buku panduan mengajar jilid ii dr. sri sundari se., m.m...
TRANSCRIPT
i
BUKU PANDUAN MENGAJAR JILID II
Dr. Sri Sundari SE., M.M
JILID II
GLOBAL LOGISTIK MANAJEMEN PRODUKSI
OUTSOURCING
UNIVERSITAS PERTAHANAN
Kawasan IPSC Sentul Bogor Indonesia 16730
ii
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta:
1) Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000.00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun da/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000.00 (lima miliar rupiah)
2) Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, mendengarkan, atau menjual kepada umum sauatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimakud pada ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000.00
(lima ratus juta rupiah)
iii
Pemilik Hak Cipta :
Dr. Sri Sundari, SE., M.M
Editor :
mobile : 08121976660
email : [email protected]
ISBN: 978-602-5808-35-7
vi + 187 hlm,; 18x21
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
UNIVERSITAS PERTAHANAN Bogor, 13 Juni 2019 Website : lib.idu.ac.id
Kawasan IPSC Sentul Bogor Indonesia 16730
iv
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat
Allah SWT atas perkenan-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan buku ini. Tanpa pertolongan
- Nya penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan
dengan baik.
Buku Panduan Mengajar Jilid II disusun
agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
salah satu materi kuliah, yang saya sajikan
berdasarkan dari berbagai sumber. Buku ini
disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan.
Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun
yang datang dari luar. Buku ini memuat tentang
Global Logistik, Manajemen Produksi, Outsourcing.
Semoga Buku Panduan Mengajar ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Buku Panduan Mengajar Jilid II ini masih
jauh dari kesempurnaan untuk itu penyusun mohon
untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.
Penyusun,
Dr. Sri Sundari,SE,MM
v
Kata Pengantar..................................................................... v
Daftar Isi................................................................................ vi
I Global Logistik......................................................... 1
A. Pendahuluan................................................................. 2
B. Sejarah Logistik............................................................ 10
C. Fungsi dan Aktivitas Logistik........................................ 20
D. Mengelola Logistik Global............................................. 21
E. Ruang Lingkup Logistik................................................. 22
F. Perkembangan Manajemen Logistik dan Manajemen
Rantai Pasokan.............................................................
23
G. Isu – Isu Masa Depan dalam Logistik Internasional...... 28
H. Perushaan Logistik Berada di Depan........................... 31
I. Bisnis Melalui Internet – Kapanpun, dimanapun.......... 33
J. Prediksi Optimis........................................................... 34
K. Pengolahan Fungsi-fungsi Logistik.............................. 35
L. Nilai – Nilai Perusahan................................................ 38
Daftar Pustaka ............................................................ 64
II Manajemen Produksi.................................................. 71
BAB I Pendahuluan...................................................... 72
A. Latar Belakang Masalah................................................ 72
B. Penjelasan..................................................................... 75
C. Flexibel Manufacturing ( lean production ).................... 88
D. Menampatkan Fasilitas Pabrik...................................... 93
vi
E. Pentingnya Manajemen Produksi................................. 95
BAB II Landasan Teori.................................................. 104
A. Pengertian Manajemen Produksi................................ 104
B. Tahapan Manajemen Produksi.................................... 106
C. Faktor - Faktor Manajemen Produksi........................... 108
D. Fungsi Manajemen Produksi........................................ 114
E. Sistem Produksi........................................................... 117
F. Persediaan ( Inventory )............................................... 120
G. Tenaga Kerja................................................................ 120
H. Kualitas Produksi.......................................................... 121
I. Mutu Produksi atau Jasa............................................... 121
J. Pengambilan Keputusan Dalam Manajemen
Produksi..
123
K. Tenaga Kerja................................................................. 125
L. Mutu / Kualitas............................................................... 126
M. Ruang Lingkup Manajamen Produksi........................... 126
N. Lokasi dan Layout Pabrik............................................ 128
BAB III Kesimpulan dan Saran..................................... 131
A. Kesimpulan................................................................... 131
B. Saran............................................................................ 136
Daftar Pustaka.............................................................. 137
vii
III. OUTSOURCING........................................................... 140
BAB I Pendahuluan....................................................... 141
1.1 Latar Belakang.............................................................. 141
BAB II Landasan Teori.................................................. 148
2.1 Pengertian..................................................................... 148
2.2 Jenis – jenis Outsourcing............................................. 149
BAB III Tinjauan Umu Tentang Outsourcing................ 151
A. Sejarah Outsourcing..................................................... 151
B. Pengertian dan Tujuan Outsourcing............................. 155
C. Tipe-TipeOutsourcing.................................................... 160
D. Sumber Hukum Outsourcing......................................... 164
E. Alasan - Alasan Melakukan Outsourcing...................... 174
Daftar Pustaka.............................................................. 184
Riwayat Penulis............................................................ 186
1
I. GLOBAL LOGISTIK
2
GLOBAL LOGISTIK
A. PENDAHULUAN
Indonesia setidaknya memiliki tujuh masalah
dalam hal logistik nasionalnya. Tanpa perbaikan
dalam sistem logistik nasional, potensi Indonesia
sebagai Negara yang memiliki kekuatan di dua sisi
ekonomi, baik sisi permintaan maupun sisi
penawaran, akan terus bermasalah. Mengapa
logistik penting dalam ekonomi? Transaksi dalam
ekonomi menawarkan lima kegunaan utama, yaitu :
lokasi, waktu, jumlah, bentuk, dan kepemilikan.
Logistik memegang peranan penting dalam
penentuan daya saing suatu organisasi. Daya
saing dapat dilihat dari dua dimensi yaitu
keunggulan nilai (pelanggan bukan membeli produk
tetapi membeli nilai) dan keunggulan biaya (setiap
kegiatan memerlukan biaya). Pemecahan masalah
logistik memerlukan pendekatan antar disiplin.
Secara umum, masalah yang dihadapi perusahaan
3
dalam distribusi logistik adalah waktu produksi,
lokasi persediaan, dan penempatan gudang untuk
pelanggan. Distribusi dan logistik yang mendunia
telah memainkan peranan penting dalam
pertumbuhan dan perkembangan perdagangan
dunia. Terlebih lagi persaingan bisnis yang
semakin ketat di era globalisasi ini menuntut
perusahaan untuk menyusun kembali strategi dan
taktik bisnisnya khususnya dari segi distribusi dan
logistik. Esensi dari sebuah persaingan adalah
terletak dari bagaimana sebuah perusahaan dapat
mengimplementasikan proses-proses dari
penciptaan produk atau jasa yang lebih murah,
memiliki mutu lebih baik, dan lebih cepat untuk
memperolehnya (cheaper, better and faster)
dibandingkan pesaing bisnisnya.
Global logistik merupakan suatu disain dan
pengelolaan dari suatu sistem yang mengarahkan
dan mengontrol aliran dari bahan ‘menuju-melalui-
4
keluar’ dari perusahaan dengan melintasi batas-
batas negara dalam upaya mencapai tujuan
perusahaan yaitu meminimumkan biaya total
(Soebijantoro,1999;p.3). Logistik melibatkan
integrasi informasi, transportasi, persediaan,
pergudangan, penanganan material, kemasan, dan
keamanan. Oleh karena itu logistik memerlukan
sebuah pengelolaan yang terintegrasi dari
beberapa proses distribusi yang ada mulai dari
aktifitas yang melibatkan perpindahan fisik bahan
mentah sampai dengan perpindahan barang jadi
dari tempat produksi ke tempat konsumen (Donald
F. Wood et al 2002, dalam Cateora,Graham 2007,
p.188). Logistik dianggap sebagai suatu proses
yang sangat penting, karena dengan pengelolaan
yang efektif dan efisien akan menjadi salah satu
sumber keunggulan kompetitif yang dapat
diciptakan oleh perusahaan. Pada umumnya,
kemacetan dalam mendistribusikan barang-barang
dan jasa-jasa akan banyak menimbulkan kesulitaan
5
baik dipihak konsumen maupun produsen.
Kesulitan yang akan terjadi di pihak produsen
meliputi terganggunya penerimaan penjualan
sehingga target penjualan yang telah di tentukan
tidak dapat terpenuhi. Hal ini akan menyebabkan
arus pendapatan yang dibutuhkan oleh perusahaan
untuk melangsungkan kontinuitasnya tidak dapat
diharapkan. Sedangkan kesulitan yang akan timbul
di pihak konsumen akan menyebabkan tendensi
harga yang meningkat. Tendensi harga yang
meningkat terjadi akibat berkurangnya barang yang
ditawarkan di pasar.
Logistik secara terus menerus mengalami
tantangan baru dan sekarang ini berubah lebih
cepat daripada masa-masa sebelumnya.
Barangkali perubahan yang paling tampak adalah
meningkatnya pemanfaatan teknologi. Beberapa
diantaranya langsung tampak dalam pergerakan
barang, misalnya identifikasi paket secara
6
elektronik, penjejakan truk troli lewat satelit dan
system pemanduan otomatis. Selain itu
perdagangan secara elektronik menjadi jauh lebih
canggih dan tersebar luas. Menjamurnya e-mail
diikuti dengan segala macam e-business, e-
commerce dan sebagainya memberikan manfaat
yang efisien bagi transformasi informasi terutama
untuk pembelian yang kemudian berkembang
menjadi e-purchasing dan e-procurement. Selain itu
adanya tuntutan dalam memperbaiki pelayanan
kepada pelanggan dimana pelanggan menuntut
kualitas yang lebih tinggi, biaya yang lebih rendah,
dan pelayanan yang lebih baik dengan
meningkatkan tingkat pelayanan melalui
pengurangan lead time yaitu waktu total dari
pemesanan material, pengiriman dan sampai
barang tersedia untuk digunakan tetapi dengan
biaya atau harga serendah mungkin. Sehingga
perusahaan untuk menghadapi tuntutan tersebut
semaksimal mungkin menjadikan biaya logistik
7
serendah mungkin dengan lead time sedapat
mungkin mendekati nol. Selain itu kecenderungan
lainnya adalah globalisasi. Dengan meningkatnya
komunikasi dan makin baiknya pengangkutan
berarti bahwa jarak fisik menjadi kurang signifikan,
sehingga perusahaan khususnya bagi perusahaan
yang bergerak dalam multinational company harus
memperhatikan kecenderungan di pasar global
agar dapat bersaing dengan perusahaan-
perusahaan lain karena dengan terbukanya pasar
global mengakibatkan kompetisi makin keras dan
perusahaan harus melihat setiap peluang agar
tetap kompetitif. Selain itu terdapat perubahan
kekuatan dalam rantai pasokan yang
mengakibatkan perusahaan-perusahaan yang
bergerak dalam multinational company
mensyaratkan logistik yang sesuai dengan pesanan
dari para pemasok.
8
Kecenderungan lain yang terjadi bagi
perusahaan multinasional adalah mendirikan lokasi
produksi yang berbiaya rendah dengan logistik
yang efisien sehingga mendorong harga jual
produk yang rendah. Selain itu perusahaan
multinasional juga memanfaatkan sedikit pemasok
dan mengembangkan hubungan jangka panjang
dengan pemasok yang terbaik dan juga
memanfaatkan pihak ketiga atau Outsourcing untuk
mengambil alih sebagian atau keseluruhan logistik
mereka agar perusahaan leluasa berkonsentrasi
pada kegiatan intinya. Tetapi terlepas dari
kecenderungan-kecenderungan diatas, faktor-faktor
yang mendorong suatu perusahaan khususnya
perusahaan multinasional memperbaiki sistim
logistik mereka adalah adanya tuntutan
penghematan, karena pada tahun 1970an sampai
1980an berdasarkan survey yang dilakukan para
peneliti menunjukkan bahwa logistik dikenal
sebagai fungsi yang berbiaya tinggi sehingga pada
9
tahun 1990an terjadi dorongan untuk memperbaiki
logistik. Selain tuntutan penghematan, dorongan
atau tekanan-tekanan lain yang harus diperhatikan
perusahaan khususnya perusahaan multinasional
yaitu bagaimana aktivitas-aktivitas yang terkait
dalam logistik perusahaan dapat dikelola dengan
lebih terintegrasi sehingga meminimalisir sejumlah
masalah yang diakibatkan pengelolaan aktivitas-
aktivitas logistik secara terpisah seperti adanya
perbedaan kepentingan pada departemen-
departemen yang mengelola masing-masing
aktivitas-aktivitas logistik seperti departemen
pembelian, departemen transportasi, pergudangan.
armada distribusi, dan sebagainya, dimana bagian
pembelian mungkin mencari pemasok yang paling
andal, bagian pengendalian persediaan mencari
biaya unit yang rendah, bagian pengelolaan
material berupaya mendapatkan cara penanganan
yang mudah, bagian transport berupaya agar setiap
kendaraan memuat secara penuh dan sebagainya.
10
Masing-masing departemen akan menilai
kinerjanya menurut tujuan yang ingin dicapai
masing - masing departemen sehingga
permasalahan akan timbul jika tujuan-tujuan dari
masing-masing departemen mengalami konflik.
Sudah dapat dipastikan jika fungsi logistik di pisah-
pisah, masalah pasti akan muncul karena tiap
bagian akan bergerak kearah yang berbeda dan
akan ada duplikasi upaya serta sumber daya yang
terbuang. Selain itu fungsi logistik yang
dilaksanakan terpisah akan menyulitkan dalam
koordinasi arus informasi, mengakibatkan
ketidakpastian, terjadinya penundaan dan
ketidakefisienan yang pada akhirnya
mengakibatkan terlambatnya pengiriman, order
darurat, ekspedisi dan kekurangan.
11
B. Sejarah Logistik
Secara historis terminology logistik sudah
dikenal sangat lama terutama sekali dalam bidang
militer. Logistik berasal dari bahasa Yunani "Logos"
yang berarti rangsum, kata, kalkulasi, alasan, cara
berbicara, dan orasi. Dalam sejarah Yunani dan
Romawi kuno, istilah logistik digunakan sebagai
pasokan senjata bagi para prajurit yang bertempur,
yang berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya.
Pada abad XIX logistik dalam militer disebut
sebagai seni menggabungkan semua sarana
transportasi, revictualling dan melindungi pasukan.
Pasukan Romawi kuno dalam berperang
selalu berpindah dari satu daerah ke daerah lain
untuk menuntaskan ambisi Julius Caesar dalam
menguasai dunia. Untuk itulah diperlukan tenaga
logistik yang handal, atau yang dahulu disebut
sebagai "Logistikas". Tim logistikas bertugas untuk
memberikan pasokan atau supply kepada prajurit
12
yang bertempur. Istilah ini kemudian digunakan
oleh militer modern dalam melakukan supply untuk
keadaan perang, mulai dari informasi, transportasi,
senjata, bahan makan, dan masih banyak lagi.
Saat ini logistik sudah diterapkan bukan hanya
pada bidang militer saja tetapi juga pada bidang
usaha atau bisnis. Pada dasarnya tujuan utama
penerapan konsep logistik pada bidang usaha atau
bisnis adalah untuk meningkatkan nilai produk dan
jasa untuk para pelanggan melalui penyediaan
pelayanan dan kualitas terbaik dengan inventory
carrying cost yang lebih. Rendah (Wisner,2003
dalam Panduan dan Direktori Logistik
Indonesia;2011,p.21). Dengan demikian konsepsi
logistik menekankan pentingnya end-to end
process business control secara efisien yang dalam
terminilogi logistik dikenal sebagai managing nodes
and links (Bowessox,2007;Chopra,2007;Ling
li,2007; Li,2002; Power,2005 dalam Nofrisel, 2011;
13
Panduan dan Direktori logistik Indonesia; p.22).
Nodes direfleksikan oleh warehouse atau
distribution center dalam berbagai bentuk
sedangkan links direfleksikan oleh intermodal
transportation system dengan segala tipe alat
transportasinya (ships, train, pipeline,water, lane
and plane).
Evolusi pemikiran tentang logistik
didasarkan atas bagaimana melakukan
pengelolaan yang paling efektif dan efisien atas
pendistribusian barang dari produsen sampai ke
konsumen akhir dengan perkembangan orientasi
pentahapan berupa (H esse dan Rodrique ; 2004
dalam Panduan dan direktori logistik
Indonesia,2011; p.22): 1) Tahun 1950an, workplace
logistics; 2) Tahun 1960an, facility logistics; 3)
Tahun 1970an, corporate logistics; 4) Tahun
1980an, Supply chain logistics; 5) Tahun 1990an,
14
Global logistics; 6) Tahun 2000an, Supply chain
management.
3. Beberapa Definisi logistik menurut para ahli :
Penulis(tahun;Halaman) Kutipan Definisi
Christopher,Martin, 2011
,p.2
Logistics is the process of
strategically managing the
procurement, movement and
storage of materials, parts
and finished inventory (and
the related information flows)
through the organisation and
its marketing channels in
such a way that current and
future profitability are
maximised through the cost-
effective fulfilment of orders.
Logistik adalah sebuah
proses strategis dalam
mengelola pengadaan,
perpindahan penyimpanan
15
bahan, suku cadang dan
persediaan barang jadi (dan
arus informasi yang terkait)
melalui organisasi dan
saluran pemasaran sehingga
menciptakan profitabilitas
yang maksimal pada masa
sekarang dan masa depan
melalui efektifitas biaya dalam
hal pemenuhan pesanan.
Alan Rushton and Steve
Walker,2007; p.4;
Logistics can be defined as
the process of planning,
implementing and managing
the movement and storage of
raw materials, wor k-in-
progress inventory, finished
goods and the associated
information from the point of
origin to the point of
consumption.
Logistik dapat di definisikan
sebagai sebuah proses dari
implementasi pengelolaan
dari perpindahan dan
penyimpanan bahan mentah,
barang setengah jadi sampai
16
dengan barang jadi dan
terkait informasi dari titik
asal ke titik konsumsi.
Japan Institute of logistics
systems; 2006; p.2
Logistics is the management
which synchronizes such
providing actions as
procurement, production,
sales, and distribution with
demands. It aims to enhance
corporate competitiveness
and increase corporate value
by realizing fulfillment
of customers satisfacti-
on, cutbackof unprofitable
inventory and minimization of
its transfer, and mreduction of
supply costs.
Logistik adalah pengelolaan
yang mensinkronisasikan
aktivitas-aktivitas seperti
pengadaan. mewujudkan de
ngan pemenuhan kepuasan
Pelanggan, pengurangan
17
persediaan.
Hirdini
M.SE.MM;2008;p.1
Logistik Global adalah
sebuah system desain dan
manajemen yang secara
langsung mengendaalikan
aliran material kedalam dan
keluar perusahaan lintas
batas nasional, untuk
mencapai tujuan perusahaan
dengan biaya total minimum.
Logistik global meliputi
manajemen material dan
distribusi fisik.
Henry
Simamora,2000;p.13
Perusahaan Multinasional
(Multinational Corporation)
adalah perusahaan yang
memproduksi memasarkan
barang atau jasa di beberapa
Negara dengan memiliki
sejumlah pabrik di luar negeri
dan memasarkan produknya
melalui jaringan besar anak
perusahaan yang dimiliki
sepenuhnya.
18
Logistik berarti gerakan terorganisir dari
barang, jasa dan kadang-kadang orang. Dalam
perdagangan, logistik menangani gerakan fisik
antara satu atau lebih peserta dalam rantai
pasokan. Aplikasi logistik memungkinkan efisiensi
yang lebih besar dari setiap pilihan-pilihan yang
tepat dari mode, terminal, rute dan penjadwalan
pada distribusi barang atau jasa. Tujuan yang
tersirat dari logistik adalah untuk membuat barang
yang tersedia, bahan baku dan komoditas,
memenuhi empat persyaratan utama yaitu
(Rodrigue, J-P et al.(2009) The Geography of
Transport Systems, Hofstra University, Department
of Global Studies & Geography)
1) Pemenuhan order : menyiratkan bahwa
transaksi antara pemasok dan pelanggan
agar pelanggan merasa puas dengan
produk tertentu adalah jika order dapat
19
dipenuhi atau disediakan dalam jumlah
yang disepakati.
2) Pemenuhan Pengiriman: Pengiriman
barang juga harus disampaikan di lokasi
yang tepat dan pada waktu yang
tepat. Dimana keduanya melibatkan
penjadwalan kegiatan distribusi,
transportasi dan pengiriman.
3) Pemenuhan kualitas : Order harus
diberikan utuh (dalam kondisi baik),
menyiratkan bahwa setiap bentuk
kerusakan harus dihindari selama
transportasi dan pengiriman. Hal ini
sangat penting untuk produk-produk yang
rapuh, rusak atau sensitif terhadap
fluktuasi suhu.
4) Biaya pemenuhan : Biaya akhir urutan,
termasuk biaya produksi dan distribusi,
harus kompetitif. Jika tidak, opsi lain akan
dipertimbangkan.
20
Logistik adalah multidimensi yang
memberikan nilai tambah pada kegiatan produksi,
waktu, lokasi, dan kontrol elemen dari rantai suplai.
Kegiatan dari logistik ini meliputi distribusi
fisik; segmen transportasi diasal, dan manajemen
material; segmen transportasi diinduksi. Logistik
dan manajemen rantai pasokan dapat
menyediakan banyak cara untuk
meningkatkanefisiensi danproduktivitas dankarenan
ya memberikan kontribusi signifikan terhadap
mengurangi biaya perunit (Martin
Christopher;2011;p.6).
Pengintegrasian secara optimal dari proses-
proses logistik di dalam perusahaan Multinasional
tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan efisiensi,
efektifitas dan mutu internal semata tetapi lebih
jauh lagi menciptakan suatu keunggulan kompetitif
bagi perusahaan. Disamping itu perusahaan
multinasional yang ingin bersaing dalam bisnis
21
global harus memperhatikan strategi bisnis
internasional apakah perusahaan akan mengejar
biaya rendah, diferensiasi atau pasar niche dengan
menetapkan bagaimana produk, pasar dan dasar
persaingan akan di tangani melintasi negara-
negara yang berbeda. Secara Konseptual integrasi
dari fungsi-fungsi logisik sudah ada pada awal
tahun1970-an, walaupun dalam prakteknya tidak
banyak perusahaan mampu membangun sebuah
integrasi fungsi-fungsi logistik untuk memperoleh
competitive advantage secara efektif. ( Brian F.
