and Killien). Jaminan mutu juga

    didefinisikan sebagai suatu proses yang obyektif dan sistematis dalam memonitor dan

    mengevaluasi mutu dan kesiapan dalam pelayanan terhadap pasien dalam meningkatkan

    pelayanan, dan memecahkan masalah yang telah diidentifikasi (JCAHO). 25

    Dalam kaitan di atas Lexiton (JCAHO), mendefinisikan QA dalam tiga kegiatan yang

    tidak terpisahkan:

    a. Merencanakan suatu produk atau pelayanan dan pengendalian produknya yang tidak dapat

    dilepaskan dari mutu. Dalam pelayanan kesehatan, aktifitas dan program dimaksudkan

    menjamin atau memberi garansi terhadap mutu.

    b. Pengendalian mutu: adalah suatu proses dimana kinerja aktual dinilai atau diukur, dan

    dibandingkan dengan tujuan, serta perbedaan atau penyimpangan ditindak lanjuti dengan

    menggunakan metoda statistik.

    c. Peningkatan mutu: proses pencapaian suatu tingkat kinerja atau mutu baru yang lebih

    tinggi dari sebelumnya. Pencapaian tingkat mutu baru adalah yang terbaik dari pada tingkat

    mutu sebelumnya.

    Oleh karena itu dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan maka perlu

    dilakukan kegiatan evaluasi. Evaluasi pelayanan laboratorium dapat diartikan suatu proses

    untuk menyediakan informasi mengenai tentang sejauh mana kegiatan pelayanan

    laboratorium telah dicapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan standar tertentu

    untuk mengetahui apakah ada selisih diantara keduanya.

  • 8/13/2019 Ta Aryanti Ikm

    18/39

    18

    Berdasarkan teori yang telah dibahas, evaluasi pelayanan laboratorium dapat dilakukan

    dengan pendekatan evaluasi hasil usaha (performance) atau kinerja laboratorium digunakan

    indikator:3

    1) Persentase (cakupan) pemeriksaan laboratorium menurut kategori pemeriksaan.

    2) Rerata jumlah pemeriksaan/hari yaitu jumlah pemeriksaan laboratorium dibagi jumlah hari

    Pada evaluasi, informasi yang dibutuhkan untuk memantau dan mengevaluasi

    kemajuan harus selalu tersedia sepanjang periode waktu yang direncanakan. Dengan

    demikian, sesuai tujuan dalam hal ini adalah pencapaian target pendapatan dan cakupan

    pemeriksaan harus dibuat secara teratur dalam jangka waktu tertentu agar informasi

    dapat diperoleh secara teratur.26

    Laboratorium tuberkulosis yang merupakan bagian dari pelayanan laboratorium

    kesehatan mempunyai peran penting dalam Penanggulangan Tuberkulosis berkaitan dengan

    kegiatan deteksi pasien TB Paru, pemantauan keberhasilan pengobatan serta menetapkan

    hasil akhir pengobatan. Diagnosis TB melalui pemeriksaan kultur atau biakan dahak

    merupakan metode baku emas (gold standard). Namun, pemeriksaan kultur memerlukan

    waktu lebih lama (paling cepat sekitar 6 minggu) dan mahal. Pemeriksaan 3 spesimen (SPS)

    dahak secara mikroskopis nilainya identik dengan pemeriksaan dahak secara kultur atau

    biakan. Pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan pemeriksaan yang paling efisien, mudah,

    murah, bersifat spesifik, sensitif dan dapat dilaksanakan di semua unit laboratorium. Untuk

    mendukung kinerja penanggulangan, diperlukan ketersediaan

    Laboratorium Tuberkulosis dengan pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin

    mutunya dan terjangkau di seluruh wilayah Indonesia. Tujuan manajemen laboratorium

    tuberkulosis adalah untuk meningkatkan penerapan manajemen laboratorium tuberkulosis

    yang baik di setiap jenjang laboratorium dalam upaya melaksanakan pelayanan laboratorium

    yang bermutu dan mudah dijangkau oleh masyarakat. Ruang lingkup manajemen

    laboratorium tuberkulosis meliputi beberapa aspek yaitu; Organisasi pelayanan laboratorium

    Tuberkulosis, Sumber daya laboratorium, Kegiatan laboratorium, Pemantapan mutu

    laboratorium tuberkulosis, Keamanan dan kebersihan laboratorium, dan monitoring

    (pemantauan) dan evaluasi.

    2.12. Organisasi Pelayanan Laboratorium Tuberkulosis

    a. Jejaring Laboratorium TB

    Laboratorium tuberkulosis tersebar luas dan berada disetiap wilayah, mulai dari tingkat

    Kecamatan, Kab/Kota, Propinsi, dan Nasional, yang berfungsi sebagai laboratorium

  • 8/13/2019 Ta Aryanti Ikm

    19/39

    19

    pelayanan kesehatan dasar, rujukan maupun laboratorium pendidikan/penelitian. Setiap

    laboratorium yang memberikan pelayanan pemeriksaan tuberkulosis mulai dari yang paling

    sederhana, yaitu pemeriksaan apusan secara mikroskopis sampai dengan pemeriksaan paling

    mutakhir seperti PCR, harus mengikuti acuan/standar. Oleh karena itu diperlukan jejaring

    laboratorium tuberkulosis untuk menjamin pelaksanaan pemeriksaan yang sesuai standar.