O’neil dan Jon L. iveson,1991).
Untuk sukses dalam lingkungan bisnis yang
kompetitif saat ini, sebagian besar perusahaan
melihat sejauh mana perusahaan mampu
mengintegrasikan lintas batas-batas fungsional
untuk menghasilkan layanan terbaik bagi customer
(Remko Van Hoek,Alexander E. Ellinger,et.al,
2008).
22
C. Fungsi dan Aktivitas Logistik
Fungsi dan aktivitas logistik pada dasarnya
mencakup (Ganeshan et al,1999;Johnson and
Pyke,2000) : Location, transportations and logistics,
Inventory and forecasting, Marketing and channel
restructuring, sourcing and supplier management,
Information and electronic mediated environments,
Product design and new product introduction,
Service and aftersales support, reserve logistics
and green issues, Outsourcing and strategic
alliancies, Metrics and incentives, Global issues.
Dengan pengertian Lokasi, transportasi dan
logistik, Inventarisasi dan peramalan, Pemasaran
dan restrukturisasi saluran, manajemen sumber
dan pemasok, Informasi dan lingkungan termediasi
elektronik, Desain produk dan pengenalan produk
baru, Dukungan layanan dan penjualan setelah
penjualan, logistik cadangan dan masalah hijau,
23
Aliansi outsourcing dan strategis, Metrik dan
insentif, masalah global.
D. Mengelola Logistik Global
Dalam mengelola logistik global, manajemen
logistik harus merencanakan tanggapan terhadap
perubahan yang terjadi. Faktor-faktor yang
memberikan kontribusi dalam meningkatkan
kompleksitas dan biaya logistik global sebagai
pembanding dengan logistik domestic adalah :
1) Jarak, Logistik Global membutuhkan
transportasi yang lebih teratur untuk
komponen, supplies dan produk akhir
dibanding logistik akhir.
2) Fluktuasi nilai tukar mata uang sehubungan
dengan variasi mata uang dalam logistik global
perusahaan harus menyesuaikan
perencanaannya terhadap keberadaan mata
uang dan perubahan dalam tingkat nilai tukar.
24
3) Perantara asing, penambahan partisipasi
perantara dalam proses logistik global karena
kebutuhan negosiasi terhadap batas regulasi
Negara dan persetujuan dengan staf
pemerintah local dan distributor.
4) Regulasi, yang dibuat oleh pemerintah
memberikan pengaruh terhadap peningkatan
aktifitas ekspor impor.
5) Keamanan, dimana masalah keamanan
menjadi penting bagi eksportir dalam mengirim
produk ke luar negeri. Untuk itu perusahaan
harus menanggung biaya transportasi yang
meningkat karena biaya asuransi yang
meningkat sehubungan dengan masalah
keamanan.
E. Ruang Lingkup Logistik
Ruang lingkup logistik mencakup seluruh
perusahaan, dari manajemen bahan baku sampai
ke pengiriman produk akhir dimana lingkup Logistik
25
terdiri atas pemrosesan order, pengendalian
inventory, pembelian, pergudangan dan
distribusi/transportasi.
Inti dari logistik adalah konsep integrasi
yang berusaha mengembangkan seluruh system
perusahaan. Logistik ini merupakan perencanaan
fundamental untuk menciptakan kerangka strategi
manufaktur dan perencanaan melalui
penerjemahan kebutuhan pasar yang pada
gilirannya menghubungkannya kedalam strategi
dan perencanaan pengadaan. Idealnya dalam
logistik harus ada satu rencana mentalitas dalam
bisis yang berusaha menggantikan strategi
konvensional yang tidak terintegrasi antara rencana
pemasaran, produksi, distribusi dan pengadaan
dan ini merupakan misi dari manajemen logistik.
26
F. Perkembangan Manajemen Logistik dan
Manajemen Rantai Pasokan (Supply Chain
Management)
Perkembangan Logistik dan konsep Supply
Chain merupakan kolaborasi yang saling mengisi
satu sama lainnya. Konsep Supply Chain yang
relatif baru merupakan perpanjangan dari konsep
logistik. Hanya saja manajemen logistik lebih
terfokus pada pengaturan aliran barang di dalam
suatu perusahaan atau instansi, sedangkan
manajemen Supply Chain menganggap pengaturan
secara internal tidaklah cukup. Integrasi harus
dicapai untuk seluruh mata rantai pengadaan
barang mulai dari yang paling hulu sampai ke yang
paling hilir atau sampai kepada pelanggan terakhir.
Perkembangan-perkembangan terbaru
dalam Supply Chain Management terus
bermunculan dan menjadi competitive advantage.
Supply Chain Management adalah kebutuhan
27
untuk melakukan koordinasi rencana-rencana kerja
antar pihak-pihak yang berbeda organisasi. Banyak
organisasi yang gagal mengimplementasikan
Supply Chain Management karena
ketidakmampuannya melakukan koordinasi antar-
organisasi. Konsep Supply Chain Management
didasarkan pada teori kontrol, di mana aliran
material/produk akan optimal apabila dikontrol dari
satu titik. Sejalan dengan konsep ini, Supply Chain
Management merekomendasikan bahwa aliran
material/produk hendaknya dikendalikan oleh satu
pihak atau channel dalam Supply Chain dan semua
channel yang lain mengikuti dan mendukung
dengan memberikan informasi yang diperlukan.
Tidak semua kebutuhan pelanggan dan
produk dipertimbangkan ketika mengukur kinerja
Supply Chain. Pendekatan menyeluruh
memungkinkan perusahaan untuk berfokus pada
segmen utamanya dan menentukan target kinerja
28
Supply Chain sehingga dapat dicapai perubahan
berarti pada kinerja Supply Chain. Banyak
perusahaan terkemuka telah menggunakan
pendekatan ini untuk memperoleh manfaat utama
dari desain ulang strategi Supply Chain sekarang
adalah waktunya untuk memperoleh manfaat lebih
melalui pendekatan serupa.
Manajemen Supply Chain adalah sebuah
proses di mana produk diciptakan dan disampaikan
kepada konsumen dari sudut struktural. Sebuah
Supply Chain (rantai suplai) merujuk kepada
jaringan yang rumit dari hubungan di mana
organisasi mempertahankan dengan rekan
bisnisnya untuk mendapatkan sumber produksi dan
menyampaikan kepada konsumen.
Tujuan yang hendak dicapai dari setiap
Supply Chain adalah untuk memaksimalkan nilai
yang dihasilkan secara keseluruhan. Supply Chain
29
yang terintegrasi akan meningkatkan keseluruhan
nilai yang dihasilkan oleh rantai suplai tersebut.
Beberapa teknik yang biasa digunakan
dalam memenuhi pasokan barang antara lain
sebagai berikut.
1) System Material requirements planning
(MRP) adalah program yang berdasar
kepada program dasar perencanaan dan
sistem kontrol logistikyang digunakan untuk
mengatur proses manufaktur.
2). Just In Time (JIT) adalah sistem manajemen
yang menyediakan barang sesuai dengan yang
dibutuhkan, jumlah, kualitas, dan pada waktu
yang tepat ( Quantity, Quality, Time Delivery ).
JIT merupakan sistem manajemen pabrikasi
yang bertumpu pada usaha peningkatan
efisiensi secara berkesinambungan sehingga
pabrik hanya menyediakan jenis barang yang
30
diminta, sejumlah yang diperlukan dan saat
yang dibutuhkan oleh konsumen.
3). Sistem Kanban adalah sistem sinyal. Seperti
namanya, kanban menggunakan kartu untuk
mengirimkan sinyal tentang apa yang
dibutuhkan. Alternatif lain, seperti
menggunakan pembuat plastik atau bola
(biasanya bola golf) dapat langsung digunakan
untuk bergerak cepat, memproduksi atau
mengirimkan barang ke toko. Kanban diatur
sehingga hanya dapat melayani beberapa hal
yang dibutuhkan oleh pelanggan (biasanya
satu). Pada saat operator memulai pekerjaan,
dia mengambil bahan dari kanban yang masuk,
lalu memberitahukan kepada supplier apa yang
dibutuhkan. Kanban secara berkala
mengetahui barang apa yang telah "ditarik".
Perkiraan jumlah tidaklah berlaku dalam sistem
kanban. Hal ini berlawanan dari sistem
31
tradisional yang "mendorong" filosofi
pembuatan, yang semuanya dibuat
berdasarkan perkiraan kebutuhan.
4). Supplier Product Integration (SPI),
mengandalkan kehandalan dari komponen
dibandingkan dengan komponen sendiri. SPI
pada dasarnya focus kepada outsourcing
produksi dari kumpulan, sebagaimana Supply
Chain Management memfokuskan pada
outsourcing barang selama perawatan,
kerusakan, dan pengoperasian komponen.
G. Isu-Isu Masa Depan dalam Logistik
Internasional.
Deutsche Post DHL telah mempublikasikan
sebuah studi baru, "Delivering Tomorrow -
Customer Needs in 2020 and Beyond. (delivering
tomorrow Customer Needs in 2020 and Beyond A
Global Delphi Study; Deutsche Post AG,
32
Headquarters; Edition June 2009). Riset ini
memuat sejumlah pendapat dan analisis pakar
yang diperoleh dari 900 responden internasional,
termasuk CEO dari berbagai perusahaan
multinasional terkemuka dan ilmuwan, mengenai
isu-isu seperti globalisasi, ekonomi, teknologi,
logistik, lingkungan hidup serta masyarakat. Studi
ini menunjukkan tren dalam bidang-bidang tersebut
sampai dengan tahun 2020 dan seterusnya, yang
juga berfungsi sebagai pedoman untuk strategi
bisnis di masa depan.
Isi laporan tersebut mencakup revolusi
produk ramah lingkungan, transformasi teknologi
terhadap kebiasaan dan ekspektasi pelanggan
yang luas, didorong oleh teknologi; serta
kemunculan Cina sebagai pemimpin ekonomi dan
teknologi. Studi tersebut menunjukkan perbedaan
yang menarik dari beberapa negara, dengan
membandingkan tren yang disampaikan oleh
33
responden dari Asia dengan yang disampaikan
oleh responden dari negara Barat. Banyak
responden, tanpa menghubungkan dengan
asalnya, mengemukakan hipotesis ketertarikan
tertentu pada perusahaan dan individu di Asia.
Hasil studi menunjukkan bahwa isu seperti
keberlanjutan, pendidikan dan tanggung jawab
sosial akan semakin penting bagi perusahaan di
masa depan. Dengan adanya program seperti
GoGreen dan Teach First yang diimplementasikan
sekarang ini.
Deutsche Post DHL, pada presentasi studi di
Forum Dunia di Stockholm. Riset dan analisis untuk
studi "Delivering Tomorrow - Customer Needs in
2020 and Beyond" yang dilaksanakan pada Juni
2008 - Januari 2009. Menampilkan 81 tesis tentang
masa depan yang disusun dan kemudian akhirnya
dibahas oleh para peserta yang berjumlah 900
orang dari seluruh penjuru dunia, termasuk CEO
34
dari berbagai perusahaan internasional terkemuka
dan ilmuwan dari bidang ekonomi, futurology, dan
logistik serta pakar yang dihadirkan oleh pelanggan
terpilih dari berbagai sektor dengan diberikan
kuesioner komprehensif untuk evaluasi. Studi
tersebut memanfaatkan metodologi Delphi, yang
telah digunakan sejak awal 1950an. Metodologi
Delphi terdiri dari proses penilaian multitahap, di
mana para pakar diberikan berbagai tesis dan
diminta untuk memberikan pendapat mereka.
Pendekatan sistematis ini membantu memastikan
studi Delphi menghasilkan prediksi yang umumnya
lebih tepat dan konsisten daripada studi yang
menggunakan survei umum. Prediksi utama yang
muncul dari studi ini berfokus pada tantangan
perubahan iklim, pengaruh peningkatan jaringan
Internet, dan semakin pentingnya industri logistic.
35
H. Perusahaan Logistik Berada di Depan.
Terlepas dari krisis keuangan saat ini, pakar
Delphi tidak melihat gangguan besar dalam sistem
sosial dan politik yang ada saat ini-pada 2020 dunia
tetap akan menjadi ekonomi pasar. Persaingan
demi pertumbuhan, kekayaan dan sumber daya
akan terus berlanjut, dengan negara dan
perusahaan sebagai pemain utama. Tren menuju
produksi outsourcing akan berlanjut, dan banyak
perusahaan akan bergantung pada jalur global
untuk mencari kelebihan kompetitif. Di lain sisi,
studi Delphi juga memprediksikan bahwa
perusahaan-perusahaan harus bekerja sama lebih
sering dan lebih erat daripada sebelumnya. Untuk
mengatasi biaya energi yang tinggi, perusahaan
logistik akan menginvestasikan lebih banyak
sumber daya dibandingkan sebelumnya untuk
mengembangkan dan menjalankan jaringan
bersama. Memastikan bahwa logistik di masa
36
depan semakin ramah lingkungan merupakan salah
satu tujuan strategis perusahaan saat ini. Sebagai
contoh, sekarang telah ada metode pengiriman
carbon-neutral yang merupakan program
perlindungan iklim yang mengikat pada target
pengurangan emisi tertentu.
I. Bisnis Melalui Internet - Kapanpun, di
manapun
Pelanggan pada tahun 2020 akan semakin
menghargai lingkungan hidup, tetapi tidak
mengorbankan kecepatan pengiriman. Mereka
ingin semua produk dan layanan tersedia dengan
cepat. Akibatnya, konsumen akan menuntut
keterbukaan dan informasi real time yang lebih
besar dari pemasok. Hal ini akan membuat Internet
menjadi lebih penting daripada sebelumnya: pada
2020, banyak penduduk dunia, terutama di negara
maju dan berkembang, akan online dan sekitar tiga
miliar orang akan menjalankan bisnisnya di World
37
Wide Web. Kecepatan kejadian tersebut akan terus
meningkat - bukan hanya di dunia bisnis, tetapi
hampir di semua sektor kehidupan. Tuntutan untuk
fleksibilitas dan ketersediaan permanen akan
meningkat.
J. Prediksi optimis.
Meskipun serangan teroris dan pandemi global
akan tetap menjadi ancaman di masa depan, para
pakar percaya bahwa berbagai kondisi ini dapat
diawasi melalui investasi finansial dan teknologi.
Menariknya, walau para pakar Asia lebih pesimis
daripada pakar Barat terkait dengan keamanan dan
kesehatan masyarakat, mereka cenderung memiliki
keyakinan yang kuat terhadap kemampuan
teknologi untuk mentransformasikan bisnis praktis
dan memainkan peran inovatif dalam dunia bisnis.
Tren serupa berlaku untuk peningkatan penduduk
dunia. Responden dari Asia percaya bahwa kontrol
populasi yang dilakukan oleh negara akan menjadi
38
alat yang efektif untuk menahan pertumbuhan
penduduk, dan sebagian besar memprediksikan
bahwa penduduk dunia akan stabil pada tujuh dan
delapan miliar. Namun, responden dari belahan
dunia yang lain percaya bahwa populasi akan terus
meningkat, dan dengan demikian konsumsi sumber
daya juga akan meningkat. Namun, para pakar
logistik pada umumnya optimis, Mereka percaya
bahwa tantangan-tantangan di masa depan
tersebut dapat dikontrol oleh ekonomi pasar.
K. Pengelolaan Fungsi-Fungsi Logistik Pada
Perusahaan Multinasional
Contoh Perusahaan KFC Indonesia
PT. Fastfood Indonesia, Tbk. Didirikan oleh
Kelompok Usaha Gelael pada tahun 1978, dan
terdaftar sebagai perusahaan publik sejak tahun
1994. Perseroan mengawali usaha warabala
dengan pembukaan restoran KFC pertama pada
39
bulan Oktober 1979 di Jalan Melawai, Jakarta.
Keberhasilan restoran QSR (Quick Service
Restaurant) pertama ini kemudian diikuti dengan
pembukaan restoran KFC di kota-kota besar
lainnya di Indonesia. Sebagai pemegang hak
waralaba tunggal KFC hingga saat ini, Perseroan
senantiasa membangun brand KFC dan berbekal
keberhasilan Perseroan selama 32 tahun, KFC
telah menjadi brand hidangan cepat saji yang
paling dominan, dan dikenal luas sebagai jaringan
restoran cepat saji di Indonesia. Pada tahun 2010
PT.Fastfood Indonesia telah mencapai total
penjualan lebih dari Rp. 2.913.605 triliun.
Visi :
Mempertahankan kepemimpinan KFC dalam
industry restoran cepat saji dan selalu menjadi
brand Nomor 1 yang termodern dan terfavorit
dalam segi produk, harga, layanan, dan fasilitas
restoran.
40
Misi :
Memperkokoh citra brand KFC dengan
strategistrategi dan ide-ide yang inovatif,
meningkatkan suasana bersantap yang tak
terlupakan dengan terus memberikan produk,
layanan, serta fasilitas restoran yang selalu
berkualitas mengikuti kebutuhan dan selera
konsumen yang terus berubah
Objektive :
Terus melakukan peremajaan restoran dengan
tampilan dan desain yang termodern, sesuai
dengan trend masa kini, dan memberikan suasana
yang menyenangkan, nyaman, dan menyajikan
produk berkualitas tinggi yang paling digemari oleh
konsumen dengan kecepatan dan
keramahtamahan yang tak tertandingi.
41
Strategi dan Nilai-nilai Perusahaan.
1) Strategi Perusahaan
Selalu memberikan kepuasan “Yum!” yang
tak terhingga di wajah setiap konsumen untuk
menjaga kepemimpinan pasar dengan strategi-
strategi sebagai berikut:
a) Menciptakan dan mengembangkan
budaya yang kokoh di dalam organisasi
dimana setiap karyawan memberikan
perbedaan dengan berinovasi dan selalu
berpikir di luar kebiasaan.
b) Membangun pola pikir yang berorientasi
pada “Customer and Sales Mania” dengan
kesadaran tinggi untuk memberikan
kepuasan kepada konsumen melebihi dari
yang diharapkan.
42
c) Memberikan perbedaan brand KFC yang
sangat kompetitif dengan berbagai ide dan
strategi yang inovatif.
d) Mengembangkan kesinambungan dalam
sumber daya manusia dan proses yang
kuat berfokus pada pengembangan
kompetensi dan kemampuan.
e) Mempertahankan konsistensi dalam
pencapaian prestasi yang terbaik.
L. Nilai-Nilai Perusahaan.
Budaya Perusahaan “We are the Owners of
KFC” ditanamkan dalam pemikiran setiap karyawan
untuk menciptakan rasa memiliki, yang bertujuan
untuk memberikan performa terbaik dalam
mengerjakan semua tugas dan tanggung jawabnya,
khususnya dalam menyiapkan produk berkualitas
dengan layanan yang cepat dan ramah.
43
Menjaga hubungan baik dan memberikan
kepuasan melebihi yang diharapkan dengan
menjalankan program CHAMPS untuk memastikan
kebersihan restoran (Cleanliness),
keramahtamahan dalam melayani konsumen
(Hospitality), ketepatan dalam menerima dan
menyiapkan pesanan (Accuracy), memastikan
perawatan restoran yang terbaik (Maintenance),
konsistensi dalam menyajikan produk bermutu
tinggi setiap saat (Product), dan kecepatan layanan
selalu dijalankan (Speed of Service).
Inovasi tidak semata-mata diartikan sebagai
ideide, langkah-langkah, strategi-strategi atau
terobosan baru untuk mencapai obyektif
seseorang, tetapi juga meliputi perubahan pola pikir
yang dimulai dari diri sendiri agar bisa sukses
menghasilkan perubaha
Pada 2010, Indonesia mencatat
pertumbuhan Gross Domestic Product (GDP)
44
sebesar 6,1%. Pada tahun yang sama, PT Fastfood
Indonesia Tbk meneruskan kinerja yang baik, hasil
dari kenaikan penjualan gerai-gerai yang baru
dibuka dan yang sudah dibuka sebelumnya. Dari
aspek biaya, Perseroan berhasil mempertahankan
harga pokok penjualan sebagai persentase
terhadap penjualan, menunjukkan upaya
berkelanjutan untuk mengendalikan biaya dan
menjadikan supply chain management semakin
efisien dan efektif.
Sepanjang 2010, terjadi pasang surut
perekonomian global yang mencoba bangkit dari
keterpurukan krisis keuangan terburuk pada
generasi ini. Pemulihan yang terjadi tidak merata di
negara-negara berkembang yang masih berjuang
mengatasi kegiatan ekonomi yang lesu dan tingkat
pengangguran yang tinggi, meskipun dengan
ekonomi-ekonomi baru yang terus berjuang
mengendalikan tekanan inflasi. Kekuatiran
45
terhadap resesi yang berulang, dipicu oleh krisis
fiscal di Eropa dan melemahnya perekonomian di
Amerika Serikat yang diperburuk dengan
menurunnya ketersediaan lapangan kerja.
Kelayakan hutang jangka panjang di negara-negara
ekonomi maju, khususnya di Eropa, menjadi pusat
perhatian sepanjang 2010, dan kekhawatiran akan
pengaruh buruknya masih meluas. Di tengah
tantangan perekonomian ini, PT Fastfood Indonesia
Tbk terus mencatat kinerja yang baik selama 2010.
Perseroan melanjutkan pertumbuhan yang kuat
dan dapat melanjutkan kemajuan kemajuan dan
hasil-hasil yang baik dari tahun-tahun sebelumnya.
Beberapa keberhasilan yang dicapai sepanjang
tahun 2010 antara lain :
Hasil penjualan pada 2010 tercatat Rp2,914
triliun atau sekitar 18,7% lebih tinggi dari hasil
penjualan pada 2009 sebesar Rp2,454 triliun.
Kenaikan Rp459,2 milyar tersebut adalah kontribusi
46
dari lonjakan harga jual sepanjang tahun 2010
sekitar rata-rata 6%, hasil penjualan dari gerai-gerai
yang baru dibuka, pertumbuhan yang kuat dari
gerai-gerai yang sudah dibuka sebelumnya yang
sudah dilakukan peremajaan tampilannya menjadi
lebih segar dan modern, usaha pemasaran yang
sukses, dan penambahan variasi produk dan
layanan yang baru.
Peningkatan juga terjadi pada sejumlah
indicator operasional utama lainnya. Secara
keseluruhan, transaksi naik 12,6%, konsumen naik
20,7%, sementara rata-rata belanja naik 5,4%.
Secara same-store sales (SSS), transaksi naik
5,2%, konsumen naik 12,7%, dan rata-rata belanja
naik 5,5%.
Laba bersih sebelum pajak 2010 naik
menjadi Rp261,59 milyar, atau naik 5,8% dari laba
bersih sebelum pajak 2009 sebesar Rp247,15
milyar. Harga pokok penjualan sebagai persentase
47
penjualan naik dari 40,2% pada 2009 menjadi
42,5% pada 2010, terutama disebabkan kenaikan
harga bahan baku akibat tekanan inflasi.
Beban usaha naik menjadi Rp1,437 triliun
pada 2010 dari Rp1,247 triliun pada 2009, atau
sekitar 15,3%, disebabkan tekanan harga akibat
inflasi dan regulasi Pemerintah yang baru terkait
upah minimum.
Aktiva naik menjadi Rp1,236 triliun pada
2010 dari Rp1,041 triliun pada 2009, atau naik
18,7%, hasil dari investasi yang berkelanjutan
dalam ekspansi jaringan restoran. Jumlah
karyawan Perusahaan meningkat menjadi 15.840
pada akhir 2010 dari 13.229 pada 2009, sesuai
komitmen Perusahaan untuk merekrut dan melatih
tim yang handal untuk memberikan dukungan
kepada jaringan restoran KFC yang tersebar luas di
seluruh Indonesia dengan standar layanan yang
memuaskan.
48
Perusahaan meneruskan ekspansi jaringan
restorannya untuk mendominasi pangsa pasar di
Indonesia agar dapat memaksimalkan brand
opportunity KFC dan meminimalkan potensi
kompetitor untuk mendirikan bisnis ayam goreng.
Selama 2010, Perusahaan membuka 30 gerai baru
di Jakarta dan di kota-kota lainnya di Indonesia.
Selain itu, Perusahaan melakukan image
enhancement dan renovasi berskala besar pada
sekitar 50 gerainya untuk meremajakan tampilan
gerainya dan meningkatkan kenyamanan
konsumen. Pada akhir 2010, jaringan restoran KFC
di Indonesia berjumlah 398 gerai yang tersebar di
93 kota di seluruh Indonesia.
Bergabungnya Salim Group pada 1990 sebagai
salah satu pemegang saham utama semakin
mendorong inisiatif ekspansi bisnis PT. Fastfood
Indonesia, dan pada 1993 PT.Fastfood Indonesia
terdaftar sebagai emiten di Bursa Efek Jakarta
49
(sekarang Bursa Efek Indonesia). Kepemilikan
saham mayoritas 80% pada saat ini terdistribusi
43,84% kepada PT. Gelael Pratama dari Gelael
Group dan 35,84% kepada PT. Megah Eraraharja
dari Salim Group; sementara saham minoritas
(20%) terbagi kepada Masyarakat dan Koperasi
Karyawan. PT.Fastfood Indonesia mendapatkan ijin
memakai brand KFC dari franchisor, Yum!
Restaurants International (YRI), sebuah badan
usaha dari Yum! Brands Inc., perusahaan publik di
Amerika Serikat dan pemilik waralaba dari empat
brand ternama lainnya, yaitu: Pizza Hut, Taco Bell,
A&W, dan Long John Silvers. Lima brand di bawah
satu kepemilikan ini telah memproklamirkan Yum!
Group sebagai jaringan restoran cepat saji terbesar
dan terbaik di dunia dalam memberikan variasi
pilihan restoran ternama.
Produk-produk utama KFC adalah, Colonel's
Original Recipe dan Hot & Crispy, yang tetap
50
menjadi produk ayam goreng paling disukai di
antara semua brand restoran cepat saji di seluruh
Indonesia, yang konsisten dinilai ayam goreng
paling enak versi berbagai survey konsumen di
Indonesia. Selain produk-produk utama ini, juga
tersedia Colonel Burger, Crispy Strips, Twister, dan
Colonel Yakiniku. Sebagai pelengkap produk
produk utama ini, juga tersedia produk-produk yang
disesuaikan dengan selera lokal, antara lain:
Perkedel, Nasi, Salad, dan KFC Soup. Untuk
menambahkan variasi menu paket kombinasi
dengan harga terjangkau bernilai tambah, Super
Panas dan KFC Attack terus ditawarkan.
Untuk memberikan perbedaan brand, KFC
dan menanamkan dalam kesadaran konsumen
bahwa KFC itu bernilai tambah, Perseroan
meluncurkan sederetan produk Goceng, yang
terdiri atas 12 pilihan menu yang dihargai Rp5.000.
Variasi pilihan menu Goceng diganti dari waktu ke
51
waktu untuk mengikuti perubahan selera
konsumen. Tahun 2010, dua produk Goceng
mendapatkan penerimaan tertinggi dalam uji
produk, Spaghetti dan Burger Deluxe yang
ditambahkan dalam deretan produk Goceng
terbukti sukses menyumbangkan kenaikan tajam
pada Goceng menumix. Selain itu, pada 2010,
Perseroan mulai mengembangkan KFC Coffee,
sebagai layanan baru di semua gerai KFC bertipe
free-standing, menyajikan rangkaian produk kopi
berkualitas, disajikan panas maupun dingin,
dilayani di counter terpisah dengan ruangan duduk
tersendiri untuk para pecinta kopi. Untuk menarik
konsumen pada jam-jam sepi, Perseroan juga
mengenalkan minuman bernama Krushers dengan
aneka pilihan rasa.
52
Pengawasan Mutu (Quality Assurance) dan
Logistik KFC Indonesia
Pada 2010, untuk pertama kalinya KFC
Indonesia mendapatkan Sertifikat Sistem Jaminan
Halal (SJH) dari LPPOM MUI, disamping Sertifikat
Halal Restoran yang telah dimiliki oleh PT.Fastfood
Indonesia sejak 1995. Pada audit Sistem Jaminan
Halal tersebut,KFC Indonesia mendapatkan
predikat nilai A. Pencapaian ini berkat dukungan
manajemen yang besar terhadap kelanjutan status
halal restoran. Hal ini menjadi nilai tambah bagi
KFC Indonesia di tengah persaingan industry
restoran cepat saji. KFC Indonesia melakukan
sosialisasi Sistem Jaminan Halal yang dilakukan
Regional Quality Assurance (RQA) di setiap daerah
supaya seluruh pihak terkait, seperti Purchasing,
Logistic, dan Operation memiliki kesamaan
pemahaman mengenai Sistem Jaminan Halal.
53
Sistem pengawasan terhadap supplier dari
tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pada awal
tahun 2010, KFC Indonesia, melalui Departemen
QA, melakukan refreshment training mengenai
Cutting Sheet kepada seluruh supplier ayam, yang
merupakan pelatihan ulang terhadap standar
kualitas ayam. Tujuan pelatihan Cutting Sheet
adalah supaya bahan baku dari seluruh supplier
ayam memenuhi standar kualitas.
KFC Indonesia menetapkan sistem
pengawasan kualitas terhadap seluruh supplier.
Sistem pengawasan ini dilakukan melalui audit
yang disebut Supplier Tracking, Assessment &
Recognition (STAR Audit). Pada Januari Juni 2010
dilakukan Food Safety Audit (FSA) dan pada Juli
Desember 2010 dilakukan Quality System
Assessment (QSA). Selama 2010, QA mengaudit
29 supplier kelas 1 dan kelas 2, serta 5 supplier
kelas 3 dan kelas 4. Untuk 18 supplier yang belum
54
mengetahui dengan jelas tentang STAR Audit
dilakukan Pre-Assessment Audit. Melalui audit
diharapkan supplier dapat meningkatkan kualitas
bahan baku. Pemahaman staff QA untuk
meningkatkan kualitas supplier dan gudang selalu
dilakukan. Pada Februari 2010, staff QA mengikuti
refreshment training mengenai perkembangan
terbaru teknik mengaudit supplier dan gudang yang
diselenggarakan oleh QA dari YRI. Sebagai
pengawasan kualitas Gudang Logistik, KFC
Indonesia menetapkan sistem audit yang disebut
Distribution Quality Audit (DQA) yang diaudit oleh
QA pada 13 gudang di seluruh Indonesia.
Penentuan Lokasi Gerai.
Pertumbuhan total penjualan juga berasal
dari pengembangan restoran menjadi 398 gerai di
akhir 2010, yang berarti bertambah 30 gerai di
sepanjang 2010. Sebagian besar restoran yang
dibuka pada 2010 dapat memberikan kontribusi
55
penjualan yang lebih besar, walaupun sebagian
besar restoran dibuka pada kwartal ke-4 2010,
karena memerlukan persiapan yang lebih panjang
dalam pengurusan perijinan dan permasalahan
dengan ketersediaan listrik. Penambahan 30 gerai
pada 2010, masih didominasi pada lokasi free-
standing, ini menunjukkan kemampuan dan
kapasitas KFC Indonesia dalam melakukan
ekspansi restoran di lokasi-lokasi prima yang
mendukung pencapaian hasil penjualan yang
optimal, peningkatan peluang prestasi, motivasi,
dan promosi kepada 30 RM, sekitar 60 lebih ARM,
posisi baru untuk Shift Leader yang sangat
membantu operasi restoran, 3 AM, dan sekitar
1.000 lowongan kerja yang tersedia untuk
karyawan restoran. Ini memperlihatkan hasil dari
pengalaman kerja dan kerjasama tim di Operation,
Human Resources, dan Training dalam
menyiapkan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam
56
waktu yang cukup sebelum pembukaan restoran
baru.
Potensi pasar yang ada yang tersebar di
berbagai daerah merupakan suatu tantangan bagi
Perusahaan untuk melakukan penetrasi pasar,
membidik, dan menyeleksinya, dimana
kesemuanya ini merupakan strategi Perusahaan
dalam mengembangkan usahanya. Langkah awal
dari pengembangan pasar yang ada adalah
dengan menyeleksi lokasi, dengan melihat dari
berbagai aspek, mulai dari potensi usahanya
dengan mempertimbangkan jumlah penduduk yang
ada, mata pencarian, pusat bisnis, pengembangan
demografi untuk masa yang akan datang, sampai
kepada ketersediaan dan memadainya jalur
Logistik. Selanjutnya adalah evaluasi terhadap
pemasaran, operasional, finansiil, sampai kepada
aspek teknis yang harus dipersiapkan secara terinci
dan terorganisasi. Setelah merampungkan semua
57
ini barulah diambil suatu kesimpulan apakah lokasi
tersebut layak untuk dibuka usaha baru dengan
membuka gerai di daerah tersebut.
Langkah selanjutnya setelah penentuan
lokasi, diteruskan dengan persiapan yang dimulai
dengan rencana tipe restoran yang akan dibangun
dan diteruskan dengan perencanaan lay-out
restoran, fasilitas infrastuktur, interior, dan
sebagainya. Setelah perencanaan ini selesai, tahap
berikutnya adalah perhitungan investasi,
penjadwalan proyek, proses eksekusi, dan
pelaksanaan pekerjaan di lapangan / lokasi.
Setelah pekerjaan di lapangan / lokasi selesai,
dilakukan supervisi dan evaluasi untuk memastikan
hasilnya sesuai dengan perencanaan dan standar
yang ada, maka restoran KFC tersebut siap untuk
dioperasikan untuk melayani konsumen. Restoran
yang selalu tampak segar dan nyaman adalah
target penampilan yang harus dijaga dan dirawat
58
secara konsisten agar kepuasan konsumen ketika
berkunjung ke KFC terpenuhi, dan hal ini yang
akan menjadi nilai tambah restoran KFC
dibandingkan dengan restoran lainnya.
Pemasok.
KFC Indonesia memasok ayam karkas segar
dan ayam potong beku dari sekitar lima belas
supplier di seluruh Indonesia. Banyaknya supplier
di dalam negeri tidak menjamin kelangsungan
pasokan. Pasokan sering terputus pada hari-hari
libur seperti Idul Fitri, Natal & Tahun Baru, dan
liburan sekolah. Untuk mengantisipasi gangguan
pasokan selama hari-hari tersebut, perusahaan
membuat kontrak jangka panjang dengan
merencanakan pesanan lebih awal dan menyimpan
persediaan ayam yang cukup sebelum hari-hari
libur tersebut. Beberapa bumbu untuk produk-
produk utama KFC, khususnya Original Recipe dan
Hot & Spicy diimpor dari Amerika Serikat,
59
Singapura, dan Malaysia melalui beberapa importir
yang wajib mengikuti standar YRI. Bahkan untuk
produk-produk baru, beberapa bahan bakunya
biasanya diimpor. Dengan kemajuan yang telah
dicapai oleh supplier lokal dalam memproduksi
substitusi produk-produk impor mengikuti standar
yang diberikan, Perusahaan secara bertahap dapat
mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku
import.
Pengadaan.
Pengadaan ayam karkas segar atau ayam
potong beku dalam jumlah besar sudah diharapkan
dari restoran cepat saji yang mengoperasikan
hampir 400 gerai di seluruh Indonesia yang
menyajikan produk ayam sebagai produk utama.
Walaupun kebutuhan dalam jumlah besar ini
umumnya tersedia di pasar sepanjang tahun,
terkecuali pada hari-hari libur ketika pasokan sering
terputus, namun harga ayam berfluktuasi setiap
60
minggu tergantung pada ketersediaan ayam potong
dari peternak di Indonesia. Untuk menstabilkan
kondisi ini, Perusahaan melakukan kontrak
pembelian dengan supplier terpilih untuk periode
tetentu. Selain itu, Perusahaan juga memanfaatkan
peluang untuk menyimpan persediaan produk
ayam dari pasar terbuka pada saat harga rendah
atau pada saat pasokan melebihi permintaan.
Pergudangan.
Sistem pergudangan Pada PT. Fast food
Indonesia dilakukan pada gerai masing-masing
khusus untuk bahan-bahan yang tidak tahan lama
dan mudah rusak (wet good) sedangkan untuk
bahan makanan yang tahan lama (dry good)
diperoleh dari pusat yang diimpor dari KFC
internasional sesuai kebutuhan masing-masing
wilayah.
61
Contoh KFC China
Globalisasi adalah salah satu strategi
pertumbuhan dalam perusahaan, dan salah satu
yang paling sukses "akan global" adalah KFC. KFC
merupakan sebuah rantai restoran ayam goreng
Amerika yang mendominasi industri restoran di
beberapa negara termasuk di Cina.
Perusahaan global menghadapi pertanyaan-
pertanyaan kritis ketika mereka memasukii pasar
baru seperti bagaimana mereka melakukan
lokalisasi terhadap produk yang ditawarkan apakah
mereka akan melakukan adaptasi terhadap produk
yang telah ada hanya untuk sebagai pembanding
bagi konsumen pada pasar tersebut atau haruskah
mereka memikirkan kembali business model dari
bawah ke atas? Tipikal dari pendekatan western
untuk aktivitas foreign expansion adalah
bagaimana menjual core product atau jasa yang
bagus dengan cara yang sama seperti ketika
62
mereka melakukan penjualan di Eropa atau
Amerika,dan kantor pusat mengawasi dengan
cermat untuk memastikan model ini
diekspor dengan benar. Cara ini seringkali dimulai
dengan menjual barang-barang impor kepada
expat community (komunitas asing) atau dengan
membuka satu atau dua toko sebagai percobaan.
Seperti kebanyakan perusahaan
multinasional, KFC pertama kali tertarik ke China
dengan ukuran potensi pasar negara: 1,3 miliar
orang, 20% dari total dunia. Bahkan setelah
reformasi ekonomi China yang dimulai pada tahun
1978, Cina tetap tinggi risiko investasinya sehingga
sebagai negara tujuan untuk perusahaan
multinasional selama dekade berikutnya Cina
masih tetap beresiko akibat ketidak pastian politik
dan ekonominya.
KFC masuk ke Cina pada tanggal 12
Januari 1987. KFC merupakan restoran quick-
63
service pertama yang masuk ke cina. Saat ini KFC
adalah restoran quick-service nomor satu di Cina
dengan hampir 3.500 restoran di lebih 700 kota.
Bahkan setiap hari restoran KFC di cina selalu
bertambah satu. Selain ayam sebagai resep asli
KFC, KFC di Cina juga memiliki menu ekstensif
yang menampilkan daging sapi, seafood, hidangan
nasi, sayuran segar, sup sarapan, makanan
pencuci mulut dan produk lain yang sesuai dengan
selera konsumen di Cina.
Karyawan KFC di Cina adalah para
penduduk lokal, yang di pimpin oleh Sam Su
sebagai Ketua dan Chief Eksekutif Officer dari
Yum! Brands yang merupakan Induk perusahaan
KFC. Di tangan Sam Su, KFC di Cina tumbuh
sangat pesat dan menempatkan Cina sebagai
peringkat pertama dari empat Yum!"s Growth
Strategies. Dengan Rinciannya; (1) Build dominant
China brands; (2) Drive profitable international
64
growth; (3) Run great restaurants; dan (4) Expand
U.S. multibrand concepts. Ini menjadikan
Cina ultimate market place buat Yum!. (Teguh S
Pambudhi;2005, SWA Sembada). Laba operasi
KFC di Cina telah mencapai dua kali lipat dalam
tiga tahun terakhir mencapai $755 juta sehingga
Divisi KFC di China menjadi penyumbang
keuntungan terbesar bagi Yum!.
Pada awal-awal Yum! Brands yang
merupakan induk perusahaan KFC masuk ke Cina,
manajemen pusat memberikan perhatian khusus
pada pelatihan dan pengembangan serta
rekruitmen dari karyawan dan manajemen untuk
merekruit manajemer-manajer berbakat dan
mempunyai kualifikasi yang sesuai dengan standar
operasi Yum! internasional.
65
Ada tiga kategori besar penekanan kegiatan
bisnis KFC di Cina yaitu, Pembangunan
Manusia dan Talenta, Lokalisasi, Distribusi &
Logistik.
1) Lokalisasi
Model bisnis yang di jalankan KFC di Cina
adalah lokalisasi. Artinya, bahwa perusahaan harus
siap untuk menyesuaikan produk, jasa, praktek
bisnis, bahkan sistem manajemen dan proses agar
sesuai dengan konteks lokal, kebiasaan dan
kebutuhan pelanggan yang berbeda, nilai-nilai
sosial dan budaya, sistem politik, peraturan
pemerintah, struktur industri dan driver, dan
kekuatan kompetitif. Lokalisasi yang di lakukan
KFC di Cina bukan hanya dari manajemen maupun
karyawan (lokalisasi bakat) tetapi juga lokalisasi
produk. Setelah mendirikan dapur tes pertama di
Shanghai pada akhir 1990-an, KFC telah sibuk
dengan sering pengenalan produk baru - produk
66
yang dikembangkan di Cina, karena Cina. Semua
produk baru telah dirancang dan dikembangkan
dengan karakteristik Cina lokal, dari konten dan
rasa, rupa dan nama. Produk seperti Ayam Gulung
Beijing, Golden Kupu-kupu Udang, Four Seasons
Salad Sayuran Segar, Beras Wangi Jamur, Sup
Tomat Telur Jatuhkan, diawetkan Sichuan Pickle
Dan Irisan daging babi Sup, Makanan Laut bubur
Telur Drop, dan bubur Ayam Jamur membuat
beberapa orang bertanya-tanya: apakah KFC balik
ke dalam rantai makanan Cina cepat? Disitulah
menandai esensi, dan keberhasilan, program
lokalisasi produk KFC di Cina.
Selain bakat dan produk, program lokalisasi KFC di
Cina menyentuh pada hampir setiap aspek operasi,
dari pemasaran, iklan, positioning merek untuk
rantai pasokan, distribusi, dan logistik.
67
2) Distribusi & Logistik.
Distribusi dan sistem logistik KFC Cina
adalah salah satu yang paling penting, dan paling
diakui sebagai kontributor untuk kesuksesan KFC
di Cina. Pada saat pertama kali memasuki Cina
pada tahun 1987, KFC dihadapkan dengan dua
fakta dasar:
1) Kualitas dan jangkauan jalan raya di China
jauh lebih rendah dibandingkan dengan
negara-negara maju. Tidak ada jalan raya
pada saat itu. Sebagai fakta, jalan raya
pertama di Cina hanya muncul di akhir 1990-
an, tetapi akibat langsung dari
pembangunan infrastruktur di Cina yang
selesai pada tahun 2000 maka sistem jalan
raya saat ini di Cina telah berjumlah sekitar
60.000 km,. Dengan kata lain, Cina butuh
waktu sekitar sepuluh tahun atau lima belas
tahun paling banyak untuk membangun
68
jaringan jalan raya nasional dan ini
merupakan contoh yang jelas dari kecepatan
pembangunan di Cina.
2) Kurangnya penyedia layanan pihak logistik
yang berkualitas yang menawarkan
penyimpanan, transportasi, dan jasa
pengiriman di semua propinsi. Bahkan
sampai dengan saat ini sangat sedikit
perusahaan yang menyediakan layanan
logistic.