    Dengan demikian setiap pasien tuberkulosis akan mendapatkan pelayanan yang prima.

    Masing-masing laboratorium di dalam jejaring tuberkulosis memiliki fungsi, peran, tugas dan

    tanggung jawab yang saling berkaitan, mencakup standard pelayanan dan Quality Assurance

    (QA). Sistem jejaring laboratorium dalam Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia

    memakai sistem pendekatan fungsi.

    Sistem jejaring laboratorium TB adalah sebagai berikut:

    1. Laboratorium mikroskopis TB UPK UPK dengan kemampuan pelayanan laboratorium hanya pembuatansediaan apusan dahak

    dan fiksasi. Misalnya: Puskesmas Satelit (PS).

    UPK dengan kemampuan pelayanan laboratorium mikroskopis deteksiBasil Tahan Asam

    (BTA), dengan pewarnaan Ziehl Neelsen dan pembacaan skala IUATLD. Contoh: Puskesmas

    Rujukan Mikroskopis (PRM), Puskesmas Pelaksana Mandiri (PPM), Rumah Sakit, BP4, RSP

    dll.

    Mutu pemeriksaan laboratorium ini akan ditera oleh laboratorium rujukan uji silang, dapat

    dilaksanakan oleh laboratoium kesehatan daerah, laboratorium di salah satu Rumah Sakit,

    BP4 ataupun Rumah Sakit Paru (RSP), dll.

    2. Laboratorium rujukan uji silang mikroskopis

    Laboratorium ini melaksanakan pemeriksaan mikroskopis BTA sepertipada laboratorium

    UPK ditambah dengan melakukan uji silang mikroskopis dari laboratorium UPK binaan

    dalam sistem jejaring.

    Laboratorium rujukan uji silang mempunyai sarana, pelaksana dan kemampuan yang

    memenuhi kriteria laboratorium rujukan uji silang mikroskopis.

    3. Laboratorium rujukan Provinsi

    Laboratorium ini melakukan pemeriksaan seperti laboratorium uji silang mikroskopis dan

    memberikan pelayanan pemeriksaan isolasi, identifikasi, uji kepekaan M. tb dari spesimen

    dahak.

    Laboratorium rujukan propinsi melakukan uji silang hasil pemeriksaan mikroskopis Lab

    rujukan uji silang

  • 8/13/2019 Ta Aryanti Ikm

    20/39

    20

    Laboratorium rujukan propinsi melakukan uji silang ke II jika terdapat kesenjangan antara

    hasil pemeriksaan mikroskopis Lab UPK dan laboratorium rujukan uji silang

    4. Laboratorium rujukan Regional.

    Laboratorium rujukan tingkat regional adalah laboratorium yang melakukan pemeriksaan

    kultur, identifikasi dan DST M.tb dan MOTT dari dahak dan bahan lain dan menjadi

    laboratorium rujukan untuk kultur dan DSTM.tbbagi laboratorium rujukan tingkat provinsi.

    Laboratorium rujukan regional secara rutin mengirim tes ujiprofisiensi kepada laboratorium

    rujukan provinsi

    5. Laboratorium rujukan Nasional.

    Laboratorium rujukan nasional melakukan pemeriksaan dan penelitian biomolekuler dan

    mampu melakukan pemeriksaan non konvensionallainnya, serta melakukan uji silang ke dua

    untuk pemeriksaan biakan.

    Mutu laboratorium rujukan nasional akan ditera oleh laboratorium rujukan supra nasional

    yang ditunjuk. Saat ini laboratorium supra nasional bagi laboratorium nasional Indonesia

    adalah laboratorium TB di Adelaide, Australia.

    2.13. Fungsi dan Peran Serta Tugas dan Tanggung Jawab Laboratorium Tuberkulosis

    a. Laboratorium Mikroskopis TB UPK

    1) Puskesmas Satelit (PS) dan UPK setara PS

    a) Fungsi : Melakukan pengambilan dahak, pembuatan sediaan dahak sampai fiksasi sediaan

    dahak untuk pemeriksaan TB.

    b) Peran : Memastikan semua tersangka pasien dan pasien TB dalam pengobatan diperiksa

    dahaknya sampai mendapatkan hasil pembacaan.

    c) Tugas : Mengambil dahak tersangka pasien TB, membuat sediaan dan fiksasi sediaan

    dahak pasien untuk keperluan diagnosis, dan untuk keperluan follow up pemeriksaan dahak

    dan merujuknya ke PRM.

    d) Tanggung jawab : Memastikan semua kegiatan laboratorium TB berjalan sesuai prosedur

    tetap, termasuk mutu kegiatan dan kelangsungan sarana yang diperlukan. Catatan : Bilamana

    perlu, dalam upaya meningkatkan akses pelayanan laboratorium kepada masyarakat, maka

    Puskesmas pembantu/Pustu dapat diberdayakan untuk melakukan fiksasi, dengan syarat harus

    telah mendapat pelatihan dalam hal pengambilan dahak, pembuatan sediaan dahak sampai

    fiksasi, dan keamanan dan keselamatan kerja. Pembinaan mutu pelayanan lab di pustu

    menjadi tanggung jawab PRM.