Dihadapkan dengan dua tantangan tersebut,
KFC mengadopsi pendekatan yang dimulai
dengan memanfaatkan aset yang ada :
Gudang, truk, dan tenaga kerja yang diwarisi
dari KFC mitra lokal dengan system
patungan. Selain itu ditambah dengan
instalasi pelatihan karyawan sendiri dan
kontrol kualitas dan sistem
manajemen. Dalam beberapa tahun, standar
69
operasional dari gudang dan armada truk
yang diambil dari standar operasional lokal
kemudian dibawa ke standar global KFC
internasional. Dengan distribusi dan sumber
daya logistik secara langsung dan
sepenuhnya di bawah kendali sendiri oleh
KFC lokal, KFC Cina mampu
mengembangkan lebih jauh dan lebih cepat
ke wilayah geografis yang baru daripada
pesaingnya. Hal ini memungkinkan
perusahaan untuk membangun keunggulan
kompetitif melalui volume usaha, skala,
efisiensi biaya, dan kepemimpinan merek
dari waktu ke waktu. Sebuah sistem
distribusi dan logistik yang di adaptasi dari
kondisi local dan dilengkapi dengan strategi
bisnis KFC Internasional, KFC Cina mampu
membangun skala dan kecepatan bisnisnya
melalui ekspansi restoran dengan cepat. dan
70
berhasil menjadi penyumbang laba terbesar
bagi perusahaan induknya yaitu Yum!
71
DAFTAR PUSTAKA
Damien Power, ( 2005).
Supply chain management integration and
implementation : a literature
review. Supply Chain Management: an
International Journal 10/4. pp. 252-263.
Eko Indrajit, Richardus. (2003).
Rubrik Tanya Jawab E-Business,Vol. II
No.12. http://www.ebizzasia.com/0212-
2003/q&a,0212.html.
Deutsche Post AG, Headquarters. (2009).
Delivering Tomorrow Customer Needs in
2020 and Beyond A Global Delphi Study,
Publisher: Deutsche Post AG, Bonn,
Germany.
72
Graham, Cateora. (2007).
Pemasaran Internasional. Jakarta:
Salemba Empat. Buku 2. Edisi 13
O’neil, Brian F & Jon L. Iveson, (1991).
“Strategically Managing The Logistics
Functions”. Logistics and Transportation
Review; 27, 4; ABI/INFORM Global. pg.
359-377
Penerbit PPM dan Asosiasi Logistik Indonesia.
(2011). Panduan & Direktori Logistik
Indonesia. Jakarta: Penerbit PPM.
Rodney Mc. Adam & Daniel Mc. Cormack, (2001).
“Integrating business processes for global
alignment and supply chain management”.
Business Process Management Journal.
Vol.7 No.2, pp. 113-130. MCB University.
73
Stevany C. Wuwung. 2013. Manajemen Rantai
Pasokan Produk Cengkeh pada Desa
Wawona Minahasa Selatan. Jurnal EMBA
Vol.1 No.3 Juni 2013, Hal.230-238. Manado.
Techane Bosona, Girma Gebresenbet, Ingrid
Nordmark & David Ljungberg, (2011).
“Integrated Logistics Network for the Supply
Chain of Locally Produced Food
PartLocation and Route Optimization
Analyses”. Journal of Service Science
Management, pp.174-183.
Soebijantoro,Doddy. (1999). Pemasaran
Internasional: Global Logistics and
Distribution, Pusat Pengembangan Bahan
Ajar-Universitas Mercu Buana.
Van Hoek, Remko, Alexander E. Ellinger,et.al,
(2008). “Great divides: internal alignment
between logistics and peer functions”.The
74
International Journal of Logistics
Management, Vol.19 No.2, pp. 110-129
PAPER DALAM JURNAL
Angelia A. Sumangkut. 2013.
Kinerja Supply Chain Management dan
Strategi Informasi pada PT. Multi Food
Manado. Jurnal EMBA Vol.1 No.3 Juni
2013, Hal. 914-920, Manado.
Melva F. Manambing., P. Tumade., J.S.B.
Sumarauw. 2014.
Analisis Perencanaan Supply
Chain Management (SCM) pada PT. Sinar
Galesong Pratama. Jurnal EMBA Vol.2
No.2 Juni 2014, Hal. 1570-1578.
Sumangkut, Jurnal EMBA Vol.1 No.3 Juni 2013,
Hal. 914-920.
75
Yessica Marcella Walewangko. 2013.
Manajemen Rantai Pasokan Guna
Meningkatkan Efisiensi Distribusi Motor
Honda Pada PT. Daya Adicipta Wisesa.
Jurnal EMBA Vol.1 No.3 September
2013, Hal. 1241-1250. Manado.
Buku
Chopra, Meindl, Hugos. 2003.
Tahapan Manajemen Rantai Pasokan:
strategy, Planning and Operation. Pearson
Prentice Hall. New York.
Heizer and Render. (2006).
Operations Management, 8e ©2004 by
Pearson Education, Inc., Upper Saddle
River, New Jersey, 07458 United States.
76
Kalakota, R. 2000. E-Business 2.0: Roadmap to
Success. Longman: Addison Welley,
USA
Ling Li 2007. Pearson International Edition
Operation management. Eighth Edition.
Penerbit Pearson Prentice
Nasution. S. 2012. Metode Research : 113 Russell
R. S. dan Taylor B. W. (2006). Operation
Management. Wiley, United States.
Stevenson. 2007. Operation Management
(international student edition with global
readings. Penerbit Mc. Graw Hill (Asia).
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Cetakan ke-17 Alfabeta.
Bandung
Artikel Internet
77
Konsep Manajemen Logistik,
http://adman.staf.upi.edu/2012/07/27/konsep
-manajemen-logistik/ diakses tanggal 8 Juni
2015/ Logistik, http://id.
wikipedia.org/wiki/Logistik diakses
tanggal 29 Maret 2015
Pengertian,Logistik,
http://mli.web.id/perihal/pengertian-logistik
diakses tanggal 2 juni 2015
Laporan Tahunan PT. FastFood Indonesia, Tbk, (
2010).
http://202.155.2.90/corporate_actions/new_i
nfo_jsx/jenis_informasi/01_laporan_keuanga
n/04_Annual%20Report/2010/FAST/FAST_
Annual%20Report_2010.pdf
78
LaporanTahunanYum!.(2010).
http://www.yum.com/annualreport/downloads
/pdf/2010AnnualReport.pdf
79
II. MANAJEMEN PRODUKSI
80
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam era globalisasi ekonomi, pemerintah
telah melaksanakan serangkaian deregulasi dan
debirokrasi, karena hasil industri kita ditantang
untuk dapat bersaing dalam pasar domestik
maupun Internasional. Persaingan dalam pasar
domestik tidak bisa dihindari, bukan hanya karena
harus bersaing dengan prosduk dalam negeri yang
sejenis, tetapi juga dengan produk – produk impor,
karena kita tidak bisa lagi melakukan proteksi pasar
terlalu ketat. Sudah tidak bisa disangsikan lagi,
bahwa salah satu faktor yang dapat memperkuat
daya saing adalah produktivitas, baik produktivitas
mikro (usaha) maupun produktivitas makro.
81
Hal tersebut tidak hanya dialami oleh industri
yang memproduksi barang, tetapi dialami pula oleh
perkantoran (industri jasa) yang menerapkan
prosedur administrasi yang berbelit – belit /
birokratis. Hal itu akan menyebabkan waktu
pelayanan terhadap pelanggan menjadi lebih lama
dari waktu yang sepantasnya dibutuhkan untuk
menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Disinilah peran manajer produksi dibutuhkan
bagaimana manajer produksi dapat mengatasi
persoalan tersebut untuk dapat menghilangkan
pemborosan dalam proses produksi atau dengan
kata lain dapat meningkatkan produktivitas kerja.
Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya
baik perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa
maupun barang mempunyai tujuan yang sama
yaitu memperoleh keuntungan. Selain
itu perusahaan juga ingin memberikan kepuasan
kepada konsumen atas produk yang yang
82
dihasilkannya, karena kepuasan konsumen menjadi
tolak ukur dari keberhasilan perusahaan dalam
menghasilkan produk yangberkualitas, dan yang
diinginkan oleh konsumen. Dalam mencapai
strategi pemasaran yang tepat dan terbaik untuk
diterapkan, salah satunya perusahaan dapat
melihat dari faktor bauran pemasaran. Hal tersebut
penting karena bauran pemasaran merupakan
salah satu pokok pertimbangan konsumen dalam
melakukan keputusan pembelian suatu produk.
Jika perusahaan tidak peka terhadap apa yang
dibutuhkan oleh konsumen, maka dapat dipastikan
bahwa perusahaan akan kehilangan banyak
kesempatan untuk menjaring konsumen dan
produk yang ditawarkan akan sia-sia.
Pemasaran merupakan salah satu ilmu
ekonomi yang telah lama berkembang, dan sampai
pada saat sekarang ini pemasaran sangat
mempengaruhi keberhasilan suatu perusahaan
83
untuk bisa bertahan di dalam pangsa pasar. oleh
karena itu diperlukan strategi pemasaran yang
dapat memberikan pengaruh untuk menentukan
berhasil atau tidaknya dalam memasarkan
produknya. Apabila strategi pemasaran yang
dilaksanakan perusahaan tersebut mampu
memasarkan produknya dengan baik, hal ini akan
berpengaruh terhadap tujuan perusahaan.
B. Penjelasan
1. Manajemen Produksi
Manajemen produksi merupakan salah satu
fungsi manajemen yang penting bagi kelangsungan
hidup perusahaan. Kegiatan produksi yang buruk
dapat juga berakibat pada rendahnya mutu produk
atau jasa yang di hasilkan, peran manajemen
produksi terasa sangat semakin penting bagi
kelangsungan hidup perusahaan. Kegiatan
84
produksi yang buruk mengakinatkan pemborosan
dalam bentuk menumpuknya persediaan.
2. Pengertian manajemen produksi mencakup 3
unsur penting yaitu:
a. Adanya orang yang lebih dari satu
b. Adanya tujuan yang ingin dicapai
c. Orang yang bertanggung jawab terhadap
pencapaian tujuan tersebut
3. Perkembangan Manajemen Produksi
Ilmu manajemen berkembang hampir seumur
dengan lamanya manusia menghuni bumi ini.
Banyak catatan membuktikan bahwa manajemen
sudah di terapkan sejak jaman kuno. Penafsiran
tulisan kuno di Mesir yang di perkirakan di tulis
tahun 1300 sebelum masehi menunjukan bahwa
organisasi dan administrasi negara telah di
85
terapkan oleh para pelaksana negara pada zaman
kuno.
Sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi, bagian dari manajemen itu
mengkhususkan diri untuk mengejar tujuannya
masing-masing. Manajemen produksi termasuk ke
dalam bidang manajemen yang mengkhususkan
tujuannya. Manajemen produksi berkembang
mengikuti perkembangan konsumsi masyaakat
terhadap produk yang di hasilkan.
Perkembangan manajemen produksi terjadi
berkat dorongan beberapa faktor yang menunjang
yaitu :
a. Adanya pembagian kerja dan spesialisasi
b. Revolusi industri
c. Perkembangan alat dan teknologi
86
d. Perkembangan ilmu dan metode kerja
4. Proses Produksi
Proses produksi dapat ditinjau dari 2 segi, yaitu:
a. Berdasarkan kelangsungan hidup terbagi kedalam 2 bagian :
1) Proses produksi terus menerus (Continuous Production)
2) Proses produksi yang terputus-putus (Intermiten Production)
3) Berdasarkan teknik terbagi kedalam
4 bagian:
a) Proses ekstraktif
b) Proses analitis
c) Proses pengubahan
d) Proses sintesis
87
5. Fungsi Dan Sistem Produksi
Empat fungsi terpenting dalam fungsi produksi
adalah:
1. Proses pengolahan, merupakan metode atau
teknik yang digunakan untuk pengolahan masukan
(inputs).
2. Jasa-jasa penunjang, merupakan sarana yang
berupa pengorganisasian yang perlu untuk
penetapan teknik dan metode yang akan
dijalankan sehingga prosespengolahan dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien.
3. Perencanaan, merupakan penetapan keterkaitan
danpengorganisasian dari kegiatan produksi dan
operasiyang akan dilakukan dalam satu dasar
waktu atau tertentu.
4. Pengendalian atau pengawasan, merupakan
fungsi untuk menjamin terlaksananya kegiatan
88
sesuai dengan yang direncanakan, sehingga
maksud dan tujuan untuk penggunaan dan
pengolahan masukan (inputs) pada
kenyataannya dapat dilaksanakan.
6. Strategi, Manufaktur, dan Manajemen
Produksi
Secara umum, manajemen bisnis global
(internasional) meliputi dua hal yaitu kegiatan
produksi dan manajemen bahan baku. Kegiatan
tersebut dilaksanakan dengan tujuan untuk
menekan biaya penciptaan nilai dan untuk melayani
kebutuhan konsumen dengan baik (nilai tambah).
Produksi didefinisikan sebagai kegiatan
mengubah barang mentah menjadi barang
setengah jadi atau barang jadi sehingga dapat
menambah nilai guna barang tersebut.Produksi
merupakan kegiatan yang mencakup penciptaan
suatu produk. Namun istilah produksi tidak hanya
89
digunakan dalam penciptaan barang saja tetapi
juga digunakan dalam kegiatan jasa.
Manajemen bahan adalah kegiatan mengatur
(planing, organazing, actuating, controlling)
penyebaran material fisik melalui rantai nilai. Mulai
dari usaha mendapatkan material tersebut melalui
produksi sampai pendistribusiannya. Fungsi
manajemen bahan bagi pihak internal perusahaan
adalah biaya produksi yang lebih rendah dan
peningkatan kualitas produk secara simultan
melalui peniadaan produk rusak atau cacat baik
dari rantai supplay dan proses pabrikasi.
Perusahaan yang mengembangkan kontrol
kualitasnya dapat mengurangi biaya penciptaan
nilai melalui 3 cara yaitu :
1. Memanfaatkan waktu seefektif dan seefisien
mungkin dalam memproduksi barang sehingga
90
tidak terdapat produk yang kurang berkualitas
dan tidakdapat dijual.
2. Meningkatkan kualitas produk dengan menekan
biaya pekerjaan ulang (rework) dan biaya
tambahan scrap costs).
3. Meminimalkan biaya jaminan dan biaya
pekerjaan ulang untuk mendapatkan kualitas
produk yang lebih baik.
Teknik manajemen utama yang digunakan
perusahaan untuk meningkatkan kualitas produk
mereka adalah Total Quality Management
(TQM). Fokus inti TQM adalah pada kebutuhan
untuk mengembangkan kualitas produk dan jasa
perusahaan. Menurut Fandy Tjiptono (2000:23)
pengertian TQM adalah suatu pendekatan dalam
menjalankan bisnis yang berupaya untuk
memaksimumkan daya saing organisasi melalui
perbaikan terus menerus atas produk, jasa,
91
manusia, proses dan lingkungannya. Terdapat 10
unsur dari TQM tersebut yaitu :
1. Fokus pada pelanggan
2. Memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas
3. Penggunaan pendekatan alamiah
4. Memiliki komitmen jangka panjang
5. Pembentukan tim kerja
6. Penyempurnaan kualitas secara
berkesinambungan
7. Pendidikan dan pelatihan
8. Kebebasan yang terkendali
9. Kesatuan tujuan
92
10. Adanya keterlibatan dan pemberdayaan
karyawan
Selain itu, terdapat beberapa persyaratan
dalam TQM, yaitu :
a) Komitmen dari manajemen puncak
b) Adanya stering committee (SC) dari seluruh
bagian organisasi
c) Perencanaan dan publikasi
d) Pembentukan infrastruktur yang mendukung
penyebarluasan dan perbaikan
berkesinambungan
7. JIT (just in time)
Adalah suatu sistem yang seimbang dimana
terdapat sedikit atau tidak ada barang setengah jadi
atau dan barang jadi yang tertunda dan
menganggur. Yaitu dengan mengefisiensikan biaya
penyimpanan bahan. Dengan mendatangkan
93
bahan tersebut tepat pada saat bahan tersebut
dibutuhkan dan bukan sebelumnya.
Produk yang dihasilkan tepat pada waktu dan
dalam jumlah yang diminta atau dibutuhkan oleh
konsumen. Apabila terdapat bahan yang cacat
pada bahan yang masuk akan dapat segera
dideteksi. Sehingga JIT dapat meningkatkan
kualitas produk dan kerusakan pada bahan dapat
diminimalisir.
Namun, sistem JIT ini memiliki kelemahan,
yaitu perusahaan tidak memiliki persediaan bahan,
sehingga akan sulit bagi perusahaan apabila terjadi
hambatan-hambatan dalam proses produksi atau
saat terjadi lonjakan permintaan. Solusinya yaitu
perusahaan harus memiliki beberapa pemasok
bahan yang dibutuhkan.
94
Selain pengurangan biaya dan peningkatan
kualitas, ada dua sasaran yang penting dalam
bisnis internasional yaitu :
1. Pabrikasi dan manajemen bahan harus dapat
menghimpun permintaan dari respon lokal.
Permintaan lokal meningkat dari adanya perbedaan
nasional dalam cita rasa dan preferensi
infrastruktur, saluran distribusi dan permintaan
pemerintah. Permintaan untuk merespon
kebutuhan lokalmenciptakan penekanan untuk
mendesentralisasikan kegiatan produksi ke pasar
nasional atau regional utama tempat perusahaan
melakukan bisnis.
2. Pabrikasi dan manajemen bahan harus dapat
memberikan respon yang cepat terhadap
perubahan permintaan konsumen. Persaingan
berdasarkan waktu telah menjadi semakin penting.
Dengan kata lain, ketika permintaan konsumen
cenderung meningkat dan perubahan tidak dapat
95
diramalkan, perusahaan yang dapat beradaptasi
dengan cepat terhadap perubahan-perubahan ini
akan memperoleh keuntungan.
8. Menentukan Letak Lokasi Bisnis
Letak lokasi bisnis menjadi salah satu syarat
penting dalam menentukan sukses tidaknya suatu
perusahaan tersebut didirikan serta untuk
mencapai tujuan ganda yaitu meminimalisasi biaya
dan mengembangkan kualitas produk. Dalam
menentukan letak lokasi bisnis perlu diperhatikan
beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah :
1. Faktor Negara
Faktor Negara merupakan salah satu faktor
penting dalam menentukan letak lokasi bisnis.
Kondisi politik, ekonomi, budaya dan biaya
faktor relatif berbeda dari suatu Negara dengan
Negara lain. Suatu Negara pasti memiliki
96
keunggulan komparatif yang menyebabkan biaya
faktor relatif bebeda-beda.Sedangkan perbedaan
politik, ekonomi, dan budaya nasional
memperngaruhi keuntungan, biaya dan risiko untuk
melakukan bisnis di suatu Negara.
Faktor Negara yang lain berkenaan dengan
keputusan lokasi yaitu mencakup adanya
hambatan dari suatu Negara yang akan dijadikan
tempat bisnis tentang peraturan berinvestasi di
Negara tersebut. Walaupun biaya faktor relatif lebih
rendah namun dengan adanya keputusan larangan
investasi memungkinkan dapat menghapus pilihan
tersebut.
Faktor Negara lain adalah tingkat pertukatan
uang asing yang relatif berubah-ubah.perubahan
yang berlawanan dalam tingkat perubahan dengan
cepat tersebut dapat mengubah daya tarik suatu
Negara yang akan mengadakan suatu bisnis di
Negara tersbut. Apresiasi mata uang dapat
97
mengubah suatu lokasi dengan biaya rendah
menjadi lokasi dengan biaya tinggi.
2. Faktor Teknologi
Teknologi yang menjadi perhatian penting
adalah teknologi yang melaksanakan aktivitas-
aktivitas pabrikasi khusus (manufacturing
technology). Tipe teknologi yang digunakan sebuah
perusahaan dalam pabriknya dapat menjadi sangat
penting dalam keputusan lokasinya. Terdapat tiga
karakteristik faktor teknologi adalah:
a. Biaya tetap.
Biaya tetap untuk mendirikan pabrik sangat
tinggi, dimana suatu perusahaan harus melayani
pasar dunia dari satu lokasi tunggal atau dari lokasi
yang sangat sedikit.Biaya tetap yang relatif
rendahsuatu saat dapat berubah menjadi biaya
yang cukup ekonomis untuk melaksanakan
98
aktivitas tertentu di beberapa lokasi.Hal ini
memungkinkan perusahaan untuk menampung
permintaan dari respon lokal dengan lebih baik.
Pabrik yang berada di banyak lokasi juga dapat
membantu perusahaan menghindari risiko
ketergantungan pada satu lokasi. Tergantung
terhadap satu lokasi akan memberikan dampak
negatif terhadap perusahaan tersebut.
b. Skala efisien minimum.
Konsep skala ekonomi menerangkan bahwa
bila output dari pabrik bertambah maka unit-unit
biaya akan berkurang. Alasan terhadap hubungan
ini mencakup pemanfaatan yang lebih optimal dari
peralatan modal dan perolehan produktivitas yang
muncul melalaui spesialisasi yang lebih banyak dari
pekerjaan dalam suatu perusahaan. Tingkat output
yang berada pada tingkat skala ekonomi yang
terrendah menunjukkan skala efisien minimum dari
output. Hal ini merupakan skala output suatu pabrik
99
yang harus diopersikan pada semua tingkat pabrik
utama untuk merealisasikan skala ekonomi.
Konsep ini menunjukkan bahwa skala efisien
minimum yang lebih besar dari suatu pabrik,
merupakan pernyataan yang mendukung pada
pemusatan produksi di satu lokasi atau sejumlah
lokasi yang terbatas. Ketika skala efisien minimum
dari suatu produksi rendah, maka kemungkinan
biaya akan menjadi ekonomis bagi pabrik yang
berada dibeberapa lokasi.
Dalam hal ini, terdapat keuntungan-
keuntungan yang diperoleh bagi perusahaan untuk
menghimpun permintaan yang lebih baik bagi
respon lokal atau untuk membatasi dalam upaya
melawan risiko mata uang dengna memproduksi
produk yang sama di beberapa lokasi.
100
C. Flexible Manufacturing (lean production)
Fleksibel manufacturing merupakan suatu susunan
yang dirancang untuk :
1) Mengurangi waktu penanganan
perlengkapan yang kompleks
2) Menciptakan pemanfaatan mesin secara
individual melalui penjadwalan yang lebih
baik
3) Meningkatkan kontrol kualitas disetiap
tahap pabrikasi.
Teknologi produksi yang fleksibel menjadikan
perusahaan dapat menghasilkan produk akhir
dengan keragaman yang lebih banyak pada tingkat
unit-unit biaya yang pada suatu waktu hanya dapat
dicapai melalui produksi massa dari output yang
didesentralisasi.
101
Teknologi dalam suatu perusahaan dapat
membantu perusahaan tersebut untuk menciptakan
respon konsumennya. Teknologi yang fleksibel
dalam bisnis internasional juga dapat membantu
perusahaan menyeragamkan produknya untuk
pasar nasional dan internasionala yang berbeda-
beda.
Faktor teknologi dapat mendukung kebijakan
ekonomi perusahaan untuk memusatkan fasilitas
menufakturing pada pilihan lokasi. Kebijakan
tesebut sesuaidan benar apabila :
1) Biaya-biaya tetap besar.
2) Skala efisiensi minimum dari produksi tinggi.
3) Teknologi manufacturing yang fleksibel tersedia.
Hal tersebut sering kali benar bila terdapat
perbedaan cita rasa dan preferensi konsumen
dalam pasar-pasar nasional tersebut, selama
102
teknologi mnaufakturing yang fleksibel mendukung
perusahaan untuk menyeragamkan produk di
Negara yang berbeda-beda pada fasilitas tunggal.
Kebijakan untuk memusatkan produksi di satu atau
sedikit lokasi tidak dapat dipaksa apabila :
1) Biaya-biaya tetap rendah.
2) Skala efisiensi minimum dari produksi rendah.
3) Teknologi manufacturing yang fleksibel tidak
tersedia.
Selain ketiga karakteristik teknologi manufaktur
yang telah dibahas di atas, faktor teknologi yang
lainnya juga perlu mendapat perhatian, diantaranya
adalah peranan teknologi dalam keunggulan
bersaing sebagaimana dikemukakan oleh Porter
(1994:177) bahwa “teknologi berpengaruh pada
keunggulan bersaing jika memiliki peran signifikan
dalam menentukan posisi biaya relatif atau
differensiasi relatif. Karena teknologi terwujud
dalam setiap aktivitas nialai dan berperan dalam
103
mewujudkan keterkaitan di antara berbagai
aktivitas, maka teknologi dapat memiliki pengaruh
besar tehadap biaya atau diferensiasi, jika
berpengaruh pada faktor penentu biaya atau faktor
penentu keunikan aktifitas nilai.
3. Faktor produk.
Terdapat dua ciri produk yang dapat
mempengaruhi keputusan lokasi, yaitu:
a. Rasio antara nilai dan berat produk, karena
hal ini berpengaruh dalam bidang transportasi.
Banyak komponen-komponen elektronik yang
memiliki rasio antara nilai dengan berat produk
yang tinggi, mahal dan tidak terlalu berat. Dengan
demikian, sekalipun komponen - komponen
elektronik tersebut dibentuk separuh jalan di
seluruh dunia. Biaya transportasi diperhitungkan
dengan presentasi yang sangat kecil dari total
biaya secara keseluruhan. Berkaitan dengan hal ini,
104
maka yang lainnya akan menjadi sama, terdapat
penekanan yang kaut terhadap pabrik produk-
produk tersebut pada loksai yang optimal dan untuk
melayani pasar dunia dari lokasi tersebut.
Penanganan produk yang berbeda yaitu
rasio antara nilai dengan berat produk yang rendah.
Produk tersebut relatif tidak terlalu mahal dan berat.
Bila produk - produk tersebut dibentuk di beberapa
tempat maka biaya transportasi diperhitungkan
dengan presentasi yang besar dari total biaya
keseluruhan. Maka produk lainnya akan sama,
dimana terdapat penekanan yang kaut terhadap
pabrik. Produk-produk ini terdapat di beberapa
lokasi yang dekat dengan pasar utama untuk
mengurangi biaya transportasi.
b. Produk yang melayani kebutuhan-kebutuha
universal (kebutuhan yang sama di dunia).
Sepanjang terdapat sedikit perbedaan nasional
dalam citarasa dan preferensi konsumen untuk
105
berbagai macam produk, maka kebutuhan untuk
respon lokal akan berkurang. Maka hal ini akan
meningkatkan daya tarik untuk menempatkan
pabrik atau perusahaan pada suatu lokasi yang
optimal.
D. Menempatkan Fasilitas Pabrik
Terdapat dua strategi dalam penempatan
fasilitas produksi, yaitu memusatkan fasilitas-
fasilitas produksi tersebut pada lokasi yang optimal
dan melayani pasar dunia, dan
mendesentralisasikan fasilitas-fasilitas produksi
tersebut pada wilayah atau lokasi nasional yang
berragam yang dekat dengan pasar utama.Pilihan
strategi yang tepat ditentukan oleh faktor
keragaman, Negara, teknologi dan produk.
Pemusatan pabrikasi sesuai jika:
106
a. Perbedaan dalam biaya-biaya faktor politik
ekonomi dan budaya memberikan pengaruh
besar pada biaya-biaya produksi di berbagai
Negara.
b. Hambatan perdagangan rendah.
c. Tingkat pertukaran diharapkan akan relatif
stabil.
d. Teknologi produksi mengandung biaya tetap
yang tinggi atau skala efisien minimum yang
tinggi serta keberadaan teknologi produksi
yang fleksibel.
e. Ratio value to weight produk yang tinggi.
f. Produk yang melayani kebutuhan-kebutuhan
universal.
107
Desentralisasi produksi sesuai jika:
a) Perbedaan antara Negara dalam biaya-biaya
faktor politik ekonomi dan budaya tidak
membawa pengaruh besar pada biaya
produksi di berragam Negara.
b) Hambatan perdagangan tinggi.
c) Tingkat pertukaran yang diharapkan
berubah.
d) Teknologi produksi mengandung biaya tetap
yang rendah, dan teknologi produksi yang
fleksibel
e) Ratio value to weight produk yang rendah.
f) Produk tidak melayani kebutuhan universal,
Karena perbedaan yang signifikan dalam
cita rasa dan Preferensi konsumen berada di
Negara-negara.
108
E. Pentingnya Manajemen Produksi
Alasan pertama pentingnya mempelajari
manajemen poduksi adalah topik-topik yang
dipelajari dalam manajemen produksi berkaitan
dengan desain, operasi dan pengawasan sisi
penawaran organisasi-organisasi. Semua
organsasi ada untukmemenuhi permintaaan
tersebut. Dengan pemahaman dasar tentang apa
yang dilakukanuntukmengembangkan dan
mengoperasikan sistem-sistem produksi,
para manajer pemasaran dapat melayani pasar dan
mengelola tenaga penjualan mereka dengan
secara lebih baik bila mereka memahami
kemampuan dan keterbatasan sistem permintaan-
penawaran total mereka, pengenalan produk baru,
dan kemampuan produk baru. Manajer
keuangan dapat merencanakan ekspansi kapasitas
dan akan dapat memahami tujuan-tujna persediaan
ssecara lebih baik.
109
Para akuntan mementingkan ini untuk memberi
informasi akuntansi biaya,rasio-rasio pemanfaatan
kapasitas, penilaian persediaan, dan informasi lain
untuk pengawasan. Para manjer personlia juga
dapat memperoleh suatu pengetahuan tentang
kompleksitas desain pekerjaan,fungsi-fungi yang
dilaksanakan manajer produksi, serta keterampilan-
keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan mereka.
Alasan kedua pentingnya mempelajari
manajemen operasi adalah bahwa sekitar 70
persen aktiva –aktiva dalamberbagai organisasi
manufacturing dan pemrosesan adalah berbentuk p
ersediaan-persediaan,pabrik dan peralatan yang
secara langsung atau tidak langsung berada di
bawah pengawasan para manajer produksi atau
operasi manajer, manajer bahan,manajer peralihan,
dan para penyelia produksi yang semuanya
110
merupakan anggota organisasi manjemen operasi
dan produksi.
Alasan ketiga adalah untuk meperoleh
pengetahuan tentanng berbagai macam tekanan
yang dihadapi manajer sebagai usaha mereka
untuk melaksanakan tanggung jawab sosial
perusahan terhadap masyarakat. Para manajer
produksi dan operasi harus memenuhi keinginan
pemilik, sebagai pemegang saham perusahaan
atau anggota legislatif. Tetapi, di lain sisi mereka
harus beroperasi dalam sistem sosial dan
mempinyaiterhadap masyarakat.
Alasan terakhir untuk mempelajari manajemen
produksi atau operasi adalah bahwa ada
kesempatan pekerjaan dan karir yang cerah bagi
individu kreatif ang berminat terjun dalamkarier
profesional di bidang manajemen produksi atau
operasi dan manjemen pelatihan.
111
1. Hubungan fungsi produksi dan
lingkungannya
Pesanan-pesanan diterima oleh departeman
penjualan yang merupakan bagian fungsi
pemasaran ; bahan mentah dan suplies didapatkan
melalui fungsi pembelain ; modal untuk pembelian
berbagai pealatan datang dari fungsi keuangan;
tenaga kerja diperoleh melalu fungsi personalia;
dan produk dikirim oleh fungsi distribusi.
Penyanggan fungsi produksi daripengaruh
lingkungan secar langsung diperlakukan untuk
alasan diantaranya interaksi dengan unsur-unsur
lingkungan, proses transformasi tekologi yang lebih
efisien dariada proses yang diperlukan dalam
pengadaan masukan dan penjualan produk akhir,
keterampilan manajerial yang diperlukan untuk
keberehasilan operasi proses transformasi sering
berbeda dengan yang diperlukan untuk
112
keberehasilan operasi pemasaran, personalia, atau
keuangan.
2. Organisasi Formal Fungsi Produksi
Pengorganisasian fungsi produksi merupakan
proses penyusun struktur organisasi departemen
produksi yang sesuai dengan tujuan organisasi,
sumber daya yang dimiliknya, danlingkungan yang
melingkupinya.
3. Pembuatan Keputusan Dalam Produksi
Pembuatan keputusan merupakan elemen penting
manajemen produksi. Pembuatan keputusan dapat
dioandang dari berbagai perspektif yang berbeda.
Pembuatan keputusan merupakan keseluruhan
proses pencapaian suatu keputusan dari idetifikasi
awal melalui pengembangan dan penilaian
alternatif-alternatif sampai pemilihannya.
113
Proses pembuatan keputusan diawali
dengan perumusan masalah yang dilakukan
dengan menguji hubungan sebab-akibat, mencari
penyimpangan-penyimpangan, dan yang paling
penting adalah berkonsultasi dengan pihak lain.
Selanjutnya pengembangan alternatif-
alternatif dengan mengumpulkan dananalisa data
yang relavan. Dari data tersebut ditentukan
alternatif dikembangkan sebelum diambil suatu
keputusan.
Setelah dikembangkannya alternatif maka
langkah selanjutnya adalah evaluasi alternatif-
alternatif yang tergantung pada kriteria pemilihan
keputusan yang tepat. Evaluasi alternatif
dipermudah dengan penggunaan model-model
matematik formal. Ini memungkinkanpembut
keputusan untuk mengkuantufikasikan kriteria dan
batasan-batasan serta mengevaluasi berbagai
alternatif berdasarkan kerangka model. Pemilihan
114
alternatif dilakukan untuk mengevaluasi alternatif-
alternatif untuk mempermudah alternatif yang
tinggi. Alternatif yang terpilih sering hanya
berdasarkan jumlah informasi terbatas yang
tersedia bagi manajer dan ketidaksempurnaan
keputusan manajer. Pilihan alternatif terbaik pun
sering merupakan kompromberbagai faktor yang
dipertimbangkan.
Implementasi keputusan. Suatu keputusan
belum selesai sebelum diterapkan dalam praktek.
Langkah ini sama krusialnya dengan proses
pembuatan keputusan secar keselururuhan.
Pemahaman akan perubahan organisasionaladalah
kunci sukses implementasi. Implementasi tidak
sekedar menyangkut pemberian perintah, naun
dalam hal ini manajer harus menetapkan jadwal
kegiatan atau anggaran, mengadakan den
mengalokasikan sumberdaya yang diperlukanserta
115
melimpahkan wewenang dan tanggungjawab
tertentu.
4. Alasan Perusahaan Menjadi Global
Dalam situasi dan kondisi yang semakin
berkembang, maka banyak perusahaan yang
membuat keputusan untuk mengembangkan bisnis
ke dunia internasional.Ada beberapa alsan yang
mendasari perusahaan menjadi global. Diantaranya
adalah sebagai berikut :
a. Efisiensi biaya.
Banyak cara yang telah dilakukan oleh
perusahaan yang beroperasi secara global atau
secara internasional untuk dapat mengurangi
berbagai biaya, antara lain dengan cara:
1). Pemilihan lokasi yang menyediakan biaya
tenaga kerja rendah
116
2). Pemanfaatan adanya kesepakatan
perdagangan yang berdampak pada
kemajuan perusahaan
3) Perbaikan manajemen rantai pasokan.
Dengan menempatkan fasilitas di suatu
Negara dimana sumberdaya tertentu berada,
maka pengelolaan manajemen rantai pasokan
dapat lebih terjamin.
4). Pemberian produk yang lebih baik.
Karena karakteristik produk yang diinginkan
konsumen sangat bervariasi dan ditentukan
oleh masing-masing lokasi maka banyak
perusahaan yang beroperasi secara
internasional menempatkan diri di suatu
Negara tertentu dimaka produk perusahaan
tersebut dipasarkan, misalnya disesuaikan
dengan budaya yang berlaku.
117
b. Menarik pasar baru.
Perusahaan yang wilayah pemasarannya di
dalam negeri sudah terbatas, maka dapat
memanfaatkan pasar luar negeri yang masih
terbuka untuk digunakan sebagai tempat usaha
dengan memperhatikan berbagai aspek.
118
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Manajemen Produksi
Menurut James A.F. Stoner (2006) manajemen
adalah suatu proses perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan, dan
pengendalian upaya dari anggota organisasi serta
penggunaan sumua sumber daya yang ada pada
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan sebelumnya. Produksi adalah
segala kegiatan dalam menciptakan dan
menambah kegunaan (utility) sesuatu barang atau
jasa, untuk kegiatan mana dibutuhkan faktor-faktor
produksi dalam ilmu ekonomi berupa tanah, tenaga
kerja, dan skill (organization, managerial, dan skills)
bertujuan untuk meningkatkan atau menambah
guna atas suatu benda, atau segala kegiatan yang
ditujukan untuk memuaskan orang lain melalui
pertukaran menurut Sofyan Assauri. Sedangkan
119
menurut Murti Sumarti dan Jhon
Soeprihanto produksi adalah semua kegiatan
dalam menciptakan atau menambah kegunaan
barang atau jasa, dimana untuk kegiatan tersebut
diperlukan faktor-faktor produksi. Dari pengertian
tentang definisi produksi diatas, maka dapat
diartikan bahwa produksi merupakan suatu
kegiatan untuk mentransformasikan faktor-faktor
produksi, sehingga dapat meningkatkan atau
menambah faidah bentuk, waktu dan tempat suatu
barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan
manusia yang diperoleh melalui
pertukaran. Manajemen produksi adalah kegiatan
untuk mengatur danmengkoordinasikan
penggunaan sumber-sumber daya berupa sumber
daya manusia, sumber daya alat, dan sumber daya
dana serta bahan secara efektif dan efisien, untuk
menciptakan dan menambah kegunaan (utility)
suatu barang atau jasa. Proses manajemen
produksi adalah penggabungan seluruh aspek yang
120
terdiri dari produk, pabrik, proses, program dan
manusia.
B. Tahapan Manajemen Produksi
Agar menghasilkan produksi yang sesuai target,
tim manajemen produksi harus melewati beberapa
tahapan mulai dan perencanaan hingga eeksekusi.
Masing – masing tahapan sama pentingnya karena
jika dilewati satu tahapan saja maka hasil produksi
tidak bisa maksimal dan akan berpengaruh
terhadap kepuasan dan kepercayaan konsumen
terhadap produk. Berikut adalah tahapan
manajemen produksi :
1.Tahap perencanaan produksi.
Pada tahap awal inilah seluruh rencana
produksi mulai dari kualitas produk, kuantitas
produk yang dihasilkan, bahan yang akan
digunakan, target konsumen dimana produk akan
121
dipasarkan, jumlah tenaga kerja yang dipakai, atau
departemen lain yang berkaitan akan dibahas.
Dalam tahap ini bahkan anggota tim bisa
mengajukan ide produk baru melalui proses yang
disebut dengan denganbrainstorming dimana si
pencetus ide harus meyakinkan seluruh timnya
bahwa idenya relevandan efektif untuk mewujudkan
tujuan organisasi.
2. Tahap pengendalian produksi
Agar proses produksi dilakukaan sesuai jadwal
dan semua yang telah direncanakan dalam proses
perencaanaan berjalan dengan lancar maka tahap
ini harus dilakukan. Dalam pengendalian produksi,
jadwal kerja diatur, detail rencana sistem kerja juga
diatur dan lain sebagainya. Tujuan dari tahap
pengendalian produksi adalah agar hasil produksi
bisa berjalan efektif daan efisien.
3. Tahap pengawasan produksi
122
Setelah jadwal kerja dan rincian teknis telah
disiapkan, saatnya untuk melakukan proses
produksi. Bersamaan saat melakukan proses
produksi adalah pengawasan yang dilakukan
bertujuan agar hasil produksi yang dihasilkan
sesuai dengan yang diharapkan, selesai tepat
waktu, tidak overbudget atau bahkan
kekurangan budget, kualitasnya sesuai dengaan
standar, dan lain sebagainya hingga siap untuk
dilemparkan ke pasar.
C. Faktor-Faktor Manajemen Produksi
a. Faktor utama agar manajemen produksi bisa
berjalan dengan baik adalah adanya
pembagian kerja atau division of labour.
Artinya seorang manajer produksi harus bisa
membagi tugas kepada anggota lainnya
untuk yang sesuai dengan keahliannya dan
kelebihan masing –masing agar proses
produkssi bisa berjalan dengan efeektif dann
123
efisien. Memberikan tugas atau pekerjaan
kepada orang yang tidak memiliki
kemampuan untuk itu akan menghambat
proses manajemen produksi dan berujung
pada bertambahnya biaya produksi.
b. Faktor kedua yang bisa membuat
manajemen produksi berkembang dengan
pesat adalah revolusi industri. Maksud dari
revolusi industri dalam hal ini bukanlah
pergantian mata pencaharian utama sebagai
petani diganti dengan bekerja di pabrik.
Namun makna dalam konteks manajemen
produksi adalah proses mengganti tenaga
manusia dengan tenaga mesin yang kini
sudah banyak dipakai di pabrik-pabrik
modern. Dalam produksi yang menggunakan
bantuan mesin ini target produksi bisa lebih
mudah tercapai dan bisa meningkatkan
kualitas SDM dimana pekerja akan terpacu
124
untuk meningkatkan kualitas keahliannya
bukan hanya sekedar buruh.
Dampak buruk dari revolusi industri ini
adalah perusahaan atau organisasi kecil
yangmasih mengunakan metode kuno daan
menggunakan tenaga kerja manusia untuk
sebagian besar proses produksi sehingga tidak
mampu mengimbangi jumlah atau kuantitas barang
yang diproduksi dibandingkan organisasi yang
menggunakan mesin. Revolusi ini indikasinya bisa
dilihat dari hal berikut :
1) Penggunaan mesin semakin banyak.
2) Efisiensi produksi batu bara sebagai bahan
bkar dan besi serta baja sebagai bahan
utama.
3) Pembangunan infrastruktur semakin
berkembang, seperti jalur kereta api, alat
125
transportasi, jaringan komunikasi, dan
pasokan listrik yang memadai.
Dengan demikian manajemen operasi
berkaitan dengan pengelolaan faktor – faktor
produksi sedemikian rupa sehingga keluaran
(output) yang dihasilkan sesuai dengan permintaan
konsumen baik kualitas, harga maupun waktu
penyampaiannya. Sekilas telah disebutkan dari
uraian di atas bahwa manajemen produksi operasi
bertanggung jawab atas dihasilkannya keluaran
(output) baik yang berupa produk maupun jasa
yang sesuai dengan permintaan dan kebutuhan
konsumen dengan kualitas yang baik dan harga
yang terjangkau serta disampaikan tepat pada
waktunya. Bertitik tolak dari tanggung jawab ini
maka ukuran kinerja suatu.
Sistem Operasi dapat diukur dari :
1) Ongkos Produksi
126
Bila dikaitkan dengan tujuan suatu sistem usaha,
maka ukuran kinerja sering diukur dengan
keuntungan yang dapat dicapai, namun seperti
diuraikan diatas bahwa sistem produksi hanyalah
salah satu dari sub sistem yang ada dalam suatu
sistem usaha, sehingga untuk mengukur seberapa
besar kontribusi sistem operasi di dalam
pencapaian keuntungan bukanlah hal yang mudah.
Oleh sebab itu untuk mengukur kinerja sistem
produksi diambil ukuran waktu operasi tertentu
(biasanya dalam waktu satu tahun)
Ongkos produksi ini meliputi semua biaya yang
dikeluarkan untuk menghasilkan produk / jasa
ketangan konsumen. Dengan ongkos produksi
yang murah diharapkan bahwa produk / jasa dapat
dipasarkan dengan harga yang dapat dijangkau
oleh konsumen.