  • 8/13/2019 Ta Aryanti Ikm

    21/39

    21

    2) Puskesmas Rujukan Mikroskopis (PRM)/ Puskesmas Pelaksana Mandiri (PPM) dan

    UPK setara PRM/PPM

    a) Fungsi : Laboratorium rujukan dan atau pelaksana pemeriksaan mikroskopis dahak untuk

    tuberkulosis.

    b) Peran : Memastikan semua tersangka pasien dan pasien TB dalam pengobatan diperiksa

    dahaknya sampai diperoleh hasil.

    c) Tugas

    PPM: Mengambil dahak tersangka pasien TB untuk keperluan diagnosis dan follow up,

    sampai diperoleh hasil.

    PRM : Menerima rujukan pemeriksaan sediaan dahakdari PS. Mengambil dahak tersangka

    pasien TB yang berasal dari PRM setempat untuk keperluan diagnosis dan follow up, sampai

    diperoleh hasil.

    d) Tanggung jawab : Memastikan semua kegiatan laboratorium TB berjalan sesuai prosedur

    tetap, termasuk mutu kegiatan dan kelangsungan sarana yang diperlukan.

    b. Laboratorium Rujukan Uji Silang Mikroskopis

    a) Fungsi

    Laboratorium yang melakukan uji silang dari UPK setara PPM dan PRM dalam sistem

    jejaring laboratorium TB setempat.

    Melakukan pembinaan laboratorium sesuai jejaring.

    b) Peran

    Laboratorium mikroskopis TB.

    Laboratorium rujukan uji silang sesuai jejaringlaboratorium TB setempat.

    c) Tugas

    Melaksanakan kegiatan laboratorium mikroskopis TB.

    Melaksanakan uji silang mikroskopis TB sesuaijejaring.

    Melaksanakan pembinaan laboratorium TB, termasukEQAS sesuai jejaring.

    Mengikuti kegiatan EQAS yang diselenggarakan laboratorium rujukan TB provinsi sesuai

    jejaring.

    d) Tanggung jawab

    1. Memastikan semua kegiatan laboratorium TB berjalan sesuai prosedur tetap, termasuk

    mutu kegiatan dan kelangsungan sarana yang diperlukan.

    2. Memastikan kegiatan uji silang dilaksanakan sesuai program pengendalian TB.

    3. Memastikan pembinaan laboratorium TB dalam jejaring dilaksanakan sesuai program.

  • 8/13/2019 Ta Aryanti Ikm

    22/39

    22

    c. Laboratorium Rujukan Propinsi

    a) Fungsi Sebagai laboratorium rujukan TB tingkat provinsi.

    b) Peran

    Laboratorium uji silang mikroskopis untuk Lab rujukan uji silang

    Laboratorium yang melakukan uji silang kedua apabila terdapat ketidaksesuaian penilaian

    uji silang oleh lab rujukan uji silang dalam jejaringnya (2nd controller)

    Laboratorium yang melakukan pemeriksaan mikroskopis, Isolasi, identifikasi dan tes

    kepekaanM.TB dari dahak.

    Pembina laboratorium TB sesuai jejaring.

    c) Tugas

    Melakukan uji silang terhadap laboratorium sesuaijejaring.

    Melaksanakan pemeriksaan mikroskopis, isolasi, identifikasi kuman dan uji kepekaan

    (DST).

    Menyelenggarakan pembinaan Lab. TB berjenjang (EQAS dan pelatihan) bagi laboratorium

    TB sesuai jejaring.

    Mengikuti kegiatan EQAS Laboratorium TB yang diselenggarakan oleh laboratorium

    rujukan TB regional.

    Menyelenggarakan pelatihan bagi petugaslaboratorium UPK dan laboratorium rujukan uji

    silang.

    d) Tanggung jawab :

    Menentukan hasil akhir uji silang jika terjadiketidaksepahaman hasil antara lab rujukan uji

    silang dan lab mikroskopis TB UPK.

    Memastikan semua kegiatan sebagai laboratorium rujukan TB tingkat provinsi berjalan

    sesuai prosedur tetap, termasuk mutu kegiatan dan kelangsungan sarana yang diperlukan.

    Memastikan laboratorium TB uji silang yang menjadi tanggung jawabnya melaksanakan

    tanggung jawab mereka dengan baik dan benar

    2.14. Pemantapan Mutu Laboratorium Tuberkulosis

    Komponen pemantapan mutu terdiri dari 3 hal utama yaitu:

    1. Pemantapan Mutu Internal (PMI)

    2. Pemantapan Mutu Eksternal (PME)

    3. Peningkatan Mutu (Quality Improvement), terintegrasi dalam PMI dan

    PME.

  • 8/13/2019 Ta Aryanti Ikm

    23/39

    23

    1.Pemantapan Mutu Internal (PMI)

    PMI adalah kegiatan yang dilakukan dalam pengelolaan laboratorium TB untuk

    mencegah kesalahan pemeriksaan laboratorium dan mengawasi proses pemeriksaan

    laboratorium agar hasil pemeriksaan tepat dan benar.

    Tujuan PMI

    Mempertinggi kewaspadaan tenaga laboratorium agar tidak terjadi kesalahan pemeriksaan

    dan koreksi kesalahan dapat dilakukan segera

    Memastikan bahwa semua proses sejak persiapan pasien, pengambilan, penyimpanan,

    pengiriman, pengolahan contoh uji, pemeriksaan contoh uji, pencatatan dan pelaporan hasil

    dilakukan dengan benar.

    Mendeteksi keslahan, mengetahui sumber / penyebab dan mengoreksi dengan cepat dan

    tepat.

    Membantu peningkatan pelayanan pasien. Kegiatan ini harus meliputi setiap tahap

    pemeriksaan laboratorium yaitu tahap pra-analisis, analisis, pasca-analisis, dan harus

    dilakukan terus menerus. Beberapa hal yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan PMI yaitu :

    Tersedianya Prosedur Tetap (Protap) untuk seluruh proses kegiatan pemeriksaan

    laboratorium, misalnya :

    o Protap pengambilan dahak

    o Protap pembuatan sediaan dahak

    o Protap pewarnaan Ziehl Neelsen

    o Protap pemeriksaan Mikroskopis

    o Protap pengelolaan limbah

    o Protap pembuatan media

    o Protap inokulasi, dan sebagainya.

    Tersedianya Formulir /buku untuk pencatatan dan pelaporan kegiatan pemeriksaan

    laboratorium TB

    Tersedianya jadwal pemeliharaan/kalibrasi alat, audit internal, pelatihanpetugas

    Tersedianya sediaan kontrol (positip dan negatip) dan kuman kontrol.

    2. Pemantapan Mutu Eksternal (PME)

    PME laboratorium TB dilakukan secara berjenjang, karena itu penting sekali

    membentuk jejaring dan Tim laboratorium yang utuh dan aktif dikelola dengan baik. PME

    dalam jejaring ini harus berlangsung teratur/berkala dan berkesinambungan. Koordinasi PME

  • 8/13/2019 Ta Aryanti Ikm

    24/39

    24

    harus dilakukan secara bersama-sama oleh lab penyelenggara dengan dinas kesehatan

    setempat.

    Kegiatan PME harus secara berkala dievaluasi sehingga baik penyelenggara maupun

    peserta PME dalam jejaring mengetahui kondisi dan upaya perbaikan kinerja. Tim PME

    mengundang pihak-pihak yang terkait dalam kegiatan PMI diwilayahnya dalam pertemuan

    monev berkala, hal ini sangat berguna untuk meningkatkan kerjasama dan komitmen

    kelangsungan program PME

    .

    Perencanaan PME

    Melakukan koordinasi berdasarkan jejaring laboratorium TB

    Menentukan kriteria laboratorium penyelenggara

    Menentukan jenis kegiatan PME

    Penjadwalan pelaksanaan PME dengan mempertimbangkan beban kerja laboratorium

    penyelenggara

    Menentukan kriteria petugas yang terlibat dalam kegiatan PME

    Penilaian dan umpan balik.

    Pelaksanaan PME

    PME mikroskopis BTA dapat dilakukan melalui :

    Uji silang sediaan dahak.

    Yaitu pemeriksaan ulang sediaan dahak laboratorium UPK oleh laboratorium yang telah

    diberi wewenang melalui penilaian kemampuan yang dilakukan oleh petugas teknis yang

    berada pada jenjang tertinggi di wilayah jejaring laboratorium tersebut. Pengambilan sediaan

    untuk uji silang dilakukan dengan metode lot sampling. Untuk daerah yang belum

    menerapkan metode ini, masih tetap menerapkan metode pengambilan sebelumnya, yaitu

    10% sediaan BTA negatif dan seluruh sediaan BTA positif.

    Bimbingan teknis Laboratorium TB. Kegiatan ini dilaksanakan secara khusus untuk

    menjamin kualitas pemeriksaan laboratorium mikroskopis.

    Uji profisiensi/panel testing, kegiatan ini bertujuan untuk menilai kinerja petugas

    laboratorium TB tetapi hanya dilaksanakan apabila uji silang dan supervisi belum berjalan

    dengan memadai.

  • 8/13/2019 Ta Aryanti Ikm

    25/39

    25

    BAB III

    KONDISI NYATA DI PUSKESMAS DEMPO

    3.1. Wilayah

    Berdasarkan surat keputusan walikota palembang tahun 2001 wilayah kerja puskesmas

    dempo meliputi 8 kelurahan yaitu

    1.Kelurahan 13 ilir2.Kelurahan 14 ilir3.Kelurahan 15 ilir4.Kelurahan 16 ilir5.Kelurahan 17 ilir6.Kelurahan 18 ilir7.Kelurahan kepandean baru8.Kelurahan 20 ilir

    Batas wilayah:

    - Utara : kecamayan sekip jaya dan talang aman- Selatan : seberang ulu II dan sungai musi- Timur : Kecamatan ilir timur II- Barat : kecamatan ilir barat I

    Puskesmas dempo merupakan salah satu puskesmas induk di kecamatan ilir timu 1 yang

    mempunyai 3 puskesmas dan juga merupakan puskesmas koordinator untuk kecamatan ilir

    timur 1 dengan luas wilayah kerja 283,4 ha

    3.2. Letak Geografi

    Wilayah kerja puskesmas dempo terdiri dari dataran rendah dan sebagian kecil pinggiran

    sungai

    3.3. Transportasi

    Keberadaan yang strategis, dipusat kota dan terletak ditepi jalan raya, memungkinkan adanya

    kemudahan bagi masyarakat untuk menjangkau pelayanan kesehatan di puskesmas dempo.

    Jalan kolonel atmo dilalui beberapa jalur angkutan umum, sehingga memudahkan akses

  • 8/13/2019 Ta Aryanti Ikm

    26/39

    26

    transportasi, selain itu juga masyarakat juga dapat menjangkau dengan berjalan kaki ataupun

    dengan kendaraan pribadi.