127
2) Kualitas Produk / Jasa
Kenyataan menunjukan bahwa konsumen tidak
hanya memilih produk/jasa yangharganya murah
namun juga produk/jasa yang berkualitas, oleh
sebab itu baik buruknya suatu sistem produksi
juga diukur dari kualitas produk/jasa yang
dihasilkan.Ukuran kualitas produk yang
dimaksudkan disini tentunya yang disesuaikan
dengan selera konsumen bukan ukuran kualitas
secara teknologi semata.
3) Tingkat Pelayanan
Bagi konsumen untuk menilai baik buruknya
suatu sistem produksi / operasi lebih dinilai dari
pelayanan yang dapat diberikan oleh sistem
produksi kepada konsumen itu sendiri. Berbicara
mengenai tingkat pelayanan (service level)
merupakan ukuran yang tidak mudah untuk diukur,
sebab banyak dipengaruhi oleh faktor – faktor
128
kualitatif, walaupun demikian beberapa ukuran
obyektif yang sering digunakan antara lain :
a) Ketersediaan (availability) dan kemudahan
untuk mendapatkan produk / jasa.
b) Kecepatan pelayanan baik yang berkaitan
denganwaktu pengiriman (delivery
time ) maupun waktu pemrosesan ( processing
time ).
c) Agar dapat dicapai kinerja sistem operasi diatas
maka seorang manajer produksi / operasi
dituntut untuk mempunyai sedikitnya dua
kompetensi, yaitu :
- Kompetensi Teknikal yaitu kompetensi yang
berkaitan dengan pemahaman atas teknologi
proses produksi dan pengetahuan atas jenis-jenis
pekerjaan yang harus dikelola. Tanpa memiliki
kompetensi teknikal ini maka seorang manajer
129
produksi / operasi tidak akan mengerti apa yang
sebenarnya harus diperbuat.
- Kompetensi Manajerial yaitu kompetensi yang
berkaitan dengan pengetahuan yang berkaitan
dengan pengelolaan sumber – sumber daya
(faktor-faktor produksi) serta kemampuan untuk
bekerja sama dengan orang lain. Kompetensi ini
sangat diperlukan mengingat penguasaan
pengelolaan atas faktor- faktor produksi serta
menjalin koordinasi dan kerjasama dengan fungsi-
fungsi lain yang ada didalam suatu unit usaha
merupakan keharusan yang tak dapat dihindarkan.
130
D. Fungsi Manajemen Produksi
Dengan adanya manajemen yang diterapkan
dalam kegiatan produksi suatu perusahaan, maka
hasil dari produksi tersebut dapat menghasilkan
output yang baik pula. Manajemen yang digunakan
tersebut disebut manajemen produksi. Manajemen
produksi bertujuan mengatur penggunaan faktor-
faktor produksi yang ada sedemikian rupa sehingga
proses produksi dapat berjalan dengan efektif dan
efisien. Fungsi dasar manajemen produksi menurut
Sastrodipoera (1994) dibagi menjadi tujuh sebagai
berikut :
a. Fungsi Perencanaan Produk.
Fungsi ini menentukan bentuk dan mutu produksi
akhir. Perencanaan produksi umumnya mempunyai
tiga jenis kegiatan yaitu urutan kerja, penjadwalan,
dan dispesing. Dispesing ini merupakan perintah
kepada karyawan untuk memulai pekerjaan sesuai
131
dengan jadwal dan urutan kerja yang sudah
disusun.
b. Fungsi Perencanaan Proses.
Fungsi ini berhubungan dengan penetapan metode
terbaik, paling efektif dan efisien untuk
mengkombinasikan sumber-sumber daya yang ada
dan untuk menghasilkan produksi yang sesuai
dengan perencanaan produksi.
c. Fungsi Persediaan.
Fungsi ini berhubungan dengan kegiatan
persediaan bahan baku, mutu, waktu, dan tempat
yang tepat dengan memperhitungkan biaya
serendah mungkin.
d. Fungsi Pengawasan.
Fungsi ini menentukan kegiatan pelaksanaan agar
tetap sesuai dengan rencana produksi.
132
e. Fungsi Pengawasan Mutu.
Berhubungan dengan pemeliharaan mutu produksi
sehingga sesuai dengankeinginan pasar.
f. Fungsi Pengawasan biaya.
Kegiatan yang bertanggung jawab terhadap setiap
perbedaan antara biaya yangdikeluarkan dengan
biaya yang direncanakan.
g. Fungsi Pengangkutan.
Bertujuan agar proses produksi dapat dilaksanakan
dengan tepat dan dengan biaya perlengkapan
sekecil-kecilnya.
Dalam mengoperasikan suatu kegiatan,
peranan manajemen ini sangat penting sehingga
antara satu aspek dengan aspek yang lainnya tidak
berjalan sendiri- sendiri. Suatu manajemen
diterapkan dalam perusahaan agar setiap input
133
atau faktor produksi dikombinasikan dengan baik
dan dalam prosesnya prinsip efisiensi dapat lebih
diperhatikan.
E. Sistem Produksi
Sistem adalah sekumpulan bagian-bagian yang
saling berhubungan dengan satu sama lain, dan
bersama-sama beraksi menurut pola tertentu
terhadap input dengan tujuan menghasilkan output.
Sistem produksi yaitu sekumpulan sub-sistem yang
terdiri dari pengambilan keputusan, kegiatan,
pembatasan, pengendalian dan rencana yang
memungkinkan berlangsungnya perubahan input
menjadi output melalui proses produksi.
a. Keputusan Esensial
Pengelolaan sistem produksi (manajemen
produksi) akan melibatkan serangkaian proses
pengambilan keputusan operasional, keputusan –
134
keputusan taktikal bahkan keputusan strategis.
Secara umum ada 5(lima) jenis kategori keputusan
esensial didalam manajemen produksi,
yaitu keputusan yang berkaitan dengan :
b. Proses Produksi
Keputusan yang termasuk dalam kategori ini
pada prinsipnya berkaitan dengan penentuan
wahana atau fasilitas fisik yang dipergunakan untuk
terjadinya transformasi input menjadi produk / jasa.
Keputusan yang dimaksud meliputi :
1) Teknologi produksi
2) Type peralatan
3) Jenis proses dan aliran proses produksi
4) Tata letak fasilitas
135
Pada umumnya keputusan – keputusan yang
diambil dalam kategori ini berdampak jangka
panjang dan tidak mudah diubah dalam waktu yang
singkat (long term strategic decision).
c. Kapasitas
Keputusan – keputusan yang termasuk dalam
kategori ini berkaitan denganpenentuan
kemampuan sistem produksi untuk
menghasilkan barang dalam jumlah dan waktu
yang tepat. Dipandang dari sudut waktu
dibedakan atas :
1) Keputusan jangka panjang, antara lain
penentuan kapasitas design sistem produksi,
expansi kapasitas, integrasi vertikal, integrasi
horisontal dsb
136
2) Keputusan jangka menengah, antara lain
penentuan sub kontrak, penambahan mesin,
rekrutasi tenaga kerja dsb.
3) Keputusan jangka pendek, pada prinsipnya
berkaitan dengan pengalokasian
pendayagunaan sumber – sumber yang tersedia
untuk menghasilkan barang yang diminta
konsumen. Keputusan ini diantaranya adalah
penjadwalan produksi (Scheduling &
dispatching), pengaturan mesin dsb.
F. Persediaan (Inventory).
Keputusan yang termasuk dalam kategori ini
pada hakekatnya berkaitan dengan pengaturan
material yang diperlukan untuk keperluan produksi,
mulai dari pengaturan bahan baku, barang
setengah jadi maupun produk jadi. Ditinjau dari segi
permasalahan yang dihadapi, keputusan ini dapat
dibedakan atas keputusan tentang operating
137
system persediaan dan keputusan tentang policy
persediaan.
G. Tenaga Kerja
Mengelola orang merupakan pekerjaan
terpenting yang perlu dibuat oleh seorang manajer
mengingat tenaga kerja tidak hanya sebagai salah
satu faktor produksi tetapi merupakan faktor
penentu dari keberhasilan semua aktivitas didalam
sistem produksi. Keputusan dalam kategori ini
dimulai sejak proses seleksi karyawan sampai
dengan pensiun. Adapun keputusan – keputusan
rutin diantaranya penugasan karyawan, pengaturan
lembur dan cuti, penggiliran kerja dan sebagainya.
H. Kualitas Produksi.
Manajer produksi bertanggungjawab atas
kualitas dari barang / jasa yang dihasilkan, oleh
sebab itu manajer produksi wajib untuk melakukan
138
kegiatan – kegiatan agar produk / jasa yang
dihasilkan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
I. Mutu Produk atau Jasa
Salah satu faktor penting dalam menunjang
keberhasilan perusahaan adalah tingkat mutu
produk/jasa yang dihasilkan oleh perusahaan
tersebut. Mutu merupakan suatu sistem yang terdiri
dari struktur organisasi, tanggung jawab, prosedur,
proses dan sumber daya dalam rangka
menerapkan manajemen mutu. Kegiatan yang
berkaitan dengan mutu produk meliputi beberapa
tahapan yaitu: pemasaran dan riset pasar,
disain/spesifikasi rekayasa dan pengembangan
produk, pengadaan, perencanaan dan
pengembangan proses, produksi, inspeksi,
pengetesan dan pengujian,
139
pengemasan dan penyimpanan, penjualan dan
distribusi, pemasangan dan operasi, bantuan teknik
dan perawatan, pembuangan purna pakai.
Setelah menetapkan mutu tertentu dari suatu
produk, maka perlu diadakan pengawasan
sejauh mana mutu tersebut dapat dipertahankan,
agar tidak terjadi ketimpangan yang mengakibatkan
konsumen merasa kecewa dengan produk yang
telah dibelinya, kalau sudah terjadi ketimpangan
maka akan timbul efek yang lebih jauh bagi
perusahaan berupa penanggungan biaya beban
kerugian untuk jaminan mutu produk, atau efek lain
yang sangat merugikan perusahaan berupa
penurunan volume penjualan yang akan
mengurangi profit margin perusahaan secara
menyeluruh. Secara terperinci tujuan pengawasan
mutu adalah :
1) Agar produk hasil produksi dapat mencapai
standar mutu yang telah ditetapkan.
140
2) Mengusahakan agar biaya pengawasan dapat
ditekanseminimal mungkin.
3) Mengusahakan agar biaya disain dari produk
dan proses dengan menggunakan
mutu produksi tertentu diperkecil.
4) Mengusahakan agar biaya produksi dapat
ditekan serendah mungkin.
J. Pengambilan Keputusan Dalam Manajemen
Produksi.
Dalam mengatur dan mengkoordinasikan
penggunaan sumber-sumber daya, manajer
produksi perlu perlu membuat keputusan -
keputusan yang berhubungan dengan upaya-upaya
utuk mencapai tujuan , agar barang-barang dan
jasa-jasa yang dihasilkan sesuai dan tepat seperti
yang diharapkan, yaitu tepat mutu (kualitas), tepat
141
jumlah (kuantitas), dan dapat tepat waktu dengan
biaya.
Dilihat dari kondisi keputusan yang harus
diambil, dibedakan menjadi :
1) Pengambilan keputusan atas peristiwa yang
pasti
2) Pengambilan keputusan atas peristiwa yang
mengandung resiko
3) Pengambilan keputusan atas peristiwa yang
tidak pasti.
4) Pengambilan keputusan atas peristiwa yang
timbul karena pertentangan dengan
keadaan lain.
Bidang produksi mempunyai lima tanggung
jawab keputusan utama yaitu :
142
a) Proses.
Keputusan –keputusan dalam kategori ini
menentukan proses fisik atau fasilitas yang
digunakan untuk memproduksi barang dan jasa.
Keputusan mencakup jenis peralatan dan teknologi,
arus proses, tata letak (lay-out) peralatan dan
seluruh aspek fisik pabrik atau jasa pelayanan.
b) Kapasitas.
Keputusan kapasitas dimaksudkan untuk
menentukan besarnya kapasitas yang tepat dan
penyediaan pada waktu yang tepat.
c) Persediaan.
Manajer persediaan membuat keputusan-
keputusan dalam bidang produksi. Menyangkut
pada apa yang dipesan, berapa banyak
pemesanan, serta kapan pemesanan dilakukan.
143
K. Tenaga kerja
Dalam manajemen produksi, penentuan dan
pengelolaan tenaga kerja atau sumber daya
manusia menempati posisi yang sangat penting.
Keputisan tentang tenaga kerja mencakup
seleksi,penggajian,pelatihan,penempatan,penyeliaa
n/ supervisi.
L. Mutu/kualitas
Fungsi produksi ditandai dengan penekanan
tanggung jawab yang lebih besar terhadap mutu
atau kualitas barang dan jasa yang dihasilkan.
M. Ruang Lingkup Manajamen Produksi
Manajemen produksi merupakan kegiatan
yang cakupanya cukup luas di mulai dari analisis
dan penetapan keputusan-keputusan sebelum
dimulainya produksi.
144
Penambahan dan perancangan atau desain
sistem produksi meliputi :
a) Seleksi dan desain hasil produksi.
Kegiatan produksi harus dapat menghasilkan
produk-produk barang atau jasa dengan cara
efektif dan efisien serta dengan kualitas yang
baik.
b) Pemilihan lokasi perusahaan serta unit
produksi.
Dalam pemilihan lokasi, perlu diperhatikan
factor jarak, kelancaran dan biaya
pengangkutan dari bahan baku serta biaya
pengankutan barang jadi ke pasar.
c) Rancangan tata letak (lay-out) dan arus kerja
atau proses. Rancangan tata letak harus
mempertimbangkan antara lain kelancaran arus
145
kerja, optimalisasi waktu pergerakan dalam
proses, kemungkinan kerusakan yang terjadi
karena pergerakan dalam proses.
d) Rancangan tugas.
Rancangan tugas harus merupakan kesatuan
dari humanengineering, dalam
rangka menghasilkan rancangan kerja yang
optimal.
e) Strategi produksi dan operasi serta pemilihan
kualitas.
Dalam strategi produksi dan operasi harus
terdapat pernyataan tentang maksud dan tujuan
produksi dan operasi serta misi dan kebijakan-
kebijakan dasar untuk lima bidang yaitu,
proses, kapasitas, persediaan,tenaga kerja, dan
mutu.
146
N. Lokasi dan Layout Pabrik
Pemilihan lokasi pabrik merupakan hal
penting, karena mempengaruhi kedudukan
perusahaan dalam persaingan, dan kelangsungan
hidupnya. kemungkinan ekspansi. Tujuan
perencanaan lokasi pabrik tujuannya adalah agar
perusahaan dapat beroperasi dengan lancar, efektif
dan efisien. Penentuan lokasi memperhatikan
faktor biaya produksi dan biaya distribusi barang
yang dihasilkan dan faktor lokasi sangat penting
untuk menurunkan biaya operasi.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Lokasi
Pabrik :
a) Faktor utama :
1. Lingkungan masyarakat.
2. Kedekatan dengan pasar.
3. Tenaga kerja.
147
4. Kedekatan dengan bahan mentah dari
pemasok.
5. Fasilitas dan biaya transportasi.
6. Sumber daya alam lainnya.
b). Faktor sekunder :
1. Harga tanah.
2. Dominasi masyarakat.
3. Peraturan tenaga kerja.
4. Rencana tata ruang.
5. Kedekatan dengan lokasi pabrik pesaing.
6. Tingkat pajak.
7. Cuaca atau iklim.
8. Keamanan
9. Peraturan lingkungan hidup
Pendekatan situasional atau contingency adalah
penentuan lokasi berdasarkan faktor terpenting
148
menurut kebutuhan dan kondisi masing-masing
perusahaan.
Misalnya:
a) Dekat dengan pasar
b) Dekat dengan sumber bahan baku saja
c) Tersedia tenaga kerja
Perangkap Dalam Pemilihan Lokasi sebagai
berikut :
a) Lokasi sulit mendapatkan tenaga kerja
b) Lokasi dengan harga tanah murah, tetapi
kondisinya jelek sehingga perlu biaya mahal
untuk membuat pondasi
c) Lokasi diluar kota dengan harga murah, tetapi
149
fasilitasprasarana jalan dan saran transportasi
belum dibangun.
Tahap Pemlihan Lokasi Pabrik sebagai
berikut :
a) Melihat kemungkinan beberapa alternatif daerah
yang akan dipilih. Melihat pengalaman orang lain
dan pengalaman sendiri untuk menentukan lokasi
pabrik.
b) Mempertimbangkan dan menilai alternatif pilihan
yang menguntungkan.
150
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pentingnya mempelajari manajemen poduksi
adalah topik - topik yang dipelajari dalam
manajemen produksi berkaitan dengan desain,
operasi dan pengawasan sisi penawaran organisasi
- organisasi. Proses pembuatan keputusan diawali
dengan perumusan masalah yang dilakukan
dengan menguji hubungan sebab - akibat, mencari
penyimpangan - penyimpangan, dan yang paling
penting adalah berkonsultasi dengan pihak lain.
2. Dapat disimpulkan, tanpa adanya perencanaan
yang matang, pengaturan yang bagus serta
pengawasan akan mengakibatkan jeleknya hasil
produksi. Di samping hasil produksi yang harus
bagus kwalitasnya juga harus di pikirkan pula agar
151
jangan sampai terjadi hasil produksi bagus tapi
ongkos yang diperlukan untuk keperluan itu terlalu
besar. Biaya produksi yang terlalu tinggi akan
berakibat harga pokok produksinya menjadi besar
dan hal ini akan mengakibatkan tingginya harga
jual produk, sehingga akan tidak terjangkau oleh
konsumen. Inilah yang merupakan tugas dari
bagian produksi. Tugas-tugas tersebut akan dapat
terlaksana dengan baik dengan mengacu pada
pedoman kerja tertentu. Pedoman kerja yang harus
menjadi arah kerja bagi bagian produksi.
3. Perkembangan manajemen Produksi
berkembang pesat karena beberapa faktor yaitu :
a. Adanya pembagian kerja dan spesialisasi
b. Revolusi industri
c. Perkembangan IPTEK
152
d. Perkembangan ilmu dan metode ilmiah serta
hubungan antar manusia manusia
4. Manajemen Produksi yaitu kegiatan atau
usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan
dengan menggunakan koordinasi kegiatan orang
lain. Kegiatan tersebut berguna untuk mengatur
dan mengkoordinasikan penggunaan sumber-
sumber daya.
Produksi adalah segala kegiatan dalam
menciptakan dan menambah kegunaan (utility)
suatu barang atau jasa yang membutuhkan faktor-
faktor produksi berupa tanah, modal, tenaga kerja,
dan skills.
5. Proses produksi dibagi menjadi 2 yaitu :
a). Kelangsungan hidup :
1) Produksi terus-menerus
153
2) Produksi terputus-putus
b). Teknik
1) Proses Ekstraktif
2) Proses Analitis
3) Proses Pengubahan
4) Proses Sintetis
6. Dilihat dari kondisi keputusan yang harus diambil
a) Pengambilan keputusan atas peristiwa yang
pasti.
b) Pengambilan keputusan atas peristiwa yang
mengandung resiko
154
c) Pengambilan keputusan atas peristiwa yang
tidak pasti.
d) Pengambilan keputusan atas peristiwa yang
timbul karena pertentangan dengan keadaan
lain.
7. Bidang produksi mempunyai lima tanggung
jawab yaitu :
a) Proses
b) Kapasitas
c) Persediaan
d) Tenaga kerja
e) Mutu/kualitas
155
Pemilihan lokasi pabrik merupakan hal penting,
karena mempengaruhi kedudukan perusahaan
dalam persaingan, dan kelangsungan hidupnya.
Penentuan lokasi pabrik juga harus
mempertimbangkan kemungkinan ekspansi.
Tujuan Perencanaan Lokasi Pabrik adalah agar
perusahaan dapat beroperasi dengan lancar, efektif
dan efisien.
156
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini mungkin
masih terdapat beberapa kesalahan baik dari isi
dan cara penulisan. Untuk itu kami sebagai penulis
mohon maaf apabila pembaca merasa kurang puas
dengan hasil yang kami sajikan, dan kritik beserta
saran juga kami harapkan agar dapat menambah
wawasan untuk memperbaiki penulisan makalah
kami.
157
Daftar Pustaka
Assauri, Sofjan. 2004. Manajemen Produksi dan
Operasi Edisi Revisi 2004, Lembaga
Penerbit FE-UI, Jakarta.
Alam S. Ekonomi , Edisi 2. Jakarta: Penerbit
Erlangga, 1999.
Fahmi, Irham. 2012. Analisis Kinerja
Keuangan, Bandung: Alfabeta.
Heizer, J. & Render, B. 2011. Operations
Management. Tenth Edition. Pearson, New Jersey,
USA.
Sutrisno, Kusmawan Ruswandi, Modul Menata
Produk ,Jakarta: Penerbit Yudistira, 2007
https://medium.com/@solusitesis/pengertian-
dan fungsi-manajemen-produksi
274c44324bae#.2s2eyq7o7
158
http://www.ikhsanudin.co.cc/2009/11/makala
h-manajemen-produksi-dan-operasi.html
http://blogdeta.blogspot.com/2009/03/manaj
emen-produksi.html
http://sheentazone.blogspot.com/2010/11/m
anajemen-produksi.html
https://andrianhermawan.wordpress.com/20
12/11/13/manajemen-produksi/
http://jurnalapapun.blogspot.co.id/2015/02/p
engertian-produksi-menurut-para-ahli.html
http://www.ruangpintar.com/2016/02/30-
definisi-pengertian-manajemen-menurut-para-
ahli.html
http://www.jelajahinternet.com/2015/12/4-
pengertian-produksi-menurut-para-ahli.html
159
http://baharuddinrofid.blogspot.co.id/2014/09
/makalah-manajemen-produksi.html
http://fredrickgrld.blogspot.co.id/2012/01/ma
najemen-produksi.html
160
III. OUTSOURCING
161
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
prinsip ekonomi, setiap individu menginginkan
pengeluaran yang minimal untuk pendapatan yang
maksimal, begitu pun dengan perusahaan. Melalui
outsourcing, perusahaan mengharapkan laba yang
maksimal dengan pembayaran faktor produksi
berupa SDM yang minimal. Dengan kata lain,
prinsip perusahaan yang berlandaskan atas prinsip
ekonomi ialah mendapatkan high quality production
dengan low price production. Kebijakan outsourcing
menjadi salah satu solusi tepat bagi perusahaan
untuk mencapai hal tersebut.