    3.4. Saran Komunikasi

    Sejak bulan desember 2001 sudah menggunakan telepon dengan nomor 0711-358640 dan

    sejak tahun 2010 puskesmas dempo telah menggunakan jaringan internet speedy

    3.5. Keadaan Demografi

    Wilayah kerja Puskesmas dempo meliputi 8 kelurahan dengan jumlah penduduk 49.786

    jiwa.

    Tabel 3.1. Data demografi di wilayah kerja Puskesmas dempo

    No Deskripsi Nama kelurahan

    13

    ilir

    14

    ilir

    15

    Ilir

    16

    ilir

    17

    ilir

    18

    ilir

    20

    ilir

    KB jumlah

    1 Jumlah penduduk 5207 4729 7829 2402 5572 3786 17397 2857 49786

    2 Jumlah KK 855 904 2516 499 976 673 2793 679 9895

    3 Jumlah KK Gakin 470 709 328 93 115 223 505 67 2510

    4 Jumlah ibu bersalin 60 58 23 15 34 22 108 10 330

    5 Jumlah ibu

    menyusui

    60 58 23 15 34 22 108 10 330

    6 Jumlah ibu nifas 60 58 23 15 34 22 108 10 330

    7 Jumlah WUS 1154 1027 1698 516 1272 819 4125 656 112678 Jumlah peserta KB

    aktif

    349 446 599 126 539 257 927 246 3489

    9 Jumlah Bayi 58 53 20 16 20 17 72 6 262

    10 Jumlah Balita 341 350 140 90 113 158 616 69 1877

    11 Jumlah batita 211 233 108 77 84 124 507 48 1392

    12 Jumlah baduta 134 146 53 33 39 48 213 70 736

    13 Jumlah remaja 540 500 760 204 483 348 1543 266 4644

    14 Jumlah usila 1004 1012 2323 716 1608 1033 4172 894 12762

    15 Jumlah TK 1 0 3 0 4 1 5 1 15

    16 Jumlah madrasahibtidaiyah

    a.negri 1 1 2 0 0 0 0 0 4

    b.swata 0 0 3 0 4 0 3 1 11

    17 Jumlah SMU

    madrasah aliyah

    a.Negeri 0 0 0 0 1 0 1 0 2b.Swasta 0 0 2 0 2 0 2 0 6

    18 Jumlah SMU

    tsanawiyah

    a.negeri 0 0 0 0 1 0 0 0 1b.swasta 0 0 2 0 4 0 2 1 9

  • 8/13/2019 Ta Aryanti Ikm

    27/39

    27

    19 Jumlah perguruan

    tinggi swasta

    0 0 0 0 0 0 1 0 1

    20 Jumlah kantor 2 1 1 1 2 1 1 4 13

    21 Jumlah hotel 0 0 4 3 8 5 2 0 22

    22 Jumlah pasar 0 1 0 2 1 0 0 0 4

    23 Jumlah restoran 0 0 10 8 24 18 10 0 7024 Jumlah salon

    kecantikan

    0 0 5 0 5 2 0 0 12

    25 Jumlah masjid 1 1 2 1 2 1 2 1 11

    26 Jumlah mushola 1 1 1 0 1 0 1 0 5

    27 Jumlah gereja 0 0 0 0 1 2 2 0 5

    28 Jumlah pura 0 0 1 2 1 0 1 3 8

    29 Jumlah rumah 771 785 1110 413 583 599 2032 599 6892

    30 Jumlah rumah

    sehat

    100 150 70 10 37 18 220 22 627

    31 Jumlah jambansehat 524 423 1045 388 583 443 2037 599 6042

    32 Sumber air bersih

    PDAM

    433 3757 8417 2146 4045 3289 12985 2832 37904

    33 ASKIN 1893 2905 1398 303 465 1839 305 21 8329

    34 Jumlah panti pijat 0 0 0 0 4 0 0 0 4

    35 Jumlah RS.swasta 0 0 0 0 0 0 1 0 1

    36 Jumlah balai

    pengobatan

    1 0 0 0 2 0 0 0 3

    37 Jumlah praktek

    Dokter umum

    1 0 12 0 1 0 1 0 16

    38 Jumlah praktekdokter gigi

    0 0 4 2 3 0 4 0 13

    39 Jumlah praktek

    dokter bersama

    0 0 2 0 3 0 1 0 6

    40 Jumlah

    laboratorium

    kesehatan

    0 0 2 0 2 0 1 0 5

    41 Jumlah apotik 0 0 6 7 7 1 2 2 25

    42 Jumlah optik 0 0 0 2 8 4 0 0 14

    43 Jumlah toko obat 0 0 1 8 3 3 0 0 15

    Sumber: Profil Puskesmas Dempo Palembang, 2012

    3.6. Visi dan Misi Puskesmas

    VISI

    Mewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal diwilayah kerja

    MISI

    1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan lingkungan dengan pemberdayaan

    masyarakat untuk prilaku hidup bersih dan sehat

  • 8/13/2019 Ta Aryanti Ikm

    28/39

    28

    2. Meningkatkan profesionalisme provider

    3. Meningkatkan pelayanan kesehatan sesuai standar yang telah ditetapkan

    4. Meningkatkan kemitraan dengan semua pihak

    MOTO

    Melayani dengan ikhalas

    KEBIJAKAN MUTU

    Puskesmas dempo bertekad memberikan pelayanan kesehatan yang prima dan adil demi

    kepuasan pelanggan

    BUDAYA KERJA PUSKESMAS DEMPO

    I : Inovatif

    mampu menciptakan hal-hal baru dalam hal peningkatan mutu pelayanan

    K : koordinatif

    berkoordinasi kepada lintas program, lintas sektor dan kepada pelanggan

    H : Harmoni

    membina hubungan yang harmonis kepada sesama karyawan, mitra kerja dan pelanggan

    L : Loyal

    Loyal trhadap institusi, pimpinan dan pelanggan

    A : Adil

    memberikan pelayanan kesehatan yang merata tanpa membedakan status sosial, suku, ras

    serta agama

    S : Semangat

    semangat memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik dan semangat untuk bekerja

    3.7.Ketenagaan

    Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan sehari-harinya, Puskesmas Sei. Selincah

    dipimpin oleh seorang Pimpinan Puskesmas yang sejak 14 Juni 2005 dijabat oleh dr. Hj.

    Meiri Iryani, M.kes. yang dibantu oleh 2 orang dokter umum, 2 orang dokter gigi, 2 dokter

    spesialis, 9 orang perawat, 3 orang perawat gigi, 4 orang bidan, 2 orang asisten apoteker, 1

    orang pekarya, 3 orang sanitarian, dan 2 orang petugas gizi, 2 orang analis, 1 orang

    paramedis 13 ilir, dan 1 orang bidan pustu 13 ilir

    .

  • 8/13/2019 Ta Aryanti Ikm

    29/39

    29

    3.8.Fasilitas pelayanan lesehatan

    1.Pelayanan kesehatan ibu dan anak- Ibu hamil, nifas, menyusui- KB- Bayi dan balita (MTBS)

    2.Pelayanan pengobatan- Emergensi- Pengobatan umum- pengobatan gigi- konsultasi dokter spesialis- rujukan

    3.penyuluhan kesehatan- penyuluhan di puskesmas- penyuluhan di posyandu- penyuluhan di SD,SMP,SMU- penyuluhan di kelurahan

    4.pelayanan laboratorium- pemeriksaan urin rutin- pemeriksaan darah rutin- tes kehamilan- pemeriksaan DDR- pemeriksaan kimia darah- pemeriksaan dahak- pemeriksaan dll

    5.klinik sehat gilinganmasa. pelayanan gizi- pemberian vit.A dan garam beryodium- uji klinik garam beryodium- konsultasi balita BGM dan obesitas

    b. pelayanan imunisais- BCG- Polio- DPT- Hepatitis

  • 8/13/2019 Ta Aryanti Ikm

    30/39

    30

    - TT calon pengantin- Anti tetanus serumc. Pelayanan sanitasi- Memberikan konsultasi / penyuluhab penyakit akibat faktor lingkungan- Memberikan konsultasi tentang rumah sehat, jamban sehat dll

    6.Lain-lain- pelayanan pengobatan TBC dan paket DOTS (FDC)- pelayanan kesehatan lansia 1 bulan sekali- upaya kesehatan sekolah screening murid kelas 1 SD, SMP, SMU- pelaksanaa BIAS dilakukan 1 tahun sekali pada murid kelas 1 dan kelas 3 SD- pelayanan EKG- pelayanan USG- pelayanan laser gigi- klinik VCT

  • 8/13/2019 Ta Aryanti Ikm

    31/39

    31

    3.9. Struktur Organisasi

    Unit pendaftaran

    ellydar

    Pimpinan Puskesmas

    dr. Hj. Sri Mariawati

    Poli gigi

    drg.novi artati

    Poli KB

    Wiwin, AM.keb

    Unit laboratorium

    Lili aprianti

    Poli KIA/MTBS

    dr. Marlia refianti

    Unit gilinganmas

    Iriani, AMG

    Poli haji

    dr,marlia refianti

    Poli umum

    dr.fitrianti

    Kesehatan mata

    Yulis mawarni

    Kesehatan Olahraga

    Putri al-qurbanti

    Kesehatan gigi & mulut

    Mahani

    P2TM

    Hel ina

    Kesehatan Sekolah

    Mahani

    USILA

    Lessy susanti, Am.kep

    Gizi masyarakat

    Iriani, AMG

    KIA & KB

    Wiwik dwianti

    P2M

    Kartika sari

    PROMKES

    Lolita anggraini

    Ka. Sub. Bag Tata usaha

    drg. Novi artati

    Koord. Pelayanan Kes. Perorangan

    dr.marlia revianti

    Koord. Pelayanan Kes. Masy

    dr.fitrianti

    Pelayanan Kesehatan

    Pengembangan

    KESLING

    Lolita anggraini

    Pelayanan

    Kesehatan Wajib

    Unit obat

    Salvadora AMF

    Poli VCT dan IMS

    dr. Marlia refianti

    Kepala pustu 13 ilir

    Pinondang butar butar

    Manager Representative

    Drg.Novi Artati

    Sekretaris

    Merri Nurmala Sari, SKM

    Koor.Audit Internal

    dr. Marlia refianti

    Koor. Audit

    dr.Fitrianti

    Kepegawaian

    Nanang ferdinand

    Inventaris

    Ellen septaria

    Keuangan

    Dwi agustianingsih

    Pengobatan

    windriantoKesehatan kerja

    Dale romana

    Jiwa dan perkemas

    Yulis mawarni

    Poli PTM

    dr.fitrianti

  • 8/13/2019 Ta Aryanti Ikm

    32/39

    32

    BAB IV

    PEMBAHASAN

    4.1. Identifikasi Penyebab

    Penyebab masalah bisa berasal dari man, money, material, method. Dari pendekatan

    sistem di atas dapat ditelusuri hal - hal yang mungkin menyebabkan munculnya permasalahan

    pengetahuan dan keterampilan petugas laboratorium terhadap kepatuhan menerapkan standar

    operasional prosedur dalam pemeriksaan mikroskopis pasien TB paru dipuskesmas Dempo.