Outsourcing, belakangan menjadi sebuah
topik berita yang marak terdengar dan menjadi
penyebab unjuk rasa oleh berbagai satuan buruh
yang menentangnya. Outsourcing bagi mereka
162
merupakan suatu kebijakan yang menguntungkan
perusahaan namun mengakibatkan ketidak
sejahteraan nasib mereka. Masalah ini kian
menjadi rumit saat pemerintah yang seharusnya
bertindak sebagai pembela nasib mereka, justru
membuat peraturan baru yang mencerminkan
dukungannya terhadap tindakan outsourcing, yakni
pengerapan sistem ANS.
Outsourcing sudah dimulai sejak masa
Yunani dan Romawi. Pada saat itu, prajurit asing
disewa untuk mengatasi kurangnya jumlah dan
kemampuan pasukan untuk berperang dan
membangun kota dan istana disana. Berbagai
negara kemudian mengikuti langkah tersebut untuk
mengatasi kekurangan personil perang pada saat
Perang Dunia Ke-2.
Selain dalam urusan perang, penerapan
sistem outsourcing juga kian digemari kala masa
revolusi industri. Bagaimanapun, setiap
163
perusahaan pada masa itu tidak hanya bersaing
dalam menghasilkan produk yang berkualitas, akan
tetapi juga menemukan cara yang efektif dalam
mengeluarkan biaya yang rendah.
Penerapan sistem penyewaan tenaga kerja
kian populer dan menjadi suatu faktor produksi
yang dianggap variabel, yakni penggunaannya
tergantung yang tergantung pada kuantitas
produksi. Mereka akan bekerja jika kuantitas
produksi yang diharapkan menuntut mereka untuk
bekerja, dan akan berhenti bekerja jika kuantitas
tersebut telah tercukupi.
Di Indonesia sendiri, sistem outsourcing
telah dikenal sejak zaman sebelum kemerdekaan.
Pada masa-masa awal kedudukan Belanda di
Indonesia, banyak tenaga kerja yang bekerja dalam
sektor perkebunan yang investor besarnya adalah
Belanda. Mereka didatangkan dari berbagai tempat
lain di Indonesia dan dipekerjakan di perkebunan
164
yang ada di Deli Serdang. Dalam bekerja, mereka
akan dikendalikan oleh seorang petugas Belanda
yang disebut mandor. Upah untuk mandor
tersebutpun didapat dari 7.5% upah keseluruhan
kuli. Semakin lama, nasib para kuli tersebut kian
buruk karena upah yang diharapkan setelah
bertahun-tahun bekerja ternyata dihitung lunas
dalam pembayaran hutang atas biaya
pemberangkatan serta akomodasi mereka selama
perjalanan dan bekerja disana. Masa-masa
tersebutlah yang menjadi masa-masa sulit bagi
rakyat selama masa kedudukan Belanda di
Indonesia.
Pasca kemerdekaan, sistem outsourcing
diatur dalam KUH Perdata Pasal 1601 yang
mengatur tentang pemborongan suatu pekerjaan
merupakan kesepakatan dua pihak yang saling
mengikatkan diri. Salah satu pihak akan membayar
pihak lain yang telah setuju melakukan pekerjaan
165
yang diserahkan oleh pihak pertama tersebut.
Peraturan tersebut dinilai belum lengkap karena
belum adanya aturan tentang jenis pekerjaan yang
dapat dioutsourcingkan, tanggung jawab
perusahaan pengguna dan penyedia jasa tenaga
kerja outsourcing dan jenis perusahaan yang dapat
menyediakan tenaga kerja outsourcing.
Sebagai revisi, pemerintah mengeluarkan
UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
UU tersebut menyatakan bahwa kebutuhan
perusahaan untuk menjalankan produksi dapat
menggunakan suplai tenaga kerja oleh perusahaan
penyalur tenaga kerja (outsourcing). Dalam
kesepakatan bersama, tenaga kerja harus tunduk
pada perusahaan penyalur dan perusahaan
tempatnya bekerja. Upah dapat diterima jika tenaga
kerja tersebut telah melakukan pekerjaan yang
diberikan, dan patuh pada semua ketentuan
perusahaan tempatnya bekerja. Kesepakatan
166
tentang upah ditentukan oleh perusahaan penyalur
dan perusahaan tidak bisa menuntut pada
perusahaan tempatnya bekerja.
Pada cara yang lain, tenaga kerja dapat
memperoleh upah langsung dari perusahaan
tempatnya bekerja setelah perusahaan tersebut
membayarkan management fee pada perusahaan
penyalur sebagai majikannya yang kedua.
UU tersebut juga mengatur tentang
pembentukan perusahaan penyalur tenaga kerja
oursourcing yang berlandaskan hukum dan
bertanggungjawab atas hak-hak para tenaga kerja.
Selain itu, diatur juga bahwa jenis pekerjaan yang
dapat dioutsourcingkan hanya berupa pekerjaan
penunjang saja.
Menuai kontra atas tindakan penyimpangan
yang dilakukan beberapa pengusaha karena
kandungan UU tersebut yang multitafsir, beberapa
167
kalangan buruh outsourcing pun melakukan unjuk
rasa. Mereka menyuarakan penghapusan sistem
outsourcing di Indonesia.
Sebagai jawabannya, Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi mengeluarkan
Permenakertrans Nomor 19 Tahun 2012 tentang
pemborongan pekerjaan dan penyediaan jasa
pekerja (outsourcing) untuk memperjelas peraturan
pada UU sebelumnya, termasuk juga menyatakan
bahwa jenis pekerjaan yang dapat dilimpahkan
pada tenaga kerja outsourcing adalah pekerjaan
yang sifatnya sebagai pekerjaan pendukung yaitu
jasa kebersihan, keamanan, transportasi, catering,
serta pekerjaan penunjang penambangan dan
perminyakan.
168
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian
Sebelum membahas lebih jauh mengenai
outsourcing serta dampak penerapan sistem
outsourcing tersebut, penulis mengajak anda
memahami terlebih dahulu makna outsourcing yang
sebenarnya. Dalam Bahasa Indonesia, outsourcing
dikenal dengan istilah alih daya. Secara umum,
outsourcing merupakan kebijakan sebuah
perusahaan dalam menyerahkan sebagian
pekerjaan kepada pihak lain dengan kesepakatan
tertentu. Sebuah perusahaan yang menggunakan
sistem alih daya biasanya menyerahkan pekerjaan
yang bersifat ringan dan tidak memerlukan keahlian
khusus dalam melakukannya.
169
2.2 Jenis-Jenis Outsourcing
Berdasarkan informasi dari http://kumpulan-
rtikel2.blogspot.com/2012/11/pengertian.outsourcin
g-arti-penjelasan.html, outsourcing terdiri atas dua
jenis. Yaitu:
I. Outsourcing Pemborongan Pekerjaan
Outsourcing pemborongan pekerjaan ialah tindakan
perusahaan menyerahkan suatu jenis pekerjaan
pada pihak lain yang bertanggung jawab penuh
atas pekerjaan tersebut. Jenis pekerjaan yang
diserahkan biasanya pekerjaan yang kualitas dan
kuantitasnya mudah diukur. Misalnya perusahaan
minyak goreng terkenal yang menyerahkan proses
pengilangan minyaknya pada perusahaan lain
sehingga mereka hanya menerima minyak mentah
yang siap diolah menjadi minyak yang siap
dimasak.
170
II. Outsourcing Penyediaan Jasa Pekerja
Pada jenis ini, perusahaan akan bekerja sama
dengan vendor yang menyediakan tenaga kerja
siap pakai. Mereka akan melakukan pekerjaan-
pekerjaan yang sifatnya sebagai pekerjaan
pendukung dan tidak memerlukan keahlian khusus
dalam mengerjakannya. Contoh dari outsourcing
jenis ini ialah sebuah mall yang bekerja sama
dengan sebuah perusahaan penyedia tenaga
keamanan. Tenaga keamanan tersebut telah dilatih
dan dididik sebelumnya oleh vendor tersebut
sehingga siap bekerja bila diperlukan.
Jenis outsourcing yang banyak dikeluhkan
dan menjadi penyebab unjuk rasa selama ini ialah
outsourcing jenis kedua, yakni outsourcing
penyediaan jasa pekerja. Sistem tersebut dianggap
menguntungkan perusahaan namun merugikan
buruh.
171
BAB III
TINJAUAN UMUM TENTANG OUTSOURCING
A. Sejarah Outsourcing
Praktek dan prinsip-prinsip outsourcing
telah diterapkan di zaman Yunani dan Romawi.
Pada zaman tersebut, akibat kekurangan dan
kemampuan pasukan dan tidak terkendalinya
ahli-ahli bangunan, bangsa Yunani dan Romawi
menyewa prajurit-prajurit asing untuk berperang
dan para ahli-ahli bangunan untuk membangun
kota dan istana.
Outsourcing bukanlah hal baru. Sejarah
outsourcing dimulai tahun 1776 ketika Adam
Smith, filosofi ekonomi dunia, melontarkan ide
bahwa perusahaan lebih efektif dan efisien
apabila salah satu unit bisnisnya diserahkan
pengerjaanya kepada perusahaan lain yang
172
memiliki kompetensi dan spesialisai dalam
proses produksi tersebut. Ide Smith ini kemudian
dikembangkan oleh Coase pada tahun 1973
yang menyatakan bahwa proses produksi suatu
barang seharusnya hanya diorganisir oleh
perusahaan apabila ongkos produksinya lebih
rendah dari pada harga di pasaran.
Sejalan dengan terjadinya revolusi industri,
perusahaan-perusahaan berusaha menemukan
terobosan-terobosan baru dalam memenangkan
persaingan. Pada tahap ini, kemampuan untuk
mengerjakan sesuatu saja tidak cukup untuk
menang secara kopentitif, melainkan harus disertai
dengan kesanggupan untuk menciptakan produk
paling bermutu dengan biaya terendah. Selanjutnya
pada tahun 1970 dan 1980 perusahaan
menghadapi persaingan global, dan mengalami
kesulitan karena kurangnya persiapan akibat
sturuktur manajemen yang bengkak. Akibatnya,
173
resiko usaha dalam segala hal, termasuk resiko
ketenagakerjaanpun meningkat. Tahap ini
merupakan awal timbulnya pemikiran outsourcing
di dunia usaha. Untuk meningkatkan keluesan dan
kreatifitas, banyak perusahaan besar yang
membuat strategi baru dengan konsentrasi pada
bisnis inti, mengidentifikasi proses yang kritikal dan
memutuskan hal-hal yang harus di outsoursce.
Gagasan awal berkembangya outsourcing
adalah untuk membagi resiko usaha dalam
berbagai masalah, termasuk ketenagakerjaan.
Pada tahap awal outsourcing belum diidentifikasi
secara formal sebagai strategi bisnis. Hal ini
terjadi karena banyak perusahaan yang semata-
mata mempersiapkan diri pada bagian-bagian
tertentu yang bisa mereka kerjakan, sedangkan
bagian-bagian yang tidak bisa dikerjakan secara
internal, dikerjakan melalui outsource.
174
Sekitar tahun 1990 outsourcing telah mulai
berperan sebagai jasa pendukung. Tingginya
persaingan, telah menuntut menajemen
perusahaan melakukan perhitungan pengurangan
biaya.
Yang menarik sehingga ini banyak
digunakan oleh perusahaan ialah karena
outsourcing dapat meningkatkan efesiensi dan
efektifitas perusahaan serta meningkatkan
produktifitas secara keseluruhan. The Harvard
Business Revieu mengidentifikasikan outsourcing
sebagai salah satu ide dan praktik manajemen
yang paling penting dalam 75 tahun terakhir ini.
Dapat dikatakan bahwa outsourcing
adalah salah satu hasil samping dari business
process reengineering (BPR). BPR adalah
perubahan yang dilakukan secara mendasar
oleh perusahaan dalam proses pengelolaanya,
bukan hanya sekedar melakukan perbaikan.
175
BPR dilakukan untuk memberikan respons atas
pekembangan ekonomi secara global dan
perkembangan teknologi yang begitu cepat
sehingga berkembang persaingan yang bersifat
global dan yang berlansung sangat ketat.
Lingkungan yang sangat kompetitif ini menuntut
perusahaan untuk mengutamakan tuntutan pasar
yang menghendaki kecapatan dan respon yang
fleksibel terhadap tuntutan pelanggan.
B. Pengertian dan Tujuan Outsourcing
Outsourcing berasal dari bahasa Inggris
yang berarti alih daya. Dari segi bahasa,
outsourcing berasal dari kata “out” berarti keluar
dan “source” yang berarti sumber Outsourcing
mempunyai nama lain yaitu contracting out.
Pemborongan pekerjaan (outsourcing) adalah
penyerahan sebagian pekerjaan dari perusahaan
pemberi pekerjaan kepada perusahaan penerima
pemborongan pekerjaan atau perusahaan
176
penyedia jasa pekerja/buruh melalui perjanjian
pemborongan pekerjaan tertulis.
Shreeveport Management Consultancy
memberikan definisi mengenai outsourcing
sebagai berikut :
“The transfer to a third party of the
continuous management responsibility for the
provision of a service governed by a service level
agreement.”
Dalam bidang ketenagakerjaan,
outsourcing diartikan sebagai pemanfaatan
tenaga kerja untuk memproduksi atau
melaksanakan suatu pekerjaan oleh suatu
perusahaan, melalui perusahaan penyedia /
pengarah tenaga kerja. Ini berarti ada
perusahaan yang secara khusus melatih /
mempersiapkan, menyediakan, mempekerjakan
tenaga kerja untuk kepentingan kepentingan
177
perusahaan lain. Perusahaan inilah yang
mempunyai hubungan kerja secara
lansung dengan buruh/pekerja yang
dipekerjakan.
Dalam bidang menejemen, outsourcing
diberikan pengertian pendelegasian operasi dan
menejemen harian suatu proses bisnis pada
pihak luar (perusahaan penyedia jasa
outsourcing). Outsourcing awalnya merupakan
istilah dalam dunia bisnis untuk memenuhi
kebutuhan tenaga kerja suatu perusahaan
dengan mendatangkan dari luar perusahaan.
Outsourcing dalam pengertianya yang
paling luas adalah langkah perusahaan untuk
menggunakan jasa perusahaan lain dalam
melakukan salah satu aktifitasnya seperti
penagihan hutang, pembukuan, pengembangan
teknologi informasi, kebersihan kantor, jasa
178
boga, dan penyediaan karyawan kontrak.
Adapun yang dimaksud dengan hubungan kerja
berdasarkan system outsourcing adalah adanya
pekerja/buruh yang dipekerjakan di suatu
perusahaan dengan sistem kontrak tetapi
kontrak tersebut bukan diberikan oleh
perusahaan pemberi kerja tetapi oleh
perusahaan lain yang merupakan perusahaan
pengerah tenaga kerja.
Untuk memudahkan penjelasan mengenai
istilah outsourcing penulis akan memberikan
ilustrasi sebagai berikut: A diangkat sebagai
karyawan di perusahaan X. Sebelum diangkat
sebagai karyawan, antara A dan perusahaan X
dibuat perjanjian kerja yang isinya menyatakan
bahwa A bersedia untuk ditempatkan di
perusahaan Y, di sini dapat dilihat bahwa X
adalah perusahaan penyedia jasa pekerja dan
perusahaan Y adalah perusahaan pemberi kerja.
179
Setelah perjanjian kerja antara A dan
perusahaan X disepakati maka perusahaaan X
akan membuat perjanjian dengan perusahaan Y
yang isinya bahwa perusahaan X akan
mempekerjakan karyawanya di perusahaan Y.
terhadap penempatan tersebut,
perusahaan Y membayar sejumlah dana
ke perusahaan X.
Dari uraian tentang sistem outsourcing
tersebut dapat disimpulkan bahwa hubungan
kerja termaksud adalah termasuk jenis hubungan
kerja berdasarkan perjanjian pengiriman /
peminjaman pekerja (uitzendverhouding). Pada
hubungan kerja demikian ditemukan adanya 3
(tiga) pihak yang terkait satu sama lain, yaitu :
a. Perusahaan penyedia atau pengirim tenaga
kerja/pekerja (penyedia)
180
b. Perusahaan pengguna tenaga kerja/pekerja
(pengguna)
c. Tenaga kerja/pekerja
Pada hubungan segitiga tersebut kita dapat
mengidentifikasi adanya 3 (tiga) hubungan :
a. Hubungan kerja antara penyedia dan pengguna.
b. Hubungan kerja antara pengguna dan pekerja.
d. Hubungan kerja antara penyedia dan pekerja.
Outsurcing merupakan bisnis kemitraaan
dengan tujuan memperoleh keuntungan
bersama, membuka peluang bagi berdirinya
perusahaan-perusahaan baru di bidang jasa
penyedia tenaga kerja, serta efesiensi bagi dunia
usaha.
181
Pengusaha tidak perlu disibukan dengan
urusan yang tidak terlalu penting yang banyak
memakan waktu dan fikiran karena hal tersebut
bisa diserahkan kepadaperusahaan yang khusus
bergerak di bidang itu.
C. Tipe-Tipe Outsourcing
a. Contracting.
Ini adalah bentuk penyerahan aktifitas
perusahaan pada pihak ketiga yang paling
sederhana dan merupakan bentuk yang paling
lama. Biasaya ini menyangkut kegiatan
sederhana atau jenis layanan tingkat rendah,
seperti pembersih kantor, pemeliharaan rumput,
dan kebun. Langkah ini adalah langkah
berjangka pendek, hanya mempunyai arti taktis.
Langkah ini juga bukan merupakan bagian dari
strategi perusahaan untuk mengambil posisi
dalam pasar misalnya, tetapi sekedar mencari
182
cara yang praktis saja. Praktis dalam arti
menghindarkan kesulitan dan keruwetan yang
tidak perlu dan juga menghemat tenaga serta
beaya. Oleh karena sifat pekerjaan yang sangat
sederhana maka pemilihan pemberi jasa bukan
merupakan masalah serius, sebab praktis hampir
semua orang atau perusahaan dengan latihan
sebentar dapat melakukan itu. Dari segi biaya,
mungkin bukan bagian yang besar dari seluruh
biaya yang dikeluarkann oleh perusahaan.
b. Outsourcing.
Adalah penyerahan aktifitas perusahaan pada
pihak ketiga dengan tujuan untuk mendapatkan
kinerja pekerjaan yang professional dan berkelas
dunia. Oleh karena itu, pemilihan pemberi jasa
merupakan hal yang sangat vital. Diperlukan
pemberi jasa yang menspesialisasikan dirinya
pada jenis pekerjaan atau aktifitas yang akan
diserahkan. Dengan demikian, diharapkan
183
bahwa kompetensi utamaya juga berada di jenis
pekerjaan tersebut. Disertai pengendalian yang
tepat, pemberi jasa diharapkan mampu
memberikan kontribusi dalam meningkatkan
keunggulan kompetitif perusahaan. Oleh karena
itu, outsourcing merupakan langkah strategis
bagi perusahaan dalam arti mempunyai
kontribusi dalam menentukan hidup matinya dan
berkembangnya perusahaan.
c. Insourcing.
Jenis ini adalah kebalikan dari outsourcing,
dimana perusahaan bukan menyerahkan aktifitas
pada perusahaan lain yang dianggap lebih
kompeten, namun justru mengambil atau
menerima pekerjaan dari perusahaan lain
dengan berbagai motifasi. Salah satu motifasi
yang penting ialah menjaga tingkat produktifitas
dan penggunaan asset yang maksimal agar
biaya satuan dapat ditekan sehingga menjaga
184
dan meningkatkan keuntungan perusahaan.
Dengan demikian, kompetensi utama
perusahaan tidak hanya digunakan oleh
perusahaan sendiri, tetapi digunakan
perusahaan lain dengan imbalan tertentu. Hal ini
sangat penting, misalnya kapasitas produksi
tidak digunakan secara penuh, ada kapasitas
yang menganggur.
d. Co-sourcing.
Adalah jenis hubungan pekerjaan dan aktifitas, di
mana hubungan antara perusahaan dan rekanan
lebih erat dari sekedar hubungan outsourcing
biasa. Ini misalnya terjadi dalam hal staf spesialis
perusahaan diperbantukan kepada rekanan
pemberi jasa karena langkanya keahlian yang
diperlukan atau karena karena perusahaan tidak
mau kehilangan staf spesialis tersebut. Dengan
cara ini, keberhasilan pekerjaan seakan-akan
185
menjadi taggung jawab bersama, termasuk juga
resiko ketidakberhasilan.
e. Benefit-based-relationship
Adalah hubungan outsourcing dimana sejak
semula kedua pihak investasi bersama, dengan
pemberian pekerjaan tertentu. Dengan demikian,
kedua pihak betul-betul saling mendukung dan
sebaliknya juga saling tergantung. Kedua belah
pihak mendapatkan pembagian keuntungan
berdasarkan formula yang disetujui bersama.
D. Sumber Hukum Outsourcing
1. KUHPerdata
Salah satu bentuk pelaksanaan oursourcing
adalah melalui perjanjian pemborongan
pekerjaan. Dalam KUHPerdata pasal 1601 b
disebutkan perjanjian pemborongan pekerjaan,
yakni sebagai perjanjian dengan mana pihak
186
yang satu, si pemborong mengikatkan diri untuk
menyelenggarakan suatu pekerjaan bagi pihak
lain, pihak yang memborongkan dengan
menerima suatu harga yang ditentukan.