    Tabel 16. Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah pengetahuan dan keterampilan petugas

    laboratorium terhadap kepatuhan menerapkan standar operasional prosedur dalam

    pemeriksaan mikroskopis pasien TB paru

    INPUT KELEBIHAN KEKURANGAN

    Man Tersedianya tenaga kesehatan (dokter, bidan,perawat dan petugas laboratorium) dan

    koordinator program yang kompeten untuk

    mendeteksi penderita TB paru

    Tenaga kesehatan yang kompeten dalammelakukan pendeteksian TB paru tersebar

    merata, tidak hanya di puskesmas, tetapi juga

    di Posyandu, Pustu.

    Terdapat dokter yang memberikan pelayanankesehatan di balai pengobatan umum

    puskesmas

    Analis di laboratorium

    Kurang nya petugaslaboratorium dalam

    melakukan pemeriksaan

    BTA

    Pasien kurang kooperatifdalam mengeluarkan

    sputum

    Money Tersedianya dana dari Dinas Kesehatanprovinsi palembang untuk kasus TB Paru,

    mulai dari penemuan kasus, pemeriksaan

    sputum BTA, dan pengobatan

    Tersedianya dana yang cukup dari pemerintahpusat untuk laboratorium, pelatihan petugas

    kesehatan dan pengobatan TBC

    Tersedia Dana untuk penyuluhan mengenaiTBC

    Dana anggaran untukpelatihan kader tidak ada

  • 8/13/2019 Ta Aryanti Ikm

    33/39

    33

    Method Terdapat alur diagnosis TB paru dalampenjaringan suspek TB paru

    Adanya kegiatan aktif dari petugas kesehatanuntuk melakukan kegiatan kunjungan rumahdalam kegiatan pemeriksaan kontak 1 keluarga

    Sudah ada standar pengambilan dahakSudah ada standar mendeteksi TB paru di balaipengobatan umum.

    Adanya kerjasama dengan pihak swasta (dokterpraktik swasta, poliklinik swasta, dan bidan

    praktek swasta) dalam penjaringan TB Paru

    Pada saat Pengambilansputum pada pasien

    sering didapatkan hanya

    air liur

    Material Tersedianya posyandu, pustu, danPuskesmas yang merujuk pasien suspek TB

    paru ke puskesmas

    Tersedianya laboratorium sebagai saranauntuk pemeriksaan dahak pasien suspek TB

    paru

    Machine Tersedianya alat untuk melakukanpemeriksaan fisik (stetoskop)

    Tersedianya alatalat laboratorium untukmelakukan pemeriksaan sampel dahak (pot

    dahak, objek glass, pipet, reagen pewarna,

    lampu spiritus, mikroskop, dll)

    Tersedianya form laboratorium untukpencatatan hasil pemeriksaan laboratorium

    Tersedianya buku register pemeriksaanBTA.

    Formulir untuk pencatatan TB dengan BTApositif

    Keterlambatan dalampengiriman glas objek

    dari dinas kesehatan ke

    puskesmas

    Kurangnya poster danleaflet di tempat

    tempat umum untuk

    sosialisasi penyakit TB

    paru.

  • 8/13/2019 Ta Aryanti Ikm

    34/39

    34

    4.2. Prioritas Masalah

    Masalah yang mempunyai total angka tertinggi dari hasil penjumlahan yang akan

    menjadi prioritas masalah.

    Tabel 4.1 Penentuan Prioritas Penyebab Masalah

    4.3. Alternatif Penyelesaian Masalah

    Tabel 4.2 Alternatif Penyelesaian Masalah

    Prioritas masalahPrioritas Penyebab

    MasalahAlternatif Penyelesaian Masalah

    Belum tercapainya

    keberhasilan petugas

    laboratorium dalam

    menerapkan SOP dalam

    pemeriksaan

    mikroskopis pasien TB

    paru

    - Pada saat pengambilansputum pada pasien,

    sering didapatkan hanya

    air liur

    -Dilakukan pelatihan lebihkhusus pada petugas

    laboratorium agar tidak terjadi

    kesalahan lagi dalam

    pengambilan sputum pada

    pasien yang suspect TB paru

    No Aspek Masalah Urgensi Seriousness Growth Total

    1. Kurang nya petugas laboratorium

    dalam melakukan pemeriksaan BTA

    3 3 3 27

    2 Pasien kurang kooperatif dalam

    mengeluarkan sputum

    4 4 4 64

    3 Dana anggaran untuk pelatihan kader

    tidak ada

    2 2 2 8

    4 Pada saat pengambilan sputum pasien,

    sering didapatkan hanya air liur

    4 5 5 100

    5 Keterlambatan dalam pengiriman glas

    objek dari dinas kesehatan ke

    puskesmas

    3 2 2 12

    6 Kurangnya poster dan leaflet di tempat

    tempat umum untuk sosialisasi

    penyakit TB paru.