Ada beberapa prinsip yang berlaku dalam
pemborongan pekerjaan sebagaimana yang
diatur dalam ketentuan KUHP perdata, ialah
sebagai
Berikut :
a. Jika telah terjadi kesepakatan dalam
pemborongan pekerjaan dan pekerjaan telah
mulai dikerjakan, pihak yang memborongkan
tidak bisa menghentikan pemborongan
pekerjaan.
b. Pemborongan pekerjaan berhenti dengan
meninggalnya si pemborong, namun pihak yang
memborongkan diwajibkan membayar kepada
187
ahli waris si pemborong harga pekerjaan yang
telah dikerjakan sesuai dengan pekerjaan yang
telah dilakukan.
c. Si pemborong bertanggung jawab terhadap
perbuatan-perbuatan orang-orang yang telah
dipekerjakan olehnya.
d. Buruh yang memegang suatu barang
kepunyaan orang lain untuk mengerjakan
sesuatu pada barang tersebut, berhak menahan
barang itu sampai beaya dan upah-upah yang
dikeluarkan untuk barang itu dipenuhi
seluruhnya, kecuali jika pihak yang
memborongkan telah memberikan jaminan
secukupnya untuk pembayaran biaya dan upah-
upah tersebut.
188
2. Undang-Undang Nomor. 13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan
UU ini mengatur dan melegalkan outsourcing.
Istilah yang dipakai adalah perjanjian pemborongan
pekerjaan atau penyedia jasa buruh/pekerja. Dalam
pasal 64 disebutkan perusahaan dapat
menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan
kepada perusahaan lainya melalui perjanjian
pemborongan pekerjaan atau penyadia jasa
pekerja/buruh yang dibuat secara tertulis.30 Adapun
pekerjaan yang dapat diserahkan untuk di-
outsource adalah pekerjaan yang :
a. Dilakukan secara terpisah dari kegiatan
utama, baik manajemen maupun kegiatan
pelaksanaan pekerjaan.
189
b. Dilakukan dengan perintah lansung atau tidak
lansung dari pemberi pekerjaan, hal ini
dimaksudkan untuk memberi penjelasan tentang
cara melaksanakan pekerjaan agar sesuai
dengan standar yang diterapkan oleh
perusahaan pemberi pekerjaan.
c. Merupakan kegiatan penunjang perusahaan
secara keseluruhan, artinya kegiatan tersebut
merupakan kegiatan yang mendukung dan
memperlancar peleksanaan pekerja sesuai alur
kegiatan kerja di perusahaan pemberi pekerjaan.
d. Tidak menghambat proses produksi secara
lansung, artinya kegiatan tersebut merupakan
kegiatan tambahan yang apabila tidak dilakukan
oleh perusahaan oleh pemberi pekerja, maka
proses produksi tetap berjalan sebagaimana
mestinya. Perusahaan pemborong pekerjaan
tersebut harus merupakan perusahaan yang
berbadan hukum kecuali untuk pemborongan
190
pekerjaan di bidang pengadaan barang dan
pemborong pekerjaan di bidang jasa
pemeliharaan dan perbaikan serta jasa
konsultasi yang dalam melaksanakan
pekerjaanya mempekerjakan pekerja / buruh
kurang dari 10 (sepuluh) orang.
e. Adapun kegiatan penunjang atau yang tidak
berhubungan lansung dengan proses produksi
adalah kegiatan di luar kegiatan pokok usaha
(core business) suatu perusahaan. Kegiatan
tersebut misalnya: kegiatan penyediaan
makanan bagi pekerja/buruh (catering service)
yang diserahkan kepada perusahaan catering /
penyedia angkutan pekerja / buruh yang
diserahkan kepada perusahaan transportasi.
Perusahaan pemberi pekerjaan yang akan
menyerahkan sebagian pekerjaan kepada
perusahaan lain wajib membuat alur kegiatan
proses pekerjaan yang memuat kegiatan utama
191
dan penunjang serta melaporkanya kepada
instasi terkait yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan kabupaten/kota setempat.31
Selain itu, perusahaan pemborong pekerjaan
harus berbadan hukum dan memiliki izin dari
instansi yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan.
Syarat lain yang harus dipenuhi adalah sebagai
berikut:
a. Perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja
harus sekurang-kurangnya sama dengan
perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja pada
perusahaan pemberi pekerjaan atau sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku.
b. Hubungan kerja dapat didasarkan atas
perjanjian kerja waktu tidak tertentu dan
perjanjian kerja waktu tertentu sesuai dengan
192
ketentuan pasal 59 Undang-Undang Nomor. 13
Tahun 2003.
c. Pasal 59 menyebutkan perjanjian kerja untuk
waktu tertentu hanya dapat dibuat untuk
pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat
atau kegiatan pekerjaanya yang akan selesai
dalam waktu tertentu, yaitu :
1. Pekerjaan yang sekali selesai atau yang
sementara sifatnya.
2. Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaianya
dalam waktu yang tidak terlalu lama dan
paling lama 3 tahun.
3. Pekerjaan yang bersifat musiman.
4. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk
baru, kegiatan baru, atau
Produk tambahan yang masih dalam percobaaan
atau penjajakan. Perusahaan penyedia buruh
atau pekerja harus memenuh syarat sebagai
193
berikut :
a) Adanya hubungan kerja antara pekerja
atau buruh dan perusahaan penyedia
jasa pekerja/buruh.
b) Perjanjian kerja yang berlaku dalam
hubungan kerja sebagaimana dimaksud
pada huruf a adalah perjanjian kerja
untuk waktu tertentu yang memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 59 dan/atau perjanjia kerja
waktu tidak tentu yang dibuat secara
tertulis dan ditandatangani oleh kedua
belah pihak.
c) Perlindungan upah dan kesejahteraan,
syarat-syarat kerja, serta perselisihan
yang timbul menjadi tanggung jawab
perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh.
d) Perjanjian antara perusahaan pengguna
jasa pekerja/buruh dan perusahaan lain
194
yang bertindak sebagai perusahaan
penyedia jasa pekerja/buruh dibuat
secara tertulis dan wajib memuat pasal-
pasal sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003
tentang ketanagakerjaan.
Selain itu, berdasarkan Peraturan Mentri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.KEP-
101/MEN/VI/2004 tentang tata cara
perizinan perusahaan penyedia jasa
buruh atau pekerja disebutkan bahwa
apabila perusahaan penyedia jasa
memperoleh pekerjaan dari perusahaan
pemberi pekerjaan, kedua belah pihak
wajib membuat perjanjian tertulis yang
sekurang-kurangnya meliputi :
a) Jenis pekerjaan yang akan dilakukan oleh
pekerja/buruh dari perusahaan penyedia jasa.
195
b) Penegasan bahwa dalam melaksanakan
pekerjaan sebagaimana yang dimaksud huruf
a hubungan kerja yang terjadi adalah antara
perusahaan penyedia jasa dengan
pekerja/buruh yang dipekerjakan perusahaan
penyedia jasa sehingga perlindungan, upah
dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja serta
perselisihan yang timbul menjadi tanggung
jawab perusahaan penyedia jasa pekerja atau
buruh.
c) Penegasan bahwa perusahaan penyedia jasa
pekerja/buruh bersedia menerima pekerja
/buruh dari perusahaan penyedia jasa/buruh
sebelumnya untuk jenis- jenis pekerjaan yang
terus menerus ada di perusahaan pemberi
kerja, dalam hal terjadi penggantian
perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh.
Di atas telah disebutkan bahwa
outsourcing salah satunya dilaksanakan melalui
196
pemborongan pekerjaan dan mengenai
pemborongan pekerjaan sebelumnya sudah
dikenal dalam KUHPerdata. Ketentuan
pemborongan pekerjaan dalam KUHPerdata
berbeda dengan yang diatur dalam Undang-
Undang Nomor. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.
Perbedaanya adalah pada pasal-pasal
yang diatur dalam KUHPerdata tidak dibatasi
pekerjaan-pekerjaan yang mana saja yang dapat
diborongkan/outsource dan untuk pekerjaan
yang sifatnya jangka pendek, sedangkan dalam
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 dibatasi,
yakni hanya terhadap produk/bagian-bagian
yang tidak berhubungan lansung dengan bisnis
utama perusahaan.
197
E. Alasan - Alasan Melakukan Outsourcing.
Melalui studi para ahli manajemen yang
dilakukan sejak tahun 1991, termasuk survey
yang dilakukan terhadap lebih dari 1.200
perusahaan, Outsourcing Instituse
mengumpulkan sejumlah alasan mengapa
perusahaan-perusahaan melakukan outsourcing
terhadap aktifitas-aktifitasnya dan potensi
keuntungan apa saja yang diharapkan diperoleh
darinya.
a) Meningkatkan fokus perusahaan
Dengan melakukan outsourcing, perusahaan
dapat memusatkan diri pada masalah dan
strategi utama dan umum, sementara
pelaksanaan tugas sehari-hari yang kecil
diserahan pada pihak ketiga. Alasan ini
seringkali digunakan perusahaan-perusahaan
besar untuk mengadopsi strategi outsourcing.
198
Pekerjaan sehari-hari yang kecil-kecil seringkali
menghabiskan tenaga dan waktu para manejer
tengah yang seringkali bersifat counter
productive terhadap pencapaian tujuan utama
perusahaan. Dengan mengontrakan non core
business, para manajer perusahaan dapat lebih
mengkosentrasikan dari pada bisnis utama atau
core businessnya sehingga akan dapat
menghasilkan keunggulan koperatif yang lebih
besar dan mempercepat pengembangan
perusahaan serta lebih menjamin keberhasilan.
Dengan meningkatkan fokus pada bisnis
utamanya, perusahaan juga akan mampu lebih
meningkatkan lagi core competence atau
kompetisi utamanya.
b) Memanfaatkan kemampuan kelas dunia.
Secara alamiah, spesialisasi pekerjaan seperti
yang dimiliki dan dikembangkan oleh para
kontraktor (outsourcing provider) mengakibatkan
199
kontraktor tersebut memiliki keunggulan kelas
dunia dalam bidangnya. Tentu saja di sini
diasumsikan bahwa outsourcing diberikan
kepada kontraktor yang unggul di bidang
pekerjaan yang dikontrakan. Kontraktor ini
seringkali dalam mengembangkan
spesialisasinya, melakukan R&D, melakukan
investasi jangka panjang dalam bidang
mteknologi dan metedologi serta sumber daya
manusia sehingga betul - betul mahir di
bidangnya. Disamping itu, para kontraktor
seringkali mempunyai pengalaman yang cukup
banyak bekerja dengan para klienya dalam
memecahkan masalah - masalah yang mungkin
serupa atau hampir serupa. Pengalaman dan
investasi ini dapat diterjemahkan menjadi
keterampilan, proses yang unggul dan teknologi
baru.
200
c) Mempercepat keuntungan yang diperoleh dari
reengineering. Outsourcing adalah produk samping
dan salah satu management tool lagi yang sangat
unggul, yaitu business process reengineering.
Reengineering adalah pemikiran kembali secara
fundamental mengenai proses bisnis, dengan
tujuan untuk melakukan perbaikan secara dramatis
tentang ukuran-ukuran keberhasilan yang sangat
kritis bagi perusahaan, yaitu biaya, mutu, jasa dan
kecepatan. Memperbaiki proses di perusahaan
sendiri untuk meniru standar perusahaan kelas
dunia memerlukan waktu yang sangat panjang dan
sukar. Makin banyak perusahaan yang mengatasi
hal ini dengan melakukan outsoucring agar
mendapatkan hasil lansung dan tanpa resiko.
Outsourcing menjadi salah satu cara dalam
reengineering untuk mendapatkan manfaat
“sekarang” dan bukan “besok pagi” dengan cara
menyerahkan tugas kepada pihak ketiga yang
201
sudah melakukan reengineering dan menjadi
unggul atas aktifitas-aktifitas tertentu.
d) Membagi resiko Apabila semua aktifitas
dilakukan oleh perusahaan sendiri, semua investasi
yang diperlukan untuk setiap aktifitas tersebut
harus dilakukan sendiri pula. Perlu diingat bahwa
semua bentuk investasi mengandung resiko
tertentu. Apabila semua investasi dilakukan sendiri
maka seluruh resiko juga ditanggung sendiri.
Apabila beberapa aktifitas perusahaan dikontrakan
kepada pihak ketiga maka resiko yang ditanggung
bersama pula. Dengan demikian, outsourcing
memungkinkan suatu pembagian resiko, yang akan
memperingan dan memperkecil resiko perusahaan.
Resiko tidak hanya menyangkut keuangan tetapi
juga kekakuan operasi. Dengan pembagian resiko,
perusahaan akan lebih dapat bergerak secara
fleksibel, dapat cepat berubah manakala
diperlukan. Pasar, kompetisi, peraturan pemerintah,
202
keadaaan keuangan dan teknologi sering berubah,
yang kadang-kadang berubah secara drastis.
e) Sumber daya sendiri dapat digunakan untuk
kebutuhan-kebutuhan lain setiap perusahaan tentu
mempunyai keterbatasan dalam pemilikan sumber
daya. Tantngan yang terus-menerus harus dihadapi
adalah bahwa sumber daya tersebut harus selalu
dimanfaatkan untuk memanfaatkan bidang-bidang
tertentu yang paling menguntungkan. Outsourcing
memungkinkan perusahaan untuk menggunakan
sumber daya yang dimiliki secara terbatas tersebut
untuk bidang-bidang kegiatan utama, yaitu hal yang
paling dibutuhkanya. Sumber daya perusahaan
termasuk permodalan, sumber daya manusia, dan
fasilitas. Dalam hal sumber daya manusia, tenaga
mereka yang selama ini difokuskan untuk
menangani hal-hal intern yang rutin dan kecil-kecil,
dapat dialihkan untuk mengani hal-hal ekstrim,
203
misalnya memfokuskan diri pada kebutuhan
konsumen.
f) Memungkinkan tersedianya dana capital.
Outsourcing juga bermanfaat untuk mengurangi
investasi danacapital pada kegiatan non core.
Sebagai ganti dari melakuka investasi di bidang
kegiatan tersebut, lebih baik mengontrakan sesuai
dengan kebutuhan yang dibiayai dengan dana
operasi, bukan dana investasi. Dengan demikian,
dana capital dapat digunakan pada aktifitas yang
lebih bersifat utama. Dalam banyak hal, dana
capital seringkali mahal, terbatas dan diperebutkan
antar perusahaan atau pun antar aktifitas. Oleh
karena itu, menjadi tugas pemimpin perusahaan
untuk memanfaatkan sebaik-baiknya. Kebutuhan-
kebutuhan seperti alat transport, alat-alat computer,
dan gedung perkantoran, seringkali lebih baik dan
lebih murah kalau disewa dan tidak dibeli, serta
dilakukan investasi sendiri.
204
g) Menciptakan Dana Segar.
Outsourcing, seringkali dapat dilakukan tidak hanya
mengontrakan aktifitas tertentu pada pihak ketiga,
tetapi juga disertai den-gan penyerahan /penjualan/
penyewaan aset yang digunakan untuk melakukan
aktifitas tertentu tersebut. Aset tersebut, misalkan
kendaraan, bengkel, peralatan angkur, dan angkat.
Dengan demikian akan mengalir dana segar ke
dalam perusahaan. Dana ini akan menambah
likuiditas perusahaan dan dapat dipergunakan
untuk maksud-maksud lain yang lebih bermanfaat.
Para mitra outsource akan mau membeli aset ini
apabila mendapatkan harga yang menarik dan
mendapatkan kemungkinan kesempatan untuk
memanfaatkan secara ekonomis, misalnya
digunakan juga untuk memberikan layanan kepada
pihak lain, dalam hal masih ada kapasitas lebih.
h) Mengurangi dan Mengendalikan Biaya Operasi
205
Salah satu keuntungan yang sangat taktis dari
outsourcing adalah memungkinkan untuk
mengurangi dan mengendalikan biaya operasi.
Pengurangan biaya ini dapat dan dimungkinkan
diperoleh dari mitra outsource melalui berbagai
hal, misalnya spesialisasi, struktur pembiayaan
yang lebih rendah, ekonomi skala besar
(economics of scale). Pengurangan ini tidak
mungkin dapat diperoleh apabila aktifitas yang
bersangkutan dilakukan sendiri karena tidak
mempunyai kemudahan seperti yang dimiliki oleh
mitra outsourse diatas. Apabila perusahaan
mencoba untuk mendapatkan keuntungan dan
kemudahan tersebut, mungkin diperlukan
investasi tertentu, R&D tertentu, retraining dan
mengembangkan oconomics of scale yang
mungkin tidak dapat dilakukan atau biayanya
justru lebih besar lagi.
206
i) Memperoleh Sumber Daya Yang Tidak Dimiliki
Sendiri. Perusahaan perlu melakukan outsourcing
untuk suatu aktifitas tertentu karena perusahaan
tidak memiliki sumber daya yang dibutuhkan untuk
melakukan aktifitas tersebut secara baik dan
memadai. Misalnya dalam aktifitas logistic,
untuk memperoleh biaya logistic yang optimal
diperlukan suatu model analitis yang canggih.
Banyak perusahaan tidak mempuyai ahli yang
cukup dan cakap untuk mengembangkan model-
model ini. Oleh karena itu, jalan satu-satunya
adalah melakukan outsourcing. Lagi pula model
tersebut memerlukan sistem informasi yang
canggih, untuk mendukung informasi real time
antar pabrik, perusahaan sendiri, rekanan,
pengangkut, gudang. Melalui outsourcing, hal-hal
semacam itu dengan cepat dan seringkali lebih
dengan lebih murah dapat diperoleh, dari pada
mencoba mengembangkan mulai dari nol.
207
j) Memecahkan masalah yang sulit dikendalikan
atau dikelola. Outsourcing dapat juga digunakan
untuk mengatasi pengelolaan hal atau mengawasi
fungsi yang sulit dikendalikan. Fungsi yang sulit
dikelola dn dikendalikan ini, misalnya birokrasi
ekstern yang sangat berbelit yang harus ditaati oleh
perusahaan yang dimiliki negara dalam
menjalankan fungsi pembelian barang dan jasa,
yang sulit ditembus dengan cara-cara biasa. Hal ini
mungkin dapat dipecahkan dengan mengontrakan
saja seluruh pekerjaan tersebut pada pihak ketiga
yang berbentuk swasta, yang tidak terikat pada
birokrasi tertentu.
208
Daftar Pustaka
Annisa Mardiana, “Sistem Outsourcing di
Indonesia”, artikel diakses pada 27 Januari
2014darihttp://annisamardiana.wordpress.com./201
2/10/27sistem-outsourcing-di-Indonesia..
Gede Arya Wiryana, “Masa Depan Outsourcing
di Indonesia”, artikel diakses pada 27
Januari 2014 dari
http://puzzleminds.com/masa-depan-
outsourcing-di -Indonesia.
Lalu Husni, Pengantar Hokum Ketenagakerjaan
Indonesia Edisi Revisi (Jakarta :
RajawaliPers, 2010),
Richardus Eko Indrajit dan Richardus
Djokopranoto, Strategi Manajemen
Pembelian dan Supply Chain, (Jakarta:PT
Grasindo, 2005).
209
Richardus Eko Indrajit dan Richardus
Djokopranoto, Proses Bisnis Outsourcing,
(Jakarta:PT
Grasindo2004)
H.P. Rajagukguk, Peran Serta Pekerja dalam
Pengelolaan Perusahaan (Co-
determination),
Jakarta:Yayasan Obor Indonesia, 2002),
Cet. ke-1
Johan Wahyudi, “Keuntungan dan Kelemahan
Outsourcing IT/SI”, artikel diakses pada
06 Maret 2014 dari
http://johan.blogstudent.mb.ipb.ac.id.com/
2010/08/03/keuntungan-dan-kelemaha-
itsi.
210
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus
Inggris Indonesia (Jakarta:PT Gramedia, 1997),
Maimun, Hukum Ketenagakerjaan Suatu
Pengantar, (Jakarta:PT Pradnya
Paramita, 2007),
211
RIWAYAT PENULIS
Dr. SRI SUNDARI, SE., M.M
Riwayat Pendidikan umum :
(1) Diploma Tiga Fakultas Teknik Informatika
Komputer Lulus Tahun 1989, (2) Strata Satu
Fakultas Ekonomi Tahun 2004, (3) Magister
Manajemen Sumber Daya Manusia Program
Pascasarjana Tahun 2006, (4) Pada Tahun 2015 telah
212
selesai Studi Program Doktor Program Pascasarjana
Universitas Negeri Jakarta,
Riwayat Pendidikan Militer : Mendapatkan tanda
jasa Satya Lencana 8 tahun, 16 tahun, 24 Tahun
dan sampai saat ini berpangkat Kolonel.
Riwayat Pekerjaan: (1) Markas Besar Angkatan
Darat (Mabesad Suad) Jakarta tahun 1991 s.d.
1999, (2) Badan Pembekalan Mabes TNI (Babek
TNI) tahun 1999 s.d. 2008, (3) Direktorat Jenderal
Strategi Pertahanan Kemhan tahun 2008 s.d. 2014,
(4) Direktorat Perencanaan Pertahanan Kemhan
Tahun 2014, dan (5) Universitas Pertahanan Tahun
2016 sampai sekarang.
Produk Buku yang telah di buat : (1) Evaluasi
Implementasi Kebijakan Kinerja Analis Madya
Pada Direktorat Jenderal Strategi Pertahanan
Kementerian Pertahanan RI; (2) kerjasama sipil
militer; (3) Profesionalisme Kinerja Personel
213
Direktorat Jenderal Strategi Pertahanan
Kementrian Pertahanan dalam mendukung
kesadaran Bela Negara ; (4) Mengapa NKRI harga
mati, buku mengajar Ekonomi Pertahanan jilid 1.