    2 2 2 12

  • 8/13/2019 Ta Aryanti Ikm

    35/39

    35

    4.4. Penyelesaian Masalah Terpilih

    Tabel 4.3 Penyelesaian Masalah Terpilih

    Dari tabel di atas untuk penyelesaian masalah terpilih bagi petugas laboratorium adalah

    Dilakukan pelatihan lebih khusus pada petugas laboratorium agar tidak terjadi kesalahan lagi

    dalam pengambilan sputum pada pasien yang suspect TB paru. Pemilihan penyelesaian

    masalah ini dianggap lebih efektif agar tidak terjadi kesalahn dalam mendiagnosis pasien

    yang diguda sucpect TB paru atau bukan. Penyelesaian masalah ini juga diharapkan memiliki

    dampak yang lebih baik dibandingkan penyelesaian masalah yang lainnya sehingga

    tercapainya target keberhasilan pengetahuan dan keterampilan petugas laboratorium dalam

    menerapkan standar operasional prosedur dalam pemeriksaan mikroskopis pasien TB paru

    Selain itu untuk mencari akar penyebab masalah dapat menggunakanFishbone diagram

    seperti tertera dalam gambar berikut.

    No. Alternatif Penyelesaian Masalah Urgensi Seriousness Growth Total

    1.-Dilakukan pelatihan lebih khususpada petugas laboratorium agar

    tidak terjadi kesalahan lagi dalam

    pengambilan sputum pada pasien

    yang suspect TB paru

    5 5 5 125

  • 8/13/2019 Ta Aryanti Ikm

    36/39

    36

    Gambar 4.1Fishbonediagram

    Manusia

    MetodeSarana

    Dana

    Belum

    tercapainya

    keberhasilan

    petugas

    laboratorium

    dalammenera kan

    Kurang nya petugaslaboratorium dalammelakukan pemeriksaan

    BTA

    Kurangnya poster dan leaflet

    di tempattempat umum

    untuk sosialisasi penyakit

    TB paru.

    - Pada saat pengambilansputum pada pasien, sering

    didapatkan hanya air liur

    Keterlambatan dalam

    pengiriman glas objek dari dinas

    kesehatan ke puskesmas

    Dana anggaran untuk

    pelatihan kader tidak

    ada

    Pasien kurang

    kooperatif dalam

    mengeluarkan sputum

  • 8/13/2019 Ta Aryanti Ikm

    37/39

    37

    BAB V

    PENUTUP

    5.1. Kesimpulan

    1.Cakupan Posyandu Dahlia masih rendah dibandingkan target.2.Penyebab rendahnya cakupan tersebut adalah kurangnya dukungan tokoh masyarakat dan

    belum dilaksanakannya kegiatan penyuluhan, konseling kesehatan gizi, serta pemberian

    PMT.

    3.Alternative penyelesaian masalahnya adalah meningkatkan cakupan denganmengikutsertakan tokoh masyarakat sebagai motivator serta lebih menggiatkan kader

    dalam mengelola kegiatan Posyandu terutama menyebarluaskan hari buka Posyandu dan

    penyuluhan tentang pentingnya kesehatan bayi dan Balita dalam masa pertumbuhan.

    4.Penyelesaian masalahnya adalah dengan meningkatkan cakupan dengan mengikutsertakantokoh masyarakat sebagai motivator serta lebih menggiatkan kader dalam mengelola

    kegiatan Posyandu terutama menyebarluaskan hari buka Posyandu.

    5.2. Saran

    Untuk tercapainya target keberhasilan Posyandu dinilai dari cakupan SKDN di wilayah kerja

    Posyandu Dahlia harus melakukan advokasi kepada tokoh masyarakat dan refreshingkader sehingga

    dapat memotivasi mereka untuk menjalankan tugasnya dengan baik.

    Dengan tercapainya target cakupan SKDN diharapkan petugas kesehatan dan masyarakat di

    lingkungan Posyandu dapat mengetahui pola pertumbuhan berat badan bayi dan balita di wilayah

    kerja Posyandu Dahlia.

  • 8/13/2019 Ta Aryanti Ikm

    38/39

    38

    LAMPIRAN

    Berdasarkan permasalahan yang ditemukan, harus ditetapkan satu prioritas masalah yaitu

    dengan menggunaka metode USG yang menggunakan pertimbangan beberapa aspek yaitu :

    (Depkes RI, 2006)

    1. Urgency (dilihat dari mendesak atau tidaknya masalah tersebut)2. Seriousness (tingkat keseriusan masalah)3. Growth (tingkat perkembangan masalah)

  • 8/13/2019 Ta Aryanti Ikm

    39/39

    U: Urgent

    (mendesak)

    Paling

    mendesak

    Sangat

    mendesakMendesak Biasa

    Tidak

    Mendesak

    5 4 3 2 1

    S : Serious

    (gawat)

    Fatal Sangatgawat

    Gawat Biasa TidakGawat

    5 4 3 2 1

    G : Growth

    (perkembangan)

    Sangat

    CepatCepat Agak Cepat Biasa Lambat

    5 4 3 2 1